ISSN 2086-4256 DJM 14(1) 1-88 February 2015
DAMIANUS Journal of Medicine VOLUME 14, NOMOR 1, 2015
PUBLISHED SINCE 2002
February 2015
ARTIKEL PENELITIAN 1 - 18
ELDER CARE FACILITY MENURUT MAHASISWA DAN DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN Shannia Tritama, Elisabeth Rukmini
19 - 27
UJI BAKTERIOLOGIK AIR OLAHAN RAIN WATER HARVESTING SYSTEM DI SDN PEJAGALAN 01 DAN 02, JAKARTA UTARA Intan Permata Sari, Sandy Vitria Kurniawan, Liling Pudjilestari, Enty
28 - 36 37 - 47 48 - 56 57 - 66
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PSIKOPATOLOGI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT ATMA JAYA Surilena, Stella Levina Kurniawan, R Irawati Ismail PROPORSI PASIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN PENGOBATAN LEBIH DARI ENAM BULAN BERDASARKAN RADIOGRAFI TORAKS Yurika Elizabeth Susanti, Yopi Simargi, Rensa PROPORSI DEFISIT WORKING MEMORY MURID SEKOLAH DASAR DI SDN PEGANGSAAN II/07, JAKARTA UTARA Felicia Nike, Surilena, Tjhin Wiguna, Herlina Uinarni PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG AKUPUNKTUR PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA, JAKARTA Linawati Hananta, Christian Syukur, Nelly Tina Widjaja, Fitria Halim
TINJAUAN PUSTAKA 67 - 79
MELATONIN SEBAGAI ANTIPENUAAN KULIT AKIBAT SINAR ULTRAVIOLET Marcelina Grace Tjondro Putri, Lorettha Wijaya, Poppy K Sasmita
LAPORAN KASUS 80 - 88
NUTRISI PADA TUBERKULOSIS PARU DENGAN MALNUTRISI Florentina M Rahardja
Damianus Journal of Medicine; Vol. 14, No. 1, Februari 2015: hlm. 28-36
ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DAN PSIKOPATOLOGI PADA PERAWAT Rumah Sakit ATMA JAYA THE ASSOCIATION BETWEEN JOB STRESS AND PSYCHOPATOLOGY AT ATMA JAYA HOSPITAL NURSES Surilena1, Stella Levina Kurniawan2, R Irawati Ismail3
Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
ABSTRACT
Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya No. 2 Jakarta Utara 14440
cause physical, emotional, and mental fatigue, that can have further effect to
1
2
Departemen Psikiatri, Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jl. Salemba Raya 6, Jakarta 10430
3
Korespondensi: Surilena, Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. E-mail:
[email protected];
[email protected]
Introduction: The demand for nurse duty in inpatient and outpatient unit can stress caused by work and psychopathology. Objectives: To investigate the relationship between stress caused by job and psychopathology of nurses in inpatient and outpatient unit at Atma Jaya hospital. Methods: Cross-sectional study, a total of 66 respondents (54 inpatient nurses and 12 outpatient nurses) obtained by stratified random sampling, October 2013-November 2014 at Atma Jaya Hospital, North Jakarta. The instrument used was a demographic questionnaire, Stress Diagnostic Survey (SDS-30) to measure stress caused by work, and Symptoms Checklist (SCL-90) to measure psychopathology. Data were analyzed using univariate and Fisher bivariate analysis. Results: From 66 respondent, there are 15 (22.8%) nurses have positive psychopathology (risk of emotional mental disorders), which is 13 people (18.9%) had compulsive obsessive disorder, 12 people (17.3%) had interpersonal sensitivity, and 9 people (13.1%) had additional symptoms. Positive psychopathology was found in 86.7% of nurses who served in inpatient unit and 13.3% of nurses who served in outpatient unit. Most respondents’ age are 18-25 years old, with 90.09% of women. Nurse in inpatient unit experienced stress caused by job more in moderate degree than those outpatient unit. Fisher analysis showed a significant relationship (p<0.05) between stress caused by work factor, which is qualitatively excessive workload and role conflict, with psychopathology. There is no significant relationship (p<0.05) between stress caused by work factor, which is responsibility, career development, qualitatively excessive workload, and indistinct role, with psychopathology. Conclusion: Positive Psychopathology and stress caused by work in moderate degree are more common on nurse who served in inpatient unit. Key Words: Atma Jaya Hospital, nurse, occupational stress, psychopathology
