|
251
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 251 | MARET 2017
“Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus.” [Efesus 6:18]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 251: Alfred Jobeanto, Anggiat M. Pandiangan, Bambang Alim, Elok Chrisinar Hana Ovilordia, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth Jonatan D. Putra, Natanael Thamrin, Otniol H. Seba, Rohani Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL Apakah Engkau Rindu Bertumbuh?
T
anda dari kehidupan rohani yang sehat adalah kita bertumbuh. Namun pertumbuhan seperti apa dan bagaimana kita memahaminya? Gereja Willow Creek dalam studinya yang bernama REVEAL, membagi tingkat pertumbuhan rohani ke dalam 4 tingkatan, yaitu: Pertama, Sedang Mempelajari Kristus (Exploring Christ): adalah orang-orang yang hanya memiliki kepercayaan dasar mengenai Tuhan. Mereka belum yakin mengenai Kristus dan peran-Nya dalam kehidupan mereka. Kedua, Bertumbuh dalam Kristus (Growing in Christ): adalah orangorang yang sudah memiliki hubungan pribadi dengan Kristus. Mereka telah mengambil komitmen untuk mempercayakan diri kepada Kristus untuk keselamatan jiwa mereka, namun baru mulai belajar lebih jauh mengenai apa artinya mengenal Yesus dan melayani-Nya Ketiga, Dekat dengan Kristus (Close to Christ): orang-orang merasa dekat dengan Kristus, bergantung pada-Nya dan melayani-Nya, tetapi ada beberapa area dalam hidup mereka yang belum diserahkan sepenuhnya kepada-Nya Keempat, Berpusat kepada Kristus (Christ-Centered): adalah orangorang yang hidupnya berpusat pada Kristus, di mana tujuan hidup mereka adalah untuk menjadikan Yesus sebagai Tuhan dalam keseluruhan hidup dan apapun yang mereka lakukan. Di manakah posisi Anda sedang berada? Apakah Anda terus rindu bertumbuh? Marilah kita terus bertumbuh dalam iman dan pengenalan kita akan Tuhan dan semakin berkomitmen untuk hidup dan berkurban bagi Dia. Pakailah bahan saat teduh PERSPEKTIF untuk membantu Anda mengenal kehendak-Nya dan hidup di dalamnya. Amin.
01 RABU
MARET 2017
“Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku.” (Kejadian 29:32b)
Bacaan hari ini: Kejadian 29:31-35 Bacaan setahun: Bilangan 19-20, Lukas 16
TUHAN YANG PEDULI
K
ejadian 29:31-35 menjadi satu bagian penting yang menceritakan awal perkembangan kehidupan Yakub dan keluarganya. Bahkan tidak berlebihan dikatakan melalui kisah ini kita dapat mengetahui permulaan bangsa Israel. Diceritakan dengan jelas tentang pergumulan zaman itu, khususnya bagi Lea, istri Yakub, di mana pergumulan tentang anak menjadi hal yang penting dan tidak dapat diabaikan. Persoalan utama yang dihadapi Lea adalah, “mendapatkan perasaan cinta yang dalam dari sang suami, Yakub.” Pertanyaannya, bagaimana bisa mendapatkan rasa cinta yang dalam dari sang suaminya ini? Sementara, sang suami lebih mencintai Rahel (Kej. 29:30). Caranya, dengan memiliki anak, namun hal itu tidak mungkin terjadi, oleh karena Lea adalah perempuan mandul. Tentu ini menjadi pergumulan berat yang menyesakkan dada, yang terus dipendam oleh seorang Lea. Oleh karena anugerah dan kedaulatan-Nya, TUHAN membukakan kandungan Lea, sehingga ia mengandung dan melahirkan anak-anaknya. Satu pernyataan penting setelah kelahiran anaknya yang pertama adalah, “Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan kesengsaraanku” (29:32b). Kesengsaraan yang dimaksudkan di sini adalah tekanan batin berat yang bisa menyebabkan kegelisahan dan ketidak-nyamanan. Namun kesengsaraan ini tidak berlangsung lama, karena TUHAN yang beranugerah dan berdaulat membukakan kandungan Lea, sehingga ia melahirkan anak lakilaki bagi Yakub, yaitu: Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda. Belajar dari kisah ini, kita tentu tahu bahwa setiap manusia mempunyai pergumulan dan kesulitan sendiri di dalam hidup. Dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, setiap orang, baik laki-laki atau perempuan, anakanak atau orang dewasa, semua memiliki pergumulan yang dihadapi hari lepas hari. Namun sebagai orang percaya, kita harus yakin bahwa TUHAN itu peduli dan mempersiapkan jalan keluar bagi setiap kita. Pertanyaannya, apakah di masa-masa yang sulit dan penuh pergumulan itu, kita masih tetap percaya dan berharap kepada TUHAN? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah menolong Lea? (2) Pelajaran apa yang kita peroleh tentang Allah melalui peristiwa tersebut? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang menghadapi situasi yang sulit agar mereka tetap berada dalam jalan Tuhan dan mempercayai kedaulatanNya atas hidup mereka.
02 KAMIS
MARET 2017
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” (Ayub 42:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 30:1-24 Bacaan setahun: Bilangan 21-22, Lukas 17
TUHAN BERKARYA MELALUI PERGUMULAN HIDUP
K
isah yang ditulis dalam Kejadian 30:1-24 dimulai dengan kecemburuan Rahel yang melihat Lea telah melahirkan beberapa anak, sedangkan ia mandul (Kej. 29:31), meskipun ia dicintai oleh Yakub. Kecemburuan ini menyebabkan pertengkaran terjadi antara Rahel dengan Yakub seputar keinginan Rahel untuk mendapatkan anak. Tidak tertutup juga kemungkinan perseteruan seputar anak ini terjadi antara Rahel dengan Lea. Rahel kemudian menyerahkan Bilha kepada Yakub, sehingga melalui Bilha, Yakub mendapatkan 2 anak, yaitu: Dan serta Naftali; Lea juga menyerahkan budaknya Zilpa kepada Yakub dan Zilpa melahirkan 2 anak laki-laki bagi Yakub, yaitu: Gad dan Asyer. Kemudian perseteruan kembali terjadi seputar buah dudaim antara Lea dengan Rahel. Lea memberikan buah dudaim kepada Rahel dan Rahel mengijinkan Yakub akan bermalam di tempatnya (Kej. 30:15). Akhirnya Yakub mendapat anak dari Lea, yaitu: Isakhar, Zebulon dan Dina. Akhirnya TUHAN juga mengingat akan permohonan Rahel dan mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki yang diberi nama, Yusuf, yang berarti: TUHAN akan menambahkan lagi seorang anak laki-laki (Kej. 30:24). Sekilas, masalah ini hanya persoalan keluarga, yaitu kecemburuan dan seputar bagaimana mendapatkan anak. Namun jika kita perhatikan lebih dalam, kisah ini sebenarnya sedang menggambarkan bagaimana TUHAN berkarya melalui pergumulan manusia. TUHAN menjawab doa dan pergumulan yang dialami, baik Lea dan Rahel, untuk melahirkan anakanak Yakub yang nantinya berkembang menjadi 12 suku Israel. Di sini kita dapat melihat satu pelajaran penting bahwa TUHAN dapat memakai pergumulan dan persoalan yang dihadapi manusia untuk melengkapi karya-Nya atas hidup manusia. Kita tidak pernah tahu apa rencana TUHAN di dalam kehidupan kita masing-masing dengan mengizinkan persoalan yang kita hadapi. Namun satu hal yang harus kita imani bahwa TUHAN berkarya di dalam kehidupan kita untuk mencapai tujuan dan rencana-Nya yang indah di dalam kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Persoalan apa yang dihadapi antara Lea dan Rahel? (2) Bagaimana Tuhan menyikapi dan memberikan anugerah kepada mereka? Bersyukurlah kepada Tuhan karena kasih setia-Nya yang tidak berubah kepada kita, sekalipun kita seringkali berubah setia kepada-Nya. Berdoalah agar kita semakin mengenal kuasa-Nya.
03 JUMAT
MARET 2017
“Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari,… Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang,… anggaplah itu tercuri olehku.” (Kejadian 30:33)
Bacaan hari ini: Kejadian 30:25-43 Bacaan setahun: Bilangan 23-24, Lukas 18
KERJA KERAS DAN KERJA CERDAS
S
elama bekerja pada Laban, Tuhan memberkati pekerjaan Yakub sehingga ternak dan kekayaan Laban semakin banyak. Setelah Rahel melahirkan Yusuf, Yakub berniat kembali ke tanah asalnya. Namun tidak mungkin Yakub pulang dengan tangan kosong karena ia memiliki keluarga yang harus dipelihara. Maka ketika Laban bertanya apa upah yang harus ia berikan pada Yakub, Yakub meminta kambing domba yang berbintik-bintik dan berbelang-belang. Permintaan Yakub tersebut sangat tidak umum. Kambing domba yang berbintik-bintik dan berbelangbelang sangatlah jarang, namun Yakub meminta itu sebagai upahnya. Laban menyetujui permintaan Yakub karena ia berpikir bahwa kambing domba yang berbintik-bintik dan berbelang-belang, tidak banyak. Laban memisahkan kambing domba yang berbintik-bintik dan berbelangbelang dengan kambing domba yang lainnya karena ia kuatir Yakub akan menipunya. Namun Yakub tidak kehilangan akal. Ia berpikir bagaimana supaya kambing domba tersebut bisa melahirkan keturunan yang berbintik-bintik dan berbelang-belang. Kemudian Yakub meletakkan dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam, dan pohon berangan yang telah dikupas sehingga berbelang-belang, dekat tempat minum ternak tersebut. Yakub juga bersikap selektif, dia hanya memilih kambing domba yang kuat saja. Ketika kambing domba itu kawin dekat dahan-dahan itu maka mereka akan melahirkan anak yang berbintik-bintik dan berbelang-belang. Ternak dan kekayaan Yakub semakin bertambah banyak karena ia bukan hanya bekerja keras, namun juga bekerja secara cerdas. Yakub mempergunakan kecerdasan dan kemampuan yang diberikan Tuhan untuk mendapatkan kesuksesan. Dalam dunia ini, kita dipanggil bukan hanya menjadi orang Kristen yang tulus, tapi juga cerdik. Seperti perkataan Tuhan Yesus: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat. 10:16), Apakah dalam hidup ini kita sudah bekerja keras dan cerdas? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yakub mau meninggalkan Laban? (2) Apa yang dilakukan Yakub untuk mendapatkan ternak yang berbintik-bintik dan berbelang-belang? Berdoalah minta hikmat kepada Tuhan supaya kita bisa menyikapi segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita dengan tepat, sesuai dengan jalanNya, sehingga kita tetap berada dalam pimpinan-Nya.
