|
215
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 215 | MARET 2014
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” — 1 Petrus 4:10
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 215: Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Frengky Yohanes A. Hendry Heryanto, Herty Togatorop, Ie David, Johannes Aurelius Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM. Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Kemuliaan yang Akan Datang
K
etika kita melihat dan merasakan berbagai kesulitan hidup di dalam dunia ini, tentunya kita merasa sedih dan kadang kala putus asa, sehingga kita berkata: “yang terjadi, terjadilah!” “Pasrah” sering kali menjadi kosa kata bagi kita untuk meresponi berbagai kesulitan yang tak kunjung berhenti, bahkan tak teratasi. Pertanyaannya, “Apakah pasrah saja, cukup?” “Pasrah” dalam satu hal nampaknya memiliki nilai positif, yaitu “siap menghadapi apapun yang akan terjadi, tanpa perlawanan atau usaha, atau juga bersungut-sungut.” Memang benar, bahwa pasrah memiliki nilai positif. Namun pasrah juga memiliki sisi negatif, bahkan sering kali mengaburkan iman dan pengharapan kita di dalam Tuhan. Apakah maksudnya? “Pasrah” yang tidak didasarkan pada kebenaran firman Tuhan atau tidak bergantung pada Tuhan sendiri, akan menjebak kita masuk sistem kepercayaan “nasib,” yaitu kepercayaan yang memandang kehidupan manusia atau dunia ini secara mekanis. Akibatnya, orang yang pasrah dalam konteks kepercayaan ini tidak memiliki pengharapan yang pasti. Hal ini berbeda dengan kita yang “pasrah” kepada kehendak dan rencana Allah. Kepasrahan kita adalah karena kita percaya pada Allah yang memerintah dunia ini, bukannya percaya bahwa dunia ini berjalan dengan sendirinya seperti sebuah mesin. Itulah sebabnya, Paulus mengingatkan kepada kita, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Bahkan ia berkata, “penderitaan zaman sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita terima kelak” (Rm. 8:18). Apa yang Paulus katakan dalam suratnya tersebut mengajarkan kepada kita, bahwa: (1) sementara kita mengalami berbagai kesulitan, kita tidak pernah sendirian, ada Allah yang sedang bekerja menyatakan kehendak dan karya-Nya dalam dunia ini, bahkan dalam hidup kita secara pribadi. Di sini dibutuhkan “iman,” bukan sekadar “pasrah.” (2) Kehidupan dalam dunia yang sementara ini bukanlah akhir tujuan hidup kita. Ketika kehidupan ini menjadi sulit, bahkan “kemah hidup” kita harus ditanggalkan, orang beriman menatapkan pandangannya kepada kemuliaan yang akan datang. Jika kita mengintegrasikan 2 ayat tersebut, maka ini akan menjadi penghiburan yang menguatkan jiwa kita, karena kita tidak pernah sendirian, ada Tuhan yang terus terlibat dalam hidup kita; dan bahwa ada janji yang lebih mulia dari segala kehidupan di dunia ini. Karena itu, sebagai orang beriman, marilah kita hidup dalam pengharapan dan janji-Nya yang mulia. Amin.
01 SABTU
MARET 2014
“Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Markus 7:15)
Bacaan hari ini: Markus 7:14-23 Bacaan setahun: Markus 7:14-37
PERINTAH ALLAH DAN ADAT ISTIADAT
D
ari dua frasa ini, “perintah Allah” dan “adat istiadat,” kebanyakan orang lebih menjunjung tinggi adat istiadat daripada perintah Allah. Mereka lebih memperhatikan dan melaksanakan adat istiadat nenek moyang mereka daripada perintah Allah. Di Nusa Tenggara Timur, di kabupaten Rote Ndao, khususnya di Rote Thie kampung Baidaloen (Suku Mandato), menganut adat istiadat (kepercayaan) nenek moyang mereka, yaitu setiap orang dari suku ini tidak boleh memelihara Anjing (memakan dagingnya atau bahkan untuk melihatnya). Dengan alasan bahwa, setiap mereka yang melanggar adat istiadat ini, akan najis (suatu kepercayaan bahwa Anjing adalah nenek moyang orang-orang suku Mandato). Orangorang suku ini lebih mengutamakan adat istiadat nenek moyang mereka daripada melaksanakan perintah Tuhan Yesus. Hal inilah yang juga dilakukan orang-orang yahudi. Mereka lebih mengutamakan adat istiadat nenek moyang mereka daripada melakukan perintah Allah. Mereka lebih memperhatikan apa yang masuk ke dalam diri mereka (makan dengan tangan yang tidak dibasuh, menajiskan). Seakan-akan adat istiadat nenek moyang mereka lebih penting, dan perintah Tuhan tidaklah penting. Hal ini dibantah oleh Tuhan Yesus sendiri. Ia berkata bahwa: “segala sesuatu” yang dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidaklah dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hatinya, tetapi ke dalam perutnya lalu dibuang di jamban (semua makanan halal); apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang (ay. 15, 18-23). Bagaimana dengan diri kita? Manakah yang lebih penting? Tentunya, perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab, bukan? Namun, apakah kita telah mengutamakan perintah Tuhan Yesus, seperti yang telah difirmankan-Nya kepada kita? STUDI PRIBADI: Mengapa orang lebih mudah setia kepada tradisi/adat istiadat nenek moyang daripada setia pada perintah Tuhan? Apa yang sesungguhnya menajiskan orang? Berdoalah bagi jemaat agar mereka dapat hidup mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka, sehingga mereka boleh semakin bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Allah.
02 MINGGU
MARET 2014
“Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.” (Markus 8:2)
Bacaan hari ini: Markus 8:1-10 Bacaan setahun: Markus 8:1-21
ALLAH MENGERTI, ALLAH PEDULI
K
etika pengikut Kristus mengalami masalah ekonomi, terkadang mereka melupakan satu hal yang sangat penting, bahwa: “Allah mengerti, Allah peduli.” Dalam bacaan hari ini, dituliskan, bahwa Tuhan Yesus berkata: “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan” (ay. 2). KJV: “I have compassion on the multitude, because they have now been with me three days, and have nothing to eat.” NIV: “I have compassion for these people; they have already been with me three days and have nothing to eat. KJV memakai kata “now” sedangkan NIV memakai kata: “already.” Dengan demikian, teks tersebut memberikan satu pengertian bahwa sudah tiga hari atau atau ± 72 jam mereka mengikut Tuhan Yesus, dan baru pada hari ketiga, mereka tidak mempunyai makanan lagi (mereka kehabisan makanan). Tuhan Yesus merasa kasihan dengan mereka yang tidak mempunyai makanan. Mereka bisa saja kembali ke rumah mereka untuk mendapatkan makanan atau ke tempat-tempat sekitar situ. Akan tetapi, mereka lebih memilih mengikut Tuhan Yesus sekalipun tidak mempunyai makanan lagi (sekalipun lapar). Apabila kita ada di posisi orang banyak itu, mungkin kita akan memilih kembali ke rumah dan makan (karena sudah lapar). Tuhan Yesus tahu kalau mereka kehabisan makanan. Tuhan mengerti dan peduli dengan orang banyak itu. Dia tidak tega menyuruh orang banyak itu pulang (karena mereka akan rebah di jalan). Dia memberikan makanan kepada orang banyak itu (± 4000 orang) dengan tujuh potong roti dan beberapa ikan. Setelah itu, baru Tuhan Yesus menyuruh mereka pulang. Mereka pulang dengan sukacita. Mereka tidak kembali dengan sia-sia. Dari firman Tuhan ini, kita mengerti bahwa Allah sangat peduli dan mengerti dengan kita yang mengikut Dia. Jika selama ini, dalam mengikut Tuhan Yesus, kita mengira Tuhan tidak perduli dan mengerti; bertobatlah! Percayalah bahwa Kristus selalu mengerti dan peduli dengan kita. STUDI PRIBADI: Bagaimana perasaan Tuhan ketika melihat orang banyak yang kehabisan makanan, sementara mereka rindu mendengar pengajaran dan mengalami kuasa-Nya? Berdoalah bagi orang-orang Kristen yang mengalami kekurangan materi agar mereka percaya bahwa Tuhan peduli akan hidup mereka; dan kiranya kita dapat dipakai Tuhan menjadi saluran berkat-Nya.
03 SENIN
MARET 2014
“Ia bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ Maka jawab Petrus: ‘Engkau adalah Mesias!’” (Markus 8:29)
Bacaan hari ini: Markus 8:27-30 Bacaan setahun: Markus 8:22-38
ENGKAU ADALAH MESIAS “Engkau adalah Mesias” adalah suatu pernyataan Petrus tentang siapa diri Yesus; dan pernyataan tersebut merupakan jawaban Petrus atas pertanyaan yang diajukan oleh Tuhan Yesus (ay. 29). Namun apabila kita memperhatikan pada ayat sebelumnya, di situ Yesus sebelumnya sudah mengajukan satu pertanyaan kepada para murid-Nya, yaitu: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Dari kedua bentuk pertanyaan ini, dapat dimengerti bahwa Yesus ingin mengetahui, apakah pengenalan (pengakuan) para murid tentang diri-Nya, sama dengan pengenalan orang lain tentang Dia? Dari kedua jawaban ini kita mengerti bahwa pengenalan mereka ternyata berbeda. Orang lain mengatakan-Nya sebagai Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi. Tapi ada satu jawaban yang jauh berbeda dari jawaban mereka, yaitu jawaban Petrus: “ENGKAU adalah MESIAS” (Yesus juga adalah Anak Allah yang hidup-lihat Mat. 16:16). Mesias adalah gelar untuk Yesus, yang berarti “Dia yang diurapi.” Gelar ini diberikan kepada penyelamat yang datang, seperti berita nabi-nabi bangsa Yahudi. Jawaban Petrus ini bukanlah berasal dari dunia dan bukan pula dari manusia. Petrus tidak mendengarnya dari manusia, dan bukan manusia yang menyatakan kepadanya. Akan tetapi jawaban Petrus ini bersumber dari Allah. Allah sendiri yang menyatakannya kepada Petrus. Ada tertulis: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (Mat. 16:17). Itulah yang terjadi pada abad pertama Masehi. Pada abad ke-21 sekarang ini, ada banyak isu-isu tentang siapakah Yesus? Kebanyakan orang mengatakan bahwa Yesus adalah nabi, bukan Juruselamat manusia. Akan tetapi, menurut kita orang Kristen, siapakah Yesus? Tentu jawaban kita akan sama seperti Petrus. Ketika kita mengaku: “ENGKAU adalah Mesias, Anak Allah yang hidup,” haruslah kita tahu bahwa itu adalah anugerah dari Allah Bapa. Allah Bapa yang menyatakan hal itu kepada kita, dan bukan pikiran manusia. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus perlu menanyakan para murid tentang pengenalan mereka akan diri-Nya? Pernyataan Petrus berasal dari mana? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat menyadari bahwa pengenalan mereka akan Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah Allah, yang telah terlebih dulu menyatakan diri-Nya melalui Dia.
