|
247
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 247 | NOVEMBER 2016
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” [2 Korintus 4:7]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 247: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan Bambang Alim, Hana Ovilordia, Hendry Heryanto, Ie David Inge Adriana, Ivan Kwananda, Jonathan Dwi Putra Liem Sien Liong, Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Hidup Bahagia Dalam Perintah-Nya
K
etika Allah memberikan perintah atau peraturan-Nya kepada kita, tujuannya adalah agar kita memiliki “jalan kehidupan” yang tepat dan benar. Allah melakukan ini bukan berarti Ia ingin memberikan beban berat kepada kita, melainkan menunjukkan jalan kebahagiaan bagi kita. Alasannya adalah sangat sederhana: Pertama, Allah adalah pencipta kita. Sebagai Pencipta, Ia pasti tahu jalan yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Namun ironisnya adalah, manusia merasa lebih tahu yang terbaik dari Allah dengan cara melanggar perintahNya. Akibatnya, manusia harus menghadapi berbagai kesulitan hidup. Mereka semakin tersesat dan berjalan dalam “kegelapan hidup.” Buah yang dituainya adalah kesedihan dan kehampaan. Sekalipun mereka memiliki berbagai kekayaan materi, tetapi jika mereka hidup melawan perintah Allah, mereka tidak memiliki damai sejahtera dan pengharapan kekal. Itu sebabnya di akhir hidup mereka, banyak orang yang mengalami ketakutan dan keterputus-asaan, bahkan sampai pada tingkat kenihilan, ketika mereka harus menghadapi kematian. Kedua, Allah mendesain kita sebagai pribadi yang akan bahagia, jika kita menaati perintah dan bergaul dengan-Nya. Namun ironisnya adalah, manusia memilih untuk tidak menaati perintah-Nya. Akibatnya, mereka tidak pernah mendapatkan kebahagiaan yang sejati, sekalipun dengan berbagai cara mereka telah mengusahakannya. Jika kita didesain untuk melakukan perintah-Nya, tetapi kita justru melanggar perintah-Nya, maka berarti kita telah merusak diri sendiri dan relasi kita dengan Tuhan. Bukan kebahagiaan yang kita dapatkan, tetapi ketakutan dan kekuatiran, sebab kita telah diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Kepenuhan akan Dia dalam hidup kita, itulah yang membuat keberadaan kita memiliki makna. Bagaimana dengan para sobat pembaca renungan PERSPEKTIF? Marilah kita menyadari keberadaan kita sebagai ciptaan Tuhan yang telah didesain-Nya secara khusus untuk hidup dalam perintah dan relasi denganNya. Syukurilah itu dan jalanilah kehidupan ini sesuai kehendak-Nya. Janganlah berusaha melanggar perintah-Nya, jika kita menghendaki kebahagiaan sejati. Taat kepada perintah-Nya adalah langkah yang tepat. Kiranya Allah menolong kita untuk taat kepada perintah-Nya. Amin.
SELASA
01
NOVEMBER 2016
“Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan …” (Titus 2:12)
Bacaan hari ini: Titus 2:11-15 Bacaan setahun: Titus 2
DISELAMATKAN UNTUK MELAKUKAN KEBAJIKAN
S
alah satu perbedaan utama antara kekristenan dengan agama-agama adalah hal “korelasi perbuatan baik dengan keselamatan.” Agama mengajarkan umat melakukan berbagai kebajikan, karena perbuatan baik tersebut akan diperhitungkan sebagai jasa atau kredit untuk menutupi kesalahan atau dosa yang dilakukan. Sering-seringlah membantu orang lain, berilah sedekah kepada kaum miskin, bantulah orang yang sedang dalam kesusahan, jangan bosan berbuat baik, maka semua itu bagaikan menabung pahala bagi hari depan atau kehidupan yang akan datang. Alkitab mengajarkan suatu kebenaran yang justru terbalik. Kebajikan yang dilakukan orang berdosa adalah seperti kain kotor di hadapan Allah (Yes. 64:6) karena status orang berdosa di hadapan Allah adalah status terhukum, musuh. Sebanyak apapun kebaikan yang dilakukan, tidak bisa merubah status tersebut. Ketika seorang berdosa datang kepada Kristus, ia mengaku dosa dan percaya bahwa kematian Kristus di atas salib telah menggantikan posisinya menanggung hukuman ilahi; karena itu, imannya kepada Kristus sebagai Juruselamat telah merubah statusnya; bukan lagi sebagai musuh Allah, tapi sebagai anak Allah, sebagai murid Kristus. Perubahan status ini adalah titik tolak yang membawa orang berdosa menerima anugerah keselamatan. Di dalam Kristus, dia menjadi ciptaan baru (2Kor. 5:17). Setelah diselamatkan dan menjadi ciptaan baru, kini di dalam dirinya muncul suatu kehidupan baru yang terarah kepada Juruselamat, kepada pokok anggur yang memberinya kekuatan untuk berbuah. Tujuan hidup barunya, bukan lagi berpusat pada dirinya sendiri, tetapi untuk tujuan Allah. Dia tahu dia dipilih untuk menjadi serupa Kristus (Rm. 8:29), maka seperti Sang Guru yang suka berbuat kebaikan, demikian juga sifat tersebut mulai bertumbuh di dalam hatinya, di dalam dirinya. Dia belajar mengalahkan kedagingan dan menggantikannya dengan buah-buah ketaatan. Dia diselamatkan oleh anugerah, dan dia berbuat baik sebagai bukti imannya. Apakah kita punya sifat seperti itu? STUDI PRIBADI: (1) Apakah perbedaan antara ajaran Kristen dengan agama lain tentang korelasi perbuatan baik dengan keselamatan? (2) Apa alasan kita berbuat baik? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup benar dan berbuat baik bukan karena ingin dipuji atau menyenangkan orang lain, melainkan karena mereka telah merasakan kasih Tuhan terlebih dulu.
RABU
02
NOVEMBER 2016
“… mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik dan berguna bagi manusia.” (Titus 3:8)
Bacaan hari ini: Titus 3:1-4 Bacaan setahun: Titus 3
DISELAMATKAN UNTUK MENABUR KEBAIKAN
C
atatan sejarah menyatakan bahwa sejak dahulu, kehidupan manusia diwarnai dengan kekerasan. Dari persaingan antar kelompok untuk bertahan hidup, sampai saling menaklukkan dan terus berkembang sampai perang antar negara. Dari sisi pengajaran Alkitab, fakta tersebut dijelaskan sebagai dampak dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Dosa mencemari seluruh aspek hidup manusia, dan kejahatan menjadi buah dosa secara nyata. Di sisi lainnya, secercah kesadaran hari nurani yang masih tersisa, memunculkan keinginan untuk hidup yang lebih baik, rukun dan damai. Kejujuran, kesetiaan, kebaikan, tetap diyakini sebagai hal-hal positif yang diinginkan banyak orang. Saling menolong, saling berbagi, hidup dalam kerukunan tetap diinginkan oleh lebih banyak orang, daripada kejahatan. Di tengah ketegangan antara kebaikan dan kejahatan seperti itulah, agama hadir sebagai semacam “suplemen” untuk mendorong manusia ke arah hidup yang baik. Kebajikan itu bukan saja baik untuk membangun komunitas masyarakat, maupun orang-orang lain; terlebih lagi, baik untuk yang melakukannya karena perbuatan baik itu akan mendatangkan nilainilai kredit yang berkaitan dengan kekekalan; lakukanlah lebih banyak kebajikan, dan perbuatan baik itu akan membawa orang ke sorga. Kekristenan mengajarkan hal yang sebaliknya. Kebajikan adalah buah dari hidup yang sudah diperbarui. Karena sudah percaya kepada Sang Juruselamat dan mendapatkan hidup baru dari Allah sumber kehidupan, sudah kembali berelasi dengan Allah sumber kebaikan, maka kita, orangorang percaya, secara natural mewujudkan kebaikan di dalam setiap perbuatan kita. Satu-satunya penghalang yang tersisa, adalah pola kedagingan yang masih melekat dalam diri kita, dan oleh karena itu Paulus senantiasa mengingatkan kita untuk tetap fokus dan sungguh-sungguh berusaha melakukannya. Ini tidak mudah, tapi inilah buah iman yang sejati. Kita diselamatkan, untuk melakukan perbuatan yang baik, dan menjadi berkat bagi dunia. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah orang Kristen melihat perbuatan baik, apakah sebagai implikasi iman atau karena ingin dianggap baik? (2) Apa motif kita berbuat baik? Berdoalah bagi setiap orang percaya agar mereka tidak mengikuti keinginan daging tetapi hidup dalam kebenaran sebagai konsekuensi iman kepada Allah di dalam Kristus Yesus.
KAMIS
03
NOVEMBER 2016
“Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!” (Filemon 1:20)
Bacaan hari ini: Filemon 1:1-25 Bacaan setahun: Filemon 1
MENJADI PENYALUR KASIH
S
urat Filemon adalah surat pribadi yang disampaikan Paulus kepada Filemon; satu-satunya surat pribadi Paulus yang dimasukkan menjadi bagian Alkitab Perjanjian Baru. Dari isi suratnya, kita tahu bahwa tujuan Paulus menuliskan surat tersebut adalah berkaitan dengan seorang yang bernama Onesimus, yang kemungkinan merupakan hamba Filemon, yang melarikan diri karena melakukan suatu kesalahan yang merugikan majikannya. Ketika sampai di Roma sebagai tahanan rumah, Paulus berjumpa dengan Onesimus dan menginjili dia sehingga Onesimus percaya Tuhan dan menjadi anak rohani Paulus yang sangat bermanfaat menolong pelayanan Paulus di Roma. Waktu Paulus mengetahui bahwa Onesimus adalah hamba Filemon, dia memutuskan untuk menyuruh Onesimus kembali kepada majikannya untuk tujuan tertentu. Pertama, karena sekarang Onesimus sudah bertobat dan menjadi orang percaya, maka dia haruslah berani mempertanggungjawabkan perbuatannya yang salah di masa lalu, yaitu dengan cara datang kepada Filemon untuk menyelesaikannya. Pertobatannya bukan saja tidak menghapus kesalahan yang dia lakukan, tetapi justru mengharuskan dia berani bertanggung jawab. Kedua, untuk memulihkan status Onesimus secara utuh. Dia adalah seorang hamba pelarian. Seandainya Filemon melaporkan kasusnya kepada pihak hukum, maka kemana pun Onesimus pergi, statusnya adalah budak yang melarikan diri, dan status ini akan menempatkan Onesimus sebagai terhukum. Ketiga, Paulus ingin Filemon bukan saja memahami apa yang terjadi dengan hambanya, bahwa hambanya sudah menjadi bagian dari komunitas orang percaya, tapi sebagai majikan yang pernah dirugikan, ia haruslah mempraktekkan hukum kasih Kristiani yang sejati. Dia harus bisa menerima kembali Onesimus di dalam kasih, karena hanya dengan itulah pemulihan hidup Onesimus terjadi secara utuh. Bagaimana dengan kita? Marilah kita menjadi agen penyalur kasih Tuhan yang memulihkan kehidupan orang lain yang pernah terpuruk dan membawa mereka dalam pengampunan dan pembaruan dari Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus harapkan dari Filemon dan Onesimus? (2) Bagaimana kita mengaplikasikan ajaran Paulus tersebut dalam hidup kita? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka menampilkan kehidupan Kristiani yang sejati, yang diliputi kasih Tuhan kepada mereka yang terhilang dan penerimaan mereka kepada yang bertobat.
