|
234
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 234 | OKTOBER 2015
“Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabinabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud.“ [Roma 1:2-3]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 234: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Hariyono Wong, Hendry Heryanto Ie David, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Masihkah Kita Mempercayai-Nya?
S
halom, para pembaca PERSPEKTIF yang dikasihi Tuhan. Menjadi umat Tuhan bukan berarti bahwa kita akan hidup bebas dari kesulitan dan tantangan. Meski demikian, menjadi umat Tuhan bukan pula berarti, bahwa kita akan hidup tanpa pengharapan. Kita harus menyadari selama kita masih tinggal dalam dunia ini, kita akan mengalami berbagai kesulitan dan tantangan hidup, sama seperti mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, sebab dunia di mana kita tinggal adalah dunia yang sudah rusak, sehingga kehidupan seluruh umat manusia selalu diperhadapkan dengan kesulitan dan tantangan hidup. Namun kita bukan orang-orang yang sendirian menghadapi semuanya itu. Tuhan menghibur dan menguatkan kita, bahwa Dia adalah Allah yang turut bekerja dalam segala sesuatu, entah itu baik atau buruk, untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Bahkan Roh Kudus-Nya diberikan kepada kita untuk menyertai dan menghibur kita (Rm. 8:26-28). Karena itu, persoalan sesungguhnya bukanlah “bagaimana Tuhan mengerjakan rancangan dan pertolongan-Nya yang ajaib itu dalam hidup kita,” melainkan apakah kita masih mempercayai-Nya sebagai Tuhan atas hidup kita, sekalipun realitas yang kita hadapi sangat menakutkan. Memahami rancangan Tuhan bukanlah hal yang mudah bagi kita. Bahkan Tuhan sendiri tidak pernah menyatakan rancangan-Nya bagi kita, karena hikmatNya melampaui hikmat kita. Bahkan Paulus pernah berkata, bahwa tak terselami hikmat dan pengetahuan Allah (Rm. 11:33), karena apa yang dikerjakan-Nya bagi Israel telah membuat Paulus tertegun dan sulit memahami kehendak Allah. Namun apakah berarti semuanya itu membuat Paulus putus asa dalam menjalankan misinya? Tidak! Ia tetap percaya pada rencana dan kasih setia Tuhan. Demikian juga dengan kita. Sekalipun hari ini kita menghadapi situasi yang sulit, janganlah berpaling dari Tuhan dan mengejar ilah lain. Janganlah terpikir untuk meninggalkan-Nya, sebab orang yang berpaling dari Dia dan mencari ilah yang kosong hanya akan menyebabkan hidup ini semakin merana. Bertahanlah dalam kesesakan, nantikanlah waktu dan kehendak Tuhan dinyatakan dalam hidup kita; maka segala sesuatu akan indah pada waktunya. Amin!
KAMIS
01
OKTOBER 2015
“Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.” (Yesaya 11:9)
Bacaan hari ini: Yesaya 11:1-10 Bacaan setahun: Yesaya 11-13
PEMBAWA DAMAI
B
agian firman Tuhan ini adalah nubuatan tentang kedatangan Sang Mesias, Tuhan Yesus Kristus, dimana Dia disebut sebagai Raja Damai. Damai macam apa yang akan dihadirkan Mesias? Ketika kita berpikir tentang kata “damai,” terkadang kita berpikir tentang situasi tenang dan aman. Hal ini kemudian menjadi pengharapan kita ketika kita percaya kepada Kristus. Kita berharap Dia akan mewujudkan damai tersebut dalam kehidupan kita, bahkan di dalam dunia ini. Namun ketika melihat bagian firman Tuhan ini, maka pengertian Raja Damai tidaklah sesederhana itu. Pengertian Raja Damai menunjuk kepada Pribadi yang dipenuhi Roh Allah sehigga Ia akan menjadi Hakim yang Adil. Ia tidak akan menghakimi dengan memihak atau karena suap, tapi karena kebenaran dan keadilan. Sehingga ini menjadi penghiburan bagi mereka yang lemah dan tertindas, bahwa mereka mempunyai Pembela yaitu Raja Damai tersebut. Raja Damai tidak akan membiarkan kejahatan dan ketidakbenaran merajalela. Dikatakan, karena Raja Damai tersebut maka tidak akan ada yang berbuat jahat atau berlaku busuk, sampai-sampai digambarkan bagaimana serigala dapat hidup bersama domba, macan tutul bersama anak kambing, singa muda bersama anak lembu, dan seorang anak tidak takut mendekati sarang ular. Itu artinya, kejahatan atau sesuatu yang buas tidak ada lagi karena Sang Raja Damai. Kita yang percaya kepada Kristus terpanggil untuk menghidupi dan menghadirkan damai tersebut; yaitu bukan damai yang sekadar tergantung oleh situasi aman, tenteram, dan tanpa ketakutan, melainkan dimana kita tidak menyimpan maksud jahat atau hal-hal yang menghancurkan orang lain dalam relasi kita dengan mereka. Tuhan Yesus sudah terlebih dulu mengasihi kita, dan Ia tidak mempunyai maksud jahat dalam hidup kita. Itu terbukti dengan kematian-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Sekarang kita yang percaya kepada Dia menghidupi hal tersebut, sehingga orang-orang yang belum percaya akan melihat Kristus Sang Raja Damai dalam hidup kita, dan memuliakan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud “damai”? (2) Bagaimana kita menghadirkan damai Kristus kepada orang lain di sekitar kita? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar diberikan kekuatan dan hikmat untuk boleh menghadirkan kasih Kristus dalam kehidupan mereka, sehingga kehidupan mereka menjadi berkat bagi diri sendiri dan orang lain.
JUMAT
02
OKTOBER 2015
“TUHAN semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: ‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana.’” (Yesaya 14:24)
Bacaan hari ini: Yesaya 14:23-32 Bacaan setahun: Yesaya 14-16
TUHAN SEMESTA ALAM
T
uhan yang kita sembah adalah Tuhan penguasa alam semesta. Dia juga Penguasa atas segala bangsa. Hal ini berbeda sekali dengan kepercayaan bangsa-bangsa pada saat itu. Mereka percaya bahwa setiap bangsa mempunyai allahnya masing-masing, dan ketika mereka saling berperang, itu membuktikan allah bangsa mana yang lebih hebat. Bangsa yang menang perang menunjukkan bahwa allah mereka lebih hebat dari bangsa yang kalah. Tidak heran beberapa kali kita membaca dalam Alkitab bahwa ada raja negara lain yang meremehkan Allah Israel, karena mereka merasa bangsa mereka lebih hebat dari Israel. Bagian firman Tuhan ini menunjukkan bahwa Allah adalah penguasa atas segala bangsa, termasuk Asyur dan Filistin. Dua bangsa ini adalah bangsa yang pernah menindas bangsa Israel, umat pilihanNya. Celakanya, Asyur dan Filistin menjadi sombong; mereka bahkan berani merendahkan Allah, sehingga Allah akhirnya memutuskan untuk mendatangkan hukuman atas mereka untuk mengingatkan mereka. Karena itu, kita akan melihat beberapa aplikasinya. (1) Daniel 4:25 menuliskan, “Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” Hal ini berarti, setiap pemimpin negara di dunia harusnya menyadari, jika mereka bisa berada di puncak pimpinan, itu karena kehendak Tuhan, sehingga mereka harus menjalankan kepemimpinan mereka dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Celakanya, banyak pemimpin justru menjadi sombong dan lupa diri. Karena itu, marilah kita mendoakan para pemimpin Kristen, agar mereka dapat menjadi contoh seorang pemimpin yang rendah hati dan berkenan kepada Tuhan. (2) Lalu bagaimana jika pemimpin/negara tidak menghargai Allah? Bahkan menindas umat Tuhan yang hidup di dalamnya? Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa Tuhan tidak sedang lepas tangan dan berdiam diri. Tuhan sedang mempunyai rencana dan kehendak untuk bertindak, karena Dia adalah Allah yang Empunya bangsa-bangsa di dunia ini. STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya Allah kita adalah Allah yang berkuasa atas bangsa-bangsa di dunia? (2) Siapa sesungguhnya yang mengangkat & merendahkan pemimpin dunia ini? Berdoa bagi bangsa Indonesia, khususnya para pemimpin dari pusat sampai daerah agar memiliki hati yang takut akan Tuhan dan mengusahakan yang terbaik bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
SABTU
03
OKTOBER 2015
“Sebab engkau telah melupakan Allah yang menyelamatkan engkau …” (Yesaya 17:10)
Bacaan hari ini: Yesaya 17:10, 11 Bacaan setahun: Yesaya 17-19
MELUPAKAN TUHAN
U
mumnya, kita berpendapat bahwa dosa yang mengganggu persekutuan kita dengan Tuhan adalah dosa-dosa yang sangat mengerikan (membunuh, merampok, memperkosa, dll). Memang berbagai macam dosa ini dapat mempengaruhi persekutuan manusia dengan Allah, namun sikap melupakan Tuhan justru yang sering menjadi penyebab keretakan persekutuan kita dengan Allah. Nabi Yesaya menubuatkan penghukuman Allah terhadap Damsyik (Yes. 17:1-3). Hal ini merupakan sesuatu yang tidak lazim, karena dalam nubuat mengenai Israel ini disisipkan nubuat terhadap bangsa-bangsa lain. Berarti di hadapan Allah Yang Mahakudus, Israel bersalah, tidak diperlakukan istimewa oleh Allah. Karena itu, ketika hukuman Allah dinyatakan, Israel akan kehilangan kemuliaannya. Seiring dengan hukuman Allah itu, kesejahteraan mereka akan memudar. Hukuman Allah ini begitu dahsyat sehingga gambaran yang dipakai adalah Israel akan menjadi seperti sisasisa panen, yang tertinggal setelah musim penuaian selesai (Yes. 17:5-6). Dalam keadaan ini, rupanya Israel teringat kepada Allah mereka sendiri, Yang Mahakudus (Yes. 17:7-8). Mereka sadar bahwa mereka tidak dapat berharap pada para illah palsu. Karena itu, mereka menyadari kebesaran Allah, dan mengakui Dia sebagai Yang Mahakudus. Namun, konsekuensi dosa harus tetap dialami Israel (Yes. 17:9-11). Semua ini terjadi agar Israel menyadari bahwa mereka tidak dapat mempermainkan dan melupakan Yang Mahakudus, Allah Israel yang telah menyelamatkan mereka. Nubuatan Nabi Yesaya ini mengingatkan kita agar kita tidak sekali-kali mempermainkan anugerah Tuhan, atau menganggap status kita sebagai anak Tuhan merupakan kesempatan untuk bersikap tidak sopan dan hidup dalam dosa, seperti orang yang belum percaya. Tuhan akan menghukum anak-anak-Nya yang hidup seperti demikian. Kerinduan Tuhan adalah Ia ingin anak-anak-Nya hidup benar, bukan menjadi penghalang bagi orang yang belum percaya untuk datang mengenal Tuhan dan memperoleh keselamatan. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah konsekuensi dari umat Tuhan yang melupakan Tuhannya? (2) Mengapa kita tidak boleh menganggap rendah hubungan kita dengan Tuhan? Berdoalah bagi jemaat yang hidup keimanannnya masih labil, agar Tuhan memberikan kekuatan dan kecintaan akan Dia, serta hidup taat akan firmanNya, hari lepas hari.
