|
233
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 233 | SEPTEMBER 2015
“Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu.” [Mazmur 138:2]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 233: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Bambang Alim Bambang Tedjokusumo, Hariyono Wong, Hendry Heryanto Ivan Kwananda, Liem Sien Liong, Liona Margareth, Musa Akbar HIM Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Belajar Beriman
P
ara pembaca renungan PERSPEKTIF yang dikasihi Tuhan, kita tahu bahwa kita diselamatkan karena iman (Sola Fide), sehingga kita dengan rendah hati menyadari bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha kita, melainkan pemberian Allah atau hasil kerja Allah. Di balik karya keselamatan itu, kita tahu ada Tuhan yang begitu setia, mengasihi dan rela berkorban bagi kita, orang-orang berdosa (bdk. Rm. 5:8). Coba renungkan sejenak, betapa Allah itu peduli atas hidup kita! Dan apa yang kita lakukan? Tidak ada! Kecuali “percaya”! Bahkan kita bisa percaya itupun merupakan pemberian atau anugerah Tuhan (bdk. 1Kor. 12:3). Nah sekarang, sejak kita menjadi anak-anak-Nya, apa yang harus kita lakukan dalam hidup ini? Janganlah kita tinggalkan “langkah pertama” yang Tuhan telah perbuat bagi kita, yaitu “percaya” (beriman), sebab Paulus mengingatkan kita, agar kita hidup bertolak dari iman, dipimpin iman, dan hidup oleh iman (Rm. 1:17). Iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Orang yang beriman berarti, sekalipun hari ini dia tidak melihat bagaimana Tuhan merenda kehidupannya, seperti halnya hari ini kita belum pernah melihat Tuhan Yesus, tetap mau percaya dan penuh harap kepada-Nya (bdk. 1Ptr. 1:8-9). Tuhan menghendaki, agar kita tidak saja percaya kepada keselamatan yang telah dikerjakan-Nya bagi kita, sekalipun kita tidak pernah melihatnya, tetapi “percaya” yang sama juga boleh menjadi penggerak hidup kita atau hiduplah oleh iman! Janganlah undur dari iman, hanya karena kita tidak melihat bagaimana Ia sedang merenda hidup kita! Jika kita percaya, bahwa keselamatan adalah karena iman (saved by faith), marilah kita juga hidup dipimpin oleh iman (living by faith).
SELASA
01
SEPTEMBER 2015
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” (Mazmur 136:1)
Bacaan hari ini: Mazmur 136:1-26 Bacaan setahun: Mazmur 135-136
BERSYUKURLAH SENANTIASA
M
engucap syukur seharusnya menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan orang Kristen. Ketika memulai hidup, menjalani hidup dan mengakhiri hidup, semuanya dirangkai dalam ucapan syukur kepada Allah. Ucapan syukur menjadi sesuatu yang sangat penting, karena ucapan syukur merupakan bagian dari hidup manusia, selama manusia masih bernafas. Perasaan mengucap syukur yang sangat dalam ini telah diungkapkan pemazmur. Dalam bagian ini: (1) Pemazmur bersyukur karena kehadiran pribadi Allah dalam kehidupannya (ay.1-3), ia merasakan betapa baiknya TUHAN yang melebihi segala tuhan, dan Allah di atas segala allah. Tidak ada TUHAN seperti Dia. (2) Ia bersyukur karena kasih setia Allah (ay.1-26). Segala sesuatu terjadi hanya karena kasih setia Allah bagi umat-Nya. Allah tidak akan pernah tinggal diam walaupun hanya sejenak. Di dalam kasih setia-Nya, Allah menjadikan langit bumi serta segala isinya. Kepada umatNya, Allah memberikan pembebasan dari perbudakan dan menyatakan keajaiban yang menggetarkan bangsa-bangsa. Untuk selamanya Allah tidak pernah berhenti berkarya serta bertindak. Itulah sebabnya, umat Allah tidak pernah berkekurangan dalam pemeliharaan Allah. Kasih setia Allah terus-menerus dirasakan umat-Nya, dan membuahkan karya-karya ajaib dalam kehidupan manusia. Walaupun ada di padang gurun dan dihadang musuh, Allah tetap berkarya menolong dan menyelamatkan umat-Nya. (3) Pemazmur senantiasa bersyukur karena pekerjaan-pekerjaan Allah (ay.426). Bila kita melihat karya Allah dalam alam semesta, kita tidak akan bisa untuk tidak memuji-memuliakan Allah, karena keindahan dan kemegahan yang telah dibuat oleh tangan-Nya yang ajaib. Bukan hanya dalam ciptaan saja Allah berkarya secara hebat, namun Allah juga bekerja dalam sejarah umat-Nya (ay.10-22). Dengan melihat segala yang telah dibuat Allah bagi umat-Nya, marilah kita semakin hari semakin bersyukur kepada Allah atas segala perbuatanNya yang ajaib bagi kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang Kristen seharusnya limpah dengan ucapan syukur? (2) Apa yang harus kita perbuat, jika Allah telah mengasihi kita? Berdoalah bagi jemaat yang sedang bergumul dengan berbagai masalah hidup, agar mereka dimampukan untuk bersyukur dan percaya pada kasih dan pemeliharaan Tuhan yang senantiasa menaungi.
RABU
02
SEPTEMBER 2015
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.” (Mazmur 139:23)
Bacaan hari ini: Mazmur 139:1-24 Bacaan setahun: Mazmur 137-139
NO HIDDEN AREA
A
dalah natur manusia menyembunyikan sesuatu yang merupakan aib baginya. Sesuatu yang buruk seringkali disimpan rapat-rapat di kedalaman hati yang terdalam, dengan harapan tidak ada seorang pun yang mengetahui dan mengoreknya kembali. Di dalam kegelapan hati itulah, manusia merasa aman dari kesalahan yang diperbuatnya. Daud nampaknya pernah mengalami situasi demikian. Ia memiliki aib yang mungkin tidak ada seorang pun yang tahu, ia menyimpan rapat-rapat di dalam kegelapan hatinya, berharap aib itu hilang dengan sendirinya dan tidak ada seorang pun akan mengetahui dan menghakimi kesalahan yang diperbuatnya itu. Namun masalahnya adalah, ia hanya seorang manusia, seorang yang diciptakan oleh Sang Pencipta (ay. 13-18), yang lebih superior dibanding dirinya. Ya, dia diciptakan oleh Allah yang Mahatahu (ay. 1-6) dan Allah yang Mahaada (ay. 7-12) sehingga tidak mungkin lari daripada-Nya. Oleh karena itu Daud sadar bahwa sebenarnya tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi, termasuk apa yang di dalam lubuk hati terdalam. Itu berarti Daud harus menyerahkan hatinya kepada Allah. Menyadari hal ini, Daud meminta Allah untuk menyelidiki, mengenal, dan menguji hatinya. Ia meminta kepada-Nya untuk boleh melihat apakah hatinya serong atau tidak (ay. 24). Ia sadar jika tidak ada yang tersembunyi daripada-Nya maka tidak lain dan tidak bukan, yang harus Daud lakukan adalah meminta Allah untuk meluruskan jalan hatinya. Sehingga segala sesuatu yang dipikirkan dan akan dilakukan mendapatkan tuntunan Tuhan, agar segala sesuatunya boleh berkenan kepada Tuhan. Melalui pengalaman hidup Daud ini, kita juga diajar bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Setiap motivasi hati, rancangan, serta rencana kita, diketahui Allah dengan sempurna, bahkan setiap dosa yang “terselubung” pun diketahui dengan jelas oleh Allah. Maka dari itu, marilah kita mengaku dosa di hadapan Allah dan meminta-Nya untuk menuntun kehidupan kita, supaya kita berada di jalan yang benar. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana pengenalan Daud tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan dirinya? (2) Apa yang kita dapat pelajari dan aplikasikan dalam hidup kita? Berdoa agar tidak ada area-area terselubung di dalam kehidupan anak-anak Tuhan, sebaliknya mereka menyerahkan hati mereka untuk senantiasa diselidiki oleh Tuhan.
KAMIS
03
SEPTEMBER 2015
“Aku berseru-seru kepada-Mu, ya Tuhan, kataku, ‘Engkaulah tempat perlindunganku, bagianku di negeri orang-orang hidup!’” (Mazmur 142:6)
Bacaan hari ini: Mazmur 142:1-8 Bacaan setahun: Mazmur 140-142
FACING THE GIANT
P
ernahkah Anda berada dalam situasi yang sulit? Keuangan yang berantakan, dikhianati teman, ditipu oleh kolega yang Anda percayai, menjadi public enemy di lingkungan sekitar, atau mungkin ditelantarkan oleh anak sendiri. Jika Anda pernah atau sedang mengalami salah satu dari hal-hal di atas, jangan kuatir, Anda tidak sendirian, Daud pernah mengalami semua hal di atas. Tidak ada seorang pun manusia ingin mengalami hal-hal sulit seperti di atas, tidak terkecuali Daud. Ia merasa frustrasi dengan apa yang dialaminya (ay. 5). Semangatnya menjadi lesu karena deraan masalah demi masalah yang menimpanya. Belum lagi ditambah dengan kenyataan bahwa dalam kesulitan hidup yang dialaminya, tidak seorang pun datang menolongnya. Ia harus menghadapi segala sesuatunya sendirian (ay. 4-5). Ia berada dalam situasi jalan buntu. Dalam situasi frustrasi seperti ini, Daud dihadapkan pada setidaknya dua solusi: pertama, ia bisa memilih jalan pintas, Daud bisa saja membunuh dirinya sendiri; kedua, ia tetap bertahan dalam kesulitan ini sambil berserah kepada Tuhan yang memberikan kekuatan padanya. Daud memilih opsi kedua. Daud tidak lari dari masalahnya, ia justru menghadapi kesulitan tersebut dengan bersandar kepada Tuhan (ay. 6). Menghadapi masalahnya yang sebesar raksasa dengan keyakinan yang berpaut kepada Tuhan. Ia meminta pertolongan Tuhan yang ia yakini akan membebaskannya dari segala kesulitan, di kemudian hari. Kendati harus bertubi-tubi mengalami masalah, Daud tetap bertahan dalam pahit dan getirnya hidup dengan keyakinan penuh kepada Tuhan. Menjadi pelajaran bagi kita untuk menghadapi raksasa kehidupan kita. Benar, hidup kita tidak akan lepas dari masalah, bahkan mungkin sekarang kita sedang menghadapi masalah yang berat sendirian, tapi tetaplah yakin, ada Tuhan bersama-sama kita. Menjadi kerinduan kita untuk mengarungi kehidupan ini bersama dan bersandarkan Dia. Tuhan lebih besar dari masalah, mari bersama memandang Tuhan yang besar itu! STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Daud alami dan bagaimanakah perasaannya? (2) Bagaimana Daud menghadapi persoalannya? Berdoalah bagi hamba-hamba Tuhan, di dalam kehidupannya yang penuh tantangan dan pergumulan, kiranya mereka tetap berserah dan sepenuhnya bersandar kepada Tuhan.