JUMAT
04
“Maka pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.” (Ibrani 1:2) NOVEMBER 2016
Bacaan hari ini: Ibrani 1:1-4 Bacaan setahun: Ibrani 1
GANDRUNG KEPADA YESUS
A
da banyak orang yang sangat mengagumkan hari ini; seperti Mario Teguh, Tung Desem, Merry Riana, yang piawai dalam berbicara dan mengeluarkan kata-kata yang inspiratif. Tidak sedikit orang Kristen yang merasa terberkati dengan keberadaan mereka dan bahkan gandrung menjadi pengikut setia tokoh-tokoh tersebut. Apakah hal ini sepenuhnya salah? Tidak juga. Hanya saja, setiap orang Kristen seharusnya lebih gandrung kepada Yesus, dibandingkan tokoh-tokoh tersebut. Orang-orang Yahudi juga memiliki tokoh-tokoh yang mereka kagumi. Mereka mengagumi Abraham, Musa, Yakub, para nabi dan lainnya. Mereka menghafal pengajaran tokoh-tokoh tersebut, mengagumi mereka. Penulis Ibrani dalam suratnya ingin menyatakan ada Seorang Pribadi yang lebih sempurna dari semua tokoh tersebut. Pribadi itu adalah Tuhan Yesus. Ia tidak hanya menerima pesan Allah melalui penglihatan seperti Yesaya (Yes. 6), atau melalui mimpi kepada Yusuf dan Yakub (Kej. 28). Yesus juga tidak berjumpa Allah melalui perjumpaan langsung, seperti Abraham dan Musa (Kej. 18; Kel. 31). Lebih dari itu, Yesus sendiri adalah Allah. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah sendiri (ay. 2). Semua perkataan, pengajaran, pelayanan dan kehidupan Yesus adalah penyataan Allah yang terbesar dalam sejarah umat manusia. Yesus lebih tingi dari para malaikat (Ibr. 1:5-14), lebih tinggi dari Musa (Ibr. 3:1-6), lebih tinggi dari Harun (Ibr. 7:11-28), lebih tinggi dari Imam Besar dan semua tokoh yang dikagumi orang-orang Yahudi pada waktu itu. Ia tidak setara, melainkan lebih tinggi dari tokoh-tokoh tersebut, karena Ia sendiri adalah Allah dan yang melalui diri-Nya lah, kita dapat mengenal serta mendapatkan kebenaran sejati dalam kehidupan. Melihat realita seperti ini, kita tidak boleh lebih gandrung kepada para motivator dan tokoh masyarakat di era ini, dibanding kepada Yesus Kristus, Tuhan kita. Kita seharusnya lebih banyak memakai waktu melihat Yesus lebih dekat; merenungkan pengajaran-Nya, meneladani kehidupan-Nya dan hidup di dalam semangat pelayanan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita harus mengagumi Yesus Kristus? (2) Adakah kita telah mengagumi orang lain lebih dari kita mengagumi Yesus? Berdoalah agar Anda dan keluarga Anda bisa mengenal Yesus dengan baik dan hidup semakin serupa dengan Dia, dengan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita.
SABTU
05
“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.” (Ibrani 2:1) NOVEMBER 2016
Bacaan hari ini: Ibrani 2:1-4 Bacaan setahun: Ibrani 2
PAY ATTENTION
S
aya pernah mengalami kegagalan dalam sebuah ujian gambar hanya karena saya tidak membaca peraturan dan peringatan dengan baik. Saya hanya menggambar dan tidak membaca peraturan yang melarang saya menggunakan penggaris dalam gambar saya. Saya baru menyadari hal itu menjelang akhir ujian dan tidak sempat memperbaiki gambar saya. Akhirnya saya gagal. Penggambaran ini pas sekali untuk menggambarkan kehidupan orang Kristen di zaman ini. Kita tidak bisa hanya hidup mengalir seperti hanyut dibawa arus saja (ay. 1). Melainkan ada hal-hal dan peraturan-peraturan yang harus mendapatkan perhatian kita, agar kita tidak gagal. Penulis Ibrani memberikan peringatan kepada orang percaya untuk terus berpegang kepada kebenaran yang sejati. Kebenaran sejati ini adalah pengajaran-pengajaran Yesus, keselamatan di dalam Yesus dan kuasa pekerjaan Roh Kudus bagi setiap kita (ay. 3-4). Yesus lebih tinggi dari para malaikat, sehingga perkataan-perkataan Yesuslah yang seharusnya menjadi panduan dalam hidup orang percaya (ay. 2). Sama seperti kita, penerima surat Ibrani kebanyakan adalah orang Kristen generasi kedua, yang tidak pernah melihat Yesus secara langsung. Tapi dengan berpegang kepada iman, pengajaran Yesus dan kuasa Roh Kudus, mereka dapat berdiri teguh dan tidak hanyut terbawa arus dunia ini. Dunia ini memang hancur dan telah jatuh dalam dosa. Dunia ini gelap dan memberikan kegentaran bagi kita untuk hidup di dalamnya. Firman Tuhan hari ini memanggil kita untuk tidak takut kepada dunia ini, karena kita tidak akan ditelannya yakni apabila kita pay attention, memperhatikan dan berpegang pada kebenaran yang sejati itu. Yakni, kebenaran yang ada di dalam Yesus Kristus, berpegang dalam keselamatan di dalam-Nya dan kuasa Roh Kudus akan memampukan kita untuk hidup bagi Dia. Karena itu, marilah kita menjadi umat yang tidak gentar dalam menghadapi apapun rintangan dan tantangan yang ada, melainkan waspada dan berpegang pada Yesus, maka kita tidak akan gagal. STUDI PRIBADI: (1) Dalam hal apakah Anda hidup serupa dunia? (2) Apakah yang Yesus katakan tentang hal tersebut? Berdoalah agar Anda dan keluarga Anda mencintai Yesus dan firman yang Ia ucapkan. Bukan hanya mencintai, tapi juga setia menghidupinya setiap hari sehingga kita boleh semakin serupa dengan-Nya.
MINGGU
06
NOVEMBER 2016
“Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya, dan rumah-Nya ialah kita …” (Ibrani 3:6)
Bacaan hari ini: Ibrani 3:1-19 Bacaan setahun: Ibrani 3
JANGAN “MURTAD”! BELAJARLAH SETIA!
T
uhan Yesus menghendaki agar setiap kita (umat-Nya) bertumbuh dalam iman kita, semakin dewasa di dalam Dia, dan serupa denganNya. Untuk mencapai kedewasaan rohani tersebut, itu bukanlah hal yang mudah; bahkan dalam perjalanan kekristenan kita, seringkali kesulitan membuat kita putus asa dan meragukan kesetiaan Tuhan dalam menyertai kita. Namun dalam tulisannya, penulis Kitab Ibrani ini mengajak kita untuk mengenal, bahwa sesungguhnya Kristus itu, bukan saja lebih tinggi dari Musa, tapi juga lebih setia, yaitu “setia dalam mengepalai rumah-Nya (kita)” (ay. 6). Apa artinya ini bagi kita? Penulis Kitab Ibrani hendak meyakinkan, bahwa kita yang telah menjadi milik-Nya, tidak akan pernah dibiarkan-Nya terhilang; atau Dia tidak akan membiarkan kita kehilangan keselamatan (bdk. Yoh. 6:37-40). Lalu, apakah ini berarti kita bebas berbuat dosa karena Kristus setia dalam menjaga kita? Apabila ini pemikiran kita, maka kita belum mengenal-Nya dengan benar. Kesetiaan Kristus terhadap “rumah-Nya,” bukan berarti kesempatan bagi kita untuk hidup dalam dosa. Yang Kristus kehendaki, adalah bahwa kita belajar setia dan percaya akan pengharapan yang Ia janjikan kepada kita, sekalipun untuk sementara (dalam dunia ini) kita akan mengalami penderitaan. Janganlah kita menjadi tawar hati, bahkan hati kita beralih memikirkan yang jahat. Istilah “murtad” yang dipakai penulis Kitab Ibrani ini menunjukkan “ketidakpercayaan dan kesetiaan kita kepada Kristus,” sekalipun istilah ini juga berarti “meninggalkan iman.” Namum dalam konteks pasal 3 ini, nampaknya istilah “murtad” ini lebih mengacu kepada ketidakpercayaan dan kesetiaan kita kepada Kristus, daripada kepada menyangkali iman (orang di luar Kristus). Dengan kata lain, penulis Kitab Ibrani memperingatkan kita, jika Tuhan menegur karena ketidaksetiaan kita atau ketidakpercayaan kita, marilah kita tidak mengeraskan hati, melainkan belajar untuk mau setia dan percaya kasih setia-Nya; sehingga kita boleh mendapatkan berkat-Nya pada waktu-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kesetiaan Kristus adalah kesempatan bagi kita untuk hidup dalam dosa? (2) Apa yang dimaksud dengan “murtad” menurut penulis Kitab Ibrani ini? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka mensyukuri kesetiaan Kristus dengan hidup benar dan setia di hadapan-Nya, sehingga menjadi kesaksian dan teladan yang baik bagi semua orang.
