|
222
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 222 | OKTOBER 2014
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” — Efesus 2:8-9
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 222: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Haryono Wong, Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Ie David, Johannes Aurelius, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Jangan Lewatkan Harimu Tanpa Merenungkan Firman Tuhan
S
ebuah mobil melaju kencang di sebuah jalan sepi di pinggir jurang. Karena asik bercakapcakap dengan rekan sampingnya, maka si sopir tidak memperhatikan rambu-rambu jalan yang ada di samping kanan-kiri, maupun di depannya. Sopir itu memang sangat mahir dalam mengendarai mobilnya dan merasa telah mengetahui selukbeluk jalan itu. Namun akibat kecerobohan dan sikapnya yang merasa tahu tentang jalan itu, ia harus kehilangan nyawanya karena jatuh ke jurang. Cerita ini mengingatkan kita, bahwa merasa tahu firman Tuhan bukan berarti kesempatan bagi kita untuk berhenti membaca firman Tuhan (Alkitab). Sekalipun kita pernah menyelesaikan pembacaan Alkitab selama satu tahun, itu bukan berarti setiap hari kita tidak lagi membacanya kembali. Kita perlu membaca Alkitab setiap hari, agar kita tahu apakah jalan kita sesat atau tetap berada dalam jalan Tuhan. Di tengah kesibukan dan pengaruh dunia saat ini, kita perlu firman Tuhan. Jika kita tidak meletakkan firman Tuhan menjadi penuntun bagi kita, maka dunia, kuasa gelap, ajaran sesat, akan menuntun kita. Akibatnya, kita akan kehilangan sukacita dan pengharapan kita, dalam Tuhan. Ketakutan, kekuatiran dan beban dari dunia akan menghimpit iman kita, yang lambat laun tanpa kita sadari, kita telah jatuh dan undur dari Tuhan. Alkitab mengingatkan kita, bahwa firman Tuhan bagaikan “suluh bagi kaki kita dan terang bagi langkah kita” (Mzm. 119:105). Jika Tuhan sendiri, melalui firman-Nya, telah memberikan “solusi” bagi hidup kita, mengapa kita mengabaikannya? Apa kita lebih bijaksana dari Tuhan? Seberapapun besarnya pengalaman hidup kita, itu tidak cukup membuat kita tidak akan salah jalan; kecuali firman Tuhan yang menuntun kita. Karena itu, marilah kita tidak melewatkan begitu saja hari yang kita miliki, tanpa merenungkan firman Tuhan. Kiranya firman-Nya membentuk cara berpikir, bertindak, setiap keputusan yang kita ambil, dan pandangan kita dalam melihat dunia ini, sehingga kita tidak salah jalan dalam hidup ini, melainkan dapat hidup memuliakan Tuhan serta menjadi berkat bagi sesama. Amin.
01 RABU
OKTOBER 2014
“Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” (Efesus 4:3)
Bacaan hari ini: Efesus 4:1-32 Bacaan setahun: Efesus 4
TUJUH DASAR KESATUAN ORANG KRISTEN
A
da fakta unik dari orang Batak. Di manapun orang Batak berada, ketika mereka bertemu dengan orang Batak lainnya, apalagi yang satu marga, mereka akan langsung sangat akrab, serasa menjadi saudara kandung. Meski pada awalnya mereka tidak saling mengenal dan bahkan jika diteliti silsilah keluarga, tidak ada hubungan sama sekali dalam 10 keturunan terakhir, namun tetap merasa sebagai saudara kandung. Ini adalah bukti bahwa rasa kesatuan sebagai “satu suku” dalam orang Batak sangatlah dalam. Seharusnya rasa kesatuan dalam diri orang Kristen, lebih dalam dari itu. Paulus menyatakan ada tujuh dasar kesatuan Kristen yang harus dijaga dengan baik. (1) Satu tubuh (ay. 4). Orang percaya adalah satu tubuh, meskipun dipisahkan oleh ras, warna kulit, bahasa, pendapat, keadaan, minat, dan pengalaman, tetap satu tubuh. Keberagaman bukanlah sebuah halangan untuk membina hubungan yang penuh kasih, demi terciptanya kesatuan yang harmonis. (2) Satu Roh (ay. 4). Karena seluruh jemaat Tuhan memiliki satu Roh dalam hatinya, maka seharusnya tidak ada ruang di hati kita untuk saling membedakan atau saling membenci satu dengan yang lain. (3) Satu pengharapan dalam panggilan (ay. 4). Kita memiliki panggilan yang sama, tugas yang sama dan pengharapan yang sama, yaitu mengejar kemuliaan yang akan datang. (4) Satu Tuhan (ay. 5). Kristus adalah Tuhan bagi semua orang Kristen, Dia adalah kepala yang kepadaNya semua umat harus tunduk. (5) Satu Iman (ay. 5). Kristus adalah obyek pengakuan iman orang Kristen yang menyatukan semua jemaat dan membawa kita semakin dekat dengan Tuhan dan sesama. (6) Satu Baptisan (ay. 5). Baptisan adalah ekspresi iman kita dalam Kristus, hanya ada satu baptisan, satu inisiasi ke dalam satu tubuh oleh satu Roh, satu dedikasi terhadap satu Tuhan. (7) Satu Bapa (ay. 6). Allah Bapa adalah sumber dari kesatuan umat. Jika Allah menjadi Bapa kita, maka kita adalah anggota dari satu keluarga dalam Kristus. Karena itu, kita terikat untuk hidup bersama-sama dalam kesatuan. STUDI PRIBADI: Sebutkan tujuh dasar kesatuan iman Kristen dan aplikasikanlah dalam hidup saudara! Berdoa agar setiap orang Kristen memiliki rasa kesatuan di antara sesama orang Kristen, sehingga tidak ada perpecahan di dalam tubuh Kristus; tubuh Kristus saling membangun dan bertumbuh dalam iman kepada-Nya.
02 KAMIS
OKTOBER 2014
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih.” (Efesus 5:1)
Bacaan hari ini: Efesus 5:1-21 Bacaan setahun: Efesus 5:1-21
CIRI KHAS KEHIDUPAN ORANG KRISTEN
P
aulus melanjutkan bagaimana orang Kristen yang telah diperbaharui Roh Kudus, harusnya menunjukkan kehidupan sebagai anak-anak terang. Diawali dengan prinsip penting yaitu menjadi penurut Allah dan hidup dalam kasih Kristus (ay. 1-2), sebagai tekad bagi motivasi orang percaya dalam menjalani hidup. Motivasi ini didasarkan pada pemahaman bahwa Kerajaan Kristus dan Allah adalah tujuan akhir hidup anak-anakNya, sehingga ia akan menjauhi semua kecemaran, termasuk perkataan yang kotor, sembrono, kosong ataupun hampa (ay. 3-7). Selain masalah gaya bicara yang harus menjadi perbedaan nyata antara orang percaya dengan orang durhaka, Paulus juga masuk ke dalam masalah perbuatan dalam hidup orang Kristen. Dengan diingatkan akan perpindahan dari gelap kepada terang (ay. 8) yang dialami oleh setiap orang percaya, maka sewajarnyalah hidup umat-Nya adalah sebagai anakanak terang. Hidup di dalam terang pasti akan berbuahkan keadilan dan kebenaran, dan itu akan menelanjangi semua perbuatan menjadi nampak terang benderang (ay. 9-14). Nasihat Paulus diakhiri dengan suatu prinsip penting mengenai gaya hidup orang percaya yang dipenuhi dengan kearifan atau bijaksana dengan mempergunakan waktu dan kesempatan yang ada untuk menjalankan kehendak-Nya (ay. 15-17). Prinsip ini didasarkan pada kesadaran bahwa kehidupan orang percaya di dunia sedang menghadapi kekuatan si jahat, yang merasuk ke semua sendi kehidupan manusia. Karena itu, anak Tuhan harus hidup oleh Roh, dan bukannya oleh hawa nafsu, sehingga seluruh kehidupannya dipenuhi ucapan syukur kepada Allah dan kerendahan hati dengan takut akan Tuhan (ay. 18-21). Dari semua ini, Paulus menegaskan adanya kualitas hidup orang percaya di dalam gaya bicara, perbuatan dan gaya hidup. Bagaimana dengan kita hari ini? Marilah kita mulai hidup bukan dengan mengikuti kecemaran dunia ini, melainkan taat kepada pimpinan Roh Kudus dengan cara mengerjakan apa yang benar dan adil di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: Sebutkan dan jelaskan apakah tanda nyata dari kehidupan orang Kristen yang lahir baru dan bertumbuh di dalam pimpinan Roh Kudus? Berdoalah bagi pertumbuhan iman dan kehidupan rohani jemaat Tuhan agar mereka dimampukan untuk memiliku hidup yang memuliakan Tuhan serta menjadi berkat bagi sesama dan sekelilingnya.
03 JUMAT
OKTOBER 2014
“Hai Isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” (Efesus 5:22)
Bacaan hari ini: Efesus 5:22-33 Bacaan setahun: Efesus 5:22-33
KASIH KRISTUS: DASAR HIDUP SUAMI-ISTRI
P
ernikahan adalah lembaga pertama yang Allah bentuk ketika menciptakan manusia untuk mewujudkan kesatuan dwitunggal yang indah antara suami dan istri. Seiring dengan masuknya dosa dalam kehidupan manusia, maka relasi suami-istri dalam pernikahan mengalami kerusakan dan bahkan banyak kecenderungan menghadapi kehancuran, termasuk dalam kehidupan pernikahan Kristen. Paulus melihat dengan jelas tantangan dan resiko pernikahan yang dihadapi oleh jemaat Kristen, karenanya ia memberikan nasihat yang sangat mendasar bagaimana suami-istri Kristen merajut relasi yang benar dalam ikatan kasih Kristus. Nasihat untuk istri agar tunduk kepada suami dalam segala sesuatu (ay. 22) sebagai wujud penghormatan (ay. 33b) menjadi permulaan nasihat dalam ikatan suami-istri. Nasihat ini memiliki sifat kenabian di dalamnya, sesuai dengan makna inspirasi Kitab Suci yang berguna bagi suami-istri Kristen di sepanjang abad dan di segala tempat. Sifat profetik ayat ini teraplikasikan dengan sendirinya pada masa sekarang ketika emansipasi wanita terlalu dijunjung tinggi menjadi feminisme yang bisa menyebabkan tindakan perlawanan dari istri terhadap suaminya. Karena itu, tunduknya istri kepada suami disamakan dengan tunduknya jemaat kepada Kristus, sesuai dengan ordonansi ilahi. Nasihat untuk suami agar mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat menjadi alasan dasar yang tidak terbantahkan, dengan tindakan pengorbanan diri, pengudusan, dan ketidak-bercelaan bagi kemuliaan (ay. 25-27). Ditambah dengan gambaran mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (ay. 28-29) untuk menyatakan kesatuan dwitunggal yang Allah kehendaki di antara suami istri (ay. 31), sebagaimana rahasia kesatuan antara Kristus dan jemaat-Nya (ay. 32). Demikianlah nasihat yang amat krusial bagi kehidupan suami-istri Kristen yang tidak bisa dilepaskan dari pemahamannya akan relasi dan ikatan Kristus kepada jemaat-Nya. Bagaimana dengan kondisi hubungan suami-isteri Anda hari ini? Ikuti dan taatlah kepada firman Tuhan! STUDI PRIBADI: Bagaimana gambaran hubungan suami-isteri yang Alkitab gambarkan? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap keluarga Kristen, khususnya hubungan suami-isteri, agar mereka hidup dalam keharmonisan dan tidak jatuh pada maraknya perselingkuhan masa kini.