04 SABTU
MARET 2017
“Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku.” (Kejadian 31:9)
Bacaan hari ini: Kejadian 31:1-21 Bacaan setahun: Bilangan 25-26, Lukas 19
PIMPINAN DAN PENYERTAAN TUHAN
D
alam dunia ini selalu ada persaingan, baik dalam prestasi, bisnis, juga politik. Tidak sedikit orang yang berusaha melakukan berbagai macam cara supaya saingannya gagal tapi dirinya sukses. Rasanya sangat tidak menyenangkan melihat saingannya sukses. Itu juga dirasakan oleh Laban. Ketika ia melihat bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Yakub berhasil, ia berusaha dengan berbagai cara untuk memanfaatkan Yakub sehingga keberhasilan Yakub dapat mendatangkan keuntungan baginya. Berkali-kali Laban berlaku curang dan menipu Yakub. Namun Tuhan tidak tinggal diam, Tuhan tetap menyertai dan melindungi Yakub. Dalam bagian ini tampak jelas, bahwa tindakan Yakub dalam pasal sebelumnya ketika meminta kambing yang berbintik-bintik dan berbelangbelang dari Laban, merupakan pimpinan Tuhan. Yakub bisa mendapatkan kambing domba yang berbintik-bintik dan berbelang-belang bukan karena kecurangannya, melainkan karena pimpinan Tuhan. Tuhan yang membuat pekerjaan Yakub menjadi berhasil. Ketika Laban melihat bahwa Yakub mendapatkan kesuksesan dan kekayaannya makin bertambah, Laban tidak senang. Dikatakan, sikap Laban kepada Yakub berubah. Mungkin Laban mulai merancangkan halhal yang tidak baik terhadap Yakub. Namun sekali lagi Tuhan menyatakan penyertaan-Nya kepada Yakub. Tuhan menyuruh Yakub bersiap kembali ke tanah asalnya. Maka Yakub beserta istri-istri dan anak-anaknya bersiap pulang ke negeri asal Yakub. Yakub tidak pulang dengan tangan hampa. Ia pulang dengan membawa kekayaan yang Tuhan karuniakan baginya. Penyertaan Tuhan dinyatakan dalam hidup Yakub, sekalipun mungkin tidak tampak pada awalnya. Pada tujuh tahun pertama, Yakub tidak mendapatkan apa-apa, pada tujuh tahun kedua, ia mendapatkan istri-istri dan anak-anak, pada enam tahun terakhir, ia mendapatkan banyak ternak, budak, dan kekayaan. Itu semua bisa Yakub dapatkan karena ia mau mendengarkan dan taat pada pimpinan Tuhan. Apakah dalam hidup kita sudah mendengarkan dan taat pada pimpinan Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Apa perbuatan curang yang dilakukan Laban pada Yakub? (2) Berapa lama total waktu Yakub bekerja pada Laban? Berdoalah minta Tuhan mengaruniakan hati yang peka dan mau taat kepada pimpinan Tuhan, sehingga kita dapat mengerjakan yang terbaik dan memuliakan Tuhan.
05 MINGGU
MARET 2017
“Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban: Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah kata pun.” (Kejadian 31:24)
Bacaan hari ini: Kejadian 31:22-42 Bacaan setahun: Bilangan 27-28, Lukas 20
PERLINDUNGAN DAN BERKAT TUHAN
P
ada hari ketiga setelah Yakub beserta seluruh keluarganya meninggalkan Laban, kabar perginya rombongan Yakub itu sampai ke telinga Laban. Rupanya benar perkiraan Yakub, Laban tidak akan membiarkan Yakub dan rombongannya pergi begitu saja. Segera Laban mengumpulkan orang-orangnya dan melakukan pengejaran terhadap rombongan Yakub. Rombongan Laban menempuh perjalanan sejauh tiga ratus mil sebelum akhirnya rombongannya dapat menyusul rombongan Yakub di pegunungan Gilead. Entah apa yang ada di pikiran Laban saat itu, sehingga ia begitu bernafsu untuk mengejar rombongan Yakub. Namun tampaknya Laban berniat melakukan hal yang tidak baik terhadap Yakub. Tuhan mengetahui apa yang ada di pikiran Laban, oleh karena itu firman Tuhan datang kepada Laban. Pada malam hari ketika Laban tidur, Allah menjumpainya dalam mimpi. Allah memperingatkan Laban agar jangan melakukan hal buruk terhadap Yakub. Tanpa sepengetahuan Yakub, Tuhan sekali lagi melindunginya. Yakub baru tahu bahwa Tuhan telah menjagainya dari perbuatan jahat Laban ketika Laban memberitahu dia (ay. 29). Sekali lagi Yakub menyadari penyertaan Tuhan yang begitu nyata dalam kehidupannya. Ia mengakui, Tuhanlah yang telah menuntun kehidupannya sampai saat itu. Segala kesuksesan yang dia dapatkan bukanlah hasil dari kerja kerasnya semata, tetapi berkat anugerah Tuhan. Jika bukan karena Tuhan, Yakub tidak akan bisa meninggalkan Laban dengan segala kekayaan yang dia miliki (ay. 42). Tuhan melindungi Yakub dari perbuatan jahat Laban. Tuhan menyertai Yakub sehingga di tengah segala kecurangan yang dilakukan Laban, Yakub tetap merasakan berkat Tuhan. Tuhan melindungi dan menyertai Yakub dalam kehidupannya. Perlindungan dan penyertaan yang sama juga Tuhan janjikan bagi kita, anak-anak-Nya. Di tengah segala keadaan dan jkondisi yang boleh kita alami dalam hidup ini, Tuhan juga berjanji untuk senantiasa melindungi dan menyertai kita. Karena itu, tetaplah setia dan lihatlah penyertaan-Nya dalam kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Berapa hari perjalanan yang harus Laban tempuh untuk bisa menyusul rombongan Yakub? (2) Apa yang Laban cari di antara barang-barang Yakub? Doakanlah saudara-saudara seiman yang berada di wilayah perang supaya tetap bisa merasakan perlindungan Tuhan. Tuhan menjagai mereka; damai sejahtera Tuhan kiranya turun menaungi mereka.
06 SENIN
MARET 2017
“TUHAN kiraNya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan.” (Kejadian 31:49)
Bacaan hari ini: Kejadian 31:43-55 Bacaan setahun: Bilangan 29-30, Lukas 21
SESUATU YANG BAIK DATANG DARI ALLAH
H
ubungan dengan keluarga dan kerabat dekat, apalagi yang tinggal serumah dengan diri kita, memang paling rawan. Kedekatan itu sewaktu-waktu dapat menimbulkan salah paham yang memicu keretakan hubungan. Keretakan inilah yang terjadi dalam hubungan di antara Yakub dan Laban. Telah sekian lama, Yakub menahan perasaannya yang terluka karena selama dua puluh tahun, ia bekerja di rumah Laban, telah sepuluh kali Laban, ayah mertuanya mengubah upah Yakub (Kej. 31:41). Sampai pada satu titik, Yakub memutuskan untuk pergi dari rumah Laban, dengan membawa istri, anak-anak serta semua ternak yang ia dapatkan dari rumah Laban (Kej. 31:20-21). Laban tidak tinggal diam. Ia beserta sanak saudaranya pergi mengejar Yakub dan akhirnya menjumpai Yakub di pegunungan Gilead (Kej. 31:23). Yakub yang terluka hatinya, dan juga Laban yang tersakiti oleh sikap Yakub akhirnya saling mengutarakan isi hatinya, satu dengan yang lain. Namun kedua pihak yang saling bertikai ini tidak menyelesaikan pertikaian mereka dengan kebencian dan kemarahan, justru sebaliknya, pada bagian yang kita baca menceritakan bahwa Yakub dan Laban mengikat suatu perjanjian di hadapan Allah yang mereka namakan Galed dan Mizpa, di mana TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan (Kej. 31:49). Mereka meminta TUHAN untuk menjaga perjanjian yang dibuat tersebut, sehingga masing-masing pihak tidak berbuat jahat seorang demi yang lain dan menjadikan TUHAN sebagai Hakim atas perkara mereka. Pada akhirnya, permasalahan Yakub dan Laban dapat terselesaikan dengan baik, ketika mereka menjadikan TUHAN sebagai hakim di antara mereka. Keesokan harinya, Alkitab mencatat bahwa Laban kembali ke tempat tinggalnya, meninggalkan anak-anak serta cucu-cucunya dengan memberkati mereka semua (Kej. 31:55). Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia (Amsal 16:7). Bagaimana dengan pengalaman Anda saat ini? STUDI PRIBADI: (1) Belajar dari Kisah Yakub dengan Laban, sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam menyelesaikan setiap pertikaian? (2) Bagaimana rasanya berdamai itu? Berdoa bagi orang-orang yang mungkin masih sulit Anda kasihi dan ampuni, kiranya Roh Kudus sendiri yang memampukan Anda untuk hidup berdamai seorang akan yang lain dengan kasih Allah.
07 SELASA
MARET 2017
“Sekali-kali aku tidak layak untuk menerima segala kasih dan kesetiaan yang Engkau tunjukkan kepada hamba-Mu ini.” (Kejadian 32:10a)
Bacaan hari ini: Kejadian 32:1-21 Bacaan setahun: Bilangan 31-32, Lukas 22
MENGATASI KETAKUTAN
S
etelah lolos dari Laban, Yakub diperhadapkan dengan masalah baru (Kejadian 32), yaitu Esau. Kali ini ia berhadapan dengan raksasa di masa lalu akibat kesalahan yang pernah ia lakukan, sebagaimana dicatat dalam Kejadian 27:1-41. Oleh karena itulah, ketakutan sangat menguasai hati Yakub, tidak ada ketenangan di dalam batinnya. Ketika mendengar para utusan kembali dan menyampaikan kabar, bahwa Esau bersama dengan empat ratus orang sedang di jalan hendak menemuinya (Kej. 32:6), ia merasa cemas sebab ia sadar bahwa pertahanan yang ia miliki tidaklah cukup kuat untuk melawan Esau dan pasukannya yang kuat dan besar itu. Ketika perasaan takut dan sesak ini menimpa Yakub, dan sadar bahwa dirinya tidak memiliki kesanggupan untuk melawan Esau dan pasukannya, maka Yakub datang dan mencari Allah. Alkitab mencatat, Yakub berdoa kepada Allah (Kej. 32:9-12). Inilah pertama kalinya, Yakub menyampaikan sebuah doa yang begitu mendalam kepada Allah, sebab Ia merasa sangat tidak berdaya dan sangat membutuhkan pertolongan Allah. Dalam doanya, ia terus mengingat bahwasanya Allah begitu baik bagi dirinya dan nenek moyangnya, Allah telah bertindak luar biasa dalam memelihara dirinya dan seluruh keluarganya. Yakub pun meminta penyertaan Allah di dalam doa tersebut, bahkan ia juga menyerahkan segala ketakutan yang ia alami. Setelah selesai menaikkan seluruh doanya, Yakub pun terus berusaha melakukan pendekatan untuk mengambil hati kakaknya itu. Ia kemudian mempersiapkan diri untuk memenangkan hati Esau, dengan cara memberikan persembahan yang begitu banyak dari miliknya sendiri (Kej. 32:13-21). Dari bacaan hari ini, marilah kita belajar untuk menyerahkan seluruh ketakutan kita kepada Allah. Jangan ragu untuk datang kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya. Sesuai janji Firman-Nya dalam Mazmur 34:5, bahwa, “aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.” STUDI PRIBADI: (1) Hal-hal apa saja yang biasanya membuat Anda menjadi takut? (2) Bagaimana cara Anda mengatasi ketakutan-ketakutan yang Anda miliki? Berdoalah agar Allah melepaskan kita dari segala ketakutan yang kita alami pada saat ini, sehingga damai sejahtera dan sukacita-Nya boleh kita alami sepanjang hari ini dalam hidup kita.