SENIN
07
“Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.” (Ibrani 4:1) NOVEMBER 2016
Bacaan hari ini: Ibrani 4:1-13 Bacaan setahun: Ibrani 4
TEMPAT PERHENTIAN
D
alam pasal 4 ini, penulis Kitab Ibrani mengajarkan kepada kita tentang “tempat perhentian.” Tempat perhentian adalah tempat di mana kita dapat menikmati sukacita dan kepuasan batin karena kehadiran Tuhan yang limpah dengan kasih dan kekudusan. Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, “tanah perhentian” itu dipahami sebagai “tanah Kanaan” (tanah perjanjian antara Allah dan Abraham beserta keturunannya). Namun sesungguhnya, “tanah perhentian” itu bukanlah berbicara tentang “tanah Kanaan, sekalipun tanah Kanaan itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan. “Tempat perhentian” sesungguhnya melampaui tempat yang bersifat jasmaniah. Penulis Kitab Ibrani menjelaskan, bahwa tempat perhentian itu adalah tempat di mana terjadi sebuah relasi antara kita dengan Tuhan, dan relasi itu dipenuhi dengan perkenanan Allah, kasih dan kekudusan-Nya. Artinya, “tempat perhentian” lebih menunjuk pada “kondisi spiritual dan relasi antara kita dengan Tuhan.” Dalam hal ini, Israel telah gagal, karena mereka tidak menaati firman Tuhan (pada zaman Musa), dan mereka tidak mendapatkan perkenanan Allah. Ketidaktaatan itu juga membawa mereka tidak dapat masuk dalam tempat perhentian yang sesungguhnya, sekalipun mereka telah berada di dalam tanah perjanjian pada zaman Yosua (ay. 8). Penulis Kitab Ibrani menegaskan, bahwa tanah Kanaan bukanlah tempat perhentian, sebab Allah berkata-kata tentang tempat perhentian yang lainnya, yaitu tempat perhentian yang ada pada suatu hari tertentu (Mzm. 95:11). Apa yang Allah janjikan tentang tempat perhentian itu, digenapkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu, penulis Kitab Ibrani mendorong orang percaya agar tidak mengeraskan hati, sama seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel ketika mereka mendengar firman Tuhan, supaya orang percaya dapat menikmati persekutuan yang indah dengan Tuhan. Persekutuan dengan Dia merupakan “tempat perhentian” yang baik bagi jiwa kita; yang akan digenapkan secara penuh pada saat kita berjumpa dengan Dia. Karena itu, marilah kita setia dan taat pada firman-Nya! STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan tempat perhentian? (2) Apakah tanah Kanaan (tanah perjanjian) adalah tempat perhentian? Mengapa demikian? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka berlaku setia dan taat pada firman Tuhan, sehingga persekutuan mereka dengan Tuhan terjalin semakin indah dan bertumbuh.
SELASA
08
NOVEMBER 2016
“Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.” (Ibrani 5:14)
Bacaan hari ini: Ibrani 5:1-14 Bacaan setahun: Ibrani 5
LAMBAN UNTUK MENDENGAR
A
da sebuah kalimat bijak mengatakan, “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan.” Kalimat ini mengatakan bahwa setiap orang yang hidup pasti bertambah tua, namun dalam hidup yang bertambah tua tersebut, ada orang yang bertambah dewasa, dan ada yang tidak bertambah dewasa. Dalam kehidupan rohani juga sama. Ada orang Kristen yang puluhan tahun percaya Yesus, tetapi tidak semuanya menjadi dewasa dalam Yesus—ada yang bertambah dewasa, ada yang tidak. Dalam Ibrani pasal 5, Penulis Ibrani menegur jemaat karena ketidakdewasaan mereka di dalam Tuhan. Ketidak-dewasaan jemaat ini dalam hal tidak mengerti pokok-pokok ajaran mengenai Yesus dan ajaran-ajaran dasar lainnya dalam kekristenan. Penulis Ibrani menekankan kepada mereka bahwa seharusnya dari sudut waktu, mereka sudah harus menjadi pengajar. Tetapi dalam kenyataan, terjadi yang sebaliknya, mereka masih perlu terus diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah (Ibr. 5:12). Kita sebagai orang Kristen masa kini pun bisa menjadi sama seperti jemaat Ibrani. Dari sudut waktu, kita seharusnya sudah menjadi pengajar, tapi rupanya kita masih harus terus diajarkan asas-asas pokok kekristenan seperti seorang anak kecil. Hal-hal sederhana mengenai Alkitab, Allah, Yesus, keselamatan, doa, terkadang kita masih tidak mengerti sama sekali. Bagaimanakah supaya kita terus bertumbuh dewasa di dalam Tuhan? Penulis Ibrani memberikan jawabannya di dalam Ibrani 5:11; “Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.” Dalam ayat ini, penulis Ibrani mengatakan penyebab ketidakdewasaan mereka adalah karena telinga mereka lamban untuk mendengar, yaitu tidak mendengar dengan sungguh-sungguh apa yang telah diajarkan. Mereka mendengar sambil lalu, sehingga pengajaran yang mereka terima hanya lewat saja, tetapi tidak pernah dipahami dan diingat dalam hidup. Bagaimana dengan Anda? Marilah kita memperhatikan ajaran iman Kristen secara serius. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat kerohanian orang Kristen tidak dapat bertumbuh dengan baik? (2) Bagaimana kerohanian kita dapat bertumbuh dengan baik? Apa yang harus diperbuat? Berdoalah bagi pertumbuhan iman jemaat agar mereka tidak menjadi kanakkanak rohani, melainkan menjadi orang Kristen yang dewasa dalam iman dan kesetiaan kepada Tuhan.
RABU
09
NOVEMBER 2016
“Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh.” (Ibrani 6:1)
Bacaan hari ini: Ibrani 6:1-20 Bacaan setahun: Ibrani 6
BERALIH KEPADA AJARAN YANG BENAR
S
alah satu kekeliruan yang sering terjadi pada orang yang berpindah agama adalah adanya perubahan hanya pada nama agama dan nama tuhannya, tetapi tidak merubah pemahaman-pemahaman tentang agama dan tuhannya yang lama. Sehingga seringkali terjadi ketika seseorang mengaku bertobat kepada tuhan agama “B”, pemahamannya tentang tuhan masih pemahaman tentang tuhan “A.” Hal ini juga terjadi dalam kehidupan jemaat Ibrani. Mayoritas jemaat Ibrani adalah orang-orang Yahudi yang bertobat menjadi Kristen. Ketika mereka percaya kepada Kristus, pemahaman-pemahaman mereka sebagian besar masih berakar dan berdasarkan ajaran-ajaran Yahudi. Salah satunya adalah mengenai keselamatan. Bagi orang Yahudi, untuk mendapatkan keselamatan, mereka harus melakukan perbuatan baik, melakukan ibadah, amal, puasa supaya berkenan di hadapan Allah. Tanpa sadar, pada waktu mereka percaya kepada Kristus, mereka juga meyakini bahwa untuk mendapatkan perkenanan dari Kristus, maka mereka harus melakukan hukum taurat, harus berbuat baik, dan lain sebagainya. Dalam Ibrani 6 ini, penulis Ibrani mengajak jemaat untuk merubah paradigma mereka mengenai keselamatan. Penulis mengatakan, “Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang siasia,...” Di ayat ini kita melihat penulis Ibrani dengan sabar mengajak jemaat ibrani untuk meninggalkan ajaran-ajaran tentang Kristus yang salah dan beralih kepada ajaran-ajaran yang benar tentang Kristus. Bagaimanakah dengan kita hari ini? Marilah kita mengevaluasi diri kita, apakah saat ini, saat kita mengaku sebagai orang yang percaya Kristus, apakah kita sudah beralih kepada ajaran-ajaran yang benar tentang Kristus? Apakah kita mengenal-Nya dengan benar dan menempatkan-Nya sebagai Tuhan atas hidup kita? Atau masihkah pemahaman-pemahaman agama lama yang kita yakini? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang harus kita tinggalkan setelah mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita? (2) Apa yang harus kita lakukan agar kita bertumbuh dalam Dia? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup dalam kebenaran dan memper-Tuhankan Yesus Kristus dalam hidup mereka dan tidak mengikuti kepercayaan lain yang bertentangan dengan asas iman Kristen.
KAMIS
10
NOVEMBER 2016
“Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain.” (Ibrani 7:24)
Bacaan hari ini: Ibrani 7:24-28 Bacaan setahun: Ibrani 7
KARYA TERBESAR, ANUGERAH KEKAL
K
e-imamat-an Kristus berbeda dengan pribadi dan peran para imam lain yang hidup dalam Perjanjian Lama. Imamat Kristus “tidak dapat beralih kepada orang lainnya,” karena mengandung beberapa pengertian, yaitu: (1) Eksistensi kekekalan pribadi Kristus yang tidak dapat disamakan dengan para imam lain yang dibatasi oleh kematian (ay. 24). (2) Eksistensi karya Kristus yang “tetap berlaku dan tidak dapat diubah,” meski waktu, tempat, zaman dan manusia selalu berubah-ubah. Pengorbanan hewan dalam Perjanjian Lama hanya menutup dosa untuk sementara saja, tapi pengorbanan Tuhan Yesus berlaku untuk selama-lamanya (ay. 26-27). Hal ini berarti bahwa karya persembahan diri Kristus dapat menyelamatkan orang berdosa yang mau percaya kepada Kristus, dari berbagai zaman dan berbagai tempat yang berbeda. (3) Kata tidak beralih (Yunani: aparabatos) menunjuk pada pengertian “tidak dapat diganggu gugat.” Jadi apa/siapa yang sudah menjadi milik orang tertentu, tidaklah dapat dialihkan kepada orang lain. Keimaman Kristus itu tidak akan pernah dapat beralih kepada siapa pun; hanya ada di dalam Kristus Yesus untuk selama-lamanya (Yoh. 14:6). Keistimewaan lain dari ke-imamat-an Kristus adalah juga karena Ia senantiasa menjadi pengantara manusia berdosa kepada Allah Bapa (ay. 25), yang selalu mengampuni dan memulihkan kita dalam jatuh bangun berjuang melawan dosa (1Yoh. 2:1-2; 1Yoh. 1:9). Imam Besar seperti itulah yang kita perlukan. Apa aplikasinya ini semua bagi kita? (1) Kita patut bersyukur karena di dalam Kristus, kita mendapatkan pengampunan dan karya keselamatan yang pasti dan bersifat kekal, yang juga menjadikan kita anak-anak Allah. (2) Ketika kita lemah, kita memiliki Pengantara kepada Bapa dan Allah lah sumber pengampunan bagi kita. (3) Marilah kita hidup dalam kesalehan karena Kristus telah mengerjakan bagian yang terbaik bagi kita, yaitu Ia mengampuni dosa-dosa kita melalui pengorbanan diri-Nya sendiri, sekali untuk selamanya. Dialah Imam Besar Agung yang sanggup menyelamatkan kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa keimaman Tuhan Yesus sangat unik dan efektif dalam menyelamatkan manusia berdosa? (2) Apa implikasi keimaman Kristus bagi kita, orang percaya? Berdoa agar jemaat terus hidup bersyukur karena memiliki dan dimiliki oleh Kristus, Sang Imam Besar yang Sempurna. Doakan agar mereka sungguhsungguh melayani Tuhan dan meninggalkan dosa-dosa mereka.
