|
255
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 255 | JULI 2017
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah." [1 Petrus 4:10]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 255: Alfred Jobeanto, Andree Kho, David S. Kosasih, Hana Ovilordia Hendry Heryanto, Ie David, Ivan Kwananda, Jonatan Dwi Putra Liem Sien Liong, Otniol H. Seba, Sahala Marpaung, Timotius Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Saat Teduh
A
lkitab dengan jelas berkata dalam Mazmur 25:12, bahwa kepada orang yang takut akan Tuhan maka Tuhan akan menunjukkan kepadanya jalan yang harus dipilihnya. Inilah berkat khusus bagi kita orang percaya yang senantiasa diterangi oleh kemuliaan Tuhan dan membangun kehidupannya sesuai dengan perintah Tuhan. Dengan membaca dan merenungkannya secara rutin, maka kita akan menemukan solusi atas segala permasalahan kita. Berikut ini, kita akan melihat akronim Alkitab yang dapat mengarahkan dan menolong kita di dalam kehidupan ini: A = Arahkan dirimu kepada Allah (Mazmur 62:6) Saat teduh adalah waktu kita merenungkan firman-Nya serta mengarahkan diri kita kembali kepada Allah. Tujuannya, agar kita dapat mendengar suara-Nya, kita harus berusaha mengecilkan volume dunia ini (segala beban, permasalahan hidup, suka-duka, orang dan lingkungan di sekitar kita, dll). L = Latihlah rohanimu (Mazmur 119: 97-104) Ketika kita bersaat teduh maka firman-Nya akan membuat kita sehat secara rohani. Dengan rohani yang sehat itu akan memampukan kita untuk menghasilkan buah-buah Roh. Tindakan melatih ini tentu membutuhkan disiplin dan kemauan besar dalamnya! K = Ketahui dan diamlah (Mazmur 46:11) Kita perlu kadang hanya diam dan mengetahui, tanpa harus banyak berbicara dalam menyampaikan isi hati kepada Tuhan. Berdiam diri akan membantu kita konsentrasi serta mengingat kembali segala kebesaran, kasih dan keagungan-Nya. Dalam diam itu, kitapun akan mengetahui rencana-Nya bagi hidup kita. I = Istirahatlah (Mazmur 23) Saat teduh adalah saat kita bisa mengistirahatkan jiwa kita. Saat berdoa dan merenungkan firman-Nya, saat dimana kita dapat mengurangi tekanan hidup ini (1 Ptr 5:7). Hal yang sama juga dilakukan oleh Tuhan Yesus; di tengah kesibukan pelayanan-Nya, Ia menyediakan waktu untuk berdoa kepada Bapa-Nya. T = Temuilah Bapamu yang mencari (Yohanes 4:23; Mazmur 27:8) Tuhan sebenarnya terus memanggil kita untuk mencari wajah-Nya, bahkan seringkali DIA yang menaruh kerinduan di dalam hati kita supaya kita meluangkan waktu bersama-Nya. A = Asahlah Ibadahmu supaya berguna dan berkenan (1 Timotius 4:8) Saat teduh juga merupakan bagian ibadah pribadi kita kepada Tuhan setiap harinya. Dengan merenungkan firman-Nya akan membuat kita menjadi bijaksana dalam mengambil keputusan-keputusan penting di dalam hidup kita. B = Bebaskanlah dirimu dari rutinitas (Markus 1:32-39) Jika kita menjadikan saat teduh hanya sebatas kebiasaan/rutinitas, maka lama-kelamaan hal itu akan membuat kita menjadi bosan dan kering. Kita perlu sekreatif mungkin dan sevariasi mungkin melakukan saat teduh agar saat teduh kita terus hangat dan tidak membosankan. Rutinitas hidup membuat kita justru akan semakin menjauh dari-Nya.
01 SABTU
“Lalu semua ahli di antara tukang-tukang itu membuat Kemah Suci dari sepuluh tenda dari lenan halus yang dipintal benangnya dan dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi; .... dibuat orang semuanya itu.” (Keluaran 36:8) JULI 2017
Bacaan hari ini: Keluaran 36:8-38 Bacaan setahun: 2 Tawarikh 35-36, Kolose 4
ALLAH YANG TELITI
D
alam dunia teknik dikenal satu istilah presisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata presisi ini berarti ketepatan atau ketelitian. Maka, kata presisi adalah kata yang tepat untuk digunakan dalam pembuatan Kemah Suci, karena Tuhan menghendaki agar pola yang telah ditunjukkan kepada Musa diwujudkan secara nyata dengan tepat dan teliti. Bacaan hari ini berbicara tentang pelaksanaan pembuatan Kemah Suci yang polanya telah disampaikan Tuhan kepada Musa dalam Keluaran 25-31, khususnya pasal 26. Segala ukuran yang berhubungan dengan Kemah Suci telah ditetapkan Tuhan dan diberitahukan kepada Musa. Kini, saatnya Bezaleel dan Aholiab beserta para ahli lain memulai pembuatan Kemah Suci. Mereka bekerja dengan sepenuh hati mewujudkan secara nyata pola Ilahi tentang Kemah Suci tersebut. Dalam pembuatan Kemah Suci, Tuhan menghendaki setiap detail pekerjaan dibuat dengan tepat, sesuai pola yang telah Dia tunjukkan kepada Musa di atas gunung (Kel. 25:40). Ketepatan adalah hal yang harus dilakukan karena itulah yang Tuhan kehendaki (Ibr. 8:5). Pelayanan patut dilakukan sesuai dengan rancangan Tuhan. Meskipun pembangun Kemah Suci adalah para ahli, mereka tidak diperkenankan membangun sesuka hati. Dalam pelayanan, kita wajib menundukkan diri kepada otoritas Tuhan. Tanpa penundukan diri, pelayanan kita tidak akan diperkenan Tuhan. Mungkin Anda sudah terlibat di dalam pelayanan; pertanyaannya, apakah Anda telah melakukan pelayanan tersebut dalam ketaatan kepada Tuhan? Bagaimana dengan kita? Jika hal bangunan fisik saja Tuhan ingin ketepatan dalam pembangunannya, terlebih lagi dalam hal kerohanian. Sudahkah kita melakukan segala sesuatu dengan kesadaran bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia (Kol. 3:23)? Sudahkah kita menjalankan kehidupan kerohanian kita dengan tepat dan teliti? Sudahkah kita melayani Tuhan dengan memberikan yang terbaik? Marilah kita terus belajar untuk tepat, teliti dan sungguh-sunguh dalam mengerjakan segala kehendak Tuhan sampai Dia datang kembali! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan harus sangat begitu detail ketika memerintahkan pembangunan Kemah Suci? (2) Mengapa melayani Tuhan perlu memberikan yang terbaik? Berdoalah agar setiap kita yang mengambil bagian di dalam pelayanan kepada-Nya, baik di dalam gereja maupun di luar gereja, dapat memberi pelayanan yang baik dan berkualitas.
02 MINGGU
JULI 2017
“Bezaleel membuat tabut itu dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya, dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 37:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 37:1-7 Bacaan setahun: Ezra 1-2, 1 Tesalonika 1
TABUT PERJANJIAN
T
abut adalah wadah/tempat untuk menyimpan surat-surat perjanjian yang penting pada zaman purba. Namun, Tabut Perjanjian Israel unik karena terkait dengan Yahweh sebagai pemberi perjanjian. Tabut perjanjian ini dibuat sesuai dengan perintah Tuhan kepada Bezaleel. Tuhan memberinya petunjuk agar Tabut Perjanjian tersebut di buat dari kayu penaga, ukurannya kira-kira 1,1 m x 0,7 m x 0,7 m. Seluruh tabut dilapisi emas dan tutup tabut juga terbuat dari emas. Di kedua ujung tutup pendamaian terdapat sebuah kerub dan wajah kedua kerub itu saling berhadapan dengan sayap masing-masing terentang. Untuk mengangkat tabut itu digunakan tongkat kayu yang dimasukkan ke lubang gelanggelang di keempat penjurunya. Di dalam tabut tersimpan kedua Loh Hukum berisi Sepuluh Perintah Allah, buli-buli berisi manna, & tongkat Harun yang pernah bertunas (Ibr. 9:4). Tutup tabut yang disebut Tutup Pendamaian adalah tempat Tuhan menyatakan kehendak-Nya (Kel. 25:22). Tabut perjanjian ini melambangkan takhta Allah, Allah bersemayam dalam kemuliaan-Nya, di tengah-tengah perkemahan Israel, duduk di atas takhta-Nya di ruang mahakudus, memerintah Israel sebagai raja mereka. Tabut yang melambangkan takhta Allah ini juga mengisyaratkan janji Allah untuk memelihara umat-Nya yang didasarkan pada ikatan Perjanjian Sinai. Tabut perjanjian ini juga melambangkan kehadiran Tuhan yang menuntun dan menyertai umat-Nya, Israel dalam perjalanan menuju tanah Kanaan. Puji Tuhan, di dalam Perjanjian Baru, Allah hadir dalam kepenuhan kemuliaan-Nya di dalam diri dan pelayanan Tuhan Yesus. Kehadiran Allah di dalam Kristus, jauh melampaui kemah suci dan tabut perjanjian yang melambangkan istana dan takhta Allah yang hadir di tengah-tengah umatNya. Karena seluruh kepenuhan Allah diam di dalam Kristus (Kolose 1:19). Kristus hadir menuntun dan menyertai kita yang telah dipanggil keluar dari kegelapan dosa, masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib dan menjalankan panggilan-Nya sebagai umat Allah dalam dunia ini. Marilah kita mensyukuri kehadiran Kristus yang menyertai dan menuntun kita di dalam hidup kita ini dengan mentaati segala perintah-Nya. STUDI PRIBADI: Bagaimana kehadiran Tuhan menuntun dan menyertai kehidupan Anda? Berdoalah agar umat Tuhan selalu menyadari dan mengalami kehadiran Tuhan di dalam kehidupannya, sehingga mereka dikuatkan dan bersyukur setiap waktu.
03 SENIN
JULI 2017
“Dibuatnyalah meja itu dari kayu penaga, dua hasta panjangnya, sehasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.” (Keluaran 37:10)
Bacaan hari ini: Keluaran 37:10-16 Bacaan setahun: Ezra 3-4, 1 Tesalonika 2
ALLAH HADIR MEMELIHARA UMAT-NYA
S
elain Kemah Suci, TUHAN juga memerintahkan Musa membuat sebuah meja roti sajian (Kel. 25:23-30). Keluaran 37:10-16 adalah pelaksanaan bagaimana meja roti sajian tersebut dibuat. Meja roti sajian dibuat dengan sangat indah, dilengkapi pinggan, cawan, dan kendi. Semua itu dipakai untuk memberikan persembahan. Di atas meja roti sajian dipersembahkanlah roti sajian. Kata roti sajian di sini secara harfiahnya adalah “the bread of the presence” atau “roti kehadiran” (Kel. 25:30). “Kehadiran” yang dimaksud di sini adalah kehadiran Allah. Di mana Allah hadir di tengah umat-Nya, mengundang umat-Nya, Israel untuk “bersantap bersama” dengan-Nya dan menikmati akan kehadiran-Nya. Di Timur Tengah kuno, bersantap bersama menunjukkan persekutuan. Namun karena kekudusan Allah, hanya para imam yang diperbolehkan untuk memakan makanan kudus itu (Im. 22:10-16). Dapat dikatakan roti meja sajian ini merupakan simbol pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya. Kehadiran Allah yang memeliharakan umat-Nya nampak begitu nyata dialami dan dinikmati oleh umat Israel. Hal itu terjadi ketika Allah menurunkan hujan roti yang turun dari langit, yakni manna yang menjadi makanan mereka setiap harinya (Kel. 16:4). Itulah saat terindah yang pernah mereka rasakan dan nikmati, di mana kehadiran-Nya yang memeliharakan kehidupan mereka secara jasmani. Kini kehadiran Allah yang memeliharakan di tengah-tengah umat-Nya telah menjadi suatu kenyataan yang telah tergenapi secara rohani di dalam Kristus, yang adalah “Roti Hidup” (Yoh. 6:35). Sebagaimana kehidupan jasmani ini dipelihara dengan roti, begitu pula kehidupan rohani kita dipeliharakan dengan “Roti Hidup” yakni Kristus. Kristus berkata bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4). Kristus adalah “Roti Hidup” (Yoh. 6:35) dan Firman (Yoh. 1:1,14) yang menjadi makanan bagi jiwa kita yang adalah umat-Nya. Betapa berbahagia dan bersyukurnya kita memiliki Allah yang berkenan hadir dan memeliharakan kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Anda telah mengalami pemerliharaan Allah? (2) Bagaimana Anda dapat mengalami kehadiran Allah yang memeliharakan? Bersyukurlah akan kehadiran Allah yang memeliharakan tiap kita, umat-Nya. Berdoalah agar kita terus mengalami kehadiran-Nya yang memeliharakan di dalam kehidupan kita.
