BAB III PROFIL SANITASI KOTA DEPOK
3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota. 3.1.1. Kesehatan Lingkungan 3.1.1.1Rumah Sehat Rumah adalah pusat aktivitas masyarakat sehari-hari. Kondisi kesehatan lingkungan rumah sangat berpengaruh terhadap kondisi penghuninya. Oleh karena itu pembinaan kondisi rumah agar memenuhi persyaratan sehat dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Dari data pengawasan rumah sehat di Kota Depok tahun 2009, dokumen dari Dinas Kesehatan Kota Depok tersebut menginformasikan dari 332.029 rumah yang ada, diperiksa 277.231 rumah (86,1%), dihasilkan rumah yang dikategorikan sehat adalah 220.699 rumah (68,53%).
3.1.1.2 Jamban Sehat Jamban merupakan salah satu akses masyarakat terhadap layanan sanitasi. Kondisi jamban sangat berpengaruh terhadap penularan berbagai penyakit. Menurut data Pola Hidup Bersih dan Sehat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok Tahun 2010, dari 354.856 Kepala Keluarga (KK) terdapat 93,44% yang mempunyai jamban berkategori sehat. Berikut juga ditampilkan data jumlah rumah tangga yang tidak memiliki septic tank menurut data Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Depok Tahun 2010.
Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Tanpa Tangki Septik No.
Kecamatan/Kabupaten/Kota
Jumlah Rumah Tangga
1.
Sawangan
4.514
2.
Bojongsari
4.514
3.
Pancoran Mas
16.189
4.
Cipayung
13.490
5.
Sukmajaya
6.524
6.
Cilodong
5.436
7.
Cimanggis
4.704
8.
Tapos
5.488
9.
Beji
7.598
10.
Limo
1.392
11.
Cinere
1.392
Sumber : Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Depok, 2010
3.1.1.3 Institusi yang dibina Kesehatan Lingkungannya Beberapa insitusi yang merupakan tempat berkumpulnya masyarakat perlu mendapat pembinaan kesehatan lingkungannya karena termasuk lokasi yang rawan penularan berbagai penyakit. Tabel 3.1 berikut menunjukkan pengelompokkan institusi-institusi di Kota Depok dan capaian hasil pengawasannya.
Tabel 3.2 Institusi yang Dibina Kesehatan Lingkungannya di Kota Depok Tahun 2009 No
Dibina
Jumlah Sarana
Jenis Sarana
Yang ada
Jumlah
%
1.
Sarana Kesehatan
560
269
48,04
2.
Sarana Pendidikan
1.151
670
58,21
3.
Sarana Ibadah
1.796
584
32,52
4.
Perkantoran
263
82
31,18
5.
Sarana lain
281
23
8,19
4.050
1.628
40,20
Jumlah Sumber: Dinas Kesehatan Kota Depok, 2009
3.1.1.4 Pembinaan TUPM (Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan) Tempat-tempat umum adalah tempat yang dapat diakses oleh masyarakat secara luas untuk melaksanakan berbagai aktivitas. Berkumpulnya berbagai golongan masyarakat di tempat umum menjadikan tempat-tempat umum sebagai wilayah yang rawan sebagai tempat penularan berbagai penyakit. Karena itu pembinaan tempat-tempat umum bertujuan selain menyediakan tempat umum yang memenuhi syarat higiene dan sanitasi juga mencegah terjadinya transimisi penyakit. Tabel 3.2 berikut pengelompokkan
tempat-tempat
umum
di
Kota
Depok
dan
menunjukkan capaian
hasil
pengawasannya. Tabel 3.3 Hasil Kegiatan Program Penyehatan TUPM di Kota Depok Tahun 2009 Jumlah No
Kegiatan
Sarana Yang ada
1.
Hotel
2.
Restoran/Rumah Makan
3.
Pasar
4.
Memenuhi
Diperiksa Jumlah
Syarat
%
Jumlah
%
6
4
66,7
2
50,0
506
171
33,8
119
69,6
20
16
80,0
8
50,0
TUPM lainnya
724
80
11,1
53
66,2
Jumlah
1.240
246
19,8
161
65,4
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Depok, 2009
54
3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan besarnya timbulan penyakit menular yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dan mudah dijumpai pada kondisi sanitasi buruk, walapun penyakit diare bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Depok tahun 2008, untuk semua kelompok umur diare merupakan penyakit yang menduduki peringkat 5 besar penyebab rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit di Kota Depok. Hal ini tentu sedikit banyak berhubungan dengan kondisi sanitasi dan perilaku hidup sehari-hari di lingkungan mereka.
Kebiasaan membuang sampah atau BAB sembarangan serta ketiadaan prasarana sanitasi dasar yang memadai dapat menurunkan kualitas lingkungan, air tanah, air permukaan. Penurunan kualitas kimia air sungai menunjukkan adanya pencemaran pada sungai tersebut. Berdasarkan hasil pengujian tahun 2009, dengan melihat parameter BOD dan COD yang terukur, disimpulkan bahwa kandungan organik pada sungai-sungai di Kota Depok cukup tinggi. Bahkan pengukuran pada 16 sungai dan saluran irigasi utama menunjukkan nilai BOD yang melebihi baku mutu baku mutu kelas IV (PP 82/2001), kecuali pengukuran di Kali Laya dan Kali Sugutamu. Konsentrasi COD melebihi baku mutu kecuali di Kali Laya, Kali Sugutamu, Ciliwung, dan Kali Cipinang.
Secara biologi pencemaran limbah domestik yang masuk ke sungai terukur dengan parameter
coliform
total
dan
coliform
faecal.
Sungai-sungai
di
Kota
Depok
mengindikasikan adanya cemaran tersebut, namun seluruhnya masih berada di bawah baku mutu kelas I yaitu sebesar 100 sel/100 ml faecal coliform dan 1000 sel/100 ml total coliform.
Sumber air permukaan lainnya yaitu situ-situ di Kota Depok umumnya menunjukkan kualitas kimia yang kurang baik, bahkan beberapa situ seperti Situ Pengarengan, Gadog, Rawa Kalong, Rawa Besar dan Tipar memiliki nilai BOD melebihi baku mutu kelas IV. Hampir seluruh situ memiliki nilai ammonia lebih tinggi dari baku mutu sebesar 0.5 mg/l, dengan nilai tertinggi mencapai 70.4 mg/l di Situ Gadog. Kandungan faecal coliform situsitu di Depok berkisar antara 7-60 sel/100 ml. Hal ini mengindikasikan bahwa situ-situ di
55
Depok telah tercemar mikro organisme patogen, meskipun besarannya masih berada di bawah baku mutu kelas I sebesar 100 sel/100 ml. Sementara itu pengujian terhadap air bersih di lokasi sekitar UPS Meruyung, Gunadarma dan Cilangkap mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestic, yaitu dengan terdeteksinya keberadaan bakteri E.coli yang berasal dari ekskreta manusia.
Mengingat kurang dari 20 % masyarakat Kota Depok yang memiliki akses air minum perpipaan, dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat masih mengandalkan kebutuhan air bersih mereka dari sumber air tanah (dangkal) dan air permukaan. Data EHRA untuk sumber air minum 6% yang menggunakan PDAM seperti diperlihatkan table dibawah ini.
Tabel 3.4 Sumber Air untuk Keperluan Rumah Tangga
%
%
Gosok gigi %
Frekuensi
%
Cuci pakaian
Frekuensi
Frekuensi
%
Cuci piring/gelas Frekuensi
Masak
Frekuensi
Minum
Air botol kemasan
666
17.6
82
2.2
8
0.2
8
0.2
26
0.7
Air isi ulang
353
9.4
86
2.3
18
0.5
17
0.5
28
0.7
Air ledeng PDAM
226
6.0
322
8.5
319
8.5
317
8.4
320
8.5
Air hidram umumPDAM
15
0.4
19
0.5
20
0.5
21
0.6
19
0.5
Air kran umumPDAM/PAMSIMAS
3
0.1
6
0.2
6
0.2
6
0.2
7
0.2
Air sumur pompa tangan
8
0.2
12
0.3
14
0.4
14
0.4
14
0.4
Air sumur gali terlindungi
1,227
32.5
1,547
41.0
1,650
43.7
1,650
43.7
1,63 1
43.2
Air sumur gali tak terlidungi
1,526
40.4
1,671
44.3
1,686
44.7
1,685
44.6
1,67 9
44.5
62
1.6
66
1.7
70
1.9
69
1.8
69
1.8
Mata air tak terlindungi
8
0.2
10
0.3
10
0.3
11
0.3
11
0.3
Air hujan
1
0.0
2
0.1
1
0.0
2
0.1
2
0.1
Air dari sungai
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
Air dari waduk
2
0.1
2
0.1
2
0.1
1
0.0
2
1.0
Lainnya
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
Mata air terlindungi
56
Pada tahun 2009 telah terjadi 32.013 kasus penyakit diare dan 5.579 kasus penyakit demam berdarah dengue di Kota Depok. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok melaporkan bahwa dari 1,54 juta jiwa penduduk Kota Depok, sekitar 354.856 KK yang dipantau pola hidup bersih dan sehat dan sebesar 68,72% dari jumlah rumah tangga yang dipantau menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangganya. Selain itu juga masih terdapat 20,15% keluarga yang digolongkan sebagai keluarga tidak sadar gizi. Berikut disajikan beberapa data PHBS dan distribusinya perkecamatan.
Tabel 3.5 Jumlah Keluarga Sehat dan Tidak Sadar Gizi Kecamatan No
Kecamatan
Jumlah KK
Keluarga Sehat (%)
Tidak Kadarzi (%)
1
Beji
28158
49,8
19,49
2
PancoranMas
46324
64,17
21,82
3
Cipayung
24768
70,7
27,81
4
Sukmajaya
49329
77,56
13,23
5
Cilodong
25589
63,65
56,16
6
Limo
20091
75,47
12,62
7
Cinere
20924
79,44
5,41
8
Cimanggis
46624
81
3,82
9
Tapos
50519
69,8
18,5
10
Sawangan
24354
58,51
22,82
11
Bojong Sari
18176
49,47
42,86
Total
354856
68,72
20,15
Sumber : Dinas Kesehatan, 2010
Selain itu terdapat kecenderungan yang kurang baik setelah data PHBS tahun 2009 dan data PHBS tahun 2010 disandingkan. Terlihatlah kecendrungan turun dari penggunaan garam beryodium dan pola makan beraneka ragam,m serta meningkatnya keluarga tidak sadar gizi.
57
120.00% 94.55% 89.99%
100.00% 80.00% 60.00%
99.45%
95.93% 91.64%
79.31% 79.48% 68.72% 56.49%
63.10% 59.14% 46.29%
40.00% 20.15% 11.97%
20.00% 0.00%
2009
2010
Gambar 3.1 Perbandingan Hasil PHBS 2009 dan 2010
3.1.3. Kuantitas dan Kualitas Air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta kahuripan merupakan penyelenggara penyedia air utama ke Kota Depok. Tingkat pelayanan air untuk Kota Depok dari PDAM Tirta Kahuripan mencangkup 49,63% dari seluruh pelayanan dan 51,37% melayani suplai untuk Kabupaten Bogor. Instalasi air minum yang dimiliki PDAM Kabupaten Bogor di wilayah Depok terdapat 7 unit yang terdiri dari 3 unit Instalasi Pengolahan Air Minum Lengkap, 3 unit Instalasi Sumur Dalam (deep well), dan 1 unit Instalasi Boaster Pump. Diperkirakan bahwa kapasitas air minum Kota Depok yang dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan adalah ± 333 liter/detik dari total produksi air minum PDAM Tirta Kahuripan di wilayah Kota Depok. Menurut data SLHD Kota Depok tahun 2010 masih terdapat 15,46% penduduk yang memanfaatkan air sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan sumur tidak terlindungi.
Menurut data survey EHRA Warga yang menggunakan air ledeng dari PDAM ada yang menyatakan tidak pernah mengalami penurunan volume pasokan air sebesar 46,99%, mengalami penurunan satu kali dalam setahun sebesar 13,25%, beberapa kali dalam setahun 14,06% dan sekali atau lebih dalam sebulan sebesar 2,41%. Namun yang menyatakan tidak tahu cukup besar yaitu 23,29%. Hal ini berarti masih cukup rawan.
58
F1.2 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA VOLUME PASOKAN AIR YANG KOSUMSI 23.29% 46.99%
2.41% 14.06% 13.25% Tidak pernah
Satu kali dalam setahun
Beberapa kali dalam setahun
Sekali atau lebih dalam sebulan
Tidak tahu
Terkait dengan kualitas air yang dikonsumsi warga yang menggunakan air dari ledeng untuk keperluan rumah tangganya 43,60% menyatakan
tidak pernah mengalami
penurunan kualitas, 5,60% menyatakan pernah mengalami penurunan kualitas satu kali dalam setahun, 17,60% beberapa kali dalam setahun, 10,00% pernah mengalami penurunan kualitas sekali atau lebih dalam sebulan, sisanya 23,20% menyatakan tidak tahu. Hampir sama kondisinya dengan pasokan volume terhadap air yang dikonsumsi, kualitas air juga cukup rawan.
F1.3 APAKAH PERNAH MENGALAMI MENURUNNYA KUALITAS AIR YANG DIKONSUMSI 23.20% 43.60% 10.00% 17.60%
5.60%
Tidak pernah
Satu kali dalam setahun
Beberapa kali dalam setahun
Sekali atau lebih dalam sebulan
Tidak tahu
59
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai parameter pH pada kualitas air bersih di beberapa lokasi di Depok diketahui bahwa nilai pH pada umumnya tidak memenuhi kisaran yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu antara 6-9. Hal ini perlu dilakukan kajian untuk mengetahui penyebab penurunan kualitas pH air bersih di Depok.
pH
Penurunan kualitas pH air bersih ini dapat disebabkan karena adanya pencemaran.
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
NILAI pH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
KONSENTRASI
LOKASI
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
NILAI pH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
LOKASI
Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya
6. UPS Sadewa
2. Duren, Kel. Kali Mulya
7. UPS Merdeka Hanggar I
3. UPS Gunadarma
8. UPS Merdeka Hanggar II
4. UPS Bojong Sari
9. UPS Maruyung
5. UPS Jalan Jawa
10. UPS Cilangkap
60
10
Gambar 3.2 Nilai pH Air Bersih di Depok Pada Semester I (atas) & II (bawah) Tahun 2010 Berdasarkan hasil analisis parameter Nitrat dan Nitrit pada kualitas air bersih di beberapa lokasi pengamatan di sekitar Depok diketahui bahwa konsentrasi Nitrat di lokasi Kelurahan Suka Mulya dan UPS Hanggar II pada semester I telah melampaui baku mutu, sedangkan pada semester II di semua lokasi pengamatan konsentrasi nitrat dan nitrit masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Tingginya konsentrasi Nitrat mengindikasikan telah terjadinya pencemaran pada sumber air bersih akibat kegiatan domestik di lokasi tersebut. 35
KONSENTRASI NO3
KONSENTRASI
30 25 20 15 10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI
0.12
KONSENTRASI NO2
KONSENTRASI
0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
LOKASI
Keterangan:
1. RPH Rangkapan Jaya
6. UPS Sadewa
2. Duren, Kel. Kali Mulya
7. UPS Merdeka Hanggar I
3. UPS Gunadarma
8. UPS Merdeka Hanggar II
4. UPS Bojong Sari
9. UPS Maruyung
5. UPS Jalan Jawa
10. UPS Cilangkap
61
10
Gambar 3.3 Konsentrasi Nitrat dan Nitrit Air Bersih di Depok Pada Semester I Tahun 2010 12
KONSENTRASI NO3
KONSENTRASI
10 8 6 4 2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
9
10
LOKASI
0.12
KONSENTRASI NO2
KONSENTRASI
0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 1
2
3
4
5
6
7
LOKASI
Keterangan:
1. RPH Rangkapan Jaya
6. UPS Sadewa
2. Duren, Kel. Kali Mulya
7. UPS Merdeka Hanggar I
3. UPS Gunadarma
8. UPS Merdeka Hanggar II
4. UPS Bojong Sari
9. UPS Maruyung
5. UPS Jalan Jawa
10. UPS Cilangkap
Gambar 3.4 Konsentrasi Nitrat dan Nitrit Air Bersih di Depok Pada Semester II Tahun 2010
62
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter Fe pada semester II di semua lokasi masih di bawah baku mutu, sedangkan pada semester I di lokasi UPS Jalan Jawa konsentrasi Fe telah melampaui baku mutu.
Untuk konsentrasi Mn pada semester I dan II di
beberapa lokasi telah melampaui baku mutu. Tingginya konsentrasi Fe dan Mn dapat disebabkan oleh tipologi tanah dan batuan di wilayah setempat.
1.6
KONSENTRASI Fe
1.4 KONSENTRASI
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
9
10
LOKASI
2.5
KONSENTRASI Mn
KONSENTRASI
2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
LOKASI
Keterangan: 1. RPH Rangkapan Jaya
6. UPS Sadewa
2. Duren, Kel. Kali Mulya
7. UPS Merdeka Hanggar I
3. UPS Gunadarma
8. UPS Merdeka Hanggar II
4. UPS Bojong Sari
9. UPS Maruyung
5. UPS Jalan Jawa
10. UPS Cilangkap
Gambar 3.5 Konsentrasi Fe dan Mn Air Bersih di Depok Pada Semester I Tahun 2010
63
2.5
KONSENTRASI Mn
KONSENTRASI
2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI
Keterangan:
1. UPS Bojong Sari
6. UPS Permata Regency
2. UPS Jalan Jawa
7. UPS Meruyung
3. UPS Sadewa
8. UPS Cilangkap
4. UPS Hanggar I
9. Situ Rawa Besar (Kantor Pokja)
5. UPS Merdeka Hanggar II
10. Situ Rawa Besar (Rumah Penduduk)
Gambar 3.6 Konsentrasi Mn Air Bersih di Depok Pada Semester II Tahun 2010
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter lainnya seperti Zn, Fenol, amonia, klorida, sulfat, deterjen, Fe, Co, F, dan Mn pada semua lokasi pengamatan pada umumnya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Senyawa fenol yang merupakan senyawa aromatik dengan satu atau beberapa gugus hidroksil yang terikat secara langsung pada cincin benzena, dihasilkan dari proses pemurnian minyak, industri kimia, tekstil, plastik, dan lain-lain.
Sedangkan Zn termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Davis dan Cornwell (1991) menyatakan bahwa seng tidak bersifat toksik pada manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan pada air.
64
Untuk Amonia, walaupun tidak ada baku mutu yang mengaturnya tetapi tetap perlu mendapat perhatian mengingat keberadaan senyawa ini terkait dengan masalah kebauan yang dapat ditimbulkannya. 6000
JUMLAH COLIFORM
KONSENTRASI
5000 4000 3000 2000 1000 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
8
9
10
LOKASI
140
JUMLAH COLIFORM
KONSENTRASI
120 100 80 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
LOKASI
Keterangan:
1. RPH Rangkapan Jaya
6. UPS Sadewa
2. Duren, Kel. Kali Mulya
7. UPS Merdeka Hanggar I
3. UPS Gunadarma
8. UPS Merdeka Hanggar II
4. UPS Bojong Sari
9. UPS Maruyung
5. UPS Jalan Jawa
10. UPS Cilangkap
Gambar 3.7 Konsentrasi Coliform Air Bersih di Depok Pada Semester I & II Tahun 2010
65
Berdasarkan hasil pada semester I dan II di semua lokasi pengamatan pada umumnya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan, kecuali di lokasi UPS Gunadarma dan UPS Meruyung pada semester I telah melampaui baku mutu, dan UPS Cilangkap pada semrester II telah melampaui baku mutu. Keberadaan Total Coliform mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestik, selain itu keberadaan bakteri E.coli juga menunjukkan adanya pencemaran dari limbah ekskreta manusia.
Hal ini perlu
diperhatikan karena mengindikasikan adanya bakteri patogen di perairan tersebut dan mengingat fungsinya sebagai sumber air bersih, pemanfaatannya sebagai sumber air bersih dapat dilakukan asalkan telah melalui proses sterilisasi untuk meniadakan keberadaan bakteri patogen.
3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga Pengelolaan air limbah perkotaan didefiniskan sebagai sistem prasarana air limbah yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan akan prasarana sanitasi suatu kota, termasuk di dalamnya bagian daerah yang dikembangkan menjadi suatu kawasan tertentu dengan pengelolaan air limbah yang menjadi tanggung jawab pemerintah kota tersebut. Saat ini dikenal sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site), sistem pengolahan air limbah setempat (on-site), atau kombinasi dari kedua sistem ini.
Sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang menggunakan jaringan pengumpul (sistem perpipaan) untuk membawa air limbah keluar dari daerah permukiman dan mengolahnya di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Jaringan pengumpul air limbah terdiri atas pipa persil (sambungan rumah), pipa service (tersier), pipa lateral (sekunder), pipa cabang (primer), dan pipa induk. Di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) air limbah yang masuk mengalami pengolahan melalui proses fisik di unit operasi dan proses biologi/kimia di unit proses. Keluarannya adalah air hasil olahan (effluent) yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
Sistem pengolahan limbah cair setempat (on-site system) adalah suatu sistem pengolahan limbah cair yang berada di dalam persil (batas tanah yang dimiliki) atau pada titik di mana limbah tersebut timbul. Sistem ini memiliki keuntungan karena dapat dibuat secara individu dengan biaya yang relatif murah, menggunakan teknologi yang sederhana, memiliki sistem yang terpisah tiap rumah sehingga bebas dalam penggunaannya, dan pemeliharaan yang mudah. Modifikasi dari sistem ini adalah yang
66
dibangun untuk dimanfaatkan secara komunal dengan fasilitas dan pelayanan untuk beberapa bangunan. Sistem pengolahan limbah cair setempat harus dilengkapi dengan tangki septik (septic tank), dimana proses terjadi secara perlahan sehingga terjadi pemisahan antara padatan dan cairan. Padatan turun dan mengendap di dasar tangki dan terurai secara anaerob. Sementara itu, bagian cairan dialirkan ke bidang resapan. Pembersihan tangki septik harus dilakukan minimal 2 tahun sekali.
Meskipun murah dan paling umum digunakan, sistem setempat ini tidak dapat diterapkan di daerah permukiman dengan kepadatan tinggi, daerah dengan muka air tanah tinggi dan daerah dengan jenis tanah berpermeabilitas tinggi. Bila diterapkan pada daerah-daerah ini, sistem setempat dapat mencemari air tanah (sumur) di sekitarnya.
Untuk Kota Depok yang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan dapat berupa sistem setempat atau terpusat atau gabungan keduanya, yang tergantung pada kondisi kepadatan penduduk, sosial ekonomi, topografi, serta pemakaian air perpipaan. Untuk skala kawasan dapat pula dikembangkan sistem pengelolaan air limbah kawasan berupa sistem terpusat (off-site) maupun setempat (on-site).
Kondisi topografi suatu wilayah turut menentukan jenis sistem pengolahan air limbah yang cocok untuk wilayah tersebut. Kondisi topografi kota Depok dapat digambarkan sbb: Bagian Utara umumnya berupa dataran rendah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40 – 140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 2-15 %. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar dari Barat ke Timur. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat disepanjang sungai Cikeas, sungai Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke
Sistem pengolahan air limbah permukiman yang berjalan di Depok selama ini adalah sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site). Di mana setiap rumah diarahkan untuk memiliki prasarana dasar air limbah sendiri yang terdiri dari jamban, tangki septik, dan resapan. Meskipun demikian, perilaku buang air besar di saluran/sungai/kolam masih ditemukan di sebagian wilayah kota, tidak hanya di daerah yang jauh dari pusat kota / di daerah perbatasan tapi bahkan di dekat pusat kota.
67
Dari wawancara yang dilakukan pada tahun 2010 terhadap 630 KK yang tersebar di 63 kelurahan, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencapai sekitar 9,8%, yang terdiri dari : 1. Jamban siram disalurkan ke cubluk/jumbleng (1,9%) 2. Jamban siram disalurkan ke lobang (0,9%) 3. Jamban siram disalurkan ke saungai/kali/parit/got (3,5%) 4. Jamban siram disalurkan ke kolam (3,5%) Hal ini diperkuat dengan data survey EHRA yang memperlihatkan tempat pembuangan akhir tinja di masyarakat seperti diperlihatkan Tabel dibawah ini.
Tabel 3.6 Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja per Kecamatan D4. Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja?
Count % within Kecamatan
BOJONG SARI
Count % within Kecamatan
CILODONG
Count % within Kecamatan
CIMANGGIS
Count % within Kecamatan
CINERE
Count % within Kecamatan
CIPAYUNG
Count % within Kecamatan
LIMO
Count % within Kecamatan
PANCORAN MAS
Count % within Kecamatan
SAWANGAN
Count
Tidak tahu
Lainnya
Kebun
Kolam/sawah
Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau
Tangki septik BEJI
Total
348
1
2
5
3
0
0
0
359
96.94
0.28
0.56
1.39
0.84
0
0
0
100
294
8
2
8
19
0
88
1
420
70
1.9
0.48
1.9
4.52
0
21
0.24
100
275
8
1
4
4
0
7
0
299
91.97
2.68
0.33
1.34
1.34
0
2.34
0
100
346
6
4
3
1
0
0
0
360
96.11
1.67
1.11
0.83
0.28
0
0
0
100
231
1
3
1
3
0
1
0
240
96.25
0.42
1.25
0.42
1.25
0
0.42
0
100
254
12
1
12
7
0
14
0
300
84.67
4
0.33
4
2.33
0
4.67
0
100
209
5
0
1
20
0
5
0
240
87.08
2.08
0
0.42
8.33
0
2.08
0
100
334
3
1
11
1
0
7
2
359
93.04
0.84
0.28
3.06
0.28
0
1.95
0.56
100
329
24
2
4
22
0
38
0
419
68
% within Kecamatan SUKMAJAYA
Count
Total
5.73
0.48
0.95
5.25
0
9.07
0
100
339
8
0
2
5
0
4
0
358
94.69
2.23
0
0.56
1.4
0
1.12
0
100
386
14
0
9
9
1
0
0
419
% within Kecamatan
92.12
3.34
0
2.15
2.15
0.24
0
0
100
Count
3345
90
16
60
94
1
164
3
3773
% within Kecamatan
88.66
2.39
0.42
1.59
2.49
0.03
4.35
0.08
100
% within Kecamatan TAPOS
78.52
Count
Pengolahan limbah tinja Kota Depok dilayani oleh 1 buah Instalasi Pengolah Limbah Tinja berkapasitas 790 m3/tahun. Instalasi ini terdiri dari tangki Imhoff, kolam fakultatif, kolam maturasi dan bak pengering lumpur. Jasa penyedotan dan pengangkutan dari sumber limbah ke IPLT dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki 1 buah truk tinja berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Selain itu, layanan jasa penyedotan tinja juga disediakan oleh beberapa perusahaan swasta yang melakukan penyedotan ke permukiman / tempat umum dan membuangnya di IPLT Kalimulya.
Adapun cakupan wilayah penyedotan tinja yang dilayani IPLT mencapai 80% (jarak radius pelayanan truk tinja maksimal 100 km). Baku mutu hasil pengolahannya masih mengacu pada baku mutu air permukaan golongan B, yaitu peruntukannya dapat digunakan untuk kegiatan pengairan, perikanan, pertamanan, dll.
Pengelolaan air limbah di Kota Depok pada umumnya masih menggunakan sistem individual yang sederhana berupa jamban keluarga, jamban umum dan MCK. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2009, terlihat bahwa : •
KK yang memiliki jamban
: 74,43 %
•
KK yang memiliki jamban sehat
: 96,44 %
•
KK yang memiliki pengelolaan air limbah
: 67,03 %
•
KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat
: 37,41 %
Kota Depok memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kalimulya, IPLT ini terletak di Kecamatan Sukmajaya. Bangunan ini terdiri dari tangki imhof, kolam fakultatif, maturasi dan bak pengering lumpur dengan luas 21.328 m2. IPLT Depok mempunyai 7 (tujuh) unit armada dan 1 (satu) unit dalam keadaan rusak.
69
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter mikrobiologi konsentrasi Fecal Coliform dan Total coliform di semua lokasi pengamatan pada umunya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan, kecuali di Kali Cikumpa. Keberadaan Total Coliform mengindikasikan adanya pencemaran dari limbah domestik, selain itu keberadaan bakteri E.coli juga menunjukkan adanya pencemaran dari limbah ekskreta manusia.
Hal ini perlu
diperhatikan karena mengindikasikan adanya bakteri patogen di perairan tersebut dan mengingat fungsi badan air tersebut sebagai sumber air bersih. Pemanfaatannya sebagai sumber air bersih dapat dilakukan asalkan telah melalui proses sterilisasi untuk meniadakan keberadaan bakteri patogen.
JUMLAH (PER 100 ML)
3000
JUMLAH FECAL COLIFORM
2500 2000 1500 1000 500 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
JUMLAH (PER 100 ML)
LOKASI
18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
JUMLAH TOTAL COLIFORM
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16
LOKASI
Keterangan: 1. Kali Ciliwung
9. Kali Baru
2. Kali Cabang Barat
10 Kali Grogol
3. Kali Cabang Tengah
11. Kali Laya
4. Kali Krukut
12. Kali Sugutamu
70
5. Kali Angsana
13. Kali Cipinang
6. Kali Angke
14. Kali Cabang Timur
7. Kali Pesanggrahan
15. Kali Manggis
8. Kali Caringin
16. Kali Cikumpa
Gambar 3.8 Konsentrasi Fecal Coliform dan Total Coliform di Depok, 2010
3.1.5. Limbah Padat (Sampah). Penduduk Kota Depok berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, pada tahun 2009 mencapai 1.536.980 jiwa Dan diperkirakan pada tahun 2010 mencapai ±1.600.000 jiwa (situs resmi Kota Depok) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,43%. Timbulan sampah Kota Depok diperkirakan mencapai 4534,091 m³/hari dengan asumsi sampah yang dihasilkan mencapai 2,95 liter per orang per hari.
Tabel 3.7 Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah per Hari
Nama Kecamatan
No.
Jumlah
Timbulan
Rumah
Sampah
Tangga
(m3/hari)
1.
Pancoran Mas (termasuk kec. Cipayung)
67.374
768
2.
Cimanggis (termasuk kec. Tapos)
95.981
1.152
3.
Sawangan (termasuk kec.Bojongsari)
44.851
474
4.
Sukmajaya (termasuk kec.Cilodong)
61.039
979
5.
Limo (termasuk kec. Cinere)
40.152
427
6.
Beji
37.848
400
347.245
4.200
Total
Sumber : Analisis Tim Penyusun SLHD Kota Depok 2010 berdasarkan data DKP Kota Depok, 2009
Berdasarkan potensi timbulan sampah tersebut maka dapat dibayangkan sulitnya melakukan pengelolaan sampah di kota depok. Dimana pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat pun sangat beragam. Masih ada masyarakat yang membuang sampahnya langsung ke sungai, terdapat juga warga yang masih membakar sampahnya. Berikut disajikan data pengelolaan sampah warga.
71
Tabel 3.8 Jumlah Rumah Tangga menurut Cara Pembuangan Sampah
No.
Kecamatan
Jumlah RT
Cara Pembuangan Angkut
Timbun
Baka
Ke Kali
Lainnya
r
1.
Sawangan
29.900
21.243
4.919
3.205
-
533
2.
Bojongsari
14.951
10.622
2.459
1.603
-
266
3.
Pancoran Mas
44.916
30.800
10.623
1.790
-
1.701
4.
Cipayung
22.458
15.400
5.312
895
-
851
5.
Sukmajaya
23.356
11.002
4.490
2.813
380
4.671
6.
Cilodong
46.710
22.003
8.979
5.626
760
9.341
7.
Cimanggis
63.987
47.846
4.071
6.136
245
5.689
8.
Tapos
31.994
23.924
2.035
3.068
122
2.844
9.
Beji
37.848
26.311
3.839
106
-
7.595
10.
Limo
13.384
10.243
805
1.326
126
884
11.
Cinere
26.768
26.768
1.610
2.652
251
1.767
Sumber : Status Lingkungan Hidup Daerah Kota depok, 2010
Data survey EHRA masih memperlihatkan cara pengelolaan sampah ditingkat kecamatan-kecamatan. Kecamatan yang mengelola sampah dengan cara dibakar yang tertinggi adalah Kecamatan Sawangan sebesar 68,33%, Kecamatan Tapos sebesar 62, 77%, Kecamatan Bojongsari sebesar 60,67%, dan Kecamatan Cilodong sebesar 47,83%. Hal ini barangkali ada kaitannya dengan tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah sehingga ada ruang untuk melakukan pembakaran sampah. Kemudian kecamatan yang masyarakatnya membuang sampah ke sungai dengan prosentase cukup tinggi yaitu Cipayung sebesar 7,0% dan Kecamatan Pancoranmas sebesar 4,4%. Hal ini berkaitan dengan adanya aliran sungai yang melintasi pemukiman di dua wilayah tersebut. Kemudian prosentase yang cukup tinggi pengelolaan sampah dengan cara dibuang di lahan kosong yaitu di Kecamatan Limo sebesar 14,58% dan Kecamatan Bojongsari sebesar 10,07%.
72
BEJI
Count % within Kec.
BOJONG SARI
Count % within Kec.
CILODONG
Count % within Kec.
CIMANGGIS
Count % within Kec.
CINERE CIPAYUNG
Count
SUKMAJAYA
TOTAL
Lainnya
Dibiarkan saja
Dibuang ke sungai
Dibakar 80
6
1
23
11
359
22.28
1.67
0.28
6.41
3.06
100.00
102
8
253
2
1
42
9
417
24.46
1.92
60.67
0.48
0.24
10.07
2.16
100.00
122
12
143
2
0
14
6
299
40.80
4.01
47.83
0.67
0.00
4.68
2.01
100.00
8
212
89
5
1
32
12
359
2.23
59.05
24.79
1.39
0.28
8.91
3.34
100.00
191
32
2
0
10
0
240
79.58
13.33
0.83
0.00
4.17
0.00
100.00
Count
139
11
111
21
0
14
4
300
46.33
3.67
37.00
7.00
0.00
4.67
1.33
100.00
Count Count Count
95
8
94
8
0
35
0
240
39.58
3.33
39.17
3.33
0.00
14.58
0.00
100.00
261
4
59
16
0
17
3
360
72.50
1.11
16.39
4.44
0.00
4.72
0.83
100.00
40
60
287
2
3
28
0
420
% within Kec.
9.52
14.29
68.33
0.48
0.71
6.67
0.00
100.00
Count
161
105
57
2
0
22
8
355
45.35
29.58
16.06
0.56
0.00
6.20
2.25
100.00
124
3
263
12
2
15
0
419
% within Kec.
29.59
0.72
62.77
2.86
0.48
3.58
0.00
100.00
Count
1270
639
1468
78
8
252
53
3768
% within Kec.
33.70
16.96
38.96
2.07
0.21
6.69
1.41
100.00
% within Kec. TAPOS
25 6.96
5
% within Kec. SAWANGAN
213 59.33
2.08
% within Kec. PANCORAN MAS
Total
% within Kec. % within Kec. LIMO
Diangkut tukang sampah, di TPS
Dibuang dan dikubur dilobang
KECAMATAN
Dibuang ke lahan kosong
Tabel 3.9 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga per Kecamatan
Count
Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2011
3.1.6. Drainase Lingkungan. SIstem jaringan drainase di Kota Depok dibagi atas 2 bagian, yaitu : drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase utama/makro adalah sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area), sedangkan drainase lokal/mikro adalah system saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan yang sebagian besarnya berada di dalam wilayah kota.
Terdapat 6 sungai besar yang melintas di Kota Depok yang berfungsi sebagai drainase makro, yaitu Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Ciliwung, Kali Sunter, dan
73
Kali Cikeas. Sungai-sungai besar ini pada umumnya berhulu di Kabupaten Bogor, melintasi Depok, dan Tangerang atau Jakarta atau Bekasi sebelum bermuara di Laut Jawa.
Daerah Aliran Sungai (DAS) dari drainase makro di atas mencakup wilayah Kota Depok sebagai berikut : -
DAS Ciliwung : Beji, Cimanggis, Pancoran Mas, Sukma Jaya
-
DAS Angke : Limo, Sawangan
-
DAS Pesanggrahan : Limo, Pancoran Mas, Sawangan
-
DAS Krukut : Beji, Limo, Pancoran Mas, Sawangan
-
DAS Sunter : Cimanggis, Sukma Jaya
-
DAS Cikeas : Cimanggis
Sementara itu, banyak sungai-sungai kecil di Depok yang berfungsi sebagai saluran drainase mikro, yang menerima air dari beberapa saluran dan mengalirkannya ke drainase makro. Sungai-sungai yang mengalir melewati Kota Depok dijelaskan pada Tabel 3.10 berikut ini. Tabel 3.10 Daftar Sungai sebagai Drainase Primer di Kota Depok
No
1
Sub Sistem
Saluran
Saluran
(Saluran
Drainase
Drainase
Pembuang) Akhir
Primer
Sekunder
Sub Sistem Angke-
Kali Angke
Pondok Petir
Pasanggrahan
Curug Kapuk Kali Gede
Reni Jaya Irigasi Kali Gede Pelopor Duren Mekar
Kali Kedaung Kali Ciputat
Kali Cinangka Kali Angke 2 Bojong Sari 2 Bojong Sari 1 Sawangan 1 Sawangan 2
74
Saluran Drainase Tersier
No
Sub Sistem
Saluran
Saluran
(Saluran
Drainase
Drainase
Pembuang) Akhir
Primer
Sekunder
Saluran Drainase Tersier
Sawangan 3 Kali
Sawangan Baru
Pasanggrahan
Caringin
(Kiri)
Angsana 1 Angsana 2 Angsana 3 Angsana 4 Bedahan 1 Bedahan 2 Caringin 1 Caringin 2 Caringin 3
2
Sub Sistem PasanggrahanKrukut
Kali
Cinere
Pasanggrahan
Puri
(Kanan)
Kali Prumpung
Maruyung Santika Marinir 1 Marinir 2 BDN
Limo 1 Limo 2 Limo 3 Limo 4 Cipayung 1 Cipayung 2 Cipayung Jaya Kali Grogol
Kali Gandul Rawa Kalong Graha Rangkapan Jaya Rawa Kalong1
Kali Krukut (Kiri)
75
Mampang Indah
No
Sub Sistem
Saluran
Saluran
(Saluran
Drainase
Drainase
Pembuang) Akhir
Primer
Sekunder
Saluran Drainase Tersier
Pancoran Mas Permai Pancoran Mas Cipayung 3
Sub Sistem Krukut - Ciliwung
Kali Krukut
Pondok Terong
(Kanan)
Ratu Laya Kali Tanah Baru
Kali Sawangan Kali Prumpung Kali Beji
Beji Barat Beji Timur Universitas Indonesia Peladen
Kali Ciliwung
Pondok Jaya
(Kiri)
Kali Bungur Pesona Depok Delima Depok Karet
4
Sub Sistem Ciliwung – Sunter
Kali Ciliwung
Pondok Duta
(Kanan)
Bakti Jaya
Proklamasi Tulodong Tulodong 1 Tulodong 2
Pasir Gunung Asrama Brimob Kali Baru 3
Kali Suwuk <---
Babakan 1
Setu Babakan
Babakan 2 Babakan 3
Kali Suwuk
Bahagia Graha Prima Suka Maju
76
No
Sub Sistem
Saluran
Saluran
(Saluran
Drainase
Drainase
Pembuang) Akhir
Primer
Sekunder
Set Tipar
Saluran Drainase Tersier
Bulak Permai
Mekarsari Cisalak Kali Cipinang
Cempedak Suka Maju
Kali Sunter
Cimanggis
(Kanan)
Tanah Laguna Suka Tani Permai Pondok Suka Tani Permai
5
Sub Sistem
Kali Sunter (Kiri)
Sunter - Cikeas
Cimanggis
Pondok Sukatani Permai Sukatani Permai Taman Laguna
Sumber : Masterplan Drainase Kota Depok, 2010
Situ yang juga merupakan bagian sistem drainase kota banyak terdapat di kota Depok. Data resmi yang dikeluarkan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok terdapat 26 situ di Kota Depok. Selain berfungsi sebagai pengendali banjir, situ-situ tersebut juga menjadi sistem konservasi air tanah yang melayani kota Depok, Jakarta dan Bekasi. Ke-26 situ tersebut beserta permasalahannya dapat dilihat pada.
Beberapa situ tersebut saling terhubung satu sama lain dan membentuk sistem tersendiri yang menghubungkan situ tersebut dengan sungai utama yang mengalir ke Jakarta atau Bekasi. Daftar situ-situ interkoneksi yang melayani kota Depok, Jakarta dan Bekasi dapat dilihat dalam, sedangkan peta sistem sungai / hidrologi Kota Depok dapat dilihat pada.
77
Tabel 3.11 Situ-Situ di Kota Depok dan Permasalahannya Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 1
Cilangkap
Kel.
6,00
1,00 - 2,00
Cilangkap
a. Coklat
a. Pendangkalan
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Limbah Rumah b. Saluran
Sunter
-
(sedimentasi, gulma,
Cisadan
pohon dan sampah)
Kec.