JUMAT
11
NOVEMBER 2016
“Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga.” (Ibrani 8:1)
Bacaan hari ini: Ibrani 8:1-13 Bacaan setahun: Ibrani 8
KEIMAMAN YESUS SEMPURNA
K
emarin kita membahas bahwa orang Yahudi kesulitan mengakui Yesus adalah Imam Besar karena mereka mempunyai hukum taurat yang mengajarkan Imam Besar haruslah dari keturunan Lewi. Selain masalah itu, ada hal lain yang membuat orang Yahudi sulit mempercayai Yesus sebagai Imam Besar yaitu orang-orang Yahudi mengagungkan akan agama mereka. Mereka sangat bangga karena memiliki bait suci, sistem keimaman, persembahan korban dan pakaian Imam yang sangat indah. Untuk menjawab masalah tersebut, penulis Ibrani menuliskan pasal 8 ini. Penulis Ibrani ingin mengatakan memang orang-orang Yahudi memiliki hal yang indah dalam agama mereka, tetapi semuanya adalah bayangan, belum mencapai kesempurnaan. Kesempurnaan yang seharusnya mereka banggakan ada di dalam Kristus Yesus. Penulis Ibrani menjelaskan ada 2 hal alasan Yesus adalah Imam Besar yang Sempurna. Pertama, karena Yesus mendapatkan pelayanan yang lebih agung dan mulia. Pelayanan Yesus lebih agung dan mulia karena Dia melayani di Sorga, dan bukan di bumi. Dia melayani bukan di bait Allah, tetapi di tempat tinggal Allah di sorga. Pasal 7 ini dijelaskan bahwa Yesus lebih sempurna karena Dia menjabat sebagai Imam Besar untuk selama-lamanya, karena kematian tidak dapat menguasai Dia. Kedua, karena Yesus menjembatani perjanjian yang sempurna antara Allah dan manusia. Ibrani 8:6 mengatakan bahwa: “Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” Hal ini terjadi karena Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri, bukan hewan. Dia menghapus dosa untuk selama-lamanya, bukan hanya sementara. Yang terpenting: karena Yesus menyatakan perjanjian anugerah, bahwa kelayakan kita di hadapan Tuhan bukan karena kebaikan kita, seperti yang diajarkan oleh hukum taurat, melainkan karena anugerah dari Tuhan sendiri. Karena itulah Yesus menjadi pengantara dari perjanjian yang lebih tinggi. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa keimaman Yesus sangat istimewa dibandingkan dengan keimaman orang Lewi pada umumnya? (2) Apakah implikasinya bagi kita? Berdoalah bagi pertumbuhan iman dan pengenalan jemaat tentang firman Tuhan melalui saat teduh dan kehidupan doanya, agar kehidupan mereka semakin memuliakan Tuhan dan menjadi kesaksian bagi-Nya.
SABTU
12
NOVEMBER 2016
“Dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri…” (Ibrani 9:12)
Bacaan hari ini: Ibrani 9:11-28 Bacaan setahun: Ibrani 9
MENGENAL KRISTUS IMAM BESAR AGUNG
B
esar di bumi Indonesia, membuat setiap kita bebas (wajib) memeluk agama kepercayaan masing-masing. Maka, banyak orang memeluk agama sesuai lingkungan tinggal atau keluarga, agar diterima oleh mereka. Iman mereka tidak tumbuh dari pendengaran akan kebenaran, dan tidak tumbuh dalam pengenalan akan pribadi dan karya Yesus Kristus (satu-satunya kebenaran). Hal ini mungkin menjadi beban penulis surat Ibrani untuk orang-orang Israel yang masuk dalam Kristen, tapi yang masih menaruh pembenarannya pada hukum Taurat dan cara hidup yang lama, karena berbagai pergumulan yang menghimpit, yang membuat mereka tidak dapat mengenal Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang Agung dan Sempurna. Karena itu, penulis Ibrani menerangkan kembali akan pribadi dan karya Yesus Kristus yang sudah dilakukan di dalam Perjanjian Lama, agar orang Israel paham akan siapa Yesus Kristus sesungguhnya. (A) Imam Besar. Setiap tahunnya, umat Israel akan membawa korban persembahan penghapusan dosa kepada Tuhan, tetapi dalam penyampaiannya tidak bisa langsung, harus melalui perantara, yaitu imam. Tapi sekarang Kristus telah menjadi Imam Besar yang sempurna, sebagai perantara kepada Tuhan. Dan tidak perlu setiap tahun, sebab Kristus Yesus telah melakukannya sekali untuk selamanya. (B) Tempat Kudus (Bait Suci). Tempat untuk menyampaikan korban persembahan penghapusan dosa itu adalah ruang maha suci, tetapi Yesus Kristus telah menjadi tempat ruang maha suci, yaitu tempat kudus yang bukan dibuat oleh tangan manusia. (C) Korban Persembahan. Bukan kambing atau lembu yang dipersembahkan untuk korban penghapusan dosa, tetapi Yesus Kristus sendiri telah menjadi korban penghapusan dosa, yang memberikan tubuh-Nya dan darah-Nya tercurah bagi kita. (D) Dampak pengampunan dosa. Korban penghapusan dosa yang dilakukan umat Israel sebelumnya dengan korban kambing dan lembu hanya berdampak secara lahiriah. Tapi, pengampunan dosa melalui Yesus Kristus jauh lebih besar, mampu menyucikan sampai ke hati nurani manusia yang terdalam. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana proses Anda menjadi orang yang percaya kepada Yesus Kristus? (2) Apa yang membuat Anda lebih damai sejahtera dalam Tuhan Yesus? Bersyukurlah akan anugerah keselamatan Tuhan melalui Yesus Kristus, dan bertekadlah memberitakan kabar baik kepada orang-orang di sekeliling kita yang belum mengenal Yesus Kristus.
MINGGU
13
NOVEMBER 2016
“Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, … hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.” (Ibrani 10:1)
Bacaan hari ini: Ibrani 10:1-18 Bacaan setahun: Ibrani 10
KORBAN YANG SEMPURNA
D
unia yang sementara ini adalah sebuah bayangan akan dunia yang kekal (Sorga) dan yang akan datang. Manusia hidup dalam dunia ini melakukan segala macam kegiatan (mandat budaya dari Tuhan); meskipun manusia telah jatuh dalam dosa, mandat budaya tetap berlangsung, walaupun manusia dan karyanya di dunia ini tidak sempurna. Dalam Perjanjian Lama, sebagai umat pilihan Allah, orang Israel dituntut melakukan pelbagai kegiatan agamawi mereka sesuai hukum Taurat, agar mereka memperoleh berkat dari Tuhan dan diperkenan-Nya. Misalnya, setiap tahun orang Israel harus menghadap Tuhan tiga kali untuk beribadah dan membawa korban di hadapan Allah, salah satunya adalah Hari Raya Pendamaian (Im. 16:1-34). Tujuan Hari Raya Pendamaian ialah untuk pengampunan dosa bangsa Israel, baik secara komunal dan secara pribadi. Meskipun orang Israel telah berusaha menjalankan seluruh hukum Taurat, mereka tetap dituntut meminta pengampunan di hadapan TUHAN Allah mereka. Hal ini menjadi sangat jelas bahwa perbuatan manusia tidak mungkin sempurna dan berkenan kepada Allah. Demikian juga, korban bakaran yang manusia persembahkan dari darah hewan-hewan tidaklah mampu mendapatkan pengampunan sejati dari Allah. Karena itu, bangsa Israel mengharapkan kehadiran Mesias yang akan menyempurnakan amal ibadah mereka. Sehingga mereka terlepas dari beban hukum Taurat yang mengikat mereka, namun juga tidak bisa melepaskan mereka dari beban kehidupan dan dosa secara sempurna. Di sini intervensi Allah yang sempurna datang ke dalam dunia melalui pribadi Yesus Kristus sebagai Iman Besar Agung, melalui karya penebusan Yesus Kristus yang sempurna dengan membawa korban yang sempurna dan tidak bercacat, yaitu Tubuh-Nya dan Darah-Nya, yang menghasilkan pengampunan dosa yang sempurna bagi yang percaya sungguh kepadaNya. Manusia tersebut, bukan hanya umat Israel saja, yang akan diampuni dan diterima di hadirat Allah sebagai anak Allah. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah mengalaminya? STUDI PRIBADI: (1) Seberapa besar Anda mengenal karya pengorbanan Yesus Kristus? (2) Berapa besar usaha Anda membangun hubungan pribadi dengan-Nya? Doakanlah kiranya setiap orang Kristen dapat mengenal Yesus Kristus yang agung dan mulia, serta sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan Yesus di dalam setiap aspek kehidupannya.
SENIN
14
NOVEMBER 2016
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita …” (Ibrani 10:25)
Bacaan hari ini: Ibrani 10:19-38 Bacaan setahun: Ibrani 10:19-38
TEKUN DALAM KEBENARAN
I
brani 10:25 dikatakan, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Apa arti dari ayat ini? Kehidupan sebagai seorang Kristen seringkali diidentikkan dengan kepastian keselamatan. Namun apa ini berarti kita menjadi pasif dan tidak mengerjakan apapun demi kemajuan hidup rohani atau iman kita? Perikop yang kita baca ini dibuka dengan pengakuan bahwa melalui darah Yesus, orang-orang percaya memperoleh keberanian untuk bertemu dengan Allah yang kudus. Yesuslah Imam Besar yang membukakan jalan bagi manusia untuk bisa bertemu dengan Allah. Sebagai orang yang sudah lama menjadi Kristen, kita sering kali mudah mundur dari ketekunan kita, terlebih jika menghadapi godaan hidup yang membuat kita harus memilih kebenaran atau melepaskannya. Karena alasan inilah, penulis Ibrani ingin mengingatkan kepada kita, pada ayat 22, bahwa hati orang-orang percaya telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat; dan karena itu, orang-orang percaya harus terus mempertahankan kesetiaan mereka dalam mempertahankan dan mengikuti kebenaran Tuhan. Orang-orang percaya yang setia ditandai dengan setia ikut pertemuan ibadah (ay. 25). Dalam relasi antar saudara seiman, hendaknya ketika ada orang percaya yang mulai mundur imannya, saudara seiman yang lainnya, harus menguatkan. Penulis Ibrani mengingatkan: barangsiapa yang tidak mundur atau mengundurkan diri dari iman akan Kristus, merekalah yang akan beroleh hidup. Ibrani 10:35, “Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya.” Di tengah berbagai pergumulan hidup yang kita hadapi sebagai orang percaya, firman Tuhan kembali mengingatkan setiap kita, bahwa kita tidak boleh meninggalkan iman kepercayaan kita kepada Yesus Kristus. Biarlah Tuhan mendapati kita sebagai umat-Nya yang setia dan tekun untuk hidup dalam kebenaran-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa pergumulan iman yang pernah kita alami? (2) Bagaimana kita merespons pergumulan kita untuk tetap tekun di dalam kebenaran Allah? Doakanlah untuk pertumbuhan kerohanian Anda secara pribadi, supaya semakin hari Anda semakin bertumbuh di dalam kebenaran Allah dan tidak mundur dari iman yang mula-mula.