08 RABU
“Lalu kata orang itu: Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” (Kejadian 32:28) MARET 2017
Bacaan hari ini: Kejadian 32:22-32 Bacaan setahun: Bilangan 33-34, Lukas 23
PERGUMULAN DENGAN ALLAH
S
etiap kita pasti pernah mengalami pergumulan yang berat. Masalah tentang studi, relasi keluarga, ekonomi, bahkan pelayanan di gereja, dsbnya. Yakub dalam bagian ini menghadapi situasi terberat dalam hidupnya. Baru saja ia merasa lega karena bisa terlepas dari kejaran pamannya Laban, sekarang ia harus berhadapan dengan Esau, kakaknya yang menjadi musuh paling besarnya; karena sebelumnya Yakub memang menipu ayahnya, Ishak, dan mencuri berkat untuk Esau, maka tidak heran dalam pikiran manusia, bahwa Esau ingin menghabisi Yakub dan seluruh keluarganya untuk melampiaskan kebenciannya. Justru dalam keadaannya yang begitu tertekan, Tuhan datang kepada Yakub dalam bentuk manusia biasa. Dan Tuhan tidak memberikan solusi yang diinginkan oleh manusia, justru seolah-olah Tuhan menambah berat beban Yakub, karena manusia itu datang untuk mencari gara-gara dengan Yakub, yang pada saat itu sedang berpikir bagaimana bisa meloloskan diri. Semalam-malaman orang itu mengajak Yakub bergulat sampai fajar, di mana Yakub kehilangan seluruh kekuatannya, dan pangkal paha Yakub terluka, sehingga menjadi pincang. Di dalam keadaan demikian (double kekalahan), Yakub sadar satu hal, dia hanya manusia biasa, dia tidak mampu menang atas siapa pun juga, tidak atas Laban, tidak atas orang asing ini, tidak juga atas kakaknya Esau, segala caranya gagal dan salah. Yakub ada dan sebagaimana adanya, itu karena kemurahan Tuhan. Apabila dia bisa mendapat istri-istri dan anakanak atau pun kekayaan yang besar, itu bukan karena kehebatannya, itu semua karena kemurahan Allah belaka. Oleh sebab itu, Yakub bertulut di hadapan Malaikat Allah, dan memohon belas kasihan untuk dirinya, agar menolong dia melewati pergumulan yang paling berat di depan matanya. Berkat terbesar untuk Yakub adalah, Tuhan mengubah namanya, dari seorang penipu menjadi seorang Pejuang Allah (Israel). Tuhanlah yang sanggup mengubah pribadi manusia, dari lemah, egois menjadi kuat dan berkat di tangan Allah. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Yakub dalam menghadapi situasi hidupnya? (2) Apa yang bisa Anda terapkan dalam kehidupan Anda dari kisah Yakub ini? Berdoalah bagi setiap orang percaya agar mereka tidak membanggakan kekuatan mereka sendiri, melainkan mengandalkan Tuhan dan hidup benar di hadapan-Nya.
09 KAMIS
MARET 2017
“Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.” (Kejadian 33:4)
Bacaan hari ini: Kejadian 33:1-20 Bacaan setahun: Bilangan 35-36, Lukas 24
ALLAH BERKARYA MENDATANGKAN KEDAMAIAN
D
alam pasal sebelumnya dikatakan bahwa justru Esau tahu Yakub akan melewati wilayah kekuasaannya, maka Esau pun “langsung / buru-buru” membawa 400 orang menemui (menghadang) Yakub. Ini jelas Esau punya maksud buruk pada Yakub, dia pasti tidak datang untuk berdamai dengan Yakub, ada sesuatu yang Esau rencanakan dengan 400 orang pengikutnya. Namun, rencana Allah melampaui pikiran manusia. Sebelum Esau datang, Yakub terlebih dahulu melihat ada bala tentara malaikat Allah. Peristiwa serupa terjadi pada pasal 31; pada saat itu Laban membawa seluruh anak buahnya untuk mengejar Yakub (ps. 31:23), mau mengambil seluruh kekayaan Yakub, tapi pada malam sebelumnya Laban diperingatkan oleh Tuhan melalui mimpi (ps. 31:24; 29). Penulis percaya, bahwa bala tentara Allah sudah “melakukan sesuatu” kepada Esau, sebagaimana Malaikat Tuhan bergulat dengan Yakub, sehingga Esau pun sadar bagaimana ia harus bersikap kepada Yakub, sekalipun Alkitab tidak mencatatnya dengan jelas. Maka di akhir cerita kita melihat “happy ending” yang sangat mengharukan, dan juga perubahan sikap Esau kepada Yakub yang luar biasa lembutnya (ps. 33:4,5,8,9,12,15), tidak seperti sifat Esau yang asli, yang kasar. Yakub adalah orang pilihan Allah, apalagi namanya telah Tuhan ubah menjadi Israel, seperti dialami Abraham di Mesir dengan raja Filistin, Ishak dengan raja Abimelek, demikian juga Yakub mengalami pertolongan Tuhan yang luar biasa, tanpa ia sadari. Saudara-saudari sekalian, Amsal 16:7 menuliskan, “Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itupun didamaikanNya dengan dia.” Artinya, jika kita hidup benar di hadapan Tuhan, kita tidak perlu takut kepada manusia, sekuat apapun dia. Tuhan akan bertindak bagi kita, Tuhan bisa berkarya untuk memperdamaikan kita dengan musuh, atau Tuhan juga bisa memakai cara lain untuk menghadapi musuh kita, kita tidak perlu kuatir. Yang menjadi tanggung jawab kita adalah berdoa baginya, supaya dia bertobat dan mau percaya kepada Tuhan, sehingga kita dipakai untuk memuliakan nama Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Esau kepada Yakub? (2) Apakah berinisiatif untuk berdamai dengan “musuh-musuh” kita itu baik? Jelaskan alasannya! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam damai sejahtera antara yang satu dengan yang lain dan membagikan kedamaian itu kepada mereka yang belum mengenal Tuhan.
10 JUMAT
MARET 2017
“Ketika itu terlihatlah ia oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.” (Kejadian 34:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 34:1-31 Bacaan setahun: Ulangan 1-2, Yohanes 1
DOSA MENDATANGKAN BENCANA BESAR
D
emikianlah dosa yang dilakukan oleh Sikhem, anak Hemor, raja orang Hewi; melarikan dan memperkosa Dina, putri Yakub satusatunya. Memang sebagai pendatang, tidak seharusnya Dina yang masih muda belia, pergi berjalan-jalan untuk melihat orang-orang yang belum dikenal, karena itu sangat berbahaya. Namun perbuatan Sikhem terhadap Dina tetap tidak pantas. Sikhem bagaikan pepatah “menabur angin menuai badai.” Hawa nafsu dari Sikhem, telah membutakan mata hatinya. Adapun dampak dari dosa yang diperbuat oleh Sikhem: Pertama, semua laki-laki orang Hewi harus disunat (ay. 6-19). Perjanjian yang dilakukan antara keluarga Yakub dan Hemor pun akhirnya disetujui, yaitu menyunat semua laki-laki orang Hewi. Hal itu tidak dicurigai oleh Sikhem dan ayahnya. Mereka langsung mengiyakan syarat tersebut. Mereka langsung pergi dan menuju pintu gerbang, untuk mengutarakan syarat dari pihak keluarga Dina. Tugas Sikhem dan Hemor belum berakhir, mereka juga harus meyakinkan seluruh rakyat Sikhem. Segala bujukan mereka utarakan, bahkan akal bulus pun mereka gunakan, yaitu semua yang Yakub miliki, akan mereka miliki (ay. 20-24). Seluruh rakyat Sikhem langsung mengiyakan, mereka bersedia untuk disunat. Setelah disunat dalam waktu 3 hari (ay. 25), mereka semua menderita kesakitan. Kedua, semua laki-laki orang Hewi dibunuh dan hartanya dirampas (ay. 25-31). Setelah semua laki-laki disunat masal dan semua laki-laki orang Hewi sedang mengalami kesakitan, saudara Dina, yaitu Simeon dan Lewi, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki mereka secara keji (ay. 25b). Bisa kita lihat apa yang terjadi akibat dosa satu orang, bukan hanya kesakitan yang telah dirasakan sesudah disunat, namun bangsa Hewi juga menjadi korban kekejaman Simeon dan Lewi. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga menjarah semua harta mereka dan menawan anak serta perempuan orang Hewi (ay. 29). Karena itu, waspadalah, karena dosa selalu menghasilkan sesuatu yang tidak baik. STUDI PRIBADI: (1) Dosa apakah yang dilakukan oleh Sikhem? (2) Apakah yang terjadi akibat dosa yang dilakukan oleh Sikhem terhadap keluarga dan bangsanya? Berdoalah untuk diri kita secara pribadi dan juga untuk semua jemaat Tuhan, agar tetap hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan segera meninggalkan perbuatan dosa yang mendatangkan hukuman.
11 SABTU
MARET 2017
“Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak … dan raja-raja akan berasal dari padamu.” (Kejadian 35:11)
Bacaan hari ini: Kejadian 35:1-15 Bacaan setahun: Ulangan 3-4, Yohanes 2
PERTOBATAN MEMBAWA PEMULIHAN
S
etelah peristiwa yang terjadi antara keluarga Yakub dan keluarga Hemor (Kej. 34:1-31), Allah memerintahkan keluarga Yakub untuk pergi ke Betel agar mereka menjadi lebih taat dan hidup benar di hadapan Allah. Yakub menyadari bahwa Allah benci terhadap dosa yang telah dilakukan keluarganya sendiri; maka dengan tegas ia mengatakan, “Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu” (ay. 2). Transformasi hidup pun terjadi dalam keluarga Yakub, dampak yang terjadi adalah: Pertama, membuang segala berhala-berhala dan hanya menyembah Allah (ay. 2-5). Peran Yakub sebagai kepala rumah tangga sangat penting, yaitu mengajak seluruh anggota keluarganya hanya menyembah Allah yang benar dengan meninggalkan kebiasaan lama, untuk bertemu dengan TUHAN. Dia merasakan masih adanya pemberhalaan yang dilakukan oleh keluarganya dan semua orang yang tinggal bersamanya. Terbukti, mereka menyerahkan kepada Yakub semua dewa asing yang mereka punyai dan juga anting-anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar dekat Sikhem (ay. 4). Kedua, membangun mezbah Allah dan bersekutu dengan-Nya (ay. 610). Pertobatan yang dilakukan oleh keluarga Yakub juga dapat dilihat ketika mereka mendirikan mezbah bagi Tuhan di Betel. Membangun mezbah doa merupakan perintah dari Allah dan juga merupakan nazar Yakub, supaya keluarganya tetap membangun relasi dengan Tuhan dan hidup menyembah Tuhan saja. Ketika Yakub dan keluarganya mentahirkan diri mereka dan hidup sesuai dengan firman Tuhan, Tuhan mencurahkan berkat-Nya kepada Yakub, dengan menampakkan Diri-Nya. Tuhan juga mencurahkan berkat perlindungan, penyertaan, pemeliharaan dan pertolongan-Nya (ay. 11-15). Demikian halnya dengan kita, ketika kita bertobat dan kembali kepada Allah, serta meninggalkan semua dosa-dosa kita, maka Allah akan memberikan pemulihan dan berkat-berkat-Nya bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Dampak apakah yang terjadi ketika Yakub dan keluarganya bertobat? (2) Berkat apa yang Yakub dan keluarganya dapatkan ketika taat kepada firman Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar mereka tetap hidup kudus dan taat kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh melakukan firman-Nya, apapun kondisi mereka.