MINGGU
04
OKTOBER 2015
“Maka orang akan terkejut dan malu karena Etiopia ..” (Yesaya 20:5)
Bacaan hari ini: Yesaya 20:1-6 Bacaan setahun: Yesaya 20-22
POKOK PENGHARAPAN
O
rang yang tidak memiliki impian dalam hidupnya dapat dikatakan sebagai orang yang paling kasihan. Bagi mereka, kehidupan ini penuh dengan penderitaan dan pergumulan berat. Padahal impian yang dimiliki akan memberikan keceriaan dan kegembiraan, serta daya tahan untuk menghadapi segala penderitaan dalam kehidupan ini. Oleh sebab itu, yang menjadi persoalan pada pembahasan saat ini adalah, apa yang menjadi impian (pengharapan) hidup kita? Atau lebih tepatnya, siapakah sumber pengharapan kita? (1) Nabi Yesaya menyatakan nubuatan tentang penaklukan Mesir yang memalukan ini terjadi empat puluh tahun sebelum serbuan Asyur. Mesir menerima hajaran keras karena ia telah berpura-pura menjadi penyelamat Israel dan mengucapkan janji-janji yang ia sendiri tidak dapat tepati, sehingga menjauhkan bangsa Ibrani untuk mempercayai Allah dengan sepenuh hati. Oleh sebab itu, Allah melalui Nabi Yesaya mengingatkan Umat Allah untuk tidak menjadikan bangsa lain sebagai sandaran kehidupannya. (2) Nubuatan Yesaya ini bukan menunjukkan sesuatu yang bersifat sewenang-wenang diri Allah. Allah ingin menunjukkan secara terangterangan kepada umat-Nya, apa yang sebenarnya akan terjadi terhadap Mesir dan Etiopia. Sia-sia saja bersandar kepada bangsa-bangsa yang akan hancur! Jadi, apabila bangsa Yehuda mengurungkan niatnya untuk bersekutu dengan Mesir dan Etiopia untuk melawan Asyur, itu terjadi bukan karena takut, tetapi karena tuntutan Allah demikian. Umat Allah seharusnya tahu bahwa tidak ada tempat lain selain Allah yang mampu menjamin kehidupan masa depan mereka. Kecenderungan banyak orang Kristen untuk coba-coba berharap pada kuasa di tempat lain semata-mata karena tidak menghayati dan mengakarkan dalam dirinya, arti hidup dalam Kristus. Hari ini kita diingatkan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Jangan coba-coba meminta pertolongan di luar Allah; hanya Allah di dalam Kristus-lah yang menjadi sumber pengharapan yang benar dan sejati. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa umat Tuhan tidak boleh memiliki pengharapan bagi jiwanya di luar Allah? (2) Mengapa pengharapan di luar Allah pada akhirnya mengecewakan? Berdoalah bagi jemaat yang sedang kuatir akan masa depannya sehingga mereka tetap teguh dan kuat dalam iman mereka kepada Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan mereka.
SENIN
05
“....Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena OKTOBER 2015 keselamatan yang diadakan-Nya!” (Yesaya 25:9)
Bacaan hari ini: Yesaya 25:1-12 Bacaan setahun: Yesaya 23-25
KESELAMATAN DARI TUHAN
K
etika seseorang luput dari bahaya dan mengalami keselamatan, maka ungkapan syukur dan sukacita yang dirasakannya sangatlah besar. Ia tidak akan bisa melupakan peristiwa tersebut dan setiap kali mengingatnya, ia akan merasa sangat bersyukur. Demikianlah yang dialami oleh umat Tuhan pada bagian ini. Allah lah yang menjadi sumber keselamatan dalam kehidupan mereka, sehingga ketika mereka merasakan keselamatan itu, ungkapan syukur kepada Allah keluar dari mulut mereka (ay. 1). Allah yang mereka sembah memiliki peranan yang sangat penting. Allah digambarkan sebagai Pembela umatNya, yang mengalahkan para musuh. Ia juga menjadi tempat pengungsian dan perlindungan bagi mereka yang mengalami penderitaan dan juga kesusahan (ay. 4). Akibatnya, ada banyak bangsa yang merespons karya Allah tersebut dengan datang ke Sion, tempat kediaman-Nya, untuk menjadi umat-Nya dan mengalami kasih-Nya (ay. 6). Allah juga akan menjauhkan mereka dari maut atau bahaya, serta Ia akan menghapuskan air mata dan menggantikan kesedihan serta kesusahan umat-Nya dengan sorak-sorai (ay. 8). Keselamatan yang dari Allah menjadi sebuah peristiwa terindah dalam kehidupan umat manusia. Keselamatan dari Allah lah yang juga membuat kita sebagai orang percaya, ingin memuliakan Dia dalam kehidupan kita. Kita telah merasakan betapa pertolongan Tuhan, ajaib dalam hidup kita. Kesetiaan Tuhan terhadap janji-nya pasti Ia tepati, dan segala rancanganNya yang terbaik untuk umat-Nya telah Ia sediakan sejak dahulu, termasuk keselamatan terhadap umat-Nya, telah disediakan kepada mereka yang berharap dan percaya kepada Tuhan. Jika demikian yang terjadi, marilah kita hidup semakin dekat dengan Tuhan, dan semakin kita belajar untuk mengenal kehendak Tuhan dalam hidup. Hiduplah selalu dalam ucapan syukur atas keselamatan yang Tuhan sudah berikan bagi kita. Janganlah sia-siakan anugerah keselamatan yang Tuhan telah berikan kepada kita. Marilah kita hidup bagi kemuliaan-Nya! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap dan kehidupan umat Tuhan yang telah merasakan keselamatan dari Tuhan? (2) Apa artinya “bersyukur” bagi Anda? Berdoalah bagi jemaat agar mereka selalu bersyukur dalam segala keadaan karena mereka telah terlebih dulu menerima berkat Tuhan yang terbesar, yaitu keselamatan jiwa mereka.
SELASA
06
OKTOBER 2015
“Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal” (Yesaya 26:4)
Bacaan hari ini: Yesaya 26:1-6 Bacaan setahun: Yesaya 26-27
HARAP-HARAP CEMAS
P
ernahkah Anda berada di dalam situasi demikian? Berharap namun cemas akan sesuatu yang tidak jelas. Misalnya, ketika memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam undian berhadiah. Di satu sisi Anda berharap mendapatkan hadiah tersebut, di sisi yang lain Anda juga cemas karena tahu Anda bukanlah pemenangnya. Inilah yang juga dialami oleh bangsa Israel. Di satu sisi mereka diminta untuk berharap kepada Tuhan, namun mereka juga cemas karena sedang terancam invasi bangsa Asyur dan Babel. Mereka hidup dalam dilema. Jika bergantung kepada Tuhan, mereka harus menghadapi serangan asing; jika minta bantuan asing, itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya pada Tuhan yang memelihara mereka. Ketika dilema ini muncul, nabi Yesaya diutus Tuhan untuk mengingatkan bangsa Israel, setidaknya dua hal. Pertama, orang yang berharap (ay. 3 dan 4) akan dipelihara dalam damai sejahtera. Orang yang seperti demikian lah yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan menantikan segala sesuatu yang baik dari Tuhan. Orang inilah yang akan dipelihara dalam damai sejahtera. Bangsa Israel diminta menjadi bangsa senantiasa menantikan pertolongan tangan Tuhan. Kedua, orang yang sombong dan menjadi musuh Kerajaan Tuhan, walaupun berbenteng kuat dan kokoh, akan menerima kehancurannya (ay. 5 dan 6). Meskipun kota benteng tersebut terletak di tempat yang tinggi, yang menunjukkan kekuatan serta kekokohannya, Tuhan tetap akan menundukkan kota tersebut secara habis-habisan, menjadi rata dengan debu tanah. Mereka yang tidak bersandar kepada kuat kuasa Tuhan, akan diremukkan. Bangsa Israel diperingatkan agar tidak menjadi bangsa yang seperti ini. Seperti Tuhan telah mengingatkan bangsa Israel melalui nabi Yesaya, kita saat ini juga sedang diingatkan untuk selalu percaya dan berharap hanya kepada Tuhan. Nantikanlah dan berharaplah kepada-Nya. Buanglah kecemasan yang menghampiri kita; percayalah bahwa Ia selalu menepati janji-Nya dan memberikan yang terbaik kepada umat-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang dapat menjadi pengharapan dalam hidup umat Tuhan? (2) Bagaimana sikap seseorang yang berharap kepada Tuhan? Berdoalah agar anak-anak Tuhan memilih untuk berharap kepada Tuhan di tengah-tengah dilema kesulitan hidup yang sedang mereka alami, sehingga mereka dapat melihat campur tangan Tuhan dalam kehidupannya.
RABU
07
“Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap Tuhan, yang pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: ‘siapakah yang melihat kita dan siapakah yang mengenal kita?’” (Yesaya 29:15) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 29:13-16 Bacaan setahun: Yesaya 28-29
RENOVASI HATI, BUKAN SEKADAR DEKORASI
M
empunyai rumah impian. Siapakah yang tidak ingin memiliki rumah yang indah? Bahkan, beberapa orang rela bekerja keras untuk mendapatkannya. Namun sayang, banyak orang yang tertipu akan rumah impian. Rumah yang seringkali didekorasi “ciamik” sedemikian rupa, tetapi ketika diteliti bangunan dan rumah itu sendiri keropos. Tuhan mengingatkan kepada bangsa Israel melalui nabi Yesaya akan kehidupan mereka. Bangsa Israel telah jatuh begitu dalam, namun mereka tidak menyadarinya. Mereka berpikir bahwa mereka telah menyenangkan Tuhan melalui ibadah yang dilakukan mereka (ay. 13). Mereka juga berpikir, persembahan yang mereka berikan kepada Tuhan telah membuat mereka diperkenankan-Nya. Mereka tidak berpikir, mereka melakukan yang salah. Namun apa yang mereka lakukan sebenarnya menjadi kekejian bagi Tuhan. Memang benar mereka memuji Tuhan dalam ibadah yang mereka lakukan (ay. 13), tetapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka melakukan ibadah hanya sebagai kebiasaan saja, rutinitas belaka. Sebenarnya, dalam hati yang terdalam, mereka tidak sedang diubahkan melalui ibadah yang mereka lakukan, bahkan melakukan kejahatan dan berpikir bahwa Tuhan tidak melihat (ay. 15 dan 16). Apa yang mereka lakukan di luar tampak indah melalui ibadah, namun dalamnya kotor penuh dosa. Mereka mendandani diri mereka dengan dekorasi yang indah, sampai-sampai orang lain berpikir mereka saleh. Tetapi Tuhan tahu yang sebenarnya, Ia melihat kedalaman hati manusia dan tahu apa yang ada di balik hatinya karena Dialah pencipta kita (ay. 16). Mari meneliti diri sejenak. Apakah kita telah direnovasi melalui ibadah, ataukah sebenarnya kita sedang men-“dekorasi” hidup kita sedemikian rupa dengan kegiatan ibadah agar kita nampak saleh? Seharusnya kita memilih yang pertama, yaitu kita merenovasi hati kita melalui ibadah. Hidup yang tampak dari luar, seharusnya sama dengan kondisi hati yang di dalam yang tidak kelihatan. Dengan demikian, inilah kehidupan orang yang telah dikenan oleh Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa manusia cenderung memanipulasi diri di hadapan sesama dan Tuhan? (2) Mungkinkah kita menyembunyikan sesuatu dari Tuhan? Mengapa? Berdoalah agar kehidupan pelayan-pelayan Tuhan di dunia berpusatkan pada kesucian dan kerendahan hati, bukan kepada ekspektasi orang lain akan pelayanan mereka.
