perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS Pada bab II akan dideskripsikan konsep-konsep atau teori-teori yang relevan dengan variabel yang dipilih, yaitu teori yang berkaitan dengan keterampilan bercerita, kualitas proses pembelajaran, metode paired storytelling, dan media gambar seri. A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Berbicara a.
Pengertian Keterampilan Berbicara Menurut Saputra dan Rudiyanto (2005:7), keterampilan adalah
kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral). Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak adalah keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan. Berdasarkan
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu, mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Menurut Sumarwati dan Mulyono (2011: 17), commit to user berbicara adalah kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran atau 6
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya. Tarigan
(1990:
149)
menyatakan
bahwa
berbicara
adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.Senada dengan pendapat tersebut, Tarigan (2007: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan pengertian keterampilan dan pengertian berbicara di atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
keterampilan
berbicara
adalah
kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Aktivitas anak yang dapat dilakukan adalah dengan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga dapat melatih anak untuk terampil berbicara.
b. Tujuan Keterampilan Berbicara Pada dasarnya, tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi atau bertukar informasi dengan orang lain. Menurut Gorys Keraf (dalam Slamet, 2009: 37), menyatakan bahwa tujuan berbicara sebagai berikut. (1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian; (2) meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap mental/ intelektual kepada para pendengarnya; (3) berbuat/ bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi; (4) memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan, dan sebagainya; dan (5) menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang commit to user dialami oleh pendengar.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sejalan
dengan
pendapat
di
atas,
Tarigan
(1990-151-153)
menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi:(1) menghibur; (2) menginformasikan;
(3)
menstimulus;
(4)meyakinkan;
dan
(5)
menggerakkan. c.
Jenis-jenis Keterampilan Berbicara Menurut Tarigan (1990: 22-23) , berbicara secara garis besar dapat
dibagi atas (1) berbicara di muka umum (public speaking), yang mencakup berbicara yang sifatnya pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan, dan perundingan; (2) berbicara pada konferensi (conference speaking), yang meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat. Jenis berbicara juga dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif.Jenis persuasif termasuk mendorong, meyakinkan, dan bertindak.Berbicara instruktif bertujuan untuk memberitahukan.Berbicara rekreatif bertujuan untuk menyenangkan (Keraf dalam Slamet, 2009: 38). 2. Bercerita a.
Pengertian Bercerita Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Menurut Nurgiyantoro (2001: 278), ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu (1) bercerita berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, dan (5) berdiskusi. Menurut Nurgiyantoro (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk
tugas
kemampuan
berbicara
yang
bertujuan
untuk
mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik commit to user dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata,
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik. Tarigan (2007: 35), menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya. Adapun menurut Subyantoro (2007: 14), bercerita adalah pemindahan cerita dari pencerita kepada penyimak atau pendengar. Bercerita merupakan suatu seni yang alami
sebelum
menjadi
sebuah
keahlian/
kemampuan,
karena
kemampuan bercerita yang terjadi secara alami akan lebih kuat daripada sekolah/ kursus bercerita. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca. Dalam bercerita, siswa tidak hanya dituntut untuk bercerita dengan lancar, tetapi juga ada metode yang memudahkan siswa dalam bercerita. Hal tersebut seperti terdapat dalam skripsi Febri Yuridnir Rahimah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi Metode Read Alouduntuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Nur Rahimah Banjarbaru Tahun Ajaran 2013/2014”,
menyimpulkan
bahwa
metode
read
aloud
dapat
meningkatkan kemampuan bercerita anak kelompok B Taman KanakKanak Nur Rahimah.
b. Tujuan Bercerita Pada
dasarnya,
tujuan utama dari bercerita adalah untuk commit to user dengan orang lain. Agar dapat berkomunikasi atau bertukar informasi
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan pikiran secara efektif, seorang yang bercerita harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2001: 277), yang mengemukakan bahwa tujuan bercerita adalah untuk mengemukakan sesuatu kepada orang lain. Sementara itu, Tarigan (2007: 17) mengungkapkan tiga tujuan umum dari kegiatan bercerita, yaitu (1) memberitahukan dan melaporkan (to inform), (2) menjamu dan menghibur (to entertain), (3) membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Mudini dan Salamat Purba (2009: 4) menjelaskan tujuan bercerita, yaitu
(1)
mendorong
atau
menstimulus,
(2)
meyakinkan,
(3)
menggerakkan, (4) menginformasikan, dan (5) menghibur. 1) Mendorong atau menstimulasi Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada
pendengar.Reaksi
yang
diharapkan
adalah
menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. 2) Meyakinkan Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi
keyakinan,
pendapat
atau
sikap
para
pendengar. 3) Menggerakkan Maksud dari menggerakkan apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. 4) Menginformasikan Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. 5) Menghibur commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Dari penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari kegiataan bercerita adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan cara melaporkan, membujuk, mengajak dan meyakinkan. c.
