Edisi 19 Musim Semi 2011 Baptisan Anak - 30 Januari 2011
Saat Teduh
REIN REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
REIN diterbitkan dua kali setahun.
Gereja Reformed Injili Indonesia
Penasihat: Ev. Steve Hendra Redaksi: Christian Adi Hartono Erna Chandrawati Herawaty Sanga Lawalata Shaniyl Jayakodiy Sonja Mondong Stephen Tahary William Aries Tandarto
Alihbahasa: Bravo Santoso Daniel Thie Fungky Hendra Ivonne Tjitra Thomas Mondong Dukungan koreksi bahasa: Roy Homanangan Saragih
Persekutuan Doa Penginjilan Kebaktian Umum Kebaktian Anak-anak
: Minggu, 15:15 : Minggu, 16:00 : Minggu, 16:00
Penelaahan Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin e.V.
Persekutuan Doa : Jumat, 19:00 Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. c/o Ev. Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin
Sekretariat MRII-Berlin : c/o Ev. Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin Tel. (+49)30-87337853 / (+49)1791458691
Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi atau pun menambahkan isi dari artikel tersebut. Cover: Pieter De Grebber, 1635 „King David in Prayer” Museum Catharijneconvent, Utrecht
http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
Nomor Rekening: MRII Berlin e.V. Kto.Nr. 0257576 BLZ. 100 700 24 Bankinst. Deutsche Bank
REIN
REIN diterbitkan oleh Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. REIN diterbitkan dua kali setahun. Penasihat: Ev. Steve Hendra Redaksi: Christian Adi Hartono Erna Chandrawati Herawaty Poppy Permadi Shaniyl Jayakodiy Sonja Mondong Stephen Tahary William Aries Tandarto
Alihbahasa: Bravo Santoso Daniel Thie Fungky Hendra Ivonne Tjitra Thomas Mondong Dukungan koreksi bahasa: Roy Homanangan Saragih
Pembimbing/Pengawas: Departemen Pembinaan MRII Berlin e.V. Penanggung Jawab: Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V. c/o Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin Semua artikel di dalam Buletin REIN hanya boleh diperbanyak dan dikutip di dalam bentuk artikel yang utuh, tanpa mengurangi atau pun menambahkan isi dari artikel tersebut. Cover: Hans Multscher, 1400-1467 „Die schlafenden Jünger in Gethsemane” Flügelaltar von Hans Mutschler (1458), Sterzing - Südtirol
DAFTAR ISI Pesan Redaksi
1
Mengapa Saat Teduh?
2
Pdt. Billy Kristanto Wawasan Kristen : Konsep Memahami Dunia dan Realita
6
Pdt. Lay Hendra Wijaya Meditation
9
Pdt. Romeo Mazo Resensi Buku: Family Devotions Based on the Shorter Catechism: Training Hearts Teaching Minds
15
Yenni Winata Biografi: Aurelius Agustinus
17
Sanga Lawalata Kesaksian
20
Andre Sutiono SEPUTAR MRII-BERLIN Sanga Lawalata
22
1
Pesan Redaksi Tajuk rencana Manusia pada zaman ini dituntut untuk mengikuti trend dan melakukan hal sebanyak mungkin. Semakin banyak yang dilakukan seakan-akan menunjukkan pemenuhan dan nilai yang lebih dalam hidup dan di atas semuanya menjanjikan kesejahteraan yang lebih. Kehidupan sehari-hari saat ini menuntut sangat banyak dari manusia, sehingga manusia bahkan sering berharap untuk memiliki waktu yang lebih panjang dalam satu hari. Ada banyak alasan mengenai hal tersebut, tetapi jawabannya yang pasti adalah, bahwa kita belajar untuk menganalisa dan mengenal prioritas-prioritas yang benar dalam hidup dan hal itu menjadi dasar untuk membentuk hidup kita. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah." (Mazmur 46,11 a) Ayat ini mengatakan kepada kita dua aspek yang sangat penting dari proses ini, dimana kelihatannya yang pertama merupakan prasyarat untuk kedua. Edisi REIN kali ini mendedikasi para pembaca untuk lebih dekat lagi tentang hal ini. Sebagai contoh, apa yang ditawarkan bagi kita dengan "saat teduh", apakah itu menyangkut tindakan ritual yang saleh atau yang seharihari dan bagaimana kita merancang saat teduh yang ber“gizi“ rohani. Di sini kita dihadapkan dengan sebuah pertanyaan yang klasik, tetapi selalu aktual: apa yang menjadi realitas tertinggi dari manusia. Dalam artikel “Wawasan Kristen“ dibicarakan kosep pemahaman dunia dan realitas lebih dekat lagi. Artikel-artikel mengenai saat teduh memberikan wawasan tentang kebutuhan dan manfaat dari saat teduh yang sehat. Resensi buku pilihan, biografi, kesaksian, beserta dengan komik dan karikatur juga merupakan hal-hal yang menarik untuk dibaca pada edisi REIN kali ini. Seorang atlet yang berprestasi, yang sedang mempersiapkan dirinya untuk sebuah kompetisi, meskipun memiliki banyak aktifitas yang harus ia lakukan, namun ia harus tetap memperhatikan makanan yang sehat dan tepat baginya. Apabila ia mengabaikannya, maka ia merisikokan segalanya, segala yang sedang ia persiapkan. Jika seseorang memiliki banyak hal yang harus dikerjakan, yang harus diperhatikan ialah, bahwa ia memerlukan lebih banyak kekuatan dan hikmat, yang akan Allah berikan dengan limpahnya kepada setiap orang yang mencari dengan berdiam diri di hadapan Tuhan! Soli Deo Gloria Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Mengapa Saat Teduh?