04 SELASA
JULI 2017
“Dibuatnyalah mezbah korban bakaran itu dari kayu penaga, lima hasta panjangnya dan lima hasta lebarnya, empat persegi, tetapi tiga hasta tingginya.” (Keluaran 38:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 38:1-7 Bacaan setahun: Ezra 5-6, 1 Tesalonika 3
MEZBAH KORBAN BAKARAN
B
etapa ribetnya umat Allah pada waktu itu jika ingin menghampiri Allah. Banyak peraturan atau ketentuan yang harus dilakukan untuk bisa menghampiri Allah. Ini terjadi karena keberadaan mereka yang berdosa. Keberadaan mereka itu tidak memungkinkan mereka untuk dapat mendekat menghampiri Allah. Sebab Allah itu kudus adanya. Itu sebabnya, yang tidak kudus tidak dapat menghampiri-Nya. Untuk dapat menghampiri Allah, mereka harus mengikuti aturan dan tata cara yang Allah telah buat. Ini berarti bahwa mereka tidaklah boleh sembarangan, atau menurut cara mereka sendiri dalam menghampiri-Nya. Salah satu sarana adalah dengan melakukan kurban bakaran bagi Allah. Itu sebabnya Allah memerintahkan agar membuat sebuah mezbah kurban bakaran bagi Allah (Kel. 38:1-7). Mezbah kurban bakaran adalah tempat bagi umat untuk menghampiri Allah melalui imam dan ritual persembahan kurban. Rincian tata cara ritual tersebut dibahas dalam Imamat pasal 1-7. Salah satu fungsi persembahan kurban adalah pendamaian antara umat yang berdosa dengan Allah yang kudus. Sebab tak seorang pun dapat datang di hadirat Allah sampai dosa sudah ditangani (Im. 17:11). Hanya setelah mendapatkan pengampunan dari Allah, barulah umat layak menghampiri Allah dalam ucapan syukur dan doa yang diwakilkan oleh para imam di ruang kudus. Melalui kurban persembahan, umat dapat memperoleh pengampunan dosa dan persekutuan dengan Allah. Tentu bukan darah hewan itu yang berkuasa menghapuskan dosa (Ibr. 10:4); karenanya umat mendapatkan pengampunan dosa bukan karena telah mempersembahkan hewan. Persembahan tersebut, sesungguhnya merupakan bayang-bayang dari persembahan sempurna, yang adalah Kristus sendiri. Pelajaran dari perikop ini adalah: menghampiri Allah apalagi melayani Dia tidak boleh dengan sembarangan dan haruslah di dalam kekudusan. Syukur kepada Allah, melalui Kristus kita telah didamaikan dengan Allah dan dilayakkan untuk menghampiri bahkan melayani-Nya. Jadi, sekarang kita tidak usah ribet-ribet lagi untuk dapat datang menghampiri Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang diperlukan orang pada masa lalu, untuk menghampiri Allah? (2) Apa yang membuat kita sulit untuk dapat menghampiri Allah selama ini? Mengapa? Bersyukurlah kepada Allah karena melalui Kristus kita bisa secara langsung menghampiri Allah. Berdoalah agar umat Allah menggunakan kesempatan untuk menghampiri Allah dengan baik.
05 RABU
JULI 2017
“Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.” (Keluaran 38:8)
Bacaan hari ini: Keluaran 38:8 Bacaan setahun: Ezra 7-8, 1 Tesalonika 4
BEJANA PEMBASUHAN
B
ejana pembasuhan diletakkan di antara kemah pertemuan dan mezbah, yang berfungsi untuk membasuh kaki tangan para imam sebelum mereka melayani kemah pertemuan dan Mezbah korban bakaran supaya mereka janganlah mati. Fungsi air yang ada di dalam bejana pembasuhan ini selain untuk membersihkan secara fisik, juga merupakan simbol pembersihan dan pengudusan mereka sebagai imam agar mereka tidak mati saat menghampiri hadirat Tuhan yang kudus. Di dalam Alkitab dicatatkan, bahwa dalam satu hari minimal dua kali para imam mencuci kaki dan tangan, yaitu pertama, pada pagi hari saat mereka mau membakar ukupan di tempat kudus dan mempersembahkan korban di mezbah korban bakaran, dan kedua, pada malam hari saat mereka masuk ke tempat kudus untuk menyalakan lampu-lampu pada kandil emas. Tentunya mereka akan mencuci kaki dan tangan lebih dari dua kali jika hari itu banyak orang datang untuk mengadakan pendamaian dengan Allah —untuk mengaku dosa. Intinya setiap kali mereka mengadakan kegiatan di tempat kudus dan di mezbah korban bakaran, mereka haruslah mencuci kaki dan tangan. Ini merupakan ketetapan Tuhan sendiri. Hal ini penting, yaitu untuk menunjukkan kelayakan mereka datang ke hadapan Tuhan yang kudus. Apakah maknanya bagi kita hari ini? Banyak di antara kita hari ini, yang datang ke hadirat Tuhan dengan sembarangan dan juga seenaknya. Kita datang beribadah kepada Tuhan, dengan hati dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian kepada sesama, atau bahkan dengan kehidupan yang bertekun dalam kebiasaan yang berdosa. Kita rutin membersihkan diri kita secara fisik, tetapi seringkali kita lupa membersihkan diri kita secara rohani. Mari kita datang kepada Tuhan setiap hari untuk meminta pengampunan dan pembasuhan atas dosa-dosa kita, sehingga hidup kita boleh terus dilayakkan di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bandingkan Efesus 5:26 dan Ibrani 10:22, dengan apakah hidup kita dibasuh setiap harinya? (2) Selama ini, bagaimana sikap kita menghampiri takhta-Nya? Berdoalah agar jemaat selalu rindu bertekun dalam firman Tuhan, karena firman itu berkuasa menyucikan kita ketika kita hidup dalam ketaatan pada firman.
06 KAMIS
JULI 2017
“Dibuatnyalah pelataran itu; pada sebelah selatan: layar pelataran itu dari lenan halus yang dipintal benangnya, seratus hasta panjangnya.” (Keluaran 38:9)
Bacaan hari ini: Keluaran 38:9-20 Bacaan setahun: Ezra 9-10, 1 Tesalonika 5
PELATARAN KEMAH SUCI
P
ada zaman PL, ketika umat Israel ingin datang beribadah kepada Tuhan, maka mereka hanya boleh masuk ke pelataran kemah suci, dengan membawa korban ke pintu gerbang pelataran. Pelataran kemah suci menjadi tempat yang sangat penting bagi umat Israel karena di sanalah batas terdekat bagi mereka untuk bisa mendekati hadirat Allah. Ini menyatakan kepada kita, betapa kudus dan sucinya Allah kita, sehingga umat tidak bisa sembarangan menghampiri-Nya. Dalam Kel.38 ini kita bisa melihat bagaimana detilnya pembuatan dari pelataran itu, baik ukuran maupun bahan yang dipakai sesuai dengan yang ditetapkan oleh Tuhan dalam Kel. 27:9-19. Ini menunjukkan keseriusan Tuhan dalam pembuatan kemah suci, tempat dimana Ia akan menyatakan kehadiran-Nya. Tidak heran, kalau kehadiran umat di tempat ini merupakan sebuah pengalaman yang menggentarkan sekaligus luar biasa. Namun, sekalipun umat Israel hanya boleh berada di pelataran kemah suci, tetapi dalam Mazmur 84, kita bisa melihat kerinduan mendalam dari umat Allah untuk bisa datang ke pelataran bait Allah. Berbeda sekali dengan umat Tuhan pada masa sekarang. Bersyukur karena melalui pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib, kita hari ini boleh berdiri di pelataran rumah Tuhan dan bisa masuk ke dalamnya serta beribadah. Namun demikian perasaan gentar dan rindu untuk menghampiri Tuhan dalam bait-Nya sekarang sudah mulai pudar. Banyak orang Kristen saat ini tidak lagi datang ke rumah Tuhan dengan mempersiapkan dirinya dengan sungguh-sungguh, dengan berpakaian sopan dan hormat kepada Tuhan, dengan sikap yang sungguh rindu mengalami kehadiran Tuhan. Ibadah menjadi sesuatu yang rutin dan tanpa makna. Biarlah ketika kita merenungkan kembali kekudusan Tuhan, kita boleh bercermin dan memperbaiki diri, sudahkah kita sungguh mempersiapkan diri setiap kali kita datang kepada-Nya? Sudahkah kita menyatakan sikap hormat, sekaligus bersyukur karena kita diperkenankan boleh datang ke hadapan-Nya setiap saat? Kiranya Tuhan menolong kita semua. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa umat Israel hanya boleh berada di pelataran Kemah Suci? (2) Apakah yang dilakukan oleh umat Israel di pelataran Kemah Suci? Berdoa agar jemaat belajar menghormati kekudusan Tuhan dengan datang beribadah tepat waktu, berpakaian sopan-pantas, mengikuti ibadah dengan kesungguhan hati sehingga dapat menikmati persekutuan dengan Tuhan.
07 JUMAT
JULI 2017
“Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, membuat segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.” (Keluaran 38:22)
Bacaan hari ini: Keluaran 38:21-31 Bacaan setahun: Nehemia 1-2, 2 Tesalonika 1
MELAYANI TUHAN-(1)
B
agian firman hari ini mengisahkan persiapan bangsa Israel membuat kemah suci dan perkakas-perkakas yang berkaitan dengannya. Kita bisa belajar beberapa hal yang berkaitan dengan pelayanan dan perencanaan pelayanan untuk Tuhan. Pelajaran itu adalah Tuhan memperlengkapi setiap umat-Nya untuk melakukan pelayanan bagi-Nya. Ketika memerintahkan Musa membuat kemah suci dan perkakas-perkakasnya, Tuhan memperlengkapi beberapa orang dengan keahlian untuk itu. Disebutkan nama beberapa orang yang terlibat dalam pembuatan kemah suci dan perkakasnya. Nama pertama adalah Itamar, anak Imam Harun, yang nampaknya ditunjuk Musa untuk menjadi pemimpin pembangunan; kedua dan ketiga adalah Bezaleel dan Aholiab, yang diberikan kemampuan oleh Tuhan untuk membuat berbagai kebutuhan berkaitan dengan kemah suci dan perkakasnya. Demikian juga dalam kehidupan pelayanan kita sebagai Gereja-Nya. Kita tidak dibiarkan begitu saja dalam melayani Dia, Tuhan memberikan karunia Roh untuk setiap jemaat agar saling melayani bagi pembangunan tubuh Kristus (Ef. 4:11-16). Harus diingat, janganlah membanding-banding dan menyombongkan karunia kita karena semuanya anugerah dari Tuhan. Hal lain yang juga harus diingat adalah bagaimana kita mengetahui dan menghidupi karunia yang Tuhan berikan itu. Ini bisa dilakukan dengan kita mulai belajar melayani dari hal yang kita dapat lakukan. Kemudian kita juga belajar dari nasihat atau masukan-masukan dari saudara seiman yang semakin menyadarkan kita akan karunia yang Tuhan berikan kepada kita untuk melayani Dia. Selain itu kita juga mau belajar untuk melayani bukan karena terpaksa tetapi karena kerelaan meresponi anugerah Tuhan. Ketika kita melakukannya karena terpaksa maka konsekuensinya adalah kita ingin dihargai dan mendapat keuntungan dari pelayanan dan persembahan tersebut. Akibatnya justru kita akan menjadi batu sandungan dan bukannya memuliakan Tuhan. Kiranya Tuhan menolong kita memahami bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Selama ini, apa alasan kita melayani Tuhan? (2) Apa pelajaran yang kita dapatkan dari Firman Tuhan hari ini berkaitan dengan pelayanan kepada Tuhan? Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar diberikan hati yang rindu melayani dan juga bagi setiap pekerja Gereja agar diberikan hati yang tulus dan rela melayani Tuhan, sehingga pelayanan itu menjadi berkat.
