Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
BAB III PROFIL SANITASI KOTA PONTIANAK
3.1.
Kondisi Umum Sanitasi
P
embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga masih kita dapati tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat permukiman. Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan, pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan dijalankan. Secara umum kondisi sanitasi kota Pontianak saat ini belum memberikan kepuasan yang memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya badan air, yang berfungsi sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua bahwa kualitas-nya sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang sanitasi di Kota Pontianak guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus, salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kota Pontianak dapat dilihat pada uraian berikut.
3.1.1 Kesehatan Lingkungan
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 1
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Menurunnya kualitas lingkungan hidup di Kota Pontianak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perilaku hidup masyarakat yang belum sadar sanitasi, beban lingkungan yang makin besar akibat pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya, urbanisasi, serta kurang tersedianya sarana dan prasarana sanitasi. Masih kita dapati juga sebagian kecil masyarakat yang tinggal di tepian badan air menggunakan sungai untuk keperluan MCK. Sehingga kekurangan-kekurangan ini masih harus kita upayakan untuk dilakukan perubahan. Menurunnya kualitas air permukaan dikarenakan masuknya air limbah, sampah padat dan tinja ke badan air. Hal ini disebabkan karena limbah cair domestik masih dikelola secara individual. Sistem komunal mandi, cuci dan kakus (MCK) telah dilaksanakan dibeberapa tempat melalui program SANIMAS, tetapi belum menjangkau seluruh pemukiman padat sehingga perlu juga kita lakukan pengadaannya di lokasi-lokasi lain. Limbah cair yang berasal dari industri, rumah makan, hotel, dan rumah sakit baik yang sudah memiliki fasilitas IPAL apalagi yang belum juga memberi kontribusi bahan pencemar. Hal ini menyebabkan Biologycal Oxygent Demand (BOD) dan Chemical Oxygent Demand (COD) meningkat sedangkan Dissolved Oxygent (DO) menurun; sehingga air permukaan di beberapa tempat sudah berbau busuk dan berwarna kehitam-hitaman, kandungan mikroorganisme pada badan air tersebut meningkat serta terjadinya pendangkalan sungai. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk ke wilayah yang lebih luas, menyebabkan jumlah timbulan sampah meningkat setiap tahunnya. Kesulitan mendapatkan area tempat pengelolaan/penampungan sampah sementara (TPS) mempengaruhi ketersediaan jumlah TPS. Sehingga sering kita lihat beberapa TPS yang overload, disamping karena perilaku masyarakat itu sendiri yang suka membuang sampah seenaknya. Isyu lain adalah ketersediaan lahan yang laik untuk tempat pengelolaan sampah akhir (TPA) dan pengelolaan TPA yang masih open dumping dan controlled landfill merupakan tantangan ke depan yang perlu dicari pemecahannya. Rintisan upaya 3R (Reduce, Reuse, Recycle) perlu dilakukan. Upaya pengelolaan sanitasi udara dilakukan lewat uji emisi kendaraan bermotor, penghijauan di ruas jalan kota dan penataan ruang terbuka hijau di pusat Kota. Secara umum, kualitas kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan, dimana hal ini terlihat dari akses masyarakat terhadap kepemilikan sarana dasar sanitasi yaitu jamban dan pengelolaan limbah keluarga/rumah tangga. Dari keluarga sampel (60% dari populasi), keluarga yang memiliki akses terhadap jamban keluarga baru mencapai 81,8% dan 89,92% diantaranya katagori jamban sehat sedangkan +10% sisanya masih belum memenuhi standar kesehatan. Dalam pengelolaan air limbah rumah tangga, baru 51% yang mempunyai saluran air limbah dan hanya 36,44% yang kondisinya dikatagorikan sehat. Berdasarkan data di atas maka masih ada + 20% masyarakat yang tidak punya akses terhadap jamban dan itu artinya kemungkinan besar mereka melakukan aktivitas Buang Air Besar di sembarang tempat. Dalam hal pengelolaan air limbah, lebih dari 50% keluarga sampel tidak mempunyai saluran air limbah rumah tangga.
Tabel 3-1 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009 No
Kecamatan
Jumlah KK
Kepemilikan Jamban
Pengelolaan Air Limbah
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 2
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Total
Sampel
Ada
%
Sehat
%
Ada
%
Sehat
1.
Pontianak Utara
20.595
12.251
10.010
81,71
9.192
91,83
5.207
42,50
2.
Pontianak Timur
17.720
9.600
7.233
75,34
6.204
85,77
3.096
3.
Pontianak Selatan
14.254
8.432
6.647
78,83
6.101
91,79
4.568
4.
Pontianak Tenggara
10.701
7.215
6.311
87,47
5.811
92,08
5.
Pontianak Barat
29.236
16.462
13.132
79,77
11.835
90,12
6.
Pontianak Kota
21.649
13.930
12.201
87,59
10.793
88,46
114.155
67.890
55.534
81,80
49.936
89,92
Jumlah/rata-rata
%
1.714
32,92
32,25
874
28,23
54,17
1.505
32,95
3.894
53,97
1.432
36,77
10.037
60,97
3.781
37,67
8.429
60,51
3.533
41,91
35.231
51,89
12.839
36,44
Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010
3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah, dimana terdapat 10 besar jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Tabel. 3-2 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 – 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Penyakit Infeksi Akut lain Pernapasan Atas Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Atas Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripikal Penyakit Darah Tinggi Penyakit pada sistim Otot dan Jaringan Pengikat Penyakit Kulit Infeksi Diare ( termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Alergi Asma Penyakit Lainnya Gingivitis dan Penyakit Periodental Penyakit pada saluran pernafasan bawah Jumlah
2004
2005
42.581 32.703 14.930 13.275 11.616 9.697 8.041 6.633 4.422 48.229
55.932 42.332 18.382 16.332 12.408 12.828 12.752 9.624 6.154 25.912
2006
2007
2008
83.749 57.000 25.518 20.090 7.306 16.008 15.293 13.221 8.268 7.605
83.765 60.392 24.269 24.229 16.013 13.925 13.053 7.891 7.180 6.216
98.529 56.692 31.376 33.904 10.011 18.655 17.544 14.985
9.908 94 192.127
212.656
254.058
256.933
301.004
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan ladang yang sering terjadi setiap tahunnya. Dibanding tahun 2007, pada tahun 2008 penyakit diare mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakat. Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kota Pontianak sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu, karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/ jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan air tersebut. Sudah banyak program sanitasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk masyarakat yang hidup di pinggiran sungai berupa Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang dibangun wilayah di daratan tetapi karena kebiasaan dan kepraktisan dalam penggunaannya
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 3
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
menjadi kendala. Dalam membuang sampah juga demikian. Sungai digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah yang terbesar. Kebiasaan masyarakat yang masih belum ber-PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 3-3 Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecamatan Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Barat Pontianak Kota Jumlah/rata-rata
Jumlah Rumah Tangga Yang dipantau Ber-PHBS % KK ber- PHBS 1.050 305 29,04 1.260 257 20,39 420 223 55,47 420 195 46,42 840 345 41,07 840 391 46,54 4.830
1.716
35,53
Sumber: Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Kebiasaan masyarakat yang berkontribusi terhadap pencemaran air (sungai) menjadikan penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare masih merupakan penyakit yang angka kesakitannya selalu terjadi berulang setiap tahunnya. Kebiasaan masyarakat yang masih ada sampai saat ini terutama masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai Kapuas, masih menggunakan wc terapung atau dengan nama lain wc helikopter, kebiasaan dan perilaku hidup demikianlah perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk saling mengingatkan dan rasa kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai Kapuas, dari limbah domestik. Secara langsung kotoran yang terbuang itu langsung dihanyutkan oleh air dan kadang dihabiskan oleh biota sungai. Kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat akibat rendahnya pengetahuan tentang hidup sehat dan tingkat perekonomian Lokasi Bantaran Sungai Kapuas masyarakat yang masih dibawa rata-rata sehingga tidak bisa membangun wc yang cukup layak dan sehat untuk hunian mereka. Ada juga sebagian masyarakat merasa lebih gampang dan mudah buang hajat di sungai, ini dikarenakan pola hidup dan kebiasaan masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai. Kondisi wc yang terlihat pada gambar ini biasa terjadi karena pemilik rumah tersebut memang tidak mempunyai biaya untuk membangun wc dan tempat cucian yang layak, kehidupan keseharian mereka juga belum
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
| 4
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
mencapai tahap sejahtera. Ada juga sebagian masyarakat yang memang tidak mau dikarenakan kebiasaan tadi, lebih mudah dan murah membangun wc dan tempat cucian di sungai. Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan masyarakat kota Pontianak, kebersihan dan kelestariannya perlu diperhatikan oleh masyarakat kota Pontianak itu sendiri. Air sungai Kapuas dimanfaatkan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk keperluan-keperluan sehari-hari seperti air baku PDAM, cuci dan mandi masyarakat tepian sungai, air baku pabrik es, tempat pengembangbiakan ikan air tawar, dan lain-lain. Kebersihan dan kualitas air sungai Kapuas secara langsung berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hal yang sangat mahal harganya, kesadaran dari masyarakat dan pola hidup masyarakat sangat diharapkan oleh pelbagai kalangan untuk menjaga kelestariannya, dengan tidak membuang sampah, limbah domestik ke sungai, harus ditata dan diatur secara baik dan benar, sesuai alur sistem pengolahan limbah yang baik. Kota Pontianak terletak di delta Sungai Kapuas merupakan daerah pasang surut. Sebagai kota tua yang berdiri sejak tahun 1771 masehi banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai, sementara wc dan kamar mandi pada saat surut air sampah dan limbah akan terseret keluar dan ada yang tersangkut di permukaan tanah, pada waktu air pasang tiba, semua sampah yang ada pada permukaan tanah akan mengapung, sehingga limbah dan kotoran akan menggenang, apalagi pada saat kondisi wc atau tempat pembuangan itu tidak teratur dan sudah penuh, sehingga limbah yang harusnya masuk ke bak penampungan akan mengapung. Kondisi seperti ini perlu penanganan khusus, terutama typical daerah pasang surut yang memang masyarakat setempat yang berdomisili di bantaran sungai dan mengandalkan air sungai untuk keperluan sehahi-hari, dan pada saat pasang air sungai atau laut naik kepermukaan dan menggenangi daratan akan mengakibatkan semua yang ada pada permukaan akan merambah naik sampai ke hunian penduduk. Termasuk limbah dan sampah tersebut. Disamping pembangunan sarana dan prasarana yang ada perlu sangat diperhatikan operation and maintenance sehingga kenyamanan dan kebersihan pada saat menggunakan sarana tersebut dapat tercapai. Walaupun sarana wc yang digunakan masyarakat terlihat amat sederhana dan tidak terlalu bagus tetapi dengan memelihara dan merawat sarana yang ada akan terlihat bagus dan tahan lama usia bangunan nya. Ketersediaan air bersih sangat penting , sebagai pelengkap sarana WC. Selain kloset dan ember akan sangat baik jika dilengkapi dengan bak air, sehingga ketersediaan air pada saat membersihkannya lebih mudah. Kamar mandi dan WC harus selalu dibersihkan untuk menghindari bau yang tidak sedap pada saat menggunakan dan sekitar lingkungan, paling tidak dibersihkan 1 – 2 kali sehari. Air bersih juga harus selalu tersedia di WC tersebut sehingga pada saat selesai buang air kecil dan BAB langsung disiram dan dibersihkan.
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 5
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kloset WC bermacam-macam, ada yang disebut kloset jongkok dan ada juga yang disebut kloset duduk, dari sisi fungsi sama saja, sementara untuk kenyamanan tentunya kloset duduk dirancang lebih nyaman ketika digunakan. Limbah dari Kloset / wc ini tentunya langsung dimasukkan ke tangki septik, ada yang menggunakan bak penampungan seperti Biofill. Proses pembuangannya dari kloset / lobang di salurkan dengan menggukan paralon atau pipa yang dipasang miring hingga mengalir ke bak pembuangan atau biofill tadi, kemudian ditampung di kotak pembuangan dan proses di dalam bak fiofil tadi dioleh sehingga kotoran tadi menjadi air dan diserap ke dalam tanah. Pemasangan pipa terlihat pada gambar disamping, pipa yang tersambung dari kloset ke biofill. Pemasangan pipa biofil harus kuat dan jangan sampai bocor hingga hawa atau baunya sampai keluar menimbulkan bau yang kurang sedap. Jadi pemasangan pipa biofil ini harus benar rapat dan benar sesuai spesifikasi.
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Lokasi Sungai Kapuas Pontianak
Lokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak
Pemasangan Biofill terlihat pada gambar disamping yang terdiri dari beberapa komponen antara lain pipa dari kloset dan pipa pembuangan yang yang mengarah ke tanah dan dipasang tertanam kedalam tanah sehingga hasil dari olahan kloset tadi bisa meresap kedalam tanah, tanpa menimbulkan hawa dan bau yang tidak sedap. Selain Biofill ada juga yang disebut TRIPICON”S” sebenarnya fungsi dan manfaatnya tidak jauh berbeda dengan biofill, hasil limbah yang berasal dari kloset/wc tadi dihubungkan melalui pipa pembuangan kemudian masuk ke bak penampungan, lalu dibawa oleh pipa ke bak penyaringan untuk mengubah limbah tadi dilakukan penyaringan sehingga pada saat
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
Lokasi Sungai Kapuas Pontianak
| 6
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
limbah tersebut keluar sudah menjadi air dan bukan limbah kotor lagi. Untuk bentuk dari Tripicon S ini bermacam-macam tergantung keperluan dan selera, bisa berbentuk bulat dan bisa juga berbentuk persegi empat. Penggunaan Tripicon S ini ada di lokasi pinggiran sungai Kapuas pada lokasi yang padat penduduk nya, dengan adanya bak penampungan yang efektif dan efisen untuk menampung dan mengolah limbah cair hasil buangan tentunya pola bisa diikuti oleh masyarakat lain yang belum mengggunakan pola pengolahan limbah yang baik di hunian mereka. Hasil Pengolahan di lokasi pinggiran sungai Kapuas terlihat pipanya mengarah kepembuagan atau sungai, hasil pengolahan dari Tripicon “S” ini sudah cair, melalui proses pengolahan dan penyaringan. Pemerintah kota Pontianak pada saat ini juga memiliki layanan sedot wc limbah rumah tangga dan hasil buangan dari wc sehingga masyarakat yang memerlukan jasa sedot wc bisa menggunakan jasa layanan Pemerintah Kota Pontianak, hasil limbah kemudian dibawa ke tempat pengolahan dan kemudian dibuang ketempat pembuangan akhir yaitu di Batu Layang. Selain pemerintah, juga ada beberapa pihak swasta yang melakukan kegiatan sedot wc ini, usaha ini belum terkordinir dengan baik, biasanya pihak swasta tersebut memasang iklan nya di pohon-pohon dipersimpangan Lokasi Dinas Kebersihan Kota Pontianak
jalan,dan ada juga yang memasang iklan di Pontianak Post. Lokasi Proses Pengolahan dan Pembuangan Akhir Limbah padat maupun Cair di Lokasi Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara.
3.1.3 Kuantitas dan Kualitas Air
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 7
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Air bersih merupakan kebutuhan hidup yang esensial, karena tidak satu pun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Selain dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik seperti minum, masak, mandi dan mencuci, air juga berpengaruh pada bidang sosial, ekonomi, teknologi dan kesehatan. Jika secara kualitas air tidak memenuhi syarat, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan, teknis, estetika, dan ekonomis. Gangguan kesehatan dapat terjadi karena adanya penyakitpenyakit yang penularannya melalui perantaraan air (Water Borne Diseases). Oleh karena itu, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitasnya memenuhi syarat. Di dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, masyarakat Kota Pontianak memanfaatkan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sampai tahun 2009 cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Pontianak baru mencapai 68%. Hal ini terjadi karena instalasi PDAM belum menjangkau seluruh wilayah Kota Pontianak dan atau masyarakat tidak mau, tidak mampu memasang instalasi PDAM dikarenakan faktor ekonomi. Untuk mencukupi kekurangan air bersih, kebiasaan hidup masyarakat Kota Pontianak memanfaatkan air hujan, terutama untuk memasak dan minum. Sedangkan untuk kegiatan mandi dan mencuci, masyarakat memanfaatkan air permukaan seperti air kolam dan air sungai. Pergantian musim hujan ke musim kemarau merupakan masalah bagi masyarakat Kota Pontianak untuk mendapatkan air bersih karena suplai air bersih dari PDAM akan dihentikan disebabkan intrusi air laut, sehingga menyulitkan proses pengolahan air baku dan dapat merusak instalasi perpipaan yang terbuat dari material besi. Selain itu, persediaan air bersih yang bersumber dari air hujan akan habis. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih juga kurang ekonomis dan membutuhkan pengolahan terlebih dahulu, karena air tanah di wilayah Kota Pontianak mengandung kadar Fe yang tinggi. Jalan yang ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih adalah dengan memanfaatkan air permukaan berupa air kolam dan air sungai. Padahal permukaan tanpa pengolah tidak memenuhi syarat sebagai sumber air bersih. Hal ini mengakibatkan letusan penyakit Diare selalu terjadi setiap tahun. Secara umum, akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah. Dari keluarga yang dijadikan sampel baru 69,24% yang mempunyai akses terhadap air bersih, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 3-4 Keluarga dengan akses air bersih menurut kecamatan tahun 2009 No.
Kecamatan
Jumlah KK Sampel
Akses Air Bersih PAM
PAH
% Akses Air Bersih Lainnya
Jumlah
1.
Pontianak Utara
20.595
12.251
3.872
3.047
116
7.035
31,61
24,87
0,95
57,42
2.
Pontianak Timur
17.720
9.600
4.145
2.635
347
7.127
43,18
27,45
3,61
74,24
3.
Pontianak Selatan
14.254
8.432
5.415
906
129
6.450
64,22
10,74
1,53
76,49
4.
10.701
7.215
3.945
801
553
5.299
54,68
11,10
7,66
73,44
5.
Pontianak Tenggara Pontianak Barat
29.236
16.462
6.450
2.869
798
10.117
39,18
17,43
4,85
61,46
6.
Pontianak Kota
21.649
13.930
7.083
3,433
464
10.980
50,85
24,64
3,33
78,82
114.155
67.890
30.910
13.691
2.407
47.008
45,53
20,17
3,55
69,24
Jumlah/rata-rata
Total
Lainnya
Jumlah
PAM
PAH
Sumber: DInas Kesehatan Kota Pontianak, 2010
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 8
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, sebagian masyarakat kota Pontianak ada yang menggunakan air ledeng (PDAM), dan ada juga sebagian masyarakat di kota Pontianak ini yang masih mengandalkan air hujan untuk di konsumsi sehari hari, baik untuk memasak, minum dan mencuci, masyarakat menggunakan talang dan penampungan berupa tong air yang terbuat dari semen untuk mendapatkan dan menampung air hujan tersebut sehingga kuantitas air yang tertampung hanya mengandalkan tadah hujan saja, dari talang dan atap rumah tangga tersebut dapat lah kiranya kita pikirkan sejauh mana standart Lokasi Komyos Sudarso kualitas kesehatan dari masyarakat itu bias Pontianak terpenuhi dengan baik. Terkait dengan pola hidup dan kebiasaan tadi sebagian masyarakat menggunakan kulitas air hujan yang lebih murah, ini juga disebabkan karena tingkat kesadaran dan kualitas pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga pemahaman tentang kesehatan juga teramat sedikit, ini disebabkan biaya kesehatan itu amat mahal harganya, sehingga Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak masyarakat juga belum mampu dalam mengupayakan standart- standar kesehatan itu, paling tidak mendekati standart maxsimal tentang pentingnya akan kesehatan pribadi dan lingkungan. Disamping menggunakan atau mengkonsumsi air ledeng (PDAM) sebagian masyarakat juga menggunakan sumur atau air tanah untuk keperluan mandi dan mencuci, dimana jarak dari septiktank dan sumur mata air yang digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga juga harus diperhatikan sehingga air buangan dari septiktank tidak rembes ke dalam dan bercampur dengan air sumur resapan yang digunakan untuk meandi dan mencuci. Air sumur yang digunakan untuk mencuci dan mandi juga harus perlu diperhatikan kualitas air nya sehingga kesehatan masyarakat yang tinggagal dan dan menggunakan air dilikingkungan tersebut akan terjaga kesehatan nya. Sumur resapan yang dibangun digali sedalam 2 – 3 meter atau sepanjang 3 sambung goronggorong, dan biasanya dinding penahan dari sumur tersebut terbuat dari kayu cerucuk atau kayu belian untuk menahan tanah runtuh kesamping. Yang sangat perlu diperhatikan sekali apabila dinding penahan dari kayu air resapan dari samping akan rembes dan masuk ke dalam sumur tersebut, apabila tanpa kita sengaja jarak wc, dan pembuangan dekat dengan sumur tersebut akan bercampur dengan hasil buangan tadi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 9
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga: untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut : a)
Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran air buangan. b) Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air. c) Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin. Definisi Operasional Variabel Bebas: Kadar Bakteriologis Sebelum Unit Instalasi Variabel Terikat: Kadar Bakteriologis Setelah Unit Instalasi Variabel Antara: Sumber Air Baku
Alat Instalasi
Penanganan Air
Desinfektansi
Jumlah bakteri E. Coli pada air sebelum melalui instalasi air depo isi ulang.