Jenis-jenis Cerita Berdasarkan ciri-cirinya, cerita dibagi menjadi 2, yaitu cerita lama dan cerita baru. 1) Cerita Lama Cerita lama umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama.Jenisjenis cerita lama menurut Desy (dalam Taningsih, 2006: 7) adalah sebagai berikut. a) Dongeng Cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar terjadi dan bersifat fantastis atau khayal. Macam-macam dongeng adalah sebagai berikut: (1) Mite/Mitos, yaitu dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan
masyarakat
setempat
tentang
adanya
makhluk halus. (2) Legenda, yaitu dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib. (3) Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang yang diceritakan seperti kehidupan manusia. (4) Sage, yaitu dongeng yang berisi kegagahberanian seorang pahlawan yang terdapat dalam sejarah, tetapi cerita bersifat khayal. b) Hikayat Hikayat adalah cerita yang melukiskan raja atau dewa yang commit to user bersifat khayal.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Cerita Berbingkai Cerita berbingkai adalah cerita yang didalamnya terdapat beberapa cerita sebagai sisipan. d) Cerita Panji Cerita adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti kesusastraan jawa. e) Tambo Tambo adalah cerita mengenai asal-usul keturunan, terutama keturunan raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal. 2) Cerita Baru Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama.Cerita baru dapat dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya.
d. Manfaat Bercerita Musfiroh (2005: 95) menyatakan bahwa manfaat bercerita adalah: (1) membantu pembentukan pribadi dan moral anak, (2) menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi; (3) memacu kemampuan verbal anak; (4) merangsang minat menulis anak; dan (5) membuka cakrawala pengetahuan anak.MenurutBachri (2005: 11) mengatakan bahwa manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat bercerita adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Penilaian Keterampilan Bercerita Tingkatan tes berbicara berlainan dengan tes keterampilan bahasa
lainnya karena aktivitas berbicara berhubungan dengan aspek kognitif dan aspek psikomotor.Dalam tugas berbicara terdapat dua aspek yang terlibat, yaitu keterampilan bercerita yang lebih dilihat dari segi aktivitas dan keterampilan kognitif yang lebih spesifik dari segi isi atau gagasan yang terungkap melalui bahasa.Aspek keterampilan terutama dilihat dari segi kelancaran dan kewajaran gerakan, sedangkan aspek kognitif dilihat dari segi keakuratan informasi, hubungan antar informasi, ketepatan struktur, dan ketepatan kosakata. Nurgiyantoro (2001: 291-292) menjelaskan tingkatan tersebut. Pertama, tes keterampilan bercerita tingkat ingatan. Pada tingkat ini umumnya bersifat teoretis, yakni menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan tugas berbicara, misalnya tentang pengertian, fakta, dan sebagainya. Kedua, tes tingkat pemahaman, seperti halnya dengan tes ingatan, tes keterampilan bercerita tingkat pemahaman juga masih bersifat teoretis, menanyakan berbagai masalah yang berhubungan dengan tugas berbicara. Ketiga, tes penerapan, pada tingkat ini tidak lagi bersifat teoretis, melainkan menghendaki siswa untuk praktik berbicara. Tes tingkat ini menuntut siswa untuk mampu menerapkan keterampilan berbahasanya untuk berbicara dalam berbagai situasi dan masalah tertentu. Tingkatan-tingkatan tes tersebut harus memenuhi berbagai aspek yang
ada
dalam
penilaian
keterampilan
bercerita,
seperti
tekanan/intonasi, kelancaran, hubungan antarunsur, keakuratan, ketepatan struktur dan kosakata, serta kewajaran urutan. Hal tersebut senada dengan pendapat Nurgiyantoro (2011: 406) yang menyebutkan bahwa komponen penilaian harus melibatkan unsur bahasa dan kandungan makna. Penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan bercerita commit to userdengan lembar penilaian observasi adalah tes unjuk kerja yang dilengkapi
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(pengamatan) terhadap keterampilan bercerita siswa berdasarkan gambar. Pengamatan dilakukan sewaktu siswa tampil bercerita di depan kelas. Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk tampil bercerita di hadapan teman sekelasnya. Secara rinci, penilaian bercerita siswa berdasarkan gambar dapat diamati dengan lembar observasi sebagai berikut.
