|
229
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 229 | MEI 2015
Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. [Matius 8:26]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 229: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo, Frengky Y. Abi, Hendry Heryanto, Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM, Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Semangat Dalam Melayani Tuhan
S
halom, para pembaca PERSPEKTIF yang dikasihi Tuhan. Memasuki bulan Mei, kita akan memperingati hari “kenaikan Tuhan kita, Yesus Kristus ke Sorga.” Kiranya peringatan ini tidak hanya sekadar menjadi peringatan semata, tetapi mendorong kita untuk bersemangat melayani Dia. Mengapa? 1. 2. 3. 4. 5.
Karena Dia telah mengalahkan Maut dengan kebangkitan-Nya. Karena Dia yang memegang kuasa, baik di bumi maupun di sorga. Karena Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Karena Dialah yang menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa. Karena Dia yang memberikan Roh Kudus menjadi Penghibur dan Penolong kita. 6. Karena Dialah yang menyertai kita sampai pada akhir zaman. 7. Karena Dialah yang naik dan menjadi Imam Besar bagi kita. 8. Karena Dialah yang naik dan akan datang kembali menjadi RAJA dan HAKIM yang Adil. Melihat semua kedudukan dan kuasa yang Dia miliki, apakah hal ini tidak membuat kita gentar untuk menaruh rasa hormat bagi Dia dalam hidup kita, dan mengerjakan pelayanan yang Tuhan Yesus percayakan kepada kita dengan sungguh-sungguh? Karena itu, marilah kita menghayati hari kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga dengan keyakinan yang teguh ini dan tetap semangat untuk hidup maupun melayani Dia. Amin
01 JUMAT
MEI 2015
“Sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari tangan Salomo … sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku…” (1 Raja-Raja 11:31-32)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 11 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 10-11
TAAT DAN BERKAT
M
emiliki banyak berkat merupakan keinginan setiap orang, baik berupa materi, maupun berkat lain seperti hikmat dan kepintaran, ataupun hati yang dipenuhi dengan sukacita dan damai sejahtera. Ada orang yang berusaha untuk mendapatkan berkat dengan cara pergi ke tempat-tempat pemujaan tertentu dan meminta roh-roh dari leluhur untuk memberkati mereka. Itu merupakan sesuatu yang mendukakan hati Tuhan. Tuhan menginginkan manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya, yang kita kenal di dalam Yesus Kristus, bukan kepada kekuatan-kekuatan yang lain. Tuhan menginginkan manusia mengenal Dia dan kehendak-Nya, karena dengan melakukan kehendak Tuhan, maka berkat-berkat yang dibutuhkan akan dicurahkan. Ketika memperhatikan kehidupan Salomo, kita belajar bahwa semua berkat yang ia miliki, datang dari Tuhan. Berkat-berkat itu diberikan karena kasih karunia, mengingat perjanjian Tuhan dengan Daud. Tuhan memberi dengan murah hati; namun seharusnya berkat-berkat itu dinikmati dengan penuh ketaatan kepada kehendak-Nya. Sayangnya, Salomo tidak taat. Ia menikahi wanita-wanita yang tidak seiman dan menyembah dewa-dewa yang disembah oleh para istrinya. Tuhan mengasihi Salomo, sehingga Ia menghajarnya. Tuhan mengizinkan hadirnya Hadad, Rezon, dan Yerobeam (1Raj. 11:14, 23, 26) untuk menyerang sebagai pernyataan tindakan Tuhan atas ketidaktaatan Salomo. Dan pada akhirnya, kerajaan terpecah menjadi dua, akibat ketidaktaatan Salomo (1Raj. 11: 30-36). Dalam kehidupan sehari-hari, kadang orang berpikir mengenai Tuhan hanya pada satu sisi saja, yaitu bahwa Allah penuh dengan kasih karunia. Orang melupakan sisi yang lain, bahwa Allah juga adil. Tuhan yang adil tidak akan membiarkan aturan-Nya dilanggar. Karena itu, kadang dalam kehidupan orang percaya, Tuhan menegur melalui berbagai macam cara, untuk membuat seorang yang percaya itu dapat kembali mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan taat kepada kehendak-Nya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk menaati kehendak-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Tuhan memberkati Salomo? (2) Apa yang membuat Tuhan juga menghukumnya? (3) Apa yang kita dapat pelajari dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup takut akan Tuhan dan tidak menganggap rendah teguran maupun kasih karunia Tuhan yang dinyatakan, tetapi merupakan peringatan untuk taat pada kehendak-Nya.
02 SABTU
MEI 2015
“Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah masing-masing ke ruamahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi.” (1 Raja-Raja 12:24)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 12:1-24 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 12-13
KEADILAN DAN KASIH ALLAH
K
etika mendengar bahwa Yerobeam telah menjadi raja atas Israel, Rehabeam lalu mengumpulkan seluruh kaum Yehuda dan suku Benyamin untuk memerangi kaum Israel untuk mengambil kembali Israel dari tangan Yerobeam. Namun Tuhan berfirman melalui Semaya abdi Allah “Katakan kepada Rehabeam, Anak Salomo, raja Yehuda, dan kepada segenap kaum Yehuda dan Benyamin dan kepada selebihnya dari bangsa itu: ‘Janganlah kamu maju dan janganlah kamu berperang melawan saudara-saudaramu, orang Israel. Pulanglah masing-masing ke rumahnya, sebab Akulah yang menyebabkan hal ini terjadi’” (ay. 24). Yang dimaksud di sini adalah terpecahnya Kerajaan Israel menjadi dua, yaitu Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda. Mengapa TUHAN menyebabkan hal itu terjadi? Ketika TUHAN memilih Salomo menjadi raja atas Israel menggantikan Daud ayahnya, TUHAN membuat perjanjian dengannya, yaitu bahwa jika Salomo setia kepada TUHAN, maka TUHAN akan meneguhkan takhta kerajaannya atas Israel untuk selama-lamanya. Namun jika Salomo dan anak-anaknya tidak setia, maka TUHAN akan mengoyakkan kerajaanya (1Raj. 9:4-9). Salomo pada akhir hidupnya, meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada para Baal, sehingga TUHAN mengoyakkan kerajaan Salomo menjadi dua, yaitu kerajaan Israel (dipimpin oleh Yerobeam) dan Yehuda (dipimpin Rehabeam bin Salomo). Kerajaan Israel yang terpecah menjadi dua merupakan pernyataan dari keadilaan Allah terhadap Salomo dan keturunannya. Namun, pemilihan TUHAN atas suku Yehuda merupakan kasih dan anugerah dari TUHAN terhadap umat pilihan-Nya. Karena kita tahu bahwa Juruselamat kita, Yesus Kristus, datang dari suku Yehuda (1Raj. 11:13). Kita baru saja merayakan Jumat Agung dan Paskah, pada bulan April. Dua peristiwa bersejarah ini mengingatkan kita tentang keadilan dan kasih Allah. Kita yang berdosa layak untuk dibinasakan, namun Tuhan memilih kita di dalam Kristus Yesus, untuk diselamatkan. Puji TUHAN! Karena itu, marilah kita taat dan setia kepada Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang terjadi ketika umat Tuhan berlaku tidak setia di hadapan TUHAN? (2) Apakah kita bisa hidup sembrono di hadapan Tuhan? Mengapa? Berdoalah bagi kehidupan anggota keluarga Anda dan mintalah kepada Tuhan kasih setia-Nya, agar Ia memberikan pertolongan, perlindungan dan kemurahan-Nya kepada setiap mereka.
03 MINGGU
MEI 2015
“Asa melakukan apa yang benar di mata TUHAN seperti Daud, bapa leluhurnya.” (1 Raja-Raja 15:11)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 15:9-15 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 14-15
KEPEMIMPINAN ASA
S
ebagai warga kota Surabaya, tentulah kita mengenal sosok seorang pemimpin Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini, yang kita sapa “Ibu Risma.” Pada 18 Juni 2014, dalam kepemimpinannya, beliau telah berhasil menutup kawasan Prostitusi terbesar se-Asia Tenggara, karena tidak sesuai dengan peraturan daerah. Demikian juga dengan kepemimpinan Raja Asa. Dalam masa kepemimpinannya selama 41 tahun atas Yerusalem, (1) ia menyingkirkan pelacuran bakti dari negeri itu; (2) ia menjauhkan segala berhala yang dibuat nenek moyangnya; (3) ia memecat Maakha, neneknya dari pangkat ibu suri, karena neneknya itu telah membuat patung Asyera yang keji; (4) ia merobohkan patung Asyera dan membakarnya di lembah Kidron. Ada beberapa hal penting yang dapat kita pelajari dari pelajaran kepemimpinan Asa. Pertama, Raja Asa melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Melakukan yang benar di mata TUHAN artinya, Asa melakukan apa yang menjadi peraturan, ketetapan dan kehendak TUHAN (ay. 12-14). Jadi, Asa adalah seorang yang lebih memilih untuk taat kepada kehendak TUHAN. Kedua, raja Asa adalah seorang pemimpin yang tidak kompromi dengan dosa. Dia berani memecat neneknya dari pangkat ibu suri karena neneknya itu membuat patung Asyera yang keji. Ketiga, Raja Asa adalah seorang yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Ia menyingkirkan pelacuran bakti (prostitusi) dari Yerusalem. Dan yang keempat, Asa adalah seorang raja yang takut akan TUHAN. Alkitab mencatat bahwa Raja Asa beribadah kepada TUHAN. Dia memberikan persembahannya kepada TUHAN. Dia tidak melupakan TUHAN dalam kepemimpinannya. Itu adalah kepemimpinan Raja Asa. Bagaimana kepemimpinan Anda? Bagaimanakah kepemimpinan Anda dalam keluarga Anda? Bagaimana kepemimpinan Anda di tempat kerja? Bagaimana kepemimpinan Anda dalam masyarakat? Bagaimana kepemimpinan Anda di tempat pelayanan Anda? Jadilah pemimpin yang melakukan kehendak TUHAN, dan yang tidak kompromi dengan dosa. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Asa lakukan sehingga TUHAN memberkati pemerintahan mereka?(2) Pelajaran rohani apa yang dapat kita terapkan dalam hidup kita? Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka hidup benar di hadapan Tuhan dan tidak berkompromi dalam dosa, sehingga hidup mereka berkenan kepada Tuhan dan menjadi teladan bagi sekelilingnya.
