BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH
Sanitasi merupakan salah satu
pelayanan
dasar
yang kurang
mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa kondisi sanitasi di Indonesia masih relatif buruk dan jauh tertinggal dari sektor-sektor pembangunan lainnya. Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada balita, turunnya daya saing maupun citra kabupaten/kota, hingga menurunnya perekonomian kabupaten/kota. Pembangunan
sanitasi permukiman
didefinisikan
sebagai
upaya
peningkatan pengelolaan air limbah domestik, sampah rumah tangga, dan drainase lingkungan yang layak dan berkelanjutan, mulai dari tingkat rumah tangga, hingga sistem pengelolaan di tingkat kabupaten/kota. Dengan demikian sanitasi permukiman dalam PPSP dibagi ke dalam tiga subsektor: 1) Air Limbah Domestik, yaitu limbah cair rumah tangga yang mencakup limbah black water dan grey water. Limbah black water adalah limbah cair yang dihasilkan dari WC rumah tangga, yakni berupa urin, tinja, air pembersih anus, air guyur, dan materi pembersih atau materi lainnya. Limbah grey water adalah limbah cair dari berbagai aktivitas yang berlangsung di dapur dan kamar mandi rumah tangga, yakni mandi, mencuci pakaian atau peralatan makan. Penanganan air limbah domestik harus mempertimbangkan kaitan antara pengelolaan air limbah domestik yang aman dan pengelolaan air minum khususnya dalam pengamanan sumber daya air. 2) Sampah Rumah Tangga, yaitu limbah padat (sampah) basah dan kering yang dihasilkan dari rumah tangga. 3) Drainase Lingkungan, yaitu drainase tersier/mikro dengan cakupan layanan kurang dari 4 (empat) hektar, dengan lebar dasar saluran kurang dari 0,80 meter. Drainase lingkungan pada umumnya direncanakan, dibangun, dan dirawat oleh masyarakat dan atau pemeritah kabupaten/kota.
1
3.1
Wilayah Kajian Sanitasi Lingkup wilayah kajian sanitasi adalah seluruh wilayah permukiman di
seluruh kelurahan yang termasuk di dalam wilayah administratif kota Dumai yang terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) Kelurahan yaitu: Kelurahan Dumai Kota, Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Bintan, Kelurahan Rimba Sekampung, Kelurahan Laksamana, Kelurahan Pelintung, Kelurahan Guntung, Kelurahan Teluk Makmur, Kelurahan Mundam, Kelurahan Tanjung Palas, Kelurahan Jaya Mukti, Kelurahan Bukit Batrem, Kelurahan Teluk Binjai, Kelurahan Buluh Kasap, Kelurahan Simpang Tetap Darul Ihsan, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kelurahan Purnama, Kelurahan Bagan Keladi, Kelurahan Bumi Ayu, Kelurahan Bukit Datuk, Kelurahan Bukit Timah, Kelurahan Ratu Sima, Kelurahan Mekar Sari, Kelurahan Bagan Besar, Kelurahan Kayu Kapur, Kelurahan Bukit Nenas, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Gurun Panjang, Kelurahan Bangsal Aceh, Kelurahan Lubuk Gaung, Kelurahan Tanjung Penyembal, Kelurahan Basilam Baru, dan Kelurahan Batu Teritip.
2
3
3.2
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas). Dalam lingkup rumah tangga, untuk ber-PHBS kegiatannya cukup banyak seperti tidak merokok dalam rumah, memberi ASI, menimbang balita secara rutin, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain. Khusus dalam program PAMSIMAS, sebagaimana tercakup dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), ada 4 pilar ver-PHBS, yaitu: Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pengamanan Air Minum Rumah Tangga Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Berbagai alasan digunakan oleh masyarakat untuk buang air besar sembarangan, antara lain anggapan bahwa membangun jamban itu mahal, lebih enak BAB di sungai, tinja dapat untuk pakan ikan, dan lain-lain yang akhirnya dibungkus sebagai alasan karena kebiasaan sejak dulu, sejak anak-anak, sejak nenek moyang, dan sampai saat ini tidak mengalami gangguan kesehatan. Alasan dan kebiasaan tersebut harus diluruskan dan dirubah karena akibat kebiasaan yang tidak mendukung pola hidup bersih dan sehat jelas-jelas akan memperbesar masalah kesehatan. Dipihak lain bilamana masyarakat berperilaku higienis, dengan membuang air besar pada tempat yang benar, sesuai dengan kaidah kesehatan, hal tersebut akan dapat mencegah dan menurunkan kasuskasus penyakit menular. Tinja
atau
kotoran
manusia
merupakan
media
sebagai
tempat
berkembang dan berinduknya bibit penyakit menular (missal kuman/ bakteri, virus dan cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, missal kebon, kolam, sungai, dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko 4
menimbulakan penyakit pada seseorang dan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas. Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Dumai Tahun 2013 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8
Dumai Kota Dumai Timur Dumai Selatan Dumai Selatan Dumai Barat Dumai Barat Bukit Kapur Sungai Sembilan Medang Kampai Total
9
Puskesmas Dumai Kota Jaya Mukti Bumi Ayu Bukit Timah Dumai Barat Purnama Bukit Kapur Sungai Sembilan Medang Kampai
Jumlah 13.403 16.568 8.622 300 5.584 4.872 11.858 8.597
Rumah Tangga Jumlah Jumlah % BerDipantau Dipantau PHBS 600 4,5 299 600 3,6 164 360 4,2 149 300 100 300 1.290 23,1 590 2.900 59,5 854 880 7,4 377 1.000 11,6 954
% BerPHBS 49,8 27,3 41,4 100 45,7 29,4 42,8 95,4
3.025
600
19,8
98
16,3
72.829
8.530
11,7
3.785
44,4
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai, 2014
3.2.1 Tatanan Rumah Tangga Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran penyakit menular, cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasan atau perilaku higienes dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS), seperti misal penyakit diare, typhus perut, kecacingan, flu burung, dan lain-lain. Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena berbagai alasan sebagai berikut: a) Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya. b) Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup c) CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya. Ada 5 waktu kritis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut: a. Sebelum makan 5
b. Sebelum menyiapkan makanan c. Setelah buang air besar d. Setelah menceboki bayi/anak e. Setelah memegang unggas/hewan Selain 5 waktu kritis tersebut, ada beberap waktu lain yang juga penting dan harus dilakukan cuci tangan, yaitu: a. Sebelum menyusui bayi b. Setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung c. Setelah membersihkan sampah d. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)
Gambar 3.1 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di kota Dumai kebiasaan masyarakat untuk mencuci tangan dengan sabun pada 5 waktu penting dilakukan oleh 7.3% masyarakat. Selebihnya yaitu sekitar 81.5% masyarakat belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting. 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun antara lain: sebelum makan, setelah dari buang air besar, setelah makan, setelah menceboki bayi/anak, sebelum menyiapkan masakan. -
Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
6
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di kota Dumai kebiasaan masyarakat untuk perilaku Buang Air Besar Sembarangan masih dilakukan oleh 38% masyarakat. Selebihnya yang 62% masyarakat kota Dumai yang sudah tidak melakukan praktek BABS.
Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di kota Dumai masih ada sekitar 21% masyarakat yang pengelolaan air minumnya memiliki potensi tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum. Sementara 79% masyarakat sudah aman dalam pengelolaam air minum.
Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Air Minum Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di kota Dumai hanya 4.8% saja mansyarakat yang sudah melakukan pengelolaan sampah, sebagian besar masyarakat belum melakukan pengolahan sampah.
Gambar 3.5 Grafik Pencemaran Karena SPAL
7
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa masyarakat di kota Dumai sebesar 54% belum mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci tangan dengan benar. 3.2.2 Tatanan Sekolah Tabel 3.2 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi tingkat Sekolah Dasar/ MI
No
1
2
3
Status Sekola h Dasar
Jumlah Sekolah
Jumlah Siswa
Jumlah Guru
L
L
P
P
Sumber Air Bersih *)
PDAM
SPT / PL
SGL
T
Toilet Guru**) L L/P dan P
T
Fas. Cuci tanga n
Toilet Siswa***) L L/P dan P
T
Y
T
Fas Pengo l ahan sampa h Y T
Sekolah Dasar Negeri Sekolah Dasar Swasta MI Total
Keterangan: Data Tidak Tersedia Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai
Tabel 3.3 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat Sekolah/ Setara: SD/MI) Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat % Baik % Kurang Baik Baik No 1 Toilet Guru 2 Toilet Siswa 3 Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) 4 Sarana Air Bersih 5 Pengelolaan Sampah 6 Saluran Drainase 7 Ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi 8 Pendidikan Higiene dan Sanitasi Keterangan: Data Tidak Tersedia Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 3.4 PHBS terkait sanitasi pada Sekolah Dasar /MI Kondisi Sarana Sanitasi % Sangat % Baik % Kurang Baik Baik Toilet Guru Toilet Siswa Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Sarana Air Bersih Pengelolaan Sampah Saluran Drainase Ketersediaan dana untuk kegiatan Higiene dan sanitasi Pendidikan Higiene dan Sanitasi
Keterangan: Data Tidak Tersedia Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai
8
Saluran Drainase
Y
T
Tabel 3. Laporan Promkes PHBS di Tatanan Sekolah Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2013 Bulan (Januari-Desember) Jumlah No
Puskesmas
SD
Jumlah
yang di
%
SMP
yang di
Bina 1
Dumai
2
Dumai
Jumlah %
SMA
Bina
yang di
%
Bina 3
3
100
Ber -
SD
%
SMP
%
SMA
%
16
9
90
4
66,7
3
100
4
3
100
1
100
PHBS
10
9
90
6
4
66,6
3
3
100
1
1
100
17
15
88,2
8
8
100
4
4
100
19
9
52,9
6
75
4
100
23
23
100
3
3
100
3
3
100
26
22
95,7
2
66,7
2
66,7
7
5
71,4
3
3
100
1
1
100
9
5
71,4
3
100
1
100
Kota Barat 3
Bukit
4
Sungai
Kapur Sembilan 5
Medang Kampai
6
Bumi Ayu
7
7
100
7
7
100
6
6
100
18
6
85,7
7
100
5
83,3
7
Bukit
7
7
100
5
4
100
4
4
100
10
6
85,7
1
25
3
75
8
Jaya Mukti
24
23
95,8
7
7
100
4
4
100
27
19
79,2
5
71,4
3
75
Timah
9
Purnama Total
7
7
100
5
4
80
4
4
100
13
7
100
3
60
3
75
105
99
94,3
45
41
93,2
29
29
100
142
29
81,9
32
72,7
24
82,8
Target Kota Dumai Tahun 2013
35
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai, 2014
Tabel 3. Laporan Promkes PHBS di Tatanan Sekolah Dinas Kesehatan Kota Dumai Tahun 2014 Bulan (April-Juni) Jumlah No
Puskesmas
SD
yang di
Jumlah %
SMP
yang di
Bina 1
Dumai
2
Dumai
Jumlah %
SMA
Bina 2
yang di
%
Bina 33,33
3
1
Ber -
SD
%
3
3
100
PHBS
10
2
20
6
3
3
100
1
17
5
29,4
8
3
37,5
4
2
50
3
3
17,65
23
13
56,5
3
3
100
3
3
100
6
5
21,74
7
6
85,7
3
6
6
85,71
SMP
%
SMA
%
1
33,33
3
100
4
57,14
4
8,889
4
13,33
33,33
Kota Barat 3
Bukit Kapur
4
Sungai Sembilan
5
Medang
1
Kampai 6
Bumi Ayu
8
8
100
7
6
85,71
7
7
100
12
5
62,5
7
Bukit
7
6
85,7
5
1
20
4
1
25
2
2
28,57
8
Jaya Mukti
24
2
8,33
7
5
5
71,43
14
46,67
37
29
27,36
Timah
9
Purnama Total
4
7
7
100
5
1
4
106
52
49,1
45
16
30
Target Kota Dumai Tahun 2014
40
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai, 2014
9
3.3
Pengelolaan Air Limbah Domestik
3.3.1 Kelembagaan Tabel 3.4 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan air limbah domestik
Keterangan: Data Tidak Tersedia Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai
10
Tabel 3.5 Daftar peraturan terkait air limbah domestik kab/kota
Keterangan: Data Tidak Tersedia Sumber: Dinas Kesehatan Kota Dumai
11
3.3.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan -
Gambar 3.6 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa masyarakat di kota Dumai sebagian besar menyalurkan tinjanya ke tangki septik 79%, dan selebihnya : ke cubluk/lobang tanah sebesar 14.3%, yang menjawab tidak tahu sebesar 3.5%, dibuang langsung ke drainase sebesar 0.4%, dibuang ke pipa sewer sebesar 0,2% dan dibuang ke kolam/sawah dan kebun/tanah lapang sebesar 0.1 %.
Gambar 3.7 Grafik Persentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa masyarakat di kota Dumai tidak semua tanki septik yang dimiliki masyarakat aman, masih ada 50.2% merupakan tangki septik suspek tidak aman. Hal ini dikarenakan tangki septik sudah dibangun lebih dari 10 tahun atau lebih tetapi belum pernah dikuras.
