|
241
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 241 | MEI 2016
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." [Efesus 2:10]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 241: Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Hendry Heryanto, Ie David Ivan Kwananda, Kango Lukito, Liem Sien Liong Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Bekerja Bagi Tuhan
D
alam sejarah inkarnasi Allah Anak (Yesus Kristus), Ia telah memakai hidup-Nya untuk mengerjakan misi Allah Bapa untuk menyelamatkan umat-Nya, dan Ia telah menyelesaikannya dengan sempurna sampai di atas kayu salib. Itulah sebabnya Ia berkata: “Sudah Selesai” (Yoh. 19:30); suatu frase yang menegaskan, bahwa karya keselamatan itu telah genap. Sekarang kita menantikan kedatangan-Nya yang kedua. Sembari menantikan-Nya, apa yang sedang Anda kerjakan? Apakah Anda hidup untuk diri sendiri, atau berusaha meneladani Tuhan Yesus? Kita ditebusnya bukan untuk bersantai dan hidup bagi diri sendiri. Sama seperti Ia mengerjakan kehendak Bapa, maka kitapun yang telah dipilih-Nya harus mengerjakan dan melanjutkan pekerjaan-Nya, yaitu memberitakan kabar keselamatan dari Dia dan di dalam Dia. Gunakanlah kesempatan waktu yang Anda miliki sebelum Dia datang kembali; atau kita yang mendahului datang kepada-Nya? Hidup orang Kristen bukan soal berapa lama tinggal dalam dunia ini, melainkan bagaimana kita hidup dan menggunakan kehidupan kita bagi kemuliaan-Nya atau mengerjakan misi-Nya. Karena itu marilah kia bekerja bagi Dia, yang telah menebus dan menyelamatkan kita.
Selamat Hari Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, Tunaikanlah tugas kita sampai Ia datang kembali, Amin.
01 MINGGU
MEI 2016
“Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.” (Lukas 21:35)
Bacaan hari ini: Lukas 21:20-38 Bacaan setahun: Lukas 21:20-38
BERJAGA-JAGALAH
H
ari Tuhan adalah hari kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya di akhir zaman. Kapan hari itu datang, yang jelas tidak ada seorang pun yang tahu kapan tanggal pastinya. Namun demikian, manusia selalu berspekulasi tentang waktu kedatangan-Nya. Akibatnya, banyak orang yang hidupnya dipenuhi dengan ketakutan, ketidak-tenteraman dan ketidak-tertiban. Karena itu, daripada berspekulasi mengenai hal itu, lebih baik sebagai orang percaya, kita semua menuruti apa yang Tuhan nasihatkan kepada kita semua, para murid-Nya. Tuhan Yesus menasihatkan agar kita semua selalu berjaga-jaga, karena Hari Tuhan itu bisa datang seperti suatu jerat bagi murid Kristus yang tidak menjaga diri dengan baik (ay. 34). “Berjaga-jaga” di sini bukan berarti mengisi hidup dengan pesta pora dan kemabukan (ay. 34), melainkan dengan tetap sadar dan hidup yang benar dan mulia. Berjaga-jaga bukanlah suatu aktivitas yang diisi dengan usaha-usaha spekulasi dan menghitung-hitung kapan kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. “Berjaga-jaga” di sini seharusnya diisi dengan sikap hidup tetap percaya dan taat kepada firman Tuhan (ay. 32-33); dan sambil berjaga-jaga kita juga senatiasa berdoa, supaya kita beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang buruk atau yang tidak kita inginkan saat itu; dan dengan senantiasa berdoa, kita boleh beroleh kekuatan untuk tetap teguh percaya kepada Kristus di tengah-tengah zaman yang bengkok ini dan bila pada saatnya tiba, maka kita pun dapat bertahan berdiri di hadapan Anak Manusia (ay. 36). Marilah kita tinggalkan sikap berspekulasi tentang kapan waktunya Hari Tuhan itu tiba, sebab itu hanya akan membuat hidup kita menjadi tidak tenteram dan tertib. Marilah kita mengisi waktu-waktu yang ada dengan berjaga-jaga; kita mengerjakan tugas dan tanggung jawab kita dengan baik dan memelihara sikap hidup yang selalu percaya dan menaati kehendakNya dengan melakukan segala aktivitas kehidupan seperti biasanya, yang disertai dengan mau berdoa senantiasa. STUDI PRIBADI: (1) Siapkah Anda jika hari Tuhan Yesus tiba? (2) Apakah yang akan Anda lakukan untuk menyambut kedatangan Hari Tuhan tersebut? Mengapa? Berdoalah agar umat Tuhan tidak bersikap spekulasi mengenai hari Tuhan, tetapi selalu berjaga-jaga menantikan hari Tuhan dengan tetap percaya, menaati perintah Tuhan dan berdoa senantiasa.
02 SENIN
MEI 2016
“Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu.” (Lukas 22:3)
Bacaan hari ini: Lukas 22:3-6 Bacaan setahun: Lukas 22:1-10
MENGKHIANATI YESUS
Y
udas Iskariot adalah salah satu, dari 12 murid, yang akhirnya mengkhianati Tuhan Yesus. Alkitab mencatat, bahwa dengan sengaja ia menemui para imam kepala untuk berunding tentang penangkapan Tuhan Yesus. Sebagai keuntungannya, Yudas Iskariot mendapatkan sejumlah uang (30 uang perak, Mat. 26:15) dari para imam tersebut. Menarik untuk disimak adalah, Injil Lukas menuliskan bahwa ketika Yudas menjual Tuhan Yesus, Iblis sedang ada di dalam dirinya. Injil Yohanes dengan jelas mengatakan bahwa Yudas kerasukan Iblis (Yoh. 13:27). Tetapi Yudas tetap dalam kesadarannya dan tidak seperti orang yang kerasukan Iblis yang menunjukkan perilaku aneh dan menyeramkan. Beberapa hal bisa kita pelajari dari hal ini. Pertama, orang yang dipakai oleh Iblis belum tentu berperilaku aneh dan menyeramkan, tapi dia bahkan bisa tetap berpikir dan berperilaku seperti manusia pada umumnya. Ini justru yang membahayakan, karena orang tersebut tidak menyadari bahwa Iblis telah bermain-main dengan dirinya. Iblis dengan sengaja memakai dirinya untuk melawan Tuhan. Kedua, kita perlu waspada terhadap cara kerja Iblis dalam menjerat manusia atau bermain-main dalam keberdosaan manusia. Yudas sebenarnya tidak memiliki motivasi yang tulus ketika mengikut Yesus (Yoh. 6:70-71). Berikutnya, dia dicatat sebagai orang yang mencintai uang dan suka mengambil uang yang seharusnya digunakan untuk pelayanan Tuhan Yesus (Yoh. 12:6). Dengan kata lain, Yudas memakai Tuhan Yesus untuk keuntungannya sendiri. Maka hal tersebut menjadi jerat dalam hidupnya yang dipakai Iblis untuk bermain dalam dirinya. Yudas nampaknya tidak pernah serius memperbaiki motivasi dan tindakan dalam pelayanannya. Rasul Paulus juga mengingatkan kita, agar janganlah kita dikuasai amarah yang berdosa dan tanpa sadar memberi kesempatan kepada Iblis untuk bermain-main di dalamnya (Ef. 4:26-27). Mungkin kita tidak dikuasai Iblis, tetapi dampak tindakan dosa kita justru dipakai Iblis untuk menghancurkan Gereja atau kesaksian akan Tuhan melalui hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita perlu berhati-hati ketika pikiran dan tindakan kita mulai bermain-main dengan dosa? (2) Bagaimana sikap kita dalam melawan tipu daya Iblis? Berdoa bagi para hamba Tuhan, pemimpin gereja, dan jemaat agar Tuhan menolong mereka dalam pergumulan dengan dosa dan kejahatan, terutama ketika berelasi satu sama lain.
03 SELASA
MEI 2016
“Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Lukas 22:40)
Bacaan hari ini: Lukas 22:39-46 Bacaan setahun: Lukas 22:21-46
BERJAGA-JAGALAH DAN BERDOA
P
ergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani adalah pergumulan yang sangat berat, begitu beratnya sampai dikatakan bahwa peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Tuhan Yesus berada dalam pergumulan yang begitu berat dan menakutkan dalam hidup-Nya. Di saat seperti itu, Tuhan Yesus datang kepada Bapa di Surga untuk berdoa dan dikuatkan. Tuhan Yesus juga mengingatkan para muridNya untuk berdoa dan tidak tertidur agar jangan jatuh ke dalam pencobaan. Dua kali Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya akan hal ini. Mengapa Tuhan Yesus mengingatkan para murid akan hal ini? Pencobaan mempunyai tujuan untuk menjatuhkan para murid dan membawa mereka menjauh dari Tuhan. Pada waktu itu, tanpa disadari para murid, situasi yang akan dihadapi Tuhan Yesus akan juga menjadi sebuah pencobaan bagi mereka. Sebentar lagi Tuhan Yesus akan ditangkap dan disalibkan, sebuah peristiwa yang akan mengguncang hati dan iman para murid. Sayangnya, mereka tidak menyadari kegentingan dari situasi tersebut dan justru tertidur. Bagaimana cara waspada terhadap pencobaan dan menghadapinya? Peringatan Tuhan Yesus ini menjadi peringatan bagi kita, yaitu berjaga dan berdoa. Dengan berdoa maka kita menyadari kelemahan kita dan menjaga iman dan rohani kita untuk tetap waspada akan pencobaan yang ingin menjatuhkan kita. Dengan berdoa maka kita berserah kepada Tuhan dan memohon kekuatan untuk melakukan kehendak-Nya dan tidak menuruti pencobaan yang ingin menjatuhkan kita ke dalam dosa atau menjauhkan kita dari Tuhan. Sayangnya dalam hidup ini, pencobaan tidak datang tanpa memberitahu kita sehingga terkadang kita tidak waspada akan hal itu. Atau yang celaka adalah, kita sendiri sering bermain-main dengan pencobaan. Yaitu ketika kita memberikan diri untuk mulai bermain-main dengan dosa, entah dalam pikiran, perasaan, atau tindakan kita. Karena itu, nasihat untuk “berjaga dan berdoa” harus menjadi ingatan dalam kehidupan kita setiap hari (bdk. Ef. 5:15-16). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa berdoa penting agar kita tidak jatuh dalam pencobaan? (2) Apa yang membuat para murid tidak dapat berjaga-jaga dan berdoa? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar Tuhan menolong mereka untuk mempunyai kehidupan doa dan saat teduh dalam firman Tuhan yang setia dan konsisten, sehingga mereka rela hidup merendahkan diri di hadapan-Nya.
