BAB III PROFIL SANITASI KOTA BIMA 3.1
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat, sedangkan PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan Perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Menurut teori Blum, salah satu faktor penting yang menentukan derajat kesehatan adalah perilaku. Perilaku ini di anggap penting karena ketiga faktor lainnya seperti lingkungan, kualitas pelayanan dan genetika dapat dipengaruhi oleh perilaku. Untuk itu Promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat perlu lebih di tingkatkan. Penerapan promosi kesehatan dilapangan biasanya melalui pendidikkan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat menfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Kegiatan pokok promosi kesehatan yang sudah dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kota Bima ada 6 yaitu : 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2. Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) 3. Promosi Melalui Komunikasi, Pemberian Informasi dan Edukasi (KIE) 4. Pengadaan media promosi kesehatan dan informasi sadar hidup sehat 5. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat 6. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Berdasarkan hasil Survey PHBS Kota Bima Tahun 2011 untuk tatanan rumah tangga dari sampel 15 kelurahan yang diambil dengan jumlah KK sebanyak 382 KK. Hasil yang diperoleh yakni pencapaiannya hanya 54% dan belum mencapai target SPM 65%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian di bawah ini: Populasi : 38 Kelurahan Total Sampel RT : 367 Total RT Sehat : 204 Total RT Tidak Sehat : 163 Persentase RT Sehat : 55,59% Persentase RT Tdk Sehat : 44,41% Untuk persentase (%) per indikatornya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: No Indikator Absolut Persentase(%) 1 Persalinan Nakes 301 82,0 2 ASI Ekslusif 269 73,2 3 Penimbangan Bayi & Balita 286 78,0 4 Jamban Sehat 303 82,5 5 Air Bersih 323 88,0 6 Pemeriksaan Jentik 286 78,0 7 Aktifitas Fisik 294 80,0 8 Makan Sayur & Buah 239 65,2 9 Cuci Tangan pakai air & Sabun 207 56,4
10
Tidak Merokok
119
32,3
Sumber data: Dinas Kesehatan Tahun 2011
Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) yang mencakup tujuh tatanan yaitu: Tatanan Rumah Tangga, Tatanan Institusi Pendidikkan, Institusi Kesehatan, Warung Makan, Pasar, Tempat Ibadah dan Tempat Kerja. Di dalam Program PPSP Kota Bima pelaksanaan Program PHBS ini hanya fokus pada dua tatanan yaitu: Tatanan Rumah Tangga dan Tatanan Institusi Sekolah.
3.1.1
Tatanan Rumah Tangga
PHBS dalam tatanan rumah tangga merupakan upaya pemberdayaan anggota rumah tangga agar mengetahui, memiliki kemauan dan kemampuan untuk mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat itu sendiri, serta ikut berperan aktif dalam gerakan – gerakan peningkatan kesehatan masyarakat. Program PHBS dalam rumah tangga ini perlu terus dipromosikan karena rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat terkecil di mana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga di dalamnya. Rumah tangga sehat juga merupakan suatu aset dan modal utama pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jamban Keluarga Praktek buang air besar dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi tercemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan di tempat yang tidak memadai. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi bisa juga termasuk sarana jamban yang nyaman di rumah. Bila pun BAB di dilakukan di rumah dengan jamban yang nyaman, namun bila sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko cemaran patogen akan tetap tinggi. Selain itu, kondisi jamban juga mempengaruhi resiko kejadian penyakit, semakin bersih kondisinya, tentunya semakin kecil resiko kejadian penyakitnya. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan pada Profil kesehatan Tahun 2011 terlihat bahwa sampai akhir Tahun 2011 jumlah KK yang memiliki jamban keluarga dengan kondisi sehat sebanyak 19.837 KK atau 55,71 %.Secara lengkap data tentang jumlah dan kondisi jamban keluarga per kecamatan dapat dilihat dari table di bawah ini : Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah dan Prosentase KK yang Menggunakan Jamban Dirinci Menurut Puskesmas Tahun 2011 KK Dipantau KK dg Jamban No Puskesmas Jumlah KK Jumlah % Jumlah % 1 Asakota 6.687 6.687 100,00 3.356 50,19 2 Penanae 8.788 8.788 100,00 4.987 56,75 3 Paruga 7.504 7.504 100,00 4.405 58,70 4 Mpunda 8.507 8.507 100,00 5.243 61,63 5 Rasanae Timur 4.120 4.120 100,00 1.846 44,81 Kota Bima Tahun 2011 35.606 35.606 100,00 19.837 55,71 Kota Bima Tahun 2010 31.906 31.906 100 17.226 53,99 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima-Seksi Penyehatan Lingkungan Seiring bertambahnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, menimbulkan berbagai masalah salah satunya adalah pembuangan kotoran manusia. Di Kota Bima pembuangan kotoran ini