08 SABTU
JULI 2017
“Inilah daftar biaya untuk mendirikan Kemah Suci, yakni Kemah Suci, tempat hukum Allah, yang disusun atas perintah Musa, oleh orang Lewi di bawah pimpinan Itamar, anak imam Harun.” (Keluaran 38:21)
Bacaan hari ini: Keluaran 39:1-31 Bacaan setahun: Nehemia 3-4, 2 Tesalonika 2
MELAYANI TUHAN-(2)
B
agian firman Tuhan hari ini masih berkaitan dengan hari kemarin, yaitu mengenai persiapan bangsa Israel untuk membuat kemah suci dan perkakas-perkakasnya. Kemarin kita belajar tentang Tuhan yang memperlengkapi umat-Nya untuk melayani Dia. Hari ini kita belajar hal yang kedua: perencanaan pelayanan untuk Tuhan. Dinyatakan ada perencanaan akan biaya dan benda apa saja yang diperlukan untuk pembangunan kemah suci dan perkakasnya. Di sini kita melihat bahwa melayani Tuhan tidak dilakukan dengan sembarangan dan seenaknya, tetapi ada perencanaan dan perhitungan, terutama berkaitan dengan perlengkapan dan pembiayaan yang dibutuhkan. Allah memang Mahakuasa tetapi ini bukan berarti kita bisa seenaknya dalam kebutuhan pembiayaan. Allah memberikan hikmat & karunia untuk memperhitungkan kebutuhan akan pelayanan bagi Dia dengan baik dan tepat. Demikian juga dalam pelayanan kepada Tuhan pada masa sekarang. Kita merencanakan, kita menghitung biayanya, dan kita melaksanakannya. Terkadang kita melibatkan jemaat dalam mengumpulkan persembahan. Semua dilakukan sebagai wujud tanggung jawab dan kesungguhan kita untuk melayani Dia yang telah beranugerah dalam kehidupan kita. Agar jangan sampai kita menjadi seenaknya dan semaunya dalam melayani Dia, terutama dalam menggunakan dana yang ada. Dalam Keluaran 36:1-7 ditulis, ketika persembahan dari orang Israel untuk pembangunan kemah suci sudah begitu banyak dan berlebih, mereka diminta menghentikan memberi. Hal ini dilakukan agar jangan sampai persembahan itu menjadi terbengkalai dan tidak digunakan sebagaimana mestinya. Firman Tuhan ini menjadi ingatan dan ajaran bagi kita yang melayani Tuhan. Kita memohon hikmat dan pertolongan Tuhan dalam merancang dan menghitung pembiayaan pelayanan Tuhan sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan. Sehingga pelayanan kita menjadi berkat dan kita ditemukan Tuhan sebagai hamba yang setia yang sungguh bertanggung jawab terhadap apa yang dipercayakan padanya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Tuhan ajarkan melalui bagian ini? (2) Bagaimanakah kita merencanakan pelayanan yang membutuhkan dana yang besar? Apa yang kita lakukan? Berdoa bagi para pelayan Tuhan agar diberikan hikmat dalam melayani dan merencanakan pekerjaan bagi Tuhan sehingga apa yang mereka kerjakan boleh berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat.
09 MINGGU
JULI 2017
“Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu” (Keluaran 39:42)
Bacaan hari ini: Keluaran 39:32-43 Bacaan setahun: Nehemia 5-6, 2 Tesalonika 3
MELAKUKAN TEPAT SEPERTI KEHENDAK TUHAN
D
alam bagian firman ini, ada kalimat yang diulang sebanyak 3 kali, yaitu “seperti yang diperintahkan Tuhan” (ay. 32, 42, 43). Artinya adalah, orang Israel benar-benar melakukan pembangunan kemah suci dan perkakasnya tepat seperti yang diperitahkan Tuhan lewat Musa. Mereka tidak melakukannya seperti yang Musa atau yang mereka pikirkan sendiri, tetapi benar-benar sesuai kehendak Tuhan. Melalui hal ini kita bisa belajar beberapa poin penting berkaitan dengan melayani Tuhan. Pertama adalah melayani Tuhan haruslah melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan. Terkadang (tanpa kita sadari) kita berpikir bahwa ini adalah pelayanan untuk Tuhan sehingga kita merasa berhak melakukan apapun tanpa berpikir, apakah cara atau tindakan kita itu telah berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Karena kita merasa mendedikasikannya untuk Tuhan maka kita tidak menguji diri, apakah ada motivasi ataukah cara-cara yang tidak diperkenan Tuhan. Ingat! Tuhan ingin kita melakukan pelayanan di bawah tuntunan kehendak-Nya melalui firman-Nya. Tidak heran, kadang dalam pelayanan ditemukan beberapa orang yang justru menjadi batu sandungan bagi orang lain dan bukannya menjadi saluran berkat. Maka yang kedua adalah jangan melupakan mencari pimpinan Tuhan dalam melayani Dia. Adakah waktu kita untuk berdoa dan peka mencari pimpinan Tuhan? Adakah waktu untuk berdiam di hadapan firman Tuhan untuk menguji motivasi dan pemikiran kita? Sehingga pelayanan yang dilakukan benar-benar membangun tubuh Kristus. Oleh karena itu, yang ketiga adalah kesungguhan dari para pemimpin jemaat untuk mempunyai hati yang taat dan takut akan Tuhan. Karena merekalah yang memimpin dan mengarahkan jemaat Tuhan untuk melayani Dia. Janganlah semua yang dilakukan hanya untuk membanggakan dirinya sendiri. Jangan juga hanya untuk membangun monumen bagi kemuliaan diri sendiri. Jangan juga hanya untuk memuaskan cita-cita atau harapannya sendiri. Musa memberikan teladan bahwa dia memimpin pembangunan kemah Suci dan perkakas-perkakasnya, tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksudnya kita melakukan pelayanan untuk Tuhan dengan “tepat seperti yang Tuhan perintahkan”? (2) Apa komitmen kita dalam pelayanan ke depan? Berdoalah bagi para hamba Tuhan dan Majelis Gereja agar diberikan hati yang takut akan Tuhan dalam memimpin jemaat untuk melayani Tuhan, sehingga dapat melakukan tepat seperti kehendak Tuhan.
10 SENIN
JULI 2017
“Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada Tuhan, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba.” (Imamat 1:2)
Bacaan hari ini: Imamat 1:1-17 Bacaan setahun: Nehemia 7-8, 1 Timotius 1
PERSEMBAHAN YANG BERKENAN
P
ada suatu minggu seorang bendahara gereja menemukan setengah lembar uang seribu rupiah dalam kantong persembahan. Ia menduga seorang jemaat tidak sengaja memasukkannya ke dalam kantong persembahan. Majelis lainnya bercanda dan berkata: “Simpan saja uang itu, siapa tahu minggu depan ada setengahnya lagi.” Mereka tertawa bersamasama. Tawa itu terhenti ketika minggu depannya bendahara itu menemukan setengah bagian lain dari seribu rupiah yang sama di kantong persembahan. Siapa bilang Tuhan berkenan atas semua persembahan umat-Nya? Siapa bilang kita boleh memberi persembahan sembarangan untuk Tuhan? Tuhan mencela umat Allah yang memberikan persembahan dengan tidak pantas dalam kitab Amos (5:22). Tuhan menilai jahat perbuatan Israel yang memberikan persembahan dari hewan yang cacat dan buta dalam kitab Maleakhi (1:8). Kita tidak bisa sembarangan memberi persembahan kepada Tuhan. Tuhan punya standarisasi dan kriteria persembahan yang berkenan di hadapan-Nya. Itulah pesan dari Imamat pasal yang pertama ini. Tuhan menyatakan kepada umat Israel mengenai persembahan korban bakaran yang berkenan di hadapan-Nya. Sementara, manusia yang menyembah berhala mempersembahkan kepada ilah persembahan dengan menebaknebak apa yang ilah mereka sukai, tapi umat Allah tidak. Allah menyatakan dengan gamblang kriteria persembahan korban bakaran yang Ia kehendaki. Persembahan yang diberikan kepada Allah haruslah persembahan yang tidak bercela, dipersembahkan di pintu kemah pertemuan, dan pemberi persembahan harus meletakkan tangan atas kepala korban, dan berbagai macam ritual yang sangat mendetail. Ada 24 kali kata “harus” diulang dalam 17 ayat dalam pasal ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki ketetapan dan kita tidak boleh memberi persembahan kepada-Nya dengan sembarangan. Bagaimana kita memberikan persembahan? Apakah kita memberikan persembahan dengan sikap hormat dan telah memberikan yang terbaik? Jika kita memberikannya dengan sembarangan, bertobatlah. Sebab Tuhan memiliki kriteria persembahan yang Ia sukai dan berkenan di hati-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Sudahkah kita memberi persembahan dengan sikap hormat? Setiakah kita? (2) Tuhan melihat hati. Apakah kita hitung-hitungan dalam memberi persembahan? Berdoalah agar Anda boleh memberikan persembahan dengan pantas dan diperkenan oleh Tuhan. Berdoa agar setiap kali Anda mendapat kesempatan memberi persembahan, Anda memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
11 SELASA
JULI 2017
“Korban sajian selebihnya adalah teruntuk bagi Harun dan anak-anaknya, yakni bagian maha kudus dari segala korban api-apian TUHAN.” (Imamat 2:3)
Bacaan hari ini: Imamat 2:1-16 Bacaan setahun: Nehemia 9-10, 1 Timotius 2
JANGAN LUPAKAN HAMBA-NYA
S
esuatu yang penting adalah sesuatu yang biasanya disampaikan berulang kali. Ketika saya kecil saya tahu sebuah perintah itu penting ketika perintah itu diberitahukan berkali-kali oleh orang tua saya. “Jangan terima permen dari orang asing, bisa jadi itu racun.” “Jangan mau diajak pulang sama orang tidak dikenal, bisa-bisa kamu diculik.” “Jangan membuka pintu kepada orang asing ketika tidak ada orang di rumah, bisa jadi itu maling.” Suatu pesan yang penting selalu diulang untuk diingat dan diperhatikan oleh orang yang menerima pesan tersebut. Dalam perikop Imamat 2 mengenai korban sajian ini, Allah kembali menyatakan bahwa korban sajian yang diberikan umat Israel kepada Allah haruslah korban yang terbaik. Korban sajian harus menggunakan minyak yang terbaik, memakai kemenyan untuk membubuhinya, mengkhususkan bagian tertentu untuk Tuhan, dsb. Untuk mendapat perkenanan-Nya, umatNya harus memberikan pesembahan sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi yang menarik dalam perikop ini ada dua ayat yang sama persis, ayat 3 dan ayat 10. Pengulangan menunjukkan bahwa ini penting. Apa pentingnya? Pesannya: Harun dan keturunannya berhak memperoleh bagian dari korban sajian yang diberikan umat kepada Allah. Orang-orang Lewi yang bekerja di Bait Suci & tidak memiliki milik pusaka dipelihara melalui bagian korban sajian yang umat-Nya berikan kepada Allah. Pesan Allah ini jelas. Umat Allah tidak boleh melupakan orang-orang Lewi yang mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan sepenuh waktu mereka. Pesan yang sama bagi kita di zaman ini, kita tidak boleh melupakan hamba-hamba Tuhan yang melayani sepenuh waktu di gereja dan di ladang pelayanan Tuhan. Mereka memberi hidup mereka sepenuhnya untuk melayani Tuhan. Beberapa diantaranya memiliki kesempatan berkarir dan menjadi orangorang sukses, namun karena ketaatan kepada panggilan Allah, mereka melayani Tuhan. Kita sebagai orang-orang Kristen tidak boleh melupakan hamba-hamba Tuhan, baik yang melayani di gereja maupun di ladang misi. Kita harus peduli dan memberi bagian yang pantas bagi mereka. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kita mempedulikan kehidupan hamba Tuhan di gereja kita? (2) Apakah kita peduli dan membagi berkat untuk pelayanan di ladang misi Tuhan? Berdoalah agar Anda boleh memberkati hamba-hamba Tuhan di gereja Anda dan hamba-hamba Tuhan di ladang pelayanan misi. Berdoalah bagi mereka, pelayanan, keluarga dan kebutuhan hidup mereka.