04 SABTU
OKTOBER 2014
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan …” (Efesus 6:1)
Bacaan hari ini: Efesus 6:1-9 Bacaan setahun: Efesus 6
FONDASI KUAT DI DALAM TUHAN
S
etiap manusia yang lahir di dunia ini membawa perannya masingmasing; yang paling pasti adalah peran sebagai anak. Baik mereka yang masih memiliki orang tua ataupun pernah memilikinya, setiap kita adalah anak-anak yang dilahirkan dari orang tua kita masing-masing. Rasul Paulus dalam surat Efesus 6 menegaskan kembali tentang peran sebagai anak, dalam hubungannya dengan orang tua. Menurutnya, hubungan yang benar antara orang tua dan anak merupakan dasar dari masyarakat yang stabil karena masyarakat dibentuk dari keluarga-keluarga. Anak harus patuh kepada orang tua dan orang tua juga harus menghargai anak-anaknya. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, anak adalah titipan Tuhan yang harus dihargai, dijaga dan dirawat. Jika anak salah maka harus dinasihati, bukan dihajar secara fisik. Demikian pula jika orang tua melakukan hal yang kurang baik, anak juga berhak untuk memberikan masukan dengan sopan. Hal kedua yang ditekankan oleh rasul Paulus adalah hubungan hamba dengan tuannya. Hamba dalam kebudayaan Roma dulu tidak memiliki hak sama sekali, karena itu mereka tidak dimanusiakan. Semua kekuasaan hamba ada di tangan tuannya. Rasul Paulus menasihati agar hamba dan tuan memiliki hubungan yang baik dalam artian: hamba taat kepada tuan, dan tuan tidak meremehkan hambanya. Dari dua hubungan ini (orang tuaanak, tuan-hamba) dikatakan oleh Paulus sebagai dasar yang teguh untuk mengikut Tuhan. Jika dalam peran kita, baik itu sebagai anak, orang tua, hamba ataupun tuan, bisa dijalankan dengan baik, maka niscaya kita pasti bisa mengikut Tuhan dengan baik pula. Apa yang hendak disampaikan oleh Paulus dalam pasal Efesus yang terakhir ini adalah, bahwa ketika kita hendak mengikut Tuhan, kita harus meneguhkan diri dalam hubungan kita dengan sesama, keluarga dan juga dengan otoritas kita. Karena jika hubungan yang kelihatan (hubungan dengan sesama) ini bisa berjalan baik maka hubungan yang tidak kelihatan (hubungan dengan Tuhan) juga akan menjadi baik. STUDI PRIBADI: Mengapa rasul Paulus menekankan pentingnya hubungan dengan sesama kita? Apa kebaikan yang didatangkan dari harmonisnya hubungan tersebut? Berdoa agar setiap anak Tuhan agar diberikan hikmat dalam menjalankan peran mereka sehari-hari, baik sebagai anak, orang tua, karyawan, pemilik usaha dsb. Kiranya hidup mereka senantiasa dikuatkan di dalam Tuhan.
05 MINGGU
OKTOBER 2014
“Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini.” (Filipi 1:5)
Bacaan hari ini: Filipi 1:3-10 Bacaan setahun: Filipi 1
SUKACITA KARENA INJIL DIBERITAKAN
K
itab Filipi dikenal sebagai kitab sukacita. Dalam kitab ini, Paulus terus-menerus mengungkapkan rasa syukur dan sukacitanya kepada jemaat Filipi. Hal ini mungkin terdengar sedikit ironis, karena pada waktu menulis kitab ini, Paulus sedang berada dalam penjara. Bagaimana mungkin seorang yang sedang menderita di dalam penjara berbicara mengenai sukacita kepada jemaat? Semestinya dia meminta tolong supaya dibebaskan atau dikunjungi oleh jemaat Filipi. Namun Paulus berbeda; walaupun tubuhnya sedang dipenuhi penderitaan, tetapi hatinya melimpah dengan ucapan syukur. Apa yang menyebabkan Paulus bersukacita? Jika kita membaca Filipi 1:5, maka kita akan menemukan sumber sukacitanya, yaitu Paulus melihat bahwa jemaat Filipi setia bersekutu dalam berita Injil, mulai dari pertama kali mereka menerimanya sampai pada saat Paulus menuliskan suratnya. Persekutuan dalam berita Injil bukan berarti jemaat Filipi suka berkumpul untuk membahas Injil. Persekutuan dalam berita Injil yang dimaksudkan Paulus di sini adalah jemaat Filipi, dengan perbuatan nyata, mendukung pelayanan perkabaran Injil yang ada pada waktu itu. Mereka berdoa untuk para rasul yang memberitakan Injil. Mereka bukan saja berdoa, tetapi juga pergi memberitakan Injil kepada orang lain. Bahkan, mereka membantu Paulus secara finansial supaya dapat melayani dengan baik. Saat ini, kita mungkin sudah menjadi orang Kristen bertahun-tahun. Adakah kita membuat orang-orang di sekitar kita menjadi bersukacita karena pemberitaan Injil? Adakah kita juga bersukacita karena pemberitaan Injil? Paulus dan Jemaat Filipi telah memberikan teladan yang baik. Mari kita pun bersukacita dan mendatangkan sukacita bagi orangorang di sekitar kita dengan memberitakan Injil, mendoakan para pelayanpelayan Injil, dan mendukung dalam dana bagi pelayanan-pelayanan Injil. Gunakanlah kesempatan hidup yang Tuhan berikan kepada kita untuk mengerjakan karya yang indah dan besar di tengah-tengah dunia ini. STUDI PRIBADI: Sukacita karena apa yang membuat Paulus tidak henti-hentinya mengucap syukur sekalipun berada dalam penjara? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki hati yang berkobar-kobar bagi pelayanan pemberitaan Injil yang membawa orang berdosa menemukan sukacita sejati di dalam Tuhan Yesus.
06 SENIN
OKTOBER 2014
“Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita … Dan kamu juga harus bersukacita demikian…” (Filipi 2: 17-18)
Bacaan hari ini: Filipi 2:1-18 Bacaan setahun: Filipi 2
SUKACITA DALAM MELAYANI
D
alam Filipi 2, Paulus mengajak jemaat untuk menambahkan sukacita Paulus (ay. 2). Setelah pasal 1 Paulus berbicara tentang sukacitanya karena persekutuan jemaat Filipi dalam Injil, sekarang Paulus ingin jemaat Filipi melayani dengan sukacita agar sukacita di dalam diri Paulus semakin bertambah. Namun, Paulus tahu bahwa pelayanan yang mereka lakukan bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam pelayanan, bisa terdapat banyak konflik kepentingan masing-masing orang, ketidaksatuan hati dan visi dalam pelayanan, serta tiap-tiap orang ingin menjadi yang utama dalam pelayanan tersebut (ay. 1-4). Karena itu dalam ayat 5-11 Paulus mengajak mereka untuk meneladani Tuhan Yesus yang merendahkan diri-Nya. Tuhan Yesus yang adalah Allah, tetapi mau menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Mau menanggung fitnah dan hukuman, padahal Dia tidak melakukannya. Lebih lanjut, dalam pasal 2 ini Paulus mengajak jemaat untuk meneladani dirinya, seperti dia telah meneladani Kristus. Dalam ayat 17-18 Paulus mengatakan, “Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian. Dan kamu juga harus bersukacita demikian dan bersukacitalah dengan aku.” Perkataan ini menunjukkan bahwa segala penderitaan yang dia alami karena pelayanan injil tidak membuatnya menjadi putus asa dan menyerah. Melainkan dia bersukacita karena darahnya dapat dipakai sebagai korban yang hidup untuk iman daripada orang-orang Filipi. Paulus telah menunjukkan teladan hidup yang indah. Dalam penderitaan, dia tetap bersukacita. Dalam penjara, dia tetap menguatkan jemaat. Dalam kesulitan pelayanan Injil, dia tetap bersyukur hidupnya dipakai sebagai korban yang hidup. Apakah sebagai orang-orang Kristen, kita juga mau memiliki hidup seperti Paulus? Bukan karena hidup yang senantiasa berada di zona nyaman lalu kita bersukacita dan bersyukur kepada Tuhan; tetapi juga hidup yang walaupun berat karena iman kita kepada Yesus, kita tetap mengatakan, “Aku bersukacita!” STUDI PRIBADI: Mengapa Paulus rela menderita, bahkan rela darahnya tercurah bagi pelayanan Injil dan jemaat Filipi? Mari kita berdoa agar Tuhan memberikan kepada kita keberanian, kekuatan dan sukacita untuk tidak menyerah dalam menghadapi pergumulan iman di tengah-tengah dunia ini.
07 SELASA
OKTOBER 2014
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” (Filipi 3:10)
Bacaan hari ini: Filipi 3:10-11 Bacaan setahun: Filipi 3
PENGENALAN AKAN KEBENARAN SEJATI
D
alam Filipi 3 (secara khusus ayat 1-11), Paulus mencoba menjelaskan tentang kebenaran sejati sebagaimana yang dipahaminya. Pertama, Paulus memperingatkan tentang pekerja-pekerja yang jahat dan para penyunat palsu yang mungkin ada dan telah menyusup di dalam kehidupan berjemaat. Mereka ini sangat mungkin memberitakan Injil Kristus, namun pemberitaan itu merupakan kedok untuk menutupi aktifitas mereka yang sangat mengutamakan ibadah dan ritual keagamaan secara lahiriah. Yang dimaksudkan di dalam bagian ini adalah orang-orang yang tidak sepenuhnya percaya kepada Injil Kristus dan untuk menyempurnakan Injil Kristus, mereka menambahkan dengan ibadah dan ritual yang sangat mungkin berakar kuat dalam tradisi Yudaisme. Paulus mengingatkan jemaat di Filipi agar berhati-hati, waspada dan awas terhadap mereka. Selanjutnya Paulus menekankan kebenaran yang sejati sebagaimana yang diyakininya, yaitu, pengenalan yang benar terhadap Yesus Kristus. Bagi Paulus, segala kebanggaan dan kemegahan ibadah lahiriah sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 4b-7, merupakan “sampah”—tidak berguna dan harus dibuang. Karena bagi Paulus, pengenalan akan Kristus Yesus, jauh lebih mulia daripada semua yang ada. Mengapa demikian? (a) karena pengenalan yang benar akan Kristus Yesus merupakan anugerah dari Allah yang dianugerahkan kepadanya; (b) karena pengenalan akan Kristus Yesus yang sejati telah menimbulkan pengharapan akan kebangkitan kembali. Inilah alasan yang menyebabkan Paulus menganggap penting kebenaran sejati ini. Bagaimanakah dengan kita orang-orang Kristen masa ini? Adakah kita menemukan kebenaran yang sejati dalam kehidupan kita? Kebenaran yang sejati bukanlah suatu usaha dan pencapaian manusia, sebagaimana diyakini oleh agama-agama timur, melainkan sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia, melalui iman dan pengenalan akan Kristus Yesus. Persoalannya adalah, “maukah kita belajar mengenal Yesus Kristus yang sejati di dalam seluruh proses kehidupan kita?” STUDI PRIBADI: Mengapa pengenalan akan Kristus Yesus jauh lebih mulia daripada segala kemuliaan dunia ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka semakin mengenal kebenaran tentang Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya, sehingga kehidupan mereka dapat mencerminkan teladan hidup Kristus.