2
Mengapa Saat Teduh? Pdt. Billy Kristanto
Hari ini kita ingin memikirkan dan merenungkan dari perspektif doktrinal (systematic-theological) mengenai “saat teduh”. Saat teduh sebagai topik doktrinal? Bukankah ini merupakan suatu kekeliruan kategoris? Saat teduh biasanya selalu dibahas dalam Praktis atau lebih detailnya dalam wilayah spiritualitas. Hal yang sama meneguhkan hal ini, yaitu boleh dikatakan tidak ada buku teologi sistematis yang membahas mengenai saat teduh, karena itu bukan dianggap wilayah pembahasan doktrinal. Pendapat-pendapat seperti ini tentu saja memang sesuai dengan realita, bahkan juga dalam batasan tertentu dapat dikatakan ada benarnya. Namun, yang tidak benar adalah keterpisahan (fragmentasi) wilayah doktrinal dan wilayah spiritualitas. Ini yang tidak seharusnya diterima oleh orang percaya. Sekalipun benar, keduanya (doktrin dan spiritualitas) memiliki kekhususan wilayah masingmasing, namun bukan berarti keduanya tidak perlu memiliki interaksi satu dengan yang lain. Tidak ada doktrin yang tidak berdampak bagi spiritualitas, demikian juga tidak ada spiritualitas yang tidak memiliki doktrin di dalamnya. Kita dapat mendaftarkan topik-topik yang dianggap penting dalam wilayah teologi sistematis: doktrin Allah, doktrin Allah Tritunggal, doktrin penciptaan, doktrin manusia, doktrin Kristus, doktrin Roh Kudus, doktrin keselamatan, doktrin gereja, doktrin akhir jaman. Kita dapat menyoroti saat teduh dari perspektif doktrin-doktrin besar di atas. Karena keterbatasan tempat dan waktu, kita tidak akan menyoroti dari semua doktrin namun hanya akan memilih beberapa di antaranya. Kita mulai dari doktrin/teologi penciptaan saja. Allah menciptakan langit dan bumi dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan-Nya (Kej. 2:3). Beda Allah Sang Pencipta dengan manusia adalah Allah berhenti pada hari ke-tujuh itu setelah mencipta selama enam hari, sementara manusia segera masuk (baca: menikmati) hari ke-tujuh itu karena dia diciptakan pada hari keenam. Apa yang bagi Allah adalah hari perhentian untuk merayakan pekerjaanNya, merupakan suatu awal bagi umat manusia. Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
3
Mengapa Saat Teduh?
Di sini ada struktur yang penting dari doktrin/teologi penciptaan: manusia memulai hidupnya dengan terlebih dahulu menikmati istirahat yang disediakan oleh Allah, yaitu hari di mana ia boleh datang beribadah menghadap hadirat Tuhan. Kita bukan membutuhkan istirahat setelah bekerja, melainkan bekerja setelah mendapatkan istirahat yang cukup. Struktur ini merupakan point penting dan merupakan konsep teologi anugerah sebagaimana sangat ditekankan dalam teologi Reformed. Pekerjaan atau karya manusia haruslah merupakan suatu ekspresi keluar dari apa yang telah terlebih dahulu diterimanya dari Tuhan, yaitu kekuatan rohani yang diperolehnya pada saat ia menikmati istirahat dalam hadirat Tuhan. Saat teduh sangat berkaitan dengan konsep hari istirahat ini. Saat teduh juga memberikan kita kekuatan untuk menghadapi hari yang akan kita lalui bersama dengan Tuhan. Ada perbedaan kekuatan rohani dari seseorang yang mengekspresikan dirinya dari suatu aliran yang keluar dari kuasa kehadiran Tuhan dalam hidupnya dengan mereka yang mengekspresikan diri juga namun dari kekuatan alamiahnya sendiri. Jenis yang terakhir ini bukannya tidak bisa bekerja banyak, bukannya tidak mungkin menjadi orang yang sangat sibuk, bukannya tidak mungkin mencapai ini dan itu, namun seringkali ada kegelisahan yang menyertainya karena aliran hidupnya bukan berasal dari minyak sukacita yang dialirkan oleh Tuhan sendiri. Sekarang kita akan melihat kaitan saat teduh dengan doktrin keselamatan. Adalah merupakan suatu kerugian jika kita hanya mengerti urusan keselamatan hanya dengan kategori belum diselamatkan atau sudah diselamatkan. Dualisme seperti ini, sekalipun tentu saja ada (dan banyak!) benarnya, namun sesungguhnya acap kali mereduksi (mempersempit) pengertian doktrin keselamatan. Kaum Injili yang hanya melihat urusan keselamatan hanya dalam perspektif apakah seseorang sudah atau belum diselamatkan saja juga akan mencurahkan energinya semata-mata menantang orang dari belum menuju sudah. Sesudah itu apa? Sesudah itu ya sudah. Padahal kenyataannya bagi yang sudah pun juga masih banyak belum-nya: belum luas hati, belum mengerti perlunya pengorbanan, belum bisa taat, belum mengasihi orang lain dengan tulus, belum mirip Kristus. Di sini kita melihat bahwa diselamatkan pun bukan hanya dimensi momen (kapan diselamatkan) melainkan juga proses (keselamatan yang semakin teguh). Konsep yang terakhir ini khususnya banyak dipikirkan oleh theolog seperti Jean Calvin namun sayangnya banyak kaum Injili (bahkan Reformed) yang agaknya lebih berkiblat kepada teologi pertobatan Pietisme dari Halle (Francke) yang lebih menekankan momen pertobatan. Dari perspektif teologi biblika, secara gamblang dapat dikatakan ada perbedaan penekanan dalam konsep union Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Mengapa Saat Teduh?
