|
246
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 246 | OKTOBER 2016
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” [2 Timotius 3:16]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 246: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan Bambang Alim, Elok Chrisinar, Hana Ovilordia, Ie David Jonathan Dwiputra, Liem Sien Liong, Liona Margareth Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Cintailah Firman Tuhan
D
alam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya agar tidak melupakan Alkitab dalam kehidupannya. Bahkan sejak kecil, Alkitab telah menjadi bacaannya. Karena itu, sekalipun Timotius telah dewasa, bahkan terlibat dalam pelayanan jemaat, ia tidak boleh melupakan Alkitab; sebab Alkitab adalah firman Allah yang menuntun dan mendatangkan hikmat kehidupan bagi yang membacanya. Alkitab akan mengajar dan mendidik orang dalam kebenaran; sebagai suatu perlengkapan hidup yang membawa hidup yang memuliakan Allah (2Tim. 3:15-17). Alkitab adalah suluh dan pelita bagi perjalanan hidup orang benar, di mana ia tidak akan terjatuh atau tersesatkan, apabila dengan sungguh-sungguh hidup di dalamnya (Mzm. 119:105). Karena itu, sebagai orang Kristen yang takut akan Tuhan dan menyadari kebutuhan kita akan firman-Nya, kita segera mulai dengan “gerakan membaca Alkitab dan melakukannya dalam hidup kita.” Setidaknya, dalam satu hari kita memiliki kesempatan untuk membaca dan merenungkannya, sehingga kemajuan iman dan pertumbuhan rohani kita menjadi nyata. Jangan lagi kita menjadi orang Kristen yang memiliki Alkitab, tetapi tidak pernah berinteraksi dengannya. Jadikanlah Alkitab makanan rohani, yang setiap hari boleh kita renungkan! Apa dampak dari membaca Alkitab, jika kita rajin membacanya? Jelas, sangat banyak! Paulus mengatakan, dengan membaca Alkitab, maka kita akan memiliki pengetahuan, tentang mana yang benar dan mana yang salah dalam pemandangan Tuhan. Kita disadarkan akan kesalahan kita dan diberikan pencerahan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan baik dan benar. Bahkan dikatakan, orang yang rajin merenungkan Alkitab, hidupnya bagaikan pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang daunnya selalu hijau, berbuah pada musimnya dan tidak kuatir akan tahun kering (Mzm. 1:1-3). Karena itu, hidup tanpa merenungkan Alkitab, adalah hidup dengan jiwa dan kerohanian yang kering!
01 SABTU
OKTOBER 2016
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.” (Efesus 4:2)
Bacaan hari ini: Efesus 4:1-32 Bacaan setahun: Efesus 4
KARAKTER ORANG KRISTEN
P
aulus di dalam surat-suratnya selalu mulai dengan dasar kebenaran iman Kristen, dilanjutkan dengan praktik akan kebenaran tersebut. Efesus 4 adalah permulaan dari bagian kedua ini, atau berisi nasihat tentang praktik-praktik iman Kristen. Sehingga langsung Paulus berkata, bahwa jemaat Efesus haruslah hidup berpadanan dengan panggilannya sebagai orang Kristen. Apa saja yang harus dimiliki oleh seorang Kristen? Sifat pertama yang harus dimiliki orang Kristen adalah kerendahan hati. Hal ini seperti permulaan dari khotbah di bukit, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah.” Hal ini mengingatkan kita sekalian bahwa manusia jatuh ke dalam dosa karena keangkuhan. Sekalipun kita sudah ditebus, kita masih sering kali jatuh ke dalam jerat Iblis, karena kita kurang rendah hati, kurang mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Sifat kedua adalah lemah lembut. Lemah lembut bukan kelemahan atau kekuatan, melainkan satu karakter rohani menghadapi tantangan luar maupun dalam dengan mengandalkan kekuatan Tuhan, bukan kekuatan fisik-mental manusia, atau mengandalkan kekuatan duniawi. Sifat ketiga adalah sabar. Sabar menderita, sabar menantikan Tuhan, sabar seperti seorang petani yang menunggu hasil panennya, demikianlah ajaran Paulus terus-menerus di surat-suratnya. Sabar artinya kita memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, sabar artinya kita setia kepada Tuhan. Hari ini kita juga harus sabar menantikan janji Tuhan digenapi, sabar dalam pelayanan, sabar menantikan buah pelayanan kita, atau pertobatan dari orang yang belum percaya. Sifat keempat adalah kasih. Kasih adalah ciri utama orang Kristen, yang berbeda dengan kasih orang dunia. Paulus memakai kasih “agape” untuk menggambarkan kasih yang harus dimiliki oleh orang Kristen, yang berbeda dengan kasih orang dunia, yang sebatas “eros, persahabatan, persaudaraan”. Kasih “agape” adalah kasih berkorban untuk sesama tanpa meminta balasan untuk semua orang. Bagaimana dengan Anda? Apakah sudah memiliki sifat-sifat tersebut? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana karakter orang yang telah hidup baru dalam Tuhan Yesus? (2) Apa yang sering kali menjadi hambatannya sehingga karakter itu tidak bertumbuh? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat membangun kehidupan yang intim dengan Tuhan dan mempraktikkan kehidupan baru yang semakin bertumbuh dewasa di dalam iman dan karakter Kristiani.
02 MINGGU
OKTOBER 2016
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih.” (Efesus 5:1)
Bacaan hari ini: Efesus 5:1-21 Bacaan setahun: Efesus 5:1-21
MENJADI PENURUT-PENURUT ALLAH
D
alam pembahasan di pasal sebelumnya dinyatakan bahwa orang Kristen perlu memiliki karakter ilahi seperti Kristus; sebab orang Kristen tidak imun terhadap dosa, masih gampang tergoda untuk kembali kepada cara hidup duniawi. Oleh sebab itu, Paulus menekankan agar kita hidup seperti penurut-penurut Allah. Arti “penurut Allah” adalah manusia yang sudah diperbaharui, memiliki kembali gambar dan rupa Allah sebagaimana telah ada dalam diri manusia pada waktu penciptaan, dan yang sekarang sudah diperbaharui kembali di dalam karya Kristus dan Roh Kudus. Menjadi penurut Allah artinya tidak menjadi serupa dengan dunia. Pada zaman Perjanjian Baru, khususnya di negera-negara koloni Romawi, hal-hal seperti percabulan, pencemaran, keserakahan, perkataan kotor, omong-kosong, dll, justru adalah hal-hal yang wajar dan lumrah dilakukan. Setiap orang dalam masyarakat tersebut akan menerima nilainilai dan norma-norma tersebut, dan menjadikannya bagian dari kehidupan pribadi maupun masyarakat. Seperti halnya hari ini, kita sering mendengar anggapan orang yang berkata bahwa, seorang pedagang bila ingin untung, dia harus pandai berbohong; jika tidak bisa berbohong, maka ia tidak akan mendapat keuntungan apa-apa. Dalam Efesus 5:8, Paulus dengan tegas mengatakan bahwa cara hidup seperti itu adalah cara hidup manusia lama, dalam kegelapan. Sekarang ini, kita wajib hidup sebagai anak-anak terang, artinya: sama sekali berbeda dengan kehidupan lama kita. Saudara-saudari sekalian, sejak kita percaya kepada Yesus sebagai Juru Selamat hidup kita, perubahan apa yang tampak dari kehidupan kita dibanding sebelumnya? Sering kali norma-norma masyarakat membawa kita masuk ke arena abu-abu, sehingga sulit bagi kita untuk membedakan apa yang benar dan berkenan kepada Allah. Dalam Roma 12:1-2, Paulus menasihatkan: kita perlu mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah, sehingga kita bisa membedakan apa yang baik dan buruk dalam arus filsafat masyarakat modern ini. Bagaimana dengan Anda hari ini? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita yang telah percaya Yesus sebagai Tuhan & Juru Selamat, harus hidup menjadi penurut2 Allah? (2) Apakah orang Kristen harus melatih hidup baru? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak lagi hidup menuruti pikiran dunia ini melainkan menjadi penurut-penurut Allah yang mau taat dan setia dalam mengerjakan perintah-Nya.
03 SENIN
OKTOBER 2016
“Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” (Efesus 5:20-21)
Bacaan hari ini: Efesus 5:22-33 Bacaan setahun: Efesus 5:22-33
KASIH DALAM RUMAH TANGGA
S
emua manusia memiliki kebutuhan dasar, yaitu dicintai. Suatu ketika dalam masa hidup kita, kita bertemu dengan seseorang yang kita cintai dan mencintai kita. Momen ini merupakan momen yang sangat membahagiakan. Setelah kita bertemu dengan seseorang yang berjanji mencintai kita, kita akan diikat dalam ikatan rumah tangga. Sebelum dan sesudah seseorang menjadi suami/istri, kehidupannya tentu sangat berbeda. Tanggung jawab yang lebih, diembankan kepada kita yang sudah berumah tangga. Renungan hari ini ditujukan bagi setiap kita yang sudah berumah tangga, maupun bagi yang belum berumah tangga, supaya kelak kita dapat menjadi suami atau istri yang berkenan di hati Tuhan. Di dalam Efesus 5:22 dikatakan, “Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” Pada bagian ini, Paulus hendak menegur para istri yang bersikap tidak hormat kepada para suami. Sebagaimana seorang manusia biasa, para suami tentulah juga manusia yang tidak sempurna dan memiliki kekurangan, namun demikian sebagai seorang penolong dari Tuhan, seorang istri harus menghargai suami dan berusaha memahami semua keputusan yang diambilnya. Tidak hanya menegur para istri yang tidak hormat kepada suami, di sini Paulus juga menegur para suami yang tidak mengasihi istri. Firman Tuhan berbicara sangat keras kepada mereka yang suka bersikap seenaknya terhadap istri, kepada mereka yang suka memaksakan kehendak kepada istri. Efesus 5:25, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Di sini, Tuhan menuntut para suami untuk rela mengorbankan kepentingan dan keinginan dirinya bagi kepentingan istri. Dalam rumah tangga, suami haruslah lebih memikirkan istrinya, daripada pihak-pihak luar lainnya, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” Bagi kita yang akan berumah tangga, marilah kita mempersiapkan diri dan melatih diri untuk bisa menjadi istri atau suami yang baik. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang kita lakukan untuk mempersiapkan diri kita dalam berumah tangga? (2) Bagaimana menjadi seorang istri/suami yang sesuai dengan firman Tuhan? Bagi kita yang masih mencari pasangan hidup, berdoalah supaya Tuhan memberikan pada kita hati yang terus mau dimurnikan oleh Tuhan, sehingga nantinya kita bisa menjadi suami/istri yang berkenan di hadapan Tuhan.