masih merupakan suatu masalah karena perilaku masyarakat yang masih banyak BABs di sungai, kebun maupun sawah.Selain itu cakupan jamban di wilayah kota bima sampai dengan tahun 2011 baru mencapai 55,71%. Untuk pengelolaan prasarana jamban sampai dengan saat ini masih di tangani oleh masyarakat sendiri. Termasuk di dalamnya MCK yang di peroleh dari bantuan Pemerintah maupun LSM. Untuk lebih jelasnya tentang pengelolaan prasarana jamban ini dapat dilihat dalam grafik berikut ini. Grafik 3. Kepemilikan Jamban
70
65.5
60 50 40 30
19.1
20
7.6
10
1
0.4
2.1
0.1
6.3
0
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Berdasarkan Hasil survey EHRA masyarakat yang sudah memiliki dan menggunakan jamban pribadi (65,5%), MCK/WC Umum (7,6%), WC Helikopter (0,4%), Sungai Pantai, laut (19,1% ), Kolam/pekarangan (1%), selokan parit (0,2%), lubang galian(0,1%) dan lainnya (6,3%). Sedangkan untuk masyarakat yang menggunakan jamban dengan suspect aman sekitar 62% dan masih ada 38% yang tidak aman. Grafik 3. Kepemilikan Jamban (suspect aman dan tidak aman)
38 suspect aman suspect tidak aman 62
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Dari hasil survey tersebut diatas terlihat bahwa masih ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat seperti sungai, pantai kebun dan lain-lain selain itu penggunaan tangki septik secara kualitas belum semuanya aman. Artinya bahwa lingkungan di kota bima masih rawan tercemar terutama air dan tanahnya . Bila dilihat berdasarkan kluster dari hasil survey EHRA terlihat bahwa pada kluster 1 (menggunakan jamban dengan suspect tidak aman tertinggi yaitu: 62,5% sedangkan terendah berada di kluster 2 yaitu: 33,8%. Selanjutnya untuk kondisi keluarga yang menggunakan jamban dengan suspec aman tertinggi berada di kluster 2, yaitu: 66,3% dan terendah di kluster 1 yaitu: 37,5%. Grafik 3. Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Berdasarkan Klaster
Kluster 4
66
Kluster 3
34
60
40 Tangki septik suspek aman
Kluster 2
66.3
kluster 1
37.5
0
Tangki septik suspek tdk aman
33.8
62.5
50
100
150
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Cuci Tangan Pakai Sabun Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia termasuk balita adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Jalur ini memperlihatkan bahwa salah satu upaya prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien adalah perilaku manusia yang memblok jalur fingers. Ini bisa dilakukan dengan mempraktekkan cuci tangan pakai sabun di waktu-waktu yang tepat. Dalam meta-studinya, Curtis & Cairncross (2003) menemukan bahwa praktek cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan risiko insiden diare sebanyak 42-47%. Bila dikonversikan, langkah sederhana ini dapat menyelamatkan sekitar 1 juta anak-anak di dunia. Untuk melihat prilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat belum berjalan dengan baik dapat dilihat dari timbulnya berbagai kasus penyakit yang disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Dalam hal perilaku BAB disembarang tempat serta perilaku cuci tangan pakai air & sabun masih rendah, ini terkait dengan kasus Diare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 3. Angka Kejadian Diare di Kota Bima Tahun 2010 dan 2011 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2.229 1.224 1.102
8.016 523 2.938
863 735
2.157 1.292
DIARE TAHUN 2011 2.275 7.322
DIARE TAHUN 2010
Sumber data : Dinas Kesehatan Kota Bima – Sub. Bidang Pemberantasan Penyakit
Berdasarkan hasil survey EHRA memperlihatkan bahwa kebiasaan masyarakat Kota Bima pada umumnya belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun pada lima waktu penting dan masyarakat masih banyak yang berprilaku BAB disembarang tempat. Grafik berikut ini menggambarkan bahwa hanya 12% yang cuci tangan pakai sabun (CTPS) di lima waktu penting sedangkan 88% masih belum melaksanakannya. BAB sembarangan masih dilaksanakan oleh 80,1% masyarakat, sedangkan hanya 19,9% yang tidak BAB sembarangan lagi. Grafik 3. Perilaku BABs dan CTPS Masyarakat di Kota Bima Tahun 2012
BABS, Ya 80.1
88
BABS, Tidak CTPS di Lima Waktu Penting, Ya
12
19.9
CTPS di Lima Waktu Penting, Tidak
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Berdasarkan kondisi diatas survey ehra membuktikan bahwa dari total responden 800 orang, yang pernah mengalami kasus diare sekitar 53,3% atau 428 kasus dalam berbagai kategori umur. Dan kasus diare ini paling banyak terjadi pada perempuan dewasa sekitar 40,9%(153 kasus) dan paling rendah pada remaja lakilaki 8,3 % (31 Kasus).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 3. Kasus Diare Berdasarkan Kategori Umur 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
153 94 25.1
81 32 8.6
40.9
37 9.9
31 8.3
21.7
absolut %
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Kasus – kasus diare di atas paling banyak terjadi pada 3 bulan terakhir (Periode Februari) sekitar 14,1% dimana pada saat itu adalah puncak musim penghujan yang berarti kasus pencemaran meningkat akibat banyaknya bahan pencemar yang masuk ke badan air dan tanah melalui rembesan air hujan. Grafik 3. Waktu Kejadian Diare 120 100 80 60 40 20 0
113 80
80 56
21 2.6
24 3
10
14.1
7
10
absolut %