ABSTRAK Latar Belakang: Tuntutan tugas perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan dapat menyebabkan kelelahan fisik, emosi, mental yang dapat berdampak lanjut dengan stres kerja dan psikopatologi. 28
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat Rumah Sakit Atma Jaya
Tujuan: Mengetahui hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan Rumah Sakit (RS) Atma Jaya. Metode: Metode penelitian cross-sectional, sebanyak 66 responden (54 perawat rawat inap dan 12 rawat jalan) didapat secara stratified random sampling, pada Oktober 2013-November 2014 di RS Atma Jaya, Jakarta Utara. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner demografi, Survey Diagnostic Stress (SDS-30) untuk mengukur stres kerja, dan Symptoms Checklist (SCl-90) untuk mengukur psikopatologi. Analisis data dengan analisis univariat dan analisis bivariat Fisher. Hasil: Sebanyak 15 dari 66 (22,8%) perawat dengan psikopatologi positif (risiko gangguan mental emosional), yaitu 13 orang (18,9%) obsesif kompulsif, 12 orang (17,3%) sensitivitas interpersonal, dan 9 orang (13,1%) gejala tambahan. Psikopatologi positif dijumpai pada 13,3% perawat yang bertugas di ruang rawat jalan dan 86,7% perawat yang bertugas di ruang rawat inap. Usia responden terbanyak usia 18-25 tahun, dengan 90,09% perempuan. Perawat rawat inap lebih banyak mengalami stres kerja derajat sedang dibandingkan perawat rawat jalan. Analisis Fisher menunjukkan ada hubungan bermakna (p<0,05) antara faktor stres kerja, yaitu beban kerja berlebih secara kualitatif dan konflik peran dengan psikopatologi. Tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara faktor stres kerja, yaitu tanggung jawab, pengembangan karier, beban kerja berlebih secara kualitatif, dan ketidakjelasan peran dengan psikopatologi Kesimpulan: Psikopatologi positif dan stres kerja derajat sedang lebih banyak dijumpai pada perawat yang bertugas di rawat inap. Kata Kunci: Perawat, psikopatologi, RS Atma Jaya, stres kerja
PENDAHULUAN
sehatan lain sesuai dengan kewenangannya.2
Rumah Sakit (RS) merupakan lembaga yang menyediakan perawatan medis bagi berbagai penyakit atau kondisi permasalahan kesehatan. Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelaya nan dengan mutu yang baik dan menyediakan fasilitas memadai dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional.1 Perawat merupakan salah satu sumber
Perawat memiliki tugas antara lain memberi asuhan keperawatan, membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan dan tindakan yang diberikan, mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan yang akan diberikan, serta sebagai tempat konsultasi berbagai masalah atau tindakan keperawatan yang akan diberikan.1,2
daya terpenting untuk pelayanan kesehatan di
Pelayanan Rumah Sakit terdiri dari layanan
Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Repu-
rawat inap dan rawat jalan. Tuntutan tugas
blik Indonesia (Depkes RI) menyatakan bah-
perawat, baik di unit rawat inap maupun unit
wa perawat profesional adalah perawat yang
rawat jalan dapat menyebabkan kelelahan fisik,
bertanggung jawab dan berwewenang mem-
emosi, dan mental yang disebut burnout.3 Burn-
berikan pelayanan keperawatan secara man-
out adalah penarikan diri secara psikologis dari
diri dan/atau bekerja sama dengan tenaga ke-
pekerjaan yang dilakukan sebagai reaksi atas
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
29
DAMIANUS Journal of Medicine
stres dan ketidakpuasan terhadap situasi kerja
dengan pekerjaannya dan apabila perawat ti-
yang berlebihan atau berkepanjangan.3,4 Pene-
dak dapat menyesuaikan diri akan berdampak
litian Kristanto et al. menunjukkan bahwa pe-
terjadinya gangguan mental emosional. Pene-
rawat yang bertugas di ruang rawat jalan yang
litian Prihatini menunjukkan prevalensi gang-
berusia 30-41 tahun lebih banyak mengalami
guan mental emosional pada perawat sebesar
burnout.5 Kondisi tersebut dapat terjadi akibat
17,7%.7 Penelitian yang dilakukan di Rumah
adanya kejenuhan akan rutinitas pekerjaan.