Tangga/Domest
Tapos
ik
irigasi
c. Limbah pabrik
e (Cil-
b. Penyempitan
Cis)
(sedimen,
d. Berbau
gulma,
pohon dan sampah) c. Keramba
2
Rawa Kalong
Kel. Curug
8,25
1,00 - 3,00
Kec.
kecoklatan
Cimanggis
3
Pedongkelan
Kel. Tugu Kec. Cimanggis
a. Hijau
b. Limbah rumah
6,25
0,30 - 2,00
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Saluran
Cipinang
-
drainase
tangga/domesti
pemukima
k
n
Cisadan e (CilCis)
a. Masuknya pabrik
situ b. Penyempitan (sedimen
d. Berbau
sampah) a. Mata air
kecoklatan b. Limbah rumah
78
b. Kali Jantung
Sungai
Ciliwung
Ciliwung
Cisadan
dan
masyarakat dari inlet
c. Limbah pabrik
a. Hijau
limbah
dan
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah)
dan
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS tangga/domesti
dan
k
Laya
Kali
e (Cil-
b. Penyempitan
Cis)
(sedimen,
sampah, empang,
c. Limbah pabrik
(saluran
keramba,
d. Berbau
pengumpu
bangunan
l
masyarakat)
saluran
drainase
4
Tipar/Cicada
Kel.
s
Mekarsari Kec. Cimanggis
8,00
1,00 - 3,00
a. Hijau kecoklatan b. Limbah rumah
pemukima
laya tidak mengalir
n)
ke situ lagi
a. Mata air
Sungai
b. Saluran
Cipinang
drainase
tangga/domesti
pemukima
k
n
c. Limbah pabrik
c. Sumber air dari kali
Ciliwung Cisadan e (CilCis)
a. Masuknya
sampah
dari inlet situ b. Sumber
air
dari
drainase tidak lancar dan berbau c. Sebagian
status
tanah situ berubah
d. Berbau
menjadi
HGB
perusahaan/peroran gan
79
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 5
Jatijajar
Kel.
6,50
1,00 - 3,00
Jatijajar
a. Hijau
a. Mata air
Sungai
b. Limbah rumah b. Saluran
Cipinang
Kec.
tangga/domesti
Tapos
k c. Berbau
Ciliwung -
irigasi
Cisadan
c. Saluran
e (CilCis)
drainase pemukima
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah) b. Penyempitan (sedimen, sampah) c. Sumber
n
dan
air
dari
drainase dan irigasi tidak
lancar
dan
berbau 6
Patinggi
Kel. Tapos Kec. Tapos
5,50
0,30 - 2,00
a. Hijau kecoklatan b. Limbah rumah tangga/domesti
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Saluran
Sunter
-
(sedimentasi,
Cisadan
c. Saluran
e (Cil-
b. Penyempitan
Cis)
(sedimen,
sampah, empang,
sampah)
c. Berbau
pemukima
keramba,
d. Banyak
n
ditumbuhin
tumbuhan, teratai
pohon-
pohonan) dan
80
dan
irigasi
drainase
k
a. Pendangkalan
c. Sumber
air
dari
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS pohon
drainase dan irigasi tidak
lancar
dan
berbau Saluran outlet untuk irigasi tidak befungsi
7
Baru/Gemblu
Kel.
ng
Harjamukt
7,20
2,00 - 3,00
a. Hijau kebiruan
a. Mata air
Sungai
b. Limbah rumah b. Saluran
Cipinang
i
tangga/domesti
drainase
Kec.
k
pemukima
Cimanggis
c. Berbau
n
d. Banyak
Ciliwung Cisadan
a. Pendangkalan (sedimentasi,
dan
sampah)
e (Cil-
b. Penyempitan
Cis)
(bangunan masyarakat)
tumbuhan, teratai
c. Sumber dan
pohon
81
mata
tertutup sedimen
air
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 8
Gadog
Kel.
1,30
0,30 - 2,00
Cisalak
a. Mata air
Sungai
b. Limbah rumah b. Saluran
Cipinang
a. Coklat
Pasar
tangga/domesti
drainase
Kec.
k
pemukima
Cimanggis
c. Berbau
n
d. Banyak
saluran drainase
eceng
pasar
gondok
Cisadan
dan
tumbuhan
Ciliwung
a. Pendangkalan (sedimentasi,
dan
sampah)
e (Cil-
b. Penyempitan
Cis)
(bangunan masyarakat) c. Sumber mata air tertutup sedimen
limbah pabrik
dan sampah
e. Limbah rumah
d. Sumber
air
dari
pemotongan
drainase pemukiman
hewan
dan pasar kecil dan bau Empang
9
Sidomukti
Kel. Sukmajay a Kec.
7,50
1,00 - 3,00
a. Hijau
a. Mata air
kecoklatan b. Limbah rumah tangga/domesti
82
b. Situ Cikaret c. Situ
Sungai Ciliwung/ Sungai Sugutam
Ciliwung Cisadan e (Cil-
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah) b. Penyempitan
dan
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS Sukmajay
k
Cilodong
u
Cis)
d. Drainase
a
(bangunan masyarakat, kolam
pemukima
pemancingan,empan
n
g) c. Sumber mata air tertutup sedimen dan sampah d. Sumber air dari situ cikaret dan cilodong tidak stabil
10
Cilodong
Kel. Kali Baru
9,50
0,30 - 2,00
a. Hijau
a. Mata air
kecoklatan
Kec.
b. Berbau
Cilodong
c. Banyak
b. Situ Cikaret
gulma c. Drainase
dan dan pohon-
pemukima
pohonan
n
Sungai Ciliwung/ Sungai Sugutam u
Ciliwung Cisadan e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat) c. Sumber mata air
83
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS tertutup sedimen
11
Pengarengan Kel. Cisalak Kec.
7,00
1,00 - 2,00
a. Hijau kecoklatan b. Limbah rumah
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Sungai
Ciliwung
-
Cijantung
(Sungai
Cisadan
Sukmajay
tangga/domesti
(saluran
Cipinang
e (Cil-
a
k
pengumpu
/Kalibaru
Cis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan
c. Berbau
l drainase )
(bangunan
d. Banyak
pemukima
masyarakat,
n)
dan pohon-pohonan)
tumbuhan, eceng
gondok
dan pohon
84
c. Sumber
gulma
mata
tertutup sedimen
air
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 12
Bahar
a. coklat
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
Sukamaju
b. Berbau
b. Situ
Cijantun
-
Kec.
c. Banyak
g
Cisadan
Kel.
Cilodong
1,25
0,30 - 1,00
gulma
Cikaret
dan dan pohon- c. Drainase pohonan
pemukima
d. Limbah rumah
n
e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan
tangga/domesti
masyarakat,
kolam
k
pemancingan,empan g) c. Sumber
mata
tertutup
air
sedimen
dan sampah d. Sumber
air
dari
drainase perumahan berbau stabil
85
dan
tidak
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 13
a. coklat
a. Mata air
Pancoran
b. Berbau
b. Saluran
Mas
c. Banyak
Pitara/Panco
Kel.
ran Mas
0,60
0,30 - 0,80
gulma
drainase
Kec.
dan dan pohon-
pemukima
Pancoran
pohonan
n
Mas
d. Limbah rumah
Sungai Krukut
Ciliwung Cisadan e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan
tangga/domesti
masyarakat,
kolam
k
pemancingan,empan g) c. Sumber
mata
tertutup
air
sedimen
dan sampah d. Sumber
air
dari
drainase perumahan berbau stabil
86
dan
tidak
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS 14
Asih Pulo
Kel.
4,40
1,00 - 4,00
a. Hijau kecoklatan
Rangkapa n Jaya
b. Buangan
Kec.
dari
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Saluran
Grogol
Cisadan
irigasi
e (Cil-
persawahan
Cis)
Pancoran
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan
Mas
masyarakat,
kolam
pemancingan,empan g) c. Sumber
mata
tertutup
air
sedimen
dan sampah 15
Rawa Besar
Kel. Depok
13,00
0,00 - 3,00
a. Hijau kecoklatan
a. Mata air
Sungai
Ciliwung
b. Saluran
Krukut
-
Jaya
b. Limbah rumah
Kec.
tangga/domesti
(cabang
e (Cil-
Pancoran
k
tengah)
Cis)
Mas
irigasi
c. Saluran
c. Berbau
87
Cisadan
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah) b. Sumber
mata
tertutup dan sampah
air
sedimen
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS d. Limbah
pabrik
Drainase
c. Masyarakat
tahu/tempe
membuang sampah ke areal situ
16
Citayam
Kel. Bojong
7,00
1,00 - 4,00
a. Hijau
Mata Air
kecoklatan
Pondok
b. Limbah rumah
Terong
tangga/domesti
Kec.
k
Cipayung
Sungai
Ciliwung
Krukut
Cisadan e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan
c. Berbau
(bangunan
d. Banyak
masyarakat,
tumbuhan gulma
pemancingan,empan dan
pohon e. Limbah
g) c. Sumber
pabrik
tahu/tempe
kolam
mata
tertutup
air
sedimen
dan sampah d. Sumber
air
dari
drainase perumahan
88
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS berbau
dan
tidak
stabil
17
UI 1, UI 2, UI
Kel.
s/d
3, UI 4
Pondok
20
17,50
1,00 - 3,00
a. Hijau kebiruan
a. Mata air
b. Limbah rumah b. Saluran
Cina
tangga/domesti
irigasi
Kec. Beji
k
(cabang
c. Berbau
timur)
d. sampah
c. Saluran Drainase
Sungai Ciliwung
Ciliwung Cisadan e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat,
kolam
pemancingan,empan g) c. Sumber tertutup
89
mata
air
sedimen
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS dan sampah d. Sumber
air
irigasi
dari
drainase
perumahan
berbau
dan tidak stabil
21
Pladen
Kel. Beji Kec. Beji
1.50
0.00 - 1.00
a. Hijau
a. Mata air
b. Limbah rumah b. Saluran
Sungai Ciliwung
Ciliwung -
tangga/domesti
irigasi
k
(cabang
e (Cil-
tengah)
Cis)
c. Berbau d. sampah
c. Saluran Drainase
Cisadan
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat,
kolam
pemancingan,empan g) c. Sumber tertutup
90
mata
air
sedimen
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil
22
Bojong
Kel.
28,50
0,00 -4,00
a. Hijau
a. Mata Air
Sari/Sawang
Sawangan
an Lama
Kec.
tangga/domesti
Sawangan
k
b. Limbah rumah b. Kali
c. Berbau
Kali
Ciliwung
Kedaung
-
ciputat
Cisadan
c. Drainase
e (CilCis)
d. sampah
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat,
kolam
pemancingan,empan g) c. Sumber tertutup
91
mata
air
sedimen
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS dan sampah d. Sumber
air
irigasi
dari
drainase
perumahan
berbau
dan tidak stabil
23
Pengasinan
Kel. Pengasina
6,00
1,00 -3,00
a. Hijau kebiruan
a. Mata air
b. Limbah rumah b. Saluran
n
tangga/domesti
Kec.
k
Sawangan
Sungai Ciputat
Ciliwung -
irigasi
Cisadan
c. Saluran
e (Cil-
Drainase
Cis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat,
kolam
pemancingan,empan g) c. Sumber tertutup
92
mata
air
sedimen
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS dan sampah
24
Pasir Putih
Kel. Pasir
0.00
0.00
-
-
Sungai
Ciliwung
Putih
Pasangg
-
Kec.
rahan
Cisadan
Sawangan
Sudah Menjadi Daratan
e (CilCis)
25
Cinere
Kel.
-
-
-
-
Cinere Kec. Cinere
Sungai
Ciliwung
Pasangg
-
rahan
Cisadan e (CilCis)
a. Pendangkalan (sedimentasi, sampah, gulma dan pohon) b. Penyempitan (bangunan masyarakat,
93
kolam
Daerah
Kondisi Fisik Situ No
Nama Situ
Lokasi
Luas
Kedalaman
(Ha)
± (m)
Kualitas Air
Sumber Air
Aliran
Wilayah
Sungai
Sungai
(DAS)/S
(WS)
Permasalahan
ub DAS pemancingan, empang) c. Sumber
mata
tertutup
air
sedimen
dan sampah d. Sumber air dari irigasi drainase perumahan berbau dan tidak stabil 26
Krukut
Kel.
0,00
-
-
Krukut Kec. Limo
Sungai
Ciliwung
Krukut
-
(sedimen
Cisadan
sampah)
e (CilCis)
a. Pendangkalan
b. Sebagian menjadi Fasos-Fasum Masyarakat
94
dan
Tabel 3.12 Daftar Situ di Kota Depok yang Terinterkoneksi
No.
NAMA SITU
LOKASI
LUAS (Ha)
MANFAAT
KETERANGAN
1 Situ Pedongkelan
Kel. Tugu Kec. Cimanggis
6.25
Pengendalian banjir di hulu dan hilir Situ; konservasi air
Outlet Situ Pedongkelan mengalir ke DKI Jakarta
2 Situ Pengarengan
Kel. Cisalak Kec. Sukmajaya
7.00
Pengendalian banjir di hulu dan hilir Situ; konservasi air
Outlet Situ Pengarengan bermuara di Situ Pedongkelan dan Outlet Situ Pedongkelan mengalir ke DKI Jakarta
3 Situ Rawa Kalong
Kel. Curug Kec. Cimanggis
8.25
Pengendalian banjir di permukiman di hulu dan hilir Situ; konservasi air
Outlet Situ Rawa Kalong mengalir ke Kali Cipinang
4 Situ Gadog
Kel. Cisalak Pasar Kec. Cimanggis
1.30
Pengendalian banjir di Outlet Situ Gadog bermuara ke kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Cipinang yang mengalir ke konservasi air DKI Jakarta
5 Situ Jatijajar
Kel. Jatijajar Kec. Cimanggis
6.50
Pengendalian banjir di Outlet Situ Jatijajar bermuara ke kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Cipinang yang mengalir ke konservasi air DKI Jakarta
6 Situ Pasir Putih
Kel. Pasir Putih Kec. Sawangan
(8.00) Konservasi air dan pengendalian banjir di kawasan sekitar situ
Hampir seluruh lahan situ telah menjadi daratan; Outlet Situ Pasir Putih (Kali Angsana) mengalir ke Kali Pasanggrahan
7 Situ Krukut
Kel. Krukut Kec. Limo
(7.00) Pengendalian banjir di Merupakan Inlet Kali Pinang yang kawasan di hulu dan hilir Situ; mengalir ke DKI Jakarta; konservasi air dikhawatirkan hilang bila tidak ditangani segera
8 Situ Bahar
Kel. Sukamaju Kec. Sukmajaya
1.25
Pengendalian banjir di Outlet Situ Bahar mengalir kawasan di hulu dan hilir Situ; ke Kali Cijantung - Situ konservasi air Pengarengan - Kali Jantung - Situ Pedongkelan yang outletnya mengalir ke DKI Jakarta
9 Situ Citayam
Kel. Bj Pdk Terong Kec. Pan Mas
7.00
Pengendalian banjir di Outlet Situ Citayam bermuara ke kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Krukut yang mengalir ke DKI konservasi air Jakarta
10 Situ Patinggi
Kel. Tapos Kec. Cimanggis
5.50
Pengendalian banjir di Outlet Situ Patinggi mengalir ke kawasan di hulu dan hilir Situ; Kali Manggis yang bermuara ke konservasi air Kali Sunter yang mengalir ke DKI Jakarta / Bekasi
11 Situ Cilangkap
Kel. Cilangkap Kec. Cimanggis
6.00
Pengendalian banjir di Outlet Situ Cilangkap mengalir kawasan di hulu dan hilir Situ; dan bermuara ke Kali Sunter konservasi air
12 Situ Bojongsari
Kel. Sawangan & Kel. Bojongsari Kec. Cimanggis
28.5
Pengendalian banjir di Outlet Situ Bojongsari (Kali kawasan di hulu dan hilir Situ; Kedaung) bermuara ke Kali konservasi air Ciputat - K Pesanggrahan yang mengalir ke DKI Jakarta
95
3.1.7. Pencemaran Udara. Kualitas udara ambien di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh faktor nilai konsentrasi pencemar di lokasi tersebut.
Kondisi tersebut akan sangat bergantung pada faktor
meteorologis dan orologis daerah tersebut. Sumber emisi adalah dari kegiatan industri, transportasi darat, pembakaran sampah, dan kegiatan domestik lainnya. Kondisi transportasi darat yang semakin padat akhir-akhir ini kian memberikan kontribusi terhadap peningkatan konsentrasi polutan pencemar di udara ambien. Demikian halnya dengan kondisi kualitas udara ambien Kota Depok yang sangat dipengaruhi oleh kondisi transportasi darat.
Lokasi pemantauan kualitas udara pada tahun 2009 diantaranya di Kantor Kecamatan Sawangan, Mall Cinere, Kantor Kelurahan Sukamaju, Terminal Depok, RS Meilia, dan PT. Mutu Agung Lestari. Dari hasil pengukuran menunjukan bahwa sumber emisi yang paling besar mencemari udara ambien adalah sumber emisi bergerak, yaitu kendaraan bermotor. Tingkat kepadatan kendaraan bermotor memberikan dampak yang cukup signifikan dalam penurunan kualitas udara ambien dimana meningkatnya konsentrasi SO2 dan NO2 di udara di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat, konsentrasi partikulat debu (PM10) telah melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara Kota Depok. Konsentrasi PM 10 tertinggi adalah disekitar jalan Margonda yaitu mencapai 240 sementara batas yang ditentukan adalah 150.
Menurut data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok hingga saat ini tingkat pencemaran udara di Kota Depok sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Kondisi ini disebabkan oleh jumlah peningkatan kepemilikan kendaraan yang terus bertambah dan banyaknya pabrik yang membuang asap tanpa penyaringan. Di wilayah Kota Depok pencemaran udara tertinggi terjadi di Jalan Margonda Raya karena tingkat kepadatan lalu lintasnya. Hasil uji emisi terhadap 600 kendaraan tahun 2009, menunjukan data 30 persen lebih kendaraan yang diuji emisinya tidak lolos. Batas standar baku mutu udara di Kota Depok di kisaran angka S atau cukup buruk. BLH Kota Depok menyiapkan program strategis berupa mempersiapkan setiap kecamatan lokasi jalan bebas kendaraan. Itu dilakukan sebagai langkah menekan tingkat pencemaran udara.
Sehubungan dengan kualitas udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas udara ambien di beberapa lokasi di Kota Depok pada tahun 2010. Pada pemantauan semester I lokasi-lokasi tersebut adalah di UPS Jalan Jawa (Depan
Pintu UPS), UPS Sadewa (Depan Pintu UPS), UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I), UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS), RSUD Sawangan UPS Maruyung, Jl. Margonda Raya, Jl. Juanda-Depok, RPH Tapos, dan UPS Cilangkap.
Hasil pengukuran terhadap kualitas udara pada semester I Tahun 2010 menunjukkan bahwa konsentrasi parameter SO2, NO2, Pb, CO, dan partikulat pada semua lokasi pengamatan masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan untuk
kebisingan di beberapa lokasi seperti di Jalan Margonda Raya dan Jalan Juanda menunjukkan hasil yang telah melampaui baku mutu. Hal ini terkait dengan adanya kenaikan bangkitan kendaraan di sekitar lokasi tersebut.
Hal ini merefleksikan
peningkatan kebisingan dari kegiatan transportasi darat yang semakin padat.
Pada gambar berikut disajikan tentang konsentrasi NO2, H2S, partikulat, dan nilai kebisingan di beberapa lokasi di Depok pada tahun 2010. 450
KONSENTRASI NO2
400
KONSENTRASI
350 300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
LOKASI
7
8
9
10
KONSENTRASI PARTIKULAT 250
KONSENTRASI
200 150 100 50 0 1
2
3
4
5 6 LOKASI
7
8
9
10
Keterangan:
1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS)
7. UPS Maruyung
2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS)
8. Jl. Margonda Raya
3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I
9. Jl. Juanda-Depok
4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS)
10. RPH Tapos
5. RSUD Sawangan
11. UPS Cilangkap
Gambar 3.9 Konsentrasi NO2 dan Partikulat di Depok Pada Semester I Tahun 2010
0.7
KONSENTRASI H2S
KONSENTRASI
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1
2
3
4
5
6
LOKASI
7
8
9
10
90
KEBISINGAN
80
KONSENTRASI
70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI
Keterangan:
1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS)
7. UPS Maruyung
2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS)
8. Jl. Margonda Raya
3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I
9. Jl. Juanda-Depok
4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS)
10. RPH Tapos
5. RSUD Sawangan
11. UPS Cilangkap
Gambar 3.10 Konsentrasi H2S dan Kebisingan di Depok Pada Semester I Tahun 2010 Pada pemantauan semester II lokasi pemantauan adalah di UPS Sadewa, UPS Hanggar (Depan UPS), UPS Hanggar (Hanggar I), UPS Merdeka Hanggar II, UPS Permata Regency, UPS Meruyung, UPS Cilangkap, Jl. Juanda-Depok, Depan Hotel Bumi Wiyata, dan Situ Rawa Besar.