12
Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik
-
Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten/Kota Sarana tidak layak
BABS* No
Nama Kecamatan/ Kelurahan (KK)
(i)
(ii)
Sarana Layak
Berbasis Komunal
Onsite System Individual Cubluk, Tangki septik tidak aman** (KK)
(iii)
(iv)
Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) (v)
MCK umum /Jamban Bersama (KK) (vi)
Offsite System Kawasan / terpusat
MCK++ (KK)
Tangki Septik Komunal (KK)
IPAL Komunal (KK)
(vii)
(viii)
(ix)
Sambungan Rumah (KK) (x)
Kecamatan A Kelurahan A1 Kelurahan A2 Kecamatan B Kelurahan B1 Kelurahan B2
* Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb. ** Aman: sesuai kriteria SNI
No (i)
1
2. 3 1
Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik Jenis (ii)
Sistem Onsite Berbasis komunal - IPAL Komunal - MCK ++ - Tangki septik komunal Truk Tinja IPLT Sistem Offsite IPAL Kawasan/Terpusat - kapasitas - sistem
Satuan (iii)
Jumlah/ Kapasitas (iv)
Berfungsi (v)
Kondisi Tdk berfungsi (vi)
Keterangan (vii)
unit unit unit unit M3/hari M3/hari
IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah
13
3.3.3 Peran Serta Masyarakat Tabel 3.8 Daftar program/kegiatan layanan air limbah domestik berbasis masyarakat
-
Tabel 3.9 Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat
3.3.4 Komunikasi dan Media Gambar 3.9 Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di kabupaten/Kota
14
3.3.5 Peran Swasta Tabel 3.10 Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Air Limbah Domestik
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Kab/Kota Tahun 20….- 20…….
Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Tahun 20…..- 20 ……
15
3.3.7 Permasalahan mendesak Tabel 3.13 Permasalahan mendesak .
3.4
Pengelolaan Persampahan Pemerintah
Kota
Dumai
mengoptimalkan
kinerjanya,
terutama
penanggulangan masalah sampah. Hal ini selain untuk kebersihan kota, sekaligus untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Sebab tumpukan sampah yang berserakan, terutama di daerah saluran air berpotensi terhadap terjadinya banjir. Tumpukan sampah masih terlihat di beberapa sudut Kota Dumai. Dinas terkait selama ini terkesan hanya fokus dalam menanggulangi sampah-sampah yang berserakan di kawasan pasar dan jalan raya pusat kota saja, sementara di kawasan jalan kecil, gang perumahan masyarakat banyak yang belum tersentuh. Parahnya lagi, tidak sedikit saluran air yang dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini karena tidak tersedianya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di sekitar daerah permukiman masyarakat. Yang jadi persoalan kawasan permukiman atau sudut-sudut kota. Masyarakat
masih
seenaknya
membuang
atau
menumpuk
sampah
di
sembarang tempat seperti tanah kosong atau parit. Ini butuh solusi, salah satunya dengan menyediakan bak sampah di banyak tempat. Jika kondisi ini tidak diantisipasi dari dini, dikhawatirkan banjir akan selalu mengancam kota Dumai. Penanggulangan sampah merupakan program prioritas. Selama ini telah diserahkan angkutan yang melayani sejumlah TPS yang ada. Selain jalan protokol, sejumlah gang juga tidak luput dari lintasan truk sampah tersebut. Hanya saja untuk kawasan perumahan diserahkan kepada kelurahan masingmasing. 16
3.4.1 Kelembagaan Tabel 3.14 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan persampahan
Tabel 3.15 Daftar peraturan terkait sanitasi
17
3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah
Grafik memperlihatkan pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil studi EHRA hanya 11% saja yang dinilai cukup baik antara lain : 1. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 23.1% 2. Dikumpulkan pendaur ulang 0.4% 3. Dibuang ke lubang dan ditutup tanah sebesar.1 0%
Sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik antara lain : 1. Dibuang ke lahan kosong/kebun 2.4% 2. Dibakar sebesar 71.9% 3. Dibuang ke sungai/danau sebesar 1.5% 4. Dibuang ke lubang, tetapi tidak ditutup sebesar 0.2%
Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa untuk layanan sampah hanya 4 kelurahan yang menjawab tentang layanan sampah di hasil EHRA. 18
Layanan sampah yang diangkut beberapa kali dalam seminggu oleh petugas pengangkut sampah sebanyak 50% dan diangkut setiap hari sebanyak 50% pula. -
Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan
-
Tabel 3.16 Cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten/Kota
Pada tahun 2013 total timbulan sampah sebesar 78.120 m3/hari. Sampah yang terangkut pada tahun 2013 sebanyak 60.480 m3/hari. Tabel Penanganan Sampah tahun 2013 No Penanganan Volume m3/bulan 1 Diangkut ke TPA 5.040 2 Diolah: a) Kompos (organic) 14,8 b) Daur ulang 5,9 3 Tidak terangkut 1.449,3
Persentase (dari total timbulan) 49,49 0,22 0,09 5,49
Tabel Komposisi Sampah Kota Dumai Tahun 2011-2013 Volume (m3) No Komponen Sampah 2011 2012 2013 1 Sampah basah/ organic 9.580 12.807 14.677 2 Kertas 18.144 20.644 22.144 3 Plastik 23.192 24.992 26.192 19
No
Komponen Sampah
4 Kayu 5 Logam 6 Kaca/ gelas 7 Karet/ kulit 8 Kain 9 Lain-lain Jumlah
No 1 2 3 4
Volume (m3) 2011 2012 2013 2.396 3.403 4.062 3.024
5.020
6.021
3.528
4.020
5.024
59.864 70.886
78.120
Tabel Tingkat Pelayanan Kebersihan Kota Dumai Tahun 2011-2013 Tingkat Pelayanan Pelayanan 2011 2012 Luas Daerah Pelayanan 98 (ha) 109 (ha) Luas Daerah Pelayanan 60% 65% terhadap Luas Perkotaan Jumlah Penduduk Terlayani 162.913 jiwa 176.489 jiwa Jumlah Penduduk Terlayani terhadap Jumlah Penduduk 70% 75% Perkotaan
2013 121 (ha) 70% 190.065 jiwa 80%
- Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana sampah yang ada di Kabupaten/Kota
Sarana Mobilisasi Persampahan No 1 2
Jenis Sarana Truk Sampah Alat Berat Excavator
Jumlah Unit 22 1
Kondisi Baik Rusak 18 4 1 20
No
Jenis Sarana
3 4 5 6 7 8
Jumlah Unit
Alat Berat Buldozer Gerobak Sampah Roda 2 (dua) Mesin Rumput Kaisar Roda 3 (tiga) Mobil Pick Up Bak Kontainer
1 6 17 4 4 15