KAMIS
08
“Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, ... tetapi tidak memandang kepada Yang OKTOBER 2015 Mahakudus... dan tidak mencari TUHAN.” (Yesaya 31:1)
Bacaan hari ini: Yesaya 30-31 Bacaan setahun: Yesaya 30-31
TUHAN PENOLONG SATU-SATUNYA
P
ada saat situasi politik genting dan panas, bangsa Israel mendapat ancaman yang mengerikan. Negeri Asyur yang saat itu merupakan negara berkekuatan adidaya, mengancam untuk menyerang dan menghancurkan mereka. Sebagai negara adidaya, Asyur jauh lebih kuat dibanding Yehuda. Ini membuat Yehuda gentar menghadapi kekuatan yang besar itu. Tetapi anehnya, mereka tidak meminta pertolongan dari TUHAN. Mereka lupa, bahwa TUHAN lah yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan bangsa Mesir. “Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi” adalah ayat emas yang memberikan kekuatan dalam menjalani hidup di dunia. Ada 2 alasan mengapa kita harus menjadikan TUHAN, satu-satunya Penolong dalam kehidupan: (1) Karena Tuhan adalah keselamatan kita (ay. 15). Keselamatan itu akan kita dapatkan ketika kita mempunyai iman yang benar kepada Allah. Bertobat (kembali kepada Allah yang benar) dan tinggal di dalam Dia adalah sikap yang benar untuk mendapat keselamatan dan pertolongan. Tetapi yang dilakukan oleh bangsa Israel, justru meminta pertolongan dari Mesir yang sama sekali tidak berguna dan percuma (Yes. 30:7). Hal ini membuat Allah murka kepada mereka. (2) Karena Tuhan adalah Pelindung (ay. 29). Bagian ini merupakan tindakan Tuhan atas diri Asyur. Allah disebut sebagai “Gunung TUHAN.” “Gunung batu” mengacu pada diri ALLAH sendiri. Ungkapan “hendak naik Gunung Batu Israel” merupakan tindakan datang kepada Tuhan, agar Tuhan Sang Pelindung berkenan menolong mereka. Ungkapan “Gunung Batu Israel” bermakna “Sang Pelindung.” Sebagai Gunung Batu, Tuhan lah yang akan membentengi umat-Nya dari serangan musuh. Tuhan sendiri yang akan menghukum Asyur, karena Asyur melawan umat yang Dia kasihi (ay. 31-33). Tuhan adalah Gunung Batu dan Benteng yang teguh. Kita tahu bahwa Tuhan lah yang akan mengalahkan musuh-musuh kita dan menjaga kita agar tetap aman; sebab tidak ada musuh, sebesar apa pun, yang tidak tunduk kepada Pelindung yang Maha Kuasa. STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang menjadi penolong satu-satunya dalam kehidupan kita? (2) Apa alasannya kita menjadikan Tuhan satu-satunya Penolong dalam kehidupan kita? Berdoalah bagi pertumbuhan iman kita dan saudara seiman kita, supaya kita semua tetap mau menjadikan Tuhan sebagai penolong satu-satunya dalam menjalani kehidupan di dalam dunia ini.
JUMAT
09
OKTOBER 2015
“Sesungguhnya, seorang raja akan memerintah menurut kebenaran, dan pemimpin-pemimpin akan memimpin menurut keadilan.” (Yesaya 32:1)
Bacaan hari ini: Yesaya 32:1-8 Bacaan setahun: Yesaya 32-33
RAJA YANG BIJAKSANA
S
iapakah raja yang bijaksana? Raja yang bijaksana adalah raja yang memerintah menurut kebenaran dan memimpin menurut keadilan (ay. 1). Ia tidak pernah menggunakan kekayaan kerajaan untuk kepentingan-kepentingan pribadi ataupun keluarganya. Seluruh harta kekayaan kerajaan digunakan untuk memakmurkan rakyatnya. Seluruh rakyatnya senantiasa menaruh hormat dan kagum kepadanya, dan seluruh titah raja senantiasa dipatuhi dan dilaksanakan dengan ikhlas oleh rakyat, karena raja yang bijaksana ini dicintai oleh rakyatnya. Tidaklah demikian dengan raja yang tidak bijaksana. Ia tidak berlaku benar, serta tidak berlaku adil dalam kepemimpinannya. Ia mengabaikan tugas dan tidak memperdulikan rakyatnya. Setiap hari kerjanya hanyalah bersenang-senang dan bergaul dengan orang jahat. Membebani rakyat dengan pajak yang besar. Kejahatan, fitnah dan kekacauan dibiarkannya merajalela di negerinya. Maka akibatnya, rakyatnya susah dan menderita. Rakyat makin lama makin bertambah miskin dan sedikit demi sedikit negeri yang dipimpinnya ini mulai menuju kehancuran. Dalam bagian ini, Yesaya melukiskan tentang raja yang memimpin bijaksana. Raja yang bijaksana adalah raja yang memerintah menurut kebenaran, memimpin menurut keadilan, dan raja yang dapat diandalkan oleh rakyatnya (ay. 1-2). Meskipun gambaran ini cocok untuk Tuhan kita (ps. 25:4), namun yang pasti, Nabi Yesaya di sini sedang berbicara tentang para pemimpin di negerinya pada waktu itu. Bagi Yesaya, para pemimpin, seharusnya menjadi batu-batu karang dan sungai-sungai, yang senantiasa memberikan keamanan dan kesejahteraan. Batu karang tidak bergerak ataupun berubah, sedangkan sungai bergerak dan berubah. Menurutnya, seorang pemimpin harus konsisten, tapi juga fleksibel, dapat mamadukan kesetiaan batu karang dan kelimpahan yang diberikan sungai. Demikianlah seharusnya sifat dan sikap para pemimpin. Sifat dan sikap pemimpin yang demikian adalah sifat dan sikap pemimpin yang bijaksana (ay. 3-8). Jika demikian, bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana caranya agar dapat menjadi pemimpin yang bijaksana? (2) Mengapa kita harus menjadi pemimpin yang bijaksana? Berdoalah agar para pemimpin, baik itu pemimpin gereja maupun negeri ini dapat menjalankan kepemimpinannya dengan bijaksana, sehingga dapat mendatangkan damai sejahtera dan berkat bagi yang dipimpin.
SABTU
10
OKTOBER 2015
“Dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang … kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.“ (Yesaya 35:10)
Bacaan hari ini: Yesaya 35:1-10 Bacaan setahun: Yesaya 34-36
SUKACITA UMAT TUHAN
T
uhan mengimbangi berita penghukuman yang disampaikan oleh nabi Yesaya (Yes. 34) dengan jaminan keselamatan dan kemuliaan bagi umat Tuhan (Yes. 35). Melalui pemberitaan tersebut, Tuhan mau agar orang yang berdosa dapat segera bertobat dan orang yang percaya kepada-Nya, dikuatkan. Di dalam pemberitaannya, Yesaya menyampaikan bahwa Tuhan akan datang untuk menyelamatkan dan memerintah umat-Nya. Ketika Tuhan datang untuk menyelamatkan dan memerintah, maka berbagai perubahan menakjubkan akan terjadi. Padang gurun yang tandus akan menjadi taman yang indah (ay. 1-2, 7). Sejarah manusia dimulai di sebuah taman, tapi dosa manusia telah mengubah taman menjadi padang gurun. Semua makhluk ciptaan Tuhan akan bersukacita ketika dibebaskan dari belenggu dosa (Yes. 55:12-13; Rm. 8:18-25). Yang lemah akan menjadi kuat, yang cacat tidak akan cacat lagi (ay. 3-6). Pengembara tidak akan tersesat ketika mereka berjalan dengan aman di jalan raya kekudusan Tuhan (ay. 8-9), dan dukacita orang yang meratap akan diubah menjadi sukacita (ay. 10). Apa yang Yesaya beritakan ini telah digenapi dengan kedatangan Yesus Kristus. “Mata orang buta akan dicelikkan dan telinga orang-orang tuli akan dibuka” untuk menyatakan siapa diri-Nya, ketika orang suruhan Yohanes datang kepada Yesus untuk menanyakan “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Keselamatan itu telah dibawa Tuhan Yesus melalui “Jalan Kudus” yaitu melalui Jalan Salib. Penderitaan umat manusia karena dosa telah dipatahkan melalui penderitaan Kristus di atas kayu salib. Sehingga, dalam Yohanes 15:11 Tuhan Yesus mengatakan: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” Allah sungguh berkenan jika kita memasuki jalan yang dibuat-Nya. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah masuk dalam sukacita dari orangorang yang telah diselamatkan Tuhan? Keselamatan yang dari Tuhanlah sukacita umat Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Anda sedang merasa bersukacita? Mengapa? (2) Apakah yang menjadi sukacita Anda sebagai umat Tuhan selama ini? Mengapa? Berdoalah agar pemberitaan firman yang disampaikan boleh membawa sukacita bagi umat Tuhan. Mereka boleh dibawa ke pertobatan dan beroleh kekuatan sebagai umat Tuhan.
MINGGU
11
“Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi. Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN.” (Yesaya 38:1-2) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 38:1-22 Bacaan setahun: Yesaya 37-38
BELAJAR DARI PENGALAMAN HIZKIA
D
i usia emasnya (ay. 10), Hizkia terkena penyakit barah (ay. 21) yang sedemikian parah. Melalui Yesaya, Allah menubuatkan bahwa Hizkia akan mati sebagai akibat tidak terelakkan dari penyakitnya tersebut (ay. 1), semua ini terjadi sebelum peristiwa di pasal 36 dan 37 (ay. 8), sementara Hizkia tahu Asyur akan menyerang. Sungguh betapa berat kondisi yang dialaminya. Namun demikian, Hizkia berdoa kepada Tuhan (ay. 2). Ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Dan menangislah Hizkia dengan sangat (ay. 3). Demikianlah raja Hizkia berdoa kepada Tuhan. Ia memohon belas kasihan Tuhan atas apa yang ia sedang alami. Doa sang raja tersebut merupakan respons yang sangat wajar. Bagaimanapun, kebanyakan orang percaya ingin terus hidup dan melayani Tuhan. ia juga memprihatinkan masa depan bangsanya jika Asyur menyerbu (ay. 6). Ternyata, Tuhan bukan hanya menjawab doanya (ay. 5); Ia juga memberikan tanda khusus untuk meneguhkan imannya (ay. 7-8). Hizkia menggambarkan kematian itu ibarat memasuki pintu gerbang (ay. 10), tenda yang dibongkar (ay. 12), tenunan yang digulung (ay. 12), dan diserang binatang buas (ay. 13). Semua itu mengambarkan suasana yang sangat menggetarkan, menyedihkan dan sangat menakutkan. Walaupun demikian, Hizkia tetap berpegang teguh pada Firman Tuhan (ay. 17), bahkan memuji Tuhan atas semua yang dilakukan-Nya (ay. 16-20). Demikianlah Hizkia menyikapi kesulitan yang dialami dalam hidupnya. Marilah kita belajar dari pengalaman Hizkia ini. Jika kita sedang mengalami kesulitan, marilah kita segera datang dan bersujud dan menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan serta tetap berpegang teguh pada firman-Nya; tidak lupa memuji Tuhan atas semua yang dilakukan-Nya atas kita. Sebagaimana dengan Hizkia, biarlah pengalaman-pengalaman sulit yang boleh kita alami, juga membuat kita memiliki penghargaan baru atas kehidupan bagi Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah perasaan Anda jika mengalami situasi dan kondisi seperti Hizkia? (2) Apakah yang akan Anda perbuat? Mengapa? Berdoalah agar pengalaman-pengalaman sulit yang kita alami, membuat kita memiliki penghargaan baru atas kehidupan dan hasrat yang baru untuk hidup bagi Tuhan.