08 RABU
OKTOBER 2014
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)
Bacaan hari ini: Filipi 4:4 Bacaan setahun: Filipi 4
SUKACITA MENJALANI HIDUP
K
ehidupan dalam dunia merupakan suatu paradoks yang tidak bisa dipahami. Di satu sisi, manusia terus mengejar kenikmatan dan kesenangan dalam hidup. Namun kenyataan yang ada hanyalah penderitaan dan pergumulan hidup. Alkitab menjelaskan dalam Mazmur 90:10, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Bagaimana dengan kita orang-orang Kristen masa kini? Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, bahkan lebih dari itu kita bisa melayani Dia. Namun kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, kita tetap tidak lepas dari penderitaan dan pergumulan hidup yang ada. Bagaimana kita bisa tetap memiliki sukacita walaupun hidup kita penuh dengan penderitaan dan pergumulan? Jawabannya adalah, bahwa kita harus memiliki fokus hidup yang jelas di dalam Tuhan. Kita bisa pelajari dari Paulus, ada fokus yang jelas yang dikerjakan oleh Rasul Paulus dalam menjalani kehidupannya. Walaupun ada banyak penderitaan yang harus dialami. Ada sukacita nampak dalam hidupnya, yang mewarnai kehidupan dan pelayanannya. Dalam Kisah Para Rasul, Tuhan berbicara kepada hamba-Nya, Ananias, tentang Paulus setelah bertemu dengan Tuhan. “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (Kis. 9:15-16). Alkitab mencatat bahwa fokus hidup Paulus adalah memberitakan Injil Kristus (1Kor. 9:16), walaupun karena pemberitaan Injil, ia harus menderita (2Kor. 11:23-28), namun tetap ada sukacita dalam hidupnya. Rasul Paulus berkata, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol. 1:24). Sudahkah kita memiliki fokus hidup yang jelas di dalam Tuhan? STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Paulus tetap bersukacita dalam segala keadaan? Apa yang dapat kita pelajari dari kehidupan dan pelayanan Paulus? Berdoalah bagi Jemaat yang sedang menghadapi tantangan hidup supaya mereka tetap bersandar hanya kepada Tuhan dan tetap bersukacita karena pengharapan yang Tuhan janjikan.
09 KAMIS
OKTOBER 2014
“...Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, …segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia...” (Kolose 1:16)
Bacaan hari ini: Kolose 1:16 Bacaan setahun: Kolose 1
TUJUAN DAN RENCANA ALLAH
K
ita sering mendengar sebuah pertanyaan yang ditanyakan sejumlah orang: “Apakah Allah itu ada? Jikalau Allah ada, apakah Dia memiliki tujuan dan rencana tentang dunia ini? Dari mana kita bisa tahu, jika Allah itu ada dan memiliki tujuan dan rencana terhadap dunia ini? Apakah maksudnya Allah menyatakan tujuan dan rencana-Nya ini?” Kita dapat menemukan jawaban dari pertanyaan ini dalam Kolose 1:16, “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Allah memiliki tujuan dan rencana-Nya atas apa yang ada dalam bumi ini. Seluruh tujuan dan rencana Allah atas dunia ciptaan-Nya serta isinya bermaksud untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Pertanyaannya, siapa yang paling tepat untuk menyatakan kemuliaan Allah? Jawabnya: Yesus Kristus. Mengapa bisa demikian? Perhatikan teks Kolose 1:16, “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Ada 3 preposisi yang dipakai di dalam ayat ini yang menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, di dalam arti diciptakan di dalam Pribadi dan Kuasa Kristus. Paulus ingin menunjukkan bahwa Kristus adalah agen di dalam penciptaan dunia ini dan segala yang ada di dalam-Nya. Tujuan argumentasi yang disampaikan oleh Paulus ini adalah untuk mematahkan argumentasi orang-orang Kolose yang sangat percaya dan mendewakan roh-roh yang berkuasa di angkasa dan selanjutnya untuk menyatakan kemuliaan Allah, di dalam dan melalui Yesus Kristus. Sebab itu, kita yang telah dianugerahkan keselamatan dari Allah harus menyatakan kemuliaan Allah, di dalam Kristus, dengan cara kita percaya, setia, dan taat kepada-Nya. STUDI PRIBADI: Untuk apakah Allah menciptakan segala sesuatu? Apakah tujuan Allah memanggil kita menjadi umat-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka mengerti tujuan hidupnya dalam dunia ini, sehingga mereka mengerjakan hal-hal yang berguna dan memuliakan Allah.
10 JUMAT
OKTOBER 2014
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” (Kolose 2:6)
Bacaan hari ini: Kolose 2:6-15 Bacaan setahun: Kolose 2
TETAPLAH HIDUP DALAM DIA
E
pafras, salah seorang yang bertobat melalui pelayanan Paulus, dan bahkan adalah perintis jemaat di Kolose, meceritakan kepada bapak rohaninya, Paulus, bahwa di dalam jemaat Kolose ada guru-guru yang mengajarkan ajaran-ajaran yang salah (1:7; 4:12-13). Guru-guru itu menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah “roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini.” Selain itu, mereka juga mengajarkan kepada jemaat di Kolose untuk taat menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya, sehingga semua itu menjauhkan orang-orang percaya dari Kristus. Walaupun Paulus sendiri belum pernah ke sana (2:1), mendengar hal itu, Paulus tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab terhadap jemaat di Kolose. Lalu ia menuliskan surat kepada Jemaat di Kolose untuk menyatakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Selain itu, Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan telah menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan menyelamatkannya. Karena itu, Paulus menasihatkan mereka yang telah menerima Yesus, agar hidupnya tetap ada di dalam Yesus, artinya mereka mau hidup setia berjalan bersama dengan Yesus (ay. 6). Bukan hanya itu saja, mereka juga boleh berakar kuat di dalam Kristus dan dibangun di atas Kristus. Paulus juga menasihatkan mereka agar semakin bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepada mereka, dan memiliki hati yang melimpah dengan syukur kepada Tuhan (ay. 7). Dengan demikian Paulus berharap mereka dapat bertahan dan berani melawan segala ajaran-ajaran yang hendak menjauhkan mereka dari Kristus. Bahkan di tengah-tengah situasi seperti itu, iman mereka semakin kokoh dan teguh di dalam Kristus. Sehingga dengan demikian tidak ada satu ajaran palsu bisa mengoyahkan iman mereka kepada Kristus Yesus. Bagaimana dengan kita? Marilah kita teguh dan setia kepada Tuhan kita. STUDI PRIBADI: Apakah yang Paulus ajarkan sehingga jemaat di Kolose boleh mengalami kekuatan untuk terus setia mengikut Yesus di dalam hidup mereka? Berdoalah agar semua orang percaya boleh memperoleh kekuatan untuk terus setia mengikut dan bahkan melayani Yesus di dalam hidup yang penuh tantangan dan pergumulan ini.
11 SABTU
OKTOBER 2014
“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kolose 3:15)
Bacaan hari ini: Kolose 3:1-25 Bacaan setahun: Kolose 3
NASIHAT KEPADA JEMAAT KOLOSE
G
uru-guru palsu dan ajaran-ajarannya telah membuat iman Jemaat Kolose menjadi bimbang dan ragu. Bahkan hati mereka tidak ada damai sejahtera. Karena pengajaran palsu tersebut telah membuat mereka menjauh dari Kristus. Kehidupan mereka kembali menjadi seperti orang yang belum mengenal Allah. Mereka melakukan segala sesuatu yang duniawi, di mana semuanya itu dapat mendatangkan murka Allah. Karena itu Paulus menasihatkan agar mereka dapat mematikan dan membuang segala perbuatan duniawi tersebut, dan menggantikannya dengan mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya (ay. 5-10). Paulus juga menasihatkan mereka agar mengusahakan damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hati mereka, begitu juga perkataan Kristus berdiam dengan segala kekayaanya di antara mereka (ay. 15-16). Lebih lanjut, Paulus juga mengingatkan bahwa mereka adalah tubuh Kristus yang seharusnya bersatu, saling mengasihi dan menaati Kristus yang adalah kepala tubuh atau pemimpin mereka. Maka dengan demikian, mereka diharapkan dapat mematahkan segala ajaran palsu yang telah membuat mereka tersesat dan menjauh dari Kristus, kembali menjadi sehat dalam ajaran dan memiliki kembali hubungan yang sehat dan dekat dengan Kristus. Demikianlah harapan Paulus terhadap jemaat Kolose ini; mereka bisa kembali menjadi jemaat yang saling mengasihi sebagai tubuh Kristus dan memiliki hubungan yang dekat dengan Kristus. Bagaimana dengan kita hari ini? Marilah kita menanggalkan semua perbuatan manusia lama kita dan mengenakan manusia baru yang terus diperbaharui oleh Roh Kudus, hidup saling mengasihi sebagai anggota tubuh Kristus dan mengusahakan damai sejahtera Kristus memerintah di dalam hati kita, yaitu kita berusaha untuk menaati segala apa yang Kristus ajarkan atau perintahkan kepada kita (ay. 15-16). Dengan demikian kita akan memiliki hubungan yang erat dengan Kristus, Tuhan kita. Amin. STUDI PRIBADI: Apakah yang dapat menjauhkan hubungan Anda dengan Tuhan? Bagaimanakah Anda mengatasinya? Berdoalah agar jemaat Tuhan memiliki hubungan yang erat secara pribadi dengan Kristus dan hidup bagi kemuliaan-Nya, sehingga boleh mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
12
MINGGU
OKTOBER 2014
“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” (Kolose 4:2)
Bacaan hari ini: Kolose 4:1-6 Bacaan setahun: Kolose 4
BERDOA JUGALAH UNTUK KAMI
S
etelah menasihati jemaat Kolose yang sedang menghadapi acaman dari ajaran guru-guru palsu yang menyesatkan pada saat itu, Paulus pun mengajak mereka untuk bertekun dalam doa dan terus berjagajaga dalam doa mereka (ay. 2). Berdoa agar tetap teguh dalam iman kepada Kristus dan selalu waspada terhadap segala perilaku kehidupan mereka sehari-hari (ay. 1, 5-6) agar tidak membuat hubungan mereka jauh dari Kristus, tetapi sebaliknya menjadi semakin dekat dan erat melekat kepada Kristus. Di dalam nasihatnya itu, Paulus meminta mereka berdoa untuk dirinya dan juga Timotius yang sedang melayani bersama-sama dengannya (1:1; 4:3). Karena Paulus sadar bahwa sebagai pelayan Tuhan, ia pun butuh dukungan doa dari para jemaat Tuhan, supaya ia dimampukan untuk menghadapi segala tantangan, ancaman dan bahkan godaan di dalam pelayanan pemberitaan Injil yang Tuhan percayakan kepadanya. Memang kadangkala dalam pelayanannya memberitakan Injil, Paulus seringkali menghadapi “pintu-pintu” yang tertutup bagi masuknya berita Injil. Begitu juga dengan tantangan atau godaan untuk mengurangi keutuhan pesan Injil. Karena itu, ia meminta kepada jemaat di Kolose untuk berdoa agar Allah membuka pintu untuk pemberitaan Injil yang sedang ia lakukan; bahkan dimampukan untuk dapat berbicara tentang rahasia Kristus sebagaimana seharusnya (ay. 3-4). Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah kita sudah mendoakan hamba Tuhan dan gereja-Nya? Sebagai jemaat Tuhan masa kini, kita pun diminta oleh Paulus untuk bertekun di dalam doa serta berjaga-jaga di dalam doa kita. Kita berdoa agar tetap teguh dalam iman kepada Kristus dan selalu waspada terhadap segala perilaku kehidupan sehari-hari agar tidak menjadi batu sandungan bagi sesama anggota Tubuh Kristus dan membuat jauh hubungan kita dari Kristus; tetapi sebaliknya, kita menjadi berkat bagi sesama dan memiliki hubungan yang semakin dekat dengan Kristus, yang adalah Kepala bagi jemaat-Nya. STUDI PRIBADI: Mengapakah Paulus meminta jemaat Kolose agar bertekun di dalam doa? Mengapa pula Paulus meminta agar mereka berdoa untuknya dan pelayanannya? Berdoalah agar jemaat Tuhan memiliki ketekunan di dalam doa. Berdoalah juga untuk para hamba Tuhan agar Allah membukakan pintu pemberitaan Injil, untuk mempertobatkan manusia berdosa.