SELASA
15
NOVEMBER 2016
“Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi…” (Ibrani 11:16)
Bacaan hari ini: Ibrani 11:1-19 Bacaan setahun: Ibrani 11:1-19
TANAH AIR SORGAWI
D
alam Alkitab, sering kali kita membaca mengenai kisah kehidupan tokoh-tokoh iman. Di tengah tantangan iman yang mereka hadapi, mereka berhasil keluar sebagai pemenang. Dalam perikop hari ini yang kita renungkan bersama, penulis Ibrani mencatat mengenai beberapa tokoh iman. Habel, karena imannya, ia mempersembahkan persembahan yang berkenan di hadapan Tuhan. Henokh, karena ia sungguh-sungguh bergaul erat dengan Allah, ia tidak mengalami kematian dan langsung diangkat Allah. Karena imannya kepada Allah, Nuh taat mempersiapkan bahtera. Abraham yang disebut Bapa orang beriman, ia menaati perintah Allah secara total. Ia berangkat ke negeri yang tidak ia kenal, memiliki anak ketika usianya telah lanjut, bahkan sejarah membuktikan bahwa keturunannya menjadi sebuah bangsa banyaknya. Karena iman, para tokoh Alkitab ini tidak hanya melihat dunia yang kelihatan, namun mereka percaya kepada Allah yang tidak kasat mata. Ibrani 11:1 mengatakan, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Orang-orang yang beriman, mereka adalah pendatang di bumi ini. Bersama-sama mereka, kita pun menantikan tempat tinggal yang sesungguhnya. Tanah air kita yang sesungguhnya ialah tanah air sorgawi. Di sanalah kita semua nantinya akan tinggal, sebuah tempat di mana Allah sendiri telah mempersiapkannya bagi kita. Saat itulah kita akan disebut umat-Nya dan kita akan dikumpulkan bersama-sama dengan semua orang beriman. Karena itu, pada masa kini, sementara kita menantikan janji Tuhan, marilah kita hidup dalam iman dan pengharapan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Janganlah putus asa bila harus menghadapi kesulitan hidup dan tantangan di dalam dunia ini. Tetaplah kita setia dan mengasihi Tuhan, karena janji-Nya adalah “ya dan amin.” Janganlah kita berpaling dari Tuhan kita, tetapi percayalah bahwa Dia Tuhan Allah yang tidak pernah meninggalkan kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa arti tanah air sorgawi bagi Anda? (2) Apa pengalaman iman yang pernah Anda alami bersama Tuhan? Doakan supaya mulai saat ini, ada kerinduan untuk menikmati tempat tinggal yang sejati, yakni tanah air sorgawi. Doakan juga supaya iman kita kepada Tuhan tetap kuat di tengah segala problematika kehidupan yang kita jalani.
RABU
16
NOVEMBER 2016
“Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.” (Ibrani 11:40)
Bacaan hari ini: Ibrani 11:20-40 Bacaan setahun: Ibrani 11:20-40
MENGHADAPI KETIDAKPASTIAN HIDUP
K
ehidupan Ishak, Yakub, Yusuf dan Musa ditandai dengan banyak ketidakpastian. Mereka adalah tokoh-tokoh Alkitab yang memperlihatkan bahwa hidup ini penuh lika-liku dan banyak ketidakpastian. Contohnya Musa, lahir di Mesir pada waktu pertambahan penduduk orang Ibrani dianggap sebagai ancaman. Raja Mesir sedang memperbudak bangsanya, dan setiap anak laki-laki yang lahir harus dibunuh (Kel. 1:22; 2:1-4). Untuk melindunginya, keluarganya harus membiarkan orang lain membesarkannya sebagai orang Mesir. Sesudah dewasa, ia harus lari dari Mesir dan hidup jauh dari keluarga (Kel. 2:11-15). Kemudian, dalam perjumpaan pribadinya dengan Tuhan, Allah memilihnya menjadi pemimpin para budak Israel itu (Kel. 3). Dalam peran barunya, yang ia merasa tidak mampu, ia harus menghadap Firaun meminta kemerdekaan bagi bangsanya. Bayangkan, betapa ia meragukan kemampuannya ketika harus memimpin lebih dari satu juta orang, yang sering kali menantangnya dengan sungut-sungut dan pemberontakan. Namun, Musa terus maju dengan tegar. Alkitab mengatakan bahwa, yang membuatnya mampu bertahan hanyalah iman, yang di Ibrani 11:1 didefinisikan sebagai “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Musa sudah belajar melihat “Dia yang tidak kelihatan” (Ibr. 11:27). Hasilnya, ia dapat memahami fakta dari sifat dan janji-janji Tuhan yang tidak kelihatan. Setelah perjumpaannya dengan Allah di semak duri yang menyala (Kel. 3:2), caranya memandang kehidupan berubah: tujuan hidup barunya adalah bersandar pada Tuhan dan menggenapi rencana-Nya. Meskipun kehidupan Musa tidaklah sempurna, Alkitab menyebutnya sebagai orang yang berjalan dengan iman. Dari teladannya kita bisa belajar untuk bertekun melalui ketidakpastian hidup. Begitu juga dengan tiga tokoh lainnya, yaitu Ishak, Yakub dan Yusuf. Mereka juga termasuk orang-orang yang hidup dengan iman mereka kepada Tuhan; beriman bahwa Tuhan pasti menjaga dan melindungi mereka. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat tokoh-tokoh Alkitab mampu melewati masa-masa sulit dalam hidupnya? (2) Apa yang dapat anda pelajari dari bagian Alkitab ini? Berdoalah bagi setiap jemaat yang saat ini sedang menghadapi persoalan hidup agar mereka tetap setia dan percaya kepada Tuhan yang tidak pernah meninggalkan mereka sendirian.
KAMIS
17
NOVEMBER 2016
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita…” (Ibrani 12:1)
Bacaan hari ini: Ibrani 12:1-29 Bacaan setahun: Ibrani 12
PERLOMBAAN IMAN
O
limpiade Rio di Brazil yang berlangsung dari tanggal 5-22 Agustus 2016, baru usai hingar-bingarnya. Semua atlet terbaik dari seluruh negara berkumpul di sana, berkompetisi memperebutkan menjadi yang terbaik dari tiap-tiap cabang olahraga. Suatu prestasi yang sangat membanggakan, sepasang atlet terbaik bangsa Indonesia dalam cabang bulu tangkis ganda campuran, berhasil mendapatkan medali emas. Dalam konsep kehidupan rohani, kita juga diibaratkan sebagai atletatlet yang sedang berkompetisi/berlomba untuk mendapatkan mahkota kehidupan bagi siapa saja yang berhasil memenangi pertandingan. Alkitab menasihatkan bahwa untuk bisa tampil sebagai pemenang, kita harus: Pertama, menanggalkan semua beban dan dosa. Tuhan berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28). Bawalah semua beban dan permasalahan hidup kepada Tuhan, Dia pasti akan menolong dan memberi pertolongan kepada kita. Seseorang yang berbeban berat dan letih lesu tidak akan mungkin berhasil dalam kompetisi/perlombaan iman, itu hanya akan menjadi penghalang bagi kita untuk melangkah maju! Dosa yang hari ini masih mengikat hidup kita, harus kita bereskan di hadapan Tuhan. Kedua, kita harus berlomba dengan tekun dalam perlombaan iman yang sudah Tuhan wajibkan. Di sini kita tidak dipanggil oleh Tuhan untuk hidup pasif atau sudah cukup puas dengan keadaan sudah diselamatkan oleh Yesus. Kita dipanggil untuk maju dalam iman, bertumbuh, melayani dan menjadi saksi-saksi hidup, bahkan dalam penderitaan. Ini merupakan kewajiban, bukan pilihan! Ketiga, dalam memenangkan pertandingan iman, kita harus selalu melakukannya dengan mata yang senantiasa tertuju kepada Yesus. Dengan menujukan mata iman kepada Yesus, kita mempunyai tujuan dan sasaran untuk mencapai sesuatu yang berharga bagi hidup kita. Paulus dalam Filipi 3:14, berkata: “Berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dalam Kristus Yesus.” STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang akan dilakukan Tuhan ketika melihat anak-anak-Nya melakukan dosa dan menjauh dari Tuhan? (2) Apakah tanggung jawab kita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup benar di hadapan Tuhan sebagai seorang atlet yang mendisiplin dirinya untuk memenangkan sebuah pertandingan hidup bersama Tuhan.
JUMAT
18
NOVEMBER 2016
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu...” (Ibrani 13:5)
Bacaan hari ini: Ibrani 13:1-25 Bacaan setahun: Ibrani 13
KEBUTUHAN VS KEINGINAN
M
anusia adalah makhluk yang susah puas. Waktu masih berjalan kaki ingin punya sepeda, waktu punya sepeda ingin punya motor, waktu punya motor inginnya mobil. Awalnya bermula dari sebuah kebutuhan untuk memiliki kendaraan, namun berakhir dengan keinginan yang tidak pernah dapat dipuaskan. Semakin banyak yang didapat, maka semakin besar pula keinginan seseorang. Semakin banyak keinginan, maka harus semakin besar pula pendapatan. Cara hidup yang berorientasi kepada kepuasan diri sendiri tentu tidak menyukakan hati Allah. Di dalam surat Ibrani 13:5, firman Tuhan ingin mengingatkan kepada setiap kita agar: (1) Tidak menjadi hamba uang. Keinginan yang berlebihan untuk memuaskan diri sendiri, secara tidak sadar akan membuat kita menjadi hamba uang. Karena semakin banyak yang ingin kita dapatkan, maka semakin banyak pula biaya yang kita butuhkan untuk memenuhi keinginan tersebut, sehingga waktu kita lebih banyak kita pakai untuk mencari uang daripada mencari Tuhan. Berhatilah-hatilah jika Tuhan bukan lagi menjadi yang utama dalam hidup kita. (2) Belajar mencukupkan diri. Kadangkala kebutuhan dan keinginan menjadi tidak jelas di dalam diri seseorang karena rasa tidak puas. Awalnya butuh handphone untuk mempermudah komunikasi agar bisa dibawa ke mana-mana, tapi dalam realita ketika membeli handphone bukan hanya kegunaan yang dilihat, tapi juga merk apa yang harus dipakai, sehingga tidak heran ada begitu banyak orang yang mengganti handphone lamanya yang masih bagus, dengan handphone keluaran terbaru, sekalipun mereka tidak membutuhkannya. Hal ini terjadi karena ada perasaan tidak cukup puas dengan apa yang sudah dimiliki. Berhati-hatilah jika hidup kita lebih berpusat pada kesenangan duniawi daripada yang sorgawi. Bagaimana dengan Anda hari ini? Memiliki keinginan tidaklah salah, tetapi kita harus dapat mengontrol keinginan kita tersebut dan mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan telah berikan kepada kita. STUDI PRIBADI: (1) Sebutkan dua hal yang dapat kita pelajari dari Ibrani 13:5! (2) Apakah dampak negatif dari keinginan yang tidak dapat dikontrol? Berdoalah untuk diri kita sendiri dan juga untuk setiap jemaat Tuhan, supaya setiap kita bisa menguasai diri sendiri dan mengutamakan apa yang menjadi kebutuhan hidupnya.