12 RABU
JULI 2017
“Jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang dipersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia membawa yang tidak bercela ke hadapan TUHAN.” (Imamat 3:1)
Bacaan hari ini: Imamat 3:1-17 Bacaan setahun: Nehemia 11-13, 1 Timotius 3
PENGORBANAN DALAM RELASI
U
ntuk memelihara sebuah relasi, memerlukan pengorbanan. Untuk memiliki relasi yang baik dengan tetangga, kita perlu berkunjung ke rumahnya sesekali dan berkomunikasi. Untuk menjalani relasi yang baik dengan sahabat, kita perlu mengadakan makan malam bersama, memberi hadiah ultah dan lain sebagainya. Untuk memelihara sebuah relasi, kita harus berkorban. Sama halnya dengan relasi umat Allah dengan Allah. Untuk menjaga relasi kita dengan Allah, kita perlu berkorban. Umat Israel dalam Imamat pasal 3 ini diperintahkan untuk memberikan korban keselamatan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan fellowship offering, artinya persembahan yang diberikan kepada Tuhan sebagai ucapan syukur manusia dan untuk memelihara relasi antara manusia dengan Allah. Untuk memelihara relasi dengan Allah, umat-Nya harus berkorban memberikan korban hewan yang tidak bercela untuk Tuhan. Setelah dibakar, mereka akan membagi hasil bakaran persembahan ini bersama dengan Allah. Mereka memakan bagian-bagian tertentu dari persembahan itu dan Allah mengkhususkan lemak yang menyelubungi isi perut, lemak pada isi perut, kedua buah pinggang dan lemaknya dan umbai hati; kesemuanya harus dibakar habis untuk Tuhan (ay. 3-4; 9-10; 14-15). Melalui ritual makan persembahan bersama ini umat-Nya menyatakan kerinduan mereka untuk memiliki relasi yang baik dan damai dengan Allah. Untuk menjaga relasi dengan Allah, kita harus berkorban bagi Tuhan. Bagaimana dengan pengorbanan kita untuk menjaga relasi yang baik dengan Tuhan hari ini? Mungkin kita tidak perlu membakar hewan untuk menjaga relasi yang baik dengan Tuhan hari ini, tetapi bukan berarti kita tidak perlu berkorban untuk untuk menjaga relasi kita dengan Allah. Waktu adalah sesuatu yang perlu kita berikan kepada Tuhan. Untuk menjaga relasi dengan-Nya, kita perlu menyediakan waktu untuk bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab. Maukah Anda secara konsisten datang kepada-Nya dan berdoa membaca firman-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan doa Anda? Pastikan waktu doa Anda cukup! (2) Bagaimana kedisiplinan kita dalam bersaat teduh dan membaca Alkitab? Berdoalah agar Anda bersama setiap anggota keluarga Anda dapat memiliki waktu yang berkualitas dengan Tuhan, baik waktu doa, bersaat teduh dan membaca Alkitab.
13 KAMIS
JULI 2017
“Jikalau persembahannya merupakan korban keselamatan, maka jikalau yang dipersembahkannya itu dari lembu, seekor jantan atau seekor betina, haruslah ia membawa yang tidak bercela ke hadapan Tuhan.” (Imamat 3:1)
Bacaan hari ini: Imamat 3:1-17 Bacaan setahun: Ester 1-2, 1 Timotius 4
KESELAMATAN HANYA DI DALAM KRISTUS
T
uhan sedari zaman Perjanjian Lama (PL) telah mengajarkan kepada umat-Nya konsep mengenai korban keselamatan. Syarat seseorang untuk mendapatkan keselamatan, adalah melalui adanya korban keselamatan. Aturan mempersembahkan korban ini dicatat oleh Musa dengan detail dan kala itu, baik umat atau imam, tidak boleh melalaikan satu aturan sekalipun. Salah satu aturan penting dalam korban keselamatan adalah: semua korban yang hendak diserahkan kepada imam untuk menjadi korban keselamatan, adalah korban yang tak bercacat dan tak bercela. Kondisi hewan korban yang dibawa haruslah dalam keadaan yang sehat dan baik. Pengorbanan lembu, kambing, atau domba yang tak bercacat, yang kita baca dalam perikop renungan kita hari ini, merupakan lambang dari penggambaran korban keselamatan dalam Perjanjian Baru (PB). Yesus Kristus adalah penggenapan dari korban yang sempurna. Sebagaimana Ibrani 9:15 menjelaskannya bahwa, “Karena itu Ia (Yesus Kristus) adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.” Yesus Kristus adalah seorang pribadi yang tidak bercela, tidak bercacat, kudus dan tidak berdosa. Hanya Dialah yang mungkin untuk menjadi korban keselamatan bagi umat Allah. Karya pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, adalah anugerah bagi setiap kita. Oleh karena itu, kita harus bersyukur senantiasa atas karya Kristus yang telah menjadi “korban keselamatan” untuk menebus kita manusia berdosa dan menyucikan kita dari dosa dan kesalahan kita. Kita tidak lagi diharuskan untuk melakukan ritual sebagaimana diatur di dalam Imamat 3 ini, karena Kristus sudah melakukannya untuk kita dan bagi kita. Biarlah segala puji hormat dan kemuliaan hanya kita persembahkan kepada-Nya, Amin. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Anda telah percaya kepada Kristus dan menerima keselamatan dari-Nya? (2) Bagaimana respons Anda ketika menyadari karya Kristus yang begitu besar? Bersyukurlah atas rancangan keselamatan yang telah digenapi oleh Yesus Kristus, sehingga kita beroleh hidup yang kekal bersama-Nya, menikmati persekutuan yang indah bersama-Nya.
14 JUMAT
JULI 2017
“Maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, ... haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa.” (Imamat 4:3)
Bacaan hari ini: Imamat 4:1-5 Bacaan setahun: Ester 3-5, 1 Timotius 5
TELADAN HIDUP BAGI JEMAAT
A
dakalanya seseorang dengan tidak sengaja melakukan dosa di hadapan Tuhan. Tidak hanya jemaat secara umum, namun bahkan rohaniawan pun memiliki kemungkinan untuk berdosa di hadapan Tuhan. Hari ini perenungan kita membahas mengenai bagaimana aturan para imam di zaman PL, ketika mereka tidak sengaja berdosa. Imamat mencatatkan bahwa diperlukan korban penghapus dosa, yakni seekor lembu jantan muda yang tidak bercela untuk dijadikan korban di hadapan Tuhan. Tuhan tidak pernah kompromi dengan dosa, meskipun bagi kita itu adalah ketidaksengajaan. Dia adalah Allah yang kudus yang memalingkan wajah-Nya terhadap dosa. Tuhan menyuruh Musa untuk menyampaikan pada umat-Nya dalam Imamat 19:2, “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” Perintah ini haruslah ditaati oleh umat Allah, termasuk para imam yang menjadi teladan bagi umat-Nya. Seorang Imam haruslah menjaga agar hidupnya kudus karena mereka menjadi teladan bagi umat Israel. Ketika umat melihat kehidupan para imam merosot dalam kekudusan mereka, maka umat pun memiliki tendensi meniru para imam (bdk. Im. 4:3a). Pada masa sekarang ini, kita gereja-gereja Tuhan tidak dilayani oleh para imam, melainkan rohaniawan. Merekalah yang memimpin kita dalam kerohanian dan mengajarkan apa yang menjadi kehendak Tuhan kepada kita. Para rohaniawan juga adalah manusia. Mereka tidaklah lepas dari tantangan dan godaan yang bisa menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa. Oleh karena itu, kita harus menolong mengingatkan dan mendoakan mereka supaya mereka mampu menghadapi tantangan dan godaan itu, sehingga mereka tidak jatuh ke dalam dosa dan kesalahan. Merekalah teladan kita yang akan memimpin kehidupan kita secara rohani, ketika kita hidup di dalam dunia ini dengan segala tantangan dan godaan yang kita hadapi. STUDI PRIBADI: (1) Apakah rohaniawan di gereja Anda telah menjadi teladan rohani bagi Anda? (2) Apakah kita pernah bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan para rohaniawan untuk melayani kita? Doakan untuk para rohaniawan di gereja Anda, agar mereka dapat menjadi teladan rohani bagi jemaat. Doakan agar kehidupan mereka memancarkan kekudusan, sehingga menjadi berkat bagi banyak orang.
15 SABTU
JULI 2017
“Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan...” (Imamat 5:18b-19)
Bacaan hari ini: Imamat 5:14-6:7 Bacaan setahun: Ester 6-7, 1 Timotius 6
DOSAMU TELAH DIAMPUNI
A
da tiga jenis dosa yang dituliskan dalam bagian ayat yang hari ini kita akan renungkan bersama-sama (Imamat 5:14-6:7). Yang pertama, dosa yang dilakukan dengan tidak sengaja (Im. 4:13). Kedua, dosa melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya (Im. 5:17). Ketiga, dosa yang dilakukan dengan kesadaran penuh (Im. 6:2-3). Tuhan tidak pernah mengkompromikan dosa. Dosa, baik yang dilakukan dengan tidak sengaja, atau tanpa tahu kalau hal tersebut adalah dosa, atau yang disengaja, semuanya mendatangkan hukuman dan murka Allah. Semua manusia telah berdosa dan semuanya ada dalam penghukuman dan murka Allah. Meskipun demikian, karena kasih dari Allah Tritunggal, Allah merancangkan jalan supaya dosa umat manusia bisa diampuni dan dilepaskan dari hukuman dari Allah. Anak Allah sendiri menjadi manusia untuk menjadi korban penghapusan dosa. Ibrani 10:12 dan 14 menyatakan, “Tetapi Ia (Yesus Kristus), setelah mempersembahkan hanya satu korban saja (Diri-Nya sendiri) karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah; Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus dan karya pengorbanan-Nya, kita mendapatkan anugerah untuk dikuduskan oleh Tuhan, tidak lagi dengan status keberdosaan kita. Segala hukuman karena dosa kita telah ditanggung oleh Kristus di kayu salib dan kita bahkan memperoleh hidup yang kekal bersama Allah Tritunggal. Sebuah manifestasi dari kasih setiaNya yang agung kepada setiap kita yang mau percaya kepada-Nya. Oleh sebab itu, kita harus menaikan syukur kita kepada-Nya setiap waktu hidup kita. Hanya melalui anugerah dan pengorbanan Yesus Kristus atas kita dengan menjadikan diri-Nya korban yang sempurna di hadapan Allah, maka kita tidak lagi perlu melakukan ritual sebagaimana yang ditetapkan di dalam Perjanjian Lama.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah dosa yang masih Anda lakukan akhir-akhir ini? (2) Dari ketiga macam dosa ini, jenis mana yang paling Anda lakukan? Doakan kerohanian Anda secara pribadi, memohonlah belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan atas dosa-dosa kita. Berdoa supaya Roh Kudus terus-menerus memampukan kita untuk menjauhi dosa.