Hasil pengukuran terhadap kualitas udara pada semester II Tahun 2010 menunjukkan bahwa
konsentrasi parameter SO2, NO2, Pb, CO, dan partikulat pada semua lokasi
pengamatan masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Sedangkan untuk
kebisingan di beberapa lokasi seperti di UPS Hanggar, Jalan Jalan Juanda, dan depan Hotel Bumi Wiyata menunjukkan hasil yang telah melampaui baku mutu. Hal ini terkait dengan adanya kenaikan bangkitan kendaraan di sekitar lokasi tersebut.
Hal ini
merefleksikan peningkatan kebisingan dari kegiatan transportasi darat yang semakin padat.
450
KONSENTRASI NO2
400
KONSENTRASI
350 300 250 200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI 250
KONSENTRASI PARTIKULAT
KONSENTRASI
200 150 100 50 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI
Gambar 3.10 Konsentrasi NO2 dan Partikulat di Depok Pada Semester II Tahun 2010
90
NILAI KEBISINGAN
80
KEBISINGAN
70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
LOKASI
Keterangan:
1. UPS Jalan Jawa (Depan Pintu UPS)
7. UPS Maruyung
2. UPS Sadewa (Depan Pintu UPS)
8. Jl. Margonda Raya
3. UPS Merdeka Hanggar I (Belakang Hanggar I
9. Jl. Juanda-Depok
4. UPS Merdeka Hanggar II (Depan Hanggar UPS)
10. RPH Tapos
5. RSUD Sawangan
11. UPS Cilangkap
Gambar 3.12 Kebisingan di Depok Pada Semester II Tahun 2010
3.1.8. Limbah Industri IPAL bagi setiap industri di Kota Depok merupakan salah satu persyaratan bagi industriawan dalam mendapatkan ijin pembuangan limbah cair (IPLC). Pada saat ini, semua industri di Kota Depok sudah mempunyai IPAL, walaupun ada yang belum lengkap sistem pengolahannya. Adapun konsentrasi kawasan industri di Kota Depok berada di Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis sekitar Jalan Raya Bogor karena akses keluar kota relatif mudah. Namun pada saat ini terdapat perkembangan kegiatan industri di Jalan Abdul Wahab Kecamatan Sawangan. Tabel 3.7 berikut menunjukkan daftar industri yang berada di sekitar Kota Depok.
Tabel 3.13 Daftar Industri di Kota Depok No
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Alamat
1
PT Tegar Metalindo
Elektroplating
Kp. Kebon, Kel. Cinangka
2
PT Enzym Bio Technology
Pasta gigi
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km
No
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Alamat 36,5
Industri 3
PT Givaudan/PT Quest
flavour/esen
Jl. Raya Jakarta-Bogor
4
PT Indo Freze
Es krim
Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 31
PT Phinisindo Jamrud
Mall
5
Nusantara (ITC)
6
PT Jakarta Intiland
7
Jl. Raya Margonda No.59 Plaza Depok
Jl. Raya Margonda
sabun
Jl. Raya Jakarta-bogor Km
PT Triple Ace PT Artolite Indah
34,5 elekrtoplating
8
MediaTama
9
PT Pearl Star Internasional
plastik
Jl. Raya Jakarta Bogor Km 34
10
PT Toa Galva Industries
elektro
Jl. Raya Jakarta Bogor Km 34
minuman
Jl. Raya Jakarta Bogor Km
11
PT Tang Mas
12
PT Pasanggrahan Indah
Jl.Raya Bogor Km 34,5
34,5 Gg.Nangka mall Cinere
Jl.Raya Cinere No.1
bahan Sabun
Jl.Raya
Jakarta-Bogor
Km
13
PT Comis Indonesia
31,5
14
PT Medi Farma
farmasi
Jl.Raya Jakarta-Bogor Km.33
15
PT Propindo Sedayu
Mall Depok
Jl. Raya margonda
16
PT Cimanggis Sakti
sampo (Zync)
Jl.Tole Iskandar Km 2
17
PT Indofermex
ragi
Jl.Tole Iskandar Km 2
18
PT Sanyo Jaya
elektro
Jl.Raya Jakarta Bogor Km 30
19
PT Bayer Indonesia
Vitamin/farmasi Jl.Raya Jakarta Bogor Km 31
20
PT Giaxo Smith kline
farmasi
Jl.Raya Jakarta Bogor Km 30
21
PT Ebara
Pompa
Jl.Raya pekapuran
22
PT ICI Pain
Cat
Jl.Raya Jakarta Bogor
PT Takagi Sari Multi
makanan
23
Utama
24
PT Taisho
-
JL Raya Jakarta Bogor Km 38
25
PT San Miguel Pure Food
sosis
Jl.Raya Jakarta Bogor KM 37
Batre
JL.Raya Jakarta Bogor KM
26
PT Energizer
27
PT Tokai Dharma
JL.Raya pekapuran No 1
29,3 Korek
JL Raya Jakarta Bogor Km 36
No
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Alamat
Indonesia 28
PT Sahid Detolin Textil
textil
JL Raya Tugu Kelapa Dua
29
PT Mutu Agung Lestari
Laboratorium
Jl. Raya Jakarta Bogor
30
PT Alfa Retalailindo/Carref
-
Jl. Dewi sartika
31
PT Sempana Jaya Agung
elektroplating
Jl.Tole Iskandar
PT Meiwa Indonesia (Plan
Jok
32
II) PT Jaga Pertala Nusantara
Jl.Raya Jakarta Bogor Km 35 mall
33
(Detos)
Jl.Raya Margonda no 1
34
ATPM Nisan
Dealer mobil
Jl. margonda raya
35
ATPM Suzuki
Dealer mobil
Jl. margonda raya
Sarung 36
PT arista Latindo
Tangan medis
Jl. raya Jakarta Bogor
37
PT Indagro
alat pertanian
Jl. Raya jakarta Bogor Km 35
38
PT Hero Supermarket
supermarket
Jl. Raya jakarta bogor
39
PT YKK Zipper
Resleting
Jl. Raya jakartaBogor Km 29
PT Puridibya property
Mall
40
(Margo City) PT Petronas Niaga
41
Jl. Raya margonda SPBU
Indonesia
1 SPBU
42
Jl. Raya Alternatif Cibubur Km
PT revrindo prasidha
Jl. Raya Alternatif Cibubur Km 1
Mall 43
PT favorita unggul
(cimanggis)
Jl. Raya jakarta bogor
44
PT Super exim sari
Recycle plastik
Jl. Raya bogor jakarta Km 31
45
PT super makmur
plastik
Jl. Raya bogor Jakarta
46
PT Setia ajaya Mobilindo
Dealer mobil
Jl. Raya Margonda
47
PT Tirta mas persada
air kmasan
Jl raya tapos
48
PT golden buton
kancing
Jl haji japat
49
PT golden Inpan
Payung
Jl Tole iskandar
50
PT tranka Kabel
kabel
Jl Raya jakarta Bogor
51
PT KL mas
Garment
Jl Tole iskandar
52
PT sumber Warih
air kmasan
Jl raya meruyung
53
PT Petroplast Industries
plastik
Jl Raya Pekapuran No 11
No 54
Nama Perusahaan
Jenis Industri
Alamat
PT SAP
minuman
PT Kharisma Karya
Pemotongan
Mandiri
Plastik
PT materindo primatama
Pemotongan
56
sejahtera
Plastik
Jl Abdul gani
57
PT nihorock mandiri
balsem
Jl kelapa dua NO 69
58
PT tridaya
cat
Jl kapling DPR serua
PT gemilang putera
laundry
55
59
Jl Raya Jakarta Bogor KM 31
Jl Abdul gani
cendikia
Jl kapling DPR serua pemotongan
60
PT Five Victoty cemerlang
kayu
Jl Tole iskandar
61
PT AHRS
Spare part
Jl Tole iskandar
pemotongan 62
CV Big chick
ayam
Jl flamboyan No 9
63
PT indomatra Garment
Garment
Jl Haji Dimun
64
PT Petromindo
garment
Jl Haji Dimun
65
PT supra
mebel
JL raya ciputat parung
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, 2010
Dari tabel di atas terlihat bahwa jenis industri yang terdapat di Kota Depok beranekaragam mulai dari makanan, farmasi, tekstil, elektroplating, plastik, otomotif, dan lain-lain sehingga menyebabkan karakteristik timbulan air limbahnya bermacam-macam. Keberadaan industri-industri tersebut jika tidak dilengkapi dengan sistem pengelolaan limbah yang baik akan berpotensi mencemari lingkungan sekitar.
3.1.9. Limbah Medis Selain limbah industri, terdapat juga limbah infeksius yang berasal dari rumah sakit, laboratorium, dan klinik
yang perlu diperhatikan pengelolaannya. Tabel 3.8 berikut
menunjuukan daftar rumah sakit, laboratorium, dan klinik di Kota Depok.
Tabel 3.14 Rumah Sakit, Klinik, dan Laboratorium yang terdapat di Kota Depok No
Nama Rumah Sakit
Alamat
1
RS. Tumbuh Kembang
Jl. Raya Jakarta Bogor Km 31
2
RS. Meilia Cibubur
Jl. Raya Alternatif Cibubur
No
Nama Rumah Sakit
Alamat
3
RS. Puri Cinere
Jl. Maribaya No.1
4
RS. Graha Permata Ibu
Jl. Raya Kukusan
5
RS. Tugu Ibu
Jl. Raya Jakarta Bogor Km 29
6
RS. Hermina
Jl. Siliwangi No.50
7
RS. Hasanah Graha Afiah
Jl. Raden Saleh No.42
8
RSIA. Simpangan Depok
Jl. Raya Jakarta Bogor
9
RS. Harapan Depok
Jl. Pemuda No.10
10
RS. Bunda Margonda
Jl. Raya margonda
11
RS. Mitra Keluarga
Jl. Margonda Raya
12
RS. Tumbuh Kembang
Jl. Raya Jakarta-Bogor
13
RS. Tugu Ibu
Jl. Raya Bogor - Jakarta
14
RSUD Kota depok
Jl. Raya Mokhtar Sawangan
15
RS. Bhayangkara brimob
Jl. Akses UI Kelapa Dua
16
RSIA. Asy-Syifa Medical
Jl. Parung Bingung Rangkapan Jaya Baru
17
RS. Harapan Depok
Jl. Pemuda
18
RS. Hermina
Jl. Siliwangi
19
RS. Sentra medika
Jl. Raya Bogor Km. 33
20
Lab. Klinik Gunung Sahari
Jl. Tole Iskandar
21
Klinik Erra Medika
Jl. Tole Iskandar
22
Lab. Prodia
Jl. Raya Margonda
23
RS. Bhakti Yudha
Jl. Raya Sawangan
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Depok, 2010
3.2. Pengelolaan Limbah Cair 3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Pelaksanaan operasional pengelolaan air limbah di Kota Depok mendasar pada: 1. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2002 tentang Izin Pengelolaan Limbah Cair 2. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 24 Tahun 2003 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 1.
Peraturan Walikota Depok No 24 tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan
2. Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
3. Peraturan Daerah Kota Depok No 8 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah
3.2.2. Aspek Institusional Berdasarkan
Peraturan
Walikota
Depok
No
24
tahun
2008
penyelenggaraan
pengembangan prasarana dan sarana air limbah di wilayah kota berada di bawah Bidang Pelayanan Kebersihan pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Seksi Operasional Pengangkutan dan Pengelolaan Air Limbah pada Bidang Pelayanan Kebersihan.
Sedangkan Peraturan Walikota Depok No 65 tahun 2008 mengatur tentang Unit Pelaksana Teknis Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pengelola IPLT Kalimulya.
Sebelum tahun 2009, pengelolaan IPLT dan TPA disatukan di bawah UPT TPA. Karena kompleksnya permasalahan pengelolaan TPA, pengelolaan IPLT yang kurang mendapat sorotan dari masyarakat menjadi agak terabaikan. Namun sejak dikeluarkannya Peraturan Walikota No 65 tahun 2008, pengelolaan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) Kota Depok dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) IPLT yang berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Kepala UPT IPLT berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas.
Meskipun demikian, hingga saat ini jumlah maupun kualitas SDM pengelola IPLT masih terbatas. Jumlah total SDM UPT IPLT 37 orang, yang terdiri dari 2 orang di bagian manajerial (Kepala UPT dan Kasubag TU UPT), 7 orang staf kantor, 1 orang tenaga terlatih, 9 orang petugas pemelihara prasarana IPLT, dan 18 orang kernet dan supir. Dari sekian banyak SDM hanya Kepala UPT IPLT yang berlatar belakang S1 di bidang sosial, selebihnya berpendidikan setingkat SMA.
Retribusi penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No. 24 tahun 2003 sebagai berikut: •
Sarana ibadah sebesar Rp 20.000,- per m³
•
Rumah tangga sebesar Rp 40.000,- per m³
•
Perkantoran/instalasi sebesar Rp 60.000,- per m³
•
Industri sebesar Rp 80.000,- per m³
Untuk tarif jasa pengurasan tangki septik oleh truk tinja dari lokasi dikenakan biaya sebagai berikut : •
Rumah Ibadah
: Rp. 100.000,-
•
Rumah tangga, perkantoran dan komersil
: Rp. 140.000,-
•
Industri
: Rp. 170.000,-
Gambar 4.7 Struktur Organisasi Lembaga Penyelenggara Pengembangan Sarpras Air Limbah Kota Depok
KEPALA DINAS DKP
SEKRETARIS
SUB BAG UMUM PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN
SUB BAG KEUANGAN
BIDANG PELAYANAN KEBERSIHAN
BIDANG PERTAMANAN
SEKSI PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN
SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH
SEKSI PEMANFATAAN PERTAMANAN
SEKSI PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA KEBERSIHAN
SEKSI OPERASIONAL PENGANGKUTAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH
SEKSI PEMELIHARAAN PERTAMANAN
UPT
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Lembaga Pengelola IPLT Kota Depok
KEPALA UPT IPLT
KASUBAG TATA USAHA
URUSAN ADMINISTRASI
URUSAN TEKNIK
URUSAN OPERASI
URUSAN PROMOSI
URUSAN UMUM
URUSAN KAMPANYE
3.2.3. Cakupan Pelayanan Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2010, dari sampling yang diperiksa sejumlah 328.183 KK dapat digambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Depok telah menggunakan jamban (79,57 %), meskipun baru 89,55 persennya yang memenuhi kriteria sehat. Dari sampling yang sama, baru 203.134 KK (69,29 %)
yang telah memiliki septictank dan dari jumlah tersebut
hanya 75,89 % yang memenuhi persyaratan sanitasi.
Tabel 3.15 Persentase Keluarga dengan Prasarana Air Limbah
31,001 6,532 41,276 41,337 20,377 7,764 30,507 22,035 8,801 36,376 15,134 261,140
83.67 49.58 70.42 83.40 85.87 76.36 93.48 77.73 82.69 82.61 74.84 79.57
81.49 91.26 93.58 92.15 85.08 99.27 99.97 89.78 95.59 87.21 69.07 89.55
22,003 3,255 58,613 44,880 20,870 10,617 32,635 28,348 10,643 41,185 20,223 293,272
JU M LAH KK M E M IL IK I
JU M LAH KK D IP E R IK S A
% SEHAT
% KK M E M IL IK I
25,263 5,961 38,628 38,093 17,336 7,707 30,498 19,784 8,413 31,722 10,453 233,858
14,274 2,265 38,671 45,818 17,556 7,430 12,737 15,787 6,172 30,248 12,176 203,134
% SEHAT
37,053 13,174 58,613 49,563 23,730 10,167 32,635 28,348 10,643 44,034 20,223 328,183
% KK M E M IL IK I
45,961 30,465 58,681 51,176 25,166 10,167 32,635 28,348 10,643 91,229 20,223 404,694
PENGELOLAAN AIR LIMBAH JU M LAH SEHAT
1 Pancoran Mas 2 Beji 3 Sukmajaya 4 Cimanggis 5 Sawangan 6 Limo 7 Cinere 8 Cipayung 9 Cilodong 10 Tapos 11 Bojongsari JUMLAH (KAB/KOTA)
JU M LAH SEHAT
KECAMATAN JUMLAH KK
JU M LAH KK M E M IL IK I
NO
JU M LAH KK D IP E R IK S A
JAMBAN
10,538 1,644 29,740 42,143 11,056 3,151 12,737 6,745 4,526 21,421 10,462 154,163
64.87 69.59 65.98 102.09 84.12 69.98 39.03 55.69 57.99 73.44 60.21 69.26
73.83 72.58 76.91 91.98 62.98 42.41 100.00 42.73 73.33 70.82 85.92 75.89
Sumber : Profil Kesehatan 2010
Pembangunan MCK Plus-Plus ini dilakukan oleh pemerintah di tahun 2010 dengan menggunakan dana DAK tahun 2010. Tabel 3.9 menunjukkan fasilitas MCK umum terdapat di beberapa kecamatan di Kota Depok.
Tabel 3.16 Lokasi MCK Umum dan MCK Plus-Plus di Kota Depok Kecamatan Pancoran
MCK Umum -
Mas Cipayung
• Pesantren Himatul Aliyah, Kel. Rangkapan Jaya
• Samping Mushola An-Nur • RT 03/RW 02 Kel. Pondok Jaya • RT 04/RW 02 Kel. Pondok Jaya • RT 02/RW 01 Kel. Pondok Jaya
Tapos
MCK Plus-Plus
• RT 01/RW 16 Kel. Cilangkap • RT 03/RW 16 Kel. Cilangkap • RT 02/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung
• Pesantren Kotrun Nada, Kel. Cipayung Jaya • Pesantren Ar-Rahmanyah, Kel. Bojong Terong • Pesantren Darussalam Kel. Cilangkap • Kel. Cimpaeun
• RT 03/RW 02 Kel.Leuwi Nanggung • RT 01/RW 06 Kel.Leuwi Nanggung • RT 01/RW 07 Kel Leuwi Nanggung Sawangan
• RT 02/RW 09 Kel. Bedahan
-
• Samping Majelis Khoirul Huda Sumber : Dinas Tata Ruang dan Permukiman, 2010 Tabel 3.17 Kapasitas Pelayanan Kota Depok 2011 Prasarana dan Sarana Truk tinja
Kapasitas Jumlah
(vol atau jiwa)
1 unit
2 m3
6 unit
3 m3
Sistem pengolahan On-site
Pengelola
UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
IPLT
1 buah
790 m3
On-site
UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
IPAL
-
-
Sistim pelayanan Air Limbah Kota Depok saat ini mengandalkan pada 1 unit Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). IPLT yang berdiri di atas lahan seluas 2 Ha ini terletak di Kelurahan Kalimulya dan memiliki kapasitas pengolahan 790 m3/tahun. Tidak hanya Kota Depok, Kabupaten Bogorpun memanfaatkan IPLT ini sebagai tempat pengolahan tinjanya.
IPLT Kalimulya memiliki kelengkapan inhoff tank dengan kapasitas 408 m3, kolam maturasi seluas 967 m2 dan kolam indikator seluas 1580 m2. IPLT Kalimulya pada mulanya merupakan aset Kabupaten Bogor yang kemudian diserahkan kepada Kota Depok saat pembentukan Kota Depok tahun 1999. Pada tahun 2000 dengan dana dari Asian Development Bank (ADB) dilakukan rehabilitasi dan penambahan fasilitas in-hoff tank dari IPLT yang ada. Namun saat ini kondisi in-hoff tank dan kolam pengolahan sudah mengalami kerusakan, antara lain dengan tidak berfungsinya penyaring pada in-hoff tank dan bocornya dinding pembatas antar kolam, sehingga air hasil pengolahan (effluent) yang seharusnya jernih tampak masih kotor.
Setelah pelaksanaan rehab tahun 2000, sampai saat ini belum pernah lagi dilakukan rehabilitasi yang cukup besar ataupun optimalisasi IPLT. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan
bersifat
setempat
seperti
perbaikan
dinding
pembatas
antar kolam.
Pemeliharaan yang rutin dilakukan berupa pengangkatan lumpur setahun sekali. IPLT Kalimulya juga dilengkapi dengan fasilitas prasarana cuci mobil dan 1 buah laboratorium uji kualitas. Namun sampai saat ini laboratorium tersebut belum memiliki kelengkapan peralatan laboratorium dan SDM yang dapat menjalankannya. Pelaksanaan pengujian masih dilakukan bekerja sama dengan pihak luar.