04 RABU
MEI 2016
“Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.” (Lukas 22:62)
Bacaan hari ini: Lukas 22:54-62 Bacaan setahun: Lukas 22:47-71
PERTOBATAN SEJATI “Pendeta juga manusia,” inilah pernyataan yang sering kita dengar ketika melihat seorang hamba Tuhan jatuh dalam dosa. Di balik pernyataan ini, tentu saja pesan yang ingin disampaikan adalah, tidak ada seorangpun yang luput dari yang namanya membuat kesalahan. Hal yang sama juga dialami oleh Petrus. Petrus dikenal sebagai salah satu murid Tuhan Yesus yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Tuhan Yesus. Petrus lah orang pertama yang mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias dan yang dengan berani mengatakan bahwa sekalipun semua orang meninggalkan Yesus, ia tetap tidak akan goyah. Kemudian apa yang terjadi? Pada saat Tuhan Yesus ditangkap, Petrus berdiri memandang Tuhan Yesus dari jauh. Ketika ditanya orang, apakah ia murid Tuhan Yesus? Petrus menyangkalnya, bahkan menyangkal sampai tiga kali. Orang yang kelihatannya sangat berani, percaya diri, teguh, tetapi ketika harus dihadapkan pada pilihan antara keamanan diri dan kesetiaan pada Tuhan Yesus, lebih memilih untuk melindungi dirinya sendiri. Ketika Petrus mendengar ayam berkokok, teringatlah dia akan perkataan Tuhan Yesus kepadanya. Lalu pergilah ia, menangis dengan sangat sedih. Saya yakin, jika saja waktu bisa diputar kembali, Petrus tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Air mata yang dikeluarkan Petrus bukan hanya sekadar air mata penyesalan, tetapi juga pertobatan. Ketika Tuhan Yesus bangkit, Petrus dipulihkan oleh kasih Tuhan dan sejak saat itu, Petrus tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk menyatakan kasihnya kepada Tuhan. Petrus melayani Tuhan dengan sepenuh hati bahkan sampai akhir hidupnya. Dalam mengikut Tuhan Yesus, kita bisa saja mengalami kegagalan, karena takut kehilangan keuntungan atau popularitas. Persoalannya, ketika gagal, apakah kita hanya menangis menyesal tetapi kemudian tetap hidup di dalam dosa, tetap memilih yang salah, ataukah kita seperti Petrus, sungguh-sungguh mau bertobat dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama bahkan menjalani kehidupan yang berarti? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Petrus menyangkali Tuhan Yesus? (2) Hal-hal apa saja yang seringkali menjadi alasan orang menyangkali Tuhan Yesus dalam hidupnya? Berdoalah agar jemaat yang masih hidup dalam dosa, mau segera bertobat dan memiliki pertobatan sejati yang nyata dalam kehidupan mereka seharihari, sehingga hidupnya memuliakan nama Tuhan dan menjadi teladan.
05 KAMIS
MEI 2016
“Tetapi mereka berteriak membalasnya, katanya: Salibkan Dia! Salibkan Dia!” (Lukas 23:21)
Bacaan hari ini: Lukas 23:13-25 Bacaan setahun: Lukas 23:1-25
SALIBKAN DIA!
L
ukas 23 menceritakan tentang pengadilan Tuhan Yesus di hadapan Pontius Pilatus. Ketika diperhadapkan kepada Pilatus, maka Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus karena ia tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri Yesus. Bahkan, ketika orang banyak terus mendesak agar ia menyalibkan Yesus, Pilatus memberikan pilihan yang gamblang kepada orang Yerusalem, antara membebaskan Barabas atau Yesus, dengan harapan orang banyak pasti akan memilih membebaskan Yesus dibandingkan Barabas yang adalah seorang penjahat. Tetapi apa yang terjadi? Orang banyak tetap memilih untuk menyalibkan Yesus yang notabene tidak melakukan kesalahan apapun. Dengan pilihan ini, mereka secara terang-terangan menolak keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus. Mereka lebih memilih untuk terus hidup dalam dosa, kesombongan dan kedagingan mereka daripada dipulihkan dan diperbaharui Tuhan Yesus. Pilatus demi menyenangkan hati orang banyak, lebih memilih menuruti keinginan orang banyak daripada melakukan apa yang benar dan tepat. Mungkin ketika kita membaca kisah tentang pengadilan Tuhan Yesus ini, kita berpikir, bagaimana mungkin orang-orang yang sudah melihat dan menikmati pelayanan dan pengajaran Tuhan Yesus, justru sekarang berteriak, “Salibkan Dia!” Tetapi kita seringkali juga melakukan hal yang sama. Kita yang sudah menikmati kasih Tuhan, mukjizat Tuhan, tetapi ketika diperhadapkan pada pilihan: mau berubah seturut dengan kehendak Tuhan atau terus menikmati gaya hidup dalam dosa, kita mungkin lebih memilih hidup dalam dosa dan menolak Tuhan Yesus memperbaharui hidup kita. Kadangkala, karena desakan lingkungan sekeliling kita, karena tekanan orang di sekitar kita, kita lebih memilih mengompromikan keyakinan kita. Dengan demikian, kita tidak jauh berbeda dengan mereka yang berteriak, “Salibkan Dia!” Jangan kita mensia-siakan kasih karunia Tuhan kepada kita. Jangan hanya mau menikmati kasih Tuhan. Jangan hanya mau mengalami mukjizat Tuhan, tetapi kemudian menyalibkan Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang banyak lebih memilih untuk membebaskan Barabas daripada Tuhan Yesus? (2) Apa yang bisa kita pelajari dari renungan ini? Berdoalah agar jemaat mau menyalibkan keingingan dagingnya dan bukan menyalibkan Kristus dalam hidupnya, sehingga beroleh kemenangan hidup kekal dalam Kristus Yesus.
06 JUMAT
MEI 2016
“Yesus berpaling dan berkata kepada mereka: Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!....” (Lukas 23:28)
Bacaan hari ini: Lukas 23:26-32 Bacaan setahun: Lukas 23:26-56
TANGISILAH DIRIMU SENDIRI
S
aat mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus, tidak sedikit orang menitikkan air mata. Apakah yang menyebabkan mereka menangis? Apakah karena kasihan melihat penderitaan Yesus? Saat Yesus dibawa ke bukit Golgota, Yesus yang secara fisik sangat lelah dan penuh luka seluruh tubuh, harus berjalan memikul kayu salib yang berat dan kasar, belum lagi Yesus diperlakukan dengan kasar oleh tentara Romawi. Keadaan Yesus pada saat itu memang sangat memprihatinkan. Oleh sebab itu, banyak perempuan yang melihat Yesus merasa kasihan sehingga mereka menangisi dan meratapi Yesus. Namun Yesus justru menegur mereka: “Jangan menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” Apakah maksud perkataan Yesus ini? Yesus mengingatkan bahwa seharusnya mereka menangisi diri mereka sendiri karena Yerusalem, kota tempat tinggal mereka, akan ditimpa kehancuran dahsyat sebagai akibat penolakan Israel terhadap Yesus. Yesus bukan tidak berterima kasih atas simpati yang mereka tunjukkan, tetapi Dia ingin menyampaikan betapa parah malapetaka yang akan mereka alami. Begitu parahnya keadaan saat itu hingga seorang ibu mandul, yang oleh bangsa Israel dianggap kena kutuk, akan mensyukuri keadaannya sebab ia tidak perlu melihat penderitaan anaknya dalam masa sulit itu (ay. 29-30). Maka Yesus memberikan perbandingan, jika Dia yang tidak bersalah saja diperlakukan begitu buruk oleh tentara Roma, apalagi bencana yang akan mereka alami nanti ketika keruntuhan Yerusalem tiba (ay. 31). Hal itulah yang mereka tidak sadari. Yesus ingin agar mereka menyadari keadaan mereka yang sangat memprihatinkan akibat dosa mereka. Bagaimanakah dengan diri kita, apakah selama ini kita hanya sebatas menangis melihat penderitaan Tuhan Yesus? Pernahkah kita benar-benar menyadari dan menangisi bagaimana keadaan kita sebagai orang berdosa dan apa akibat dosa kita? Marilah kita menangisi betapa tidak berdayanya kita untuk menyelesaikankan masalah dosa-dosa kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana selama ini kita meresponi penderitaan Tuhan Yesus di atas kayu salib? (2) Apakah yang Anda lakukan setelah menyadari keadaan Anda sebagai orang berdosa? Berdoalah agar setiap jemaat Tuhan benar-benar dapat menyadari keadaan dirinya sebagai orang berdosa dan sungguh-sungguh mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya.
07 SABTU
MEI 2016
“Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu.” (Lukas 24:11)
Bacaan hari ini: Lukas 24:1-12 Bacaan setahun: Lukas 24:1-35
LUPA FIRMAN TUHAN
S
aat Yesus ditangkap, disalibkan, dan mati adalah saat yang paling menyedihkan, sekaligus menakutkan bagi para murid Yesus, karena mereka telah kehilangan guru dan pemimpin mereka dengan cara yang sangat mengenaskan. Para murid juga takut, jangan-jangan mereka pun akan ditangkap karena mereka adalah murid Yesus. Murid-murid sudah kehilangan harapan. Sebab itu mereka berkumpul di suatu ruangan yang terkunci (Yoh. 20:19). Apakah wajar jika murid-murid begitu sedih dan ketakutan? Adalah wajar jika mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan gurunya. Namun Yesus sebelumnya sudah mempersiapkan mereka dengan memberitahukan kepada murid-murid bahwa Yesus harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imamimam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Pemberitahuan ini pernah Yesus sampaikan sebanyak 3 kali (Mat. 16:21; 17:22-23; 20:18-19). Bukankah sudah sangat jelas apa yang akan terjadi dengan Yesus, bahkan setelah Yesus mati? Tetapi rupanya muridmurid Yesus sama sekali tidak ingat apa yang pernah disampaikan oleh Yesus, sehingga mereka begitu ketakutan. Sebenarnya perempuanperempuan yang mendapat kabar dari malaikat bahwa Yesus telah bangkit, segera memberitahukan kepada para murid. Seharusnya ini adalah kabar gembira bagi mereka. Namun sayang sekali, para muridpun tidak percaya, bahkan menganggap omong kosong perkataan perempuan-perempuan itu. Mengapa para murid mendadak lupa perkataan tentang Yesus? Pertama, saat Yesus menyampaikan berita kematian-Nya, para murid menolak bahwa itu akan terjadi. Mereka tidak rela bila pemimpin mereka harus mati, namun mereka juga tidak memperhatikan berita tentang kebangkitan Yesus. Kedua, para murid terlalu fokus dengan kesedihan dan ketakutannya, sehingga lupa apa yang pernah Tuhan Yesus sampaikan. Bagaimana dengan kita? Marilah kita belajar untuk tidak melupakan firman Tuhan yang telah kita dengar, agar iman kita bertumbuh! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana supaya firman Tuhan benar-benar dapat memberkati kita? (2) Bagaimana agar kita tidak lupa akan firman Tuhan? Berdoa agar setiap jemaat dapat benar-benar merenungkan firman Tuhan yang didengarkan dan dibacanya, dan firman Tuhan itu dapat menopang kehidupan setiap jemaat.
08 MINGGU
MEI 2016
“Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36).