Uji Lab.
MPN
Ratio
Jumlah bakteri E. Coli pada air setelah melalui instalsi air depo isi ulang.
Uji Lab.
MPN
Ratio
Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk air minum isi ulang. Jenis alat instalsi pengolahan yang dipergunakan (Merk, Biaya, jumlah filter, dll) Cara perlakuan air/pada pengisian galon setelah melalui unit instalsi air. Sistem pembunuhan bakteri
Wawancara
Lembar Tilik
Nominal
Observasi
Cheklish
Ordinal
Observasi
Chkelish
Ordinal
Observasi
Chkelish
Nomonal
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 10
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Lama Operasi Depot Air
yang dipergunakan dalam proses instlasi. Lama operasi depot air sejak mulai dibukanya usaha depot air
Wawancara
Lembar Tilik
Ratio
Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri koliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Health Association,1989 ) dan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Polution Control Federation, Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JPT ( Cappuccino & Sherman., 1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam 100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam (tiga seri pertama,kedua dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan dengan tabel MPN/JPT. Data di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data dari contoh-contoh air minum isi ulang setelah di analisis di laboratorium Mikrobiologi, akan dibandingkan dengan Permenkes No.416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Berdasarkan uraian diatas dengan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber air baku yang dipergunakan 100% menggunakan air gunung, dari Anjungan sebanyak77,2%, Paniraman sebanyak 12,3% dan dari Sui Purun sebanyak 10%. 2. Kualitas air baku yang dipergunakan sebagian besar (71,9%) angka MPN Coliform masih belum memenuhi syarat kesehatan, demikian halnya angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 59,6%. 3. Kualitas air olahan yang dihasilkan sesuai Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum masih terdapat 33,3% angka MPN Coliform belum memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 15,4%. Kuantitas Air Baku PDAM, Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan non domestik. NO.
JENIS KEBUTUHAN
PEMAKAIAN AIR RATA-RATA PER HARI (LITER)
1. 2.
Kantor Rumah Sakit
100 - 200 250- 1000
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Gedung Bioskop Sekolah Dasar & SLTP SLTA & PT Laboratorium Toserba Industri/Pabrik
9. 10. 11. 12. 13.
Statsiun dan terminal Restoran Hotel Perkumpulan Sosial Tempat Ibadah
10 40-50 80 100-200 3 Buruh pria = 80 Buruh wanita = 100 3 30 250-300 30 10
KETERANGAN Per karyawan Setiap tempat tidur pasien Pasien luar : 8 liter Pegawai : 160 liter Per Pengunjung Permurid, Guru : 100 liter Permurid, Guru : 100 Liter Perkaryawan Pengunjung ,karyawan = 100 Liter Per orang pershift Setiap penumpang Penghuni :160 Liter Untuk setiap tamu Setiap Tamu Jumlah jemaat setaip hari
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 11
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Klasifikasi dan struktur kebutuhan air No.
Parameter
Kota metro >1.000.0000 (Jiwa)
Kota Besar 500.0001.000.000 (Jiwa)
Kota Sedang 100.000-500.000 (Jiwa)
Kota Kecil < 100.000 (Jiwa)
1
Tingkat Pelayanan (target)
100%
100%
100%
100%
2
Tingkat pemakaian air (liter/orang/hari) Sambungan Rumah(SR) Kran Umum (KU)
190 30
170 30
150 30
130 30
3
KebutuhanNon domestik -Industri (l/d/ha) Berat Sedang Ringan -Komersial(l/d/ha) Pasar Hotel - Sosial & Institusi: Universssitas(l/Mhs/hari) Sekolah (l/siswa/hari) Mesjid (m3/hr/unit) Rumah Sakit(l/km/hr) Puskesmas(m3/hr/unit) Kantor(l/dt/hr) Militer (m3/hr/ha)
15% - 30% x Kebutuhan Domestik 0,50-1,000 0,25-0,50 0,1 – 1,0 400 1000 20 15 1 –2 400 1- 2 0,01 10
4
Kebutuhan hari rata-rata
Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
5
Kebutuhan hari maksimum
Kebutuhan rata-rata x 1,15- 1,20 (faktor hari maksimum)
6
Kehilangan air Sistem baru Sistem lama
20% x Kebutuhan rata-rata 30%-50% x Kebutuhan rata-rata
7
Kebutuhan jam Puncak
Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak 1,5 – 2
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
3.1.4 Limbah Cair Rumah Tangga
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Limbah cair di Kota Pontianak secara umum dapat dikategorikan atas limbah rumah tangga dan limbah industri. Kota Pontianak belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran yang akan bermuara ke badan air berupa anak sungai yang akan mengalir sampai ke sungai Kapuas. Dengan demikian, sungai Kapuas merupakan tempat penampungan seluruh limbah cair di Kota Pontianak. Pembuangan limbah cair rumah tangga menyangkut kebiasaan dan lahan yang ada di
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
| 12
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
sekitar pekarangan masih dianggap layak dan bisa dimanfaatkan untuk membuang limbah cair rumah tangga tanpa memperhatikan dan melihat dampak dari limbah tersebut terhadap kesehatan dan kebersihan orang lain ( tentangga ) dan lingkungan sekitar. Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga sebagian masyarakat yang sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat itu, mengumpulkan sisa limbah rumah tangga tersebut dalam kantong plastic atau ember dan kemudian di buang ke tempat penampungan sampah yang berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian diangkut oleh truk pengangkut sampah. Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi terkadang biasanya di gelontorkan juga langsung melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau sungai itu sendiri. Masalah limbah sampah dan lain-lain yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari masyarakat itu sendiri dan itu adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan yang sehat dan ramah lingkungan.
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Sebagian masyarakat ada juga yang sudah menggunakan dan memanfaatkan saluran/sarana yang Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak ada di rumah nya untuk mengalirkan dan pembuang hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari hasil limbah tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan pemanfaat sarana tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang nyaman serta arti hidup sehat yang sesungguh nya.
3.1.5 Limbah Padat Timbulan sampah di Kota Pontianak pada tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3-5 Proyeksi Timbulan Sampah Kota Pontianak Juni 2008
No. 1 2 3 4
Asal Sampah Permukiman Komersil Pasar Perkantoran
Timbulan sampah (m3/hari) 1.018,28 112,05 274,53 4,55
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 13
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
5 6 7 8 9
Fasilitas Umum Sapuan Jalan kawasan Industri Saluran(drainase) Lain-lain Jumlah
4,09 3,05 1,36 2,09 0,78 1.424,75
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak 2008
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2012 yang akan mencapai 703.696 jiwa, maka limbah padat domestik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan standar timbulan sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari, yaitu sebesar 1.759.241 liter/hari atau 1.759 m3/hari. Untuk limbah non domestik, terdapat timbulan sebesar 20% dari limbah padat domestik, yaitu sebesar 351.848 liter/hari atau 352 m3/hari. Total timbulan sampah yang dihasilkan setiap hari menjadi 2.111.089 liter/hari (2.111 m3/hari). Adapun komposisi sampah Kota Pontianak sangat tergantung dari kondisI musim, geografis dan sosial ekonomi, biasanya terdiri dari : o Kertas = 5,0 % o Kaca = 2,1 % o Plastik = 6.0 % o Logam = 2,0 % o Kayu = 1,5 % o Kain = 0,1 % o Karet = 0,1 % o Organik(sayur,daun) = 83,0% o Lain-lain = 0,2% Jumlah = 100 %
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Berdasarkan komposisi diatas, dinyatakan bahwa komposisi untuk Kota Pontianak sudah masuk kategori sehat (diatas 80% organik). Ini berarti warga kota sudah mulai memahami penggunaan bahan-bahan organik sebagai sumber konsumsi sehari-hari. Program pemerintah tentang persampahan atau limbah padat ini sangat gencar sekali baik di tingkat pusat sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level masyarakat bawah, tindakan nyata adalah penyediaaan tong sampah pada tempat-tempat tertentu sehingga masyarakat bisa membuang sampah pada tempatnya.
Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Untuk di lokasi Perumahan biasanya masyarakat menyediakan atau membuat sendiri tempat pembakaran sampah, atau menggunakan jasa penangkutan sampah untuk membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Pemerintah menyediakan tempat
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
| 14
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
penampungan sementara sampah, baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut dengan menggunakan truk sampah kemudian dibawa ketempat pengolahan atau pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkot Pontianak bertepat di Batu Layang. Sampah padat yang dihasil kan oleh Rumah tangga warga atau tempat sampah, kemudian dengan menggunakan gerobak sampah diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkot Pontianak. Penampungan Sementara Sampah yang telah disiapkan Pemkot terlihat penuh dan siap untuk diangkut ketempat pembuangan akhir, sementara dicelahcelah timbunan sampah padat dan apapun bentuk nya pemulung mengais rezeki dengan mengumpulkan sampah ke penampung sampah atau ke cukong-cukong sampah untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat sehingga sampah itu bisa didaur ulang kembali. Masyarakat juga terlibat dalam pengolahan dan pengumpulan sampah-sampah yang bisa dilakukan daur ulang seperti sampah kertas dan kardus serta plastik. Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak
Pengumpul bahan-bahan bekas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, kaum wanita juga ikut serta dalam mengumpulkan barang barang bekas ini, sehingga peran serta kaum hawa juga sangat berperan penting, dimana pekerjaan mengumpul sampah dan barang bekas ini menurut pandangan mereka mereka bisa mendatangkan rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lokasi Jalan Apel Pontianak
Lokasi Jalan Martadinata Pontianak
Sampah secara tanpa kita sadari juga menghasilkan dan meraih untung yang menjanjikan dari sampah ini, kelihatannya secara kasat mata kotor dan menjijikkan serta pekerjaan ini dianggap rendah tetapi tidaklah oleh sebagian orang pencari sampah, secara tidak langsung mereka juga membantu program pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Beberapa pemungut barang bekas dan pengelola daur ulang sampah di kota Pontianak antara lain daur ulang kardus atau kertas serta kaleng bekas, Sektor swata juga melirik pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menjanjikan serta bisa meraih untung yang berlipat ganda.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 15
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Pengumpulan sampah di tempat penampungan sementara merupakan suatu rangkaian kegiatan pengolahan sampah, baik limbah cair maupun padat, dari tempat penampungan dan penumpukan sampah, lalu diangkut ke tempat pengolahan atau pembuangan akhir. Pengangkutan limbah sampah tersebut menggunakan Truk pengangkut sampah kemudian dibawa dan dibongkar ditempat penampungan sampah, dengan menggunakan tenaga manual dan mekanis (truk arm-roll), pada saat penumpukan dan pembuangan akhirnya sampah diratakan dengan peralatan berat dozer dan excavator. Sampah yang diangkut dan ditumpuk dalam suatu kawasan ditempatkan pada Lokasi Penumpukan dan pengolahan sampah di Batu Layang, Pemerintah menyediakan lokasi sampah ini agak jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masayakat.
3.1.6 Drainase Lingkungan Drainase di Kota Pontianak masih menggunakan sistem gabungan (mix drain) di mana air hujan dan pembuangan limbah cair rumah tangga disalurkan dalam satu saluran. Peruntukan saluran drainase tersebut hanya untuk memindahkan genangan air ke sungai. Pada saat hujan lebat sedangkan muka air sungai sedang tinggi karena air pasang maka akan terjadi genangan air dimana-mana. Kejadian ini akan mengganggu aktivitas masyarakat karena sebagian besar genangan terjadi di jalan raya termasuk di jalan-jalan protokol seperti jalan Ahmad Yani. Gambar 3-1 Peta Drainase Kota Pontianak
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 16
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Drainase lingkungan di kawasan permukiman yang mengalirkan air ke badan air pembuangan, beberapa di antaranya masih sangat sempit dan sederhana sekali, sehingga kita dapati air sisa limbah atau buangan sisa mencuci rumah tangga tidak mengalir dengan lancar, masih tersisa di saluran. Karena terletak di daerah pasang surut yang topografinya dekat dengan permukaan laut, saluran drainase di kota Pontianak rawan sedimentasi. Proses penggelontoran tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masih dijumpai saluran drainase yang tidak dibersihkan sehingga terlihat kotor, air buangan tersendat atau mengalami
Lokasi Jalan Merdeka
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 17
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
penyumbatan untuk dialirkan ke tempat pembuangan, ini tidak saja disebabkan oleh saluran yang mampet karena sampah, namun juga oleh sedimentasi alami.
3.1.7. Pencemaran Udara Dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor tentunya tingkat polusi dan pencemaran udara cukup tinggi sampai saat ini belum ada cara yang signifikan untuk mengatasi pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan dan asap industri. Kota Pontianak tergolong wilayah konsumtif kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Sehingga dengan demikian polusi udara di kota Pontianak ini bisa dikatakan cukup serius tingkat pencemarannya. Tabel 3-6 Jumlah Kendaraan Bermotor Di Kota Pontianak Menurut Jenisnya Tahun 2004 – 2007
Jenis Kendaraan
2004
2005
2006
2007
Mobil Penumpang
9,802
10,954
26,182
27,434
Mobil Barang
5,829
7,143
16,007
7,957
Bus
1,448
1,460
1,120
1,141
Sepeda Motor
210,996
239,922
271,603
306,340
Jumlah
228,075
259,479
314,912
342,872
Sumber: Sat Lantas Polda Kalimantan Barat
Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan menanam pohon dan perdu yang dapat mengurangi dampak-dampak pencemaran udara, di sepanjang jalur hijau pinggiran jalan dan taman kota. Setiap trotoar diupayakan diberi tanaman perdu yang dapat menyaring pencemaran udara. Jalur trotoar yang dilengkapi dengan tanaman pohon dan perdu ini dapat kita lihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Gusti Sulung Lelanang, Jalan Teuku Umar, Jalan Johar, Jalan Jendral Urip dan sebagainya. Sedangkan pada ruas-ruas jalan lain selalu ditanam pohon pelindung, yang tidak saja melindungi dari panasnya matahari, namun juga fungsi penyerapan karbon monoksida dari kendaraan bermotor. Pada kawasan-kawasan perdagangan diupayakan dengan menempatkan pot-pot dan bak tanaman hias, sehingga menjadikan kota Pontianak lebih colourfull dan asri.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 18
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.1.8. Limbah Industri Limbah Pabrik untuk kota Pontianak ini disebabkan gencarnya kegiatan illegal loging sehingga sebagian limbah itu bisa dikatakan agak berkurang, sementara di sektor lain juga terdapat limbah pabrik pengolahan hasil limbah pabrik tersebut diarahkan ke Batulayang, dikarenakan Lokasi Pabrik yang beroperasi saat ini kebanyakan di kecamatan Pontianak Utara Kelurahan Batu Layang, sehingga untuk penanganannya lebih cepat dan mudah.
3.1.9. Limbah Medis Limbah medis ini tentunya terkait dengan limbah rumah sakit, pengelolaannya juga ke TPA Batu Layang. Rumah Sakit menyediakan penampungan kemudian diangkut oleh petugas kebersihan lalu diangkut dengan truck kemudian dibawa ke Tempat Pengelolaan Akhir Batu Layang. Khusus Rumah Sakit Antonius dan Soedarso sudah memiliki incinerator untuk memusnahkan waste yang berbahaya. Fasilitas ini juga digunakan oleh rumah sakit lain yang tidak memiliki incinerator melalui perjanjian bersama.
3.2.
Pengelolaan Limbah Cair
3.2.1 Landasan Hukum Landasan hukum pelaksanaan pengelolaan limbah cair berdasarkan beberapa produk hukum baik berupa : Undang-Undang : 1. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Kepmen No.51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri 3. Kepmen No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel 4. Kepmen No.113 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara Peraturan pemerintah : 1. PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 2. PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 3. PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 4. Perda Kota Pontianak No.10 Tahun 2001 tgl 23 Juli 2001 tentang retribusi penyedotan kakus 5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak Nomor 001 tanggal 4 Januari 2010 bahwa operasional dan pemeliharaan IPLT di bawah UPTD TPA Sampah dan Limbah Keputusan Menteri : 1. Kepmen No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 19
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
2.
Kepmen No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi dan atu Tembaga
Peraturan Daerah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan. 4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.
3.2.2 Aspek Kelembagaan Dalam upaya peningkatan sanitasi lingkungan di Kota Pontianak, instansi-instansi yang terkait langsung adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, Dinas PU,dan Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak pembentukan berdasarkan SK Walikota Pontianak Nomor 46 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, tugas pokok, fungsi dan tata kerja Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak. Untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak berdasarkan SK Walikota Nomor 40 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Kinerja aparatur yang bertugas di bidang Limbah dan Persampahan khususnya di kota sudah cukup baik, terbukti dengan adanya petugas-petugas pengolahan dan pengangkutan limbah baik padat dan cair, bekerja secara kontinyu membersihkan kota setiap harinya. Bersama-sama pasukan kuning dan mereka tanpa kenal lelah membersihkan kota kita tercinta ini sehingga kota Pontianak ini bisa jadi kota yang Bersih, Indah dan Nyaman.
Lokasi Dinas Kebersihan Pontianak
Ke depan kelembagaan ini perlu diperkuat dengan sumberdaya yang lebih baik, program kegiatan, dan pendanaan yang memadai. Karena sampai saat ini Pemerintah Kota Pontianak belum memiliki kelembagaan khusus yang menangani limbah cair. 3.2.3
Cakupan Pelayanan
Limbah rumah tangga sampai saat ini dibuang langsung ke saluran-saluran drainase yang ada melalui parit-parit kota dan sungai alami, langsung dibuang ke Sungai Kapuas. Untuk limbah industri, mengingat lokasi sebaran industri yang umumnya berada di tepi sungai, harus diawasi dengan ketat supaya tidak membuang langsung limbahnya tanpa pengolahan. Air Sungai Kapuas yang dimanfaatkan sebagai air baku PDAM lama kelamaan akan tercemar jika pemerintah tidak mengawasi secara ketat buangan industri langsung ke
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 20
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
sungai. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang sangat mengganggu umumnya berupa detergent sisa-sisa pencucian. Kota Pontianak melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai yang berada di Kota Pontianak yaitu Sungai Kapuas. Selain melakukan pemantauan kualitas air juga dilakukan pengawasan dan penaatan hukum lingkungan hidup terhadap industri, rumah sakit, rumah makan, limbah domestik, bengkelbengkel dimana output dari kegiatan pengawasan dan penaatan hukum ini terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas. Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 kualitas air Sungai Kapuas dan anak sungainya setiap tahun menunjukkan bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Deman (COD), Nitrit (NO2) dan Besi (Fe) melebihi Baku Mutu yang ditetapkan melalui PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada tahun 2009 parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter NO2 dan Fe (sumber : BLH tahun 2010). Grafik Kualitas Air Sungai Kapuas Kota Pontianak
Nilai
50
27.5 20.2
24.2
27.6 10 10.3 9.2
18.9
10
21.5
7.4
9.9
6.6 6.5
6.4
10
8.15 8.17
6.5
2.5
9
1.6
1.04 4.6 0.06 1.02
0.97
0.05 0.3
0.1
t Su lfa
Fe
2 N
O
3 O
D
N
O
D O C
pH
L H D
ni ty
TS S
S TD
Tu rb id i
Te
m pe ra
tu r
0
Parameter Uji
Cakupan daerah layanan Bidang Kebersihan Limbah ini Mutu pemerintah kota melayani NilaiKegiatan (kapuas besar) Nilai (kapuas kecil) Nilai Baku seluruh wilayah Kota Pontianak yang meliputi 29 Kelurahan dan 6 Kecamatan, dimana lokasi sarana dan tempat sampah tersebar di wilayah Kota Pontianak, yang cukup jauh jaraknya ke tempat pembuangan akhir ( TPA ) Batu Layang. Pelayanan limbah yang dilakukan oleh Pemkot Pontianak ini berupa berbagai jenis limbah antara lain, limbah rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, jalan, mall,pasar, restoran, hortel serta rumah makan, baik limbah/ sampah cair maupun sampah padat. Pada musim kemarau kadar garam air Sungai Kapuas cenderung meningkat, disamping itu juga pengaruh pasang surut air yang menyebabkan terjadinya fluktuasi perubahan kualitas air Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya serta pengaruh curah hujan yang terjadi penggelontoran dan run of water yang cukup tinggi yang membawa beban pencemaran terhadap badan air Sungai Kapuas dan Landak. Dengan demikian kondisi kualitas air Sungai
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 21
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya dipengaruhi pasang surut air, curah hujan dan pembuangan limbah domestik, industry, sampah dan lain-lain serta dampak kegiatan penambangan emas tanpa ijin dan aktifitas lainnya diluar wilayah Kota Pontianak ke dalam badan air. Kondisi kualitas air Sungai Kapuas dan Landak dan anak-anak sungainya secara umum berada pada kisaran Kelas I dan Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Selain memantau kualitas air permukaan, Kota Pontianak juga melakukan Pengelolaan instalasi pengolahan lumpur tinja. Pengelolaan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak sampai saat ini berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak dibangun sejak tahun 1997 melalui program KUDP (Kalimantan Urban Development Project). Dalam perkembangan selanjutnya IPLT disempurnakan sarana dan prasarananya melalui Dana Bantuan Pusat dengan penambahan prasarana pendukung berupa : 1) 2) 3) 4) 5)
Pagar keliling Bangunan Laboratorium Penyempurnaan Jalan Lingkungan Jalan Kerja Penanggulangan kebocoran pada Imhoff Tank
IPLT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak terletak di Jalan Kebangkitan Nasional. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota. Lokasi IPLT ini bersebelahan dengan lokasi TPA dengan struktur lahan gambut. Pelayanan IPLT sejalan dengan penarikan retribusi. Retribusi yang didapat dari penyedotan tinja selanjutnya disetor pada Kas Daerah. Berikut data penyetoran retribusi penyedotan yang disetor pada Kas Daerah dari tahun 2000 ~ 2010 (sumber data : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak tahun 2010).