16
MINGGU
JULI 2017
“Inilah hukum tentang korban bakaran. Korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya.” (Imamat 6:9)
Bacaan hari ini: Imamat 6:8-13 Bacaan setahun: Ester 8-10, 2 Timotius 1
KORBAN BAKARAN SEPANJANG HARI
D
ua perintah spesifik yang Tuhan berikan kepada para Imam dalam menangani korban bakaran. Pertama, korban bakaran itu haruslah tinggal di atas perapian di atas mezbah semalam-malaman sampai pagi, dan api mezbah haruslah dipelihara menyala di atasnya (Imamat 6: 9). Kedua, imam haruslah mengenakan pakaian lenannya, dan mengenakan celana lenan untuk menutup auratnya. Lalu ia harus mengangkat abu yang di atas mezbah sesudah korban bakaran habis dimakan api, dan haruslah ia membuangnya di samping mezbah. Kemudian haruslah ia menanggalkan pakaiannya dan mengenakan pakaian lain, lalu membawa abu itu ke luar perkemahan ke suatu tempat yang tahir. Dari dua peraturan ini, penekanan utamanya adalah: api korban bakaran yang harus tetap menyala sepanjang hari (ay. 12), merupakan perintah untuk menjaga api mezbah untuk tetap menyala sepanjang hari diulangi sekali lagi. Mengapa Tuhan menekankan api mezbah korban bakaran itu harus menyala sepanjang hari? Tujuannya ialah agar umat Israel terus-menerus mempersembahkan korban bakaran itu kepada Allah, tidak boleh berhenti. Korban bakaran yang dipersembahkan terus-menerus sepanjang hari, siang dan malam melambangkan hubungan orang Israel dengan Allah yang tidak putus-putusnya. Sehingga dengan memerintahkan imam menjaga api korban bakaran sepanjang hari, Tuhan menginginkan orang Israel melalui para Imam untuk selalu ingat bahwa mereka harus menyembah Yahweh dengan sungguh-sungguh sepanjang waktu. Sebagai orang Kristen saat ini, Tuhan ingin kita mempersembahkan hidup kita sebagai korban bakaran tiap-tiap hari. Bukan hanya dalam harihari tertentu seperti hari minggu, paskah, atau natal saja. Terlebih, Tuhan juga mengingatkan agar tiap-tiap hari kita mempersembahkan hidup kita, dari pagi sampai pagi. Allah tidak menginginkan kita mempersembahkan hidup hanya pagi saja, atau siang saja, atau malam saja. Tuhan ingin agar kita mempersembahkan hidup kita sepanjang hari, sebagai korban bakaran yang harum, yang menyenangkan hati-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa api di atas mezbah itu harus terus-menerus dinyalakan? (2) Apakah yang menjadi tujuan Tuhan melakukan semua itu? Apa yang dapat kita terapkan? Berdoalah agar setiap orang Kristen, para hamba Tuhan, majelis, aktifis dan jemaat dapat mempersembahkan hidupnya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah.
17 SENIN
JULI 2017
“Setelah dikhususkan dari korban sajian itu ... maka haruslah semuanya dibakar di atas mezbah sehingga baunya menyenangkan sebagai bagian ingat-ingatannya bagi TUHAN.” (Imamat 6:15)
Bacaan hari ini: Imamat 6:14-23 Bacaan setahun: Ayub 1-2, 2 Timotius 2
KORBAN SAJIAN: INGAT-INGATAN BAGI TUHAN
J
ika sepintas membaca perikop Imamat 6:14-23, kelihatannya bagian ini mengulangi apa yang dibahas dalam Imamat 2 mengenai korban sajian. Namun jika kita perhatikan lebih seksama, sesungguhnya perikop hari ini tidak mengulangi, melainkan melengkapi. Hal ini terlihat dari subyek yang diperintahkan Tuhan untuk mengolah korban bakaran tersebut. Dalam Imamat 2, subyeknya adalah orang Israel yang akan mempersembahkan korban sajian. Bagaimana mereka memilih korban bakarannya, dan lain sebagainya. Namun dalam Imamat 6:14-23 secara khusus ditujukan kepada para imam yang menangani korban bakaran yang mereka terima dari orang Israel. Korban sajian adalah korban bakaran yang terbuat dari bahan-bahan selain daging yang terdiri dari roti tidak beragi, minyak, dan lain sebagainya. Korban sajian dipersembahkan bersamaan dengan korban bakaran yang terbuat dari daging. Yang membedakannya adalah, korban sajian hanya dipersembahkan pada pagi hari saat korban bakaran domba dibakar. Pada saat korban bakaran domba sore dipersembahkan, tidak dilakukan persembahan korban sajian (bandingkan Bilangan 28:2-8). Tujuan dari korban sajian adalah sebagai ingat-ingatan kepada Tuhan. Ingat-ingatan kepada Tuhan dapat dipahami sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Sehingga pada waktu korban sajian ini dipersembahkan kepada Tuhan, tujuannya supaya seluruh orang Israel mengingat segala kebaikan Tuhan dalam hidup mereka lalu mengucap syukur kepada Tuhan. Renungan hari ini mengajak kita untuk mengingat segala perbuatanperbuatan ajaib Tuhan dalam hidup kita. Apakah kita mengingat perbuatanperbuatan Tuhan, ataukah kita melupakannya? Jika kita mengingat segala perbuatan Tuhan, apakah hati kita dipenuhi ucapan syukur dan terima kasih atas kasih Tuhan? Jika hati kita dipenuhi ucapan syukur kepada Tuhan, mari kita bukan hanya bersyukur pada waktu-waktu tertentu. Tetapi biarlah kita mengucap syukur hari demi hari, bahkan dalam setiap waktu di sepanjang hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa tujuan persembahan korban sajian bagi Israel? (2) Bagaimanakah kita membalas kebaikan dan keajaiban yang Tuhan lakukan di dalam kehidupan kita? Berdoalah agar setiap orang Kristen dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan sebagai ganti untuk mengingat segala kebaikan dan keajaiban yang Tuhan sudah anugerahkan di dalam kehidupan mereka hari lepas hari.
18 SELASA
JULI 2017
“Inilah hukum tentang korban penghapus dosa. Di tempat korban bakaran disembelih, di situlah harus disembelih korban penghapus dosa di hadapan TUHAN. Itulah persembahan maha kudus.” (Imamat 6:25)
Bacaan hari ini: Imamat 6:24-30 Bacaan setahun: Ayub 3-4, 2 Timotius 3
PERSEMBAHAN MAHA KUDUS
D
alam firman hari ini kita menemukan satu frasa yang sangat indah, yaitu persembahan maha kudus. Apabila kita memperhatikan, dari Imamat 1-5 telah dibahas tentang jenis-jenis korban kepada Allah, tetapi tidak ada satupun menggunakan frasa korban maha kudus. Tetapi di dalam Imamat 6:25, frasa yang indah itu muncul. Yang menarik adalah, frasa persembahan maha kudus ini dikaitkan dengan korban penghapus dosa manusia. Ini berarti bahwa di antara semua korban yang ada di dalam sistem korban Israel, korban penghapus dosa adalah lebih tinggi, lebih utama, lebih kudus dari korban-korban yang lainnya. Mengapa korban penghapus dosa ini menjadi menjadi persembahan yang maha kudus? Ada dua alasan. Pertama, korban penghapus dosa ini menyembuhkan penyakit manusia yang terbesar, yaitu dosa. Kengerian dosa bisa kita lihat pada akibat yang ditimbulkannya. Alkitab mengatakan upah dosa ada maut. Ini artinya akibat dari dosa adalah kematian, bahkan bukan saja kematian di dunia ini, tetapi kematian kekal di dalam neraka. Dosa manusia diampuni dengan korban penghapus dosa. Karena itulah, korban ini disebut sebagai korban yang maha kudus. Kedua, korban penghapus dosa ini menunjuk kepada Yesus Kristus, Anak tunggal Bapa. Yohanes pembaptis mengenali hal ini ketika dia melihat Yesus untuk pertama kali, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (bnd. Yohanes 1:29). Dalam Perjanjian Lama, memang korban yang dipakai untuk penghapus dosa adalah lembu jantan muda yang tidak bercela. Namun dalam Perjanjian Baru, persembahan binatang itu telah berakhir karena Yesus telah menggantikan korban yang “tidak sempurna” itu dengan diri-Nya sendiri, sekali untuk selama-lamanya. Bersyukur kepada Allah, karena Dia telah memberikan Kristus sebagai korban penghapus dosa yang sempurna. Korban yang tidak bisa kita dapat dengan kemampuan kita untuk menghapus dosa kita. Namun puji Tuhan, Allah mengaruniakan korban itu kepada kita, sehingga setiap kita yang percaya kepada Kristus tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa korban penghapus dosa ini terpenting? (2) Mengapa korban penghapus dosa menjadi persembahan yang maha kudus di hadapan Allah? Bersyukur senantiasa kepada Allah, oleh karena Tuhan Yesus telah mati dan menjadi korban yang sempurna untuk menghapuskan dosa manusia yang berdosa, sehingga di hadapan Allah, dosa dan kesalahan kita telah diampuni.
19 RABU
JULI 2017
“Inilah hukum tentang korban penebus salah. Korban itu ialah persembahan maha kudus.” (Imamat 7:1)
Bacaan hari ini: Imamat 7:1-10 Bacaan setahun: Ayub 5-7, 2 Timotius 4
KURBAN PENEBUS SALAH
P
ersoalan yang menakutkan dalam kehidupan manusia adalah ketika diri kita sedang sakit, tetapi merasa tidak sakit (merasa baik-baik saja). Hal inilah yang membuat kita selalu merasa diri benar dan menghakimi akan kesalahan orang lain. Pemahaman korban (persembahan) dalam kehidupan bangsa Israel merupakan sarana agar mereka terus-menerus mengoreksi diri sendiri, sehingga relasi antara dirinya sendiri dengan Allah tidak terganggu karena adanya dosa atau kesalahan yang dibuat oleh bangsa Israel. Oleh sebab itu, korban penebus salah menjadi salah satu bentuk korban yang sangat penting. Korban yang dilakukan adalah korban yang dipersembahkan kepada Allah berdasarkan kesadaran akan keadaan dirinya yang berdosa dan terhilang, dengan menaikkan permohonan beroleh pengampunan dan penebusan atas dosanya. Kamus Alkitab memberikan dua prinsip yang mendasar tentang hakekat sebuah korban (persembahan) yang dilakukan, yaitu: (1) Ditetapkan oleh Allah (Ibr. 11:4). Berarti merupakan inisiatif dan cara yang diperkenan oleh Allah untuk menjaga relasi yang baik dan benar dengan pribadi Allah. (2) Harus dipersembahkan kepada Allah saja (Kel. 22:20; Hak. 13:16; 2Raj. 17:36). Menunjukkan sikap yang menghormati dan menjunjung tinggi keberadaan Allah di tengah-tengah umat pilihanNya. Karena dipersembahkan kepada Allah, ini berarti mengakui bahwa Ia adalah Allah satu-satunya yang hidup dan benar, tidak ada yang lainnya (2 Raj. 5:17; Yun. 1:16). Perjalanan hidup manusia, hari demi hari, tentunya tidak akan luput dari kesalahan yang diperbuat. Namun, yang perlu kita renungkan adalah apakah kita benar-benar menyadari bahwa kesalahan yang kita lakukan adalah kesalahan kepada Pribadi Allah sendiri. Mari kita selalu dengan jujur untuk mengakui kesalahan kita di hadapan-Nya dan mohon pengampunan Nya. Sebab Tuhan kita, Yesus Kristus telah berkorban dan telah menyediakan pengampunan dosa bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan memberikan hukum korban penghapus salah kepada Israel? (2) Apa yang Allah tuntut dari setiap orang percaya, ketika jatuh ke dalam dosa? Berdoalah agar setiap orang Kristen diberi kepekaan dan cepat menyadari kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya dan memiliki kesadaran untuk meminta pengampunan dari Allah.