04 SENIN
MEI 2015
“Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya.” (1 Raja-Raja 16:30)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 16-18 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 16-18
KESEMPATAN DEMI KESEMPATAN
K
esempatan demi kesempatan, anugerah demi anugerah, TUHAN berikan pada umat pilihan-Nya, dengan membangkitkan nabi-nabiNya untuk mengingatkan serta membawa bangsa Israel kembali hanya menyembah ALLAH yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir. Namun kita telah mendengar, bahwa para nabi Tuhan tersebut tidak mereka dengarkan bahkan mereka hendak membunuhnya. Kejahatan demi kejahatan semakin tidak terkontrol, seperti bala salju yang menggelinding makin lama makin besar sehingga dikatakan: “Para rajaraja yang merupakan pemimpin-pemimpin bangsa telah membawa bangsanya (orang Israel) berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel dengan dewa-dewa kesia-siaan mereka.” Puncak dari kejahatan adalah ketika Raja Ahab membuat mezbah untuk Baal di kuil Baal yang didirikannya di Samaria, sesudah itu Ahab juga membuat patung Asyera dan sujud menyembah kepadanya, sehingga Ahab menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya. Kita, orang Kristen, seringkali menganggap kemurahan TUHAN sebagai sesuatu yang murahan, sehingga kehidupan yang kita jalani, bukan hidup yang takut akan TUHAN, tetapi lebih takut bila keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup tidak terpuaskan. Itu adalah DOSA. TUHAN yang kita sembah adalah TUHAN yang senantiasa menepati akan janji-Nya dalam hal keturunan, sehingga Nabi Elia dipanggil TUHAN di gunung Karmel, yang pada akhir mujizat yang luar biasa ini, sekali lagi membawa bangsa Israel datang sujud menyembah TUHAN, serta berkata: TUHAN, Dia lah Allah! TUHAN, Dia lah Allah! Terlebih dari itu, ketaatan membawa berkat “hujan” sehingga mereka terlepas dari masa kekeringan dan kematian. Demikian juga, ketika kita hidup taat kepada-Nya, “hujan berkat” akan senantiasa menopang kehidupan setiap anak-Nya, sehingga kita tidak sampai jatuh tergeletak sebab TUHAN menopang umat-Nya dengan tangan-Nya. Bagamana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apakah akibat yang diterima oleh para raja Israel yang tidak mentaati TUHAN? (2) Bagaimana pula dengan kehidupan Anda di hadapan-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam takut akan Tuhan dan setia melakukan firman Tuhan, sehingga mereka mengalami kebaikan Tuhan, sehingga mampu mensyukurinya.
05 SELASA
MEI 2015
“… Dan sesudah itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.” (1 Raja-Raja 19:12)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 19-20 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 19-20
ALLAH MENYATAKAN DIRI
E
lia baru mengalami kemenangan yang gemilang melawan nabi-nabi Baal. Namun demikian, hal itu menyebabkan Ratu Izebel, murka. Ia mengancam akan membunuh Elia. Rupanya ancaman itu membuat Elia pergi menyelamatkan nyawanya. Pengalaman di puncak gunung Karmel sangatlah berbeda dengan pengalaman di antara gua-gua berbatu, Gunung Horeb. Elia, orang yang doanya dijawab oleh TUHAN dengan menurunkan api dari langit, kini lari ketakutan dan sembunyi karena kemarahan seorang perempuan, Izebel. Di dalam kesendirian dan kesepian itu (krisis rohani), Allah mengunjungi Elia untuk memberikan semangat dan memperkuat iman Elia. Kunjungan ini disertai dengan angin besar, gempa bumi dan api, tetapi TUHAN tidak ada di dalam semua peristiwa itu. Penyataan Allah malah datang dengan bentuk “angin sepoi-sepoi basa” atau “kesunyian yang lemah lembut” (lih. Kej 8:1). Tuhan sendiri kini berbicara dalam ketenangan. Suara tenang lembut memanggil Elia dari dalam gua, tempatnya bersembunyi, untuk berhadapan langsung dengan Allah. Elia belajar bahwa karya Allah terus bergerak maju. Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatannya, melainkan dengan Roh-KU, Firman Tuhan semesta alam. Allah sesungguhnya tidak meninggalkan nabi atau umat-Nya yang setia. Elia bangkit, ia kembali melayani TUHAN dengan setia. Ia tidak lagi berfokus pada diri dan kesulitannya, tetapi berfokus kepada TUHAN. Dengan segenap hati, ia melaksanakan tugas dan panggilan Allah. Semua orang bisa mengalami krisis rohani, tanpa kecuali! Oleh sebab itu kita harus waspada dan berdoa agar ketika kita diijinkan untuk menghadapi berbagai pencobaan, kita tidak jatuh. Oleh karena itu, janganlah kita mengarahkan pandangan hanya pada diri dan situasi semata, tetapi arahkanlah hati dan pikiran kita kepada Allah. Karena dalam Filipi 4:13 tertulis: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku.” Jika demikian, bagaimana dengan Anda hari in? Serahkanlah bebanmu pada Tuhan dan percayalah pada segala rencana-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Pengalaman rohani apakah yang dialami oleh Elia tentang kehadiran Tuhan? (2) Apa yang dapat Anda pelajari dari kisah kehadiran Tuhan tersebut? Berdoalah bagi pelayan-pelayan Tuhan, di manapun mereka berada, agar mereka selalu mengandalkan Tuhan dan mengerjakan pelayanan tersebut sesuai dengan kehendak-Nya.
06 RABU
MEI 2015
“Kata Ahab kepada Elia: Sekarang engkau mendapat aku, hai musuhku? Jawabnya: Memang sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.” (1 Raja-Raja 21:20)
Bacaan hari ini: 1 Raja-Raja 21:1-29 Bacaan setahun: 1 Raja-Raja 21-22
DOSA-INGIN-MAUT
D
alam kisah kebun anggur Nabot, Raja Ahab dapat dikatakan melakukan perbuatan dosa seperti tertulis di dalam surat Yakobus: “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” (Yakobus 1:14-15). Pada mulanya Ahab “hanya” memiliki sebuah keinginan, seperti kita pada umumnya, namun keinginannya pupus karena ditolak. Kita pun sering mengalami penolakan dalam karier, cinta, keuangan, kedudukan, nama, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan sakit hati pada diri kita, juga Ahab. Seperti ayat Alkitab di atas, ia diseret dan dipikat oleh keinginan dan pencobaan. Ia tidak mau (tidak mampu) melepaskan diri dari pencobaan atau keinginan ini, bahkan melanggar aturan firman Tuhan demi untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bagian ini kita bisa lihat dari bagaimana liciknya Izebel mengatur rencana jahat untuk menfitnah dan membunuh Nabot. Itulah yang disebut sebagai keinginan jahat yang dibuahi, sehingga melahirkan dosa. Sang pendosa sama sekali tidak merasa dirinya bersalah atas perbuatan dosanya, tidak ada penyesalan atau pertobatan, bahkan ia menikmati dosanya tersebut (dosa sudah matang), sehingga lahirlah maut. Seorang pendosa yang tidak menyadari bahwa dirinya berdosa, dan tidak bertobat, pada hakekatnya ia adalah seorang yang mati. Sekalipun yang melanggar adalah raja/ratu pemegang kekuatan tertinggi sebuah kerajaan, sekalipun siasatnya begitu lihai, dan tidak ada yang bisa menebak tujuannya, serta tidak ada kebenaran dan keadilan, kita bersyukur, masih ada TUHAN yang Mahaadil dan Mahatahu, mengetahui semua itu, dan juga berlaku sebagai Hakim Adil, yang akan mengadili dosa semua orang, tanpa kecuali. Karena itu, janganlah kita pernah bermainmain dengan dosa, atau dipermainkan dosa, karena upah dosa ialah maut. Kita harus segera menyesali dan bertobat bila berdosa, sebab kita tidak dapat menipu Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Kesalahan apa yang telah dilakukan Ahab, sekalipun dia adalah raja yang berkuasa pada masa itu? (2) Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak lagi kuatir dan takut dalam menghadapi perlakuan yang tidak baik dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sebab masih ada Tuhan, Sang Hakim yang Adil.
07 KAMIS
MEI 2015
“Sedang mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah Elia ke sorga dalam angin badai.” (2 Raja-Raja 2:11)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 2:1-18 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 1-3
MENINGGAL DUNIA
I
man Kristen adalah satu-satu iman yang memiliki cara pandang berbeda dalam melukiskan kematian, bila dibandingkan dengan kepercayaan lainnya. Orang meninggal dilukiskan dalam berbagai situasi, dengan bahasa yang berbeda-beda, tidak ada ketakutan bagi mereka yang hidup dekat dengan Tuhan. Kejadian 5:21-24 mengisahkan Henok, yang tidak mengalami kematian karena hidup dekat dengan Allah, sebab ia diangkat oleh Allah. Apabila kita pikir lebih sungguh, sekalipun ia diangkat oleh Allah, bukankah menurut manusia di dunia, Henok itu mati (meninggal dunia)?! Ulangan 34:5-6, mengisahkan kematian Musa. Agak aneh adalah, seorang yang tidak kedapatan sakit penyakit, dan badan masih sehat walafiat, kok bisa meninggal? Alkitab mengatakan bahwa Musa telah mati dan dikubur, tapi kuburnya tidak ditemukan, dari waktu itu, sampai sekarang. Musa mati karena meninggalkan umat Israel (dunia ini), dan ia berkumpul dengan Tuhannya yang sebelumnya mereka sudah bertatap muka dengan muka. Bukankah kematiannya dapat dikatakan seperti Henok, yang “diangkat” oleh Tuhan sendiri, karena tidak ada yang tahu di mana keberadaan mayatnya. Seperti juga pada peristiwa Elia, diapun meninggal dunia, karena Elia dijemput dengan kereta berapi dan kuda berapi di dalam angin badai oleh Tuhan. Kita tidak tahu persis seperti apa kejadiannya, yang jelas mayatnya tidak ditemukan, dia tidak ada di dunia ini. Dan yang paling unik adalah Tuhan kita Yesus Kristus; Tuhan meninggal, dikuburkan, namun pada hari ketiga bangkit dari kematian, bersama orang percaya selama 40 hari, kemudian terangkat ke sorga. Peristiwa Tuhan Yesus meninggalkan dunia ini merupakan satu keunikan tersendiri. Jadi, sebagai orang percaya, suatu hari kita juga akan meninggalkan dunia ini; tidak peduli bagaimana kita meningal, endah di darat, laut, udara, atau didapati ada tubuh jasmani atau tidak diketemukan tubuh, kita semua pasti pergi kepada Tuhan kita. Inilah gambaran dan jaminan dari Allah untuk orang percaya dari waktu ke waktu. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana tokok-tokoh iman dalam Alkitab, yang hidup dekat dengan Tuhan, mengalami kematian? (2) Bagaimana seharusnya kita memandang kematian? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang menghadapi masa sulit karena kelemahan tubuh, agar mereka tidak takut menghadapi kematian, karena mereka telah mendapatkan jaminan kehidupan kekal.
08 JUMAT
MEI 2015
“… Berkatalah perempuan itu: Hambamu ini tidak punya sesuatu apa pun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.” (2 Raja-Raja 4:2)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 4 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 4-6
ALLAH DAN YANG TERSISA
K
isah ini dimulai dengan sebuah keluhan dari istri seorang nabi yang telah meninggal, karena penagih-penagih hutang datang kepadanya. Namun, karena memang tidak memiliki harta benda untuk membayar hutangnya, maka para penagih hutang tersebut akan mengambil kedua anak dari janda itu, untuk dijual menjadi budak. Istri nabi tersebut tidak rela jika dua anaknya harus hidup sebagai budak sehingga dia datang kepada Elisa dan meminta supaya Elisa menolong dia dan anak-anaknya. Pada waktu itulah Elisa berkata, “Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kaupunya di rumah.” Pada waktu Elisa menanyakan hal itu, dia bukan ingin tahu apa saja harta janda itu. Elisa tahu bahwa janda itu tidak mempunyai apa-apa di rumahnya, sampai anak-anaknya terancam dijadikan budak. Namun, Elisa bertanya dengan maksud ingin memakai apa yang masih tersisa dari janda tersebut untuk memberkati keluarganya. Ketika janda tersebut mengatakan, hanya ada sebuah buli-buli berisi minyak; namun demikian, dari satu buli-buli itu kita baca bahwa minyaknya tidak habis-habis pada waktu diisi ke buli-buli yang lain. Akhirnya, dari satu buli-buli itu, janda ini dapat menjual minyak sehingga mampu membayar hutang-hutangnya dan menghidupi keluarganya. Di sini kita mendapatkan pelajaran penting. Allah memberkati umatNya, tidak harus dengan sesuatu yang baru, di luar apa yang dimiliki orang tersebut. Kita melihat dalam peristiwa janda ini, bagaimana Allah memberkatinya melalui sisa-sisa harta yang dimilikinya, yang mungkin bagi banyak orang dianggap tidak berharga. Bisa jadi, saat ini kita mengalami apa yang dialami janda ini, kita bangkrut dan hanya meninggalkan hutanghutang yang akan mengancam kehidupan dari keluarga kita. Jika kita mengalami hal itu, maka jalan yang harus kita lakukan bukanlah depresi atau marah kepada Tuhan; melainkan kita datang kepada Allah, meminta pertolongan-Nya. Allah kita tidak terbatas, Dia bisa menggunakan yang tersisa untuk memberkati umat-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Allah lakukan pada janda Sarfat ini? (2) Apakah kemiskinan dan keterbatasannya menghalangi TUHAN untuk melakukan mujizat-Nya? Berdoa dan serahkanlah kepada Tuhan apa yang menjadi kekuatiran dan persoalan Anda, sebab TUHAN Allah kita adalah TUHAN yang hidup dan berkuasa untuk menolong.