04 SELASA
MARET 2014
“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi...” (Markus 9:2)
Bacaan hari ini: Markus 9:1-8 Bacaan setahun: Markus 9:1-29
BERDIAM DIRI BERSAMA YESUS
K
ebersamaan dengan orang yang sangat kita hormati dan kasihi adalah sebuah peristiwa yang sangat penting. Tidak jarang kita mengabadikan peristiwa itu. Apalagi jika kebersamaan itu sangat penting, maka kita tidak akan melewatkannya begitu saja. Penulis Injil Markus mencatat sebuah peristiwa yang sangat penting antara Tuhan Yesus dengan ketiga murid-Nya, yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes, ketika mereka berada di sebuah gunung yang tinggi. Di gunung, para murid melihat percakapan Yesus dengan Elia dan Musa. Kesempatan ini mendorong Petrus untuk mengusulkan sebuah “proyek” besar, yaitu membangun tiga tenda di atas gunung tersebut. Satu tenda untuk Tuhan Yesus, satu tenda untuk Musa dan satu tenda lagi untuk Elia. Musa dan Elia merupakan dua tokoh Perjanjian Lama, yang sangat berpengaruh pada zamannya dan sangat di hormati. Persoalannya, apakah maksud Petrus tersebut merupakan keinginan hati Tuhan Yesus dalam rangka mengajak mereka naik ke atas gunung? Penulis Injil Markus dengan jelas menyatakan bahwa ketika peristiwa itu terjadi, maka: (1) Para murid sangat ketakutan dan tidak tahu apa yang harus dikatakan. Ketakutan yang mereka rasakan sangat mencekam, sehingga mereka (khususnya Petrus) dengan spontan menyatakan akan membuat tenda. Persekutuan yang akrab dengan Tuhan Yesus merupakan sebuah kesempatan untuk menyaksikan dan mengalami kemuliaan-Nya. Namun, kita perlu memberikan respon yang benar ketika kemuliaan itu dinyatakan kepada kita. (2) Ada suara yang menyatakan, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Inilah isi hati Allah ketika mengajak ketiga murid untuk melihat kemuliaan Kristus di atas gunung, yaitu mendengarkan penyataan-Nya. Inilah proklamasi dari Sorga, bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya sendiri dan dengarkanlah Dia. Pada saat yang indah bersama dengan Tuhan dalam persekutuan pribadi kita, hendaklah kita memasang telinga seperti seorang murid yang mau dengan teliti mendengarkan firman yang Allah sampaikan kepada kita. STUDI PRIBADI: Apa tujuan Tuhan Yesus mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke atas gunung? Pelajaran rohani apakah yang kita peroleh? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka selalu memperhatikan kebenaran firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan mereka, sehingga iman dan kerohanian mereka bertumbuh.
05 RABU
MARET 2014
“Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.” (Markus 9:32)
Bacaan hari ini: Markus 9:30-32 Bacaan setahun: Markus 9:30-50
PUSAT PERHATIAN KRISTUS
P
erubahan hidup yang menyenangkan hati Allah, bukanlah hal yang tidak mungkin kita alami. Hal tersebut dapat kita lihat dari usaha para murid yang meneladani hidup Tuhan Yesus; sekalipun perubahan itu nampak dengan jelas setelah Tuhan Yesus naik ke Sorga. Dalam Markus 9:30-32, kita menemukan sesuatu yang penting dan mendesak, di mana Tuhan memberitahukan pada para murid-Nya bahwa, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit” (ay. 31). Pemberitahuan ini merupakan kali kedua (yang pertama Markus 8:31). Dalam teks ini kita melihat sebuah teladan yang indah dari Tuhan Yesus: meskipun Dia harus berfokus pada Salib yang harus dipikul-Nya, Ia tidak lupa untuk fokus mengajar kepada para murid-Nya (ay. 30). Ketika Ia memiliki waktu bersama dengan para murid-Nya, Ia memakainya sebagai kesempatan untuk mengajarkan kebenaran pada mereka, bahwa Mesias harus menderita, tetapi akan bangkit pada hari ketiga. Kerinduan Tuhan Yesus untuk selalu mengajarkan kebenaran kepada para murid merupakan langkah bagi kita, anak-anak Tuhan, untuk selalu mengalami pertumbuhan rohani dan perubahan hidup yang diperkenan oleh Allah. Namun demikian, Penulis Injil Markus mencatat sebuah peringatan yang perlu kita perhatikan dan tidak patut kita contoh, yaitu para murid itu tidak mengerti perkataan Kristus, tetapi mereka segan menanyakannya kepada-Nya (ay. 32). Sikap para murid yang tidak mengerti dan segan bertanya merupakan sebuah penghalang besar bagi perubahan paradigma mereka yang salah tentang Mesias (catatan: bagi bangsa Yahudi masa itu, Mesias adalah seseorang yang gagah perkasa dan akan memimpin dan memberi pembebasan dari penjajahan bangsa Romawi). Dari kontra dengan sikap para murid, kita belajar, bahwa sikap yang mau mendengar dan bertanya, serta menyelidiki kebenaran dari sumber yang benar, akan membawa sebuah perubahan dalam kehidupan anakanak Tuhan. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: Apa yang Kristus lakukan pada para murid, ketika akan menghadapi salib? Mengapa para murid tidak mengeri ucapan Tuhan Yesus tentang Mesias yang menderita? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka benar-benar mengerti kebenaran iman Kristen dan dapat menghidupinya dalam kehidupan mereka sehari-hari, agar mereka serupa Kristus.
06 KAMIS
MARET 2014
“Biarlakan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah.” (Markus 10:14)
Bacaan hari ini: Markus 10:13-16 Bacaan setahun: Markus 10:1-31
FORMALITAS VS. KETULUSAN HATI
S
etelah peristiwa percakapan Yesus dengan orang Farisi tentang topik “perceraian” (Mrk. 10:1-9); tibalah Yesus di sebuah rumah, sebelum melanjutkan misi-Nya. Di tempat itu, orang yang membawa anak-anak kecil meminta agar Yesus menjamah dan memberkati mereka. Anak-anak itupun merasakan sukacita, karena mereka sebentar lagi akan bertemu dengan seseorang yang terkenal dipakai Allah secara luar biasa. Bagi mereka, inilah kesempatan yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Namun di luar dugaan, mereka mengalami hardikan para murid Yesus yang menghalangi mereka untuk dapat berjumpa Yesus. Bagaimana respons Yesus terhadap sikap para murid yang menghardik anak-anak yang ingin berjumpa Yesus dengan ketulusan hatinya? Yesus justru memarahi para murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (Mrk. 10:14). Apa maksud perkataan Yesus ini? Sangat jelas, bahwa mengikut Yesus dan hidup dalam Kerajaan Allah tidak mungkin dilakukan dalam kepura-puraan atau formalitas belaka, yaitu tanpa ketulusan dan kerinduan yang mendalam untuk menyambut Dia dan diberkati oleh-Nya. Konsep yang salah ini sering dilakukan orang Kristen, yaitu sama seperti para murid, mereka juga sering menekankan “formalitas belaka,” dan bukan datang kepada Yesus dengan kerinduan dan ketulusan. Mungkin mereka berkata “dekat” dengan Yesus, tetapi ironisnya, mereka telah kehilangan kerinduan yang mendalam dalam perjumpaan dengan Dia. Akibatnya, ibadah, doa, pelayanan yang kita lakukan dalam gereja atau keseharian kita terasa hampa. Jika prinsip menyambut Kerajaan Allah adalah dengan ketulusan dan kerinduan yang mendalam, maka prinsip ini tidak boleh berhenti dilakukan, sekalipun kita telah menjadi warga Kerajaan Allah. Bagaiman dengan Anda? STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus justru menerima anak-anak datang kepada-Nya, dan memarahi para murid karena menghalangi jalan mereka kepada-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka senantiasa memiliki kerinduan yang mendalam untuk berjumpa dengan Tuhan Yesus sehingga merasakan damai sejahtera dan sukacita di dalam Dia.
07 JUMAT
MARET 2014
“Lalu kata Yesus kepadanya: Pergilah! Imanmu telah menyelamatkan engkau! Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” (Markus 10:52)
Bacaan hari ini: Markus 10:46-52 Bacaan setahun: Markus 10:32-52
KEPEDULIAN SANG KRISTUS
K
etika Yesus dan para murid-Nya keluar dari kota Yerikho, banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya. Di tengah keramaian itu, ada seorang pengemis buta, bernama Bartimeus, yang sedang duduk di pinggir jalan. Ketika mendengar Yesus lewat jalan itu, berserulah ia, katanya: “Yesus, anak Daud, kasihanilah aku!” Teriakannya yang demikian keras membuat banyak orang (termasuk para murid?) menegornya, agar ia berdiam diri. Namun Bartimeus justru lebih mengeraskan suaranya. Teriakannya yang keras itu membuat Yesus berhenti, meminta orang memanggilnya dan mengabulkan permintaannya, dengan mencelikkan matanya (ay. 49-52). Pertanyaannya, “Apakah kisah ini dicatat untuk mengajar kita, bahwa dengan cara berteriak-teriak, Tuhan akan menjawab permintaan kita? Atau, kita tidak akan berhenti berdoa, sampai Tuhan mengabulkan permintaan kita?” Sesungguhnya, kisah ini dicatat Markus bukan untuk mengajarkan sebuah rumusan doa tertentu. Perhatikanlah perikop sebelumnya, di mana Yakobus dan Yohanes meminta jabatan (Mark. 10:35-45) serta peralihan kisah kedatangan dan keluarnya Yesus dari kota Yerikho (ay. 46), maka melaluinya, kita akan mengetahui, bahwa Markus mencatat kisah ini agar kita dapat menemukan aplikasi dari pengajaran Yesus, yang dikatakan-Nya kepada para murid-Nya, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (ay. 43). Pada waktu itu, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Yesus; mereka ingin dianggap sebagai “pengikut-Nya,” tetapi mereka tidak peduli kepada yang hina, si-Bartimeus, yang setiap harinya meminta-minta di jalan itu. Bahkan tidak satupun dari murid-Nya berhenti dan memberitahukan kepada Yesus tentang teriakan Bartimeus. Di manakah hati yang melayani, yang baru saja Yesus ajarkan kepada mereka? Yesus tahu teriakan Bartimeus dan Yesus peduli. Itulah sebabnya Ia mencelikkan matanya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita peka dan peduli kepada teriakan mereka yang membutuhkan pertolongan kita, seperti Sang Kristus? STUDI PRIBADI: Teladan apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada para murid dalam peristiwa pencelikan mata Bartimeus? Apa yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak hidup bagi diri mereka sendiri, tapi benar-benar mau melayani yang lemah, seperti perhatian yang Kristus berikan terhadap yang lemah.