Tabel 3-7 Retribusi sedot tinja Tahun
Target PAD
Realisasi PAD
Prosentase
Keterangan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
6 juta 6 juta 6 juta 8 juta 10 juta 10 juta 15 juta 15 juta 15 juta
1.770.600 6.462.000 1.545.000 2.072.150 6.614.000 9.730.412 10.624.798 6.364.784 10.198.000 10.523.000 4.837.500
25,75 34,54 110,23 121,63 106,25 63,65 67,93 70,15 32,25
Masa Uji Coba Operasional
Dari Januari s/d Maret 2010
Sumber: DKP Kota Pontianak, tahun 2010
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 22
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Gambar 3-2 Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada Kas Daerah tahun 2000 – 2010 2000
12000000
2001 10000000
2002 2003
8000000
2004 6000000
2005
4000000
2006 2007
2000000
2008
0
2009
2000DKP 2001Kota 2002Pontianak, 2003 2004 tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: 2010
2010
3.2.4 Aspek Teknis dan Operasional Dalam pengelolaan IPLT, pelayanan pada masyarakat berupa pengurasan dan pengangkutan limbah tinja dari pelayanan ke: -
Perumahan Perkantoran Perhotelan Mall Rumah Sakit Restoran / Rumah makan
Hasil pelayanan oleh Dinas Kebersihan Kota Pontianak dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh BLH Kota Pontianak, diperoleh data bahwa di Kota Pontianak terdapat 3 cara pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu: 1. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya langsung ke badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. 2. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke alam bebas setelah mengalami pengolahan awal yang sangat sederhana berupa tangki septik. 3. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke badan air setelah diolah secara tuntas pada sistem pengolahan air imbah yang memadai. Setiap aktivitas rumah tangga, industri atau kegiatan usaha pasti menghasilkan limbah yang dapat memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengawasan yang bertujuan untuk memantau dan mengawasi setiap kegiatan usaha atau industri tersebut.. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa tempat kegiatan usaha / industri, limbah yang dihasilkan serta Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL).
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 23
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Berdasarkan hasil pengawasan terhadap kegiatan usaha / industri, ditemukan usaha-usaha yang masih belum menampung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan hasil pembuangan limbah masih melewati ambang batas yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan pemerintah kota untuk mengoptimalkan pengolahan air limbah yang dihasilkan dengan cara memberikan saran kepada setiap kegiatan usaha/ industri.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 24
Gambar 3-3. Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak
PRODUK INFUT
A User Interface
Black Water
Tinja Urine Air Pembersih Air Penggelontor
Kertas Pembersih
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian
| 25
Pembuangan Air Cucian
B Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal
C Pengangkutan / Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir Terpust
E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Gambar 3-4 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site ) PRODUK INFUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal
C Pengangkutan / Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir Terpust
E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Resapan
Air Tanah
Black Water
Tinja Urine Air Pembersih Air Penggelonto r Kertas Pembersih
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian
| 26
Pembuangan Air Cucian
Gambar 3-5 PRODUK INPUT
Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( Off Site ) A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal
C Pengangkutan / Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir Terpusat
Black Water
Tinja Urine Air Pembersih Air Penggelonto r Kertas Pembersih
Lumpur
Truk
Grey Water Air Cucian Dari Dapur
Effluent
Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian
| 27
Pembuangan Air Cucian
E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Gambar 3-6 Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan Kota Pontianak PRODUK INPUT
A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal
C Pengangkutan / Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir Terpusat
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur Ke Sistem Air Limbah Setempat/ Terpusat
Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian
Pembuangan Air Cucian
Atap Bangunan
Talang
Halaman Jalan Ruang Publik
| 28
Sumur Resapan
Keluar Saluran / Sungai. diluar Pemantauan Pemerintah Kota
E Daur Ulang dan / Pembuangan Akhir
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair Berdasarkan data penduduk Kota Pontianak pada tahun 2009, penduduk Kota Pontianak berjumlah 595.601 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat dan agama yang berbeda. Selama pelaksanaan program pembinaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup menunjukkan ada kecendrungan masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup antara lain dalam bentuk kegiatan Peduli Wargaku Hijau Kotaku, Pontianak Colourfull, Minggu Bersih dan kegiatan lainnya walaupun masih ada masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari adanya indikasi masyarakat membuang sampah di sembarang tempat dan tidak tepat waktu dan melakukan aktivitas MCK di tempat yang sama dengan lokasi pembuangan tinja yaitu di tepian sungai. Dengan potensi dan karakteristik masyarakat yang heterogen merupakan aset dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini dapat dilakukan dalam bentuk Program Cinta Sungai Jawi Bersih (Cijasih), Gerakan Bangga Parit Bersih (Gerbang Pasih), Gerakan penghijauan kota dan lain-lain. Disisi lain budaya masyarakat Kota Pontianak yang menggambarkan kepedulian tentang lingkungan hidup ditunjukkan dengan penanaman pohon bersamaan penanaman ari-ari. Makna dari budaya tersebut menggambarkan perlindungan sumber daya alam, keteduhan dan sumber pendapatan masa depan dari pohon tersebut yang menghasilkan buah. Budaya tersebut perlu ditumbuh kembangkan yang dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan hari-hari besar nasional ataupun hari besar agama melalui kegiatan penanaman pohon. Peran serta wanita dalam penanganan limbah ini sangat diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di buang ke tempat penampungan sementara yang telah disiapkan oleh Pemkot dan terdekat dengan pemukiman. Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah rumah tangga.
3.2.6 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan limbah cair di Kota Pontianak meliputi beberapa aspek diantaranya: Aspek teknis a. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah (saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase)
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 29
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
b. c. d. e. f. g. h. i.
Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis dan yang tidak Pelayanan IPLT terbatas Belum ada IPAL Tidak ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (skala perumahan, pasar tradisional, dll)
Aspek sosial a. Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap rumah tangga b. Kebiasaan masih menggunakan WC cemplung (khususnya masyarakat tepi sungai) Aspek kelembagaan a. Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan) b. Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota Aspek pendanaan/pembiayaan a. Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan b. 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC Aspek lingkungan/kondisi alam a. Topografi wilayah relative rata (berpengaruh terhadap tingkat kesulitan untuk membangun system pengelolaan limbah system perpipaan) Terjadinya penurunan kualitas badan air pada Kota Pontianak selain disebabkan oleh kegiatan pembuangan limbah domestik oleh masyarakat juga terdapat kontribusi dari kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang di Pontianak. Saat ini untuk beberapa kegiatan usaha tersebut secara umum masih ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kegiatan usaha berpotensi menimbulkan pencemaran, antara lain seperti : a.
b.
c.
d.
Tidak semua kegiatan usaha mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai untuk menampung limbah yang dihasilkan yang selanjutnya dilakukan pengolahan secara proporsional sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai kegiatan usaha yang bersangkutan. Belum optimalnya proses pengolahan limbah cair di IPAL sehingga baku mutu yang dihasilkan masih jauh melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan sesuai bidang usaha masing-masing. Ada sebagian kegiatan usaha yang tidak/belum mempunyai IPAL untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dengan berbagai alasan seperti: tidak adanya lahan, keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan tenaga teknis pengolahan limbah cair dan lain-lain. Ada sebagian kegiatan usaha yang IPALnya yang kurang dilengkapi dengan filter, penangkap lemak dan lain-lain sehingga padatan yang terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan yang dibuang ke badan air terdekat masih mengandung padatan yang berpotensi menimbulkan bau. Hal ini pada umumnya terjadi pada kegiatan usaha restoran dan rumah makan.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 30
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.3. Pengelolaan Persampahan 3.3.1. Landasan Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam penyelenggaraan dalam bidang persampahan : 1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 4. Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman 5. PP Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Amdal 6. PP Nomor 18 jo 85/1999 Tentang Limbah B3 7. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 8. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 9. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan. 10. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.
3.3.2. Aspek Kelembagaan Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi yang meliputi sub sektor pengelolaan sampah berada dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak dibuat untuk meningkatkan mutu pelayanan dan effisiensi pengelolaan dibidang Kebersihan dan pertamanan. Sesuai pucuk pimpinan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam kedudukannya dibawah wali Kota Pontianak dan juga bertanggungjawab kepada Walikota.
WALIKOTA PONTIANAK
DINAS PU
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMAANAN
OPERASIONAL KEBERSIHAN
DINAS KESEHATAN KOTA PONTIANAK ( SKPD TERKAIT LAINNYA )
UPTD ( TPA BATU LAYANG )
PELAKSANA
PEKERJA
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 31
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.3.3. Cakupan Pelayanan Daerah Pelayanan a. Pemukiman, Kota Pontianak mempunyai 29 Kelurahan dengan luas 107,82 KM2. Daerah yang terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak saat ini sebanyak 29 Kelurahan, dengan tingkat layanan 66%. b. Pasar, Jumlah pasar yang ada di Kota Pontianak sebayak 12 pasar, dimana kebersihan lingkungan Pasar tersebut dilayani oleh Dinas kebersihan dengan tingkat pelayanan 100%. c. Perkantoran, daerah perkantoran juga dilayani oleh Dinas Kebersihan dengan tingkat pelayanan 100%. d. Jalan, Diperkirakan 100% jalan utama/protokol telah dilayani penyapuan oleh Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. e. Industri, Pelayanan pada kawasan industri sebesar 100% terlayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Jumlah sampah yang terangkut Berdasarkan kemampuan operasional sarana angkutan yang ada, diperkirakan s/d Desember 2008 sampah Kota Pontianak yang terangkut ke TPA sebanyak 896 m3/hari atau 309,33 ton/hari ( 62,89 %) sedangkan sisanya 528,72 m3/hari diupayakan untuk dilakukan angkutan tambahan setelah ritasi rutin sebanyak 272 m3 / hari, maka masih ada sampah tertinggal setiap harinya sebesar 256,75 m3 ( 18,02 % ) yang terdapat di daerah pinggiran kota, dimana oleh masyarakat ada yang dibakar, ditimbun , dibuang ke sungai, selokan/got dan tempat lainnya. Sesuai dengan standar DPU Karakteristik pola pemindahan yang diterapkan oleh DKP Kota Pontianak adalah menggunakan pola pemidahan berupa kontainer berkapasitas 8-9 m3/hari, sehingga termasuk dalam jenis transfer depo tipe II, yaitu pemindahan berkapasitas 8-16 m3/hari. TPS ini digunakan untuk melayani 5.000 – 10.000 jiwa/unit, dengan radius standar +500 m, sedangkan umur teknisnya adalah 5-10 tahun pemakaian (kondisi normal)
3.3.4. Aspek Teknis dan Operasional Kondisi Pewadahan Sampah Kota Pola pewadahan sampah di Kota Pontianak (sesuai SK SNI T-13-1990-F, Dep PU), saat ini sepenuhnya didasarkan pada swadaya masyarakat, yang menyebabkan pola pewadahan cukup beragam. Pola pewadahan dan jenis wadah yang digunakan untuk menampung sampah ditentukan oleh kemampuan masayarakat dan dari kemampuan kelurahan. Apabila didaerah tersebut memiliki kemampuan ekonomis tinggi maka pola pewadahan yang digunakan cenderung sendiri-sendiri, begitu pula jenis wadah yang digunakan. Penduduklah yang memilih apakah terbuat dari karet, tong atau kantong plastik. Untuk pola pewadahan di daerah komersil, seperti di rumah-rumah makan dan ditempat perdagangan besar seperti A Yani Hyper Mart, maka pola pewadahannya ada yang sendiri-sendiri dan berkelompok dengan wadah yang terbuat dari plastik kemudian dimasukkan dalam tong-tong yang diletakkan dibelakang atau base floor.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 32
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Jenis wadah yang digunakan oleh penduduk di daerah permukiman dengan pola pewadahan secara sendri-sendiri adalah meggunakan wadah yang terbuat dari kantong plastik hingga karet ban bekas. Wadah yag digunakan di daerah komersil dan tempat umum adalah terbuat dari tong, tumpukan bata, dan kontainer kecil, sedangkan didaerah perkantoran terbuat dari tumpukan bata. Keseluruhan wadah digunakan sebagai wadah sampah campuran antara bahan organik dan anorganik. Kondisi Pengumpulan Sampah Wujud pelayanan penting (sesuai SK SNI T-13-1990-F,Dep PU), berikut terkait pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan daeri masing-masing sumber sampah untuk diangkut dari TPS – ke TPA. Jenis TPS yang ada dikota Pontianak selama 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 3-8 Jenis TPS No. 1. 2. 3.
Tahun
Jenis TPS
2006
Container Batako, Bak plat semen Transfer Depo Jumlah TPS liar di 6 kecamatan Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
2007 61 97 4 169 65
2008 35 119 4 158 60
2009 35 100 4 138 23
37 79 4 118 15
Pelayanan Pengumpulan Sampah di Pasar Tradisional Pengumpulan sampah pada pasar-pasar tradisional dilakukan oleh tenaga dari DKP. Pengumpulan sampahnya dilakukan setiap hari setelah selesai aktivitas pasar. Kegiatan dimulai dari penyapuan los-los, meja-meja jualan, lapak halaman trotoar jalan sampai dengan sampah saluran got/saluran. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh pekerja yang dikoordinir oleh DKP. Sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah untuk dimasukkan kedalam dump truk/kontainer dan ada pula yang ditampung pada TPS yang di bangun disekitar pasar tersebut. Kemudian sampah-sampah tersebut diangkut dengan dump truk/kontainer untuk dibawa ke TPA Batu Layang. Tabel 3-9 Data Volume sampah pada Pasar-Pasar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Pasar
Ritasi/hari
Plamboyan Dahlia Mawar Kemuning Teratai Siantan Kenanga Puring Nipah Kuning Pasar Tengah
Jumlah Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan
8 4 4 4 4 4 2 1 1 4 39
Vol.sampah (M3) 48 32 32 32 32 32 12 6 6 24 276
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 33
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sampah pasar volumenya akan meningkat pada saat tiba hari-hari besar, seperti Tahun Baru Masehi, Imlek, Cap Goh Me, Idhul Adha, Idul Firti, Hari Natal, Momentum Hari Nasional, Kegiatan Besar Propinsi dan Kota. Demikian pula pada musim buah, pada musin ini Kota Pontianak akan dibanjiri berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, terutama buah duarian. Oleh karena itu, jika musin buah ini tiba maka timbulan sampah volumenya akannaik. Pada Umumnya pada pada hari-hari besar volume sampah naik hingga 10-20%, pada musim buah meningkat sampai dengan 20%-30%. Jenis buah-buah yang datang dari daerah adalah durian, rambutan, langsat, rambai, jambu, semagka, jeruk, melon dan mangga. Pelayanan Pengumpulan Sampah Perdagangan Pengumpulan sampah di kawasan perdagangan dilakukan oleh pekerja DKP. Pengumpulan dilakukan dengan cara penyapuan pemungutan dan pembersihan sampah setiap hari setelah selesai aktifitas perdagangan. Pada umumnya jenis sampah perdagangan ini cenderung lebuh banyak sampah anorganik seperti kardus, plastik, kertas dan barang barang lainnya. Hal ini juga bermakna bahwa sampah organik dikawasan ini tergolong sangat sedikit. Pengumpulan sampahnya juga menggunakan kontainer atua disediakan TPS pada kawasan perdagangan tersebut. Pola pengelolaan kawasan perdagangan ini dengan pola kontrak pihak ketiga. Pemerintah Kota Pontianak dan DKP mengangkut sejumlah volume sampah, kemudian pihak swasta membayar sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tertera didalam kontrak yang disepakati, kemudian dananya akan disetorkan ke Kas Pemerintah Kota Pontianak melalui Bank kalbar (pertambahan PAD Kota). Jumlah timbulan sampah akan disurvey secara periodik guna menentukan asumsi volumenya angkutannya. Tabel 3-10 Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan No 1 2 3 4 5
Kawasan A Yani Hyper Mart PT Pelindo PT Matahari Mall RS Antonius Ps.Mawar Jumlah
Ritasi/Hari 6 6 2 2 4 20
Vol.sampah (M3) 36 36 12 12 24 120
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Sistem Operasional Pengangkutan Sampah Sesuai standard Dep.PU, SK SNI T-13-1990-F, pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir. Rute operasional pengelolaan angkutan persampahan sudah ditetapkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak yaitu mencakup : Rute Pengangkutan, Jadwal pengangkutan, Lokasi TPS – Container, Pelaksanaan pengelolaan kebersihan Kota Pontianak ditetapkan dengan sistem operasional sebagai berikut : 1. So1
Sumber sampah – langsung dengan tipper Truck diangkut ke TPA.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 34
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
2. So2 3. So3 4. So4 5. So5 6. So6
Sumber sampah – Gerobak sampah – TPS – Tipper Truck Sumber sampah – gerobak sampah – Transfer depo – Tipper truck Sumber sampah – gerobak sampah – Container – Container truck Sumber sampah – TPS – Tiper truck Sumber sampah – Container – Container truck
Adapun daftar armada Kendaraan dan alat berat yang dimiliki, adalah sebagai berikut : Tabel 3-11 Jenis dan jumlah Armada pengolahan sampah NO 1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS Amr Roll Truck Dump Truck Tipper Compactor Pick Up+taman Double Cabin Ops.Kepala Dinas Tangki (Tinja )+taman Excavator D 6 (TPA)
JUMLAH 11 unit 26 unit 1 unit 4 Unit 1 Unit 1 Unit 3 Unit 1 Unit
KONDISI 10 Baik, 1 RR 20 Baik, 6 RB Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Kondisi Bulan Januari 2010
Dari jumlah armada yang ada, dengan keterbatasan masa pakai (tahun pembuatan dan layak jalan/operasi dengan komposisi sampah basah diatas 60%, maka di perkirakan kemampuan pakai setiap unit hanya kurang lebih 5 tahun saja. Dengan demikian setelah dilakukan evaluasi dan pengamatan terhadap pertumbuhan timbulan volume sampah yang makin bertambah, jumlah armada sekarang kurang lebih hanya 60 % dari jumlah total sampah/harinya, sehingga diperlukan penambahan unit angkutan sebanyak 25 unit, menjadi 59 Unit untuk tahun 2009. Untuk melaksanakan kegiatan sistem tersebut (operasional), maka dipergunakan peralatan dan sarana Pemerintah Kota Pontianak Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. a. Sarana - Pewadahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Pewadahan dilingkungan permukiman (swadaya) bentuk dan jenisnya bervariatif, namun masyarakat wajib menyediakan pewadahan sesuai dengan jumlah sampahnya. - Pengumpulan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan gerobak sampah 1 – 1,5 M3 sebagai alat pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat/RT/RW/LPM dengan kondisi keseluruhan 80%. - Pemindahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container 8 M3 sebanyak 35 unit untuk pemindahan sampah dan kondisnya masih cukup baik. - Pengangkatan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container truck (arm roll truck) 8 M3, dump truck 6-8 M3 serta Compactor 8 M3. dimana pengoperasionalnya disesuaikan jadwal siang malam.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 35
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
-
TPA, Digunakan Excavator dan bulldozer untuk mengangkat dan memindahkan serta meratakan dan memadatkan sampah pada sel-sel tertentu.
b. Prasarana Prasarana pengelolaan sampah sampai dengan tahun 2007 , seperti : - Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. - TPA dengan luas 26,5 HA, sudah milik sertifikat atas nama Pemerintah Kota pontianak. Hingga saat ini luas terpakai + 13,5 Ha, sisanya sebagai lahan penyangga (Buffer Zone ). - Kebun bibit (bidang Pertamanan), dalam area perkantoran. - Workshop / bengkel kendaraan angkutan Dinas dan sarana area parkir. - Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Batu Layang seluas 28,6 Ha , dalam sistem pengelolaan controll landfill. - 1 unit alat pemusnah sampah (incinerator), dengan kapasitas pemusnahan sampah rata-rata sekitar 3 m3 – 3,5 m3 / jam (efektif jam kerja/kondisi normal). Pengadaan tahun anggaran 2005, dengan tingkat pelayanan persampahan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat, khususnya masyarakat sekitar keluarahanParit Tokaya. Effisiensi alat pemusnah ini, dapat meminimalkan keberadaan TPS-TPS liar yang berada pada lokasi jalan protokol dan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat (desentralisasi pelayanan persampahan). Akhir tahun kegiatan 2007, unit incinerator mengalami penurunan kemampuan bakar sekitar 45 %, hal ini dikarenakan model kontruksi mesin adalah statis, sehingga permasalahan sering terjadi pada pemadatan sampah bagian bawah yang tidak tersentuh proses pembakaran. Akibatnya terjadi penumpukan panas tinggi ke bagaian sistem bahan penyerap panas (castble iron dan bata tahan api). Kemampuan bahan tersebut terbatas, akan rontok sedikit demi sedikit, sehingga terjadi penyerapan panas tidak merata, proses pembakaran akan terjadi lama. Pengelolaan TPA Batu Layang Akses Jalan Jalan masuk ke TPA Batu Layang dihubungan melalui Jalan kebangkitan Nasional yang merupakan rencana jalan lingkungan luar Kota Pontianak. Jalan kerja adalah merupakan jalan operasional yang berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah, agar dapat mencapai sedekat mungkin dengan sel timbulan. Lebar jalan yang ada 6 M dengan bahu jalan selebar 1,5 m dengan dilengkapi lokasi kerja penurunan sampah (Tipping Area) pada setiap jarak 80 m dimanan bahu jalannya diperlebar menjadi 6 M. Jarak antara jalan kerja dibuat 80 m dengan maksud agar panjang lintasan operasi Buldozer dapat efektif dan effisien dengan hasil maksimal. Lokasi Kerja Penurunan Sampah ( Tipping Area ) Jalan kerja penurunan sampah (tipping area) dibuat dengan maksud agar sampah diturunkan/dibongkar dari truk sampah dengan mudah dapat dipindahkan oleh Buldozer pada sel terdekat. Lokasi Kerja ini digunakan pada musim kemarau/muka air tanah rendah, sedangkan untuk musin hujan/muka air tanah tinggi lokasi penurunan sampah dilakukan disisi jalan kerja ( dibahu jalan ).