09 SABTU
MEI 2015
“Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?, tetapi Elisa berkata: Sesungguhnya engkau akan melihatnya …” (2 Raja-Raja 7:19)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 7:1-20 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 7-9
PERCAYA KEPADA NUBUAT 2 Raja-raja 7:19-20 merupakan sebuah kesimpulan dari pasal 7 yang menegaskan bahwa nubuatan nabi Elisa pasti akan terjadi. Dalam ayat pertama, nabi Elisa mengatakan: “Dengarlah firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” Pada waktu mendengar nubuat itu, perwira raja meresponnya dengan perkataan: “Sekalipun TUHAN membuat tingkaptingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi” Lalu nabi Elisa kembali merespon perwira tersebut dengan perkataan: “Sesungguhnya engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” Yang artinya, bahwa perwira itu akan melihat kejadian yang dinubuatkan nabi Elisa, tetapi tidak akan sempat untuk memakan tepung dan jelai yang harganya sudah menjadi sangat mahal itu. Mengapa perwira ini harus mengalami hal yang mengenaskan? Apabila kita berusaha memahami respon perwira itu ketika mendengar nubuat nabi Elisa, maka kita mengerti bahwa perwira tersebut meragukan akan kemahakuasaan Allah, sehingga jawabnya, “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Ini menandakan perwira itu berkata bahwa nubuatan Elisa itu bohong, karena Allah tidak mungkin mampu untuk membuat harga makanan menjadi mahal, sekalipun Dia yang menciptakan langit. Dari pasal ini kita bisa mempelajari bahwa segala nubuat/firman yang diberikan Allah, dapat kita percaya, walaupun kita mungkin tidak mengerti. Di dalam Alkitab, kita membaca ada banyak sekali nubuat-nubuat dan janjijanji Allah. Sebagian sudah digenapi, namun ada beberapa yang belum digenapi. Sebagai umat-Nya, marilah kita terus percaya dan memegang nubuatan-nubuatan yang telah Allah berikan dalam Alkitab; sehingga akhirnya kita akan melihat nubuat itu digenapi dan menikmati segala yang baik yang telah Tuhan janjikan bagi kita, umat-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita harus percaya pada nubuatan yang Allah berikan dalam Alkitab? (2) Bagaimana sikap Anda dengan “nubuatan” yang tidak dari Alkitab? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka berpegang teguh pada firman TUHAN yang tertulis (Alkitab) serta janji-janji-Nya, agar pada waktu-Nya, mereka melihat penggenapan-Nya dinyatakan.
10
MINGGU
MEI 2015
“... tetapi Yoas, raja Yehuda, mengambil segala persembahan kudus yang telah dikuduskan oleh para leluhurnya... Dikirimkannyalah semuanya itu kepada Hazael, raja Aram...” (2 Raja-Raja 12:18)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 11:1-12:21 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 10-12
MEMULAI DENGAN BAIK, DIAKHIRI DENGAN BURUK
K
isah tentang Raja Yoas dalam 2 Raja-Raja 11-12 ini merupakan gambaran hidup seorang raja yang diawali dengan mencari Tuhan dan kebenaran, namun diakhiri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Selama hidupnya, Raja Yoas melakukan pemugaran Bait suci—yang merupakan simbol keagamaan Israel. Kerohanian umat Israel juga dipulihkan, dan Imam Yoyada menjadi salah satu pemimpin rohani yang disegani dan juga berpengaruh, khususnya terhadap kerohanian raja Yoas. Namun ada satu hal yang tidak dilakukan raja Yoas: menghancurkan bukit-bukit pengorbanan yang pernah dipakai pada zaman Ahazia dan Atalya untuk mempersembahkan korban kepada para Baal. Paska kematian Imam Yoyada, bangsa Israel kembali jatuh ke dalam penyembahan berhala. Kerohanian Israel menjadi merosot. Zakharia, anak imam Yoyada yang mengingatkan akan kejatuhan Israel, juga dibunuh oleh persepakatan para pemimpin di Israel dan Raja Yoas. Akibatnya, Yehuda mengalami kejatuhan. Inilah keruntuhan yang dialami Raja Yoas. Tatkala bangsa Aram rajanya menyerang Yehuda, meski jumlahnya lebih kecil dari kekuatan perang Yehuda, bangsa Aram berhasil mengalahkan Yehuda. Hal ini bisa terjadi karena Tuhan telah menyerahkan mereka ke dalam tangan tentara Aram, sebagai alat menghukum Raja Yoas (2Taw. 24:24). Merasa hidupnya terancam, Yoas menjarah seluruh harta dan perbendaharaan emas di dalam Bait Suci dan mengirimkannya sebagai suap kepada Raja Aram. Tidak lama setelah peristiwa itu, Yoas pun dibunuh oleh pegawaipegawainya, yang mengadakan persepakatan untuk menggulingkan dia. Dari kisah Raja Yoas ini kita belajar bahwa Alkitab seringkali mencatat keberhasilan dan kegagalan orang-orang tertentu. Dimulainya dengan keberhasilan, dan diakhiri dengan kegagalan. Seharusnya, iman kita tidak bergantung pada kondisi atau kepada pribadi tertentu, melainkan bergantung sepenuhnya kepada kesetiaan Allah yang dinyatakan di dalam kehidupan kita. Biarlah kita menjadi orang yang setia kepada Allah, dari awal sampai akhirnya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Raja Yoas mengalami kebaikan selama masa pemerintahannya? (2) Apa yang membuat Yoas jatuh dalam pemerintahannya? Berdoalah bagi para pemimpin gereja dan aktivis gereja ,agar mereka tidak melupakan TUHAN dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, sehingga semua pelayanan boleh dilakukan dalam TUHAN.
11 SENIN
MEI 2015
“... Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri ...” (2 Raja-Raja 13:21)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 13:20-21 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 13-14
ALLAH YANG BERKUASA
K
isah ini merupakan salah satu kisah mujizat yang dicatat dalam sejarah jatuh-bangunnya raja-raja Israel. Pada waktu membaca bagian ini, tentu tersirat pemahaman bahwa “tulang-tulang Elisa” melakukan mujizat dan menghidupkan orang yang sudah mati. Apakah pemahamannya demikian? Tentu tidak! Orang mati atau tulang-tulangnya, tidak bisa mendatangkan mujizat. Yang benar adalah, Allah yang sedang berkarya melalui kematian Elisa. Siapakah Elisa? Elisa adalah penerus dari nabi Elia. Dalam tradisi Israel, Elisa bukanlah termasuk nabi-nabi utama yang penting. Nama Elia dan Musa lebih dihormati orang Israel. Nama Elisa hanya 1 kali disebutkan di dalam PB (Luk. 4:27), yang dikaitkan dengan kesembuhan Naaman. Meski demikian, Elisa adalah salah seorang nabi yang berpengaruh dalam dunia politik pemerintahan Israel. Pada waktu kematiannya, ia dikuburkan dengan adat dan kebiasaan yang terjadi di Israel. Alkitab menulis bahwa gerombolan Moab seringkali memasuki negeri pada pergantian tahun (ay. 20b). Gerombolan ini menjarah dan membunuh dengan kejam, sehingga bangsa Israel takut terhadap gerombolan Moab ini. Suatu saat ketika orang Israel sedang menguburkan mayat, tiba-tiba mereka melihat gerombolan Moab datang ke arah mereka. Orang Israel langsung melarikan diri, dan mayat itu mereka lempar begitu saja sehingga mengenai mayat (tulang-tulang) Elisa. Saat itulah, mayat yang terkena tulang-tulang Elisa, dapat hidup lagi berdiri (ay. 21). Ini menyatakan bahwa meskipun nabi Allah sudah meninggal dan di Israel tidak ada lagi nabi yang menyatakan nubuat, Allah dapat memakai tulang orang yang sudah mati untuk menyatakan kuasa-Nya. Kisah ini bertujuan untuk mengajarkan agar orang Israel mengandalkan Allah, dan bukan hamba Allah. Ketakutan Israel terhadap bangsa Moab, seharusnya menjadi alasan kuat untuk berbalik dan mengandalkan Allah Israel. Bagaimana dengan Anda? Tatkala kita mengalami ketakutan dan kesulitan yang hebat, seharusnya ini menjadi alasan yang kuat untuk kita mengandalkan Allah dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksud Allah, yang membangkitkan orang mati yang bersentuhan dengan tulang nabi Elisa? (2) Kekalahan dan ketakutan Israel sering disebabkan oleh apa? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang menghadapi pergumulan dan tantangan hidup, agar mereka menyadari keterbatasannya dan bergantung penuh kepada TUHAN.
12 SELASA
MEI 2015
“Selanjutnya demi raja Asyur, disingkirkannya dari rumah TUHAN serambi tertutup untuk hari Sabat yang telah didirikan pada rumah TUHAN …” (2 Raja-Raja 16:18)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 15-16 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 15-16
ISRAEL DI AMBANG KEHANCURAN
D
alam ps.14:25 dicatat bahwa Yerobeam berhasil mengembalikan daerah Israel, yaitu merebut kembali tanah-tanah yang tadinya terlepas ke tangan asing. Dari segi politik terhadap pihak luar, Israel dapat dikatakan cukup berhasil. Tetapi di ps.17, kita akan bertemu dengan catatan tentang kehancuran Israel di tangan Asyur. Catatan di dalam ps.1516 membeberkan bahwa di balik keberhasilan politis terhadap luar, secara internal sedang terjadi kemerosotan yang parah. Baik Kerajaan Yehuda di Selatan, maupun Kerajaan Israel di Utara, sama-sama sedang mengalami kemunduran yang berakar pada hilangnya kesetiaan kepada TUHAN. Tapi kondisi dalam Kerajaan Israel sudah menjadi sedemikian parah, sehingga kehancuran menjadi akhir yang tidak terhindarkan. Catatan ps.15:8-31 membeberkan bagaimana suksesi kepemimpinan terjadi melalui kudeta demi kudeta. Zakaria, anak Yerobeam dikudeta dan dibunuh oleh Salum. Salum dikudeta dan dibunuh oleh Menahem. Menahem mencoba untuk mempertahankan kerajaan dengan membayar upeti dengan memaksa rakyatnya, tetapi anaknya yang menggantikan dia dikudeta dan dibunuh oleh perwiranya, Pekah. Kemudian Pekah dikudeta dan dibunuh oleh Hosea. Kondisi seperti itu menunjukkan bahwa sesungguhnya peran TUHAN sudah tidak ada lagi di dalam kehidupan Kerajaan Israel; yang mereka lakukan semata-mata adalah kejahatan yang dimulai pada pucuk kepemimpinan (15:9, 18, 24, 28). Raja tidak hidup berelasi dengan TUHAN, kehilangan rasa hormat dan takut akan Dia, memimpin umat dengan mengandalkan kepandaian dan ambisi pribadi. Tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan dari TUHAN, karena mereka sendiri yang sudah jauh meninggalkan Allah. Fakta bahwa Yerobeam berhasil memulihkan daerahdaerah yang terlepas dahulu, bukan membangkitkan rasa syukur kepada kemurahan Allah, tetapi justru membangkitkan ambisi liar untuk merebut kekuasaan. Mereka tidak lagi setia pada TUHAN dan menjadi liar. Mereka telah membuang berkat dan memilih kutuk. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Yehuda bisa mengalami kekalahan dari peperangan melawan musuh? (2) Pelajaran apakah yang dapat kita apliaksikan dalam hidup kita? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak menyombongkan diri dan mengandalkan apa yang mereka miliki; melainkan mengandalkan TUHAN yang telah memberkati hidup mereka.