Sakit Umum Provinsi Ratchaburi Thailand,
Perawat perempuan lebih rentan mengalami
menunjukkan bahwa 26,2% perawat di rumah
burnout dibandingkan dengan perawat laki-laki.
sakit berada pada kelompok risiko tinggi untuk
Hal ini disebabkan karena perawat perempuan
terkena stres akibat kerja.10 Persatuan Perawat
setelah pulang dari tempat bekerja masih harus
Nasional Indonesia (PPNI) menyatakan bahkan
mengurus rumah tangga dan merawat anak-
sebanyak 50,9% perawat Indonesia mengala-
anaknya.5
mi stres akibat beban kerja yang terlalu tinggi. Mereka sering merasa pusing, lelah, jantung
Stres adalah segala masalah atau tuntutan
berdebar, gangguan tidur, gangguan pencer-
penyesuaian diri yang akibatnya dapat meng-
naan, dan lain sebagainya.11 Dampak psikopa-
ganggu keseimbangan manusia.6 National
tologi akibat stres kerja pada seorang perawat
Institute for Occupational Safety and Health
dapat berimplikasi pada kinerjanya, seperti
(NIOSH) melaporkan bahwa perawat adalah
menjadi kurang ramah dan menjadi lambat
profesi berisiko sangat tinggi untuk terjadinya
dalam memberikan pelayanan, dan lain seba-
stres.7 Sumber stres kerja pada perawat adalah
gainya, sehingga dapat menurunkan kualitas
menghadapi kematian pasien, konflik dengan
asuh keperawatan terhadap pasien.10,11
dokter atau rekan sejawatnya, kelelahan fisik, emosional, dan mental dalam menghadapi
Penentu adanya stres kerja pada perawat dapat
pasien maupun keluarganya, beban kerja ber-
dilakukan dengan banyak cara. Instrumen Sur-
lebih, gaji tidak sesuai, dan kejenuhan dalam
vey Diagnosis Stress (SDS-30) merupakan
melakukan rutinitas.6,7 Penelitian Setyawan et
salah satu instrumen yang dapat digunakan
al., menyatakan bahwa perawat yang bekerja
untuk mengidentifikasi faktor stres dan derajat
di unit rawat inap 20% lebih sering mengalami
stres pada perawat. Kuesioner ini dikembang-
stres dibandingkan dengan rawat jalan.8 Pene-
kan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
litian Liauw et al., menunjukkan bahwa 42%
Depkes RI dari buku aslinya Action on Stress at
stres kerja pada perawat disebabkan oleh be-
Work, dan sudah divalidasi oleh Raden Irawati
ban kerja, 18% pemberian upah tidak adil, 22%
Ismail pada tahun 2011. Instrumen ini merupa-
kondisi kerja, dan 18% tidak diikutsertakan
kan kuesioner berskala nilai berbentuk self rat-
dalam pengambilan keputusan.9
ing/self report dengan 30 butir pertanyaan atau pernyataan yang mencakup enam jenis stresor
Perawat diharapkan mampu menyesuaikan diri 30
kerja, yaitu ketidakjelasan peran, konflik peran,
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat Rumah Sakit Atma Jaya
beban kerja berlebih secara kuantitatif, beban
90 (SCL-90) untuk mengukur psikopatologi.
kerja berlebih secara kualitatif, pengembangan
Analisis univariat dan analisis bivariat dilakukan
karir dan tanggung jawab personal. Instrumen
dengan uji Fisher Exact dengan menggunakan
SDS 30 ini berasumsi bahwa setiap orang me-
SPSS versi 17.