JUMAT
04
SEPTEMBER 2015
“Puji-pujian dari Daud. Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.” (Mazmur 145:1)
Bacaan hari ini: Mazmur 145 Bacaan setahun: Mazmur 143-145
GOD, THE CENTER OF MY LIFE
B
anyak orang di dunia seringkali dipuji karena melakukan kebaikan atau perbuatan besar, seperti halnya membangun panti asuhan, membangun sekolah, atau bahkan memberikan beasiswa kepada mereka yang tidak mampu. Apabila orang dipuji karena telah melakukan kebaikan, bagaimana dengan Allah? Mazmur 145 tergolong sebagai Mazmur pujian. Disebut sebagai Mazmur pujian karena seluruh isi Mazmur berisi puji-pujian kepada Allah. Mengapa pemazmur memuji Allah? Ada beberapa alasan mengapa pemazmur memuji Allah, yaitu: (1) karena fokus pujian adalah Allah. Oleh sebab itu, sering kali pemazmur akan menyebutkan kata TUHAN atau kata ganti orang seperti “Engkau atau Dia” (ay. 1-21). Dalam hal ini, Allah menjadi pusat kehidupan manusia yang layak disembah atau dipuji. Namun demikian, sungguh sangat disayangkan apabila puji-pujian gereja hanya ditujukan kepada manusia atau hanya sekadar hiburan semata. (2) Karena Allah telah menyelamatkan pemazmur dari kepungan atau ancaman musuh. Dalam hal ini, apabila Anda telah diselamatkan Tuhan dari beban persoalan yang menghimpit, maka Anda harus memuji atau bersyukur kepada-Nya. (3) karena Allah telah menjawab pergumulan pemazmur. Sehingga, tatkala Tuhan telah menjawab doa-doa Anda, maka sudah seharusnya lah Anda memuji Tuhan (ayat 19). Dalam Mazmur pujian, Tuhan dipuji dengan beberapa faktor seperti halnya Tuhan dipuji karena Tuhan baik, karena menyelamatkan umat-Nya dan beberapa faktor lain. Namun dari sekian banyak faktor, hanya ada satu yakni Tuhan dipuji karena Dia adalah pusat puji-pujian. Dalam hal ini, pujipujian hanya tertuju pada Allah bukan kepada manusia atau diri (selfcentered). Jika puji-pujian berpusat hanya pada Allah, maka seluruh hidup Anda harus berpusat pada-Nya; baik dalam perbuatan maupun tutur kata, harus senantiasa memuliakan-Nya. Sudahkah kehidupan Anda senantiasa berpusat kepada Kristus dengan memuji atau memuliakan-Nya, dan bukan hanya pada lidah bibir saja, tapi juga pada perbuatan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita harus memuji-muji Tuhan, bahkan hidup kita patut kita persembahkan kepada-Nya? (2) Berikan contoh-contoh praktisnya! Berdoalah bagi anak-anak Sekolah Minggu agar sedari dini mereka telah mendapatkan didikan yang baik, sehingga hidup mereka adalah hidup yang takut akan Tuhan.
SABTU
05
SEPTEMBER 2015
“Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.” (Mazmur 146:5)
Bacaan hari ini: Mazmur 146 Bacaan setahun: Mazmur 146-147
KEMANAKAH ‘KAN KUCARI PERTOLONGAN?
K
etika dilanda berbagai macam permasalahan dalam kehidupan, apa hal pertama akan Anda lakukan? Mungkin hal pertama yang Anda lakukan adalah mencari pertolongan. Anda berharap pertolongan itu sesuai dengan harapan. Tapi, bagaimana perasaan Anda, jika pertolongan itu tidaklah sesuai dengan apa yang Anda harapkan, bisa jadi Anda akan sangat kecewa, marah, bahkan bersedih hati. Tidaklah demikian halnya yang dialami oleh sang pemazmur. Di dalam mazmurnya, sang pemazmur merasakan kebahagiaan, karena Tuhan, tempat dia mencari pertolongan dan menaruh pengharapannya, telah memberikan pertolongan dan memenuhi apa yang menjadi harapannya. Itu alasan dia memuliakan Tuhan dengan bermazmur memuji Tuhan yang telah menolongnya (ay. 1-2). Di dalam mazmurnya, ia menasihatkan agar kita tidak mencari pertolongan kepada manusia, siapa pun dia, baik itu dari seorang pahlawan yang gagah perkasa atau pun dari kebaikan para bangsawan (bdk. Ams. 19:6). Mengapa? Karena mereka adalah manusia yang fana, yang kehidupan, kekuatan, kejayaan dan kebaikannya akan segera berakhir ketika tubuhnya kembali menjadi debu (ay. 3-4). Karena itu, pemazmur menasihatkan agar kita mencari pertolongan dan pengharapan hanya kepada Tuhan saja. Mengapa? Karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini, Ia penuh perhatian dan kasih kepada kita manusia, dan pemerintahan-Nya kekal. Olah karena itu, orang yang menjadikan Tuhan sebagai Penolongnya dan harapannya, benar-benar berbahagia (ay. 5-10). Ketika Anda tertimpa masalah, kemanakah Anda akan pergi mencari pertolongan dan manaruh pengharapan Anda? Janganlah kita mengatasi dengan kekuatan kita sendiri dan janganlah juga kita tergoda untuk mencari pertolongan kepada manusia atau “yang lain.” Tetapi, marilah kita mencari pertolongan dan menaruh pengharapan kita kepada Tuhan. Berbahagialah yang mencari pertolongan dan menaruh pengharapannya hanya kepada Tuhan. Karena Tuhan yang penuh perhatian dan kasih akan menolongnya (ayat 5-10). STUDI PRIBADI: (1) Saat mengalami berbagai permasalah kehidupan, kemanakah Anda mencari pertolongan? (2) Siapa yang Anda harapkan untuk menolong Anda? Mengapa? Doakanlah agar kita sebagai orang percaya selalu mencari pertolongan dan manaruh pengharapan kita hanya kepada Tuhan saja, dan bukan kepada diri atau pun kepada “yang lain”.
MINGGU
06
SEPTEMBER 2015
“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6)
Bacaan hari ini: Mazmur 150 Bacaan setahun: Mazmur 148-150
BIAR SEGALA YANG BERNAFAS MEMUJI TUHAN
M
azmur ini merupakan mazmur terakhir dari seluruh kitab Mazmur. Mazmur ini berisi pujian, dan dapat dikatakan merupakan pujian penutup dari seluruh kitab Mazmur. Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan kata “haleluya,” suatu kata seruan untuk memuji Tuhan. Di sini pemazmur seakan-akan ingin mengatakan, “Anda bisa saja melupakan apa yang tertulis dalam mazmur-mazmur yang telah Anda baca. Namun, jangan pernah lupakan bahwa yang sangat penting bagi orang percaya adalah memuji-muji Tuhan!” Pemazmur mengajak umat untuk memuji-muji Tuhan, karena kemahakuasaan, keperkasaan, keagungan, dan kehebatan Tuhan yang telah mereka alami dalam kehidupan mereka sebagai umat-Nya; dimana mereka telah beroleh pengampunan dan pengenalan akan Allah di dalam hidup mereka. Karena itu, pujian yang mereka kumandangkan bagi-Nya tak boleh tanggung-tanggung. Bagaikan orkestra, maka semua peralatan musik harus dipadukan untuk menembangkan kemegahan-Nya yang tiada banding (ay. 3-5). Irama dan gerakan tarian pun harus mengekspresikan rasa syukur yang melimpah kepada-Nya (ay. 4). Jauh lebih penting dari semua instrumen musik dan gerak tarian adalah ucapan pujian dan syukur yang keluar dari mulut setiap umat Tuhan. Dan bahkan jauh lebih penting lagi adalah jika seluruh kehidupan umat Tuhan menjadi alunan musik dan pujian yang indah bagi Tuhan (ay. 6). Sungguh, hanya mereka yang sudah mengalami anugerah pengampunan dan pemulihan Tuhan sajalah yang mampu menyanyikan kidung yang indah, melampaui kemerduan paduan suara malaikat di surga. Sebagai orang-orang yang telah mengalami pengampunan dan pengenalan akan Allah di dalam hidup ini, marilah kita menaikkan pujian syukur kita dengan menjadikan sendi-sendi kehidupan kita menjadi sebuah alunan musik yang indah bagi Tuhan. Jadikan hidup kita pujian bagi TUHAN, seperti pemazmur berkata: “Biarlah segala yang bernafas memuji dan menyembah TUHAN! Haleluya!” (Mzm. 150:6). STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang seharusnya kita lakukan sebagai orang-orang yang telah ditebus dan bahkan beroleh pengenalan akan Tuhan? (2) Bagaimana caranya? Berdoalah agar kita sebagai orang percaya dapat senantiasa memuji Tuhan dan mengucap syukur atas segala perbuatan ajaib Tuhan di dalam kehidupan kita selama ini.
SENIN
07
SEPTEMBER 2015
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan.” (Amsal 1:7a)
Bacaan hari ini: Amsal 1 Bacaan setahun: Amsal 1-2
TAKUT AKAN TUHAN: PERMULAAN PENGETAHUAN
A
msal merupakan sebuah kitab yang banyak menggunakan kalimatkalimat sederhana dan indah, seperti peribahasa, perumpamaan, peringatan, atau nasihat pendek untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya tentang bagaimana seharusnya seseorang bertingkah laku sebagai manusia, atau nasihat yang berhubungan dengan sikap etis dan moral manusia. Kitab ini ditulis oleh raja Salomo (1Raj. 4:29-34; Ams. 1:1), kemudian disadur pegawai-pegawai raja Hizkia (Ams. 25:1). Ini membuktikan bahwa kira-kira seribu tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus, bangsa Israel sudah sangat mementingkan nasihat-nasihat yang berkenan dengan masalah etis dan moral. Suatu bangsa pilihan Allah yang memiliki etika dan moral yang bernilai tinggi, baik secara perseorangan maupun secara kolektif. Pada bagian awal, kitab Amsal telah menerangkan bahwa maksud dan tujuan penulisan kitab ini (1:1-6) adalah untuk membina si pembaca agar mereka menjadi orang yang lebih baik dan juga bijaksana. Meskipun di dalamnya banyak membicarakan tentang etika dan moral, semua nasihat itu diarahkan pada suatu dasar, yaitu “takut akan Allah” (1:7; ps. 9:10). Penulis menyadari bahwa Allah adalah sumber segala pengertian dan kekuatan (ps. 8:14), oleh sebab itu, baik para raja dan para pembesar (8:15, 16), atau pun para budak dan hamba (ps. 17:2; 30:10), semuanya ada di bawah pengawasan Allah. Karena itu, mereka harus memiliki hati “takut akan Tuhan”. Takut akan Tuhan itu berbeda dengan sifat rasa takut yang manusia alami pada umumnya. Takut akan Tuhan berarti membenci kejahatan (ps. 8:13a; 16:6a), yaitu mempunyai rasa hormat dan menyembah kepada Tuhan, menaati perintah-perintah-Nya. Takut akan Tuhan ini merupakan permulaan pengetahuan (ayat 7a). Melalui sikap ini, kita dididik sehingga memperoleh hikmat (ps. 15:33a). Karena itu, marilah kita takut akan Tuhan dalam hidup ini. Dengan demikian kita akan memperoleh pengetahuan dan hikmat kehidupan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah perbedaan takut akan Tuhan dengan sifat rasa takut manusia pada umumnya? (2) Mengapa kita harus memiliki sikap takut akan Tuhan? Berdoalah agar kita semua, sebagai anak-anak Tuhan memiliki sikap takut akan Tuhan secara benar dalam menjalani hidup ini, sehingga apapun yang kita lakukan dan pikirkan memuliakan nama Tuhan.