Tabel 2.1 Rubrik Pengamatan Penilaian Keterampilan Bercerita Berdasarkan Rangsangan Gambar No
Aspek yang Dinilai
Tingkat Capaian Kinerja 5
1
Kesesuaian isi dengan gambar
2
Kesesuaian logika urutan cerita
3
Ketepatan makna keseluruhan cerita
4
Ketepatan kata
5
Ketepatan kalimat
6
Kelancaran
4
3
2
1
Jumlah Skor (Sumber: Nurgiyantoro, 2011: 406) Keterangan: Skor 1 : Kurang Sekali Skor 2 : Kurang Skor 3 : Cukup Skor 4 : Baik Skor 5 : Sangat Baik Dari uraian di atas, seseorang dapat dikatakan terampil berbicara jika dapat memenuhi kriteria-kriteria yang diberikan. Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil garis besar dalam penilaian berbicara yang mencakup tentang pengucapan/lafal, intonasi, kesesuaian isi dengan gambar, ketepatan kata, ketepatan kalimat, kelancaran, dancommit gaya. to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kualitas Proses Pembelajaran a.
Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas menurut Umaedi (2012: 13), mengandung makna derajat
(tingkat) keunggulan suatu produk hasil kerja/upaya baik berupa barang maupun jasa. Pengertian mutu proses belajar mengajar mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu melibatkan input seperti siswa, guru, metode, kurikulum, sarana, lingkungan dan pengelolaan pembelajaran yang baik. Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan. Proses menurut Sudjana (2005: 22) adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Berbeda halnya dengan Tirtahardja dan Sulo (1995: 43) yang mengungkapkan proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Irham dan Wiyani (2013: 116), belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Sependapat dengan Irham dan Wiyani, Surya (dalam Rusman 2012: 85) mengungkapkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiridalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2005: 28), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Suryabrata (2011: 232) mengemukakan tiga poin penting dalam definisi belajar, antara lain: (1) proses belajar selalu membawa perubahan perilaku, baik kognitif, afektif, atau psikomotorik; (2) yang dimaksud dalam perubahan tersebut adalah proses mendapatkab jecakapan atau keterampilan baru; dan (3) perubahan tersebut terjadi karena dilakukan secara sadar dan penuh usaha. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Menurut
Rustaman (2001:461), proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan di dalam proses pembelajaran. Dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Sugiyono dan Hariyanto (2011: 183) mengemukakan bahwa pembelajaran
merupakan
sebuah
kegiatan
guru
mengajar
atau
membimbing siswa menuju proses pendewasaan diri. Menurut Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sejalan dengan itu, Sugihartono dkk (2007: 81) mendefinisikan
pembelajaran
sebagai
sebuah
aktivitas
yang
direncanakan, dilakukan, dan dievaluasi oleh guru. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berpikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
b. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Dryden dan Vos (dalam Hidayatullah, 2009: 147) mengemukakan bahwa belajar seharusnya memiliki tiga tujuan, yaitu (1) mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang commit to user spesifik; (2) mengembangkan materi-materi pembelajaran
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan konseptual umum; dan (3) mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan. Menurut Daryanto (2005: 58) tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Meager (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara rinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
c.
Indikator Pembelajaran Berkualitas Menurut Hidayatullah (2009: 158), pembelajaran yang berkualitas
setidak-tidaknya memiliki beberapa indikator, yaitu (1) menantang; (2) menyenangkan; (3) mendorong eksplorasi; (4) memberi pengalaman sukses; dan (5) mengembangkan kecakapan berpikir. 1) Pembelajaran yang menantang Pembelajaran yang menantang atau pembelajaran yang memberikan tantangan kepada peserta didik akan membuat anak: muncul rasa ingin tahu, ingin mencoba, ingin menyeleksaikan tugas guru, ingin melakukan, atau ingin memecahkan masalah. 2) Pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran yang menyenangkan akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan peserta didik tertarik terhadap pembelajaran tersebut. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pembelajaran yang mendorong eksplorasi Pembelajaran yang disajikan dengan menyenangkan dan menantang akan menyebabkan peserta didik terdorong untuk mengeksplorasi dan mengembangkan sendiri pembelajaran yang telah disajikan guru sebagai tindak lanjut. 4) Pembelajaran yang memberi pengalaman sukses Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses kepada peserta didik. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. 5) Pembelajaran yang mengembangkan kecakapan berpikir Pembelajaran yang berkualitas akan berdampak pada pengembangan kecakapan berpikir. Kemampuan berpikir dapat dilihat pada kreativitas peserta didik.