4
with Christ a la Paulus dan a la Yohanes. Paulus lebih menekankan doktrin keselamatan yang menekankan kesempurnaan korban Kristus (meskipun bukan tanpa konsep gradual) sementara Yohanes lebih menekankan partisipasi orang percaya di dalam Kristus (meskipun bukan tanpa pemikiran kesempurnaan korban Kristus). Sayang jika kita hanya menekankan satu bagian sementara kehilangan bagian yang lain. Karena bagi orang yang sudah diselamatkan pun masih banyak wilayah yang belum sempurna, maka Allah memberikan kita apa yang disebut dengan alatalat/saluran anugerah (means of grace). Yang dimaksud dengan alat-alat anugerah misalnya seperti doa dan sakramen. Dalam batasan yang luas kita dapat menggolongkan saat teduh juga sebagai alat anugerah. Alat-alat anugerah ini bukanlah yang menyelamatkan kita (yang menyelamatkan kita adalah Kristus yang mati dan bangkit), namun keselamatan yang kita peroleh bukanlah tanpa alat-alat anugerah. Kita memang bukan diselamatkan oleh doa atau oleh sakramen, namun orang yang percaya bukan menghayati keselamatannya tanpa doa dan sakramen. Ada pandangan yang fatal dan keliru jika orang berpendapat bahwa mereka yang menekankan pentingnya alat-alat anugerah sedang mengaburkan keselamatan hanya oleh anugerah Tuhan. Sebaliknyalah yang benar: justru karena saya mengerti saya diselamatkan oleh anugerah Tuhan saja, maka saya dengan bebas dapat menggunakan alat-alat anugerahNya karena saya tahu bukan alat-alat itulah yang menyelamatkan melainkan anugerahNya saja. Kita mengambil contoh sederhana saja: ketika membersihkan piring kotor kita menggunakan air yang dialirkan dari pipa. Yang membersihkan piring kotor itu tentunya adalah air dan bukan pipa. Namun pengertian bahwa airlah yang membersihkan piring kotor tidak berarti saya tidak membutuhkan pipanya. Dan ketika kita menekankan perlunya dan pentingnya pipa, tentu saja ini juga tidak berarti bahwa saya sedang menyangkali bahwa airlah yang sebenarnya membersihkan piring yang kotor. Hal yang sama juga berlaku bagi alat-alat anugerah. Melalui alat-alat/saluran anugerah itu saya memperoleh anugerah Tuhan yang olehnya (anugerah) saya diselamatkan. Karena itu kita juga bisa menekankan pentingnya saat teduh dalam konteks alat/saluran anugerah ini. Saat teduh bukanlah yang memberkati kita, yang memberkati kita adalah kehadiran Tuhan dalam Firman-Nya yang kita peroleh melalui saat teduh itu. Dalam pemikiran Calvin, alat-alat anugerah mendapat perhatian atau penekanan yang besar. Dan tentu saja Calvin bukan menemukan pengertian ini dari dirinya sendiri melainkan dari mempelajari Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
5
Mengapa Saat Teduh?
pergumulan orang-orang yang sebelum dia dan dari kitab suci. Saat teduh sangat berkaitan dengan konsep keselamatan karena kita tahu mereka yang diselamatkan adalah mereka yang dipilih, yang disucikan dan dipisahkan (consecrated) bagi suatu tujuan yang mulia. Konsep konsekrasi ini juga hadir dalam saat teduh: kita memisahkan waktu dan tempat khusus bagi kehadiran Tuhan. Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak Mahahadir dalam waktu atau tempat yang lain, melainkan melalui saat teduh kita secara khusus menghayati kehadiran Tuhan (yang hadir dalam Firman-Nya). Mereka yang tidak mengerti konsep kekhususan ini juga pada dasarnya tidak akan mengerti mengapa harus beribadah pada hari yang khusus dan bukan setiap hari atau sembarang hari. Mengapa beribadah di Bait Allah dan bukan pada sembarangan tempat. Mengapa orang Israel begitu terpukul pada saat pembuangan? Mengapa tidak beribadah di sembarang tempat saja, toh Tuhan hadir di mana-mana, mengapa harus begitu susah jika tidak beribadah di Bait Allah? Jawabannya sederhana: karena mereka mengerti ada konsep kehadiran Allah secara khusus dalam Bait-Nya. Mereka yang tidak mengerti pentingnya yang paticular (kehadiran Allah secara khusus) akan sulit untuk menghayati yang universal (kemahahadiran Allah di segala tempat dan waktu). Melalui saat teduh kita menikmati secara konkret persekutuan dengan Allah dan Kristus-Nya. Dalam doktrin keselamatan kita menekankan union with God atau union with Christ maka dalam saat teduh kita belajar untuk menghayati kesatuan dengan Allah dan dengan Kristus itu. Melalui saat teduh kita mengalami transformasi dan visi hidup yang senantiasa jelas (Markus 1:38). Kita tidak gampang diombang-ambingkan oleh tuntutan manusia (Markus 1:36-37). Yesus sendiri yang adalah Allah tetap menyisihkan (consecrate) waktu dan tempat yang khusus (Markus 1:35). Jika Yesus yang sempurna tetap menyediakan waktu teduh di hadapan BapaNya, terlebih kita manusia yang memiliki segudang kelemahan, kita jauh lebih membutuhkan saat-saat yang khusus ini untuk menghayati persekutuan kita dengan Bapa.
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Wawasan Kristen : Konsep memahami dunia dan realita
6
Wawasan Kristen : Konsep memahami dunia dan realita Pdt. Lay Hendra Wijaya
Didalam bukunya James W. Sire “Naming The Elephant“, ada satu cerita kecil, yaitu ketika satu kali seorang anak kelas dua sekolah dasar pulang dari sekolah dan bercerita kepada ayahnya tentang apa yang diajarkan oleh gurunya pada hari itu. Anak itu bercerita, bahwa didalam kelas tadi, guru memperlihatkan satu model bola dunia dan guru mengatakan seperti bola dunia itulah model dunia kita. Lebih jauh guru itu mengatakan, bahwa dunia kita seperti halnya model dunia itu, terletak ditengah-tengah angkasa. Anak itu lalu berpikir bagaimanakah itu mungkin terjadi, sedangkan bola dunia kalau tidak ada yang memegangnya pasti bola dunia itu akan jatuh? Bagaimanakah mungkin dunia berada ditengah-tengah angkasa dan tidak terjatuh? Lalu anak itu bertanya pada ayahnya, “Siapakah yang memegang dunia ini? Ayahnya lalu menjawab se“kena“nya oleh karena ini adalah pertanyaan anak kecil, “Unta yang memegang dunia!“ Anak itu setelah menerima jawaban lalu pergi. Namun, anak itu berpikir lagi dan kembali kepada ayahnya, dan bertanya,“Siapa yang memegang unta?” Ayahnya lalu menjawab,“Oh.. kanguru yang memegang onta”. Anak itu lalu percaya dan pergi. Tidak berapa lama kemudian ia berpikir, “Kalau dunia dipegang oleh unta dan unta dipegang oleh kanguru, lalu siapa yang pegang kanguru?“ Anak itu buru-buru kembali kepada ayahnya dan bertanya, “Ehm… siapa yang pegang kanguru..?” Ayahnya lalu berusaha memberikan satu jawaban yang paling akhir dengan mengatakan, “Gajah yang memegang semuanya ..!” Tentu saja cerita ini masih dapat berlanjut terus. Namun apa yang dapat kita pelajari melalui cerita ini? Ternyata apa yang tersirat dibalik cerita ini tidak sesederhana yang kita duga. Cerita ini bukan sekedar soal cerita tentang binatang ataupun cerita untuk menyelesaikan rasa ingin tahu seorang anak. Melainkan apa yang tersirat di dalam cerita ini seperti yang dapat kita lihat melalui pertanyaan demi pertanyaan anak tersebut adalah merupakan pertanyaan yang serius, pertanyaan yang sangat mendasar sifatnya, pertanyaan yang berkenaan dengan realitas yang paling hakiki
