|
231
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 231 | JULI 2015
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” [Yohanes 13:34]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 231: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Frengky Y. Abi, Hariyono Wong Hendry Heryanto, Ie David, Liem Sien Liong, Liona Margareth Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Yunus dan Rahmat Allah
S
atu-satunya nabi di PL yang Tuhan perintahkan untuk memberitakan “Injil” kepada bangsa lain (non-Yahudi), adalah Yunus. Sekalipun hal itu menjadi keunikan panggilan kenabian Yunus, kisah pelayanan dan responsnya terhadap perintah Tuhan juga membuatnya dikenal sebagai nabi yang “melarikan diri” dari hadapan-Nya. Tentang kisah Yunus ini, Willem A. VanGemeren berkata, “Bukankah ini adalah sebuah parodi?”, karena sikap Yunus yang melarikan diri tidak mencerminkan dirinya sebagai nabi Allah pada umumnya. Namun, itulah Yunus, nabi yang tidak munafik, yang terus terang menyatakan luapan hatinya dan mencoba memperbaiki kesalahannya, sekalipun dirinya tidak dapat mengerti kemurahan hati Allah kepada Niniwe. Mari kita belajar dari pengalaman Yunus, Sang Pemberita Injil kepada bangsa Niniwe, yang melarikan diri, namun kembali menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Pertama, panggilan Allah terhadap Yunus tidak dapat Yunus elakkan. Ke manapun ia melarikan diri dari panggilan Allah, Yunus tidak bisa menjauh dari hadapan Allah. Sebaliknya, Allah yang telah memanggilnya terus meminta pertanggungan jawab darinya, dengan cara membawa Yunus kembali pada tugas dan tanggung jawabnya. Demikian pula dengan setiap kita yang Allah panggil untuk menjalankan amanat-Nya dalam memberitakan Injil kepada suku bangsa di dunia (misionaris). Sekali Allah memanggil dan meneguhkannya menjadi hamba-Nya, maka Allah akan terus menuntut pertanggungan jawab, sampai orang itu menggenapinya. Percuma saja jika kita lari dari panggilan kita; tokh Allah, dengan berbagai cara, akan membawa kita kembali pada panggilan kita. Lebih baik, kita taat dan menyerah di tangan Tuhan, daripada diserahkan-Nya kita ke dalam berbagai “hajaran” supaya kita kembali taat kepada-Nya. Kedua, Tuhan memberikan rahmat kepada siapa yang Ia kehendaki. Yunus berpikir, bahwa Niniwe akan dijungkir-balikkan oleh Tuhan. Namun, pikirannya tersebut salah! Berita yang disampaikannya justru membuat Raja dan penduduk Niniwe berbalik kepada Allah. Yunus heran, mengapa mereka dapat berbalik kepada Allah dan mendapatkan kemurahan-Nya? Itulah rahmat Tuhan! Demikian pula kita, tidak dapat memilih dan mengatur kepada siapa Allah akan memberikan rahmat-Nya. Demikian pula kita, tidak dapat memilih kepada siapa kita hendak memberitakan Injil. Semua suku bangsa harus mendengar Injil-Nya, tetapi kepada siapa Allah mau berahmat, itu adalah kedaulatan-Nya. Kita tidak boleh membanggakan diri ketika kita berhasil dalam pemberitaan Injil, karena semua keberhasilan kita adalah menyatakan rahmat-Nya.
01 RABU
JULI 2015
“Alangkah hampanya penghiburanmu bagiku! Semua jawabanmu hanyalah tipu daya belaka!” (Ayub 21:34)
Bacaan hari ini: Ayub 20-21 Bacaan setahun: Ayub 20-21
TIPU DAYA IBLIS LEWAT PARA SAHABAT
K
etiga sahabat Ayub benar-benar “penghibur yang menyedihkan”. Mereka hanya menambah rasa sakit saja. Mereka menganggap penderitaan yang sedang Ayub alami, sesungguhnya merupakan akibat dari segala perbuatan jahat yang telah Ayub lakukan. Bildad dan Zofar mencoba menggunakan logika untuk membungkam Ayub (Ayb. 1820). Mereka memiliki pemikiran bahwa Tuhan memberkati orang-orang benar, tetapi membuat orang-orang jahat menderita. Saat mereka melihat Ayub menderita, menurut mereka Ayub telah berbuat jahat. Elifas menganjurkan supaya Ayub bertobat dari dosanya yang besar (Ayb. 22). Namun Ayub mempertanyakan, bahkan membantah dasar pemikiran mereka tersebut. Ia sering melihat orang-orang jahat menikmati berkat besar: hidupnya lama, keturunannya banyak, hidupnya damai sejahtera, kaya raya, sukses, dan hari-hari mereka dipenuhi dengan sukacita. Ya, orang-orang jahat mati, tetapi bahkan kematian mereka sering cepat dan mudah (Ayb. 21; Mzm. 73:1-14). Teman-teman Ayub hanya melihat hal-hal lahiriah dan mengabaikan hal-hal yang batiniah/hati (bdk. Yoh. 7:24). Bagi mereka, ujian karakter yang saleh adalah kesuksesan, bukan pengenalan dan ketaatan seseorang kepada Tuhan. Itulah sebabnya mereka selalu bertanya, "Apa yang kita peroleh jika kita taat kepada Tuhan?" (Ayb. 21:1415). Pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan orang fasik, dan itu merupakan suatu bentuk pendekatan yang pernah Iblis lakukan kepada Tuhan untuk menjatuhkan Ayub (Ayb. 1:6-11). Pendekatan demikian juga diterapkan oleh ketiga sahabat Ayub terhadap dirinya! Iblis dan para sahabat Ayub sepakat menyatakan bahwa Ayub adalah seorang pendosa, dan Ayub hanya patuh kepada Tuhan karena Tuhan telah memberkatinya. Namun demikian, pendekatan dan tuduhan mereka tidaklah benar! Kenyataannya, Ayub masih percaya kepada Tuhan setelah kehilangan anak-anaknya dan kekayaannya. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya iman Ayub kepada Tuhan bukanlah iman yang “komersial”. Bagaimanakah dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apakah penderitaan orang benar selalu akibat dari kesalahannya? (2) Bagaimana orang benar harus menghadapi penderitaan yang bukan karena dosanya? Berdoalah bagi jemaat, agar mereka tetap kuat menjaga kesalehan dan kekudusan hidup mereka di tengah-tengah dunia yang jahat ini, sekalipun harus menghadapi tantangan.
02 KAMIS
JULI 2015
“...Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara...” (Amsal 18:24)
Bacaan hari ini: Ayub 22:1-30 Bacaan setahun: Ayub 22-24
KEPRIHATINAN SEORANG SAHABAT
A
yub 22:1-30 ini menceritakan kisah keprihatinan dan teguran Elifas terhadap Ayub, sahabatnya, yang dinilainya sudah melakukan dosa terhadap TUHAN. Pada umumnya, konsep pada zaman itu, bila seorang kena musibah, penyakit dan penderitaan berat, itu disebabkan karena dosa yang telah dilakukannya terhadap Allah, baik secara terbuka atau tersembunyi. Elifas memiliki konsep yang demikian. Ayub menderita oleh karena dosa-dosa yang dilakukannya terhadap TUHAN. Begitulah pemikiran Elifas (bdk. ay. 5). Dosa apakah itu? Dalam pemikiran Elifas, Ayub telah melakukan dosadosa yang bersifat sosial (bdk. ay. 6-9), dan Elifas juga berfikir bahwa Ayub melakukan hal demikian dengan tidak memperhitungkan kemahahadiran TUHAN (bdk. ay. 13-14), yang melakukan yang baik, meskipun manusia, termasuk Ayub, melakukan yang jahat (bdk. ay. 17-19). Itu sebabnya Elifas menganjurkan supaya Ayub bertobat kepada TUHAN dan menerima segala apa yang Dia ajarkan (bdk. ay. 21-23). Pertanyaannya, apakah Ayub melakukan semua dosa yang dituduhkan kepadanya oleh sahabatnya, Elifas? Di dalam Ayub 23,—yang merupakan pembelaan Ayub terhadap Elifas, Ayub menyatakan bahwa ia tidak melakukan yang jahat dan tidak menyimpang dari jalan TUHAN. Kisah ini memberikan pelajaran rohani yang baik bagi kekristenan masa kini. Banyak orang Kristen tidak bisa menjadi sahabat yang baik bagi teman-temannya. Ketika menyatakan keprihatinan dan nasihat kepada teman yang sedang menderita oleh karena berbagai pergumulan, ternyata kita sering menuduh mereka, seperti yang dilakukan Elifas terhadap Ayub. Seharusnya kita memahami dengan bijak pergumulan dan penderitaan yang dialami sahabat kita, sehingga ketika kita menyatakan keprihatinan dan nasihat, kita benar-benar dapat membantu dan menolong sahabat kita; bukan sebaliknya, memperuncing keadaan sampai terjadi pertengkaran. Jadilah bijak dalam menyatakan keprihatinan dan nasihat kita kepada para sahabat kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah keprihatinan dan tuduhan Elifas terhadap Ayub menunjukkan bahwa ia adalah sahabat yang baik? Alasannya? (2) Bagaimana seharusnya sikap Elifas? Berdoalah bagi kedewasaan iman jemaat agar mereka tidak kecewa kepada Tuhan ketika menghadapi pencobaan hidup, melainkan semakin setia dan taat hanya kepada-Nya.