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 36
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sistem Drainase Sistem drainase TPA dibuat melingkari TPA, sehingga dapat berfungsi mencegah aliran air permukaan dan aliran air tanah masuk kedalam lahan Controlled Landfill. Dan juga mencegah aliran air permukaan dan aliran tanah keluar dari lahan landfill secara langsung ke badan air parit selang yang ada. Tanah Dasar TPA Kondisi tanah dasar TPA Batu Layang berupa tanah gambut, jumlah air, muka air tanah tinggi, sehingga daya dukung tanah permukaan sangat rendah. Sebelum dioperasikan lapisan humus dan alang-alang yang ada dihapus terlebih dahulu, baru dapat dilakukan penimbunan sampah. Dimensi Sel Ukuran sel yang ada dibuat 80 mx 85 m, sehingga dapat lebih mudah mengontrol kepadatan sampah setiap selnya. Tebal penimbunan dilaksanakan maksimal 1 m, sehingga timbunan sampah dapat dipadatkan sampai mencapai density seluas + 600 Kg/m3. Tanah Penutup Sistem control landfil yang dilakukan pada TPA batu layang saat ini berupa tanah penutup, timbunan sampah dengan ketebalan sebagai berikut :
Tanah penutup untul sel harian dibuat tebal 15 cm Penutup antara dibuat tebal 30 cm. Tanah penutup akhir dengan tebal 50 cm dilakukan jika mencapai 5 cm.
timbunan sampah sudah
Sarana Pengolahan Leachate Leachate yang timbul akan dialirkan secara gradiasi melalui saluran pengumpul leachate yang dibuat sekeliling lahan (parit keliling) dilengkapi dengan sumur pengumpul. Selain sumur pengumpul juga dibuatkan Kolam Maturasi dan Bio filter yang diletakkan disebelah selatan lahan TPA. Bangunan Fasilitas Penunjang Bangunan ini dibuat untuk menunjang kegiatan TPA batu layang, berupa :
Jembatan timbang 1 Unit ( kondisi saat ini sudah rusak berat, akibat terkena petir saat hujan) Tempat pencucian kendaraan angkut dan alat berat Garasi unit alat berat dan kendaraan angkut. Kantor Administrasi dan Gudang umum.
Pagar Hijau Pelindung TPA Pagar hijau pelindung TPA ini dibuat sekeliling TPA dengan maksud untuk mengurangi pengaruh bau, kecepatan angin, menangkal gangguan petir serta pembatas pagar antara Lahan Control landfill dengan sekitar. Pepohonan untuk pagar hijau ini ditanami jenis pohon yang tinggi dan berdaun lebar disekeliling TPA.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 37
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Gambar Peta Lokasi TPA dan TPS Kota Pontianak
PETA LOKASI TPA KOTA PONTIANAK 109°15'52"
109°17'51"
109°19'50"
109°21'49"
%
0°1'29"
J l. P en un ja gAta n sI
Jl.Pen
unj a ng
t as I A
JlTe lu kB etun g
JlKe ba ng kitanN as ion al
Jl Flo ra
0°1'29"
N
109°23'48"
#
Jl. P a retPa ng era nB
Jl28O kto r e b
Jl.Paw arsa l
Jl. P are t Pa ng era n
Jl Pe r in t is Ke merd ekaa n
Jl. A b Muis d
tK a rya ada lJ .P
l Tani J
#
# JlPa da tKa
0°2'29"
s uf l .MYu J
rya
J l.Ka pu a sP el ac e
nit
Jl HA li
uSropati
ipto
Jl. Unt
jun gsa ri
aNa sion al
aru B Jl.Ka r ya
Jl. Tan
o do JlWid
ung
l.J AdiSuc
J lWij aya Sar i
Jl Tan jungHa ra
pa n
J l.Me dia
# #
Jl. Day
atimah F
JlTa ka ri
J l. Par it M a kmur
Jl. V etra n
uSr op ati I J l. Un tu ng
ntan
JlKela
ela S t um S b a Jl Se la tBal i
JlPurin g
Jl.
Jl Kom a B liIn dah
eMra kI
Jl.
Jl Puy uh
J l. Bu ntu
Jl.M Is a
ryaBaru l. K a J Jl. Par etH Hus ein I
as lM a yor it J
RS S ud arso
i JlAYan
is lH Ra J
#
Jl.Tanj u ng R ay aI
Jl.
tan J l. Ke seha
arya Jl N u sa K
o in d Bap Jl Kom
pera J l.Am
Jl. Sep
aru
ak at I
ungIV aAg rnam Jl.Pu
J l. Mo r od adiI
l.J Peri ntis
l.J Wonob
J l. Ab dulRa chm a nSa le h
J l.Se pak atI
J l. PN ata k us um a
Jl Sep aka tI
Jl Wij ay a Sari
In o da h Jl. S uto y
J l.Se ra m I
ay a
J l. Sepa k at I
ci pto iSu J l.Ad
ng em a Jl .Parit D
JlTum a ng
J l. Pe rd an a
bata em J
p uas nKa
I
Pari at epa k Jl .S
Jl. Purn am a I
# n Hs ie Hu
Jl. Pare tH Husei nI
are K t Jl.
enS tar u m
J l. Sa ri K at on
hu
JlLing ar S k tad io n
Jl Kar ya
ah
4 pr apt o JlSu 5 pt o pr a JlSu
ar J l.Sela y
na S osia l
Tiy
pua sI
njol am Bo Jl.I m
6 pr apt o J lSu
s JlNia
#
a u rna m l .P J
Jl. Kar
J lMarta
s Ka k se Jl. A
an Supr atm R. Jl. W MZ JlI smail
#
da m e Jl P
e Jl P
g ra n gSe iAgen JlNy
yaI gRa
Tol I alr el a Jl. P
it I ltan Hama u Jl S
# #
an Ja yaI I
Jl.Har ap anJ
Im ng limaA, a Jl. P
njun Jl. T a
#
id JlR asun aS a
a ru B
ni] nglimaARa l. P a J
ada Jl.GajahM
Jl Sep aka t IV
udi
Jl.Gaya
im JlTa sl
ra
JlI smail i bin JldrRu
mate Jl.Su
d oo S Jam mad Agus JlAh Jldr
j iah din di Jl.Mu Ha r dan Jl B a
ra du J l.Ma
2 uar ar L Jl. Ling k
J lNirbaya
Jl.Har ap
.l Y a'Sa bran J
.l T an jun gHilr J
Tpa Kota Pontia nak Tps Pontia nak Jalan Admininistrasi
nh J l.Sama
ap i Jl .Me r
I eraI
ramI lo res J lSe Jl F
J l.Da nau
#
##
lPain J iB arda n
sa a ri Jl. A nt
# #
#
#
JlMar go sasi
l. T r itura J
ammad tM uh Jl. S l
im ura Jl.Pa t kim anHa hm Jl.ARa
Idrus
Jl.Malul kuawesi Jl. S u
lJ Sw a karya
in m r of.MYa Jl .P
an
hKu nin g
#
ngp ura anju Jl. T
un
han Jl. Jo
Jl.KsTub
#
Jl.Halmah
nyar gA ra n JlKa
#
#
apMars Jl .K
Jl.Z ain udin
JlNipa
#
#
JlSe latSab an g
an sm hadi U Jl.Ra
hlan ADa Jl.KH
#
#
id dram Can Jl.Putr i
o to m J l.Dr.Su
#
lJ .Ta ni M a km ur
Jl.Mo r od adi
J l.I lh am
Jl.Hu ssie n
nte tr iDarana Jl.Pu
gga irl an Jl. A
Jl.PG A
J l.Pa k Bece ng
u ha y Jl .Ra
adi Baw ra y Jl. U
JlAr iKary a In da hI I
#
Jl.S ela tP an ja ng
# ##
l. S i tuM ah mud J
#
an
# # ## #
#
#
I Ja ya mB aJlKo nca n Jl K e
ani JlPet
lJNaw i aw
# ###
ang arH Ali
###
Jl.Sida s
Jl .Kerta
JlL
J l.J ambi
II lJSuk ep ak at am u lS lya J
sy im ahitHa Jl. W
ita m raH Jl. D a
l .HMS J uw ig ny o
din Wh a i
ka tV ep a Jl S
#
#
lab uh e Jl. P
ia k lS Jl. N J urAli l. T am ar ma n u J l. L t if a J Su dir hBa r h da l. S ejara Jl. JelnN usaIn u J is b J I ahI eray rat eli a Jl B Jl.Me saIn dah l. N usaInd Jl. SgHari B PK PI r dek a u J atan JlB um S oh arjo Jl. N l. B ca silaV r ip nd a J gara l.ja A JlPan Jl. U rti ni saIndahI I l. Jua s ahan ur AKa u J an J kDal ek l. R Jl. N si ngam ra GiriTim lW a ohar J l. S i n ro l. Ind casilaIV J J ik D i ti J JlPan Jl .J hakam engkuC lPan casilaI nc asi laI lem Jl T Jl. Ma J a aJl.Hos alim Jl. P un Jl P us S l. S ekayam rim o C l. A g J a at kro amin J Jl K na l. WMS idi goro arim end a ot o J i pon e sila I ia m Jl .K Jl. C Jl. D Jl. S sia lI l P a nca e ring in l. B a rito anca J l .B J J Jl. P ki in aiMarz u Mus lim p nti Um ar Jl. Ism lS ia k e ra J lM a kam ans ag l .M e ngk u n ang J l .W J l .T L ela di J J u u lun g l. S e tia B ya s tS J g k aj mai Jl .G etap an Jl E Jl. K kaDa u y ang Jl S Jl.Kh li an airil an l .A ya r en J Mul l .A n war k u a J i a j a t a m n a a d h an ar artik e s Jl S lD IP l .SP iS w Jl. K l. H i ja J J l. D e J J r iJa ya nd ean l .T ie rTa J me amn Jl .P lS u kaRa b du rach mad ani J yA kiAh Sury 2 arzu ra to p l .Slt.S l .M l. A deIrma l. S up J J J J .A mra n h l. M da pto 7 pto 3 ia n barka J uha so pra pra an lJ .Ir a he raI l.J S u lJ .S m a t l u S l u S lK a pto J J l. P a hla w alm J upra J Jl .H t an gai Jl .S an lK aliman ngS em afie J a y a ri S Jl. P Jl. S aw a l. R rgo no J ir ad a id S ris Ma Jl. Unun tg Jl. HS Jl. M. Jl A u rop at S y rahr katir au Dal am ryaBhakti n esi a Jl.Ka i I/ l .Slt Jl.S K lau w Jl. K a hma R J l. S u di bd A r vin Jl. J Ha o SlT Tuno rJ l Timor JlNatu ru lA BD OR J Jl.Sumn a l.J K aryma Ba y J THary on lJ G oy ng Is mo JlSum bawa ap Baba JlK Jl. M Jl.Pa ba Jl. la p Pala pa I a I l Alor JlAnda J las ng ga no yo Jl.Pu urya Jl.MSo uto Jl E Jl. S Jl. S la uWe hor Jl.wo noy oso
##
%
JlPa re tP an ge ra nB
##
ang
l.J Cen raw as ih
0°00'30"
#
J lSela tSu mb aI I
en ari Jl K
h Jl.GstH an za JlKo mKP LP
tan ian omP er Jl K
Pur a l. D a rma J
# ## # Jl.Pa kK a sih
JlKu til
lKen ari J
ama r Jl.C
mka RHa Jl. D
#
ma i ign yoP er omS uw JlK
Jl.Dr.
#
ang aPnd
l. H asanu din J
isa n Jl.Bu kit B ar
uta D lK om J
I lS ep aka t VI J ama i tD lS ep aka J
0°2'29"
in g Jl.Jera nd a Jntos lSe
h amza H
smas I
lU jung J
#
i a aw iP erm ng iJ a JlKo mSu
dikari
u se in Jl. H
uske l. P J
##
ma n l. R aisA .R ah J
ha T ha ma r Jl U
###
#
#
# #### # # # # ###### # # #### # # # ## # # s esma usk Jl. P
JlBer
asi Nav ig m o Jl K ar 1 a rLu l .Lin gk J
I JlB PK P
ch ma d ra iA n ab Jl. T
##
JlB ukitRa ya I
Jl. S aw o
arun a Jl.H
I
JL .B akr ie
Jl. T eb u/T ama t
Jl Ap elVI
Jl Sa ha n g
Jl Pu r in g
Jl.Ap el
i aP u erma an d lK omM J
#
##
Jl Jam Jl bu M ent Belit ar e
Jl.
Jl.
arta M ina d t a
# # #
J.L M .Y usu f
J l. S aa dA im
#
#
Jl. Sel am a Jl t J l. Suka P Sri adi ka y a
ma U r alib T
#
JlHNa waw iH asan
ang
#
J l. Lem ba h ra i Mu Jl Mer akI J lMe I I J l. Ra ra k ja W I ali
Jl Ko mBa li JlKo Ma s mBa l iM sI a
JlUKA
#
lYa kMSa bran J lOtotAh mad I J JlHAh mad
#
JlOtotAh mad
asan I JlHNa wa wiH sa nI JlHNa wa wiHa
#
Jl. K omY osSu da r so
Jl.B ud iU to mo
Jl.Su ng aiSe la ma t
l.JSah
# #
uraB Jl.Da rmaP
Jl T ansAD
## #
0°00'30"
SK ALA = 1 : 110.000
ha K tulistiwa
Jl.
Jl.
0°4'28"
Jl.Sun
gaiRa ya
aDlam
0°4'28"
109°15'52"
109°17'51"
109°19'50"
109°21'49"
109°23'48"
Tabel 3-12 Kondisi Dan Lokasi TPSTahun 2010 Wilayah Kota Pontianak No.
Wilayah / Lokasi TPS
Jenis TPS
Volume (Ukuran TPS)
Kondisi TPS
Timbulan Sampah
Landasan
Keterangan
I. KECAMATAN PONTIANAK BARAT A. KELURAHAN SEI. JAWI DALAM a. Jl. HRA. Rahman Bak Semen
(3,5 x 2,5 x 1,5)
Samping Gg. Bukit Seguntang
Liar
-
3
Samping Gg. Gunung Palong
Bak Semen
4
Depan Gg. Pandan
Liar
5
Samping Gg. Bukit Gading
6 7 8
1
Komplek Pasar Dahlia
2
Tanah
(3 x 2 x 1)
Rusak Berat
1 M3 0,5 M3 0,5 M3
-
-
1 M3
sda
Bak Semen
(1 x 2,5 x 1)
-
sda
Samping Bukit Barisan
Bak Batu
(3 x 1,5 x 1)
Baik Rusak Ringan
-
sda
Samping Gg. Tenaga Baru
Bak Batu
(2 x 2,5 x 1)
Baik
-
sda
Samping Gg. Gunung Jati
Bak Batu
(3 x 1 x 1)
Baik
9
Dpn Gg. Agung
10 11 12
Baik
sda
Dihilangkan
sda Dihilangkan
sda 0,5 M3 0,5 M3
Liar
-
-
sda
Dpn Gg. Sentosa
Bak Batu
(3 x 1,5 x 1)
Baik
Dpn Gg. Sederhana
Bak Batu
(3 x 1 x 1)
Baik
-
sda
Dpn Gg. Gunung Gede
Bak Batu
(3 x 1 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Dihilangkan
sda
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 38
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
13
Dpn Gg. Kerinci II
14
Dpn Gg. Bersama II
15 16
Dpn Komp. Hasia Permai Samping Kompl Pawan / Dpn Pasar Janur
Container
(3 x 2, x 1)
Liar
Baik
-
sda
-
-
sda
Container
(3 x 2, x 1)
Baik
-
sda
Dihilangkan
Liar
-
-
-
sda
Dihilangkan
17
Samping GG. Janur
Liar
-
-
-
sda
Dihilangkan
18
Dpn Gg. Risa
Liar
-
-
-
sda
Dihilangkan
19
Dpn Gg. Amanah / Simpang
Liar
-
-
-
sda
Dihilangkan
Bak Batu
(6 x 2,5 x 1)
Baik
-
Tanah
-
sda
b. Jl. Husein Hamzah 20
Samping Gg. Melda
21
Samping Batara Indah II Blok A-B
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1)
22
Samping Batara Indah II Blok C-D
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1)
Baik Rusak Berat
Bak Batu
(3 x 1 x 1)
Baik
1 M3
sda
B. KELURAHAN Pal 5
23
a. Jl. Husein Hamzah Samping Dpn Komp. Griya Jawi Permai
24
Samping Komp. Mitra Utama 2
Bak Batu
(3 x 1,5 x 1)
Baik
Bak Semen
(2 x 1,5 x 1)
Baik
26
Samping Komp. Karya Indah Lestari Samping Komp. Mandai Lestari Permai
Bak Semen
(2 x 1,5 x 1)
Baik
27
Samping Komp Didis Permai 1
Bak Semen
(2 x 1,5 x 1)
Baik
28
Samping Pesona Palma
Bak Semen
(2 x 1,5 x 1)
Baik
Bak Batu
Baik
25
0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3
Tanah sda sda
Swadaya
sda
Swadaya
sda
Swadaya
sda
Swadaya
C. KELURAHAN Sei. Beliung a. Jl. Komyos Sudarso 29
Dpn SDN 68 Ptk (Nipah Kuning)
30
Dpn Komp. Jeruju Permai
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1) (2,5 x 2,5 x 1)
31
Dpn Univ. Panca Bakti
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1)
32
Depan Gg. Landak IV
Bak Semen
33
Pasar Teratai
Bak Semen
(4 x 1,5 x 1) (2,5 x 2,5 x 1)
Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik
2 M3 1,5 M3 1,5 M3 1,5 M3 1,5 M3
Tanah sda sda sda Cor Semen
D. KELURAHAN SEI. JAWI LUAR a. Jl. Komyos Sudarso 34
Samping SPBU Jeruju
Bak Batu
(6 x 2,5 x 0,5)
Rusak Berat
35
Dpn Komp. TNI AL " Patimura"
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
36
Samping Pertamina UPPDN
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik Rusak Berat
1 M3 0,5 M3 0,5 M3
Tanah sda sda
37
Depan SD Negeri 54 Ptk
Bak Semen
(4 x 2 x 1)
Baik
-
sda
38
Depan Jl. Gg. Nangka
Bak Batu
(2 x 1,5 x 1)
Baik
-
sda
39
Samping Jln Srikaya
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
40
Samping Gg. Jarak
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
-
sda
41
Samping Gg. Tamang 1
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1)
Baik Rusak Ringan
-
sda
42
Depan Jl. Gg. Durian 1
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1)
43
Samping Gg. Saga
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik Rusak Ringan
0,5 M3
Dibesarkan
Cor Semen
-
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 39
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No.
Wilayah / Lokasi TPS
Jenis TPS
Volume (Ukuran TPS)
Kondisi TPS
Timbulan Sampah
Landasan
Keterangan
II. KECAMATAN PONTIANAK KOTA
A. KELURAHAN SEI. BANGKONG a. Jl. P. Natakusuma Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Rusak Berat
-
Tanah
Samping Gg. Jambi II
BakSemen+Con
(2,5 x 1 x 1)
Baik
-
sda
46
Samping Gg. Erlangga
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
47
Dpn Gg. Bambu
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
44
Dpn Kantor Camat Kota
45
b. Jl. Alianyang 48
Dpn Gg. Kencana
Bak Batu
(3 x 1,5 x 1)
Baik
-
Tanah
49
Samping Kantor Pertanian
Bak Batu
(4 x 2 x 1)
Baik
-
sda
50
Dpn Makam Muslim Sei Bangkong
Bak Semen
(2 x 2 x 1)
Baik
-
sda
51
Dpn Masjid Hidayatush Shalihin
Bak Batu
(3,5 x 2 x 1)
Baik
-
Tanah
-
sda
-
Tanah
sda
c. Jl. Urai Bawadi 52
Samping Gg. Bawadi 2
Bak Batu
(2,5 x 2 x 1)
53
Samp. Kntr Perindustrian Propinsi
Bak Batu
(4 x 2 x 1)
Baik Rusak Ringan
Bak Semen
(6 x 3 x 1)
Baik
d. Jl. Prof M. Yamin 54
Komp. Psr Kemuning
B. KELURAHAN SEI. JAWI a. Jl. Gusti Hamzah 0,5 M3
55
Samping Gg. Nur 3
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
56
Dpn SDN 16 Pontianak
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Tanah
Bak Semen
(4 x 3 x 1,20)
Baik
-
Cor Semen
b. Jl. KH. Wahid Hsyim 57
Dpn Gg. Gemar /Dpn RS. Amtonius.