4. Metode Paired Storytelling a.
Pengertian Metode Metode adalahcara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai (Pasaribu& Simanjuntak, 1993: 13-14). Sedangkan
pembelajaran
adalah
sesuatu
yang
dilakukan
oleh
siswa.Pembelajaran merupakan upaya pendidikan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar (Isjoni, 2010). Menurut Danasasmita (2009: 25), metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu dikuasai oleh pengajar. Pemilihan metode pembelajaran tentu tidak dapat dilakukan dengan baik, bila pengajar tidak mengetahui metode pembelajaran yang ada.Dengan menggunakan variasi beberapa metode, diharapkan tidak membosankan bagi pembelajar, serta dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pengajar pada situasi atau kondisi tertentu commit to user dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara untuk mencapai tujuan dalam materi pembelajaran. b. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok dalam satu kelas dalam proses pembelajaran.
Sanjaya (2010: 241) menyatakan bahwa
model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan. Dalam jurnal internasional yang berjudul “Cooperative Learning”, Provenzo (2008: 187) menjelaskan bahwa “Cooperative learning is an instructional process that engages students in collaborative discussions about the content to promote learning”,
artinya
pembelajaran
kooperatif
merupakan
proses
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam diskusi kolaboratif tentang konten untuk meningkatkan pembelajaran. Slavin (2009: 4) metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pembelajaran. Pendapat tersebut didukung Lie (2007: 12) yang menyebutkan bahwa sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut dengan sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Senada dengan pendapat tersebut, dalam jurnal internasional yang berjudul “Cooperative Learning”, Salkind (2008: 189) menyebutkan bahwa “the effects of cooperative learning on improving peer relations were found to transfer to relations outside the classroom, and positive peer relations remained during the school year even after the cooperative learning activities were over”, artinya efek dari pembelajaran kooperatif meningkatkan kerja sama commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di luar kelas danhubungan teman sebaya yang baik bahkan setelah pembelajaran kooperatif selesai dilaksanakan. Berdasarkan
pendapat
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam tugas-tugas dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
c.
Prinsip Pembelajaran Kooperatif Ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif menurut
Riyanto (dalam Jamalong, 2012: 396), yaitu: (1) positive independence, artinya adanya saling ketergantungan positif, yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam mencapai tujuan; (2) face to face interaction, artinya antaranggota berinteraksi dengan saling berhadapan; (3) individual accountability, artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok; (4) use of collaborative/ social skill, artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi; dan (5) group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja sama secara efektif.
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Semua model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, Sanjaya (2010: 249) menyatakan terdapat delapan keunggulan dan lima kelemahan dalam pembelajaran kooperatif. Berikut ini penjelasan dari keunggulan dan kelemahan tersebut: 1) Keunggulan Pembelajaran Kooperatif a) Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi menambah
kemampuan
berpikir
sendiri,
menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan sumber belajar darisiswa commit to user lain.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan
kata-kata
secara
verbal
dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Membantu anak untuk simpati pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan. d) Membantu
memberdayakan
setiap
siswa
untuk
lebih
bertanggung jawab dalam belajar. e) Mampu
meningkatkan
prestasi
akademik
sekaligus
kemampuan sosial. f) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri. g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir melalui interaksi. 2) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif a) Butuh waktu untuk menjaga kestabilan dalam sebuah kelompok. b) Siswa kurang memahami materi pelajaran karena materi diperoleh hanya melalui teman satu tim, tidak langsung dari guru. c) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja kelompok. d) Upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang. e) Sulit menyelaraskan kemampuan individual yang dimiliki siswa dalam kerja sama.
e.
Jenis- jenis Pembelajaran Kooperatif
Terdapat berbagai jenis metode dalam pembelajaran Kooperatif commit to userdan Smith (dalam Huda 2011: 87) tergantung pengelompokannya.Johnson
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Empat diantaranya adalah: (1) kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning); (2) kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning); (3) kelompok besar kooperatif (cooperative base group); dan (4) gabungan tiga kelompok kooperatif (integrated use of cooperative learning group). Menurut
Sugiyanto
(2008:
42),
ada
empat
model
dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Student Teams Achievement Divisions (STAD); (2) Jigsaw; (3) Group Investigation (GI), dan (4) Metode Struktural. Menurut Huda (2015: 135- 151), terdapat 14 teknik dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) make a match; (2)bertukar pasangan; (3) think pair share; (4)berkirim salam dan soal; (5) kepala bernomor (numbered heads together); (6)kepala bernomor terstruktur (structured numbered heads); (7)two stay two stray; (8) keliling kelompok, (9) kancing gemerincing; (10) keliling kelas; (11) inside outside circle; (12)tari bambu; (13) jigsaw; dan (14) paired storytelling. Setiap metode pembelajaran di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga guru dapat menyesuaikan materi yang akan diberikan pada siswa sesuai dengan karakteristik metode pembelajaran yang ingin digunakan.
f.