04 SELASA
OKTOBER 2016
“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis.” (Efesus 6:11)
Bacaan hari ini: Efesus 6:1-24 Bacaan setahun: Efesus 6:1-24
TAAT DAN KASIH
D
alam kehidupan, kita sering kali tidak merasa bahwa ada kuasa rohroh jahat yang aktif menghasut orang percaya untuk hidup tidak taat kepada kehendak Tuhan. Paulus mengingatkan tiap orang percaya untuk selalu berjaga-jaga, dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk menghadapi kuasa-kuasa jahat, dengan kebenaran, keadilan, iman, penginjilan, dan tunduk kepada firman Allah. Dengan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita, kita akan terhindar dari jerat Iblis dan kita tidak akan jatuh ke dalam dosa dan pelbagai pencobaan. Dalam relasi dengan sesama, kita pun perlu terus bergantung kepada Tuhan, sehingga kita tidak terjatuh di dalam dosa. Dalam Efesus 6:1-9 ada beberapa relasi antar manusia yang dibahas, yaitu orangtua-anak dan hamba-tuan. Orangtua adalah wakil Tuhan bagi anak-anak, yang bertugas memimpin, mengarahkan, dan mendidik anak-anak. Kepada para ayah, firman Tuhan mengingatkan untuk tidak membangkitkan amarah di dalam hati anak-anak, namun justru mendidik mereka dalam kebenaran Tuhan. Ketika para ayah mengasihi anak-anak di dalam Tuhan, maka anak-anak akan dengan lebih mudah menghormati para ayah, sebagaimana yang diperintahkan Tuhan. Kedua adalah, dalam relasi hamba-tuan, para hamba hendaknya taat kepada tuan mereka, dan para tuan pun hendaknya mengasihi para hamba dan tidak mengancam, dalam bentuk apapun. Tuhan adalah Tuhan bagi semua orang, baik kaya atau miskin, tua atau muda, pekerja atau pemberi kerja. Bagaimana dengan relasi kita saat ini? Bagaimana pula sikap kita kepada mereka yang berada di atas kita, atau di bawah kita dalam bekerja? Marilah kita saling mengasihi, menghormati dan merendahkan hati satu sama lain agar kehidupan kita tidak dicela orang, sebaliknya menjadi pujian dan kemuliaan bagi nama Tuhan kita. Jangan biarkan kuasa gelap mengacaukan relasi rumah tangga kita, pekerjaan kita atau panggilan kita menjadi umat-Nya. Marilah kita hidup dalam damai sejahtera dan ketaatan dan kasih! Amin. STUDI PRIBADI: (1) Kita harus mengenakan perlengkapan senjata rohani untuk melawan tipu muslihat Iblis, apa artinya? (2) Sudahkah kita menjadi berkat bagi sekitar kita? Doakan pertumbuhan kerohanian kita secara pribadi dan juga keluarga kita. Doakan juga agar dalam relasi dengan orang-orang yang kita temui seharihari, kehadiran kita dapat membuat mereka merasakan kasih Kristus.
05 RABU
OKTOBER 2016
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21)
Bacaan hari ini: Filipi 1:12-26 Bacaan setahun: Filipi 1
TUJUAN HIDUP KITA DI DUNIA
S
ebagai umat Kristen, kita harus segera menyadari tujuan hidup kita dan mengapa Tuhan masih mengizinkan kita hidup. Tuhan masih mengizinkan kita bernapas, tidak dimaksudkan agar kita bisa hidup semau kita. Kita masih diizinkan hidup oleh Tuhan karena Dia ingin kita bisa berbagian menjadi pengabar-pengabar Injil-Nya kepada semua bangsa. Dalam ayat di atas, Paulus mengatakan sesuatu hal yang sangat luar biasa, dimana dia mengatakan bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah sebuah keuntungan. Perlu kita tahu bahwa ketika Paulus menulis surat kepada jemaat Filipi, Paulus dalam keadaan terpenjara. Paulus di penjara sekitar tahun 62 M di Roma. Apakah artinya ini? Artinya, pada tahun 62 M tersebut, ketika Paulus di penjara, Paulus sudah berusia sekitar 60 tahun lebih, dimana dia telah 30 tahun lebih mengikut Tuhan Yesus dengan segenap hati. Namun, pernyataan Paulus selanjutnya cukup mengejutkan; Paulus mengatakan bahwa ternyata hal yang sekarang jauh lebih penting bagi Paulus untuk tinggal di dunia ini adalah terus-menerus memberitakan Injil dan menghasilkan buah bagi-Nya. Paulus tahu tujuan hidup selama ia masih diberikan nafas kehidupan. Ada sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan, yaitu mengabarkan Injil Tuhan. Itu sebabnya, Paulus berkata bahwa “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Paulus sadar benar bahwa nafas hidup yang masih Tuhan izinkan untuk dihirup olehnya semata-mata agar Paulus terus-menerus mengabarkan Injil. Bayangkan, di dalam usianya yang sudah lanjut, Paulus masih memiliki semangat yang luar biasa dalam memberitakan Injil. Begitu juga kita sekarang, jika Tuhan masih memberikan kesempatan kita untuk hidup, itu bukanlah sesuatu yang kita gunakan untuk bersenangsenang. Namun, kita haruslah mengabarkan Injil, itulah tugas utama kita. Hidup hanya satu kali, dan jika kita menyia-nyiakan waktu yang ada, maka itu tandanya bahwa kita pun sedang menyia-nyiakan anugerah dari Tuhan dalam hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang mendorong Paulus tetap setia mengabarkan Injil meskipun ia sudah tua dan di dalam penjara? (2) Apakah yang menjadi tujuan hidupmu selama ini? Berdoalah bagi setiap anak muda agar mereka tidak menyia-nyiakan hidup mereka untuk mengejar hal yang bersifat sementara, tetapi memakai hidup mereka dengan bijak dan takut akan Tuhan.
06 KAMIS
OKTOBER 2016
“Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Filipi 2:7)
Bacaan hari ini: Filipi 2:1-11 Bacaan setahun: Filipi 2
BELAJAR RENDAH HATI
S
ebagai manusia kita cenderung suka beroleh pujian, sanjungan dan acungan jempol dari orang lain atas segala jerih payah dan prestasi yang telah kita torehkan. Kerap kita “membusungkan dada” ketika menyadari bahwa pelayanan kita lebih berhasil, gereja kita lebih “besar” dibanding gereja lain, perusahaan kita lebih bonafide, atau segala sesuatu yang ada pada diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan dengan orang lain yang di sekitar kita. Firman Tuhan mengingatkan kita, “Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan” (2Kor. 10:18). Adalah sia-sia belaka bila kita meninggikan diri sendiri dan beroleh pujian manusia, apabila hidup kita tidak berkenan di hadapan Tuhan! Kita perlu bercermin langsung kepada pribadi Yesus yang datang ke dunia bukan dalam rangka mencari pujian atau penghormatan manusia, melainkan karena mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang dan terbelenggu dosa supaya beroleh kelepasan dan kemenangan. Yesus datang ke dunia untuk membuka jalan supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya, beroleh keselamatan dan kehidupan kekal. Selama berada di bumi, Yesus memang melakukan banyak mukjizat, tetapi Dia melakukan semua itu bukan untuk mempromosikan diri atau unjuk kebolehan agar nama-Nya makin dikenal banyak orang dan beroleh pujian, melainkan untuk menggenapi rencana Allah. Dia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Sekalipun Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Yesus “...tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (ay. 6-7). Tuhan Yesus tidaklah haus pujian dan penghormatan; Tuhan bahkan rela merendahkan diri-Nya dan menderita di atas kayu salib. Walaupun telah diperlakukan tidak adil dan dianggap sama seperti penjahat sekali pun, Tuhan Yesus tidak pernah membalas. Direndahkan begitu rupa pun, Tuhan Yesus tetap taat kepada Bapa (bdk. Ams. 18:12). Bagaimanakah dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya rendah hati menurut Alkitab? (2) Langkah praktis apa yang akan kita lakukan untuk belajar menjadi orang yang rendah hati? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam kerendahan hati dan menghargai satu sama lain dengan tidak mencari pujian dan keuntungan diri sediri, melainkan karena kasih.
07 JUMAT
OKTOBER 2016
“Karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.” (Filipi 3:3)
Bacaan hari ini: Filipi 3:1-21 Bacaan setahun: Filipi 3
ASLI ATAU PALSU?
D
alam bagian ini, Rasul Paulus sedang mengingatkan kepada jemaat di Filipi agar mereka berhati-hati dengan para pengajar palsu. Kata berhati-hati juga diulang sebanyak tiga kali, menunjukan bahwa ini penting dan harus diperhatikan. Para pengajar palsu ini, yang adalah para pengajar Yahudi, memaksakan ajaran keagamaan mereka kepada orangorang Kristen yang bukan orang Yahudi. Contohnya, memaksakan orang Kristen yang bukan Yahudi harus disunat dulu, barulah ia sah menjadi Kristen. Dari bacaan ini ada dua hal penting yang harus kita perhatikan agar tidak mudah termakan ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan: 1. Kenali mana yang asli. Langkah pertama untuk dapat menghindari jerat ajaran palsu adalah dengan kita sungguh-sungguh mengenal mana yang asli yaitu firman yang Allah nyatakan di dalam kitab suci kita, Alkitab. Kenali firman Tuhan dengan baik dan benar. Sediakan waktu setiap hari untuk mengenal lebih dalam lagi pikiran-pikiran Allah di dalam firman-Nya. Bacalah dengan serius, renungkan dan pahami, dengan begitu kita akan lebih mudah mengenal jika mungkin ada ajaran yang tidak sesuai dengan firman Tuhan yang kita kenal, masuk di tengah-tengah kita. 2. Waspada akan yang palsu. Seperti halnya uang palsu, ajaran palsu pun selalu mengalami perbaikan di sana dan di sini, dan dimodifikasi sedemikian rupa agar “seperti”nya sama dengan yang asli. Olah karena itu, sekalipun kita sudah tahu dan kenal mana yang asli, tetaplah waspada terhadap yang palsu. Doronglah diri kita untuk berusaha berpikir kritis terhadap apapun yang kita dengar dan kita terima, karena sekalipun mirip, bukan berarti sama, sekalipun kedengarannya benar, belum tentu itu sungguh-sungguh benar. Hari ini, kita kembali diingatkan untuk senantiasa mengisi diri dengan kebenaran Firman Tuhan, agar makin hari kita makin mengenal firman yang asli, dan kita juga diingatkan untuk terus-menerus waspada dalam segala keadaan, agar tidak mudah terjerat dalam pengajaran-pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang ditekankan para pengajar palsu yang ditentang oleh Paulus? (2) Bagaimana caranya agar kita tidak mudah terjerat oleh ajaran-ajaran palsu? Berdoalah agar anak-anak Tuhan, senantiasa bisa menjaga hidup sesuai dengan Firman Tuhan, di tengah kepalsuan dunia, sehingga umat Tuhan semakin bertumbuh dan menjadi teladan serta berkat.