12
MINGGU
MARET 2017
“Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat.” (Kejadian 35:17)
Bacaan hari ini: Kejadian 35:16-22a Bacaan setahun: Ulangan 5-6, Yohanes 3
ALLAH TETAP SETIA
M
engikut Tuhan bukan berarti kita bebas dari masalah. Masalah merupakan bagian yang tidak bisa kita pisahkan dari kehidupan kita. Namun, orang yang percaya kepada Tuhan dan tetap membangun relasi dengan-Nya akan melihat masalah dari sisi yang berbeda, dan berjuang untuk mencari kehendak Tuhan dalam setiap masalah tersebut, sebab Tuhan tetap menyediakan berkat dalam setiap masalah. Masalah yang dihadapi oleh Yakub: Pertama, Rahel, istri Yakub, melahirkan putranya dengan kesakitan. Kesusahan yang luar biasa dialami Rahel pada saat proses persalinan. Ia mengalami kesakitan yang membuatnya sangat takut dan akhirnya memberikannya nama Ben-oni “putra kesusahanku” untuk bayi yang baru dilahirkannya itu (ay.18). Namun Yakub mengganti nama anak itu menjadi Benyamin, “putra yang beruntung” (ay. 18). Perubahan nama tersebut menunjukkan bahwa cara pandang Yakub dalam menghadapi masalah, berbeda dengan cara pandang istrinya. Kehadiran Benyamin dalam hidupnya merupakan suatu anugerah yang besar dari Allah, karena itu Yakub memberinya nama Benyamin, yang berarti “putra yang beruntung.” Kedua, Rahel istrinya, meninggal. Yakub bukan hanya menyaksikan kesakitan yang dialami oleh istrinya Rahel ketika melahirkan putra mereka. Yakub juga menyaksikan Rahel, istrinya itu, meninggal. Alkitab memang tidak mencatat bagaimana perasaan yang dialami Yakub. Tetapi setiap orang yang kehilangan orang yang dikasihi dan dicintai, dan terlebih lagi itu adalah istrinya sendiri, pasti Yakub mengalami kesedihan. Namun, sebagai hamba Allah, Yakub bisa menahan semua masalah yang dihadapi dengan penuh keyakinan, bahwa Allah tetap setia menyertai hidupnya. Rasul Yakobus berkata: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” (Yak. 1:12). Bagaimana dengan Anda hari ini? Marilah kita tidak putus asa dalam menghadapi masalah, sebab Tuhan Allah kita adalah setia! STUDI PRIBADI: (1) Ketika menjadi pengikut Tuhan, akankah kita bebas dari masalah? (2) Masalah apa saja yang Yakub hadapi dan bagaimana sikapnya dalam masalah tersebut? Berdoalah agar kita tetap setia kepada Tuhan, ketika mengalami masalah apapun, karena sesungguhnya ada berkat yang Tuhan sediakan bagi setiap kita yang kuat dan bertahan di dalam Tuhan.
13 SENIN
MARET 2017
“Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba – Itulah Hebron – tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing.” (Kejadian 35:27)
Bacaan hari ini: Kejadian 35:22b-29 Bacaan setahun: Ulangan 7-8, Yohanes 4
ANUGERAH DI TENGAH KONSEKUENSI
K
isah yang dicatat pada bagian ini merupakan bagian akhir dari kisah pelarian Yakub. Setelah Yakub membohongi Ishak, ayahnya, untuk mendapatkan berkat dan mengambil hak kesulungan Esau, Yakub harus melarikan diri jauh dari keluarganya, yakni ke Padan Aram (di Mesopotamia). Pelarian yang jauh ini tentu tidak mudah: terpisah jauh dari keluarga yang mengasihi dan dikasihinya, untuk waktu yang sangat lama (ada teori yang mengatakan selama 40 tahun Yakub di rumah Laban), ditipu oleh pamannya (Laban), harus bekerja keras untuk pamannya, takut untuk pulang karena selalu dibayangi kemarahan Esau yang ingin membunuhnya. Penderitaan yang berkepanjangan itu harus ditanggung Yakub sebagai konsekuensi dosanya. Namun Allah tetap beranugerah kepada Yakub. Berulangkali Allah menyatakan diri kepada Yakub, untuk menguatkan Yakub. Allah memberkati Yakub dengan ternak yang begitu banyak. Allah yang menyuruh Yakub untuk pulang ke keluarganya dan disertai janji bahwa Allah yang akan menyertai Yakub (Kejadian 31:3). Meski dengan perasaan takut, akhirnya Yakub mengadakan perjalanan panjang pulang ke Kanaan. Anugerah Allah kembali dinyatakan ketika Yakub bertemu dengan Esau. Tidak ada kemarahan sama sekali pada diri Esau. Yang ada adalah rekonsiliasi antara Esau dan Yakub. Dan di akhir perjalanan Yakub, sampailah Yakub di Mamre (Hebron). Anugerah Allah begitu besar kepada Yakub, karena Yakub masih diberi kesempatan bertemu dengan ayah yang ia kasihi sebelum Ishak meninggal. Kini Yakub kembali berkumpul dengan keluarganya dengan perasaan syukur dan sukacita. Ketika menerima konsekuensi dari Tuhan akibat dosa kita, mungkin kita merasa beban itu terlalu berat. Bahkan, mungkin kita merasa Tuhan tidak mengasihi kita. Namun sebenarnya Tuhan tetap mengasihi dan menolong kita agar kita kuat dan dapat menjalani konsekuensi tersebut. Tuhan pasti menyatakan anugerah demi anugerah kepada kita yang mau bertobat dengan sungguh-sungguh. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yakub mampu bertahan di masa pelariannya yang cukup panjang? (2) Bagaimana sikap kita ketika harus menerima konsekuensi atas dosa kita? Berdoalah agar setiap kita dapat menjalani setiap bagian hidup kita, baik yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan, dengan kekuatan dan anugerah Tuhan semata.
14 SELASA
MARET 2017
“Esau membawa isteri-isterinya, anak-anaknya lelaki dan perempuan dan semua orang yang ada di rumahnya, … lalu perhilah ia ke negeri yang lain dan ia meninggalkan Yakub, adiknya itu.” (Kejadian 36:6)
Bacaan hari ini: Kejadian 36:1-43 Bacaan setahun: Ulangan 9-10, Yohanes 5
ESAU DAN KETURUNANNYA
K
etika kita membaca Kejadian 36 ini, mungkin kita hanya mendapati silsilah dari Esau dan keturunannya. Mengapa silsilah ini penting untuk dicatatkan di Alkitab? Beberapa hal yang dapat menjadikan silsilah ini penting untuk ditulis: (1). Supaya bangsa Israel (keturunan Yakub) tahu siapa keturunan Esau dan tidak menyerang mereka atau mengambil wilayah mereka (Ulangan 2:4-5; Ulangan 23:7). Bangsa Israel dan bangsa Edom adalah saudara, jadi janganlah mereka saling berperang. (2). Supaya diketahui bahwa Mesias tidak diturunkan dari keturunan Esau, melainkan dari keturunan Yakub. Setelah bagian ini tidak dicatat lagi tentang Esau dan keturunannya, namun 13 pasal berikutnya, pada kitab Kejadian dikisahkan secara detail tentang Yakub (Israel) dan keturunannya. Dan kemudian mulai kitab Keluaran mulai dikisahkanlah bangsa Israel. (3). Untuk menunjukkan pemeliharaan Tuhan atas Yakub, orang yang dipilih-Nya. Memang dalam ay. 6-7 dikemukakan alasan Esau pindah ke pegunungan Seir, yaitu karena harta milik Esau dan keturunannya sangat banyak sehingga tidak cukup tempat jika mereka tetap tinggal di Mamre, Hebron bersama Yakub dan keturunannya. Namun di balik keadaan itu, kita percaya Tuhanlah yang bekerja supaya Esau dan keturunannya pindah dan tanah Kanaan menjadi milik Yakub, sesuai dengan rencana dan janji Allah. (4). Karena Esau seringkali memandang rendah hal-hal rohani (Kej. 25:34; 26:34-35; 36:2), maka keturunannya (bangsa Edom) juga menjadi bangsa yang fasik dan mendapatkan murka Allah (Obaja 1:1-4). Meskipun secara materi Esau berkelimpahan, namun sayang, Esau tidak memperhatikan apa yang menjadi kehendak Allah, dan ini tentu berdampak dalam cara hidup keturunannya. Bagaimana dengan kita? Keturunan seperti apa yang kita harapkan? Ingatlah bahwa kehidupan kita memiliki dampak bagi keturunan kita. Jika kita mengharapkan mereka adalah orang yang hidup dalam kebenaran Tuhan, maka jadilah teladan bagi mereka, ajarkanlah mereka kebenaran itu terus-menerus (Ul. 6:4-9). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Esau tidak memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan kehendak Tuhan? (2) Apa yang sudah kita lakukan untuk keturunan kita? Berdoalah agar setiap anak Tuhan sungguh-sungguh bisa memperhatikan, mengutamakan dan mentaati kehendak Tuhan dalam setiap langkah kehidupannya.
15 RABU
MARET 2017
“… Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas bintang sujud menyembah kepadaku.” (Kejadian 37:9)
Bacaan hari ini: Kejadian 37:1-11 Bacaan setahun: Ulangan 11-12, Yohanes 6
PROSES YANG ISTIMEWA
K
isah Yusuf ini menjadi kisah yang sangat istimewa. Kisah mengenai bagaimana Allah memakai Yusuf dalam rencana-Nya, namun bersamaan dengan itu juga Allah mengasah karakternya. Siapakah Yusuf? Yusuf adalah anak laki-laki ke-11 yang dilahirkan oleh Rahel (Kej. 30:23-24). Ia bekerja sebagai gembala kambing domba (Kej. 37: 2). Ia juga adalah seorang ahli mimpi (Kej. 37:5-11). Allah menyampaikan rencanaNya dalam kehidupan Yusuf melalui mimpi. Dalam mimpi pertamanya, Yusuf dan keluarganya sedang mengikat berkas gandum dan kemudian bangkitlah berkas gandum Yusuf, sedang berkas gandum lain mengelilingi dan sujud menyembah pada berkas Yusuf. Sedangkan dalam mimpinya yang kedua, matahari, bulan dan 11 bintang sujud menyembahnya. Kedua mimpi tersebut mengisyaratkan bahwa kelak Yusuf akan diangkat sebagai seorang pemimpin besar. Namun, sesudah menerima mimpi tersebut, justru Yusuf mengalami banyak masalah dalam kehidupannya akibat sikap iri kakak-kakaknya. Allah memakai masalah itu justru untuk membentuk karakter Yusuf. Ada sebuah kisah ilustrasi mengenai seorang anak laki-laki yang sedang membuat sebuah perahu mainan. Dengan penuh kegembiraan dia membawanya ke danau. Tetapi karena terbawa air, perahu itu menjauh darinya sehingga tidak terjangkau oleh tangannya. Kemudian dia meminta tolong kepada seorang anak laki-laki yang lebih besar. Anak besar itu mengambil beberapa kerikil dan mulai melempari perahunya dengan batu itu. Anak kecil itu menyangka anak besar itu ingin merusak mainannya. Tetapi ketika ia perhatikan, ternyata batu-batu itu tidak dilemparkan ke perahunya, tetapi melampauinya. Setiap kali batu itu memukul air, timbul ombak kecil yang mendorong perahu itu ke tepi danau. Setiap lemparan batu itu direncanakan, dan pada akhirnya perahu kecil itu berada dalam jangkuannya untuk diraih kembali. Demikian dengan kita; seringkali Tuhan memakai kesulitan untuk membentuk karakter kita menjadi lebih dewasa. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana respons Yusuf terhadap mimpi yang Tuhan berikan? (2) Mengapa Allah mengizinkan banyak kesulitan menimpa Yusuf? Berdoalah kepada Tuhan agar Ia memberikan hikmat kepada setiap kita untuk semakin tumbuh dewasa dalam menyikapi setiap persoalan hidup yang diizinkan Tuhan terjadi dalam hidup Anda.