24 jam 1 1 bulan 3 bulan 6 bulan Lebih terkahir minggu terakhir terakhir terakhir dari 6 terakhir bulan yang lalu Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Sumber Air Ada jenis-jenis sumber air secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang disimpan secara terlindungi). Namun, ada juga yang dipandang membawa risiko transmisi patogen ke dalam tubuh manusia. Air dari sumur atau mata air yang tidak terlindungi dikategorikan tidak aman. Survey menemukan mayoritas rumah tangga di Kota Bima memanfaatkan air sumur pompa untuk sumber air minumnya sebanyak 50,5%. Sekitar 17,8% menggunakan air isi ulang dan sebanyak 13,6% menggunakan air sumur gali terlindungi. Disamping itu, masyarakat juga menggunakan air ledeng yang berasal dari PDAM untuk sumber air minumnya sebesar 11,6%. Sebagian kecil lainnya menyatakan sumber air bersihnya berasal dari mata air tak terlindungi sebesar 2,8%, air botol kemasan, air hidran umum, air kran
umum, air sumur gali terlindungi, mata air tak terlindungi, dan lainnya sebesar 2,6%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Grafik 3. Sumber air minum rumah tangga di Kota Bima Tahun 2012
100 50.5 50 1.6
17.8
11.6
2.4
13.6
1.5
1.1
2.8
0
0.1
2.6 Ya
Ya Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bima tahun 2011 persentase KK yang mengakses air bersih dari sumur gali, sumur pompa tangan,sumur pompa listrik , mata air, sumur pompa listrik, perpipaan/sambungan rumah, penampungan air hujan dan kran umum 73,78%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 3. Presentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Tahun 2011 Cakupan Penduduk Jumlah Yang Memiliki Akses Jumlah Jumlah No Puskesmas KK Air Bersih Penduduk KK Dipantau Jumlah % Akses 1. Asakota 27.931 6.687 6.687 21.650 77,51 2. Penanae 34.757 8.788 8.788 24.969 71,84 3. Paruga 31.028 7.504 7.504 22.985 74,08 4. Mpunda 32.531 8.507 8.507 23.456 72,10 5. Rasanae Timur 16.196 4.120 4.120 12.041 74,35 Kota Bima Tahun 2011 142.443 35.606 35.606 105.101 73,78 Kota Bima Tahun 2010 132.292 31.906 31.324 90.624 68,5 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima-Seksi Penyehatan Lingkungan
Cakupan Kk Yang Memiliki Akses Air Bersih Jumlah % Akses 4.896 73,22 6.567 74,73 5.465 72,83 6.354 74,69 2.987 72,50 26.269 73,78 21.856 68,5
Pada dasarnya keempat aspek yang dikaji memiliki hubungan yang erat dengan tingkat risiko kesehatan suatu keluarga. Dalam indikator internasional, diakui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang disimpan secara terlindungi). Namun, ada juga yang dipandang membawa risiko transmisi patogen ke dalam tubuh manusia. Air dari sumur atau mata air yang tidak terlindungi dikategorikan tidak aman. Berdasarkan hasil survey EHRA 98,8% sumber air di kota bima tercemar, sedangkan yang terlindungi hanya 1,3 %.
Grafik 3. Prosentase Kondisi Pencemaran Sumber Air 98.8 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
sumber air tercemar ya, sumber air tdk tercemar 1.3 sumber air tercemar
ya, sumber air tdk tercemar
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Grafik 3. Prosentase Sumber Air Tercemar Berdasarkan Kluster 120 100
100
100
97.5
100 80
air tercemar
60
tidak tercemar 40 20 0
0 kluster I
2.5
0 kluster 2
kluster 3
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
0 kluster 4
Grafik 3. Prosentase Masyarakat Pengguna Air Yang Aman Dan Tidak Aman 88.4 90 80 70 60 50
TIDAK AMAN
40
AMAN
27.5
24.6
30
17.5
20
11.6
10
2.5
0
0
0 kluster I
kluster 2
kluster 3
kluster 4
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Dari ketiga grafik diatas menunjukkan adanya keterkaitan dari kebiasaan masyarakat mulai dari perilaku BAB sembarangan, Pengelolaan SPAL yang belum baik dan masih belum adanya kegiatan pengelolaan sampah dirumah tangga menimbulkan pencemaran pada sumber-sumber air yang ada. Kategori pengguna air yang aman dan tidak aman di lihat dari cara: – Mengolah air minum – Menyimpan Air – Mengambil air pada wadah saat digunakan Hal ini juga terbukti dari hasil pemeriksaan laboraturium Dinas Kesehatan Kota Bima selama periode tahun 2011, dari 20 kelurahan yang diambil sampel air bersihnya 100% mengandung Colitinja dan Coliform. Begitu pula untuk PDAM secara Fisik dan Kimia memenuhi syarat, tetapi secara bakteriologis dari 16 sampel yang diambil di 16 kelurahan 100% belum memenuhi syarat. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Grafik 3. Prosentase Kelangkaan Air Di Masyarakat Berdasarkan Kluster
kluster 4
9
kluster 3
14.6
91
24.6 LANGKA AIR TIDAK LANGKA
kluster 2 2.5 17.5
kluster I
10.7
0
88.4
20
40
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
60
80
100
120