20
KAMIS
JULI 2017
“Inilah hukum tentang korban keselamatan, yang harus dipersembahkan orang kepada TUHAN.” (Imamat 7:11)
Bacaan hari ini: Imamat 7:11-21 Bacaan setahun: Ayub 8-10, Titus 1
KURBAN KESELAMATAN
P
erjalanan kehidupan manusia selama di dunia ini erat hubungannya dengan kerinduannya mencari selamat. Karena itu, Alkitab dengan jelas mengajarkan arti keselamatan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tanpa keselamatan yang sejati, manusia akan menemui malapetaka dalam kehidupannya. Keselamatan pada umumnya berkaitan dengan hukum. Istilah hukum (nomos) dipakai untuk menggambarkan hukum Allah sebagai penyataan dari kehendak Allah. Hukum menampakan kekudusan dan kewajib-taatan dari umat serta mengungkapkan sifat Allah yang kudus, benar dan baik. Keselamatan menurut Alkitab mempunyai unsur-unsur baik, yang tertuju kepada manusia maupun yang tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya penyakit, musibah fisik, penganiayaan oleh lawan dan kematian. Dalam persekutuan umat pilihan Allah, keterbelengguan (ketertawanan) merupakan pengalaman nyata, sehingga kelepasan mutlak diperlukan. Bahaya yang lebih gawat adalah di mana perseorangan dan masyarakat berdiri di hadirat Allah, yang kehendak-Nya sudah mereka langgar dan yang murka-Nya telah menimpa mereka. Bagian firman Tuhan yang kita baca merupakan peraturan-peraturan untuk mempersembahkan korban keselamatan. Korban keselamatan dapat dipersembahkan sebagai ucapan syukur (tôdâ), atau sebagai hasil dari sebuah nazar (neder), atau sebagai tindakan persembahan sukarela (nedãbâ). Dengan memberikan korban keselamatan maka umat Allah akan dilepaskan dari: (1) Dosa (Mat. 1:21; 1Yoh. 3:5); (2) Kenajisan (Yeh. 36:29); (3) Iblis (Kol. 2:15; Ibr. 2:14,15); (4) Murka Allah (Rm. 5:9; 1Tes. 1:10); (5) Dunia jahat ini (Gal. 1:4); (6) Musuh-musuh (Luk. 1:71,74); (7) Kebinasaan kekal (Yoh. 3:16,17). Kerinduan kita untuk mencari keselamatan yang sejati telah diberikan dalam Kristus Yesus. Oleh sebab itu, kita bersyukur kepada Allah bahwa Kristus telah menjadi korban keselamatan yang telah menjadi jaminan keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa pemahaman lain dari “hukum”? (2) Bagaimanakah bangsa Israel mengaplikasikan hal itu dalam kehidupannya? Berdoalah supaya jemaat memiliki hati yang terus-menerus bersyukur oleh karena keselamatan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya di dalam kehidupan ini.
21
JUMAT
JULI 2017
“Katakanlah kepada orang Israel: Segala lemak dari lembu, domba ataupun kambing janganlah kamu makan.” (Imamat 7:22)
Bacaan hari ini: Imamat 7:22-27 Bacaan setahun: Ayub 11-13, Titus 2
JANGANLAH KAMU MAKAN
P
epatah Tionghoa mengingatkan bahwa seluruh penyakit dapat muncul dalam kehidupan kita, melalui mulut kita. Artinya, pepatah ini ingin mengingatkan kita untuk menjaga dan mengendalikan diri kita terhadap segala sesuatu yang kita makan. Namun karena keserakahan, seringkali kita mengabaikan nasihat ini. Bagian firman ini secara langsung memberikan sebuah prinsip yang terutama setiap kali diadakan korban persembahan, yaitu ada larangan jangan memakan lemak dan darah. Larangan ini hendak mengingatkan umat Allah bahwa: “Lemak (gemuk) yang tidak tercampur dengan daging binatang yang dipersembahkan untuk korban persembahan, dilarang untuk dimakan, karena inilah bagian yang paling subur dan penting dari binatang, inilah kepunyaan utama Allah” (Im. 3:16-17; 7:23-27). Demikian juga dengan darah, di mana dalam Perjanjian Lama dianggap (seperti dalam semua agama purba) sebagai tempat adanya hidup (Kej. 9:5; Im. 17:11). Oleh karena hidup adalah milik Allah, maka penggunaan darah dilarang keras (1Sam. 14:31-34; Kej. 9:3-4; mengenai tata-hukumnya lihat Im. 3:17; Ul. 12:23). Dari sudut lain juga dikenal adanya berbagai ritual keagamaan di Israel: Pada saat memerciki altar, darah dinyatakan sebagai milik Yahweh. Darah juga dipakai untuk mengadakan perdamaian (Ibr. 9:22) dan mengukuhkan ikatan perjanjian antara Yahweh dengan umatNya (Kel. 24:3-8). Dengan demikian, melalui pembacaan bagian ini, kita sebagai umat Allah diingatkan untuk selalu menjaga kekudusan hidup dengan menjaga dan menghormati segala sesuatu yang menjadi milik Allah. Atau tidak dengan sembarangan kita memperlakukan apa yang menjadi milik Allah. Di sini, kita didorong untuk menghargai karya Kristus yang telah mencucurkan darah-Nya yang mahal, untuk mendamaikan kita dengan Allah. Puji Tuhan, Kristus telah memberikan yang terbaik untuk menyelamatkan hidup kita. Apakah yang sudah kita persembahkan sebagai yang terbaik untuk Tuhan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dapat kita pahami, seperti yang Tuhan Firmankan kepada Musa? (2) Bagaimana kita menghormati dan menghargai Tuhan di dalam kehidupan? Berdoalah supaya jemaat Tuhan diberikan hikmat untuk bisa memahami dan menghargai Tuhan di dalam hidupnya dengan cara mempersembahkan hidupnya kepada Allah dan menjaga hidupnya tetap setia di hadapan Allah
22
SABTU
JULI 2017
“Itulah bagian Harun dan bagian anak-anaknya dari segala korban api-apian TUHAN pada hari mereka itu disuruh datang untuk memegang jabatan imam bagi TUHAN.” (Imamat 7:35)
Bacaan hari ini: Imamat 7:28-38 Bacaan setahun: Ayub 14-16, Titus 3
BAGIAN UNTUK PARA IMAM
D
alam bagian akhir penjelasan mengenai berbagai macam bentuk persembahan yang Allah tuntut dari Israel, Allah memberi perintah khusus pada Musa mengenai bagian yang diperuntukkan bagi para imam. Urutannya jelas, pertama-tama seluruh lemak hewan persembahan haruslah dibakar habis. Ini adalah bagian yang dipersembahkan kepada Allah. Setelah itu, bagian dada dan paha sebelah kanan hewan itu diberikan sebagai bagian untuk imam yang melayani persembahan umat. Allah juga menetapkan itu sebagai ketetapan yang bersifat permanen. Dalam Imamat 7:36, tertulis: “Itulah yang harus diserahkan menurut perintah TUHAN dari pihak Israel kepada mereka pada hari mereka itu diurapi-Nya; itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi mereka turun-temurun.” Seorang imam yang melayani di kemah suci dan bait Allah adalah seorang yang dipanggil secara khusus, dari keturunan Harun (suku Lewi). Di tangan merekalah seluruh tanggung jawab ritual ibadah itu diserahkan. Ini adalah sebuah panggilan yang kudus dan mulia. Dan karena itu, Allah menolong mereka dengan memberikan bagian yang baik dari hewan itu sebagai pemberian Allah kepada imam tersebut; “Itulah bagian Harun dan bagian anak-anaknya dari segala korban api-apian TUHAN pada hari mereka itu disuruh datang untuk memegang jabatan imam bagi TUHAN” (Imamat 7:35). Ketetapan ini mencakup dua hal penting, yaitu bagi imam dan bagi umat Israel. Yang pertama, Allah mengajarkan bahwa Ia memelihara dan mencukupi kebutuhan para imam yang telah mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan. Sementara dari sisi lain, Allah juga mengajarkan umat untuk memperhatikan hidup mereka yang telah melayani Tuhan sepenuh waktu. Bukankah di saat umat dapat memberikan korban persembahan mereka, semua itu kembali berasal dari berkat Tuhan di dalam kehidupan mereka? Konsep Allah yang memelihara dan mencukupi kebutuhan, baik umat Israel maupun imam, adalah hal yang perlu kita terus jaga sebagai bentuk hormat dan kasih kita kepada Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tugas seorang imam yang melayani kemah pertemuan Tuhan? (2) Dengan mempersembahkan korban, apa yang hendak Tuhan ajarkan kepada mereka? Berdoa untuk setiap orang Kristen agar sungguh dapat mempersembahkan hidupnya, waktu, tenaga, pikiran dan hartanya untuk dapat melayani Tuhan dengan penuh kesungguhan hati.
23
MINGGU
JULI 2017
“Panggillah Harun dan anak-anaknya bersama-sama dengan dia, dan ambillah pakaian-pakaian, minyak urapan, dan lembu jantan korban penghapus dosa, dua domba jantan dan bakul berisi roti yang tidak beragi...” (Imamat 8:1)
Bacaan hari ini: Imamat 8:1-36 Bacaan setahun: Ayub 17-19, Filemon
KEKUDUSAN SEORANG PELAYAN TUHAN
S
etelah menetapkan serangkaian korban persembahan yang harus dilakukan oleh umat Israel sewaktu mereka beribadah kepada Allah, maka dalam pasal ini Allah menetapkan siapa yang Ia pilih sebagai pelayan-Nya. Allah menetapkan Harun dan keluarganya, dan mengangkat mereka melalui sebuah upacara penahbisan sebagai Imam bagi Allah. Ada hal menarik di dalam pembacaan kita hari ini. Ritual penahbisan ini dimulai dengan perintah dari Tuhan (ayat 1) dan diikuti oleh respons Musa, “Musa melakukan seperti yang diperintahkan Tuhan kepadanya...” (ayat 4) dan di akhir dari perikop ini kita juga membaca, “maka Harun dan anak-anaknya melakukan segala firman yang diperintahkan Tuhan dengan perantaraan Musa” (ayat 36). Semua ini menyatakan bahwa Allahlah yang berinisiatif mengangkat dan menetapkan seseorang untuk melayani Dia. Beberapa tahapan harus dilewati dalam upacara penahbisan ini. Ada minyak urapan (ay.10) untuk mengurapi kemah Suci, perkakas di dalamnya dan juga dituangkan ke atas kepala Harun. Minyak urapan ini merupakan lambang pengurapan dengan Roh Allah serta kekuatan rohani yang Allah karuniakan. Lalu dipersembahkan juga korban penghapus dosa untuk menguduskan mezbah, sebagai lambang penghapusan untuk dosa-dosa segenap umat dan Imam. Ada persembahan domba jantan. Harun dan anak-anaknya harus meletakkan tangan di atas kepala domba itu sebelum disembelih dan dipersembahkan; ini lambang penyerahan diri Harun dan anak-anaknya untuk melayani Tuhan. Sesudahnya ada domba jantan ke dua yang dipersembahkan. Darah domba itu dioleskan ke telinga, sebagai lambang untuk mendengarkan suara Tuhan; ke ibu jari tangan sebagai lambang kesediaan untuk melakukan tugas pelayan dan terakhir dioleskan ke ibu jari kaki, lambang kesediaan melakukan tugas Tuhan ke manapun. Mengapa semua ini perlu dilakukan untuk Harun dan anak-anaknya? Allah mau menekankan pentingnya kekudusan panggilan pelayanan yang Allah berikan. Maka biarlah kita melayani Allah kita dengan kekudusan hati dan hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Musa lakukan untuk menguduskan Harun dan anak-anaknya menjadi imam? (2) Apakah tujuan semua ini dilakukan oleh Musa di hadapan umat Israel? Berdoalah agar jemaat dan Hamba Tuhan yang terpanggil melayani Tuhan menyadari satu hal bahwa Allah menghendaki itu atas kehidupan mereka. Berdoa juga supaya mereka menjaga kekudusan selama melayani Tuhan.