16 KAMIS
MARET 2017
“Kata mereka seorang kepada yang lain: Lihat, tukang mimpi kita itu datang! Sekarang, marilah kita bunuh dia … Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!” (Kejadian 37:19-20)
Bacaan hari ini: Kejadian 37:12-36 Bacaan setahun: Ulangan 13-14, Yohanes 7
CARA PANDANG YANG TIDAK BIASA
P
ada satu sesi dalam sebuah konferensi gereja tahun1870, seorang rektor sekolah teologi tempat mereka mengadakan konferensi, berbicara di depan peserta. Dia mengatakan bahwa mereka hidup di suatu waktu yang memungkinkan adanya penemuan-penemuan baru. Ia percaya bahwa suatu waktu nanti, orang akan bisa terbang seperti burung. Bishop Wright, ketua konferensi tersebut tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Dia bahkan mengatakan bahwa terbang hanya dikhususkan bagi malaikat, bukan untuk manusia. Ketika bishop tersebut pulang ke rumah, dia memberitahukan kedua anaknya mengenai apa yang dikatakan rektor sekolah teologia itu dan menganggapnya menggelikan. Namun, kedua anaknya, Wilbur dan Orville, memiliki perspektif yang berbeda dari ayahnya. Dan kita tahu kisah selanjutnya adalah Wright bersudara, Wilbur Wright dan Orville Wright, menciptakan pesawat terbang pertama. Cara pandang kita terhadap sesuatu sangat mempengaruhi kemampuan kita mengatasi keadaan. Kebencian kakak-kakak Yusuf bukanlah kebencian yang biasa-biasa kepada Yusuf. Cara pandang mereka yang hanya berfokus pada diri sendiri membuat mereka mengambil keputusan yang salah, yaitu membuang Yusuf ke dalam sumur, dan kemudian menjualnya kepada orang Midian seharga 20 keping perak, dst. Tindakan kakak-kakak Yusuf ini bertolak belakang dengan sikap Yusuf ketika ia diminta ayahnya mencari mereka saat sedang menggembalakan kambing domba ke Sikhem. Berdasarkan data Alkitab, jarak antara Hebron dengan Sikhem apabila ditarik garis lurus adalah sekitar ±100 km. Daerah tanah Kanaan terkenal dengan daerahnya yang berbukit-bukit terjal dan banyak binatang buas. Pada waktu Yusuf tiba di Sikhem, ia tidak menemui mereka. Namun, ia tetap berusaha untuk mencari mereka dan akhirnya ia menemui mereka di Dotan. Hal ini berarti ia harus menempuh jarak 20 km lagi, namun ia taat (Kej. 37:12-17). Bagaimana dengan kita? Bagaimana cara pandang kita menghadapi masalah? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sikap saudara-saudara Yusuf terhadap dirinya? (2) Bagaimana sikap Yusuf ketika ia berusaha mencari saudara-saudaranya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki perspektif yang benar dalam merespons setiap masalah yang mereka sedang hadapi, sehingga keputusan yang diambil memuliakan nama Tuhan.
17 JUMAT
MARET 2017
“Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia.” (Kejadian 38:7)
Bacaan hari ini: Kejadian 38:1-30 Bacaan setahun: Ulangan 15-16, Yohanes 8
TIDAK TAAT, KACAU BALAU
B
etapa kacau hidup moral Yehuda dan keluarganya; bahkan, dalam keluarga Yakub ada empat anak yang melakukan dosa: dosa zina (Ruben, Yehuda), dan pembunuhan (Simeon, Lewi). Namun, kita takjub melihat Allah bekerja mendatangkan keselamatan melalui riwayat dosa separah ini. Yehuda tak peduli tradisi keluarga pilihan yang seharusnya terhormat dan seharusnya hidup sesuai dengan perintah Allah. Kakek dan ayahnya kawin melalui proses perjodohan dan prinsip kekerabatan, tetapi Yehuda keluar jalur. Ia bergaul dengan kalangan luar, kaum Adulam (kaum yang tinggal di Kanaan). Ketika “melihat” Syua (ay. 2), ia tertarik dan kemudian menikahinya sehingga mendapatkan tiga anak, yaitu Er, Onan, dan Syela. Seperti perkawinannya yang dini dan tanpa prinsip, Yehuda mempraktekkan hal yang sama kepada Er, anak pertamanya. Diambilnya Tamar, orang Kanaan. Tanpa penjelasan, dikatakan bahwa Er jahat di mata Tuhan hingga Tuhan “membunuh dia” (ay. 7). Dalam tradisi Ibrani, adik almarhum harus memperistri janda kakaknya untuk mendapat keturunan atas nama almarhum. Namun Onan melakukan persetubuhan tidak sesuai aturan dan jahat di mata Tuhan, hingga ia dibunuh Tuhan (ay. 10). Dimulai dengan ketidaktaatan, dijalani dengan ketidaktaatan, diakhiri juga dengan mengenaskan. Itulah gambaran untuk keluarga Yehuda. Maka terjadilah aib. Tamar mungkin sadar bahwa Yehuda tidak akan memberikan Syela, maka ia pergi dan berubah menjadi pelacur. Singkat cerita, tanpa sadar Yehuda bersetubuh dengan Tamar, dan hamil. Yehuda menyuruh orang supaya Tamar, menantunya itu, dibakar, sebab secara status, ia seharusnya istri Syela. Ketika benda-benda jaminan Yehuda diperlihatkan, ia mengakui bahwa ia lah yang salah menahan Syela, dan juga membuahi Tamar. Maka ia bersedia bertanggungjawab. Keinsyafan diperlihatkan dengan tidak melanjutkan hubungan itu (ay. 26). Bersyukur, Yehuda menyadari kesalahannya tersebut. Dari kisah ini, marilah kita taat kepada perintah Tuhan. Jauhilah hawa nafsu dan kejarlah kekudusan! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kekacauan dalam keluarga seringkali terjadi dan tidak bisa teratasi? (2) Bagaimana caranya menjaga hidup taat kepada Tuhan? Bedoalah bagi anak-anak muda agar mereka tidak membawa diri ke dalam pergaulan bebas dan melanggar norma-norma keimanan mereka. Doakan agar mereka takut akan Tuhan.
18 SABTU
MARET 2017
“Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.” (Kejadian 39:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 39:1-23 Bacaan setahun: Ulangan 17-18, Yohanes 9
PAHIT DAN MANIS
D
alam perjalanan hidupnya, Yusuf diizinkan Tuhan untuk mengalami berbagai pengalaman pahit, pengalaman yang secara manusiawi tidak menyenangkan atau tidak disukai. Pengalaman seperti apa? Pengalaman ditolak oleh saudara sendiri (ay. 2), pengalaman tidak disapa dengan ramah oleh saudara sendiri (ay. 4), pengalaman dianggap sebagai pembual (9-10), pengalaman dijual kepada pedagang Midian-orang Ismail, pengalaman menjadi narapidana (ay. 20). Sepintas, kita akan berkomentar bahwa Yusuf adalah orang yang telah ditinggalkan oleh Tuhan. Mengapa? Karena terlalu banyak pengalaman pahitnya tidak dibela Tuhan. Benarkah demikian? Bagaimana pengalaman pahit dapat berubah menjadi sebuah perjalanan iman yang berharga. Marilah kita belajar dari Yusuf. Pertama, penyertaan Tuhan adalah segala-galanya (ay. 2 dan 21). Perhatikan ayat Firman Tuhan ini. Ada hubungan yang sangat erat antara keberhasilan dalam pekerjaan dengan penyertaan Tuhan. Itulah keberhasilan yang sejati. Ada orang yang berkata: “Usaha ini berhasil karena management yang saya terapkan sangat baik.” Atau, mungkin yang lain berkata: “Usaha ini berhasil karena gaya kepemimpinanku yang sangat berwibawa, sehingga tidak ada karyawan yang berani macam-macam.” Firman Tuhan berkata: “Keberhasilan datang karena penyertaan Tuhan.” Jika Tuhan tidak menyertai usahamu, mungkin sudah lama gagal, sudah lama bangkrut. Jika usahamu boleh berhasil, ingat itu semata-mata karena penyertaan Tuhan. Jika engkau tidak di PHK, ingat baik-baik, itu semua karena anugerah Tuhan. Kedua, keberhasilan tanpa integritas akan mudah hancur (ay. 7 dan 8). Integritas adalah menyatunya kata dan perbuatan, atau menyatunya iman di dalam tindakan nyata. Keberhasilan merupakan anugerah Allah. Tetapi, pada tingkat tertentu, keberhasilan menjadi jerat yang membuat dia lupa diri. Karena itu, keberhasilan yang sejati harus disertai dengan integritas yang teruji. Alkitab memberitahukan kita, bahwa Yusuf diuji integitasnya dalam hal wanita. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Yusuf berhasil dalam menjalani hari-harinya? (2) Apa yang membuat Yusuf kuat melawan godaan-godaan yang datang kepadanya? Berdoalah bagi pengusaha muda Kristen, agar mereka selalu bergantung kepada pimpinan Tuhan dan memiliki integritas yang baik dalam pekerjaan yang mereka kerjakan.
19
MINGGU
MARET 2017
“Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.” (Kejadian 40:23)
Bacaan hari ini: Kejadian 40:1-23 Bacaan setahun: Ulangan 19-20, Yohanes 10
JANGAN LUPA KEBAIKAN ORANG
D
alam budaya Jepang dikenal istilah “ongageshi,” yang artinya balas budi. Orang Jepang merasa berutang budi atas segala kebaikan yang diterimanya. Apabila ada orang Jepang yang sakit, umumnya mereka tidak mau ditengok. Alasannya, ada kewajiban moral bagi si sakit atau keluarganya, membalas kunjungan itu. Konon, di beberapa daerah ada aturan yang menentukan berapa persen yang harus dikembalikan oleh keluarga jika ada yang datang melawat kepada orang yang meninggal dan memberikan uang duka. Ini adalah salah satu cara membalas kebaikan dengan cara unik. Tidak demikian dengan juru minum Firaun. Juru minum berjanji akan membalas budi baik Yusuf yang menafsirkan mimpinya saat di penjara. Ia dilepaskan dari penjara dan mendapatkan pekerjaannya lagi sebagai pelayan raja. Wajarlah bila Yusuf berharap orang itu akan mengingat dan membantunya setelah dibebaskan dari penjara (ay. 14). “Mungkin dengan cara inilah Tuhan akan membebaskanku dari semua penderitaan ini,” pikir Yusuf. Tapi, janji tinggal janji, juru minum itu ternyata melupakannya. Wajar jika Yusuf kecewa! Wajar jika Yusuf marah! Namun, Yusuf tidak berfokus kepada kekecewaannya sehingga dia bisa terus menjalani kehidupannya bersama Tuhan. Ia tahu bahwa Tuhan adalah hakim yang benar, yang berhak menentukan mana yang baik dan benar. Meskipun juru minuman melupakan Yusuf, Tuhan tidak akan pernah melupakannya. Yusuf senantiasa berharap dan bersandar kepada Tuhan sehingga akhirnya pun ia dibebaskan dan menjadi penguasa Mesir. Bisa jadi Tuhanlah yang membuat juru minuman itu melupakan Yusuf. Mengapa? Supaya Yusuf belajar hanya berharap kepada Tuhan. Ketika kita menolong, Tuhan menghendaki agar kita melakukannya dengan tulus, bukan berharap balas budi. Saat kita dirundung masalah, pengharapan kita tetap pada Tuhan, bukan pada orang yang pernah kita tolong. Bagaimana dengan Anda? Jangan lupakan kebaikan orang lain, dan tetap bersandar pada Tuhan dalam keadaan apapun. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa juru minuman tersebut melupakan Yusuf? (2) Bagaimanakah seharusnya prinsip kita dalam menolong seseorang? Berdoalah bagi kerukunan umat Tuhan, sehingga mereka dapat hidup saling mengasihi, menolong dan menguatkan, sebagai wujud dari kehidupan baru di dalam Kristus.