Sedangkan untuk kelangkaaan air dikota Bima tidak terlalu bermasalah karena hampir 73,78% penduduk telah memiliki akses air bersih, walaupun untuk cakupan pengguna PDAM hanya 14,9%. PENGELOLAAN AIR LIMBAH Secara umum pengelolaan air limbah di Kota Bima belum mendapatkan penanganan yang semestinya. Air limbah ini masih banyak yang di buang langsung diselokan, badan air atau sungai, parit tanpa di olah sedikitpun. Karena air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia organik yang berasal dari penguraian tinja, urine, sampah dan sebagainya. Hal ini pabila terjadi dekomposisi akan menimbulkan bau busuk, selain itu menjadi media transmisi berbagai penyakit seperti kholera, typhus, disentry serta mencemari sumber air permukaan, air tanah dan lingkungan hidup lainnya. Sehingga perlu penanganan yang baik dengan membuatkan resapan yang memenuhi syarat. Secara umum ada dua tipe sistem pengolahan air limbah. Pertama, sistem pembuangan setempat (On Site Sanitattion). Pada setiap pembuangan setempat ini, air limbah dialirkan ke tempat pembuangan atau pengolahan yang terletak di sekitar pekarangan rumah atau bangunan. Istilah lain dari sistem setempat ini disebut juga sebagai sistem individual. Adapun jenis sarana yang termasuk tipe ini, misalnya cubluk, septic tank, dan lain-lain. Kedua, sistem pembuangan terpusat (Off Site Sanitation). Pada sistem pembuangan terpusat ini, air limbah disalurkan ke saluran air limbah kota yang mengalir menuju pengolahan air limbah kolektif di daerah tertentu. Sistem ini juga dikenal dengan istilah sistem komunal. Jelasnya, pada sistem komunal air limbah dialirkan dari sumbernya menuju ke tempat pengolahan terpusat dengan mempergunakan pipa riol. Adapun riol yang dipakai untuk mengalirkan air limbah tersebut dinamakan dengan Sewerage System. Untuk kota bima belum dibuat sistem pembuangan terpusat (off Site Sanitasion) yang ada hanya sistem pembuangan setempat (On Site Sanitation). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bima pada tahun 2011 jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah dengan kondisi sehat sebanyak 20.708 kk atau 63,56 %. Hasil Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah dan Prosentase Rumah yang Menggunakan SPAL Dirinci Menurut Puskesmas Tahun 2011 Rumah Dipantau Rumah dg SPAL Jumlah No Puskesmas Rumah Jumlah % JUMLAH % 1 Asakota 5.784 5.784 100,00 3785 65,44 2 Penanae 8.876 8.876 100,00 5046 56,85 3 Paruga 7.365 7.365 100,00 4824 65,50 4 Mpunda 5.987 5.987 100,00 4738 79,14 5 Rasanae Timur 4.568 4.568 100,00 2315 50,68 Kota Bima Tahun 2011 32.580 32.580 100,00 20.708 63,56 Kota Bima Tahun 2010 31.906 31.275 98,02 19.586 62,63 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bima-Seksi Penyehatan Lingkungan Pembuangan akhir tinja masyarakat di Kota Bima sebagian besar menggunakan tangki septic tank, yakni sebesar 64,8% sebagian lagi langsung dibuang ke sungai/pantai sebanyak 116,5%. Sebagian lainnya tidak mengetahui kemana buangan akhir tinjanya sebesar 14,8%. Sedangkan lainnya dibuang ke pipa sewer, cubluk/lobang tanah, langsung ke drainase, dan kebun/tanah lapang.
Grafik 3. Tempat Buangan Akhir Tinja 100 0
Tempat Buangan Akhir Tinja
64.8 0.9
1.8
0.5
16.5 0.9
14.8
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Data Dinas Kesehatan Kota Bima Tahun 2011 bahwa masyarakat yang memiliki SPAL hanya 63,5%, Sedangkan berdasarkan hasil Survey EHRA pencemaran akibat SPAL yang tidak aman 49,9% dan SPAL dengan kondisi aman 50,1%. Hal ini berarti bahwa kondisi sarana air limbah yang ada di masyarakat kota bima masih akan menjadi sumber resiko pencemaran lingkungan. Grafik 3. Kondisi SPAL Aman dan Tidak Aman
50.1
49.9 SPAL tidak aman SPAL aman
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Penggunaan tangki septic yang tidak standar dapat mengakibat pencemaran pada lingkungan sekitarnya segingga dapat memberikan dampak kesehatan pada masyarakat sekitarnya. Tangki septic yang sebagian besar dimiliki masyarakat di Kota Bima sebagian besar dibuat lebih dari lima tahun yang lalu dan hamper seluruh responden menyatakan belum pernah mengosongkan tangki septiknya. Ha ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 3. Waktu Pembangunan Tangki Septik
3.5
Tidak Tahu
32
>10 Tahun 24.7
5-10 Tahun
30.7
1-5 Tahun 9.1
0-12 Bulan 0
5
10
15
20
25
30
35
Berapa Lama Tangki Septik Dibuat Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Grafik 3. Waktu Pengosongan Tangki Septik
Tidak tahu 3.3 Tidak pernah
91.5
Lebih dari 10 tahun 0.6 Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 0.4 1-5 tahun yang lalu 2.7 0-12 bulan yang lalu 1.5 Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Air limbah non tinja rumah tangga mengandung berbagai bahan organik dan non-organik yang dapat mencemari air tanah, oleh karena itu air limbah harus dibuang pada sarana yang tidak menimbulkan pencemaran tersebut. Sementara itu kondisi pencemaran akibat pembuangan isi tanki septic yang tidak aman tertinggi terdapat di kluster 1 (Lampe, Penanae, Rite) dan terendah di kluster 4 (Tanjung, Nae, Manggemaci, Penaraga, Melayu) sedangkan yang masuk kategori aman tertinggi di kluster 4 yakni 61,1% sedangkan kategori aman terendah ada di kluster 1 yakni 9,1%. Artinya bahwa pembuangan tangki septic yang tidak tepat misalnya di sungai atau lahan rumah yang tidak diolah lebih lanjut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan faktor resiko lingkungan. Dan ternyata pada daerah yang klusternya di anggap aman setelah dilakukan survey perilaku masyarakatnya lebih beresiko daripada di kluster 4 yang di anggap seagai kluster paling beresiko.