03 JUMAT
JULI 2015
“Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?” (Ayub 25:4)
Bacaan hari ini: Ayub 25:1-6 Bacaan setahun: Ayub 25-27
TIDAK ADA YANG BENAR DI HADAPAN ALLAH
A
yub 25:1-6 bukanlah argumentasi untuk menjawab pembelaan Ayub di dalam pasal sebelumnya (Ayb. 23-24). Pasal 25:1-6 lebih merupakan pengulangan dari pasal-pasal sebelumnya (Ayb. 4:1721; 15:14-16). Bildad, sahabat Ayub, hanya menegaskan kondisi manusia secara umum, bahwa tidak ada manusia yang benar di hadapan TUHAN. Tidak ada manusia yang baik di pandangan TUHAN. Bahkan, seluruh ciptaan tidak lebih terang/cerah di hadapan TUHAN. Konsep Bildad ini menekankan tentang hal esensi dari penciptaan dan kejatuhan manusia. Pertama, TUHAN itu adalah TUHAN yang kudus dan suci. Kedua, manusia yang hidup di dalam dunia pasca-kejatuhan adalah manusia yang penuh dosa, tidak benar dan tidak ada yang baik. Segala kebaikan yang dilakukan manusia, sudah tercemar dosa. Dalam pandangan manusia, kebaikan itu bisa menjadi kebaikan moral semata-mata, yang hanya dapat dinilai dalam konteks manusia, dan bukan di hadapan TUHAN yang mahasuci dan mahakudus. Karena di hadapan TUHAN, tidak ada seorangpun yang benar, tidak ada manusia yang dilahirkan bersih dari dosa. Pandangan Bildad (dan Elifas, orang Teman) ini menegaskan bahwa “konsep tidak ada manusia yang benar di hadapan Allah” itu telah dipahami oleh masyarakat Timur Dekat Kuno secara umum. Yang menarik dari hal ini, mengapa ada orang seperti Bildad dan Elifas (yang notabene hanya orang saleh mungkin?) memiliki konsep seperti ini? Tidak ada jawaban yang jelas mengenai hal ini. Jawaban yang paling mungkin adalah bahwa TUHAN menitipkan itu di dalam hati dan pikiran orang-orang tersebut untuk menyatakan bahwa manusia membutuhkan pertolongan dan anugerah TUHAN untuk selamat dan menjalani hidup. Manusia telah berdosa dan tidak seorangpun yang benar dihadapan TUHAN. Namun bersyukurlah, sebab di dalam Yesus Kristus yang sudah menebus kita, kita dibenarkan di hadapan Allah melalui kematian-Nya di atas kayu salib (bdk. Rm. 5:9; 2Kor. 5:21). Karena itu tetaplah percaya dan taat kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang disadari oleh para teman Ayub tentang kondisi manusia di hadapan Tuhan? (2) Bagaimana manusia bisa berkenan di hadapan Tuhan? Berdoalah bagi pengabaran Injil Tuhan, agar melalui pengabaran ini banyak orang menyadari keberdosaannya dan memperoleh keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
04 SABTU
JULI 2015
“...Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi...” (Ayub 28:28)
Bacaan hari ini: Ayub 28:28 Bacaan setahun: Ayub 28-29
HIKMAT ALLAH
A
da 2 jenis hikmat, pertama adalah hikmat manusia. Kedua adalah hikmat Allah. Hikmat manusia berasal dari manusia yang memikirkan dan merumuskan pengetahuan-pengetahuan di sekitarnya. Tujuan mengumpulkan dan memperoleh pengetahuan-pengetahuan itu adalah untuk membangun harkat dan martabatnya. Seringkali hikmat dunia diasosiasikan/dipersamakan dengan kepintaran. Namun berbeda dengan hikmat Allah. Hikmat ini asalnya dari Allah, dan bukan dari hasil rumusan pengetahuan-pengetahuan yang ada (meski dibutuhkan pengetahuan tentang Allah yang menjadi bagian dari pemahaman akan Allah). Hikmat diperoleh dengan iman; orientasinya adalah kebenaran dan moralistas. Tujuannya, agar manusia dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah. Ayub dengan jelas menyatakan “Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” Ayub mengungkapkan tentang hikmat Allah yang berasal dari Allah. Hikmat itu bukanlah memiliki pengetahuan-pengetahuan yang luas, dan memiliki pemahaman etika sebagaimana teman-teman Ayub paparkan melalui berbagai argumentasi yang menuduhnya. Namun bagi Ayub, orang yang memiliki hikmat adalah orang yang takut akan Allah, dan yang memiliki akal budi adalah orang yang menjauhi kejahatan. Istilah takut akan TUHAN diartikan sebagai orang yang mau tunduk dan taat pada kehendak TUHAN. Berakal budi,–bukan semata-mata hanya “mengetahui apa yang benar dan apa yang salah (pengetahuan saja),” tetapi bertindak benar/tidak melakukan hal yang jahat. Itulah pemahaman Ayub tentang hikmat dan akal budi. Belajar dari bagian ini, seharusnya kita menjadi orang Kristen yang memiliki hikmat dan akal budi. Hikmat dan akal budi itu bukan tentang seberapa banyak kita menguasai dan menghafal ayat-ayat Firman TUHAN, atau menguasai ajaran-ajaran penting (dogma) yang diwariskan gereja kepada kita, jemaatnya. Namun hikmat dan akal budi adalah kita sungguhsungguh mengikuti kehendak TUHAN sebagaimana yang dinyatakan lewat Firman-Nya dan kita taat melakukannya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah perbedaan antara hikmat Allah dan hikmat manusia? (2) Bagaimana tanda, bahwa seseorang mengerti hikmat Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak bergantung pada hikmat manusia belaka, melainkan mau hidup menurut pada hikmat Tuhan, agar langkah hidup mereka menyukakan hati Tuhan.
05 MINGGU
JULI 2015
“Kedahsyatan ditimpakan kepadaku; kemuliaanku diterbangkan seperti oleh angin, dan bahagiaku melayang hilang seperti awan.” (Ayub 30:15)
Bacaan hari ini: Ayub 30-31 Bacaan setahun: Ayub 30-31
KETIKA HAL BURUK MENIMPA ORANG BAIK
B
anyak orang berkata bahwa orang baik pasti mengalami apa yang baik. Tetapi seringkali realita tidak berkata demikian. Bukankah kita sering menjumpai orang yang baik justru mengalami hal yang buruk dalam hidupnya? Hal yang sama juga kita jumpai dalam diri Ayub. Dalam pasal 30-31 ini, Ayub mengungkapkan penderitaan yang ia alami. Bukan saja penderitaan secara fisik, tetapi juga secara perasaan. Bagaimana tidak, dalam 30:1-10 dikatakan bahwa Ayub menjadi tertawaan orang yang lebih muda, bahkan orang-orang yang hina dan rendah sekarang menyindir dan mengejeknya. Belum lagi ditambah perasaan bahwa Allah juga telah meninggalkannya (ay. 20-23). Satu kondisi yang sangat memprihatinkan. Dalam pasal 31, Ayub bahkan menyatakan pembelaannya, bahwa ia tidak melakukan dosa-dosa yang disebutkannya. Tetapi mengapa justru hal buruk terjadi pada dirinya? Mungkin kita juga pernah mengalami hal yang sama. Kita berusaha hidup benar, tapi justru penderitaan yang kita dapat. Kita berusaha hidup jujur, tetapi kerugian yang kita peroleh. Dari perjalanan kisah hidup Ayub ini kita tahu, bahwa apa yang Ayub alami ini, bukanlah karena Tuhan meninggalkannya, bukan pula berarti bahwa Tuhan tidak mempedulikannya, tetapi ada pertunjukan iman yang besar dari hamba-Nya, yang mau Allah saksikan di hadapan Iblis dan juga manusia. Karena itu, setiap kali kita mengalami pencobaan, pergumulan dan penderitaan, ingatlah, bahwa Tuhan tidak membiarkan kita sendirian. Janganlah iman kita menjadi goyah. Tuhan Yesus sendiri juga pernah berada dalam posisi yang sama dan sebagai Imam Besar Agung kita, Ia mengerti apa yang sedang kita rasakan. Janganlah hanya mengharapkan kesenangan dan kenyamanan hidup, tetapi lebih daripada itu, kita harus mengharapkan agar kemuliaan Allah dinyatakan melalui hidup kita. Ayat 31 menjadi peringatan juga bagi kita untuk senantiasa merefleksikan hidup kita di hadapan Tuhan, apakah kita sudah hidup benar di hadapan-Nya setiap hari? STUDI PRIBADI: (1) Dalam hal apa saja Ayub menyebut dirinya tidak bersalah dalam ps.31? (2) Mengapa kita harus tetap mempercayai Allah ketika kita berada dalam penderitaan? Berdoalah agar mereka yang sedang berada dalam pergumulan, kesulitan hidup, sakit-penyakit dan penderitaan, dimampukan untuk melihat pekerjaan Allah dan dipenuhi dengan ucapan syukur.
06 SENIN
JULI 2015
“Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak lagi memberi sanggahan, maka marahlah ia.” (Ayub 32:5)
Bacaan hari ini: Ayub 32-33 Bacaan setahun: Ayub 32-33
MENJADI SAUDARA DALAM KESUKARAN
K
etika mengalami kesusahan, apa yang paling kita harapkan? Tentu saja perhatian dan pengertian orang lain. Kadang, kita hanya membutuhkan saudara/sahabat yang mau duduk diam bersama kita dan mendengarkan curahan hati kita. Kebanyakan orang yang sedang berada dalam pergumulan, tidak membutuhkan banyak nasihat, apalagi teguran. Mereka membutuhkan orang yang mau menangis bersamanya. Ketika sedang berduka, banyak orang datang memberikan nasihat, teguran bahkan kata-kata “penghiburan” yang sebenarnya justru menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti perasaan kita, mereka hanya pintar bicara saja. Itulah yang terjadi dalam kehidupan Ayub. Dalam kesakitan, penderitaan dan ketidakmengertian Ayub akan kondisi yang dialami dirinya, sahabat-sahabatnya, yang diharapkan dapat memberikan penghiburan dan kekuatan, justru membebani dirinya dengan teguran dan nasihat. Di pasal 32-33 ini, kita bisa melihat bagaimana sahabatnya yang bernama Elihu, yang awalnya hanya diam, sementara ketiga sahabat Ayub yang lain berkomentar, pada akhirnya tidak dapat menahan dirinya dan menegur Ayub. Kata-kata yang dilontarkan Elihu memang baik. Nasihat dan teguran Elihu memang jauh lebih bijaksana dibandingkan sahabat-sahabat Ayub lainnya, yang notabene lebih senior, tetapi semua itu sudah dimengerti oleh Ayub, dan semuanya itu justru tidak membantu Ayub keluar dari penderitaannya. Elihu lupa bahwa yang dibutuhkan Ayub saat itu bukanlah teguran dan nasihat, tetapi pengertian dan pendampingan sahabat-sahabatnya. Memang tidak mudah menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Kita seringkali lebih suka menghakimi orang lain. Kita suka menasihati dan merasa diri tahu segalanya. Namun Firman Tuhan hari ini mengajar kita untuk menjadi seorang saudara, bukan hakim atau penasihat, sekalipun mungkin kita tahu banyak hal. Maukah kita menyediakan telinga yang mau mendengar, hati yang mau mengerti, sehingga saudara kita yang sedang berduka, bisa mengalami kasih Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Elihu marah kepada Ayub dan ketiga sahabatnya? (2) Bagaimanakah sikap Elihu terhadap Ayub yang sedang menderita? Berdoa agar kita dimampukan untuk menjadi saudara yang baik bagi rekan kita yang sedang berada dalam pergumulan. Berdoalah agar kita diberikan hikmat dalam berbicara dan bersikap terhadap mereka.
07 SELASA
JULI 2015
“Sungguh, Allah tidak berlaku curang, Yang Mahakuasa tidak membengkokkan keadilaan.” (Ayub 34:12)
Bacaan hari ini: Ayub 34 Bacaan setahun: Ayub 34-35
ALLAH ITU ADIL
P
ada bulan Maret lalu, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kisah seorang nenek bernama Asyani yang dituduh mencuri, setelah 7 batang kayu jati miliknya dibawa ke rumah Cipto, tukang kayu di Desa/Kecamatan Jatibanteng. Rencananya, kayu jati itu akan dijadikan kursi. Namun, sebelum kursi dibuat, petugas mengamankan 38 sirap kayu jati tersebut lantaran dianggap tidak dilengkapi dengan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). Nenek ini mengatakan bahwa kayu itu bukan hasil curian melainkan miliknya sendiri. Kemudian, nenek Asyani ditahan tiga bulan karena dituduh mencuri kayu jati di petak milik PT Perhutani Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kasus nenek Asyani menjadi potret buram penegakan hukum, dimana koruptor yang menghabiskan uang rakyat miliaran rupiah mendapatkan remisi. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan adil? Makna adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain adalah tidak berat sebelah, tidak sewenang-wenang dan berpegang pada kebenaran. Namun yang cenderung terjadi adalah bahwa keadilan seringkali menjadi relatif, tergantung kepada siapa hal itu dikenakan. Inilah keadilan yang seringkali dijalankan oleh manusia. Namun Elihu, teman Ayub ingin menyampaikan bahwa Allah itu berbeda dengan manusia, dan Ia tidak pernah berbuat curang. Segala keputusan-Nya pasti adil dan benar. Elihu ingin menjawab pertanyaan dan keberatan Ayub kepada Tuhan mengenai kesulitan yang dialaminya. Elihu menyalahkan Ayub dan meminta Ayub untuk bertobat. Dalam pemahaman Elihu, Allah pastilah adil, sehingga jika terjadi sesuatu dalam kehidupan Ayub yang membuatnya sengsara maka hal itu pasti disebabkan karena kesalahan yang diperbuat oleh Ayub sendiri. Namun, ada bagian yang mungkin terluput dari pemahaman Elihu adalah, bahwa keadilan Allah tidak hanya berarti bahwa Allah memberikan kesulitan sebagai hukuman orang yang bersalah, namun juga kadangkala Allah mengijinkan kesulitan menimpa seseorang sebagai alat untuk memurnikan imannya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita tidak dapat menemukan keadilan manusia dalam menangani banyak perkara? (2) Bagaimana Elihu memahami keadilan Tuhan terhadap Ayub? Berdoalah bagi penegakan hukum di Indonesia, agar segala perkara hukum dapat diselesaiakan dengan benar dan adil, sehingga tidak merugikan orang yang tidak bersalah.