SELASA
08
SEPTEMBER 2015
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:5-6)
Bacaan hari ini: Amsal 3:5-6 Bacaan setahun: Amsal 3-5
BERKAT DARI HIKMAT
B
anyak manusia, termasuk orang Kristen, berusaha untuk mencapai keberhasilan hidupnya dengan berbagai cara, seperti: bekerja dan mengumpulkan harta (materi), berusaha memiliki pengetahuan luas/tinggi dengan berbagai gelar yang dimiliki; dengan memiliki hal-hal tersebut,—diharapkan manusia bisa mencapai keberhasilan hidup. Apakah salah jika kita mengusahakan itu semua? Harta/materi dan pengetahuan yang luas penting bagi seorang Kristen untuk membantunya menjalani kehidupan di dalam dunia ini. Namun yang paling penting adalah bagaimana dia mengerti bahwa keberhasilan hidupnya harus dipandang dan diusahakan di dalam jalan Tuhan. Setiap orang Kristen sejati mendambakan kehidupan yang dituntun dan disertai oleh Tuhan, itu pasti. Kehidupan yang dituntun oleh Tuhan merupakan berkat dari hikmat yang ia miliki. Inilah kehidupan yang berhasil menurut Alkitab. Persoalannya, bagaimana kita bisa memiliki hidup yang demikian? Mari kita perhatikan apa yang tertulis di dalam Amsal ini. Tema dari Amsal 3 berkaitan dengan hikmat. Pertanyaannya, “Apakah yang dimaksud dengan hikmat itu?” Di dalam konteks kitab Amsal, secara khusus Amsal 1:7, hikmat dapat diartikan sebagai “takut akan Tuhan.” Namun dalam Amsal 3:5, “percaya kepada Tuhan” dapat diartikan sebagai hikmat. Jadi secara sederhana dapat kita simpulkan, orang yang percaya kepada Tuhan (pastinya orang yang takut akan Tuhan juga) adalah orang yang memiliki hikmat. Secara umum, Amsal 3:5-6 menggambarkan tentang orang berhikmat (=maksudnya orang yang percaya dan takut kepada Tuhan) dan berkat yang ia miliki. Apakah berkat yang dimilikinya? Jawabannya terdapat pada kalimat selanjutnya, “Ia akan meluruskan jalanmu”, yang dapat diartikan sebagai tuntunan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan orang Kristen. Melalui bagian ini kita dapat menyimpulkan bahwa berkat dari hikmat itu adalah tuntunan dan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan setiap orang percaya. Sudahkah kita miliki hidup yang demikian? STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan hidup takut akan Tuhan? Berikanlah contohnya! (2) Apa arti “Tuhan akan meluruskan jalan kita”? Berdoalah bagi para pemuda dan pemudi Kristen agar mereka hidup sesuai firman Tuhan dan tidak dicemari oleh pola hidup duniawi yang bertentangan dengan kehendak Tuhan.
RABU
09
SEPTEMBER 2015
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.” (Amsal 13:4)
Bacaan hari ini: Amsal 6:6-8 Bacaan setahun: Amsal 6-7
BELAJAR DARI SEMUT
S
alah satu sifat yang Alkitab bahas adalah sifat malas. Setiap manusia punya potensi dan cenderung memiliki sifat dan sikap malas. Dalam kitab Amsal sendiri setidaknya ada 19 kali, sifat dan sikap malas ini disinggung, baik berkaitan dengan “tanggung jawab yang harus dikerjakan” (Ams. 6:6,9; 10:26;12:24, 27; 18:9; 19:24;21:25, dst), maupun berkaitan dengan “hikmat dan akal budi” (bnd. Ams. 15:19; 20:4; 26:16, dst). Pertanyaannya, apakah hubungan antara sifat malas dan kehidupan kita sebagai orang Kristen? Jika kita melihat bagian-bagian firman Tuhan di dalam kitab Amsal yang menyinggung tentang sifat dan sikap malas ini, setidaknya kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang malas sebetulnya mengabaikan “anugerah Tuhan” di dalam hidupnya. Dalam Amsal 6:6-8, Salomo menasihati orang muda [disebut sebagai “anakku”], bagaimana si pemalas mengabaikan anugerah Tuhan di dalam hidupnya. Dengan mengambil contoh semut, Salomo menegur mereka yang tidak mempersiapkan hidupnya dengan baik untuk menghadapi masa yang akan datang. Semut akan mempersiapkan masa depannya dengan mengumpulkan roti sebagai persediaan makanan untuk masa yang akan datang. Meskipun tidak memiliki pemimpin yang memimpin dan mengatur hidupnya, semut tetap bekerja dan mengumpulkan hasilnya. Tujuannya, agar semut itu bisa hidup dan bertahan di dalam hidupnya. Hal yang sama juga terjadi pada diri kita apabila kita menjadi malas, sehingga kita mengabaikan “anugerah Tuhan di dalam hidup kita.” Tuhan mengaruniakan akal budi, dan keterampilan kepada kita supaya kita bisa “mempersiapkan masa depan kita”, tentunya dengan bekerja secara jujur, dan dengan mengandalkan Tuhan, sehingga hasil yang akan diperoleh akan membuat kita mampu bertahan menghadapi kesukaran dan kesulitan hidup masa yang akan datang. Bagaimanakah dengan kita, apakah kita sudah memaksimalkan anugerah Tuhan di dalam hidup kita? Seperti kata Amsal 12:27, “Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga.” STUDI PRIBADI: (1) Apakah kemalasan merupakan natur manusia yang telah jatuh dalam dosa? (2) Apa yang dinasihatkan oleh Salomo kepada mereka yang malas? Berdoalah bagi jemaat agar mereka belajar hidup penuh tanggung jawab dalam segala hal, sehingga hidup mereka menjadi kesaksian dan teladan yang baik serta memuliakan Tuhan.
KAMIS
10
“Hai orang yang tak berpengalaman, tuntutlah kecerdasan, hai orang bebal, mengertilah dalam hatimu.” (Amsal 8:5) SEPTEMBER 2015
Bacaan hari ini: Amsal 8:1-5 Bacaan setahun: Amsal 8-9
NASIHAT MEMILIH HIKMAT
H
ikmat yang disampaikan Salomo dalam ayat 1-3 sangat penting untuk diperhatikan. Hikmat itu sendiri adalah nilai yang patut untuk dimiliki. Tidak ada satupun manusia yang rugi, jika ia berhikmat. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki hikmat, maka ia akan kehilangan sesuatu yang penting dan bernilai. Dalam banyak tempat dan waktu kita bisa melihat dan belajar tentang hikmat dan kepandaian. Tidak akan sia-sia seseorang yang memiliki hikmat. Lebih lanjut, dalam ayat 4-5, undangan hikmat diberikan bagi seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. Pertanyaannya, manusia yang seperti apa? Dijelaskan, terutama kepada “mereka yang tidak berpengalaman” dan kepada “mereka yang bebal.” Mengapa mereka yang tidak berpengalaman membutuhkan hikmat? Mengapa mereka yang bebal juga membutuhkan hikmat untuk mengerti? “Orang yang tidak berpengalaman” (Ibrani: peth a’yim = orang yang sederhana) dalam bagian ini menunjuk kepada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang benar dalam menjalani kehidupan ini. Salomo menjelaskan bahwa hikmat (termasuk kepandaian dan kecerdasan) dibutuhkan agar mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang benar, dapat menjalani kehidupan ini dengan benar. Selanjutnya, “orang yang bebal” (Ibrani: kesilim = orang bodoh) menunjuk kepada mereka yang tahu/paham akan sesuatu yang baik, namun tidak mau dan tidak mampu melakukannya. Salomo dalam hal ini mengingatkan bahwa hikmat itu dibutuhkan oleh mereka yang bebal supaya mereka “mengerti” (Ibrani: ormah = menjadi bijaksana; tahu yang baik dan benar serta melakukan seperti demikian) dan melakukan yang benar. Belajar dari bagian Firman Tuhan ini, sudahkah kita memiliki hikmat yang benar? Memiliki hikmat yang benar sangat penting bagi kita yang hidup pada zaman ini, supaya kita bisa hidup dengan lebih bijaksana. Hikmat itu hanya dapat diperoleh jika kita percaya kepada-Nya, mengenal Dia, melalui Firman-Nya dan ketaatan kepada Firman-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Adakah manusia yang cukup berhikmat dalam hidupnya, sehingga tidak memerlukan nasihat Tuhan? (2) Apakah pentingnya hikmat bagi kita? Berdoa bagi jemaat yang sedang menghadapi kesulitan hidup agar mereka diberikan hikmat untuk menghadapi situasi mereka dalam menantikan pertolongan Tuhan.