58
Dpn RS. Antonius
Bak Batu
(2 x 2 x 1)
Baik
-
Tanah
59
Komp RS Antonius
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Bak Batu
(6 x 2 x 0,5)
Baik
2, M3
Bak Semen
(3 x 3 x 1,5)
Baik
0,5 M3
Cor Semen
Liar
-
-
0,5 M3
Tanah
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
60
c. Jl. Dr. Wahidin Sudirohusudo Ujung Jl. Dr. Wahidin Samping Jembatan
Tanah
C. KELURAHAN DARAT SEKIP
a. Jl. Serayu 61
Ujung Jl. Serayu
b. Jl. Sultan Muhammad 62
Ujung Jl. Asahan (Jembatan) c. Jl. KH. Ahmad Dahlan
63
Samping Gg. Cendana
-
Cor Semen
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 40
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
d. Jl. Merdeka Timur 64
Samping Gg. Beringin
Container
(3 x 2 x 1)
-
sda
(3 x 2 x 1)
Baik Rusak Berat
65
Samping Gg. Meranti
Container
-
sda
66
Dpn SMP Negeri I
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
Bak Semen
-
Baik
-
Tanah
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
e. Jl. Wolter Monginsidi 67
Komp. Pasar Mawar
D. KELURAHAN TENGAH
a. Jl. AR. Hakim (Kebon Sayok) 68
Samping SMA Santo Paulus b. RA. Kartini
69
Komp. Matahari Mall
E. KELURAHAN MARIANA
a. Jl. Merdeka Barat 71
Samping Gg. Pergam
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
72
Dpn Wisma Rahayu
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen Cor R.Ringan
72
Samping Gg. Kaswari I
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Container
(3 x 2 x 1)
Rusak Berat
-
Cor R.Berat
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
a. Jl. Fatimah 73
Belakang Hotel Mahkota a. Pak Kasih
74
Samping Gg. Lembah Murai a. Pak Kasih
75
Komp. Pelabuahn Indonesia II
2 Unit
III. KECAMATAN PONTIANAK SELATAN
A KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT a. Jl. Gajahmada 64
Kompleks Pasar Flamboyan
Bak Semen
(4 x 3 x 0,5)
Baik
2, M3
65
Blkng Komp Gajah Mada Mall
Bak Semen
(3 x 2 x 0,5)
Baik
-
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
Bak Semen
-
Baik
-
Bak Semen
(2 x 2 x 1)
Baik
-
Tanah sda
B. KELURAHAN BENUA MELAYU LAUT a. Jl. Mahakam 66
Samping Pasar Barang Bekas
0,5 M3
sda
C. KELURAHAN PARIT TOKAYA
67
a. Jl. Letkol Sugiyono Transfer Depo Abdurrahman
Komp.
Sltn sda
Depo
b. JL. A. Yani 56
Jl DI Panjaitan c. Jl Sutan Syahrir
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 41
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
67
Belakang PCC
Bak Semen
(2 x 2 x 1)
Baik
-
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
Bak Batu+Cont
(3 x 2 x 1)
Baik
d. Jl M. Hambal 68
Depn Kantor PU
2 Unit
e. Jl. Sultan Abdurrahman 69
Samping Jl. Sulawesi
D. KELURAHAN BANGKA BELITUNG a. Jl. Imam Bonjol 70
Depan Gg. Garuda Baru
Tanah+Cor
IV. KECAMATAN PONTIANAK TENGGARA
A. KELURAHAN BANSIR LAUT a. Jalan Imam Bonjol 71
Dpn Gg. Tanjung Harapan
Bak Batu
(3 x 1,5 x 1)
Baik
72
Dpan Hotel Merpati
Bak Batu
(5 x 2,5 x 1)
Baik
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
Bak Batu
(5 x 2,5 x 1)
Rusak Berat
Container
(3 x 2 x 1)
Bak Semen
(3 x 1,5 x 1,5)
Bak Semen Liar
-
Tanah sda
B. KELURAHAN BANSIR DARAT a. Jalan Sudarso 73
Komp. RS Sudarso
-
Cor Semen
Baik
-
Cor Semen
0,5 M3
Tanah
(3 x 1,5 x 1)
Baik Rusak Berat
-
sda
-
-
0,5 M3
sda
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
Bak Semen
(2,5 x 2 x 1)
Rusak Berat
0,5 M3
sda
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
1,5 M3
sda
C. KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT a. JL. Parit Haji Husin II 74
75
Samping Jl. Rimbawan
a. Jl. Ahmad Yani Mega Mall A.Yani
3 Unit
V. KECAMATAN PONTIANAK UTARA
A. KELURAHAN SIANTAN HULU
76
a. Jl. Gusti Situt Mahmud Samping Bengkel P.D. Khatulistiwa Disel
77
Depan Gg. Blitar II
78
Samping Gg. Swadaya Murni
79
Depan Gg. Selat Maluku/Spng PT. Sumber Alam
Swadaya
b. Jl. Budi Utomo 80
Samping Bengkel Prima Mandiri
c. Jl. 28 Oktober 81
Depan Gg. Swasembada V
B. KELURAHAN SIANTAN TENGAH
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 42
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
a. Jl. Khatulistiwa Dpn Karet (Jembatan)
Liar
-
82
Samping Lap.Volly Monginsidi
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
83
Depan PT.Sumber Djantin
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik Susak Berat Rusak Berat
1,5 M3
sda
0,5 M3
sda
0,5 M3
sda
C. KELURAHAN SIANTAN HILIR a. Jl. Khatulistiwa 84
Kompl. Psr Puring (Transfer Depo)
Bak Semen
-
Baik
-
sda
85
Depan Gg. Samudera
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
baik
0,5 M3
sda
86
Depan Gg. Usaha Baru
Bak Semen
(2 x 2 x 1)
Baik
0,5 M3
sda
87
Depan Gg. Teluk Betung Maju
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
0,5 M3
sda
88
Depan Toko Air II
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
-
sda
90
Depan Teluk Air
Liar
-
-
0,5 M3
sda
91
Depan STM I
Liar
-
-
0,5 M3
sda
92
Depan Gg. Mandika
Liar
-
-
0,5 M3
sda
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
0,5 M3
sda
Depo
` D. KELURAHAN BATU LAYANG a. Jl. Khatulistiwa 93
Depan Gg. Usaha Baru
94
Dpn Gudang Vitamo
Bak Besi
(2 x 1,5 x 1)
Baik
-
Plat Besi
95
Depan Gg. Akrab
Bak Semen
(4 x 2 x 1)
-
Cor Semen
96
Terminal Batu Layang
Bak Semen
-
Baik Rusak Berat
3,5 M3
sda
Swadaya
b. Jl. Kebangkitan Nasional TPA Batulayang
-
Baik
26,8 Ha
VI. KECAMATAN PONTIANAK TIMUR
A. KELURAHAN TAMBELAN SAMPIT a. Jl. Tanjung Raya I 97 98
Dpn Gg. Al Mutahar Lingk. Ps.Tradisional dp. Keraton Kadariyah
Liar
-
-
1 M3
Tanah
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
0,5 M3
sda
99
Depan Gg. Bersama
Bak Batu
(3 x 2 x 1)
Baik
0,5 M3
sda
100
Dpn Gg. Famili
Bak Batu
(4 x 2 x 1,5)
Baik
1 M3
sda
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
3,5 M3
Tanah
Rumah Kompos
-
Baik
-
-
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
-
Cor Semen
B. KELURAHAN BANJAR SARASAN a. Jl. Swadiri / Tanjung Raya II 101
Samping Gg. Mutiara
C. KELURAHAN TANJUNG HULU a. Komplek Tanjung Hulu 102
Perumnas IV
D. KELURAHAN TANJUNG HILIR a. Jl. Tritura 103
Samping Gudang Besi
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 43
Gambar Sket Lokasi Pelayanan Sampah Di Kota Pontianak
| 44
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kerjasama dengan pihak swasta Penanganan sampah di TPA kini dalam pengelolaannya, telah dilakukan kerjasama oleh pihak swasta, dalam hal pengelolaan gas methane (CH4), yaitu oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia. Sedangkan untuk bentuk operasional lingkungan dan bentuk kegiatan pembuangan dan penataan, tetap ditangai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Bentuk kerjasama dalam hal penanganan gas methane di lokasi TPA, dilakukan agar keberadaan TPA tersebut tetap dipertahankan sehingga umur atau lama penggunaan TPA menjadi lebih lama dalam pengoperasiannya dan yang tak kalah pentingnya adalah ada upaya sistimatis dari Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi salah satu dampak pemanasan global yang sekarang terjadi, terutama upaya pemanfaat pengurangan gas methane di TPA melalui program CDM ( Clean Development Mekanism ) proses LFG (landfill Flaring Gas ). Tentang Program CDM pengelolaan TPA Batu Layang, pada tanggal 24 Juli 2006, telah dilakukan pendatangan MOU antara Pemerintah Kota Pontianak Bapak Walikota dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia. Adapaun masa kerja sama tersebut selama 21 tahun, terhitung mulai tahun 2006 s/d tahun 2027, dengan pola BOO (Built Own Operate) dan Pemerintah Kota Pontianak tidak dibebani dana maupun pinjaman. Pengelolaan sampah di TPA terutama pengumpulan Gas Methane kemudian dilakukan pengurangan dengan penyalaan (flaring) maupun pemanfaatan untuk energi lain. Seiring dengan perkembangan yang ada ternyata TPA Batu Layang ini tidak dapat menghasil gas metana yang diinginkan. Dari hasil pemantauan di lapangan diperoleh data hasil gas yang dihasilkan ± 30% saja, sehingga tidak memenuhi kuota yang diinginkan. Permasalahan yang terdidentifikasi sehingga prasarana ini tidak berfungsi diantaranya: -
Tingginya muka air di daerah lokasi TPA di Kelurahan Batu layang; Drainase pada saluran yang tidak baik; Tingginya curah hujan di Kota Pontianak; Pengaruh tanah gambut pada proses kimia persampahan; Kondisi jaringan pipa yang terlalu rendah yang mengakibatkan banyaknya air limpasan (hujan atau tanah) yang masuk ke pipa peresapan dibandingkan air sampah; Jenis sampah yang ada tidak dibedakan antara organik dan anorganik; Sirkulasi air limpasan dari limpasan air tidak berjalan lancar.
3.3.5. Peran serta masyarakat dan Gender dalam Penanganan Sampah Volume sampah di Pontianak melebihi kemampuan armada dan tenaga kerja dari DKP untuk menanganinya. Untuk itu perlu dimasyarakatkan 3R (Recycle, reduce dan reuse) agar volume sampah yang harus dibawa ke TPA dapat diminimalisasi. Program 3R ini sudah dilaksanakan di Pontianak secara tidak terstruktur. Recycle dilakukan oleh para pemulung. Selain para pemulung, kegiatan organisasi masyarakat Kota pontianak yang turut berpartisipasi dalam kebersihan lingkungan antara lain : - LPM - PKK - Pramuka - Para siswa - Organisasi kepemudaan
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 45
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
- LSM Peduli Lingkungan dan Kebersihan. Dalam skala kecil recycle juga dilakukan oleh ibu PKK tepatnya di Kelurahan Siantan Hulu dimana sampah plastik dibuat jadi topi, tas, payung, jas hujan dan lain-lain, sisa sampah basah dibuat jadi kompos. Di kelurahan Tanjung Hulu telah dibuat rumah kompos yang dikelola oleh LSM Peduli Lingkungan sehingga sampah yang dibawa keTPA betul-betul sampah yang sudah tidak bisa mengalami proses 3R lagi.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 46
Gambar 3-9 PRODUK INPUT
Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak ( Off Site ) A User Interface
Kompos Skala Rumah Tangga
B Pengumpulan Setempat
Resid u
C Penampungan Sementara
Kompos Skala Rumah Tangga
D Pengangkutan
E Pengolahan Akhir Terpusat
E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Resid u
Sampah Organik
Resid u
Resid u
Sampah Non Organik
| 47
Daur Ulang Skala Rumah Tangga
Resi du
Kompos Skala Rumah Tangga
Resi du
Gambar 3-10 PRODUK INFUT
Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ( On Site ) A User Interface
B Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal
C Pengangkutan / Pengaliran
D ( Semi ) Pengolahan Akhir Terpust
Black Water
Tinja Urine Air Pembersih Air Penggelonto r Kertas Pembersih
Effluent
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian
| 48
Pembuangan Air Cucian
E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak, terdapat berbagai permasalahan yang dapat dikelompokkan dalam berbagai aspek, seperti berikut ini No.
Aspek
1.
Teknis (& operasional)
2.
Sosial
3.
Kelembagaan
4.
Pendanaan
5.
Sumber Daya Aparatur
Permasalahan Sistem pengolahan sampah (di TPA) belum ideal (cenderung open dumping) Penanganan sampah secara umum masih dilaksanakan secara konvensional melalui: pewadahan,pengumpulan,pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Sampah di TPS tidak diangkut setiap hari karena masyarakat membuang sampah diluar jam yang telah ditentukan. TPS terbatas (tidak ada warga yang lahannya bersedia dijadikan TPS) Wilayah yang jauh dari TPS banyak yang mengelola sampah dengan cara dibakar dan ditimbun Masih rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kebersihan, membuang sampah tidak pada tempatnya, kesungai, selokan, jalan, taman, dsb. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah pada kendaraan umum, kendaraan pribadi. Masih rendahnya peran masyarakat dalam mengelola sampahnya, misalnya : masih tingginya pembakaran sampah sembarangan, melakukan pembakaran didalam TPS tersedia sehingga TPS cepat rusak, masih rendahnya upaya pemilahan sampah, masih rendahnya pengawasan masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah, masih rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pemanfaatan sampah untuk kepentingan ekonomis, pemanfaatan lahan kosong untuk membuang sampah sembarangan, pemakaian/penggunaan plastik yang tidak terkendali (serba plastik) Masih ada masyarakat yang tidak mau/belum membayar partisipasi retribusi persampahan/kebersihan Tidak ada pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah tangga sampai TPA Daerah perbatasan tanpa TPS Perlunya merubah paradigma dari sampah sebagai masalah menjadi sampah sebagai berkah (kampanye, sosialisasi, kebijakan) Armada angkut terbatas Peningkatan laju timbulan sampah perkotaan(2-4%/Th) tidak diikuti ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai/standar. Berdampak pada pencemaran lingkungan Masih kurang dipahaminya tupoksi dan tanggungjawab setiap pegawai baik ditingkat staf dan pejabat dalam melaksanakan setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan, sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Kurangnya koordinasi, kerjasama dan kepercayaan antara sesama pegawai dalam melaksanakan kegiatan. Hal ini berakibatnya menumpuknya pekerjaan/tugas yang ada/diberikan serta terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan dilapangan.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 94
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No.
Aspek
Dasar Hukum (Kebijakan)
Peran swasta
Permasalahan Pelaksanaan kerja oleh suatu TIM, kurang solid, siapa mengerjakan apa, dimana dan bagaimana, sehingga target tugas tidak jelas. Masih ada pegawai yang kurang/tidak disiplin, terutama dalam mentaati jam kerja, baik jam kerja di kantor maupun jam kerja dilapangan. Pengelolaan Persampahan ditingkat nasional baru UU Persampahan No 18 Tahun 2008, SNI sedangkan Perda Pengelolaan sampah belum ada di tk kota. Penerapan sanksi hukum masih sulit diterapkan karena terbatasnya anggaran untuk pelaksanaannya serta tingkat koordinasi antar instansi terkait lemah. Masih rendahnya jumlah industri yang menerapkan konsep teknolgi bersih dan konsep pengelolaan/pengolahan limbah. Masih rendah jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang Masih rendahnya jumlah dunia usaha yang memanfaatkan sampah untuk : menghasilkan produk, menghasilkan energi baru.
3.4. Pengelolaan Drainase 3.4.1. Landasan Hukum Didalam menjaga kondisi kota yang berkaitan dengan drainase maka pemerintah mengeluarkan peraturan baik berupa Perda dan Perwa yang mengatur mengenai kegiatan yang berhubungan dengan drainase, seperti berikut: 1. 2. 3.
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008, tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak Peraturan Walikota Pontinak Nomor 38 Tahun 2008, tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak. Keputusan Wali Kota Pontianak No. 10 Tahun 2009, tanggal 5 januari 2009, tentang Penetapan Inventaris Saluran di Kota Pontianak Tahun 2009.
Peraturan Darah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan.
3.4.2. Aspek Kelembagaan Perkembangan suatu kota tidak terlepas dari kegiatan pembangunan, didalam kegiatan pembangunan tersebut harus ada suatu dinas yang bertanggung jawab dalam sub bidang tertentu.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 95
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, telah dibentuk Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontinak. Untuk memperjelas Tugas Pokok dari Dinas Pekerjaan Umum dikeluarkanlah Peraturan Walikota Pontianak Nomor 38 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan umum Kota Pontianak, yang didalamnnya ditegaskan untuk penanganan drainase mengenai pembangunan dan pemeliharaan Saluran Drainase ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak berdasarkan Peraturan Walikota dibagi menjadi tiga bidang yaitu: Bidang Cipta Karya, Bidang Bina Marga dan Bidang Sumber Daya Air. Penanganan drainase berdasarkan Tupoksi dilaksanakan oleh Bidang Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya pada Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman. Penanganan Saluran Drainase ditinjau dari aspek kelembagaan dibagi menjadi 3 bagian : 1. Penanganan Saluran Drainase Primer Penanganan Saluran Drainase Primer Kota ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Primer Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi. 2.
Penanganan Saluran Drainase Sekunder Penanganan Saluran Drainase Sekunder ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Sekunder Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi.
3.
Penanganan Saluran Drainase Tersier Penanganan Saluran Drainase Tersier ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
3.4.3. Cakupan Pelayanan A.
Wilayah yang dilayani Saluran Drainase
Seluruh wilayah yang termasuk di dalam Wilayah Kota Pontianak telah dilayani oleh Saluran Drainase yang melayani 6 Kecamatan dan 29 Kelurahan yaitu : Tabel 3-12 Saluran drainase per kecamatan
1
Kecamatan Pontianak Barat
2
Pontianak Timur
3
Pontianak Utara
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1
Kelurahan Pal Lima Sungai Jawi Dalam Sungai Jawi Luar Sungai Beliung Parit Mayor Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Siantan Hulu
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 96
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
B.
4
Pontianak Selatan
5
Pontianak Kota
6
Pontianak Tenggara
2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Layang Benua Melayu Darat Benua Melayu Laut Parit Tokaya Akcaya Kota Baru Sungai Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sungai Jawi Bangka Belitung Darat Bangka Belitung Laut Bansir Darat Bansir Laut
Sistem Pengelolaan Saluran Drainase
Pengelolaan drainase Kota Pontianak dilakukan dengan cara membagi wilayah Kotamadya Pontianak dalam 9 zone. Zone yang dibagi tersebut dikualifikasikan menurut jalan, sungai, Parit, dan Kecamatan. Kondisi kawasan yang ditangani meliputi pusat perkotaan, pasar, pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan kota, daerah permukiman yang sedang berkembang, Pusat pemerintahan, Perkantoran, Perdagangan lokal dan kawasan pertanian. Penanganan jaringan drainase untuk setiap zone direncanakan dengan melakukan peningkatan jaringan saluran yang ada, normalisasi, pemeliharaan saluran, pengadaan dan perintisan jaringan utama dan pengadaaan interceptor di daerah batas administrasi. Untuk kegiatan penanganan terhadap saluran drainase yang dilakukan dengan normalisasi khususnya pada 3 saluran primer yaitu sungai Malaya, sungai Raya dan Parit Tokaya dilakukan dengan penentuan rancangan dimensi sebagai berikut: Tabel 3-14 Dimensi Saluran Primer Sungai Malaya
Tokaya Raya
Daerah BM5-BM3 BM3-BM2 BM2-BM0 K28-BM TKY 1/3 BM TKY 1/3 – TK 88 R103 – R76 R76 – R58 R58 – R21
Lebar (m) 10 13 15 6 10 4 6 10
Dimensi Normalisasi Kemiringan Tebing Panjang (m) 1:1.5 2.171 1:1.5 1.375 1:1.5 2.715 1:1.5 2.012 1:1.5 2.150 1:1.5 1.380 1:1.5 920 1:1.5 1.827
Pengelolaan Drainase yang telah dilakukan sampai dengan Maret 2008 dan masih diperlukan penanganan lebih lanjut terdapat pada saluran :
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 97
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Tabel 3-15 Saluran Primer
C.
No.
Jenis Saluran
Nama Jalan/Parit/Sungai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer
JL. Diponegora JL. Gajah Mada JL. Urip/ Sudirman JL. JL. Dr. Wahidin JL. Ampera JL. Cokroaminoto JL.Merdeka/S. Bangkong JL. JL. U. Bawadi Sungai Raya Parit Tokaya Sungai Jawi Sungai Malaya
Kondisi Saluran Drainase
Dari total saluran sepanjang 394.861 meter, kondisi saluran drainase Kota Pontianak pada saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian : 1. 2. 3.