08 RABU
JULI 2015
“Jagalah dirimu, janganlah berpaling kepada kejahatan, karena itulah sebabnya engkau dicobai oleh sengsara.” (Ayub 36:21)
Bacaan hari ini: Ayub 36 Bacaan setahun: Ayub 36-37
HIKMAT DALAM KESENGSARAAN
K
esulitan atau kesengsaraan adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh setiap orang. Setiap manusia menginginkan agar kehidupan yang dijalaninya adalah kehidupan yang baik dan lancar. Namun hal ini seringkali tidak bisa dihindari. Dalam pemikiran Elihu, kesengsaraan adalah akibat dari kejahatan. Tidak bisa dipungkiri bahwa bahwa saat manusia jatuh dalam dosa, maka keadaan kehidupan yang manusia jalani dipenuhi kesulitan sebagai akibat dari pilihan yang salah pada mulanya. Kadang, sekalipun kita bisa menjalani kehidupan dengan benar, kita masih bisa menghadapi tantangan dan kesulitan. Hal ini bukanlah berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita diizinkan untuk melakukan pilihan yang salah. Karena setiap pilihan yang salah akan ada buahnya, yaitu kesulitan atau kesengsaraan. Dengan cara apakah kita harus menjaga diri kita agar tetap bertahan atas pencobaan? Sebagaimana Ayub selalu memandang Tuhan sebagai kekuatan dan penolongnya, maka demikianlah kita seharusnya bersikap. Bila sengsara menimpa kita, maka kita perlu memahami, adakah sesuatu yang Tuhan ingin ajarkan kepada kita melalui kesengsaraan atau kesulitan kita itu, tanpa harus terpuruk dalam kesedihan ataupun menyesali diri atas kondisi yang terjadi. Marilah kita belajar mengambil pelajaran dari setiap kesulitan yang kita alami. Janganlah putus asa! Hari ini, jika Anda menghadapi situasi yang sulit, bertekunlah dalam Tuhan, sebab tidak selamanya orang benar itu dibiarkan-Nya sendirian. Marilah kita mengingat kembali berapa lama atau sering kita menyerah dengan tantangan yang menimpa kita dan belajar untuk berkomitmen serta berserah kepada Tuhan, agar dimampukan-Nya untuk melewati semua tantangan yang kita hadapi, dengan kemenangan yang berasal dari Kristus. Hadapilah segala sesuatunya bukan dengan kekuatan sendiri, melainkan percaya pada kuasa dan hikmat Tuhan, sebab dalam segala perkara yang kita hadapi, ada hikmat di dalamnya yang membuat kita semakin dewasa dalam iman dan bijaksana. STUDI PRIBADI: (1) Apakah orang benar bisa menderita, mengapa? (2) Bagaimana sikap kita dalam menghadapi situasi yang sulit? Bedoa bagi para misionaris yang menghadapi tantangan dalam pelayanan mereka, agar mereka tidak putus asa, melainkan tetap bersemangat dalam melayani Tuhan dan jiwa-jiwa yang terhilang.
09 KAMIS
JULI 2015
“Maka jawab Ayub kepada TUHAN: “Sesungguhnya, aku ini terlalu hina; jawab apakah yang dapat ku berikan kepada-Mu?” (Ayub 39:36-37).
Bacaan hari ini: Ayub 39:1-38 Bacaan setahun: Ayub 38-40
MENGENAL ALLAH DAN DIRI SENDIRI
A
pakah Anda pernah bertanya kepada orang lain mengenai suatu kejadian? Mengapa Anda bertanya? Bisa saja karena tidak tahu dan ingin tahu. Bisa juga karena ingin menguji, dan lain sebagainya. Ada juga yang sudah tahu, tapi bertanya. Begitu juga dalam kisah Ayub; Tuhan bertanya kepadanya: Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah jika engkau mempunyai pengertian! Mengapa TUHAN bertanya? Apakah karena Dia tidak tahu? Tentu tidak. Dia adalah TUHAN yang Mahatahu. Jika demikian, mengapa Dia bertanya? Sebetulnya ialah untuk menolong Ayub mengenal Dia (secara pribadi). Ayub telah mengenal TUHAN, namun itu pun baru dari kata orang (Ayb. 42:5). Pengenalan seperti ini membuat Ayub berani berperkara dengan TUHAN. Ayub berani berkata: “Lihatlah, Ia (TUHAN) hendak membunuh aku” (Ayb. 13:15). Ayub juga mengutuki hari kelahirannya. (Ayb. 3:1-26). Dalam pasal 39: 36-38, kita dapat melihat, (1) akhirnya Ayub menyadari bahwa dirinya terlalu hina di hadapan Allah; (2) Ayub menutup mulutnya, dia tidak dapat berkata-kata; (3) Ayub berjanji tidak akan mengulangi perkataannya. Tidak cukup mengenal Tuhan dari kata orang. Kita harus mengalami TUHAN secara Pribadi. Pengenalan semacam ini sangat penting, sebab hal ini akan berdampak pada perkataan dan perilaku kita setiap hari. Apalagi ketika kita berada dalam berbagai-bagai permasalahan. Marilah kita membangun fondasi pengenalan akan Tuhan Yesus dengan baik, dengan cara membangun kehidupan rohani yang teratur dalam membaca dan merenungkan Firman Tuhan, yang tertulis dalam Alkitab, agar melalui perkataan dan perbuatan kita tersebut, Tuhan Yesus dimuliakan; bukan sebaliknya. Seorang Bapak Gereja bernama Agustinus pernah berkata: “Dalam hidupku, aku hanya ingin mengenal dua hal, yaitu: Mengenal Allah dan mengenal diriku.” Artinya, jika kita mengenal Allah, maka kita akan mengenal diri kita; dan jika kita mengetahui siapa diri kita, maka kita akan tahu betapa agung dan mulianya TUHAN itu. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa mengenal Allah itu sangat penting bagi kehidupan kita? (2) Apa perbedaan antara mengenal Allah secara teori dengan mengalami Allah? Berdoalah agat Jemaat Tuhan dapat mengalami Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga Jemaat rindu untuk setia melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupannya.
10 JUMAT
JULI 2015
“TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu.” (Ayub 42:12a)
Bacaan hari ini: Ayub 42:1-17 Bacaan setahun: Ayub 41-42
INDAH PADA WAKTUNYA
A
da banyak kisah inspiratif yang mungkin telah terngiang-ngiang di telinga Anda. Salah satunya adalah kisah inspiratif tentang seorang inspirator dunia, bernama Nick Vujicic. Nick adalah seorang yang terlahir tanpa memiliki tangan dan kaki. Namun, apakah semua itu adalah akhir? No! Akhirnya Nick menikmati suatu kehidupan yang indah. Ia bisa melakukan aktifitas seperti manusia pada umumya; bahkan ia bisa mempunyai isteri yang cantik. Lebih dari itu adalah, dia menjadi berkat bagi banyak orang. It’s Amazing. Nah, begitu juga dengan kisah Ayub. Ayub adalah orang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Namun dalam masa hidupnya ia terkena penyakit kulit, dan semua yang ia miliki telah tiada (kecuali isterinya). Penyakit kulit yang diderita Ayub barulah awal dari suatu perjalanan iman Ayub. Apakah yang terjadi ketika TUHAN memulihkan keadaan Ayub? Kita melihat bahwa: (1) Ayub dapat mengenal Tuhan secara pribadi. Ayub mengalami suatu pertumbuhan iman yang sangat baik (Ayb. 42:5). (2) Penyakit Ayub disembuhkan. (3) Ayub memiliki banyak harta kekayaan. Ayub mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina (ay. 12). (4) Ayub mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga anak perempuan, yang kecantikannya tidak tertandingi di negerinya (ay. 13-15); dan yang terakhir, (5) Tuhan menambahkan umur Ayub menjadi seratus empat puluh tahun (ay. 16). Segala persoalan yang kita alami bukanlah akhir dari hidup. Semuanya itu baru awal. Ibarat sebuah film yang ada 10 episode; mungkin saat dalam masalah, baru episode lima, tapi bukan episode terakhir. Biasanya ending dari sebuah film sangatlah indah. Di balik awan tebal (gelap) ada matahari; sehabis hujan ada pelangi yang sangat indah. Demikian juga, di balik tiap persoalan yang kita hadapi, ada sesuatu yang indah yang Tuhan Yesus rancangkan bagi kita. Bersyukurlah dan bersabarlah serta berdoa menanti waktu yang indah itu (Pkh. 3:11a). STUDI PRIBADI: (1) Apa yang pada akhirnya Tuhan berikan kepada Ayub? (2) Bagaimana sikap Ayub dalam menghadapi kesulitan hidupnya maupun menantikan jawaban Tuhan? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi pergumulan hidup agar mereka tidak putus asa menghadapinya, tetapi terus bersandar pada Tuhan dan hidup dalam kebenaran.
11 SABTU
JULI 2015
“Dari Tuhan datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu” (Mazmur 3:9)
Bacaan hari ini: Mazmur 1-3 Bacaan setahun: Mazmur 1-3
DI BAWAH PERLINDUNGAN ILAHI
S
eorang yang hidup benar di hadapan Allah adalah orang yang hidup di bawah perlindungan Allah. Maka Firman Tuhan menyebutnya “berbahagia.” Apakah ciri-ciri dari orang tersebut? (1) Yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Artinya, ia tidak tinggal dalam kejahatan, melainkan memusatkan hidupnya pada “apa yang Allah katakan,” karena kesukaannya adalah Taurat Tuhan dan merenungkan Taurat itu siang dan malam, sampai meresap ke dalam jiwanya. Apabila orang tidak hidup benar di hadapan Allah, maka ia tidak akan menaikkan doa-doanya yang baik dan benar. (2) Tunduk pada aturan dan ketetapan TUHAN (bdk. Ps. 2:7). Mereka yang melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya, dengan cara memberontak, mencari cara serta sarana untuk mencegah penegakan Kerajaan Kristus. TUHAN mengolok-olok mereka sebagai kumpulan orang-orang bodoh. Kebodohan orang-orang berdosa hanya menjadi lelucon saja bagi hikmat dan kuasa Allah yang tidak terbatas. TUHAN akan meremukkan mereka yang tidak percaya dan yang memusuhi Injil Kristus, dengan gada besi (bdk. Dan 2:40). (3) Mengandalkan TUHAN di dalam hidupnya (bdk. Ps. 3:4). Artinya, hatinya tetap teguh berpaut kepada Allah, walaupun musuh-musuhnya mengecilkan hatinya dalam kesulitan dan bahaya hidup. Yang tampak adalah ketenangan dan keteduhan yang luar biasa dalam jiwanya, sebab TUHAN telah memukul rahang semua musuh-musuhnya. Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah kita tetap mempertahankan hidup benar dan membangun relasi yang benar dengan Tuhan? Masihkah kita mengeraskan hati pada TUHAN, bila janji kebahagiaan pasti diberikan? Kita wajib percaya bahwa berkat itu sesuai dengan yang difirmankan-Nya, tercurah atas kita walaupun kita tidak mampu melihatnya. Marilah dalam menyanyikan mazmur ini dan mendoakannya, kita harus mengakui kepuasan yang telah kita rasakan dalam hidup sebagai orang benar, sebagai orang yang hidup di bawah perlindungan Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apa ciri-ciri orang yang takut akan Tuhan? (2) Mengapa kita harus hidup dalam kebenaran? Apakah keuntungannya? Berdoalah bagi para pemuda Kristen agar mereka hidup benar di hadapan Allah dan menjalankan kehidupan yang sepenuhnya bergantung kepada kuasa Allah dalam setiap aspek hidup mereka.