Kondisi Baik Rusak 1 6 17 4 4 15
3.4.3 Peran Serta Masyarakat Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Layanan Persampahan Berbasis Masyarakat
No
Nama Program/ Kegiatan
Pelaksana/ PJ
1
TPST 3R: TPST Sampah Organik
Siswa
2
TPST 3R: TPST Sampah Organik
Siswa
3
TPST 3R: TPST Sampah Organik TPST 3R: TPST Sampah Organik
Siswa
5
TPST 3R: TPST Sampah Organik
Siswa
6
TPST 3R: TPST Sampah Organik Bank Sampah
Siswa
4
7
Siswa
Masyarakat
Tahun Program/ Kegiatan
Lokasi SMK 1 - Jl. Batu Bintang SMA 1 - Jl. Soekarno Hatta SMP 1 - Jl. Pattimura SMP Binsus - Jl. Putri Tujuh SD Binsus Jl. SS Qasim SD 008 Bumi Ayu Jl. Bintan Ujung
Penerima Manfaat L
P
Jumlah Sarana
Kondisi Sarana Saat Ini
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
2013
1
Berfungsi
Total
Tidak Berfungsi
Berfungsi
7
Sumber: Dinas Tata Kota, 2014
Tabel 3.19 Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat No
Jenis Kegiatan
Lokasi
1
Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPS Pengangkutan sampah ke TPS
Kelurahan Bintan
2 3 4
Kelurahan Dumai Kota Kelurahan Tanjung Palas Kelurahan Pangkalan Sesai
Pengelola Lembaga Kondisi LPMK/ Swadaya Aktif Masyarakat LPMK/ Swadaya Aktif Masyarakat LPMK/ Swadaya Aktif Masyarakat LPMK/ Swadaya Aktif Masyarakat
Kerjasama dengan Pihak Lain
Keterangan 2 kali sehari 2 kali sehari 2 kali sehari 2 kali sehari
Sumber: Dinas Tata Kota, 2014
21
3.4.4 Komunikasi dan Media Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di kabupaten/Kota
3.4.5 Peran Swasta Tabel 3.20 Peran swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan
22
3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Persampahan Kab/Kota….. Thn 20….- 20……
No 1 2
Tabel Anggaran Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Pengelolaan Kebersihan Jumlah Anggaran Persentase Anggaran (Tahun Tahun 2012 Tahun 2013 Terakhir) APBD Total 914.000.000.000 1.045.000.000.000 APBD Pengelolaan 3.227.074.600 4.723.091.700 0,45% Kebersihan Sumber: Dinas Tata Kota, 2014 Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Persampahan ……Thn 20…… - 20 ……
Tabel Potensi dan Realisasi Penerimaan Retribusi untuk Kebersihan tahun 20112013 Penerimaan Retribusi Prosentase Tahun Realisasi Target Realisasi 2011 329.040.000 289.750.000 88,60 2012 329.040.000 330.030.000 100,30 2013 350.020.000 319.595.000 91,28 3.4.7 Permasalahan mendesak Tabel 3.23 Permasalahan mendesak.
23
3.5
Pengelolaan Drainase Perkotaan Sesuai fungsinya, drainase kota merupakan jaringan pembuangan yang
digunakan untuk mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air, baik dari hujan lokal, sungai yang melintas di dalam kota maupun akibat limpasan pasang surut air laut. Keadaan eksisting di Kota Dumai, drainase perkotaan tidak bekerja dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari luasnya daerah genangan pada saat debit hujan sedang dan tinggi. Waktu tinggal genangan juga relatif lama menunjukkan buruknya sistem drainase yang ada. Pasang surut air laut juga menyebabkan terjadinya genangan sehingga banjir merupakan hal yang biasa dan sering terjadi. Genangan air ini terjadi di Kawasan permukiman yang sehat dan nyaman tidak tercapai karena banjir dapat menyebabkan berbagai penyakit yang berdampak negatif terhadap taraf kesehatan masyarakat. Permasalahan drainase di Kota Dumai sangat kompleks antara lain dikarenakan kondisi topografi Dumai yang tingkat lefeling relatif datar dan sebagian daerah memiliki permukaan yang lebih rendah dari permukaan laut, perencanaan pembangunan yang tidak terkoodinir sehingga kebanyakan drainase penggunaannya tidak optimal lagi serta desain drainase yang tidak sesuai dengan kawasan tangkapan air dan debit air yang melewati saluran tersebut. Keadaan tersebut diperburuk karena banyak drainase lingkungan yang beralih
fungsi
sebagai
penampungan
limbah
rumah
tangga
sehingga
menyebabkan pencemaran terlebih lagi sampah-sampah rumah tangga menjadi salah
satu
penyebab
penyumbatan
drainase
yang
mengganggu
dan
menghambat aliran air. Lebih jauh lagi sungai tidak diperlakukan sesuai dengan peruntukannya dapat mengakibatkan terjadinya luapan air pada musim hujan dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya banjir. Permasalahan banjir dan genangan air di kawasan perkotaan di Kota Dumai tidak terlepas dari permasalahan buruknya sistem jaringan drainase. Namun meningkatnya permasalahan banjir, genangan air, dan pencemaran air di kawasan perkotaan serta sedimentasi sampai saat ini belum dapat diatasi meskipun telah dilaksanakan berbagai upaya pembangunan infrastruktur drainase. Pemulihan kualitas aliran saluran drainase perkotaan dapat dilakukan jika masyarakat dilibatkan didalam pengelolaan saluran drainase. Permasalahan prioritas yang dihadapi terkait dengan pengelolaan drainase 24
perkotaan di Kota Dumai adalah sebagai berikut: 1) perencanaan dan pelaksanaan pembangunan saluran drainase yang sepotong-sepotong/ tidak menyeluruh sehingga banyak saluran drainase yang tidak optimal fungsinya, 2) arah alir yang tidak jelas karena di beberapa tempat elevasi bagian hilir saluran yang lebih tinggi, 3) banyak
saluran
drainase
yang
sudah
tersumbat
serta
mengalami
pendangkalan sehingga tidak mampu lagi untuk mengalirkan air ke tempat pembuang akhir, 4) kapasitas saluran yang lebih kecil dari kebutuhan pengalirannya, 5) pengaruh pengempangan (backwater) dari sungai dan atau laut, 6) kurang terawatnya sistem drainase yang ada, 7) berkurangnya resapan pada areal permukiman, 8) sikap dan cara hidup masyarakat yang masih belum peduli terhadap kebersihan lingkungan. 3.5.1 Kelembagaan Tabel 3.24 Daftar pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengelolaan drainase perkotaan
25
-
Tabel 3.25 Daftar peraturan terkait drainase perkotaan
3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan
Gambar 3.14 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa masyarakat di kota Dumai 65% mengalami banjir secar rutin.