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
7
Wawasan Kristen : Konsep memahami dunia dan realita
didalam pengalaman dan realitas hidup manusia, yaitu “What is the ultimate reality?” Pertanyaan mengenai realitas yang paling hakiki (ultimate reality) merupakan pertanyaan yang telah digumulkan oleh manusia sepanjang sejarah hidupnya. Sejak dari zaman filsafat Yunani Kuno hingga Postmodern dewasa ini, tiap zaman manusia berusaha menemukan jawaban yang tuntas mengenai apa yang menjadi realitas paling hakiki manusia. Plato misalnya mengatakan Form adalah dasar pembentuk realitas matter didalam dunia ini. Dunia modern mengatakan Science dan potensi keunggulan rasio manusia adalah pembentuk segala realitas hidup manusia modern. Sekalipun tiap zaman manusia berusaha menggumuli dan menemukan jawaban yang paling tuntas atas pertanyaan mengenai realitas yang paling hakiki tentang apakah hidup manusia itu, namum dalam kenyataannya, baik melalui filsafat, ilmu pengetahuan maupun pengalaman hidup, manusia ternyata tidak mampu menemukannya. Dengan memperhatikan kenyataan demikian, maka kita percaya satusatunya jawaban yang paling tuntas hanya mungkin diperoleh manusia apabila manusia kembali kepada wahyu Tuhan Allah sebagaimana yang telah Ia nyatakan didalam FirmanNya. Melalui wahyu Allah di dalam FirmanNya, pertama-tama manusia diperkenalkan adanya kepastian dan keberadaan realitas yang paling hakiki, dan bahkan Ia bisa diketahui dan dikenali oleh manusia secara pribadi (the certainty of ultimate reality to be known in person). Dengan demikian apa yang disampaikan oleh kitab suci melalui Kejadian 1:1 bukan hanya sekedar bicara aktivitas Tuhan Allah sebagai Pencipta langit dan bumi semata, melainkan juga satu proklamasi yang bersifat paling hakiki (ultimate), yaitu Tuhan Allah sebagai Pencipta sekaligus penyebab utama permulaan segala realitas yang ada. Oleh karena pekerjaan Tuhan Allahlah maka segala realitas menjadi ada. Oleh sebab itu, didalam pencarian manusia atas pertanyaan ultimate reality, tidak bisa tidak, manusia harus kembali berangkat dari titik dari sudut keberadaan Allah sebagai realitas utama dan pertama. Melalui wahyu Tuhan Allah pula manusia diberikan jawaban yang tuntas, bahwa ternyata realitas seluruh narasi kisah hidup manusia merupakan kisah yang sudah dirangkai melalui narasi Penciptaan, Kejatuhan, Penebusan, dan Penyempurnaan (Creation, Fall, Redemption and Consummation). Dengan memahami kerangka C-F-R-C, manusia dimungkinkan untuk menemukan jawaban yang tuntas atas pertanyaan realitas asal usul manusia (who Am I? Jawab: God’s created image), atas pertanyaan realitas eksistensi manusia (Where Am I ? Jawab: in the goodness of God’s Creation), atas pertanyaan realitas pengalaman ketidak sempurnaan, Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Wawasan Kristen : Konsep memahami dunia dan realita
8
penderitaan, kesusahan, dan kejahatan (What’s wrong? Jawab: Fall in sin, distrust to God, against God, trust self), atas pertanyaan realitas apakah esensi hidup manusia hanya lahir, menderita lalu mati? Adakah pengharapan? (What’s the remedy? Jawab: by redemption in Jesus Christ, The Son of God), atas pertanyaan realitas akan kemanakah hidup manusia? Masihkah manusia bereksistensi pada saat fungsi jasmani berhenti bereksistensi? (ConsumationThose who believed in Jesus Christ has the eternal life), atas pertanyaan akan fakta dan realitas kesementaraan hidup, manusia harus mengerjakan apa? (What time is it? Jawab: Doing God’s Work, confessing and redeeming all life to God). Bagaimana kita melihat dunia dan hidup kita sangatlah tergantung pada konsep kita akan apa yang menjadi ultimate reality hidup kita. Jika yang menjadi ultimate reality kita adalah hal-hal yang sementara seperti kekayaan materi maupun dunia ini, maka seluruh hidup kita akhirnya hanya akan diisi dan diakhiri oleh kesementaraan dan kesia-siaan. Namun, jika ultimate reality kita adalah Tuhan Allah dan segala pekerjaanNya, maka pada akhirnya kita akan menemukan segala buah kita akan tinggal tetap, bahkan sampai selama-lamanya di dalam kekekalan. ”Bagaimanakah engkau melihat dunia dan realitas hdupmu?“
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
9
Meditation
Meditation Pdt. Romeo Mazo
Saat teduh adalah bagian yang penting dalam kehidupan seorang Kristen. Pertanyaan yang penting, mengapa seorang Kristen perlu untuk bersaat teduh? Kalau orang tahu itu penting dan ada manfaatnya, pasti itu mendorongnya untuk melakukan saat teduh tersebut. Berarti seseorang dimotivasi untuk melakukan sesuatu tergantung apakah ada manfaat atau tidak baginya bukan? Kalau Alkitab mengatakan kita harus bersaat teduh pasti itu bermanfaat bagi kita semua. Kita lihat orang orang yang Tuhan pakai di Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, mereka adalah orang yang mempunyai saat teduh yang teratur. Lihatlah Musa yang dipakai Tuhan dengan spektakuler, punya saat teduh yang baik. Nabi-nabi yang Tuhan pakai, memandang saat teduh sebagai bagian dari hidup mereka. Apalagi Raja Daud, seseorang yang memahami dengan mendalam pentingnya saat teduh tersebut. Dia menulis dalam kitab Mazmur 19:14 dalam bahasa Inggris "Let the words of my mouth and the meditation of my heart be acceptable in your sight, O Lord, my strength and my Redeemer". Contoh yang paling sempurna bagi kita adalah Tuhan Yesus Kristus. Di dalam kesibukan, kelelahan karena pelayanan, Dia tetap memiliki waktu untuk bersekutu dengan Bapak di Sorga. Tuhan Yesus sebagai Anak Allah adalah teladan bagi umat Tuhan yang harus punya persekutuan dengan Allah Bapa, Tuhan kita. Tuhan bisa hidup tanpa manusia karena Dia adalah Tuhan, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan karena dia adalah manusia yang harus bergantung kepada sumbernya, yaitu Tuhan. Sebagai umat Tuhan yang mengerti sepenuhnya mengenai pentingnya saat teduh, tidak mungkin mengabaikan hal tersebut. Secara umum, orang yang punya saat teduh yang teratur adalah orang yang punya kerohanian yang terus bertumbuh. Pada waktu kita bersaat teduh hal hal apa yang harus kita renungkan? Pertama, kita merenungkan cinta Tuhan yang sempurna. Cinta Tuhan yang sempurna bisa dilihat dalam dua bagian: Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Meditation