08 SABTU
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8) OKTOBER 2016
Bacaan hari ini: Filipi 4:2-9 Bacaan setahun: Filipi 4
B+
K
ebanyakan orang yang melihat huruf B ditambah dengan tanda + akan berpikir bahwa itu adalah nilai, entah untuk siswa ataupun mahasiswa. Tetapi B+ di sini tidak bicara tentang nilai, melainkan bicara tentang memiliki pikiran yang positif, B+ = “Be Positive.” Kita tahu, apa yang kita pikirkan akan mempengaruhi apa yang kita lakukan. Jika pikiran kita buruk, tindakan kita kemungkinan besar akan buruk, demikian sebaliknya jika pikiran kita baik, kemungkinan besar tindakan kita pun akan baik. Dari Filipi 4:2-9 ini, kita akan belajar bagaimana caranya memenuhi pikiran dengan hal-hal yang positif. 1. Bersukacita senantiasa (ay. 4). Memang kehidupan ini tidak mudah. Ada begitu banyak masalah yang sepertinya tidak berhenti datang, tetapi firman Tuhan mengajarkan kita untuk tetap memiliki hati yang bersukacita. Namun, bukan berarti kita tidak boleh sedih dan berduka jika ada masalah yang terlalu berat menimpa kita. Hati yang bersukacita di dalam Tuhan bicara tentang hati yang mampu untuk mengucap syukur bahkan di dalam keadaan yang tidak baik sekalipun dalam hidup ini. Bersukacita senantiasa di dalam Tuhan berarti, kita mau belajar untuk tidak berlarut-larut di dalam masalah dan kesedihan kita, melainkan meletakkan segala beban kita kepada Tuhan karena kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita berjuang sendirian. Tuhan selalu ada untuk kita, bahkan rencana-Nya adalah rancangan damai sejahtera bagi setiap kita. 2. Tidak Kuatir (ay. 6). Apakah orang Kristen tidak boleh kuatir? Rasa kuatir itu tidak ada salahnya. Perasaan kuatir adalah sebuah perasaan yang sangat manusiawi sehingga orang Kristen sah-sah saja untuk kuatir. Tapi perlu kita ingat bahwa orang yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus tidak boleh kuatir secara berlebihan. Apa itu kuatir yang berlebihan? Kuatir yang berlebihan adalah keadaan di mana kita merasa Allah tidak lagi mampu melepaskan kita dari kesulitan yang sedang kita hadapi sehingga kita melihat masalah kita jauh lebih besar dari pada Allah kita. STUDI PRIBADI: (1) Sebutkan dua tindakan yang dapat kita lakukan untuk memiliki pikiran yang positif? 2) Menurut Filipi 4:8, apa sajakah pikiran positif itu? Berdoalah supaya setiap umat Tuhan dapat hidup dalam sukacita dan tidak kuatir dalam menjalani kehidupan ini, dan tetap dapat bertahan menghadapi masalah dan persoalan yang terjadi.
09 MINGGU
OKTOBER 2016
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan …” (Kolose 1:15)
Bacaan hari ini: Kolose 1:15-23 Bacaan setahun: Kolose 1
MENGENAL SANG JURU SELAMAT
D
alam berbagai segi kehidupan, manusia cenderung berusaha untuk dapat lebih mengenal orang-orang yang telah berpengaruh dalam hidupnya. Dengan lebih mengenal orang-orang tersebut, maka kehidupan kita semakin berarti atau bersemangat untuk hal-hal tertentu. Dikisahkan, seseorang bekerja keras untuk dapat menjadi seorang dokter yang terbaik, karena dulunya ada seorang guru yang telah mendidik dirinya dengan baik. Kehidupan guru tersebut memberikan inspirasi tersendiri bagi murid tersebut. Surat yang dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat Kolose ini, mendorong mereka untuk mengingat siapa Kristus dalam setiap aspek kehidupan mereka. Sebab itu, Rasul Paulus dengan sengaja menyajikan tentang keutamaan Kristus sebagai topik penting dalam suratnya. Dengan kata lain, hanya “di dalam Dia” maka kita akan mendapatkan segalanya, secara khusus pengampunan dosa kita. Bagian yang kita renungkan ini menunjukkan bahwa: (1) Kristus adalah Pencipta dari segala yang ada dalam alam semesta ini. Kristus bukan ciptaan tetapi Pencipta. Pengenalan ini membuat setiap kita menyadari sejak awal, bahwa Kristus adalah Allah yang patut disembah dan dipuja, sebab Dia adalah Pencipta. (2) Kristus adalah Kepala dari setiap anggota tubuh Kristus atau jemaat-Nya. Di dalam Kristus lah, seluruh anggota tubuh dipersatukan dan Allah berkenan diam di dalam-Nya. (3) Kristus adalah sumber kehidupan, yang memperdamaikan kehidupan kita yang berdosa, dengan Allah yang Kudus. Kristus-lah yang mengampuni segala dosa kita, sehingga di dalam Dia, kita ditempatkan sebagai kaum yang kudus dan yang tidak bercacat cela di hadapan Allah yang Kudus. Hari ini, semenjak kita menerima Kristus sebagai Juru Selamat pribadi, apakah kita semakin mengenal Sang Juru Selamat dalam kehidupan kita? Oleh sebab itu, nasihat Rasul Paulus kepada kita, “Kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak berguncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar...” (Kol. 1:23). STUDI PRIBADI: (1) Apa yang kita peroleh ketika kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita? (2) Bagaimana sikap kita setelah menjadi milik-Nya? Berdoalah bagi mereka yang rindu mengenal kebenaran di dalam Tuhan Yesus, agar mereka menemukannya dan dipuaskan dahaganya sehingga boleh bersukacita di dalam Tuhan Yesus.
10 SENIN
OKTOBER 2016
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia …” (Kolose 2:7)
Bacaan hari ini: Kolose 2:6-7 Bacaan setahun: Kolose 2
HIDUP BERSAMA KRISTUS
K
ehidupan yang bahagia diidam-idamkan oleh semua orang. Karena itu, pada umumnya, manusia mencari dan bersandar kepada harta kekayaan, kepandaian, kekuasaan dan kehebatan yang ditawarkan dunia, demi menikmati sebuah kehidupan yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan. Persoalannya, apakah yang sementara dapat memberikan kebahagiaan untuk selama-lamanya? Jemaat Kolose memperoleh sebuah kesempatan luar biasa untuk bisa menikmati kehidupan yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan, bukan untuk sesuatu yang bersifat sementara, tapi untuk selama-lamanya. Rasul Paulus menyatakan bahwa, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita.” Inilah syarat yang paling utama untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di dalam kekekalan. Karena di dalam Kristus Yesus lah, kita telah diperdamaikan dengan Allah yang Kudus. Status yang baru dalam Kristus memberi jaminan yang pasti, bahwa setiap kita akan mendapatkan kehidupan yang kekal. Karena itu, setiap orang yang telah menerima Kristus, didorong untuk menyatakan kehidupan Kristus dengan nyata dalam kehidupan keseharian setiap kita: (1) Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Tidak mudah digeser dan diombang-ambingkan oleh pengaruh dunia; (2) Hendaklah kita berakar dan dibangun di atas Dia. Akar dan Fondasi yang kuat merupakan dua hal yang sangat berpengaruh bagi segala sesuatu yang dibangun di atasnya. Hanya dengan berakar dan tinggal dalam Kristus, kita dapat membangun kehidupan yang baik; (3) Hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu. Seperti seorang petani yang sangat tekun memelihara dan menantikan hasil yang telah ditanamnya; (4) Hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Hidup bersama dengan Kristus bukanlah jaminan bahwa hidup kita akan selalu lancar, tetapi Kristus memampukan setiap kita untuk dapat menghadapi kesulitan itu. Di sinilah, hidup kita melimpah dengan syukur, sebab Kristus bersama dengan kita. Bagaimana dengan Anda hari ini? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya kehidupan orang yang telah berada di dalam Kristus? (2) Mengapa kita harus berakar di dalam Dia? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak sekadar puas hidup sebagai orang Kristen, tetapi rindu untuk senantiasa berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Dia.
11 SELASA
OKTOBER 2016
“Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” (Kolose 3:3)
Bacaan hari ini: Kolose 3:1-25 Bacaan setahun: Kolose 3
KARAKTER KRISTUS
K
arakter, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai, “tabiat, sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.” Beberapa hal yang mempengaruhi pembentukan karakter seseorang, antara lain: sikap orang tua, lingkungan sosial, dan pendidikan. Sekalipun demikian, karakter bukanlah bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubahkan. Setiap pribadi bertanggung jawab atas karakternya masing-masing. Karena itu, karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar, hari demi hari, melalui suatu proses yang tidak instan. Dalam Kolose 3, Paulus secara khusus berbicara mengenai karakter pengikut Kristus. Setiap orang yang percaya pada Kristus telah ditebus dari cara hidup yang lama. Manusia lama yang buruk telah mati, digantikan dengan manusia baru yang dibangkitkan bersama dengan Kristus. Setiap orang percaya telah diberi kemampuan untuk menang atas dosa dan hidup bagi Kristus. Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan oleh Kristus, maka seharusnya kehidupan orang percaya pun mengikuti teladan Kristus. Oleh karena itu, Paulus menasihatkan jemaat untuk sungguh-sungguh menghidupi teladan Kristus. Segala sifat-sifat dan karakter-karakter buruk yang ada, harus mereka hilangkan. Itu semua sudah mati bersama dengan manusia lama mereka. Mereka tidak bisa terus-menerus hidup dengan cara hidup lama yang penuh cacat cela. Sebaliknya, mereka harus mau meneladani karakter Kristus. Karakter seperti Kristus lah yang menjadi pengikat orang-orang percaya sebagai satu tubuh Kristus. Pengikut Kristus tidak secara instan langsung memiliki karakter seperti Kristus, begitu dia percaya. Sekali lagi, karakter adalah sesuatu yang harus dikembangkan secara sadar. Tuhan telah menyediakan jalan dan teladan bagi orang-orang percaya untuk memiliki karakter seperti Kristus. Bagaimana dengan Anda hari ini? Apakah Anda mau dibentuk untuk semakin serupa dengan Kristus, atau tetap ingin mempertahankan cara hidup yang lama? STUDI PRIBADI: (1) Apa ciri utama teladan Kristus sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan? (2) Mengapa penting untuk memiliki karakter seperti Kristus? Doakanlah supaya setiap anak Tuhan sungguh-sungguh mau dibentuk dan meneladani karakter Kristus, sehingga kehidupan anak-anak Tuhan bisa menjadi kesaksian yang baik bagi nama Tuhan.