26
Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan
- Tabel 3.26 Cakupan layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten/Kota
-
Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten/Kota
27
3.5.3 Peran Serta Masyarakat Tabel 3.28 Daftar Program/Kegiatan Layanan Drainase Perkotaan Yang Berbasis Masyarakat
Tabel 3.29 Kondisi sarana dan prasarana drainase perkotaan oleh masyarakat
3.5.4 Komunikasi dan Media Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di kabupaten/Kota
28
3.5.5 Peran Swasta Tabel 3.30 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten/Kota
3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi per Komponen Drainase Perkotaan Kab/Kota ….. Thn 20….- 20……
Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Komponen Drainase Perkotaan Kab/Kota……Thn 20 …… - 20 ……
29
3.5.7 Permasalahan mendesak Tabel 3.33 Permasalahan mendesak
3.6
Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi
3.6.1 Pengelolaan Air Bersih
Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum
Berdasarkan hasil EHRA diketahui bahwa masih ada penduduk yang menggunakan air minum yang terdiri dari botol kemasan sebesar 3.9%, air isi ulang 69.9%. air ledeng dari PDAM sebesar 0.3%, air hidran umum – PDAM tidak ada, air kran umum – PDAM/PROYEK 0.2%, air sumur pompa tangan 6.2%, air sumur gali tidak terlindungi 2.4%, mata air terlindungi 2.4%, mata air tidak terlindungi tidak ada, air hujan 17.8%, air dari sungai tidak ada, air dari waduk/danau 0.1%, dan lainnya 13.4%.
30
Gambar 3.18 Grafik Sumber Air Memasak
Berdasarkan hasil EHRA diketahui bahwa masih ada penduduk yang menggunakan air untuk memasak yang terdiri dari botol kemasan sebesar 0.6%, air isi ulang 25.5%. air ledeng dari PDAM sebesar 0.5%, air hidran umum – PDAM 0.5%, air kran umum – PDAM/PROYEK 0.5%, air sumur pompa tangan 11.4%, air sumur gali tidak terlindungi 4.8%, mata air terlindungi 0.2%, mata air tidak terlindungi 0.1%, air hujan 34.8%, air dari sungai 0.1%, air dari waduk/danau 0.1%, dan lainnya 30.8%. Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan Kab/Kota No
Uraian
1 2 3 4 5
Pengelola Tingkat Pelayanan Kapasitas Produksi Kapasitas Terpasang Jumlah Sambungan Rumah (Total) Jumlah Kran Air Kehilangan Air (UFW) Retribusi/ Tarif (rumah tangga) Jumlah Pelanggan per kecamatan Kecamatan Dumai Timur Kecamatan Dumai Kota Kecamatan Dumai Selatan
6 7 8 9
Satuan
Sistem Perpipaan PDAM
Keterangan Tirta Dumai Bersemai
3% 25 lt/detik 70 lt/detik 1.385 unit
40% 3 2.500 m 1.385 371 674 340
Sumber: Dinas PU, 2014
31
Aspek Teknis Penyediaan air minum penduduk Kota Dumai saat ini dipenuhi dari UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai dan dari swasta melalui penjualan air dengan truk tangki. Cakupan pelayanan air minum UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai tergolong masih rendah yaitu 4% atau 1.850 sambungan rumah sehingga penduduk masih harus bersusah-payah dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Masih banyak penduduk di Kota Dumai yang mendapatkan air bersih dari sungai, sumur gali sendiri ataupun langsung mengambil langsung dari air dari Bukit Batrem. Pada musim kemarau yang panjang sangat terasa kondisi kesulitan air, dimana debit air permukaan dan air tanah menurun. Hingga saat ini pelayanan air minum penduduk Kota Dumai sebagian besar dilayani melalui truk-truk tangki dari UPT Air minum Dinas PU dan swasta karena pelayanan melalui sistem perpipaan saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. A. Ibu Kota Kabupaten/Kota 1) Jaringan Perpipaan Sistem jaringan perpipaan untuk pelayanan Ibu Kota, Kota Dumai yang di kelola oleh UPT Air minum Dinas PU eksisting sudah ada. adapun uraian unit air baku, unit produksi, dan unit pelayanan data eksisting dapat disajikan sebagai berikut : a) Unit Air Baku Untuk mencukupi kebutuhan air pelanggan di area pelayanannya, UPT Air minum Dinas PU
Kota Dumai memanfaatkan sumber air baku
berupa air permukaan yaitu sungai Mesjid. Sistem Pengambilan yang digunakan pada sistem penyediaan air minum UPT Air minum Dinas PU kota Dumai menggunakan sistem sumuran/intake yang dibangun dalam dua tahap, tahap pertama tahun 1978 dan tahap kedua tahun 2006 kemudian ditransmisikan ke daerah pelayanan secara pompa. Sungai Mesjid yang merupakan satu-satunya sungai yang mengalir di wilayah Kota Dumai memiliki debit yang fluktuatif. Pada saat musim penghujan aliran Sungai Mesjid dapat memiliki kapasitas aliran hingga 2 m3 per detik, namun pada saat musim kering hanya dapat mengalirkan air dengan kapasitas sekitar 470 l/d saja. Sedangkan 32
karakter air baku yang mengalir pada Sungai Mesjid mayoritas merupakan air gambut yang memiliki kandungan warna sekitar 250 – 800 PtCo (batas yang diijinkan 15 PtCo), Kandungan Besi (Fe) sekitar 2,5 mg/l, dengan pH sekitar 4. Untuk lebih jelasnya mengenai kualitas air baku sungai Mesjid dan foto sungai Mesjid beserta intake dapat disajikan pada tabel dan Gambar berikut;
SUNGAI MESJID
INTAKE MESJID EKSISTING
Gambar. Intake Sungai Mesjid
33
Pengukuran topografi bertujuan untuk mengetahui kondisi kontur dari permukaan tanah sungai. Dari hasil pengukuran didapatkan peta lokasi seperti berikut :
Gambar. Kontur Sungai Mesjid Dari gambar diatas, areal sekitar sungai dan intake terdapat kebun sawit warga baik di bagian hulu sungai maupun di bagian hilir. Secara umum merupakan sungai yang lurus (didaerah intake) dan daerah dekat intake terdapat pertemuan antara Sungai Mesjid dan anak Sungai Mesjid. Dari segi topografi, penampang melintang hasil pengukuran berikut ini :
34
12.00 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00
CROSS 0 + 050 Bidang Persamaan 160 meter
2.00 1.00
JARAK
10.39
7.97
4.31
6.36
6.26
8.06
4.94
6.991
5.855
4.210
4.153
3.651
6.100
6.190
ELEVASI EKSISTING