Grafik 3. Pembuangan Isi Tangki Aman dan Tidak Aman Berdasarkan Klaster 100% 90% 80%
50
70% 60%
38.9
66.7 Pembuangan isi tangki Tidak aman
90.9
50%
Pembuangan isi tangki aman
40% 30%
50
20% 10%
61.1
33.3 9.1
0% kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Pengelolaan Persampahan Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Dalam kaitan dengan PHBS tatanan rumah tangga, perilaku membuang sampah disembarang tempat seperti disungai, kebun, maupun laut masih banyak dilakukan di Kota Bima. Walaupun sudah ada dari pihak pemerintah khususnya Dinas Kebersihan yang melakukan pengangkutan secara rutin tapi tidak semua wilayah atau kelurahan sudah terjangkau. Untuk kelurahan yang belum terjangkau pembuangan sampahnnya masih dilakukan disungai, dan tempat terbuka sedangkan untuk pengolahan biasanya dibakar. Grafik 3. Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah Tangga 50.9 30.1
51.4
33 20.6
16.6
12.9 3.8
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
14
Berdasarkan data survei EHRA dapat dilihat bahwa terdapat organisme di sekitar tumpukan sampah yakni adanya tikus yang berkeliaran dan nyamuk sebesar 50,9% dan 51,4%. Selain itu 30,1% sampah berserakan dan banyak terdapat lalat di tumpukan sampah tersebut. disamping adanya kucing dan anjing yang mengakibatkan sampah berserakan, juga terdapat anak-anak yang bermain disekitar timbunan sampah. Di samping itu, juga ditemukan sampah yang menyumbat saluran drainase. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap masyarakat sekitarnya. Selain mengganggu dan secara estetika buruk, juga dapat mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan masyaarakat. Untuk pengolahan sampah di kota bima sampai dengan saat ini belum dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat kota Bima. Dinas Kesehatan kota Bima pernah melaksanakan pelatihan pembuatan kompos untuk semua kader di kelurahan yang ada di kota bima, tapi untuk realisasi pelaksanaanya di rumah tangga belum ada. Dari hasil survey EHRA menunjukkan bahwa 99, 3% sampah tidak di olah, hanya 8 % yang melakukan pengolahan. Grafik 3. Pengolahan Sampah Rumah Tangga
100% 100% 6
8
100% tidak diolah 99%
diolah
99% 794
99.3
99% 99% absolut
%
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Dari hasil study EHRA juga terlihat gambaran bahwa pengelolaan sampah di kota yang memadai hanya 42,9% dan sisanya 57, 1% belum memadai.
Grafik 3. Pengolahan Sampah Rumah Tangga yang Memadai dan Tidak Memadai
60 50 40
Pengelolaan Sampah memadai 57.1
30
42.9
20
Pengelolaan Sampah tidak memadai
10 0 Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah memadai tidak memadai Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Grafik 3. Ketepatan Pengangkutan Sampah
50% Memadai Tidak Memadai
100%
Tepat Waktu 50%
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Kegiatan pengelolaan sampah ini meliputi: Pengumpulan dan pengangkutan, serta pemusnahan dan pengolahan sampah. Berdasarkan persentase penduduk yang mengelola serta dilihat dari tidak memadainya pengelolaan sampah di masyarakat menunjukkan bahwa sampah merupakan salah satu faktor resiko pencemaran lingkungan dikota Bima, bila hal ini tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada kondisi air, tanah dan udara di kota bima. Drainase Drainase perkotaan Adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan manusia. Konsep filosofi drainase perkotaan Traditional adalah membuang air limpasan kebadan air secepatcepatnya. Drainase perlu di kelola dengan baik agar untuk meminimalkan daerah genangan atau rawan banjir. Banjir berpotensi menjadi sebab penyebaran penyakit-penyakit, khususnya yang dikategorikan sebagai
waterborne disease seperti penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare atau penyakit kolera. Risiko ini bisa muncul karena berbagai hal. Yang umum adalah karena banjir mencemari sumber-sumber air minum warga dengan patogen. Seringkali, risiko terkena penyakit menjadi semakin besar ketika praktik higinitas diri warga memburuk selama atau pascabanjir. Berdasarkan hasil survey EHRA sekitar 44,4% wilayah masih ada genangan air (Banjir), hanya 55% yang tidak memiliki genangan air. Dari hasil survey juga menunjukkan bahwa sudah sekitar 70,8% masyarakat memiliki sarana pengolahan air limbah selain tinja, dan hanya 29,3% yang tidak memiliki. Ini menunjukkan bahwa drainase sudah ada tapi tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini terlihat dari grafik berikut ini : Grafik 3. Daerah Rawan Banjir (Genangan) Di Kota Bima Berdasarkan Kluster
69
kluster 4
31
36.9
kluster 3
63.1 BANJIR 55
kluster 2
21.5
kluster I
0
TIDAK BANJIR
45
78.5
20
40
60
80
100
Sumber: Studi EHRA Kota Bima Tahun 2012
Rumah Sehat dan Tempat-tempat Umum Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang terbuat dari tanah. Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi rumah dengan secara rutin melakukan inspeksi sanitasi rumah.Dari hasil pemeriksaan tersebut tahun 2011 sebanyak 63,45% rumah dinyatakan sehat.Kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan antara lain karena tidak memiliki jamban, Saluran pembuangan air limbah, tidak memiliki tempat sampah, masih memiliki kandang didekat rumah, tidak memiliki septik tank, kemudian tidak memiliki jendela dan ventilasi sehingga sirkulasi udara tidak lancar dan kondisi rumah menjadi pengap dan lembab. Sedangkan untuk tempat-tempat umum seperti hotel, pasar, dll tahun 2011 berdasarkan hasil pemeriksaan 80,13% memenuhi syarat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 3. Data Tempat-tempat Umum yang Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2011 No Jenis TTU Jumlah yg Dipantau Jumlah Memenuhi Syarat 1 Tempat ibadah (masjid) 205 163 2 Pondok Pesantren 9 8 3 Tempat Pendidikan 136 120 Institusi perkantoran/tempat 4 147 119 kerja Kolam renang/pemandian 5 2 2 umum 6 Kawasan wisata 2 1 7 Hotel berbintang 0 0 8 Hotel Melati 6 6 9 Pasar 5 3 10 Terminal angkutan umum 4 3 11 Klinik 0 1 12 Rumah Sakit 1 0 13 Sarana Pelayanan Kesehatan 60 56 14 Tempat Usaha / Industri 117 74 JUMLAH 694 556
% Memenuhi Syarat 79.51 90.28 88.14 80.66 100.00 50.00 100.00 66.67 62.50 93.96 63.53 80.13
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bima Tahun 2011
3.2.1.