Bacaan hari ini: Lukas 24:36-53 Bacaan setahun: Lukas 24:36-53
DAMAI SEJAHTERA BAGIMU
K
amus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi “damai” sebagai tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman tenteram; tenang; tidak bermusuhan; rukun. Beberapa bulan ini, dalam media sosial di Indonesia, kita banyak dikabarkan bahwa kondisi perekonomian yang tidak stabil dan juga berita mengenai tertangkapnya beberapa teroris. Sungguh sebuah kenyataan yang jauh dari istilah “damai.” Ketika Yesus menampakkan diri kepada semua murid, sebenarnya kondisi yang dialami oleh para murid juga tidak lebih baik daripada kondisi dunia masa kini. Mereka sedang menghadapi ketidak-amanan karena ada begitu banyak orang yang menentang Yesus dan pengikut-Nya. Terlebih dikatakan, ketika para murid Yesus berada di sebuah rumah, sebenarnya rumah itu terkunci dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat membukanya dari luar. Alkitab memberikan keterangan bahwa mereka bersembunyi karena merasa takut, tidak merasa damai. Damai yang diserukan dunia bersifat sangat relatif. Damai ini akan membuat kita selalu terpengaruh oleh kondisi dan situasi di luar kita, sehingga kita menjadi resah atau cemas, bahkan bimbang setiap saat. Bahkan ketika kita berusaha mengejar damai, dan mendapatkan damai, kita takut kehilangan damai, sehingga kita tidak bisa sungguh-sungguh merasa damai. Ini berbeda dari damai sejahtera yang Tuhan Yesus berikan. Damai Kristus adalah damai sejati, yang tidak bergantung pada sikap orang maupun kondisi, karena sudah betul-betul berakar di dalam Kristus. Jadi, damai seperti apa yang Tuhan Yesus janjikan? (1) Damai yang berakar dari iman dalam Kristus akan penyertaan-Nya dan penebusanNya. (2) Damai yang diperoleh dari pikiran yang memahami dan mengimani kebenaran firman Tuhan (ay. 25). (3) Damai yang dimulai dari diri kita dan mengalir kepada orang di sekitar kita. Damai seperti ini memampukan kita mengimani bahwa setiap hal yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup ini adalah sepengetahuan-Nya dan ada di dalam penyertaan-Nya. Bagikanlah damai ini kepada orang lain! STUDI PRIBADI: (1) Apakah damai bergantung pada situasi, atau justru damai itu mengatasi situasi? (2) Bagaimana pengalaman iman Anda mengenai damai sejahtera Tuhan? Berdoalah bagi jemaat yang sedang bergumul dalam masalah yang mereka hadapi agar tetap percaya pada pemeliharaan Tuhan dan tidak dikuasai oleh kekuatiran dan situasi.
09 SENIN
MEI 2016
“Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.” (Yohanes 1:2)
Bacaan hari ini: Yohanes 1:1-18 Bacaan setahun: Yohanes 1:1-28
KRISTUS DAN FIRMAN
H
al yang menarik bagi kita adalah, Yohanes mengawali Injilnya dengan menyebut Kristus adalah “Firman itu.” Ia memperkenalkan Kristus sebagai Sabda Allah yang berpribadi dan menunjukkan bahwa pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada manusia melalui Anak-Nya (bdk. Ibr 1:1-3). Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari tentang tiga ciri Yesus Kristus selaku “Firman itu.” Pertama, hubungan Firman dengan Bapa; yaitu Kristus sudah ada sejak semula bersama-sama dengan Bapa, sebelum dunia ini dijadikan (bdk. Kol. 1:15). Dia sebagai Oknum sudah ada sejak kekekalan, berbeda dari Bapa, namun dalam persekutuan abadi dengan Allah Bapa. Kristus itu bersifat ilahi (“Firman itu adalah Allah”), karena Dia bersifat dan sehakikat sama dengan Bapa (Kol. 2:9). Kedua, hubungan Firman dengan dunia. Melalui Kristus, Allah Bapa menciptakan dan sekarang menopang dunia ini (Yoh. 1:3; 1:16; Ibr. 1:2). Hanya Dia tidak diciptakan, tetapi “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh. 1:3). Segala kemuliaan hanya kita peroleh di dalam Dia. Tanpa Kristus, hidup manusia adalah sia-sia. Kehadiran Kristus ke dalam dunia adalah satu-satunya pengharapan. Tanpa Kristus, dunia dan segala kemewahannya, tidak ada artinya. Ketiga, hubungan Firman dengan umat manusia. “Firman itu telah menjadi manusia” (Yoh 1:14). Di dalam Yesus, Allah menjadi manusia, yaitu memiliki sifat manusia tetapi tanpa dosa. Inilah pernyataan dasar dari penjelmaan: Kristus meninggalkan surga serta memasuki keadaan manusia lewat kelahiran alami. Barang siapa melihat Dia berarti melihat Bapa. Barang siapa percaya kepada-Nya berarti percaya kepada Bapa (Yoh. 14:1). Kristus adalah terang hidup, barangsiapa mau menerima dan percaya kepada-Nya akan beroleh terang dan hidup dalam-Nya. Sudahkah Anda dan keluarga Anda menerima terang dan hidup yang ada di dalam Kristus? STUDI PRIBADI: (1) Siapakah sebenarnya Yesus Kristus itu? (2) Apakah manfaat seseorang percaya dan tinggal di dalam Kristus? Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, agar Injil Tuhan juga diberitakan kepada mereka, sehingg mereka mengalami dan mengerti anugerah keselamatan dari Tuhan.
10 SELASA
MEI 2016
“Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29)
Bacaan hari ini: Yohanes 1:29-34 Bacaan setahun: Yohanes 1:29-51
ANAK DOMBA ALLAH
P
enulis Injil Yohanes memperkenalkan dua hal yang sangat penting. Ada banyak hal yang dilihat dan dipahami oleh Yohanes dari latar belakang orang Yahudi maupun Perjanjian Lama. Namun ia hanya menunjuk dua istilah penting yang perlu diketahui setiap pembaca. Pertama, istilah “Anak Domba Allah” berkaitan dengan doktrin penghapusan dosa dalam PL. Setiap kali umat berdosa, ia harus datang kepada Imam untuk mendapatkan penghapusan dosa melalui korban anak domba yang disembelih. Darah anak domba yang disembelih melambangkan Kristus yang merupakan Anak Domba yang disediakan Allah untuk dikorbankan sebagai pengganti orang berdosa (bdk. Kel. 12:317; Yes. 53:7). Kita harus bersyukur karena melalui kematian-Nya, telah memungkinkan kita mendapat penghapusan dosa yang sempurna. “Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (Ibr. 10:14). “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni” (Ibr. 10:22). Kedua, istilah “Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.” Yohanes dan pengikutnya hanya melakukan baptisan air, tetapi Ia yang akan datang yaitu Anak Domba Allah akan membaptis dengan Roh Kudus. Semua Injil menekankan hal yang sama bahwa Yesus adalah “Dia... yang akan membaptis dengan (dalam) Roh Kudus” (Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33). Baptisan ini merupakan tanda dan ciri dinamis pengikut Yesus. Roh Kudus akan dicurahkan atas mereka supaya mereka dapat melanjutkan karya penyelamatan-Nya di seluruh dunia (bdk. Kis. 1:8). Yohanes menyadari dirinya hanya diberikan tugas membaptis dengan air, sedangkan Yesus yang berkuasa membaptis dengan Roh Kudus; yaitu pada saat kita percaya dan dilahir-barukan oleh Roh Kudus. Baptisan air hanyalah sebuah konfirmasi bahwa seseorang yang sudah percaya atau dilahir-barukan oleh Roh Kudus. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apakah maksud dari pernyataan Yohanes, bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah”? (2) Apa maksud dibaptis dengan roh Kudus? Kapan itu terjadi? Berdoalah bagi jemaat yang belum berkomitmen untuk mengikut Kristus, agar mereka boleh semakin bertumbuh dan serius menerima Tuhan Yesus sebagai Juru selamat hidupnya.
11 RABU
MEI 2016
“Kata Yesus kepadanya: Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yohanes 2:4)
Bacaan hari ini: Yohanes 2:1-11 Bacaan setahun: Yohanes 2
WAKTUNYA TUHAN
B
anyak orang Kristen memberi respons atas kesulitan hidup yang mereka hadapi dengan cara mendesak TUHAN agar menyelesaikan kesulitan itu sesuai jalan pikirannya. Inilah yang terjadi dengan peristiwa yang dicatat Yohanes 2:1-11, mengenai “Perkawinan di Kana.” Diceritakan dalam sebuah pesta perkawinan di Kana terjadi peristiwa yang umum, bahwa minuman anggur untuk para tamu, telah habis. Pesta perkawinan itu dihadiri oleh Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya, demikian juga ibu Tuhan Yesus. Ibu Yesus datang kepada-Nya dan mengatakan bahwa mereka kehabisan anggur. Tentunya maksud dari perkataan ini agar Yesus segera melakukan sesuatu untuk menyediakan anggur. Tuhan Yesus berkata kepada ibunya, “Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? Saat-Ku belum tiba” (Yohanes 2:4). Tentunya, maksud perkataan Yesus Kristus ini adalah menanti saat yang tepat untuk bertindak. Memang di dalam situasi yang demikian tentunya bisa menyebabkan kekuatiran dan kepanikan yang dapat menyebabkan rasa malu bagi penyelenggara pesta, mengingat tamunya sangat banyak dan minuman anggur yang dipakai untuk jamuan, telah habis. Ini adalah wajar. Pertanyaannya, apakah saat ibunya berkata demikian (ay. 3), Yesus Kristus dengan sengaja tidak mau membantu orang yang sedang ada dalam kesulitan? Jawabannya tidak. Di akhir kisah ini kita mengetahui bahwa, Yesus Kristus melakukan mukjizat dengan membuat air menjadi anggur. Namun maksud perkataan Tuhan Yesus ini jelas, menunggu saat-Nya yang tepat, bukan melakukan seperti yang diperintahkan oleh ibu-Nya, atau sesuai dengan waktu dan kehendak ibu-Nya. Kadang di dalam menghadapi sesuatu yang mengkuatirkan kita, kita menuntut TUHAN harus bertindak sesuai dengan pemikiran, kehendak dan waktu kita. Kisah ini mengajarkan supaya kita belajar menantikan waktuNya TUHAN, dan biarkan TUHAN yang bertindak menyelesaikan pergumulan dan kesulitan hidup yang menguatirkan kita. Ingatlah, bahwa “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya” (bdk. Pkh. 3:11). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa “waktu-Nya” belum tiba? Apakah maksud-Nya? (2) Apa yang dapat kita pelajari kisah di Kana ini? Berdoalah agar anak Tuhan percaya bahwa Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya, sehingga mereka tetap menantikan pertolongan Tuhan dengan hidup senantiasa bersandar kepada-Nya.