6.300
JARAK LANGSUNG ELEVASI RENCANA KETERANGAN
12.00 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00
CROSS 0 + 050 Bidang Persamaan 160 meter
2.00 1.00
JARAK
3.86
7.38
4.73
6.33
8.90
9.10
4.54
7.233
6.320
3.912
3.863
4.211
6.170
6.220
6.320
JARAK LANGSUNG ELEVASI EKSISTING ELEVASI RENCANA KETERANGAN
Gambar. Potongan Melintang Penampang Sungai Mesjid Berdasarkan gambar diatas, kontur Sungai Mesjid memiliki beda kontur yang cukup landai dimana beda tinggi antar titik di pinggir sungai memiliki beda tinggi hampir satu meter. Dari hasil pengukuran didapatkan Sungai Mesjid memiliki kontur yang relatif landai di sisi-sisinya. Sistem pelayanan UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai dilakukan dengan sistem pompa. Pompa transmisi yang digunakan adalah jenis centrifugal dengan kapasitas 80 liter/detik. Pipa transmisi yang digunakan dari material DCIP, PVC dan GI dengan diamater bervariasi dari intake sampai Instalasi Pengolahan Air (IPA). Lebih jelasnya untuk pipa transmisi dapat dilihat gambar dan tabel berikut:
35
Gambar. Jalur Pipa Transmisi Tabel Jaringan Pipa Transmisi
No
Nama Barang
1 Pipa Transmisi GI Dia.200 mm 2 Pipa Transmisi GI Dia.200 mm 3 Pipa Transmisi DCIP Dia.300 mm 4 Pipa Transmisi ACP Dia.250 mm 5 Pipa Transmisi PVC Dia.300 mm 6 Pipa Transmisi GI Dia.300 mm 7 Pipa Transmisi GI Dia.300 mm 8 Pipa Transmisi PVC Dia.250 mm 9 Pipa Transmisi PVC Dia.300 mm
Tahun
Volume
Kondisi
1988 1990 1987 1991 2001 2002 2003 2004 2004
200 M' 200 M' 8.400M' 6.500 M' 8.702 M' 2.550 M' 4.576 M' 3.000 M' 475 M'
Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup
b) Unit Produksi Air baku dari sungai mesjid diolah di instalasi pengolahan air (IPA) di jalan sudirman. Adapun sistem pengolahan yang digunakan adalah sistem koagulasi, flokulasi, sedimenasi dan filtrasi. Unit produksi yang beroperasi dengan kapasitas produksi 40 l/d dari kapasitas terpasang 70 l/d yang dibangun mulai sejak Th. 1990. Tingkat kebocoran di jaringan distribusi cukup besar yaitu 40%, sehingga air yang terjual dari kapasitas produksi 40 l/d hanya 24 l/d. Adapun daftar unit bangunan utama dan pendukung di IPA 36
UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai dapat disajikan pada tabel dan gambar berikut ini. Tabel Aset bangunan IPA jalan Sudirman No
Nama Barang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kantor Gudang Rumah Genset Rumah Pompa Permanen Rumah Laboratorium Rumah Pompa Semi Permanen Unit Bangunan IPA (2x20 Lt/dt) Unit Bangunan IPA (2x15 Lt/dt) Bangunan Reservoar I (400 M3) Bangunan Reservoar II (200 M3) Bangunan Reservoar I (50 M3) Jalan Aspal Pagar Kawat Pengaman pada 13 Pasangan Batako Setinggi 1,75 M
Tahun
Volume
Kondisi
2004 2000 2002 1978 1999 1990 -
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 600 M²
Baik Baik Cukup Cukup Baik Jelek Baik Baik Baik Baik Baik Baik
-
271 M'
Baik
Tabel Aset bangunan IPA jalan Bukit Timah km 12 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Barang Kantor Rumah Genset Rumah Intake I Rumah Intake II (Baru) Jembatan Intake 4 Unit Clarifier 2 Unit Filter Bangunan Reservoar (300 M3) Jalan Beton Pagar Halaman Terbuat dari Besi Setinggi 2 M
Tahun
Volume
Kondisi
2004 -
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 4 unit 2 unit 1 unit 100 M² 15 M'
Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Baik Cukup
Tabel Aset bangunan IPA jalan Bukit Timah km 7
No 1 2 3 4
Nama Barang Rumah Operator Rumah Genset Rumah Pompa Bangunan Reservoar (24 M3)
Tahun
Volume
Kondisi
0
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit
Cukup Jelek Jelek Cukup
-
37
Tabel Aset ME
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Barang
Tahun
Volume
Kondisi
Pompa Dosing model:LK-VH-02 IPA Pompa Centrifugal Stainless Steel type CBSA 100250 ATBFC (intake) Pompa Centrifugal Type 125 x 100 CHNA575IPA Sudirman Pompa Intake Kap. 70 L/dt. H.90 Pompa Intake Kap. 40 L/dt. H.90 Pompa Intake Kap. 40 L/dt. H.70 Pompa Blower Pompa Dosing Bhan Kimia Pompa Distribusi Kap. 40 L/dt. H60 Pompa Distribusi Kap. 20 L/dt. H60 Pompa Distribusi Kap. 10 L/dt. H60 Pompa Distribusi Kap. 10 L/dt. H60 Pompa Distribusi Kap. 70 L/dt. H60 Pompa Submersible Kap. 5 L/dt. Pompa Submersible Kap. 10 L/dt. Pompa Filter Kap. 20 L/dt. Pompa Distribusi Pompa Dosering, Iwaki Kap.144/jam Pompa Dosering, Baldor Motor Pompa / DinamonKap. 40 KW Motor Pompa / DinamonKap. 40 KW Genset, MWM Kap. 118 KVA Genset, Nissan Kap. 108 KVA Genset, Perkin Kap. 100 KVA Genset, Taiyo Kap. 134 KVA Daya PLN 147. KVA Daya PLN 82,5. KVA
2008
3
Baik
2008
3
Baik
2008
2
Baik
2012 2012 -
3 unit 3 unit 1 unit 2 unit 1 unit 3 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 5 unit 6 unit 4 unit 5 unit 2 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit
Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Rusak Berat Rusak Berat Rusak Berat Cukup -
38
Gambar. IPA Jalan Sudirman
Gambar. Pompa Chemical Terdapat 6 (enam) buah pompa chemical yang berfungsi dengan kondisi 3 (tiga) baik dan 3 (tiga) unit dalam keadaan kurang baik. c) Unit distribusi Bangunan reservoir yang digunakan di instalasi pengolahan air jalan sudirman jenis ground reservoir dengan kapasitas 400 m3 yang dibangun pada tahun 1978, kapasitas 50 m3 pada tahun 1990, dan kapasitas 200 m3 yang dibangun pada tahun 1999. Pendistribusian air hasil produksi dilakukan secara pompa. Pompa distribusi yang terpasang dengan kapasitas 70 l/d, 40 l/d, 20 l/d, dan 10 l/d sebanyak 2 unit dengan head 60
39
m, 50 Hz. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen oleh UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai adalah 12 jam.
Gambar. Pompa Distribusi Terdapat total 9 (sembilan) unit pompa distribusi dengan kondisi 4 (empat) unit yang bisa beroperasi dan 5 (unit) dalam keadaan rusak.