miliki stres dan kuesioner ini hanya mengukur derajat/tingkatan stres, yaitu derajat stres ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Tujuan
HASIL PENELITIAN
penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
Penelitian dilakukan di RS Atma Jaya yang
antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat Rumah Sakit (RS) Atma Jaya, Jakarta Utara.
merupakan RS Pendidikan Utama dari Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jumlah subjek penelitian ini adalah 66 perawat dengan rincian 12 perawat (18,18%) bertugas di ruang rawat jalan dan 54 perawat (81,82%) di ruang rawat
METODE PENELITIAN
inap. Berdasarkan penelitian diketahui mayo-
Penelitian dilakukan pada 66 perawat yang
ritas perawat (di ruang rawat jalan dan rawat
diperoleh dengan stratified random sampling,
inap) adalah perempuan (90,91%) dengan
yang dilakukan pada bulan Oktober 2013 sam-
pendidikan setara D3/S1/S2 (90,91%), bekerja
pai November 2014 di RS Atma Jaya, Jakarta
kurang dari satu tahun (51,52%), belum meni-
Utara. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pe-
kah (63,64%), dan terbanyak berada di kelom-
rawat RS Atma Jaya yang bertugas di ruang
pok usia 18-35 tahun (84,85%). Status ekonomi
rawat inap (bangsal Melati, yaitu ruang rawat
orang tua responden mayoritas di atas UMR
untuk pasien Penyakit Dalam dan Neurologi;
2014, yaitu Rp. 2.240.000,- (59,09%). (Tabel 1)
bangsal Mawar, yaitu untuk pasien bedah; bangsal Soka untuk pasien anak; dan bangsal
Diketahui sebanyak 15 (22,8%) perawat di RS
Jayaputra untuk ruang rawat Kelas 1, VIP, dan
Atma Jaya memiliki psikopatologi positif yang
VVIP), serta perawat RS Atma Jaya yang ber-
terdiri dari 2 (13,3%) perawat bertugas di rawat
tugas di ruang rawat jalan (poliklinik spesialis
jalan dan 13 (86,7%) di rawat inap (Tabel 2).
dan poliklinik bagian), laki-laki dan perempuan,
Sebagian besar perawat di RS Atma Jaya de-
dapat membaca dan menulis, dan minimal su-
ngan psikopatologi positif adalah perempuan,
dah bekerja selama ≥3 bulan. Kriteria eksklusi
berumur 18-35 tahun dan sudah menikah (Ta-
adalah tidak bersedia menjadi responden dan
bel 1). Terdapat tiga gejala psikopatologi yang
tidak bersedia menandatangani informed con-
banyak dijumpai, yaitu 18,9% obsesif kompul-
sent. Penelitian ini adalah analitik cross-section-
sif; 17,3% sensitivitas interpersonal; dan 13,1%
al. Dilakukan wawancara pada responden dan
depresi (Tabel 3).