JUMAT
11
SEPTEMBER 2015
”Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Amsal 10:19)
Bacaan hari ini: Amsal 10 Bacaan setahun: Amsal 10-12
BANYAK BICARA, BANYAK PELANGGARAN
L
idah merupakan bagian anggota tubuh kita yang kecil tetapi memiliki kekuatan dan kuasa yang luar biasa. Bahkan penulis surat Yakobus menggambarkan lidah seperti kemudi kecil yang mampu mengendalikan kapal besar, atau api kecil yang mampu membakar hutan. Sebab itu, Amsal 10:19 mengingatkan kita agar kita dapat mengendalikan dengan baik ucapan kita, karena orang yang banyak bicara, tentunya akan melakukan banyak pelanggaran; Mengapa demikian? Karena dengan banyak bicara, kita bisa saja mengungkapkan apa yang seharusnya tidak kita ucapkan, atau bahkan mengucapkan hal-hal yang tidak baik, hal-hal yang bukannya membangun orang lain, tetapi justru menjatuhkan dan merugikan orang lain. Sering seseorang banyak bicara karena ingin menunjukkan kepada orang lain jika ia “mahatahu” atau “mahapintar” sehingga ia kuatir jika orang lain tidak menyadari hal itu bila ia tidak mengungkapkannya. Tapi hasilnya justru seringkali perkataannya malah mempermalukan dirinya sendiri atau menjerumuskan dirinya sendiri. Perkataan kita bisa mengungkapkan siapa diri kita; apakah kita orang yang berhikmat atau bodoh, apakah kita baik atau jahat. Dengan menahan diri dalam berbicara, kita justru bisa memilih kata-kata yang akan diucapkan dengan lebih hati-hati. Dengan demikian, kehidupan kita bisa menjadi berkat, bukan justru menjadi batu sandungan. Marilah kita mengintrospeksi diri sendiri, apakah perkataan kita selama ini lebih banyak membangun atau justru lebih ingin menjatuhkan orang lain? Apakah selama ini perkataan kita menimbulkan pertikaian, kepahitan, sakit hati, perpecahan atau justru menumbuhkan semangat? Apabila selama ini perkataan kita tidak membawa manfaat, mungkin sekaranglah waktunya bagi kita untuk belajar berdiam diri dan lebih berhatihati dalam setiap ucapan kita. Maka dari itu, sebelum kita mengungkapkan pendapat kita, kita bertanya terlebih dulu kepada Tuhan, apakah perkataan kita tersebut akan memberkati atau tidak. Kalau tidak, mungkin sebaiknya tidak kita ucapkan. STUDI PRIBADI: (1) Apa dampak yang ditimbulkan oleh perkataan yang tidak bertanggung jawab? (2) Apa kaitan antara seseorang yg sudah lahir baru dengan perkataannya (Yak. 3)? Doakanlah agar jemaat Tuhan belajar untuk mengendalikan perkataannya sehingga tercipta kehidupan keluarga dan jemaat yang harmonis. Jemaat dapat saling mengasihi dan bertumbuh dalam kasih Tuhan.
SABTU
12
SEPTEMBER 2015
”Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak mendengarkan hardikan.” (Amsal 13:1)
Bacaan hari ini: Amsal 13 Bacaan setahun: Amsal 13-15
MENJADI BIJAK
M
enjadi bijak tentu saja menjadi keinginan setiap orang. Tetapi sayang sekali, pada hari ini banyak orang ingin disebut bijak tetapi tidak mau melalui proses untuk menjadi bijak. Firman Tuhan hari ini mengajarkan kepada kita bahwa seorang yang bijak adalah orang yang mau mendengarkan didikan, sebaliknya seorang pencemooh atau boleh dikatakan seorang yang bebal adalah orang yang bukan saja tidak mau mendengarkan didikan, bahkan dihardik pun, tetap mengeraskan hati. Amsal hari ini memberikan nasihat kepada seorang anak, agar ia mau mendengarkan didikan ayahnya sehingga menjadi bijak. Namun demikian, kenyataan hari ini menunjukkan bahwa anak-anak zaman sekarang, seringkali mengabaikan didikan, nasihat bahkan teguran orangtuanya. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka menganggap orangtuanya kuno, tidak gaul dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Ada juga yang menganggap dirinya lebih pintar dan lebih tahu dari orangtuanya, apalagi bila mereka mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi sebagai seorang anak, Firman Tuhan meningatkan kita sekalian agar kita mau dengan rendah hati mendengarkan didikan orangtua kita, karena bagaimanapun orangtua kita memiliki pengalaman lebih banyak daripada diri kita, dan terlebih lagi, kepada orangtualah Tuhan telah memberikan otoritas untuk mendidik dan mengarahkan anak-anaknya. Orangtua yang hidup dalam Tuhan, pasti memberikan didikan dan nasihat yang akan membuat anak-anaknya berhasil dalam hidup ini, oleh sebab itu tidak heran, Firman Tuhan mengatakan bahwa untuk menjadi bijak, maka kita harus mau mendengarkan didikan mereka (orangtua). Adakah kita telah menjadi anak yang mau mendengarkan didikan, baik itu didikan orangtua kita, maupun didikan dari Firman Tuhan? Jika kita mau berhasil dalam hidup kita, rendahkanlah hati kita terhadap yang namanya teguran dan didikan, karena itu akan membuat kita semakin bijak dalam menjalani hidup ini. Maukah Anda mendengarkan didikan?! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana ciri-ciri orang yang mau mendengarkan didikan? (2) Apa kaitan antara didikan dan kebijaksanaan? Doakan agar jemaat Tuhan memiliki kerendahan hati untuk mau menerima didikan dan nasihat dari orangtua, terlebih nasihat firman Tuhan, sehingga mereka boleh berhasil dan menjadi berkat.
MINGGU
13
SEPTEMBER 2015
“Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa keadilan.” (Amsal 16:8)
Bacaan hari ini: Amsal 16 Bacaan setahun: Amsal 16-18
KUALITAS VS KUANTITAS
L
ego adalah sejenis alat permainan bongkah plastik kecil yang begitu terkenal di dunia, khususnya di kalangan anak-anak atau remaja. Bongkah-bongkah ini bisa disusun menjadi model apa saja, seperti mobil, kereta api, bangunan, kota, patung, kapal, kapal terbang, pesawat luar angkasa dan lain-lain. Pembuatnya adalah seorang pria dari Denmark bernama Ole Kirk Christiansen. Mula-mula ia mendirikan The Danish Company yang memproduksi barang keperluan sehari-hari berbahan dasar kayu. Namun, penjualannya semakin menurun akibat krisis keuangan global. Ole pun membuat mainan kayu, dan memberinya nama lego, yang dalam bahasa Denmark disebut dengan leg godt, yang berarti “bermain dengan baik.” Kemudian merubah namanya menjadi lego, yang berarti “menyatukan secara bersama-sama.” Pada tahun 1935, Ole pun mulai menjual mainan lego pertamanya dengan model bebek. Tapi pada tahun 1946, pabrik yang ia miliki hangus terbakar. Ia mendirikannya kembali pada tahun 1947 dan mulai membuat inovasi permainan berbahan plastik. Ole memiliki prinsip Der bedste er ikke for godt yang berarti, yang terbaiklah yang pantas. Dimulai saat ia membuat barang dari kayu, Ole selalu memperhatikan mutu dan keindahan karyanya. Saat putra Ole memproduksi bebek kayu dengan cara sembarangan demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dalam waktu yang singkat, Ole menegurnya dan mengharuskannya untuk mengulangi dari awal serta memintanya untuk hanya memasarkan barang dengan mutu terbaik. Sering kali seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Namun penulis kitab Amsal menjelaskan bahwa penghasilan sedikit asal disertai kebenaran akan jauh lebih baik daripada penghasilan benar namun tanpa keadilan. Kata yang diterjemahkan “keadilan” ini juga bisa diartikan sebagai peraturan atau pun hukum. Jadi, Amsal menasihatkan tiap kita supaya kita lebih mengutamakan kebenaran, dan bukan melanggar peraturan atau bertindak dengan tidak adil, demi mendapatkan hasil banyak. STUDI PRIBADI: (1) Apakah menghalalkan cara untuk mendapat keuntungan yang besar ialah cara yang tepat untuk mencapai keberhasilan hidup? (2) Bagaimana nasihat Amsal? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak tergoda untuk menghalalkan segala cara hanya untuk memperoleh keuntungan sesaat, tetapi merusak harga diri dan nilai hidupnya.
SENIN
14
SEPTEMBER 2015
“Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan.” (Amsal 21:21)
Bacaan hari ini: Amsal 21 Bacaan setahun: Amsal 19-21
KEBENARAN DAN KASIH
M
enjalani kehidupan kekristenan ialah sesuatu yang identik dengan kehidupan penuh kasih. Namun, kecenderungan yang kemudian terjadi adalah kasih sering kali dimengerti sebatas hanya perasaan saja. Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, kasih hanyalah sebuah emosi, banyak dari kita yang beranggapan bahwa “kasih” adalah apa yang bisa kita dapat. Kita harus tahu, kasih lebih dari hanya sekadar perasaan saja, walaupun dapat menghasilkan banyak perasan-perasaan indah lain. Seorang pembicara, David Roper pernah berkata, “kebenaran tanpa kasih tak akan menjadi pengajaran yang mampu menyentuh jiwa. Kasih tanpa kebenaran adalah sebuah perasaan sentimentil karena segan melawan kehendak orang lain. Ketika kebenaran diungkapkan dengan kasih, Roh Allah akan memakainya untuk mengubah pikiran seseorang.” Pertanyaannya, kasih seperti apa yang perlu kita kembangkan? Kasih tanpa syarat, yaitu kasih yang mampu menerima sekalipun nampaknya orang lain tersebut tidak dapat dikasihi, dan mendorong orang lain untuk dapat menjadi yang terbaik dari yang bisa mereka lakukan. Kasih yang menghargai setiap manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Kasih itu adalah sebuah komitmen untuk mengasihi orang lain, tanpa syarat. Karena kasih tidak pernah berputus asa, kasih tidak pernah gagal. Namun, apakah kasih itu berarti tidak menegur orang lain yang berbuat salah? Kasih yang berasal dari Allah adalah suatu kasih yang dalam, namun juga kasih yang tegas. Allah menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dengan memberikan apa yang terbaik dan yang diperlukan manusia, bukan apa yang diinginkan manusia. Kehidupan Tuhan Yesus selama Dia menjalani kehidupan di dunia ini, menunjukkan tindakan kasih. Tuhan menegur orang dengan kebenaran demi kebaikan diri mereka. Tuhan berkata-kata dengan kasih yang tegas kepada orang Farisi. Tuhan berbicara dengan bahasa kasih sesuai dengan apa yang perlu didengar oleh orang-orang di sekitar, dan bukan apa yang mereka mau dengar. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah kasih bisa dilakukan tanpa kebenaran? Apa jadinya “kasih tanpa kebenaran” atau “kebenaran tanpa kasih”? (2) Bagaimana sifat kasih Kristiani? Berdoalah bagi setiap profesional muda Kristen agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan benar dan dalam kasih, sehingga dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
SELASA
15
SEPTEMBER 2015
“Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.” (Amsal 22:1)
Bacaan hari ini: Amsal 22 Bacaan setahun: Amsal 22-24
REPUTASI DAN RELASI
S
ebagian besar waktu manusia dihabiskan untuk bekerja. Bekerja merupakan aspek penting dalam kehidupan, karena melalui bekerja manusia mengumpulkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tanpa uang yang cukup, kita tidak akan mendapatkan fasilitas pendidikan anak yang baik, makanan yang sehat, fasilitas kesehatan yang memadai, acara liburan yang menyenangkan, dsbnya. Karena itu, banyak orang bekerja keras untuk mendapatkan uang dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya agar memiliki kehidupan yang terjamin dan baik. Namun dalam bagian Alkitab yang kita baca, menyatakan bahwa ada yang lebih berharga daripada uang dan kekayaan. Uang dapat memberikan hidup yang terjamin, tapi agar dapat memiliki kehidupan yang bermakna, kita memerlukan reputasi dan relasi yang baik. Seperti kata pepatah “Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama,” penulis Amsal menegaskan hal yang sama mengenai pentingnya memiliki reputasi yang baik. Ia menulis, reputasi yang baik lebih berharga daripada kekayaan yang besar (ay. 1a). Banyak orang mengumpulkan kekayaan dengan menghalalkan segala cara, dan tidak jarang reputasi dikorbankan. Hal ini tidak tepat. Orang Kristen yang baik tidak boleh hanya berfokus pada mengumpulkan harta, tetapi mereka juga harus menjaga reputasi hidupnya dengan baik. Selain reputasi, hal yang harus dimiliki manusia adalah relasi yang baik. Relasi yang baik, dikasihi orang banyak, lebih berharga daripada perak dan emas (ay. 1b). Banyak orang bekerja terlalu keras sehingga mengabaikan relasi yang sehat dengan keluarga dan sesama. Banyak orang terlalu sibuk bekerja mengumpulkan harta sehingga tidak pernah memiliki waktu dan perhatian untuk pasangan, anak-anak dan teman mereka. Hal ini tidak tepat. Uang dan kekayaan tidak dapat memberikan makna dalam kehidupan manusia. Agar kehidupan bermakna dan bahagia, kita memerlukan relasi yang baik dan sehat dengan pasangan, anak-anak dan orang-orang di sekitar kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa nama dan relasi yang baik lebih penting daripada harta? (2) Bagaimana kehidupan Anda hari ini? Sudahkah Anda menjaga nama dan relasi yang baik? Berdoalah supaya Tuhan menolong kita untuk mengatur waktu dengan baik, sehingga di tengah kesibukan yang ada, kita bisa memiliki waktu yang cukup bersama keluarga dan teman-teman kita.