Gambar. 3.7. Genset
Kondisi genset yang terdapat di IPA sudirman dalam keadaan rusak, dan pada saat ini IPA sudirman mengandalkan sumber listrik yang berasal dari PLN. Pemakaian jenis dan diameter pipa distribusi
bervariasi antara pipa
dengan diameter 4” sampai dengan 12”, sedangkan jenis pipa yang dipakai yaitu GIP dan PVC. Lebih jelasnya untuk pipa distribusi dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut:
40
Tabel Jaringan Pipa Distribusi 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Pipa Steel Dia. 250 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 200 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 200 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 200 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 150 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 150 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 250 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 150 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 250 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 250 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 100 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 100 mm Pipa Distribusi PVC Dia. 100 mm
Pelayanan air
1983 2000 1985 1987 1987 2004 1999 1985 1987 1985 1987 1992 1987
1.000 M' 2.600 M' 3.200 M' 1.578 M' 1.084 M' 6.800 M' 1.100 M' 6.800 M' 1.100 M' 814 M' 4.620 M' 2.766 M' 1.500 M'
Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
minum penduduk di kota Dumai dilakukan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Air Minum yang melayani wilayah kota. UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai belum memiliki meter induk di sumber air, maupun distribusi sehingga tidak dapat mengukur tingkat produksi, distribusi dan kebocoran secara akurat. Selain itu, kondisi meter pelanggan sebagian mengalami kerusakan, bahkan ada juga pelanggan yang tidak memiliki meter air. Untuk mengetahui pipa tersier yang berhubungan langsung dengan sambungan rumah untuk pelayanan masyarakat dapat disajikan pada tabel berikut;
Tabel Jaringan Pipa tersier
23 24 25 26 27 28 29 30
Pipa Tersier PVC Dia. 75 mm Pipa Tersier PVC Dia. 75 mm Pipa Tersier PVC Dia. 75 mm Pipa Tersier PVC Dia. 50 mm Pipa Tersier PVC Dia. 75 mm Pipa Tersier PVC Dia. 50 mm Pipa Tersier PVC Dia. 75 mm Pipa Dinas Sambungan Rumah (SR)
1985 1987 1992 1987 1992 1987 1985 -
5.000 M' 1.050 M' 18.500 M' 11.013 M' 1.000 M' 3.000 M' 2.500 M' 1.335 SR
Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Baik
41
Gambar.. Jaringan Pipa Distribusi
Selama ini UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai belum melakukan monitoring kebocoran air secara berkala. Belum ada tim yang bekerja intensif khusus dalam menangani kebocoran. Penanganan kebocoran sementara hanya pada kebocoran fisik saja. Lokasi kehilangan air di UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai masih tersebar di seluruh jaringan perpipaan.
d) Unit Pelayanan Sampai dengan saat ini UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai melayani 7 kelurahan, yaitu kelurahan Sukajadi, kelurahan Bintan, kelurahan Rimba Sekampung, kelurahan Laksamana, kelurahan Dumai Kota, kelurahan Buluh Kasab dan kelurahan Teluk Binjai. Cakupan pelayanan UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai masih sangat kecil masih di bawah 10 %. Pada akhir tahun 2012 persentase pelayanan 42
air minum hanya sebesar 4 % terhadap jumlah penduduk di wilayah kota. Dimana jumlah penduduk yang telah menikmati pelayanan air minum sebanyak 1850 KK dari total penduduk wilayah kota yang terdiri dari kecamatan Dumai barat, Dumai Timur. Jumlah pelanggan UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai hingga tahun 2013 adalah 1850 sambungan. Waktu operasi Pelayanan
UPT Air minum Dinas PU
Kota Dumai di tiap
kelurahandiwilayah pelayanan secara umum masih belum optimal. Masih banyak pelanggan yang masih mengeluh mengenai jadwal pelayanan, karena tidak semua pelanggan dapat menikmati air pada waktunya. Operasional UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai selama 12 Jam. Untuk mengetahui jumlah pelanggan dan gambar area pelayanan dapat disajikan pada table dan gambar berikut;
Gambar. Area Pelayanan di tujuh kelurahan
43
Tabel Jumlah Sambungan Pelanggan No
Jenis Pelanggan
Jumlah Sambungan (Unit)
I.
Non Niaga (Rumah Tangga)
1462
2.
Niaga
310
3.
Sosial
17
4.
Hidran Umum
1
5.
Terminal Air
7
6.
Industri
3 TOTAL
1850
Kondisi tidak optimalnya jadwal pengaliran air ke pelanggan karena disebabkan tingginya kebocoran baik di unit produksi maupun distribusi. UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai hingga tahun 2013 belum memiliki water meter induk, sehingga tidak bisa mengukur kapasitas air yang hilang, terdistribusi dan jumlah air yang terjual. Jumlah kehilangan air di dapatkan dari jumlah air yang di distribusikan sebanyak 40 l/d, sedangkan yang terjual 24 l/d, sehingga air yang hilang sebanyak 16 l/d atau sekitar 40%.
2) Jaringan Bukan Perpipaan Data BJP (bukan jaringan perpipaan) untuk di kota Dumai belum ada data yang bisa di imput dari dinas terkait, hal tersebut menyulitkan bagi kunsultan untuk menyajikan kondisi eksisting BJP di kota dumai. Sumber air yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air minum dengan sistem
non
perpipaan adalah
air
bawah
tanah.
Pengumpulan dan
pengambilan air bawah tanah dilakukan dengan pembuatan sumur. Macammacam sumur yaitu sumur gali (SGL), sumur pompa, dan mata air.
44
SISTEM BJP IBUKOTA KABUPATEN LOKASI NO. KECAMATAN
PARAMETER MODUL
DESA/KELURAHAN JENIS
JUMLAH
JUMLAH KK TERLAYANI
TINGKAT PELAYANAN
Ket : - Jenis Modul (sesuai dengan Permen PU No.01/2009 tentang SPAM Bukan Jaringan Perpipaan) meliputi : Modul Hidran Umum, terminal air, mobil tangki air, penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur dalam, sumur pompa tangan, sumur gali, IPA sederhana, Saringan Rumah Tangga, destilator surya atap kaca dan IPA reverse osmosis - Tingkat pelayanan adalah perbandingan antara jumlah KK terlayani terhadap jumlah KK desa
B. Sistem IKK UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai belum memiliki unit IKK yang beroperasi. Saat ini sudah dibangun IPA kapasitas 10 l/d di kecamatan Medang Kampai tetapi belum dioperasikan karena belum ada pelayanan ke masyarakat. Jaringan pipa distribusi sudah terpasang tinggal menunggu sambungan rumah. Untuk unit IKK Sungai Sembilan sekarang baru tahap perencanaan. a) Unit Air Baku Untuk mencukupi kebutuhan air minum di kecamatan Medang Kampai, UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai membuat SPAM IKK Medang Kampai dengan memanfaatkan sumber air baku berupa air permukaan yaitu sungai Kemili. Sistem Pengambilan yang digunakan pada sistem penyediaan air minum menggunakan sistem sumuran/intake yang dibangun pada tahun 2011 kemudian ditransmisikan ke unit produksi secara pompa. Sungai Kemili merupakan satu-satunya sungai yang mengalir di wilayah Medang Kampai memiliki debit yang fluktuatif. Pada saat musim penghujan aliran Sungai Kemili dapat memiliki kapasitas aliran hingga 150 liter per detik tetapi pada musim kemarau sekitar 60 liter/detik. Pompa transmisi yang digunakan adalah jenis centrifugal dengan kapasitas 10 liter/detik dengan jumlah 2 unit yang dibangun pada tahun 2011.