13 RABU
MEI 2015
“Sampai TUHAN menjauhkan orang Israel dari hadapan-Nya seperti yang telah difirmankan-Nya …” (2 Raja-Raja 17:23)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 17:1-41 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 17-18
KEJATUHAN ISRAEL
S
etelah mengkudeta dan membunuh Pekah, Hosea menjadi raja di Israel, dan di bawah kepemimpinannya, kerajaan Israel mengalami kehancuran secara total di tangan Bangsa Asyur. Mereka ditawan dan dipindahkan ke Halah di negeri Gozan, di kota-kota orang Madai. Mereka dipencar dan dikawin-campurkan dengan penduduk setempat, sebagai policy yang biasa dilakukan oleh pihak penakluk, untuk mencegah sekaligus menghapus identitas pihak yang dikalahkan supaya mereka tidak bangkit kembali dan melawan di kemudian hari. Kerajaan Israel, mengalami hal yang terburuk seperti yang lazim terjadi pada zaman itu; dikalahkan, ditawan, diperbudak, dan identitas bangsanya terhapus untuk selamanya. Apa yang menyebabkan mereka mengalami hal seburuk itu? “Hal itu terjadi, karena orang Isreal telah berdosa kepada TUHAN, Allah mereka…” (ay. 7). Mereka mengkhianati TUHAN yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, seolah itu adalah kejadian masa lalu yang sudah tidak berarti lagi. Hati mereka lebih condong kepada kehidupan bangsabangsa yang telah dihalau TUHAN, menyembah berhala dan mengikuti pola hidup yang duniawi. Di dalam penjabaran yang mendetail di ps.17 ini, kita bisa menyimpulkan bahwa mereka telah melanggar semua prinsip Taurat yang paling penting. Mereka melupakan hukum yang pertama dan terutama dalam 10 Hukum, mereka tidak mengutamakan TUHAN dan mengganti-Nya dengan berbagai macam berhala. Mereka melupakan panggilan hidup mereka sebagai kerajaan imam (Kel.19:4-6). Mereka melupakan perintah dalam Im.18:1-4 untuk hidup berbeda dengan bangsabangsa yang tidak mengenal Allah. Mereka melupakan ayat emas dalam Ul.6:4-5 untuk mengutamakan TUHAN dan mengasihi Dia. Mereka bahkan melupakan panggilan untuk bertobat dari kesalahan dan kembali kepadaNya untuk dipulihkan oleh anugerah dan kasih setia-Nya (Ul.30:1-10). Oleh karena itulah, dikatakan bahwa TUHAN sangat murka kepada Israel, dan menjauhkan mereka dari hadapan-Nya (ay. 23). Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah TUHAN membiarkan diri dan firman-Nya dihina oleh umat-Nya? Apa konsekuensinya? (2) Apa yang TUHAN lakukan kepada Israel yang tidak setia? Berdoalah bagi tiap orang Kristen agar mereka tidak bermain-main dengan kehidupan mereka di hadapan TUHAN, melainkan hidup takut akan Dia dan melakukan firman-Nya dengan setia.
14 KAMIS
MEI 2015
“Dan dari keturunanmu yang akan kau peroleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel” (2 Raja-Raja 20:18)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 20:1-21 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 19-21
JATUH OLEH AMBISI
D
ibandingkan dengan raja-raja Israel pada masa itu, Hizkia adalah seorang raja yang jauh lebih baik. Dia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, seperti yang dilakukan Daud. Dia membawa umat kembali hidup di jalan TUHAN, dia percaya kepada TUHAN dan hatinya berpaut sepenuhnya kepada-Nya, melebihi raja-raja Yehuda lainnya (2Raj. 18:3-6), bahkan dia menguduskan rumah Tuhan dan merayakan kembali Paskah yang sudah lama terlupakan (2Taw.30). Ketika Yerusalem dikepung oleh Sanherib, Raja Asyur, Hizkia berdoa kepada TUHAN dan TUHAN melepaskan Yerusalem dari ancaman. Di balik segala kekurangannya, Hizkia adalah seorang raja yang dengan pertolongan TUHAN, telah meraih beberapa pencapaian yang sangat besar. Kemudian dia sakit keras, dan TUHAN mengutus Yesaya kepadanya, menyampaikan berita: sebentar lagi dia akan meninggal. Mendengar berita itu, Hizkia berdoa pada Allah. Dia mengingatkan TUHAN betapa dia telah setia kepada Allah dan melakukan apa yang baik di mata-Nya. Dan TUHAN bukan saja menyembuhkan penyakitnya, bahkan menambahkan umurnya 15 tahun lagi. Narasi ini, seolah berbicara bagaimana doa Hizkia berhasil merubah keputusan Allah, karena Allah diingatkan akan kebaikan dan jasa Hizkia. Namun, apakah itu berita yang Alkitab ingin sampaikan? Membaca kelanjutan ceritanya, kita melihat gambaran yang lebih jelas dan lengkap. Mengapa Hizkia begitu sedih saat tahu akan mati? Bukankah itu adalah pencapaian yang paling ideal; pulang menghadap Pencipta dengan membawa prestasi hidup yang baik? Ayat 12 dan 13 memberikan kita suatu gambaran yang lebih jalas; Hizkia memamerkan kejayaannya kepada utusan Babel. Itulah kebutuhan egonya. Itulah yang membuat dia tidak rela mati. Atas perbuatannya itu, Allah akan membuang semua yang dia pamerkan hari itu, termasuk Bait Allah dan segala isinya. Catatan ini mengajarkan tentang bagaimana seseorang yang dipakai TUHAN, menjadi lupa diri di puncak keberhasilannya, dan tidak tahu kapan harus berhenti! Ambisi membuatnya jatuh. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menyebabkan Hizkia tidak rela meninggalkan dunia, di masa kejayaannya? (2) Apa akibat dari ambisi dan keinginan HIzkia yang menyombongkan diri? Berdoa bagi para pemimpin rohani agar mereka tidak terjebak pada ambisi pribadi sehingga berusaha keras untuk menyombongkan dirinya di hadapan Tuhan, melainkan hidup dalam kerendah-hatian.
15 JUMAT
MEI 2015
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 22:1-20 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 22-23
PEMBARUAN HIDUP ROHANI
K
ita seringkali berpikir, bahwa urusan rohani tidak ada hubungannya dengan urusan jasmani; seolah-olah keduanya adalah dua hal yang terpisah. Itulah sebabnya dalam kehidupan orang Kristen seringkali terjadi “bi-polar,” keterpisahan antara yang rohani dan jasmani. Kehidupan jasmani sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rohani. Keduanya adalah satu. Apapun yang kita kerjakan dalam hidup ini mencerminkan kehidupan rohani kita. Untuk memahami hal ini, marilah kita perhatikan sejarah perjalanan rohani bangsa Yehuda di hadapan Tuhan. Bacaan Alkitab kita hari ini memperlihatkan: Pertama, relasi yang dipulihkan (reconciled with God) merupakan kebutuhan paling mendasar dan penting bagi kehidupan kita. Ketika Yosia mendengarkan suara TUHAN melalui kitab Taurat yang ditemukan dan dibacakan di hadapannya, ia langsung mengoyakkan pakaiannya. “Pengoyakan pakaian” adalah tanda penyesalan atas dosa, dan kerinduannya akan pendamaian dengan TUHAN. Terpenting adalah, rekonsiliasi Yosia bukan sekadar penyesalan dosa, tapi juga menempatkan TUHAN pada posisinya sebagai TUHAN atas Yehuda. Kedua, implikasi dari rekonsili tersebut adalah Yosia menempatkan segala tatanan kehidupan dan religi rakyat Yehuda dengan benar di hadapan TUHAN (ps. 23:3). Bangsa Yehuda yang semula berperilaku tidak sesuai dengan ketetapan-ketetapan TUHAN, sekarang berbalik dan hidup menurut ketetapan-Nya. Jika semula tatanan hidup bangsa Yehuda menjadi rusak (ps. 21), maka sejak Yosia melakukan rekonsiliasi rohani dangan TUHAN, kehidupan mereka sesuai dengan kehendak TUHAN, dan hasilnya adalah hidup mereka diperkenan dan diberkati oleh TUHAN. Bagaimana dengan kita? Sudahkan kita berdamai dengan TUHAN dan menempatkan Dia menjadi TUHAN atas hidup kita? Jika perilaku atau sikap kita mulai tidak beres, baik di hadapan TUHAN atau sesama, jangan-jangan ada masalah rohani yang perlu kita bereskan. Jangan tunda dan mengingkarinya, melainkan berbaliklah kepada TUHAN. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kehidupan jasmani memiliki hubungan dengan kehidupan rohani kita? (2) Apa hasil dari pemulihan hubungan antara kita dengan TUHAN? Berdoalah bagi pertumbuhan rohani dan kesetiaan Anda kepada Tuhan, agar dalam setiap langkah hidup Anda boleh dituntun-Nya sehingga Anda dapat menggenapkan rencana-Nya.