13 SENIN
OKTOBER 2014
“Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus...” (1 Tesalonika 1:3)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 1:1-10 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 1
KEHIDUPAN KRISTEN YANG BERTUMBUH
K
ehidupan seorang Kristen yang bertumbuh tidaklah ditentukan dari seberapa banyak pengetahuan ataupun pemahamannya akan Injil, tetapi seberapa jauh Injil itu telah bekerja dan mengubah hidupnya. Injil ini juga yang telah menyelamatkan dan mengubah kehidupan jemaat Tesalonika. Hal ini terbukti dari kehidupan mereka yang memperlihatkan ciri-ciri kehidupan Kristen yang bertumbuh. Pertama, adanya pekerjaan iman (ay. 3a, 6, 9b). Dalam ayat 3, Paulus bukan hanya memakai kata “iman,” tapi “pekerjaan iman.” Ini menunjukkan bahwa iman yang hidup di dalam jemaat Tesalonika adalah iman yang sangat aktif, bukan iman yang pasif. Kedua, adanya usaha kasih (ay. 3b, 9a, c). Kata “kopos” yang dipakai ini, menunjukkan suatu pekerjaan yang sangat sulit, membutuhkan banyak tenaga untuk menyatakan kasih. Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata yang dipakai untuk mengungkapkan kasih. Namun dalam bagian ini, kata kasih yang dipakai adalah “agape,” yakni kasih yang dikenal dalam pemahaman untuk menyatakan kasih Allah: kasih yang tidak mencari keuntungan, kasih yang rela berkorban, kasih tanpa syarat. Kasih seperti inilah yang diperlihatkan jemaat Tesalonika di dalam menyambut kehadiran para rasul (ay.9a) dan juga dalam melayani Allah (ay. 9c). Ketiga, adanya ketekunan dalam pengharapan (ay. 3c, 10). Dalam ayat 10, kita membaca bahwa jemaat Tesalonika percaya bahwa Tuhan Yesus yang telah dibangkitkan dari antara orang mati akan datang kembali untuk menyelamatkan mereka dari murka yang akan datang. Dalam ayat 3c, dikatakan bahwa mereka bertekun dalam pengharapan yang demikian. Pengharapan inilah yang membuat jemaat Tesalonika tetap mampu melakukan pekerjaan iman mereka, usaha kasih mereka dengan setia, sekalipun dalam penderitaan. Bagaimana dengan kita? Kita juga memiliki pengharapan yang sama. Pengharapan bahwa kelak Kristus akan datang kembali untuk memberikan kehidupan yang bahagia bersama Dia di surga. STUDI PRIBADI: Sudahkah iman kita dinyatakan dalam perbuatan? Adakah kita sungguh percaya bahwa Allah sanggup memelihara dan memimpin masa depan kita? Jelaskan! Doakanlah agar ketiga ciri kehidupan Kristen yang bertumbuh ini menjadi bagian dari diri kita sebagai orang-orang yang telah dimenangkan oleh Injil, sehingga kita semakin mengenal siapa Allah kita yang sebenarnya.
14 SELASA
OKTOBER 2014
“Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya.” (1 Tesalonika 2:10)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 2:1-20 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 2
KEHIDUPAN YANG BERSAKSI
P
elayanan pengabaran Injil memang bukanlah tugas yang mudah untuk dilakukan, sebab tantangan dan pengorbanan harus dihadapi. Hal yang sama juga dialami oleh Paulus dalam pelayanannya. Paulus mengatakan bagaimana mereka telah dianiaya dan dihina di Filipi, tetapi dengan pertolongan Tuhan, mereka tetap beroleh keberanian untuk memberitakan Injil karena mereka tahu bahwa apa yang mereka beritakan bukan lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya (ay. 2-3). Paulus memandang pelayanan pengabaran Injil sebagai kepercayaan Allah yang luar biasa besarnya bagi mereka. Motivasi mereka didasarkan pada kerinduan untuk menyukakan hati Tuhan, bukan manusia. Saudara yang terkasih, dengan gamblang sekali Paulus berani mengatakan di hadapan jemaat, bagaimana dia dan rekan-rekannya telah melayani tanpa cela. Bagaimana mereka telah hidup dengan saleh, adil dan tak bercacat di hadapan jemaat. Bagaimana mereka telah melayani dengan penuh kasih, seperti seorang ibu dan seorang bapak bagi mereka. Sungguh suatu kehidupan pelayanan yang penuh kuasa dan kesaksian. Karena mereka bukan hanya mengajar dan menasihati tetapi juga memberi teladan. Sebagai murid-murid Tuhan, kita semua dipanggil untuk membawa berita Injil itu kepada setiap orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Adalah jauh lebih mudah berbicara, tetapi orang lain ingin melihat apakah Injil itu benar-benar nyata dalam kehidupan kita. Apakah kita dapat dengan berani menegur dosa, mengatakan kebenaran, melayani dengan penuh kasih tanpa pilih-pilih siapa orang yang kita hadapi, karena kita melayani tidak dengan motivasi mencari keuntungan bagi diri sendiri. Beranikah kita berkata seperti Paulus, “Kamu adalah saksi, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami hidup di antara kamu.” Biarlah sebagai pengikut Kristus, kita memberitakan Injil bukan hanya dengan perkataan tetapi juga dengan perbuatan kita,sehingga nama Tuhan dipermuliakan. STUDI PRIBADI: Apakah perkataan dan perbuatan kita sehari-hari sudah selaras dengan Injil yang kita yakini? Hal-hal apa yang masih perlu kita perbaiki dalam diri kita? Doakanlah agar Injil benar-benar mengubah paradigma hidup kita dan kita bisa menjadi saksi-Nya dalam perkataan dan juga perbuatan, sehingga apa yang kita lakukan menjadi kesaksian yang hidup.
15 RABU
OKTOBER 2014
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tidak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita…” (1 Tesalonika 3:12)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 3:1-10 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 3
SEMANGAT PELAYANAN
U
mumnya, sangat mudah bagi kita memulai segala sesuatu, tetapi sulit untuk menjaga atau memelihara kelangsungannya, termasuk pelayanan. Banyak anak Tuhan yang begitu giat mendirikan sebuah pelayanan, namun seiring berjalannya waktu, ada banyak dari pelayanan itu menjadi terbengkalai dan tidak terurus dengan baik. Rasul Paulus sangat giat memberitakan Injil, termasuk kepada banyak orang di Tesalonika. Namun sangat disayangkan, Paulus terpaksa harus tiba-tiba meninggalkan Tesalonika karena penganiayaan, padahal masih ada petobat baru, yang menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Namun dari Timotius, Rasul Paulus mendengar tentang keadaan mereka saat itu, dan Paulus menulis surat ini, untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan jemaat Tesalonika di tengah-tengah penganiayaan (1Tes. 3:1-6). Pengalaman iman yang dialami oleh jemaat Tesalonika memberikan semangat pelayanan kepada rasul Paulus untuk dapat terus memberitakan Injil kepada banyak orang. Ungkapan yang dipakai Rasul Paulus untuk menggambarkan semangat pelayanan tersebut adalah “Sekarang kami hidup kembali” (1Tes 3:8). Melalui tulisan yang Paulus tuliskan kepada Jemaat Tesalonika ini, kita dapat belajar bahwa: (1) Tidak sukar mencari teman di dalam kesukaan, tetapi menjadi saudara bagi seseorang di tengah kesusahannya hanya sedikit yang bersedia dan sanggup. (2) Persekutuan yang tulus dan meneguhkan hati serta perhatian dari Paulus meneguhkan iman jemaat. Sebaliknya, keteguhan iman jemaat pun meneguhkan hati Paulus. Persekutuan dapat memperdalam pengalaman dan hubungan manusia. Persekutuan yang diisi salah bisa menyebabkan orang menanamkan kepahitan dalam penderitaan. Persekutuan yang benar bisa menyebabkan orang menjadi tabah dan memetik buah yang indah dalam penderitaan. Hari ini, marilah setiap kita saling memberikan semangat baru kepada sesama kita, sama seperti jemaat Tesalonika kepada Paulus di tengahtengah pelayanannya yang sulit. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai jemaat Tuhan ketika melihat saudara seiman, terlebih lagi mereka yang bekerja giat bagi Tuhan, mengalami kesulitan? Berdoa bagi para majelis, hamba Tuhan, dan aktifis agar mereka diberikan kekuatan dan penghiburan dalam menghadapi kesulitan serta tantangan pelayanan yang di depan mata.