24
SENIN
JULI 2017
“Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah.” (Imamat 9:24)
Bacaan hari ini: Imamat 9:1-24 Bacaan setahun: Ayub 20-22, Ibrani 1
PELAYAN DAN IMAM YANG BERKENAN
S
etelah Harun dan anak-anaknya melewati proses penahbisan sebagai imam, pada pasal ini kita menjumpai mereka melaksanakan tugas keimamannya bagi Israel. Sebelum tugas itu dilaksanakan, Tuhan melalui Musa memberi perintah kepada Harun dan anak-anaknya. Ini menandakan bahwa pelayanan kita kepada Allah selalu bersumber dari kehendak Allah sendiri, bukan kehendak manusia. Pelayanan harus sesuai dengan maksud Allah, bukan manusia. Setelah mendengarkan firman, Harun dan anak-anaknya melakukan kembali semua ritual yang di pasal 8. Harun mempersembahkan korban penghapus dosa untuk dirinya terlebih dulu. Korban ini mengingatkan, meski ia seorang imam, tidak terluput dari dosa dan tetap membutuhkan pengampunan dan pendamaian. Lalu Harun juga mempersembahkan domba sebagai lambang penyerahan dirinya kepada Allah. Barulah Harun mempersembahkan korban keselamatan, yang menandakan terjadinya persekutuan dengan Allah yang menumbuhkan kedamaian di dalam hati dan kehidupan umat. Tujuan semua korban ini adalah karena Tuhan akan menampakan diri kepada mereka (ayat 4, 6). Jadi persembahan korban ini bertujuan supaya mereka dapat melihat dan menikmati kemulian Tuhan, mereka harus menyiapkan diri agar layak menyambut anugerah itu. Segera setelah semuanya, Musa dan harun masuk ke dalam kemah pertemuan. Lalu keduanya keluar dari kemah, mulai memberkati bangsa itu sesuai tugas seorang imam. Maka Tuhan kemudian menampakkan DiriNya kepada bangsa itu. Mereka melihat kemuliaan Tuhan nyata dan ada api dari sorga yang membakar habis korban persembahan mereka kepada Tuhan. Respon jemaat adalah mereka bersorak dan menyembah Allah. Anugrah Allah di dalam Yesus Kristus telah menyatakan kemuliaan dan penyelamatan dari Allah secara sempurna dan tuntas. Karena itu, kita tidak perlu upacara-upacara korban seperti zaman PL. Namun prinsipnya terus berlaku hingga kini. Korban keselamatan dari Kristus adalah awal bagi kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan dan kekudusan ke arah Dia. STUDI PRIBADI: Apakah pelajaran rohani yang dapat kita ambil dan terapkan di dalam kehidupan kita, tatkala kita mempelajari dan merenungkan bagian Firman Tuhan ini? Berdoa agar setiap jemaat Tuhan menjaga kekudusan hidupnya di tengahtengah dunia yang gelap ini. Dan dengan menjaga kekudusan hidupnya, mereka dapat beribadah dan menikmati Tuhan di dalam hidupnya.
25
SELASA
JULI 2017
“Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku.” (Imamat 10:3)
Bacaan hari ini: Imamat 10:1-7 Bacaan setahun: Ayub 23-25, Ibrani 2
MELAYANI DALAM KEKUDUSAN
P
ada masa kini masih banyak orang tidak menghayati kekudusan Tuhan secara serius dalam pelayanan mereka. Ada kalanya mereka melayani Tuhan berorientasi pada penampilan lahiriah, dan yang terpenting, semua dapat dikerjakan secara profesional. Setiap pelayanan memang harus dikerjakan secara profesional, dan tidak salah jika memberikan tampilan yang menarik dan maksimal. Namun Tuhan menghendaki sesuatu yang lebih dari sekadar profesional, yaitu “sesuai kehendak dan kekudusan-Nya.” Melayani Tuhan berarti “Tuhan yang dimuliakan dan kita melayani sesuai kehendak-Nya.” Karena itu, jika kita melanggar kehendak-Nya, pelayanan kita tidak akan diperkenan-Nya. Dalam bacaan ini, kita melihat bahwa Nadab dan Abihu melakukan sebuah kesalahan yang nampaknya kecil, namun itu masalah besar di hadapan Tuhan; sehingga mereka dibinasakan oleh Tuhan. Bagi Nadab dan Abihu, mungkin semua api adalah sama saja, yang penting adalah api. Sekalipun pemikiran logika mereka ada benarnya, namun api yang diperintahkan Tuhan untuk menjadi media ibadah yang mereka kerjakan harus berasal dari mezbah ukupan. Sekali lagi persoalan ini nampak sepele, namun mengapa hingga Tuhan membinasakan mereka? Setelah menghukum mereka, Tuhan berkata: “Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku.” Artinya adalah, setiap orang yang melayani Tuhan adalah orang yang “dekat” dengan Tuhan. Ia harus menghormati kekudusan Tuhan. Tuhan tidak menghendaki orang yang melayani Dia, melayani tanpa kekudusan dan menghormati diri-Nya. Kisah ini mengajarkan kepada kita, bahwa sebagai para pelayan Tuhan dalam ibadah maupun pelayanan dalam bidang lainnya, hendaknya kita melayani dalam kekudusan dan penuh hormat kepada Tuhan. Bersyukurlah karena pengorbanan Kristus yang telah melayakkan kita untuk melayani-Nya. Hal ini seharusnya membuat kita semakin serius melayani Dia, karena jika bukan karena anugerah-Nya yang limpah atas diri kita, maka kita binasa di hadapan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan menyatakan hukuman-Nya kepada Nadab dan Abihu? (2) Pelajaran apa yang kita dapatkan dari peristiwa yang dialami oleh mereka? Berdoalah bagi setiap para pelayan Tuhan agar mereka mereka melayani dalam kekudusan dan penuh hormat kepada Tuhan, sehingga pelayanan mereka diperkenan-Nya.
26
RABU
JULI 2017
“Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati.” (Imamat 10:9)
Bacaan hari ini: Imamat 10:8-11 Bacaan setahun: Ayub 26-28, Ibrani 3
KETELADANAN & INTEGRITAS PELAYAN TUHAN
M
enjadi “pelayan Tuhan” atau “aktivis gerejawi” membuat kita memiliki nilai “lebih” jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengambil bagian dalam pelayanan. Seringkali anggapan yang muncul dalam perbandingan ini adalah bahwa kerohanian mereka yang melayani adalah lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melayani. Sekalipun anggapan ini ada benarnya, namun sayangnya anggapan ini juga seringkali menjadi penilaian yang salah kaprah; sebab belum tentu orang yang melayani Tuhan memiliki kerohanian yang lebih baik daripada jemaat biasa. Jika hari ini kita adalah para pelayan Tuhan atau aktivis, sudah semestinya kita menuntut diri untuk lebih baik dari mereka yang kita pimpin. Jika tidak demikian, apa artinya seorang pelayan atau aktivis yang melayani dekat dengan Tuhan dan menjadi pemimpin umat? Seorang pelayan Tuhan dituntut untuk hidup lebih baik dan menjadi teladan bagi jemaat-Nya. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan mengajarkan kepada Harun dan keturunannya yang melayani Tuhan, agar mereka sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan. Salah satunya adalah menjauhkan diri dari minum keras atau anggur yang memabukkan; apalagi ketika mereka melayani Tuhan. Jika melanggar, maka taruhannya adalah nyawa mereka. Mengapa Tuhan menerapkan aturan yang sedemikian ketat kepada mereka? Tentu saja yang pertama adalah karena Tuhan itu kudus, sehingga mereka tidak boleh mempermainkan dan memandang rendah kekudusan-Nya dalam pelayanan. Kedua, mereka harus menjadi teladan dan mengajar ketetapan Tuhan kepada bangsa Israel. Apabila mereka sendiri adalah pelanggar perintah Tuhan, bagaimana mereka dapat menjadi teladan dan pengajar firman Tuhan di depan umat-Nya? Tuhan menghendaki pelayan-Nya hidup kudus dan berintegritas. Jika mereka tidak hidup benar, mereka hanya akan mempermalukan kekudusan Tuhan di depan umat-Nya. Bagaimana dengan kita hari ini? Marilah kita melayani Tuhan dengan keteladanan dan integritas hidup yang senantiasa taat pada ketetapan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan menghendaki para pelayan-Nya menjadi teladan dan hidup berintegritas? (2) Apa yang dapat diterapkan dalam kehidupan dan pelayanan kita? Berdoalah bagi para hamba Tuhan, Majelis dan aktivis gereja Tuhan agar hidup mereka senantiasa menjadi teladan dalam takut akan Tuhan dan hidup berintegritas.
27
KAMIS
JULI 2017
“Haruslah kamu memakannya di suatu tempat yang kudus, karena itulah ketetapan bagimu …” (Imamat 10:13)
Bacaan hari ini: Imamat 10:12-20 Bacaan setahun: Ayub 29-31, Ibrani 4
JANGAN MENGAMBIL BAGIAN TUHAN
S
ebagai pelayan atau aktivis gerejawi, tentunya kita seringkali mendapatkan apresiasi atau pujian dari jemaat Tuhan, apabila pelayanan yang kita kerjakan menjadi berkat bagi mereka. Sekalipun hal ini nampak wajar, pujian tersebut dapat menjadi godaan dan juga jerat untuk mencuri pujian yang menjadi milik Tuhan. Itulah sebabnya tidak jarang bagi mereka yang terjerat “mencari pujian dari jemaat” akan mencoba memanipulasi penampilannya sedemikian rupa agar jemaat memujinya. Tindakan tersebut tentu saja tidak benar di hadapan Tuhan. Apa yang menjadi milik Tuhan seharusnya diberikan kepada Tuhan. Apalagi sebagai pelayanan-Nya, kita harus memberikan segala pujian atau apapun yang menjadi milik Tuhan. Jangan membiarkan diri kita mengambil milik Tuhan. Dalam bacaan hari ini, kita temukan bahwa Harun telah memberikan respons yang baik tentang persembahan pengampunan dosa dan korban bakaran. Sekalipun Musa memintanya untuk mengambil bagian dari korban bakaran yang dipersembahkan kepada Tuhan, Harun dan anakanaknya membakar habis semuanya bagi Tuhan. Bahkan Harun berkata: “Jika pada hari ini aku memakan juga korban penghapus dosa, mungkinkah hal itu disetujui oleh Tuhan?” (ay. 19). Harun merasa tidak layak mengambil sebagian korban bakaran dan penghapusan dosa yang ditujukan kepada Tuhan. Mendengar pendapat Harun tersebut, Musa pun menyetujuinya (ay. 20). Bagaimana dengan Anda sebagai pelayan Tuhan? Kita bukanlah orang-orang yang berhak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliki Tuhan. Milik Tuhan adalah milik Tuhan, seperti korban bakaran dan korban pengampunan dosa. Sikap Harun tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita, agar kita memberikan apa yang seharusnya menjadi milik Tuhan, dan tidak mengambilnya bagi kepentingan diri sendiri. Sebagaimana korban bakaran dan pengampunan dosa dibakar sampai habis, demikian pula segala pelayanan ibadah yang kita kerjakan, seluruhnya bagi kemuliaan Tuhan. Soli Deo Gloria. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Musa menyetujui perkataan dan sikap Harun? (2) Apa yang dapat kita terapkan dalam pelayanan kita hari ini? Berdoalah bagi para aktivis dan mereka yang terlibat dalam pelayanan ibadah di gereja, agar mereka tidak mencuri kemuliaan yang sepatutnya diberikan kepada-Nya.