12 RABU
OKTOBER 2016
“Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus…” (Kolose 4:3)
Bacaan hari ini: Kolose 4:1-18 Bacaan setahun: Kolose 4
KEHIDUPAN DOA
P
ada bagian akhir surat Kolose, Paulus sekali lagi memberi nasihat mengenai hal-hal praktis yang seharusnya dilakukan orang-orang berkarakter Kristus. Salah satu hal penekanan Paulus di sini adalah mengenai kehidupan doa jemaat. Gereja adalah tubuh Kristus, dan Kristus adalah Kepala Gereja. Gereja tidak berarti jika tidak mengandalkan pimpinan Kristus. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang berdoa, yaitu selalu mengandalkan dan hidup bersekutu dengan Kristus. Doa bukan selalu hanya berisikan permintaan, tetapi juga merupakan sarana pengucapan syukur. Berdoa tidak hanya ketika dalam keadaan terdesak, tetapi juga ketika keadaan sedang baik dan stabil. Berdoa tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Di sini, Paulus ingin mengingatkan dan mengajak jemaat untuk berdoa bagi pemberitaan Injil. Sering kali orang-orang percaya lupa untuk berdoa bagi orang-orang yang melakukan pemberitaan Injil, padahal mereka juga perlu didoakan. Berdoa bagi pemberitaan Injil adalah penting, supaya para pemberita firman sungguh-sungguh mengerti dan mengalami Injil tersebut dan berita Injil itu bisa dimengerti oleh pada pendengar. Dalam suratnya, Paulus menyampaikan salam dari Epafras. Epafras adalah seorang pelayan Tuhan yang selalu bertekun dalam doanya untuk pertumbuhan jemaat. Epafras adalah contoh dari kehidupan doa seorang anak Tuhan yang seharusnya. Kristus selama pelayanan-Nya di dunia juga telah memberikan teladan bagaimana memiliki persekutuan yang intim dengan Bapa melalui doa. Hal itu jugalah yang seharusnya diteladani oleh setiap orang percaya: membangun kehidupan doa yang baik. Sekali lagi, berdoa bukanlah hanya untuk diri sendiri, berdoalah juga untuk orang lain, berdoalah untuk pemberitaan Injil dan pekerjaan Tuhan di dunia. Tujuan utama kehidupan orang percaya adalah untuk memuliakan nama Tuhan. Karena itu, setiap doa dan permintaan yang dinaikkan pada Tuhan, tujuan utamanya adalah memuliakan nama Tuhan. Bagaimanakah kehidupan doa anda selama ini? STUDI PRIBADI: (1) Apa saja yang seharusnya kita naikkan dalam doa kita? (2) Siapakah Epafras? Doakan untuk setiap hamba Tuhan, baik yang tinggal dan melayani di kota besar maupun pedalaman, kiranya Tuhan memakai pelayanan mereka, sehingga Injil Tuhan semakin dikenal oleh banyak orang.
13 KAMIS
OKTOBER 2016
“Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua...” (1 Tesalonika 1:2)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 1:1-10 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 1
UNGKAPAN SYUKUR ATAS JEMAAT TESALONIKA
R
asul Paulus dan kawan-kawan (Silwanus dan Timotius) bersyukur atas buah pemberitaan mereka pada jemaat di Tesalonika (ay. 1). Paulus bersyukur atas keteguhan dan kekuatan iman, kasih dan pengharapan mereka kepada Allah. Walaupun, situasi dan kondisi yang mereka alami sesungguhnya sangat tidak menyenangkan, karena berita Injil yang telah mereka terima (Kis.17:1-9). Rasul Paulus bukan hanya bersyukur atas keteguhan dan kekuatan akan iman mereka kepada Allah, tetapi juga berdoa untuk mereka. Paulus berdoa untuk pekerjaan iman mereka, usaha kasih mereka dan ketekunan akan pengharapan mereka kepada Kristus (ay. 2). Dari keteguhan dan kekuatan mereka tersebut, tahulah Paulus bahwa sesungguhnya Allah telah memilih mereka (ay. 4). Sesungguhnya Roh Kuduslah yang bekerja di dalam diri mereka sehingga jemaat Tesalonika bisa menerima dengan baik pemberitaan Injil yang Paulus dan kawan-kawan sampaikan, yakni karena kekuatan Roh Kudus atas mereka. Jika tidak, maka jemaat Tesalonika tidak akan pernah menerima pemberitaan Injil yang Paulus dan kawan-kawan sampaikan (ay. 5-6). Paulus pun bersyukur bahwa jemaat di Tesalonika telah mengikuti kesetiaan mereka, dalam mengikut dan melayani Tuhan dengan setia, walaupun harus berhadapan dengan banyak kesukaran. Selain itu, jemaat Tesalonika pun telah belajar dari penderitaan Kristus sendiri bagaimana Kristus sendiri harus menanggung penderitaan yang tidak mudah dalam pelayanan di dunia ini. Paulus bersaksi bahwa jemaat Tesalonika pun telah belajar untuk hidup seperti Tuhan Yesus dan para guru mereka, Paulus dan teman-teman, untuk bersabar, bertahan serta setia dalam mengikut dan melayani Tuhan. Hal ini nampak dari perkataan Paulus, bahwa jemaat di Tesalonika telah menjadi “penurut kami dan penurut Tuhan” (ay. 6). Bagaimanakah kita? Adakah kehidupan iman, kasih dan pengharapan kita kepada Allah telah membangkitkan ungkapan syukur dan kesaksian yang indah sebagaimana jemaat di Tesalonika? STUDI PRIBADI: (1) Apakah rahasia jemaat Tesalonika sehingga mereka menjadi obyek ungkapan syukur Paulus dan kawan-kawan? (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda? Berdoalah agar kehidupan iman, kasih dan pengharapan kita kepada Tuhan dapat menjadi kesaksian yang indah dan membangkitkan ungkapan syukur yang memuliakan Tuhan.
14 JUMAT
OKTOBER 2016
“... karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami.” (1 Tesalonika 2:4)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 2:1-12 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 2
PELAYANAN PAULUS DI JEMAAT TESALONIKA
B
agi Paulus dan kawan-kawan (Silwanus dan Timotius), pelayanan pemberitaan Injil yang mereka terima sesungguhnya adalah anugerah Allah semata. Itulah sebabnya mereka sungguh-sungguh menghargai kepercayaan itu dengan tidak mau menjadikannya sia-sia. Hal ini mereka tunjukkan, saat mereka mendatangi jemaat Tesalonika. Mereka tidak menyia-nyiakan keberadaan mereka. Kesempatan bersama jemaat di Tesalonika, mereka gunakan untuk memberitakan Injil Allah kepada yang lainnya. Walaupun untuk itu mereka harus berjuang berat. Namun, berkat pertolongan Allah, akhirnya mereka beroleh keberanian memberitakan Injil Allah kepada jemaat di sana (ay. 1-2). Selain itu, di dalam pemberitaan mereka, mereka selalu berusaha untuk menyukakan Allah, bukan manusia (ay. 4). Mereka juga tidak pernah bermulut manis dan tidak pernah memiliki maksud loba yang tersembunyi. Mereka tidak pernah mencari pujian dari manusia, baik itu dari jemaat yang dilayani, maupun orang-orang lainnya, sekalipun sesungguhnya mereka dapat berbuat demikian sebagai pelayan-pelayan Kristus (Ay. 5-6). Namun yang Paulus dan kawan-kawan tunjukkan adalah sikap ramah kepada mereka yang dilayani, sikap ramah mereka tersebut digambarkan sama seperti sikap seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah mereka, dalam kasih sayang yang besar akan jemaat, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan jemaat, tetapi juga hidup mereka sendiri dengan jemaat, karena mereka mengasihi jemaat yang mereka layani (ay. 7-8). Betapa baik dan indahnya sikap yang dimiliki oleh Paulus dan kawankawan dalam meresponi pelayanan pemberitaan Injil yang Allah telah percayakan kepada mereka. Betapa beruntungnya jemaat Tesalonika, memiliki para pelayan Allah seperti mereka. Jemaat Tesalonika pun menyambut mereka dan menerima pelayanan pemberitaan Injil yang Paulus dan kawan-kawan lakukan dengan baik. Itulah sebabnya Allah memberkati jemaat Tesalonika. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Sebagai pelayan Allah, bagaimana sikap kita dalam melayani jemaat? (2) Bagaimanakah seharusnya sikap kita terhadap para pelayan Allah yang melayani kita? Berdoa agar para pelayan Tuhan, agar dimampukan untuk melayani jemaat dengan baik dan kita sebagai jemaat boleh mengalami pertumbuhan yang baik dan benar secara rohani.
15 SABTU
OKTOBER 2016
“Supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.” (1 Tesalonika 3:3)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 3:1-13 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 3
JANGAN GOYAH IMAN
A
da satu hal yang menjadi perhatian Paulus untuk datang kepada jemaat di Tesalonika. Ketika Paulus tidak mempunyai kesempatan untuk datang, maka dia segera mengirim Timotius lebih dulu untuk melihat kondisi jemaat di Tesalonika. Satu hal itu adalah iman jemaat Tesalonika. Paulus peduli agar iman mereka di dalam Kristus tetap teguh dan tidak goyah. Apa yang bisa membuat iman orang percaya goyah? Pada waktu itu, jemaat Tuhan di Tesalonika menghadapi kesusahan hidup yang cukup sulit. Kesusahan hidup ini bisa dalam wujud mereka mengalami penganiayaan, mereka difitnah sebagai orang percaya, atau mereka mengalami kesulitan dalam bekerja atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena iman mereka. Kesusahan hidup bisa membuat orang percaya goyah imannya dan menjauh dari Tuhan, pergi bahkan meninggalkan Tuhan. Kita sering mendengar bagaimana seseorang yang kecewa kepada Tuhan ketika kesusahan hidup yang berat melanda hidupnya. Bagaimana seseorang tidak mau lagi ke Gereja atau berdoa karena mulai meragukan kebaikan Tuhan karena kesusahan hidupnya. Kesusahan hidup yang dialami jemaat Tuhan pada masa ini bisa menggoyahkan imannya kepada Tuhan. Terlebih apabila Iblis si penggoda itu bermain-main di dalamnya untuk menjatuhkan mereka menjauh dari Tuhan. Ini yang dikuatirkan Paulus. Syukurlah, jemaat Tesalonika ditemukan Paulus tetap setia di dalam imannya yang terwujud di dalam kasih. Kesusahan hidup tidak membawa mereka menjauh dari Tuhan, tetapi justru tetap setia di dalam Tuhan. Inilah yang sebenarnya juga Tuhan inginkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Seperti Paulus dan Timotius, yang peduli pada jemaat Tesalonika, demikian pula kita. Kita belajar untuk peduli dan memperhatikan saudarasaudara seiman yang sedang dalam kesusahan hidup. Dengan demikian, kita boleh dipakai Tuhan untuk menjadi “perpanjangan tangan-Nya” yang menunjukkan kepada saudara seiman, bahwa Tuhan tidak meninggalkan mereka, apapun kondisi mereka. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Paulus harapkan dari jemaat Tesalonika? (2) Bagaimana kita tetap teguh dalam iman ketika dalam kesusahan sekalipun? Berdoa bagi jemaat Tuhan yang sedang dalam pergumulan kehidupan agar imannya tetap teguh dan dikuatkan; berdoa untuk orang Kristen, kiranya kita menjadi alat Tuhan yang menunjukkan kasih kepada sekeliling kita.