16 KAMIS
OKTOBER 2014
“Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan menasihatkan kamu…” (1 Tesalonika 4:1)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 4:1-12 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 4
LEBIH BERSUNGGUH-SUNGGUH LAGI
S
alah satu definisi sebuah kesuksesan seseorang sering ditentukan hanya oleh “apakah orang tersebut melakukan segala sesuatunya dengan lebih bersungguh-sungguh atau tidak.” Keberhasilan diukur dengan “apakah dirinya telah melakukan segala sesuatu dengan ‘LEBIH’ daripada orang lain.” Misal, seseorang pedagang yang sukses, terkadang hanya karena dirinya “membuka tokonya lebih awal dan menutup tokonya lebih malam” daripada toko lainnya. Pasal 4 ini dimulai dengan kata “Akhirnya;” kata ini menandai sebuah peralihan besar dalam pokok pembahasan dan memberikan kesan bahwa akhir surat sudah dekat. Kata ini juga mengingatkan Jemaat Tesalonika, bahwa ada sesuatu yang juga penting untuk selalu diingat dan dikerjakan. Jadi bukan sesuatu yang akan berakhir (berhenti) di sini saja. Oleh sebab itu, perhatikan permohonan Rasul Paulus, yang dituliskan, “kami minta dan nasihatkan”; keduanya dapat diterjemahkan dengan dua kata yang lebih kuat yaitu “kami berseru dan memohon.” Itu berarti kalimat selanjutnya merupakan sebuah seruan dan permohonan yang perlu diperhatikan oleh Jemaat Tesalonika. Permintaan dan nasihat Paulus itu adalah: (1) Kamu harus hidup berkenan kepada Allah. Itu berarti kepentingan diri sendiri harus kita letakkan di bawah kepentingan Allah. Kerinduan hati kita adalah sematamata untuk mencari kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Di sinilah kita akan dapat menikmati hidup yang berkenan kepada Allah. (2) Melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi. Hakikat dari perintah Paulus adalah bahwa jemaat harus terus melakukan apa yang telah dan sedang mereka lakukan, hanya dengan lebih giat, lebih berlimpah (ps. 3:12 dan 4:10 untuk pemakaian lain dari kata “perisseuo”); yaitu mengerjakan segala sesuatu yang berkenan kepada Allah, bukan sebagai sesuatu yang bersifat rutinitas belaka, tapi sesuatu yang lebih dan semakin berlimpah (giat dan sungguh-sungguh) saat mereka hidup berkenan kepada Allah. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Apakah sebagai orang beriman kita mengerjakan segala sesuatu sebagai rutinitas belaka, atau kita lakukan dengan giat, seperti untuk Tuhan? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka mengerjakan segala sesuatunya seperti untuk Tuhan sendiri, sehingga nama Tuhan dipermuliakan banyak orang yang melihat sikap mereka.
17 JUMAT
OKTOBER 2014
“Kami meminta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu.” (1 Tesalonika 5:12)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 5:12-13 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 5
SIKAP JEMAAT TERHADAP PEMIMPIN ROHANI
M
emiliki sikap yang mulia seharusnya nampak dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan, sebab kita telah menikmati anugerah Allah yang sebenarnya tidak layak kita terima. Salah satu sikap mulia yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah “mengucapkan terima kasih atau memberikan penghormatan kepada orang yang telah menolong atau membantu kita, siapapun dan apapun statusnya!” Dalam konteks bergereja, Paulus mengajarkan kepada jemaat untuk membiasakan diri dengan sikap-sikap mulia, sebagaimana mereka hidup sebagai umat Tuhan. Salah satunya adalah “menghormati mereka yang bekerja keras dalam pelayanan, menegor mereka yang berbuat salah, dan menuntun mereka ke dalam jalan Tuhan” (ay. 12). Paulus mulai nasihatnya dengan kata “Kami minta...”. Kata ini mengindikasikan: (1) bahwa jemaat Tesalonika kurang memiliki kepekaan dalam “menghormati mereka yang telah melayani dengan sungguh-sunguh, entah itu sebagai penatua maupun sebagai diaken jemaat.” (2) Sangat dimungkinkan bahwa mereka telah memiliki sikap ini, tapi karena sejumlah masalah yang terjadi di antara mereka (seperti tidak mau menerima teguran penatua), akhirnya mereka tidak melakukannya, atau bahkan cenderung menahannya. Hilangnya “sikap-sikap mulia” (seperti yang Paulus minta dari jemaat Tesalonika) bisa saja terjadi karena berbagai persoalan internal gereja, misalnya, komunikasi yang tidak baik antar jemaat atau hamba Tuhan/ penatua/diaken; atau karena pengaruh ajaran yang tidak sehat. Namun demikian, Paulus mengingatkan bahwa sikap mulia ini bukanlah sebuah pilihan, sekalipun juga bukan sebuah paksaan, melainkan sesuatu yang wajar muncul dari orang yang telah merasakan tuntunan, didikan, perhatian dari mereka yang telah mengajar dan membawa mereka kepada jalan Tuhan. Sikap inilah yang Paulus juga harapkan dari kita sebagai jemaat Tuhan yang hidup pada masa kini, yaitu menghormati mereka yang bekerja keras dalam melayani Tuhan dan jemaat-Nya! Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: Mengapa kita perlu memberikan sikap hormat kepada mereka yang telah bekerja keras dalam melayani Tuhan dan jemaat-Nya? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak kehilangan respek terhadap para majelis, hamba Tuhan, dan para pelayan Tuhan lainnya yang mendidik dan menegor mereka dalam jalan Tuhan.
18 SABTU
“Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan segala OKTOBER 2014 pekerjaan imanmu.” (2 Tesalonika 1:11)
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 1:1-12 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 1
JEMAAT YANG BERTUMBUH
S
etelah mendengar teguran dan nasihat Paulus melalui suratnya yang pertama, nampaknya jemaat Tesalonika mulai menunjukkan perubahan sikap yang jauh lebih baik daripada semula. Kehidupan kasih dan iman mereka semakin bertambah, dan untuk itulah Paulus bersyukur kepada Tuhan (ay. 3). Pertumbuhan iman dan kasih mereka tidak saja membuat mereka menjadi kesaksian yang baik di antara mereka, tapi juga membuat anggota jemaat menjadi semakin kuat dalam iman dan pengharapan, ketika menghadapi aniaya dan penderitaan (ay. 4). Sikap yang tidak lagi egois ini, melainkan saling mengasihi, menguatkan, menghormati dan menghibur antar jemaat, serta menyerahkan segala hal ke dalam tangan kuasa Tuhan (ay. 5-10), merupakan tanda bahwa mereka adalah jemaat yang bertumbuh. Karena itulah Paulus berdoa, agar iman mereka semakin disempurnakan Tuhan dalam mengerjakan hal yang baik, sehingga nama Tuhan Yesus dipermuliakan melalui kehidupan mereka (ay. 11-12). Lalu, bagaimana dengan kita? Apa yang dapat kita pelajari dari pertumbuhan iman dan kasih di antara jemaat Tesalonika ini? Jika kita memperhatikan hal ini, maka indikator bahwa jemaat Tuhan mengalami pertumbuhan iman yang baik, adalah: (1) adanya keteguhan iman di dalam Kristus Yesus, (2) Kehidupan kasih yang semakin nyata dan kuat di antara jemaat Tuhan, (3) Kehidupan jemaat yang memuliakan nama Tuhan dengan mengerjakan pelayanan dan kehidupan yang semakin indah di hadapan-Nya. Coba kita memeriksa diri masing-masing, apakah indikator ini ada pada diri kita? Jika belum atau masih kurang, marilah kita bersama-sama bertumbuh, baik dalam kasih, iman dan kesadaran untuk mengerjakan yang baik untuk memuliakan Tuhan. Janganlah kita menjadi umat yang mementingkan diri kita sendiri, melainkan umat yang bertumbuh dalam kasih, iman, dan perbuatan baik di dalam Tuhan Yesus. Kiranya Tuhan, dengan anugerah dan kuasa-Nya, menguatkan dan menyempurnakan pekerjaan iman kita. STUDI PRIBADI: Indikator apa yang seharusnya terlihat dari jemaat yang bertumbuh dalam iman mereka? Jelaskan! Berdoalah bagi relasi yang terjadi di antara jemaat Tuhan, agar mereka bisa saling mengasihi dan menguatkan, serta mengerjakan pekerjaan yang baik, sesuai dengan kehendak Tuhan.
19
MINGGU “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan…” (2 Tesalonika 2:13) OKTOBER 2014
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 2:13-17 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 2
UMAT PILIHAN
K
etika jemaat Tesalonika mempertahankan iman mereka terhadap penganiayaan dan penderitaan, mereka juga menghadapi ajaran yang menyesatkan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Ajaran sesat ini membuat mereka menjadi gelisah dan bimbang; bahkan ada yang tidak tertib dalam hidup. Mereka menjadi malas bekerja dan tidak bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun keluarga mereka (bdk. ps. 3:7-9). Menghadapi situasi ini, Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika agar mereka: (1) tidak mudah percaya tentang ajaran yang menyesatkan (ay. 2). (2) Mereka tetap bersabar dan tetap mengerjakan pekerjaan yang baik, sebab ajaran-ajaran yang tidak sehat itu bukanlah berasal dari Allah, melainkan dari orang-orang yang kelak akan dibinasakan Allah pada waktunya. Mereka adalah orang-orang yang telah dipersiapkan untuk menerima murka-Nya (ay. 3-10). (3) Allah membiarkan mereka melakukan kesesatan dan tidak menolong mereka, sehingga mereka percaya pada dusta mereka sendiri dan layak menerima hukuman dari Allah karena ketidak-percayaan mereka terhadap Injil Tuhan (ay. 11-12). Namun sebaliknya, dengan tegas Paulus menjelaskan “dasar atau alasan” mengapa umat Tuhan tidak boleh terjebak dalam pengajaran yang sesat itu, dan alasannya agar mereka tidak mengikuti pola hidup mereka. (1) Karena jemaat Tesalonika adalah orang-orang yang telah dipilih Tuhan dari mulanya. Mereka adalah orang-orang yang menerima anugerah keselamatan dan hidup kekal di dalam Tuhan Yesus (ay. 13). (2) Sekalipun untuk sementara mereka mengalami aniaya dan penderitaan, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Sebaliknya Tuhan akan menghibur dan menguatkan mereka untuk tetap mengerjakan pekerjaan yang baik dari Dia (ay. 15-17). Bagaimana dengan kita? Kiranya kita tidak kehilangan pengharapan kita di dalam Tuhan, melainkan terus mengerjakan pekerjaan yang baik sampai Tuhan datang dan jangan biarkan diri kita disesatkan oleh ajaran-ajaran yang salah tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. STUDI PRIBADI: Bagaimana jemaat Tesalonika menghadapi ajaran sesat tentang kedatangan Tuhan? Mengapa kita harus hidup berbeda dari mereka yang belum percaya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak hidup menuruti cara hidup duniawi, melainkan hidup sebagai umat pilihan Allah dengan terus mengerjakan yang baik dan benar di hdapan Allah.