RABU
16
SEPTEMBER 2015
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” (Amsal 25:11)
Bacaan hari ini: Amsal 25 Bacaan setahun: Amsal 25-26
TEPAT DALAM TUTUR KATA
P
ada tahun 1960-an, Chevrolet, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif, meluncurkan sebuah model mobil yang mereka beri nama Nova. Chevrolet Nova banyak diminati konsumen di Amerika Serikat, tempat mobil itu diciptakan. Namun sayang sekali, perusahaan Chevrolet tidak berhasil memasarkan mobil ini di Amerika Latin, padahal masih satu benua. Alasannya, dalam bahasa yang digunakan orang-orang Amerika Latin yaitu bahasa Spanyol, no va berarti “tidak jalan.” Bayangkan saja. Sebuah kata dapat mengurungkan niat konsumen untuk membeli produk. Sebuah kata berdampak luar biasa. Salomo berkata, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Melalui Amsal ini, Salomo ingin mendorong kita untuk memperhatikan apa yang kita katakan karena perkataan kita dapat membawa berkat atau kutuk, bermanfaat atau malah menjatuhkan, menyembuhkan atau menyakitkan. Selain memperhatikan apa yang kita katakan, kita juga harus memperhatikan kapan kita harus mengatakannya. Terkadang perkataan yang tepat tetapi diucapkan pada saat yang tidak tepat, malah berakibat buruk. Sebaliknya, perkataan yang tepat yang diucapkan pada saat yang tepat pula, adalah sesuatu yang berharga seperti “apel emas di pinggan perak.” Sebagai murid-murid Kristus, kita harus meneladani Kristus yang telah mengatakan perkataan yang tepat, pada waktu yang tepat pula. Yohanes 7 mencatat bahwa Yesus menunda untuk pergi mengajar di Yerusalem dan menyuruh murid-murid-Nya untuk pergi mendahului Dia sampai beberapa waktu. Perkataan Yesus memang tepat, waktu-Nya pun tepat. Sehingga, Yesus dikatakan sebagai orang yang berpengetahuan dan berhikmat. Maukah kita menjadi orang yang berhikmat? Mulai hari ini, hendaklah kita memperhatikan apa yang kita katakan dan kapan kita mengatakannya. THINK (pikirkan) sebelum berkata-kata. Apakah itu True (benar)? Apakah itu Helpful (menolong)? Apakah itu Inspiring (membangun)? Apakah itu Necessary (diperlukan)? Dan apakah itu Kind (baik)? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa perkataan yang tepat dan di waktu yang tepat pula itu penting untuk diperhatikan? (2) Bagaimana pengalaman Anda? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka belajar dan meneladani Tuhan dalam perkataannya, sehingga mengucapkan kata-kata yang membangun orang lain dan memuliakan nama Tuhan.
KAMIS
17
“Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.” SEPTEMBER 2015 (Amsal 29:17)
Bacaan hari ini: Amsal 29:17 Bacaan setahun: Amsal 27-29
DIDIKLAH ANAKMU!
K
ita hidup dalam dunia yang kejadian-kejadiannya tidak bisa diulang kembali dan pergerakannya begitu cepat. Pertumbuhan jumlah penduduk sejak tahun 1900, tidak bisa dikendalikan. Bahkan teknologi yang begitu cepat telah disalahgunakan, termasuk oleh sebagian besar orang percaya, sehingga mereka kurang peduli terhadap kebenaran firman Tuhan. Sekarang, hal apakah yang membentuk nilai-nilai kehidupan anak-anak kita? Apakah itu media, pendapat orang, kebiasaan keluarga, kebudayaan, atau fantasi pemikiran kita? Nilai keluarga seperti apakah yang ingin kita dapatkan? Hidup kita 90-95% terdiri dari “kebiasaan,” sedangkan 5-10% adalah tempat kreatifitas untuk melakukan yang berbeda. Pakailah yang 90-95% “kebiasaan” tersebut dengan mendidik anak-anak kita melalui kebenaran firman Tuhan yang menjadikannya pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberi kebijaksanaan serta pengetahuan. Inilah unsurunsur yang ada di dalam hikmat TUHAN (ps.1:1-7). Jadi, definisi hikmat adalah memberikan kesanggupan bagi seseorang untuk mengarungi kehidupan ini dengan baik/bijaksana (mencapai kesuksesan). Sebaliknya, orang bodoh memilih jalan yang salah dan menerima akibatnya. Itulah sebabnya mengapa Kita Amsal ini memberikan dorongan kepada orangtua untuk tegas dalam mendisiplin anak-anak mereka. Anakanak yang bodoh, tidak taat, dan yang tidak belajar hikmat, ketika mereka muda, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang “bodoh.” Kata Musa, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (Ul. 567). Kiranya Tuhan menolong kita mendidik generasi mendatang. STUDI PRIBADI: (1) Siapakah yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak sebagai generasi masa depan? (2) Mengapa sejak dini mereka harus takut akan Tuhan? Berdoalah bagi para orang tua agar mereka secara serius memberikan perhatian dan mendidik anak-anak mereka dalam jalan Tuhan, sehingga mereka hidup dalam kebenaran dan kasih Tuhan.
JUMAT
18
SEPTEMBER 2015
“Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.” (Amsal 31:10)
Bacaan hari ini: Amsal 31 Bacaan setahun: Amsal 30-31
ISTRI YANG CAKAP
P
ada zaman postmodern seperti sekarang ini, dalam sebuah keluarga sering kali dijumpai seorang istri yang memarahi suaminya. Jika ada masalah, istri tidak mampu mengendalikan diri; ia marah, menghina, dan berkata kasar kepada suami, kadang ia melempar apa saja ke lantai, suka mengatur pekerjaan suami dan sebagainya. Apabila terjadi kegagalan dalam suatu pekerjaan, langsung menyalahkan suami. Tak jarang pula kita menemukan seorang istri sangat berkuasa dalam rumah tangga. Dia selalu menganggap diri benar. Apabila ia marah, ia membentak-bentak, tidak ada rasa hormat terhadap suami. Sekarang ini mulai tumbuh subur sikap-sikap wanita yang ingin menguasai suami. Hal ini berbeda dengan bacaan Alkitab kita pada hari ini. Amsal 31:1031 menggambarkan tentang seorang istri yang cakap, yaitu yang “memiliki pengertian,” atau “wanita yang memiliki semua kebenaran, kehormatan dan kekuatan” untuk melakukan semua hal yang disebutkan dalam Amsal ini. Istri yang cakap sedikitnya memiliki 5 karakter: (1) Dapat dipercaya (ay. 11), artinya memiliki sifat jujur dan berintegritas; (2) Rajin (ay.12-19), artinya mau bekerja keras, mau berusaha untuk melakukan semua pekerjaannya dengan sungguh-sungguh (hati), menghasilkan keuntungan; (3) Murah hati, sehingga menjadi berkat bagi yang membutuhkan (ay. 20-24); (4) Berhikmat (ay. 25-26); (5) Takut akan TUHAN (ay. 30). Kecantikan seorang perempuan yang hormat dan takut akan TUHAN melebihi kecantikan eksternal (dari luarnya saja), sebab kecantikan wanita ini berasal dari hatinya. Seorang perempuan yang menghormati TUHAN, hatinya, bahkan seluruh totalitas hidupnya, senantiasa mengutamakan/ memprioritaskan TUHAN. Ia melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan ucapan syukur. Istri yang cakap bukan saja dikasihi TUHAN, tetapi hati suaminya juga terpaut kepadanya. Bagaimana dengan kita hari ini? Jadilah istri yang cakap bagi suami, seorang ibu yang baik bagi anak-anak, sehingga nama Tuhan dan keluarga kita boleh dihormati orang lain. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tanda-tanda dari seorang istri yang cakap dan bijaksana? (2) Bagaimana dampak seorang istri yang cakap bagi anggota keluarganya? Berdoalah bagi para istri, khususnya keluarga Kristen, agar mereka dapat menjadi pendamping yang cakap bagi para suami dan anak-anak mereka dalam Tuhan, sehingga nama Tuhan dipermuliakan.