Saluran Drainase dengan kondisi Baik (panjang 74.079 meter) Saluran Drainase dengan kondisi Sedang (panjang 149.829 meter) Saluran Drainase dengan Kondisi Buruk (panjang 176.702 meter)
3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional A.
Saluran Drainase berdasarkan Fungsi
Pengklasifikasian menurut fungsinya, Saluran Drainase dibagi menjadi tiga jenis Saluran Drainase : 1. Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Primer di Kota Pontianak memiliki panjang 131.870 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Primer dan Sekunder.
B.
2.
Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Sekunder di Kota Pontianak memiliki panjang 127.220 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Tersier.
3.
Saluran Drainase Tersier Saluran Drainase Tersier di Kota Pontianak memiliki panjang 345.715 m dengan fungsi untuk menampung air hujan dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci mobil.
Konstruksi Saluran Kota
Untuk penanganan pada saluran primer Kota telah dilakukan dengan pembuatan turap menggunakan beton tetapi kegiatan yang dilakukan belum secara keseluruhan. Begitu pula dengan penanganan yang terdapat pada saluran sekunder dan tersier Kota, penanganan
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 98
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
dilakukan dengan menggunakan Beton, Pasangan Batu dan Kayu dengan memiliki jumlah penanganan lebih kecil dari Saluran Primer Kota. Sebagian saluran Kota baik Primer, Sekunder dan Tersier masih menggunakan papan dan ada yang masih berdindingkan tanah. Saluran tertutup difungsikan untuk menghubungkan saluran yang satu dengan yang lainnya terutama untuk saluran yang memotong jalan . Pada daerah – daerah tertentu khususnya di daerah yang aktifitas lalu lintasnya cukup tinggi dan lebar saluran yang tidak begitu besar digunakan juga saluran tertutup. Selain saluran terbuka terdapat pada daerah Permukiman, Saluran terbuka terdapat juga pada daerah Perdagangan dan Perkantoran yang sejajar dengan jalan Arteri Primer dan Arteri sekunder Kota. Bentuk saluran seperti ini difungsikan untuk membantu Dinas yang terkait didalam mendukung kegiatannya. Didalam hal menjaga agar tidak terjadi limpasan atau genangan di Kota Pontianak Pemerintah membangun beberapa pintu air yang diharapkan dapat mengatur keluar masuknya air ke Kota Pontianak.
3.4.5. Peran Serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Drainase Drainase di kota Pontianak rata-rata bermasalah, yang dalam hal ini disebabkan karena Pontianak berada di daerah delta dan pasang surut. Bila datang hujan pada saat air pasang, maka saluran drainase tak bisa mengalir secara lancar ke sungai dan bahkan meluap dan banjir di mana-mana. Hal itu diperparah dengan budaya buang sampah yang masih rendah membuat drainase penuh dengan sampah. Peran serta masyarakat didalam penanganan Saluran Drainase masih cukup kecil ini dapat kita lihat dari banyaknya jumlah dari Saluran Drainase yang tidak berfungsi sesuai dengan yang kita harapkan. Data yang ada menunjukkan Saluran Drainaase hanya 18.76 % dalam kondisi baik dan sebagiannya 44,75 % dalam kondisi yang buruk. Hampir 50 % Saluran Drainase tidak berfungsi. Kegiatan peran serta masyarakat didalam mendukung penanganan Drainase hanya dilakukan pada saat acara–acara tertentu seperti hari ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia yang kegiatannya dilakukan secara gotong royong dengan membersihkan saluran yang ada. Kegiatan seperti ini diadakan 1 – 2 kali dalam setahun. Peran masyarakat yang lain datang dari kelompok - kelompok Pencinta Lingkungan Hidup yang kegiatannya masih didukung oleh pemerintah dan dilakukan pada kegiatan acara – acara hari besar seperti hari kemerdekaan RI. Peran serta masyarakat yang bisa diharapkan dan dekat dengan kegiatan kesehatan adalah kader Posyandu. Kader Posyandu merupakan kader yang mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan masyarakat khususnya para ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu melakukan aktifitas yang berhubungan dengan Saluran Drainase. Para kader Posyandu bisa diharapkan untuk memberikan bimbingan terhadap para ibu rumah tangga didalam hal memberikan informasi betapa pentingnya kegiatan menjaga Saluran Drainase yang telah ada.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 99
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuaia dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas Kesehatan masyarakat dapat meningkat.
3.4.6. Permasalahan Pengelolaan Drainase Pengelolaan Drainase maupun pengelolaan bidang – bidang lainnya, yang berkaitan erat dengan hajat hidup orang banyak harus dikelola secara komprehensif. Pengelolaan ini diharuskan melibatkan komponen masyarakat secara menyeluruh dan SKPD terkait. Perlu dipertanyakan mengapa persoalan pengelolaan Drainase yang ada maupun drainase yang akan di bangun selalu mengalami hambatan atau tantangan yang besar?. Apabila ditinjau lebih jauh faktor ini disebabkan oleh tidak adanya cara pandang yang sama dan pemahaman yang mendalam terhadap arti pentingnya Drainase perkotaan, baik itu dari elemen masyarakat maupun Pemerintah. Permasalahan pengelolaan Drainase dapat disebabkan oleh beberapa faktor: A. Aspek Sosial 1. Kurang mengertinya masyarakat akan arti pentingnya Drainase 2. Tingkat pendidikan yang masih rendah. 3. Masyarakat tidak memprioritaskan Saluran Drainase didalam pembangunan rumah mereka. 4. Mengerti tetapi tidak peduli di dalam hal yang terkait dengan Drainase. 5. Kurangnya perhatian masyarakat didalam mendukung kegiatan pembangunan Drainase oleh Pemerintah Daerah. 6. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan melewati Ruang Milik Jalan ( RMJ ) atau berada diatas tanah masyarakat. 7. Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. 8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan 9. Saluran menyempit karena timbunan sampah 10. Pemeliharaan belum optimal 11. Drainase kurang berfungsi karena banyak bangunan di atasnya B.
Aspek Teknis 1. Belum adanya perencanaan secara keseluruhan terhadap Drainase Kota. 2. Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami) 3. Masalah koneksitas dari drainase primer ke sekunder, kemudian ke tersier 4. Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kota 5. Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujan
C.
Aspek Pendanaan 1. Terbatasnya anggaran APBD Kota. 2. Kurangnya Pengalokasian Dana Pembangunan Infrastruktur ke Saluran Drainase Lingkungan Pemukiman. 3. Belum adanya pendanaan khusus dari Pemerintah Pusat ke Drainase Lingkungan Pemukiman di daerah – daerah. 4. Banyak saluran tanpa pengerasan (tidak memenuhi standar teknis)
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 100
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
D.
Aspek Kelembagaan dan Landasan Hukum 1. Kurangnya Sosialisasi secara periodik yang dilakukan oleh SKPD - SKPD terkait mengenai manfaat dari Saluran Drainase. 2. Kurangnya Perhatian SKPD yang terkait terhadap pembangunan Infrastruktur Saluran Drainase di Lingkungan Pemukiman. 3. Belum adanya Landasan Hukum yang mengatur Mengenai dimensi dari Saluran Drainase di masing-masing wilayah, baik itu Primer, Sekunder maupun Tersier.
E.
Aspek lingkungan/kondisi alam 1. Tinggi muka air tanah mempengaruhi mata air S. Kapuas (daerah pasang air sungai yang cukup tinggi) 2. Kurang lahan untuk aplikasi drainase 3. Topografi relatif landai tidak dinamis 4. Jenis tanah gambut memerlukan perlakuan khusus di dalam pengerjaan
3.5. Penyediaan Air Bersih 3.5.1. Landasan Hukum 1.
2.
3.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Keputusan Menteri Kesehatan No.907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, pengawasan mutu air pada air minum menjadi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut :
Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan. Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawasenyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air. Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama enyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 101
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Pengaturan sistem pengembangan air minum secara umum diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009 sedangkan Pelayanan Air Minum kepada pelanggan diatur melalui Perda Nomor 04 Tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009. Dalam bidang manajemen diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum dan Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2008 mengatur tentang Direksi, Dewan Pengawas dan Kepegawaian PDAM Kota Pontianak. Sementara Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak Pada bidang keuangan dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri OTDA Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum sementara kebijakan tentang tariff air PDAM mengacu pada Permendagri nomor 23 tahun 2006 dan saat ini tarif air minum diberlakukan sejak tahun 2007 melalui Peraturan Walikota No. 30 Tahun 2007, sedangkan Pengawasan Kualitas Air Mengacu pada Permenkes No. 416 tahun 1990
3.5.2. Aspek Kelembagaan Perusahaan Daerah Air Minum adalah Badan Usaha Milik Daerah yang diberi wewenang dalam penyediaan air bersih untuk masyarakat. Hal itu dituangkan juga dalam Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009 mengatur Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak.
3.5.3. Cakupan Pelayanan Pada akhir tahun 2009, PDAM Tirta Khatulistiwa telah melayani 68% penduduk kota Pontianak melalui 71.785 pelanggan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan dan selain melayani penduduk kota Pontianak, juga melayani sebagian kecil penduduk wilayah Kabupaten Kubu Raya (KKR) yang berbatasan dengan wilayah administrative kota Pontianak Secara garis besar jumlah penduduk yang dilayani terlihat pada table berikut :
Tabel 3-16 Cakupan layanan PDAM
KECAMATAN
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Penduduk Terlayani (Jiwa)
Cakupan Layanan (%)
Jumlah Pelanggan (SL)
Pontianak Barat
117,052
90,550
77%
17051
Pontianak Kota
112,766
73,010
65%
14368
Pontianak Selatan
143,332
123,280
86%
24513
Pontianak Timur
71,712
40,550
57%
7527
Pontianak Utara
112,485
37,420
33%
6423
Jumlah
557,346
364,810
65%
Catt.
69,882
Jumlah Pelanggan tidak Termasuk Kab. KKR
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 102
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010
Gambar3-11 Booster PDAM Dan Jaringan Pipa PDAM Di Kota Pontianak PETA B OO STER PDAM D AN JARINGAN PIPA PD AM DI K OTA P ONTIANAK 109°17'51"
109°19'50"
In ci
50 a
In ci Pi pa i In c
ci
10 0 a P ip
ci
a ip
In 0
P
10
In c i
a ip P
ci
50
In
ci
In
In
i
ci
0
2
0 25
25
In
ci
0
pa
50
In
10
Pi
Pi
0°2'29"
0
1
In c i
10
4
7#
a
ci In
a
ci
P ip
P ip
In 50 a 2
P ip
i
In c
10 #
In c
a
0 10
50
In ci
#
50
a P ip
Pipa 200 In ci
a 10 0
8
ci
3
ci In
a
i
P ip
P ipa 250 In ci P ipa 100 In ci
10 0I nc i
1 00 In ci P ip a
In
a1 00
50
a ci 12 In 0
P ip
50
i
c 0 In a5
P ip
pa
In c
Pi
50
ip
a
ci
ip
Keterangan : Pdam. # Booster-pdam. Sungai. Admin _geo.
P ip
P
P ip ci P ip a 5 0 0 In a I nc i # c i a5# 5 0 In c i In P ip ip a 1 00 00 P In Pi a1 ci pa Pi # P ip 50 pa i In 50 In c c 50 Pi i a In pa ci Pip 50 In ci pa
Pipa 100 In ci
a
In
50
P
9 10
i
a
0°00'30"
#
i
In c
a
ip
In c
P ip
#
P
0
SKALA = 1 : 100 .000
#
11 5
#
10
6 Sungai
ci 0 In i a 10 In c a 50 P ip
i Inc
pa
ip
P ip
P ip
50
Pi
10 0
ci
a 50 In ci
In
In ci
a
i 10 P ip a
In ci a 1 00 P ip
0
a
ci
P ip
0°2'29"
25
P ipa 100 In ci
a
In
P ip
P ip
0 10
i
i pa
0
#
Pip
P
ci
nc
In
0I
0
10
In c
a
0
10
I nc i
10
a
10 0
a
P ip
Pip a
ip P
Pip a 2 50 Inc i
P ip
In c i a1 00 P ip
P ip
0°00'30"
109°23'48"
0°1'29"
P ip a 100 In ci
0°1'29"
109°21'49"
P
109°15'52"
N
00
#
0°4'28"
P ip
a
20 0 In ci
P ip
a1
0°4'28"
109°15'52"
109°17'51"
109°19'50"
109°21'49"
109°23'48"
Tabel 3.16 Jumlah Pelanggan Per Kelurahan Tahun 2009
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 103
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kecamatan/Kelurahan PONTIANAK BARAT Kelurahan Sei Jawi Luar Kelurahan Sei Jawi Dalam Kelurahan Paal Lima Kelurahan Sei Beliung PONTIANAK KOTA Kelurahan Mariana Kelurahan Tengah Kelurahan Darat Sekip Kelurahan Sei Bangkong PONTIANAK SELATAN Kelurahan Parit Tokaya Kelurahan Benua Melayu Laut Kelurahan Benua Melayu Darat Kelurahan Bangka Belitung PONTIANAK TIMUR Kelurahan Saigon Kelurahan Banjar Serasan Kelurahan Tambelan Sampit Kelurahan Parit Mayor Kelurahan Tanjung Hulu Kelurahan Tanjung Hilir Kelurahan Dalam Bugis PONTIANAK UTARA Kelurahan Siantan Hulu Kelurahan Siantan Tengah Kelurahan Siantan Hilir Kelurahan Batu Layang WILAYAH KAB. KUBU RAYA Kab/Kel
Paal Sembilan
Kab/Kel
Sei Raya Dalam
Kab/Kel
Sei Ambawang
JUMLAH
KU/HU 72 16 29 9 18 79 11 9 9 50 94 34 14 18 28 38 9 4 5 2 8 4 6 68 31 14 21 2 3 3 354
Sosial 121 35 60 12 14 154 15 25 19 95 304 152 10 39 103 85 20 12 5 2 26 3 17 85 33 26 19 7 6 4 1 1 755
R. Tangga 16,207 3,739 7,903 1,632 2,933 12,181 1,081 1,178 1,517 8,405 21,352 8,486 1,156 3,879 7,831 7,192 1,935 490 233 131 3,085 292 1,026 5,799 2,793 1,692 964 350 1,867 986 553 328 64,598
Golongan Pelanggan Pemerintah Niaga 22 606 11 215 5 316 3 21 3 54 82 1,851 5 92 22 182 9 1,182 46 395 187 2,542 111 639 4 333 9 1,174 63 396 8 203 2 70 3 1 5 4 4 86 3 1 32 26 426 18 155 2 221 6 44 6 1 26 25 1 1 326 5,654
Industri 22 10 8 2 2 20 1 2 11 6 32 13 2 10 7 1 1 19 11 5 2 1 94
Khusus 1 1 1 1 2 1 1 4
Jumlah 17,051 4,026 8,321 1,679 3,025 14,368 1,206 1,418 2,747 8,997 24,513 9,436 1,520 5,129 8,428 7,527 2,036 509 249 139 3,210 302 1,082 6,423 3,041 1,960 1,056 366 1,903 1,018 554 331 71,785
Sumber data: PDAM TIrta Khatulistiwa, 2010
3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional Sistem penyediaan air bersih PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak menggunakan sistem pengolahan lengkap, terdiri dari dua instalasi utama dan instalasi mini (Mini Treatment Plan) yang berada disekitar wilayah Kota Pontianak. Instalasi utama I (IPA Imam Bonjol) berlokasi di jalan Imam Bonjol Km. 2.5, mulai dikembangkan oleh Pemerintah Prancis tahun 1962 memiliki kapasitas awal sebesar 100 lt/dtk dan saat ini telah mencapai 1.210 lt/dtk yang terdapat di 3 (tiga) lokasi, yang terdiri dari ; 4 (empat) unit pengolahan konvensional, 3 (tiga) unit mini treatment plan (MTP) yang masing-masing dilengkapi dengan reservoir, pompa air baku dan pompa distribusi.
IPA (1) Imam Bonjol – 150 lt/dtk
IPA (2) Imam Bonjol – 300 l/dtk
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 104
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
IPA (3) Imam Bonjol – 110 ltr/dtk
IPA (4) Imam Bonjol – 300 ltr/dtk
Pasokan air baku IPA Imam Bonjol dengan kapasitas 860 lt/dtk yang berada di Pontianak Selatan bersumber dari Intake Sungai Kapuas yang berjarak 300 m dari lokasi IPA Imam Bonjol dan IPA Selat Panjang dengan kapasitas 300 lt/dtk yang berlokasi di Pontianak Utara memiliki sumber air baku S. Landak sementara MTP Sei Jawi Luar dengan kapasitas 50 lt/dtk mengambil air baku dari S. Kapuas. Pelanggan di wilayah Pontianak Barat, Kota, Selatan dan Tenggara dilayani melalui IPA Imam Bonjol dan MTP Sei Jawi Luar dengan jumlah pelanggan 57.504 SL sementara IPA Selat Panjang melayani Pontianak Timur dan Utara dengan jumlah pelanggan 14.281 SL. IPA Selat Panjang – 300 lt/dtk Gambar 3-12 Sistem Pengolahan Air PDAM
Reservoir Distribusi
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 105
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan melalui jaringan pipa distribusi. Penentuan volume reservoir berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1.
2. 3.
Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air minum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode pengisian reservoir. Dimensi atau daya tampung reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% 25% dari kebutuhan air rata-rata. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk daerah setempat. Kebutuhan air khusus yaitu pengurasan reservoir, taman dan daerah pariwisata. Gambar 3-13 Fluktuasi Pemakaian Air
Fungsi Reservoir : 1.
Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakaian air bersih.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 106
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menambah tekanan air pada jaringan distribusi. Agar tekanan air pada jaringan pipa distribusi relatif stabil Mengatasi keadaan darurat Tempat pembubuhan dan pencampuran desinfektan Tempat pengendapan kotoran yang mungkin masih terbawa Pompa beroperasi lebih merata
A. Jaringan pipa distribusi Jaringan sistem distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari reservoir distribusi air minum menuju ke konsumen Sistem distribusi terdiri dari : 1. 2.
Pipa Induk untuk menyalurkan air di seluruh daerah distribusi Pipa Dinas untuk membagi air ke para pelanggan
Pipa Induk dibagi menjadi : Pipa Primer : menyalurkan air dari pipa transmisi/reservoir ke daerah-daerah tertentu Pipa Sekunder : membagi air dari pipa primer ke daerah-daerah yang lebih kecil. Pipa Tertier : membagi air dari pipa sekunder ke pipa dinas. Diameter pipa : Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan sisa tekanan minimum di jalur distribusi. Ukuran diameter pipa pembawa (pipa primer dan pipa sekunder) minimum 100 mm dan ukuran diameter pipa pembagi atau tersier minimum 50 mm. Faktor jam Puncak untuk perhitungan pipa distribusi : Faktor
Pipa Primer
Pipa Sekunder
Pipa Tersier
Maksimum
1,15
1,15
1,15
Jam puncak
1,5 – 1,7
2
3
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
Panjang pipa tersier yang diijinkan : Suplai
Diameter pipa tersier (mm)
Panjang maksimum yang diijinkan ketika mensuplai Dari satu sisi jalan
Dari dua sisi jalan
Suplai dari satu sisi akhir saja
50 75 100
65 155 280
40 100 185
Suplai dari dua sisi akhir
50 75 100
130 310 560
80 200 370
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 107
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
Jumlah dan debit pompa sistem penyediaan air minum : Debit (m3/hari)
Jumlah pompa (unit)
Total pompa (unit)
Sampai 2800 2500 s/d 10.000 lebih dari 90.000
1 (1) 2 (1) lebih dari 3 (1)
2 3 lebih dari 4
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
3.5.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penyediaan Air Bersih Dalam hubungannya dengan PDAM, masyarakat adalah pelanggan dan PDAM adalah penyedia layanan. Namun jika ditinjau secara keseluruhan dimana PDAM hanya mampu melayani +68% masyarakat Kota Pontianak maka 32% masyarakat lainnya melakukan upaya swadaya dalam penyediaan air bersih misalnya dengan mengakses air hujan atau memanfaatkan air sungai. Perempuan sangat berperan dalam penyediaan air bersih dalam skala rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menampung air hujan dengan menggunakan PAH berupa tempayan-tempayan. Sistem PAH yang memenuhi standar teknis baik dari volume, konstruksi maupun sistem filtrasi masih sangat jarang digunakan oleh masyarakat.