12
MINGGU
JULI 2015
“… Di dalam kesesakan Engkau memberi kelegaan kepadaku…” (Mazmur 4:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 4-6 Bacaan setahun: Mazmur 4-6
ARTI DOA
K
itab Mazmur ini adalah kitab pujian dan doa kuno untuk mengetahui apa yang akan dikatakannya tentang hidup, Allah dan bagaimana menjalani hidup sebagai orang beriman. Apabila kita membaca dan merenungkan Mazmur 4-6, di dalamnya penuh dengan ungkapan permohonan pertolongan kepada TUHAN. (1) Mazmur 4. Di dalam menyanyikan ayat-ayat ini, kita harus menyampaikan terhadap diri kita sendiri, ajaran tentang sifat dosa yang membangkitkan amarah TUHAN, kesia-siaan dunia yang penuh dusta terhadap kekayaan dan kesenangan dunia yang tidak mampu membuat kita berbahagia, bahkan kebahagiaan tak terperikan yang akan dialami umat Allah, maka kita harus memohonkan Anugerah Allah dalam doa agar kita dimampukan untuk mempercayakan diri dalam segala perkara ke dalam bimbingan dan Pemeliharaan Ilahi. (2) Mazmur 5. Sebuah curahan hati yang penuh kesungguhan kepada Allah dalam doa ketika si pemazmur dibuat susah oleh kebencian musuh-musuhnya. Kita harus dengan iman menempatkan diri di bawah bimbingan dan pemeliharaan Allah; sehingga hati kita penuh dengan kemenangan di dalam DIA, di dalam keselamatan daripada-Nya terhadap musuh-musuh-Nya. (3) Mazmur 6. Adalah salah satu mazmur ratapan yang ditulis pada saat terjadi kesukaran hebat, secara lahiriah maupun batiniah karena murka-Nya kepada kita. Maka jika kita merendahkan diri dan berdoa, perkara yang menimpa kita pun tidak akan berlangsung lama, tanpa penyelesaian. Dalam menyanyikan dan mendoakannya, kita harus memberikan kemuliaan bagi Allah, sebagai Allah yang bersedia mendengarkan doa kita. Kita harus mengakui kebaikan-Nya, sebab Allah telah mendengarkan doadoa kita. Maka, tegar hatilah dalam menantikan serta mempercayai-Nya dalam kesusahan dan kesulitan yang paling berat sekalipun. Kuncinya: “Doa orang benar bila dengan yakin di doakan akan besar kuasanya” (Yak. 5:16). Bagaimana dengan kehidupan Anda pada hari ini? Tetaplah tekun di dalam Tuhan dan berdoa kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita perlu mencurahkan isi hati kepada Tuhan? (2) Mengapa Kitab Mzmur dapat menolong kita menghadapi dinamika kehidupan masa kini? Berdoalah secara pribadi kepada Tuhan; serahkan apa yang menjadi beban hidup Anda, dan percayalah bahwa Tuhan akan bekerja menurut waktu dan rencana-Nya bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.
13 SENIN
JULI 2015
“Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi.” (Mazmur 8:10)
Bacaan hari ini: Mazmur 8 Bacaan setahun: Mazmur 7-9
SIAPAKAH MANUSIA?
M
azmur 8 ini singkat, namun sangat indah, menyatakan kemuliaan Allah melalui ciptaan-Nya yang sangat agung. Keagungan ciptaan Tuhan bisa dilihat melalui: (1) Iman seorang anak kecil, yang dipakai Tuhan untuk mengalahkan mulut musuh-musuh yang sombong. Dalam PB Tuhan Yesus menghendaki agar kita memiliki iman seperti seorang anak. Kita tahu bahwa iman seorang anak adalah percaya dengan tulus, tanpa ragu-ragu, dan langsung melakukan apa yang diajarkan oleh orang tuanya, atau gurunya; iman yang ceria, berharap, berbuat, berani bersaksi. Itulah iman yang mengalahkan musuh-musuh kita. Bukan pada “iman” itu sendiri, melainkan pada “Pribadi” yang diimani. Apakah kita memiliki iman seorang anak? (2) Melihat fenomena yang luar biasa dari ciptaan Tuhan, baik langit di atas, maupun bumi di bawah dan segala kejadian yang dapat dilihat/dialami orang percaya. Orang percaya melihat semua hal itu dari kacamata iman, bahwa Allah berkuasa dalam segala sesuatu, besar maupun kecil, jauh maupun dekat, dan mendatangkan kebaikan/keagungan, bagi orang yang percaya. Apakah kita memahami setiap kejadian dari aspek iman? (3) Allah pun dimuliakan melalui perenungan dan kerinduan manusia. Hanya manusia ciptaan Allah yang memiliki gambar dan rupa Allah yang dapat membangun relasi yang benar dengan Allah, melalui karya keselamatan dalam diri Yesus Kristus. Karena itu, tatkala manusia menerima semua ini, ia gentar di hadapan Allah, dia merendahkan dirinya dan sadar bahwa dirinya tidak layak untuk mendapatkan apa pun juga di hadapanNya. Semua hanya karena anugerah Allah semata. Karena itu, semua manusia harus setia di hadapan Allah. Kita diberikan anugerah, kita harus mempertanggungjawabkan setiap anugerah yang Allah berikan kepada kita, jangan kita sia-siakan! Memang kita lemah dan sering jatuh di dalam dosa, namun dengan bersandar pada kasih setia Tuhan senantiasa, kita pun dimampukan untuk setia, bertanggung jawab, dan memuliakan namaNya dalam segala hal yang kita perbuat. STUDI PRIBADI: (1) Apa saja yang dapat kita pelajari dari Mazmur 8 ini? (2) Setelah kita merenungkan, komitmen apa yang kita harus lakukan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup penuh syukur, takut akan Tuhan dan meneladani Tuhan, sehingga melalui kehidupan mereka, nama Tuhan dimuliakan.
14 SELASA
JULI 2015
“Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu.” (Mazmur 11:3)
Bacaan hari ini: Mazmur 11 Bacaan setahun: Mazmur 10-12
MENJAGA INTEGRITAS
D
alam perjalanan hidup kerohanian kita, kita menghadapi berbagai pencobaan dan kesulitan. Ada banyak tawaran jalan keluar yang diberikan kepada kita, namun ada juga yang merupakan pemikiran kita. Dengan dasar apa kita mengambil keputusan tersebut? Dalam Mazmur 11 ini kita melihat, bahwa dalam sepanjang hidupnya, Daud mengalami begitu banyak pergumulan, penganiayaan, pencobaan, dan lain sebagainya, dan ada begitu banyak nasihat orang yang diberikan kepada dia. Tetapi di sini kita melihat sebuah teladan dari Daud. Ada orangorang yang memberikan nasihat kepada Daud untuk melarikan diri, meninggalkan semua masalahnya seperti burung terbang jauh ke pegunungan. Apabila kita tidak tahu permasalahannya, mungkin nasihat seperti itu, sepintas lalu kelihatannya baik dan enak didengar. Namun di balik nasihat tersebut, Daud sadar bahwa itu mempertaruhkan integritas imannya. Bila Daud hidup untuk dirinya, melarikan diri dari musuh-musuh dan permasalahannya, maka semuanya akan beres. Namun Daud ada dan hidup, bukan untuk dirinya, melainkan ia adalah seorang pilihan Allah, dan Allah memiliki rencana atas semua pencobaan yang dialami oleh Daud. Daud tidak boleh melarikan diri. Hati sebagai dasar iman kepercayaannya kepada Allah tidak boleh takut dan hancur, tapi justru harus menguatkan diri tatkala dirinya takut (Mzm. 56:34). Demikian juga dengan kita, dalam perjalanan rohani kita, tatkala kita menghadapi tantangan hidup, janganlah kita melarikan diri, atau mencari cara duniawi untuk mengatasi pergumulan hidup kita itu. Kiranya mata kita senantiasa tertuju kepada Allah; seperti Daud, yang percaya pada kuasa dan kemahatahuan Allah, yang menyelidiki hati setiap manusia. Karena itu, kita tidak perlu takut pada orang jahat yang berpura-pura baik, atau musuh dalam selimut, situasi ekonomi maupun dunia, bahkan para penguasa yang lalim. Karena Tuhan yang bertakhta di sorga, adalah Tuhan yang juga hadir di tengah dunia untuk menyelidiki hidup manusia, sehingga semua orang dikenal dan diketahui oleh-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Daud mengungkapkan sikapnya dalam menghadapi orang fasik/pergumulannya? (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda? Berdoa bagi mereka yang sedang menghadapi pencobaan dan tantangan hidup, agar mereka tetap setia kepada Tuhan dalam segala hal dan mampu untuk hidup benar di hadapan-Nya.
15 RABU
“Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati.” (Mazmur 13:4) JULI 2015
Bacaan hari ini: Mazmur 13:1-6 Bacaan setahun: Mazmur 13-15
TUHAN PASTI MENOLONG
M
azmur 13 ini adalah sebuah doa Daud di tengah kesulitan yang dia hadapi, dimana ia dikejar Raja Saul. Ini adalah masa yang sangat berat; sampai Daud merasa Allah melupakannya; bahkan bukan hanya sekali, tetapi melupakannya terus-menerus (ay. 2). Di tengah-tengah pergumulannya itu, Daud melakukan sebuah hal yang baik sekali untuk kita tiru. Dalam ayat ke 4 dan 5, Daud menaikkan permohonan kepada Tuhan. Permohonan Daud sangatlah sederhana, hanya supaya Tuhan menjaga nyawanya dan agar tidak dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Doa ini mungkin tidak terkesan rohani, tetapi Daud memberi sebuah contoh bahwa pada waktu kita datang ke hadapan Allah, apapun boleh kita minta, bahkan untuk urusan-urusan yang tampaknya “duniawi” sekalipun. Mazmur ini ditutup dengan sebuah keyakinan, bahwa kasih setia dan penyelamatan Tuhan akan dialami oleh Daud. Apabila kita sedang bergumul seperti Daud; dan pergumulan itu berat, baik itu yang berkaitan dengan keluarga, kesehatan, pekerjaan, keuangan, relasi, pelayanan atau apapun juga, ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari sikap Daud. Pertama kita mengakui segala perasaan kita di hadapan Allah. Jika kita merasa putus asa, ditinggal Tuhan, maka adalah hal yang wajar apabila kita menyatakan perasaan kita itu. Daud yang dekat dengan Tuhan pun, mengungkapkan kekecewaannya terhadap Tuhan. Namun kita harus diingat, Daud tidak berhenti sampai di keluhan terhadap Tuhan saja, melainkan dia juga melakukan hal yang kedua, yaitu Daud minta pertolongan kepada Tuhan. Artinya, Daud selama ini telah meminta, tetapi Tuhan tidak menjawabnya. Sekarang setelah Daud mengeluh, dia kembali meminta kepada Tuhan. Di sini kita belajar untuk tidak putus asa dalam doa kita yang kita naikkan kepada Tuhan. Mungkin kita telah berdoa berhari-hari, bahkan bertahun-tahun, dan Tuhan belum memberikan, maka kita jangan berhenti berharap kepada Tuhan. Kita meminta karena kita percaya akan kasih setia Tuhan, kita percaya akan kuasa Tuhan yang dapat melakukan segala sesuatu untuk menolong kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Nehemia ketika mendengar kondisi Yerusalem, dan bagaimana pula ia menangkap sebuah visi? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari sikapnya? Berdoa bagi para pemimpin gereja, agar mereka dapat menangkap visi dari Tuhan dan memiliki komitmen yang tinggi untuk bisa menjalankan, maupun membagikan visi itu kepada jemaat.