16 SABTU
MEI 2015
“Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN tepat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya.” (2 Raja-Raja 23:37)
Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 24-25 Bacaan setahun: 2 Raja-Raja 24-25
YEHUDA DIBUANG KE BABEL
K
etika membaca pasal-pasal terakhir dari kitab 2 Raja-Raja ini, kita mendapat pelajaran yang berharga bagi kehidupan kita di hadapan Tuhan. Beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan adalah: Pertama, jangan mencintai apa yang jahat. Pada dasarnya manusia akan berusaha untuk “tidak jatuh pada lubang yang sama,” bukan? Tetapi ironisnya, bangsa Yehuda dan pemerintahan yang ada, baik dari nenek moyangnya sampai keturunan berikutnya, tetap tidak menyadari bahwa segala kerusakan yang timbul di kerajaan Yehuda adalah akibat kecintaan mereka terhadap apa yang jahat di mata TUHAN. Karena mereka tidak bertobat dan tetap pada kejahatan mereka, TUHAN mendatangkan Raja Babel untuk menawan mereka dalam pembuangan. Inilah konsekuensi dosa yang mereka lakukan! Bagaimana dengan kita? Janganlah anggap ringan kesalahan yang kita perbuat, apalagi sampai menganggapnya sebagai kebenaran! Sadarilah kesalahan kita, bertobat, dan rendahkanlah diri kita di hadapan-Nya, agar kita diampuni-Nya. Kedua, sekalipun TUHAN itu panjang sambar dan pemurah, tetapi kekudusan dan keadilan-Nya, janganlah kita permainkan. Dia adalah Raja Semesta Alam. Dialah yang meninggikan dan merendahkan. Apabila kita memandang rendah penghakiman-Nya, dengan cara berbuat dosa dan mengabaikan perintah-Nya; maka janganlah terkejut apabila Ia menjalankan penghukuman-Nya yang membuat kita menderita. Takutlah akan Dia, sebab Dia adalah Allah yang kudus. Kasihilah Dia, karena Ia telah bermurah hati terhadap kita. Sunguh sangat ironis kehidupan rakyat Yehuda yang telah melupakan TUHANnya. Akibat sikap mereka yang tidak setia kepada TUHAN, harus membawa mereka kepada kehancuran dan pembuangan. Karena itu, mari kita tidak bermain-main dengan kasih karunia TUHAN yang kita peroleh melalui Yesus Kristus, Tuhan kita. Marilah kita hidup setia dan taat kepada perintah-Nya, sehingga kita diberi-Nya sentosa dan hidup berkemenangan! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat TUHAN harus membuang bangsa Yehuda ke Babel? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam hidup kita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai kasih karunia yang telah mereka terima dari TUHAN dengan senantiasa hidup taat dan setia kepada perintah-Nya.
17
MINGGU
MEI 2015
“Inilah anak-anak Israel: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Dan, Yusuf, Benyamin, Naftali, Gad dan Asyer.” (1 Tawarikh 2:1-2)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 1-3 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 1-3
SILSILAH DAN KESETIAAN TUHAN
K
itab 1 Tawarikh dimulai dengan 9 pasal pertama yang berisi tentang silsilah. Kemudian, ketika membaca pasal-pasal berikutnya sampai 2 Tawarikh, ditemukan banyak kesamaan dengan kitab 2 Samuel dan 1-2 Raja-Raja. Tidak heran, banyak pembaca Alkitab yang melompati kitab ini dan tidak membacanya. Mengapa 1-2 Tawarikh ditulis seperti ini? Terutama yang menjadi sorotan kita hari ini, mengapa ada 9 pasal pertama yang berisi silsilah? Kitab ini ditulis setelah bangsa Yehuda pulang ke tanah perjanjian dari pembuangan. Pembuangan ke Babel terjadi karena umat Tuhan berulang kali meninggalkan Tuhan dan menyembah allah lain. Peringatan dan ajakan untuk bertobat yang disampaikan Tuhan melalui para nabi tidak diindahkan sehingga akhirnya Tuhan membuang mereka. Tetapi sekarang dengan pertolongan Tuhan, mereka kembali ke negeri mereka sendiri. Ini adalah latar belakang dari penulisan kitab Tawarikh. Silsilah diperlukan oleh umat Tuhan untuk beberapa kepentingan. Pertama adalah untuk mencari garis keturunan dari nenek moyang mereka. Beberapa di antara umat Tuhan yang kembali ke tanah perjanjian perlu mengetahui dari garis keturunan yang mana, mereka berada. Selain berkaitan dengan hak warisan mereka, juga berkaitan dengan kepastian bahwa mereka adalah keturunan dari Yehuda, suku lain, dan terutama dari Abraham, nenek moyang mereka. Tetapi yang kedua adalah untuk menunjukkan akan kesetiaan Tuhan yang tetap memelihara umat pilihanNya meski mereka seringkali memberontak dan meninggalkan Dia. Hampir 70 tahun umat Tuhan dibuang dari tanah Perjanjian. Tetapi selama itu pula kesetiaan Tuhan tidak pernah luntur, Tuhan tetaplah setia akan janji-Nya kepada Abraham dan Daud, para hamba-Nya. Bahkan, janji itu tergenapi ketika kita melihat Perjanjian Baru, yaitu kehadiran Kristus melalui garis keturunan Daud. Demikian juga dalam kehidupan kita, apakah kita menyadari akan kesetiaan Tuhan dalam kehidupan keluarga kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang ingin diajarkan kepada kita melalui silsilah di 1 Tawarikh? (2) Bagaimana kasih setia Tuhan kepada umat-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar Tuhan memakai mereka untuk mengajak keluarga mereka mengikut jalan Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia kepada-Nya, sehingga hidupnya berkenan kepada-Nya.
18 SENIN
MEI 2015
“Yabes berseru kepada Allah Israel, katanya: Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, … Dan Allah mengabulkan permintaannya itu.” (1 Tawarikh 4:10)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 4:9-10 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 4-6
DOA YABES
A
da yang menarik ketika kita membaca 1 Tawarikh 4, yaitu catatan tentang Yabes yang sangat berbeda dengan catatan lainnya, yang berupa silsilah. Terlebih lagi ketika melihat isi doa Yabes. Bukankah kita juga ingin menaikkan doa seperti itu? Apalagi jika Tuhan mengabulkan doa kita seperti Yabes. Tapi, jangan cepat berpikir untuk segera menaikkan doa seperti itu dan berharap Tuhan langsung mengabulkannya, karena bisa saja kita berdoa hanya untuk memuaskan hawa nafsu kita semata. Yakobus 4:3 mengatakan bahwa Tuhan tidak berkenan akan permintaan semacam itu. Lalu, apa tidak boleh berdoa seperti Yabes, untuk memohon berkat atau kesembuhan? Tentunya tidak! Mengapa Yabes berdoa seperti itu? Apa motivasinya? Dalam ayat 9 menyebutkan bahwa ibunya memberinya nama Yabes karena dia dilahirkan dalam kesakitan. Sesuai dengan arti nama “Yabes” adalah “dia menyebabkan kesakitan,” suatu arti nama yang negatif. Bisa jadi, Yabes merasa bahwa dirinya adalah orang yang menanggung suatu kutukan dan kesulitan hidup. Bahkan bisa jadi Yabes merasa dirinya adalah orang yang membawa “kesialan” bagi orang di sekitarnya. Karena itu dalam kesesakan dia berseru agar Tuhan memberkatinya, sehingga janganlah terjadi pada dirinya atau orang-orang di dekatnya, seturut dengan arti namanya. Jadi, doa ini dipanjatkan bukan semata Yabes ingin berkat melimpah, tapi karena Yabes berada dalam pergumulan terkait dengan arti hidupnya. Bagi kita, doa Yabes ini mengingatkan akan beberapa hal: (1) Sumber pertolongan dan berkat yang sejati hanya dari Tuhan. Jangan mencari jalan pintas di luar kehendak-Nya ataupun kuasa lain, di luar Dia. (2) Ketika kita mengalami pergumulan tanpa henti, jangan mempunyai pikiran yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Seperti Yabes, mari kita datang pada Tuhan dalam doa memohon kekuatan iman dan pertolongan. (3) Jika kita di“cap” orang sebagai pembawa sial, maka, seperti Yabes, kita mohon agar Tuhan boleh membela dan menolong kita, sehingga menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekitar kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Yabes berdoa dalam keserakahan atau ketulusan memohon berkat dan pertolongan dari Tuhan? (2) Apa buktinya? Doakanlah agar jemaat Tuhan menaruh pengharapan hidupnya hanya pada Tuhan, Sang Sumber berkat dan Penolong yang sejati. Doakan jemaat yang saat ini sedang dalam pergumulan, mau datang kepada Tuhan.
19 SELASA
MEI 2015
“Ner memperanakkan Kish; Kish memperanakkan Saul; Saul memperanakkan Yonatan, Malkisua, Abinadab dan Esybaal.” (1 Tawarikh 9:39)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 9:39-44 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 7-9
KETURUNAN RAJA SAUL
A
da yang menarik ketika kita membaca silsilah keturunan Raja Saul pada pasal 9:39-44 ini. Bukankah mirip dengan 1 Tawarikh 8:33-40? Jika demikian, apa bedanya? Silsilah di pasal 8 ingin menunjukkan garis keturunan dari suku Benyamin, sedangkan di pasal 9 ini adalah garis keturunan dari Raja Saul, raja pertama Israel. Sekaligus ini sebagai awal dari kisah Raja Saul di pasal 10, yang menunjukkan alasan mengapa Saul digantikan oleh Daud. Jika kita melihat silsilah Saul ini, maka jelas terlihat bahwa keturunan Saul hanya diteruskan dari Yonatan, yang juga dikenal sebagai sahabat Daud. Di sini pikiran kita kembali dibawa mengingat kisah persahabatan Yonatan dan Daud, yang menghasilkan satu perjanjian di antara mereka; yaitu Tuhan ada di antara mereka dan keturunan mereka (1 Samuel 20:42), sehingga walaupun Daud menjadi raja, dia tidak akan menghancurkan keturunan Saul dan Yonatan. Daud menepati hal ini ketika dia memerintahkan untuk mencari sisa keturunan Yonatan yang masih hidup dan ditemukanlah Mefiboset (2Sam.9:1-13). Daud bahkan memperlakukan Mefiboset seperti keluarga kerajaan yang tinggal di Yerusalem dan makan bersama Daud. Jadi, walaupun Saul akhirnya ditolak menjadi raja oleh Tuhan, dan Yonatan anaknya tidak meneruskan takhtanya melainkan Daud, Tuhan tetap memelihara keturunan mereka, melalui Daud. Daud tidak menganggap keturunan Saul dan Yonatan sebagai pesaing dan ancaman untuk takhtanya. Tuhan benar-benar nyata dalam persahabatan mereka dan keturunan mereka berdua. Ada yang menyedihkan melihat silsilah raja Saul ini, yaitu dia ditolak Tuhan menjadi raja, dan kematiannya bersama anak-anaknya yang begitu mengenaskan. Tetapi ada juga keindahan dalam persahabatan Yonatan, anak Saul, dan Daud. Yonatan ternyata tidak mengikuti teladan ayahnya yang salah, tapi justru tetap setia dan meletakkan Tuhan di atas segalanya, termasuk ketika bersahabat dengan Daud, yang notabene adalah raja Israel, pengganti ayahnya. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa buktinya bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah persahabatan Yonatan dan Daud?(2) Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar Tuhan menganugerahkan sahabat-sahabat yang baik, terutama cinta Tuhan, dan agar diri mereka juga boleh menjadi sahabat yang baik untuk orang lain.