20
SENIN
MARET 2017
“Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorang pun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.” (Kejadian 41:8)
Bacaan hari ini: Kejadian 41:1-36 Bacaan setahun: Ulangan 21-22, Yohanes 11
KEGELISAHAN FIRAUN
K
egelisahan Firaun itu bermula saat ia bermimpi dua kali. Pertama, ia bermimpi tentang tujuh ekor lembu kurus yang memakan tujuh ekor lembu tambun. Kedua, ia bermimpi tentang tujuh bulir gandum yang kurus menelan ketujuh bulir gandum yang berisi (ay. 1-7). Mimpi tersebut membuat Firaun sangat gelisah, karena ia tahu mimpi itu ada artinya, tapi ia tidak tahu apa arti mimpinya itu. Itulah sebabnya ia menyuruh memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir, yakni semua ahli dan orang cerdik untuk menafsirkan mimpinya, namun tak seorangpun dapat menafsirkan mimpinya (ay. 8). Dalam kegelisahan Firaun, teringatlah kepala juru minuman raja pada Yusuf yang sedang berada di dalam penjara; pada waktu lalu, Yusuf pernah menafsirkan akan mimpinya dan ternyata artinya pun benar adanya (ay. 913). Lalu dengan segera kepala juru minuman raja memperkenalkan Yusuf kepada Firaun. Kemudian Firaun pun menyuruh Yusuf menghadapnya dan meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpinya. Kemudian Yusuf pun menghadap Firaun dan dengan rendah hati, Yusuf menjelaskan kepada Firaun akan arti mimpi tersebut sesuai dengan hikmat yang diberikan Allah kepadanya (ay. 25-32). Allah memperlihatkan ketetapan-Nya yang hendak dilakukan-Nya atas Mesir. Mesir akan mengalami tujuh tahun masa kelimpahan namun setelah itu akan mengalami masa kekeringan. Untuk mengantisipasi hal itu, Firaun harus memilih orang yang bijaksana dan tepat untuk menjadi penguasa atas Mesir, yang dapat mengatur orang-orang untuk mengumpulkan bahan makanan untuk tujuh tahun kekeringan berikutnya, agar Mesir tidak binasa karena kelaparan (ay. 33-36). Demikianlah akhirnya kegelisahan hati Firaun sirna. Hatinya menjadi tenang kembali karena Yusuf dapat menjelaskan arti mimpinya. Jika Firaun mengalami kegelisahan karena tidak mengerti arti mimpinya, bagaimana dengan Anda pada saat tidak mengerti isi Kitab Suci, adakah kegelisahan di dalam hati Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Firaun menjadi tenang? (2) Apakah Anda merasa gelisah saat tidak memahami isi kitab Suci yang sedang Anda baca atau dengar? Mengapa? Berdoalah agar kita sebagai anak-anak Tuhan mempunyai hasrat yang tinggi untuk membaca dan memahami apa yang Allah nyatakan melalui kitab Suci yang kita baca atau dengar.
21
SELASA
MARET 2017
“Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” (Kejadian 41:51)
Bacaan hari ini: Kejadian 41:37-57 Bacaan setahun: Ulangan 23-24, Yohanes 12
ARTI SEBUAH NAMA
A
da sebagian orang mengatakan, apalah arti sebuah nama. Mungkin bagi sebagian orang, nama itu biasa-biasa saja dan hanya sebagai identitas dan panggilan biasa bagi seseorang atau sesuatu. Namun, tidaklah demikian halnya bagi sebagian orang, mereka menyatakan bahwa nama bukanlah sekedar identitas dan panggilan semata, tetapi mempunyai makna yang sangat mendalam. Dalam bacaan Alkitab ini, kita mendapatkan bahwa Yusuf memberikan nama kepada anak-anaknya. Yusuf tidak menamai anak-anaknya hanya sebagai sebuah identitas dan panggilan semata. Tetapi mempunyai makna yang sangat mendalam dan bersejarah sekali dalam pengalaman hidupnya bersama dengan Tuhan. Itulah sebabnya Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku” (ay. 51). Nama itu diberikan Yusuf kepada anak sulungnya untuk mengingatkannya akan karya Allah di dalam kehidupannya. Di mana pemeliharaan Allah mampu mengalahkan semua penderitaan yang dialaminya akibat perilaku buruk saudara-saudaranya terhadap dirinya dan juga mengalahkan semua kekayaan dan kehormatan yang diharapkannya dari sang ayah, bersama hak kesulungannya. Pakaian yang sekarang ia kenakan telah membuatnya lupa akan jubah warna-warni yang dulu dikenakannya di rumah ayahnya. Begitu juga dengan anak kedua. Yusuf memberikan nama kepada anaknya itu, Efraim. Sebab katanya: “Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku” (ayat 52). Sekali lagi kita mendapatkan betapa eratnya kaitan arti nama anaknya itu dengan pengalaman hidupnya bersama Allah sepanjang hidupnya. Allah telah memberikan kepadanya penghiburan di dalam negeri kesengsaraannya dengan memberikannya anak. Demikianlah Yusuf menamai semua anaknya itu untuk mengingatkan akan siapa dirinya dan apa yang dialaminya ketika berjalan bersama Allah sepanjang hidupnya. Bagaimana dengan Anda? Apa yang membuat Anda selalu ingat kasih setia Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Apakah arti nama Anda? (2) Apakah nama bagi memiliki makna yang mendalam yang mengingatkan tentang karya Allah? Berdoalah agar kita sebagai anak-anak Tuhan selalu mengingat akan karya Allah di dalam kehidupan ini, sehingga kita tidak melupakan kebaikan-Nya, hari demi hari senantiasa bersyukur.
22
RABU
MARET 2017
“Lalu teringatlah Yusuf akan mimpi-mimpinya tentang mereka …” (Kejadian 42:9)
Bacaan hari ini: Kejadian 42:1-17 Bacaan setahun: Ulangan 25-26, Yohanes 13
SAAT MIMPI MENJADI KENYATAAN
Y
usuf dikenal dalam kaitannya dengan “mimpi,” baik yang dialaminya sendiri, maupun penafsirannya terhadap mimpi orang lain. Di masa mudanya, Yusuf menceritakan dua mimpi kepada keluarganya dan hal ini diingat-ingat oleh Yakub, ayahnya, sekalipun ia menyimpannya di dalam hatinya (Kej. 37:11). Mimpi pertama diceritakan kepada saudara-saudaranya (Kej. 37:5), sebagai berikut: “Coba dengarkan mimpi yang kumimpikan ini: Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu.” Yusuf menunjukkan ketidakdewasaan ketika menceritakan mimpi ini kepada kakak-kakaknya. Maksud mimpi itu ialah memberikan pernyataan tentang masa depan yang sulit, dan bukan memberinya kesempatan untuk meninggikan diri atas saudara-saudaranya. Allah mungkin memilih Yusuf dengan tugas untuk melindungi keluarga Yakub di Mesir, karena standarstandar moral dan pengabdiannya kepada Allah dan hukum-hukum-Nya jelas lebih tinggi dari saudara-saudaranya. Setelah mendengar mimpinya itu, dicatat: saudara-saudaranya “lebih benci lagi kepadanya,” setelah sebelumnya juga tidak senang karena Yakub memberi Yusuf jubah yang mahaindah (Kej. 37:30; Kej. 37:8). Pada saat mimpi-mimpinya menjadi kenyataan; dan ketika ia melihat saudara-saudaranya sujud menyembahnya sesuai dengan apa yang ada di dalam mimpi-mimpinya itu, Yusuf tidak menjadi angkuh dan berlaku jahat terhadap saudara-saudaranya. Ia menyadari bahwa itu semua bukan untuk memberinya kesempatan meninggikan diri atas saudara-saudaranya. Justru itu semua menyadarkan dia akan pemilihan Allah atas dirinya yang bertugas untuk melindungi dan memelihara seluruh keluarga Yakub, ayahnya. Demikianlah Yusuf memahami arti mimpi-mimpinya tersebut. Bahkan, Yusuf pun tidak menaruh dendam kepada saudara-saudaranya (Kej. 45:4-8, 15). Bagaimanakah dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Allah memelihara keturuanan Yakub? (2) Bagaimana pula respons Yusug terhadap saudara-saudaranya yang menjahati dirinya?! Berdoalah agar kita sebagai anak-anak Tuhan dapat memiliki sikap seperti Yusuf yang mau merendah dan memaafkan bahkan mengasihi orang-orang yang telah berbuat jahat kepadanya.
23
KAMIS
MARET 2017
“Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku: Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyaminpun hendak kamu bawa juga. Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!” (Kejadian 42:36)
Bacaan hari ini: Kejadian 42:18-38 Bacaan setahun: Ulangan 27-28, Yohanes 14
SAAT SEGALA SESUATU MENJADI BURUK
K
etika bencana kelaparan merajalela di “seluruh bumi,” dikatakan bahwa Yakub dan keluarganya pun mengalami bencana tersebut. Di tengah kondisi demikian, Yakub meminta anak-anaknya untuk pergi ke Mesir membeli gandum. Singkat cerita, ketika tiba di Mesir dan bertemu Yusuf, Yusuf pun bersikap seolah-olah tidak mengenal mereka, dan bahkan menuduh mereka pengintai. Kemudian Yusuf menahan Simeon sampai mereka membawa Benyamin ke Mesir. Tindakan Yusuf ini menyadarkan mereka akan kesalahan mereka dahulu yang menjual saudaranya (Yusuf). Ketika saudara-saudara Yusuf kembali kepada ayahnya dan menyampaikan pesan Yusuf, maka Yakub merasa sedih dan putus asa dan kemudian berkata: “Kamu membuat aku kehilangan anak-anakku... Aku inilah yang menanggung segala-galanya itu!” Kata-kata Yakub dalam ayat 36, “Aku inilah yang menanggung segala-galanya” dalam terjemahan NIV, berbunyi: “Everything is against me” (segala sesuatu menentang aku) dan KJV/NASB menerjemahkan: “all these things are against me” (semua hal ini menentang aku). Di tengah-tengah penderitaan bencana kelaparan, ditambah dengan kehilangan anak-anaknya, membuat Yakub merasa putus asa. Dia merasa bahwa penderitaan hidup datang bertubi-tubi, bahkan kemudian rasanya ia sendirian, terhimpit oleh semua masalah yang ada sehingga ia berkata, “segala sesuatu menentang aku.” Tentu saja, itu yang dilihat oleh Yakub pada saat itu, tetapi bagi kita yang tahu akhir dari kisah ini mengerti bahwa sebetulnya segala sesuatu sedang berpihak kepadanya, segala yang terjadi sedang merangkaikan kebaikan bagi hidupnya. Sebagai manusia yang tidak bisa melihat secara utuh semua peristiwa yang sedang terjadi, kita gagal untuk memahami rencana dan karya Tuhan dalam hidup kita. Namun melalui kisah ini, kita diingatkan bahwa selama kita terus berjalan dalam firman Tuhan, Tuhan tidak akan meninggalkan kita berjuang sendirian dalam kesulitan hidup. Percaya bahwa Tuhan sedang arahkan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yusuf memerintahkan agar tempat gandum diisi dengan gandum dan uang dikembalikan? (2) Bagaimana reaksi mereka setelah mengetahuinya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang sedang berada dalam penderitaan dan pergumulan, agar mereka boleh tetap menaruh pengharapan hanya kepada pertolongan dan waktu Tuhan.