16 KAMIS
JULI 2015
“Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.” (Mazmur 17:8)
Bacaan hari ini: Mazmur 17:1-15 Bacaan setahun: Mazmur 16-17
AMAN DALAM LINDUNGAN TUHAN
M
azmur 17 berbicara mengenai doa Daud yang meminta Tuhan melindungi dia dalam masa diburu oleh Saul. Sekali lagi Daud berdoa menyatakan keluh kesahnya kepada Tuhan. Kali ini Daud meminta Tuhan untuk menguji perkaranya. Apakah memang dia pantas untuk diburu oleh Saul. Daud yakin bahwa dia tidak melakukan sesuatu yang jahat. Karena itu, Daud memohonkan kepada Tuhan, yaitu jika dia tidak bersalah maka Tuhan dapat memelihara kehidupannya, memelihara nyawanya. Dalam Mazmur 17:8, Daud menggambarkan permintaannya dengan sebuah metafora biji mata. Hal ini sangat indah karena kita tahu biji mata adalah bagian dari tubuh yang sangat penting, tetapi juga sangat lemah. Mata sangat mudah sekali untuk terluka, bahkan oleh setitik debu pun, mata dapat menjadi rusak. Karena itu, tidak ada seorangpun yang membiarkan biji matanya terluka, melainkan sebaliknya, akan berusaha sebaik mungkin untuk melindunginya. Demikianlah Daud menggambarkan dirinya seperti biji mata; Daud ingin mengatakan bahwa dirinya sangat lemah sekali, tidak ada yang dia dapat lakukan untuk melindungi dirinya sendiri, kecuali perlindungan itu datang dari Tuhan. Seperti Daud yang menyadari akan kelemahan dirinya, marilah setiap kitapun menyadari bahwa diri kita pun sangat rapuh. Kesehatan kita hari ini baik, tetapi besok belum tentu. Kita aman dan selamat hari ini, tetapi besok kita tidak tahu. Ekonomi kita baik hari ini, tetapi besok kita sama sekali tidak bisa mengendalikannya. Dalam kelemahan, kita seharusnya sadar bahwa kita butuh Tuhan untuk menjadi tempat perlindungan kita; sehingga kita akan terjaga dari segala macam bahaya, bahkan terhindar dari hal-hal yang dapat menghancurkan hidup kita. Pertanyaannya adalah, apakah kita mau merendahkan diri di hadapan Tuhan? Apa kita mau mengakui kelemahan dan kerapuhan diri kita di hadapan-Nya, serta meminta perlindungan dari Tuhan untuk kehidupan kita? Janganlah kita mengandalkan kekuatan diri sendiri! Sebaliknya, marilah kita bersandar kepada Tuhan, karena Dialah tempat perlindungan kita. STUDI PRIBADI:(1) Sekalipun Daud adalah seorang raja dan memiliki pengalaman perang, bagaimana sikap Daud di hadapan Tuhan? (2) Bagaimana hidup Anda di hadapan Tuhan? Berdoa bagi para pemimpin gereja, institusi Kristen dan para pelaku bisnis Kristen, agar mereka selalu bersandar pada kuasa dan pertolongan Tuhan dan mengakui keterbatasan mereka di hadapan-Nya.
17 JUMAT
JULI 2015
“Langit menceritakan kemuliaan Allah...” (Mazmur 19:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 19 Bacaan setahun: Mazmur 18-19
KEMULIAAN TUHAN
T
idak lama lagi, Ratu Elizabeth dari Kerajaan Inggris akan menyerahkan takhtanya kepada Pangeran Charles. Bisa dibayangkan betapa megah upacara dan pesta penobatan tersebut. Baik musik, parade kemiliteran dan kemeriahan dekorasi, akan menambah kemegahan dan keagungan Kerajaan Inggris. Demikian juga Pemazmur yang mengekspresikan keagungan dan kemuliaan Tuhan melalui pekerjaan tangan-Nya (ay. 1-7) dan Taurat-Nya (ay. 8-15). (1) Langit dan cakrawala menceritakan kemuliaan Tuhan. Siapakah yang menciptakan matahari, bulan dan bintang, adanya siang dan malam, serta keteraturan seluruh sistem tata surya? Dengan bangga Pemazmur menegaskan keberadaan alam semesta yang indah ini adalah pekerjaan tangan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang ada di alam semesta ini yang tidak dikerjakan oleh tangan-Nya. Melalui Mazmur ini, kita diajarkan untuk membesarkan nama Tuhan karena keindahan penciptaan-Nya. Setiap kali kita melihat pancaran matahari, bulan dan bintang, serta keindahan cakrawala yang menghiasi kehidupan kita, marilah kita kembalikan segala kemuliaan bagi-Nya. Hari demi hari, tidak henti-hentinya kita menceritakan dan memuji keagungan dan kemuliaan-Nya. (2) Kesucian Taurat-Nya melukiskan kemuliaan-Nya. Bukan hanya alam semesta dan segala isinya menceritakan kemuliaan-Nya, Pemazmur juga mengagumi dan memuji Tuhan karena kesucian Taurat-Nya. Taurat merupakan firman Tuhan yang bermuatan hukum moral, spiritual dan norma-norma hidup yang berguna bagi kehidupan manusia. Taurat adalah “titah” atau “peraturan” dari Allah untuk umat-Nya. Melalui imam dan nabi, Taurat Tuhan dapat diajarkan dan disampaikan kepada bangsa Israel untuk ditaati, karena Taurat Tuhan berakar dalam perjanjian yang diikrarkan Tuhan dengan umat-Nya. “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer. 31:33). Jika mereka menaati Taurat-Nya, maka Tuhan akan memberkati mereka. STUDI PRIBADI:(1) Dari manakah kita dapat melihat keagungan dan kebesaran Tuhan? (2) Ketika kita melihat keagungan & kebesaran Tuhan, bagaimana respons kita kepada-Nya? Berdoalah bagi lembaga-lembaga non-profit yang bergerak dalam bidang perawatan dan penjagaan dunia ciptaan Tuhan ini, juga keterlibatan orangorang Kristen di dalamnya.
18 SABTU
JULI 2015
“Kiranya diingat-Nya segala korban persembahanmu...” (Mazmur 20:4)
Bacaan hari ini: Mazmur 20 Bacaan setahun: Mazmur 20-22
DOA PERMOHONAN
D
oa tidak hanya sekadar meminta kepada Tuhan, doa juga merupakan bagian dari ibadah seseorang kepada-Nya. Dengan kata lain, doa adalah kegiatan rohani yang semestinya dilakukan setiap orang. Mazmur bagian ini mengajak umat untuk menaikkan doa bagi raja atau pemimpin mereka. Kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan rakyat sangat diperlukan dalam sebuah negara. Negeri bagian Yehuda sering mengalami ancaman musuh, maka raja Yerusalem perlu mendapat dukungan doa dalam menjaga rakyatnya. (1) Kiranya Tuhan menjawab engkau pada waktu kesesakan. Istilah kesesakan sering muncul dalam Mazmur bagian lain (Mzm. 4:1; 9:9), yang menunjukkan keadaan seseorang dalam kesulitan, ibarat orang kesulitan bernafas. Untuk keluar dari kesesakan, hanya kepada Tuhan mereka berteriak minta tolong. “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mzm. 18:6). Mereka percaya hanya Allah Yakub, Allah nenek moyang mereka yang dapat membentengi mereka. (2) Kiranya dikirimkan-Nya bantuan kepadamu dari tempat kudus dan dikosongkan-Nya engkau dari Sion. Berkat pertolongan akan diberikan kepada mereka yang berseru dan memanggil Allah Yakub yang bersemayam di tempat kudus di Sion. Tuhan Allah berkenan hadir, meski Tuhan sendiri diam di sorga. “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya” (Mzm. 115:3; bdk. Ul. 4:36; 26:15). Tetapi Ia juga memilih suatu tempat untuk membuat nama-Nya diam di situ (Ul. 18:11; 14:23), juga di dalam rumah yang didirikan bagi-Nya (2Sam. 7:13), dan Ia juga berkenan dipanggil untuk hadir di situ menyertai umat-Nya. (3) Kiranya diingat-Nya segala korban persembahanmu dan mengindahkan apa yang kau kehendaki. Pemazmur begitu yakin bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan raja. “Ya TUHAN, berikanlah kemenangan kepada raja! Jawablah kiranya kami pada waktu kami berseru!” (Mzm. 20:10). STUDI PRIBADI:(1) Mengapa seorang raja tetap perlu mendapat dukungan dalam doa? (2) Dari manakah sumber kemenangan dan kesejahteraan sebuah kerajaan atau negara? Berdoalah bagi bangsa dan para petinggi negeri, agar mereka mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereka dengan benar, sehingga rakyat menjadi sejahtera.
19
MINGGU
JULI 2015
“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN…” (Mazmur 25:4)
Bacaan hari ini: Mazmur 25:4-5 Bacaan setahun: Mazmur 23-25
HATI YANG MAU DIAJAR
S
alah satu “jebakan” budaya Timur adalah “senioritas”, bahwa orang yang semakin senior akan semakin dihormati, karena dianggap semakin banyak pengalaman hidup dan makin berhikmat/bijak. Pertambahan usia akan secara otomatis menjadikan orang dipandang makin bijak dan berhikmat. Kesalahpahaman ini berdampak negatif secara timbal balik. Bagi orang (khususnya kaum pria) yang makin tua, dia menjadi semakin sulit untuk mengakui kelebihan dari kelompok yang lebih muda. Lebih parah lagi, semakin penting posisi atau semakin tinggi jabatannya, semakin sulit menerima pengajaran. Ketika Daud menuliskan mazmur ini, dia sudah menjadi raja dan usianya sudah semakin menua. Dia minta dosa-dosa di masa mudanya diampuni, dan Daud menyebut bahwa dia memiliki banyak musuh, hal mana terjadi setelah dia menjadi raja, dan bukan sebelumnya. Dia adalah seorang raja panutan, raja yang banyak menuai keberhasilan karena kebergantungannya kepada Tuhan. Daud adalah seorang raja ideal yang namanya selalu disebut di kemudian hari secara positif, contoh yang patut diteladani oleh para raja setelah dia. Tidak diragukan lagi bahwa Daud adalah seorang raja yang besar, yang hidup dekat dengan Allah, dan yang banyak mengalami karya Allah di dalam hidupnya. Salah satu kualitas hidup Daud yang paling menonjol adalah bahwa dia memiliki hati yang mau diajar (teachable heart). Ia bukanlah manusia sempurna, bahkan pernah melakukan dosa perzinahan yang memalukan. Tapi ketika ditegur, dia sama sekali tidak berusaha berdalih membela diri, melainkan segera sadar dan bertobat. Di dalam memimpin umat berperang melawan musuh, dia berulangkali bertanya dulu kepada Tuhan, mencari kehendak Tuhan. Sekalipun sudah mengalami kemenangan demi kemenangan, dia tidak menjadi sombong seolah tidak membutuhkan pertolongan Tuhan lagi. Dia tetap rendah hati dan bertanya kepada Tuhan. Di balik kekurangan dan kelemahannya, Daud adalah seorang yang mau diajar. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang yang semakin tua dan berkedudukan tinggi sulit diajar atau menerima teguran dan nasihat dari orang lain? (2) Bagaimana dengan Daud? Berdoalah bagi para pemimpin Kristen, baik dalam gereja maupun dalam perusahaan, agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang bersedia belajar dan menyadari keterbatasannya.