3.5.6. Permasalahan 1. 32% penduduk kota Pontianak belum memiliki akses pelayanan air bersih 2. 35% pelanggan yang dilayani air bersih dari PDAM mendapat aliran dibawah 10 M3/SL/Bulan dan terindikasi pelanggan tersebut tidak mendapatkan aliran 24 Jam 3. Kualitas air yang disalurkan dari IPA relative memenuhi syarat, namun yang diterima pelanggan kadang terjadi perubahan kualitas akibat kondisi jaringan yang sudah tua dan kecepatan pengaliran yang tidak memadai. 4. Penurunan kualitas air baku S. Kapuas dan S. Landak sebagai sumber air baku utama bagi PDAM terutama pada saat kemarau dimana terjadi interusi air laut dengan kadar garam diatas batas yang diijinkan sementara IPA yang ada tidak didesain untuk mengolah air asin. 5. Kapasitas IPA terbatas, hingga PDAM sulit mengembangkan pelayanan dan diperburuk dengan tingginya angka kehilangan air sebesar 34% jauh diatas toleransi nasional sebesar 20% 6. Tarif air PDAM masih rendah hingga sulit untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur air bersih 7. Pendanaan melalui APBD Murni Pemkot Pontianak tidak ada, sementara yang ada bersumber dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DHD (Dana Hibah Daerah) dengan kondisi tidak memadai.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 108
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
3.6. Komponen Sanitasi Lainnya 3.6.1. Penanganan Limbah Industri Beberapa kegiatan usaha yang saat ini menunjukkan perkembangan cukup signifikan dan membawa pengaruh dalam perkembangan wajah kota Pontianak, antara lain kegiatan : 1. Industri a. Crumb Rubber b. Keramik c. Cold Storage d. Galangan Kapal e. Minyak kelapa / sawit
sebanyak sebanyak sebanyak sebanyak sebanyak
5 1 3 1 2
2. Perdagangan a. Supermarket / Mall
sebanyak
5 buah
3. Parawisata a. Hotel Berbintang b. Hotel Melati
sebanyak sebanyak
4 buah 39 buah
4. Kesehatan a. Rumah Sakit sebanyak b. Klinik / Balai Pengobatan sebanyak 5. Home Industri Usaha Kecil Menengah sebanyak Kota dan Pontianak Selatan).
buah. buah buah buah buah.
4 buah 26 buah 670 buah (untuk Kecamatan Pontianak
Sektor kegiatan usaha diatas dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari berpotensi menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penyebab pencemaran kualitas air permukaan di Kota Pontianak tahun 2009 rata-rata pencemarannya disebabkan oleh berbagai macam seperti pabrik, bengkel, rumah sakit, limbah hotel serta limbah restoran. Lokasi perbatasan Sungai Landak dan Sungai Ambawang pencemarannya disebabkan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi disekitar sungai tersebut. Sedangkan lokasi Parit Malaya yang terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabkan oleh limbah bengkel-bengkel yang membuang sisa minyak pelumas tanpa pengolahan terlebih dahulu. Lokasi Parit Nanas yang juga terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabakan oleh limbah-limbah restoran. Tabel 3.18 Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran No 1 2 3
Lokasi Perbatasan Sungai Landak dan Ambawang Parit Malaya / Tanjung Hulu Parit Nanas / Tanjung Hulu
Penyebab Pencemaran Limbah Pabrik Bengkel Restoran
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 109
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lokasi
Penyebab Pencemaran
Bawah Tol Landak – PDAM Siantan Depan Rimba Ramin – Gudang Sangkar Emas Depan PT.Hok Tong Siantan Pabrik Sagu PT. Sumber Alam Peracikan Kayu Galangan Kapal Kampung Beting Pasar Puring / Pasar Siantan Hotel Kartika (Sungai Kapuas) Kapuas Indah (Sungai Kapuas) Parit Besar (Sungai Kapuas) Depan PDAM / Imam Bonjol (Sungai Kapuas)
Rumah Sakit Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pasar Limbah Hotel Limbah Pasar Limbah Pasar Limbah Rumah Tangga
Sumber data: BLH Kota Pontianak, 2010
Pada tahun 2007 pengawasan limbah kegiatan usaha dilakukan pada 43 kegiatan usaha yang terbagi dalam beberapa bidang usaha, masing-masing bidang usaha diambil hanya beberapa kegiatan usaha. Adapun 43 kegiatan usaha dimaksud adalah sebagai berikut : a.
b.
c.
d
e.
f.
g.
SPBU 1. SPBU 64.781.01 2. SPBU 64.781.02 3. SPBU 64.781.03 4. SPBU 64.781.05 Laundy 1. laundry King 2. Laundry Martuari Waya
Rumah Makan/ Restoran/Café 1. RM. Aneka Rasa 2. KFC Gajah Mada 3. Restoran Cita Rasa Gudang dan Bengkel 1. PT. Trakindo Utama Cabang Pontianak 2. PT. Sarana Tirta Marguna Industri 1. PT. Kota Niaga Raya 2. CV.Jaya Kota 3. PT. Hok Tong 4. PT. Giat Usaha Dieng 5. PLTD Siantan 6. PT. Aloe Vera Indonesia Kesehatan 1. KB. Khanza Khatulistiwa 2. RSUD dr.Soedarso Mall dan Hotel 1. Matahari Mall Pontianak
5. 6. 7. 8.
SPBU 64.781.06 SPBU 64.781.07 SPBU 64.782.01 SPBU 64.782.02
3. Laundry Sabda Express 4. Laundry Rajawali
4. Restoran American Fried Chicken 5. Restoran Gajah Mada 6. RM.Rio II
7. 8. 9. 10. 11.
PT.Sumber Batulayang Indah PT. Niramas Utama PT. Sumber Alam PT. sumber Djantin PT. Cahaya Kalbar, Tbk
3. RSIA. Anugrah Bunda 4. RSS. Antonius
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 110
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
h.
2. 3. BUMN 1. 2. 3. 4.
Hotel Grand Mahkota Hotel Kini PT. Pertamina (persero) UPms VI. Cab. Pemasaran Pontianak PT. Pertamina (persero) UPms VI Depot Pontianak Penimbunan Pelumas Jeruju PNT. NBBM PT Telkom Pontianak
Temuan permasalahan yang diperoleh pada saat peninjauan lapangan dan hasil analisis laboratorium dibahas sebagai data primer dalam pembahasan rekomendasi dan saran yang akan disampaikan kembali kepada pemilik usaha kegiatan.
3.6.2. Penanganan Limbah Medis Berdasarkan keputusan Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : Kep58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali. Adanya berbagai sarana pelayanan kesehatan tersebut, akan menghasilkan limbah baik cair maupun padat. Limbah padat yang ada dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan langsung dari kegiatan medis. Limbah ini tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B-3) sehingga berpotensi membahayakan komunitas rumah sakit. Jika pembuangan limbah medis tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bahaya terhadap masyarakat di sekitar lokasi pembuangan. Limbah non-medis adalah limbah domestik yang dihasilkan di RS tersebut. Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan bukan merupakan limbah B-3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan sampah kota yang ada. Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendatian Pencemaran Air, maka Pemerintah Kota Pontianak telah melakukan kegiatan pengawasan terhadap beberapa sarana pelayanan kesehatan yang ada di kota Pontianak sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3-19 Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota Pontianak Periode 2003 s/d. 2009 No.
Nama Kegiatan Usaha
Proses Penanganan
Hasil Pengukuran
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 111
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No.
1.
2.
Nama Kegiatan Usaha
Klinik Bina Sehat
Puskesmas Alianyang
3.
Puskesmas Siantan Hilir
4.
Klinik Bahana Putra
5.
6.
Rumah Sakit Islam YARSI Pontianak
Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda
Proses Penanganan Limbah cair medis dialirkan ke bak penampungan ( septic tank dgn ukuran 2m x 2m ) , Limbah cair non medis dibuang langsung ke saluran drainase yang menuju ke parit sei jawi. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit sekitar Puskesmas. 2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
1. Limbah cair yang dihasilkan seluruhnya dibuang ke parit tanpa pengolahan kecuali limbah cair dari wc dan kamar mandi yang dialirkan ke septic tank 2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit di belakang linik. 2. Limbah padat medis dibakar dengan mengunakan alat pembakar las . 3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank dan sebagian yang lainna lansung dibuang ke lingkungan. 2. Limbah padat medis dan non medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah B3 dari Radiologi ditampung di dalam wadah khusus untuk kemuadian dikirim ke RSUD Sudarso. 1. Limbah cair yang dihasilkan di dapur disalurkan ke IPAL dengan sistem up.flow sehingga minyak lemak yang ada dapat segera diangkat keluar. 2. Menaburkan kapur gamping pada bak pengumpul limbah cair dari loundry dan VK, untuk kemudian limbah padatnya diagkat. 3. Limbah padat medis di bawa ke RS Bhayangkara Tk. IV Pontianak untuk dimusnahkan dg menggunakan incinerator.
Hasil Pengukuran BOD = 75 mg/l. COD = 180 mg/l. TSS = 60 mg/l. Minyak & Lemak = 15 mg/l. Fosfat ( PO4) = 2mg/l. MBAS = 5 mg/l. Suhu = 28,9 ' C pH = 6,93 BOD5 = 6,44 mg/l. COD = 66,02 mg/l. TSS = 23 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,02 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 16.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 28,3 ' C pH = 6,25 BOD5 = 3,55 mg/l. COD = 124,71 mg/l. TSS = 20 mg/l. NH3 bebas =0,01 mg/l PO4 = 0,06 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 26,7 ' C pH = 6,62 BOD5 = 84,74 mg/l. COD = 327,60 mg/l. TSS = 81 mg/l. NH3 bebas =0,18 mg/l PO4 = 0,72mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 27,1 ' C pH = 6,94 BOD5 = 8,13mg/l. COD = 18,34mg/l. TSS = 96 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,01 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
Suhu = 29,1 ' C pH = 6,91 BOD5 = 7,79 mg/l. COD = 104,40 mg/l. TSS = 73 mg/l. NH3 bebas =0,20 mg/l PO4 = 0,82mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 112
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No.
Nama Kegiatan Usaha
Proses Penanganan
Hasil Pengukuran
4. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
7.
8.
9.
RSU. St. Antonis
RSU. Dr. Sudarso
Klinik Rosye Jaya Medika
10
RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa
11
R.S Promedika
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air. 2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air. 2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang digunakan untuk mengolah limbah dari kegitan klinik berupa septic tank yg terdiri dari 2 bak, yaitu bak I merupakan bak kedap yang berfungsi untuk mengendapkan partikel berbahaya yang terdapat di limbah cair yang slanjutnya proses pengendapan menghasilkan sludge yang pembersihannya dengan cara disedot, sedangkan bak II yang merupakan bak penampungan limbah cair dari bak I yang pengolahannya dengan cara filtrasi dengan menggunakan batu kerikil, ijuk, dan pasir dengan sistem resapan pada tanah setelah melewati proses filtrasi. 2. Limbah padat medis dikumpulkan dan dibawa ke RSUD Sudarso untuk dimunahkan dengan mengunakan incinerator. 3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Pengolahan limbah berupa septic tank yang dibuat dengan sistem sedot tiap 6 bulan sekali 2. Panambahan bakteri IPAL dilakukan sekali pada waktu pertama kali IPAL difungsikan 1. Limbah medis dikirim ke RS. Bayangkara dan sebagian dikirim ke
Suhu = 30,0 ' C pH = 6,71 BOD5 = 5,96 mg/l. COD = 94,84 mg/l. TSS = 5,2 mg/l. NH3 bebas =0,2 mg/l PO4 = 1,15 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 170 MPN Koliform/100ml Suhu = 28,1 ' C pH = 6,04 BOD5 = 15,59 mg/l. COD = 128,38 mg/l. TSS = 21,5 mg/l. NH3 bebas =0,03 mg/l PO4 = 0,03 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
Suhu = 26,8 ' C pH = 6,57 BOD5 = 13,55g/l. COD = 49,51. TSS = 8 g/l. NH3 bebas =0,02g/l PO4 = 0,01/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
-
-
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 113
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
No.
12
13
14
15
Nama Kegiatan Usaha
Klinik Bersalin Khanza
RS.Tk IV Bhayangkara Polda Kalbar
Laboratorium Klinik Utama Taruna
Klinik 24 Jam Anggrek
Proses Penanganan Lab.Kes. 2. Limbah sisa medis sebagian ada yang dikeringkan terlebih dahulu sebelum dikirim 3. Limbah rontgen film nya dibakar, dan limbah cairnya diarahkan ke IPAL 1. Sampah medik dibakar didalam Incinerator 2. IPAL berupa bak-bak yang berisi koral, ijuk, arang kemudian dibuang langsung ke lingkungan 1. Incinerator telah digunakan sebagaimana mestinya 2. IPAL belum digunakan sehingga limbah cair langsung dialirkan ke septic tank 3. Masih terdapat sisa-sisa botol infus yang dibuang sembarangan 1. Penanganan limbah medis cair langsung dialirkan ke septic tank yang kemudian diresapkan ke tanah 2. Penanganan limbah non medis langsung dibuang ke TPS dan dibakar 3. Penanganan ceceran menggunakan antiseptik 1. Limbah cair di klinik dialirkan melalui bak yang terdiri atas bak penyaringan, bak pengendapan dan bak penyaringan yang berisi pasir dan ijuk .Limbah dari IPAL di buang ke parit sekitar klinik 2. Limbah cair dapur dialirkan melalui septic tank dan selanjutnya meresap kedalam tanah
Hasil Pengukuran
-
-
-
Sumber: BLH Kota Pontianak
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas maka jenis sarana pelayanan kesehatan yang diamati dapat dikelompokkan menjadi : a.
Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Rumah Sakit Umum Sudarso, 2. RS Umum Santo Anthonius, 3. RS Islam Yarsi, 4. RS Tingkat IV Bhayangkara, 5. RS Pro Medika, 6. RS Bersalin Harapan Anda, dan 7. RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa. Dari ketujuh Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut yang telah memiliki dan melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan menggunakan Instalasi
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 114
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar baru 2 buah Rumah Sakit (28,57 %), yaitu RSU Dr. Sudarso dan RSU Santo Anthonius sedangkan ke-5 RS lainnya (71,43 %) dalam penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa septic Tank. Dari table di atas diketahui bahwa hasil pengukuran terhadap sample air yang diambil dari masing-masing sarana pelayanan kesehatan lanjutan menunjukkan secara umum kondisi effluent limbah cair medis masih berada di bawah Nilai Ambang Batas maksimum yang diperkenankan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, kecuali untuk parameter tertentu. Kadar COD buangan limbah cair dari RSU Dr. Sudarso menunjukkan telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 128,38 mg/liter (maksimal 100,00 mg/liter). Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda, dimana kadar COD buangan limbah cairnya sebesar 104,40 mg/liter. b.
Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar tersebut Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Puskesmas Alianyang 2. Puskesmas Siantan Hilir Untuk sarana pelayanan kesehatan dasar, ada 1 Puskesmas (50 %) yang parameter buangan limbah cairnya melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu di Puskesmas Siantan Hilir dimana kadar COD=124,71 mg/l.
c.
Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Termasuk dalam kategori ini adalah 1. Klinik Bina Sehat, 2. Klinik Bahana Putra, 3. Klinik Rosye Jaya Medika 4. Klinik Bersalin Khanza 5. Klinik 24 Jam Anggrek 6. Laboratorium Klinik Utama Taruna Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya, hanya 3 klinik yang diambil sample buangan limbah cairnya, sedangkan 3 klinik lainnya belum dilakukan pengambilan sample. Dari ke-3 klinik yang diambil tersebut, 2 di antaranya (66,67%) memiliki kadar COD yang melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu : 1. Klinik Bahana Putra : COD = 327,60 mg/liter. 2. Klinik Bina Sehat : COD = 180 mg/liter.
Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk kemudian dibakar. Hal ini sebenarnya tidak diperkenankan karena kota Pontianak, terutama pada musim kemarau sering terjadi penurunan kualitas udara akibat kabut asap.
3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 115
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sarana sanitasi yang terdapat di sekolah-sekolah dan familiar digunakan oleh siswanya adalah jamban/toilet dan tong sampah. Namun selama ini baik Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan tidak mempunyai data tentang jumlah dan kondisi sarana sanitasi yang dimaksud. Di bawah ini adalah data tentang jumlah sekolah mulai dari pra sekolah sampai lanjutan tingkat atas beserta jumlah muridnya. Untuk menggambarkan ketersediaan sarana sanitasi sekolah adalah dengan didasarkan pada persyaratan penyediaann jamban yang ideal dengan rata-rata kenyataan yang ada. Tabel 3.20 Distribusi Jumlah Sekolah Dan Jumlah Murid Di Kota Pontianak Menurut Kecamatan Tahun 2009. PAUD / TK Kecamatan Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan dan Tenggara Pontianak Kota Pontianak Barat Total
a.
SD / MI
SMP / MTs
SMA / SMK / MA
TOTAL
Se k
LK
PR
Se k
LK
PR
Se k
LK
PR
Se k
LK
PR
Se k
LK
PR
18
388
386
47
8097
7358
15
2280
2450
13
2430
1631
93
13195
11825
10
271
288
34
4572
4313
8
1339
1438
6
802
1014
58
6984
7053
30
1592
1540
51
9218
8694
28
4601
4377
28
5630
6260
137
21041
20871
28
1082
1326
45
7499
7176
18
2853
2675
28
3329
3167
119
14763
14344
24
583
599
34
6899
6453
18
2557
2696
13
2187
1836
89
12226
11584
110
3916
4139
211
36285
33994
87
13630
13636
88
14378
13908
496
68209
65677
Pra sekolah (PAUD, TK) Berdasarkan table tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah PAUD / TK yang ada di kota Pontianak sebanyak 110 buah dengan jumlah murid pra sekolah sebanyak 774 orang yang terdiri dari 388 murid laki-laki dan 386 murid perempuan. Menurut ketentuan persyaratan penyediaan jamban / WC komunal sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman penyediaan Jamban Keluarga yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan yang mempersyaratkan 1 jamban untuk 40 orang laki-laki atau 25 orang perempuan, maka estimasi kebutuhan Jamban / WC yang ideal untuk PAUD / TK yang ada di kota Pontianak adalah sebanyak 10 jamban untuk murid laki-laki dan 15 jamban untuk murid perempuan, sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk PAUD / TK idealnya adalah sebanyak 25 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid pra sekolah, baik PAUD maupun TK yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 1 untuk setiap PAUD/TK sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk anak pra sekolah baru mencapai sekitar 18 buah atau sekitar 72 %.
b.
SD / MI
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 116
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SD / MI yang ada di kota Pontianak sebanyak 211 buah dengan jumlah murid sebanyak 70.279 orang yang terdiri dari 36.285 murid laki-laki dan 33.994 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 907 buah untuk murid laki-laki dan 1.360 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 2.267 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SD / MI, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SD / MI sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 422 buah atau sekitar 19 %. c.
SMP / MTs Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMP / MTs yang ada di kota Pontianak sebanyak 87 buah dengan jumlah murid sebanyak 27.266 orang yang terdiri dari 13.630 murid laki-laki dan 13.636 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 341 buah untuk murid laki-laki dan 545 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 886 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SMP / MTs yang ada di kota Pontianak seperti juga halnya penyediaan jamban / wc untuk murid SD / MI, pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMP / MTs sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 174 buah atau sekitar 20 %.
d.
SMU / SMK sederajat Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMU /SMK / sederajad yang ada di kota Pontianak sebanyak 88 buah dengan jumlah murid sebanyak 28.286 orang yang terdiri dari 14.378 murid laki-laki dan 13.908 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban/wc untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 359 buah untuk murid laki-laki dan 556 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 915 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga/WC untuk murid SMU/SMK/sederajad, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMU/SMK sehingga jumlah keseluruhan jamban/WC untuk SMU/SMK mencapai sekitar 176 buah atau sekitar 19 %.
3.6.4. Kampanye PHBS Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat Promosi Kesehatan.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 117
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas. Hasilnya sampai tahun 2009 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS untuk tingkat kota Pontianak sebesar 80 % sedangkan untuk tingkat puskesmas telah mencapai 100 %, artinya seluruh petugas pengelola program PHBS di Puskesmas telah mengikuti pelatihan PHBS. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/ dukungan lintas program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas dan perubahan struktur organisasi. Altematif pemecahan adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen dan peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS. Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama periode 2009 adalah : 1. Kampanye PHBS, melalui : a. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali b. Media elektronik : - Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali. 2. Sosialisasi PHBS : 2 kali 3. Cetak Buku Saku : 50 buah 4. Cetak poster : 100 lembar 5. Cetak leaflet : 1.000 lembar 6. Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah 7. Penggandaan CD PHBS : 50 buah. Hasil Kegiatan PHBS Berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan program PHBS tatanan Rumah Tangga di seluruh kecamatan yang ada di Kota Pontianak (tidak semua rumah tangga, tetapi dengan menggunakan metode sampling), gambaran cakupan program PHBS Tingkat Kota Pontianak adalah sebagai berikut : Persentase Rumah Tangga Sehat (10 indikator) : 26,67 %. Persentase Rumah Tangga Sehat (indicator terpilih) : 0 %. Persentase Rumah Tangga Sehat (GHS) : 0 %. Untuk Indikator Perilaku Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut : - Persentase Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : 79,05 %. - Persentase Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif : 100,0 %. - Persentase Rumah Tangga yang tidak merokok : 38,57 %.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 118
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
- Persentase Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari - Prosentase Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah - Persentase Rumah Tangga yang mempunyai JPKM
: 95,71 %. : 76,67 %. : 47,62 %.