Pengertian Metode Paired Storytelling Metode paired storytelling merupakan bagian dari pembelajaran
kooperatif yang menggunakan sistem kelompok berpasangan. Dalam metode paired storytelling, siswa akan saling bertukar informasi dengan pasangannya. Penelitian Lie (1994: 7) yang berjudul “Paired Storytelling: An Integrated Approach for English as a Foreign Language Students in Indonesia”,menjelaskan bahwa “paired storytelling involves a cooperative learning approach. All four language skills--listening, speaking, reading, commit to user and writing— will be used integratedly.” metode paired storytelling
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan pendekatan kooperatif dengan mwnggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan pelajaran yang cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun, hal tersebut tidak
menutup kemungkinan dipakai
bahan-bahan yang lainnya. Sehubungan dengan pengertian tentang metode paired storytelling di atas, terdapat skripsi Alfiani Rahmawati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng Melalui Metode Paired Storytelling Dengan Media Wayang Kartun pada Siswa Kelas II SD Negeri II Mangunsari Semarang”, yang menyimpulkan bahwa metode paired
storytelling
meningkatkan
aktivitas
belajar
siswa
dalam
pembelajaran menyimak pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Metode paired storytelling dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, guru, dan bahan pengajaran (Lie, 2007: 71). Guru yang menggunakan metode ini harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sebagaimana tujuan paired
storytelling.Dengan
metode
ini,
siswa
dirangsang
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa terdorong untuk belajar. Dalam jurnal internasional yang berjudul Paired Storytelling: An Integrated Approach for Bilingual and English Secong Language (EFL) Students, Lie (1993: 657) menjelaskan bahwa “paired storytelling provides opportunities for one to one interaction among students and gives them the opportunity to communicate in the target language”. Dia menjelaskan lagi bahwa dengan bekerja secara kelompok dapat meningkatkan hubungan dalam kelompok dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam berbicara dalam kelompok dengan skala besar. Lie (2007: 46) menjelaskan kelebihankelompok berpasangan antara lain: 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran; 2) to user kelompok model ini cocokcommit untuk tugas sederhana; 3) setiap siswa memiliki
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesempatan yang lebih banyak untuk berkontribusi dalam kelompoknya; 4) interaksi dalam kelompok mudah dilakukan; 5) pembentukan kelompok menjadi lebih cepat dan mudah. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode paired storytelling merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri secara lisan dengan digunakannya pengalaman pribadi yang dimiliki siswa. Selain itu, melalui metode paired storytelling siswa mampu mengembangkan sikap bertanggung jawab dan bekerja sama dengan berpasangan bersama temannya.
g.
Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif Paired Storytelling Lie (1993: 658) menjelaskan bahwa “the technique of paired
storytelling involves having the students: (1) pair off; (2) discuss the story theme; (3) read half of the story; (4) take notes on their half of the story;; (5) write about the part of they have not read, based on their partner’s notes; (6) read their own version of the story to each other; (7) discuss the whole story; and (8) practice.” Artinya,
paired
storytelling
melibatkan
siswa
untuk:
(1)
berpasangan; (2) mendiskusikan tema cerita; (3) membaca sebagian dari cerita; (4) membuat catatan dari sebagian cerita yang dibaca masingmasing; (5) menulis cerita yang belum dibaca, berdasarkan catatan pasangan; (6) masing-masing membacakan cerita menurut versinya; (7) mendiskusikan keseluruhan cerita; dan (8) praktik. Secara
rinci,
langkah-langkah
dalam
metode
pembelajaran
kooperatif paired storytellingdijelaskan adalah Lie (2007:71-73) sebagai berikut: 1) Sebelum
bahan
pelajaran
diberikan,
guru
memberikan
pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan commit apa to user tulis dan menanyakan yang siswa ketahui mengenai topik
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa
memberikan
tebakan
yang
benar
bukanlah
tujuannya.Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu. 2) Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian. 3) Siswa dipasangkan. 4) Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. 5) Siswa diminta untuk mencatat kata kunci yang ada dalam bagian masing-masing. 6) Siswa saling menukar daftar kata kunci dengan pasangannya masing-masing. 7) Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah ditulis, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum ditulis atau yang sudah ditulis pasangannya. Siswa yang telah menulis bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sementara itu, siswa yang menulis bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya. 8) Versi karangan yang dibuat siswa tidak harus sama dengan bahan
sebenarnya.