20
SENIN
JULI 2015
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN …” (Mazmur 27:4)
Bacaan hari ini: Mazmur 27:4, 8 Bacaan setahun: Mazmur 26-28
KEINTIMAN DENGAN ALLAH
S
alah satu esensi kekristenan yang terhilang dalam ajaran dan juga dalam kehidupan bergereja hari ini adalah relasi hidup yang intim dengan Allah. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan iman jemaat menjadi dangkal, dan kehidupan gereja menjadi kering. Komentar ahli mengatakan bahwa gereja masa kini mencapai pengembangan yang paling luas, tapi juga paling dangkal. Kedangkalan tersebut jelas berkaitan dengan hilangnya “core value” atau nilai utama dari kehidupan gereja. Secara teori kita mengerti bahwa Hukum Yang Terutama dalam ajaran seluruh Alkitab adalah apa yang tertera dalam Ulangan 6:5 dan Matius 22:37-40, yaitu hidup di dalam relasi kasih dengan Allah dan sesama. Relasi manusia berdosa dengan Allah yang mahasuci dapat terjadi atau terjalin kembali, semata-mata hanya karena anugerah Allah. Karena kasih, Allah datang mencari dan menebus manusia berdosa. Tujuan dari karya keselamatan yang dikerjakan lewat pengorbanan Kristus di atas salib ini bukan hanya menghindarkan orang dari neraka saja, tetapi supaya orang berdosa dapat kembali berelasi dengan Allah di dalam kasih. Ini adalah relasi kasih. Relasi kasih seperti ini tidak pernah terjadi tanpa keintiman. Alkitab tanpa ragu menyatakan bahwa Daud adalah seorang yang hidupnya berkenan kepada Allah, bukan karena dia adalah manusia saleh yang sempurna. Tapi Daud adalah seorang manusia biasa yang bisa berdosa, namun mempunyai kerinduan besar untuk menikmati keintiman dengan Allah. Keinginan dekat dengan Tuhan menjadi tujuan utama hidupnya, menjadi prioritas hidupnya, menjadi fokus utama dan terakhir dalam hidupnya. Dia rindu untuk mengalami dan menikmati relasi dengan Tuhan seumur hidupnya. Satu hal itu – keintiman dengan Allah – itu saja yang dia minta kepada Allah, melebihi yang lainnya. Bagi Daud, tidak ada yang lebih bernilai daripada relasi kasih yang intim dengan Allah yang tidak pernah berubah kasih setia-Nya. Inilah esensi kekristenan yang sudah hilang! Masih rindukah engkau untuk mengalaminya kembali? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa keintiman kita dengan Allah begitu penting bagi diri sendiri maupun gereja Tuhan? (2) Faktor apa saja yang bisa menghambat keintiman kita dengan Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan, agar mereka memiliki gairah yang kuat untuk membangun relasi yang intim dengan Tuhan di dalam kasih dan firman-Nya, sehingga kemajuan rohani mereka semakin nyata.
21
SELASA
JULI 2015
“Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya …” (Mazmur 30:5)
Bacaan hari ini: Mazmur 30:5-6 Bacaan setahun: Mazmur 29-30
BERSYUKUR ATAS KASIH SETIA ALLAH
D
ewasa ini banyak orang datang ke gereja untuk menikmati suatu kemasan ibadah yang menyenangkan, menghibur, dan memberi semacam rasa kepuasan. Apakah ibadah mendatangkan berkat nyata bagi kerohaniannya, itu tidak penting. Yang lebih penting adalah bahwa dia merasa terhibur. Salah satu alasan terjadinya kondisi ini adalah budaya konsumerisme zaman ini, yang secara tidak disadari merembes ke dalam berbagai sisi kehidupan, termasuk ibadah. Kita hidup di suatu zaman, di mana kepuasan pembeli begitu diutamakan. Pembeli adalah raja. Asal uangnya keluar, maka kita akan puaskan dia. Maka jika orang merasa tidak puas, dia berhak protes, berhak mengkritik. Ketika orang Kristen yang iman kerohaniannya tidak bertumbuh dengan sehat, lalu terpengaruh oleh spirit zaman seperti ini, maka dia juga akan datang ke gereja dengan sikap yang sama. Mazmur 30 ditulis oleh Daud dalam konteks penahbisan Bait Suci, yang baru akan dibangun kemudian oleh Salomo, anaknya. Jauh sebelum Bait Allah dibangun, Daud telah menuliskan sebuah syair rohani yang isinya semata-mata pujian syukur kepada Tuhan karena segala kebaikanNya yang telah dinyatakan kepada dia, kepada keluarganya, dan kepada umat. Tuhan lah yang menjadi fokus dari syairnya, bukan dirinya. Kebaikan dan kasih setia Tuhan menjadi sasaran pujian Daud. Allah murka ketika diperhadapkan dengan dosa. Natur kesucian-Nya menyebabkan Allah bereaksi murka terhadap dosa, tetapi Dia tetap memberikan kemurahanNya, bukan hanya sesaat, bukan hanya sesekali, tapi seumur hidup. Tujuan penulisan mazmur ini jelas, yaitu supaya orang Israel ingat bahwa setiap kali datang ke rumah Tuhan, hanya karena kemurahan dan kebaikan-Nya belaka, mereka dilayakkan. Bukan Allah yang membutuhkan mereka, tetapi merekalah yang membutuhkan Allah dan kemurahan-Nya yang tiada terukur. Hanya hati yang penuh syukur itulah yang sepantasnya mengiringi langkah mereka masuk ke dalam Bait-Nya. Begitu juga dengan kita, setiap kali kita datang untuk beribadah kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah ibadah itu kita lakukan sebagai pemuas kesenangan/selera kita, atau karena rasa syukur kita kepada Tuhan atas kasih setia-Nya? (2) Apa alasannya? Berdoalah bagi jemaat agar mereka beribadah kepada Tuhan bukan karena terpaksa atau memuaskan kesenangan mereka, tetapi mensyukuri kasih Tuhan dan kebaikan-Nya.
22
RABU
JULI 2015
“Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu …” (Mazmur 31:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 31 Bacaan setahun: Mazmur 31-32
TUHAN ITU SETIA
K
etika kita menghadapi persoalan hidup yang tak kunjung selesai, bahkan jalan kehidupan yang tidak bertambah baik, tentu membuat kita mempertanyakan kasih dan kesetiaan Tuhan kepada kita. Tidak jarang mereka yang menyebut dirinya sebagai orang Kristen, kemudian berubah setia dan menyangkali imannya. Tapi bagaimana dengan Daud, tatkala ia harus menghadapi berbagai persoalan dalam hidupnya? Dalam Mazmur 31 ini kita dapat menemukan bagaimana respons Daud terhadap persoalan yang dihadapi (ancaman musuh) dan bagaimana responsnya terhadap Tuhan. Pertama, Daud tidak takut terhadap musuh, karena Tuhan-lah gunung batu dalam hidupnya (ay. 2-9). Tidak takut dan tidak putus asa dalam menghadapi setiap persoalan adalah sikap yang tepat. Alasannya adalah, jika kita percaya bahwa Allah adalah gunung batu pertolongan kita, maka tidak ada alasan untuk putus asa! Daud sangat yakin bahwa Tuhan itu setia dan benar, dan tidak akan membiarkan orang yang dikasihi-Nya dipermalukan. Kedua, Daud tidak mempertanyakan atau meragukan pertolongan Tuhan, tetapi merendahkan diri di hadapan-Nya (ay. 10-19). Sikap yang tepat dalam menantikan pertolongan Tuhan bukanlah dengan meragukan “kehendak dan waktu” Tuhan dalam menolong kita, melainkan memohon belas kasihan-Nya. Bersabar dan percayalah kepada kuasa-Nya! Orang benar tidak akan ditinggalkan-Nya. Ketiga, Daud percaya akan janji dan kasih setia Tuhan, yang akan menolong dirinya (ay. 20-25). Daud menyaksikan bahwa kasih setia Tuhan tidak patut diragukan oleh umat-Nya. Pengalaman Daud membuktikan bahwa Tuhan itu adalah setia. Karena itu, ia mendorong orang benar untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya dalam menantikan pertolongan Tuhan (ay. 25). Bagaiman dengan Anda? Jika hari ini Anda sedang menantikan pertolongan Tuhan, janganlah ragu pada kasih setia Tuhan, melainkan tetaplah setia dan hidup benar di hadapan-Nya. Janganlah memberontak, tetapi rendahkanlah diri di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap kita saat menantikan pertolongan Tuhan yang tak kunjung datang? (2) Bagaimana respons Daud kepada Tuhan dan persoalannya? Berdoalah bagi setiap persoalan yang sedang kita hadapi, Tuhan memimpin jalan kita sehingga kita tidak jatuh dalam dosa, dan doakan pula agar Tuhan memberikan kepada kita kekuatan dalam menantikan pertolongan-Nya.
23
KAMIS
JULI 2015
“Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong.” (Mazmur 34:16)
Bacaan hari ini: Mazmur 34 Bacaan setahun: Mazmur 33-34
HIKMAT DAN PERTOLONGAN DARI TUHAN
K
etika menghadapi situasi sulit, pada umumnya kita mudah menjadi panik dan melakukan banyak kesalahan. Kemudian orang akan mencoba mencari solusi ke berbagai ahli psikologi untuk mengatasi kepanikan, agar berani menghadapi persoalan hidupnya. Usaha untuk menjadi berani dan berkonsultasi ke ahli psikologi bukanlah suatu tindakan dosa! Namun persoalan sesunguhnya bukan soal kejiwaan kita, melainkan masalah spiritual kita. Ketika Daud berada di depan musuhnya, yaitu Abimelekh, atau yang disebut dengan nama Akhis (1Sam. 21:10-15), hatinya sangat takut dan gentar, sebab nyawanya sudah di ujung tanduk! Bagaimana jika kita berada pada posisi Daud? Mungkin kita sulit membayangkannya karena belum pernah mengalami. Namun dari pengalaman dan respons Daud terhadap situasi yang sulit itu, kita dapat belajar beberapa hal. Pertama, marilah kita percaya bahwa orang benar tidak akan dibiarkan Allah menghadapi situasi yang sulit itu sendirian (ay. 2-15). Bahkan dengan rasa syukur, Daud mengatakan bahwa malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang benar! (ay. 8). Ungkapan Daud ini menunjukkan bahwa kepanikan akan sirna ketika kita menyadari penyertaan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan kita. Kedua, orang benar tidak akan kehilangan hikmat dan jalan keluar dari Allah yang akan melepaskan dan menuntun mereka menghadapi situasi sulit (ay. 16-23). Pengalaman Daud membuktikan bahwa Tuhan selalu melepaskannya dari kesulitan. Daud menyadari bahwa kemalangan orang benar itu banyak, tetapi jalan keluar yang diberikan-Nya juga banyak. Itulah sebabnya, Daud mendorong kita untuk tidak ragu akan penyertaan dan pertolongan Tuhan. Mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong. Jika Anda hari ini menghadapi situasi sulit, janganlah berubah setia kepada Tuhan. Mintalah hikmat dan berlakulah benar di hadapan-Nya, maka Ia akan membukakan jalan bagi Anda! STUDI PRIBADI: (1) Apakah kepanikan dapat menjadi alasan bagi kita untuk berbuat dosa? (2) Apa yang Daud ajarkan bagi kita tatkala kita menghadapi situasi yang sulit? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi situasi sulit, agar mereka tetap setia dan berbuat yang benar di hadapan Tuhan. Doakan pula agar mereka diberikan hikmat dari Tuhan.