12 KAMIS
MEI 2016
“Jawab Yesus: Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yohanes 3:10)
Bacaan hari ini: Yohanes 3:1-13 Bacaan setahun: Yohanes 3:1-18
MENGENAL KARYA TUHAN
I
njil Yohanes pasal 3 mengisahkan pertemuan antara Nikodemus dengan Tuhan Yesus pada suatu malam. Kisah ini memberikan gambaran tentang sulitnya memahami sebuah kebenaran (berkaitan dengan kelahiran kembali, keselamatan, dan siapakah Yesus Kristus itu). Dalam kisah ini, Nikodemus datang kepada Tuhan Yesus untuk berdiskusi dengan-Nya. Nikodemus memahami, bahwa Tuhan Yesus adalah Guru yang diutus Allah karena itu terlihat dari tanda-tanda yang menyertai-Nya. Namun pengenalan Nikodemus terhadap Tuhan Yesus tidaklah sempurna. Hal ini nampak, ketika Tuhan Yesus menjelaskan tentang kelahiran baru dan kaitannya dengan keselamatan (yang notabene adalah pekerjaan Allah yang dilakukan secara rohani oleh Roh Kudus), ternyata dipahami secara jasmani oleh Nikodemus (ay. 4). Nikodemus tidak dapat memahami kebenaran yang dijelaskan oleh Tuhan Yesus kepadanya, bahkan dalam Yohanes 3:9, Nikodemus bertanya, bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi? Tuhan Yesus yang mengetahui bahwa Nikodemus adalah pengajar di Israel, guru bagi orang-orang Yahudi, namun ia tidak bisa memahami perkataan-Nya (ay. 10), maka Tuhan Yesus memberikan penjelasan kepadanya. Di akhir pembicaraan ini, Injil Yohanes tidak menjelaskan, apakah Nikodemus mengerti perkataan Tuhan Yesus atau tidak. Diskusi ini ditutup dengan pemberitaan Injil oleh Tuhan Yesus kepada Nikodemus (ay. 14-21). Dari kisah ini kita mendapatkan pelajaran rohani, sulitnya memahami kebenaran yang sejati. Meskipun seseorang memiliki pengetahuan yang cukup memadai untuk mengetahui banyak hal, namun belum tentu ia dapat memahami kebenaran yang sejati sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Hal yang paling bijak adalah meminta supaya Allah mengaruniakan kita hikmat agar kita dapat memahami kebenaran yang sejati itu. Dengan kata lain, “Sulit memahami” bukan berarti tidak bisa dipahami, tetapi kita membutuhkan kerendahan hati, iman dan ketaatan untuk mau diajar dan belajar dengan baik-baik dalam kasih karunia Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Nikodemus tidak dapat mengerti perkataan Tuhan Yesus tentang kelahiran kembali? (2) Apakah belajar kebenaran Tuhan itu sulit? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kepekaan dan kedewasaan rohani, serta mau diajar kebenaran Tuhan, sehingga mereka dapat mengerti kehendak Allah dan hidup dalam kebenaran-Nya.
13 JUMAT
MEI 2016
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)
Bacaan hari ini: Yohanes 3:22-36 Bacaan setahun: Yohanes 3:9-36
MENINGGIKAN YESUS, BUKAN DIRI SENDIRI
A
pa respons kita kepada orang yang berprestasi lebih baik dari kita? Iri? Ataukah menjelek-jelekkannya? Melihat popularitas pelayanan orang lain memang mudah menimbulkan rasa iri. Namun, kita harus ingat bahwa misi kita dalam pelayanan yang sesungguhnya adalah untuk mendorong orang untuk mengikut Kristus dan bukan menjadi pengikut kita! Demikianlah sikap Yohanes Pembaptis di dalam pelayanannya. Ketika Yohanes membaptis di satu tempat, dan pada saat yang sama Tuhan Yesus juga membaptis di tempat lain, maka muncullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: “Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya” (ay. 25-26). Apa reaksi Yohanes akan hal tersebut? Reaksi Yohanes sungguh mengagumkan; tidak ada kecemasan sedikitpun di dalam diri Yohanes mendengar cerita murid-muridnya. Ia tidak merasa tersaingi, apalagi iri di dalam hatinya. Mengapa demikian? Karena Yohnaes sadar benar bahwa ia dipanggil untuk menjadi utusan yang bertugas mempersiapkan jalan bagi Mesias. Yohanes menjelaskan bahwa posisinya memang lebih rendah dibandingkan dengan Yesus (lih. 1:29-31). Karena Yesus adalah mempelai laki-laki (ay. 27-28), sementara Yohanes hanyalah sahabat mempelai lakilaki itu. Jelaslah bahwa kedudukan mempelai pria lebih penting dibandingkan sahabat-Nya (ay. 29). Yesus adalah Mesias, sedang dia bukan (ay. 28). Karena itu, Yohanes sadar bahwa sudah seharusnyalah apabila Yesus harus makin besar, sedangkan dia harus makin kecil (ay. 30). Bagaimana dengan kita? “Di manakah posisi kita dan di mana posisi Yesus saat ini dalam hidup kita?” Jika saat ini posisi kita ternyata lebih tinggi dari Yesus, maka sekarang posisi tersebut harus di putar balik. Tuhan Yesuslah yang seharusnya pada posisi yang ditinggikan dan dipermuliakan, dan bukan diri kita. Amin. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yohanes Pembaptis berkata bahwa Ia harus makin besar, tapi aku harus makin kecil? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari sikap Yohanes itu? Berdoalah bagi para pemimpin Kristen dan aktivis yang melayani karena mereka dapat jatuh ke dalam pencobaan. Doakanlah agar mereka tidak mengejar kesuksesan pribadi, melainkan hidup mengutamakan Kristus.
14 SABTU
MEI 2016
“Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” (Yohanes 4:29)
Bacaan hari ini: Yohanes 4:1-42 Bacaan setahun: Yohanes 4:1-42
PERJUMPAAN YANG MENGUBAH HIDUP
S
iang itu seorang perempuan Samaria keluar untuk mengambil air di sumur Yakub yang sedang sepi (ay. 6-7). Ia keluar pada siang hari karena ia sadar keberadaanya yang kurang dihargai, khususnya berkenaan dengan status pernikahannya yang kurang jelas. Ia takut dan malu, jika ada orang yang melihatnya dan menghinanya. Siang itu, ia tidak berjumpa dengan orang-orang yang dikhawatirkannya akan mencibir dan menghina keberadaan dirinya. Siang itu ia berjumpa dengan Yesus yang sangat mengasihi dan menghargai dirinya. Perjumpaannya dengan Yesus saat itu membuat dia merasa aman dan nyaman; karena Yesus mau menyapa, dan bahkan bercakap-cakap dengannya. Dalam percakapan itu, Yesus memperkenalkan diri-Nya yang adalah Mesias kepadanya (ay. 26), serta menunjukkan penerimaan-Nya (ay. 1618). Hal itu membuat perempuan Samaria itu yakin bahwa sesungguhnya ia sedang berjumpa dengan Mesias. Tanpa disadari, perjumpaan itu telah membawa perubahan dalam hidupnya. Ia yang mulanya begitu tertutup, takut berjumpa dengan orang banyak yang akan menghinanya, namun sekarang ia tidak perlu lagi menghindari mereka. Kini ia begitu berani untuk tampil dan bahkan tampil di keramaian kota untuk menyaksikan akan pengalamannya berjumpa dengan Yesus yang adalah Mesias, kepada mereka (ay. 28-29). Perjumpaan dengan Yesus telah mendorongnya untuk berani bersaksi tentang Yesus (ay. 29); melalui kesaksiannya itu telah membuat banyak warga kota yang mendengarkannya menjadi tertarik untuk datang dan berjumpa langsung dengan Yesus (ay. 30). Tanpa ia sadari, sesungguhnya ia telah membawa banyak warga Samaria menjadi percaya kepada Yesus (ay. 39). Bahkan mereka memintaYesus untuk tinggal bersama mereka. Mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Tuhan Yesus pun bersedia tinggal dua hari bersama mereka dan mengajar mereka (ay. 40). Karena itu, mereka semakin percaya dan mendalam imannya kepada Yesus (ay. 41). Bagaimana dengan Anda? Tidakkah Anda rindu bersaksi tentang Yesus? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa perempuan Samaria ini berani ke kota untuk menyaksikan Yesus? (2) Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali menerima Tuhan Yesus? Doakanlah agar banyak orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Yesus tergerak hatinya untuk menyaksikan Tuhan Yesus kepada orang lain, sehingga nama Tuhan dimuliakan.
15
MINGGU
MEI 2016
“Maka kata Yesus kepadanya: Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (Yohanes 4:48)
Bacaan hari ini: Yohanes 4:46-54 Bacaan setahun: Yohanes 4:43-54
YESUS LEBIH UTAMA
S
eorang ayah, ketika melihat anaknya menderita karena sakit, pasti akan melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh kesembuhan bagi anaknya tersebut. Demikianlah yang dilakukan oleh pegawai istana yang dicatat dalam Injil Yohanes ini. Segala cara sudah diusahakan untuk memperoleh kesembuhan anaknya. Namun sayang, semuanya tidak membuatkan hasil. Justru sang anak semakin sekarat keadaannya (ay. 47). Dalam keadaan tidak berpengharapan ini, muncul kabar yang menggembirakan. Ia mendengar bahwa Yesus telah datang di Galilea (ay. 47). Rupanya kabar mengenai Yesus yang dapat melakukan tanda dan mukjizat itu telah sampai ke telinganya. Ini menjadi secercah harapan dan mungkin ini menjadi harapan terakhirnya untuk kesembuhan anaknya. Itulah sebabnya ia berusaha untuk pergi menjumpai Yesus. Saat berjumpa dengan Yesus, ia meminta dengan sangat agar Yesus mau datang menyembuhkan anaknya yang sedang sekarat itu. Tetapi, apa jawab Yesus kepadanya? “Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya” (ay. 48). Satu jawaban yang mungkin kurang enak didengar. Walaupun demikian, ia mau menerima koreksi Yesus terhadap motivasinya untuk datang menjumpai-Nya. Ia tetap memohon agar Tuhan Yesus mau datang untuk menyembuhkan anaknya itu: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati” (ay. 49). Maka kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Ia percaya akan apa yang Yesus katakan kepadanya, lalu ia pergi (ay. 50). Di tengah perjalanan pulang, hamba-hambanya datang membawa kabar bahwa anaknya hidup (ay. 51). Maka teringatlah ia akan perkataan Yesus: “Anakmu hidup” (ay. 53). Peristiwa ini mengajarkan kepada kita sekalian, bahwa janganlah kita lebih mengutamakan mencari mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang diperbuat-Nya, tetapi utamakanlah mencari dan mengalami Yesus secara pribadi, karena Yesuslah Tuhan yang menyembuhkan dan menghidupkan kita. Hanya Yesus saja, tidak ada yang lain yang dapat menolong dan menyelesaikan persoalan hidup yang kita hadapi. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus mengoreksi motivasi semua orang yang mengikuti-Nya? (2) Kita mengikuti Yesus karena tertarik kuasa-Nya atau percaya Pribadi-Nya? Doakanlah agar banyak orang mencari Yesus lebih daripada untuk tandatanda dan mukjizat-mukjizat-Nya. Doakan pula agar mereka memiliki relasi sehingga dapat mengenal Dia dengan benar.
16 SENIN
MEI 2016
“Kata Yesus kepadanya: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjanlanlah.” (Yohanes 5:8)
Bacaan hari ini: Yohanes 5:1-18 Bacaan setahun: Yohanes 5:1-24
DI MANAKAH TILAMMU?