SENIN
12
OKTOBER 2015
“Hizkia menjawab kepada Yesaya: ‘Sungguh baik Firman Tuhan yang Kau ucapkan itu!’ Tetapi pikirnya: ‘Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku.’” (Yesaya 39:8)
Bacaan hari ini: Yesaya 39:1-8 Bacaan setahun: Yesaya 39-40
KENYAMANAN PRIBADI
P
epatah “kacang lupa kulitnya” mungkin sangat tepat untuk menggambarkan kebiasaan manusia yang hanya mengutamakan dirinya sendiri saat ini, tanpa mempertimbangkan apa dan bagaimana kondisi masa lalu. Kemudian manusia bisa menjadi angkuh dan sombong dengan apa yang dimilikinya. Inilah yang terjadi di dalam kehidupan Hizkia, raja yang memerintah di Yerusalem. Yesaya 38 menjelaskan bagaimana Hizkia sakit dan divonis Yesaya, bahwa dia akan mati. Namun karena Hizkia berdoa dan memohon kesembuhan dari TUHAN, maka TUHAN mendengar doanya dan menyembuhkannya. Saat Hizkia sembuh, ia berubah setia kepada TUHAN. Kepada utusan Babel (sebagian penafsir setuju bahwa ini adalah kerjasama Hizkia dengan Babel untuk mengantisipasi serangan bangsa lain), Hizkia menunjukkan segala harta dan kekayaannya kepada utusan tersebut. Di sinilah benih-benih kesombongan dan keangkuhan itu terlihat. Pertanyaannya, mengapa Tuhan seakan-akan membiarkan Hizkia melakukan hal itu? 2 Tawarikh 32:31 tertulis, “ketika itu Allah meninggalkan dia untuk mencobainya, supaya diketahui segala isi hatinya.” Di sini Hizkia jatuh pada dosa kesombongan dan keangkuhan yang menyeretnya pada kenyamanan diri sendiri. Firman Tuhan yang dikatakan nabi Yesaya (ay. 67), ditanggapi Hizkia dengan motif untuk memikirkan kenyamanan dirinya sendiri. “Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.” Jawab Hizkia kepada Yesaya: “Sungguh baik firman TUHAN yang engkau ucapkan itu!” Tetapi pikirnya: “Asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!” Belajar dari renungan hari ini, harusnya kita jadi manusia yang tetap mengandalkan TUHAN, dan bukan sebaliknya, memikirkan kenyamanan diri sendiri. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Hizkia setelah mendapat pertolongan dari Tuhan? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka menghargai segala kebaikan yang Tuhan telah berikan kepada mereka dengan hidup takut akan Dia dan taat melakukan firman-Nya.
SELASA
13
OKTOBER 2015
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang.., bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.” (Yesaya 41:10)
Bacaan hari ini: Yesaya 41:8-10 Bacaan setahun: Yesaya 41-42
SETIA DAN BERPEGANG PADA JANJI ALLAH
B
agian ini termasuk dalam berita baik yang dinubuatkan nabi Yesaya untuk menghibur umat Allah. Meskipun kota Yerusalem belum dihancurkan dan orang Israel belum ditawan dan diangkut ke Babel, nubuat tentang kelepasan dan keselamatan Israel sudah dikumandangkan nabi Yesaya. Bagaimana bisa demikian? Karena Allah adalah Allah yang setia dengan janji-Nya. Apa yang pernah dijanjikan kepada nenek moyang mereka, tetap diingat dan dilakukan oleh Allah. Meski Israel hidup di dalam dosa dan dihukum-Nya, Allah tetap mengembalikan mereka juga ke tanah Yehuda. Hal ini menunjukkan bahwa Allah begitu konsisten dengan apa yang dijanjikan-Nya. Setidaknya ada 2 hal yang dituliskan nabi Yesaya untuk menunjukkan bahwa Allah setia pada janji-Nya. (1) Allah mengumpulkan umat Israel dari pembuangan (ay. 9). Allah menghukum Israel karena dosa dan kebejatan bangsa itu. Selama 70 tahun umat Israel hidup di dalam pembuangan. Setelah itu Allah menggerakkan hati raja Media-Persia mengizinkan umat Israel kembali ke Yerusalem dan membangun kembali kotanya. (2) Allah menyertai dan meneguhkan umat-Nya (ay.10). Bukan hanya mengembalikan umat Israel ke tanah Yehuda dan membangun kembali kota itu, namun lebih daripada itu Allah memulihkan kehidupan umat Israel —tembok kota-kota dibangun, Bait Allah dibangun dan diperbaiki, pembacaan Taurat TUHAN dilakukan kembali dan Umat Israel kembali melakukan upacara mempersembahkan korban di hadapan Allah dan merayakan hari raya pondok Daun. Ini semua bisa dilakukan oleh umat Israel, karena penyertaan dan kesetiaan Allah. Belajar dari bagian ini, seharusnya kita sebagai umat Allah tetap setia dan bersandar pada janji Allah. Ia yang memilih kita di dalam dan melalui Kristus, tentu akan menyertai dan menopang hidup kita. Melewati berbagai persoalan dan pergumulan yang sulit, seharusnya kita tetap setia kepada Allah dan tetap berpegang kepada janji-Nya, bahwa “Dia akan memegang kita dengan tangan kanan-Nya yang membawa kemenangan.” STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Allah terhadap umat dan janji-Nya? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam relasi kita dengan Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tetap setia dengan hidup taat kepada Tuhan karena Tuhan telah terlebih dahulu menyatakan kasih dan kesetiaanNya kepada umat-Nya.
RABU
14
“Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami.” (Yesaya 44:18) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 44:9-21 Bacaan setahun: Yesaya 43-44
PARA PENYEMBAH PATUNG
D
alam Yesaya 44:9-21, Yesaya menyinggung tentang para pemuja patung buatan manusia. Secara khusus bagian ini dibandingkan dengan Yesaya 44:1-8 yang membicarakan tentang Allah yang sejati dan hidup. Yesaya menyinggung tentang para pemuja patung, baik kepada umat Israel yang terjebak di dalam penyembahan patung-patung berhala, juga kepada bangsa-bangsa lain yang telah lama menyembah patung-patung mati yang dianggap sebagai “allah” mereka. Patung-patung yang disembah baik oleh umat Israel pada waktu itu dan juga bangsa-bangsa lain adalah buatan tangan manusia, entah itu dari kayu dan besi (benda mati) yang dipahat, dibentuk dan dijadikan sarana untuk menyembah kepada para dewa. Nabi Yesaya menunjukkan bahwa semua itu adalah benda mati yang tidak berarti apa-apa dalam kehidupan manusia. Karena kebodohan dan kebebalannya sendiri, manusia tetap menganggap patung-patung buatannya itu sebagai “allah yang dapat menolong mereka” (ay. 17). Itu sebabnya Yesaya menuliskan bahwa: “Orang seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami” (ay. 18), tidak ada pertimbangan di dalam akal dan pikiran dari orang-orang ini (ay. 19). Ini merupakan suatu bentuk teguran keras bagi para penyembah patungpatung buatan tangan manusia. Zaman di mana kita hidup pada masa kini tidak luput juga dari orangorang yang menyembah patung buatan manusia. Banyak orang, termasuk orang Kristen masih percaya kepada patung buatan manusia, yang dianggap dapat memberikan kelancaran (kesuksesan) dan menyelesaikan segala persoalan yang dihadapinya di dalam hidup. Mata hati dan pikiran orang-orang ini telah dibutakan oleh ilah zaman ini. Kembalilah kepada Firman TUHAN. TUHAN lah yang mengatur hidup manusia, masa depan, dan segala hal yang terjadi dalam hidup manusia. Janganlah menyembah ilah lain, selain Tuhan Allah kita, Yesus Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa manusia lebih mudah mencari ilah yang cocok bagi dirinya daripada mencari dan mengenal Allah yang hidup? (2) Bagaimana orang Israel saat itu? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak terpengaruh oleh pola hidup duniawi yang menarik mereka jauh dari Tuhan, dan hidup kepada ilah yang mati menurut zaman ini.
KAMIS
15
“Celakalah orang yang berbantah dengan Pembentuknya; dia tidak lain dari beling periuk saja! Adakah tanha liat berkata kepada pembentuknya: ‘Apakah yang Kaubuat?’” (Yesaya 45:9a) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 45 Bacaan setahun: Yesaya 45-46
TUHAN BISA MEMAKAI SIAPA SAJA
K
edaulatan Allah merupakan tema yang sangat kental yang bisa kita jumpai dalam bagian ini. Tuhan menunjukkan kedaulatan-Nya untuk menyelamatkan bangsa Israel melalui seorang yang bahkan tidak mengenal Tuhan, yakni Koresh. Ketika bangsa Israel berdosa dan berbalik meninggalkan Tuhan sehingga Tuhan membiarkan mereka ada di bawah tawanan bangsa asing, Tuhan membangkitkan seorang kafir melakukan pekerjaan bagi Tuhan. Tentu saja ini merupakan sebuah pukulan berat bagi bangsa Israel, yang selama ini sangat membanggakan diri sebagai bangsa pilihan Allah. Dalam pandangan mereka, mungkin mereka berpikir bahwa Tuhan hanya akan melakukan karya besar melalui umat pilihan-Nya, tetapi ternyata kali ini Tuhan melakukan sebaliknya. Ketika umat-Nya tidak mau taat, Tuhan menunjukkan bahwa Ia pun dapat memakai orang yang tidak mengenal Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya yang besar. Dari bacaan ini kita belajar agar kita sebagai anak-anak Tuhan jangan mengabaikan kesempatan untuk hidup dan melayani Tuhan. Jika kita terus mengeraskan hati untuk tidak mau bertobat dari dosa kita, jika kita terus menolak untuk melayani Dia dengan sungguh-sungguh, maka Tuhan pun bisa memakai orang lain untuk melakukan hal besar bagi-Nya. Dan pada saat itu terjadi, maka kita akan dipermalukan. Janganlah juga pernah merasa sombong jika boleh dipercaya untuk melayani Dia; ingatlah bahwa semua kemampuan yang kita miliki pada hari ini berasal dari Dia (ay. 5a-7). Kita ini hanyalah tanah liat di tangan Tuhan, seperti kata Firman Tuhan: “Celakalah kita kalau kita berbantah dengan Pembentuk kita.” Oleh sebab itu, mulai saat ini, hargai setiap kesempatan dan kemampuan yang Tuhan telah karuniakan. Ingatlah bahwa Tuhanlah yang berkuasa, kita ini hanya alat; dan tugas alat hanyalah melakukan apa yang diinginkan oleh Sang Pemakai. Bagaimana dengan Anda hari ini? Marilah kita hidup mengerjakan dan menghargai kehendak Allah bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan memakai Koresh menyelamatkan bangsa Israel? (2) Bagaimana Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya di tengah ketidaktaatan umat-Nya? Doakanlah agar kita diberikan kerendahan hati untuk mau tunduk kepada kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Doakan agar jemaat mau menyerahkan waktu, kemampuan, dan materi yang dimilikinya untuk melayani Tuhan.