20
RABU
MEI 2015
“Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN …” (1 Tawarikh 10:13)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 10:1-14 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 10-12
DEMIKIANLAH SAUL MATI
S
etiap manusia merindukan umur panjang dalam kehidupannya. Ketika seseorang harus meninggal di usia muda, kebanyakan orang berkomentar: “Kasihan, masih muda.” Ada perasaan berat apabila yang meninggal adalah orang yang masih muda. Sebaliknya, apabila ada orang yang meninggal dalam usia lanjut, komentarnya: “Memang sudah sewajarnya meninggal, karena sudah tua.” Peristiwa peperangan antara Bangsa Israel dan Filistin yang begitu hebat dan dahsyat, membuat Raja Saul harus mengalami kekalahan, bahkan kematian. Frase “demikianlah Saul mati,” menunjukkan beberapa realita yang perlu kita perhatikan dalam kehidupan ini sehingga hidup kita semakin bermakna dan diperkenan oleh Allah, yaitu: (a) Tidak ada sesuatu (kekayaan, kekuasaan dan kelimpahan) yang bersifat kekal. Semuanya akan ada hanya dalam kesementaraan saja. Maka dari itu, janganlah kita mencurahkan segala jerih payah kita hanya demi sesuatu yang tidak bersifat kekal/sementara. (b) Kedudukan Saul sebagai raja, tidak berkuasa menyelamatkan dirinya dari kematian. Kedudukan Saul sebagai Raja bukanlah kekuasaan yang dapat menguasai segalanya. Kekuasaan Saul sebagai Raja, tidak berkuasa untuk menguasai kematian. Hanya Tuhan Yesus yang telah bangkit dari kematian-lah, yang sanggup menjaga dan melepaskan diri kita dari kuasa kematian yang kekal. Dengan kata lain, bahwa seberapa besar kekuasaan dalam dunia ini, kita tetap tidak memiliki kuasa atas kematian. (c) Bagaimana kita mengakhiri hidup kita di dalam Tuhan, merupakan sesuatu yang sangat diperkenan oleh Allah. Pada ayat 13, ditulis bahwa ternyata raja Saul telah mengisi kehidupannya dengan tidak memfokuskan diri kepada Allah. Hari ini, kiranya setiap langkah kehidupan kita dimulai dengan sebuah perenungan bahwa siapakah yang menguasai dan memiliki kehidupan kita. Apabila kehidupan kita dikuasai bukan oleh Allah, maka itu harus menjadi sebuah peringatan bagi kehidupan kita. Sebaliknya, miliki hidup bersama dengan Allah yang kekal dan yang menuntun setiap langkah kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan Saul sebagai raja di hadapan Allah? (2) Kematian Saul dalam perang menunjukkan apa bagi bangsa Israel? Apa aplikasinya bagi kita? Berdoalah agar setiap orang Kristen menyadari status dirinya sebagai umat Tuhan dan berkeinginan kuat untuk hidup sesuai firman-Nya, sehingga hidup mereka menjadi kesaksian yang benar.
21
KAMIS
MEI 2015
“Lalu temasyurlah nama Daud di segala negeri, dan TUHAN mendatangkan rasa takut kepadanya atas segala bangsa.” (1 Tawarikh 14:17)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 14:8-17 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 13-15
LALU MAJULAH DAUD MENGHADAPI MEREKA
K
ecenderungan yang sangat menakutkan dari manusia adalah kecenderungan untuk menguasai, menguasai, dan menguasai lagi, sebab manusia tidak pernah merasa puas terhadap segala sesuatu yang dimilikinya. Kecenderungan ini perlu diwasadai dan diarahkan dengan baik dan bijak. Bangsa Filistin sangat dikuasai oleh keinginan untuk menguasai orang Israel. Orang Filistin merasa bahwa dirinya telah mengalahkan raja Saul, sehingga ketika mereka mendengar bahwa Daud menjadi raja atas orang Israel, maka majulah mereka untuk menangkap Daud. Menghadapi kondisi seperti itu, Daud melakukan dua hal yang mendasar, yaitu: (1) Bertanyalah Daud kepada Allah. Daud memberi teladan bagi kita bahwa dalam kondisi apa pun, kiranya kita belajar untuk selalu bertanya terlebih dahulu kepada Allah. Kedekatan antara Daud dengan Allah menjadi fondasi yang sangat kuat dalam masa pemerintahannya. Mencari Allah dalam kondisi apapun merupakan sebuah sikap yang berserah dan juga bergantung, percaya Allah, di atas segalanya. Bahkan setiap kali ada persoalan, Daud selalu terlebih dulu bertanya kepada Allah. (2) Lalu majulah Daud. Tindakan yang nyata merupakan sebuah hasil dari perenungan dan pergumulan yang erat bersama dengan Allah. Tindakan tersebut pasti akan memberikan sebuah kemenangan. Kemenangan sudah diperoleh Daud saat dirinya bertanya kepada Allah, bukan karena kekuatan tentara yang dimilikinya, bukan juga karena keahliannya dalam menentukan strategi peperangan, melainkan karena hanya kedekatannya bersama dengan Allah. Allah yang membuat nama Daud termasyur dan mendatangkan rasa takut kepadanya atas segala bangsa. Hari ini, kiranya setiap kita menaruh porsi (bagian) yang tepat bagi Allah dan kita melakukan bagian yang Tuhan perkenan untuk kita kerjakan. Bertanyalah kepada Allah dan bertindaklah sesuai dengan perintah-Nya. Di situlah letak kemenangan dan sukacita, ketika menghadapi segala macam persoalan dan peperangan hidup ini, bersama Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud lakukan saat menghadapi perlawanan bangsa Filistin, sehingga TUHAN memberinya kemenangan? (2) Bagaimana dengan sikap Anda hari ini? Berdoalah secara pribadi kepada Tuhan, serahkanlah kekuatiran Anda, dan percayalah bahwa Tuhan akan menolong Anda, sesuai kehendak dan kasih karunia-Nya kepada Anda.
22
JUMAT
MEI 2015
“...Sebab itu Engkau berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh...” (1 Tawarikh 17:17b)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 17:16-27 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 16-18
TUHAN PERANCANG MASA DEPAN
K
ita pasti memiliki rancangan yang akan dilakukan ke depan, entah itu dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, atau apa saja. Namun, satu hal yang perlu kita lakukan, adalah menyerahkan dalam doa, segala rancangan masa depan kita ke dalam tangan Tuhan, karena Tuhan tahu apa yang terbaik yang Dia akan lakukan dalam kehidupan kita. Kebaikan Tuhan yang nyata dalam hidup Daud, membuat Daud tidak berhenti bersyukur kepada Tuhan, setiap kali dalam doanya. Daud sangat bersyukur atas segala perkerjaan Tuhan yang telah Tuhan nyatakan dalam hidupnya dan keluarganya, ini adalah ungkapan doa Daud kepada Allah yang begitu tulus dan murni dari hati. Daud mengaku bahwa Tuhanlah yang merancangkan semua hal-hal yang indah dan luar biasa atas hidupnya. Ia berdoa, “Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini? Dan masih kurang di mata-Mu, ya Allah; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya TUHAN Allah. Apakah lagi yang dapat ditambahkan Daud kepada-Mu dalam hal Engkau memuliakan hamba-Mu ini? Bukankah Engkau yang mengenal hamba-Mu ini? Ya TUHAN, oleh karena hamba-Mu ini dan menurut hati-Mu Engkau telah melakukan segala perkara yang besar ini dengan memberitahukan segala perkara yang besar itu” (ay.16-19). Daud mempercayakan dirinya dan keluarganya kepada pimpinan dan rancangan Tuhan atas hidupnya. Daud tidak lagi kuatir akan masa depan hidupnya dan keluarganya, karena Allah yang bertanggung jawab untuk memenuhi segala apa yang Ia janjikan. Jika Tuhan telah berjanji untuk memberkati Daud dan keturunannya, maka janji itu adalah untuk selamalamanya (ay.27). Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita percaya bahwa kehidupan kita dan keluarga kita telah dirancang sedemikian indah, oleh Allah sendiri? Tuhan memiliki rancangan yang hebat dan luar biasa atas masa depan kita. Bersyukurlah kepada TUHAN. STUDI PRIBADI: (1) Siapa yang menjadi sumber sukacita & pengharapan yang akan datang bagi kehidupan Duad dan keturunannya? (2) Bagaimana sikat Daud atas janji TUHAN? Berdoalah bagi setiap anggota keluarga Anda agar Tuhan memberikan dan mengerjakan yang baik bagi mereka, sesuai dengan kasih karunia-Nya atas mereka. Bersyukurlah karenanya!
23
SABTU
MEI 2015
“... Pergilah, hitunglah orang Israel dari Bersyeba sampai Dan, dan bawalah hasilnya kepadaku, supaya aku tahu jumlah mereka.” (1 Tawarikh 21:2)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 21:1-17 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 19-21
WASPADAI KESOMBONGAN DIRI
S
emakin seseorang menjadi sukses, semakin rawan dia untuk jatuh dalam dosa kesombongan. Di pasal 18-20 ini, dicatatkan bagaimana Daud memperoleh kemenangan demi kemenangan, ketika melawan musuhnya. Daud telah berhasil memerintah seluruh Israel, menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya (ps. 18:14). Kesuksesan Daud sabagai pemimpin, sudah terbukti. Namun sayang, di puncak kesuksesannya, Daud menjadi lengah, sehingga ia tidak sadar telah masuk dalam perangkap Iblis. Iblis membujuk Daud untuk menghitung orang Israel dari Bersyeba sampai Dan (dari selatan sampai utara), supaya Daud tahu jumlah rakyatnya. Namun, di balik semuanya itu, perangkap apa yang sebenarnya dipersiapkan Iblis? KESOMBONGAN! Daud ingin melihat sebesar apa tanahnya, seluas apa kerajaannya. Ia membuat keputusan ini, sama sekali tanpa melibatkan Tuhan. Daud tidak berdoa dan tidak mencari nasihat Tuhan, sehingga ketika Tuhan, melalui Yoab, memperingatkan Daud untuk tidak melakukan hal itu, Daud tidak peka. Daud sama sekali tidak mempedulikan perkataan Yoab dan memaksakan agar titahnya harus dijalankan (ay. 2-4). Hal ini adalah jahat di mata Tuhan (ay. 7). Akibat kelengahan dan dosa kesombongan dalam hati Daud, Tuhan menghukum Daud dengan cara yang dipilih Daud sendiri, yaitu 3 hari penyakit sampar melanda orang Israel sehingga 70 ribu orang Israel, tewas. Juga Tuhan hendak memusnahkan Yerusalem! Dosa yang kelihatannya kecil, orang lain tidak mengetahui, tapi berakibat fatal. Ketika Daud menyadari dosanya, Tuhan mengurungkan niatnya untuk memusnahkan Yerusalem. Bagaimana dengan kita? Mungkin kita tidak pernah berniat untuk sombong. Namun tetap harus waspada, ada kesombongan dalam hati, yang tidak terucapkan, yang tidak kelihatan. Ketika kita merasa bangga dengan apa yang kita hasilkan, dan ketika kita bangga dipuji orang, bahkan ketika kita ingin dipuji orang, berhati-hatilah! Jangan biarkan diri hanyut dalam kesombongan! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kesombongan adalah jahat di mata Tuhan? (2) Apakah yang Tuhan lakukan terhadap Daud, sebagai akibat kesombongannya? Berdoalah agar kita senantiasa sadar dan bersyukur, bahwa semua yang kita miliki dan keberhasilan kita dapat terjadi hanya karena pertolongan dan anugerah Tuhan. Segala kemuliaan hanyalah bagi Tuhan!