10
a) Dalam Ciptaan (Creation) Setiap ciptaan Tuhan adalah berharga bagiNya, tetapi manusialah yang paling berharga bagi Tuhan. Hanya manusia satu-satunya yang mengerti atau mengenal siapakah Penciptanya. Keberadaan ciptaan lain diciptakan untuk manusia, tetapi manusia diciptakan untuk Tuhan. Secara kedudukan manusia lebih tinggi daripada ciptaan yang lain. Khususnya manusia adalah gambar dan rupa Allah, secara esensi itulah yang membedakan kita dengan ciptaan yang lain. Tuhan menciptakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia barulah Tuhan mencipta manusia. Bukankah itu membuktikan betepa manusia dicintai Tuhan? Orang yang mengerti ini tidak mungkin dia tidak mencintai Tuhan. b) Dalam Penebusan (Redemption) Penebusan adalah ekspresi cinta Allah yang paling mendalam. Ini adalah cinta yang tertinggi yang pernah Tuhan curahkan bagi umat manusia. Ciptaan adalah penting, tetapi penebusan adalah yang terpenting karena perlu pengorbanan oleh AnakNya yang Tunggal untuk menebus manusia yang berdosa seperti Saudara dan saya. Beberapa hari lagi, kita sebagai orang Kristen akan merayakan Jumat Agung. Sungguh ini adalah hari yang teragung dalam sejarah penebusan umat manusia. Marilah kita renungkan apa yang terjadi dua ribu lebih tahun yang lalu. Jumat Agung adalah identik dengan kesengsaraan atau penderitaan Tuhan Yesus Kristus. Sebelum kita lihat cintaNya di atas kayu salib, kita harus ingat juga pengorbanan cintaNya pada waktu kelahiran Tuhan di palungan. Bukankah palungan adalah ekspresi cintaNya yang sejati? Dia adalah Pencipta, Pemilik dunia ini yang memiliki segala hak untuk dilahirkan di istana atau di rumah sakit yang paling mewah. Mengapa Dia mau dilahirkan di palungan, tempat yang remeh, kotor, dan bau? Ini baru kelahiranNya. Apalagi sengsara yang Dia alami di atas kayu salib. Kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib adalah cinta yang teragung buat kita orang berdosa. Orang Kristen yang mengerti apa yang Dia lakukan untuk menebus kita, tidak mungkin tidak tergerak hatinya untuk sungguh mencintai Tuhan sepenuh hati. Tidak akan ada lagi kasih yang teragung seperti itu dalam dunia ini. Kedua, hal yang kita harus renungkan pada waktu kita bersaat teduh adalah Anugerah Tuhan. Kita harus menyadari betapa besar anugerah Tuhan Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
11
Meditation
setiap hari dalam hidup kita. Segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Kita dilahirkan di dunia ini tidak membawa apapun, sama seperti pada waktu kita akan mengakhiri hidup dalam dunia ini, tidak membawa apapun juga. Tidak ada seorangpun bisa mengatakan kalau Tuhan tidak mencintainya. Setiap hari kita menghirup udara, matahari terus bersinar, dan hujan yang turun terus untuk menumbuhkan makanan yang dibutuhkan oleh manusia. Kita punya kepintaran, diberikan kesehatan dan kekuatan untuk mengatur hidup selama di dunia ini. Semua ini kan dari Tuhan, walaupun manusia mengakuinya atau tidak, ini adalah suatu fakta. Ini yang kita sebut anugerah umum. Orang yang menyadari hal ini pasti akan bertrimakasih kepada Tuhan, apalagi kita yang mengerti anugerah khusus pasti lebih berterimakasih kepada Tuhan. Orang yang mengerti anugerah khusus seharusnya lebih mencintai Tuhan daripada orang yang hanya mengerti anugerah umum. Saya tidak menjelaskan dalam bagian ini tentang anugerah khusus karena saya sudah menjelaskannya pada saat membahas tentang Jumat Agung, itulah anugerah khusus. PENUTUP Tuhan sudah memberikan yang terbaik dalam ciptaan dan yang terpenting dalam penebusan manusia yang berdosa seperti kita ini. Ini adalah bukti cinta yang sempurna yang Tuhan berikan bagi kita. Setelah Dia melakukan semua ini, Dia memberikan perintah untuk "Kasihilah Allahmu dan kasihilah sesamamu" sebagai hukum yang tertinggi. Kalau Tuhan sudah memberikan yang terbaik dan yang terpenting buat kita, pasti kita mempunyai keyakinan Dia juga peduli pada hal-hal yang kecil yang kita butuhkan. Cinta inilah yang mendorong kita untuk mencintai Tuhan. Orang Kristen yang merenungkan apa yang Dia pernah perbuat bagi kita dalam ciptaan dan khususnya dalam penebusan, mempunyai kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan yang Tuhan ijnkan kita alami. Martin Luther mengatakan, "There's no why in the heart of a true believer". George Muller mengatakan, "Trials are food for faith to feed on". Rasul Paulus mengatakan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat malaikat,maupun pemerintah pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa kuasa baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Meditation
12
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Rom.8:37-39) Yang menguatkan iman kita adalah memahami Firman Tuhan dan doa menguatkan kita untuk bergantung kepada Tuhan. Tidak mungkin Tuhan biarkan orang yang mau bersandar kepadaNya. Ini adalah terhadap Tuhan. Kalau terhadap manusia, kita dimampukan Tuhan mencintai sesama manusia. Kita tidak bisa mengasihi sesama manusia kalau kita tidak mempunyai kasih yang sudah dimampukan Tuhan. Kita bisa mengasihi manusia karena Tuhan, bukan karena kita bisa. Kalau kita bisa mengasihi manusia itulah buktinya kita mengasihi Tuhan, artinya, kalau kita tidak bisa mengasihi sesama manusia, itu buktinya kita tidak mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan adalah mengasihi sesama manusia. Biarlah kuasa Jumat Agung merubah setiap kita agar kita bisa mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Amin! Soli Deo Gloria.