SABTU
19
NOVEMBER 2016
“Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri sendiri.” (Yakobus 1:22)
Bacaan hari ini: Yakobus 1:1-27 Bacaan setahun: Yakobus 1
CEPAT LUPA
D
alam kehidupan ini ada begitu banyak hal yang sangat cepat kita lupakan. Seperti lupa menaruh kunci, lupa mematikan kompor, dan lain sebagainya. Manusia memang cepat sekali lupa, bahkan saat teduh yang baru saja dibaca pada pagi hari, pada siang atau sore harinya mungkin sudah lupa. Jika sudah lupa, bagaimana bisa menghidupi firman Tuhan setiap hari? Bacaan pagi ini memberikan tiga cara praktis agar kita tidak mudah lupa akan firman Tuhan. (1) Meneliti. Cara pertama untuk dapat mengingat firman Tuhan adalah dengan kita menemukan sendiri apa yang menjadi berkat, teguran, nasihat, atau penghiburan bagi kehidupan kita. Untuk dapat menemukan hal-hal tersebut kita perlu meneliti dengan sungguh-sungguh apa yang kita baca, mencari tahu apakah yang ingin Tuhan sampaikan kepada diri kita pribadi melalui apa yang kita baca hari itu. (2) Bertekun. Seorang pemain sepak bola harus berlatih setiap hari agar otot-otot kakinya terbiasa dan mahir mengendalikan bola, namun jika seorang pesepak bola berhenti berlatih selama satu tahun, dampaknya akan sangat besar bagi dirinya, staminanya mungkin tidak seprima dulu, otot-otot kakinya mulai terasa kaku karena tidak pernah latihan, sehingga bagian-bagian tubuhnya “lupa” bagaimana seharusnya mereka bekerja dengan gesit. Demikian halnya dengan kita, jika kita tidak mendisiplin diri kita untuk bertekun di dalam firman Tuhan, maka tidak heran jika kita sangat mudah lupa akan firman Tuhan. (3) Melakukan. Seseorang pernah berkata bahwa cara terbaik untuk mengerti dan mengingat teori adalah dengan mempraktekkannya. Kadang ada mata pelajaran yang sulit sekali kita mengerti teorinya, tetapi dapat dengan mudah kita pahami ketika kita mempraktekkannya. Begitu pula dengan firman Tuhan, apabila hanya teori saja yang menenuhi kepala kita, kita akan sangat mudah lupa karena dihimpit oleh pikiran-pikiran kita yang lain. Melakukan Firman Tuhan adalah cara terbaik bagi setiap anak Tuhan, untuk bisa mengerti kehendak Tuhan bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita perlu untuk mengingat dan melakukan firman Tuhan? (2) Jelaskan tiga cara praktis untuk dapat mengingat firman Tuhan dengan mudah! Berdoalah bagi diri kita dan jemaat Tuhan agar kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan melakukan Firman Tuhan dengan baik, sehingga kita makin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.
MINGGU
20
NOVEMBER 2016
“… Janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.” (Yakobus 2:1)
Bacaan hari ini: Yakobus 2:1-13 Bacaan setahun: Yakobus 2
DOSA YANG TERSEMBUNYI
P
erjalanan hidup manusia tidak pernah terlepas dari kesalahan dan dosa; bahkan dosa-dosa yang seringkali dianggap remeh (yang tersembunyi) dalam kehidupan ini. Pada umumnya kita akan sangat menentang dan menghakimi saudara kita yang telah berbuat kesalahan yang luar biasa, mungkin itu membunuh, memfitnah atau kesalahan yang lebih daripada itu. Rasul Yakobus mengingatkan para pembacanya supaya mereka berhati-hati terhadap dosa, termasuk dosa yang seringkali “tersembunyi” dalam kehidupan kita. Pada bagian ini, sangat jelas bahwa memandang muka (membeda-bedakan perlakuan terhadap orang lain) merupakan dosa yang harusnya kita waspadai (Yak. 2:1-4). Rasul Yakobus hendak menyampaikan bahwa: (1) Setiap kita yang ada di dalam Kristus adalah orang-orang miskin yang telah dijadikan kaya dalam iman oleh karena anugerah yang Tuhan berikan kepada kita. (2) Setiap kita telah dijadikan ahli waris Kerajaan Allah. Dengan kata lain, Allah di dalam Kristus telah memperlakukan setiap kita yang berdosa, menjadi anak-anak-Nya tanpa memandang apa yang kita miliki atau kondisi kita; tapi yang rela mengasihi kita apa adanya. Dengan demikian apabila kita memperlakukan sesama kita tanpa memandang muka, maka kita sedang menaati atau melakukan hukum yang terutama dan yang utama dalam hidup kita, yaitu mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jadi, dalam setiap langkah kehidupan kita, kita perlu waspada, sebab siapapun kita dapat terjebak dan terikat oleh dosa yang tersembunyi, di mana kita tidak lagi punya kepekaan dan belas kasihan terhadap sesama kita. Hari ini, setiap kali melangkah dalam kehidupan ini, hendaklah selalu mengingat bahwa hanya Tuhan, Sang Hakim yang berhak mengadili setiap orang. Oleh karena itu, kiranya kita selalu berdoa dan memohon supaya Allah menambahkan hati yang penuh belas kasihan dalam hidup kita dan dengan penuh keadilan memperlakukan sesama kita. Marilah kita tidak memandang muka, melainkan memiliki belas kasihan terhadap sesama. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita tidak boleh memandang muka terhadap sesama kita, terlebih saudara seiman? (2) Apa yang telah Tuhan kerjakan bagi kita yang hina ini? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat memperlakukan sesamanya dengan baik tanpa memandang muka, sama seperti yang Tuhan telah kerjakan kepada mereka.
SENIN
21
NOVEMBER 2016
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.” (Yakobus 3:5)
Bacaan hari ini: Yakobus 3:1-12 Bacaan setahun: Yakobus 3
DOSA KARENA LIDAH
P
eperangan yang hebat ternyata bukanlah dimulai dari persenjataan yang luar biasa. Peperangan yang tidak terhindarkan, sering kali dimulai dari sebuah perdebatan atau perkataan yang melukai hati dan perasaan orang lain. Perkataan yang tidak terkendalikan dan yang penuh dengan perkataan kotor serta caci maki telah menjadi senjata yang ampuh bagi si jahat untuk menghancurkan orang lain dan relasi-relasi dalam kehidupan manusia. Secara khusus pada bagian ini, Yakobus mengingatkan bahwa dosa karena lidah, sering kali menjadi bagian dari hidup para pemimpin (guru). Karena melalui perkataan dari seorang pemimpin (guru) dapat menjadikan kehidupan orang lain menjadi baik atau buruk. Karena itu, tanggung jawab seorang guru akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Namun secara umum, pembahasan dari Rasul Yakobus ini mengingatkan setiap orang percaya untuk selalu berhati-hati dan mengendalikan lidahnya, baik dalam perkataannya sehari-hari maupun dalam pengajarannya kepada sesama. Sebab, meskipun kita tidak menjabat sebagai seorang pemimpin dalam struktural, kita adalah pemimpin-pemimpin bagi keluarga kita, bagi kerabat dalam pekerjaan dan dalam segala aspek kehidupan kita. Karena itu, lidah yang tidak dikendalikan oleh Kristus, akan seperti api yang dapat membakar hutan yang besar. Lidah yang terlihat kecil ternyata juga dapat memberikan dampak yang luar biasa, seperti mengarahkan kapal-kapal yang besar dan berat. Dengan demikian, kita perlu untuk terus memperhatikan bagaimana kita menggunakan lidah kita, yaitu lidah harus berada di bawah kendali yang benar, yaitu Kristus, Sang Kepala Tubuh, sehingga dengan lidah yang terkendali, kita akan dapat menghasilkan hal-hal yang baik demi kemuliaan Allah. Lidah tidak boleh dibiarkan dipakai oleh si jahat untuk mengeluarkan kutuk. Lidah yang dikendalikan oleh si jahat akan memberi dampak yang besar dan merugikan kehidupan diri sendiri serta kehidupan banyak orang. Hati-hatilah dengan lidah! STUDI PRIBADI: (1) Untuk tujuan apakah lidah diberikan kepada manusia? (2) Apa akibat buruk jika lidah tidak dikendalikan dengan baik? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat menjaga perkataan mereka, sehingga melalui lidah mereka nama Tuhan dimuliakan dan menjadi berkat bagi orang lain.
SELASA
22
NOVEMBER 2016
“Sebenarnya kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.’” (Yakobus 4:15)
Bacaan hari ini: Yakobus 4:1-17 Bacaan setahun: Yakobus 4
PERENCANAAN
S
etiap manusia tentunya memiliki sasaran yang ingin dicapai dalam hidupnya. Untuk dapat meraih sasaran tersebut tentunya diperlukan strategi dan perencanaan. Tanpa strategi dan perencanaan yang matang, sasaran yang diharapkan akan sulit tercapai. Karena itu, tidak sedikit orang yang menganggap strategi dan perencanaan sebagai hal pertama dan utama yang harus dimiliki seseorang. Di satu sisi, hal tersebut ada benarnya. Tapi di sisi yang lain, orang bisa menganggap perencanaan sebagai segalanya sampai menyisihkan peran Tuhan. Yakobus dalam suratnya mengingatkan agar jemaat janganlah melupakan Tuhan dalam perencanaan. Terkadang orang Kristen bisa salah mengartikan bahwa melibatkan Tuhan dalam perencanaan berarti memohon Tuhan memberkati segala sesuatu yang telah direncanakan. Para pedagang di masa itu selalu merencanakan perjalanan bisnisnya. Perencanaan adalah suatu hal yang baik. Namun para pedagang itu begitu yakin dengan rencananya, seolah-olah segala sesuatu pasti akan terjadi sesuai yang mereka pikirkan. Padahal tidak ada seorang manusiapun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi hari esok. Karena manusia tidak mengetahui hari esok, maka penting untuk bergantung pada Tuhan yang menguasai hari esok. Dalam perencanaan itu, orang percaya harus bergantung penuh pada Tuhan. Artinya: Pertama, sebelum membuat perencanaan, perlu memohon pimpinan Tuhan. Perencanaan itu harus berdasarkan dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kedua, bergantung pada Tuhan berarti menyerahkan seluruh perencanaannya pada Tuhan. Manusia dapat berencana, tetapi manusia tidak berkuasa untuk membuat sesuatu terjadi persis seperti apa yang sudah direncanakan. Segala sesuatu yang terjadi tetap bergantung pada Tuhan. Karena itu, kita tidak bisa memaksakan keinginan kita pada Tuhan. Jika sesuatu terjadi di luar rencana kita, tetap percaya bahwa Tuhan yang mahabaik memiliki maksud lain. Biarlah kita bergantung penuh pada Tuhan sehingga kita senantiasa bisa hidup dalam rencana-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Menurut Yakobus, mengapa kita tidak terima apa-apa padahal sudah berdoa? (2) Bagaimana seharusnya sikap orang percaya dalam menyusun perencanaan? Berdoalah supaya setiap kita senantiasa diberi kepekaan untuk mengerti isi hati Tuhan, sehingga setiap rencana yang kita buat dapat seturut dengan rencana dan kehendak Tuhan.