24
JUMAT
MARET 2017
“Allah yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan kepadamu … Mengenai aku ini, jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan!” (Kejadian 43:14)
Bacaan hari ini: Kejadian 43:1-14 Bacaan setahun: Ulangan 29-30, Yohanes 15
BERSERAH KEPADA TUHAN
K
elaparan yang terjadi ternyata terus berkelanjutan sehingga gandum yang dibawa dari Mesir itupun habis. Maka Yakub menyuruh anakanaknya kembali ke Mesir untuk membeli sedikit bahan makanan, tapi Yehuda mengatakan bahwa mereka hanya bisa kembali jika Benyamin ikut bersama mereka, karena itulah yang diperingatkan oleh penguasa Mesir itu. Maka dengan berat hati Yakub pun mengijinkan. Yakub meminta anak-anaknya untuk membawa hasil yang terbaik dari negerinya, juga membawa persembahan: balsam, madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam, serta membawa uang dua kali lipat. Demikianlah Yakub berusaha semaksimal mungkin menyenangkan hati penguasa Mesir itu, agar mereka diperkenan membeli gandum dan anak-anaknya bisa kembali dengan selamat. Setelah itu katanya: “Allah yang Mahakuasa kiranya membuat orang itu menaruh belas kasihan...” Kalimat Yakub ini menunjukkan bahwa ia menyadari bahwa semua usaha akan sia-sia bila Allah tidak ikut campur tangan. Yakub melakukan sebaik mungkin apa yang bisa ia lakukan, tetapi pada saat yang sama ia tidak lupa mempercayakan semuanya kepada Tuhan yang berkuasa. Sikap Yakub ini menjadi satu pelajaran penting bagi kita, bahwa ketika menghadapi kesulitan dan masalah, kita tetap harus melakukan bagian kita dengan maksimal yakni berusaha, dan pada saat yang sama menyerahkan semuanya ke dalam tangan pimpinan Tuhan. Banyak orang Kristen pada masa sekarang ini yang jatuh pada dua ekstrem. Yang pertama, tidak mau berusaha sama sekali dan berkata bahwa mereka mau berserah kepada Tuhan. Yang kedua, orang yang terus berusaha dengan caranya sendiri, tetapi melupakan Tuhan dalam usahanya. Tentu saja Tuhan tidak ingin kita jatuh dalam salah satu ekstrem di atas. Kiranya Tuhan menolong kita untuk mengerti bahwa berserah bukan berarti pasrah. Berserah kepada Tuhan berarti mempercayakan kepadaNya apa yang tidak bisa kita kerjakan dan setia melakukan apa yang bisa kita kerjakan. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksud kalimat Yakub, “Jika terpaksa aku kehilangan anak-anakku, biarlah juga kehilangan?” (2) Apa perkataan ini menunjukkan keputus-asaan Yakub? Berdoalah agar jemaat boleh terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan sehingga bisa belajar arti berserah kepada Tuhan dalam pergumulan hidup.
25
SABTU
MARET 2017
“Sesudah itu dibasuhnyalah mukanya dan ia tampil ke luar. Ia menahan hatinya dan berkata: Hidangkanlah makanan.” (Kejadian 43:31)
Bacaan hari ini: Kejadian 43:15-34 Bacaan setahun: Ulangan 31-32, Yohanes 16
KASIH YANG MENGAMPUNI-(1)
P
eristiwa pertemuan Yusuf, ketika ia sudah menjadi Perdana Menteri Mesir, dengan saudara-saudaranya, penuh dengan berbagai kisah. Yusuf menahan Simeon dengan jaminan bahwa saudarasaudaranya akan membawa Benyamin datang di hadapannya. Benyamin pun dibawa ke hadapan Yusuf, sehingga ia tahu bahwa semua saudaranya masih dalam keadaan baik, demikian pula Yakub, ayahnya. Namun lebih dari itu, pertemuan ini juga menunjukkan bahwa ternyata Yusuf bukanlah orang yang menyimpan dendam dan sakit hati karena telah dicelakakan saudaranya. Kita mengingat bagaimana Yusuf telah diperlakukan dengan kasar dan dijual sebagai budak sehingga akhirnya dia menjadi budak di Mesir, di rumah Potifar. Tidak disangka, Yusuf sekarang adalah penguasa nomor dua di Mesir. Jika mau, dia bisa berbuat apa saja kepada mereka. Apalagi, mereka sudah tidak lagi mengenali Yusuf. Tetapi yang terjadi adalah, Yusuf melakukan kebaikan demi kebaikan sambil tetap berusaha menjaga rahasia dirinya lebih dahulu. Pertama, Yusuf, melalui para pegawainya, mengembalikan uang pembayaran saudaranya ketika membeli gandum. Hal ini sempat membuat takut para saudaranya karena mereka mungkin akan dituduh mencuri dan akan ditahan untuk menjadi budak di Mesir (ay. 18). Kedua, Yusuf menjamu saudara-saudaranya di tempat kediamannya. Ini adalah satu hal yang luar biasa bagi para saudara Yusuf, yaitu dijamu oleh pejabat besar di Mesir. Sehingga mereka sempat terheran-heran dengan kondisi ini (ay. 33). Kisah ini ingin menunjukkan dan mengajarkan kepada kita tentang pengampunan, terutama terhadap saudara sendiri. Sering kita mendengar kisah tentang saudara yang saling menyakiti, saling mencelakakan, bahkan saling membunuh karena sakit hati atau memperebutkan harta. Tetapi, sebagai orang percaya hendaknya kita belajar untuk saling mengampuni terhadap saudara kita. Salah satunya adalah tidak membalas hal yang jahat, tetapi justru melakukan apa yang baik dan yang dibutuhkan saudara kita tersebut. Kiranya Tuhan menolong kita! STUDI PRIBADI: (1) Apa bukti bahwa Yusuf mengasihi saudaranya dan tidak menyimpan dendam terhadap mereka? (2) Bagaimana pengalaman Anda tentang pengampunan? Berdoa bagi keluarga jemaat agar saling mengasihi di dalam kasih Tuhan, kalaupun ada salah paham atau konflik, kiranya pengampunan Tuhan dihidupi satu sama lain.
26
MINGGU
MARET 2017
“Dan pialaku, piala perak itu, taruhlah di dalam mulut karung anak yang bungsu serta uang pembayar gandumnya juga …” (Kejadian 44:2)
Bacaan hari ini: Kejadian 44:1-17 Bacaan setahun: Ulangan 33-34, Yohanes 17
KASIH YANG MENGAMPUNI-(2)
B
acaan firman Tuhan kemarin mengajak kita melihat bahwa Yusuf tidak membalas kejahatan saudara-saudaranya tetapi justru memperlakukan mereka dengan baik, dengan menjamu mereka untuk makan bersama. Saat itu, para saudaranya belum mengenal Yusuf. Tetapi ayat hari ini membingungkan kita, karena ternyata setelah peristiwa jamuan tersebut, Yusuf meminta para pegawainya untuk mengembalikan uang pembayaran dari para saudaranya sekaligus menaruh piala peraknya di karung Benyamin, adiknya. Dan ternyata, ketika para saudaranya sudah berangkat untuk kembali ke Israel, Yusuf memerintahkan para pegawainya untuk mengejar dan mempersalahkan mereka karena piala perak tersebut. Apa maksud tindakan Yusuf ini? Apakah ternyata kebaikan Yusuf saat jamuan makan ternyata tidak tulus? Ternyata tidak! Ini menjadi semacam ujian dari Yusuf bagi saudara-saudaranya. Yusuf ingin tahu, bagaimana sebenarnya sikap saudara-saudaranya terhadap Benyamin, adiknya, yang pasti akan lebih dikasihi ayahnya melebihi saudaranya yang lain. Ini karena Yusuf telah dianggap meninggal oleh ayahnya, sehingga kasihnya berpindah kepada adik Yusuf, yaitu Benyamin. Tetapi yang harus menjadi perhatian di sini adalah sikap Yusuf, bukan berarti dia akan mengampuni saudara-saudaranya jika mereka lebih dahulu menunjukkan tindakan yang baik kepada Benyamin. Yusuf ingin mengetahui apa yang terjadi dengan relasi antara saudara-saudaranya dan juga dengan ayahnya, sepeninggal dirinya yang telah dijual dan jauh dari rumahnya. Pada kenyataannya, mereka telah menjadi saudara yang baik, bahkan Yehuda bersedia menjadi jaminan dan dipersalahkan ketika Benyamin harus diajak ke Mesir untuk menemui Yusuf (Kej. 43:8-9). Mereka bersama-sama kembali untuk membela Benyamin, bahkan siap bersama-sama menanggung konsekuensinya. Di sinilah kita belajar sekali lagi tentang mengampuni saudara, yaitu mengusahakan agar tercipta relasi yang baik di antara saudara. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dapat kita pelajari dari firman Tuhan hari ini? (2) Bagaimana sikap orang yang tulus mengampuni kesalahan orang lain? Berdoalah bagi keluarga jemaat Tuhan agar Tuhan boleh bertakhta dalam kehidupan mereka dan kasih-Nya dapat dihidupi dalam relasi di antara mereka.
27
SENIN
MARET 2017
“Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananyadan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.” (Kejadian 45:8)
Bacaan hari ini: Kejadian 44:18-45:15 Bacaan setahun: Yosua 1-2, Yohanes 18
KASIH YANG MENGAMPUNI-(3)
B
acaan firman Tuhan hari ini membukakan kepada kita alasan mengapa Yusuf dapat mengampuni saudara-saudaranya yang telah berbuat jahat kepada dia. Alasannya, bukan karena Yusuf telah mengalami semua kenyamanan, kemewahan, dan kehidupan yang baik dan berubah di Mesir. Alasannya juga bukan karena dia melihat bahwa keluarganya membutuhkan bahan makanan di tengah kondisi kelaparan yang melanda di sana. Tetapi karena Yusuf belajar melihat hidupnya di tengah-tengah penyertaan dan kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak pernah meninggalkan dia, bahkan bekerja di dalam hidupnya untuk hal seperti yang dialaminya. Tiga kali Yusuf mengakui ini dalam percakapan dengan saudara-saudaranya. Pertama adalah ketika dia membuka rahasia dirinya kepada saudarasaudaranya, dan mengakui bahwa Allahlah yang menempatkan dirinya di Mesir untuk memelihara kehidupan bangsanya. Kedua adalah ketika dia meyakinkan bahwa bukan para saudaranya, tapi Allah yang menempatkan dia sebagai Perdana Menteri di Mesir. Ketiga adalah ketika dia meminta saudaranya untuk menjemput ayahnya dan membawanya untuk tinggal di Mesir. Yusuf sekali lagi menyatakan imannya bahwa Allahlah yang telah menempatkan dirinya sebagai tuan atas Mesir agar ayahnya jangan ragu untuk segera datang ke sana. Belajar melihat hidup kita, baik itu peristiwa baik ataupun yang menurut kita buruk dan mencelakakan, di dalam penyertaan dan kedaulatan Tuhan, adalah hal yang diinginkan Tuhan atas kita. Hal ini akan mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Melihat peristiwa yang baik di dalam penyertaan Tuhan, membuat kita tidak lupa diri dan selalu bersyukur, mau menghargai berkat Tuhan itu sebaik-baiknya. Melihat peristiwa yang tidak baik di dalam penyertaan Tuhan, akan mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak sedang meninggalkan kita. Marilah kita percaya bahwa Allah yang Mahatahu dan Mahabijaksana sanggup bekerja di dalam kehidupan kita, melampaui apa yang kita pikirkan dan rancangkan (Rm. 8:28; Mat. 5:16). Soli Deo Gloria! STUDI PRIBADI: (1) Apa rahasia Yusuf sehingga dapat mengampuni saudara-saudaranya? (2) Apa tujuan atau motif Anda mengampuni orang yang bersalah kepada Anda? Berdoa bagi jemaat Tuhan yang sedang mengalami kesulitan agar dikuatkan dalam iman dan pengharapan bahwa Tuhan tidak meninggalkan mereka, tapi bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka.