S
uatu kali pada hari raya orang Yahudi, Yesus pergi ke Yerusalem dan melewati kolam Betesda di mana terdapat banyak orang sakit, orang buta, orang timpang dan orang lumpuh menantikan kesembuhan dari goncangan air kolam. Mereka percaya sewaktu-waktu malaikat Tuhan turun ke kolam itu dan menggoncangkan airnya; maka barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah terjadi goncangan air, menjadi sembuh, apapun penyakitnya. Waktu itu Yesus melihat seorang lumpuh yang sudah tiga puluh delapan tahun terbaring di tepi kolam itu, dan ketika Yesus bertanya apakah dia mau sembuh, maka dengan nada frustasi dia menjawab tidak mungkin ia dapat sembuh karena tidak ada orang yang menolongnya. Kemudian Yesus berkata padanya, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Maka seketika itu juga, sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Namun timbullah masalah, karena hari itu adalah hari Sabat, di mana menurut adat Yahudi tidak boleh mengerjakan apa-apa, sehingga ketika dia bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka melarangnya mengangkat tilamnya. Namun orang ini menjawab mereka, bahwa yang menyuruh dia mengangkat tilam adalah orang yang telah menyembuhkan dia. Melalui kisah ini kita belajar dua hal dari orang lumpuh ini. Pertama, dia tidak ragu akan kesembuhannya, sehingga dia mengangkat tilamnya dan membawanya pergi. Seorang yang tiga puluh delapan tahun lumpuh dan tinggal di atas tilam, dia bisa saja berpikir, sebaiknya ditinggalkan tilam ini, siapa tahu nanti kalau sakit lagi, masih ada tempat. Kedua, dia juga tidak takut terhadap larangan orang-orang Yahudi ketika dia membawa tilam pada hari Sabat. Dia lebih menuruti Yesus dan tidak mencari aman dengan menuruti kemauan orang banyak. Bahkan setelah bertemu lagi dengan Yesus di Bait Allah, orang itu malah dengan beraninya bersaksi tentang Yesus. Bagaimana dengan kita? Marilah kita bersaksi bahwa hidup kita telah berubah karena Yesus! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana respons orang yang lumpuh itu, ketika mendengar tawaran Tuhan Yesus? Apa yang ia pikirkan? (2) Bagaimana sikapnya setelah disembuhkan Tuhan? Berdoalah agar jemaat hidup dalam kebergantungan pada Tuhan dan tidak hidup mengandalkan kekuatan sendiri, bahkan jauh dari Tuhan, sehingga kita dengan rendah hati menantikan pertolongan-Nya.
17 SELASA
MEI 2016
“… Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.” (Yohanes 5:36)
Bacaan hari ini: Yohanes 5:19-47 Bacaan setahun: Yohanes 5:25-47
OUR UNFINISHED TASK
T
ujuan rasul Yohanes menuliskan Injilnya adalah supaya para pembacanya percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, sehingga mereka dapat memperoleh hidup yang kekal (Yoh. 20:3031). Karena itu, setiap tanda (mukjizat) yang dicatat oleh Yohanes sering disertai dengan tambahan atau penjelasan untuk menunjukkan atau membuktikan tentang keilahian Yesus. Seperti halnya peristiwa penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda, yang kemudian disertai dengan catatan penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus karena menyamakan diri-Nya dengan Allah (ay. 18), kemudian disambung dengan penjelasan tentang kesetaraan Yesus dengan Allah. Dalam perikop ini dapat kita temukan beberapa penjelasan yang menunjukkan bahwa Yesus setara dengan Allah dan Yesus adalah Allah yang sanggup memberikan hidup kekal. Pertama, Yesus mengerjakan apa yang dikerjakan Allah, yaitu membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya. Di sini menunjukkan, Yesus sama seperti Allah yang merupakan sumber hidup atau memberi kehidupan (ay. 19-21). Kedua, Yesus adalah Hakim yang akan menghakimi semua orang, baik yang hidup maupun yang mati. Bagi yang percaya akan mempunyai hidup kekal dan tidak dihukum, sedang yang tidak percaya akan dihakimi dan menerima hukuman (ay. 22-30). Ketiga, walaupun Allah telah mengutus Yohanes Pembaptis sebagai saksi tentang keilahian Yesus, Yesus menjelaskan bahwa ada kesaksian yang lebih penting dari kesaksian Yohanes Pembaptis, yaitu pekerjaan yang diserahkan Allah kepada-Nya untuk dilaksanakan, yaitu penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib, maupun kebangkitan-Nya (ay. 31-47; bdk. Luk. 24:44-46). Pekerjaan Allah yang telah diselesaikan Yesus ini menjadi tugas setiap kita, seperti yang Tuhan Yesus pernah amanatkan, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Kiranya iman kita kepada Yesus semakin diteguhkan dan menggenapi pekerjaan yang diberikan Bapa kepada-kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksudnya bahwa Yesus “mengerjakan yang Bapa kerjakan?” (2) Dari pekerjaan-Nya, sesungguhnya kita dapat mengetahui, bahwa Yesus adalah …? Doakan lembaga-lembagai misi yang ada di tanah air, agar mereka terus mengerjakan pemberitaan Injil dan melayani mereka yang membutuhkan keselamatan dari Tuhan.
18 RABU
MEI 2016
“Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja …” (Yohanes 6:15)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:1-15 Bacaan setahun: Yohanes 6:1-21
RAJA YANG MENOLAK DIJADIKAN RAJA
D
alam lagu gubahan Handel yang berjudul “Halleluya,” Tuhan Yesus diagungkan sebagai Raja segala raja, Tuhan di atas segala yang dituhankan. Setiap kali hymne agung ini dinyanyikan, penonton akan spontan bangkit berdiri memberikan penghormatan tertinggi kepada Sang Raja. Kristus layak menerima penyembahan dan pengagungan tertinggi, karena Dia adalah Raja di atas segala raja. Namun ketika hari itu orang banyak berniat menjadikan Dia sebagai Raja, Tuhan Yesus justru menolak dan sama sekali tidak tertarik dengan ide tersebut. Alasannya sederhana dan jelas, bahwa di balik keinginan mereka untuk menjadikan Dia raja, ada suatu jebakan terselubung. Mereka ingin menjadikan Dia sebagai raja sesuai yang mereka kehendaki, supaya Dia membuat kehidupan mereka menjadi nyaman, tanpa kekuatiran. Jika Dia bisa mengenyangkan ribuan orang dengan 5 roti dan 2 ikan, maka Dia pasti adalah orang yang diurapi Allah, dan diutus untuk kita. Penindasan dari zaman Babel sampai zaman Romawi menyebabkan orang-orang Yahudi membangun pengharapan akan Mesias yang salah; Messias militer, seorang yang diutus Allah kepada mereka untuk membebaskan mereka dari penindasan dan memimpin mereka menuju suatu kehidupan yang baru. Bagi mereka, orang yang namanya Yesus dari Nazareth ini, telah menunjukkan kuasa yang besar, yang cocok dengan impian mereka. Sehingga mereka mau memaksa Dia menjadi raja. Tuhan Yesus menolak sama sekali keinginan mereka. Dia memang Raja, dan itu akan digenapi pada waktu-Nya. Dia akan menjadi Raja dengan cara-Nya sendiri, sesuai tujuan-Nya datang ke dalam dunia ini. Lewat misi salib-Nya, Tuhan Yesus akan menghadirkan Kerajaan Allah ke dalam dunia. Di dalam Kerajaan itulah Dia akan menjadi Raja, dan bukan menjadi raja yang orang-orang inginkan pada hari itu. Tidak ada hal lain yang bisa menggoda Tuhan dan mengalihkan hidup-Nya untuk suatu tujuan yang berbeda. Bagaimanakah dengan Anda? Apakah yang menjadi panggilan dan misi hidup Anda? Apakah Anda masih hidup untuk itu? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus menolak dijadikan raja oleh orang banyak yang telah melihat mukjizat-Nya? (2) Sikap apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam pimpinan Tuhan sesuai firman yang mereka renungkan setiap hari. Doakanlah agar mereka memiliki tujuan hidup yang benar.
19 KAMIS
MEI 2016
“… kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu …” (Yohanes 6:26)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:22-43 Bacaan setahun: Yohanes 6:22-44
RAJA YANG MENOLAK PENGIKUT
S
ehari setelah menyaksikan mukjizat dan menikmati roti dan ikan, orang-orang yang sama, dengan penuh semangat mencari Tuhan, mereka bahkan sampai naik perahu menyeberangi danau Tiberias untuk mencari-Nya. Ketika akhirnya mereka berjumpa dengan Tuhan, mereka menunjukkan antusiasme mereka yang tinggi dengan bertanya kapan Tuhan tiba di sana. Tersirat lewat pertanyaan itu, suatu penyampaian bahwa mereka telah mencari-Nya kemana-mana, sejak kemarin malam. Seandainya seorang pendeta menemukan sekelompok orang dengan penuh semangat mengikuti dirinya, ke mana dia berkhotbah? Seandainya ketika dia berkhotbah di suatu tempat, lalu serombongan orang dari lain kota datang untuk mendengar khotbahnya, dan membuat sang pendeta tahu akan hal itu. Seandainya ada sekelompok pengikut setia yang selalu muncul di mana saja saat dia berkotbah. Ahh... betapa hati sang pendeta akan berbunga-bunga dan senyum ceria selalu terhias di wajahnya. Sekian banyak orang yang menunjukkan rasa kagum dengan tindakan nyata; mencari dan mengikuti jejak pelayanannya. Betapa menyenangkan! Tetapi Tuhan tidak membutuhkan itu. Tuhan tahu persis motivasi orang-orang itu mencari diri-Nya, dan tanpa basa basi Tuhan membuka isi hati mereka, bahwa mereka mencari Dia, bukan karena mereka telah melihat tanda dan mengerti apa yang tanda tersebut tunjukkan, tapi karena mereka telah mendapatkan makanan gratis. Makan gratis itulah yang menarik mereka datang dan mencari-Nya. Perkataan Tuhan ini terdengar pedas, tapi jujur dan bertujuan untuk mengoreksi. Maka selanjutnya Tuhan pun mengarahkan pikiran mereka kepada hal-hal yang lebih penting, lebih utama. Bukannya Tuhan tidak senang orang mencari dan mengikut Dia, tapi catatan ini mengajarkan kita bahwa Dia tidak tersanjung dengan pengikutpengikut palsu, yang hanya mencari kepuasan perut, kepuasan materi. Tuhan ingin kita menyadari bahwa Dia melihat sampai ke dalam hati kita. Bagaimana dengan kita? Apa alasan kita mengikut Dia? STUDI PRIBADI: (1) Apakah motivasi orang banyak mencari Tuhan Yesus? (2) Bagaimana dengan motivasi banyak orang Kristen, termasuk kita, dalam mengikut Yesus? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak beribadah kepada Tuhan dengan motivasi yang salah, yaitu demi kepentingan pribadi. Doakan agar mereka sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
20
JUMAT
MEI 2016
“Jawab Simon Petrus kepada-Nya: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yohanes 6:68)
Bacaan hari ini: Yohanes 6:45-71 Bacaan setahun: Yohanes 6:45-71
PERKATAAN HIDUP YANG KEKAL
A
pa yang biasanya kita lakukan ketika menghadapi permasalahan hidup? Biasanya kita mendatangi orang yang kita percayai untuk mendapatkan nasihat atau penghiburan; seolah-olah perkataannya menjadi sumber kekuatan kita. Namun ketika suatu saat orang tersebut mengecewakan hati kita, barulah kita datang kepada Tuhan dan menanyakan mengapa orang yang kita percayai tersebut mengecewakan kita? Mengapa kita tidak datang kepada Tuhan dan memohon tuntunanNya, melalui kebenaran firman-Nya, sejak awal kita bergumul? Karena, hanya dengan bersandar kepada Sang Sumber Hidup, yaitu Allah sendiri, kita mampu menghadapi pergumulan kita. Murid-murid Yesus menghadapi pilihan. Mereka punya pilihan, mau mengikuti ajaran firman Tuhan atau mengikuti respons orang banyak saat mereka meninggalkan Yesus karena firman-Nya. Yesus bertanya kepada mereka, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Saat itu, respons Petrus adalah menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal” (Yohanes 6:67-68). Apakah yang dimaksudkan dengan hal ini? Mari kita lihat ketika orang banyak itu datang kepada Tuhan Yesus, yaitu untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka, bukan kebutuhan rohani. Para murid memiliki reaksi yang berbeda-beda. Mereka percaya bahwa Yesus datang bukan hanya untuk kebutuhan jasmani, namun Dia datang untuk memenuhi kebutuhan rohani yang bersifat kekal. Petrus mengakui bahwa perkataan Yesus itu bukan hanya memiliki kuasa atas hidup mereka di masa kini, namun juga hingga kekekalan. Bagaimana respons kita terhadap firman Tuhan? Adakah respons kita seperti kebanyakan orang? Ataukah kita senantiasa memberikan hati kita untuk dikoreksi dan diarahkan oleh kebenaran firman Tuhan meski tidak mudah. Ingatlah bahwa Firman Tuhan itu adalah penting untuk hidup kita di masa kini, hingga kekekalan. Ini menuntut komitmen kita, yakni kita harus menyediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa manfaat firman Tuhan dalam hidup kita? (2) Bagaimana caranya agar kita dapat bertumbuh dalam kebenaran firman Tuhan? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka mau sungguh-sungguh mencintai firman Tuhan dengan merenungkannya tiap-tiap hari serta melakukannya dalam hidup mereka.