08 SABTU
MARET 2014
“...Sesudah Yesus masuk ke bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah...” (Markus 11:15)
Bacaan hari ini: Markus 11:15-19 Bacaan setahun: Markus 11:1-18
PENYUCIAN BAIT ALLAH
K
isah penyucian Bait Allah ini mengajarkan pelajaran rohani yang penting bagi kita yang hidup pada masa kini, yaitu: “kecintaan akan materi membutakan mata rohani kita.” Sulit dibayangkan, para iman dan ahli Taurat pada masa itu, yang sesungguhnya mengerti peraturan pembagian ruangan doa di Bait Allah, ternyata melakukan manipulasi dan akal-akalan, hanya demi “keuntungan materi.” Dari mana kita tahu hal ini? (1) Dalam tradisi dan aturan peribadatan orang Yahudi, halaman Bait Suci merupakan tempat yang memang disediakan bagi orang non-Yahudi yang menganut agama Yahudi (proselit), agar mereka dapat berdoa pada Allah Israel. (2) Demi mengeruk keuntungan materi, para ahli Taurat telah mengabaikan aturan Bait Suci, dengan menempatkan banyak binatang korban dan penukar uang di halaman Bait Suci. Semua itu dilakukan demi mendapat keuntungan materi, tapi mengabaikan panggilan hidup mereka untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain; di mana melalui kehidupan dan peribadatan mereka, bangsa non-Yahudi, dapat mengenal Allah. Hal ini sungguh ironis! Itulah sebabnya Yesus menyucikan halaman Bait Suci, agar tempat itu dapat dipakai kembali menjadi tempat doa bagi bangsabangsa lain, yang takut akan Allah Israel. Dalam konteks masa kini, kita tidak lagi menjumpai peristiwa jual-beli seperti yang terjadi di halaman Bait Allah pada waktu itu. Namun demikian, kisah ini mengingatkan kepada kita, bahwa jika hati kita telah berubah setia, dari Allah kepada materi, maka perkara rohani dalam bentuk apapun, dapat saja kita manipulasi, demi mengeruk keuntungan yang besar bagi diri kita sendiri, apalagi jika kita memiliki kedudukan seperti para imam dan ahli Taurat. Aturan dan ajaran firman Allah yang benar dapat diubah menjadi ajaran yang nampaknya benar, tetapi sesungguhnya tidak benar. Demikian pula, kecintaan terhadap materi tidak hanya menghancurkan kerohanian diri sendiri, tapi juga akan menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk datang kepada Dia. Kiranya setiap anak Tuhan senantiasa waspada dan menjaga motivasi yang benar di hadapan Allah. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Yesus harus menjungkir-balikkan meja penukar uang dan mengusir hewan korban dari halaman Bait Allah? Jelaskan! Berdoalah bagi para hamba Tuhan, Majelis, dan para pengurus gereja, agar mereka tidak memanipulasi hal rohani demi keuntungan materi. Kiranya melalui pelayanan anak Tuhan, orang lain boleh mengenal Kristus.
09 MINGGU
MARET 2014
“Jawab Yesus kepada mereka: Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” (Markus 11:29)
Bacaan hari ini: Markus 11:27-33 Bacaan setahun: Markus 11:19-33
OTORITAS TUHAN YESUS
B
agian firman Tuhan ini menunjukkan pertanyaan para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua Yahudi pada Tuhan Yesus, tentang otoritasNya. Ini berkaitan dengan dua hal yang Tuhan lakukan: (1) di ayat 111, yaitu bagaimana Tuhan Yesus dimuliakan di Yerusalem. (2) yang paling mengena dengan para imam kepala, ialah ketika Tuhan Yesus memurnikan Bait Allah (ay. 15-18). Hal kedua inilah yang membuat para imam kepala dan ahli Taurat mencari cara untuk membunuh Tuhan Yesus, karena makin banyak orang mengagumi dan mengikuti Tuhan Yesus serta ajaran-Nya. Dengan latar belakang seperti ini, kita mengerti mengapa Tuhan tidak mau menjawab pertanyaan mereka secara langsung. Sebenarnya, para imam kepala tidak sedang mencari jawaban lewat pertanyaan, “Dengan kuasa mana Engkau melakukan hal itu?” Mereka sedang mempertanyakan tindakan dan pribadi Tuhan Yesus yang berani-berani melakukan tindakan seperti itu. Tuhan Yesus menjawabnya dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan Yohanes Pembaptis. Tujuannya, tentu saja untuk menegur mereka yang tidak percaya akan Dia, sebagaimana mereka tidak mau mendengarkan berita Yohanes Pembaptis tentang diri-Nya. Bagaimana dengan kita? “Dengan kuasa mana dan siapakah Tuhan Yesus yang melakukan itu semua?” Tentunya kita bisa menjawab dengan mudah, bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berkuasa dan berotoritas. Tetapi, apakah benar hidup kita mau tunduk di bawah otoritas dan kuasaNya? Tuhan Yesus tidak hanya ingin kita memahami bahwa Dia adalah Tuhan yang berkuasa, tetapi juga agar setiap kita mau menundukkan dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Bagaimanakah caranya? Dengan taat kepada firman-Nya dan senantiasa bersandar kepada-Nya; mau ditegur dan diingatkan orang lain akan firman-Nya, jika kita berada di jalan yang salah. Janganlah kita malah mempergunakan Tuhan Yesus hanya untuk mencari kemuliaan dan kesenangan kita sendiri, atau kita menjadi pemimpin/pelayan Gereja (seperti pemimpin agama pada waktu itu) yang tidak mau ditegur dan diingatkan. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan Yesus tidak menjawab pertanyaan para imam kepala secara langsung? Apa yang Tuhan Yesus ingin ajarkan kepada mereka? Berdoalah untuk jemaat Tuhan, aktivis Gereja, dan para hamba Tuhan, agar mempunyai kehidupan yang senantiasa mau bersandar dan tunduk kepada Tuhan, sehingga hidup mereka diperkenan-Nya dan menjadi berkat.
10 SENIN
MARET 2014
“Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga.” (Markus 12:25)
Bacaan hari ini: Markus 12:18-27 Bacaan setahun: Markus 12:1-27
TENTANG KEBANGKITAN DAN PERNIKAHAN
J
awaban Tuhan Yesus akan pertanyaan orang Saduki ini menjelaskan kepada kita tentang dua hal. Pertama, ada kebangkitan orang mati. Untuk hal ini kita semua pasti mempercayainya; tetapi orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan. Harus diingat, jika tidak ada kebangkitan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan, sehingga sia-sialah semua iman kepercayaan kita (1 Kor. 15:13-14). Jika tidak ada kebangkitan, maka siasialah hidup manusia yang demikian terasa singkat di dunia ini. Hal kedua yang dinyatakan ialah berkaitan tentang hidup manusia ketika kebangkitan, terutama yang berkaitan dengan pernikahan; dimana Tuhan Yesus berkata, bahwa ketika dibangkitkan, kita tidak kawin atau dikawinkan. Dengan demikian ada suatu kehidupan baru yang tidak sama dengan yang sedang kita hidupi saat ini. Bisa dikatakan bahwa di surga nanti, suami atau istri kita bukan lagi pasangan kita. Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini? Kita dapat memahami bahwa pernikahan bukanlah tujuan hidup manusia. Ada orang yang menjadikan pernikahan sebagai tujuan hidup, dengan harapan dia akan mendapatkan kebahagiaan, kenyamanan, bahkan lepas dari persoalan hidupnya. Pada akhirnya mereka akan menjadi kecewa jika mereka tidak mendapatkannya, dan bahkan berani untuk bercerai. Lalu apa tujuan Tuhan menciptakan pernikahan atau lembaga keluarga (Kej. 2:18,24)? Adalah agar seseorang mendapatkan penolong yang sepadan untuk boleh saling menolong dan mempertumbuhkan, sehingga boleh menjadi manusia yang hidup di dalam Tuhan dan dipakai Tuhan sebagai rekan kerja-Nya. Juga untuk membesarkan anak-anak yang dipercayakan Tuhan sehingga mereka juga siap hidup dalam Tuhan dan memuliakan-Nya. Selain itu, melalui keluarga, tiap anggota boleh merasakan kasih Allah, keadilan Allah, pemeliharaan Allah, melalui relasi satu sama lain; di mana kegenapannya akan kita alami semua pada saat kebangkitan. Bagaimana dengan Anda? Kiranya Tuhan Yesus menolong setiap orang tua dalam membimbing keluarganya untuk hidup di dalam Tuhan. STUDI PRIBADI: Apa maksud Tuhan Yesus dengan berkata bahwa di surga tidak ada orang yang kawin dan dikawinkan? Berdoa bagi setiap keluarga agar ditolong Tuhan dalam menghadapi setiap permasalahan dan saling mempertumbuhkan dalam kasih kepada Tuhan, sehingga setiap orang boleh merasakan kasih Tuhan dalam hidupnya.
11 SELASA
MARET 2014
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.” (Markus 12:43)
Bacaan hari ini: Markus 12:41-44 Bacaan setahun: Markus 12:28-44
PERSEMBAHAN JANDA MISKIN
S
etiap kali kita belajar tentang hal memberikan persembahan kepada Tuhan, maka kisah janda miskin ini selalu menjadi salah satu kisah yang dipakai. Bagian firman Tuhan ini bukannya ingin mengajarkan kepada kita bahwa jumlah persembahan bukan yang terpenting. Seringkali pendapat seperti ini dipakai oleh beberapa orang untuk memberi dengan jumlah sedikit, dengan alasan yang penting motivasinya. Kenyataannya, motivasi mereka tidak benar, yaitu tidak mau rugi karena memberi dengan jumlah banyak. Memang benar bahwa Tuhan tidak melihat besar kecilnya jumlah persembahan seseorang. Ini seperti yang ditunjukkan Tuhan Yesus, dimana Dia mengatakan bahwa janda miskin itu memberi lebih banyak dari semua orang kaya yang memberi persembahan waktu itu. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini? 1. Memberi persembahan bukan ajang untuk membuktikan hebatnya kerohanian kita. Seringkali ini yang terjadi; tanpa sadar, dalam kehidupan anak-anak Tuhan terutama yang mampu secara ekonomi; memberikan persembahan dijadikan ajang untuk membuktikan kerohanian kita demi mendapatkan pujian dari manusia, yang dianggap sama dengan pujian dari Tuhan. Padahal, seperti orang kaya waktu itu, Tuhan Yesus sendiri tidak memuji mereka karena mengetahui motivasi hati mereka yang salah. 2. Memberi persembahan bukanlah ajang berinvestasi di surga. Ada pemikiran: memberi persembahan akan memudahkan kita mendapatkan berkat Tuhan. Seakan-akan, Tuhan merasa disenangkan ketika menerima persembahan kita dan akan membalasnya. Padahal, apa yang kita miliki saat ini, itu pun ada karena kemurahan Tuhan atas hidup kita. 3. Memberi persembahan haruslah dengan kasih kepada Tuhan. Persembahan adalah wujud kasih dan syukur kita kepada Tuhan. Jadi, apa yang dilakukan janda miskin tersebut merupakan perwujudan kasih dan syukurnya kepada Tuhan. Dia telah memberikan nafkahnya hari itu, meski hanya dua peser (bdk. Mrk. 2:30). Janda miskin itu percaya bahwa Tuhan yang memelihara hidupnya, seperti yang telah dia alami. STUDI PRIBADI: Mengapa persembahan janda miskin yang hanya dua peser dikatakan Tuhan Yesus, lebih banyak dari persembahan orang-orang kaya waktu itu? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar diberikan kemampuan untuk dapat memberi persembahan kepada Tuhan dengan sukacita dan tulus ikhlas, sebagai rasa syukur atas semua anugerah-Nya atas hidup kita.