20
SENIN
OKTOBER 2014
“Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, … tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.” (2 Tesalonika 3:14-15)
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 3:14-15 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 3
KETIKA SAUDARA SEIMANKU TERSESAT
P
aulus kembali mengingatkan jemaat Tesalonika untuk menandai dan menjauhi mereka yang tidak mau mendengarkan isi suratnya. Apa maksudnya? Bila melihat pasal 2, kita akan memahami bahwa jemaat sedang menghadapi bahaya penyesatan, terutama ajaran yang berkaitan dengan kedatangan Kristus (2:1). Celakanya, penyesatan itu sudah mulai masuk ke gereja sehingga ada beberapa orang yang sudah disesatkan. Surat Paulus ini adalah untuk mengingatkan jemaat, baik yang sudah, maupun yang menolak penyesatan. Bagi mereka yang telah mengikuti ajaran sesat tersebut dan tidak mau menerima peringatan Paulus, maka tindakan disiplin harus dilakukan kepada mereka. Tindakan pertama adalah menandai mereka dan menjauhinya (jangan bergaul). Maksudnya adalah, orang tersebut benar-benar telah diketahui mengikuti ajaran sesat dan bukan sekadar gosip belaka. Kemudian jangan turut dalam pergaulan dengan orang tersebut ataupun kelompoknya agar jemaat jangan terseret ke dalam penyesatan. Tidak berhenti di situ, harus ada saudara yang harus menegor dia akan kesesatannya tersebut. Yang diperhatikan di sini adalah motivasi dan tujuan dari pelaksanaan tindakan disiplin tersebut. Hal yang harus dihindari adalah, jangan sampai tindakan untuk menandai, menjauhi, dan menegor hanyalah untuk melampiaskan emosi/arogansi semata, sehingga jemaat menjadikan orang-orang tersebut sebagai musuh yang harus dihancurkan dan disingkirkan. Tetapi yang menjadi tujuan adalah: agar mereka yang tersesat itu menjadi malu, menyadari kesalahannya, dan mau bertobat. Untuk itu, jemaat harus menegor mereka sebagai saudara. Seorang saudara sepatutnya menegor untuk kebaikan saudaranya yang tersesat, demi membawa saudaranya kembali ke jalan yang benar. Hal ini juga bisa diaplikasikan ketika kita melihat ada saudara seiman yang jatuh dalam dosa. Kita tidak menggosipkan dan mempermalukan dia, tetapi dengan kasih dan hikmat Tuhan, kita menegornya sebagai saudara seiman yang rindu orang tersebut sadar akan kesalahannya dan bertobat. STUDI PRIBADI: Bagaimanakah sikap yang baik dalam menghadapi saudara seiman yang berbuat dosa atau disesatkan? Jelaskan! Berdoa agar jemaat diberikan kekuatan serta kerinduan untuk belajar firman Tuhan sehingga dapat menghadapi rupa-rupa pengajaran yang sangat bisa menyesatkan kehidupan iman mereka.
21
SELASA
OKTOBER 2014
“Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.” (1 Timotius 1:16b)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 1:12-17 Bacaan setahun: 1 Timotius 1
TELADAN DALAM MELAYANI
B
agian firman Tuhan ini bisa menjadi peringatan bagi setiap kita yang melayani Tuhan, terutama teladan yang ditunjukkan rasul Paulus. Dengan demikian hidup pelayanan kita bisa menjadi teladan bagi orang percaya lainnya. Apa saja teladan yang ditunjukkan rasul Paulus? (1) Melayani itu adalah anugerah dari Tuhan, bukan karena kehebatan dan kebaikan Paulus. Paulus menyadari hal ini karena dia mengingat masa lalunya sebagai seorang penganiaya jemaat Kristus. Herannya, sebagai seorang yang jahat seperti itu, Tuhan Yesus mau menyelamatkan dia dan menjadikannya, pelayan-Nya. Ayat 15 menyatakan bahwa, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Hal ini harus menjadi peringatan bagi kita yang melayani Tuhan. Ketika kepada kita dipercayakan sebuah pelayanan, jangan kita berpikir bahwa itu karena Tuhan atau Gereja memerlukan kita, tetapi semata-mata adalah anugerah-Nya; karena kitapun adalah orang berdosa yang telah diselamatkan. (2) Apabila Paulus masih bisa melayani Tuhan, itu harus disyukuri karena Tuhan melihatnya setia dan masih memberikan kepercayaan itu kepadanya. Jadi kalau kita masih dipercaya melayani, jangan kita menjadi sombong atau merasa diperlukan. Hendaknya kita menyadari bahwa kita ini manusia yang lemah dan terbatas, tetapi Tuhan masih mempercayakan pelayanan itu. Lagipula, kemampuan kita untuk melayani selama ini datang hanya dari Tuhan saja (ay. 12). (3) Pelayanan bahkan keseluruhan hidup Paulus, semuanya hanya untuk memuliakan Tuhan. Dalam ayat 17, Paulus mengembalikan segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. Tuhan yang telah menyelamatkan Paulus, telah mempercayakan pelayanan kepada Paulus, dan bahkan menguatkan Paulus untuk melakukan pelayanannya. Demikian juga dalam pelayanan kita, hendaknya kita berhati-hati untuk tidak mencuri kemuliaan Tuhan; tetapi memuliakan Tuhan melalui pelayanan kita. STUDI PRIBADI: Apa saja teladan yang ditunjukkan oleh Rasul Paulus melalui hidup dan pelayanannya kepada kita? Bagaimana dengan pengalaman Anda sendiri? Berdoa bagi setiap pelayan Tuhan agar selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pelayanan yang dilakukannya. Serta dihindarkan dari kesombongan rohani dan keinginan untuk mencuri kemuliaan Tuhan.
22
RABU
“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar,...” (1 Timotius 2:1-2) OKTOBER 2014 Bacaan hari ini: 1 Timotius 2:1-4 Bacaan setahun: 1 Timotius 2
BERDOA BAGI BANGSA DAN NEGARA
B
erdoa bagi bangsa dan negara adalah salah satu pokok doa syafaat yang kita panjatkan di hadapan Tuhan, baik itu dalam doa pribadi kita ataupun dalam persekutuan. Untuk apa? Tentu alasan yang paling mendasar adalah seperti yang Paulus nyatakan, karena Tuhan memang menghendaki kita mendoakan negara tempat kita tinggal (ay. 3). Alasan lain tentunya agar negara aman, pemerintah berjalan baik, dan kesejahteraan rakyat diperhatikan. Tapi apa alasan yang lebih dari itu, yang mengingatkan kita untuk selalu mendoakan bangsa dan negara kita? Dalam ayat ke-2 dikatakan agar kita dapat hidup dengan tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Jadi, sebagai orang percaya, kita mendoakan bangsa dan negara adalah agar kita dapat hidup sebagai anak-anak Tuhan, yang dengan tenteram dan tenang menghidupi iman kita dan menyaksikannya kepada orang lain yang belum tentu seiman dengan kita. Lalu, bagaimana apabila situasi negara kita ternyata “kurang bersahabat” dengan iman kita? Jemaat Tuhan pada masa pelayanan Paulus adalah jemaat seperti demikian. Tetapi Paulus justru menuliskan perintah ini bagi mereka, sehingga ketika kita berada dalam situasi seperti mereka, maka kita tetap harus mendoakan bangsa dan negara kita agar kita tetap berani hidup dalam segala kesalehan dan kehormatan di dalam Tuhan Yesus. Ayat ke-4 melanjutkannya yaitu agar kehidupan kita di dalam Tuhan itu akan menjadi kesaksian bagi orang di sekitar kita, yang melaluinya orangorang itu dapat mengenal Kristus. Banyak kisah dalam kehidupan jemaat mula-mula tentang bagaimana kesaksian hidup mereka di tengah-tengah kesulitan, justru menjadi kesaksian akan Kristus yang membawa banyak orang datang dan percaya kepada Kristus. Selayaknyalah ketika kita hidup dalam situasi yang lebih baik dari mereka, kita tetap berani untuk menjadi saksi Tuhan melalui kehidupan kita, agar banyak orang boleh mengenal Kristus melalui kesaksian hidup kita. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau setia untuk berdoa dan bersaksi untuk bangsa ini? STUDI PRIBADI: Mengapa berdoa untuk bangsa dan negara itu penting? Jelaskan! Berdoalah bagi Negara Indonesia yang saat ini sedang mempersiapkan perpindahan kepemimpinan ke presiden dan wakil presiden baru, agar ada di dalam pimpinan dan perlindungan Tuhan.
23
KAMIS
OKTOBER 2014
“Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah ...” (1 Timotius 3:15)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 3:14-16 Bacaan setahun: 1 Timotius 3
HIDUP SEBAGAI KELUARGA ALLAH
I
stilah “keluarga Allah’’ sering dipakai Paulus dalam surat-suratnya untuk menunjukkan bahwa setiap orang percaya ialah anggota keluarga Allah melalui iman kepada Kristus. Paulus sering memakai kata “saudarasaudara” ketika menyebut jemaatnya. Paulus mengajarkan bagaimana orang percaya bersikap kepada “keluarga” dalam iman (1Tim.5:1-2). Juga dalam pengajarannya, Paulus menyatakan Allah sebagai Bapa dan mereka yang telah ditebus Kristus sebagai anak-anak Allah (Gal.4:1-7). Dalam 1 Timotius 3:15 ini Paulus ingin menunjukkan bagaimana para anggota jemaat harus hidup sebagai keluarga Allah. Jemaat sebagai keluarga Allah adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. Ini bukan berarti bahwa ukuran kebenaran terletak pada jemaat, karena tolok ukur kebenaran itu adalah Allah sendiri. Lalu apa maksud dari perkataan Paulus itu? Paulus hendak mengingatkan, bahwa tugas jemaat/gereja adalah untuk menyatakan kebenaran melalui kehidupan dan pelayanan tiap anggotanya. Jemaat harus memegang teguh kebenaran Injil Kristus dan menjunjung tinggi kebenaran agar dunia melihat terang Injil itu. Mari kita melihat kehidupan gereja-gereja saat ini. Apakah mereka sudah sungguh-sungguh menjunjung tinggi kebenaran yang berdasarkan firman Tuhan? Atau, gereja menjunjung kebenaran berdasarkan pemikiran orang-orang tertentu? Apakah gereja Tuhan bergerak sesuai dengan apa yang Tuhan mau? Ataukah gereja berlomba-lomba membangun gereja yang besar untuk “nama dan kepuasan” segelintir orang? Ataukah di antara jemaat masih banyak terjadi pertengkaran, persaingan, iri hati, sakit hati, egosentris, ketidakpedulian, ketidakadilan, dsb yang dapat mengakibatkan perpecahan? Jika jemaat benar-benar hidup sebagai keluarga Allah, maka akan tercipta suatu kehidupan bergereja yang indah, yang saling mengasihi dan saling menolong, yang melakukan kebenaran firman Tuhan, sehingga dapat menjadi saksi Kristus bagi dunia. Marilah kita wujudkan kehidupan bergereja sebagai keluarga Allah. STUDI PRIBADI: Mengapa banyak gereja masih sulit mewujudkan kehidupan sebagai keluarga Allah? Bagaimana kita dapat mewujudkan kehidupan bergereja sebagai keluarga Allah? Berdoalah agar gereja kita dapat hidup sebagai keluarga Allah yang dapat menyatakan kebenaran firman Tuhan dalam kehidupan dan pelayanannya, sehingga menjadi berkat dan teladan hidup sekelilingnya.