21
SABTU
MEI 2016
“Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” (Yohanes 7:27)
Bacaan hari ini: Yohanes 7:25-27 Bacaan setahun: Yohanes 7:1-27
ASAL USUL TUHAN YESUS
U
mumnya latar belakang seseorang adalah penting dalam relasinya dengan orang lain atau masyarakat sekitarnya. Mengapa demikian? Karena latar belakang dan asal-usul yang jelas bisa menyakinkan orang lain tentang apa yang diperbuat orang tersebut. Pada masa Tuhan Yesus hidup, hal ini terjadi. Apa yang ditulis dalam Yohanes 7:25-27 menunjukkan telah terjadi kebingungan di antara beberapa orang di Yerusalem tentang asal usul Yesus, sehingga orangorang tersebut meragukan “ajaran” dan “mukjizat yang dilakukan-Nya.” Di dalam Yohanes 7:14, Tuhan Yesus mengajar di Bait Allah, dan banyak orang Yahudi menjadi heran dengan pengajaran-Nya. Mereka takjub mendengar pengajaran Yesus Kristus; lebih lagi mukjizat yang dilakukanNya dengan memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Ini menjadi mukjizat penting yang dicatat dalam Injil Yohanes, karena mukjizat ini terjadi di hadapan orang banyak. Orang-orang Yahudi di Yerusalem menjadi bingung dengan asal usul Yesus Kristus, sebagaimana di dalam Yohanes 7:27. Mengapa demikian? Karena ada pemahaman yang berkembang di tengah-tengah orang Yahudi mengenai asal usul Mesias. (a) Berdasarkan Daniel 9:25 dan Maleakhi 3:1, Mesias yang akan muncul secara mendadak, sehingga asal-usulnya tidak diketahui. (b) Berdasarkan Mikha 5:2, sebagian mengerti bahwa Mesias berasal dari Betlehem, Yehuda. Gambaran ini sangat sesuai dengan Yesus Kristus. Kebingungan ini menyebabkan orang-orang Yahudi kehilangan kesempatan untuk percaya kepada Yesus Kristus, yang adalah Mesias. Belajar dari kisah ini, kita harus bersyukur karena kita mendapatkan anugerah bisa mengenal Yesus Kristus melalui Alkitab yang adalah firman Allah. Karena itu, kita harus menyingkirkan hal yang membingungkan kita dan membuang segala hal yang menjadi batu sandungan untuk iman dan keyakinan kita. Sebaliknya, dengan pengenalan yang benar kepada Yesus Kristus, kita menyerahkan seluruh hidup kita dipimpin oleh-Nya. Biarlah kita lebih sungguh mengasihi-Nya dan melayani-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang Yahudi menjadi ragu, bahwa Yesus adalah Mesias? (2) Apa yang sering membuat kita ragu dan tidak belajar mengenal Tuhan dengan benar? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kerinduan yang besar untuk belajar dan menghayati firman Tuhan, sehingga mereka semakin mengenal Kristus dan bertumbuh di dalam Dia.
22
MINGGU
MEI 2016
“Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! percaya kepada-Ku, … Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” (Yohanes 7:37b-38)
Bacaan hari ini: Yohanes 7:34-44 Bacaan setahun: Yohanes 7:28-53
BARANGSIAPA HAUS, DATANG & MINUMLAH!
H
aus adalah suatu gejala yang dialami tubuh ketika kekurangan cairan. Haus menjadi suatu alarm yang baik agar seseorang tidak mengalami dehidrasi dan sakit. Ketika mengalaminya, kita harus meneguk air yang dapat memenuhi kehausan kita. Tetapi ada satu jenis kehausan yang ada di dalam diri manusia, bukan hanya kehausan akan air, tetapi hati kita yang selalu mengalami kehausan akan kasih, penerimaan, kepuasan dan juga kehausan akan Tuhan. Agustinus dari Hippo mengatakan bahwa, “Hati kami dicipta untuk-Mu ya Tuhan dan mereka gelisah sampai mereka menemukan peristirahatan di dalam diri-Mu.” Hati kita membutuhkan Tuhan dan haus akan-Nya. Kehausan akan Tuhan adalah sesuatu yang juga dialami oleh orangorang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus hidup. Setelah 400 tahun Allah tidak berbicara pada mereka, mereka adalah orang-orang yang sangat merindukan lawatan Allah. Untuk menggambarkan kehausan tersebut, orang Yahudi melakukan ritual pemindahan air ke dalam Bait Suci pada hari terakhir perayaan hari raya Pondok Daun. Melalui hal ini mereka memohon akan berkat Tuhan dan juga kelimpahan aliran keselamatan dari Tuhan atas mereka. Pada hari prosesi pemindahan air inilah, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” Yesus adalah sumber air hidup yang dibutuhkan manusia yang dahaga akan kepuasan. Yesus mencurahkan lawatan dan kehidupan melalui Roh Allah dalam diri kita. Banyak orang yang hatinya haus dan hidupnya tidak mengalami kepuasan tetapi mereka tidak mencari kepuasan di dalam Allah. Mereka, bahkan mungkin termasuk kita, mengais-ngais kebahagiaan dari hal-hal yang bersifat duniawi dan fana. Kita berharap uang, seks, kekuasaan dan kekayaan memuaskan kita, namun hal-hal tersebut malah memperbesar lubang akan ketidakpuasan dalam hati kita. Hati kita membutuhkan Allah. Ia adalah sumber air hidup. Ia mengundang kita untuk datang dan meneguk kepuasan dari air hidup-Nya. Maukah kita mencari Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Apakah kita sering mengisi kehausan jiwa kita dengan makanan, seks, shopping, dan bekerja, apa hasilnya? (2) Mengapa hanya Tuhan yang bisa puaskan kita? Berdoalah agar Anda dan keluarga Anda boleh menjadi orang-orang Kristen yang mencari Tuhan dan tidak menggantikan Tuhan dengan hal-hal duniawi untuk menemukan kepuasan diri.
23
SENIN
MEI 2016
“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yohanes 8:12)
Bacaan hari ini: Yohanes 8:12-20 Bacaan setahun: Yohanes 8:1-29
TERANGI HIDUPKU, TUHAN
K
ita hidup di dunia yang gelap, dosa ada di mana-mana dan segalanya itu membawa pengaruh dalam kehidupan kita. Seringkali dunia membawa kita untuk kompromi dan jatuh dalam dosa. Kita mengikuti cara hidup duniawi dan mengotori diri kita dengan perbuatan dosa. Cara hidup dan kebiasaan-kebiasaan dosa yang kita lakukan dapat membuat kita tanpa sadar menyimpang dari jalan Tuhan. Kita perlu datang kepada Tuhan dan mengizinkan terang-Nya menelanjangi keberdosaan kita. Kegelapan diterangi oleh terang Tuhan adalah awal suatu perubahan hidup di dalam Tuhan. Di puncak hari raya Pondok Daun, Yesus kembali bersaksi mengenai diri-Nya, bahwa Ia adalah Terang Dunia. Barangsiapa mengikut Dia, mereka tidak akan berjalan dalam kegelapan. Para penafsir menduga bahwa penggambaran terang yang Yesus gunakan berkaitan dengan penerangan yang ada pada pelataran perempuan Bait Allah yang begitu terang pada hari raya Pondok Daun. Pernyataan-Nya ini menggenapi nubuat-nubuat Mesianik di dalam Perjanjian Lama mengenai datangnya Terang keselamatan dan Terang dari Allah (Kel. 25:37; Im. 24:2; Mzm. 27:1; Yes. 9:2; 42:6; 49:6). Yesus adalah Terang yang sejati. Ia akan menuntun para murid-Nya untuk hidup dan berjalan dalam terang. Ia akan memimpin mereka untuk hidup di dalam terang meninggalkan dosa dan kegelapan dunia. Barangsiapa mengikut Dia, mereka akan hidup di dalam terang, sama seperti Dia yang adalah Sang Terang yang sejati. Sebuah noda tidak akan terlihat kotor ketika tidak ada terang yang menyinarinya. Sama halnya dengan perbuatan-perbuatan gelap yang kita lakukan, tidak akan terlihat jika kita tidak pernah datang pada Sang Terang di dalam doa. Sang Terang Sejati membukakan mata kita dan menolong kita melihat dengan jelas hal-hal buruk yang kita lakukan sehingga kita bisa memperbaikinya. Apakah kita pernah datang kepada Tuhan dengan kerinduan agar Ia menerangi kita dengan terang-Nya? Terang-Nya akan menolong kita untuk dapat hidup meninggalkan kegelapan dosa. STUDI PRIBADI: (1) Adakah hal-hal duniawi dan dosa-dosa yang kita masih lakukan dan sembunyikan di hadapan Tuhan? (2) Mengapa kita butuh terang dari Tuhan? Berdoalah agar tiap kita lebih rajin mengevaluasi hidup dan senantiasa rindu datang kepada Tuhan, Sang Terang sejati, agar hidup kita benar dan dosadosa yang menjerat kita boleh terbebas oleh kuasa-Nya.