16
MINGGU “Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah ...” (1 Tesalonika 4:1) OKTOBER 2016
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 4:1-12 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 4
IMAN YANG NYATA DALAM KEHIDUPAN
D
alam bagian sebelumnya kita belajar tentang kerinduan dan nasihat Paulus agar jemaat Tesalonika tetap teguh dalam iman mereka kepada Kristus walaupun dalam kesusahan sekalipun. Pada bagian ini, Paulus melanjutkan nasihatnya agar iman mereka boleh nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan, Paulus mendorong mereka untuk makin lebih bersungguh-sungguh lagi hidup berkenan kepada Tuhan. Hal inilah yang akan menjadi kesaksian akan Tuhan Yesus bagi orang-orang yang belum mengenal Dia. Beberapa aspek kehidupan disinggung Paulus agar jemaat Tuhan menunjukkan kesaksian hidup yang baik di sana. Ini juga berlaku untuk kita yang adalah jemaat Tuhan pada masa kini. Beberapa aspek itu adalah halhal yang sehari-hari yang jika kita hidupi dengan berkenan kepada Tuhan, akan menjadi kesaksian iman yang baik. Pertama dalam pernikahan, jemaat diingatkan untuk tidak jatuh dalam percabulan tetapi menghormati pernikahan dan menjaga kekudusannya. Dunia tidak lagi melihat pernikahan sebagai milik Tuhan. Begitu mudah orang hidup bersama tanpa menikah, bahkan begitu mudah orang berani melangkah untuk bercerai. Tapi orang percaya diminta untuk menunjukkan imannya dengan menghormati dan menguduskan pernikahannya di dalam Tuhan. Kedua adalah memelihara ketenangan dalam hidup bersama orang lain. Jemaat Tesalonika menghadapi kesusahan hidup, salah satunya ialah kesusahan yang ditimbulkan oleh orang-orang yg tidak menyukai mereka. Tetapi justru dalam kondisi seperti itu mereka belajar untuk mengusahakan ketenangan hidup bersama. Artinya, orang Kristen jangan menjadi orang yang sengaja ingin mengundang keributan dan mengacaukan hidup bermasyarakat, sehingga orang Kristen akan dikenal sebagai orang yang sopan oleh mereka yang tidak percaya. Hal terakhir dalam bagian hari ini adalah dalam hal bekerja. Pekerjaan kita sehari-hari adalah salah satu cara untuk menunjukkan kesaksian hidup kita di dalam Tuhan. STUDI PRIBADI:(1) Apakah arti menunjukkan kesaksian hidup? (2) Dalam hal apa saja kita bisa menyatakan iman kita di dalam Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar memiliki hidup yang berkenan kepada Tuhan dalam kehidupan keseharian mereka, sehingga Tuhan dimuliakan melalui hidup mereka.
17 SENIN
OKTOBER 2016
“Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri.” (1 Tesalonika 5:4)
Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 5:1-11 Bacaan setahun: 1 Tesalonika 5
BERJAGA-JAGA
D
alam tiap zaman, selalu saja kita mendengar ada orang-orang yang menubuatkan kapan hari kedatangan Yesus yang kedua kali, tiba. Fenomena yang sama bisa kita jumpai pada masa surat ini ditulis. Rupanya ada orang-orang yang berusaha memprediksi hari kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, dengan harapan mereka tahu kapan mereka bisa mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya. Dengan kata lain, mereka berpikir bahwa sebelum hari itu, mereka bisa hidup sembarangan, dan baru bersiap-siap saat hari kedatangan itu sudah dekat. Paulus sekali lagi mengingatkan jemaat Tuhan bahwa bagi orangorang yang berpikir demikian, maka hari kedatangan Tuhan Yesus itu akan seperti pencuri yang mengejutkan mereka. Tetapi tidak demikian bagi anakanak Tuhan yang tidak hidup dalam kegelapan, melainkan dalam terang. Kapanpun Tuhan Yesus datang kedua kali, tidak lagi menjadi sesuatu yang mengejutkan dan menakutkan bagi kita. Melalui surat ini, kita diingatkan agar setiap saat kita bisa berjaga-jaga sebab hari kedatangan Tuhan Yesus itu, tidak ada seorangpun yang tahu. Setiap saat kita hidup dengan berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan (ayat 8). Janganlah seperti orang-orang dunia yang menikmati hidup dalam kegelapan. Saudara, mari kita mengintrospeksi diri kita, adakah selama ini kita sudah hidup sebagai anak-anak terang? Adakah perkataan dan sikap kita telah menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan Tuhan? Apakah dalam pekerjaan kita, kita sudah bersikap jujur, disiplin dan bertanggung jawab? Adakah kita memperlakukan karyawan kita, rekan kerja kita, majikan kita dengan baik? Adakah perkataan kita selama ini lemah lembut dan membangun orang lain? Adakah kita tetap berpegang pada iman kita, di tengah segala pergumulan dan kesulitan hidup? Singkatnya, adakah kita siap bila Kristus datang kedua kalinya hari ini? Adakah Ia akan menemukan bahwa kita setia dan hidup benar di hadapan-Nya, bila Ia datang hari ini? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa banyak orang terus memprediksikan hari kedatangan Tuhan Yesus? (2) Apa yang seharusnya kita lakukan dalam menantikan kedatangan-Nya? Berdoalah agar jemaat Tuhan bisa saling membangun hubungan yang erat dengan Tuhan, sambil menjaga agar hidupnya tetap kudus dan berkenan di hati Tuhan.
18 SELASA
“Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.” (2 Tes. 1:3) OKTOBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 1:3-18 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 1
SUKACITA SEORANG GEMBALA
S
ebagai seorang guru, sukacita terbesar adalah ketika mendengar bahwa murid yang pernah saya ajar bisa berhasil bukan saja secara akademis, tetapi juga keberhasilan dalam hidupnya, menjadi berkat dan memuliakan Tuhan. Saya rasa itu juga sukacita yang Paulus rasakan ketika mendengar bahwa jemaat yang ia layani semakin bertumbuh dalam imannya dan kasihnya. Iman yang dinyatakan melalui sikap yang nyata, dimana mereka tetap tabah dan kuat, sekalipun dalam penganiayaan dan penindasan; dan kasih yang secara nyata diwujudkan, bukan hanya di bibir saja, tetapi boleh dipraktikan dalam kasih terhadap sesama. Setiap pengajar atau gembala, tentu saja memiliki kerinduan dan juga sukacita yang sama, yakni bisa melihat bahwa anak-anak didiknya pada akhirnya berhasil melakukan sesuai dengan yang apa yang diajarkan. Ini juga menjadi kerinduan dan sukacita dari Gembala Agung kita, yakni Yesus Kristus, ketika kita, domba-domba-Nya bisa hidup seturut dengan iman dan kasih yang diajarkan dan dipraktikkan kepada kita. Jemaat yang dikasihi Tuhan, setelah sekian lama mengikut Tuhan, adakah hidup kita menyukakan hati Gembala Agung kita? Adakah kita bertumbuh dalam iman kita? Ataukah setelah sekian lama mengikut Tuhan, iman kita justru berada dalam kondisi stagnan, tidak bertumbuh? Kita tahu banyak tentang ajaran-ajaran Kristen, kita mengerti semua doktrin dan dogma, tetapi ketika diperhadapkan pada kesulitan dan tantangan hidup, ketika harus memilih antara iman dan keamanan/keuntungan diri, kita cenderung menyerah dan menurut pada nafsu kedagingan kita, pada tuntutan dunia yang tidak seturut dengan kebenaran Tuhan. Mari dengan pertolongan Roh Kudus, kita perbaharui hidup kita. Bila setiap minggu, bahkan setiap hari kita belajar Firman Tuhan, kita mengerti kerinduan hati Gembala Agung kita, Yesus Kristus, mari kita tidak berhenti hanya pada sekadar “tahu” saja, tapi kita sungguh bisa meneladani jemaat Tesalonika yang terus bertambah imannya dan kasihnya, bukan sekadar bertambah pengetahuannya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana jemaat Tesalonika menyatakan pertumbuhan iman dan kasih mereka? (2) Apa yang Tuhan harapkan, menjadi pelaku firman-Nya, atau tahu saja? Berdoalah agar jemaat Tuhan mempunyai kerinduan bukan hanya sekadar belajar Firman Tuhan, tapi terlebih untuk mempraktikkan dan menghidupi Firman Tuhan dalam hidupnya.
19 RABU
OKTOBER 2016
“… sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.” (2 Tesalonika 2:13b)
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 2:13-17 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 2
KITA DIPILIH
A
pabila kita memperoleh keselamatan, itu karena siapa? Adakah manusia turut ambil bagian dalam memperoleh keselamatan? “Oh benar, kan saya yang memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya. Jika saya tidak mau menerima, ya tidak akan terjadi apa-apa. Bagian Allah adalah menawarkan keselamatan, bagian manusia adalah memilih, untuk menerima atau tidak.” Itu adalah pandangan yang keliru teantang keselamatan! Paulus berulang kali menyatakan bahwa keselamatan yang kita peroleh itu bukanlah usaha manusia, tidak ada “jasa” manusia sama sekali. Keselamatan itu adalah sepenuhnya pemberian Allah (Ef. 2:8). Dalam bacaan kita hari ini, Paulus juga menyatakan bahwa dari mulanya Allah yang telah memilih kita untuk diselamatkan, bukan kita yang memilih untuk diselamatkan. Mengapa demikian? Karena manusia sudah berdosa dan cenderung untuk memberontak dan menolak Allah. Bagaimanakah kondisi manusia yang seperti ini bisa memilih Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat hidupnya? Jika demikian, bagaimana kita bisa percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita? Roh Kuduslah yang berperan, Roh Kuduslah yang membuat kita mengerti kebenaran bahwa kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk menyelamatkan kita. Roh Kudus yang membuat kita percaya bahwa Yesus lah satu-satunya jalan keselamatan. Dan Roh Kudus lah yang menggerakkan kita untuk akhirnya menerima anugerah keselamatan itu. Lalu apa yang harus kita lakukan setelah kita dipilih untuk memperoleh anugerah keselamatan? (1) Bersyukurlah dan berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah memilih kita, menyelamatkan kita tanpa syarat apapun. Janganlah kita menyombongkan diri dengan alasan karena “kebaikan” kitalah maka Tuhan memilih kita. (2) Hiduplah dengan berpegang teguh pada kebenaran firman Tuhan yang telah kita terima. Dengan demikian, kita akan menjadi umat Tuhan yang dewasa dalam iman dan pengharapan kita kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana manusia dapat memperoleh keselamatan dari Allah? (2) Apa yang harus dilakukan setelah seseorang memperoleh keselamatan? Berdoalah bagi setiap generasi muda agar mereka hidup takut akan Allah dan menjadi teladan dalam kehidupan bagi rekan-rekan mereka serta teguh dalam kebenaran firman Tuhan.