24
JUMAT
JULI 2015
“Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu.” (Mazmur 36:8)
Bacaan hari ini: Mazmur 36:1-13 Bacaan setahun: Mazmur 35-36
KASIH SETIA ALLAH
B
agian pertama firman Tuhan ini menyatakan tentang siapa itu orang fasik, yaitu mereka yang tidak takut pada Allah dan menyatakannya dalam kehidupan mereka. Mereka mengeluarkan perkataan yang buruk dan tipu daya dalam tindakan mereka. Mereka disebut sebagai orang yang jahat, karena kejahatan sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Mereka tidak menolak kejahatan, bahkan sampai-sampai di atas tempat tidur pun, mereka sedang memikirkan dan merancang kejahatan. Orang fasik hidup bersandar kepada kemampuan dan kekuatan dirinya sendiri, dan mereka bisa berbuat sesuatu yang menekan orang lain yang dianggap lemah. Bagian yang kedua adalah tentang orang-orang yang bersandar kepada Tuhan yang penuh kasih setia. Seseorang yang bersandar pada Tuhan akan hidup berdasarkan hukum-hukum Tuhan dalam hidupnya. Tuhan yang penuh kasih setia tidak akan meninggalkan mereka, yang hidup bersandar kepada Dia. Mereka juga tidak perlu takut akan bahaya dan ancaman yang datang dari orang-orang fasik. Mereka juga tidak perlu iri hati dengan kehidupan orang-orang fasik yang terlihat makmur, tetapi kebanyakan didapat dengan cara yang tidak benar. Mengapa demikian? Karena orang fasik akan dijatuhkan dan tidak dapat bangun lagi (ay. 13). Oleh karena itu, mari kita belajar untuk hidup sebagai orang-orang yang takut akan Tuhan, orang-orang yang bersandar kepada Tuhan yang penuh kasih setia. Bagaimanakah caranya? Orang yang takut akan Tuhan tentunya tidak hidup semaunya sendiri, karena itu adalah hidup orangorang fasik yang tidak takut akan Tuhan. Sebaliknya, orang yang takut akan Tuhan akan mencari kehendak Tuhan, apa yang menjadi hukum-hukum Tuhan dalam hidupnya, untuk dilakukannya. Dia tidak perlu iri hati terhadap orang fasik atau takut pada mereka, karena Tuhan yang penuh kasih setia akan memelihara dan melindungi hidupnya. Manakah jalan yang akan Anda tempuh? Pilihlah hidup takut akan Allah, maka Anda akan mengalami kasih setia-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan orang fasik dan orang yang bersandar kepada Tuhan? Pada umumnya, jalan mana yg manusia pilih? Bagaimana dengan Anda? Berdoa bagi jemaat Tuhan, agar dalam kehidupan sehari-hari mereka belajar untuk bersandar kepada Tuhan dengan mencari kehendak-Nya dan tidak hidup semau sendiri.
25
SABTU
JULI 2015
“Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.” (Mazmur 37:11)
Bacaan hari ini: Mazmur 37:1-40 Bacaan setahun: Mazmur 37-39
KEBAHAGIAAN YANG SEMU DAN SEJATI
K
ebahagiaan dicari semua orang di dalam dunia ini, namun sayang karena banyak orang tidak menyadari bahwa apa yang dikejarnya adalah kebahagiaan semu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam kehidupan orang fasik. Kebahagiaan semu tidak bersifat kekal dan didapat di luar Tuhan. Firman Tuhan menyatakan bahwa hidup orang fasik tidaklah lama, segera lisut dan layu, lenyap dalam sekejap dan tidak berdampak apa-apa. Celakanya, kita orang yang percaya Tuhan jatuh dalam dosa iri hati kepada orang fasik, karena melihat kebahagiaan dan keberhasilan hidup mereka. Bahkan kita tergoda untuk mengikuti cara hidup orang fasik yang mengejar kebahagiaan yang sifatnya semu tersebut. Sebaliknya firman Tuhan mengingatkan tentang bahagia yang sejati, yang hanya ditemukan dalam Tuhan dan pimpinan-Nya dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, firman Tuhan mengingatkan orang percaya agar menaruh hidupnya dalam Tuhan. Ayat 3 mengatakan: “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik.” Dan ayat 5 mengingatkan agar kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan percaya kepada-Nya. Ayat 23 juga menunjukkan bahwa Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Tuhan juga menopang mereka sehingga tidak sampai jatuh tergeletak. Bahkan, Tuhan menolong dan meluputkan mereka dari tangan orang fasik yang ingin mencelakai kehidupan mereka (ay. 40). Orang benar akan dipelihara Tuhan dan mewarisi negeri (ay. 2829). Bahagia sejati hanyalah bersumber dari Tuhan yang memegang, memimpin, dan melindungi kehidupan kita yang percaya kepada-Nya. Maka dari itu, mari kita tidak jatuh dalam kesalahan dengan mengejar kebahagiaan seperti yang ditunjukkan oleh orang dunia. Orang-orang fasik mengejar kebahagiaan semu itu dengan berbagai cara dan kejahatan, tanpa menyadari bahwa itu bersifat semu. Tetapi kebahagiaan sejati hanya didapatkan dan dialami di dalam Tuhan. Hendaknya kita hidup di dalam pimpinan Tuhan sesuai firman-Nya, dan biarlah kita melihat dan mengalami bahagia sejati itu. STUDI PRIBADI: (1) Apa bedanya kebahagiaan semu dan kebahagiaan sejati? (2) Manakah yang lebih dikejar manusia, kebahagian sejati atau semu? Bagaimana dengan Anda? Berdoa bagi jemaat Tuhan, agar mereka menyadari dan mengimani bahwa kebahagiaan sejati hanyalah ada di dalam Tuhan Yesus, yaitu dengan hidup sesuai dengan firman-Nya.
26
MINGGU
JULI 2015
“Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.” (Mazmur 40:4)
Bacaan hari ini: Mazmur 40:1-18 Bacaan setahun: Mazmur 40-42
BERSYUKUR KEPADA TUHAN
D
ari ayat firman Tuhan ini, kita belajar beberapa hal yang berkaitan dengan bersyukur kepada Tuhan. Pertama adalah alasan mengapa kita bersyukur kepada Tuhan. Mazmur ini menunjukkan alasannya seperti yang dinyatakan dalam ayat 6, yaitu banyaknya perbuatan ajaib dan rencana yang dilakukan Tuhan dalam kehidupan Pemazmur. Apa bentuk perbuatan ajaib Tuhan tersebut? Tuhan mengangkatnya dari lubang kebinasaan, dari lumpur rawa (ay. 3a). Ini bukan sekadar kondisi di mana Pemazmur mengalami penyakit yang mendatangkan kematian, tapi suatu kondisi di mana Pemazmur seperti kehilangan pengharapan atau tidak akan tertolong lagi. Yang bisa dilakukan hanyalah menantikan Tuhan dan berharap kepada-Nya. Di tengah kondisi seperti itu, Tuhan menolong dan melepaskan dirinya dari kesulitan tersebut. Kondisi lain yang disyukuri adalah Tuhan menempatkan kakinya di atas bukit batu dan menetapkan langkahnya (ay. 3b). Tuhan meneguhkan dan memimpin Pemazmur dalam menjalani kehidupan yang sulit dan penuh tantangan. Kedua adalah kita belajar bagaimana mewujudkan syukur kita kepada Tuhan. Wujud yang sering dilakukan yang juga dinyatakan dalam Mazmur adalah memberikan persembahan pada Tuhan. Tapi Pemazmur menyadari ada yang lebih dari itu, lebih dari sekadar memberi persembahan kepada Tuhan. Ketika Pemazmur berkata, “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian,” juga dengan “korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut,” bukan berarti bahwa kita tidak perlu memberikan persembahan syukur kita kepada Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemazmur belajar bukan sekadar bersyukur dengan memberikan persembahan saja, tetapi dia juga ingin hidupnya bersandarkan kepada Tuhan dan suka melakukan kehendak Tuhan. Sampai-sampai Pemazmur berkata bahwa dia menaruh “Taurat Tuhan dalam dadanya” (ay. 9). Jika demikian, bagaimana dengan kita? Wujud syukur kita kepada Tuhan bukan hanya persembahan semata, tetapi bagaimana kita memberikan hidup kita kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana wujud syukur yang benar di hadapan Tuhan? (2) Apa alasan kita patut bersyukur kepada Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar makin melihat kesetiaan Tuhan dalam kehidupan mereka, dan belajar bersyukur dengan benar di hadapan Tuhan, sehingga mereka dapat melihat berkat-Nya yang melimpah.
27
SENIN
JULI 2015
“... Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 43:5)
Bacaan hari ini: Mazmur 43:1-5 Bacaan setahun: Mazmur 43-45
MOHON PIMPINAN-NYA
P
erjalanan hidup selalu dipenuhi oleh waktu-waktu untuk menikmati, dan berjuang demi mendapat sesuatu yang bermakna. Seringkali dengan berjalannya waktu, ternyata kita hanya terpukau berjuang demi mendapatkan sesuatu dalam hidup ini, sehingga terlalu banyak waktu dan momen penting yang terabaikan, hanya demi (akhirnya) memuaskan kepentingan kita sendiri. Sebab itu, memberikan waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan merupakan momen yang tidak boleh diabaikan. Isi hidup ini dengan keseimbangan, bukan ketimpangan. Pada bagian ini, Pemazmur sedang mencurahkan isi hatinya tentang pergumulan hidupnya yang dikelilingi orang-orang yang menipu dan berlaku curang. Dalam kondisi yang sepertinya mengalami jalan buntu, tertekan dan gelisah, Pemazmur menenangkan diri dihadapan-Nya untuk memohon pimpinan-Nya. Kesadaran Pemazmur akan kehadiran serta pimpinan Tuhan dalam hidupnya merupakan kekuatan yang dahsyat yang menolong, ketika dirinya mengalami pergumulan dan kesusahan. Sikap menantikan Tuhan dalam hidup Pemazmur dapat terlihat dari seruan doa yang dipanjatkannya. Pertama, Pemazmur memberikan Tuhan Allah tempat yang seluas-luasnya untuk memberikan keadilan, terang dan tuntunan-Nya dalam hidup Pemazmur (ay. 1-3). Pengakuan iman tentang Tuhan yang benar dan adil menjadi titik tolak Pemazmur untuk berseru dan bersandar kepada Allah. Kedua, Pemazmur menaruh sukacita dan kegembiraannya di dalam hadirat Tuhan, bukan kepada sesuatu yang bersifat sementara (ay. 4, 5). Sukacita dan kegembiraan yang sejati tidak dapat digantikan oleh sesuatu yang lain, selain diisi oleh Tuhan sendiri dalam hidup Pemazmur secara pribadi. Hari ini, di saat kita sedang berjuang dan menikmati segala sesuatu yang kita peroleh dalam dunia ini, maukah kita tetap memberikan tempat yang seluas-luasnya bagi Allah untuk memimpin setiap langkah kita dan mencurahkan sukacita sorgawi dalam kehidupan kita? Berharaplah pada Allah dan bersyukurlah kepada-Nya, “Allah-ku dan Penolongku”. STUDI PRIBADI: (1) Kepada siapa Pemazmur mencurahkan isi hatinya, untuk mendapatkan kelegaan dan pertolongan hidupnya? (2) Mengapa Pemazmur memiliki keyakinan itu? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi pergumulan hidup, agar mereka mencurahkan isi hatinya hanya kepada Tuhan dan percaya akan pertolongan serta pimpinan-Nya dalam hidup mereka.