RABU
23
NOVEMBER 2016
“Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.” (Yakobus 5:17)
Bacaan hari ini: Yakobus 5:1-20 Bacaan setahun: Yakobus 5
DOA ORANG BENAR
S
iapa yang tidak akan senang jika doanya dikabulkan? Semua orang tentu berharap doanya dikabulkan sesuai yang dimintanya. Bahkan, tidak jarang orang Kristen mengutip ayat-ayat Alkitab yang dianggap sebagai janji bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan doa orang percaya. Di satu sisi, keyakinan itu hal yang baik. Namun di sisi lain, kita harus ingat bahwa doa bukanlah alat untuk mendapatkan apa pun yang kita inginkan. Yakobus 5:16b merupakan satu ayat yang dihafalkan dan menjadi favorit sebagian orang Kristen. Namun sering kali orang hanya memahami bagian itu sebagai jaminan bahwa doa yang dinaikkan dengan keyakinan, memiliki kuasa yang besar. Padahal yang seharusnya menjadi poin utamanya adalah doa orang benar. Orang benar di sini setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, orang yang dibenarkan oleh karya penebusan Kristus, atau dengan kata lain orang yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kedua, orang yang hidup benar sesuai dengan jalan Tuhan. Orang yang hidup di jalan Tuhan akan mengetahui kehendak Tuhan sehingga apa yang diminta dalam doanya tidak akan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Yakobus mengambil contoh mengenai Elia. Elia adalah salah seorang nabi yang diutus Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Israel. Elia menjalani hidup sesuai dengan kehendak Tuhan bagi dirinya. Dalam doanya, Elia berdoa dengan sungguh-sungguh, bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi supaya bangsa Israel bertobat dan menyadari siapa Allah yang harus mereka sembah. Elia adalah orang benar, karena itulah doanya berkuasa dan dikabulkan Tuhan. Kita adalah orang-orang yang telah dibenarkan, namun apakah kita sudah hidup benar? Apakah dalam doa-doa kita, kita berdoa dengan motivasi yang benar? Apakah yang kita minta dalam doa kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan dalam hidup kita? Jika kita hidup benar maka apa yang kita doakan tidak akan bertentangan dengan kehendak-Nya, dan dengan demikian doa kita pasti akan dikabulkan. STUDI PRIBADI: (1) Apa syarat doa yang dikabulkan oleh Tuhan? (2) Mengapa Elia berdoa supaya hujan tidak turun? Berdoalah dan mohonlah pertolongan Roh Kudus supaya kita senantiasa dimampukan untuk hidup benar sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita juga memohon agar dimampukan untuk memiliki kehendak yang benar.
KAMIS
24
“Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:15-16) NOVEMBER 2016 Bacaan hari ini: 1 Petrus 1:13-25 Bacaan setahun: 1 Petrus 1
KUDUSLAH KAMU, SEBAB AKU KUDUS
K
ata “kudus” berasal dari bahasa Ibrani, yaitu “qadosy” dan dalam bahasa Yunani, yaitu “hagios.” Kedua kata “kudus” baik dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani, diartikan sebagai: “dipisahkan, dikhususkan dan disendirikan.” Pertanyaannya adalah: dipisahkan dari apa? Jawabannya ialah, dipisahkan dari dosa. Pertanyaan selanjutnya ialah: dikhususkan untuk apa? Jawabannya ialah, dikhususkan untuk melayani dan memuliakan Allah. Pertanyaan berikutnya adalah: disendirikan untuk siapa? Jawabannya ialah, disendirikan hanya menjadi milik kepunyaan Allah. Mengapa demikian? Pertama, karena kekudusan itu merupakan sebuah tuntutan dari Allah untuk kita yang telah dipanggil menjadi umat-Nya. Kita yang tadinya bukan umat Allah kini telah menjadi umat-Nya. Melalui pengorbanan Kristus, kita telah dipisahkan dari dunia yang berdosa ini untuk menjadi milik Allah. Allah mau, agar kita semua yang telah ditebus oleh-Nya hidup dalam kekudusanNya. Karena itu, sebagai orang-orang yang telah menerima penebusan Kristus, kita harus tinggalkan cara hidup kita yang lama dan sia-sia itu serta mempersembahkan diri kita kepada-Nya untuk melayani dan memuliakanNya. Hal ini menyangkut: akal budi (Rm. 12:2); gaya hidup, sikap, tingkah laku dan juga cara kita berbicara (1Tim. 4:12.) Jadi, “menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu” mencakup semua aspek hidup kita. Kedua, karena keberadaan Allah yang Kudus. Allah yang kita sembah adalah Allah yang Kudus (1Ptr. 1:16). Dari ayat ini, rasul Petrus ingin menegaskan kepada kita sekalian bahwa Allah kita itu kudus adanya. Karena Allah yang memanggil kita itu kudus, ini berarti bahwa kekudusan telah menjadi standard dan alasan mengapa kita hidup kudus. Allah itu Kudus, maka kita semua umat-Nya juga harus kudus. Apabila tidak, maka kita semua tidak mungkin dapat berada di hadirat Allah. Tanpa kekudusan, kita tidak dapat melihat Allah, apalagi datang kepada-Nya. Oleh karena itu, marilah kita menyerahkan diri kepada Kristus untuk dikuduskan-Nya dan marilah kita hidup kudus bagi Dia. STUDI PRIBADI: (1) Menurut Anda, apa itu kudus? (2) Lalu apakah arti “kudus” menurut Firman Tuhan? Mengapa Tuhan menginginkan kita agar hidup di dalam kekudusan? Berdoalah agar kita dapat hidup di dalam kekudusan dengan menjaga hidup kudus dan tidak menduakan Tuhan di dalam hidup kita, sehingga kita yang telah diselamatkan ini boleh datang ke hadirat-Nya.
JUMAT
25
NOVEMBER 2016
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, … supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia...” (1 Petrus 2:9)
Bacaan hari ini: 1 Petrus 2:1-10 Bacaan setahun: 1 Petrus 2
BERITAKAN PERBUATAN-NYA YANG BESAR
N
as ini mengingatkan kita akan pilihan Allah terhadap bangsa Israel di Perjanjian Lama. Pada waktu Bangsa Israel keluar dari Mesir dan sampai ke gunung Sinai. Dalam Kitab Keluaran 19:5-6, firman Allah mengatakan: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel.” Firman Allah tersebut digunakan oleh Petrus untuk orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Di sini Petrus menyatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus adalah Israel baru, yang dipilih oleh Allah sendiri melalui penebusan Kristus untuk menjadi imamat rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri. Sebagai imamat yang rajani, itu berarti bahwa setiap orang percaya mempunyai hak untuk masuk dan berjumpa dengan Allah, dan melayani Allah yang adalah Raja di atas segala raja. Sebagai bangsa yang kudus, itu berarti bahwa setiap orang percaya yang telah dipilih Allah, memiliki hidup berbeda dari orang lain dan mendedikasikan dirinya hanya kepada kehendak Allah dan melayani Allah. Sebagai umat kepunyaan Allah, itu berarti bahwa setiap orang percaya adalah milik Allah sepenuhnya (Tit. 2:14). Demikianlah kiranya status dan keberadaan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus. Petrus pun menyatakan bahwa Allah yang telah memilih kita sebagai imamat rajani, bangsa yang kudus dan umat Nya, meminta kita supaya memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya. Allah mau agar Injil keselamatan yang telah dikerjakan Kristus bagi kita, dapat diberitakan, sehingga banyak orang yang masih hidup dalam kegelapan dosa boleh beroleh terang dan menerima keselamatan Allah. Karena itu, marilah kita beritakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar di dalam Kristus! STUDI PRIBADI: (1) Menurut Petrus, siapakah orang-orang yang percaya kepada Kristus? (2) Apa yang Allah kehendaki dari kita sebagai orang-orang pilihan-Nya? Berdoalah agar sebagai orang-orang percaya, kita dapat memberitakan Injil keselamatan kepada banyak orang yang masih tinggal dalam dosa sehingga boleh membawa orang lain kepada Kristus.
SABTU
“Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan … hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” NOVEMBER 2016 (1 Petrus 3:8-9)
26
Bacaan hari ini: 1 Petrus 3:1-12 Bacaan setahun: 1 Petrus 3
HIDUP DENGAN SESAMA
B
agian firman Tuhan ini mengajarkan tentang kehidupan orang percaya di tengah-tengah keluarga dan sesama saudara seiman. Bagian pertama berbicara tentang apa yang Tuhan kehendaki bagi suami dan istri yang percaya kepada-Nya. Rasul Petrus mengingatkan agar istri tunduk kepada suaminya. Bahkan ketika suaminya bukanlah seorang Kristen atau mempunyai kehidupan yang melawan Tuhan sekalipun. Mengapa demikian ? Karena dengan demikian mereka menjadi saksi Tuhan dan bisa Tuhan pakai untuk memenangkan suaminya. Istri diingatkan untuk penuh dengan roh lemah lembut serta memiliki kehidupan yang murni dan saleh, sesuai kehendak Tuhan. Sebaliknya, suami yang percaya kepada Tuhan diingatkan untuk hidup bijaksana dengan istrinya, dan bukan justru menekan dan berlaku kasar kepada mereka. Firman Tuhan mengingatkan bahwa istri adalah teman pewaris kasih karunia, yang apabila para suami berlaku tidak tepat, maka doa mereka akan terhalang. Suatu peringatan yang tegas, bukan!? Berikutnya adalah bagaimana orang percaya hidup bersama saudara seimannya. Mereka diminta menjadi berkat, mengeluarkan perkataan yang membangun dan bukan caci maki. Mereka hadir tidak membawa huru-hara tetapi perdamaian. Karena itu orang percaya diminta menjauhi yang jahat, dan menjaga mulut bibirnya dari dusta dan kata-kata jahat. Sebaliknya, mereka diminta untuk saling mengasihi, rendah hati, dan seia-sekata. Sebagai orang-orang percaya, maka kehadiran dan kebersamaan kita bersama dengan sesama kita, terutama pasangan dan saudara seiman, seharusnyalah membawa pendamaian dan persekutuan di dalam Kristus. Kita hidup sebagaimana Kristus telah meneladankannya bagi kita. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk taat dan mau dibentuk untuk semakin serupa Kristus, baik itu sebagai suami atau istri, dan dalam persekutuan saudara seiman. Dengan demikian, Tuhan boleh memakai kita menjadi saksi bagi orang-orang yang belum percaya, yang mungkin di antaranya adalah anggota keluarga kita sendiri. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan seorang suami atau istri yang percaya kepada Tuhan? (2) Siapakah yang menjadi teladan bagi seorang suami dalam mengasihi istrinya? Berdoalah bagi setiap keluarga dan jemaat Tuhan agar mereka senantiasa menghadirkan Tuhan Yesus dalam kehidupan keluarga dan Gereja di mana Tuhan menempatkan mereka.