Tujuan
kegiatan
ini
bukan
untuk
mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka. 9) Kemudian, guru membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa dan siswa membaca bagian commit to user tersebut.
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10) Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan siswa atau dengan seluruh kelas.
5. Media Gambar Seri a.
Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang artinya perantara
atau pengantar. Menurut Sadiman ( 2009: 7), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Schram (dalam Susilana, 2007: 6), media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Miarso
(dalam
Susilana,
2007:
6),
berpendapat
bahwamedia
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar. Menurut Daryanto (2013: 8), media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi berupa pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Menurut Romiszowski (dalam Supardi dkk, 2007: 75) menyebutkan bahwa penggunaan
media dalam pembelajaran dalam
proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perhatian siswa sehingga proses pembelajaran terjadi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
b. Pengertian Gambar Seri Menurut Munadi (2012: 89), gambar merupakan media visual yang membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas. Menurut Arsyad (2002: 119), gambar seri merupakan rangkaian kegiatan atau cerita yang disajikan secara berurutan. Dengan gambar seri, siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan yang ada dalam gambar. Media gambar menurut Prasetyarini (vol 6 hal 1) merupakan media yang paling umum digunakan. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, maka siswa akan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Media gambar seri bisa dibuat dari kertas yang ukurannya lebar seperti kertas manila yang didalamnya terdiri atas beberapa gambar. Gambar-gambar tersebut saling berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan satu kesatuan atau satu rangkaian cerita. Masing-masing gambar diberi nomor sesuai urutan jalan ceritanya. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa gambar seri merupakan serangkaian gambar yang terpisah tetapi memiliki satu kesatuan urutan cerita. Media gambar seri merupakan media yang dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas siswa. Hal tersebut seperti dalam skripsi Jumiati (2012) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jono 1 Tanon Sragen Tahun Pelajaran 2011/ 2012”. Dalam penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Menurut Angkowo dan Kosasih (dalam Puspitarukmi, Fuady dan Nugraheni, 2013: 553), beberapa manfaat dari media gambarantara lain: commit to usernama-nama benda atau orang yang (1) membantu siswa dalam mengingat
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka lihat, (2) membantu mempercepat siswa dalam memahami materi kepribadian melalui pendidikan budi pekerti, dan (3) membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dari materi pendidikan dengan lebih konkret. Menurut Sadiman (2009: 29), media gambar memiliki kelebihan diantaranya: (1) sifatnya konkret dan lebih realistis menunjukkan pokok masalah, (2) media gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu karena tidak semua benda dapat ditampilkan di kelas dan suatu peristiwa tidak dapat dilihat seperti adanya, (3) gambar dapat memperjelas suatu masalah. Namun disamping memiliki kelebihan, media gambar juga mempunyai kekurangan yaitu hanya menekankan pada persepsi indera mata dan ukurannya terbatas untuk kelompok besar. Oleh karena itu gambar yang baik digunakan sebagai media pembelajaran harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (1) autentik, yaitu gambar harus menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti yang dilihat orang; (2) sederhana, yaitu komposisi gambar harus jelas menunjukkan poin pokok dalam gambar; (3) ukuran relatif, yaitu mampu memperbesar dan memperkecil benda/objek yang sebenarnya; (4) gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan; (5) gambar hendaklah bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sudirman (Djuanda, 2006: 104), ciri-ciri gambar yang baik adalah sebagai berikut: (1) dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu; (2) menarik perhatian, sederhana namun emberi kesan yang kuat; (3) berani dan dinamis, gambar hendaknya menunjukkan gerak dan perbuatan; (4) bentuk gambar bagus, menarik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Penerapan Metode Paired Storytellingdengan Media Gambar Seri Dalam pelaksanaannya, peneliti memodifikasi sintaks pembelajaran
menggunakan metode paired storytellingdari Lie dan media gambar seri, sintaks tersebut adalah sebagai berikut: (1) siswa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pertama dan kelompok kedua; (2) sebelum bahan pelajaran diberikan, guru melakukan brainstroming mengenai topik yang akan disampaikan hari ini; (3) guru membagi bahan cerita menjadi dua bagian (bagian pertama dan kedua); (4) bagian pertama cerita diberikan kepada pencerita kelompok pertama, sedangkan pencerita kelompok kedua menerima bagian cerita yang kedua; (5) gambar seri diamati; (6) setelah gambar selesai diamati, siswa saling menukarkan kata kunci yang diperoleh secara berpasangan; (7) setelah semua kata kunci setiap bagian cerita dicatat, tiap pasangan siswa membuat kerangka cerita yang mereka simak berdasarkan kata kunci yang dicatat dan gambar seri yang mereka amati; (8) setelah kerangka cerita selesai dibuat, kemudian tiap pasangan siswa berlatih bercerita; (9) siswa tampil bercerita di depan kelas; dan (10) kegiatan diakhiri dengan diskusi mengenai kegiatan pembelajaran pada hari itu. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih untuk menggunakan metode paired storytelling dan media gambar seri karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (1) meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran; (2) kelompok model ini cocok untuk tugas sederhana; (3) setiap siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berkontribusi dalam kelompoknya; (4) interaksi dalam kelompok mudah dilakukan; (5) alokasi waktu pembelajaran lebih efektif; (6) siswa mudah menyusun cerita berdasarkan gambar yang diamati. Selain
memiliki
kelebihan,
metode
pembelajaran
ini
juga
mempunyai kekurangan yaitu banyak kelompok yang perlu dimonitor karena kelompok berpasangan. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat commit to membimbing user dilakukan dengan cara guru selalu dan mengawasi jalannya
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diskusi kelompok dan guru memantau setiap kelompok dengan berkeliling ke tiap-tiap kelompok.