20
KAMIS
OKTOBER 2016
“Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tesalonika 3:10)
Bacaan hari ini: 2 Tesalonika 3:1-15 Bacaan setahun: 2 Tesalonika 3
TIDAK MAU BEKERJA, JANGAN MAKAN!
P
emberitaan tentang hari kedatangan Tuhan, rupanya juga direspons keliru oleh sebagian jemaat di Tesalonika. Ada yang beranggapan percuma saja bekerja karena Tuhan akan segera datang, sehingga mereka tidak mau bekerja. Ada juga yang tidak mau bekerja tetapi sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (hal-hal yang memuaskan keinginan mereka saja, ay.11). Karena itu, Paulus mengingatkan, dalam menyikapi tentang hari kedatangan Tuhan, mereka harus tetap tenang melakukan pekerjaannya. Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna. Paulus bahkan dengan tegas mengatakan: “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Artinya, jika orang yang tidak mau bekerja dan ia tidak punya uang untuk makan atau untuk kebutuhan hidup lainnya, janganlah ia meminta-minta kepada orang yang bekerja. Karena itu artinya ia tidak bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan melimpahkan tanggung jawab pemenuhan kebutuhan hidupnya pada orang lain. Paulus sendiri memberikan teladan dengan bekerja keras siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun sebenarnya ia berhak mendapatkannya dari pelayanannya (ay.7-9). Peringatan Paulus di sini bukanlah untuk orang yang memang tidak bisa bekerja karena sakit atau karena kondisi-kondisi tertentu. Justru untuk orang-orang yang memang tidak bisa bekerja dan membutuhkan bantuan, Paulus mengingatkan untuk membantunya. Saat ini, ada orang yang tidak mau bekerja. Mungkin bukan dengan alasan menantikan kedatangan Tuhan, tapi karena ia malas bekerja, tidak mau bersusah payah, hanya ingin melakukan apa yang menyenangkan dirinya saja. Kepada orang yang semacam ini haruslah kita menyikapinya dengan bijaksana. Paulus mengingatkan untuk menjauhi dan tidak bergaul dengan mereka, ini sebagai salah satu bentuk peringatan kepada mereka. Namun kita tidak menganggap mereka sebagai musuh yang harus dibenci, sebaliknya sebagai saudara yang perlu ditegur dengan kasih agar bertobat dari kemalasannya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sikap kita terhadap orang yang tidak mau bekerja? (2) Bagaimanakah sikap kita terhadap orang yang tidak bisa bekerja? Berdoalah agar setiap jemaat Tuhan mau bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kiranya Tuhan memberkati setiap pekerjaan mereka.
21
JUMAT
OKTOBER 2016
“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan diantara mereka akulah yang paling berdosa.” (1 Timotius 1:15)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 1:12-17 Bacaan setahun: 1 Timotius 1
AKU ORANG BERDOSA
D
ikisahkan dalam kitab Kisah Para Rasul, bahwa sebelum bertobat, Paulus adalah seseorang yang dengan kejam menganiaya orang Kristen. Kejahatannya yang amat sangat terhadap umat Allah menyebabkan dia ditakuti oleh banyak orang Kristen. Dalam Kisah Para Rasul 9:1-19, Allah menunjukkan kemurahan dan kesabaran kepadanya dengan memberi kesempatan kepadanya untuk bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan. Kemurahan Allah kepada Paulus memberikan kepadanya semangat untuk memberitakan Injil kepada orang lain. Mengakui kelemahan dan kesalahan diri bukanlah sesuatu yang mudah bagi siapapun. Namun bagi seorang Paulus, sekalipun dia memiliki kedudukan dan pendidikan tinggi, pengenalannya akan Kristus membuat dirinya sadar betapa kotornya dia di hadapan Tuhan. Ketika seseorang semakin mengenal Kristus, ia akan semakin mengenal dirinya sendiri dan kedudukannya di hadapan Kristus. Ketika seseorang semakin mengenal Kristus, ia akan semakin hidup meninggikan Kristus. Inilah yang terjadi dalam kehidupan Paulus. Ketika Paulus semakin mengenal Kristus, ia semakin meninggikan salib Kristus dan menaikkan segala pujian bagi Tuhan. Pengenalan akan Kristus membuat rasul Paulus semakin rindu meninggikan Dia di dalam kehidupannya. Sebagai umat Tuhan, marilah kita bertumbuh dalam kehidupan rohani yang selalu menaikkan pujian dan penyembahan bagi Tuhan kita. Kita harus waspada! Ketika ego dan kebanggaan diri mengambil alih, maka biasanya kerinduan meninggikan Tuhan akan berkurang. Sebaliknya, ketika kerinduan meninggikan Tuhan bertambah, kita akan semakin merendahkan diri di hadapan salib Kristus. Kiranya hari ini kita belajar untuk semakin mengevaluasi diri dan bukannya berbangga diri terhadap segala pencapaian ataupun keberhasilan kita. Karena, hanya oleh kemurahan dan kesabaran Allah saja sebenarnya kita beroleh anugerah keselamatan dan kesempatan untuk melayani Tuhan, Raja di atas segala raja. Bersyukurlah kepada Tuhan atas kasih-Nya! Amin. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah kehidupan Paulus sebelum mengenal Tuhan Yesus? (2) Bagaimana kehidupannya setelah ia menjadi murid Tuhan? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai kehidupan yang Tuhan telah berikan sebagai murid-Nya dengan hidup berkenan kepada-Nya dan membenci dosa.
22
SABTU
OKTOBER 2016
“...orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas …” (1 Timotius 2:8-9)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 2:1-15 Bacaan setahun: 1 Timotius 2
IBADAH KEPADA TUHAN
I
badah bukanlah pilihan, karena itu Paulus menegaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam ibadah bersama. Pertama, berkaitan dengan doa yang tidak egois. Hal-hal yang secara khusus dibahas oleh Paulus adalah: permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang. Dalam doa jemaat, ada doa untuk pemerintah dan doa untuk orang-orang yang belum percaya. Doa meminta kehidupan yang tenang dan tenteram ini merupakan penerapan dari prinsip bahwa Injil ditujukan bagi semua manusia (ay. 6). Injil mengungkapkan kehendak Allah untuk menyelamatkan semua orang (ay. 4). Dengan berdoa bagi para pemimpin, kiranya kabar baik itu dapat disebarkan seluas-luasnya dan agar setiap orang percaya hidup dengan saleh dan penuh penghormatan, sehingga bisa menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain. Kita berdoa agar para pemimpin dan warga bangsa ini dapat mengalami dan menerima anugerah keselamatan Allah. Kedua, Paulus menegaskan mengenai penampilan seorang yang datang beribadah. Seorang yang beribadah seharusnya menunjukkan kesederhanaan dan kesopanan yang dapat diterima dalam budaya dimana dia tinggal. Dan bukan hanya mengatur tentang penampilan pria, tapi juga wanita. Keduanya mendapatkan sebuah tuntutan yang sama, yaitu datang beribadah dengan kesungguhan. Bagi wanita diharapkan untuk tidak datang dengan kemewahan. Dalam bagian ini, wanita disadarkan bahwa yang dituntut untuk menaati firman Tuhan bukan hanya pria, namun juga wanita sehingga mereka diminta untuk belajar dan menerapkan kebenaran Allah, agar hidup mereka menunjukkan kesalehan lebih daripada hiasan pada pakaian maupun rambut. Mengapa wanita dilarang mengajar? Dalam konteks keluarga patriarkal orang Yahudi, pria adalah imam dan pemimpin utama dan mereka juga adalah yang diajar secara khusus mengenai kewajiban-kewajiban agama. Namun pada masa kini, wanita yang sudah diperlengkapi dan menunjukkan kehidupan yang baik pun dapat mengajar dimana diperlukan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah ibadah kepada Tuhan memiliki aturannya sendiri atau sesuka pilihan kita? (2) Bagaimana perilaku umat Tuhan dalam beribadah? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar dalam ibadahnya kepada Tuhan, mereka melakukannya dengan kesopanan, selayaknya seorang yang takut akan Tuhan dan menghormati-Nya.
23
MINGGU
OKTOBER 2016
“Benarlah perkataan ini: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” (1 Timotius 3:1)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 3:1-7 Bacaan setahun: 1 Timotius 3
KUALIFIKASI SEORANG PEMIMPIN
B
agian ini [Pasal 3:1-7] merupakan bagian dari nasihat rasul Paulus kepada Timotius, sebagai seorang pemimpin muda yang melayani di Gereja Efesus. Sebagai mentor dari Timotius, Paulus menasihatkan bagaimana Timotius yang adalah pemimpin muda pada saat itu dapat memilih para pemimpin gereja untuk dapat melayani bersama. Paulus mengharapkan agar Timotius dapat memilih pemimpin gereja yang dapat menjadi teladan. Oleh karena itu, kualifikasi ini menjadi hal yang penting. Pemimpin yang melayani gereja haruslah: seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Apabila seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis (ayat 2-7). Dengan kualifikasi yang demikian lah, diharapkan bahwa Gereja di Efesus dapat memiliki pemimpin dengan kualifikasi rohani yang baik, juga dapat memimpin jemaat dengan baik. Memang idealnya seorang pemimpin gereja haruslah mempunyai kualifikasi rohani yang demikian. Namun di dalam kenyataan hari ini, banyak gereja memilih dan mengangkat pemimpin yang tidak memiliki beberapa kualifikasi sebagaimana yang tercatat di dalam 1 Timotius 3:1-7 ini. Itu sebabnya tidak heran kita melihat dan mendengar banyak pemimpin gereja jatuh ke dalam dosa. Banyak gereja menjadi terpecah satu dengan yang lainnya, karena pemimpin yang tidak rohani. Oleh karena itu, apa yang dituliskan Paulus kepada Timotius menjadi hal yang penting untuk gereja pikirkan dan gumulkan. Gereja harus memilih pemimpin dengan kualifikasi rohani yang baik, agar dapat memimpin dan menggembalakan jemaat Tuhan dengan baik pula. STUDI PRIBADI: (1) Seperti apakah kualifikasi pemimpin gereja yang baik menurut Paulus? (2) Mengapa kita harus memiliki pemimpin gereja yang baik? Berdoalah bagi gereja Tuhan agar dapat memilih pemimpin gereja dengan kualifikasi rohani yang baik, sehingga gereja ini dapat dibawa untuk lebih mengenal Kristus dan Firman-Nya.