Untuk layanan penyedotan tinja domestik Pemerintah Kota Depok memiliki 1 buah truk tinja berkapasitas 2 m3 dan 6 buah truk tinja berkapasitas 3 m3. Daerah layanan penyedotan mencakup 80 % wilayah Kota Depok. Saat ini ke 6 truk penyedot dalam kondisi yang cukup baik, namun pemanfaatannya masih perlu dioptimalkan, sedangkan 1 truk dalam keadaan rusak. Selain oleh instansi pemerintah, jasa pelayanan penyedotan juga dilakukan oleh pihak swasta yang kemudian membuang limbah tinja ke IPLT Kalimulya.
Tabel 3.18 Potensi Pelayanan Jasa Pengurasan Lumpur Tinja No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
KK
Sarana Ibadah
Sek/Per
Komersial/ Industri
1.
Sukmajaya
225.299
59.008
82
121
87
2.
Pancoran Mas
191.742
50.594
76
130
89
3.
Cipayung
111.685
28.651
74
61
55
4.
Beji
133.123
35.091
76
97
67
5.
Cimanggis
210.173
56.004
84
123
112
6.
Tapos
192.744
51.500
73
83
88
7.
Cilodong
111.022
29.258
71
71
85
8.
Sawangan
105.874
27.077
69
72
86
9.
Bojong Sari
81.497
20.692
66
72
66
10. Limo
63.669
16.384
61
67
68
11. Cinere
82.529
21.144
66
71
59
1.509.357
395.403
800
985
862
Kota Depok
Sumber : Dinas Kebersihan & Pertamanan, 2010
3.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi Sistem pelayanan air limbah domestik di Kota Depok secara teknis dilayani oleh sistem setempat (on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septik yang dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan.
Dari hasil survey EHRA diperoleh sekitar 88,66% rumah tangga di Kota Depok yang melaporkan menggunakan tangki septik. Namun, dari jawaban yang diberikan tentang pembuatan tangki septik kebanyakan sudah dibangun lebih dari 10 tahun yang lalu saat studi EHRA dilaksanakan mencapai 45,03%. Kemudian 23,71% menyatakan dibangun lebih dari 5-10 tahun yang lalu.
D 5. L AMA T ANG K I S E P T IK D IB UAT /D IB ANG UN 45.03%
8.66%
0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu L ebih dari 5-10 tahun yang lalu
3.43%
L ebih dari 10 tahun T idak tahu
23.71%
19.17%
Sementara itu saat ditanyakan kapan terakhir tangki septic dikosongkan maka 65,68% menjawab tidak pernah mengosongkan tangki septic. Perlu dicurigai bahwa konstruksi tangki septic yang mereka buat tidak sesuai dengan desain tangki septic yang seharusnya. Dalam hal ini komunikasi tentang pembuatan tangki septic yang baik perlu diperhatikan.
D 6. WAK T U T ANG K I S E P T IK T E R AK H IR D IK OS ONG K AN 65.68%
70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
S eries 1
14.47%
9.78% 4.48% 0-12 bulan 4.48%
4.07%
1.52%
1-5 tahun L ebih dari L ebih dari yang lalu 5-10 10 tahun 9.78%
4.07%
1.52%
Tidak pernah
Tidak tahu
65.68%
14.47%
3.2.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kota Depok relatif sudah berjalan walaupun dengan volume yang terlayani masih rendah, dengan rata-rata volume lumpur tinja yang diolah perhari sebesar 11 m3.
Kondisi kesehatan masyarakat sangat berkaitan erat dengan besarnya timbulan penyakit menular yang disebabkan oleh sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dan mudah dijumpai pada kondisi sanitasi buruk, walapun penyakit diare bukan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat.
Pada tahun 2009 terjadi 32.013 kasus penyakit diare dan 5.579 kasus penyakit demam berdarah dengue di Kota Depok. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok melaporkan bahwa dari 1,73 juta jiwa penduduk Kota Depok, sekitar 254.251 KK yang dipantau pola hidup bersih dan sehat dan sebesar 67,81% dari jumlah rumah tangga yang dipantau menerapkan pola hidup bersih dan sehat di rumah tangganya.
3.2.6. Permasalahan Permasalahan yang ada pada sistim Air Limbah di Kota depok saat ini adalah kurangnya sarana dan prasarana air limbah, misalnya masih terbatasnya jumlah IPLT dan masih kurangnya jumlah truk tinja, serta manajemen pengelolaan yang belum berjalan baik. Jumlah dan kuantitas SDM juga sangat minim, dari 28 orang yang ditugaskan mengelola
UPT IPLT, hanya 3 orang berstatus PNS dan 1 di antaranya bertugas sebagai supir truk tinja.
Kualitas SDM juga sangat perlu mendapat perhatian. Pengelolaan akan berjalan lebih baik bila SDM pengelolanya mempunyai latar belakang pendidikan di bidang teknik lingkungan/penyehatan atau teknik sipil dan/atau manajerial, atau setidaknya memiliki pengetahuan teknis dan manajerial yang memadai. Dengan hanya ada 2 orang PNS yang bertugas di jabatan struktural UPT air limbah, beban kerja mengelola teknis dan manajerial pelayanan air limbah menjadi sangat berat. Pada akhirnya, pelayanan menjadi cenderung berjalan apa adanya.
Beberapa permasalahan yang ditemui antara lain : •
Masih banyaknya penggunaan sistem setempat dalam pengolahan limbah, seperti penggunaan cubluk dan pembuangan air cuci dan mandi tanpa saluran, terutama pada lingkungan perumahan yang padat.
•
Masih terbatasnya IPAL di beberapa sektor yang membutuhkan pengolahan air limbah khusus, seperti industri.
•
Bercampurnya air limbah domestik dan drainase pada satu saluran menyebabkan besarnya volume air limbah yang harus diolah.
•
Masih banyaknya saluran yang merupakan saluran terbuka di daerah perkotaan.
3.3. Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) 3.3.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Pelaksanaan operasional pengelolaan persampahan di Kota Depok mendasar pada Peraturan Daerah Nomor 44 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Persampahan di Kota Depok. Dalam Perda Nomor 44 Tahun 2000 ini diatur pula mengenai retribusi pengelolaan persampahan yang dibebankan kepada wilayah yang dilayaninya. Berikut ini adalah besarnya retribusi yang dikenakan : a. Pengambilan pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah rumah non real estate berdasarkan luas bangunan : •
Lebih kecil atau sama dengan 21 m²
: Rp. 2.000/bulan
•
22 m² sampai dengan 70 m²
: Rp. 3.500/bulan
•
71 m² sampai dengan 200 m²
: Rp. 4.500/bulan
•
201 m² sampai dengan 300 m²
: Rp. 6.000/bulan
•
Diatas 300 m²
: Rp. 8.500/bulan
b. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah rumah Real Estate ditetapkan berdasarkan luas bagunan : •
21 m² sampai dengan 36 m²
: Rp. 7.000/bulan
•
37 m² sampai dengan 54 m²
: Rp. 8.500/bulan
•
55 m² sampai dengan 70 m²
: Rp. 10.000/bulan
•
71 m² sampai dengan 120 m²
: Rp. 12.500/bulan
•
Diatas 120 m²
: Rp. 17.500/bulan
c. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, dari kategori perkantoran, pasar, pertokoan, mal, gedung, pertunjukan, apotik, klinik, usaha pertukangan bahan berdasarkan volume sampah yang dihasilkan : •
Lebih kecil dari 0,50 m³/hari
: Rp. 25.000/bulan
•
0,51 m³ sampai dengan 0,75 m³/hari
: Rp. 35.000/bulan
•
Lebih besar dari 0,76 m³/hari
: Rp. 50.000/bulan
d. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah, daan sumber sampah,
lembaga
makan/restoran,
pendidikan,/kursus,
hotel/apartemen,
rumah
sewaan
pabrik/industri,
(tempat
rumah
kios),
sakit/rumah
rumah bersalin,
ditetapkan berdasarkan kubikasi : •
Lembaga Pendidikan/Kursus
: Rp. 6.000/m³
•
Rumah sewaan (tempat kos)
: Rp. 7.500/m³
•
Rumah makan
: Rp. 11.000/m³
•
Restoran
: Rp. 15.000/m³
•
Hotel/Apartemen
: Rp. 15.000/m³
•
Pabrik/Industri
: Rp. 13.000/m³
•
Rumah Sakit/Rumah Bersalin
: Rp. 10.000/m³
•
Bioskop
: Rp. 12.500/m³
e. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan, dan pemusnahan sampah di pasar, berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan sistem pengambilan harian : •
Kios
: Rp. 1.000/hari
•
Los
: Rp. 1.000/hari
•
Awning
: Rp. 1.000/hari
•
Kaki lima/pedagang makanan tidak menetap
: Rp. 1.000/hari
•
Ruko
: Rp. 3.000/hari
•
Toko
: Rp. 2.500/hari
f.
Bilamana pengambilan, pengangkutan tidak dapat memberlakukan tariff pada pointpoint tersebut diatas, maka untuk menentukan retribusi pelayanan dimaksud dapat ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan sebesar Rp. 85.000/rit.
g. Penggunaan tempat pembuangan akhir sampah milik Pemerintah Kota oleh swasta baik pribadi maupun badan yang berasal dari wilayah Depok dikenakan retribusi pembuangan sebesar Rp. 6.000/m³.
3.3.2. Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 tahun 2008 tentang struktur organisasi perangkat daerah, menyatakan bahwa unsur pelaksana Pemerintah Kota Depok yang berkepentingan dalam bidang kebersihan di lingkungan Kota Depok adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok.
3.3.3. Cakupan Pelayanan Timbulan sampah perkotaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tersedianya prasarana dan sarana yang dipergunakan penduduk dalam kegiatan sehariharinya guna memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan Standar SK. SNI S - 04 – 1991- 03 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75 - 3,25 lt/org/hari dan berdasarkan perhitungan hasil konsultan terdahulu bahwa produksi sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ) dengan dasar timbulan tersebut (liter/orang/hari) maka pada tahun 2007 dapat dihitung timbulan sampah total dengan jumlah penduduk kota Depok 1.470.002 jiwa diperkirakan jumlah timbulan sampah perhari adalah
adalah
4.265 m3/hari.
Sampah yang terangkut 900 m3/hari, sampah yang tidak terangkut 3.665 m3/hari.
Seperti kota-kota lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya , sampah di Kota Depok akibat aktifitas penduduk. Karenanya karakteristik sampah di kota depok termasuk dalam katagori sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Kota Depok. Sedangkan 26,03 % lainnya adalah anorganik yang karakteristiknya berupa bahan bahan sebagai berikut pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19 Karakteristik komposisi jenis sampah TPA Cipayung Depok No.
Komposisi Jenis
Prosentase
Periode
Sampah
(%)
Penguraian (Pelapukan) *)
1
Bahan organik
72,97
2 – 7 minggu
2
Kertas
7,07
3 – 6 bulan
3
Kaca/Beling/Gelas
1,25
1 juta tahun
4
Plastik
3,57
> 100 tahun
5
Logam
1,37
> 100 tahun
6
Kayu
3,65
1 – 13 tahun
7
Kain
2,40
6 bulan – 1 tahun
8
Karet
1,24
-
9
Lain-Lain
6,38
-
Jumlah
100,00
Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002 & *) : West Java ASER, 2001
Meskipun kandungan organik dari sampah tinggi, keadaannya / bentuknya tidak cukup ekonomis untuk dipisahkan guna pengomposan. Kebanyakan sisa plastik yang ada di aliran sampah tidak dalam bentuk yang normal untuk di daur ulang di Indonesia.
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar, Komersial/jalan dan Industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah 4.265 m³/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara tradisional. Secara garis besar sumber timbulan sampah di wilayah Kota Depok terbagi seperti dapat dilihat pada Tabel 3.20. Tabel 3.20 Timbulan Sampah di Kota Depok Kecamtan
M3/hari
Sawangan
440
Pancoran Mas
713
Sukmajaya
907
Cimanggis
1.068
Beji
371
Limo
396
Dinas Pasar
370
Jumlah
4.265
Sampah - sampah ini di Kota Depok dikumpulkan dan dibawa ke TPA, baik oleh DKP maupun oleh Dinas Pasar yang menangani pasar. Operator dari sektor swasta pada saat ini menangani di Unit Pengolahan Sampah (UPS).
Beberapa komponen dari aliran sampah kota ini dikelola secara terpisah oleh pihak pihak yang pada dasarnya informal meliputi : 1. Produk yang dapat didaur ulang; 2. Barang yang dapat dijual kembali; dan 3. Material konstruksi dan bongkaran.
Transportasi hasil pengumpulan sampah ke TPA dilakukan dengan menggunakan berbagai kendaraan termasuk truk biasa, dump truk,
armroll truk dengan kontainer
terpisah dan truk pemadat (compactor trucks). Di Kota Depok hanya ada dump truk dan arm roll, baik yang dikelola oleh DKP maupun langsung oleh Dinas Pasar.
Sistem pengangkutan sampah di Kota Depok dilaksanakan dengan pemindahan langsung dari TPS–TPS sampah yang ada, kontainer atau lokasi tertentu yang belum ada TPS atau langsung dari rumah ke rumah atau dari toko/bangunan ke toko/bangunan dengan dump truk yang selanjutnya dibuang atau dibawa ke TPA sampah. Jenis kendaraan yang digunakan adalah dump truk sebanyak 47 unit dan kontainer 25 unit dilengkapi dengan arm roll sebanyak 10 unit dengan kondisi layak operasional.
Prasarana dan sarana yang ada untuk mengangkut Sampah yang telah dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dengan serta jumlah ritasi setiap kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Diangkut dengan dump truk a. Volume dump truk
= 6 M3
b. Volume efektif
= 10 m3
c. Jumlah dump truk
= 47 unit
d. Jumlah Transfer Depo
= 2 unit
e. Jumlah TPS
= 120 unit
f.
Bak sampah
= 626 unit
g. Gerobak sampah
= 158 unit
h. Ritasi dump truk
= 2-3 rit/hari/unit
2. Diangkut dengan Arm Roll
a. Volume container
= 6 M³
b. Volume efektif
= 8 M3
c. Jumlah kontainer
= 25 unit
d. Jumlah Arm Roll
= 10 unit
f.
= 2 - 3 rit/hari/unit
Ritasi Arm Roll
Tingkat pelayanan sampah yang dilakukan oleh pemerintah Kota Depok mencapai 45,81%, sementara potensi sampah yang belum terlayani mencapai 54,19%. Potensi pencemaran lingkungan dengan adanya penumpukan sampah dan pengelolaan sampah yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku masih cukup besar. Keterlibatan pihak swasta dalam penanganan persampahan di Kota Depok masih minim, sehingga diharapkan pemerintah kota dapat menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan mutu pelayanan persampahan di Kota Depok.
Sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok diangkut menggunakan truk dengan kapasitas pengangkutan 8 hingga 12 m³/unit. Jumlah truk yang masuk ke TPA (tempat pembuangan akhir) per hari mencapai 54 unit truk dengan layanan pengangkutan masing-masing truk sebanyak 2 kali ritasi. Dengan demikian diperoleh jumlah sampah yang terangkut sebesar 1.296 m³/hari.
Kota Depok selain memiliki 42 TPS yang tersebar di tiap kecamatan, dalam hal pengelolaan persampahan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang berfungsi sebagai salah satu upaya perwujudan Kota Depok
terhadap
undang-undang
Nomor
18
tahun
2008
tentang
pengelolaan
persampahan. Kota Depok memiliki 19 unit UPS (milik PEMKOT) yang telah beroperasi dan 5 unit UPS mandiri (hasil swadaya masyarakat setempat).
Jumlah sampah yang dikelola oleh UPS ini diperkirakan mencapai 30 m³/hari/unit (berdasarkan perhitungan DKP Kota Depok). Jumlah fasilitas UPS yang tersebar di seluruh kecamatan Kota Depok mencapai 19 unit. Dengan demikian dapat diketahui jumlah sampah yang dikelola oleh UPS, yaitu mencapai 570 m³/hari. Pengelolaan sampah yang dilakukan di UPS ini berupa komposting dan pemanfaatan sampah plastik.
Pengelolaan persampahan di Kota Depok ada dua macam cara pengelolaan, antara lain : 1. Pengelolaan sampah terpadu dengan menggunakan tempat penampungan sampah 2. Unit pengelolaan sampah (UPS) untuk pengelolaan sampah di tingkat kawasan
3. Pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir
Sementara itu sistem pelayanan pengangkutan sampah yang saat ini digunakan di Kota Depok, diantaranya : 1. Sistem Transferdipo, yaitu pengangkutan sampah dengan menggunakan mobil sampah dimana sampah yang akan dianggut sebelumnya dikumpulkan terlebih dahulu disuatu tempat, kemudian akan diambil oleh mobil sampah (tukang gerobak menunggu mobil yang hendak mengangkut sampah). Sistem ini cenderung digunakan untuk melayani wilayah perkotaan, kantpr-kantor, rumah sakit, sekolah, dan perumahan, misalnya yang ada di ruas Jalan Merdeka.
2. Sistem pengangkutan sampah melalui TPS (hanya melayani wilayah yang memiliki TPS).
3. Sistem door to door, dimana mobil sampah akan mengambil sampah ke tiap permukiman warga. Metode ini digunakan untuk melayani masyarakat baik yang berada di wilayah perumahan maupun non perumahan.
3.3.4. Aspek Teknis dan Teknologi Dalam operasional pengangkutan sampah di Kota Depok, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ditampilkan pada Tabel 3.21 berikut ini.
Tabel 3.21 Sarana dan Prasarana Persampahan Kota Depok No
Fasilitas
Jumlah (unit)
1
TPA
1 (luas 11,6 Ha)
2
TPS
42
3
Kontainer
41
4
Transfer Depo
2
5
Truk sampah
48
6
Arm roll
11
7
Alat berat
5
8
Gerobak sampah
319
9
Tong sampah terpisah
527
10
UPS (yang beroperasional)
19
11
UPS (mandiri)
5
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2010
Sementara itu untuk melayani pengangkutan persampahan di tiap kecamatan, Dinas Kebersihan dan Pemakaman Kota Depok menempatkan beberapa TPS dibeberapa lokasi. Jumlah TPS yang tersebar di tiap kecamatan ditampilkan pada Tabel 3.22 berikut ini. Tabel 3.22 Jumlah Fasilitas TPS dan UPS di Tiap Kecamatan Fasilitas No
Kecamatan
TPS
UPS
UPS
(PEMKOT)
(mandiri)
1
Cimanggis
3
4
1
2
Tapos
4
-
-
3
Sukmajaya
5
2
-
4
Cilodong
1
-
-
5
Sawangan
5
1
1
6
Bojong sari
4
-
-
7
Pancoran mas
15
3
2
8
Limo
1
4
-
9
Cinere
1
-
1
10
Beji
1
1
-
11
Cipayung
2
4
-
Sumber : DKP Kota Depok, 2010
Fasilitas yang tersedia masih belum melayani pengelolaan persampahan di Kota Depok, hal ini dapat terlihatnya dengan masih terlihat penumpukan-penumpukan sampah liar dan juga perilaku masyarakat yang mencerminkan kurang pedulinya dengan kesehatan lingkungan yang terkait dengan masalah persampahan.
Selain itu juga ditemukan beberapa penumpukan sampah liar yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti yang tampak pada Tabel 3.23 berikut.
Tabel 3.23 Sebaran penumpukan sampah liar No
Kecamatan
Jumlah Sampah liar (titik)
1
Cimanggis
1
2
Tapos
3
3
Sukmajaya
29
4
Cilodong
4
5
Sawangan
2
6
Bojong sari
7
7
Pancoran mas
4
8
Limo
6
9
Cinere
2
10
Beji
1
11
Cipayung
2
Sumber : Profil Sanitasi Kota Depok, 2010
Pewadahan sampah di Kota Depok dapat dibedakan berdasarkan besarannya. Untuk pewadahan rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau didalam kantong kantong plastik yang diikat dan TPS. Dalam hal ini sampah pada umumnya tidak terpilah, baik antara organik dan an organik bahkan dengan sampah beracun seperti battery misalnya.
Pasar; pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada diluar lokasi. Selain itu kebanyakan kios / los di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju TPS pasar. Sedangkan dari daerah komersial untuk pewadahan biasanya menggunakan bin / bak sampah besar atau TPS.
Sampah industri dalam hal ini adalah sampah domestiknya yaitu sisa kegiatan karyawan. Umumnya pewadahannya menggunakan bin / bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang ke PPLI Cileungsi.