24
MINGGU
MEI 2015
“Karena pikir Daud: Salomo, anakku, masih muda dan kurang berpengalaman, dan rumah yang harus didirikannya bagi TUHAN haruslah luar biasa besarnya... sebab itu baiklah aku mengadakan persediaan baginya!...” (1 Tawarikh 22:5)
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 22:1-19 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 22-24
DEDIKASI BAGI TUHAN
S
atu impian Daud yang tidak tercapai adalah mendirikan Bait Suci. Ketika keinginannya itu muncul dengan satu motivasi yang murni, ingin memberikan yang terbaik, justru Tuhan berkata “tidak!” Bukan Daud yang akan mendirikan Bait Allah, tetapi Salomo yang dipilih Tuhan untuk mendirikannya (1Taw. 17:1, 4, 11-12). Bagaimana sikap Daud? Ia tidak menjadi marah, atau kecewa kepada Tuhan. Daud bisa menerima keputusan Tuhan itu dengan lapang dada. Daud menyadari bahwa tahun-tahun kehidupannya sudah tidak lama lagi, sedangkan Salomo masih muda dan kurang pengalaman, maka Daud merasa perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Daud tetap ingin memberikan yang terbaik bagi pembangunan Bait Suci. Apakah yang Daud lakukan? Pertama, Daud mengumpulkan orang-orang untuk memahat batu-batu pahat, bahan-bahan yang terbaik dan sangat banyak jumlahnya (ay. 2-4, 14). Kedua, Daud mempersiapkan Salomo, supaya Salomo juga dapat memberikan yang terbaik saat mendirikan Bait Suci. Salomo diteguhkan bahwa Tuhan yang menetapkannya untuk mendirikan Bait Suci, dan Tuhan akan mengokohkan takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya (ay. 6, 9-10). Salomo diingatkan untuk tidak takut, tidak tawar hati, dan setia melakukan ketetapan dan hukum Tuhan, maka Tuhan akan membuatnya berhasil (ay. 13). Salomo juga harus mempersiapkan orang-orang dan bahan-bahan yang terbaik (ay. 16-17). Ketiga, Daud menyiapkan orang-orang untuk mendukung Salomo (ay. 1719). Meskipun bukan Daud yang akan mendirikan Bait Suci, tapi Daud tetap pada prinsipnya, bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk Tuhan, apapun yang bisa ia lakukan. Bagaimana dengan kita? Dalam melayani Tuhan, sudahkah kita memberikan yang terbaik? Atau kita memberikan waktu, tenaga, pikiran, materi yang sisa-sisa, melakukan seadanya, menghitung untung-rugi, dan lain sebagainya? Jika kita sudah memberikan yang terbaik, apa dasarnya? Apakah untuk kemuliaan Tuhan atau untuk kemuliaan diri sendiri? Mari kita meneladani Daud! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Daud, ketika Tuhan tidak memilihnya mendirikan Rumah Tuhan? (2) Kualitas macam apa yg Daud berikan dalam pembangunan Rumah Tuhan? Berdoalah agar kita sadar untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaan Tuhan, karena Tuhan sudah terlebih dulu memberikan yang terbaik bagi kita. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk memberikan yang terbaik.
25
SENIN
“Dari Yedutun ialah anak-anak Yedutun: Gedalya, Zeri, Yesaya, ..., dan Matica, enam orang di bawah pimpinan ayah mereka, Yedutun, yang bernubuat ... pada waktu menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan.” (1 Tawarikh 25:3) MEI 2015
Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 25:1-31 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 25-27
KELUARGA YANG MELAYANI
T
erlihat begitu indah apabila sebuah keluarga meluangkan waktunya untuk berkumpul bersama-sama. Lebih indah lagi apabila sebuah keluarga bersatu hati melayani Tuhan, seperti yang dicatat dalam ITawarikh 25, yaitu keluarga Yedutun (ay. 3). Di bawah pimpinan sang ayah, Yedutun, anak-anaknya menaikan pujian-pujian bagi Tuhan. Selain keluarga Yedutun, masih banyak lagi keluarga-keluarga yang melayani Tuhan, seperti keluarga Asaf. Jumlah keseluruhannya berjumlah dua ratus delapan puluh orang dan mereka semuanya adalah ahli seni (ayat 7). Apakah yang dapat kita pelajari dari kisah ini? (1) Tuhan membentuk sebuah keluarga dengan tujuan untuk melayani-Nya. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah pastilah ada tujuannya, tidak mungkin tidak memiliki tujuan, demikian juga halnya dengan keluarga. Keluarga dibentuk oleh Allah dengan tujuan untuk memuliakan/melayani-Nya. (2) Kepala rumah tangga sebagai representasi Allah. Sama halnya Yedutun yang memimpin anggota keluarganya untuk memuji Tuhan, demikian juga dengan seorang suami atau bapa. Ia pun harus dapat memimpin hidup keluarganya untuk senantiasa memuliakan Tuhan. Seorang suami atau bapa adalah representasi Allah di muka bumi, yang bertugas untuk mempengaruhi atau bahkan mendidik anak-anak mereka di dalam kebenaran. (3) Sehati sepikir di dalam melayani Tuhan. Sebuah keluarga yang melayani juga harus sehati sepikir di dalam melayani Tuhan. Sebab tanpa kesatuan hati, impian mengenai keluarga yang melayani tidak akan pernah tercapai. Oleh sebab itu rasul Paulus pernah berkata “Supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan diantara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir” (1Kor 1:10). Konteks surat 1Korintus ini ditujukan kepada jemaat Allah yang mengalami perpecahan; namun bukan hanya anggota jemaat saja yang mengalami perpecahan, keluarga pun juga dapat mengalaminya. Bagaimana dengan Anda? Sudahkan Anda menggerakkan keluarga untuk melayani Tuhan dan sehati sepikir dalam melayani Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Apa tujuan sebuah keluarga yang Tuhan kehendaki? (2) Bagaimana pentingnya peran kepala keluarga dalam memimpin anggota keluarganya? Berdoalah bagi setiap kepala keluarga rumah tangga jemaat agar mereka dapat menjadi teladan keluarganya, juga berhasil mengarahkan anggota keluarganya untuk hidup takut akan Tuhan.
26
SELASA
“Aku bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN... Tetapi Allah telah berfirman kepadaku: Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, engkau ini MEI 2015 seorang prajurit dan telah menumpahkan darah.” (1Taw. 28:2-3) Bacaan hari ini: 1 Tawarikh 28-29 Bacaan setahun: 1 Tawarikh 28-29
SIKAP DAUD TERHADAP PENOLAKAN TUHAN
D
aud bermaksud mendirikan rumah bagi TUHAN. Segala keperluan untuk mendirikan rumah Tuhan, telah ia sediakan (ay. 2). Sayang, Allah tidak memperkenankan Daud untuk mendirikan rumah bagiNya. Karena, sebagai prajurit ia telah banyak menumpahkan darah (ay. 3). Seandainya kita adalah Daud, mungkin kita akan melupakan rencana kita sampai di situ dan saat itu juga, tetapi tidaklah demikian dengan Daud. Walaupun tidak diperkenankan oleh Tuhan untuk mendirikan rumah Tuhan, Daud tidak tawar hati ataupun kecewa kepada Tuhan. Daud rela menerima keputusan Tuhan yang menolaknya untuk mendirikan rumah bagi Tuhan. Hal ini terlihat dalam sikap Daud ketika Tuhan memilih Salomo untuk menggantikannya sebagai raja, yang kemudian memperkenannya untuk mendirikan rumah bagi-Nya (ay. 6). Jelas terlihat bahwa Daud tidak iri, dan bahkan ia sangat mendukung pilihan Tuhan atas Salomo untuk mendirikan rumah bagi-Nya. Daud menguatkan Salomo, sehingga katanya: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, dan lakukanlah itu; janganlah takut dan janganlah tawar hati, sebab TUHAN Allah, Allahku, menyertai engkau. Ia tidak akan membiarkan dan meninggalkan engkau sampai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah Allah selesai Sesungguhnya, rombongan para imam dan para orang Lewi ada untuk melakukan segala ibadah di rumah Allah, dan ada beberapa sukarelawan yang ahli dalam setiap tugas yang dapat membantu engkau. Juga para pemimpin dan seluruh rakyat ini sepenuhnya ada di bawah perintahmu” (ay. 20-21). Demikianlah sikap Daud dalam menghadapi penolakan Tuhan terhadap dirinya untuk mendirikan rumah bagi Tuhan. Bagaimanakah sikap Anda, jika keinginan Anda untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan, mengalami penolakan dari-Nya? Apakah Anda akan melupakan keinginan Anda sampai di situ dan saat itu juga? Apakah Anda menjadi iri hati kepada mereka yang kepadanya Tuhan berkenan untuk melakukan apa yang sesungguhnya Anda ingin lakukan untuk Tuhan? Marilah kita tidak tawar hati dan iri, melainkan tetap mendukung pekerjaan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Daud tidak diperkenan untuk mendirikan rumah bagi Tuhan? (2) Bagaimanakah sikap Anda jika mengalami penolakan dalam pelayanan? Marilah kita berdoa agar kita dapat hidup memperkenankan hati Tuhan dan tetap setia kepada perintah-Nya, sehingga kita diperkenan oleh Tuhan untuk melayani-Nya selama hidup kita.
27
RABU
“Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian, supaya aku dapat keluar dan masuk sebagai pemimpin bangsa ini, sebab siapakah yang dapat menghakimi umat-Mu yang besar ini?” (2 Tawarikh 1:10) MEI 2015
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 1-3 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 1-3
MINTA HIKMAT JALANKAN AMANAH
K
etika Allah menawarkan Salomo untuk meminta apa saja yang diinginkannya sebagai tanda berkenannya Allah atas penyembahan Salomo di Gibeon, yang Salomo minta adalah hal yang berkaitan dengan amanah Tuhan untuk memimpin umat Tuhan yang besar itu, yakni hikmat dan pengertian agar dapat memimpin umat yang Tuhan percayakan kepadanya (ay. 10). Salomo minta agar sebagai pemimpin ia memiliki hati yang bijaksana dan memiliki ketajaman dalam menilik, mampu melihat dan menimbang segala sesuatu dari sudut pandang Allah. Demikianlah hikmat yang diminta oleh Salomo dalam mimpinya pada malam itu (ay. 7, bdk. 1Raj. 3:5,15). Permintaan Salomo ini menunjukkan kesadarannya akan siapa dirinya sesunguhnya di hadapan Tuhan. Ia sadar diri bahwa ia tidak mempunyai kemampuan apa-apa untuk memimpin umat Tuhan yang besar itu. Karena itu, ketika ada kesempatan untuk meminta kepada Tuhan, dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, ia meminta agar Tuhan yang memilihnya menjadi pemimpin atas umat-Nya yang besar itu, memberikannya hikmat dan pengertian untuk memimpin umat yang Tuhan percayakan kepadanya. Permintaan yang sungguh luar biasa; Salomo tidak meminta kekuatan, kekayaan, harta benda, kemuliaan atau nyawa pembencinya; ia juga tidak meminta umur panjang, tetapi sebaliknya ia meminta kebijaksanaan dan pengertian untuk dapat menghakimi umat Tuhan yang Tuhan percayakan untuk dipimpinnya. Bagaimana dengan kita? Kita semua adalah pengemban amanah Tuhan, entah kita sebagai orangtua, guru, pendeta, atau apa pun profesi kita itu, sesungguhnya kita adalah pengemban amanah dari Tuhan. Jika Tuhan menawarkan hal yang sama kepada kita, apakah yang akan kita minta kepada Tuhan? Marilah kita belajar dari Salomo, sebagai pengemban amanah Tuhan, kita pun meminta agar Tuhan melengkapi kita dengan hikmat yang daripada-Nya. Maka dengan demikian kita pun dapat menjalankan fungsi kita semestinya, sebagaimana yang Tuhan harapkan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Salomo meminta hikmat dan pengertian, bukan yang lain? (2) Jikalau Anda adalah Salomo, apakah yang akan Anda minta kepada Tuhan? Berdoalah agar setiap pengemban amanah Tuhan diberi-Nya hikmat Tuhan dalam menjelankan amanah yang telah dipercayakan pada mereka. Entah mereka sebagai orangtua, guru, pendeta, atau pun pemimpin negeri ini.