SABTU
19
SEPTEMBER 2015
“Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pengkhotbah 1:2)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 1 Bacaan setahun: Pengkhotbah 1-3
KESIA-SIAAN HIDUP DI BAWAH MATAHARI
H
ampir semua agama di dunia mengajarkan kesia-siaan hidup manusia di dunia. Demikian pula kitab Pengkhotbah: (1) Semua makhluk hidup di bawah matahari adalah kehidupan yang terbatas dan singkat; manusia, binatang, tumbuhan, baik yang di udara, laut atau di daratan, kita tidak mampu melawan keadaan ini (ay. 3). (2) Segala upaya manusia tidak mampu mengubah ketetapan/hukum alam yang ada. Justru yang kelihatannya bersifat kekal adalah benda mati, yang terus berulang berputar di sekeliling manusia; manusia yang terpandai, terkaya sekalipun tidak mampu mengubah keadaan alam/hukum alam (ay. 5-7). (3) Manusia merasa diperhamba oleh keadaan alam, yang memaksa manusia harus berjuang untuk hidup, bertahan, namun pada akhir akan gagal pula. Inilah inti kesiaan-siaan hidup/kehampaan, manusia tidak dapat menemukan makna hidup sesungguhnya. Tujuan hidup manusia adalah untuk dirinya, bertahan hidup, melawan kodrat alam, namun setiap manusia pada akhir hidupnya menghadapi realita yang sama, kematian! Tidak ada yang bisa dibawa pergi, tidak ada kepastiaan akan kemana dan seperti apa. Manusia kembali menjadi debu tanah, tidak lebih dari binatang (ay. 8-11). Bagi kita yang percaya firman Tuhan, mudah memahami kebenaran ini dari perspektif relasi antara manusia dengan Allah. Status manusia adalah manusia yang terkutuk, dan diusir dari hadapan Tuan-nya (Kej. 3), ada penghakiman dan penghukuman yang sedang menanti manusia. Untuk keluar dari “kesia-siaan” hidup, kita harus membangun relasi yang benar dengan Tuhan, Pencipta manusia dan Sang pemberi hidup itu sendiri. Hal ini tidak dapat diupayakan dari manusia, hanya dengan kasih karunia Allah semata, melalui kasih dan pengorbanan Yesus Kristus, dan iman kita yang setia pada-Nya. Di situlah, manusia baru disebut manusia (ciptaan) baru (2Kor. 5:17), memiliki status baru, tujuan hidup yang bermakna, pekerjaan yang bermakna kekal, menjadi warga negara sorgawi. Sehingga, semua yang dilakukannya bukan lagi sia-sia, melainkan kemuliaan bagi Allah yang kekal. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa hidup manusia dikatakan menjadi sia-sia? Apa penyebabnya? (2) Bagaimana manusia bisa menemukan solusi bagi kesia-siaan hidup di dunia? Berdoalah bagi tiap orang Kristen agar mereka menghargai anugerah Allah yang telah mereka terima dengan hidup benar dan menggunakan waktu yang mereka miliki bagi Tuhan.
MINGGU
20
SEPTEMBER 2015
“… Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.” (Pengkhotbah 4:17)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 4 Bacaan setahun: Pengkhotbah 4-6
INDAH PADA WAKTU-NYA
D
alam pasal 3 dikatakan bahwa, untuk segala sesuatu ada masanya. Bersyukur kepada Tuhan, di tengah-tengah kelelahan hidup dan kesia-siaan hidup manusia, Tuhan menyatakan diri-Nya melalui momen-momen dalam hidup manusia, agar manusia tahu keberadaan Tuhan, dan perbedaan antara karya Tuhan dengan manusia (ps. 3:10-15), dan mudah-mudahan manusia dapat menyadarinya dan berbalik mencari Tuhan, sehingga akhirnya menemukan Tuhan serta makna hidup. Renungan kemarin memberitahukan kita bahwa keselamatan sematamata adalah anugerah Allah melalui kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Namun itu tidak berarti kita boleh sembarangan memperlakukan anugerah tersebut. Kita sudah menjadi manusia ciptaan baru, dalam relasi yang benar dengan Allah, sehingga kita harus meresponi anugerah-Nya dengan sikap yang benar. Pengkhotbah 4:17 mengatakan: “Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.” Kita tahu, bangsa Israel juga mengalami anugerah Tuhan, dari bangsa budak ditolong menjadi bangsa merdeka, memiliki negeri, tanah dan hukum Taurat sendiri, mereka juga rajin beribadah sebagai wujud membangun relasi dengan Allah Juruselamatnya. Mereka berdoa, berpuasa, memberikan sedekah. Namun, justru Tuhan menegor perilaku keagamaan mereka (Mat. 6), karena mereka melakukannya untuk diri mereka, untuk dilihat dan dipuji oleh manusia, oleh sebab itu Tuhan tidak berkenan kepada kehidupan keagamaan mereka. Bagaimana dengan kita? Janganlah kita sama seperti orang Farisi dan pemimpin agama Yahudi pada zaman Tuhan Yesus. Kita ke gereja, terlibat berbagai pelayanan, bahkan memberitakan Injil; namun tak ada ketaatan yang penuh terhadap Firman-Nya. Marilah kita mengasihi dan taat kepada-Nya, sebagai tanda, bahwa kita adalah orang Kristen sejati! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya hidup kita sebagai seseorang yang mengenal anugerah Allah dalam hidupnya? (2) Sebutkan contoh-contoh praktisnya! Berdoalah bagi jemaat agar mereka menjalankan ibadah mereka dengan ketulusan dan kasih terhadap Tuhan. Doakan pula agar mereka semakin mengenal kehendak Tuhan dalam hidupnya.
SENIN
21
“Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” SEPTEMBER 2015 (Pengkhotbah 7:1)
Bacaan hari ini: Pengkhotbah 7:1 Bacaan setahun: Pengkhotbah 7-9
HIKMAT YANG BENAR
D
alam dunia ini banyak orang yang mengaku pandai dan berhikmat. Mereka telah mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam dunia ini dengan hikmat mereka. Namun firman Tuhan mengingatkan ada banyak hal yang dikira manusia adalah hikmat, tapi sesungguhnya adalah kebodohan bagi Allah. Dalam Pengkhotbah 7, sang pengkhotbah ingin mengajarkan hikmat yang benar, yang datangnya dari Allah, yang mungkin sering kali tidak disadari oleh manusia yang mengaku berhikmat. Sang pengkhotbah memakai frasa “lebih baik” sebagai kunci dari pengajarannya mengenai hikmat yang benar. Sebagai contoh pasal 7:1 berbunyi, “Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” Di sini sang pengkhotbah ingin mengatakan bahwa minyak yang mahal itu baik. Mempunyai minyak yang mahal itu juga adalah baik karena menandakan seseorang itu telah berhasil dalam kehidupannya sehingga dapat memiliki minyak yang baik. Namun sang pengkhotbah ingin mengingatkan bahwa lebih baik lagi jika seseorang yang sukses tersebut mempunyai nama yang baik. Ini artinya, sang pengkhotbah ingin mengajak pembacanya memiliki hikmat yang lebih tinggi dari apa yang dipikirkan oleh manusia. Dalam dunia ini, sebagai orang Kristen, kita sering mendapatkan pengajaran dari hikmat-hikmat dunia, yang sering kali kita anggap sebagai kebenaran yang tinggi. Namun sadarkah kita, bahwa firman Tuhan memiliki sebuah pemahaman yang lebih tinggi lagi mengenai hidup manusia dan segala sesuatunya yang ada di dalam dunia ini. Karena itu, ketika orang Kristen diperhadapkan pada dua sisi, mengambil tindakan sesuai hikmat dunia atau hikmat Tuhan, maka seharusnya kita memilih untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Di dalam Alkitab banyak sekali terdapat pengajaran mengenai hikmat yang benar. Jika kita rindu untuk menjadi orang yang berhikmat yang benar, maka janganlah pernah ragu untuk membaca dan terus-menerus belajar menerapkan perintah-perintah yang ada dalam Alkitab. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita mengukur kebenaran sebuah pengajaran? Apa tolok ukurnya? (2) Mengapa hikmat yang berasal dari firman Tuhan lebih baik dari hikmat dunia? Berdoalah bagi pemuda dan pemudi Kristen agar mereka hidup dalam takut akan Tuhan sejak masa muda mereka, sehingga kemudaan mereka dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan.
SELASA
22
“Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” (Pengkhotbah 12:13) SEPTEMBER 2015 Bacaan hari ini: Pengkhotbah 10:13 Bacaan setahun: Pengkhotbah 10-12
HIKMAT TERTINGGI
P
engkhotbah pasal 12 adalah bagian akhir dari kitab yang ditulis sang pengkhotbah. Dalam bagian akhir ini pengkhotbah menjelaskan bahwa dia adalah seorang yang berhikmat. Dia telah menimbang, menguji dan menyusun banyak kata-kata hikmat. Bahkan bukan hanya berhikmat, dia pun mempunyai hati untuk mengajarkannya, supaya orang lain pun menjadi orang yang berhikmat. Salah satu cara pengkhotbah membagikan hikmatnya adalah dengan menuliskan kitab Pengkhotbah, sebuah kitab yang berisi pengajaran-pengajaran hikmat dari sang pengkhotbah. Di bagian akhir kitab pengkhotbah, sang pengkhotbah menyimpulkan satu kata kunci untuk menjadi orang yang berhikmat, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” Ini berarti, jika kita ingin menjadi orang yang berhikmat, kita harus takut akan Allah dan melakukan perintah-perintah-Nya. Kunci hikmat ini sangat berbanding terbalik dengan orang-orang dalam dunia ini yang mengaku berhikmat. Semakin tinggi manusia mempunyai gelar, semakin pandai seseorang, sering kali justru membawa manusia jauh dari Tuhan. Bahkan banyak ilmuwan dan orang-orang yang mengaku pandai tidak percaya bahwa ada Tuhan di dalam dunia ini. Dalam kacamata hikmat sang pengkhotbah, orang-orang tersebut adalah orang yang bodoh dan tidak berhikmat. Bagi pengkhotbah, orang yang berhikmat justru adalah orang-orang yang takut akan Tuhan dan melakukan perintahperintah Tuhan. Beberapa hari ini kita telah merenungkan mengenai hikmat dalam kehidupan sehari-hari yang dipaparkan oleh pengkhotbah. Dengan melakukannya, maka kita akan disebut sebagai orang yang berhikmat. Namun di akhir dari perenungan kita mengenai kitab hikmat pengkhotbah, kita diingatkan bahwa berhikmat dalam bertindak dan berperilaku seharihari belumlah cukup. Hikmat yang tertinggi adalah pada waktu kita takut akan Tuhan dan mau melakukan apa yang diperintahkan-Nya! STUDI PRIBADI: (1) Apa tanda dari seseorang yang memiliki hikmat yang benar? (2) untuk apakah hikmat itu? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup taat dan setia kepada kebenaran firman Tuhan sehingga jalan hidup mereka senantiasa dituntun oleh kebenaran firman Tuhan.