Jalan, sungai dan taman; umumnya untuk sampah ini memerlukan penanganan khusus misalnya penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Dibeberapa tempat sudah disediakan bin bin yang terpisah untuk sampah organik (basah / membusuk) dan an organik (kering / tidak membusuk). Sampah sampah semacam ini sebetulnya merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.
Sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat obatan kadaluwarsa. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang tertutup, sedangkan sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada peraturan.
Pengelolaan akhir sampah Kota Depok terletak pada Kelurahan Cipayung Kecamatan Pancoran Mas. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Depok sudah dioperasionalkan sejak tahun 1992 dengan system Controlled Landfill pada areal 11,6 Ha dan memiliki 3 (tiga) kolam pengumpulan. Untuk kolom pertama seluas ± 2 Ha, kolom yang kedua ± 2,8 Ha, dan kolam ketiga (kolam baru) adalah 6000 m². Sistem pengelolan Controlled landfill yaitu dimana sampah akan dikumpulkan dam suatu kolam untuk kemudian ditimbun. Kondisi TPA Cipayung saat ini sudah dalam kondisi penuh dan menumpuk hingga ketinggian ± 6 m dari permukaan tanah, seperti yang terjadi pada kolam 1 dan kolam 2.
Batasan TPA Cipayung sebagai berikut : 1. Sebelah Utara dan Timur ; berbatasan dengan Kampung Bulak Kelurahan Cipayung. 2. Sebelah Selatan dan Barat ; berbatasan dengan sungai pesanggrahan.
Spesifikasi TPA sampah saat ini : 1. Letak lokasi = Kel. Cipayung Kecamatan Pancoran Mas 2. Luas areal = 10,6 ha 3. Jarak terhadap pemukiman = 0.5 km
4. Jarak terhadap sungai Pesangrahan = 0,2 km 5. Jarak terhadap pusat kota = 10 km
Pada awal dioperasikannya TPA tahun 1992 volume sampah sebanyak 69,6 m3/hari. Hingga tahun 2007 TPA ini diperluas hingga 10,6 ha seiring dengan bertambahnya volume sampah Kota Depok sebesar 4.265 m3/hari. Setiap harinya TPA Cipayung ini melayani sampah sekitar 55 hingga 58 truk perharinya dengan kapasitas truk mencapai 8 hingga 12 m³. Aktivitas pemulung di TPA Cipayung ini tidak bisa dihindarkan, namun demikian keberadaan pemuling juga dapat mereduksi sampah yang masuk ke TPA hingga ± 50 m³/hari. Waktu peluruhan sampah organik di tempat penimbunan sekitar 1 tahun sedangkan sampah anorganik dapat mencapai puluhan tahun.
TPA Cipayung ini memiliki pengelolaan air lindi sebanyak 2 kolam penampungan. Kolam yang pertama dibangun dengan luas mencapai 2500 m² pada tahun 2008. Kemudian pembangunan kolam yang kedua baru dilakukan pada awal tahun 2010 dengan luas 500 m². Pengelolaan air lindi ini hanya menggunakan bak penampungan dengan alur pembuangan air lindi/limbah cair yang dihasilkan dari sampah mengikuti alur kolam yang berbentuk seperti huruf S yang kemudian akan dialirkan ke badan air Sungai Pasanggarahan. Kapasitas bangunan untuk menampung air lindi yang diperlukan adalah 978 m², akan tetapi yang baru terbangun 228 m² dalam kondisi baik dan 100 m² dalam kondisi kurang baik.
Depok menggunakan Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Terpadu, yang merupakan Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Depok sejak tahun 2006. Hingga saat ini pelaksanaan UPS yang menjadi pilot project berlokasi di desa Sukatani Kecamatan Cimanggis.
Program pengolahan dan pengelolaan sampah yang terpadu merupakan implementasi dari masalah yang timbul akibat sampah. Dengan adanya teknologi, SDM, system, hukum, sosial dan dana didalam Sistem pengolahan sampah terpadu diharapkan sampah tidak lagi menjadi sumber masalah masyarakat Kota Depok melainkan menjadi sumber daya yang dapat dikelola untuk mendapatkan manfaat yang besar bagi masyarakat dan terciptanya lapangan pekerjaan baru.
Program pengolahan dan pengelolaan sampah ini menggunakan prinsip 4 R-P yaitu : 1. Reduce (mengurangi) 2. Reuse (menggunakan kembali) 3. Recycle (mendaur ulang) 4. Replace (mengganti)
5. Participation (pelibatan masyarakat)
Pemerintah Kota Depok telah menetapkan pengelolaan persampahan menjadi salah satu program utama sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Implementasi pengelolaan dan pengolahan sampah kota Depok dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan yang akan dilakukan secara bersamaan. Lokasi Unit Pengolahan Sampah yang sudah berjalan di Kota Depok sebagai berikut : 1. Di TPA Cipayung 2. Di Perumahan Griya Tugu Asri, Cimanggis 3. Di Jalan Mawar Depok Jaya, Pancoran Mas 4. Di Kelurahan Banjar Sari, Cilangkap, Cimanggis 5. Di Komplek Kopassus, Sukatani, Cimanggis 6. Di Perumahan Nuansa Permai, Tugu, Cimanggis 7. Di Stasiun Depok Baru, Depok Jaya, Pancoranmas 8. Di Perumahan Mahogani Residence, Cibubur, Cimanggis 9. Di Pasar Kemiri, Beji 10. Di Pasar Cisalak, Cimanggis 11. Di Perumahan Telaga Golf, Sawangan 12. Di Perumahan Rafflesia, Harjamukti Cimanggis 13. Di Jl. Akses UI, Tugu, Cimanggis
Tabel 2.24 Volume Sampah Yang Masuk Kedalam UPS Jumlah No
1
Nama UPS
Kampung Lio
Kecamatan
Pancoran Mas
Volume/Hr
5 m3/hr
Gerobak
Jumlah RT
Pick up
dalam 1 RW
4 Gerobak
12 RT
Jumlah
Ukuran
Pekerja/org
UPS
8 org
4x6m
Sumber Data
Pak Acep (Supir KLH) Adi Wijaya (Petugas
2
Stasiun Depok Baru
Pancoran Mas
4 m3/hr
6 Gerobak
8 RT
-
10 x 30 m
Perumahan
UPS) Pak Rudi (Staff
3
Residence
Cimanggis
7 - 8 m3/hr
2 Pick up
150 KK
4 org
-
Pengelola)
4
Sukatani
Cimanggis
7 m3/hr
14 Gerobak
10 RT
11 org
18 x 30 m
Pak Beni (Teknisi UPS)
5
Griya Tugu Asri
Cimanggis
8 m3/hr
8 Gerobak,
3 RT
11 org
8 x 12 m
Pak Rokip (Petugas UPS)
8 RT
14 org
6 x 12 m
Mbak Kiki (Petugas UPS)
1 Pick up 6
Nuansa Permai
Cimanggis
8 m3/hr
7 Gerobak
Pak Rahmad (Petugas 7
Pasar Cisalak
Cimanggis
40 m3/hr
15 Gerobak
Sumber : Rencana Induk Persampahan Kota Depok, 2010
-
12 org
8 x 12 m
UPS)
3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah Pelaksanaan program pengolahan dan pengelolaan sampah di Kecamatan Cimanggis yang dijadikan pilot project. Pengelolaannya kepada pihak ketiga yang berkoordinasi dengan LPM Kelurahan Tugu. Pelaksanaan operasionalnya terdiri dari 14 orang pekerja per UPS yang terdiri dari : 1)
Koordinator/Operator mesin
: 1 orang
2)
Operator mesin
: 1 orang
3)
Tenaga Pemilah
: 4 orang
4)
Tenaga Pengangkut Organik
: 2 orang
5)
Tenaga Pemilah
: 2 orang
6)
Tenaga Pembalikan dan Pengangkutan
: 2 orang
7)
Staf Administrasi
: 1 orang
8)
Petugas Keamanan
: 1 orang
Untuk tahun 2008, Pemerintah Kota Depok telah merencanakan pembangnan UPS di 20 kelurahan. Rencana ini cukup mendapat dukungan dari masyarakat di tingkat kelurahan. Berdasarkan hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan November 2007, terlihat bahwa hampir seluruh rumah tangga sampel (96%) menyetujui dibangunnya UPS di kelurahan masing-masing.
Bukan hanya itu data yang didapat dari studi EHRA sebagian besar warga Kota Depok melakukan pemilahan sampah organik dan non organik, plastik, kertas, logam dan lainlain kadang-kadang saja sebesar 23%, yang sering memilah sampah sebesar 4%, dan yang selalu memilah sampah hanya sebesar 5%. Angka ini belum besar tapi cukup untuk menjadi acuan program pemilahan dan daur ulang sampah.
C4. PEMILAHAN SAMPAH
4%
5%
23%
68%
Tidak pernah
Kadang-kadang
129
Sering
Selalu
3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Permasalahan yang dihadapi antara lain : •
Masih rendahnya pengetahuan masyarakat ditingkat keluarga dalam pemilahan sampah.
•
Perilaku yang kurang tertib dalam membuang sampah disembarang tempat sehingga menimbulkan tumpukan sampah yang kurang enak dipandang dan berpotensi menimbulkan bibit penyakit juga pencemaran terhadap lingkungan.
•
Volume sampah yang dihasilkan tiap tahunnya meningkat sementara fasiltas persampahan yang mendukung belum memadai.
•
Belum siapnya Pemerintah Kota Depok untuk membuang sampahnya di TPA Regional Nambo yang direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2012 mengingat masa operasinal TPA Cipayung yang diperkirakan akan habis masa operasinya pada tahun 2011.
•
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan seperti program 3 R di Kota Depok masih belum teralisasi dengan nyata.
•
Teknologi yang digunakan untuk mengelola sampah di tempat pembuangan akhir masih rendah.
3.4. Pengelolaan Drainase 3.4.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Produk hukum yang dikeluarkan oleh Pemda Kota Depok yang terkait dengan sektor drainase masih sangat terbatas, yaitu : a. Peraturan Daerah Kota Depok No 8 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah b. Peraturan Daerah Kota Depok tentang Garis Sempadan c. Peraturan Walikota No tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
3.4.2. Aspek Institusional Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok No 8 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dinas yang memiliki tugas, wewenang dan tanggungjawab untuk membangun, mengelola, memperbaiki dan memelihara saluran drainase dan irigasi adalah Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Di dalam dinas BMSDA sendiri terdapat 3 bidang yang masing-masing memiliki peran di sektor drainase dan pengendalian banjir, yaitu :
130
Bidang
Sumber
Daya
Air,
secara
umum
bertanggung
jawab
terhadap
pembangunan dan operasi dan pemeliharaan saluran irigasi, drainase primer (sungai dan anak sungai), dan situ. Bidang Jalan dan Jembatan, bertanggung jawab terhadap pembangunan, operasi dan pemeliharaan saluran drainase sekunder dan tersier yang terdapat di jalanjalan kota. Bidang Jalan Lingkungan, bertanggung jawab terhadap pembangunan, operasi dan pemeliharaan saluran drainase di permukiman. Meskipun demikian, belum terbentuk pembagian tugas yang jelas, dan kesepakatan orde / hirarki saluran sehingga terkadang terjadi tumpang tindih pekerjaan atau saling klaim kewenangan dalam penanganan drainase di ruas jalan kota maupun lingkungan.
Dalam menjalankan tugasnya bidang Sumber Daya Air memiliki jumlah SDM yang paling besar dengan dibentuknya Satuan Tugas Pengendali Banjir yang terdiri dari tenaga kontrak yang membantu menangani tanggap darurat saat terjadi banjir, maupun dalam pemeliharaan sungai/saluran dengan secara rutin mengangkat sampah yang ada di sungai/saluran.
131
Gambar 4.8. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air
132
KEPALA DINAS SEKRETARIS
SUB BAG UMUM PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
SEKSI BINA TEKNIK DAN PENGENDALIAN JALAN DAN JEMBATAN
SUB BAG KEUANGAN
BIDANG SUMBER DAYA AIR
BIDANG JALAN LINGKUNGAN
SEKSI PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR SEKSI PEMBANGUNAN JALAN LINGKUNGAN SEKSI PEMELIHARAAN SUMBER DAYA AIR SEKSI PEMELIHARAAN JALAN LINGKUNGAN
SEKSI BINA TEKNIK DAN PENGENDALIAN JALAN LINGKUNGAN
UPTD
133
SEKSI BINA TEKNIK DAN PENGENDALIAN SUMBER DAYA AIR
3.4.3. Cakupan Pelayanan Daerah Depok memiliki titik-titik banjir dan kerap terjadi genangan bila hujan turun. Beberapa ruas jalan di Depok tidak memiliki sistem drainase yang layak. Hal ini dikarenakan perkembangan wilayah ini sedari awal tidak disertai dengan perencanaan yang bervisi ke depan sebagai kota permukiman. Sebelum tahun 1970-an, Depok merupakan areal persawahan yang sarat dengan sistem irigasi, sehingga infrastruktur jalan yang ada sekarang mengikuti sistem pengairan ini. Untuk membangun sistem drainase memang membutuhkan biaya yang tinggi. Tabel 3.14 berikut ini menunjukkan titik-titik banjir dan penyebabnya di Kota Depok.
Tabel 3.25 Titik Banjir di Kota Depok Besaran No
1.
Lokasi
Jalan Pala (Cinere)
Penyebab Genangan • Kapasitas saluran drainase
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
3,13
0,30
2,0
10
1,08
0,30
1,0
5
5,37
0,40
4,0
4
lebih kecil dari debit banjir • Meluapnya air dari saluran tersier Pesanggrahan krn penyempitan & pendangkalan
2.
Jalan Raya Cinere (ujung)
• Kapasitas saluran & gorong2 lebih kecil dari debit banjir • Elevasi jalan sebelah kanan lebih rendah krn jalan sebelah kiri sdh ditinggikan
3.
Jalan Pramuka, kel. Mampang
• Melimpasnya air dr saluran irigasi cabang Barat karena pendangkalan saluran • Elevasi jembatan lbh rendah dari muka air banjir sehingga menghambat
134
Besaran No
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
2,41
0,30
4,0
6
2,33
0,30
4,0
8
6,74
0,50
3,0
5
• Kapasitas saluran drainase
15,3
1,00
2,0
15
lebih kecil dari debit banjir
5
0,30
6,0
20
0,30
1,0
12
Lokasi
Penyebab Genangan
aliran 4.
Jalan Pitara, kel.
• Kapasitas saluran drainase
Pancoran Mas
lebih kecil dari debit banjir yang terjadi
5.
Pasar
• Saluran tertutup sampah
Sawangan (depan
dan endapan sedimen • Saluran ke arah outlet
Carrefour)
kapasitasnya lebih kecil dari debit banjir yang terjadi
6.
Kampung
• Elevasi tanah permukiman
Sawah, Kelapa
kampung sawah lebih
Dua
rendah dari dasar saluran yang ada • Melimpasnya air karena kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir yang terjadi •
7.
Asrama Brimob
• Melimpasnya air dari saluran irigasi Kali Laya 8.
Taman Duta
• Kapasitas saluran drainase
17,1
lebih kecil dari debit banjir
6
• Melimpasnya air dr Kali Laya • Penyempitan dan pendangkalan bagian hilir Kali Laya 9.
Mekarsari Permai Rw 16,
• Merupakan daerah cekungan
135
4,59
Besaran No
Lokasi
17 Kel. Mekarsari
Penyebab Genangan
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
5,68
0,40
6,0
20
2,09
0,5
1,0
18
5,16
0,30
4,0
20
1,17
0,40
2,0
10
1,14
0,30
3,0
12
3,49
0,30
1,0
12
• Penyempitan dan pendangkalan Situ Tipar • Kapasitas saluran drainase lebih kecil dari debit banjir
10
Jl Kipas Angin, Lembah Hijau, Wisma Harapan
• Merupakan daerah cekungan • Elevasi muka air banjir di inlet Kali Cipinang lebih tinggi dari elevasi perumahan
11
Jalan Situ Indah
• Merupakan daerah cekungan • Tidak terdapat saluran pembuang (outlet)
12
Kampung Lio
• Saluran drainase tertutup sedimen • Muka air situ lebih tinggi dari muka air saluran drainase
13
Terminal Depok
• Drainase tertutup sampah • Gutter inlet yang masuk ke saluran tertutup sampah dan sedimen
14
Jl Margonda
• Saluran drainase
Raya (depan
pembuang ke Kali Ciliwung
POM bensin)
belum optimal • Meluapnya air dari saluran irigasi cabang Timur karena penyempitan / pendangkalan
15
Jalan Siliwangi (depn kantor
• Kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir
136
Besaran No
Lokasi
Pegadaian)
Penyebab Genangan
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
0,60
0,30
2,0
10
2,5
0,30
4,0
10
6,82
0,5
2,0
8
6,22
0,30
2,0
9
• Meluapnya air dari Kali Malela karena penyempitan / pendangkalan
16
Kompleks BDN
• Kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir • Saluran tertutup kearah outlet
17
Sawangan Permai Blok A
• Melimpasnya air dari bagian hulu sungai yang belum ditanggul • Backwater karena muka air sungai lebih tinggi dari muka air saluran perumahan
18
Perumahan Reni • Melimpasnya air dari Jaya RT 04
bagian hulu Kali Angke yang belum ditanggul • Air dari perumahan tertahan karena muka air sungai lebih tinggi dari muka air saluran perumahan
19
Villa Pamulang RW 12
• Melimpasnya air dari Kali Angke karena kapasitasnya lebih kecil dari debit banjir
137
Besaran No
Lokasi
Penyebab Genangan
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
1,15
0,20
0,7
12
0,72
0,30
0,6
10
3,0
0,30
1,0
20
1,3
0,40
1,0
15
10
1
24
20
3,34
0,50
4,0
18
5,09
0,30
2,0
6
1,22
0,50
1,0
15
• Air dari perumahan tertahan karena muka air sungai lebih tinggi dari muka air saluran perumahan 20
Sarua Bulak, Jl Mandor Tajir
21
Bumi Sawangan Indah (depan POM bensin)
• Kapasitas saluran drainase lebih kecil dari debit banjir • Kapasitas saluran drainase lebih kecil dari debit banjir • Saluran tertutup sedimen dan sampah
22
Perumahan Griya Depok Asri
• Kapasitas saluran drainase lebih kecil dari debit banjir • Saluran tertutup sedimen dan rumput
23
Jalan Parung (Kampung Serab) RT 08 RW 02 Kel.
• Kapasitas saluran drainase lebih kecil dari debit banjir • Penyempitan saluran di bagian hilir
Tirtajaya
24
Jl Merdeka Raya • Kapasitas saluran drainase Blok IV Depok II Tengah
lebih kecil dari debit banjir • Saluran tertutup sedimen dan rumput
25
Kampung
• Saluran tertutup sedimen
Cipayung Rw 28
• Penyempitan saluran di
- 29 26
27
Perumahan
bagian hilir • Melimpasnya air dari Kali
Mekar Perdana
Cijantung karena kapasitas
Rw 022
lebih kecil dari debit banjir
Perumahan
• Melimpasnya air dari Kali
138
Besaran No
Lokasi
Penyebab Genangan
Taman
Sugutamu akibat muka air
Cipayung Kel.
banjir lebih tinggi dari
Abadijaya
elevasi perumahan
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
3,32
0,50
4,0
20
5,04
0,90
3,0
6
6,88
0,40
2,0
10
2,85
0,30
1,0
10
0,62
0,30
1,0
15
• Besarnya debit banjir dari hulu dan penyempitan dan pendangkalan di hilir • Tanggul saluran jebol sehingga air masuk ke perumahan 28
Perumahan Taman
• Merupakan daerah cekungan
Cimanggis Indah 29
Perumahan Pondok Tirta Mandala RW 018
• Pendangkalan akibat sedimentasi Kali Cijantung • Elevasi muka air banjir lebih tinggi dari elevasi perumahan • Besarnya debit banjir dari hulu dan penyempitan dan pendangkalan di hilir
30
Jalan Gas Alam,
• Kapasitas saluran lebih
Perumahan
kecil dari debit banjir yang
Cibubur Indah
terjadi • Penyempitan saluran di bagian hilir jembatan
31
Kampung Tapos Rt 03 Rw 05
• Pendangkalan saluran akibat sedimentasi • Muka air banjir lebih tinggi dari elevasi permukiman
32
Kampung
• Tidak ada saluran drainase
139
Besaran No
Lokasi
Sawah 33
Jalan Raya Cipayung
Penyebab Genangan
Frekuensi
Luas
Tinggi
Durasi
(kali/
(Ha)
(m)
(jam)
thn)
2,97
0,30
5,0
12
jalan • Saluran drainase jalan belum terbangun seluruhnya • Meluapnya air dari saluran irigasi yang juga berfungsi sebagai saluran drainase
Sumber : Masterplan Drainase Kota Depok, 2010
Dari data tersebut terungkap bahwa pelayanan drainase kota depok belum sepenuhnya mengcover air limpasan permukaan yang terdapat di Kota Depok.