24
SELASA
MEI 2016
“Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah …” (Yohanes 8:47)
Bacaan hari ini: Yohanes 8:37-59 Bacaan setahun: Yohanes 8:30-59
PEMBENARAN DIRI SENDIRI
K
adang kita bertanya, “Mengapa orang Yahudi begitu sulit menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang Hidup?” Apakah ini disebabkan karena mereka tidak memiliki informasi tentang Tuhan Yesus, atau ada faktor lain yang membuat mereka menolak Dia? Dalam bacaan Alkitab kita hari ini, kita bisa menemukan beberapa jawaban. Pertama, orang Yahudi sangat bangga terhadap status lahiriah mereka sebagai keturunan Abraham. Status itu membedakan mereka dari bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Namun ironisnya adalah bahwa status lahiriah mereka tidak otomatis membuat mereka hidup sama seperti Abraham. Tidakan mereka jauh dari cara hidup Abraham. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menegur mereka, jika mereka mengaku sebagai keturunan Abraham, sepatutnya mereka hidup sama seperti Abraham, sehingga mereka bisa mengenal kehendak Allah dan tidak berusaha membunuh Tuhan Yesus (ay. 39-40). Kedua, mereka merasa lebih tahu firman Allah dan mengenal Allah. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah” (ay. 47). Perkataan Tuhan ini tentu membuat kita bertanya-tanya, “Bukankah orang Yahudi sejak kecil telah diajar Taurat (firman Allah)?” Mengapa mereka ini tidak mengenal Dia? Dari perkataan Tuhan Yesus menunjukkan bahwa orang Yahudi merasa “lebih tahu” firman Allah dan “mengenal Allah” lebih benar daripada Tuhan Yesus sendiri. Akibatnya mereka “tidak bisa mendengar firman kebenaran Tuhan Yesus, yang adalah firman Allah sendiri” (ay. 46-47). Di sini kita belajar, ketika kita membanggakan status diri kita (sebagai orang percaya/anak Tuhan) tanpa mau menghidupinya, atau membanggakan penguasaan diri sendiri tentang firman Allah, tanpa memiliki kerendah-hatian untuk terus belajar-diajar dan melakukannya dalam hidup kia, maka kerohanian kita akan menjadi “tumpul,” dan kesombonganlah yang menguasai hidup kita. Jika ini terjadi dalam hidup kita, sesungguhnya kita tidak mengenal Dia dan kehendakNya. “Mendengar firman Allah” berarti mengerti dan melakukannya. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat orang Yahudi sulit untuk mengenal Tuhan Yesus dan mengakui-Nya sebagai Mesias? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak sekadar bangga dengan pengetahuan firman Tuhan yang mereka miliki, melainkan mau dengan kerendah-hatian mereka giat melakukannya.
25
RABU
MEI 2016
“Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yohanes 9:3)
Bacaan hari ini: Yohanes 9:1-23 Bacaan setahun: Yohanes 9:1-23
PERCAYA PADA RENCANA & KEBAIKAN TUHAN
D
iceritakan bahwa suatu kali ketika Tuhan Yesus sedang melintasi sebuah jalan, para murid bertanya kepada-Nya tentang kondisi seorang yang buta, dengan berkata: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang lain, sehingga ia dilahirkan buta?” (ay. 2). Mendengar pertanyaan mereka, Tuhan Yesus menjawab: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (ay. 3). Jawaban Tuhan Yesus ini tentu mengejutkan mereka dan mungkin kita pada hari ini. Jika sesuatu yang buruk menimpa kita atau anggota keluarga kita, dan itu dikatakan sebagai “kehendak Allah,” bisakah kita menerimanya? Tentu kita akan sulit menerimanya, jika kita tidak mengenal dan mengakui kedaulatan-Nya dalam hidup kita. Frase “pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” sesungguhnya menunjukkan pandangan teologis yang penting tentang siapa Allah dan siapa kita, ciptaan-Nya. Frase ini mengajarkan kepada kita: (a) bahwa Allah berdaulat atas milik-Nya dan memperlakukan apa yang dikehendaki-Nya. Namun, Dia bukan Allah yang tanpa tujuan dan “sembarangan” berkarya (bdk. Rm. 8:28, Ef.1:11). (b) Bukan Allah yang harus bertanggung jawab terhadap kita, seolah-olah derajat kita adalah lebih besar dari Dia, tetapi kitalah yang bertanggung jawab kepada-Nya, karena kita adalah milik-Nya. Jika kita dipakai untuk menyatakan pekerjaan dan kehendak-Nya, sekalipun melewati keadaan yang tidak baik dan tidak menguntungkan, apakah kita percaya pada kasih karunia dan hikmat-Nya yang tidak terbatas? Yang luar biasa, orang buta ini menerima keadaannya, bahkan kedua orang tuanya pun tidak kecewa terhadap anak yang telah Allah karuniakan kepada mereka. Justru sebaliknya, melalui apa yang nampak buruk itu (kebutaan), orang itu mengenal Sang Mesias dan kuasa Allah yang dinyatakan di dalam Dia (ay. 37). Bagaimana dengan Anda? Marilah kita tidak putus asa menghadapi situasi yang buruk, melainkan tetap percaya pada kedaulatan dan kebaikan Tuhan atas kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kedaulatan Allah dinyatakan tanpa pertimbangan dan hikmatNya yang tak terbatas? (2) Bagaimana sikap kita dalam menghadapi situasi yang buruk? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi peristiwa buruk dan kondisi-kondisi hidup yang tidak menyenangkan agar mereka tetap mampu bersandar pada kedaulatan dan kasih karunia Allah yang besar.
26
KAMIS
MEI 2016
“Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya.” (Yohanes 9:31)
Bacaan hari ini: Yohanes 9:24-41 Bacaan setahun: Yohanes 9:24-41
SIAPAKAH YESUS?
K
onteks pembicaraan hari ini adalah Yesus menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir. Setelah dapat melihat, orang itu dibawa menghadap orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi menginterogasinya untuk mengetahui siapa yang menyembuhkan dia. Orang-orang Farisi memulai dengan sebuah pertanyaan: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.” Alasan orang-orang Farisi ini mengatakan demikian, karena penyembuhan itu terjadi pada hari Sabat (bagi orang Farisi, penyembuhan di hari Sabat adalah dosa). Setelah berbagai pertanyaan dan tuduhan orang Farisi kepada Yesus, orang yang dulunya buta itu menjawab sebuah kalimat yang sangat indah: “Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orangorang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya.” Di sini kita melihat dua pandangan mengenai diri Yesus. Pandangan pertama mengatakan, Yesus adalah orang yang berdosa. Karena Yesus tidak menaati hukum taurat yang diberikan Allah melalui Musa. Pandangan kedua menyatakan, Yesus adalah orang benar dan saleh yang memang diutus Allah, karena Ia mendengarkan doa Yesus. Kedua pandangan ini bukan hanya ada pada zaman Yesus, namun akan selalu ada di sepanjang zaman. Selalu ada orang yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, Yesus hanya manusia biasa, bahkan Yesus adalah orang yang berdosa. Bagaimana respons kita terhadap orang-orang yang menolak ke-Tuhan-an Yesus? Apa yang harus kita lakukan supaya iman kita tidak tergoyahkan oleh tuduhan-tuduhan orang-orang yang membenci Yesus? Orang yang buta itu memberikan sebuah contoh tentang apa yang harus kita lakukan. Dari semua perkataan orang buta ini, kita dapat memahami bahwa pengalaman kesembuhannya membuat dia yakin, bahwa Yesus bukanlah orang berdosa. Dan orang itu memahami bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya, sehingga jika dia dapat sembuh, tentu itu karena Allah-lah yang mengutus Yesus. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana respons orang buta tersebut terhadap pandangan orang Farisi, setelah ia disembuhkan Tuhan Yesus? (2) Siapakah Yesus bagi Anda secara pribadi? Berdoalah bagi jemaat yang sampai saat ini masih menyimpan keraguan dalam diri mereka tentang Tuhan Yesus, agar mereka dapat semakin mengenal dan mengasihi-Nya.
27
JUMAT
MEI 2016
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” (Yohanes 10: 11)
Bacaan hari ini: Yohanes 10:1-21 Bacaan setahun: Yohanes 10:1-23
YESUS GEMBALA YANG BAIK
K
emarin kita membaca perdebatan mengenai siapa Yesus. Apakah Dia orang berdosa, atau orang benar yang diutus Allah. Hari ini, masih dalam konteks yang sama,-setelah orang yang dulunya buta diinterogasi oleh orang Farisi, Yesus berbicara kepada semua orang yang terheran-heran akan kesembuhan orang buta itu. Di tengah kebingungan orang Farisi mengenai siapa Yesus, Yesus langsung memperkenalkan diri sebagai Gembala yang baik. Gembala yang datang diutus Tuhan untuk melayani domba-domba Israel. Yesus mengatakan, domba-domba-Nya mengenal-Nya sebagai gembala. Sebaliknya, yang bukan domba-dombaNya, tidak mengenal siapa Yesus. Ini adalah sebuah perkenalan yang luar biasa dari Yesus mengenai siapa dirinya. Namun karena ini dalam bahasa kiasan, kita perlu memahaminya terlebih dahulu gambaran-gambaran yang dipakai Yesus, supaya kita dapat memahami perkataan Yesus. Gembala: Seorang yang dipercaya merawat sekumpulan dombadomba. Tugas merawat ini termasuk di dalamnya adalah memberi makan, melindungi dari hewan buas, mencari domba yang hilang, mengobati yang sakit, dan lain sebagainya. Ini artinya, ketika Yesus menyembuhkan orang yang buta tersebut, Yesus sedang melakukan tugas sebagai gembala yang dipercayakan Tuhan kepada-Nya. Dan kita memahami, bukan saja buta fisik yang disembuhkan Yesus, melainkan kebutaan secara rohani, bahkan hidup manusia yang berdosa juga disembuhkan oleh Yesus. Domba yang mengenal suara gembala: Domba adalah hewan yang sangat lemah dan rentan terhadap marabahaya, karena mereka tidak memiliki pertahanan atau kepandaian dibandingkan dengan hewan lain. Namun demikian, hewan ini mampu untuk mengenali suara gembalanya. Melalui kiasan domba ini Yesus ingin mengatakan bahwa orang buta dan orang-orang yang percaya kepada Yesus, adalah kawanan domba Allah, karena mereka mengenali Allah melalui perbuatan-perbuatan Yesus. Sebaliknya, orang-orang Farisi bukanlah kawanan domba Allah, karena mereka tidak mengenal siapa Yesus. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa tanda bahwa seseorang itu mengenal Tuhan Yesus? Digambarkan seperti apakah orang itu? (2) Mengapa Yesus menjelaskan diri-Nya sebagai Gembala? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki kecintaan akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang Tuhan perintahkan kepada mereka. Kita sebagai domba-Nya, peka, mengenali dan datang kepada Pemilik suara.