28 SELASA
MARET 2017
“Jemputlah ayahmu dan seisi rumahmu dan datanglah mendapatkan aku, maka aku akan memberikan kepadamu apa yang paling baik di tanah Mesir ...” (Kejadian 45:18)
Bacaan hari ini: Kejadian 45:16-28 Bacaan setahun: Yosua 3-4, Yohanes 19
PEKERJA YANG BAIK, DIKASIHI RAJA
P
engamsal berkata “Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.” Hal ini benar dan terjadi dalam kehidupan Yusuf. Ketika Yusuf menjadi hamba yang berakal budi, baik dan setia, raja berkenan dan mengasihi Yusuf. Perkenanan Yusuf bisa didapatkan karena ia menjadi seorang pekerja yang baik dan rajin bagi Firaun. Ketika Firaun mendengar bahwa saudara-saudara Yusuf datang (ay. 16), Firaun memerintahkan Yusuf untuk menjemput keluarga Yusuf, untuk berpindah di tanah Mesir. Bukan hanya berpindah, namun Firaun berjanji akan memberikan apa yang terbaik yang ada di Mesir untuk keluarga Yusuf. Bahkan di ayat 20, Firaun berkata “sebab apa yang paling baik di seluruh Mesir ini adalah milikmu.” Begitu hangat sambutan Firaun dan begitu murah hatinya Firaun kepada Yusuf dan keluarganya. Kebaikan ini tidak lepas dari integritas Yusuf dan totalitas dari pekerjaan yang dilakukan Yusuf di tanah Mesir. Kehangatan dan berkat-berkat mengikuti kehidupan Yusuf setelah usaha maksimal dan kesetiaannya kepada raja. Setiap orang ingin hidup diberkati, tetapi tidak setiap orang memiliki semangat kerja yang tinggi. Tidak jarang juga, anak-anak Tuhan hidup bermalas-malasan dan membuang waktunya sepanjang hari dengan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif. Ketika kesulitan finansial datang, mereka berseru dan mempertanyakan kebaikan Tuhan. Hal ini tentu tidaklah tepat. Tuhan tidak memberkati orang-orang yang malas. Paulus menegur jemaat Tesalonika yang malas dengan teguran yang keras: “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (1Tes. 3:10b). Pengamsal juga memberikan nasihat kepada pemalas untuk “pergi kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak” (Ams. 6:6). Kita dipanggil untuk rajin bekerja dan memaksimalkan segala kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Ketika kita bekerja dengan baik, bukan hanya atasan yang disenangkan, tetapi Tuhan berkenan atas hidup kita yang produktif dan mencurahkan berkat atas hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang biasa menyebabkan seseorang malas dan tidak produktif dalam bekerja? (2) Ambillah waktu untuk merenungkan cara kerja kita! Berdoalah agar Anda dan keluarga Anda menjadi orang-orang Kristen yang rajin, baik di dalam pekerjaan maupun di dalam pelayanan, menjadi berkat dan juga teladan bagi sekelilingnya.
29 RABU
MARET 2017
“Lalu firman-Nya: Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana.” (Kejadian 46:3)
Bacaan hari ini: Kejadian 46:1-7 Bacaan setahun: Yosua 5-6, Yohanes 20
TAAT SAMPAI TUA
M
enjadi anak Tuhan yang taat sampai akhir bukanlah hal yang mudah. Terutama bagi kita yang hidup di zaman ini. Ada banyak tantangan, halangan, dan cibiran yang menghiasi jalan ketaatan mengikut Tuhan. Menjadi tua itu pasti, tetapi taat sampai tua itu butuh diperjuangkan. Hal yang indah, taat sampai tua adalah sebuah kualitas yang dimiliki seorang yang bernama Yakub. Ia memulai catatan kehidupannya dengan memegang tumit kakaknya dan diikuti dengan kisah konspirasi pencurian hak kesulungan bersama ibunya, Ribka. Namun Allah menjumpai Yakub, sebuah awal yang buruk diubah Allah menjadi perjalanan iman seorang bapa leluhur Israel, yang namanya bersanding dengan Abraham dan Ishak. Pemberontakannya kepada Allah berakhir dalam pergulatannya di sungai Yabok dan kemenangan iman membuat Allah merubah namanya menjadi Israel. Yakub menjadi seorang yang dengar-dengaran kepada Tuhan dan hidup di jalan yang benar. Dalam perikop yang kita renungkan hari ini, kita menyaksikan bagaimana di usia tuanya, Yakub mendengarkan suara Allah dan ia mentaati Allah. Allah berfirman kepadanya dalam sebuah penglihatan malam agar ia tidak ragu pergi ke Mesir menjumpai Yusuf dan berpindah ke sana. Yakub taat, ia berangkat dari Bersyeba bersama segala miliknya pergi ke tanah Mesir. Taat sampai tua bukanlah hal yang mudah. Banyak orang di dalam perjalanan imannya yang menjadi kecewa, undur dari Tuhan dan berhenti melayani. Beban dan pergumulan hidup membuat orang lebih memilih karir dan kekayaan daripada setia dan melayani Tuhan. Kita memerlukan anugerah Tuhan dan komitmen untuk menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan senantiasa, agar setiap kita bisa dijaga terus taat kepada Tuhan sampai masa tua. Kita perlu terus-menerus peka akan suara Tuhan di dalam firman-Nya dan menjalin keintiman relasi di dalam doa. Firman dan doa adalah lem perekat relasi kita dengan Tuhan. Kedua hal ini menolong kita peka akan suara Tuhan dan taat kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan doa kita belakangan ini? (2) Apakah komitmen yang bisa kita ambil untuk memperbaiki kehidupan doa kita? Berdoalah agar Anda dan setiap keluarga Anda bisa menjadi anak-anak Tuhan yang setia sampai tua. Rajin berdoa, membaca firman dan mentaati firman Tuhan, sampai masa tua.
30 KAMIS
MARET 2017
“Berkatalah Israel kepada Yusuf: Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup.” (Kejadian 46:30)
Bacaan hari ini: Kejadian 46:8-34 Bacaan setahun: Yosua 7-9, Yohanes 21
BOLEHLAH AKU MATI, SETELAH...
K
ebanyakan manusia tidak tahu sampai kapan ia akan menjalani kehidupan di dunia ini. Namun, kebanyakan manusia bisa menentukan bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia. Sebuah pertanyaan yang patut direnungkan: apa yang ingin Saudara lakukan sebelum Saudara meninggal dunia? Beberapa orang bermimpi untuk keliling dunia sebelum mereka menghembuskan nafas terakhir. Orang lain bermimpi untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya sehingga tidak habis tujuh turunan. Ada juga yang bermimpi untuk menaklukkan Gunung Everest, Tembok Besar, atau tujuan wisata yang menantang lainnya. Yakub bermimpi untuk melihat Yusuf—anak kesayangannya yang dianggapnya mati—sebelum ia menghampiri maut. Setelah 20 tahun lebih, akhirnya Yakub bertemu Yusuf dan berkata padanya, “Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup” (Kej. 46:30). Yakub mengatakan demikian karena ia sangat menyayangi Yusuf. Ketika ia mendapat kabar bahwa Yusuf mati, ia sangat sedih dan berduka berhari-hari lamanya. Tidak heran, Yakub sangat lega ketika ia tahu anaknya masih hidup, seakan-akan “bangkit,” bahkan telah menjadi penguasa di Mesir. Perkataan Yakub ini mirip dengan perkataan Simeon saat ia melihat bayi Yesus yang pada saat itu baru berumur delapan hari. Lukas 2:28 mencatat, “[Simeon] menyambut Anak itu dan menatangNya sambil memuji Allah katanya: ‘Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu.” Jika Yakub bisa meninggal dengan tenang setelah melihat Yusuf, Simeon bisa meninggal dengan tenang setelah melihat Yesus, Mesias yang dijanjikan Allah. Bagaimana dengan kita? Apakah ada kerinduan dalam hati kita untuk sungguh-sungguh melihat Yesus sebelum kita menutup mata selamalamanya? Apakah kita rindu untuk mengalami karya penebusan-Nya dan menghidupi kehidupan yang diubahkan? Jangan sia-siakan kesempatan setiap hari yang kita miliki. STUDI PRIBADI: (1) Mari kita periksa keadaan rohani kita. Apakah kita memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan? (2) Apakah kita rindu berjumpa dengan Dia setiap hari dalam doa? Marilah berdoa agar keluarga kita dan keluarga-keluarga Kristen lainnya boleh diberikan pemulihan dari Tuhan, sehingga bisa saling memaafkan dan menerima satu sama lain.
31 JUMAT
MARET 2017
“Dan Yusuf memelihara ayahnya, saudara-saudaranya dan seisi rumah ayahnya dengan makanan, menurut jumlah anak-anak mereka.” (Kejadian 47:12)
Bacaan hari ini: Kejadian 47:1-12 Bacaan setahun: Yosua 10-12, Kisah Para Rasul 1
BERKAT TUHAN MELIMPAH
Y
usuf dicatat sebagai orang yang hidupnya disertai oleh Tuhan. Karena pengenalan Yusuf akan Allahnya, membuat Yusuf hidup takut akan Tuhan, bahkan ketika berbagai pergumulan menimpa dia. Allah tidak meninggalkan Yusuf, bahkan Ia merancangkan kehidupan Yusuf untuk menjadi berkat bagi seisi keluarganya. Melalui satu orang, satu bangsa diselamatkan. Melalui Yusuf seorang, Israel memiliki masa depan dan tidak punah dalam bencana kelaparan. Perikop yang hari ini kita renungkan menceritakan detail kejadian bagaimana Tuhan memelihara kelangsungan bangsa Israel melalui hidup Yusuf. Kejadian 47:1 menyatakan bahwa Yusuf memohon kasih dari Firaun untuk mengizinkan keluarganya menetap di tanah Gosyen. Firaun pun mengabulkan permintaan Yusuf dan membiarkan keluarga Yusuf menetap di Gosyen. Karena keluarga Yusuf memiliki banyak kumpulan ternak, maka Gosyen adalah tempat yang cocok bagi mereka (bdk. ay. 11). Ketika Tuhan memberkati umat-Nya, maka umat-Nya pun dipanggil untuk memberkati bangsa-bangsa lainnya. Oleh karenanya, ketika Yakub bertemu dengan Firaun, maka Yakub memohonkan berkat bagi Firaun (ay. 10). Panggilan Abraham untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa juga berlaku bagi keturunannya. Yusuf menjadi berkat bagi Mesir, meluputkan mereka dari bencana kelaparan yang besar dan Yakub pun juga mengetahui panggilannya, yakni untuk menjadi berkat. Dalam hidup kita, marilah kita percaya bahwa Allah menyertai setiap kita yang hidup takut akan Dia dan setia kepada-Nya. Allah memberkati kita, baik secara rohani maupun jasmani, seperti ia memberkati Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Sebagai anak-anak Abraham, kita pun memiliki panggilan yang sama, yakni tidak menyimpan berkat Tuhan bagi diri kita sendiri, melainkan menjalankan panggilan kita untuk memberkati orangorang yang kita kenal. Biarlah melalui perenungan akan hidup Yusuf, hidup kita pun, kita pakai untuk menjadi saluran berkat. STUDI PRIBADI: (1) Apakah berkat Tuhan dalam hidup Anda? (2) Bagaimana Anda dapat menjadi berkat bagi keluarga, teman, dan Negara Anda? Doakan supaya mulai saat ini, Anda semakin peka untuk mensyukuri setiap berkat yang Tuhan. Doakan juga supaya melalui kehidupan Anda, nama Tuhan semakin dipermuliakan.
“Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak … dan raja-raja akan berasal dari padamu.” (Kejadian 35:11)