6. Penilaian dalam Bercerita Menggunakan Metode Paired Storytelling dan Media Gambar Seri Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Nurgiyantoro (2013: 6) menyatakan bahwa penilaian diartikan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Hal tersebut selaras dengan pendapat Suoarwati dan Mulyono (2011: 20) yang menyatakan bahwa keberhasilan sebuah pengajaran dapat diketahui hasilnya melalui asesmen atau penilaian pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran. Penilaian pada penelitian ini terdiri dari dua penilaian, yaitu penilaian proses yang diukur dari motivasi siswa dalam pembelajaran dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan kualitas hasilnya adalah
keterampilan
siswa
dalam
bercerita.
Penilaian
proses
pembelajaran bercerita dapat dilihat pada tabel 2.2. sedangkan untuk penilaian kualitas hasil dapat dilihat pada tabel 2.3. Tabel 2.2 Penilaian Proses Pembelajaran Bercerita Perilaku Amatan No
Nama Siswa
Kesungguhan Ya
Tidak
Keaktifan Ya
Tidak
Antusias Ya
Total perilaku amatan adalah 4 Persentase setiap aspek = Jumlah siswa yang aktif x 100% Jumlah Siswa commit to user
Tidak
Perhatian Ya
Tidak
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Persentase keaktifan siswa = Total persentase semua aspek Total semua aspek (4)
Tabel 2.3 Penilaian Hasil Bercerita No
Nama Siswa
Penilaian Tugas Bercerita Kesesuaian
Kelanca
Orga
ran
nisasi
Ekspresi
Skor Kalimat Kata
Tabel 2.4 Keterangan Aspek Penilaian Bercerita Aspek
Bobot
Skor 4
3
Kesesuaian Isi dengan Gambar
20 2
1
4 3 Kelancaran
20
2 1
Ekspresi
20
4
Kriteria Sangat sesuai: Isi cerita sesuai dengan kata kunci gambar, berisi cerita yang sesuai dengan kata kunci dan gambar dengan informasi lengkap, permasalahan sesuai kata kunci dan gambar. Cukup sesuai: Isi cerita sesuai dengan kata kunci gambar, berisi cerita yang sesuai dengan kata kunci dan gambar dengan informasi lengkap, permasalahan tidak sesuai kata kunci dan gambar tidak lengkap. Sedang: Isi cerita sesuai dengan kata kunci gambar, berisi cerita yang sesuai dengan kata kunci dan gambar dengan informasi cukup, permasalahan tidak sesuai kata kunci dan gambar tidak lengkap. Tidak sesuai: Isi cerita tidak sesuai dengan kata kunci yang diberikan dan gambar yang ditunjukkan, tidak berisi cerita ada pada kata kunci dan gambar. Sangat lancar: bercerita dengan lancar, tidak terputus-putus. Cukup lancar : bercerita cukup lancar, sedikit terputus-putus. Sedang - cukup: kurang lancar dan sering terputus-putus dalam bercerita Tidak lancar: bercerita tidak lancar, sering berhenti dan terputus-putus. Sangat ekspresif: mengekspresikan cerita dengan commit to user penuh penghayatan.