RABU
23
SEPTEMBER 2015
“... Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, ...” (Kidung Agung 1:2)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 1-3 Bacaan setahun: Kidung Agung 1-3
KEINDAHAN CINTA
K
isah cinta dalam Kitab Kidung Agung menggambarkan kasih Allah terhadap umat-Nya dan Kristus dengan jemaat-Nya. Tentu saja, keindahan cinta insani yang terjalin antara mempelai perempuan dan mempelai laki-laki sesungguhnya berasal dari kasih Allah yang otentik. Dalam menjalin cintanya, kedua mempelai saling melemparkan pujian satu sama lain, seolah-olah di antara mereka tidak ada kejelekan untuk dicela. Tidak kebetulan bila nama kitab ini secara harafiah berarti “nyanyian atas segala nyanyian” atau juga bisa disebut “nyayian yang terbaik.” Keindahan cinta yang dirasakan lebih nikmat daripada anggur. Bagi masyarakat Ibrani, minuman anggur tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Buah anggur bukan saja enak dipandang, enak dimakan, manis rasanya, buah anggur juga melambangkan keindahan dan kemewahan. Meski demikian, kenikmatan anggur yang sedemikian rupa tidak bisa dibandingkan dengan kisah cinta asmara yang sedang terjalin di antara mereka berdua. Keindahan cinta sesungguhnya bak harum semerbak melebihi aroma apa pun, sehingga menutupi segala pandangan dan bentuk yang tidak enak dipandang. Sekalipun hitam, ia tetap terlihat cantik. Walaupun ia berkemah di balik tirai-tirai orang Kedar dan Salma dan kulitnya menjadi hitam karena terik matahari membakarnya, ia tetap kelihatan molek kedua pipinya. Ia adalah seorang kekasih, bagaikan sebungkus mur yang harum semerbak bau narwastu dan berparas cantik tiada duanya. Keindahan cinta diibaratkan setangkai bunga pacar, seperti bunga bakung di lembah-lembah, bunga mawar dari Sharon, dan seperti apel di antara pohon-pohon di hutan. Kiasan-kiasan tersebut seperti tak habishabisnya menceritakan betapa elok dan indahnya cinta yang dipancarkan oleh mempelai perempuan kepada mempelai laki-laki. Cinta kasih Tuhan kepada kita tentu melebihi kisah cinta mereka. Kita manusia berdosa yang tidak layak dicintai, tapi Kristus bersedia menjadi mempelai bagi kita yang terus memancarkan keindahan cinta-Nya untuk kita nikmati. STUDI PRIBADI: (1) Cinta sepasang kekasih dalam Kitab Kidung digambarkan seperti apa? (2) Gambaran rohani apa yang ingin disajikan dalam kitab ini? Berdoalah bagi kehidupan cinta pasangan suami-istri Kristen agar mereka hidup dalam kesetian kepada pasangannya dan saling mengasihi pasangan mereka sampai pada akhirnya.
KAMIS
24
SEPTEMBER 2015
“Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku.” (Kidung Agung 5:1)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 4-5 Bacaan setahun: Kidung Agung 4-5
KEMURNIAN CINTA
S
ekalipun bahasa cinta dalam bentuk kiasan-kiasan yang diungkapkan oleh raja Salomo maupun gadis Sulam bernuansa asmara dan romantis, sesungguhnya syair kidung tersebut adalah untuk melukiskan kemurnian atau ketulusan cinta di antara mereka. Intimasi mereka bukan untuk maksud vulgar atau jorok semata-mata, melainkan untuk menggambarkan betapa ajaib ciptaan Allah nan indah untuk dicintai dan dinikmati, sekalipun gadis penjaga kebun tidak menarik bagi orang modern. Allah kita bukan hanya Allah dari kebenaran, tetapi Dia juga Allah dari keindahan. Pujian gembala terhadap gadis penjaga kebun merupakan ekspresi kemurnian cintanya. Kekaguman itu penting dan mengandung makna cinta sejati, apabila sungguh-sungguh murni, bukan asal gombal atau celoteh mulut manis belaka. “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau!” (Kid. 4:1). Kecantikan gadis Sulam bagaikan merpati parasnya, polos dan anggun. Rambut yang bergelombang dan giginya yang terlihat natural seperti milik kawanan domba. Tidak hentinya pujian ini dilontarkan terus oleh Salomo, sang gembala, “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu” (Kid. 4:7). Kehadiran gadis Sulam ini benar-benar telah mencuri hatinya, “Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata” (Kid. 4:9). Gadis Sulam mengundang gembala masuk ke kebunnya (Kid. 4:16). Respons gadis Sulam tersebut menyenangkan hati gembala dan dia akan menjadikan kebun itu, miliknya. Undangan si gadis diterima dan gembala masuk ke dalam kebun dan mengumpulkan mur, rempah-rempah, madu dan susu (Kid. 5:1). Jamuan dalam pesta adalah pertanda perayaan resmi bagi kedua insan yang saling mencintai. Mereka makan buah-buah yang lezat bersama para undangan. Kebahagiaan gereja-Nya adalah dipersatukannya mempelai yang suci dan murni dengan diri Kristus. Intimasi secara rohani dipersatukan dalam perjamuan roti dan anggur bersama Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Gambaran cinta yang nampak vulgar dalam Kitab Kidung Agung ini bertujuan untuk apa? (2) Mencerminkan relasi apakah cinta dalam kitab ini? Berdoalah bagi pertumbuhan iman dan kasih jemaat kepada Tuhan, agar mereka semakin setia kepada Tuhan dalam ibadah yang dilakukan dan juga peka menyaksikan kebesaran-Nya.
JUMAT
25
SEPTEMBER 2015
“Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.” (Kidung Agung 7:6)
Bacaan hari ini: Kidung Agung 6-8 Bacaan setahun: Kidung Agung 6-8
KEKUATAN CINTA
A
pa yang membedakan cinta palsu dan cinta yang sejati? Untuk orang zaman sekarang, ukuran cintanya mungkin diukur dalam hal materi, kecantikan, fasilitas dan macam-macam jaminan yang dijanjikan. Suatu kali, ada satu pasang suami-istri baru menikah, dan hanya tahan beberapa hari lalu mereka bercerai. Kejadian itu tidak pernah diduga oleh pengantin pria. Saat bulan madu malam pertama berlalu, keesokannya, ia bangun dan kaget, ia tidak melihat istrinya dan semua barang-barangnya raib, dibawa kabur bersamanya. Sementara itu, kita lihat hubungan cinta gembala dan gadis Sulam memiliki kekuatan cintanya tersendiri. Seolaholah, tidak ada sesuatu pun bisa memisahkan cinta mereka berdua. Kekuatan cinta mereka terletak pada cinta sejati mereka. Murni cinta pada orangnya, pribadinya dan segala sifat dalam diri pasangannya. Bukan di luar dirinya, seperti aksesorinya, perhiasannya, riasannya, pakaiannya atau barang-barang berharganya. Pujian gembala terhadap gadis Sulam ini berbunyi demikian, “Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandalsandal itu, putri yang berwatak luhur” (Kid. 7:1). Keanggunan jiwa dan kelembutan hati gadis Sulam telah meluluhkan hati gembala pujaannya. “Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!” (Kid. 7:12). Hendaknya orang-orang yang menjalin cinta atau pasangan-pasangan yang sudah menikah memiliki cinta sejati seperti mereka. Kekuatan cinta tercipta karena ada pengertian, saling menerima dan saling memuji antara satu sama lain. Sebaliknya, keretakan cinta terjadi karena saling menghina dan menjatuhkan. Bagi mempelai pria, tiada ungkapan selain pujian, demikian juga bagi gadis Sulam sebagai mempelai perempuan. Dalam pasal 8:6 dikatakan, “Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut.” Bahkan mereka mengakui, “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.” Demikian juga kasih Kristus kepada jemaat-Nya, tidak ada sesuatu apa pun yang dapat memisahkan kita dari Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana gambaran cinta sejati dicatat dalam Kitab Kidung Agung? (2) Bagaimana konsep cinta yang dimiliki orang pada masa kini? Apakah itu benar? Berdoalah bagi pemuda-pemudi Kristen agar mereka mampu hidup dalam kesalehan iman hanya kepada Kristus, dan menjadi saksi bagi Tuhan melalui kehidupan mereka.
SABTU
26
SEPTEMBER 2015
“Penglihatan yang telah dilihat Yesaya bin Amos tentang Yehuda dan Yerusalem …” (Yesaya 1:1)
Bacaan hari ini: Yesaya 1 Bacaan setahun: Yesaya 1-2
TUNTUTAN ALLAH ATAS UMAT-NYA
Y
esaya dipanggil untuk melayani dalam satu periode yang cukup lama; masa di mana Yehuda secara internal mengalami kemerosotan tahap demi tahap, sementara secara eksternal kekuatan Asyur juga semakin lemah, sampai dikalahkan oleh kebangkitan Babel sebagai kekuatan baru di dunia politik. Di tengah ketegangan seperti itulah Yesaya dipanggil melalui suatu penglihatan dari Allah tentang apa yang akan terjadi atas Yehuda; bahwa TUHAN akan menghukum Yehuda karena kesalahan mereka yang menumpuk. TUHAN memanggil langit dan bumi sebagai saksi atas apa yang akan dituduhkan-Nya kepada umat-Nya sendiri! Ini menandai suatu pemberitaan yang sangat serius (bdk. Ul.32:1), yang TUHAN sampaikan adalah pemberontakan umat-Nya yang diasuh dan dibesarkan dengan segala kebaikan dari-Nya. Ini bisa mengacu sampai saat ketika nenek moyang mereka hidup sebagai budak yang tertindas di Mesir, bagaimana TUHAN dengan kasih-Nya yang besar telah menebus mereka, menjadikan mereka umat kesayangan-Nya, membimbing dan memelihara mereka dari zaman ke zaman. Tetapi mereka telah melupakan semua perbuatan baikNya, bahkan siapa Dia. Bahkan binatang seperti lembu dan keledai yang dikenal bodoh, masih lebih baik dari perilaku umat-Nya sendiri. Mereka meninggalkan TUHAN sama sekali, dan hidup dalam keliaran nafsu. Berulangkali ditegor, diperingatkan bahkan dipukul, hidup merana tanpa shalom, tapi tetap tidak menyadarinya. Dan yang paling bertanggung jawab atas kondisi kemerosotan separah itu adalah para pemimpin rohani di Yerusalem, mereka yang menganggap diri sebagai kelompok elite rohani, tapi justru membawa umat ke dalam pemberontakan. Ajakan pertobatan menjadi satu-satunya pilihan bagi umat yang sudah terperosok sedemikian rupa, atau hukuman akan menimpa sepenuhnya atas diri mereka. Sanksi ilahi telah disampaikan! Kiranya kita semua dapat bercermin dari kehidupan umat zaman itu untuk mengevaluasi diri; apakah kita masih hidup di jalan Tuhan, atau sudah jauh meninggalkannya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kondisi Yehuda pada waktu Nabi Yesaya dipanggil Tuhan? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari hubungan antara Yehuda dengan Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka menyadari segala kesalahannya di hadapan Tuhan, supaya segala ibadah dan pelayanan yang mereka lakukan diperkenan oleh Tuhan.