12 RABU
MARET 2014
“Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya ia akan selamat.” (Markus 13:13)
Bacaan hari ini: Markus 13:1-23 Bacaan setahun: Markus 13:1-23
BERTAHAN SAMPAI AKHIR
K
etika terjadi banyak bencana, perang dan kekacauan di sekeliling kita, bahkan menimpa kita, kita bertanya: “Katanya Tuhan Maha Kuasa, Tuhan Yesus penuh kasih, tapi mengapa banyak kekacauan terjadi? Apakah Tuhan Yesus tidak sanggup menghentikannya? Apakah Tuhan Yesus tidak sayang lagi kepada anak-anak-Nya?” Ternyata Tuhan Yesus pernah memperingatkan bahwa memang akan terjadi penderitaan sebagai awal permulaan, sebelum Tuhan Yesus datang untuk ke-dua kali nanti. Apakah tanda-tanda akhir zaman yang Yesus sampaikan? 1. Ada banyak penyesat, nabi palsu, mesias palsu (ay. 5-6; 21-23). 2. Terjadi perang dan bencana di mana-mana (ay. 7-8). 3. Anak-anak Tuhan teraniaya dan dibenci, bahkan akan datang siksaan berat (ay. 9,13,19). 4. Terjadi perpecahan, perang dalam keluarga (ay. 12). 5. Namun Injil harus diberitakan kepada semua bangsa (ay. 10). Bagaimana sikap kita jika situasi semacam itu menimpa kita? Apakah kita akan mundur dan meninggalkan Tuhan Yesus? Banyak orang Kristen meninggalkan iman mereka karena tidak tahan menghadapi godaan dan penderitaan. Nasihat Tuhan dalam menghadapi masa-masa penderitaan: 1. Waspada supaya kita tidak disesatkan oleh ajaran sesat (ay. 5). 2. Jangan gelisah (ay. 7), tapi berhati-hatilah/siap menghadapi (ay. 9,23). 3. Jangan kuatir karena Roh Kudus akan menolong kita (ay. 11). 4. Perlu berhikmat dalam menghadapi (ay. 14-16). 5. Hanya orang yang bertahan sampai akhir hidup, yang selamat (ay. 13). Mungkin saat ini kita belum mengalami penderitaan itu sehingga kita mudah berkata, “Aku akan setia mengikut Yesus sampai akhir hidupku.” Namun mari kita benar-benar membayangkan bagaimana bila penderitaan itu sungguh-sungguh menimpa kita; lalu, apakah kita masih tetap dengan mantap berkata, “Aku akan setia mengikut Yesus sampai akhir hidupku, walau aku harus menderita.” Belajarlah mulai sekarang untuk setia kepada Tuhan Yesus. STUDI PRIBADI: Apa yang harus kita lakukan supaya tidak disesatkan oleh ajaran sesat? Apa yang harus kita lakukan supaya kita siap menghadapi tanda-tanda akhir zaman? Berdoalah agar setiap anak Tuhan mau dan mampu mempertahankan iman kepada Yesus sampai akhir hidupnya, meskipun harus mengalami masamasa sulit dan penderitaan.
13 KAMIS
MARET 2014
“"Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.” (Markus 13:33)
Bacaan hari ini: Markus 13:24-37 Bacaan setahun: Markus 12:24-37
BERJAGA-JAGALAH
M
anusia cenderung memiliki rasa ingin tahu dan ingin memiliki kepastian yang besar. Ketika suatu rahasia sedikit dibukakan, maka manusia akan berusaha semakin mencari tahu keseluruhan rahasia itu. Demikian juga ketika Tuhan Yesus menyampaikan suatu “berita yang cukup mengejutkan” (Mrk.13:2), maka murid-murid segera bertanya, kapan nubuat itu akan terjadi? (ay. 3-4). Tuhan tidak memberikan jawaban yang pasti tapi Ia menyampaikan bahwa akan datang penderitaan dan bahkan akan ada siksaan yang berat sebagai tanda akhir zaman. Dan pada bagian ini Yesus melanjutkan bahwa sebelum Yesus datang untuk kedua kalinya, akan terjadi kekacauan alam yang belum pernah terjadi sebelumnya (ay. 24-25). Saat itulah, Anak Manusia/Yesus datang untuk kedua kalinya dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemulian-Nya. Mengapa Tuhan tidak memberitahukan secara tepat kedatangan-Nya yang kedua kali? (1) Karena tidak ada seorangpun yang tahu, hanya Allah Bapa saja yang tahu kapan saatnya tiba. Oleh sebab itu jangan sekali-kali percaya jika ada orang yang meramal tanggal, bulan ataupun tahun kapan kiamat (kedatangan Tuhan Yesus kedua kali) akan terjadi, meski mereka berkata telah mendapatkan wahyu, penglihatan dari Tuhan. Mereka yang meramal itu termasuk dalam nabi-nabi palsu. (2) Supaya kita senantiasa berjaga-jaga. Tuhan Yesus mengulang peringatan ini sebanyak 3 kali, yang menunjukkan betapa penting dan serius peringatan itu. Yesus mau supaya kita selalu siap, kapan pun Tuhan Yesus datang. Kesiapan semacam ini membuktikan kesungguhan dan kualitas iman kita dalam mengikut Tuhan. Bagaimana kita dapat hidup dengan berjaga-jaga? Lukas 21:34-36 mengingatkan kita untuk menjaga hidup kita agar jangan sampai kita lebih mementingkan perkara duniawi daripada perkara surgawi. Mari kita hidup dengan senantiasa fokus untuk melakukan kehendak Tuhan. Mari kita hidup dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudahkah kita siap, kapanpun Yesus datang yang kedua kalinya? STUDI PRIBADI: Mengapa masih saja ada orang-orang yang percaya pada ramalan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali? Berdoalah agar setiap anak Tuhan hidup dengan berjaga-jaga, sehingga mereka selalu bersukacita dan siap untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.
14 JUMAT
MARET 2014
“...Ia telah melakukan sesuatu perbuatan baik kepada-Ku.” (Markus 14:6)
Bacaan hari ini: Markus 14:3-9 Bacaan setahun: Markus 14:1-26
PEMBERIAN TERBAIK
B
acaan hari mengisahkan, Maria meminyaki kepala (Mrk. 14:3) dan kaki Tuhan Yesus dengan minyak narwastu (Yoh. 12:3), kemudian menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Tindakan ini merupakan bentuk kasih dan penghormatan Maria kepada Yesus; dan Yesus pun meresponnya sebagai persiapan bagi penguburan-Nya (Mrk. 14:8). Minyak itu bernama “Narwastu.” Pada masa itu, harganya sangatlah mahal. Tidak disebutkan berapa nilai nominal untuk membeli minyak itu, tapi ini bukan minyak biasa. Minyak narwastu terbuat dari rempah-rempah pilihan, seperti: kunyit, tebu, kayu manis, pohon kemenyan, mur, gaharu, dan berbagai rempah-rempah pilihan lain (Kid. 4:14). Diduga kuat, harga 300 dinar yang disebutkan Yudas Iskariot, adalah harga sesungguhnya dari harga penjualan minyak mahal tersebut. Hal ini membuktikan bahwa Yudas mengetahui harga pasaran minyak tersebut. Sedangkan “dinar” adalah mata uang Romawi. Satu dinar adalah upah pekerja harian dalam satu hari (Mat. 20:2). Apabila minyak narwastu itu harganya 300 dinar, itu artinya: Maria harus merelakan penghasilan 1 tahun kerjanya (jika 1 bulan = 25 hari kerja), dan itu dilakukannya hanya untuk membeli minyak narwastu, yang kemudian dipakai Maria untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus. Apakah tindakan ini adalah suatu pemborosan? Tidak! Inilah kasih dan penghormatan Maria kepada Yesus (Mat. 26:10). Bagaimana dengan kita? Jika Maria telah memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya kepada Yesus, maka kita pun seharusnya memberikan yang terbaik dari hidup kita bagi Dia. Paulus berkata: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rom 12:1). Mempersembahkan hidup berarti menyerahkan seluruh totalitas hidup kita kepada-Nya, untuk dipakai Tuhan sebagai alat di tangan-Nya. Sudahkah Anda menyerahkan seluruh totalitas hidup Anda bagi kemuliaan-Nya? STUDI PRIBADI: Apakah tindakan Maria mengurapi kepala dan kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal adalah suatu bentuk pemborosan? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka dimampukan untuk belajar memberikan yang terbaik dari hidup mereka bagi kemuliaan Tuhan, dan juga mensyukuri segala pemberian Tuhan dalam hidup mereka.
15 SABTU
MARET 2014
“Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” (Markus 14:36)
Bacaan hari ini: Markus 14:32-42 Bacaan setahun: Markus 14:27-53
BERSERAH PADA KEHENDAK TUHAN
K
etika berdoa, kita sering meminta Allah untuk memenuhi permintaan doa kita; sehingga Allah bagaikan “jin botol” yang harus memenuhi keinginan kita. Apakah cara berdoa yang demikian ini, dibenarkan oleh Tuhan? Mari kita belajar dari Yesus. Dikisahkan dalam Markus 14:36, bahwa sebelum malam penyaliban-Nya, Yesus pergi ke taman Getsemani beserta para murid-Nya untuk berdoa. Injil Markus mencatat, bahwa Yesus sangat takut dan gentar, Ia merebahkan diri-Nya ke tanah dan berdoa pada Bapa: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Kau kehendaki.” Perkataan Yesus ini menyiratkan kegentaran-Nya ketika menghadapi penyaliban dan juga memberi kesan bahwa Yesus sedang mencoba untuk menghindari kematian atau sedang meminta kepada Bapa untuk memberikan alternatif lain selain kematian. Mungkin kita bertanyatanya, “Mengapa Yesus gentar? Bukankah selama ini Yesus tidak gentar menghadapi Iblis, ahli Taurat maupun kaum Farisi?” Berkaitan dengan ini, Timothy Keller berpendapat bahwa: “Anak Allah tidak diciptakan, tetapi terlibat di dalam penciptaan dan hidup sepanjang kekekalan bersama Bapa dalam sebuah relasi mutlak. Tetapi pada akhir hidup-Nya, Dia dipisahkan dari Bapa. Tidak ada penderitaan batin yang lebih besar daripada kehilangan sebuah relasi yang sangat kita inginkan.” Pendeknya, kegentaran Yesus menyiratkan sebuah arti bahwa Yesus akan mengalami keterpisahan kekal dengan Bapa. Tapi lebih daripada itu, doa Yesus menyiratkan sebuah pesan penting kepada kita bahwa Yesus lebih memprioritaskan kehendak Bapa lebih dari kehendak-Nya. Kehendak Bapa atas diri Yesus adalah mengharuskan-Nya mengalami jalan salib atau kematian; dan Yesus menaatinya. Pendeknya, cara berdoa yang benar di hadapan Tuhan adalah dengan cara berserah kepada kehendak Tuhan, lebih mengutamakan kehendak Tuhan, jauh dari pada kehendak atau keinginan hati kita. STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan merasakan kegentaran yang sangat besar? Bagaimana respons Tuhan Yesus terhadap semua hal itu? Berdoalah bagi setiap jemaat yang sedang menghadapi pergumulan hidup agar mereka tetap tekun dan taat pada firman Tuhan, sehingga tidak mencari solusi yang salah dan mendukakan hati Tuhan.