Untuk Indikator Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut : Persentase Rumah Tangga yang tersedia Jamban : 98,57 %. Persentase Rumah Tangga yang tersedia air bersih : 96,19 %. Persentase Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni : 70,48 % Persentase Rumah Tangga yang lantai rumah bukan dari tanah : 100,0 %. Kampanye PHBS tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD dengan tupoksi yang terkait tetapi juga oleh PKK melalui Pokjanya. PKK dengan 10 program pokoknya telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga di bidang kesehatan dan kegiatan PKK terlibat dalam program 7,9 dan 10 yaitu kesehatan, penyehatan lingkungan dan Perencanaan Keluarga. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun 2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang akan diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan gerakan PKK – Kabupaten – Kota. Pada saat ini sejak bulan Februari 2010 PKK Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan pemantauan mingguan menuju rumah tangga bebas jentik sebagai upaya Penegakan kasus DBD yang endemis di Kota Pontianak. Permasalahan kampanye PHBS Aspek teknis Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC Kebiasaan (masih banyak yang melakukan BAB sembarangan) Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan Lingkungan pemukiman yang belum higienis Aspek kelembagaan Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air permukaan Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh)
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 119
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang
3.7. Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Kota 3.7.1. Kelembagaan dan Regulasi Pengelolaan Sanitasi Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, perangkat daerah yang ada di Kota Pontianak meliputi:
Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Bappeda Dinas Daerah : 13 dinas Lembaga Teknis Daerah : 3 Badan dan 4 Kantor Lembaga Lain : BP2T dan Lakhar Narkotika & Penanggulangan HIV-AIDS Satpol PP Kecamatan : 6 kecamatan Kelurahan : 29 kelurahan
Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, drainase, pengelolaan air limbah dan PHBS tidak berada dalam satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) akan tetapi tersebar dalam beberapa SKPD dengan cakupan tugas dan fungsi yang berbeda, SKPD tersebut meliputi:
Dinas Pekerjaan Umum, mencakup sector drainase dan dukungan penyediaan air bersih bersama PDAM Tirta Khatulistiwa serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman secara umum. Secara struktural, Bidang yang banyak berperan di Dinas Pekerjaan Umum dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Cipta Karya khususnya pada Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman. Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak Dinas Kesehatan, meliputi promosi, penyuluhan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi kota. Secara struktural, bidang yang menangani sanitasi berada pada Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, didukung dengan keberadaan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Seksi Promosi Kesehatan. Badan Lingkungan Hidup, mencakup sector air limbah, kualitas air baku dan pengendalian pencemaran lingkungan. Berdasarkan TUPOKSI dalam struktur organisasi, bidang yang banyak berperan dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum serta Bidang Revitalisasi Lingkungan dan Pengembangan Kapasitas yang masing-masing bidang terebut didukung oleh dua seksi
Selain intansi-instansi tersebut, beberapa instansi lain juga memiliki program dan kegiatan yang mendukung pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak seperti Kantor Pemberdayaan Masyarakat melalui kegiatan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni yang banyak digunakan untuk pembangunan MCK di rumah tidak layak huni; Kecamatan melalui Program Pembinaan
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 120
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Kesehatan Masayarakat (kegiatan gerakan kebersihan lingkungan), Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas Umum (melalui kegiatan bantuan stimulan jalan lingkungan/gang dan saluran drainase), Program Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (kegiatan lomba kebersihan lingkungan), Program Pemberdayaan Masyarakat (kegiatan gotong royong pembersihan lingkungan), Program Pembangunan Kecamatan dan Kelurahan (kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan jalan). Untuk lebih jelasnya terkait program dan kegiatan masing-masing instansi dalam mendukung pelaksanaan sanitasi kota Pontianak dapat dilihat dalam sub bab 3.7.3. yang akan mengulas lebih dalam terkait maslah pendanaan sanitasi. Dalam pelaksanaan urusan sanitasi, Instansi-instansi tersebut mengacu kepada TUPOKSI-nya masing-masing dan melakukan koordinasi bilamana melibatkan instansi terkait lainnya. Dalam hal ini BAPPEDA memiliki peranan cukup penting dalam menyambung rantai koordinasi antar instansi yang berkecimpung di dalam urusan sanitasi di Kota Pontianak. Sebagai dasar operasional pelaksanaan urusan sanitasi di tingkat kota, beberapa regulasi telah disusun, diantaranya: 1. Perda Nomor 6 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 2. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 3. Perda Nomor 4 tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2002-2012 4. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3.7.2. Perkembangan APBD Dalam kurun 5 tahun terakhir (2005-2009), besaran Realisasi APBD Kota Pontianak meningkat cukup singnifikan. Di tahun 2005 tercatat besaran APBD sebesar Rp. 312.590.392.355,62 yang 74,07% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung dan hanya 25,93% sisanya dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Trend tersebut mulai bergeser di tahun 2007, dimana dengan besaran APBD senilai Rp. 556.263.221,66 hanya 47,80% diantaranya dialokasikan untuk belanja tidak langsung, sedangkan sisanya 52,20% dialokasikan untuk belanja langsung pembangunan. Dari data terakhir yang didapat (tahun 2009), total nilai realisasi ABPD kota Pontianak adalah senilai Rp. 666.306.493.928,90 yang mana 47,96% dipakai untuk belanja tidak langsung dan 52,04% untuk belanja langsung pembangunan. Tabel 3-21 Perkembangan Nilai APBD Kota Pontianak Tahun 2005-2009 TAHUN ANGGARAN (Rp) URAIAN 2005
2006
2007
2008
2009*
I
Realisasi Pendapatan
312.590.392.355,62
480.081.594.859,98
556.515.008.922,17
618.641.452.979,53
666.306.493.928,90
II
Belanja Daerah
304.462.321.318,45
474.804.730.648,34
537.263.364.221,66
633.594.660.392,22
658.842.306.673,92
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 121
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
1. Belanja Tidak Langsung
225.523.482.982,15
252.503.970.325,44
256.792.310.095,12
308.047.136.111,24
315.971.691.096,43
78.938.838.336,30
222.300.760.322,90
280.471.054.126,54
325.547.524.280,98
342.870.615.577,49
8.128.071.037,17
5.276.864.211,64
19.251.644.700,51
(14.953.207.412,69)
7.464.187.254,98
635.243.278,59
5.659.355.676,96
8.791.538.241,80
31.717.485.054,51
16.177.638.953,30
1. Pembiayaan Penerimaan
5.045.451.917,39
8.763.314.315,76
11.395.496.880,60
32.321.443.693,31
16.781.597.592,10
2. Pembiayaan Pengeluaran
4.410.208.638,80
3.103.958.638,80
2.603.958.638,80
603.958.638,80
603.958.638,80
Sisa Lebih Pembiayaan Th Berjalan
8.763.314.315,76
10.936.219.888,60
28.043.182.942,31
16.764.277.641,82
23.641.826.208,28
2. Belanja Langsung Surplus/defisit III
Pembiayaan
IV
Sumber : Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak Ket : Data sebelum diaudit
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dalam komponen APBD kota Pontianak juga terus mengalami peningkatan. Beradasarkan data tahun 2009, kontribusi PAD dalam struktur APBD Kota Pontianak mencapai 9,88% atau senilai Rp. 65.847.726.764,00 yang didapat dari komponen pengelolaan 6 jenis pajak daerah (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parker) serta 25 jenis retribusi daerah. Kontribusi terbesar dari komponen PAD ini disumbangkan oleh pajak penerangan jalan umum senilai Rp. 19.523275.132,- atau senilai 29,64%. Dari total nilai PAD di tahun 2009.
3.7.3. Besaran dan Proporsi Pendanaan Sanitasi Per Tahun Berdasarkan pembagian wewenang TUPOKSI SKPD, alokasi pendanaan sanitasi dalam kurun tiga tahun terakhir (2007-2009) menunjukkan kenaikan yang kurang signifikan. Jika dilihat pada tahun 2007 besaran total pendanaan sanitasi di Kota Pontianak sebesar Rp. 27.212820.195,- atau senilai 4,88% dari total APBD Kota Pontianak tahun 2007 dengan proporsi pendanaan terbesar di Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Sedangkan di 2009 total besaran pendanaan sanitasi adalah Rp. 27,959,340,019,- atau senilai 4,19% dari APBD tahun 2009 dengan proporsi terbesar pendanaan tetap di Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Tabel 3-22 Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
No 1 2 3 4 5 6
Institusi Dinas Kesehatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Badan Lingkungan Hidup Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Kantor Pemberdayaan Masyarakat
2007 APBD Kota
Pembiayaan (Rp) 2008 APBD Kota
2009 APBD Kota
1,862,515,475.00 11,435,276,430.00 2,039,185,880.00 9,966,107,660.00 1,909,734,750.00 -
1,283,168,450.00 8,861,043,471.00 1,981,097,828.00 12,877,401,810.00 2,312,556,900.00 272,024,320.00
315,781,000.00 14,132,031,533.00 2,312,342,842.00 6,968,252,750.00 1,662,474,588.00 2,568,457,306.00
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 122
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Total
27,212,820,195.00
27,587,292,779.00
27,959,340,019.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Tabel 3-23 Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009 (sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN) No
Sektor Sanitasi
1
Kampanye PHBS
2
Sampah
3
Air Limbah
4 5
Pembiayaan (Rp) 2007
2008
2009
2,021,320,225.00
1,609,733,750.00
428,257,500.00
11,435,276,430.00
8,910,543,471.00
14,296,534,833.00
3,411,923,880.00
3,104,193,948.00
3,153,872,942.00
Drainase & Jalan Air Bersih
10,629,743,160.00 3,465,122,500.00
10,032,546,610.00 7,276,930,500.00
6,473,286,338.00 9,331,962,500.00
Total
30,963,386,195.00
30,933,948,279.00
33,683,914,113.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Gambar 3-14 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007
Gambar 3-15 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2008
Jika dilihat berdasarkan sektor-sektor dalam sanitasi, sektor-sektor sampah dan drainase/jalan lingkungan merupakan sektor yang paling banyak dibiayai oleh APBD kota Pontianak. Tercatat di tahun 2007 sektor drainase/jalan lingkungan sebesar 34% dari total pembiayaan sanitasi yang bersumber baik dari APBD kota maupun dari APBD propinsi dan APBN, sedangkan yang terkecil di sektor kampanye PHBS yang mencakup 7% dari total pembiayaan sanitasi.
Di tahun 2009 pembiayaan terbesar bergeser ke sektor persampahan mencapai 43% dari total pembiayaan sanitasi dan yang terkecil adalah pendanaan kampanye PHBS yang hanya meliputi 1% dari total pembiayaan sanitasi. Kedepan perlu peningkatan pendanaan di ini mengingat aspek pelibatan masyarakat merupakan hal Gambar 3-16 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi yang sangat penting untuk mendukung Menurut Sektor Tahun 2009 keberhasilan pengelolaan sanitasi. Untuk mengetahui lebih dalam programprogram dan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak dalam kurun waktu 2007-2009 dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini: Tabel 3-24
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 123
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2007, data diolah
Tabel 3-25 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 124
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Institusi Dinas Kesehatan
Program 1 2
Jumlah Kegiatan
APBD Kota
Pembiayaan (Rp) APBD Prop
Program Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Lingkungan Sehat
-
3 Kegiatan
745,550,000.00
-
Kegiatan penyehatan Lingkungan Permukiman
537,618,450.00 Sub Total
1,283,168,450.00
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
1
Program Pengembangan Pengolahan Persampahan
-
9 Kegiatan
Badan Lingkungan Hidup
1
Program Pengendalian Pencemarn dan Perusakan Lingkungan
-
4 Kegiatan
8,861,043,471.00
-
162,428,000.00 216,344,278.00
Sub Total
2 3
1 2
3 4
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH Program Peningkatan Pengndalian Polusi
-
Pengadaan sarana dan prasrn pemantauan kualitas air permukaan 2 Kegiatan
-
2 Kegiatan
Program Pembangunan Drainase Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Program Penyehatan lingkungan perumahan dan Permukiman Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
-
2 kegiatan Kegiatan Air Bersih Kegiatan Air Bersih/BAKU
-
3 Kegiatan
-
Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Kumuh (NUSSP) NUSSP (luncuran) SANIMAS
-
667,350,000.00
1
2
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Fasilitas Umum
-
-
-
3
Program pembinaan partisipasi sosial masyarakat
-
-
-
4
Program pemberdayaan masy
-
5
Program Pembangunan kecamtan dan Kelurahan
-
-
1
Program Peningkatan Partisipasi Masyarakay dalam Membangun Kelurahan
-
TOTAL
667,350,000.00
2,714,805,500.00 4,562,125,000.00 45,000,000.00 5,538,730,720.00
Kegiatan gerakan kebersihan Lingkungan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Tenggara - Kec Pontianak Selatan - Kec Pontianak Utara Kegiantan pemeliharaan sarana lingkungan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Utara Bantuan stimulan jalan lingk gang, jembatan dan drainase - Kec Pontianak Tenggara Kegiatan lomba kelurahan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Selatan Lomba kebersihan lingk RW - Kec Pontianak Selatan Bantuan stimulan jalan lingk gang, jembatan dan drainase - Kec Pontianak Kota Pembinaan bakti masy - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Utara Kegiatan gotong royong masy - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Utara - Kec Pontianak Tenggara Peningktn jalan lingkungan - Kec Pontianak Timur Kegiatan Pengembangan sarna dan Prasarana lingkngan jalan - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Tenggara Kegiatan bedah rumah - Kec Pontianak Timur Kegiatan lomba kebersihan - Kec Pontianak Timur
243,709,840.00 230,020,100.00 12,877,401,810.00
-
2,714,805,500.00
-
-
-
3,382,155,500.00
22,800,000.00 15,250,000.00 20,500,000.00 15,000,000.00
23,000,000.00 404,503,200.00
124,872,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,595,000.00 28,150,000.00
643,579,550.00 24,732,000.00 40,000,000.00 2,190,000.00 7,950,000.00 8,100,000.00 245,000,000.00
380,370,150.00 125,965,000.00 120,000,000.00
Sub Total Kantor Pemberdayaan Masyarakat
1,981,097,828.00 2,257,816,150.00
Sub Total Kecamatan
8,861,043,471.00 1,602,325,550.00
Sub Total Dinas Pekerjaan Umum
APBD Pusat
Kegiatan Stimulan rumah tidak layak huni Pembinaan bulan bhakti gotong royong Fasilitasi pengelolaan sampah menjadi pupuk organik Sub Total
30,000,000.00 2,312,556,900.00 105,726,020.00 116,798,300.00 49,500,000.00 272,024,320.00 27,587,292,779.00
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2008, data diolah
Tabel 3-26 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 125
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2009, data diolah
3.7.4. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 126
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan sanitasi didapat dari dua jenis retribusi yang telah diatur dalam peraturan daerah yaitu: 1. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 2. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dalam kurun waktu 2005-2009, realisasi pendapatan dari dua jenis retribusi tersebut menunjukkan trend fluktuatif. Hal ini terjadi akibat belum adanya sistem pemungutan retribusi pelayanan sampah ideal yang dapat menjangkau potensi retrubusi secara luas. Di tahun 2010 ini Pemerintah kota Pontianak melakukan kerjasama dengan PDAM Tirta Khatulistiwa di dalam pemunguta retribusi sampah (dijadikan satu tagihan dengan tagihan pemakaian air bersih). Akan tetapi hal ini dirasa belum cukup maksimal menjangkau potensi retribusi yang masih sangat besar mengingat cakupan pelayanan air bersih sendiri masih belum mencakup seluruh Kepala Keluarga di kota Pontianak. Disisi lain masih terjadi hambatan/penolakan dari masyarakat sendiri akibat pemahaman yang keliru dari retribusi yang dikenakan. Masyarakat beranggapan retribusi tersebut tidak wajib dibayar karen merasa tidak mendapat pelayanan pengambilan sampah dari tempat tinggal, padahal retribusi yang dikenakan adalah untuk menutupi operasional penganggukatan sampah dari TPS menuju TPA setiap harinya. Tabel 3-27 Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah
No
Tahun
1 2 3 4 5
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Penduduk 494,441 510,687 514,622 521,569 595,601
Realisasi Pendapatan (Rp.) Retribusi Retribusi Sampah Penyedotan Kakus 1,593,144,697.00 9,730,412.00 1,768,416,550.00 11,664,798.00 1,477,091,577.00 6,364,784.00 1,631,135,441.00 10,198,000.00 1,745,852,951.00 10,523,000.00
Jumlah (Rp) 1,602,875,109.00 1,780,081,348.00 1,483,456,361.00 1,641,333,441.00 1,756,375,951.00
Sumber: DInas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak
Kedepan perlu dipikirkan system pemungutan retribusi sampah yang lebih ideal untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal, mengingat potensi yang ada cukup besar. Selain itu perlu juga dilakukan upaya peningkatan pemahaman masyarakat melalui promosi dan kampanye-kampanye tentang pemungutan retribusi sampah yang dikenakan kepada masyarakat. Berdasarkan data diatas, dengan merata-rata penerimaan pertahunnya dalam periode 20052009 dan kemudian membandingkannya dengan jumlah rerata jumlah penduduk pertahun dalam periode yang sama, maka didapatkan angka rasio 3,134.01 yang merupakan angka rata-rata Penerimaan Retribusi Persampahan per kapita per tahun (Rp. 3.134/jiwa).
3.7.5. Besaran Pendanaan Sanitasi Per Kapita
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 127
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
Besaran pendanaan sanitasi perkapita adalah perbandingan jumlah rata-rata pembiayaan sanitasi yang dikeluarkan dalam periode tertentu dibandingkan dengan jumlah rata-rata penduduk dalam periode yang sama. Berdasarkan data-data yang telah digambarkan pada sub-bab sebelumnya, dimana dalam periode 2007-2009 maka didapat angka besaran pendanaan sanitasi perkapita Kota Pontianak adalah Rp. 50.716,91 bandingkan dengan besaran penerimaan retribusi persampahan per kapita per tahun yang hanya Rp. 3.134,-.
3.7.6. Pinjaman Daerah Dalam neraca keuangan Pemerintah Kota Pontianak, pada posisi per tanggal 1 Januari 2011 kedepan, masih terdapat kewajiban hutang sebesar Rp. 3.527.703.535,53 yang merupakan hutang Pemerintah Kota Pontianak untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan fisik dalam program KUDP (Kalimantan Urban Development Projects) melalui IBRD Bank Dunia yang dilaksanakn mulai tahun 1995. Jangka waktu pinjaman tersebut adalah 20 tahun dengan besaran angsuran pertahun yang harus dibayar oleh Pemerintah Kota Pontianak sebesar Rp. 610.000.000,-. Tabel 3-28 Daftar Pinjaman Pemerintah Kota Pontianak Sisa Hutang (Rp.)
Keterangan s/d 1 jan 2009 Pemberi Pinjaman Tujuan Pinjaman Jumlah Pinjaman No dan Tanggal Loan Jangka Waktu Pinjaman
s/d 1 jan 2010
s/d 1 jan 2011
IBRD Bank Dunia Pembiayaan KUDP Rp9,059,379,582.00
5,562,956,070.98
4,509,354,419.75
3,527,703,535.53
LA-3854-IND tgl 6-4-1995 20 Tahun
Sumber: Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak
3.7.7. Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pendanaan pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya proporsi dana untuk sanitasi dalam struktur belanja langsung APBD. Hal ini terkait dengan besaran APBD Kota Pontianak sendiri yang masih relative kecil dan sumber pendapatannya masih sangat tergantung dari Dana Alokasi Umum yang dianggarkan oleh Pemerintah Pusat, sedangkan kontribusi PAD masih amat sangat kecil dimana berdasarkan data terakhir tahun 2009 hanya sebesar 9,88% dari total
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 128
Kelompok Kerja Sanitasi Kota Pontianak
APBD. Sedangkan disisi lain Pemerintah Kota Pontianak dihadapkan dengan begitu kompleksnya permasalahan pembangunan kota dan begitu banyaknya urusan pemerintahan yang harus diemban oleh Pemerintah Kota Pontianak sehingga pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam dokumen perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. 2. Peran Pemerintah Kota masih sangat dominan sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki kewajiban turut serta dalam penanganan sanitasi kota. Kedepan perlu di dorong peran serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi melalui skemaskema kerjasama yang ideal antara pemerintak Kota Pontianak dengan para pelaku usaha. 3. Belum ada perencanaan pembiayaan yang komprehensif dalam penanganan Sanitasi. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan setiap tahunnya, masalah pembiayaan sanitasi sebenarnya muncul sejak dari proses perencanaan pengelolaan sanitasi sendiri yang belum ideal, belum tersinkronisasi dan belum termonitoring dengan baik. Sehingga belum ada tahapan dan target yang jelas kedepan sebagai acuan dalam penyusunan pembiayaan sanitasi. Kondisi saat ini cukup sulit mengukur besaran pembiayaan dalam struktur APBD dengan program dan kegiatan yang tidak terstruktur dengan baik. Penanganan sanitasi di Kota Pontianak belum memiliki perencanaan yang menyeluruh sehingga dalam pelaksanaanya terkesan jalan sendiri-sendiri oleh masing-masing SKPD yang berkenaan dengan urusan sanitasi dan belum terkoordinasi dengan baik. 4. Belum maksimalnya penerimaan pendapatan dari sektor sanitasi sebagai salah satu sumber pembiayaan. Sebagaimana telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, sampai saat ini potensi pendapatan dari pengelolaan sanitasi belum tergali dengan baik sehingga besaran pendapatan belum maksimal. Apabila kedepan potensi yang ada telah tergali maksimal diharapkan dana yang terhimpun dapat dikeluarkan kembali sebagai sumber dana yang signifikan dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi tentunya dengan tetap disukung dari sumber-sumber pendanaan yang lainnya.
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak
| 129