24
JUMAT
OKTOBER 2014
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu...” (1 Timotius 4:16)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 4:1-16 Bacaan setahun: 1 Timotius 4
AWASILAH DIRIMU
S
etelah Paulus mengingatkan bagaimana seharusnya jemaat hidup sebagai keluarga Allah, di bagian ini Paulus memberikan banyak nasihat kepada Timotius, agar: waspada terhadap ajaran sesat (ay. 1-5), pelayanan berpusat pada Allah (ay. 6-10), menjadi teladan dalam seluruh aspek kehidupannya (ay. 11-12), tekun belajar dan melayani (ay. 13-14), dan diakhiri dengan “awasilah dirimu dan ajaranmu” (ay. 15-16). Nasihat yang terakhir ini sangat menarik dan sangat penting, karena dua hal ini sangat diperlukan bagi seorang pelayan Tuhan. Timotius harus benar-benar mengawasi ajarannya, agar jangan sampai salah/sesat; dan Timotius juga harus terus belajar firman Tuhan. Namun di sisi lain, Timotius juga harus benar-benar mengawasi tingkah laku kehidupannya sehari-hari, agar dapat sesuai dengan firman Tuhan yang dia ajarkan. Jika apa yang dia ajarkan benar, tapi kehidupannya tidak benar, maka ia akan menjadi batu sandungan dan orang lain tidak akan menerima apa yang ia ajarkan. Jika kehidupannya baik, namun ajarannya sesat, maka ia akan meracuni orang lain dan membawa mereka kepada kebinasaan. Jadi dengan ajaran yang benar dan tingkah laku yang benar, Timotius dapat menjadi saksi Kristus dan membawa orang lain untuk mengenal dan percaya kepada Kristus. “Mengawasi” berarti tidak sekadar hanya melihat, tapi benar-benar memperhatikan setiap detail yang ada setiap saat, sehingga begitu ada yang salah sedikit, dapat langsung diketahui. Biasanya, kita lebih mudah untuk mengawasi orang lain, menemukan kesalahan orang lain, sehingga cenderung untuk tidak mengawasi diri sendiri. Tetapi Paulus mengingatkan kita: awasilah dirimu dan ajaranmu! Marilah kita setiap saat mengawasi pikiran,tingkah laku, perkataan kita. Mari kita juga setiap saat mengawasi pengajaran yang kita berikan, apakah itu melalui kotbah, pengajaran kepada anak-anak Sekolah Minggu, maupun ketika memberikan nasihat, penghiburan, dukungan, semangat kepada orang lain, apakah semuanya itu sudah sesuai dengan kebenaran firman Tuhan? STUDI PRIBADI: Mengapa kita cenderung lebih mudah untuk mengawasi orang lain daripada mengawasi diri sendiri? Berdoalah agar setiap anak Tuhan mau hidup dengan waspada, mengawasi kehidupan dan ajarannya agar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.
25
SABTU
OKTOBER 2014
“Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah… dengan penuh kemurnian.” (1 Timotius 5:1-2)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 5:1-8 Bacaan setahun: 1 Timotius 5
HORMAT KEPADA SESAMA “Hormatilah orang lain!” Sikap inilah yang harusnya kita miliki ketika kita berelasi dengan sesama, baik itu di keluarga, tempat kerja, bahkan juga di gereja. Sikap saling menghormati akan menimbulkan penghargaan pada setiap manusia yang berujung pada kesejahteraan bersama. Dalam perikop yang kita baca, Paulus mengingatkan muridnya, yaitu Timotius agar ia menghormati orang-orang yang ia gembalakan. Sebagai pemimpin muda, Paulus meminta Timotius untuk menghormati tiga macam orang di dalam gereja, yaitu orang-orang yang senior, janda, dan penatuapenatua. Mari kita melihatnya satu-persatu. Pertama, Paulus mengingatkan Timotius untuk menghormati orang yang lebih senior di dalam gereja Tuhan. Ini bukan berarti bahwa Timotius tidak boleh menegur ketika mereka bersalah, namun menegur mereka dengan penuh hormat dan kemurnian. Kedua, Paulus mengingatkan Timotius untuk menghormati janda-janda yang baik. Kata “hormat” dalam bahasa aslinya memiliki makna “menghargai dan memberikan nilai tertentu yang pantas.” Janda-janda ini harus dihargai dan dipelihara oleh gereja dengan tujuan agar mereka memiliki kehidupan yang baik. Ketiga, Paulus meminta Timotius untuk memberikan dua kali rasa hormat kepada penatua karena merekalah yang membantu Timotius untuk menyampaikan firman Tuhan. “Hormat” diberikan kepada mereka, karena mereka bersama-sama dengan Timotius membawa kabar baik Tuhan dan hidup menjadi teladan bagi jemaat. Bagaimana dengan kita? Sudah menjadi tugas kita lah di dalam gereja untuk menghormati ketiga orang ini. Mereka adalah orang yang senior, majelis, atau hamba Tuhan. Orang-orang inilah yang dipakai Tuhan untuk melayani kita, sehingga sudah sepatutnya kita menghormati dan juga menghargai mereka. Dengan menaati firman Tuhan ini, maka akan muncul sikap saling menghormati antara yang satu dengan lainnya. Dengan demikian “nama Tuhan” dan “gereja-Nya” akan dihormati orang lain juga. Honor them!!! STUDI PRIBADI: Siapakah yang harus kita hormati di dalam gereja dan apakah kita telah melakukannya? Berdoa agar banyak anak muda menghormati orang-orang yang lebih senior sesuai dengan perintah Tuhan, dan di dalam gereja tercipta kehidupan yang harmonis, antara satu dengan lainnya.
26
MINGGU
OKTOBER 2014
“Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan.” (1 Timotius 6:11)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 6:11-21 Bacaan setahun: 1 Timotius 6
KRISTUS-KRISTUS KECIL
S
esuatu yang besar bisa saja dimulai dari hal-hal yang kecil. “Adagium” (pepatah) ini nampaknya tidak asing lagi bagi telinga kita. Namun pertanyaannya, sudahkah kita menyadari dan bahkan melakukannya dalam kehidupan kita? Paulus memberikan nasihatnya kepada Timotius di dalam bagian ini, untuk mengontraskan antara kehidupan manusia-Allah dengan kehidupan manusia yang berada di dalam belenggu dosa. Manusia yang hidup dalam belenggu dosa memiliki sifat berlagak tahu, mencari-cari masalah, bersilat lidah, dengki, fitnah, curiga, mencederai orang, suka cekcok, & kehilangan kebenaran (ay. 4-5). Sementara itu, manusia-Allah adalah manusia yang hidup serupa dengan Kristus yang memiliki kesabaran, keadilan, suka beribadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, serta kelemah-lembutan. Paulus meminta Timotius untuk mengejar semuanya ini. Semuanya ini akan menghadirkan Kristus di dalam dunia. Kini apa yang telah dipercayakan kepada Timotius juga dipercayakan kepada kita. Kita adalah duta-duta Kristus, seharusnya kita mengejar halhal di atas. Sesuatu yang baik harus dikerjakan, tidak perlu muluk-muluk, kita bisa memulainya dengan sesuatu yang kecil. Misal, ketika memasak, kita memasak dengan doa dan membuat masakan yang terbaik. Di tempat kerja, kita belajar untuk bersikap sabar dan bekerja sama dengan orang lain, seperti untuk Tuhan sendiri. Apabila hal-hal kecil ini kita lakukan dengan menyadari bahwa kita adalah manusia-Allah, yaitu duta-duta Kristus, niscaya dunia ini akan berubah. Dunia yang besar ini akan diubahkan karena perbuatan-perbuatan kecil yang kita lakukan. Bersediakah kita melakukan yang baik ini sebagai manusia-Allah? Marilah kita berkomitmen untuk menjalani kehidupan baru kita di dalam Kristus sebagai duta-duta-Nya, agar mereka yang tinggal dalam kegelapan dosa dapat melihat terang-Nya yang ajaib melalui kehidupan kita, anakNya. Janganlah patah semangat ketika kita menjalankannya, sebab untuk itulah kita dipanggil-Nya. STUDI PRIBADI: Sudahkah kita menempatkan diri kita sebagai duta-duta kecil Kristus dalam aktivitas kehidupan kita? Apakah tantangan dan hasilnya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup sebagai duta-duta Kristus yang membawa teladan dan kasih Kristus dalam kehidupan mereka, sehingga menjadi kesaksian yang hidup bagi lingkungannya.
27
SENIN
OKTOBER 2014
“Karena itu kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu.” (2 Timotius 1:6)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 1:3-18 Bacaan setahun: 2 Timotius 1
JANGAN MALU BERSAKSI-(1)
P
ada umumnya kekeristenan mempunyai dua kelompok besar yang dapat dijumpai, yaitu: “penggemar Kristus” dan “pengikut Kristus.” Perbedaannya sangat sulit ditemui jika keadaan mereka baik-baik saja, namun perbedaan akan terlihat sangat jelas jika ada keadaan yang membuat mereka menderita, ada tanggung jawab, atau pelayanan misi yang harus dikerjakan. Umumnya, seorang penggemar Kristus aktif hadir dalam berbagai macam pertemuan, namun jika sudah terdengar ada tanggung jawab yang harus mereka kerjakan, mereka tidak akan ragu-ragu untuk meninggalkan apa/siapa yang digemarinya. Berbeda dengan seorang pengikut Kristus. Pengikut Kristus adalah seseorang yang aktif hadir, baik dalam keadaan suka maupun duka. Tidak jarang di antara mereka bahkan telah siap untuk kehilangan nyawanya demi pemberitaan Injil. Mengapa? Dalam surat ini, Paulus mengatakan bahwa Paulus bersyukur kepada Allah atas iman Timotius yang tulus ikhlas. Paulus mengajak Timotius untuk tidak hanya menjadi penggemar Kristus. Paulus mengingatkan Timotius untuk tetap setia menjadi pengikut Kristus (ay. 6). Seorang pengikut Kristus mempunyai tanggung jawab dalam memberitakan Injil. Seorang pengikut Kristus adalah seorang yang tidak malu menjadi tahanan penjara karena Injil. Bukan karena kekuatannya menahan semua pendertiaan tersebut, tapi karena kekuatan Allah yang memampukannya (ay. 7-8). Firman Tuhan pada hari ini, mengingatkan kita bahwa kita dipanggil bukan menjadi penggemar Kristus melainkan menjadi pengikut Kristus. Seorang Pengikut Kristus bukan sekadar aktif datang ke gereja setiap hari Minggu, melainkan aktif bertanggung jawab memberitakan Injil, bahkan siap untuk menderita karena-Nya. Memberitakan injil bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah panggilan bagi setiap pengikut Kristus yang sejati. Allah lah yang memanggil kita untuk memberitakan Injil, dan Allah yang sama juga memberikan kita kekuatan untuk menjalankannya. Karena itu, janganlah malu bersaksi untuk Tuhan kita! STUDI PRIBADI: Apakah perbedaan antara “penggemar Kristus” dan “pengikut Kristus”? Manakah yang seringkali terlihat dalam kehidupan orang Kristen? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka yang mengakui Kristus sebagai Tuhan, memiliki cara hidup sebagaimana Kristus telah hidup. Doakan agar mereka menjadi murid-murid Kristus yang sejati.