mereka mengisi kuesioner demografi, kuesioner Survey Diagnosis Stress 30 (SDS-30) untuk
Perawat yang bertugas di rawat jalan lebih ba-
mengukur stres kerja, dan Symptom CheckList
nyak dijumpai mengalami stres kerja ringan
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
31
DAMIANUS Journal of Medicine
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Demografi dan Psikopatologi Responden Variabel
Psikopatologi +
-
Usia
18-35 36-64 Jenis kelamin laki-laki Perempuan Status Pernikahan Tidak menikah Menikah Pendidikan SMK D3/S1/S2 Status ekonomi Status ekonomi kurang Status ekonomi cukup Penyakit kronis Ada penyakit kronis Tidak ada penyakit kronis Lama bekerja < 1 tahun ≥ 1 tahun Perawat Rawat Jalan Rawat Inap
Total
43 (84,3%) 8 (15,7%) 4 (7,8%) 47 (92,2%)
13 (86,7%) 2 (13,3%) 2 (13,3%) 13 (86,7%)
56 (84,85%) 10 (15,15%)
37 (72,5%) 14 (27,5%)
5 (33,3%) 10 (66,7%)
42 (63,64%) 24 (36,36%)
6 (11,7%) 45 (88,3%)
15 (100%)
6 (9,09%) 60 (90,91%)
22 (43,1%) 29 (56,9%)
5 (33,3%) 10 (66,7%)
27 (40,91%) 39 (59,09%)
13 (25,5%) 38 (74,5%)
8 (53,3%) 7 (46,7%)
21 (31,82%) 45 (68,18%)
26 (50,9%) 25 (49,1%)
8 (53,5%) 7 (46,7%)
34 (51,52%) 32 (48,48%)
10 (19,6%) 41 (80,4%)
2 (13,3%) 13 (86,7%)
12 (18,18%) 54 (81,82%)
6 (9,09%) 60 (90,91%)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Psikopatologi Perawat RS Atma Jaya Psikopatologi
Perawat RS Atma Jaya
-
+
Rawat jalan
10 (19,6%)
2 (13,3%)
Rawat inap
41 (80,4%)
13 (86,7%)
Total
51 (77,2%)
15 (22,8%)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tipe Psikopatologi Perawat RS Atma Jaya Tipe Psikopatologi Depresi Ansietas
N 5 4
(7,2%) (5,8%)
Obsesif Kompulsif Fobia Somatisasi
13 (18,9%) 7 (10,1%) 5 (7,2%)
Sensitivitas interpersonal
12 (17,3%)
Hostilitas Paranoid Psikotisisme Tambahan
3 (4,3%) 5 (7,2%) 3 (4,3%) 9 (13,1%)
Total
66 (100,0%)
disebabkan karena faktor tanggung jawab per-
rawat rawat jalan yang mengalami stres sedang
sonal (31,0%), pengembangan karir (23,5%),
disebabkan karena faktor konflik peran (20,7%)
beban kerja berlebih secara kualititatif (28,6%),
dan ketidakjelasan peran (22,6%). Berbeda
dan beban kerja secara kuantitatif (29,6%). Pe-
dengan perawat rawat jalan, perawat yang
32
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat Rumah Sakit Atma Jaya
bertugas di rawat inap lebih banyak dijumpai
yaitu konflik peran dan beban kerja berlebih
mengalami stres sedang, yaitu faktor tanggung
secara kualitatif dengan psikopatologi pada
jawab personal (91,9%), pengembangan karir
perawat RS Atma Jaya. Namun, tidak terdapat
(87,5%), beban kerja berlebih secara kualita-
hubungan bermakna (p>0,05) antara faktor
tif (89,5%), dan beban kerja secara kuantitatif
stres kerja, yaitu tanggung jawab, pengembang
(89,7%); sedangkan perawat rawat inap yang
an karier, beban kerja berlebih secara kuantita-
mengalami stres ringan, yaitu disebabkan kare-
tif, dan ketidakjelasan peran dengan psikopa-
na faktor konflik peran (83,8%) dan ketidakjela-
tologi (Tabel 5).