24
SENIN
OKTOBER 2016
“… terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.” (1 Timotius 4:6)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 4:1-10 Bacaan setahun: 1 Timotius 4
MENGHADAPI AJARAN SESAT
S
alah satu tantangan di dalam kehidupan kekristenan kita adalah menghadapi berbagai ajaran sesat. Banyak ajaran sesat yang berkembang dan mempengaruhi iman kepada Yesus Kristus. Salah satunya mengenai kedatangan Yesus Kristus untuk kedua kalinya. Harold Camping, seorang penyiar radio Kristen kota New York, dalam suatu siaran radio menyatakan bahwa Yesus akan datang kembali pada 21 Mei 2011. Ini adalah hari kiamat. Banyak respons yang muncul setelah siaran radio ini. Namun ini diyakini sebagai ajaran sesat. Dalam suratnya 1 Timotius 4 ini, Paulus menasihati Timotius tentang maraknya berbagai ajaran sesat yang muncul saat itu. Paulus menuliskan: “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka. Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran” (ay. 1-3). Paulus mengingatkan, sebagai pemimpin gereja, Timotius harus mengingatkan jemaat akan berbagai ajaran sesat itu. Mengapa hal itu penting untuk dilakukan? Karena: (a) Ini adalah tugas seorang pemimpin gereja. Paulus menuliskan kepada Timotius, Ia adalah seorang pelayan Kristus dan terdidik di dalam soal-soal pokok iman dan ajaran sehat (ay. 6); (b) Ini adalah perjuangan seorang pemimpin gereja untuk tetap berjuang dan setia kepada pengharapan imannya. Paulus menuliskan kepada Timotius, “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (ay. 10). Karena itu, hendaklah seorang pemimpin gereja berani mengingatkan jemaat akan ajaran sesat dan bahayanya. Jika pemimpin telah melakukan ini, maka ia telah melakukan tugasnya dan telah berjuang untuk membawa jemaat setia kepada pengharapan imannya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan seorang pemimpin gereja memperingatkan jemaat tentang bahaya ajaran sesat? (2) Mengapa ajaran sesat perlu diwaspadai? Berdoalah bagi para pemimpin gereja Tuhan agar diberikan kepekaan untuk melihat dan mencermati berbagai bentuk ajaran sesat yang muncul dan mempengaruhi kehidupan jemaat saat ini.
25
SELASA
OKTOBER 2016
“… Jagalah kemurnian dirimu.” (1 Timotius 5:22)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 5:1-25 Bacaan setahun: 1 Timotius 5
MENGHORMATI TANPA SYARAT
C
ara kita menghormati, berelasi, atau menasihati sesama jemaat dari “golongan usia” atau “jabatan” yang dimiliki di gereja, tentu berbeda. Menarik sekali, Paulus memberikan panduan yang lengkap. Ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari bagian ini: Pertama, menegur dalam kasih dan kemurnian. Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menuliskan dalam ayat 1a, “Janganlah engkau memarahi dengan keras orang yang lebih tua daripadamu melainkan ajaklah dia mendengarkan kata-katamu seolah-olah ia bapakmu.” Pada saat menegor orang yang lebih tua, tidak seharusnya kita “memarahi dengan keras,” sekalipun orang tersebut memiliki kesalahan. Melainkan kita mendorongnya dan menguatkannya untuk berbuat atau bersikap yang baik (BIS: “mengajak untuk mendengarkan kata-katamu”). Teguran yang kita berikan harus didasari oleh kemurnian (ay. 2). Kemurnian yang didasari oleh kerinduan agar orang yang kita tegur bisa berubah semakin serupa dengan Kristus di dalam hidupnya. Tidak terkecuali kepada para hamba Tuhan (ay. 17), kita pun perlu mengingatkannya dengan penuh kemurnian (ay. 22) dan tanpa memihak (ay. 21), agar mereka yang bersalah bisa kembali memiliki hidup yang benar di hadapan Tuhan dan juga di hadapan jemaat. Kedua, tepat sasaran (ay. 3-5, 17-19). Apabila jemaat berniat untuk membantu para janda, kiranya bantuan diberikan kepada para janda yang memang membutuhkan. Janda yang memang sebatang kara (ay. 5) dan tidak memiliki sanak-saudara, dan yang sudah berusia 60 tahun (ay. 9), serta memiliki kesaksian hidup yang baik (ay. 10). Kepada hamba Tuhan, yang berkhotbah dan mengajar (ay. 17), mereka pun diberikan upah yang selayaknya dan sepantasnya. Apabila semua keteraturan ini dipraktikan dengan baik, maka relasi kehidupan antar jemaat niscaya terjalin sangat indah. Pertanyaannya, bagaimanakah dengan kita hari ini? Sudahkah kita sebagai jemaat Tuhan, bersikap hormat kepada sesama anggota tubuh Kristus dari golongan usia, maupun jabatan yang berbeda? STUDI PRIBADI: (1) Siapakah saudara/i seiman kita, yang sulit kita hormati di kalangan jemaat? (2) Apa yang bisa kita lakukan agar kita dapat belajar menghormatinya? Berdoalah agar jemaat Tuhan saling menghormati satu dengan yang lain (termasuk kepada pemimpin gereja dan juga hamba Tuhan), dengan jalan menegur sesama saudara/i seiman dalam kasih dan kemurnian.
26
RABU
OKTOBER 2016
“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman ...” (1 Timotius 6:10)
Bacaan hari ini: 1 Timotius 6:6-16 Bacaan setahun: 1 Timotius 6
CINTA KEPADA “SIAPA”?
A
pakah artinya “cinta uang”? Apakah “ingin menjadi kaya” itu salah menurut firman Tuhan. Seseorang yang “cinta uang” dan “ingin kaya,” standar hidupnya hanya satu, yaitu uang. Dia rela melakukan kejahatan, kecurangan dalam pekerjaan, menindas sesamanya, demi untuk mendapatkan uang (ay. 9). Seseorang yang “cinta uang” berarti menyerahkan dirinya kepada uang dan mengabdikan dirinya kepada uang dengan seluruh afeksi dan emosinya. Dia rela mengorbankan apa saja demi uang, termasuk menyangkal imannya (ay. 10) hanya untuk menjadi kaya. Tetapi sesungguhnya, dia sedang menyiksa dirinya dan membuat dirinya berduka, bukan untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Hal ini kontras sekali dengan perintah Tuhan Yesus dalam Matius 22:37 dan 39 dan apa yang dikatakan Mazmur 73:25. Untuk mencegah agar supaya tidak jatuh kepada “cinta uang” dan “ingin menjadi kaya,” maka kita bisa: (1) belajar mencukupkan diri dalam segala hal (ay. 6-8). Gaya hidup mencukupkan diri dalam segala hal merupakan bagian dari ibadah kepada Allah. Ketika belajar mencukupkan diri, kita sedang menyembah Allah dan mengatakan bahwa apa yang diberikan Allah itu cukup bagi kita. (2) Mengejar nilai-nilai Kerajaan Sorga (ay. 11-12). Milikilah karakter yang mencerminkan keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan juga kelembutan. Selain itu, teruslah mengejar iman yang benar sesuai dengan Alkitab, iman yang makin mengakar kepada firman Tuhan dan bertumbuh di dalam firman Tuhan. Fokuskan hidup kita pada pengharapan hidup yang kekal, yang Allah berikan dalam Kristus Yesus. Bagaimana dengan kita hari ini? Apakah kita kuatir akan segala hal, sehingga memandang uang sebagai segala-galanya? Marilah kita kembali kepada nasihat firman Tuhan ini dan peganglah janji Tuhan. Apabila kita mengutamakan Tuhan, dan hidup benar sesuai firman-Nya, serta bekerja keras dalam kejujuran, Tuhan akan berkenan memberkati dan menolong kita. Kasihilah Tuhan, bukan yang lain, sebab Ia adalah Tuhan atas hidup kita! STUDI PRIBADI: (1) Apakah keinginan menjadi kaya itu salah? (2) Bagaimana kita dapat menjaga diri, agar tidak jatuh cinta akan uang, tetapi boleh hidup memuliakan Tuhan? Berdoalah agar anak-anak Tuhan belajar mencukupkan diri dalam segala hal, mencari Kerajaan Sorga sebagai yang terutama dalam hidup ini dan menjaga diri agar tidak jatuh ke dalam “cinta uang”.
27
KAMIS
OKTOBER 2016
“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu.” (2 Timotius 1:6)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 1:3-18 Bacaan setahun: 2 Timotius 1
MENJADI PENGIKUT KRISTUS
P
ada umumnya, kekristenan mempunyai dua kelompok besar yang dapat kita jumpai, yaitu: “penggemar Kristus” dan “pengikut Kristus.” Perbedaannya akan sangat sulit untuk ditemui jika keadaan mereka baik-baik saja, namun perbedaan akan terlihat sangat jelas jika ada hal yang membuatnya menderita, ada tanggung jawab, atau misi yang harus dikerjakan. Pada umumnya, seorang penggemar Kristus aktif hadir dalam berbagai macam pertemuan, namun jika terdengar bahwa ada tanggung jawab yang harus mereka bawa, mereka tidak akan ragu-ragu untuk meninggalkan apa/siapa yang digemarinya. Berbeda dengan seorang pengikut Kristus. Pengikut Kristus adalah seorang yang aktif hadir, baik suka maupun duka. Tidak jarang di antara mereka yang bahkan siap untuk kehilangan nyawanya demi pemberitaan Injil. Mengapa? Dalam Surat ini, Paulus mengatakan bahwa Paulus bersyukur kepada Allah atas iman Timotius yang tulus ikhlas. Paulus mengajak Timotius untuk tidak hanya menjadi penggemar Kristus. Paulus mengingatkan Timotius untuk tetap setia menjadi pengikut Kristus (ay. 6). Seorang pengikut Kristus mempunyai tanggung jawab dalam memberitakan Injil. Seorang pengikut Kristus adalah seorang yang tidak malu menjadi tahanan penjara karena Injil. Bukan karena kekuatannya menahan semua pendertiaan tersebut, tetapi karena kekuatan Allah yang memampukannya (ay. 7-8). Firman Tuhan pada hari ini, mengingatkan bahwa kita dipanggil bukan untuk menjadi penggemar Kristus, melainkan menjadi pengikut Kristus. Seorang Pengikut Kristus bukan sekadar aktif datang ke gereja setiap Minggu, melainkan aktif dalam tanggung jawab memberitakan Injil, bahkan siap untuk menderita bagi-Nya. Memberitakan Injil bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah panggilan bagi setiap pengikut Kristus sejati. Biarlah Allah yang memanggil kita untuk memberitakan Injil Allah yang sama juga memberikan kita kekuatan untuk menjalankannya. Karena itu, janganlah malu bersaksi untuk Tuhan kita! STUDI PRIBADI: (1) Apa perbedaan antara “penggemar Kristus” dan “pengikut Kristus”? (2) Manakah yang sering kali terlihat dalam kehidupan orang Kristen? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak mengakui Kristus sebagai Tuhan, tetapi cara hidupnya ternyata tidak demikian. Doakan agar mereka menjadi murid-murid Kristus yang sejati.