16
MINGGU
MARET 2014
“...Lalu mengangislah ia tersedu-sedu.” (Markus 14:72)
Bacaan hari ini: Markus 14:54-72 Bacaan setahun: Markus 14:54-72
RESPON PETRUS
K
onsep para murid terhadap Yesus adalah, Dialah Raja yang akan membebaskan mereka dari tangan musuh, sehinga sampai detikdetik terakhir penangkapan Yesus, mereka masih memperdebatkan siapa yang terbesar dan siapa yang berhak duduk di sebelah kanan dan kiri takhta-Nya. Para murid yang mengikuti Tuhan Yesus telah melihat karya Yesus selama 3 tahun, tetapi mereka masih belum paham bahwa Yesus bukan saja raja akan dunia ini; Dialah Raja di atas segala raja, Raja kekal yang akan datang kembali memerintah sebagai Raja. Maka kata Yesus kepada para murid: “Kamu semua akan tergoncang imanmu, sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan dombadomba itu akan tercerai-berai.” Di sini diceritakan tentang dakwaan, proses pengadilan, pembuktian dan keputusan hukuman dalam mahkamah agama, di hadapan Majelis Agung yang disebut Sanhedrin dengan Iman Besar sebagai ketuanya, atau hakim pada pengadilan itu. Imam Besar itu adalah Kayafas, orang yang sama, yang belum lama ini telah memutuskan agar Yesus dihukum mati, bersalah ataupun tidak bersalah (Yoh. 11:50). Petrus mengikuti Yesus dari jauh, tapi keberaniannya sudah demikian merosot hingga ke tingkat pengecut. Dengan sembunyi-sembunyi ia pergi menyelinap dan duduk di antara para pelayan agar tidak dicurigai sebagai pengikut Kristus. Penyangkalan Petrus diawali dengan menjaga jarak dariNya. Petrus tampaknya tidak ditantang ataupun terancam bahaya karena didakwa sebagai penjahat, dan ucapan para hamba Imam Besar hanyalah sekadar olok-olok belaka untuk mempermalukannya sebagai orang bodoh. Namun demikian, Petrus telah menyangkal Kristus di hadapan banyak orang pada saat dia seharusnya memberikan pengakuan dan mengakui Tuhan, serta tampil di sidang pengadilan sebagai saksi bagi-Nya. Meskipun demikian, pertobatan Petrus datang dengan cepat; ia menyadari dosanya dan keburukannya, sehingga menangislah ia. Bagaimana dengan Anda? Jika kita berlaku tidak setia kepada Tuhan, segeralah bertobat dan kembali mengasihi-Nya. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Petrus ketika beberapa orang mengenalinya sebagai pengikut Kristus? Apa yang Petrus lakukan ketika menyadari bahwa perbuatannya salah? Berdoalah bagi setiap jemaat agar memiliki kepekaan rohani terhadap dosa yang telah diperbuatnya dan digerakkan untuk segera bertobat, sehingga mengalami pemulihan dari Tuhan.
17 SENIN
MARET 2014
“Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya.” (Markus 15:1)
Bacaan hari ini: Markus 15:1-25 Bacaan setahun: Markus 15:1-25
PROVOKASI
A
rti “provokasi” berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia adalah: “perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan penghasutan, penghasutan, pancingan: mereka menyadari bahwa yang ditimbulkannya akan mengundang pertumpahan darah.” Ketika para imam kepala menangkap Yesus sebagai seorang pelaku kejahatan dan ketika mereka telah menahan-Nya, mereka ternyata tidak juga memiliki tuduhan untuk diajukan terhadap Yesus; tidak ada kesalahan yang bisa dituduhkan ke atas diri Tuhan. Karena itu, mereka mencari-cari kesaksian palsu yang dapat memberatkan Tuhan Yesus. Mereka mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan menjerat, menawarkan uang suap kepada yang lain supaya bisa mendakwa-Nya dan berusaha menakut-nakuti pihak lain bila tidak bersedia bersaksi palsu (Mrk. 14:55-56). Secara hukum, para imam kepala dan tua-tua dipercaya mengusut dan menghukum saksi-saksi palsu (Ul. 19:16-17); tetapi sekarang mereka justru menjadi pemimpin kejahatan yang menjungkir-balik semua keadilan. Pilatus melihat bahwa para imam kepala menyerahkan Yesus karena dengki, karena Kristus memiliki reputasi yang membuat para imam kepala itu pudar (ay. 10) dan marah. Puncaknya, mereka menentukan hukuman yang pantas bagi Tuhan Yesus, mencari cara dan sarana yang bisa dipakai untuk membuat Kristus dihukum mati. Mereka menghasut orang banyak untuk menghukum mati Kristus dan khususnya untuk menyalibkan Dia. Ketika Pilatus berkeberatan dan berkata: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?”, orang banyak tidak berusaha menjawabnya, tetapi makin keras berteriak, “Salibkan Dia, Salibkan Dia,” karena orang banyak semakin disulut dan dipanas-panasi oleh para imam. Hasutan para imam membuat orang banyak itu makin bersikeras agar penyaliban itu dilaksanakan; dan akhirnya Pilatus jadi juga menyalibkan Tuhan Yesus. Di sini kita melihat, povokasi mengakibatkan pertumpahan darah. Maka ingatlah akan perkataan Yesus bahwa, “jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak, selebihnya dari itu berasal dari Iblis.” STUDI PRIBADI: Apa yang membuat para imam dan ahli Taurat terdorong untuk melakukan provokasi yang buruk terhadap Yesus? Jelaskan! Berdoalah bagi relasi antar jemaat, anggota keluarga, dan masyarakat, agar mereka tidak mudah dipengaruhi oleh provokasi yang buruk, yang dapat merusak hubungan di antara mereka.
18 SELASA
MARET 2014
“Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, ...melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri...” (Ibrani 10:19-20)
Bacaan hari ini: Markus 15:31-39 Bacaan setahun: Markus 15:26-47
TABIR BAIT SUCI TERBELAH DUA
T
erbelahnya tabir Bait Suci merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan bahwa Kristus telah membuka jalan, bagi kita, menuju Allah. Ayat yang kita baca tersebut ingin menyatakan terbukanya jalan ke tempat yang maha kudus karena penumpahan darah Kristus. Tabir Bait Suci memisahkan tempat kudus dengan tempat maha kudus, yang merupakan tempat di mana tabut Allah, lambang kehadiran Allah, diletakkan. Hanya Imam Besar saja yang diperbolehkan memasuki ruang maha kudus tersebut, satu tahun sekali, dengan membawa korban persembahan. Namun, tabir Bait Suci terbelah tepat ketika Tuhan Yesus mati, dan bertepatan pula dengan saat korban sore hari dipersembahkan. Saat para imam sibuk di Bait Suci, dengan mata kepala sendiri, mereka menyaksikan tabir Bait Suci terbelah dua oleh sebuah kuasa yang tidak terlihat. Terbelahnya tabir menunjukkan bahwa saat Kristus mengalahkan kuasa maut, Ia membuka pintu Kerajaan Surga bagi semua orang percaya. Dia mati untuk membawa kita kepada Allah, mendamaikan kita dengan Allah, dan memulihkan hubungan yang terputus karena dosa. Sekarang kita memiliki jaminan pengampunan dosa dan kehidupan kekal yang memungkinkan kita untuk datang kepada Allah, tanpa harus membawa korban penghapus dosa lagi. Kita dimampukan untuk mempelajari firman Allah dan berbicara kepada Tuhan tanpa dibatasi oleh serangkaian aturan-aturan yang mengikat kita, sebagaimana di zaman Perjanjian Lama. Bagaimana kita meresponi semua ini? Sudah seharusnya kita menjadi orang yang menjaga relasi dengan Allah melalui persekutuan pribadi kita setiap hari, oleh karena jalan untuk itu telah dibukakan-Nya bagi kita. Marilah kita hidup takut akan Allah dan mengerjakan kehendak-Nya dalam hidup kita. Jika pintu anugerah itu telah dibukakan bagi kita, marilah kita semakin rindu mengasihi Allah dan hidup bergaul dengan-Nya. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk berkenan di hati-Nya, melalui kehidupan kita yang taat dan bergaul erat dengan-Nya, setiap hari. STUDI PRIBADI: Apa yang terjadi di Bait Allah, ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib? Apa maknanya bagi kita? Jelaskan! Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka senantiasa mengingat segala anugerah Allah di dalam Kristus, dan dapat hidup bergaul erat dengan Allah melalui persekutuan pribadi.
19 RABU
MARET 2014
“Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” (Markus 16:2-3)
Bacaan hari ini: Markus 16:1-9 Bacaan setahun: Markus 16
SIAPA AKAN MENGGULINGKAN BATU INI?
K
ematian adalah suatu perkara yang pasti dan tidak bisa dielakkan. Ilmu pengetahuan manusia bagaimanapun canggihnya tidak dapat mencegah hal ini. Peristiwa Paskah mengenai batu yang terguling memberitakan tentang kekalahan maut/kematian di depan Anak Allah. Peristiwa ini menyatakan, kita tidak menyembah seorang manusia yang menjadi debu dalam kuburan, melainkan Allah yang hidup dan berkuasa. Seorang Hamba Tuhan pendiri organisasi Youth with A Mission (YWAM), Loren Cunningham, pernah berkata, “Jika Allah memberi tahu Anda untuk melakukan sesuatu, mulailah dengan apa pun yang Anda miliki. Dia akan menyediakan selebihnya.” Kalimat ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak akan membiarkan kita mengerjakan hal itu sendirian. Allah kita adalah Allah yang hidup, yang senantiasa menolong kita karena Ia menyertai kita. Pada saat Kristus mati dan dikuburkan, para murid Kristus lupa pada janji kebangkitan Kristus, demikian pula para perempuan yang datang itu, berdukacita dan mencemaskan segala sesuatu yang mungkin saja mereka akan hadapi: “Siapa yang akan menggulingkan batu itu?” Pertanyaan tersebut mengandung nada kuatir dan ketidakberdayaan para perempuan yang ingin merempahi mayat Yesus, untuk memasuki kubur Yesus yang ditutup batu besar dan disegel serta dijaga. Ketika mereka tahu bahwa Kristus hidup, mereka akhirnya menjadi orang-orang yang mengabarkan berita kebangkitan Kristus. Kristus memelihara dan menuntun kehidupan setiap kita yang percaya kepada-Nya. Mari kita belajar dari pengalaman para perempuan ini. Sebagai orang yang percaya kepada Kristus yang hidup, seharusnya kita: (1) Percaya bahwa di tengah segala kesulitan, Dia tidak meninggalkan kita dan senantiasa memberikan kepada kita, jalan keluar. (2) Mengabarkan tentang pengharapan kehidupan kekal dalam Kristus yang hidup. Mari kita menyerahkan setiap kekuatiran kita kepada Tuhan karena di dalam Dialah, kita menemukan kekuatan dan jalan keluar. STUDI PRIBADI: Apa yang dirasakan para murid ketika Yesus mati di atas kayu salib dan dikuburkan? Ketika pintu batu kubur terbuka, para murid belajar apa? Berdoalah bagi jemaat yang sedang mengalami kebimbangan dalam hidup agar mereka mendapatkan kembali kekuatan dan pengharapan dari Tuhan, bahwa Ia tidak pernah meninggalkan mereka.