28
KAMIS
MEI 2015
“Jadi TUHAN telah menepati janji yang telah diucapkan-Nya …” (2 Tawarikh 6:10)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 6:1-42 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 4-6
TUHAN SETIA MENEPATI JANJI-NYA
T
erwujudlah apa yang Daud inginkan. Rumah TUHAN telah berdiri. Dengan berdirinya Bait Allah tersebut, genaplah apa yang TUHAN janjikan kepada hamba-Nya, Daud. Karena ketika Daud bermaksud mendirikan rumah untuk nama TUHAN, Ia telah berfirman bahwa bukanlah dia yang akan mendirikan rumah itu, melainkan anak kandungnya, Salomo. Dialah yang akan mendirikan rumah itu untuk nama TUHAN. Sebagai penerus takhta Daud, Salomo sungguh-sungguh berpegang pada janji yang telah TUHAN sampaikan kepada Daud, ayahnya (1Taw. 28:9-10). Kesungguhan Salomo dalam memegang janji Tuhan terungkap dalam doa yang ia panjatkan saat penahbisan Bait Allah (2Taw. 6:12-42). Terungkap bahwa Salomo sangat berpegang pada janji TUHAN, bahkan ia sangat meyakininya, hingga pada akhirnya ia sendiri pun menyaksikan bagaimana TUHAN menggenapi apa yang dijanjikan-Nya itu. Itulah sebabnya, Salomo sangat menyadari bahwa keberhasilannya dalam mendirikan Bait Allah, sesungguhnya merupakan wujud pemenuhan janji TUHAN semata. Keberhasilannya dalam membangun Bait Allah bukan karena kemampuan atau kehebatannya sebagai seorang raja. Baginya, TUHAN sendirilah yang telah membangun Bait Allah tersebut. Karena Dialah Tuhan yang telah menggenapi janji-Nya kepada Daud, ayahnya, untuk membangun rumah bagi nama-Nya. Ketika penahbisan Bait Allah, di depan para pemimpin Israel, Salomo meletakkan Tabut Perjanjian di ruang maha kudus dan menyatakan bahwa Bait Allah tersebut sebagai pengganti langsung dari semua tempat ibadah Israel yang ada sebelumnya (5:1-10). Dengan demikian keberadaan Bait Allah tersebut, sesungguhnya menyatakan kehadiran Tuhan di tengahtengah mereka (2Taw. 5:13-14), dan dengan rasa kagum Salomo memberikan kesaksian dengan singkat tentang kesetiaan Tuhan akan janji-Nya (6:1-11). Bagaimana dengan kita? Marilah kita belajar hidup setia, taat, dan bertekun dalam mengikuti dan melayani-Nya, sampai Ia memenuhi janji-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah janji Tuhan yang Anda percayai dan pegang hingga kini? (2) Mengapa Anda mau mempercayai dan memegang janji Tuhan itu? Berdoalah agar Tuhan menguatkan setiap kita anak-anak-Nya untuk tetap setia, mempercayai dan memegang janji Tuhan dalam kehidupan mereka. Doakan agar mereka selalu hidup benar di hadapan-Nya.
29
JUMAT
“Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga & mengampuni MEI 2015 dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” (2 Tawarikh 7:14)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 7:11-22 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 7-9
KEHADIRAN TUHAN
P
enampakan TUHAN pada Salomo merupakan peristiwa yang terjadi setelah pembangunan Bait Suci diselesaikan oleh Salomo. Di dalam PL, Bait Suci memegang peranan sangat penting, karena Bait Suci adalah simbol kehadiran TUHAN di tengah-tengah kehidupan umat-Nya (bnd. 2Taw.7:16; 1Raj.9:3) Di dalam penglihatannya, TUHAN menegaskan mengenai 2 hal yang penting: Pertama, TUHAN hadir di tengah-tengah kehidupan Umat-Nya (vv. 1316). Kehadiran TUHAN di tengah-tengah umat-Nya bersifat rohani, meski secara fisik TUHAN tidak ada di dalam Bait Suci-Nya, tetapi TUHAN akan mendengar segala keluhan umat-Nya. TUHAN juga berjanji, bila umat-Nya berdosa dan mereka mau berbalik pada TUHAN meminta pengampunan, TUHAN akan mengampuni dan memulihkan kehidupan mereka. Kedua, TUHAN menegaskan perjanjian-Nya dengan Daud kepada Salomo (vv. 1822). Setelah pembangunan Bait Suci selesai dilakukan, TUHAN kembali menegaskan perjanjian-Nya yang diikatkan dengan Daud kepada Salomo. Perjanjian itu: TUHAN akan mengokohkan takhta keturunan Daud menjadi raja yang memerintah Israel. Perjanjian ini tetap berlaku, apabila keturunan Daud, dalam hal ini Salomo dan seluruh Israel, hidup taat kepada TUHAN. Tapi, bila Salomo dan Israel tidak taat kepada TUHAN, maka TUHAN akan menghukum dengan cara membuang dan menyerahkan mereka ke dalam tangan bangsa-bangsa lain. Ini adalah konsekuensi dari perjanjian TUHAN. Dari kisah ini, kita dapat belajar bahwa TUHAN menghendaki umatNya untuk taat kepada-Nya. Kehadiran TUHAN di tengah-tengah kehidupan umat-Nya menunjukkan bahwa TUHAN sangatlah peduli dan memperhatikan kehidupan umat-Nya. Kehadiran TUHAN di tengah-tengah kehidupan umat-Nya merupakan bentuk pemeliharaan TUHAN atas mereka. Namun di dalamnya ada satu tuntutan yang TUHAN kehendaki kepada umat-Nya, yaitu: ketaatan kepada-Nya. Persoalannya adalah kita yang hidup pada masa kini sebagai umat TUHAN, sudahkah kita menaati TUHAN di dalam seluruh hidup kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan Bait Suci dibangun oleh Salomo? (2) Apakah yang sesungguhnya Tuhan kehendaki dari umat-Nya, yang hidup di hadapan-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup takut akan Tuhan dan mengerjakan apa yang benar di hadapan-Nya, sehingga nama Tuhan dimuliakan melalui kehidupan mereka.
30
SENIN
MEI 2015
“Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambahnya ...” (2 Tawarikh 10:14)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 10:1-19 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 10-12
KEBIJAKAN REHABEAM
S
iapakah Rehabeam sebenarnya? Tidak lain tidak bukan, Rehabeam adalah anak Salomo. Setelah Salomo, ayahnya wafat, Rehabeam naik takhta menggantikan posisi ayahnya sebagai raja (2Taw. 9:31). Rakyat mengharapkan ada kebijakan baru, karena selama pemerintahan Salomoini, mereka merasakan tanggungan sangat berat. Maka datanglah Yerobeam dengan seluruh orang Israel dan berkata kepada Rehabeam, katanya: “Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu” (2 Tawarikh 10:4). Lumayan pintar, Rehabeam yang baru naik takhta itu tidak langsung menjawab mereka. Tetapi ia meminta agar mereka kembali lusa untuk menghadap raja. Dalam kesempatan itu, Rehabeam meminta nasihat dari para tua-tua yang pernah mendampingi Salomo. “Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat,” demikian tanya Rehabeam. Jawab penasihat ayahnya demikian: “Jika engkau mau berlaku ramah terhadap rakyat itu, mau menyenangkan mereka dan mengatakan kata-kata yang baik kepada mereka, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu” (2Taw. 10:7). Tetapi Rehabeam mengabaikan nasihat para tua-tua itu, ia lebih tertarik dengan jawaban orang-orang muda yang sebaya dengannya. Lalu Rehabeam menjawab seluruh rakyat Israel: “Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambahnya; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi” (2Taw. 10:14). Mengapa Rehabeam mencondongkan hatinya mengambil kebijakan yang tidak menyenangkan rakyat? Karena Allah menghendaki perubahan terjadi dalam pemerintah Rehabeam atas rakyat Israel sesuai nubuatan Ahia (2Taw.9:29; 10:15). Kadang, ada kebijakan yang tidak menyenangkan kita, tapi kita harus percaya bahwa Allah selalu bermaksud baik untuk kita. Dia adalah Allah yang berdaulat atas kehidupan manusia. STUDI PRIBADI: (1) Apa tujuan Allah mengizinkan Rehabeam mengambil suatu kebijakan yang justru memberatkan rakyat? (2) Apa yang dapat kita aplikasikan dalam hidup kita? Berdoalah bagi setiap pergumulan dan kekuatiran Anda, dan mintalah Tuhan memberikan hikmat-Nya, sehingga Anda bisa mengerti kehendak-Nya, dan menerimanya di dalam damai sejahtera-Nya.
31
MINGGU
MEI 2015
“Tak pernah lagi Yerobeam mendapat kekuatan di zaman Abia.” (2 Tawarikh 13:20)
Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 13:1-22 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 13-14
ABIA RAJA YEHUDA
A
pakah yang menarik perhatian kita tentang raja-raja setelah Daud, Salomo dan Rehabeam? Juga Raja Abia yang menggantikan Rehabeam, ayahnya. Mereka adalah alat Tuhan untuk menertibkan dan menegakkan kerajaan Israel, agar berjalan sesuai kehendak Tuhan. Setelah Abia naik takhta, Yerobeam bin Nebat, yang pernah menjadi hamba Salomo, bangkit memberontak tuannya. Sepak terjang Yerobeam sungguh menjengkelkan hati Tuhan. Ia menghimpun orang-orang dursila bangkit melawan kerajaan Tuhan. Ia juga membuat anak lembu emas yang dijadikan allah mereka. Bahkan, mereka telah menyingkirkan imam-imam Tuhan, anak-anak Harun dan orang-orang Lewi. Lalu ia juga menahbiskan imam-imam pilihannya sendiri melalui ritual yang tidak sesuai dengan cara Allah (2Taw. 13:6-9). Apakah cara manusia lebih canggih daripada Allah? Apakah strategi manusia dapat mengalahkan kekuatan Allah? Allah melakukan dua hal yang berkaitan dengan kemenangan Abia, sehingga Abia dapat menyingkirkan kelicikan dan kekuatan Yerobeam bin Nebat itu. Pertama, Allah memelihara anak-anak Harun dan orang Lewi yang setia melakukan korban bakaran dan ukupan untuk Tuhan setiap pagi dan setiap petang; ini artinya, mereka memelihara kesetiaan dan hubungan dengan Tuhan. Sedangkan Yerobeam telah meninggalkan Tuhan dengan tidak mengindahkan korban bakaran dan ukupan untuk Tuhan, melainkan untuk allah mereka. Kedua, Allah memimpin imam-imam mengarahkan perang. Sekalipun Yerobeam mengarahkan begitu banyak pasukan, pada akhirnya Allah memukul kalah Yerobeam dan pasukannya. Demikianlah Abia meraih kemenangan dan Yehuda menjadi kokoh, karena mereka mengandalkan diri kepada Tuhan, Allah nenek moyang mereka. Kadang kita bisa bersikap seperti Yerobeam, mengandalkan kekuatan diri, strategi dan kelicikan, untuk meraih sesuatu yang berseberangan dengan keinginan Tuhan. Kita berpikir bahwa cara kita lebih jitu daripada mengandalkan Tuhan. Kiranya melalui kisah raja Abia, kita lebih mengandalkan Tuhan daripada mengandalkan yang lain. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Yerobeam mengalami kekalahan? (2) Bagaimana Abia mengalami kemenangan? Apa yang bisa kita pelajari darinya? Berdoalah kepada Tuhan agar Ia memberikan kepada Anda keberanian dan keyakinan iman untuk tetap setia dan mengandalkan Tuhan dalam segala hal, sehingga kita dimampukan melihat perbuatan tangan-Nya.
Catatan...
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)