san peran (55,6%). (Tabel 4) Hasil analisis bivariat dengan uji analisis fisher
PEMBAHASAN
exact menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seba-
bermakna (p<0,05) antara faktor stres kerja,
gian besar responden perempuan, berada di
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor dan Derajat Stres Kerja Perawat RS Atma Jaya Perawat Rawat Jalan (n=12) Rawat Inap (n=54)
Faktor dan Derajat Stres Kerja (SDS-30) Tanggung jawab personal Pengembangan karir Beban kerja berlebih secara kualitatif Beban kerja berlebih secara kuantitatif Konflik peran Ketidakjelasan peran
Ringan
9 (31,0%)
20 (69,0%)
Sedang
3 (8,1%)
34 (91,9%)
Ringan
8 (23,5%)
26 (76,5%)
Sedang
4 (12,5%)
28 (87,5%)
Ringan
8 (28,6%)
20 (71,4%)
Sedang
4 (10,5%)
34 (89,5%)
Ringan Sedang Ringan
8 (29,6%) 4 (10,3%) 6 (16,2%)
19 (70,4%) 35 (89,7%) 31 (83,8%)
Sedang
6 (20,7%)
23 (79,3%)
Ringan
5 (14,3%)
30 (55,6%)
Sedang
7 (22,6%)
24 (44,4%)
Tabel 5. Hubungan antara Stres Kerja dan Psikopatologi Perawat RS Atma Jaya Psikopatologi
Faktor Stres Kerja Tanggung jawab personal Pengembangan karir Beban kerja berlebih secara kualitatif Beban kerja berlebih secara kuantitatif Konflik peran Ketidakjelasan peran
Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang
24 (47,1%) 27 (52,9%) 29 (56,8%) 22 (43,2%) 26 (50,9%) 25 (49,1%) 24 (47,1%) 27 (52,9%) 32 (62,7%) 19 (37,3%) 28 (54,9%) 23 (45,1%)
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
+ 5 (33,3%) 10 (66,7%) 5 (33,3%) 10 (66,7%) 2 (13,3%) 13 (86,7%) 3 (20,0%) 12 (80,0%) 5 (33,3%) 10 (66,7%) 7 (46,7%) 8 (53,3%)
Nilai p 0,346 0,109 0,009* 0,055 0,044* 0,574
33
DAMIANUS Journal of Medicine
kelompok usia antara 18-35 tahun, belum me-
interpersonal.15,16
nikah, dan pendidikan D3/S1. Beberapa penelitian di berbagai rumah sakit di Indonesia (2009-
Perawat yang bertugas di ruang rawat inap
2013) menunjukkan bahwa perawat-perawat di
Rumah Sakit Atma Jaya lebih banyak dengan
rumah sakit lebih banyak dijumpai perempuan,
psikopatologi positif dibanding perawat yang
pendidikan D3/S1, dan kelompok usia berada
bertugas di ruang rawat jalan. Perawat RS
pada kisaran 26-42 tahun.11-14 Perawat perem-
Atma Jaya yang bertugas di rawat inap banyak
puan “lebih sabar dan teliti” dalam merawat
mengalami gangguan tidur karena seringnya
pasien serta dalam menghadapi pasien dan ke-
putaran shift malam (akibat jumlah perawat
luarganya yang bervariasi karakternya.11,12 Pe-
yang kurang), jumlah pasien yang banyak dan
rawat dengan latar belakang pendidikan tinggi
umumnya kondisi penyakit “cukup berat”, serta
umumnya memiliki pengetahuan dan keteram-
harus bekerja sama dengan mahasiswa kedok-
pilan yang lebih baik dalam merawat pasien
teran yang sedang menjalani pendidikan profe-
dan menghadapi pasien dan keluarganya serta
si di RS Atma Jaya. Namun, perawat yang ber-
para dokter yang bertugas di rumah sakit.12,14
tugas di rawat jalan harus menghadapi pasien
Perawat di kelompok usia di atas 40 tahun di-
dan keluarga yang sering marah-marah karena
jumpai lebih dapat mengendalikan stres yang
harus menunggu lama dalam antrian layanan
ada. Perawat dengan usia yang lebih tua lebih
kesehatan, serta dokter yang sering datang ter-
matang kejiwaannya, bijaksana, berpikir rasio-
lambat ke poliklinik.