20
KAMIS
MARET 2014
“Supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” (Lukas 1:4)
Bacaan hari ini: Lukas 1:1-20 Bacaan setahun: Lukas 1:1-20
SAKSI MATA
I
njil Lukas ditulis oleh seorang tabib, bernama Lukas, murid Tuhan Yesus yang setia. Ia ingin menegaskan kepada Teofilus dan pembaca lainnya, bahwa segala sesuatu yang berhubungan Tuhan Yesus Kristus, adalah benar. Sumber penulisan Injil Lukas yang dibukukan, bukan berdasarkan kabar orang atau tradisi semata-mata, tetapi berdasarkan pengamatan, penelitian dan saksi mata langsung terhadap kehidupan, pengajaran dan perbuatan Yesus. Bukankah hal ini sangat menarik? (1) Penegasan Injil kepada Teofilus. Siapakah Teofilus? Pada bagian pendahuluan, surat dialamatkan kepada “Teofilus yang mulia”, tampaknya adalah orang penting dan perlu mendapat penjelasan yang komprehensif tentang ajaran dan keberadaan Tuhan Yesus. Kata “kita” dalam ayat 1 dan 2, dan “bagimu” dalam ayat 3, menunjukkan bahwa hubungan Lukas dan Teofilus, cukuplah dekat. Yang jelas, Lukas sangat peduli terhadap keselamatan Teofilus, sehingga ia memberitakan Injil kepadanya secara tertulis (1:4). (2) Penegasan kelahiran dan keberadaan Yesus. Tujuan penulisan Lukas adalah untuk memberi laporan tertulis dan historis yang dapat dipercaya sebagai fondasi iman Kristen. Seperti yang dikatakannya, “Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di antara kita” (Luk. 1:1). Baik saksi mata maupun pelayan firman turut ambil bagian dalam pembuktian kebenaran Injil. Namun hanya Lukas yang dapat menulis secara kronologis dan sistematis tentang kelahiran Yesus yang terjadi di kota Daud, adalah benar dan bersifat historis, sehingga para pambaca Injil dapat mengerti dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat umat manusia (Luk. 2:10-11). Baik saudara menempatkan diri sebagai Teofilus maupun sebagai pembaca kitab Injil, kiranya melalui penulisan Lukas sebagai saksi mata, dapat meneguhkan iman kita tentang segala ajaran, keberadaan dan kehidupan Tuhan Yesus yang adalah Juruselamat dunia. STUDI PRIBADI: Mengapa sosok pribadi Yesus dan pengajaran-Nya tidak dapat dikatakan sebagai legenda atau mitos? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka lebih memahami kebenaran Alkitab dan karya keselamatan yang telah Tuhan Yesus kerjakan melalui kehidupan dan kematian-Nya di atas kayu salib.
21
JUMAT
MARET 2014
“Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.” (Lukas 1:31)
Bacaan hari ini: Lukas 1:26-38 Bacaan setahun: Lukas 1:21-38
FAKTA KELAHIRAN YESUS
K
elahiran saudara atau saya mungkin tidaklah penting diketahui oleh orang banyak; karena keberadaan kita tidaklah membawa dampak pada agama atau keselamatan. Akan tetapi, sosok seperti Tuhan Yesus sangat penting diketahui oleh semua orang. Karena, keberadaanNya mempengaruhi hidup-matinya seseorang. Terlebih, orang yang tidak memiliki Tuhan Yesus secara pribadi, akan kehilangan segala-galanya, sebaliknya orang yang memiliki Tuhan Yesus secara pribadi akan beroleh segala-galanya. Pastikan bahwa Anda telah memiliki Yesus. (1) Fakta historis. Keberadaan kelahiran Yesus Kristus bisa diketahui dan diselidiki, baik secara geografis maupun secara pentarikan waktu. Dalam ayat 26 dikatakan bahwa Maria didatangi oleh malaikat Tuhan pada bulan keenam di Galilea, bernama Nazaret. Lukas juga mencatat tempat kelahiran Yesus di Yudea, kota Daud yang bernama Betlehem (Luk. 2:4, 11). Yang menarik adalah, Yesus hidup sezaman dengan Kaisar Agustus dan raja Herodes (Luk. 2:1 bdk Mat. 2). Mereka adalah orang-orang penting dalam pemerintahan dan dikenal pula dalam dunia politik, baik bagi orang Romawi maupun orang Yahudi. Yesus bukan tokoh misterius yang tidak diketahui identitas-Nya, melainkan sangat jelas identitas-Nya, baik secara geografis maupun secara historis. (2) Fakta ilahi (teologis). Proses kelahiran Yesus berbeda dengan kelahiran manusia biasanya. Hal ini dicatat oleh Lukas secara kronologis. Pertama-tama, Allah menyuruh malaikat Gabriel memberi salam kepada Maria, bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki (Luk. 1:31). Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Maha Tinggi, akan menjadi Raja, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan (Luk. 1:32-33). Kedua, Maria akan mengandung dari Roh Kudus, dan bayi itu akan disebut kudus, Anak Allah (Luk. 1:35 bdk Mat. 16:16). Kelahiran Yesus tidak ada duanya; berbeda dengan manusia pada umumnya. Tuhan Yesus layak menjadi Juruselamat dan Penebus umat manusia, karena ketidakberdosaan-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana Lukas mencatat atau merinci laporan tentang kesejarahan kelahiran dan keunikan pribadi Yesus? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki pemahaman yang benar tentang pribadi Yesus Kristus, sehingga tidak mudah diombangambingkan ajaran yang menyesatkan tentang Dia.
22
SABTU
MARET 2014
“Lalu kata Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan.” (Lukas 1:46)
Bacaan hari ini: Lukas 1:46-56 Bacaan setahun: Lukas 1:39-56
ALLAH YANG DIKENAL MARIA
M
enurut statistik selama beberapa puluh tahun, dari satu per tiga jumlah manusia mengaku sebagai atheis; tidak percaya adanya Tuhan. Presentasi ini sedikit berkurang di akhir abad ke 20, yang berarti semakin banyak orang yang mengaku percaya adanya Tuhan di alam semesta ini melalui berbagai macam agama yang ada. Tetapi jika hal ini ditelusuri, kita akan menemukan konsep tentang Allah yang simpang siur dan sangat rendah. Fakta tersebut menunjukkan bahwa semua ide manusia tentang Allah, pasti tidak memadai dan tidak sesuai dengan Allah yang benar. Di akhir masa peralihan antara zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, ada seorang wanita sederhana yang mengutarakan pengenalannya akan Allah. Pada masa itu, sudah 400 tahun Allah “bungkam,” tidak lagi mengutus nabi menyampaikan firman ke tengah umat-Nya. Kenyataan itu mungkin membuat banyak orang semakin kabur dalam pemahamannya terhadap Allah. Tetapi dari diri Maria yang masih muda belia, kita melihat suatu pemahaman tentang pengenalan Allah yang sangat dalam dan benar. Pertama, Allah dikenal sebagai Juruselamat; ini adalah pemahaman yang luar biasa mengingat bahwa bangsa Israel sendiri hampir selalu gagal menangkap konsep ini. Kedua, Maria mengenal Allah sebagai Allah yang maha kuasa dan penuh rahmat, yang peduli dengan kaum lemah dan membenci kecongkakan. Ketiga, Maria mengenal Allah sebagai Allah yang berdaulat, yang mengendalikan sejarah dengan hikmat dan kuasa-Nya. Terakhir, Allah adalah Allah yang setia, yang memegang janji-Nya, karena itulah rencana-Nya atas sejarah. Karena selama 400 tahun Allah tidak menyampaikan firman melalui nabi, maka bisa dipastikan bahwa pengenalan Maria ini bersumber dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang sudah ada. Saat banyak orang malas membaca firman yang tertulis, Maria tetap membaca dan mempelajarinya. Dari kitab-kitab Perjanjian Lama yang tertulislah, dia mengenal Allah secara benar. Karena itu, tetaplah tekun membaca dan mempelajari firman Tuhan. STUDI PRIBADI: Dari mana Maria memiliki pengenalan akan Allah, seperti yang ia katakan itu? Dapatkah Anda menemukan ayat referensinya dalam Perjanjian Lama? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka memiliki gairah untuk membaca kebenaran firman Tuhan setiap hari; juga agar mereka memiliki pengenalan tentang Allah yang benar.
23
MINGGU
MARET 2014
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya.” (Lukas 1:68)
Bacaan hari ini: Lukas 1:67-79 Bacaan setahun: Lukas 1:57-80
ALLAH YANG DIKENAL ZAKHARIA
S
eorang lainnya yang memahami Allah secara benar dan mendalam adalah Zakharia, ayah dari Yohanes Pembaptis. Zakharia dan Elizabet istrinya mendapatkan seorang anak karena rencana Allah. Kelahirannya, tidak semata-mata sebagai kemurahan Tuhan yang memberi dia seorang anak supaya tidak dicemooh orang. Sebaliknya, dia memahaminya dari sisi rencana Allah; bahwa di balik kelahiran anaknya, satu karya besar sedang dikerjakan Allah untuk menggenapi janji-Nya bagi Abraham. Janji manakah yang dimaksudkan? Jika kita membaca kitab Kejadian dengan seksama, maka kita akan temukan ada satu kalimat yang diulang sampai 5 kali dalam seluruh kitab tersebut, yaitu bahwa oleh keturunannya, seluruh bangsa di muka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:3; 18:18; 22:18; 26:4; 28:14). Janji Allah kepada Abraham inilah kunci untuk memahami arah dan tujuan sejarah kehidupan manusia; bahwa melalui satu pribadi dari keturunan Abraham, semua bangsa akan diberkati. Kini Zakharia memahami bahwa saatnya telah tiba, di mana Allah akan mewujudkan janji tersebut. Anaknya akan menjadi pendahulu untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan dan pelayanan Mesias yang akan membebaskan umat-Nya ikatan keduniawian untuk beribadah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Para imam dan ahli-ahli Taurat zaman itu, mewarisi pemahaman tradisi Yudaisme. Mereka juga percaya dan berharap akan kedatangan Mesias, tetapi Mesias yang meraka harapkan, adalah Mesias sebagai pemimpin politik dan militer, seorang pemimpin model Musa yang membebaskan mereka dari jajahan Romawi,—bukan Messias yang menderita, sekaligus menjadi berkat bagi semua bangsa. Di tengah-tengah tradisi yang sudah menyimpang itu, Zakharia tetap mampu menangkap inti berita Perjanjian Lama dengan benar. Dari syairnya yang dicatat Lukas dalam Injilnya, menegaskan bahwa era penyelamatan dari Allah telah tiba. Kiranya kita pun senantiasa mensyukuri rencana dan karya Allah yang penuh kasih bagi semua bangsa, dan turut serta membagikan kabar baik ini pada orang lain. STUDI PRIBADI: Dalam Perjanjian Lama, Mesias seperti apakah yang dijanjikan Allah, sehingga Zakharia dapat menyatakan kebenaran tentang Yesus Kristus yang baru lahir? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka semakin mengenal Tuhan Yesus dan memiliki semangat yang tinggi untuk memberitakan kabar keselamatan yang datang dari-Nya.