28
SABTU
MEI 2016
“... pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.” (Yohanes 10:25)
Bacaan hari ini: Yohanes 10:22-42 Bacaan setahun: Yohanes 10:24-42
IMAN YANG MENGAKAR PADA FIRMAN
H
idup yang makin sulit membuat orang—bukan hanya di masa lalu, tetapi juga pada masa kini—semakin mengejar mukjizat-mukjizat spektakuler yang membuat hidup tidak perlu menghadapi kesulitan. Padahal kesulitan itu membuat orang mengerti arti bergumul dengan Tuhan, dibentuk semakin serupa Kristus. Jadi, tidak jarang kemudahan hidup, tiada pergumulan, membuat orang tidak mengakar imannya. Fenomena munculnya orang-orang yang demikian ini, mengingatkan kita akan dua tipe golongan orang dalam bacaan ini. Kelompok pertama adalah orang-orang Yahudi yang menemui Yesus di Bait Allah (ay. 22-39). Mereka mengeraskan hati mempertanyakan ke-Mesias-an Yesus, padahal Yesus sudah menyatakan identitas-Nya melalui karya-karya-Nya yang telah dilihat dan dialami banyak orang. Orang-orang Yahudi tetap tidak mau percaya, malah ingin menangkap dan merajam Yesus karena dianggap telah menghujat Allah (ay. 31). Jadi, rupanya melihat, mengalami mukjizatmukjizat Tuhan masih tidak cukup bagi golongan pertama ini untuk mau percaya. Kelompok kedua adalah orang-orang yang berada di seberang sungai Yordan, tempat Yohanes membaptis dahulu (ay. 40-42). Di tempat itu, tidak ada mukjizat yang Yesus lakukan, maupun Yohanes dulunya. Yohanes hanya mengajarkan tentang Yesus, namun banyak orang percaya kepada Yesus. Golongan kedua ini percaya, walau tidak (belum) melihat, dan mereka percaya karena pengajaran (firman). Dari bahasan di atas, apa yang kita lihat pada zaman ini sangat bisa mengombang-ambingkan iman. Banyak mukjizat palsu dilakukan dengan tidak bertanggungjawab dan melahirkan orang percaya yang kelihatannya beriman, namun ternyata hanya sedang memanfaatkan Tuhan. Kuasa Tuhan itu pasti kita butuhkan, namun harus dibarengi usaha menumbuhkan iman dengan pengajaran firman Tuhan, agar anak Tuhan tidak tersesat dan terjebak menjadi orang Kristen yang hanya suka mukjizat, tapi tidak suka firman. Bagaimanakah dengan Anda? Marilah kita semakin berakar dalam firman-Nya daripada mengikuti arus dunia. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kualitas hubungan Anda dengan Tuhan saat dihadapkan pada kesulitan hidup? (2) Apa usaha Anda untuk menumbuhkan iman kepada Kristus? Berdoalah agar anak-anak Tuhan memiliki iman yang mengakar kuat pada Alkitab melalui pembacaan dan perenungan yang dilakukan, serta mencintai firman Tuhan dan menjadi pelaku kehendak Allah.
29 MINGGU
MEI 2016
“Jawab Yesus: Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yohanes 11:25)
Bacaan hari ini: Yohanes 11:1-29 Bacaan setahun: Yohanes 11:1-29
KUASA KEBANGKITAN-NYA
K
uasa kebangkitan-Nya dinyatakan hanya dengan satu tujuan agar Yesus, Anak Allah dipermuliakan. Ini terjadi ketika Lazarus sedang sakit; Yesus dengan sengaja menunda untuk hadir sampai Lazarus benar-benar meninggal, empat hari; sehingga terjadilah dialog di antara Yesus dan Marta, dimana Marta percaya bahwa kebangkitan orang mati terjadi pada akhir zaman. Saat itulah, Yesus memproklamirkan siapa diriNya, bukan saja kepada Maria dan Marta, tetapi juga kepada orang banyak dengan memanggil Lazarus keluar dari kubur yang sudah empat hari; bahwa di dalam diri-Nya, ada kebangkitan dan hidup. “Kuasa” adalah “kemenangan untuk mengatasi sesuatu dan menang,” ini berarti bahwa di dalam kebangkitan ada kuasa yang mengubah banyak orang. Maka dari itu, Paulus ingin lebih mengenal kuasa kebangkitan-Nya, setelah melayani Tuhan Yesus sekian puluh tahun di dalam penganiayaan dan penderitaan, dan nyawanya sendiri menjadi taruhan. Sekarang kuasa itu masuk di dalam hidup kita sehingga kita mempunyai cara pandang yang jauh berbeda di dalam menghadapi pergumulan-pergumulan hidup yang kadang, bahkan sering membuat kita putus asa dan tidak berdaya. Kuasa kebangkitan-Nya telah nyata bagi Lazarus dan juga bagi kita, jangan lagi kita berkata “tidak berdaya” di dalam menghadapi pergumulan-pergumulan hidup ini. Jangan menyerah, tetaplah mengikut jalan dan kehendak Tuhan Yesus dalam setiap aspek kehidupan kita. Jika demikian, bagaimana kita dapat mengalami kuasa kebangkitan Yesus? Tuhan Yesus berkata: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamalamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Apa jawab kita kepada-Nya? Marilah kita datang kepada Tuhan Yesus dengan perspektif yang berbeda dari sebelumnya, di dalam menghadapi pergumulan-pergumulan hidup ini. Sekali lagi, jangan menyerah, setialah kepada-Nya, sebab kita tidak akan kecewa! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus menunda kedatangan-Nya untuk menolong Lazarus? (2) Pelajaran apa yang Anda dapatkan dari sikap Tuhan Yesus ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang saat ini sedang menghadapi tantangan dan kesulitan hidup agar tetap setia dan taat kepada Tuhan dalam setiap langkah kehidupan mereka.
30 SENIN
MEI 2016
“Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (Yohanes 11:40)
Bacaan hari ini: Yohanes 11:30-57 Bacaan setahun: Yohanes 11:30-57
PERCAYA DAN TAAT
A
lkitab mencatat beberapa peristiwa kebangkitan orang mati, salah satu adalah peristiwa Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah meninggal beberapa hari. Sepanjang Injil, ada dua peristiwa lain mencatat Tuhan Yesus membangkitkan orang mati, yaitu dalam Lukas 7, Tuhan membangkitkan anak muda dari seorang janda di kota Nain, dan Lukas 8, membangkitkan anak perempuan Yairus (kepala rumah Ibadah). Perbedaan dari ketiga peristiwa adalah, anak perempuan Yairus baru saja meninggal, anak muda di Nain sudah meninggal beberapa waktu lamanya dan hendak dikuburkan, dan Lazarus ini sakit dan sudah meninggal beberapa hari, bahkan sudah dikuburkan, maka tubuhnya kemungkinan sudah mulai membusuk. Namun Tuhan Yesus melakukan mukjizat yang sama, yaitu membangkitkan mereka semua, memulihkan hidup mereka seperti sebelumnya. Tuhan Yesus melakukan hal ini untuk menunjukkan belas kasihan-Nya kepada manusia yang sedang ada dalam keputus-asaan, bahwa ada Tuhan yang tahu penderitaan dan pergumulan hidup manusia, Tuhan mau menolong mereka. Tujuan penting lainnya, adalah bahwa Tuhan menunjukkan bahwa Dia-lah sumber hidup manusia, Dia sanggup membangkitkan manusia mati, memberikan hidup. Seringkali Tuhan mengizinkan berbagai pencobaan terjadi dalam diri kita, bahkan pertolongan Tuhan nampak terlambat, dan keadaan tidak bisa diubah. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan atas kehidupan dan kematian, Ia menguasai segala sesuatu, tidak ada terlambat bagi Dia, bagi kita yang mau percaya dan taat. Sesungguhnya, Dia sayang dan peduli terhadap kita. Kita memang tidak tahu jalan pikiran Tuhan, namun kita tidak perlu ragu akan kuasa-Nya yang melampaui segala sesuatu. Kita juga tidak perlu menuntut sebuah mukjizat seperti yang dituntut oleh Marta dan Maria, atau mengalami mukjizat seperti orang-orang di atas; melainkan kita perlu percaya pada kasih setia-Nya, membangun relasi yang indah dengan-Nya melalui iman yang teguh. Maka, selalu ada pertolongan, belas kasihan Tuhan untuk kita, yang melampaui akal pikiran kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah keterlambatan Tuhan menolong Lazarus menunjukkan bahwa Ia tidak mengasihinya? Jelaskan! (2) Bagaimana sikap kita dalam menantikan karya-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tetap bersabar dan taat pada kedaulatan Tuhan atas hidup mereka. Doakan agar mereka tetap setia dan hidup memuliakan Tuhan.
31 SELASA
MEI 2016
“Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.” (Yohanes 12:7-8)
Bacaan hari ini: Yohanes 12:1-26 Bacaan setahun: Yohanes 12:1-26
MARIA MEMBERI YANG TERBAIK
K
etika membaca peristiwa Maria dari Betania meminyaki kaki Tuhan Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal, mungkin kita berpikir, bukankah ini memang sebuah pemborosan? Karena minyak itu dipersiapkan untuk pernikahan seorang gadis, membasuh tubuhnya pada saat pernikahannya. Bukankah kebiasaan orang Yahudi adalah cukup dengan air, untuk membasuh kaki dari tamu? Tentu sebuah pemborosan yang tidak perlu, sekalipun dilakukan untuk Tuhan, karena Tuhan pun tidak ingin diperlakukan demikian “boros,” bukan?! Namun jawaban Tuhan Yesus sungguh mengherankan, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku” (Yoh. 12:7). Rupanya Tuhan memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain, sehingga Ia menerima persembahan itu. Alasannya, pertama, karena Tuhan melihat motivasi hati Maria yang murni, karena kasih Maria kepada Tuhan, yang sungguh ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan Allahnya, yang telah menolong dia dan keluarganya (Yoh. 11). Seorang yang mengenal Tuhan, dan memiliki relasi yang intim dengan Tuhan, adalah seorang yang tahu berterima kasih dan rindu memberikan yang terbaik untuk membalas cinta kasih Tuhan, tanpa peduli dengan mahal-tidaknya pengorbanannya, atau berdasar pantas-tidaknya, layak-tidaknya penilaian orang lain. Bagi orang yang bersyukur, segala-galanya yang ia persembahkan tidak cukup untuk mengungkapkan syukurnya atas kasih Tuhan yang besar. Demikianlah Maria. Bagaimana dengan persembahan kita di hadapan Tuhan? Kedua, yang membuat Tuhan Yesus menerima persembahan tersebut adalah Ia melihat persembahan tersebut sebagai sebuah nubuatan akan pengorbanan-Nya, kematian-Nya bahkan dikuburkan! Orang lain mencium bau wangi minyak tersebut, Tuhan Yesus justru mencium bau jalan salib penderitaan yang harus Ia jalani sampai akhir. Apa yang dilakukan Maria ini merupakan sebuah konfirmasi akan jalan salib dan kematian Tuhan Yesus. Bagaimanakah dengan Anda? Marilah kita memberikan yang terbaik demi kemajuan pekerjaan Tuhan! STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dilakukan Maria adalah untuk sebuah sensasi atau memiliki makna tertentu bagi Maria? Jelaskan! (2) Apa yang kita pelajari dari sikap Maria? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka memiliki kasih yang semakin besar kepada Tuhan, senantiasa mengingat kasih-Nya yang begitu besar telah diberikan kepada mereka.
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yohanes 3:30)