JUMAT
16
“Engkau tadinya merasa aman dalam kejahatanmu, katamu: ‘Tiada yang melihat aku!’ Kebijaksanaanmu dan pengetahuanmu itulah yang menyesatkan engkau, sehingga engkau berkata: ‘Tiada yang lain di sampingku!’” (Yesaya 47:10) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 47 Bacaan setahun: Yesaya 47-49
WAKTU-NYA AKAN TIBA
K
etika bangsa Israel berbalik menjauh dari Tuhan, Tuhan menghukum membiarkan mereka di bawah tawanan Babel. Namun kemudian Babel menjadi sombong (ayat 1-8). Mereka bersikap keterlaluan terhadap umat Allah dan tidak menaruh belas kasihan, bahkan berkata bahwa mereka ingin selamanya berkuasa atas Israel (ay. 6-7). Akibat kesombongan mereka, Tuhan menjadi murka atas mereka dan menjatuhkan malapetaka atas mereka. Malapetaka yang datang secara tiba-tiba ini dalam sekejap mata menghancurkan mereka dan tidak ada satu kuasapun yang bisa menghalangi. Dewa-dewa dan jampi-jampi yang selama ini mereka yakini mampu melindungi mereka, tidak berdaya. Di sini kita melihat kedaulatan Allah atas umat-Nya. Tidak seorangpun atau satu hal pun bisa berbuat sesuatu terhadap umat-Nya, di luar izin Tuhan. Firman Tuhan hari ini merupakan sebuah penghiburan bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, bahwa Tuhan yang kita percayai, adalah Tuhan yang penuh kasih. Sekalipun Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menghukum atau memberkati umat-Nya, Tuhan tetap lah yang memegang kendali. Disiplin yang Ia berikan selalu diberikan dengan tujuan membawa umat-Nya kembali kepada-Nya, dan bukan dengan tujuan untuk menyakiti atau menghancurkan mereka. Pada waktu-Nya, Ia akan memulihkan keadaan umat-Nya. Firman Tuhan juga mengingatkan kita bahwa tidak ada satu kejahatan pun yang bisa bertahan lama. Jika Allah berdiam diri, itu bukan berarti Allah tidak berkuasa, tetapi Ia memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat. Jangan berpikir seperti bangsa Babel yang merasa aman dalam kejahatan mereka dan berpikir tidak ada yang melihat apa yang mereka lakukan, karena sesungguhnya Tuhan itu hidup, dan pada waktu-Nya, Ia akan menyatakan keadilan-Nya, sehingga setiap kejahatan pasti ada ganjarannya. Bagaimana dengan Anda hari ini? Percayakah Anda pada kedaulatan-Nya? Marilah kita sebagai anak-anak-Nya bersandar penuh hanya kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Babel? (2) Apakah yang Tuhan ingin nyatakan kepada bangsa Babel melalui penghukuman yang Ia berikan? Doakanlah jemaat yang sedang berada dalam penderitaan dan pergumulan hidup, agar mereka boleh tetap berharap pada Tuhan. Doakan juga agar kita yang masih hidup dalam dosa, segera bertobat.
SABTU
17
“Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu... Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yesaya 50:4-11 Bacaan setahun: Yesaya 50-52
KETAATAN SEORANG HAMBA ALLAH
Y
esaya dipanggil menjadi seorang penyambung lidah Allah kepada manusia (nabi). Sebagai seorang nabi Allah, Yesaya perlu memiliki mulut seorang murid, yaitu mulut yang tahu cara menyampaikan instruksi dengan benar, berbicara dengan bijaksana, serta memberikan kekuatan dan penghiburan bagi yang membutuhkan; serta telinga seorang murid, yaitu telinga yang bersedia mendengarkan dan memperhatikan perintah dengan benar karena sebagai seorang nabi, ia membutuhkan kemampuan tersebut. Sebagai seorang yang dipanggil Allah, Yesaya juga telah menanggung penderitaan dengan sabar (ay. 5-6). Ia memiliki kehidupan yang tetap memuliakan dan menaati Allah sekalipun di tengah segala pergumulan hidup. Dari bagian ini, kita belajar bagaimana seseorang bisa tetap teguh dan taat kepada Allah di tengah segala penderitaan yang mungkin tidak seharusnya ia tanggung, bahkan menguatkan orang lain di tengah segala pergumulannya. Kuncinya adalah memelihara hubungan dengan Bapa di sorga dengan cara mengutamakan Dia dan mendengarkan firman-Nya tiap pagi dan menerima proses pembentukan yang Allah izinkan (ay. 6, 7-9). Hal ini mengingatkan kita kepada Yesus Kristus, Sang Hamba Allah sejati. Ia taat kepada firman, tabah menanggung derita sekalipun memiliki wewenang illahi. Hamba Allah itu kini memperhadapkan kita dengan tawaran, bukan sekadar percaya. Sekadar menjadi orang percaya adalah perkara mudah, namun kita diminta untuk percaya sekaligus menanggung konsekuensi iman percaya kita. Ini dibutuhkan kesediaan untuk dihajar dan dibentuk, yang menunjukkan konsekuensi ketaatan kepada firman Tuhan. Sebagai seorang yang sudah dipanggil untuk mengikut Kristus, maka kepada kita pun diberikan sebuah tantangan untuk memiliki lidah seorang murid yang bisa menguatkan orang lain. Bagaimanakah caranya? Dengan cara memiliki persekutuan dengan Tuhan dan belajar memahami setiap pergumulan adalah proses Allah untuk membentuk kita sebagai pengikutNya, para hamba-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah konsekuensi seseorang yang melayani Tuhan? (2) Bagaimana pula konsekuensi seseorang yang mengikut Tuhan Yesus sebagai murid-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar di dalam hidup ini, mereka tidak hanya mencari kenyamanan di dalam Tuhan, melainkan juga siap berkorban dalam mengikut Tuhan.
MINGGU
18
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” OKTOBER 2015 (Yesaya 53:4)
Bacaan hari ini: Yesaya 53 Bacaan setahun: Yesaya 53-55
PENDERITAAN YANG MEMBAWA KESELAMATAN
K
arena ketidaktaatanya, maka Tuhan membuang bangsa Israel. Namun Tuhan menyelamatkan mereka dan memproklamasikan diriNya di hadapan bangsa-bangsa. “Sang Hamba” mengemban tugas penebusan, dengan menanggung penyakit, memikul kesengsaraan dan pemberontakan kita (ay. 4,6). Sang Hamba ini mengemban tugas penebusan dengan menanggung penyakit, memikul kesengsaraan dan pemberontakan kita (ay. 53:5, 12). Tanpa banyak membela diri, Dia menjadi kurban dan mati bagi kita (ay. 7, 8b-9, 12). Kematian-Nya adalah kehendak Tuhan, agar kita diselamatkan. Nubuat tentang Hamba yang Menderita dalam kitab Yesaya ini memberikan kepada umat Israel harapan bahwa mereka akan diselamatkan melalui Mesias yang telah dinantikan. Dialah yang akan memberikan kelepasan bagi orang Israel dari jajahan bangsa asing dan juga dari kungkungan dosa. Mesias ini adalah Yesus Kristus. Dialah hamba yang menderita, karena dosa, pemberontakan, kejahatan semua manusia. Dia yang suci, benar, tidak berdosa, namun dibuat menjadi berdosa karena kita, supaya kita bisa dibenarkan di hadapan Tuhan (2Kor. 5:21). Di dataran Groom, Texas, ada pemandangan yang luar biasa. Samarsamar sebuah salib setinggi 58 meter tampak menjulang ke langit. Simbol iman Kristiani yang berukuran raksasa itu didirikan oleh Steve Thomas dengan harapan supaya siapa pun yang melihatnya akan datang kepada Yesus. Ketika karyanya itu selesai dan diresmikan, ia berkata, “Kami rindu ada sejumlah orang yang pada akhirnya akan mengikut Kristus setelah melihat salib ini.” Kita bersyukur jika orang yang belum percaya dapat memberi perhatian kepada Yesus Kristus dan salib. Sekalipun mungkin hanya sekilas, tetapi siapa tahu reaksi yang sangat singkat itu dapat bermakna bagi keselamatan sebuah jiwa? Mungkin saja seorang pendosa tiba-tiba mulai memikirkan mengapa Yesus bersedia mati di atas kayu salib. Barangkali hal ini akan mendorongnya untuk mencari jawaban dari Alkitab atau dari orang-orang Kristen yang ia kenal. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan kerjakan bagi bangsa Israel ketika mereka tidak taat kepada-Nya? (2) Apa pula yang Tuhan lakukan untuk memulihkan mereka? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tetap taat dan setia, ketika Allah memproses hidup mereka sehingga mereka hidup kudus dan berkenan di hadapan-Nya, sebagai umat yang dikasihi-Nya.
SENIN
19
OKTOBER 2015
“Berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk …” (Yesaya 58:6)
Bacaan hari ini: Yesaya 58:1-12 Bacaan setahun: Yesaya 56-58
BERPUASA DENGAN BENAR
B
erpuasa adalah salah satu disiplin rohani yang penting dilakukan dalam kehidupan rohani orang percaya. Dengan berpuasa kita dengan sengaja menjauhkan diri dari makanan jasmani dan mengambil waktu berdoa serta mencari Dia, Sang Roti Hidup. Banyak orang melakukan puasa secara rutin untuk menjaga vitalitas dan kepekaan rohani secara kontinu. Berpuasa merupakan disiplin rohani yang baik untuk dilakukan oleh orang percaya. Yang menarik dalam bagian firman hari ini, Tuhan menyatakan hal penting yang harus kita lakukan ketika kita berpuasa. Tuhan menginginkan umat-Nya tidak hanya sekadar berpuasa, namun berpuasa dengan benar. Puasa yang benar adalah puasa yang disertai dengan kehidupan menjauhi dosa dan kelaliman (ay.6). Puasa orang Israel ditolak oleh Tuhan karena sembari berpuasa, mereka tetap melakukan tindakan-tindakan yang jahat. Mereka menindas, berkelahi, memukul pekerja mereka dan memfitnah orang lain (ay. 3-4, 9). Puasa yang demikian tidak akan diindahkan oleh Allah di tempat maha tinggi (ay. 4). Puasa yang benar adalah puasa yang disertai dengan hidup yang benar, menjauhi dosa dan kelaliman. Puasa yang benar harus disertai dengan perbuatan kasih: memerdekakan orang yang teraniaya, memecah roti bagi orang lapar, membawa orang miskin ke rumah, memberi pakaian orang yang telanjang, dan memuaskan hati orang yang tertindas (ay. 6-7, 10). Puasa yang disertai perbuatan benar seperti inilah yang diterima dan diperkenan oleh Tuhan. Bagaimana dengan kebiasaan kita berpuasa? Apa kita menjalankan disiplin rohani yang baik ini dengan teratur? Berpuasa adalah suatu disiplin rohani yang berguna bagi kesehatan rohani kita. Mari kita menjalankan disiplin rohani ini. Tetapi ketika kita melakukannya, ingatlah bahwa Tuhan berkenan kepada mereka yang tidak hanya sekadar berpuasa, namun Ia senang kepada orang yang menjalankan puasa yang disertai komitmen meninggalkan dosa dan mengamalkan kasih kepada sesama. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang seringkali menjadi penghalang kita untuk berpuasa? (2) Perbuatan-perbuatan apa yang harus kita lakukan ketika kita berpuasa? Berdoalah agar Tuhan boleh menolong kita berkomitmen melakukan disiplin rohani berpuasa dengan benar. Kita berpuasa dengan hati yang mau lepas dari dosa dan mau menjadi berkat bagi sesama.