28
SELASA
OKTOBER 2014
“Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 2:1)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 2:1-7 Bacaan setahun: 2 Timotius 2
JANGAN MALU BERSAKSI-(2)
M
emberitakan Injil merupakan salah satu pekerjaan yang tidak mudah. Lebih sulit bila penderitaan menekan kehidupan mereka. Itulah yang dialami oleh Timotius pada saat itu. Sebab itu, Paulus memberikan semangat kepada Timotius untuk menjadi kuat oleh karena kasih karunia dalam Kristus Yesus (ay. 1). Paulus mengingatkan bahwa ada kekuatan yang Tuhan berikan padanya untuk menjalankan Amanat Agung ini. Paulus juga menyarankan agar tugas pemberitaan Injil tidak dilakukan seorang diri (ay. 2). Paulus juga mengingatkan Timotius agar Injil ini tidak menjadi rahasia pribadi, tapi menjadi tongkat estafet di mana setiap orang mengambil bagian dalam menyebarkan Injil tersebut. Paulus memberikan 3 ilustrasi bagaimana menjadi seorang Pemberita Injil: (1) Seorang pemberita Injil digambarkan seperti seorang prajurit. Dalam peperangan, para prajurit tidak disarankan untuk mementingkan egonya masing-masing. Setiap mereka memiliki fokus yang sama, yaitu melakukan perintah komandan. Apabila komandan memberi perintah “A”, maka yang harus dilakukan oleh prajurit adalah menurutinya, tanpa tawarmenawar. Bahkan seorang prajurit dituntut untuk memiliki kehidupan yang berkenan kepada komandannya. (2) Seorang pemberita Injil, digambarkan seperti seorang olahragawan. Pada bagian ini, Paulus ingin menekankan bahwa pelayanan seorang pemberita Injil haruslah taat dengan peraturan yang ada. Peraturannya: harus menyangkal diri, menanggung penderitaan dan bertahan sampai akhir. (3) Seorang pemberita Injil digambarkan seperti seorang petani. Jika seorang petani ingin memanen buahnya, maka perlu ada kerja keras untuk menabur dengan tekun benih Injil dan menyiraminya dengan Firman Tuhan sesering mungkin. Ketiga ilustrasi ini memberikan kepada kita sebuah gambaran bahwa tidak mudah menjadi seorang pemberita Injil. Tetapi Paulus terus-menerus mengingatkan kepada Timotius dan juga kepada kita pada saat ini, bahwa Tuhan akan memberikan kepada kita pengertian dalam segala sesuatu (ay. 7) . STUDI PRIBADI: Apakah yang menjadi tantangan dan penghiburan bagi kita, ketika kita menjalankan pemberitaan Injil Tuhan? Renungkan kembali pengalaman Anda! Berdoa bagi misionaris dan jemaat Tuhan yang terlibat dalam pemberitaan Injil secara aktif, agar mereka tidak putus asa menghadapi kesulitan, tetapi tetap percaya kepada tuntunan Tuhan.
29
RABU
OKTOBER 2014
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” (2 Timotius 3:14)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 3 Bacaan setahun: 2 Timotius 3
MEMEGANG KEBENARAN DI AKHIR ZAMAN
F
irman Tuhan sering mengingatkan kita supaya kita siap menghadapi akhir zaman. Ada tiga ciri manusia yang hidup di akhir zaman. Pertama adalah menuruti hawa nafsu dan menjadi hamba uang (ay. 2, 4). Hal ini berarti, orang akan menghalalkan segala cara mencapai kenyamanan dan kekayaan, sekalipun harus menggunakan cara yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kedua adalah kerohanian semu (ay. 5-7). Hal ini menunjukkan bahwa ibadah seseorang tidak mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Sering, firman Tuhan yang didengar, tidak dipraktikkan dalam kehidupannya sehingga sikap dan perbuatannya tetap menunjukkan pemberontakan kepada Allah dan mengutamakan keinginan diri sendiri. Ketiga adalah moralitas yang rusak (ay. 3). Yanes dan Yambres ada di antara para ahli sihir Israel, mereka bersama-sama menentang Musa dan Harun pada saat keluar dari Mesir. Mereka meniru mujizat yang dilakukan Musa, namun dengan kekuatan jahat. Namun Paulus mengaharapkan hal yang berbeda dari Timotius (1Tim. 3:10). Paulus menasihatkan Timotius agar memegang semua kebenaran dan mendasarkan kehidupannya hanya kepada firman Tuhan. Hal itu tidak hanya ditujukan kepada Timotius, namun kepada setiap orang percaya. Dengan menyadari kecenderungan cara hidup manusia akhir zaman, bukan berarti hal itu menjadi suatu kesempatan bagi kita untuk juga terjerumus dalam gaya hidup yang sama. Jadi, bagaimanakah seharusnya kita hidup? Warren Wiersbe menyarankan 3 (tiga) hal, yaitu: agar kita mempersiapkan diri untuk waspada terhadap cara hidup yang salah, mengikuti teladan yang benar sehingga tidak mudah ikut-ikutan dengan trend yang salah, serta mempelajari Alkitab dengan tekun. Bagaimana dengan Anda hari ini? Apakah kita sudah mengerjakannya? Cara hidup orang percaya seharusnya berada di seputar kebenaran firman Tuhan, sehingga akibatnya adalah tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk melakukan setiap perbuatan baik. STUDI PRIBADI: Bagaimana seharusnya orang Kristen hidup sebagai umat Tuhan di akhir zaman ini? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mengikuti pengaruh kehidupan zaman ini, tetapi sebaliknya mereka tetap mampu hidup saleh dan setia di dalam terang kasih Tuhan Yesus Kristus.
30
KAMIS
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (2 Timotius 4:5) OKTOBER 2014 Bacaan hari ini: 2 Timotius 4:1-22 Bacaan setahun: 2 Timotius 4
TUNAIKAN TUGASMU
D
i tengah tantangan kehidupan manusia akhir zaman ini, seorang manusia yang sudah percaya kepada Kristus bukan hanya mempelajari kebenaran firman Tuhan, namun juga menyelesaikan tugas pelayanannya di dunia ini. Bila kita sungguh-sungguh berusaha melakukan firman Allah dalam hidup kita, maka kita pasti akan selalu siap memberitakan firman Allah kepada orang lain. Dalam 2 Timotius 4:5, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar terus memberitakan Injil. Berita Injil adalah bagian firman Allah yang paling diperlukan manusia, yaitu kabar baik tentang Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Berita Injil inilah yang memungkinkan seorang pendosa mau mempercayai Yesus Kristus bisa mengalami perubahan hidup menjadi manusia baru di dalam Kristus. Apabila kita telah menjadi manusia baru, Roh Kudus pasti mendorong kita untuk menyampaikan kabar baik itu kepada dunia yang berdosa. Ada empat alasan agar kita tetap dikuatkan untuk melayani dalam pemberitaan Injil Tuhan, yaitu: (1) Kristus akan segera datang, (2) pemurtadan akan terjadi, (3) pertandingan akan segera diakhiri, dan (4) pertolongan akan segera datang. Keempat hal itu membuat pelayanan pemberitaan Injil menjadi sesuatu yang sangat “urgent”. Saat ini, walau ada berbagai hambatan, kesempatan memberitakan Injil masih sangat terbuka. Bila kita sungguh-sungguh menginginkan agar kehendak Allah terlaksana melalui kehidupan kita, maka kita harus memakai setiap kesempatan yang ada, bukan hidup bagi diri sendiri, tetapi bagi Kerajaan Allah di muka bumi ini. Mulailah dengan mendoakan orangorang yang akan kita Injili; kemudian jalin relasi yang baik dengan mereka, dan kabarkanlah berita Injil dengan kasih dan hikmat. Apabila kita belum mendapatkan buah pemberitaan Injil yang kita lakukan, jangan kita menjadi putus asa. Kerjakan tugas Anda dengan setia. Kiranya Tuhan menguatkan Anda untuk menyelesaikan tugas pelayanan ini. STUDI PRIBADI: Apa saja tanda-tanda dari akhir zaman? Apa saja yang harus kita lakukan, sebelum Kristus datang untuk kedua kalinya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat menggunakan waktu atau kesampatan hidup mereka bukan untuk melakukan dosa, melainkan untuk mengerjakan terang Tuhan melalui kesaksian hidup mereka.
31
JUMAT
OKTOBER 2014
“... supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur ...” (Titus 1:5)
Bacaan hari ini: Titus 1:5-16 Bacaan setahun: Titus 1
TUGAS TITUS
T
itus disebut anak rohani Paulus, atau anak dalam iman (ay. 4). Tentu Titus bukan satu-satunya anak rohani Paulus, masih ada yang lain seperti Timotius (1Tim. 1:18), yang juga disebut anak dalam iman oleh Paulus. Keduanya mendapat mandat yang hampir sama, yaitu untuk meneruskan iman yang sejati kepada Tuhan Yesus Kristus, melalui berbagai pelayanan. Titus diminta Paulus untuk mengatur dan menetapkan penatua-penatua di setiap kota. Ini adalah cara Paulus mendelegasikan tugas penting kepada anak-anak rohaninya yang setia. Pertama, integritas seorang pelayan sangat penting, apalagi penatua dalam sidang jemaat, ia harus menjadi panutan bagi banyak orang dan memiliki integritas diri, seperti: suami dari satu istri, hidupnya tidak bercela, perkataannya bisa dipercaya. Dapat mengatur rumah tangga dengan baik dan hidup tertib, tidak peminum, tidak serakah, tidak senonoh, berpegang pada hukum. Maka dari itu, sebelum mengatur dan menetapkan orang lain, ia harus terlebih dahulu menjadi teladan bagi penatua lainnya. Kedua, karakter seorang pelayan sangatlah penting. Karakter adalah cermin pribadi, jangan sampai pemimpin menjadi orang yang angkuh, pemarah, penipu atau pembohong; tetapi haruslah ia bijak dan adil dalam setiap tindakan. Seringkali seorang pelayan atau pemimpin gereja gagal karena karakternya buruk. Sebagai orang percaya, tidak ada alasan tidak bisa meninggalkan sifat-sifat buruk tersebut, karena kita sudah mengalami pembaruan dalam Kristus; hendaknya watak Kristus ada dalam diri kita. Ketiga, kemurnian iman. Apa yang menjadi masalah dalam pimpinan gereja, pertengkaran dan perpecahan yang ada? Itu disebabkan karena tidak memiliki kesamaan iman, baik pengajaran otentik yang diajarkan Alkitab, maupun ajaran tradisi manusia. Paulus berkata, “Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman dan tidak lagi mengindahkan dongeng-dongeng Yahudi dan hukum-hukum manusia yang berpaling dari kebenaran.” Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: Siapkah Titus bagi Paulus? Apa yang harus Titus lakukan bagi dirinya sendiri dan juga pekerjaan Tuhan? Berdoalah bagi setiap majelis, hamba Tuhan dan pengurus gereja kita, agar mereka dapat menjadi teladan dalam iman dan pelayanan mereka, supaya nama Tuhan dipermuliakan.
Catatan...
“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” (Kolose 4:2)
© Phombo