MINGGU
27
NOVEMBER 2016
“Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.” (1 Petrus 4:16)
Bacaan hari ini: 1 Petrus 4:12-16 Bacaan setahun: 1 Petrus 4
MENDERITA SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS
P
enderitaan adalah hal yang tidak terhindarkan dalam kehidupan manusia, termasuk kita, orang percaya. Kita mengingat sebuah lagu yang intinya mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah berjanji bahwa jalan hidup orang percaya pasti lancar, pasti nyaman, atau pasti jauh dari penderitaan. Hal ini pula yang diingatkan firman Tuhan melalui rasul Petrus seperti yang kita baca hari ini. Kita diingatkan untuk jangan terkejut ketika siksaan menimpa kehidupan kita, orang percaya. Hal yang sama juga dialami Petrus dan orang-orang percaya pada waktu itu. Mereka mengalami penderitaan karena iman mereka kepada Tuhan Yesus. Mereka dikejar-kejar dan ditangkap, mereka dipersulit dalam kehidupan, bahkan beberapa di antara mereka tidak bisa bekerja dengan baik karena mereka adalah orang Kristen. Pada waktu itu, banyak anak-anak Tuhan hidup menderita dan susah. Lebih dari itu, Petrus juga mengingatkan agar jangan sampai kita justru menderita karena konsekuensi dari kejahatan kita sendiri, yaitu karena kita mencuri, membunuh, atau mengacau. Jadi Petrus mengingatkan kita agar dalam kehidupan yang sudah sulit tersebut jangan sampai orang Kristen kemudian nekad mengambil jalan yang jahat sehingga mendapatkan konsekuensinya. Penderitaan karena konsekuensi dari kejahatan mereka tersebut bukanlah penderitaan karena Tuhan Yesus. Ini juga mengingatkan kita sebagai orang percaya, pada saat ini. Jangan kita gampang-gampang mengatakan kita menderita demi nama Tuhan Yesus, padahal janganjangan itu karena konsekuensi kejahatan kita. Di tengah situasi yang sulit sekalipun, sebagai orang percaya, firman Tuhan mengingatkan agar jangan kita jatuh dalam jalan yang salah. Banyak hal sulit dialami oleh anak-anak Tuhan. Beberapa dari mereka dikucilkan dari keluarga karena imannya dalam Kristus. Beberapa dari mereka dihina keluarga sendiri karena kehidupannya dalam Kristus. Bagi mereka, firman Tuhan berkata agar mereka tetap bersukacita dan jangan malu karena penderitaan mereka bagi Kristus. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa tidak semua penderitaan adalah penderitaan karena nama Tuhan Yesus? (2) Bagaimana sikap anak Tuhan dalam menghadapi penderitaan? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar setia dalam iman kepada Tuhan walaupun dalam kesulitan dan penderitaan kehidupan. Penderitaan akibat dari iman membuat jemaat semakin bersandarkan Tuhan.
SENIN
28
NOVEMBER 2016
“Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1 Petrus 5:3)
Bacaan hari ini: 1 Petrus 5:1-11 Bacaan setahun: 1 Petrus 5
PEMIMPIN
M
endengar kata “pemimpin” tentu gambaran yang muncul di benak kita adalah seorang yang punya otoritas mengatur, memerintah dan memegang kendali. Seorang pemimpin biasanya identik dengan seorang yang sok kuasa, semau sendiri, dan mau menang sendiri. Tetapi, dalam surat 1 Petrus 5, kita diingatkan bahwa sesungguhnya tidak demikian sifat dari seorang pemimpin Kristen. Ketika seseorang dipanggil dan dipercayakan untuk menjadi seorang pemimpin, maka ada beberapa hal yang harus ia mengerti. Pertama, ia harus sadar bahwa orang-orang yang dipimpin itu adalah kawanan domba Allah. Karena itu, ia diingatkan supaya melakukan tugas kepemimpinannya sesuai dengan kehendak Allah. Jadi bukan semaunya sendiri, melainkan menurut apa yang menjadi maunya Tuhan. Ia tidak boleh mencari keuntungan dari orang-orang yang dipimpinnya, tetapi yang melakukan tugas kepemimpinan ini sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan karena orang-orang yang dipimpin itu adalah milik Tuhan. Kedua, seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi yang dipimpin. Pemimpin yang baik bukan hanya sekadar memerintah, tetapi ia sendiripun menjadi teladan atau dengan kata lain, ia sendiri hidup dan melakukan sesuai dengan apa yang ia katakan. Pemimpin yang bisa menjadi teladan, tentu menimbulkan respek dari orang yang dipimpinnya. Ketiga, seorang pemimpin Kristen mengerti bahwa kelak ia harus mempertanggungjawabkan tugas kepemimpinannya ini kepada Gembala Agung, yakni Tuhan Yesus Kristus yang telah mempercayakan tugas ini kepadanya, sehingga ia menjalankan tugas ini dengan serius. Bagaimana dengan kita? Apakah kita telah menjadi pemimpin yang benar dan baik bagi istri, anak-anak dan karyawan, sesuai dengan yang Allah kehendaki? Seorang pemimpin yang tidak mencari keuntungan sendiri, yang menjadi teladan dan bisa mempertanggungjawabkan tugasnya di hadapan Tuhan dengan hati yang tulus dan terbuka? Kiranya Tuhan menolong kita. STUDI PRIBADI: (1) Bandingkan karakter dari seorang gembala yang baik dalam Mazmur 23, Yohanes 10 dan 1 Petrus 5 ini! (2) Apakah yang Anda dapat pelajari? Doakanlah agar para pemimpin kita diberikan hati yang takut akan Tuhan sehingga bisa menjadi pemimpin yang baik. Doakan juga agar kita pun bisa menjadi pemimpin yang menjadi teladan.
SELASA
29
NOVEMBER 2016
“Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosadosanya yang dahulu telah dihapuskan.” (2 Petrus 1:9)
Bacaan hari ini: 2 Petrus 1:3-21 Bacaan setahun: 2 Petrus 1
LUPA DIRI
M
enjadi orang Kristen merupakan anugerah terbesar yang pernah kita terima dalam hidup ini. Bagaimana tidak? Kita yang jahat, yang cenderung berontak kepada Allah, yang tidak memiliki kualifikasi layak, diangkat-Nya menjadi anak-anak-Nya. Namun demikian, seiring berjalannya waktu, banyak orang Kristen yang tadinya memasuki hidup baru dengan penuh ucapan syukur dan kesadaran akan ketidak-layakan dirinya, berubah menjadi pribadi yang merasa diri paling benar, paling berharga, paling tahu dan paling segala-galanya. Mereka lupa akan siapa diri mereka yang sesungguhnya, bahwa mereka tidak lebih dari debu yang diangkat Tuhan dan dijadikan permata di hadapan-Nya. Karena itu, rasul Petrus mengingatkan kita: setelah kita menjadi orang yang menerima Tuhan Yesus, maka kita harus berusaha dengan sungguhsungguh untuk menambahkan kepada iman kita: kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih akan saudara-saudara. Ini bukan berarti bahwa kita harus menambahkan “sesuatu” kepada iman kita supaya kita diselamatkan, melainkan jika kita benar adalah orang yang telah diselamatkan, maka pastilah kita akan berusaha sungguh-sungguh untuk hidup sesuai panggilan Tuhan, atau dengan kata lain: iman kita harus bertumbuh. Dengan demikian, kita tidak tersandung dan menjadi batu sandungan. Seseorang yang imannya tidak bertumbuh; tidak ditambah dengan pengetahuan, maka ia akan menjadi orang Kristen yang asal saja. Ia akan mudah sekali dipengaruhi oleh berbagai ajaran yang tidak bertanggung jawab. Tetapi, orang Kristen yang hanya punya pengetahuan, tetapi tidak punya penguasaan diri, kesalehan, dan kasih, hanya akan menjadi orang Kristen yang terjebak dalam kesombongan rohani. Apabila itu yang terjadi, bagaimana mungkin hidupnya berbuah? Tidak heran, bila kemudian rasul Petrus mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki semuanya itu, hanya akan menjadi orang yang buta dan picik, yang lupa bahwa dosanya telah dihapuskan. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa arti kata “sungguh-sungguh” dalam ayat 5 & 10? (2) Apakah iman kita telah bertumbuh sehingga kita memiliki kualitas yg digambarkan dalam 2Pet. 1:5-7? Doakan agar jemaat Tuhan mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bertumbuh dalam imannya, bukan hanya bertumbuh secara pengetahuan tetapi juga dalam kesalehan dan kasih akan semua orang.
RABU
30
“Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.” (2 Petrus 2:1) NOVEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Petrus 2 Bacaan setahun: 2 Petrus 2
MENJAGA AJARAN YANG BENAR
S
iapa sangka jika dalam satu dekade terakhir ini para koruptor adalah para pejabat yang justru mendengungkan kegiatan anti korupsi di negara ini. Namun dengan alat deteksi KPK yang begitu canggih, baik melalui screening rekening maupun media sosial dari para pelaku, para koruptor ini dapat ditangkap dan diadili. Nampaknya hal seperti ini bukanlah hal baru dalam dunia kekristenan. Sejak zaman para rasul, kasus-kasus korup seperti ini sudah ada, hanya manifestasi bentuknya berbeda. Dalam perikop kita hari ini, rasul Petrus mengingatkan kepada jemaatnya bahwa, akan dan telah ada guru-guru palsu. Mereka adalah adalah orang-orang yang terkenal, populer, mampu menarik massa dengan kata-katanya yang memikat, namun sebenarnya mereka menyesatkan dan menuju kepada kematian dan kebinasaan. Yang menarik di sini adalah bahwa mereka bukanlah guru-guru palsu yang sejak awal menentang kekristenan, namun mereka adalah orangorang yang pernah mengenal jalan Tuhan, alias guru-guru ini adalah orangorang Kristen. Guru-guru palsu ini justru muncul di dalam gereja, akibat dari pembacaan dan pengertian firman yang menyimpang. Mereka telah belajar firman Tuhan namun tidak tunduk kepada firman itu. Mereka hanya sekadar membaca kemudian memasukkan pengertian mereka untuk kepentingan mereka. Itulah sebabnya Petrus mengutuk guru-guru palsu ini, sehingga ia mengatakan akan lebih baik jika mereka tidak pernah mengenal Tuhan (ay. 20-22). Allah akan menentang dan menghukum mereka. Menjadi tugas kitalah untuk mendeteksi apakah ajaran-ajaran yang diajarkan di gereja adalah ajaran yang benar. Menggali firman Tuhan setiap hari melalui saat teduh dan membaca literatur yang menolong kita untuk memahami firman Tuhan. Apakah hal ini cukup? Belum. Yang kemudian adalah: kita berinteraksi dengan Tuhan dan bersedia dikoreksi oleh firman Tuhan sehingga hidup kita berubah. Barulah setelah itu, kita dimampukan oleh-Nya untuk mendeteksi ajaran-ajaran yang salah. Hidupilah kebenaran dan nyatakanlah kebenaran. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kita sudah menggali Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh? (2) Renungkan dan alami kuasa Firman-Nya yang mengubahkan kehidupan kita! Berdoalah agar umat Tuhan memiliki kerohanian yang semakin bertumbuh di hadapan Tuhan dan mengasihi Tuhan dengan segenap pikiran, hati, dan jiwanya, melebihi apapun juga.
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita…” (Ibrani 12:1)