SELASA
20
OKTOBER 2015
“… tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, ialah segala dosamu” (Yesaya 59:2)
Bacaan hari ini: Yesaya 59 Bacaan setahun: Yesaya 59-61
DOSAKU KUAKUI DI HADAPANMU, TUHAN
K
etika seorang anak berbuat kesalahan, orangtua yang baik akan mendidik agar mereka menyadari kesalahannya dan meminta maaf. Dengan meminta maaf, anak akan menyadari kesalahannya dan mendapatkan pembelajaran dari kesalahannya tersebut. Kesalahan tidak membuat orangtua membenci dan membuang anak itu. Anak itu tetap disayang dan tetap berharga bagi orangtuanya. Tetapi permintaan maaf itu diperlukan sebagai bukti pembelajaran yang baik dari anak. Hal yang sama juga berlaku dalam relasi kita dengan Allah Bapa. Bapa menghendaki anak-anak-Nya mengakui kesalahannya, sebagai wujud pertobatan dan kesadaran akan pelanggaran kita. Ia tetap mengasihi kita, tetapi Ia menuntut pengakuan dosa kita sebagai tanda penyesalan dan pembelajaran kita melalui kesalahan yang kita perbuat. Ayat 2 menjelaskan bahwa dosa dan kejahatan yang dilakukan anak-anak Tuhan merupakan penghalang di antara mereka dengan Allah. Segala tindakan dosa, seperti pembunuhan, dusta, kecurangan, fitnah, ketidakadilan dan kelaliman (ay. 3-4) merupakan tindakan yang menumpulkan mata rohani anak Tuhan dan membawa mereka jauh dari-Nya. Hanya melalui pengakuan dosa dan pertobatan lah, relasi kita dapat dipulihkan dengan Allah. Pengakuan dosa yang dilakukan umat Tuhan (ayat 12-14) menunjukkan suatu kesadaran dan pertobatan akan kesalahan yang mereka perbuat. Kepada mereka yang mengaku dosa, Allah berkenan menjumpai mereka; Ia menolong, menyelamatkan, melindungi dan menyertai mereka (ay. 16-21). Sebagai anak-anak Tuhan, janganlah kita berlarut-larut di dalam dosa. Dosa dapat menjadi penghalang relasi kita dengan Tuhan. Dosa dapat menumpulkan mata rohani kita dan melumpuhkan kehidupan rohani kita. Karena itu, kita harus melakukan pengakuan dosa. Pengakuan dosa merupakan tanda bahwa kita menyadari kesalahan kita di hadapan Allah. Pengakuan dosa menunjukkan suatu keputusan untuk bertobat dan suatu kesadaran akan perubahan hidup. Mari kita melakukan disiplin pengakuan dosa secara berkala (1Yoh. 1:9). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita perlu membereskan dosa kita di hadapan Allah? (2) Apa yang terjadi ketika dosa seseorang diakuinya di hadapan Allah? Berdoalah agar Tuhan boleh menolong kita untuk lebih peka akan dosa yang ada dalam diri kita dan memiliki disiplin diri untuk mengakui dosa-dosa kita kepada Tuhan dan melakukan pertobatan.
RABU
21
OKTOBER 2015
“Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar …” (Yesaya 60:22)
Bacaan hari ini: Yesaya 62-63 Bacaan setahun: Yesaya 62-64
ADANYA HARAPAN
Y
erusalem dipandang sebagai kota suci karena adanya Bait Suci di sana. Namun karena ketidaksetiaan bangsa Israel, Bait Suci ini dihancurkan oleh bangsa Babel dan mereka diangkut ke dalam pembuangan di Babel selama puluhan tahun sebagai bangsa asing. Meski demikian, karena perjanjian-Nya, maka Allah melalui nabi-Nya, Yesaya menubuatkan bahwa ada harapan di tengah keputusasaan, “Sungguh, merekalah umat-KU...”. Perkataan ini dibuktikan dengan: (1) TUHAN memperhatikan Israel seperti mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Artinya, umat TUHAN akan menduduki lagi tanah yang telah dijanjikan. Kata Tuhan: “Mereka sebagai cangkokan yang Kutanam sendiri untuk memperlihatkan keagungan-Ku... AKU, TUHAN akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya” (Yes. 60:21-22). (2) TUHAN akan memberi perlindungan terhadap lawan-lawan Israel sepanjang hari dan sepanjang malam, terus-menerus dan tidak pernah terlelap, seperti penjaga mengawal tembok kota dan mengawasi pasukan musuh yang mendekat. (3) TUHAN akan memberikan kelimpahan susu dan madu di negeri mereka sehingga berkelimpahan. Mereka akan disebut “bangsa kudus,” orang-orang tebusan TUHAN, dan akan disebutkan “yang dicari, kota yang tidak ditinggalkan” (Yes. 62:12), sehingga mereka bersukaria di dalam TUHAN. Bagaimana dengan kita? Kesulitan seperti apa yang membuat kita terpuruk dan tidak berdaya sehingga kita tidak bisa melihat adanya harapan Tuhan? Janganlah takut, berharaplah akan janji-Nya, sebab Ialah Juruselamat kita. Dialah TUHAN yang akan memberi terbaik apa yang kita butuhkan menurut waktu dan kehendak-Nya. Percayalah pada perlindungan-Nya dan anugerah-Nya. Seperti Yakobus berkata: “Hendaklah ia memintanya dengan iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang ambingkan ke mari oleh angin” (Yak. 1:6). Marilah kita percaya kepada-Nya, sumber pengharapan kita! STUDI PRIBADI: (1) Apa untuk selama-lamanya Tuhan murka kepada umat-Nya? Jelaskan! (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dalam hubungan Tuhan dengan umat-Nya? Berdoalah bagi jemaat agar mereka mengenal kasih setia Tuhan dan belajar merendahkan diri di hadapan-Nya, sebab Dia adalah Tuhan yang mengenal umat-Nya dengan baik.
KAMIS
22
OKTOBER 2015
“Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku …” (Yesaya 65:1)
Bacaan hari ini: Yesaya 65 Bacaan setahun: Yesaya 65-66
KEADILAN ALLAH
K
ita tahu dan sering mendengar bahwa Allah adalah Kasih dan Adil. Keadilan-Nya diwujudkan dengan kedahsyatan yang Ia lakukan bagi orang berdosa dan juga bagi orang benar, mereka yang mencari dan memanggil nama-Nya. Kedahsyatan Allah bagaikan nyala api yang membuat air mendidih. Kedahsyatan Allah bagi orang berdosa, digambarkan dengan adanya peristiwa kekeringan, kesunyian, ketakutan, kelaparan, mendapat malu, kehausan, kesedihan, pemusnahan, dan ratapan demi ratapan. Namun karena Kasih-Nya, Allah juga telah memberi petunjuk dan panggilan-Nya kepada orang yang tidak menanyakan diri-Nya, juga kepada orang yang tidak mencari-Nya. Tuhan berfirman, bahwa sepanjang hari, Dia telah mengulurkan tangan-Nya. Ia berkata: “Ini AKU, Ini AKU”, tapi mereka tetap mengikuti rencananya sendiri, dan bangsa itu menyakiti hati-Nya senantiasa di depan mata-Nya” (Yesaya 65:2-3). Kedahsyatan Allah bagi orang yang mencari-Nya adalah, Allah segera memberi berkat-Nya, yang ditunjukkan-Nya dengan: makanan, minuman, sukacita, kegembiraan, umur panjang, keturunan, kenyamanan, kenikmatan, dan penyertaan-Nya. TUHAN menyebut mereka orang-orang pilihan-Nya yang akan mewarisi dan akan tinggal untuk menikmatinya. Firman Tuhan dengan jelas telah membandingkan antara “berkat” yang disediakan-Nya bagi mereka yang mencari TUHAN dengan segenap hatinya, dengan “kutuk” yang disediakan bagi mereka yang memberontak terhadap Dia. Bagaimana dengan kita? Masihkah kita mengeraskan hati untuk menerima berkat-Nya? Masihkah kita terus memberontak terhadap kemurahan kasih-Nya? Masihkah ada orang yang memanggil nama-Nya? Maka Allah akan mengulurkan tangan-Nya dan memberi petunjuk serta berkata: “Ini AKU, Ini AKU.” Karena itu, marilah kita taat kepada-Nya dan mencari Tuhan sepanjang hidup kita, sebab orang-orang yang mencari Dia tidak akan pernah putus pengharapan dan kecewa. Percayakah Anda akan janji, kasih dan keadilan-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan lakukan kepada umat-Nya yang tidak setia mencari Tuhan? (2) Kepada siapa Tuhan memberikan berkat-Nya atau kutuk-Nya? Berdoalah bagi orang-orang muda Kristen agar mereka senantiasa mencari Tuhan dalam masa mudanya serta membagikan kabar baik Tuhan kepada mereka yang belum mendengarnya.
JUMAT
23
“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, … Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5) OKTOBER 2015
Bacaan hari ini: Yeremia 1-2 Bacaan setahun: Yeremia 1-2
KESELAMATAN DAN MELAKUKAN FIRMAN
A
nugerah keselamatan Tuhan berlaku untuk semua orang, baik yang sangat berdosa, yang tidak mengenal Tuhan sama sekali, ataupun yang berasal dari bangsa Kafir. Itu adalah Naaman, panglima perang bangsa Aram yang sakit kusta, bukan saja mendapatkan kesembuhan fisik, ia juga mendapatkan keselamatan jiwa. Namun di sisi lain, bukan berarti kita yang sudah percaya Tuhan boleh hidup sembarangan, dengan alasan Tuhan mengasihi semua orang tanpa kecuali, termasuk kafir sekalipun. Tuhan tidak sembarang memilih orang untuk tugas tertentu. Ia memilih orang dengan kualifikasi tertentu. Yeremia, nabi besar yang dipilih oleh Allah, ia adalah keturunan imam, yang tinggal di tengah-tengah suku Benyamin. Sejak kecil Yeremia telah mempelajari kitab Taurat dan sistem ibadah di bait Allah. Yeremia adalah seseorang yang sangat mengasihi bangsanya, ia hidup sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, terus-menerus bersyafaat untuk rakyat negerinya. Tidak heran jika orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus, mengidentifikasikan Tuhan Yesus dengan nabi Yeremia. Nabi Yeremia hadir pada zaman terakhir dari kerajaan Yehuda, situasi kehidupan bangsa Yehuda dalam kondisi ekonomi sulit, agama dan moral jatuh, raja yang memerintah bukan raja yang baik di mata Tuhan. Dalam keadaan demikian, Tuhan mengizinkan musuh mengancam keselamatan bangsa Yehuda; sehingga pada waktu Tuhan memanggil Yeremia yang masih muda dengan berita penghukuman untuk bangsanya, ia pun merasa tidak sanggup untuk menunaikan tugas dari Tuhan (seperti Musa). Namun Tuhan berkata kepadanya, bahwa Ia mengenal segala sesuatu tentang dia, bahkan Tuhan sudah memiliki rencana untuk dia. Oleh sebab itu, Yeremia tidak perlu takut dengan tugas yang diberikan oleh Tuhan, karena sejarah bangsa-bangsa juga berada di tangan yang Maha Kuasa. Mari kita melihat diri kita masing-masing, janganlah berpikir bahwa kita hidup sembarangan Tuhan tetap bisa pakai, melainkan kita harus mempersiapkan diri agar dipakai oleh Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Tuhan sembarang memilih orang yang akan menjadi pelayanNya? (2) Bagaimana kita menyikapi anugerah keselamatan yang Tuhan telah berikan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup bertanggung jawab di hadapan Tuhan dengan melakukan firman-Nya dan menjadi kesaksian yang baik bagi orang yang belum percaya.