3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional Sistem drainase di Kota Depok secara umum dibagi dalam tiga sistem : •
Sistem drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk menampung dan mengendalikan air hujan.
•
Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya sebagian pertokoan di atas saluran
•
Sistem drainase saluran tanah (alami). Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat bagi drainase kota di kala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat menampung beban curah hujan yang cukup tinggi.
Saluran-saluran drainase di Kota Depok memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan dan memiliki pengaliran akhir di badan air (sungai, danau, situ, atau parit). Saat ini pola drainase Kota Depok menggunakan pola hierarkis drainase, dari drainase primer, sekunder, dan tersier dengan metode pengaliran gravitasi. Sampai saat ini belum ada bangunan pelengkap drainase yang dibangun di Kota Depok seperti halnya kolam retensi, sumur resapan, dan parit infiltrasi.
3.4.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
140
Masyarakat yang diharapkan berperan banyak dalam memelihara saluran belum sepenuhnya dapat diandalkan, bahkan untuk membersihkan saluran yang ada di depan rumahnya sekalianpun. Hal ini terutama terjadi pada saluran di jalan-jalan yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Untuk mendorong partisipasi masyarakat, Pemda setiap tahunnya mengalokasikan dana stimulan untuk swakelola masyarakat dalam pemeliharaan drainase.
3.4.6. Permasalahan Secara umum sistem saluran drainase di kota Depok saat ini masih dapat dikatakan minim karena belum adanya koordinasi atau keterpaduan yang baik antara saluran drainase satu dengan saluran drainase yang lain. Saluran drainase merupakan ujung tombak dalam rangka pengendalian banjir. Jika sistem drainase Kota Depok tersebut tidak segera dirubah menjadi suatu sistem drainase yang terstruktur dan terencana, maka banjir yang saat ini masih relatif lebih jarang terjadi seperti di Jakarta sebentar lagi akan menjadi rutinitas di Kota Depok.
Secara prinsip, Kota Depok mulai awal pengembangannya sampai dengan sekarang belum mempunyai sistem drainase yang terencana dengan baik. Sistem drainase yang ada saat ini bersifat parsial tanpa memperhitungkan daerah tangkapan. Penyebab terjadinya genangan lebih banyak karena : •
Masih adanya kawasan-kawasan yang belum memiliki saluran drainase.
•
Pendangkalan dan penyempitan atau kurangnya kapasitas saluran drainase sesuai kebutuhan daerah tangkapan
•
Perubahan fungsi saluran dari saluran irigasi menjadi saluran drainase yang mempunyai karakteristik dasar berbeda, sehingga menyebabkan limpasan di daerah sekitarnya
•
Perubahan sistem tataguna lahan yang tidak disertai dengan antispasi terhadap peningkatan akan sarana drainase
•
Berkurangnya kapasitas tampungan situ-situ akibat pendangkalan atau sedimentasi
•
Kurangnya prasarana drainase mikro dan tidak berfungsinya drainase yang ada. Tidak berfungsinya drainase ini disebabkan karena terjadinya penyempitan saluran drainase akibat perkembangan kota.
•
Tidak terintegrasinya sistem drainase antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Permasalahan lain drainase yang kerap timbul antara lain :
141
•
Tidak adanya lubang street inlet pada beberapa trotoar tepi jalan sehingga cenderung terjadi genangan air pada saat hujan.
•
Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki kapasitas lebih kecil dibandingkan debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat berfungsi secara optimal, begitu pula dengan gorong-gorong.
•
Banyaknya sampah dan lumpur menyumbat aliran air pada drainase di kawasan perencanaan. Hal ini juga berkaitan dengan kurangnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan saluran.
•
Banyak saluran yang sekarang berfungsi sebagai drainase awalnya merupakan saluran irigasi. Padahal saluran irigasi memiliki karakteristik teknis yang berbeda dengan saluran drainase, yaitu makin ke hilir dimensinya semakin kecil dan letak saluran irigasi berada pada punggung, sedangkan saluran drainase makin ke hilir dimensinya harus semakin besar dan lokasinya berada di lembah.
Dengan adanya persoalan-persoalan sistem drainase di Kota Depok, menyebabkan adanya genangan pada daerah tertentu. Penyebab genangan air yang terjadi adalah sebagai berikut: •
Pada umumnya penyebab genangan air adalah curah hujan yang cukup tinggi, sehingga saluran yang ada saat ini kadangkala tidak mampu menampung curah hujan tersebut, namun hal ini tidak berlangsung lama, ±1 s/d 2 jam dan normal kembali.
•
Dimensi saluran pada saat hujan lebat tidak mampu menampung debit air yang ada, sehingga menyebabkan genangan sesaat.
•
Belum terselesaikannya saluran drainase di beberapa tempat, sehingga pada saat hujan akan terjadi genangan pada bagian pinggir jalan.
•
Kurang berfungsinya tali air, sebagai tempat mengalirnya air hujan dari badan jalan ke saluran,
hal
ini
dikarenakan
kurangnya
pemeliharaan,
yang
mengakibatkan
tersumbatnya tali air tersebut akibat pengendapan kotoran atau sampah. •
Dimensi saluran yang kurang maksimal pada saat hujan, maka perlu adanya pengembangan untuk ukuran dimensi.
•
Penyebab lainnya yaitu masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang membuang sampah, sehingga masih ada beberapa daerah yang masyarakatnya membuang sampah ke saluran, sehingga terjadi pendangkalan pada saluran dan juga adanya air/sampah kiriman dari pinggiran kota.
142
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan drainase di atas, sudah dilakukan beberapa upaya salah satu dengan mengedepankan upaya pengembangan konservasi air yaitu pembangunan sumur resapan di Kota Depok. Beberapa tahun terakhir bidang Sumber Daya Air Dinas BMSDA Kota Depok selalu membangun sumur resapan, Badan Lingkunga Hidup Kota Depok juga sudah membangun beberapa sumur resapan.
3.5. Penyediaan Air Bersih 3.5.1. Landasan Hukum/Legal Operasional Pelaksanaan operasional penyediaan air bersih di Kota Depok mendasar pada Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pedoman Penetapan Air bersih di Kota Depok serta perjanjian kerjasama bangunan alih pengadaan dan pelaksanaan pipa retikulasi dan sambungan rumah Depok nomor 0500/07/PKBA/HK/2003 yang merupakan kebijakan Pemerintah Kota Depok dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan air bersih yang sehat dan merata.
3.5.2. Aspek Institusional Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 8 tahun 2008 tentang struktur organisasi perangkat daerah, menyatakan bahwa unsur pelaksana Pemerintah Kota Depok yang berkepentingan dalam bidang penyediaan air bersih di lingkungan Kota Depok adalah Dinas Tata Ruang dan Permukiman yang membawahi unit pelaksana teknis (UPT) Air bersih. Sementara itu, untuk pelayanan air bersih perpipaan di Kota Depok sebagian masih dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor.
3.5.3. Cakupan Pelayanan Penyediaan air bersih di Kota Depok saat ini sudah terlayani oleh sistem penyediaan air bersih perpiaan dan non perpipaan Pelayanan air bersih yang dilayani oleh sistem perpipaan adalah penyediaan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Kahuripan yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor dan UPT Air Bersih. Sementara untuk pelayanan penyediaan air minum non perpipaan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta kahuripan merupakan penyelenggara penyedia air utama ke Kota Depok. Tingkat pelayanan air untuk Kota Depok dari PDAM Tirta Kahuripan mencakup 48,63 % dari seluruh pelayanan dan 51,37 % melayani suplai untuk Kabupaten Bogor. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, Kota Depok menyelenggarakan Program Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) Air Bersih dalam
143
rangka melayani kebutuhan air bersih yang sehat dan merata yang dimulai pada tahun 2003. KPS Air Bersih ini merupakan perwujudan pelayanan air bersih Pemerintah Kota Depok diluar pelayanan PDAM Tirta Kahuripan. KPS Air Bersih dalam kegiatannya telah melakukan pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa retikulasi sepanjang ± 2,17 km dan sambungan rumah hingga 12.417 sambungan secara bertahap mulai dari tahun 2004 hingga 2008. Pembangunan yang dilakukan oleh KPS telah berakhir pada tahun 2008 dan setelah itu pengelolaan air bersih di Kota Depok dilakukan oleh UPT Air Bersih hingga saat ini. Wilayah pelayanan PDAM Tirta Kahuripan terbagi menjadi 4 cabang pelayanan, diantaranya adalah yang sebagaimana terurai pada Tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.26 Cabang Pelayanan PDAM Tirta Kahuripan No 1
Cabang Pelayanan Cabang Pelayanan I
Wilayah Kecamatan Pancoran mas
Kelurahan • Pancoran Mas • Depok • Depok Jaya • Beji
Beji
• Beji Timur
2
3
4
Cabang Pelayanan II
Cabang Pelayanan III
Cabang Pelayanan IV
Sawangan
• Cinangka
Bojong sari
• Kelurahan Duren Mekar
Sukmajaya
•
Kelurahan Mekarjaya
•
Kelurahan Abadijaya
•
Kelurahan Tirtajaya
•
Kelurahan Mekarjaya
•
Kelurahan Abadijaya
•
Kelurahan Tirtajaya
Cilodong
•
Kelurahan Sukamaju
Tapos
•
Jatijajar
Cimanggis
•
Kelurahan Tugu
•
Kelurahan
Sukmajaya
Pasir
Gunung Selatan
144
•
Kelurahan Mekarsari
•
Kelurahan
Cisalak
No
Wilayah
Cabang Pelayanan
Kecamatan
Kelurahan Pasar
Sumber : PDAM Tirta Kahuripan,2008 dalam Profil Sanitasi Kota, 2010
SKEMA PELAYANAN KOTA DEPOK Cabang IV Cabang III Cabang I
Cabang II
Pelayanan
Gambar 3.13 Skema Pelayanan Kota Depok
Dimana wilayah kecamatan di Kota Depok yang sudah terlayani penyedian air bersih dengan sistem perpipaan baik dari PDAM Titra kahuripan maupun UPT Air Bersih Kota Depok dapat ditampilkan pada Tabel 3.16 berikut ini.
Tabel 3.27 Pelayanan air bersih perpipaan di Kota Depok No 1
Kecamatan Beji
Lokasi • Kelurahan Beji • Kelurahan Beji Timur
2
Pancoran Mas
• Kelurahan Pancoran Mas • Kelurahan Depok • Kelurahan Depok Jaya
145
No
Kecamatan
Lokasi • Perum Mampang indah 2 • Perum Maharaja • Perum Poin Mas • Perum Bumi Panmas • Kp. Pitara • Perum Depok Jaya Agung • Perum Graham (Kelurahan Rangkapan Jaya) • Perum Arco (Kelurahan Rangkapan Jaya) • Perum Puri Anggrek Mas • Perum Marinir • Perum Puri Pelita • Kelurahan Rangkapan Jaya Lama
3
Sukmajaya
• Kelurahan Mekarjaya • Kelurahan Abadi Jaya • Perum Kembang Kelurahan Tirtajaya • Kelurahan Bakti Jaya
4
Cipayung
Belum terlayani
5
Cilodong
Kelurahan Sukamaju
6
Cimanggis
• Kelurahan Tugu • Kelurahan Pasir Gunung Selatan • Perum Laguna • Permata Puri Kelurahan Cisalak Pasar • Perum Jasindo • Perum Wisma Harapan 1 • Perumahan Grya Cimanggis • Perum Gobel • Perum Lembah Nirmala 2 • Perum Lembah Hijau • Perum Lembah Nirmala 1 • Perum Mekarsari
7
Tapos
• Perum Jatijajar Estate
8
Sawangan
• Perum Bapenas Kelurahan Cinangka • Perum BDN
146
No
Kecamatan
Lokasi • Perum.Puri Depok Mas • Perum BSI Kelurahan Duren Mekar
9
Bojong sari
10
Cinere
Belum terlayani
11
Limo
Belum terlayani
Sumber : UPT Air Bersih Kota Depok, 2010.
Selain penyediaan air bersih yang disediakan oleh Pemerintah Kota Depok (KPS dan PDAM), terdapat pula penyediaan air bersih yang merupakan hasil swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayahnya, yaitu berupa kran umum yang pemasangan dan pengadaannya dibantu oleh Dinas Pekerjaan umum Kota Depok. Sarana dan prasarana air bersih swadaya masyarakat yang dibantu oleh Pemerintah Kota Depok antara lain fasilitas sumur tanah dalam (deep well) sebanyak 9 titik dan sistem pengolahan air sederhana (SIPAS) sebanyak 4 unit. Berikut ini adalah sebaran fasiltas penyediaan air bersih swadaya masyarakat Kota Depok.
Berdasarkan data profil sanitasi kota depok, secara umum kondisi sarana dan prasarana penyediaan air minum yang merupakan hasil swadaya masyarakat hingga saat ini dalam kondisi masih beroperasional, namun pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana oleh masyarakat sekitar yang dilayani sebagian kecil masih rendah.
Tabel 3.28 Sarana dan Prasarana Penyediaan Air Bersih Swadaya Masyarakat Sarana-
Jumlah
Kapasitas
(unit)
air (L/det)
Kelurahan
Kecamatan
Pembuatan
Sumur
1
1
Kalimulya
Cilodong
2006
tanah
1
2,5
Tirtajaya
Sukmajaya
2006
dalam
4
1,5
Pengasinan
Sawangan
1 titik =
Prasarana
Lokasi
(deep well)
Tahun
2006 3 titik = 2009 1
1,5
Sawangan
Sawangan
2005
Sawangan
2009
Lama 1
Tidak ada
Bedahan
data
147
1
Tidak ada
Kedaung
Sawangan
2007
Sawangan
Sawangan
2004
data SIPAS
1
0,8
Lama 1
0,8
Cipayung
Cipayung
2003
1
0,8
Bedahan
Sawangan
2005
1
1
Cpayung
2004
Pondok Jaya
Sumber : Distarkim Kota Depok, 2010
Pemanfaatan air dari sumber air yang digunakan pada umumnya selain sebagai sumber air minum adalah untuk mencuci piring dan membersihkan tubuh. Sumber air yang banyak digunakan masyarakat untuk mandi dan mencuci piring menurut data profil sanitasi kota 2010 adalah sumur bor (pompa tangan dan mesin) yaitu sebesar 58,9% dan sumur gali terlindungi sebesar 31,2%. Sedangkan menurut data EHRA adalah sumur gali baik yang terlindungi ataupun tidak terlindungi.
Tabel 3.29 Sumber Air Yang Banyak Digunakan Untuk Keperluan Rumah Tangga
%
%
Gosok gigi %
Frekuensi
%
Cuci pakaian
Frekuensi
Frekuensi
%
Cuci piring/gelas Frekuensi
Masak
Frekuensi
Minum
Air botol kemasan
666
17.6
82
2.2
8
0.2
8
0.2
26
0.7
Air isi ulang
353
9.4
86
2.3
18
0.5
17
0.5
28
0.7
Air ledeng PDAM
226
6.0
322
8.5
319
8.5
317
8.4
320
8.5
Air hidram umumPDAM
15
0.4
19
0.5
20
0.5
21
0.6
19
0.5
Air kran umumPDAM/PAMSIMAS
3
0.1
6
0.2
6
0.2
6
0.2
7
0.2
Air sumur pompa tangan
8
0.2
12
0.3
14
0.4
14
0.4
14
0.4
Air sumur gali terlindungi
1,227
32.5
1,547
41.0
1,650
43.7
1,650
43.7
1,63 1
43.2
Air sumur gali tak terlidungi
1,526
40.4
1,671
44.3
1,686
44.7
1,685
44.6
1,67 9
44.5
62
1.6
66
1.7
70
1.9
69
1.8
69
1.8
Mata air tak terlindungi
8
0.2
10
0.3
10
0.3
11
0.3
11
0.3
Air hujan
1
0.0
2
0.1
1
0.0
2
0.1
2
0.1
Mata air terlindungi
148
Air dari sungai
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
2
0.1
Air dari waduk
2
0.1
2
0.1
2
0.1
1
0.0
2
1.0
Lainnya
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
1
0.0
Sumber : Laporan EHRA, 2011
3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional Dalam operasionalnya, PDAM Tirta Kahuripan memiliki 7 unit instalasi air bersih yang berada di wilayah Depok diantaranya 3 unit Instalasi Pengolahan Air Bersih Lengkap, 3 unit Instalasi Sumur Dalam (deep well), dan 1 unit Instalasi Boaster Pump. Instalasi pengolahan air milik PDAM Tirta Kahuripan ini dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut ini.
Tabel 3.30 Instalasi pengolahan air bersih PDAM Tirta Kahuripan.
No
1
Alamat Instalasi
Sumber air baku
Instalasi Pengolahan
Sungai
Air Bersih Lengkap
Ciliwung
Pasokan air untuk Kota
Wilayah pelayanan
Depok 100 liter/detik
Cabang pelayanan II, III, dan IV
Jalan Legong
2
Instalasi Pengolahan
Sungai
Air Bersih Lengkap
Ciliwung
100 liter/detik
• KPS Air Bersih
Jalan Citayam 3
(jalur Sawangan)
Instalasi Pengolahan
Sungai Kali
Air Bersih Lengkap
Angke
10 liter/detik
Sawangan Indah)
Instalasi Sumur
Air tanah
Dalam (deep well)
dalam
7 liter/detik
Cabang Pelayanan I, Perumahan Bappenas,
Cinangka 5
Cabang pelayanan I (Perumahan Bukit
Duren Mekar 4
• Cabang pelayanan I
Cinangka
Instalasi Sumur
Air tanah
Dalam (deep well)
dalam
8 liter/detik
Cabang pelayanan IV (Perumahan Permata
Permata Puri
Puri I dan Cisalak Pasar)
6
Instalasi Sumur
Air tanah
Dalam Laguna
dalam
8 liter/detik
Cabang IV (Perumahan Laguna, Mekar Sari)
149
No
7
Alamat Instalasi
Sumber air baku
Instalasi Booster
Mata air
Pump Sidomukti
Ciburial,
Pasokan air untuk Kota
Wilayah pelayanan
Depok 100 liter/detik
• Cabang pelayanan III • Cabang pelayanan
Ciomas, Kab Bogor
IV • Pabrik Air Kemasan Amiral
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Pemukiman, 2010.
Hingga saat ini Kota Depok memiliki dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) yang telah beroperasional untuk melayani kebutuhan air minum perpipaan masyarakat Kota Depok. Kedua unit IPA tersebut berada di Citayam dan Legong. Dimasing-masing Dimasing lokasi tersebut terdapat 2 unit IPA yang salah satunya adalah milik Pemerintah Kota Depok, namun hingga saat ini IPA tersebut tersebut masih dikelola oleh PDAM Tirtakahuripan Kabupaten Bogor. Pemakaian air bersih PDAM Tirta Kahuripan yang dihasilkan dari Wilayah Depok 44.82% 55.18%
Kota Depok Kabupaten Bogor
Gambar 3.14 Persentase penggunaan air yang dihasilkan di wilayah Kota Depok
Gambar 3.14 menunjukan tingkat persentase suplai air bersih yang dihasilkan PDAM Tirt Kahuripan di wilayah Kota ota Depok. Kota Depok mendapatkan suplai air bersih sebesar 44,82% sementara Kabupaten Bogor mendapatkan suplai sebesar 55,18%. Pelayanan air bersih oleh PDAM Tirta Kahuripan untuk wilayah Kota Depok pada tahun 2008 mencapai 38.388 sambungan dan sebesar 12.417 12.417 sambungan dilayani oleh UPT Air Bersih. Dengan demikian dapat diketahui penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih perpipaan yaitu mencapai 304.830 jiwa atau sekitar 19,83% dari total penduduk Kota Depok.
150
Proses pemungutan retribusi pelayanan air bersih Kota Depok mengacu pada Peraturan Daerah Kota Depok No. 2 tahun 2004 tentang pedoman penetapan air bersih. Namun untuk penyediaan air yang dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan maka untuk menetapkan tarif pelanggan secara subsidi silang berdasarkan kelompok masyarakat, wilayah dibagi dalam 11 kelompok pelanggan berdasarkan golongan dengan masing-masing kriteria.
Tabel 3.31 Tarif Pelayanan Air PDAM Tirta Kahuripan Blok Pemakaian dan Besarnya Tarif Air / M3
Kelompok No.
Keterangan
Golongan Pelanggan
1
Kelompok I
0-10 M 3
11-20 M 3
(Rp.)
(RP.)