Tatanan Sekolah Kegiatan PHBS disekolah di kota bima sudah berjalan, walaupun belum secara keseluruhan. Berdasarkan data dari Dinas kesehatan ±75% sekolah yang ada di Kota Bima sudah melaksanakan PHBS di sekolah. Untuk sarana sanitasi yang ada di sekolah sudah difungsikan, sedangkan biaya perawatan masingmasing masuk dalam anggaran sekolah. Sarana sanitasi dasar seperti toilet baru 55% dari seluruh sekolah yang sudah terpisah antara toilet Pria dan Wanita, begitupun dengan guru dan siswa semuanya sudah terpisah. Dalam hal penyediaan sabun untuk CTPS hanya 10% yang sudah menyediakan sisanya belum sehingga perlu ada sosialisasi lebih lanjut.Kegiatan pengelolaan sampah di sekolah baru pada tahap pengumpulan, belum ada pengolahan yang lebih spesifik. Materi PHBS dilaksanakan disekolah melalui program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan dari data yang ada di dinas kesehatan hanya 10% sekolah yang menyisipkan masalah PHBS ini dalam pembelajaran.Sedangkan pada tahap pelaksanaan yang aktif UKSnya hanya 75%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut: (terlampir)
3.2 3.3 3.4
Pengelolaan Air Limbah Domestik Pengelolaan Persampahan Pengelolaan Drainase Lingkunga
3.5 3.5.1
Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Pengelolaan Air Bersih Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Bima, Kota Bima bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bima. Dalam pelaksanaannya PDAM dikelola oleh dua wilayah ini dengan kualitas air yang memenuhi kualitas standar yang telah ditetapkan yakni tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Pengelolaan Air Bersih yang dilakukan oleh PDAM di Kota Bima belum mencapai secara keseluruhan wilayah Kota Bima, berdasarkan data yang di peroleh dari PDAM sampai dengan januari 2012 jumlah pengguna PDAM adalah: 5.310 KK dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.41: Rincian Jumlah Pelanggan PDAM di Wilayah Kota Bima No Nama Wilayah Jumlah Pengguna (KK) 1 Wilayah Raba 2 Wilayah Bima 3 Total Kota Bima Sumber data : Kantor PDAM Bima
2.221 kk 3.089 kk 5.310 kk
Jumlah Air terdistribusi(M³)/Tahun 36.213 M³ 36.980 M³ 73.193 M³
Tabel 3.41: Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten/Kota No Uraian Satuan Sistem Perpipaan 1 Pengelola PDAM 2 Tingkat Pelayanan % 17.5 3 Kapasitas Produksi M3 1.964.541,60M³ 4 Kapasitas Terpasang Lt/detik 103 5 Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit 5,310 6 Jumlah Kran Air Unit 5,310 7 Kehilangan Air (UFW) % 40 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) M3 Rp. 2,400 9 Jumlah pelanggan per wilayah - Wilayah Raba Pelanggan 2,221 - Wilayah Bima Pelanggan 3,089
Keterangan
Untuk data per kecamatan tidak dapat dirincikan, karena belum direkap secara terpisah. Jumlah Produksi air PDAM per tahun adalah 1.964.541,60 M³ dengan tingkat kebocoran sekitar 40%. Tingkat kebocoran ini diperoleh dari selisih hasil produksi dan hasil penjualan yang dihitung tiap tahunnya. Adapun isu utama yang menjadi permasalahan yang spesifik yang dihadapi PDAM Bima adalah : 1. Kebocoran Fisik, yang disebabkan oleh beberapa hal: a. Umur teknis pipa yang sudah melampui batas b. Alat ukur banyak yang rusak dan mati baik yg di Instalasi maupun di Rumah Tangga (60%) c. Indikator pengukuran belum maksimal 2. Kebocoran Non Fisik a. Petugas pencatat sering tidak mencatat sesuai yang sebenarnya (berdasarkan perkiraan) b. Kesalahan pada saat perekapan data
Dari dua issu utama di atas beberapa hal perbaikan yang telah di lakukan antara lain: 1. Memperbaiki kebocoran pada pipa, dengan cara di beton dan shok 2. Pembenahan secara internal. Tabel 3. Nama instalasi dan Jenis Sumber Air PDAM No Nama Instalasi Sumber Air Terpasang (ltr/dtk) 1 Nungga Air Permukaan 60 2 Oi Si’i Mata Air 6 3 Penaraga Perpompaan 10 4 Sadia Perpompaan 5 5 Jatiwangi Perpompaan 5 6 Penatoi Perpompaan 12 7 Kodo Perpompaan 5
Termanfaatkan (ltr/dtk) 46 3 5 3½ 4 10 3
Distribusi (ltr/dtk) 43 2 4 3 2½ 10 3