SABTU
24
“Kembalilah, hai anak-anak yang murtad! Aku akan menyembuhkan engkau dari murtadmu. Inilah kami, kami datang kepada-Mu, sebab Engkaulah TUHAN, OKTOBER 2015 Allah kami.” (Yeremia 3:22) Bacaan hari ini: Yeremia 3-5 Bacaan setahun: Yeremia 3-5
JANGAN MEMBELAKANGI TUHAN
U
langan 24:1-4 menyatakan bahwa seorang wanita yang tidak setia kepada suaminya dan diceraikan, maka selamanya ia tidak dapat kembali kepada suaminya, hal itu adalah kekejian di hadapan Tuhan. Dalam pasal 3 ini, Tuhan memberikan gambaran demikian tentang kondisi orang Yehuda. Mereka meninggalkan Tuhan dan berzinah dengan berhala-berhala. Gambaran seperti seorang Arab di padang gurun, yang bersembunyi di tempat-tempat tertentu untuk merampok para saudagar yang lewat di padan gurun. Demikian pula bangsa Yehuda, secara lahiriah mengakui Yahweh sebagai Allah mereka, namun diam-diam, mereka justru menyembah berhala-berhala. Bahkan Tuhan juga menegur mereka yang bermulut manis, mengakui Tuhan dalam mulut manis, namun mereka tetap melakukan kejahatan (ay. 4-5). Tuhan tahu semua keberdosaan mereka! Dalam keadaan demikian, Tuhan masih terus memanggil umat-Nya untuk berbalik kepada-Nya. Tuhan berjanji bahwa ada pemulihan untuk umat-Nya. Tuhan akan kembali tinggal bersama mereka dan segala suku bangsa akan datang ke Yerusalem mencari Tuhan, bahkan orang Israel dan Yehuda akan kembali bersatu dan hidup bersama dengan rukun. Semua janji Tuhan akan kondisi tersebut tidak akan terwujud, jika mereka tidak bertobat dengan sungguh-sungguh. Bagaimana dengan kita? Kita pernah menikmati anugerah Tuhan dalam waktu hidup kita, namun saat ini mungkin kondisi kita sangat berbalik dengan waktu-waktu lalu yang sangat kita rindukan. Kita hidup di dalam berbagai krisis: relasi, keluarga, enomomi, kerohanian, kedamaian batin, dll. Hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa kita telah berdosa dan meninggalkan Tuhan, sehingga semua kesulitan tersebut menimpa hidup kita. Hari ini, banyak orang telah menyembah berhala dalam pekerjaan mereka, bukan saja tidak ada Tuhan dalam pekerjaan mereka, sesungguhnya, uang, materi dan dunia telah menjadi berhala mereka. Maka sekalipun mereka bekerja, mereka tidak puas. Karena itu, mari kita tanggalkan semua bentuk berhala dalam hidup kita dan hidup menyenangkan hati Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan menggambarkan orang Yehuda yang tidak setia kepada Tuhan? (2) Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan dalam bacaan ini? Berdoalah bagi para pengusaha Kristen agar mereka bekerja dengan baik dan menempatkan Tuhan sebagai Penguasa atas hidup maupun usaha mereka, sehingga hidupnya berkenan kepada Tuhan.
MINGGU
25
OKTOBER 2015
“Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini.” (Yeremia 7:3)
Bacaan hari ini: Yeremia Bacaan setahun: Yeremia 6-8
PERBUATAN YANG BENAR
Y
eremia 7 bercerita mengenai teguran Tuhan kepada Yehuda. Bangsa Yehuda berpikir bahwa selama Bait Allah ada di tengahtengah mereka, mereka tidak akan pernah ditinggalkan oleh Tuhan. Mereka berpikir, Tuhan akan selalu melindungi bait-Nya, karena itu bangsa Israel tidak akan pernah kalah berperang melawan bangsa-bangsa lain. Selain itu, mereka berpikir, dengan adanya bait suci, maka mereka akan selalu diampuni dosa dan kesalahannya. Mereka cukup datang ke Bait Allah memberi korban bakaran dan Allah akan kembali menyertai mereka. Pemahaman-pemahaman seperti ini membawa bangsa Yehuda menjadi bangsa yang jauh dari Tuhan. Mereka secara lahiriah kelihatan menyembah Tuhan, tetapi hati mereka jauh dari Tuhan. Melalui Yeremia, Tuhan menegur bangsa Yehuda. Tuhan mengingatkan mereka, bahwa Tuhan tidak akan selalu ada di Bait-Nya, apalagi bait-Nya itu dijadikan sarang penyamun oleh orang-orang Yehuda. Orang-orang Yehuda melakukan kekejian di hadapan Tuhan dengan mencuri, membunuh, berzinah dan bersumpah palsu, membakar korban kepada Baal dan mengikuti allah lain yang tidak mereka kenal. Tuhan mengingatkan mereka bahwa Dia akan meninggalkan bangsa Yehuda, sekalipun ada bait-Nya di sana. Bagaimana dengan kita? Seringkali kita berpikir seperti orang Yehuda. Kita adalah orang yang diberikan anugerah oleh Tuhan, karena itu Tuhan akan selalu menerima kita seburuk apapun. Tidak ada yang salah dengan pemahaman ini, hanya tidak lengkap. Karena dengan pemahaman yang menekankan anugerah, seringkali membuat kita meremehkan Tuhan. Kita merasa berhak bertindak apapun, termasuk berdosa, karena Tuhan akan memberikan anugerah pengampunan-Nya kepada kita. Kita berdosa sebesar apapun, Tuhan akan tetap menyertai kita. Melalui Yeremia 7, ini kita belajar bahwa Tuhan tidak dapat dipermainkan. Dia memang memilih kita menjadi umat-Nya dengan anugerah yang tak bersyarat, tetapi dia juga menginginkan kita untuk hidup dengan benar, sesuai dengan keinginan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah anugerah Tuhan boleh kita permainkan dengan cara kita hidup dalam dosa? Mengapa? (2) Apakah Tuhan akan menghukum umat-Nya yang dikasihi-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak mempermainkan anugerah keselamatan yang telah mereka terima dengan melakukan hal-hal yang tidak diperkenan Tuhan.
SENIN
26
“Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya …” OKTOBER 2015 (Yeremia 9:23) Bacaan hari ini: Yeremia 9 Bacaan setahun: Yeremia 9-11
KEMEGAHAN YANG BENAR
Y
eremia 9 ini berisikan ratapan nabi Yeremia atas dosa Yehuda dan pemberitahuan hukuman yang akan mereka alami. Bangsa Yehuda salah meletakkan kemegahan mereka. Mereka berpikir, karena mereka adalah umat pilihan Allah, bait Allah ada di tengah-tengah mereka, maka mereka akan menjadi bangsa yang kuat dan kaya. Namun satu yang mereka lupakan, bait Allah ada ditengah-tengah mereka, tetapi Allah tidak ada di tengah-tengah mereka. Dosa dan kekejian yang dilakukan bangsa Yehuda sudah membuat Allah memalingkan muka-Nya dari mereka. Allah jijik kepada mereka, bahkan Allah berketetapan untuk menghukum mereka dalam pembuangan. Di sini Allah ingin mengajarkan mereka, bahwa kemegahan mereka jangan karena bait Allah, tapi karena Allah. Walaupun bait Allah ada, jika Allah tidak ada, maka bangsa Yehuda tetap menjadi bangsa yang lemah. Walalupun bait Allah tidak ada, jika Allah ada, maka bangsa Yehuda tetap menjadi bangsa yang kuat. Bangsa Yehuda menjadi kuat karena Allah, bukan karena adanya bait Allah. Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini? Di mana kita meletakkan kemegahan kita? Banyak manusia meletakkan kemegahan mereka pada kekayaan mereka, kepandaian mereka, kekuasaan mereka, dan berbagai hal lainnya yang bersifat materi. Yeremia mengingatkan, janganlah seorangpun bermegah karena hal-hal yang sementara itu. Jika manusia ingin bermegah, maka harusnya manusia bermegah karena mengenal Tuhan yang telah memberi mereka kekayaan, kepandaian dan kekuasaan. Demikian pula hidup kita sebagai orang Kristen, kiranya Tuhan sajalah yang menjadi sandaran dan harapan hidup kita. Karena itu, bangunlah relasi yang baik dengan Tuhan, bukan sekadar nampak beribadah, tetapi hidup jauh dari Tuhan. Hiduplah sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan, sebab di situlah letak kekuatan kita. Jika Tuhan ada di pihak kita, siapakah lawan kita? Marilah kita bermegah dalam Tuhan, bukan dalam kekuatan kita yang terbatas dan fana. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa mengandalkan kekuatan diri sendiri dipandang tidak baik di hadapan Allah? (2) Apa yang penting dalam hidup kita, aktivitas rohani atau hidup dekat dengan Dia? Berdoalah bagi para pemimpin rohani agar mereka dapat selalu rendah hati di hadapan Tuhan, sekalipun mereka telah mencapai pelayanan dengan sukses dan memuliakan Tuhan.
SELASA
27
“Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda …” OKTOBER 2015 (Yeremia 13:11)
Bacaan hari ini: Yeremia 13:1-11 Bacaan setahun: Yeremia 12-14
UMAT YANG MENOLAK BERKAT
Y
eremia tahu bahwa dia dipanggil Allah untuk menjadi penyampai berita penghukuman atas umat Allah, atas Yerusalem. Itu membuat dia bergumul berat di dalam batinnya. Di pasal sebelumnya dia bahkan mengajukan pertanyaan terhadap keadilan Allah; kalau umat-Nya dihukum, lalu mengapa orang fasik dibiarkan berjaya? Dia tahu, dia tidak bisa berbantah dengan Allah, tapi pikiran dan hati kecilnya sulit menerima. TUHAN tahu perasaan galau nabinya, dan Dia menyuruh Yeremia membeli sebuah sabuk terbuat dari kain lenan; ini bukanlah sabuk biasa buatan sendiri, tetapi adalah sabuk yang dibeli dengan harga mahal. Tapi ikat pinggang ini tidak dipakai lama, karena TUHAN segera menyuruh Yeremia membawanya ke tepi sungai Efrat dan menyembunyikannya di antara bebatuan di sana. Peragaan secara hidup ini bertujuan untuk memaparkan kepada Yeremia suatu gambaran yang nyata tentang kondisi kehidupan umat Allah. Israel adalah budak yang dibebaskan oleh Allah, ditebus oleh TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya. Seandainya mereka tetap terlekat dengan TUHAN, hal mana menggambarkan suatu relasi hidup yang dekat, yang intim, maka yang akan mereka alami adalah sepenuhnya berkat dan kebaikan. Di dalam Taurat Musa telah disampaikan pilihan hidup umat; berkat atau kutuk (Ul. 28). Taat berarti hidup di jalan berkat; tidak taat berarti hidup jauh dari jalan berkat. Ini adalah pilihan hidup mereka sendiri; mau mengingat kebaikan TUHAN yang tidak terhingga, yang mereka sudah alami selama ini, menyukuri semua itu dan terus menikmati berkat lewat ketaatan, atau memilih untuk menganggep remeh anugerah dan mengabaikan ketetapan Allah, dan dengan demikian mendatangkan kecelakaan atas diri sendiri. Allah dengan kasih-Nya menebus mereka, ingin menjadikan mereka umat ternama, terpuji dan terhormat. Yang tadinya budak, menjadi kerajaan imam. Yang tadinya hina, menjadi terhormat. Namun mereka menolak, dan lebih memilih kutuk daripada berkat. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan lakukan, jika umat-Nya tidak berlaku setia kepadaNya? (2) Bagaimana langkah yang harus kita ambil agar kita mengalami kebaikan-Nya? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menantikan pertolongan tangan Tuhan, agar mereka tetap setia dan tidak ragu akan kasih setia Tuhan dalam hidup mereka, sehingga mereka boleh melihat kekayaan berkat tangan-Nya.