nal, mengendalikan emosi, toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda darinya,
Hasil penelitian ini menunjukkan perawat bertu-
dan kematangan intelektual dan psikologis-
gas di rawat jalan RS Atma Jaya lebih banyak
nya.12,13
mengalami stres ringan dan perawat bertugas di rawat inap lebih banyak mengalami stres
Sebagian besar perawat di Rumah Sakit Atma
sedang pada faktor tanggung jawab personal,
Jaya dengan psikopatologi positif adalah
perkembangan karir, beban kerja kualitatif, dan
perempuan, di kelompok umur 18-35 tahun, dan
beban kerja kuantitatif. Berdasarkan penelitian
sudah menikah. Perawat yang sudah menikah
di RSCM pada tahun 2010 menemukan bahwa
memiliki risiko lebih besar terjadinya stres dan
perawat yang bertugas di rawat inap mengala-
psikopatologi, karena masalah yang timbul lebih
mi derajat stres tinggi pada beban kerja secara
banyak dan kebutuhan hidup makin meningkat
kualitatif, dan derajat stres sedang pada faktor
dan pikiran mereka tidak hanya berfokus pada
pengembangan karir; sedangkan pada perawat
pekerjaan, namun juga dengan keluarganya;
rawat jalan derajat stres tinggi pada faktor kon-
sedangkan perawat yang belum menikah lebih
flik peran dan beban kerja secara kualitatif, se-
sering mengalami stres dan psikopatologi kare-
dangkan derajat stres sedang pada faktor be-
na banyaknya tugas, kesulitan adaptasi dengan
ban kerja secara kuantitatif.16 Penelitian Iswanti
lingkungannya dan masalah dalam hubungan
menunjukkan bahwa perawat yang bertugas di
34
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
Hubungan antara stres kerja dan psikopatologi pada perawat Rumah Sakit Atma Jaya
bagian rawat inap lebih sering mengalami stres
dian dapat berdampak lanjut menjadi gangguan
dibanding rawat jalan, karena perawat yang
mental emosional pada perawat.
bertugas di rawat inap dilibatkan kerja gilir, dan lebih banyak dijumpai perawat baru, sehingga keterampilan dan pengalaman kerja kurang memadai.17
KESIMPULAN Psikopatologi positif dan stres kerja derajat se-
Penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja tidak berhubungan secara bermakna dengan psikopatologi pada perawat RS Atma Jaya. Namun, stres kerja pada faktor konflik peran dan beban kerja berlebih secara kualitatif berhubungan bermakna dengan psikopatologi pada perawat RS Atma Jaya. Wawancara dengan perawat RS Atma Jaya pada mereka yang bertugas di rawat inap dan rawat jalan didapatkan
dang lebih banyak dijumpai pada perawat yang bertugas di rawat inap; sedangkan perawat RS Atma Jaya yang bertugas di rawat jalan lebih banyak dijumpai dengan stres kerja ringan. Hasil uji statistik hanya terdapat hubungan bermakna antara faktor stres kerja, yaitu konflik peran dan beban kerja berlebih secara kualitatif dengan psikopatologi pada perawat RS Atma Jaya.
lebih banyak faktor stres beban kerja berlebih secara kualitatif, yaitu perawat kurang mampu dan kurang terampil melakukan pekerjaannya. Perawat di RS Atma Jaya lebih banyak dijumpai perawat muda (“junior”) yang baru lulus dari akademik keperawatan, sehingga mereka ma-
DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Hospitals [document on the Internet]. 2014. Available from: http://www.who.int/ topics/hospitals/en/.
sih belum cukup memiliki pengalaman bekerja
2. Hafsyah H. Pengaruh stres kerja terhadap
serta kurangnya komunikasi antara perawat
Kkinerja perawat ruang instalasi rawat daru-
“junior” dengan “senior”-nya. Selain itu, perawat
rat RSU Salewangan Maros. Majalah Ke-
muda (“junior”) mengalami berbagai kesulitan
dokteran Hasanudin. 2010; 7(2): 87-94.
dalam menghadapi berbagai karakter pasien dan dokter. Dokter sulit untuk dihubungi dengan karakter yang berbeda-beda (“ramah”, “galak”, dan “cerewet”). Pasien ada yang meminta buru-buru untuk bertemu dokter atau meminta
3. Triyoga A, Maharani PA. Job burnout with performance by nurses in nursing care provision. Jurnal Penelitian Stikes. 2012;5(2):167-178.
untuk dibantu segera atau pasien yang “galak”
4. Mariyanti S, Citrawati A. Burnout Pada Pe-
dan “cerewet”. Kondisi tersebut dapat menye-
rawat yang Bertugas di Ruang Rawat Inap
babkan beban psikososial yang berkembang
dan Rawat Jalan RSAB Harapan Kita. Jur-
menjadi stres pada perawat, sehingga pera-
nal Psikologi. 2011;9(2):48-59. Available
wat menjadi mudah kesal dan marah-marah
from:http://download.portalgaruda.org/ar-
terhadap pasien dan keluarganya yang kemu-
ticle.php?article=94857&val=4564.