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
13
Pak Wii Suatu pagi…
wah.. telat bangun nih.. musti buru-buru tapi musti saat teduh dulu.. kok ngak bisa konsen ya.. maksudnya apa yah ini.. duh.. ngak ada waktu untuk renungin.. baca aja lah..
Wi akhirnya bergegas brangkat kuliah.. Malam harinya Wi sedang seru menonton film..
Waktu berlalu dengan cepat.. tanpa disadari..
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
14
Ya ampun.. uda jam 2 subuh.. cepet banget..
Keesokan paginya..
Jam berapa sih.. masi ngantuk banget nih..
Aahh.. pengen tidur lagi rasanya.. skip saat teduh lah hari ini..
Pada suatu Sabtu di PA
Firman Tuhan itu seperti makanan pokok bagi org Kristen.. Kita seharusnya menyempatkan diri utk merenungkan Firman Tuhan setiap harinya..
Oh Tuhan.. maafkan aku karna sering hanya memakai sisa-sisa waktuku untuk merenungkan Firman-Mu..
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
15
Resensi Buku
Resensi Buku Family Devotions Based on the Shorter Catechism Training Hearts Teaching Minds Yenni Winata
Bahasa: Inggris ISBN: 0-87552-392-7 Jumlah halaman : 349 Penerbit: P&R Publishing Company
Di zaman sekarang, biasanya hal pertama yang membuat orang mencari gereja adalah hangatnya sambutan, gaya musik, atau jumlah kegiatan mingguan gereja yang menarik. Kesetiaan kepada doktrin yang alkitabiah telah menjadi semakin jarang diprioritaskan orang dan tidak lagi popular dipelajari, apalagi oleh anak anak. Setelah bertobat dan menerima keselamatan yg di sediakan Tuhan bagi kita, iman kita tidak berhenti di situ saja, tetapi kita dituntut untuk bertumbuh dengan mempelajari dan menghayati Firman Tuhan supaya kita lebih lagi mengenal Dia, mengenal kehendakNya dan mengasihiNya. Kadang dalam proses perjalanan hidup sebagai orang percaya tetap masih saja bisa muncul pertanyaan-pertanyaan dalam hidup kita yang kita belum mengerti tuntas, misalnya, apa tujuan utama dalam hidup ini? mengapa dan bagaimana kita harus melayani? apakah keselamatan itu bisa hilang? apakah saya sudah di pilih dari sebelum dunia dijadikan? apa itu sakramen? bagaimana peran saya di dalam perjamuan kudus? dan sebagainya. Tidaklah sedikit orang yang mempunyai konsep salah tentang Allah, tentag kitap suci, tentang Roh Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Resensi Buku
16
Kudus, dan tentang sakramen-sakramen. Kesalahan konsep tersebutlah yang menjadi penyebab kesalahan dalam pelayanan lagu lagu di dalam kebaktian sampai kesalahan berkaitan dengan tujuan hidup. Buku “Training Hearts Teaching Mind” oleh Starr Meade termasuk salah satu buku yg sangat baik dan penting untuk dibaca dan dipelajari bersama di dalam gereja waktu “ber-PA” atau dijadikan bahan untuk bersaat teduh maupun renungan harian di dalam keluarga karena sebagai orang tua Kristen kita di percayakan dan diberikan tanggung jawab untuk mendidik setiap anak anak dalam iman dan kebenaran. Starr Meade menyusun buku ini berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam Katekismus Singkat Westminster dan menjadikannya sebagai bahan renungan singkat yang di bagi perhari dan ditulis dengan bahasa inggris yang sangat sederhana yang cocok untuk anak anak dan juga mempunyai arti yang mendalam bagi orang dewasa. Tiap bacaan dilengkapi dengan dukungan Alkitab dan penjelasan sederhana atas jawaban-jawaban katekisasi. Dengan mengikuti susunan buku ini, maka dalam waktu dua tahun seluruh keluarga telah mempelajari ajaran-ajaran inti Alkitab, yaitu tentang Allah, kitab suci, Tuhan Yesus Kristus, Roh Kudus, keselamatan, sakramen-sakramen, Sepuluh Perintah, dan Doa Bapa Kami. Semua bahan ini sangat berguna untuk memberikan landasan iman Kristen yang kokoh dan mendidik seluruh anggota keluarga kita hidup dalam proses pengudusan dan penyucian terutama untuk anak anak. Pengajaran doktrin tidak dapat menunggu sampai anak-anak beranjak remaja karena di masa remaja mereka sudah harus membuat keputusan-keputusan hidup yang besar. Saya menyarankan agar Anda mengajak anak-anak mempelajari seluruh buku ini lebih dari satu kali. Kiranya buku ini bisa menjadi berkat bagi para pemabacanya.
„Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.“ Filipi 1:9-11
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
17
Biografi
Biografi AURELIUS AGUSTINUS Sanga Lawalata Nama Keluarga: Agustinus Nama: Aurelius Tanggal lahir: 13.11.354 Tempat lahir: Tagaste – Numidia Tanggal meninggal: 28.08.430 Tempat lahir: Hippo Regius - Numidia
G
“ rant me, Lord, that we may know which of the two things must come first: Must we call out of you before we can praise You? Must we call on You before we can know You? For who can call on You, without first knowing You? One who doesn't know You may come with a false idea of who You Are” – “Confession” hal. 16. Ini adalah cuplikan dari tulisan Agustinus dalam bab 1 bukunya Confession of St Agustinus. 'Agustinus of Hippo' atau lebih dikenal dengan St Agustinus (354-430) adalah seorang yang pada masa mudanya sempat dipengaruhi oleh pemikiran Manichaeism dan Neo-Platonisme, sebelum akhirnya kembali kepada iman yang ortodok atau iman ibunya. Ia mengajar grammar di kota Tagaste tahun 373 dan semakin mendalami ajaran Manichaeism di kota Kartago. Tetapi Agustinus tetap tidak mendapatkan tempat dalam sekte ini. Ia kecewa dan beralih kepada pemikiran skeptism pada saat pindah ke Roma tahun 374. Kepindahannya tahun 384 ke kota Milan merupakan titik penting dalam hidupnya. Menjabat sebagai professor di imperial court dan mendalami Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Biografi
18
Neoplatonis, Agustinus saat itu sudah mencapai kedudukan akademis tertinggi dalam dunia Latin dan kesempatan untuk berkiprah dalam dunia politik juga terbuka luas. Ditemani oleh ibunya yang setiap hari mengajak kembali kepada iman ortodok, Agustinus bertemu dengan uskup kota Milan, Ambrosius, seseorang master retorika (sama dengan dirinya sendiri). Ambrosius, dicatat dalam buku Agustinus Confession bab ke 5, “memaksa” Agustinus untuk kembali kepada Alkitab pada saat Agustinus menyadari kesia-siaan kebijaksanaan manusia pada saat mendalami ajaran Manikean. Selanjutnya dibawah uskup Ambrosius, Agustinus mengikuti katekisasi dan belajar kembali tentang iman ibunya atau iman Kristen. Pada tahun 386, terinpisrasi oleh kisah hidup 'St Anthony the Desert', Agustinus merasakan pergumulan hebat ttg kemarahan Allah dan ketidakkudusa hidupnya. Dia mendengar anak-anak menyanyikan lagu 'Ambil dan bacalah, ambil dan bacalah' lalu dia membuka Alkitab dan mulai membaca Roma 13:13-14. Mulai saat itu Agustinus memutuskan menyerahkan keseluruhan hidupnya utk Tuhan dan meninggalkan posisi professor dan kegiatan akedemis lainnya. Dibaptis tahun 387 bersama anaknya Adeodatus oleh Uskup Ambrosius, Pada tahun 388 Agustinus kembali ke Afrika. Dalam perjalanannya tersebut, ia kehilangan ibu dan anaknya. Sesampainya di afrika, dia menjual semua kepunyaanya dan membagikannya kepada orang miskin. Tahun 395 menjabat sebagai asisten uskup di hippo dan menjadi menjadi uskup of hippo setelahnya. Jabatan ini ia pegang sampe ia meninggal pada tahun 430. Monika ibu dari Agustinus juga berperan besar dalam hidup Agustinus. Kesabarannya dan kesetiaan nya akan iman ortodok tercatat dalam buku “Confession” hal. 94, “ I announced to her that I was no longer Manichaeism but did not yet accept her orthodox faith.... She has waited for me to be awakened”. Buku tersebut juga mencata kesedihannya pada saat ibunya meninggal dan pengharapannya ditengah kesedihan. Agustinus sendiri merenungkan adanya pengharapan pada saat dia menjadi orang percaya dibandingkan pada saat dia belum percaya (kematian temannya), tergambar dalam kata-kata “in grief my heart completely dark and i saw death every where” - “Confession” hal. 51. Gereja Reformasi menjadikan Agustinus sebagai tokoh penting dalam ajaran reformasi, terutama tulisan-tulisannya mengenai keselamatan dan pembenaran oleh iman. Dilihat cuplikan diatas, ide “anugerah” sangat jelas. Pertanyaan apakah “memanggil kepada” dan “memanggil didalam” (dengan adanya pengenalan terlebih dahulu) ditambah kemungkinan “salah Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
19
Biografi
panggil” jelas menggambarkan konsep “keselamatan karena anugrah”. Dan tulisan di atas bukan tertuang dalam buku teologi, tetapi dalam buku renungan terbaik, “Confession”. Dalam buku ini Agustinus memulai membicaran kebenaran Alkitab dari pertanyaan yang sering timbul seharihari yang seringkali kita “terlalu sibuk utk menyadarinya” - “Confession” hal. 10. Dalam 13 bab bukunya tersebut, Agustinus mengajak kita merenungkan, memuji Allah dan mengenal pergumulan Agustinus yang mungkin juga merupakan pergumulan kita. Sumber: 1) Confession of St Augustine, modern English Version, by baker book house @2005 2) http://en.wikipedia.org/wiki/Augustine_of_Hippo
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Kesaksian
20
Kesaksian Andre Sutiono
Salam sejatera saudara saudari di dalam Kristus. Pada kesempatan kali ini saya mendapat kesempatan untuk berbagi kesaksian tentang saat teduh di dalam kehidupan rohani saya. Sejak saya kecil, saya hanya tahu berdoa saja, tidak pernah terdengar atau terpikirkan akan saat teduh. Pada masa remaja, saya baru mengenal apa yang namanya saat teduh. Di dalam hidup saya, saat teduh diperkenalkan oleh pembina remaja saya. Saya mencoba memulai saat teduh atas saran dari pembina remaja saya. Dengan panduan buku renungan harian yang bisa dibeli tiap bulannya di toko buku Kristen, saya memulai kehidupan saat teduh saya, tanpa tahu dan mengerti apa tujuan dan manfaatnya. Namun seiring berjalannya waktu, kesulitan demi kesulitan muncul dalam hidup saat teduh saya. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya tak lain adalah rasa malas, tidak biasa bangun pagi-pagi buta, dan tidak punya waktu. Singkat cerita hidup saat teduh saya menjadi “bolong-bolong” dan akhirnya tidak saat teduh lagi, dan kalau pun saat teduh, itu pun karena saat itu sedang memiliki banyak waktu luang. Setelah selesai masa SMA saya berkesempatan untuk melanjutkan studi di Berlin. Saya sangat bersyukur karena atas anugerah Tuhan, saya boleh berjemaat di MRII-Berlin. Di sinilah saya banyak belajar akan Firman Tuhan secara intensif, melalui PA setiap hari Sabtu dan kebaktian minggu, dan juga mengenal dan belajar akan Teologi Reformed. Di sini jugalah saya belajar akan pentingnya saat teduh di dalam kehidupan rohani saya. Satu hal yang paling saya ingat adalah ketika saya mengikuti retreat ke-13 MRII-Berlin di Bukow pada tahun 2009 yang lalu. Saudara kita Sanga membagikan kesaksiannya tentang membaca Alkitab dan saat teduh. Kesaksian itulah yang menguatkan saya kembali untuk bersaat teduh setiap hari. Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
21
Kesaksian
Setelah menjalankan saat teduh secara rutin, bukan berarti kesusahan sudah tidak ada lagi. Kesusahan yang dulu juga datang lagi. Namun dengan pertolongan dari Tuhan saya bisa mengatasi kesusahan-kesusahan tersebut. Tuhan juga selalu menjaga saya untuk tetap bersaat teduh melalui saudarasaudara seiman yang terus mengingatkan saya agar tidak malas dalam bersaat teduh. Saya hanya tahu melalui saat teduh saya semakin mengenal pribadi Tuhan, mengenal apa yang Tuhan mau atau suka dan mengenal apa yang Tuhan tidak mau atau tidak suka, mengenal apa yang Tuhan mau saya kerjakan di dalam hidup saya demi kemuliaanNya Melalui pengenalan-pengenalan Tuhan yang benar melalui Alkitab, yang Tuhan wahyukan melalui nabi-nabi dan rasul-rasulNya, Tuhan juga mencurahkan berkat atas saya. Berkat ini yang Tuhan perlengkapi saya dalam menjalani hidup sehari-hari saya melalui saat teduh setiap hari. Kiranya melalui kesaksian saya pada kesempatan kali ini bisa membantu atau menguatkan saudara saudari seiman untuk lebih rajin lagi bersaat teduh. Soli Deo Gloria
“Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” - Matius 20: 18 - 19 -
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Seputar MRII-Berlin
22
Seputar MRII-BERLIN Sanga Lawalata
Berita seputar MRII-Berlin kali ini diawali dengan kebaktian baptisan anak yang diadakan pada tanggal 30 Januari 2011, yaitu atas Sdr. Robert Kenzo Oehlschläger, putra kedua dari keluarga Oehlschläger dan Sdr. Theodor Ben Cahyadi, putra pertama dari keluarga Cahyadi oleh pendeta Billy Kristanto. Baptisan ini merupakan bentuk iman, bahwa anugrah Allah mendahului respon manusia dan komitmen orang tua untuk mendidik anak dalam iman Kristen. Kami sangat bersukacita dan terus berharap bisa turut serta mendidik mereka dalam iman kepada Kristus. Pada bulan February, kelas “calon guru sekolah minggu” diadakan dengan peserta Hera, Roy, William, Shanyl, dan Rowanto. Disebut kelas karena identik dengan aktivitas belajar mengajar. Didalam “kelas” ini, mereka bersama Sanga dan Ivonne membahas buku Arsitek Jiwa 1&2 yang ditulis oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Dilanjutkan dengan sesi belajar lagu pujian berbahasa Jerman yang dipimpin oleh Sdr. Roy. Kelas ini dibuka karena adanya kebutuhan akan tenaga guru sekolah minggu terutama yang bisa berbahasa jerman. Selain itu utk mempersiapkan para guru dengan prinsip dan konsep “guru Kristen“ yang benar. Dari buku Arsitek Jiwa, para guru diingatkan kembali bahwa selain guru, para guru sendiri adalah murid kebenaran yang harus selalu belajar. Jemaat MRII-Berlin, termasuk tim angklungnya, merasa bersedih karena harus berpisah dengan Sdr. Andre Sutiono pada pertengahan bulan Februari. Tak lupa, ia mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan berkat rohani yang diterima selama di MRII-Berlin. Kami juga mengucap syukur atas kehadiran dan pelayanan Sdr. Andre yang kami rasakan selama ini. Pada bulan Maret, dengan bercampur sukacita dan sedih kami melepas Sdr. Bravo yang pindah ke kota Ingostadt untuk bekerja. Kami turut bersukacita atas penyelesaian study masternya dan pekerjaan yang telat ia dapatkan. Kami terus berharap, Sdr. Bravo dapat bertumbuh, melayani, dan menjadi berkat di tempatnya yang baru, di kota Ingolstadt. Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
23
Seputar MRII-Berlin
Kami sangat bersukacita atas kehadiran Sdr. Stephen dan Sdri. Yenny kembali lagi ke kota Berlin setelah menyelesaikan proyek Diplomarbeit-nya di kota Jena. Kami mengucapkan selamat datang dan selamat melayani kembali di MRII-Berlin. Turut berterima kasih kepada Tuhan atas lancarnya proses penyinaran Saudara Willie Eka Putra. Saat ini Willie masih terus berada dalam pantauan para dokter untuk melihat perkembangan ke depan. Kita bisa terus berdoa supaya sodara Willie bisa sehat dan melanjutkan study-nya kembali. Di depan, MRII-Berlin akan terus dipercayakan dengan pelayanan retreat, kebaktian di penjara, kebaktian paskah oikumene, dan konser malam musik Indonesia. Semua event ini akan diliput pada edisi Rein selanjutnya. Salam sejahtera.
Buletin REIN Edisi 19 - Musim Semi 2011
Mimbar Reformed Injili Indonesia di Berlin e.V.
Gereja Reformed Injili Indonesia Persekutuan Doa Penginjilan Kebaktian Umum Kebaktian Anak-anak
: Minggu, 15:15 : Minggu, 16:00 : Minggu, 16:00
Penelaahan Alkitab
: Sabtu, 16:00
Bertempat di : Ev.Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastr. 50-51 U7, U-Bhf. Rathaus Neukölln 12045 Berlin
Persekutuan Wilayah : setiap Jumat ke-2 dan ke-4, 19:00 Untuk keterangan tempat lebih lanjut harap menghubungi Sekretariat.
Sekretariat MRII-Berlin : c/o Kirchengemeinde Martin-Luther Fuldastrasse 50 12045 Berlin Tel. (+49)30-87337853 / (+49)1791458691
http://www.grii.de/berlin email:
[email protected]
Nomor Rekening: MRII Berlin e.V. Kto.Nr. 0257576 BLZ. 100 700 24 Bankinst. Deutsche Bank