24
SENIN
MARET 2014
“Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya.” (Lukas 2:19)
Bacaan hari ini: Lukas 2:19 Bacaan setahun: Lukas 2:1-24
KEPEKAAN ROHANI MARIA
D
imulai dari kehamilan Maria, kelahiran Yohanes Pembaptis, sampai kelahiran sang Bayi Kudus di kandang Betlehem, semua itu adalah rangkaian peristiwa yang penuh dengan karya ilahi yang sangat menggemparkan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Menjadi tambah seru ketika beberapa gembala muncul tiba-tiba di malam yang pekat dan bercerita tentang bagaimana malaikat telah diutus Allah kepada mereka di padang belantara, menyampaikan bahwa seorang Juruselamat telah lahir. Berita dari para gembala ini menyebar dan menjadi buah bibir di kalangan orang-orang yang mengetahui kelahiran tersebut. Mungkin akan terus menjadi bahan pembicaraan sampai waktu yang lebih lama lagi, sambil terus mereka-reka apa makna sesungguhnya di balik semua yang terjadi, karena bagaimanapun ini adalah kejadian yang terlalu spektakuler untuk tidak dibicarakan. Sedangkan Maria yang tidak banyak bicara, diamdiam menyimpan semua itu dalam hatinya, dan terus merenungkannya. Ketika ada suatu kejadian yang tidak biasa, berita akan cepat tersebar dan banyak yang ikut tambah meramaikannya dengan berbagai komentar, tapi biasanya kehebohan akan makin reda seiring berjalannya waktu, bahkan akhirnya orang lupa dengan apa yang pernah terjadi. Tidak ada kejadian yang terlalu heboh bagi manusia yang hidup dengan kesibukan kesehariannya, kecuali kepentingannya sendiri. Bagi Maria, setiap karya Allah bukanlah hal yang biasa. Dia memang menerima rencana Allah atas dirinya dengan ketaatan penuh, tapi bukan berarti dia sudah benar-benar memahami apa yang sedang terjadi. Dia hanya seorang wanita sederhana tapi yang memiliki kepekaan rohani untuk menangkap karya-karya ilahi yang sedang terjadi. Ada hal-hal yang seketika belum dia pahami tentang rahasia dan rencana Allah, tapi dia simpan dan renungkan. Kepekaan rohani seperti itu, membuat dia berbeda dengan perempuan lain. Mari kita teladani kepekaan rohani Maria, suka merenungkan rencana dan karya Allah. STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan Maria ketika ia melihat karya Allah yang agung dan mulia terjadi dalam kehidupannya? Apa yang dapat kita pelajari dari sikap Maria ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka selalu merenungkan karya Allah, baik dalam keadaan yang baik maupun kurang baik, sehingga mereka mengerti rencana Allah bagi hidup mereka.
25
SELASA
MARET 2014
“Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya.” (Lukas 2:25)
Bacaan hari ini: Lukas 2:25-35 Bacaan setahun: Lukas 2:25-52
SATISFIED GOD
M
enunggu adalah saat yang sangat membosankan, demikian kata banyak orang. Namun dalam renungan kali ini kita akan melihat bagaimana seorang pria tua, menunggu dengan setia seseorang yang sudah dijanjikan akan datang padanya. Satu hal yang dipercaya oleh orang Yahudi adalah bahwa Mesias akan segera datang ke tengah-tengah mereka. Hal ini membuat setiap orang Yahudi menanti dengan penuh pengharapan, termasuk Simeon yang dicatat sebagai orang yang saleh dan benar di hadapan Tuhan. Kepadanya diberikan janji bahwa ia tidak akan meninggal sebelum melihat sang Mesias yang menjadi penghiburan bagi Israel. Selama masa penantian itu, dia tetap percaya kepada janji Tuhan dan tetap menjaga kesalehan dan kesucian hidupnya. Simeon mampu menanti dengan penuh pengharapan, tidak lain karena iman percayanya pada Tuhan sang pemberi janji. Sehingga ketika janji itu digenapi, Simeon merasakan kepuasan atas hasil penantiannya. Apa yang dia nantikan dengan setia akhirnya dia temukan juga. Kepuasan yang dia dapatkan dari penantiannya memampukan dia untuk melepaskan segala sesuatu yang ada di dunia, dan pergi dengan damai dari dunia ini. Pertemuannya dengan sang Mesias yang dijanjikan, adalah satu-satunya yang dia inginkan di dunia ini sebelum meninggal. Kini dengan senang hati dia mau beristirahat selamanya, karena apa yang dia nantikan sudah dipertemukan dengannya. Banyak orang yang mencari kepuasan dalam dunia ini, namun tidak merasa puas. Mata ini serasa tidak puas melihat apa yang ada di dunia ini, karena dunia seperti air laut yang akan membuat dirinya lebih haus jika meminumnya. Namun, jika kita mengalami perjumpaan dengan Sang Mesias, maka kepuasan sesungguhnya akan kita dapatkan. Kepuasan yang membuat kita rela melepaskan segala sesuatu yang ada dalam dunia ini. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda merasakan kepuasan dalam Tuhan? Kiranya hati kita dipenuhi dengan sukcita dan kepuasan dari kehadiran-Nya dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: Apa makna kepuasan dalam Tuhan menurut Anda? Apa yang membuat Simeon meninggalkan dunia ini dalam damai? Berdoalah supaya semakin banyak orang dapat mengalami perjumpaan dengan Sang Mesias, dan akhirnya mereka merasakan kepuasan dalam hati mereka dan kembali ke hadirat Tuhan dengan sukacita.
26
RABU
MARET 2014
“Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Lukas 3:8)
Bacaan hari ini: Lukas 3:7-14 Bacaan setahun: Lukas 3
MASA DEPAN YANG HARUS DITAKUTI
P
engharapan akan sesuatu di masa depan, mempengaruhi apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya di masa sekarang. Seseorang yang mengharapkan masa depan cerah, akan berusaha sekuat tenaga mencari kesuksesan. Kita tidak dapat menyangkali hal ini, bahwa setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang indah bagi masa depannya. Orang Kristenpun juga mengharapkan sesuatu yang indah di masa depan, yaitu bersama-sama dengan Bapa di surga. Persekutuan yang indah dengan Bapa di surga kelak, menjadi ekspektasi masa depan orang Kristen. Namun hal ini membuat banyak orang Kristen sering kali juga lupa, bahwa selain persekutuan yang indah itu, ada “hal lain” yang harus “ditakuti” yang pasti terjadi di masa depan, yaitu penghakiman. Yohanes dalam seruan pertobatannya, mengingatkan kepada setiap orang yang hadir saat itu, bahwa akan ada yang terjadi di masa depan. Di mana tidak ada seorang pun bisa menghindar darinya, yaitu penghakiman yang digambarkan sebagai “murka yang akan datang” (ay.7). Murka yang pasti datang ini seharusnya membuat setiap orang gentar dan bahkan takut sehingga memperhatikan cara hidupnya. Meski takut, tapi setiap orang harus siap menghadapi murka yang akan datang itu, dan siap-tidaknya seseorang dilihat dari buah yang dia hasilkan selama dia hidup (ay.1-14). Jika dalam masa hidupnya seseorang bersedia menyambut Sang Mesias dan menghasilkan buah bagi-Nya, maka dia akan menyongsong masa depan itu dengan sukacita. Sebaliknya, orang yang mengeraskan hatinya, maka murka itu akan turun atasnya. Yohanes mengatakan bahwa kapak sudah siap untuk menebang pohon yang tidak berbuah (ay. 9). Artinya adalah, bahwa setiap orang harus menghasilkan buah selama dia hidup, karena setiap orang akan diminta pertanggungjawaban kelak. Bagaimana dengan kita? Sekalipun kita tidak kehilangan keselamatan kita di dalam Kristus, namun jika hidup kita setengah-setengah dalam menaati Allah, maka, kita akan menjadi orang yang sangat malu dalam penghakiman-Nya kelak. STUDI PRIBADI: Apa yang harus Anda lakukan untuk menyongsong hari penghakiman itu? Berdoalah supaya setiap orang sadar akan adanya penghakiman di masa depan, sehingga mereka mau berbalik pada Tuhan. Berdoa pula bagi orang Kristen agar mereka hidup takut akan Allah.
27
KAMIS
MARET 2014
“Kata Iblis kepada-Nya: Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu… Jikalau Engkau menyembah aku…” (Lukas 4:6-7)
Bacaan hari ini: Lukas 4:5-8 Bacaan setahun: Lukas 4:1-30
MEWASPADAI MISI SATANIK
K
isah nyata pencobaan yang Yesus alami, tercatat dalam Injil Matius dan Lukas, mencantumkan dengan jelas tiga macam pencobaan yang disodorkan satan. Salah satu dari ketiga macam pencobaan itu adalah visi atau penglihatan yang satan paparkan kepada Yesus. Perenungan kita pada hari ini mengusahakan bagaimana mewaspadai visi satanik yang merupakan realitas yang tidak boleh diabaikan oleh orang Kristen, khususnya oleh gereja dan para pemimpinnya yang sarat dengan pemakaian visi dalam usaha pengembangan pelayanannya. Lukas dengan unik mengatakan bahwa satan “dalam sekejap mata memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia” (ay. 5). Pemakaian istilah sekejap mata dan memperlihatkan semua kerajaan dunia menyatakan bahwa satan pun bisa meniru (menduplikasi) apa yang Tuhan lakukan, seperti ketika mengubah sungai Nil menjadi darah maupun mengeluarkan katak-katak dari sungai Nil. Jika demikian, bagaimana kita membedakan antara visi ilahi dengan visi satanik? Ayat 6 merupakan salah satu kunci mewaspadai visi satanik yang mengklaim apa yang tidak dimilikinya seolah sebagai miliknya. Bukankah Tuhan adalah pemilik alam semesta ini, karena Ia yang menciptakannya, dan seluruh kuasa dan kemuliaan adalah milik-Nya? (Kej 1:1-2:7; Mzm 19:1-7; 29:1-11; Yoh 1:1-5; Kol 1:15-17). Dari sini dapat dipelajari bahwa satan memanipulasi kebenaran ilahi menjadi miliknya, maka waspadalah! Ayat 7 merupakan kunci kedua untuk memahami visi satanik yang menuntut timbal balik hanya untuk kepentingan dirinya. Tidak ada yang gratis dalam bujukan satan, sebab sebenarnya ia tidak memiliki apa-apa. Berbeda dengan Tuhan yang lebih dahulu memberikan seluruh kekayaan alam ini kepada manusia, bahkan Ia menciptakannya dengan kemuliaan dan memberikan kuasa untuk menguasai alam ini (Kej 1:26-28; 2:15; Mzm 8:5-9). Dari sini kita perlu mewaspadai visi pelayanan gereja yang menjurus kepada egoisme kepentingan diri dan menyeleweng pada kultus individu. Berhati-hatilah! STUDI PRIBADI: Bagaimana trik Iblis dalam menjatuhkan Tuhan Yesus? Apakah trik yang sama juga sering dihadapi oleh orang Kristen? Bagaimana kita meresponinya? Berdoalah bagi para hamba Tuhan, majelis gereja, para aktivis agar mereka tidak terjebak dalam tipu daya si-Iblis yang dapat menjauhkan mereka dari pimpinan dan campur tangan Tuhan.
28
JUMAT
MARET 2014
“Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.” (Lukas 4:32)
Bacaan hari ini: Lukas 4:31-37 Bacaan setahun: Lukas 4:31-44
DARI MANAKAH KUASA ILAHI YESUS?