Pipa transmisi yang digunakan dari material GI
dengan diamater 3 inchi dari intake sampai Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan panjang 50 m. 45
Gambar. Intake IKK Sungai Kemili
b) Unit Produksi Air baku dari sungai Kemili diolah di instalasi pengolahan air (IPA) di Kelurahan
Pelintung
kecamatan
Medang
kampai.
Adapun
sistem
pengolahan yang digunakan adalah sistem koagulasi, flokulasi, sedimenasi dan filtrasi.
Unit produksi yang terpasang 10 l/d yang dibangun
pada
tahun 2011. Ntuk mengetahui IPA IKK Medang kampai dapat disajikan pada gambar berikut;
Gambar. IPA IKK Medang Kampai
46
c) Unit Distribusi Bangunan reservoir yang digunakan di instalasi pengolahan air IKK Medang Kampai jenis ground reservoir dengan kapasitas 60 m3 yang dibangun pada tahun 2011. Rencana pendistribusian air hasil produksi dilakukan secara pompa. Pompa distribusi yang terpasang dengan kapasitas 10 l/d sebanyak 3 buah head 60 m, 50 Hz. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada gambar berikut;
Gambar. 3.7. Pompa dan Reservoir
Pemakaian jenis dan diameter pipa distribusi
bervariasi antara pipa
dengan diameter 2” sampai dengan 6”, sedangkan jenis pipa yang dipakai yaitu GIP dan HDPE. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada table berikut;
Tabel Pipa Distribusi IKK Medang Kampai No
Uraian
Tahun
Panjang
Kondisi
1
Pipa distribusi 160 mm
2010
3.100 m
Baik
2
Pipa distribusi 110 mm
2010
646 m
Baik
3
Pipa distribusi 90 mm
2010
2.903 m
Baik
4
Pipa distribusi 160 mm
2012
1.200 m
Baik
5
Pipa distribusi 110 mm
2012
2.750 m
Baik
6
Pipa distribusi 90 mm
2012
1.440 m
Baik
7
Pipa distribusi 63 mm
2012
1.220 m
Baik
8
Pipa distribusi 63 mm
2013
1.049 m
Baik
9
Pipa distribusi 90 mm
2013
2.990 m
Baik 47
d) Unit Pelayanan Sampai dengan saat ini SPAM IKK Medang Kampai belum ada pelayanan ke masyarakat. UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai sudah memasang sambungan rumah (SR) sebanyak 800 unit tetapi sistem pengelolaan belum dioperasikan. Permasalahan SPAM A. Teknis Unit air baku Sumber air baku yang digunakan untik pelayanan SPAM Kota Dumai berupa air permukaan yaitu sungai Mesjid. Secara kualitas sumber air baku sungai Mesjid tidak dapat digunakan sebagai air minum, harus melalui proses pengelolaan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagi air minum. Secara kuantitas sungai Mesjid yang mengalir di wilayah Kota Dumai memiliki debit yang fluktuatif. Pada saat musim penghujan aliran Sungai Mesjid dapat memiliki kapasitas aliran hingga 2 m3 per detik, namun pada saat musim kering hanya dapat mengalirkan air dengan kapasitas sekitar 470 l/d saja. Kondisi prasarana dan sarana intake sudah banyak yang rusak, sehingga perlu pembenahan dan renovasi. Unit transmisi Pipa transmisi yang digunakan dari material DCIP, PVC dan GI dengan diamater bervariasi dari intake sampai Instalasi Pengolahan Air (IPA). Umur pipa sudah tua di pasang tahun 1987, sehingga banya kebocoran di aliran transmisi. Dengan diameter pipa 300 mm, kapasitas air baku yang di bawa ke IPA jumlahnya terbatas, sehingga pengembangan untuk pelayanan juga terbatas. Unit produksi Instalasi Pengolahan Air (IPA) dibangun pada tahun 80 an, efisiensi IPA sistem konvensional pengoperasiannya sudah banyak mengalami penurunan, sehingga tidak maksimal sesuai dengan kapasitas yang dipasang. Kapasitas 70 l/dt hanya mampu beroperasi sekitar 40 l/dt.
48
Unit distribusi Pendistribusian air hasil produksi dilakukan secara pompa. Pompa distribusi yang terpasang dengan kapasitas 70 l/d, 40 l/d, 20 l/d, dan 10 l/d sebanyak 2 unit dengan head 60 m, 50 Hz. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen oleh UPT Air minum Dinas PU Kota Dumai adalah 12 jam. Umur pompa yang sudah tua mengakibatkan efisiensi menurun. Jaringan pipa distribusi yang terpasang secara umur jug sudah tidak efektif lagi digunakan sehingga banyak terjadi kebocoran. Unit pelayanan Pelayanan UPT Air Minum kota Dumai cukup kecil hanya 3 %, hal tersebut karena kurangnya minat dari masyarakat untuk berlangganan air. Kurangnya minat dari masyarakat akibat pelayanan yang kurang maksimal, baik dari segi kualitas air yang dijual terlalu jelek dan operasional distribusi air yang sering macet. B. Non teknis Kelembagaan Oraganisasi yang mengurusi SPAM Kota Dumai adalah UPT Air Minum DPU Kota Dumai. Karena berbentuk UPT, maka organisasi ini bertanggung jawab kepada dinas, hal tersebut mengakibatkan organisasi ini tidak bisa mandiri dan sulit berkembang. Sumber Daya Manusia Secara kuantitas, jumlah SDM di UPT Air Minum DPU Kota Dumai sudah mencukupi kuota apabila diikutkan standar jumlah pegawai dengan jumlah pelanggan. Namun secara kualitas masih banyak SDM yang tidak sesuai dengan disiplin ilmunya memegang peranan dalam mengelola UPT. Akibatnya kinerja kurang maksimal, masih banyak tumpang tindih job antar staf. Keuangan Pendanaan UPT Air Minum DPU Kota Dumai tergantung dari pengajuan anggaran yang disahkan oleh DPRD Kota Dumai. Untuk biasa operasional baik tekis maupun non teknis akan dipengaruhi oleh besarnya suntikan dana yang 49
diberikan oleh DPU Kota Dumai. Dalam kondisi tersebut, keuangan selalu terbatas dan tidak ada kemandirian untuk pengelolaannya. 3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga
3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis
50