Sosial umum antara lain : 970 Hidran
Umum,
Kamar
Mandi/
WC
Umum,
Terminal
Air.
Tempat
Ibadah,
Rumah
> 20 M 3
(RP.)
970
970
1500
2800
1500
2800
2990
3410
Yatim
Piatu,Rumah Penampungan / Yatim
Asrama Piatu,
RumahPenampungan
/
Asrama Orang Tua Jompo Milik Pemerintah dan Yang Sejenis. 2
Kelompok
Sosial Khusus antara lain : 1300
IIA
Rumah Sakit Pemerintah, Puskesmas, Lembaga
Yayasan Pendidikan
Sosial dan yang sejenis. 3
4
Kelompok
Rumah Sangat Sederhana 1300
IIB
(RSS)
Kelompok
Rumah Sederhana (RS), 1600
IIIA
Rumah Tingkat Sederhana dan yang sejenis.
151
Blok Pemakaian dan Besarnya Tarif Air / M3
Kelompok No.
Keterangan
Golongan Pelanggan
5
Kelompok
Rumah Menengah
0-10 M 3
11-20 M 3
(Rp.)
(RP.)
> 20 M 3
(RP.)
2030
3270
3840
Lembaga 1700
3130
3410
3550
4120
3840
4270
4130
4550
IIIB 6
Kelompok
Instansi
IIIC
Pemerintah, TNI, POLRI, dan
/
Lembaga
Non
Komersial
seperti
:
Lembaga
Pendidikan
/
Diklat, Kursus dan yang sejenis. 7
Kelompok
Rumah Mewah dan Kantor, 2560
IVA
Lembaga
Perwakilan
Asing. 8
Kelompok
Niaga Kecil antara lain : 2990
IVB
Kios / Warung / Ruko, Pedagang Eceran, Kantor Perusahaa,
Praktek
Dokter, Biro Jasa , Salo, Pangkas Rambut, Penjahit, Laundry,
Kantor
Pengacara, Restoran Kecil, Rumah
Makan
Kecil,
Rumah Sakit Swasta, / Poliklinik / Laboratorium, H 9
Kelompok
Industri Kecil antara lain : 3560
IVC
Perusahaan
Export
/
Import, Pasar Swalayan, Mall,
Dept.Store,
Perkulakan / Grosir, Bank, Hotel
Berbintang,
Perusahaan Perdagangan /
152
Blok Pemakaian dan Besarnya Tarif Air / M3
Kelompok No.
Keterangan
Golongan Pelanggan
0-10 M 3
11-20 M 3
(Rp.)
(RP.)
> 20 M 3
(RP.)
Niaga, Gedung Bertingkat (Lebih dari 3 (tiga) Tingkat) /
Kondominium
dan
sejenis. 10
Kelompok
Niaga Besara antara Lain: 6260
IVD
Perusahaan
Eksport
6260
6260
6260
6260
/
Import, Pasar Swalayan, mall,
Dept.
Store,
Perkulakan / Grosir, Bank, Hotel
Berbintang,
Perusahaan Perdagangan / Niaga, Gedung Bertingkat Lebih 3 (tiga) Tingkat / Kondominium dan sejenis.
11
Kelompok
Industri Besar antara lain : 6260
IVE
pabrik
Kimia
/
Obat,
kosmetik, Pabrik Makanan /
Minuman,
Pabrik
Es,
Perkayuan, Perternakan
Besar, Pabrik tekstil, Pabrik / Industri Besar Lainnya. Sumber : PDAM Tirta Kahuripan, Kab. Bogor
3.5.5. Permasalahan Permasalahan yang ditemukan dalam pelayanan air bersih di Kota Depok ini adalah masih belum meratanya pelayanan penyediaan air bersih yang dilakukan Pemerintah Kota Depok. Pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas air yang digunakan sebagai sumber air bersih masyarakat masih perlu diperhatikan. Serta masih kurangnya partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap pemeliharaan dan perawatan fasilitas penyediaan air minum (deep well dan SIPAS) yang disediakan oleh pemerintah.
153
3.6. Komponen Sanitasi Lainnya Pola hidup bersih dan sehat merupakan salah satu upaya untuk mencegah timbulnya penyakit menular yang disebabkan oleh kondisi sanitasi buruk. Program kampanye PHBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok dimana pelaksanaan dilapangan dibantu oleh kader-kader dari Posyandu. Data dari Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2009 menunjukan bahwa pemantauan pola hidup bersih dan sehat dilakukan pada 264.251 rumah tangga. Program kampanye PHBS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan menunjukan sekitar 67,81% dari jumlah rumah tangga yang dipantau telah melaksanakan PHBS yang selama ini dikampanyekan.
Pembuangan tinja anak adalah salah satu masalah sanitasi yang perlu diberi perhatian justru karena masyarakat umumnya kerap menganggap masalah ini kurang begitu penting. Berbeda dengan tinja orang dewasa, masyarakat kerapkali menganggap kotoran anak sebagai hal yang tidak atau kurang berbahaya, dan karenanya, kotoran anak ditoleransi untuk dibuang ke mana pun, termasuk ke ruang-ruang terbuka seperti sungai, parit, tanah lapang, ataupun keranjang tempat pembuangan sampah rumah tangga. Persepsi semacam itu tentu keliru. Kotoran manusia, dari kelompok usia berapapun, tetaplah berbahaya karena mencemari lingkungan dengan berbagai patogen penyebab berbagai penyakit. Berikut adalah hasil Laporan EHRA untuk mengkaji hal tersebut.
D 9. K E B IAS AAN ANAK UMUR 0-5 T H B UANG AIR B E S AR D I L ANT AI, K E B UN,J AL AN, S E L OK AN AT AU S UNG AI 60.00%
52.59% 43.92%
40.00% 20.00% 0.60% 0.00%
S eries 1
2.89%
Y a, s angat s ering
Y a, kadangkadang
Tidak bias a
Tidak tahu
0.60%
2.89%
52.59%
43.92%
154
Diagram di atas menunjukkan kebiasaan anak-anak umur 0-5 tahun buang air besar, 52,59% menyatakan tidak biasa buang air besar di lantai, kebun, jalan, selokan atau sungai bagi anak-anaknya. Namun yang menjawab tidak tahu masih cukup besar. Jawaban ini masih merupakan tanda tanya. Namun yang menjawab kadang-kadang 2,8% dan yang sering 0,60%. Pembuangan tinja yang ada di pampers bagi anak-anak juga menjadi perhatian dalam studi EHRA ini. Berikut ini adalah hasil studi selengkapnya.
D 11. T E MP AT ME MB U ANG T INJ A D I P AMP E R S
K e WC /J amba n
46.81%
K e tempat s ampah Ke kebun/pekarang an/jalan
18.84%
K e s ung ai/s elokan/g ot L ainnya 11.96%
14.79% 4.15% 3.44%
T idak tahu
Diagram di atas menunjukkan bahwa warga yang membuang tinja yang ada di pampers ke tempat yang relative aman masih dibawah 50%, hanya mencapai 46,81%. Selebihnya masih membuang ke tempat yang tidak aman. Seperti ke tempat sampah 14,79%, ke kebun/pekarangan/jalan 3,44%, ke sungai 4,15%, lainnya 11,96% dan yang tidak tahu sebesar 18,84%. Data di atas baru menjelaskan tempat membuang tinja yang ada dalam pampers. Pampersnya sendiri masih merupakan limbah berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu harus pula dikelola dengan baik. Data berikut ini akan menjelaskan tentang pengelolaan limbah pampers oleh warga Kota Depok.
155
D 12. T E MP AT ME MB UANG B E K AS P AMP E R S K e WC /J amba n
55.35%
K e tempat s ampah 2.65%
K e kebun / pekarangan/ jalan K e s ungai/s elokan/got L ainnya
21.10%
11.72%
3.57% 5.61%
T idak tahu
Tempat membuang bekas pampers yang baik tentunya ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) setelah dicuci bersih. Namun sesungguhnya pampers bekas ini bisa didaur ulang seperti yang dilakukan oleh anggota PKK Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Mereka mendaur ulang pampers sebagai bantal. Data diagram 23, menggambarkan 55,35% warga Kota Depok membuang bekas pampers ke tempat sampah. Yang membuangnya ke kebun 3,57%, ke sungai/selokan/got 5,61% dan lainnya 11,72%. Setelah kita perhatikan jawaban lainnya dalam hasil studi EHRA ternyata, yang dimaksudkan lainnya tersebut adalah ke kali, ke kebun, ke kolam, dikubur, dibakar dan lainlain. Jadi dengan demikian pembuangan bekas pampers yang tidak aman masih cukup tinggi bila digabung dengan jawaban “tidak tahu”. Terkait dengan studi mengenai buang air besar pada anak, EHRA juga melakukan kajian yang berhubungan dengan kebiasaan menceboki anak setelah buang air besar. Berikut datanya.
D 13. K E B IAS AAN ME NC E B OK I ANAK S E T E L AH B AB 73.64%
17.27% 6.67% 1.52%
0.40%
Y a, dengan Y a, dengan Y a, dengan Y a, dengan air air & s abun tis s u lainnya
156
0.51% Tidak
Tidak tahu
Diagram di atas mengungkapkan bahwa sebagian besar warga Kota Depok telah telah memiliki kebiasaan yang baik terkait buang air besar anak-anaknya. Sudah 73,64% yang menceboki anaknya dengan air dan sabun, 17,27% dengan air saja dan 1,52% dengan tissu. Hanya 0,51% yang tidak melakukannya.
52.18% D 14. T E MP AT
P E MB UANG AN AIR B E K AS C E B OK ANAK B IL A D IC E B OK I D E NG AN AIR
31.00%
8.81%
6.18%
1.82%
K e W C /J amban
K e kebun/ pekarangan/ jalan
K e s ungai/s elokan/got
L ainnya
Tidak tahu
Berdasarkan data dalam diagram di atas 52,18% membuangnya ke WC/ jamban. Namun yang masih memprihatinkan bahwa 31,00% membuangkan ke sungai/ selokan/ got. Ini berarti mereka masih menyamakan perlakuan air bekas cebokan yang banyak mengandung tinja dengan air limbah cucian biasa. Menceboki anak yang buang air besar ada kalanya dengan memakai tissu. Sesungguhnya pemakaian tissu untuk menceboki anak kurang baik, terkait dengan tempat pembuangan bekas tissu yang mengandung tinja. Cara yang baik tentu dengan cara tissu dicuci dan airnya mengalir ke tangki septik. Tetapi hal ini menimbulkan masalah lain pada tangki septiknya, karen tissu bukanlah benda cair. Kehadirannya ke tangki akan bisa menimbulkan sumbatan pada salurannya. Namun demikian studi EHRA kali ini juga menjadikannya sasaran. Berikut hasilnya.
157
D15. TEMPAT PEMBUANGAN TISSU, JIKA ANAK DICEBOKI DENGAN TISSU Ke WC/Jamban 40.74%
38.09%
Ke tempat sampah Ke kebun/ pekarangan/ jalan Ke sungai/selokan/got
13.83% 3.62%
Lainnya
2.23% 1.49%
Tidak tahu
1
Berdasarkan diagram 26 di atas yang terbanyak tempat pembuangan tissu yang mengandung tinja adalah tempat sampah sebesar 38,09%. Tetapi prosentase terbesar adalah tidak tahu yang mencapai 40,74%. Selebihnya ada yang membuangnya ke WC/jamban 3,62% dan juga ke sungai/selokan/got sebesar 2,23%. Prilaku hygiene / sehat menjadi fokus perhatian dalam bab ini. Prilaku hygiene sehat dalam studi EHRA dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen ke dalam tubuh. Koesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian dalam studi ini. Berikut hasil studi selengkapnya.
158
G.1 PEMAKIAN SABUN HARI INI ATAU KEMARIN 99.76% 100.00% 80.00% Ya
60.00%
Tidak 40.00% 0.24%
20.00% 0.00% 1
Bila melihat data dalam diagram 41 di atas pemakaian sabun bagi warga Kota Depok sudah sangat baik. 99,76% telah memakai sabun dalam kesehariannya.
Tabel 3.31 Peruntukan Sabun PERUNTUKAN SABUN
Frekuensi
%
Mandi
3,720
98.6
Memandikan anak
1,612
42.7
Menceboki pantat anak
1,359
36.0
Mencuci tangan sendiri
3,199
84.8
Mencuci tangan anak
2,013
53.4
Mencuci perlatan
3,558
Mencuci pakaian
3,498
92.7
Lainnya
220
5.8
159
Tidak tahu
93
2.5
Berdasarkan tabel di atas, peruntukan sabun yang tertinggi prosentasenya adalah untuk mandi yang mencapai 98,6%, mencuci pakaian 92,7%, untuk mencuci tangan sendiri 84,8% dan mencuci tangan anak 53,4%. Melihat data tersebut kebiasaan pemekaian sabun warga Kota Depok dapat dikatakan sudah cukup baik, hanya penting untuk ditingkatkan cuci tangan pakai sabun untuk anak. Karena anak lebih rentan terhadap kuman patogen dibanding orang dewasa. Tabel 3.32 Tempat Mencuci Tangan bagi Anggota Keluarga TEMPAT MENCUCI TANGAN
Frekuensi
%
Di kamar Mandi
2,831
75.1
Di dekat kamar mandi
422
11.2
Di jamban
286
7.6
Di dekat jamban
188
5.0
Di sumur
366
9.7
Di sekitar penampungan
93
2.5
Di tempat cuci piring
2,379
63.1
Di dapur
1,024
27.2
Lainnya
337
8.9
Tidak tahu
46
1.2
Tempat mencuci tangan yang ideal adalah tempat yang terdapat air mengalir dan sabun. Bila kita perhatikan tabel di atas, tempat cuci tangan yang terbesar dipakai oleh warga Kota Depok adalah di kamar mandi sebesar 75,1%, dan tempat cuci piring. Di kedua tempat tersebut besar kemungkinan terdapat air mengalir dan sabun. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat cuci tangan warga Kota Depok berdasarkan studi ini sudah cukup baik. Tabel 3.33 Waktu Mencuci Tangan Memakai Sabun WAKTU MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN
Frekuensi
%
Sebelum ke toilet
317
8.4
Setelah menceboki bayi/anak
1,114
29.5
160
Setelah buang air besar
3,095
82.1
Sebelum makan
3,509
93.1
Setelah makan
3,530
93.6
Sebelum menyuapi anak
1,296
34.4
Sebelum menyiapkan masakan
2,031
53.9
Setelah memegang hewan
1,748
46.4
Sebelum sholat
1,761
46.7
Lainnya
182
4.8
Tidak tahu
46
1.2
Dalam hal mencuci tangan memakai sabun, waktu mencuci tangan memakai sabun sangat penting. Setidaknya ada lima saat penting harus mencuci tangan memakai sabun, yaitu; setelah buang air besar/menceboki bayi/anak, sebelum makan, sebelum menyiapkan masakan, setelah memegang sesuatu/hewan, dan sebelum menyuapi anak makan. Berdasarkan data dalam tabel 21 di atas, prosentase mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar sudah cukup baik, yaitu sebelum makan 93,1% dan setelah buang air besar 82,1%. Namun mencuci tangan memakai sabun setelah menceboki anak, sebelum menyuapi
anak,
setelah
memegang
hewan
dan
sebelum
menyiapkan
masakan
prosentasenya masih kecil. Setelah menceboki anaka 29,5%, sebelum menyuapi anak 34,4%, setelah memegang hewan 46,4% dan sebelum menyiapkan makanan 53,9%. Hal ini menunjukkan masih ada risiko kesehatan yang cukup tinggi melalui keempat kegiatan tersebut.
3.7. Pembiayaan Sanitasi Kota (lihat hasil kajian kelembagaan) Pembiayaan sanitasi Kota Depok yang berasal dari APBD kota, APBD Propinsi, APBN maupun anggaran lain untuk pembangunan dan pengeloaan sektor sanitasi tingkat kota. Pemerintah
Kota
Depok
telah
mendukung
pembangunan
sanitasi
dengan
telah
menyediakan alokasi anggaran untuk sanitasi. Hal tersebut mungkin diakibatkan oleh belum terpetakannya permasalahan sanitasi dan belum terindikasi program yang tepat untuk pembangunan sanitasi tersebut. Anggaran sanitasi dari APBD jarang sekali tidak terserap. Kendala penyerapan biasanya terkait dengan pengadaan lahan UPS atau pembangunan UPS, karena sulitnya mencari lokasi yg mendapat ijin dari masyarakat. Berikut adalah alokasi anggaran untuk sektor air limbah, drainase, persampahan, dan air minum pada tahun 2007-2010. Anggaran tersebut sudah termasuk dana DAK yang diterima Kota Depok.
161
Dana DAK selama beberapa tahun diberikan di sektor air minum, Baru tahun 2010 DAK diberikan untuk air minum dan air limbah (pembangunan MCK Plus Plus).
Tabel 3. 34 Alokasi Anggaran Sektor Air Limbah (2007 – 2010) % terhadap Belanja
Tahun
Anggaran (Rp)
2007
1.755.740.350,00
0.37 %
2008
1.596.563.280,00
0.30 %
2009
3.094.602.200,00
0.66 %
2010
4.864.708.800,00
0.78 %
Langsung APBD
Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010
Alokasi anggaran untuk sektor air limbah terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 hingga saat ini. Kondisi ini dilatarbelakangi jumlah penduduk yang semakin bertambah sehingga perlunya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal penambahan sarana dan prasarana air limbah. Bila dikaitkan dengan jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat baru mencapai 37,41% maka masih sangat perlu peningkatan alokasi anggaran untuk sektor limbah ini karena faktor kontribusi retribusi dari penyedotan tinja masih sangat minim. Upaya lain dapat dilakukan dengan menggalakkan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihak-pihak swasta (industri) di sekitar Depok.
Tabel 3.35 Alokasi Anggaran Sektor Drainase (2007 – 2010) Tahun
Anggaran (Rp)
% terhadap Belanja Langsung APBD
2007
12.920.776.450,00
2,71 %
2008
20.715.174.950,00
3,93 %
2009
42.339.028.595,00
7,07 %
2010
46.786.746.700,00
7,46 %
Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010
Alokasi anggaran untuk sektor drainase terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga 2010. Peningkatan cukup tinggi terjadi dari tahun 2008 ke 2009, yaitu hampir dua kali lipat dari 3,93% menjadi 7,07% (terhadap belanja langsung APBD). Sebagian besar permasalahan drainase membutuhkan solusi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur (fisik) seperti perbaikan dan pembangunan saluran, pembangunan sumur
162
resapan, dan pemeliharaan badan penerima air (sungai, situ) sehingga memerlukan alokasi yang cukup besar.
Tabel 3.36 Alokasi Anggaran Sektor Persampahan (2007 – 2010) % terhadap Belanja
Tahun
Anggaran (Rp)
2007
23.187.420.520,00
3,70 %
2008
43.738.983.520,00
8,30 %
2009
37.975.970.700,00
6,34 %
2010
39.924.787.730,00
6.36 %
Langsung APBD
Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010
Pembiayaan sanitasi kota untuk sektor persampahan mulai dari tahun 2007 hingga 2010 cenderung mengalami peningkatan. Besarnya persentase anggaran yang dialokasikan dari APBD mencapai nilai 3,7% hingga 6,36%. Dengan anggaran biaya sanitasi sektor persampahan sebesar 6,36% hingga saat ini mampu melayani pengelolaan sampah hingga 45,81%. Jika dilihat dari besarnya persentase pelayanan sampah maka perlu peningkatan anggaran untuk mencapai pelayanan yang optimal. Adapun alokasi anggaran lebih diprioritaskan untuk penambahan fasilitas persampahan seperti TPS dan optimalisasi TPA yang operasionalnya akan berakhir pada tahun 2011 serta sosialisasi pengelolaan sampah yang berbasiskan masyarakat.
Tabel 3.37 Alokasi Anggaran Sektor Air Minum (2007 – 2009) % terhadap Belanja
Tahun
Anggaran (Rp)
2007
7.175.208.040,00
1.51 %
2008
4.473.255.192,00
0.85 %
2009
7.122.517.520,00
1.52 %
2010
8.578.048.700,00
1.37 %
Sumber : Bappeda Kota Depok, 2010
163
Langsung APBD
Alokasi anggaran sanitasi sektor air minum hanya mencapai 0,85 hingga 1,51%. Nilai tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sektor persampahan dan drainase. Dengan nilai anggaran yang cenderung lebih rendah, pelayanan pemerintah Kota Depok terhadap aksesibilitas penyediaan air minum baru mencapai 19,83%. Diharapkan anggaran sektor penyediaan air minum dapat ditingkatkan guna meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih di Kota Depok. Penambahan fasilitas air minum seperti sambungan air dan fasos/ fasum sektor air bersih perlu menjadi prioitas utama.
164