Vol. 14, No. 1, Februari 2015
35
DAMIANUS Journal of Medicine
5. Kristanto AA, Dewi KS, Dewi EK. Faktor-
12. Hariyono W, Suryani D, Wulandari Y.
kaktor penyebab stres kerja pada perawat
Hubungan antara beban kerja, stres ker-
ICU Rumah Sakit Tipe C di Kota Semarang
ja dan tingkat konflik dengan kelelahan
[Tesis]. Semarang: Fakultas Diponegoro.
kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yog-
2010.
yakarta PDHI Kota Yogyakarta. Kesmas.
6. Ismail, Suriani C, Arsunan AA, Alimin MM.
2009;3(3):162-232.
Analisis faktor yang berhubungan dengan
13. Indriyani A. Pengaruh konflik peran ganda
stres kerja pada perawat di Rumah Sakit
dan stres kerja terhadap kinerja perawat
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Teng-
wanita rumah sakit: Studi pada Rumah
gara Tahun 2013. Jurnal Media Kesehatan
Sakit Roeemani Muhammadiyah Semarang
Masyarakat Indonesia. 2013;2(1):16-21.
[Thesis]. Semarang: Fakultas Psikologi Uni-
7. Prihatini LD. Analisis hubungan beban kerja
versitas Diponegoro. 2009.
dengan stres kerja perawat di tiap ruang
14. Prismayanti FI, Alifin, Suratmi. Hubungan
rawat inap RSUD Sidikalang. Majalah Ke-
shift kerja dengan stres kerja pada perawat
dokteran Indonesia. 2008;3:99-103.
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
8. Setyawan ZY, Amri Z, Sosrosumiharjo D. Stres kerja dan kecenderungan gejala gangguan mental emosional pada karyawan Redaksi Surat Kabar “X” di Jakarta. Maj Kedokt Indon. 2008;58(8):278-83.
Daerah Dr. Soegiri Lamongan [document on the Internet]. 2010;3(7):102-8. Available from:
http://stikesmuhla.ac.id/v2/wp-con-
tent/uploads/jurnalsurya/noVII/1.pdf. 15. Revalicha NS, Samian. Perbedaan stres
9. Liauw F, Umar FA, Hendrianto F, Idrus H, Pi-
kerja ditinjau dari shift kerja pada pe-
nontoan HS, Widyahening IS, et al. Skoring
rawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
psikopatologi dan faktor yang berhubung-
Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi.
an pada perempuan usia perimenopause.
2013;2(1).16-25.
Maj Kedokt Indon. 2007;57(3):146-53.
16. Suwarni
E. Analisis
hubungan
antara
10. Beh LS, Loo LH. Job stress and coping
stresor kerja dengan gangguan mental
mechanisms among nursing staff in pub-
emosional perawat wanita di Rumah Sakit
lic health services. International Journal of
Umum Pusat Nasional Dr. Ciptomangunku-
Academic Research in Business and Social
sumo Jakarta. Majalah Kedokteran Indone-
Sciences. 2012;2(7):131-76.
sia. 2010;8(9):179-84.
11. Gatot DB, Adisasmito W. Hubungan karak-
17. Iswanti SD. Analisis Faktor-faktor yang ber-
teristik perawat, isi pekerjaan dan lingkung-
pengaruh terhadap kepuasan kerja tenaga
an pekerjaan terhadap kepuasan kerja
medis Poliklinik Rawat Jalan RSUD Tugure-
perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Gu-
jo Semarang Tahun 2004 [Tesis]. Sema-
nung Jati Cirebon. Makara Kesehatan.
rang: Fakultas Kedokteran Universitas Di-
2005;9(1):1-8.
ponegoro. 2007.18.
36
Vol. 14, No. 1, Februari 2015