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3 2 1 4
3 Organisasi
20 2
1 4 3 Ketepatan Kalimat
10
2 1
4
3 Ketepatan Kata
10 2
1
Cukup ekspresif: mengekspresikan cerita dengan penghayatan yang cukup. Sedang: kurang penghayatan dalam mengekspresikan cerita. Tidak ekspresif: tidak ada penghayatan dalam bercerita. Sangat terorganisir: terorganisir dengan baik, gagasan pokok diungkapkan dengan jelas, urutan tertata dengan baik, runtut dan logis. Cukup terorganisir: cukup terorganisir, gagasan pokok diungkapkan terpotong-potong, cerita runtut tetapi kurang lengkap. Sedang: kurang terorganisir, gagasan pokok diungkapkan terpotong-potong, urutan cerita tidak logis. Tidak terorganisir: tidak terorganisir, gagasan kacau, urutan tidak logis. Sangat baik: konstruksi kalimat dan bentuk kebahasaan benar. Cukup: kontruksi kalimat benar, terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk bahasa. Sedang: kesalahan pada konstruksi kalimat kecil, terjadi kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan namun makna jelas. Sangat kurang: kesalahan serius pada konstruksi kalimat, makna kabur dan ambigu. Sangat tepat: pilihan kata dan ungkapan tepat, tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan kosakata. Cukup tepat: pilihan kata dan ungkapan tepat, sering terjadi kesalahan dalam penggunaan kosakata tetapi tidak mengganggu isi cerita. Sedang: pilihan kata dan ungkapan kurang tepat, tetapi tidak mengganggu isi cerita, sering terjadi kesalahan dalam penggunaan kosakata. Kurang tepat: pilihan kata dan ungkapan kurang tepat dan merusak arti/ makna, sering terjadi kesalahan dalam penggunaan kosakata.
Jumlah Skor:
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran bercerita kelas VII C SMP Negeri 1 Andong Boyolali menggunakan metode konvensional, yaitu siswa secara individu tampil bercerita di depan kelas. Adapun pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas sebagai berikut: (1) guru menerangkan materi bercerita, (2) siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan guru, (3) guru memberikan tugas tentang kegiatan bercerita dan (4) murid melaksanakan tugas. Metode tersebut ternyata belum berhasil mengoptimalkan keterampilan bercerita siswa. Kualitas proses pembelajaran keterampilan bercerita siswa dikatakan rendah karena siswa masih merasa kesulitan apabila guru memberikan tugas bercerita. Siswa terkadang masih takut untuk tampil bercerita sehingga banyak waktu yang tersita hanya untuk menunggu siswa mau tampil di depan kelas. Siswa harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru untuk tampil bercerita. Selain proses yang lama, hasil bercerita siswa belum dapat dikatakan baik karena banyak siswa yang masih sulit menuangkan ide dan gagasan cerita secara runtut. Berdasarkan masalah yang diperoleh di kelas, peneliti memilih menggunakan metode paired storytelling karena sebagian besar siswa kesulitan tampil bercerita di depan kelas seorang diri. Peneliti juga memilih menggunakan media gambar seri karena banyak siswa kesulitan menuangkan ide dan gagasan cerita secara runtut. Metode dan media ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa dalam keterampilan bercerita selama pembelajaran dengan menerapkan metode paired storytelling dan media gambar seri yang diteliti dalam siklus I dan siklus II. Metode paired storytelling diharapkan dapat membantu guru dalam melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Setelah proses pembelajaran bercerita menerapkan metode paired storytelling dan media gambar seri diharapkan mampu memudahkan siswa menuangkan gagasan dalam bercerita dan membangkitkan keberanian siswa untuk tampil di depan kelas yang ditandai dengan meningkatnya kualitas keterampilan bercerita siswa meningkat dalam siklus I dan siklus II. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Sebelum pembelajaran keterampilan bercerita dengan menerapkan metode paired storytelling dan media gambar seri
Selama pembelajaran dengan menerapkan metode paired storytelling dan media gambar seri
Siklus I
Setelah proses pembelajaran dengan menerapkan metode paired storytelling dan media gambar seri
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir commit to user
1. Kualitas proses pembelajaran siswa rendah 2. Kualitas keterampilan bercerita cukup rendah
Siklus II
Siswa lebih termotivasi selama proses pembelajaran
Kualitas keterampilan bercerita siswa cukup meningkat
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Tindakan Metode paired storytelling dan media gambar seriakan mempermudah pembelajaran keterampilan bercerita pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Andong Boyolali. Dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1.
Metode paired storytelling dan media gambar seri meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Andong Boyolali.
2.
Metode
paired
storytelling
dan
media
gambar
seri
meningkatkan
keterampilan bercerita siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Andong Boyolali.
commit to user