RABU
28
OKTOBER 2015
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri …” (Yeremia 17:5)
Bacaan hari ini: Yeremia 17:5-8 Bacaan setahun: Yeremia 15-17
HUKUM YANG TIDAK PERNAH BERUBAH
L
ewat Musa, Allah telah menyatakan kepada umat-Nya satu patokan hidup yang sederhana dan mudah dipahami; kepada mereka telah diperhadapkan 2 macam pilihan, yaitu berkat atau kutuk (Ul. 28). Ini sama sekali bukan berarti bahwa Allah bersifat penuntut kepada manusia, dan ketika keinginan-Nya tidak dituruti maka Dia menjadi tersinggung dan marah. Tiba-tiba berubah dari Allah yang baik, yang memberkati manusia, menjadi Allah yang jahat, yang mengutuki manusia karena tidak mau taat. Tidak demikian! Tapi ini ialah logika yang sederhana dan mudah dipahami, yaitu bahwa Allah adalah sumber kebaikan dan berkat, hidup dekat dengan Dia berarti hidup dekat dengan sumber berkat. Sebaliknya, menjauhi Dia berarti menjauhi berkat dan mendekatkan diri kepada segala kecelakaan. Umat memilih untuk tidak taat dan hidup menuruti keinginan kedagingannya sendiri. Mereka telah membangkang dan mengkhianati Allah yang telah menebus mereka dan melimpahi mereka dengan berbagai kebajikan. Mereka menolak jalan Allah dan memilih jalan penderitaan. Di dalam kondisi hidup yang susah, Allah memperingatkan mereka: “Ambillah tempatmu di jalan-jalan dan lihatlah, tanyakanlah jalan-jalan yang dahulu kala, di manakah jalan yang baik, tempuhlah itu, dengan demikian jiwamu mendapat ketenangan. Tetapi mereka berkata: Kami tidak mau menempuhnya!” (Yer. 6:16) Dengan kekerasan hati mereka tetap menolak seruan TUHAN untuk kembali kepada-Nya. Maka sekarang, penghukuman akan ditimpakan kepada mereka dengan segera, tanpa mereka dapat menghindar lagi. Dan firman yang disampaikan ini menjadi hakim atas mereka. Hukum Allah tidak berubah, dan mereka tidak punya alasan untuk mengeluh atas semua penderitaan yang mereka sudah dan akan alami. Yang mengabaikan TUHAN dan menuruti kemauannya sendiri sudah menempatkan dirinya di jalan kutuk; sebaliknya orang yang dekat dengan TUHAN, mengandalkan Dia, hidup di jalan-Nya, berarti hidup di dalam kelimpahan berkat. Di jalan mana kita sedang berada sekarang? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita harus menundukkan diri dan taat pada kehendak Allah? (2) Apa keuntungan dari orang yang hidupnya mengikuti kehendak Tuhan? Berdoalah bagi setiap jemaat yang hidup di tengah-tengah tantangan usaha, agar mereka tetap mengerjakan usaha mereka dengan takut akan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya.
KAMIS
29
OKTOBER 2015
“Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.” (Yeremia 18:2)
Bacaan hari ini: Yeremia 18:1-6 Bacaan setahun: Yeremia 18-19
TANAH LIAT DI TANGAN SANG PENJUNAN
A
llah telah menyampaikan ketetapan-Nya bagi manusia hidup dalam berkat, tapi umat-Nya sendiri tidak mau menaatinya. Dari hati manusia yang terdalam, pencemaran dosa bekerja dan merusak kehidupan (Yer. 17:9), memunculkan kecenderungan untuk menolak Allah dan memilih jalan yang mendatangkan penderitaan. Kalau demikian kenyataannya, kalau umat Israel yang sudah pernah mengalami karya kuasa-Nya saja masih bisa gagal seperti itu, lalu masih adakah harapan bahwa manusia bisa berubah menjadi lebih baik? Yeremia bergumul menghadapi kenyataan seperti itu. Dia dipanggil untuk menyampaikan nubuat penghukuman, ini sama sekali bukan tugas yang menyenangkan baginya. Dia tidak menikmati menyampaikan berita seperti itu kepada saudara sebangsanya, tetapi dia juga tidak bisa melawan gerakan Allah dalam hatinya. Jika keadaan umat sudah sedemikian buruk, masihkah ada harapan melihat umat berubah? Jawabannya; ada! TUHAN menyuruh Yeremia pergi ke tempat tukang periuk untuk belajar sesuatu. Di tempat tukang periuk Yeremia melihat, bagaimana seonggok tanah liat yang tidak bernilai diubah menjadi bejana yang berguna. Tanah liat yang kotor itu diambil, kemudian dibentuk. Ada kalanya proses pembentukan itu mengalami hambatan, sehingga si tukang periuk akan mengulang proses tersebut. Dia tidak akan berusaha memperbaikinya secara tambal sulam. Tidak! Bejana yang rusak tersebut akan dihancurkan total menjadi seonggok tanah liat, dan dari titik itu dia akan mengulang kembali proses pembentukannya. Untuk membentuk kembali kehidupan umat yang sudah rusak, Allah akan bekerja seperti tukang periuk. Dia akan hancurkan untuk membentuk kembali. Akan ada rasa sakit saat ego manusia dihancurkan oleh kuasa kasih-Nya, akan ada pengalaman-pengalaman rohani menyakitkan, tetapi membawa orang kepada pertobatan sejati. Merupakan suatu anugerah jika Sang Penjunan tidak membuang tanah liat itu, tapi membentuknya kembali. Sudahkah kita mengalami dihancurkan dan dibentuk kembali oleh Allah? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Allah memurnikan umat-Nya, agar mereka berkenan di hadapan-Nya? (2) Kehidupan seperti apa yang Allah kehendaki dari umat-Nya? Berdoalah bagi jemaat yang sedang bergumul dengan dosa-dosa yang terus mengikat diri mereka, agar mereka berbalik kepada Tuhan, Juruselamat yang melepaskan belenggu dosa, sehingga mendapat kelegaan-Nya.
JUMAT
30
OKTOBER 2015
“Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk …” (Yeremia 20:7)
Bacaan hari ini: Yeremia 20:7-9 Bacaan setahun: Yeremia 20-21
DERITA SEORANG NABI
P
anggilan seorang nabi selalu berkaitan dengan kebutuhan konteks zaman tertentu, dan seringkali berkaitan dengan kondisi kehidupan umat yang sudah menyimpang dan membutuhkan tegoran. Sekadar menyampaikan tegoran atas dosa dan kesalahan lalu memberi nasihat, itu bukan tugas yang terlalu sulit. Namun menyampaikan kepada saudara sebangsa berita tentang penghukuman Allah, bukanlah suatu tugas yang disukai para nabi umumnya. Menegor keras dosa disertai penyampaian akan hukuman Allah membuat hati sang nabi sendiri merasa sakit. Terjadi konflik dan gejolak perasaan yang hebat dalam diri seorang nabi. Seorang nabi sejati tidak pernah merasa senang melihat kebobrokan hidup dan hukuman Allah yang menimpa. Begitu juga perasaan Yeremia; dia mengalami konflik perasaan. Dari satu sisi, dia tahu ini adalah panggilan Allah untuk diutus ke tengah umat dan berbicara dengan mereka, namun di sisi lainnya, Yeremia merasa begitu berat melakukan tugas tersebut. Dia merasa seperti dipaksa untuk melakukan tugas kenabiannya. Dia tidak suka menyampaikan apa yang Allah mau dia sampaikan. Apabila dia tidak bicara, maka ada dorongan kuat di dalam dirinya yang tidak dapat dia tahan, yang menyebabkan dia tetap harus mengatakannya. Itulah derita seorang nabi Allah. Nabi palsu cenderung menyampaikan apa yang disukai orang banyak (Yer. 23:16-17), dan menjadi populer, karena pemberitaannya yang menyejukkan dan menghibur. Dia menjadi seorang penghibur publik. Dia tidak mengenal istilah integritas, yang dia tahu hanya membuat diri disukai orang dan mengambil keuntungan darinya. Seorang nabi Allah sejati ialah orang yang otentik/asli, mementingkan integritas melebihi keuntungan pribadi. Dia tampil dan bicara apa adanya, bahkan saat dia mengutarakan pergumulan jiwanya kepada TUHAN. Dia berbicara karena dorongan Roh Allah, dan bukan untuk menyenangkan kelompok orang banyak. Orang seperti ini tidak pernah populer, tapi orang seperti inilah yang dibutuhkan di setiap zaman. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana perbedaan antara nabi Tuhan dan nabi palsu? (2) Apakah konsekuensi yang sering dialami seorang nabi yang menjaga integritas pada zamannya? Berdoa bagi setiap para pelayan Tuhan agar mereka tidak melayani karena ingin menyenangkan sekelompok orang tertentu, tetapi karena kebenaran dan kehendak Tuhan dalam hidupnya.
SABTU
31
OKTOBER 2015
“Aku tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat.” (Yeremia 23:21)
Bacaan hari ini: Yeremia 23:21 Bacaan setahun: Yeremia 22-23
NABI PROFESIONAL
B
elakangan ini banyak dipakai istilah-istilah asing yang diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia, seperti istilah “professional” dan “profesionalisme.” Jika profesionalisme lebih mengarah kepada sikap dan semangat keprofesian yang positif, maka istilah professional secara sederhana berarti; orang yang dibayar untuk pekerjaan tertentu. Ada petinju professional, petenis professional, pegolf professional, dan bidang lainnya. Seorang professional, adalah seorang bayaran. Di zaman Yeremia, ada banyak orang yang jika diukur dan dinilai dari standar profesi hari ini. Barangkali tidaklah berlebihan jika diberi sebutan professional. Di dalam konteks pembahasan Yeremia 23, yang dimaksudkan adalah “nabi-nabi professional.” Dari pernyataan Allah sendiri dipastikan bahwa mereka tidak pernah dipanggil dan diutus. Mereka bukan nabi Allah! Orang-orang seperti itu ada, bahkan jumlahnya cukup banyak. Orang-orang ini dengan tanpa rasa canggung menjalankan peran seorang nabi. Mereka mengajar orang banyak tentang Allah, tentang kebenaran, dan mereka bernubuat. Mereka tampil dengan jubah kenabian serta melakukan tugas-tugas yang dikenal orang banyak sebagai seorang nabi, dan merekapun giat melakukannya. Tetapi Allah menolak untuk mengakui mereka sebagai nabi utusan-Nya karena Dia benar-benar tidak pernah memanggil mereka menjadi nabi. Kalau begitu kenyataannya, berarti mereka bergiat atas inisiatif mereka sendiri. Jabatan dan tugas kenabian menjadi semacam pekerjaan yang mereka tekuni. Dari sisi ini, mereka bisa disebut sebagai “nabi professional,” nabi bayaran. Istilah lain yang lebih tajam dan tidak enak didengar adalah “nabi palsu.” Disebut nabi bayaran karena mereka giat bukan karena dipanggil Allah dan melayani-Nya. Mereka disebut nabi palsu karena dengan berani menyampaikan berita palsu, penghiburan palsu, pengajaran palsu, nubuat palsu. Menyesatkan orang banyak demi popularitas dan keuntungan diri sendiri. Jika dahulu ada nabi palsu, mungkinkah hari ini juga ada rohaniwan palsu? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana nabi-nabi palsu dapat dikenali? (2) Apa yang dapat kita terapkan dalam hal ini, terutama dalam konteks masa kini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak mudah hanyut dalam pengajaran yang merusak iman mereka kepada Tuhan Yesus. Doakan agar mereka dapat mengenali kebenaran dari kesesatan.
Catatan...
“Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya...” (Yeremia 9:23)