Di Kota Bima selain PDAM ada juga beberapa usaha pengelolaan Air Minum yang di lakukan oleh pihak-pihak swasta seperti: Depot Air Minum dan Usaha Air Minum Dalam Kemasan. Namun sampai dengan saat ini pengusaha pengelola Air Minum ini masing-masing masih berdiri sendiri belum tergabung dalam satu kelompok besar. Usaha Depot Air Minum dan Usaha Air Minum dalam kemasan yang ada di wilayah kota bima sangat banyak memberikan kontribusi dalam upaya penyediaan air minum yang sehat dan higienes. Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bima sampai dengan Desember 2011 jumlah Depot Air Minum yang ada di Kota Bima ada 10 buah yang tersebar di lima kecamatan. Disamping itu terdapat tiga Usaha Air Minum dalam Kemasan yang ada di Wilayah Kecamatan Mpunda dan Asakota. Hal ini juga terbukti dari hasil pemeriksaan laboraturium Dinas Kesehatan Kota Bima selama periode tahun 2011, dari 20 kelurahan yang diambil sampel air bersihnya 100% mengandung Colitinja dan Coliform. Begitu pula untuk PDAM secara Fisik dan Kimia memenuhi syarat, tetapi secara bakteriologis dari 16 sampel yang diambil di 16 kelurahan 100% belum memenuhi syarat. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Sampel Air PDAM Kota Bima Tahun 2011 Hasil Pemeriksaan Sampel Pdam Jml Jml Sampel No Puskesmas Ms Ms Sampel Diperiksa Ms Fisik % % Kimia Bakteri 1 Asakota 2 Penanae 3 Paruga 4 Mpunda 5 Rasanae Timur Kota Bima Th 2011 Kota Bima Th 2010
3.5.2
0 6 4 6 0 16 14
0 6 4 6 0 16 14
0 6 4 6 0 16 14
0.00 100.00 0.00 100.00 0.00 100.00 100.00
0 6 4 6 0 16 14
0.00 100.00 0.00 100.00 0.00 100.00 100.00
0 0 0 0 0 0 11
% 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 78.57
Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Penanganan air limbah industry rumah tangga merupakan peran berbagai pihak, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, dalam hal ini pihak swasta juga ikut berperan dalam pelaksanaannya. Pada skala pemerintahan, peran pemerintah kota dijalankan oleh Badan Lingkungan Hidup sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
Lembaga Teknis Daerah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2008 Nomor 4). BLH menjalankan fungsi yakni: a. Merumuskan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan b. Menyiapkan bahan, menyusun pedoman dan petunjuk teknis, analisa mengenai dampak lingkungan, pemantauan dan pemulihan lingkungan c. Melakukan penilaian dan analisa dampak lingkungan terhadap kegiatan yang potensial dengan dampak negative pada kehidupan masyarakat d. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencegahan, penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan, dan pemulihan kualitas lingkungan e. Mengembangkan program kelembagaan, peningkatan kualitas dan kapasitas dampak lingkungan f. Pembinaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan dan pemulihan kualitas lingkungan g. Pembinaan teknis pelaksanaan, pengawasan analisa dampak lingkungan h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang tugasnya Dalam pelaksanaannya, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan menunjukkan bahwa belum semua industry memiliki pengelolaan air limbah yang memadai. Air limbah yang dihasilkan oleh industry memiliki kualitas yang dapat mencemari lingkungan sehingga perlu dilakukan proses pengolahan sebelum dibuang ke badan air. Perkembangan teknologi yang semakin canggih mengakibatkan pesatnya jumlah industri-industri baru yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan, Saat ini di kota Bima belum banyak industri besar yang berpotensi mencemari lingkungan, khususnya air. Industri yang ada di Kota Bima rata-rata adalah industri kecil, misalnya pabrik tahu. Pabrik ini memang berpotensi mencemari lingkungan karena limbah hasil pengolahan masih dibuang ke sungai tanpa mengalami proses pengolahan apapun. Untuk industri yang berpotensi mencemari udara antara lain beroperasinya PT. Tukad Mas yang mengolah bahan galian golongan C khususnya batu kali yang diproses menjadi ukuran yang lebih kecil dengan alat crusher. Debu dan kebisingan juga berpotensi mencemari lingkungan sekitar. Contoh lain juga, beroperasinya PLTD Ni’U yang menggunakan bahan bakar diesel dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang bersumber dari cerobong pabrik. Selain itu di Kota Bima sedang melakukan pembangunan PLTU yang bertempat diwilayah Kecamatan Asakota Kelurahan Kolo yang sampai sekarang masih dalam proses pembangunan fisik. PLTU ini sangat berpotensi terhadap pencemaran, baik air maupun udara. Dalam hal ini BLH Kota Bima tetap melakukan pemantauan bersama dalam pembangunannya dan untuk pengambilan sampel air laut, sumur dan udara sebagai bahan penyusunan laporan monitoring UKL-UPL. Di antara industri-industri di atas, masih banyak jenis industri yang ada di Kota Bima dan hanya sebagian kecil yang berpotensi mencemari udara dan air. Pengelompokan jenis-jenis industri dilihat dari nilai produksinya dan bahan baku yang digunakan di Kota Bima dapat dipersentasikan pada table berikut ini.