28
JUMAT
JULI 2017
“Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, ... dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi.” (Imamat 11:44)
Bacaan hari ini: Imamat 11:1-47 Bacaan setahun: Ayub 32-33, Ibrani 5
TENTANG BINATANG YANG HARAM
K
itab Imamat 11 mencatatkan sejumlah larangan memakan binatang dengan kriteria tertentu, bahwa binatang yang mempunyai ciri-ciri seperti yang tercantum adalah binatang yang dilarang TUHAN untuk dimakan oleh umat Israel, dengan alasan haram! Peraturan ini berlaku bagi bangsa Israel sejak waktu itu, sampai hari ini. Peraturan ini memunculkan sebuah pertanyaan; apakah betul bahwa hewan dengan kategori tertentu berbeda dengan hewan jenis lain? Apakah jenis hewan yang dinyatakan haram itu adalah karena beracun dan tidak baik untuk kesehatan manusia? Atau karena alasan lain yang menunjukkan bahwa kualitas daging hewanhewan haram adalah lebih rendah? Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung itu, dan tidak ada bagian lain Alkitab yang menjelaskan seperti itu. Lalu apa yang dimaksudkan dengan istilah “haram” ini? Perlu diingat bahwa Hukum Taurat dengan segala rinciannya diberikan kepada Israel yang baru saja keluar dari Mesir di mana mereka hidup 400 tahun. Selama itu, mereka melihat bagaimana cara orang Mesir hidup, apa yang mereka sembah, dan apa yang mereka lakukan dalam kehidupannya sesehari. Gaya hidup orang Mesir adalah sepenuhnya cemar. Mereka sama sekali tidak mempunyai konsep tentang kekudusan hidup. Sekarang mereka sudah meninggalkan Mesir untuk memulai kehidupan baru sebagai umat Allah, umat yang hidup di dalam relasi baru dengan TUHAN. Hidup baru ini, harus berjalan dalam ikatan relasi yang benar dengan TUHAN. TUHANlah yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir, membelah laut Merah untuk mereka lewati dengan aman, menyertai mereka setiap hari sejak mereka meninggalkan Mesir. Sekarang mereka hidup dalam relasi ketergantungan total kepada Dia, yang merupakan satusatunya Allah yang sejati, Allah yang kudus. Dan sebagai umat-Nya, mereka dituntut untuk hidup dalam kekudusan. Jadi mereka belajar untuk menghargai dan menjaga relasi hidup dengan TUHAN, dan syarat dasarnya adalah hidup dalam kekudusan sebagaimana yang TUHAN kehendaki atas mereka. STUDI PRIBADI: (1) Apa ciri-ciri binatang haram yang dilarang Tuhan? (2) Mengapa Tuhan memberikan larangan seperti ini kepada umat Israel? Apa yang menjadi tujuan Tuhan? Berdoalah agar para majelis, hamba Tuhan, para aktivis dan pengurus serta jemaat Tuhan dapat menghargai dan menjaga relasinya dengan Tuhan, melalui menjaga kekudusan hidupnya.
29
SABTU
JULI 2017
“Imam itu harus mempersembahkannya ke hadapan TUHAN dan mengadakan pendamaian bagi perempuan itu...” (Imamat 12:7)
Bacaan hari ini: Imamat 12:1-8 Bacaan setahun: Ayub 34-35, Ibrani 6
PENTAHIRAN SETELAH MELAHIRKAN
S
etelah membahas tentang makanan yang tidak tahir, pembahasan beralih pada orang yang tidak tahir, dalam konteks melahirkan anak. Seorang wanita yang melahirkan anak laki-laki, dinyatakan tidak tahir selama 7 hari, ditambah lagi 33 hari setelah itu. Jumlah hari-hari pentahiran bertambah berlipat ganda bagi bayi perempuan yang dilahirkan, tanpa ada penjelasan mengapa demikian dan karena itu kita tidak dapat merumuskan sesuatu, kecuali menerimanya sebagai keputusan Allah. Ada penafsir menjelaskan bahwa ketidak-tahiran seorang perempuan saat melahirkan adalah karena pada waktu melahirkan terjadi pencemaran dosa yang terbawa pada diri sang anak yang lahir, bahwa dia lahir dalam pencemaran dosa asal dan dengan demikian ikut menyebabkan ibu yang melahirkannya menjadi tidak tahir. Begitu juga dengan bayi laki-laki yang baru disunat pada hari ke 8, setelah masa 7 hari lewat. Jadi masa mencemaran ini mengajarkan: proses melahirkan itu berlangsung dalam kondisi pencemaran dosa, begitu juga anak yang dilahirkan, lahir dalam kondisi tercemar. Dari ibu yang tercemar, lahir anak yang juga tercemar. Tapi setelah hari-hari itu lewat, maka ibu yang baru melahirkan harus membawa persembahan kepada imam supaya dipersembahkan kepada TUHAN. Persembahan ini adalah persembahan penghapus dosa, untuk mengajarkan kepada ibu betapa seriusnya akar dosa yang diwariskan orang dari satu generasi ke generasi berikutnya. Persembahan ini juga sekaligus sebagai tanda syukur bahwa TUHAN telah menolong dia melahirkan dengan selamat, meskipun dia dan anaknya adalah manusia yang sudah tercemar. Dosa menyebabkan penderitaan yang sangat berat ketika seorang ibu melahirkan anak, tapi oleh anugerah TUHAN, sang ibu dan anak terpelihara untuk terus hidup. TUHAN menghendaki agar bangsa Israel belajar dan memahami, bahwa ketika seorang anak dilahirkan, dia lahir dalam kondisi cemar dosa, begitu juga dengan ibu yang melahirkannya. Ini juga tercakup dalam apa yang umat pelajari tentang pentingnya kekudusan hidup. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa hukum pentahiran menjadi hal yang penting untuk dipahami oleh Israel? (2) Apa tujuan ketika kita memahami hukum pentahiran setelah melahirkan? Berdoalah untuk setiap ibu-ibu Kristen yang melahirkan bayinya, agar para ibu diberikan kesehatan yang cukup, juga bayi yang dilahirkan bisa di dalam kondisi yang sehat.
30
MINGGU
JULI 2017
“Itulah hukum tentang kusta yang ada pada pakaian bulu domba atau lenan atau pada benang lungsin atau pada benang pakan atau pada setiap barang kulit, untuk menyatakan tahir atau najisnya.” (Imamat 13:59)
Bacaan hari ini: Imamat 13:1-14:57 Bacaan setahun: Ayub 36-37, Ibrani 7
TENTANG PENYAKIT KUSTA
H
al ketidak-tahiran berikutnya setelah hewan dan pencemaran saat kelahiran adalah penyakit kusta. Menarik, kitab Imamat memakai porsi yang sangat besar (2 pasal penuh) untuk membahas tentang penyakit kusta, lebih dari peraturan lain. Menurut beberapa catatan Alkitab, penyakit kusta ialah penyakit yang terjadi secara tidak biasa; bukan sebagai penyakit alamiah tapi sesuatu yang terjadi karena perbuatan Allah. Ketika tangan Musa terkena kusta (Kel. 4:6), itu terjadi karena perbuatan Allah. Ketika Miryam terkena kusta ketika dia dan Harun mengolok-olok Musa, penyakit itu terjadi sebagai hukuman Allah (Bil.12:10), demikian juga yang terjadi atas Gehasi (2Raj.5:27) serta Uzia raja Yehuda (2Taw.26:19-21). Karena penyakit kusta berkaitan dengan hukuman Allah, maka hal ini dianggap serius sampai-sampai melibatkan Imam untuk memberikan pengesahan baik apakah itu benar adalah penyakit kusta, dan juga apakah penyakit tersebut telah benar-benar sembuh—semua harus dikonfirmasi oleh Imam dengan kriteria yang sangat ketat. Dengan demikian, penyakit kusta ini merupakan ketidak-tahiran yang berkaitan dengan hukuman ilahi, dan kenajisan yang diderita oleh yang bersangkutan menjadi kenajisan yang paling parah di antara ketidak-tahiran lainnya. Orang yang menderita penyakit kusta, bukan saja menderita secara fisik, tetapi terlebih secara kejiwaan karena dia harus dikucilkan dari komunitas masyarakat. Dia hidup terasing dari keluarganya sendiri dan dari lingkungannya, dia dikucilkan dari masyarakat dan tinggal di tempat khusus, semacam perkampungan khusus dan hidup bersama-sama dengan para penderita kusta lainnya. Dan jika dia harus mengadakan perjalanan dan berjumpa dengan orang lain yang sehat, maka dia harus memberikan tanda kondisi penyakitnya dengan berseru: “Najis... najis...” Penyakit kusta, adalah simbol ketidak-tahiran karena dosa yang mendatangkan hukuman atas dirinya. Hukuman dibuang dari komunitas manusia lainnya. Hukuman yang menjatuhkan nilai seorang manusia sampai pada titik terendah. STUDI PRIBADI: Alkitab memberikan penjelasan yang panjang mengenai penyakit kusta ini. Apakah yang dapat kita pahami mengenai penyakit kusta ini? Berdoalah bagi orang-orang yang sakit secara fisik, secara khusus mereka yang dikucilkan oleh karena penyakit tertentu, kiranya Tuhan memulihkan kondisi fisik dan kerohanian mereka.
31 MINGGU
JULI 2017
“…Apabila aurat seorang laki-laki mengeluarkan lelehan, maka najislah ia karena lelehannya itu.” (Imamat 15:2)
Bacaan hari ini: Imamat 15:1-33 Bacaan setahun: Ayub 38-40, Ibrani 8
MENJAGA KEKUDUSAN
T
ema utama kitab Imamat adalah kekudusan, yang mana berarti Allah ingin kekudusan-Nya hadir dalam kehidupan umat-Nya. Kekudusan yang Allah ingin bukan hanya berkaitan dengan hati, perbuatan, dan pikiran, tetapi berkaitan dengan kebersihan fisik umat-Nya. Mengapa cairan aurat seorang bisa menyebabkan kenajisan, seperti yang dipaparkan dalam bagian ini? R.K. Harrison, penafsir Kitab Imamat, berkata: jikalau cairan itu berasal dari tubuh seseorang yang mengidap penyakit menular, penyakit itu bisa menular melalui cairan tersebut. Jelas sekali Tuhan tidak mau umat-Nya yang dalam pengembaraan di padang gurun mengidap penyakit menular, apalagi akhirnya menjadi wabah bagi seluruh perkemahan bangsa Israel pada saat itu. Dua tujuan utama Tuhan memberikan hukum ini: (1) Menjaga kekudusan kemah suci Allah (ay. 31), yang hadir di tengah-tengah bangsa Israel; (2) Menjaga kebersihan tubuh umat-Nya. Melalui bagian ini juga, Tuhan memberikan petunjuk bagaimana cara mentahirkan diri apabila kenajisan itu terjadi pada dirinya. Aplikasi bagi kita, umat Tuhan di zaman ini adalah pentingnya menjaga kekudusan jasmani dan rohani. Seringkali kita hanya bergumul dengan halhal rohani, menjaga hati kita, pikiran kita, dan karakter kita agar berkenan kepada Tuhan, akan tetapi kita melupakan hal yang berkaitan dengan fisik. Kebersihan tubuh jasmani kita pun diperhatikan oleh Tuhan, dan Tuhan meminta kita untuk bertanggung jawab atas kebersihan dan kelangsungan tubuh jasmani kita. Pada saat Alkitab berkata, “Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Rm. 12:1), “tubuh” di sini mengacu pada tubuh jasmani dan rohani, yang tidak terpisahkan, yang kita persembahkan kepada Allah sebagai persembahan diri kita yang kudus. Demikian juga dalam 1 Korintus 6:12-20, banyak berbicara tentang “tubuh”, yang berarti tubuh jasmani, yang harus dipersembahkan melakukan perbuatan yang berkenan kepada Allah. Marilah kita memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani, yang makin baik, makin bertumbuh, makin kudus dan makin berkenan kepada Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dimaksud kenajisan di hadapan Tuhan di bagian ini? (2) Apa makna bagian ini untuk kehidupan sehari-hari, sebagai umat-Nya yang dikuduskan Allah? Berdoalah agar kita sebagai jemaat Tuhan berusaha dengan sungguhsungguh dapat menjaga kekudusan hidup kita sebagaimana yang Tuhan kehendaki atas diri umat-Nya.
“Inilah hukum tentang korban penebus salah. Korban itu ialah persembahan maha kudus.” (Imamat 7:1)
Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. 2 TIMOTIUS 2:21