S
ekian lama orang Kristen dipengaruhi oleh ajaran yang berpendapat adanya “kuasa perkataan” (the power of word) yang harus diklaim oleh setiap orang percaya untuk menunjukkan identitasnya. Apa yang dicatat oleh Lukas dalam perikop ini menjadi bagian ayat-ayat Alkitab yang digunakan oleh ajaran mereka untuk membenarkan adanya kuasa perkataan, seperti yang Yesus praktikkan dalam pelayanan-Nya. Apakah ajaran mereka dapat dibenarkan dari catatan perikop ini? Ayat 36 menyatakan dengan jelas tentang “wibawa dan kuasa” dari diri Yesus yang melakukan pengusiran terhadap roh-roh jahat itu. Kata wibawa ini, arti sebenarnya adalah kuasa otoritas yang dimiliki oleh Yesus sendiri sebagai Allah Anak yang berbagian dalam menciptakan langit dan bumi. Lalu kata kuasa berarti suatu kekuatan yang diwujudkan dan dinampakkan keluar, seperti dinamit yang kekuatannya keluar ketika diledakkan. Dengan demikian Yesus memiliki dua macam kekuatan, yaitu wibawa dan kuasa. Bagaimana dengan kuasa yang orang Kristen “miliki”? Ada dua macam yang Tuhan berikan kepada orang percaya, yaitu wibawa sebagai anakanak Allah (Yoh. 1:12), bukannya sebagai Allah Anak, dan kuasa dinamis untuk menjadi saksi Kristus (Kis. 1:8). Ayat 32 memberikan penegasan bahwa kuasa yang Yesus miliki dan nyatakan berkaitan dengan “pengajaran dan firman” yang diajarkan-Nya pada hari-hari Sabat. Sebagaimana firman yang bersama-sama dengan Allah yang menciptakan langit dan bumi (Yoh. 1:3; Kej. 1:3-dst) untuk menegaskan kuasa-Nya, demikian pula dengan pengajaran (doktrin) yang didasarkan firman perkataan Yesus itu berkuasa (Yoh. 14:26) mengubah kehidupan manusia berdosa (Yoh. 6:68; 2Tim. 3:16; Rm. 10:17). Yesus sendiri dalam Amanat Agung-Nya memerintakan gereja dan orang Kristen untuk belajar menjadi murid dan melakukan perintah-Nya (Mat 28:18-20), dan jemaat mula-mula mau bertekun dalam ajaran rasuli (Kis. 2:42), mengawasi diri dan ajaran (1Tim. 4:16), agar tidak diombang-ambingkan oleh ajaran-ajaran palsu (Ef. 4:11-15). STUDI PRIBADI: Apakah yang membedakan antara kuasa dan wibawa yang Yesus miliki dan yang Yesus berikan kepada kita? Jelaskan! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat memahami dan membedakan mana kuasa yang dari Allah dan yang bukan, sehingga tidak terkecoh oleh permainan dosa si-Iblis.
29
SABTU
MARET 2014
“Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.” (Lukas 5:16)
Bacaan hari ini: Lukas 5:1-16 Bacaan setahun: Lukas 5:1-16
KESEIMBANGAN DALAM HIDUP
D
unia modern menuntut segala sesuatu berjalan dengan sangat cepat, sehingga segala hal yang cepat menjadi prioritas manusia dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari makanan instan, cepat saji, internet, handphone dan sebagainya. Bagi manusia modern, yang cepat itu adalah yang terbaik. Akibatnya, kita seringkali hidup dalam terburu-buru; itu semua membuat kita melupakan kehidupan rohani kita. Perikop yang kita baca pada hari ini menceritakan tentang kegiatan Yesus yang tidak kalah padatnya jika dibandingkan dengan kehidupan kita sekarang (tentunya dengan ritme yang lebih lambat dibandingkan dengan hidup kita hari ini). Dalam perikop ini dikatakan bahwa Yesus mulai menunjukkan “keilahian-Nya” di dunia ini, dengan melakukan mujizat dan penyembuhan. Dalam Lukas 5:4 dikatakan bahwa Yesus menyuruh Simon untuk menebarkan jala di tempat yang dalam, Simon melakukannya dan akhirnya mendapatkan ikan yang sangat banyak hingga membuat jalanya menjadi koyak (ay. 6). Kemudian dalam Lukas 5:13, Yesus mentahirkan orang yang menderita kusta. Apa yang dilakukan oleh Yesus ini tentunya menarik perhatian orang banyak dan membuat-Nya menjadi pokok pembicaraan di daerah tersebut; meskipun Alkitab tidak secara khusus membahasnya. Namun Lukas 5:15 mencatat bahwa ada banyak orang datang berbondong-bondong mencari Yesus untuk bisa disembuhkan dan mendengarkan firman Tuhan. Hal yang menarik adalah respon Yesus ketika banyak orang mencari-Nya. Ia bukannya menggelar KKR akbar atau menyambut kedatangan mereka, tapi Yesus justru undur diri dan mencari tempat yang sunyi untuk berdoa. Menyembuhkan orang sakit adalah penting karena ini adalah bagian dari pelayanan, tapi ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu hubungan kita dengan Tuhan, mencari kehendak Tuhan di tengah-tengah segala kesibukan dan kegiatan kita. Itulah yang disadari sepenuhnya oleh Yesus. Ia berusaha menyeimbangkan antara hubungan-Nya dengan sesama dan hubungan-Nya dengan Bapa-Nya di sorga. Bagaiman dengan Anda? STUDI PRIBADI: Bagaimana hubungan Yesus dengan Bapa-Nya, meski sibuk? Bagaimana kita membagi waktu yang baik antara aktivitas sehari-hari dan hubungan dengan Tuhan? Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan dan hamba Tuhan supaya mereka bisa membagi waktu dengan baik, yaitu antara pekerjaan, aktivitas sehari-hari dan pelayanan mereka.
30
MINGGU
MARET 2014
“Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus.” (Lukas 5:18)
Bacaan hari ini: Lukas 5:17-26 Bacaan setahun: Lukas 5:17-39
KEPEDULIAN YANG BESAR
R
ick Warren, Gembala Sidang Gereja Saddleback pernah berkata, “Kalimat ‘uruslah urusanmu sendiri,’ bukanlah kalimat seorang Kristen.” Baginya, setiap orang Kristen dipanggil dan diperintahkan untuk terlibat dalam kehidupan orang percaya lain. Terlibat dalam kehidupan orang lain bukan berarti mencampuri segala urusan kehidupan pribadi orang lain. Terlibat di sini berarti dalam hal-hal yang positif, yaitu peka akan apa yang diperlukan orang lain dan menolong mereka di saat mereka membutuhkan. Lebih lanjut, Rick Warren memaparkan sebuah survey. Pada saat jemaat ditanya, mengapa mereka bergabung dengan Gereja? 93 % jemaat menjawab bahwa mereka bergabung karena melihat siapa pendetanya. Pertanyaan kedua: “Jika pendetanya pindah, apakah anda akan pindah?” Rupanya 93 % menjawab mereka tidak akan pindah Gereja, karena mereka sudah punya teman-teman di gereja tersebut. Dari hasil survey tersebut, kita melihat bahwa relasi yang akrab di antara saudara seiman dapat membuat seseorang semakin setia dalam sebuah Gereja. Pendeta boleh berganti, Majelis boleh berganti, tetapi selama ada orang-orang yang saling mengasihi di dalam Gereja tersebut, maka orangorang tidak akan mudah untuk meninggalkan sebuah Gereja. Dalam Lukas 5:17-26 kita membaca tentang 4 orang yang mengasihi dan mempedulikan teman mereka. Ada 4 orang yang berjuang mati-matian agar seorang teman mereka yang lumpuh, dapat disembuhkan oleh Yesus. Cerita ini sangat luar biasa, karena 4 orang ini hanyalah teman, bukan keluarga dari orang lumpuh tersebut. Awalnya mereka mencoba untuk melewati pintu, namun orang terlalu banyak sehingga mereka tidak dapat masuk. Namun mereka tidak putus asa. Mereka naik tangga, membawa orang lumpuh tersebut ke atas atap, lalu menurunkan teman mereka yang lumpuh tersebut tepat di hadapan Tuhan Yesus. Hasil kerja keras mereka tidaklah sia-sia. Tuhan Yesus melihat iman mereka dan akhirnya menyembuhkan teman mereka yang lumpuh tersebut. Bagaiman dengan sikap Anda? STUDI PRIBADI: Apa yang dilakukan oleh 4 orang sahabat si-lumpuh, yang membuatnya dapat berjumpa Yesus? Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka memiliki kepedulian antara satu jemaat dengan jemaat yang lain, sehingga kesatuan mereka dalam Kristus boleh semakin nyata.
31
SENIN
MARET 2014
“Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Lukas 6:20)
Bacaan hari ini: Lukas 6:20-26 Bacaan setahun: Lukas 6:1-26
BERBAHAGIALAH KAMU YANG MISKIN
U
capan bahagia dalam bacaan Alkitab hari ini sering disalahpahami oleh banyak orang. Ada orang yang memahami hal ini dalam arti jika seseorang menjadi pengangguran, maka orang tersebut akan “berbahagia.” Jika seseorang mengalami kesulitan keuangan, bangkrut, tidak mempunyai tabungan sama sekali, terlilit hutang maka orang tersebut adalah berbahagia. Di sisi lain, ada orang yang menganggap perkataan Tuhan Yesus tersebut adalah sebuah kalimat penghiburan belaka. Bagi orang-orang ini, kebenaran mengenai kebahagiaan adalah berbahagialah orang yang kaya, yang terkenal, yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai rumah mewah, mobil mewah dan berbagai benda lainnya. Kebahagiaan diukur berdasarkan kepemilikan, bukan kemiskinan. Sebenarnya apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Apakah kemiskinan tersebut dalam arti hurufiah, yaitu tidak memiliki harta benda? Pada waktu kita membaca ucapan bahagia ini, kita seharusnya melihat ucapan bahagia yang juga ada dalam kitab Matius. Dalam Matius, dituliskan: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Perbedaan dengan Injil Lukas terdapat dalam frasa “di hadapan Allah.” Ini berarti yang dimaksud Tuhan Yesus bukanlah kemiskinan secara materi, tapi kemiskinan secara rohani. Ini berarti, orang yang berbahagia adalah orang yang menyadari bahwa dirinya tidak cukup baik, tidak cukup layak, dan berdosa, sehingga terusmenerus memerlukan belas kasihan Tuhan untuk mendapatkan pengampunan dan keselamatan. Orang-orang ini disebut Tuhan sebagai orang yang berbahagia; karena hidupnya terus bergantung pada Allah. Bagaimana dengan Anda? Biarlah kita terus belajar, hari demi hari, untuk menjadi orang yang miskin di hadapan Allah. Karena Tuhan berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” STUDI PRIBADI: Apa yang dimaksud “miskin di hadapan Allah”? Jelaskan aplikasi praktis ayat ini dalam kehidupan sehari-hari! Berdoalah bagi orang Kristen agar mereka tidak hidup dalam kesombongan karena harta benda yang mereka miliki; tetapi dengan rendah hati mengakui bahwa hidup mereka adalah anugerah-Nya semata.
Catatan...
“Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.” (Markus 13:33)