Tabel 3. 42: Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga Kota Bima No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3.5.3
Jenis Industri Rumah Tangga Industri Pangan (Penyucian Garam) Industri Pangan (Air Dalam Kemasan) Industri Kimia dan Bahan Bangunan Industry Pangan Industri Logam dan elektronika Industri Pertambangan Penggilingan daging Pengolahan tepung Tahun dan tempe Industry sablon Genteng Gerabah Vulkanisir ban Pandai besi Pertukangan mas/perak Perhiasan Reparasi kulkas Bengkel mobil/motor Reparasi diesel Pengelasan
Lokasi
Jumlah Industri RT
Jenis Pengolahan
Kapasitas (M3/hari)
Kota Bima
1
On site
-
Kota Bima
2
On site
-
Kota Bima
8
On site
-
Kota Bima
20
On site
-
Kota Bima
12
On site
-
Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima
5 3 23 25 6 29 29 2 14
On site On site On site On site On site On site On site On site On site
-
Kota Bima
8
On site
-
Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima Kota Bima
10 5 103 2 22
On site On site On site On site On site
-
Pengelolaan Limbah Medis Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas. Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah.Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat. Limbah medis dikategorikan menjadi beberapa jenis , antara lain sebagai berikut : Limbah benda tajam, seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis tajam lainnya. Limbah Farmasi, meliputi : obat-obat kadaluwarsa, obat yang dibuang oleh lembaga resmi maupun masyarakat perorangan baik karena tidak terpakai lagi maupun tidak sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. Limbah kimia, adalah limbah yang dihasilkan dari tindakan medis tertentu baik di laboratorium maupun diruang operasi. Limbah patologi adalah limbah yang berasal dari jaringan tubuh yang terbuang pada saat operasi bedah maupun saat otopsi. Limbah infeksius adalah limbah yang berasal dari pasien yang memerlukan penangan khusus atau pasien yang memerlukan isolasi akibat penyakit menular Limbah radioaktif, yaitu : limbah yang berasal dari penggunaan medis ataupun riset dilaboratorium yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif
Di Kota Bima terdapat 5 puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan yang ada yaitu Puskesmas Paruga di wilayah kerja Kecamatan Rasane Barat, Puskesmas Asakota di wilayah kerja Kecamatan Asakota, Puskesmas Mpunda di wilayah kerja Kecamatan Mpunda, Puskesmas Penanae di wilayah kerja Kecamatan Raba, dan Puskesmas Rasanae Timur di wilayah kerja Kecamatan Rasanae Timur. Pada Tahun 2009 terdapat 19 unit puskesmas pembantu (pustu) yang tersebar di 5 kecamatan yakni Kecamatan Rasanae Barat sebanyak 4 unit, Kecamatan Asakota sebanyak 3 unit, Kecamatan Mpunda sebanyak 3 unit, Kecamatan Raba sebanyak 3 unit, dan Kecamatan rasanae Timur sebanyak 6 unit. Untuk penanganan limbah medis memerlukan penanganan khusus, tapi karena keterbatasan sarana dan SDM di kota Bima penanganan limbah medis belum dilakukan.Dari kelima Puskesmas yang ada di Kota Bima , yang terdiri dari : 2 Puskesmas Rawat Inap dan 3 Puskesmas Rawat Jalan belum melakukan pengolahan limbah medis.Tetapi ada beberapa puskesmas yang sudah melaksanakan pemisahan sampah medis seperti Paruga dan Asakota (Puskesmas Rawat Inap), tetapi penanganan akhirnya tetap saja dengan cara di bakar dan dikubur. Dalam penanganannya, khususnya untuk jarum masing-masing puskesmas sudah disediakan Safety Box untuk wadah penyimpanannya setelah habis dipakai. Incenerator di masing-masing Puskesmas sudah ada, tetapi belum difungsikan karena terkendala lahan dan SDM yang mengoperasikannya. Sedangkan untuk Rumah Sakit, Kota Bima belum memilki Rumah Sakit, hanya satu klinik Swasta .Untuk Rumah Sakit yang ada di kota bima masih merupakan milik kabupaten.Walau demikian untuk kegiatan pengelolaan limbah medisnya sudah dilakukan dengan memisahkan serta membakar sampah medis menggunakan incenerator yang di Klinik Swasta Muhamadiyah. Tabel 3.43: Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan Jenis Pengolahan Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Limbah Medis Rumah Sakit Umum Daerah Bima Kel.Rabadompu (RSUD) BIMA Barat Incenerator Klinik Swasta Muhamadiyah Bima Kel.Monggonao Incenerator Puskesmas Paruga Kel.Dara Dikubur, dibakar Puskesmas Asakota Kel. Jatiwangi Dikubur, dibakar Puskesmas Mpunda Kel.Sadia Dikubur, dibakar Puskesmas Penanae Kel.Penaraga Dikubur, dibakar Puskesmas Rasanae Timur Kel.Kodo Dikubur, dibakar Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bima
Kapasitas (Kg/hari) 3 2 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5