28
JUMAT
OKTOBER 2016
“Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Timotius 2:1)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 2:1-7 Bacaan setahun: 2 Timotius 2
PEMBERITA INJIL
M
emberitakan Injil adalah salah satu pekerjaan yang tidak mudah bagi setiap orang. Akan lebih sulit apabila penderitaan menekan kehidupan mereka. Itulah yang dialami oleh Timotius pada saat itu. Sebab itu, Paulus memberikan semangat kepada Timotius untuk menjadi kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus (ay. 1). Paulus mengingatkan bahwa ada kekuatan yang Tuhan berikan kepadanya untuk menjalankan Amanat Agung ini. Paulus juga menyarankan agar tugas pemberitaan Injil ini tidak dilakukan oleh seorang diri (ay. 2). Paulus mengingatkan Timotius agar Injil tidak menjadi rahasia pribadi, tapi menjadi tongkat estafet dimana setiap orang mengambil bagian menyebarkan Injil tersebut. Paulus memberikan tiga ilustrasi menjadi seorang Pemberita Injil: (1) seorang pemberita Injil digambarkan seperti seorang prajurit. Dalam situasi peperangan, para prajurit tidak disarankan untuk mementingkan egonya masing-masing. Setiap mereka memiliki fokus yang sama, yaitu perintah komandan. Apabila komandan memberi perintah A, maka yang harus dilakukan oleh prajurit adalah menurutinya, tanpa ada tawar-menawar. Terlebih, seorang prajurit dituntut agar kehidupannya berkenan kepada komandannya; (2) seorang pemberita Injil, digambarkan seperti seorang olahragawan. Pada bagian ini Paulus ingin menekankan bahwa pelayanan seorang pemberita Injil harus taat dengan peraturan yang ada. Peraturan mereka harus menyangkal diri, menanggung penderitaan dan bertahan sampai akhirnya; (3) seorang pemberita Injil digambarkan seperti seorang petani. Jika seorang petani ingin memanen buahnya, maka perlu ada kerja keras untuk menabur dengan tekun benih Injil dan menyiraminya dengan Firman Tuhan sesering mungkin. Ketiga ilustrasi ini memberikan kepada kita sebuah gambaran yang lengkap, bahwa tidak mudah untuk menjadi seorang pemberita Injil. Tetapi Paulus terus-menerus mengingatkan kepada Timotius dan kepada setiap kita, bahwa Tuhan akan memberi pengertian dalam segala sesuatu untuk menolong kita (ay. 7). STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menjadi tantangan dan penghiburan bagi kita, ketika kita menjalankan pemberitaan Injil Tuhan? (2) Renungkan kembali pengalaman Anda! Berdoa bagi misionaris dan jemaat Tuhan yang terlibat dalam pemberitaan Injil secara aktif agar mereka tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan, tetapi tetap percaya kepada tuntunan Tuhan.
29
SABTU
OKTOBER 2016
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” (2 Timotius 3:14)
Bacaan hari ini: 2 Timotius 3 Bacaan setahun: 2 Timotius 3
HIDUP DI AKHIR ZAMAN
F
irman Tuhan sering mengingatkan kita agar siap menghadapi akhir zaman. Ada tiga ciri manusia yang hidup di akhir zaman. Pertama adalah menuruti hawa nafsu dan menjadi hamba uang (ay. 2, 4). Ini berarti, orang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai kenyamanan dan kekayaan hidup, sekalipun harus menggunakan cara yang bertentangan dengan kehendak Allah. Kedua adalah kerohanian semu (ay. 5-7). Hal ini menunjukkan bahwa ibadah seseorang tidak mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Sering kali firman Tuhan yang didengar tidak dipraktikan dalam kehidupannya, sehingga sikap dan perbuatannya tetap menunjukkan pemberontakan kepada Allah dan mengutamakan keinginan dirinya sendiri. Ketiga adalah moralitas rusak (ay. 3). Yanes dan Yambres ada di antara para ahli sihir Israel, bersama-sama menentang Musa dan Harun ketika mereka keluar dari Mesir. Mereka meniru mukjizat yang dilakukan Musa, namun dengan kekuatan jahat. Oleh karena itu, Paulus mengharapkan hal yang berbeda dari Timotius (1Tim. 3:10). Paulus menasihatkan Timotius untuk memegang semua kebenaran dan mendasarkan kehidupannya kepada firman Tuhan. Hal itu tidak hanya ditujukan kepada Timotius, namun juga setiap orang percaya. Dengan menyadari kecenderungan cara hidup manusia di akhir zaman, bukan berarti hal itu menjadi suatu kesempatan bagi kita untuk juga terjerumus dalam gaya hidup yang sama. Jadi bagaimanakah seharusnya orang percaya hidup? Warren Wiersbe menyarankan 3 (tiga) hal ini, yaitu: mempersiapkan diri agar tetap waspada terhadap cara hidup yang salah, mengikuti teladan yang benar sehingga tidak mudah ikut-ikutan dengan trend yang salah, dan mempelajari Alkitab dengan tekun. Bagaimanakah dengan Anda hari ini? Apakah kita sedang mengerjakannya? Cara hidup orang percaya seharusnya berada di seputar kebenaran firman Tuhan, sehingga akibatnya adalah, tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah seharusnya orang Kristen hidup sebagai umat Tuhan di akhir zaman ini? Jelaskan! (2) Bagaimana dengan kehidupan Anda saat ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak mengikuti arus pengaruh kehidupan zaman ini, tetapi sebaliknya mereka tetap taat dan hidup saleh dalam Tuhan Yesus kristus.
30
MINGGU
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” OKTOBER 2016 (2 Timotius 4:5) Bacaan hari ini: 2 Timotius 4:1-22 Bacaan setahun: 2 Timotius 4
TUGAS INJIL
D
i tengah tantangan kehidupan manusia pada akhir zaman ini, seorang manusia yang sudah percaya kepada Kristus bukan hanya mempelajari kebenaran firman Tuhan, namun juga menyelesaikan tugas pelayanannya di dunia ini. Apabila kita sungguh-sungguh berusaha melakukan firman Allah dalam hidup kita, maka kita pasti akan selalu siap memberitakan firman Allah kepada orang lain. Dalam 2 Timotius 4:5, Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar terus memberitakan Injil. Berita Injil adalah bagian firman Allah yang paling diperlukan manusia, yaitu kabar baik tentang Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Berita Injil inilah yang memungkinkan seorang pendosa yang mempercayai Yesus Kristus mengalami perubahan hidup, menjadi manusia baru di dalam Kristus. Apabila kita telah menjadi manusia baru, Roh Kudus mendorong kita untuk menyampaikan kabar baik itu kepada dunia yang berdosa. Ada empat alasan bagi kita tetap dikuatkan untuk melayani dalam pemberitaan Injil Tuhan, yaitu: (1) bahwa Kristus akan segera datang; (2) pemurtadan akan terjadi, (3) pertandingan akan segera diakhiri, dan (4) pertolongan akan segera datang. Keempat hal itu membuat pelayanan pemberitaan Injil menjadi sesuatu yang sangat “urgent”. Saat ini, walaupun ada berbagai hambatan dalam hidup, kesempatan untuk memberitakan Injil masih terbuka. Apabila kita sungguh-sungguh menginginkan agar kehendak Allah terlaksana melalui kehidupan kita, maka kita harus memakai setiap kesempatan yang ada, bukan untuk hidup bagi diri kita sendiri, tetapi bagi kerajaan Allah di muka bumi ini. Mulailah dengan mendoakan orang-orang yang akan kita Injili; kemudian jalinlah relasi yang baik dengan mereka, dan kabarkanlah berita Injil dengan kasih dan hikmat. Jika kita belum mendapatkan buah pemberitaan Injil yang kita lakukan, janganlah kita menjadi putus asa. Kerjakanlah tugas Anda dengan setia. Kiranya Tuhan menguatkan Anda untuk menyelesaikan tugas pelayanan ini. STUDI PRIBADI: (1) Apa saja tanda-tanda dari akhir zaman? (2) Apa saja pula yang harus kita lakukan, sebelum Kristus datang untuk kedua kalinya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat menggunakan waktu atau kesempatan hidup mereka bukan untuk melakukan dosa, melainkan untuk mengerjakan terang melalui kesaksian hidup mereka.
31 SENIN
OKTOBER 2016
“Dan berpegang pada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasehati orang berdasarkan ajaran itu …” (Titus 1:9)
Bacaan hari ini: Titus 1:5-9 Bacaan setahun: Titus 1
KRITERIA PEMIMPIN GEREJA
D
alam penjabaran Surat Roma dan Surat Efesus, Paulus terlebih dulu menjabarkan doktrin dasar iman Kristen, kemudian disusul dengan ajaran praktis kehidupan Kristen. Pola ini menunjukkan bahwa doktrin harus menjadi landasan dan di atas dasar doktrin yang benar, orang percaya membangun kehidupan praktis kesehariannya. Tetapi ketika Paulus menyampaikan kriteria tentang pemimpin gereja, baik sebagai penatua atau penilik (1Tim. 3:1-7); yang dia tekankan adalah kesaksian hidup dan bukan pengajaran atau doktrin. Yang menjadi kriteria utama bagi seorang penatua, bukan bagaimana pemahaman doktrinnya, tapi bagaimana kesaksian hidupnya secara nyata. Perilakunya, tutur katanya, kejujurannya, kebajikannya, keasliannya, semua itu harus teruji; nyata terlihat dan teralami oleh orang lain. Cara Paulus menyampaikan seperti itu, memberikan suatu penekanan bahwa tidak ada banyak manfaatnya orang mengaku memiliki pemahaman teologia yang benar, yang paling alkitabiah. Lebih penting dari pada pengakuan tentang apa yang dimengerti, adalah buahnya yang hidup, yang bisa dilihat oleh siapa saja. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka (Mat. 7:20). Sejak zaman Rasuli sampai sekarang, Gereja terus terjebak dalam segmentasi aliran menurut pemahaman teologi masing-masing. Alih-alih menyadari keterbatasan diri untuk memahami kebenaran secara lengkap dan sempurna, masing-masing kelompok malah terjebak dalam pembenaran diri, merasa bahkan mengklaim bahwa pemahamannya lah yang lebih benar atau paling benar. Dan di dalam usaha untuk meneguhkan supremasi kelompok, orang melupakan sama sekali panggilan hidupnya yang paling utama; menyaksikan karya keselamatan Yesus Kristus yang merubah hidupnya, dari tanah liat yang tidak berguna, menjadi terang dan garam dunia. Gereja bukan hanya membutuhkan pemimpin yang memiliki pemahaman teologia yang benar saja, tetapi pemimpin yang memiliki kesaksian hidup yang baik dan benar, yang nyata dilihat orang. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kriteria seorang pemimpin rohani menurut firman Tuhan? (2) Bagaimana para pemimpin rohani di gereja Anda, sudahkah memenuhi kriteria itu? Doakan para pemimpin gereja agar mereka memperhatikan pengajaran dan kesaksian hidup mereka, sehingga kebenaran yang dikatakan adalah kebenaran yang dihidupi juga.
“Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” (Kolose 3:3)
Getty (indy100.independent)