28
SELASA
JULI 2015
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan …” (Mazmur 46:2)
Bacaan hari ini: Mazmur 46:1-12 Bacaan setahun: Mazmur 46-48
BENTENG YANG KOKOH
B
erakhirnya sebuah peperangan ditentukan dari apakah benteng dari lawan telah dihancurkan. Hancurnya benteng adalah kemenangan pihak lainnya. Banyaknya tentara, canggihnya peralatan perang dan komandan perang yang hebat, tidak ada gunanya apabila benteng (tempat mempertahankan diri) telah dihancurkan. Dalam setiap peperangan akan muncul semangat untuk mempertahankan benteng perlindungan mereka dengan sekuat tenaga, bahkan bila perlu, sampai tetes darah terakhir. Pemazmur juga menyadari bahwa hidup ini adalah peperangan rohani yang sangat dahsyat. Pemazmur menggambarkannya seperti “sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang dan sekalipun ribut serta berbuih airnya oleh geloranya”, hal seperti ini tidak mungkin dapat dihadapi oleh Pemazmur dengan kekuatannya sendiri. Sebab itu, apabila kita tidak berlindung di dalam benteng yang kokoh, kita akan menghadapi kehancuran. Benteng yang kokoh bagi Pemazmur adalah (1) Pribadi Allah sendiri. Pengakuan bahwa Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti, merupakan benteng yang kokoh bagi kehidupan Pemazmur. Hanya Allah yang menjadi tempat perlindungan hidup Pemazmur. (2) Kota Allah. Tempat di mana Allah tinggal, tidak akan digoncangkan oleh keadaan sekitarnya. Benteng yang kokoh dalam kehidupan Pemazmur didasarkan kepada Kota Allah, yang pada suatu saat nanti, dirinya juga akan tinggal dan diam bersama dengan Allah. Ada pengharapan yang kekal, yang tidak dapat digoncangkan oleh hal-hal yang ada di dalam dunia ini. (3) Karya perbuatan Allah. Pandanglah pekerjaan-Nya yang mengadakan pemusnahan, yang menghentikan peperangan, yang mematahkan busur panah, serta membakar keretakereta perang. Bagi Pemazmur, yang menjadi benteng dalam kehidupannya adalah perbuatan tangan Allah yang mengalahkan segala tipu muslihat musuhnya. Jadi, dengan tenang Pemazmur dapat menjalani kehidupannya dengan penuh kedamaian, bahkan di saat kondisi sangat mengkhawatirkan. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa fungsi sebuah benteng pertahanan? Apa jadinya jika benteng pertahanan telah dirobohkan oleh musuh? (2) Siapakah benteng pertahanan Anda? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi berbagi kesulitan hidup dan tantangan hidup, agar mereka berserah dan percaya pada pertolongan Tuhan dengan segenap hati mereka.
29
RABU
JULI 2015
“Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku...” (Mazmur 50:23)
Bacaan hari ini: Mazmur 50 Bacaan setahun: Mazmur 49-50
IBADAH YANG BERKENAN DI HATI ALLAH
I
badah adalah perintah Allah kepada umat-Nya. Dalam ibadah, Allah ingin umat-Nya berjumpa, melayani dan mengagungkan Dia. Dalam ibadah, kita harus menciptakan suasana hati yang tenang dan sungguhsungguh tertuju hanya kepada-Nya. Dengan menyadari pentingnya ibadah, pemazmur mengajarkan kepada kita bahwa ibadah bukan hanya perkara kehadiran fisik dalam sebuah ibadah, seperti bangsa Israel yang ditegur Tuhan dalam Yesaya 29:13, “Dan Tuhan berfirman: Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” Ibadah seperti demikian tidak dikehendaki Allah. Ibadah adalah mengenai sikap hati kita kepada Allah, yaitu hati yang tulus dan ikhlas (Ibr. 10:22). Dalam mazmurnya, Pemazmur melihat Allah sebagai hakim dalam kehidupan umat-Nya. Allah dalam kemahakuasaan-Nya melihat manakah ibadah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan yang hanya bersifat menipu-Nya. Allah tidak bisa ditipu dan tidak akan pernah tertipu, karena Dialah yang empunya segalanya (ay. 7-13). Allah tidak suka jika umat-Nya datang beribadah kepada-Nya dengan membawa segala korban sembelihan dan korban bakaran, tapi di balik itu semua mereka melakukan kejahatan, hidup semau mereka sendiri, dan menolak teguran firman Tuhan. Allah menolak ibadah yang demikian. Ibadah yang Allah kehendaki bukanlah hanya dilakukan sebagai rutinitas belaka, tetapi ibadah berbicara mengenai perubahan hidup sehari-hari yang seturut dengan perintah Allah. Karena itu, Allah akan mendakwa umat-Nya yang datang beribadah dan mempersembahkan korban dengan tidak tulus. Maka, marilah kita datang dan membawa hati kita yang tulus kepadaNya, hati yang dipenuhi dengan syukur dan ketaatan kepada Dia (ay. 14). Dengan demikian, Allah akan mendengar setiap seru doa kita. Dia akan melepaskan kita dari segala kesesakan, dan keselamatan daripada-Nya akan diberikan kepada kita (ay. 15, 23). STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap kita dalam beribadah kepada Tuhan? (2) Manfaat apa yang kita dapatkan ketika kita bersikap benar dalam beribadah kepada-Nya? Berdoalah bagi jemaat, agar mereka beribadah kepada Allah dengan hati nurani yang murni dan tulus ikhlas di hadapan-Nya, sehingga Allah boleh memperkenan ibadah mereka.
30
KAMIS
JULI 2015
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!” (Mazmur 51:3)
Bacaan hari ini: Mazmur 51:1-15 Bacaan setahun: Mazmur 51-53
PENGAMPUNAN YANG MEMULIHKAN
T
iada gading yang tak retak! Kalimat ini cocok untuk menggambarkan kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang sempurna, setiap manusia pasti berbuat dosa. Tidak terkecuali Daud, "a man after God's own heart", ia pun tak luput dari perbuatan dosa. Bayangkan, setelah mengintip Batsyeba mandi, Daud menghamilinya, merancangkan pembunuhan atas suaminya, dan pura-pura menolong Batsyeba dengan menikahinya. Sungguh suatu dosa yang besar! Tuhan pun menegur Daud melalui Nabi Natan. Setelah ditegur, Daud menyadari kesalahannya dan menyesali segala perbuatannya. Di dalam penyesalan tersebut, ia menuliskan Mazmur 51 ini sebagai nyanyian pertobatannya. Ia meminta Tuhan mengasihani dia dengan memberikan pengampunan. Ia sadar bahwa ia berdosa kepada Tuhan, melanggar ketetapan-Nya, dan membutuhkan kasih setia Tuhan. Ia meminta Tuhan membersihkan dosa-dosanya. Ia juga tahu bahwa hanya Tuhan-lah yang dapat kembali menyucikannya. Pada ayat 9-15, Daud benar-benar berseru kepada Tuhan akan pengampunan. Kembali ia mengungkapkan agar ia disucikan dari dosa, agar ia berbalik kepada Tuhan. Ia meminta agar hatinya ditahirkan dan dipenuhi oleh roh Tuhan (ay. 12), karena ia tahu akar kejahatan dan dosa adalah hati yang memberontak kepada Tuhan. Dan setelah ditahirkan, ia akan membagikan pertobatannya kepada orang-orang lain. Kabar baiknya adalah, Tuhan yang penuh kasih setia itu memberikan pengampunan kepada Daud. Pujian Mazmur ini mengingatkan kepada kita akan pentingnya dan perlunya pengampunan Tuhan dalam kehidupan kita. Kita sebagai anak-anak Tuhan juga seringkali mendukakan hati Tuhan dengan melakukan banyak dosa. Melalui bacaan hari ini, kita diingatkan kembali untuk selalu introspeksi, sekaligus mengaku dosa di hadapan-Nya. Kita perlu meminta kasih setia Tuhan agar Ia mengampuni kita dan melayakkan kita di hadapan-Nya, memperbarui batin kita agar terus disucikan, serta membagikannya kepada rekan seiman kita. STUDI PRIBADI:(1) Apakah yang dibicarakan dalam Mazmur 51 ini? (2) Mengapa manusia harus meminta pengampunan dari Tuhan dan tidak dapat menyucikan dirinya sendiri? Berdoa untuk hamba-hamba Tuhan yang jatuh moralitasnya, agar mereka menyadarinya dan segera bertobat, serta meminta pengampunan Tuhan. Doakan pula agar mereka berlaku setia kepada Tuhan.
31 JUMAT
JULI 2015
“Tetapi aku berseru kepada Allah, Dan TUHAN akan menyelamatkan aku.” (Mazmur 55:17)
Bacaan hari ini: Mazmur 55:17-20 Bacaan setahun: Mazmur 54-56
TUHAN YANG MENDENGAR
H
idup orang yang takut akan Tuhan, tidaklah mudah. Seringkali ketika menjalani hidup seperti itu, musuh justru berdatangan. Orang-orang yang membenci Tuhan akan memusuhi orang-orang yang takut Tuhan. Rupanya hal demikian bukanlah hal yang baru, sejak zaman Daud hal ini setidaknya pernah terjadi. Daud di dalam bagian bacaan ini berseru kepada Tuhan agar Ia menyelamatkannya. Daud dikepung oleh musuhnya, yang adalah orang fasik yang membenci Tuhan (ay. 4). Daud tidak berdaya, takut, gentar, dan penuh dengan perasaan seram (ay. 6). Tapi dalam ketidakberdayaannya itu, Daud berseru kepada Tuhan. Ia yakin Tuhan akan menyelamatkannya. Di dalam doanya, Daud bergumul dengan Tuhan (petang, pagi, dan tengah hari). Ini menunjukkan bahwa tekanan yang dialaminya bukanlah tekanan yang biasa-biasa saja, melainkan sungguh-sungguh melukai jiwanya. Ia tidak tahu harus apa dan bagaimana. Yang ia tahu hanyalah berharap kepada Tuhan yang mendengar setiap doanya. Ia yakin doanya didengar Tuhan, dan akan dijawab sesuai dengan waktu dan kehendakNya. Ia juga yakin bahwa Tuhan akan membebaskannya dari orang-orang yang tidak takut akan Allah (ay. 19-20). Di sini kita belajar dari seorang Raja Daud. Seorang raja sekalipun, tidaklah bebas dari musuh yang mengancamnya dan membuat jiwanya tertekan. Namun di tengah situasi yang demikian, Daud menyerahkan segala problema dan tekanan jiwanya kepada Tuhan. Ia berseru kepada Tuhan dan yakin bahwa kelak Tuhan akan membebaskannya dari musuhmusuhnya. Kita pun sebagai orang-orang Kristen terkadang dimusuhi oleh orangorang yang belum percaya. Hal seperti itu tentu sangat menyulitkan dan memberatkan kita. Namun kita memiliki Tuhan yang hidup, Tuhan yang mendengar, dan Tuhan yang memberikan kelegaan serta membebaskan kita dari orang-orang yang tidak takut akan Dia. Berdoalah seperti Raja Daud berdoa! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dilakukan Daud ketika menghadapi situasi yang menekan batinnya? (2) Mengapa Tuhan menjadi tempat perteduhan dan pertolongan umat-Nya? Berdoalah untuk anak-anak Tuhan yang ada di ladang misi, supaya Tuhan menguatkan mereka di tengah berbagai tantangan dan gangguan hidup yang mereka alami.
Catatan...
“Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.” (Mazmur 17:8)