MINGGU
27
SEPTEMBER 2015
“Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup.” (Yesaya 4:3)
Bacaan hari ini: Yesaya 4:2-6 Bacaan setahun: Yesaya 3-4
SION AKAN DIMURNIKAN
D
i dalam pasal-pasal sebelumnya dipaparkan kelompok-kelompok yang kena tegoran TUHAN atas kesalahan mereka, diawali dengan tegoran kepada Yerusalem. Ini menggambarkan representasi dari kelompok pemimpin rohani, dan semua orang yang mengikuti mereka, termasuk kaum pria dan wanita. Ini menjadi berita ironi, bahwa Sion,—kota suci yang di dalamnya tinggal para pemimpin Israel, justru menjadi sumber pemberontakan kepada TUHAN. Tegoran-tegoran tersebut adalah peringatan bagi setiap pembaca di setiap zaman; betapa serius dan berat tanggung jawab pemimpin rohani. Catatan kitab sejarah Perjanjian Lama menunjukkan, peran pemimpin sering menentukan pola kehidupan dan nasib umat secara luas. Raja yang baik, takut akan TUHAN, bisa membawa seluruh umat beribadah kepadaNya dan hidup dalam berkat Allah. Sebaliknya, seorang Raja yang jahat, tidak takut kepada Allah, membawa kemerosotan bahkan kehancuran bagi seluruh bangsa. Orang-orang yang hidup di lingkungan dalam, yang tinggal dekat Bait Allah, yang rajin melakukan berbagai ritual ibadah dan memberi persembahan, bisa menjadi kelompok yang kehilangan kepekaan rohani dan jatuh oleh kesombongan diri. TUHAN akan menghukum mereka! Namun di balik penghukuman tersebut, TUHAN tetap setia terhadap rencana kekal-Nya. Satu kelompok orang yang disebut “umat sisa/sisa Israel” akan terpelihara oleh anugerah-Nya. Hukuman Allah bertujuan untuk memurnikan; membuang carang-carang yang sudah rusak yang tidak mungkin menghasilkan buah, supaya carang-carang sisa tersebut bisa menghasilkan buah pada waktunya. TUHAN juga yang memelihara sekelompok orang-orang yang tersisa; yaitu mereka yang tetap menghormati Dia dan yang tetap setia kepada-Nya. Di balik penghukuman itu, kelimpahan anugerah menyertai rencana kekal-Nya. Bukan manusia yang akan berubah menjadi baik, tetapi anugerah-Nya yang akan memunculkan sekelompok orang-orang setia yang disebut “sisa Israel.” Termasuk kelompok manakah kita? STUDI PRIBADI: (1) Ironi apa yang digambarkan dalam kehidupan keagamaan pada zaman nabi Yesaya dipanggil Tuhan? (2) Apakah di balik penghukuman-Nya ada anugerah? Berdoalah bagi setiap pemimpin rohani yang kita kenal agar mereka hidup benar dan berkenan kepada Allah, sehingga dapat memimpin jemaat Tuhan secara efektif dan diperkenan-Nya.
SENIN
28
SEPTEMBER 2015
“… lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?” (Yesaya 5:2)
Bacaan hari ini: Yesaya 5:1-7 Bacaan setahun: Yesaya 5-6
SUDAHKAH KAU MEMBERI YANG TERBAIK?
M
enghitung anugerah Tuhan setiap hari seharusnya membuat kita selalu bersyukur dan rela hidup menyenangkan hati-Nya; sebab bukan saja Tuhan memelihara kehidupan kita hari lepas hari, tetapi Tuhan juga telah memberikan jaminan keselamatan kepada kita. Jika Anda ditanya, “Apa yang patut Anda berikan kepada-Nya?” Tentu kita menjawab, “Saya akan hidup setia dan mengasihi-Nya.” Jawaban ini tepat sekali, tapi untuk melakukannya, selalu menjadi pergumulan dan kesulitan bagi kita; sehingga tidak jarang kita masih menjumpai orang-orang Kristen yang hidupnya tidak mencerminkan kasih dan kebesaran Tuhan. Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita diingatkan akan bangsa Yehuda yang tidak meresponi anugerah Tuhan dengan benar. Tuhan telah memelihara mereka, bahkan Tuhan rela mengampuni dan memulihkan mereka, namun mereka tetap hidup tidak setia di hadapan Tuhan. Mereka diumpamakan kebun anggur yang telah dipelihara dan dirawat sedemikian rupa, tetapi apa yang mereka hasilkan adalah anggur yang masam (ay. 12). Sikap mereka telah mendatangkan murka Tuhan, sehingga disiplin Tuhan harus diberikan kepada mereka (ay. 3-7). Sekalipun Tuhan mengasihi bangsa Yehuda, Tuhan tidak bisa berkompromi terhadap dosadosa mereka. Karena itu, Tuhan akan mendatangkan malapetaka kepada bangsa Yehuda, agar mereka jera berlaku tidak setia kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita? Marilah kita sungguh-sunggh meresponi anugerah Tuhan dengan hidup benar di hadapan-Nya. Janganlah kita berlaku tidak setia dengan hidup dalam dosa. Jika hari ini ada dosa yang sedang kita sembunyikan di hadapan Tuhan, lebih baik akuilah di hadapan-Nya; karena tidak ada satupun dosa yang dapat kita sembunyikan dari hadapan-Nya. Siapa tahu Tuhan berbelas kasihan dan memulihkan Anda! Janganlah seperti bangsa Yehuda yang tidak setia kepada Tuhan; jadilah anak-anak Tuhan yang hidup berkenan kepada-Nya, sehingga kita layak menerima kebaikan-Nya dan memuliakan nama-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap bangsa Yehuda terhadap Tuhan setelah menerima kebaikan-Nya? (2) Apa yang harus kita perbuat bagi Tuhan karena anugerah-Nya bagi kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup dalam anugerah Tuhan dengan menjalankan perintah Tuhan, sehingga hidup mereka memuliakan-Nya dan juga dapat menjadi berkat bagi sesama.
SELASA
29
SEPTEMBER 2015
“… Teguhkanlah hatimu dan tinggalah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut …” (Yesaya 7:4)
Bacaan hari ini: Yesaya 7:1-9 Bacaan setahun: Yesaya 7-8
MASIH PERCAYAKAH ANDA?
S
esungguhnya kasih setia Tuhan tidak pernah berubah bagi kehidupan umat-Nya. Kasih setia-Nya tidak pernah beranjak dari orang-orang yang berlaku setia, bahkan terhadap umat-Nya yang tidak setia. Itulah sebabnya dalam Kitab Mazmur, kita menjumpai, bahwa kasih setia Tuhan dipuji dan diagungkan oleh pemazmur, terutama oleh Daud. Demikian pula kasih setia-Nya dalam kehidupan kita. Setiap hari kita dapat melihat dan merasakannya. Namun sungguh ironis kisah yang kita temukan dalam bacaan Alkitab hari ini. Di tengah kesetiaan Tuhan akan janji-Nya terhadap Daud, Ahas, yang adalah keturunan Daud, justru hidup tidak setia kepada Tuhan (bdk. 2Raj.16:1-20, 2Taw 28:1-27). Namun demikian Tuhan masih saja menawarkan pengharapan dan penghiburan bagi kerajaan Yehuda agar terlepas dari serangan Raja Aram dan Israel. Kepada Ahas, Tuhan berjanji, jika ia percaya kepada Tuhan dan firman-Nya, maka Ia akan memberikan kelepasan dan kelegaan bagi bangsa Yehuda. Namun sebaliknya, jika Ahas tidak percaya, maka Yehuda diambang kehancuran (ay. 9). Apa yang kemudian Ahas lakukan? Apakah ia percaya kepada Tuhan? Tidak! Ahas justru mencari pertolongan bangsa lain, dan Alkitab mencatat, dalam keadaan sulit itu, Ahas justru semakin berubah setia terhadap Tuhan (2Taw. 28:22). Bagaimana dengan kita hari ini? Jangan pernah ragukan kesetiaan Tuhan, tapi perhatikanlah sikap hati kita, “Masihkah kita percaya pada kedaulatan Tuhan atas hidup kita?” Jika Anda hari ini mengalami persoalan yang berat; bahkan dosa yang menindih kehidupan Anda, sehingga Anda terus berada dalam keterpurukan, marilah datang kepada Tuhan. Janganlah berubah setia kepada-Nya, sebab besar pengampunan dan anugerah-Nya bagi kita. Ketika kita percaya dan berlaku setia kepada-Nya, maka Tuhan akan memulihkan hidup kita. Janganlah lari dari masalah! Sebaliknya, hadapilah bersama dengan Tuhan. Janganlah andalkan kekuatan sendiri, melainkan berharap dan berserahlah kepada Tuhan. “Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak akan jaya.” STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ahas tidak mampu percaya kepada Tuhan, melainkan percaya kepada raja dari bangsa lain? (2) Pelajaran rohani apa yang Anda dapatkan? Berdoalah bagi jemaat yang sedang menghadapi situasi hidup yang sulit agar mereka tidak berubah setia kepada Tuhan, melainkan tetap percaya dan berserah hanya pada pimpinan Tuhan.
RABU
30
SEPTEMBER 2015
“… karena ia mendasarkan dan mengokohkannya … sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (Yesaya 9:6)
Bacaan hari ini: Yesaya 9:1-6 Bacaan setahun: Yesaya 9-10
KECEMBURUAN TUHAN
K
ita lebih senang membicarakan Allah yang Kasih daripada Allah yang cemburu. Salah satu alasannya adalah karena kata “cemburu” sering diidentikkan dengan sifat yang jelek. Tetapi Alkitab, Firman Tuhan, menyatakan bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Apa maksudnya? Kata “cemburu” sebenarnya mempunyai pengertian positif. Cemburu tidak sama dengan iri hati yang berarti menginginkan sesuatu yang ada pada diri orang lain karena kita tidak memilikinya. Cemburu adalah keinginan untuk mempertahankan sesuatu yang memang adalah miliknya. Jadi, Allah yang cemburu adalah Allah yang berkeinginan untuk mempertahankan apa yang menjadi milik-Nya. Bagian firman Tuhan ini dapat dimengerti bahwa ini adalah tindakan Allah untuk mempertahankan (menyelamatkan) apa yang menjadi milik-Nya. Yesaya 9:1-6 sering disebut sebagai salah satu nubuatan untuk Sang Mesias, Tuhan Yesus. Terutama ketika kita membandingkan dengan yang ada dalam Lukas 1:32-33, yaitu berita dari malaikat ketika menyampaikan kabar kelahiran Tuhan Yesus kepada Maria. Dinyatakan bahwa akan ada pertolongan Tuhan melalui kelahiran seorang Putra, yang adalah Anak Allah sendiri, yang akan membawa pembebasan dari dosa. Dia akan lahir dari garis keturunan Daud dan takhta-Nya akan kokoh untuk selamanya, sehingga mereka yang dalam gelap akan melihat terang, akan ada sukacita seperti menyambut panen dan kemenangan dari perang, karena kuk perhambaan telah dilepaskan dari mereka. Demikian yang terjadi dalam kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, yang dulunya adalah hamba dosa. Kita dilepaskan dari perhambaan dosa dan kembali kepada Tuhan, Pencipta dan Pemilik kehidupan kita, sehingga hidup kita yang dulunya dalam gelap sekarang hidup di dalam terang, hidup kita yang dulunya ada di dalam kekelaman sekarang ada di dalam sukacita besar. Allah yang cemburu tidak ingin kita yang adalah milik-Nya, berpaling dari-Nya. Karena itu Dia bertindak mempertahankan kepemilikan-Nya atas hidup kita, dan mengutus Tuhan Yesus menebus dosa kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa keselamatan dalam Tuhan Yesus adalah juga wujud tindakan dari Allah yang cemburu? (2) Bagaimana respons Anda terhadap kecemburuan-Nya? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar selalu belajar hidup dalam ketaatan kepada Tuhan yang adalah Pemilik kehidupan, sehingga hidupnya boleh berkenan kepada-Nya dan memuliakan-Nya.
Catatan...
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” (Amsal 25:11)