BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Pecking Order Theory Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal fund, retained earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers dalam Darminto dan Adler, 2008). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. 7
8
Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manajer korporat, bukan pada prinsipprinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik informasi. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh sorotan dan publisitas publik sebagai akibat penerbitan saham baru. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini Myers (dalam Mutaminah, 2003) : a. Para manajer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham mereka adalah undervalued. b. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
9
c. Para manajer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekuitas hanya pada harga discount. d. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan bertumbuh yang baik, karena saham tidak dapat dijual pada “Fair Price”. e. Pertimbangan biaya emisi, biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. 2. Laporan Keuangan Menurut S. Munawir (2010:27) : kondisi keuangan suatu perusahan dapat diketahui dengan melihat dan menganalisis dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang bersangkutan. Pada dasarnya laporan keuangan yang disusun dan disajikan untuk semua pihak, merupakan suatu alat komunikasi untuk menggambarkan dan mengkomunikasikan informasi tentang keuangan dan kegiatan tahunan suatu perusahaan kepada semua pihak yang berkepentingan. 3. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Revisi 2012 dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yaitu:
10
Laporan keuangan merupakan bagian proses dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 4. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan yang tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Revisi 2012 adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. 5. Komponen Laporan Keuangan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 Revisi 2012 Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari unsur-unsur berikut ini: a. Laporan Posisi Keuangan Pada Akhir Periode Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu yang terdiri dari aset, liabilitas dan ekuitas. Asset = liabilitas + ekuitas
11
b. Laporan laba Rugi Komprehensif Selama Periode Laporan laba rugi menunjukkan pendapatan dan penjualan, serta berbagai biaya dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu. Dengan demikian maka laporan laba rugi menunjukkan laporan selama satu periode. c. Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. d. Laporan Arus Kas Selama Periode Laporan arus kas beguna untuk meneliti kecermatan dari transaksi arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya, dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, dan pendanaa. Selain itu informasi arus kas histori sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. e. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencangkup
12
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan laporan keuangan secara wajar. 6. Analisa Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010: 34), penggunaan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah menstandarkan informasi yang dianalisis sehingga dapat dibuat perbandingan rasio dalam perusahaan yang berbeda atau mungkin dalam perusahaan yang sama pada periode waktu yang berlainan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Hanafi dan Halim dalam Pradana (2011), membagi rasio keuangan menjadi lima kelompok. Pembagian rasio keuangan tersebut karena terdapat perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai oleh pihak internal (manajemen) dengan pihak eksternal, dalam hal ini adalah investor. Kelima analisis rasio tersebut secara umum untuk mengetahui gambaran prospek dan resiko yang akan dihadapi perusahaan di masa mendatang. Kelima faktor tersebut akan mempengaruhi ekspektasi investor terhadap perusahaan di masa mendatang. Lima kelompok rasio keuangan tersebut adalah :
13
- Rasio
likuiditas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Menurut Harahap (2011:301) "Rasio likuiditas menggarnbarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar." Menurut Kasmir (2011:110), likuiditas didefinisikan sebagai rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Bagi pemilik perusahaan likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Bagi kreditur, likuiditas digunakan untuk melihat tingkat keamanan atas pengembalian dana yang dipinjamkan. Menurut Mahmudi (2010:92), rasio likuiditas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Current Ratio (CR), menunjukkan sejauhmana aset lancar menutupi kewajiban lancar. b) Quick Ratio (QR), menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid.
14
c) Working Capital to Total Asset (WCTA), menunjukkan ketersediaan modal kerja bersih dari total aset lancar perusahaan dalam rangka mendukung operasional perusahaan. - Rasio aktivitas, merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. Dengan kata lain, rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Menurut Kasmir (2011:173), rasio yang digunakan mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya disebut rasio aktivitas. Sedangkan menurut Sofyan (2010:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Menurut Sofyan (2010:308), rasio aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa rasio yaitu: 1) Inventory Turnover (IT) yaitu rasio yang menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. 2) Receivable Turnover (RTO),menunjukkan berapa cepat penagihan piutang.
15
3) Fixed Asset Turnover yaitu rasio yang menunjukkan berapa kali nilai aset berputar bila diukur dari volume penjualan. 4) Total Asset Turnoveryaitu rasio yang menunjukkan perputaran total aset diukur dari volume penjualan. - Rasio Solvabilitas, merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini mengukur likuiditas perusahaan untuk jangka panjang, sehingga rasio ini berfokus pada sisi kanan neraca. Apabila total hutang lebih besar daripada total aset, maka perusahaan dikatakan tidak solvabel. Ada beberapa macam rasio solvabilitas, antara lain rasio total hutang terhadap total aset, rasio time interest earned, dan rasio fixed charges coverage. Menurut Mohamad (2010:49), leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian dari aset.Sedangkan menurut Kasmir (2011:151), leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai dengan utang atau rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya apabila perusahaan dibubarkan. Pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan proporsi leverage perusahaan agar
16
tidak membebani perusahaan pada saat jatuh tempo yang dapat menyebabkan perusahaan bangkrut. Menurut Kasmir (2011:155), leverage dapat dibagi menjadi lima rasio, yaitu: 1) Debt Ratio (DR) yaitu rasio utang yang digunaka untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. 2) Debt to Equity ratio (DER) yaitu rasio yang digunaka untuk menilai utang dengan ekuitas. 3) Long Term Debt to Equity Ratio(LTDtER) yaitu rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. 4) Times Interest Earned (TIE) yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaa untuk membayar bunga. 5) Fixed Charge Coverage (FCC) yaitu rasio yang dihitung apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aset berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Dalam penelitian ini rasio leverage diwakili oleh Debt Equity Ratio (DER). Rasio DER ini menunjukkan setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan utang.Tidak ada batasan berapa DER yang aman bagi perusahaan, namun menurut Irham (2012:63) untuk konservatif biasanya DER yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap berisiko. Debt Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
17
Total Utang DER =
(Kasmir, 2011 : 158) Total Modal Sendiri
- Rasio pasar, merupakan rasio yang membandingkan harga pasar terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak dilihat berdasarkan sudut pandang investor atau calon investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini. Ada beberapa macam rasio pasar, antara lain PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayaran dividen (dividend payout).
7. Likuiditas a. Pengertian Likuiditas Munawir (2010 : 31) mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut: "Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk rnemenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih". Menurut Riyanto (2010) tentang masalah likuiditas menyatakan bahwa: Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perasahaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang akan segera harus dipenuhi, jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perasahaan pada saat tertentu merupakan "kekuatan membayar" dari
18
perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai "kekuatan membayar" belun tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansilnya yang harus segera dipenuhi, atau dengan kata lain perasahaan tersebut belum tentu mempunyai "kemampuan membayar". Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan "likuid", artinya perusahaan mempunyai aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Tetapi apabila terjadi sebaliknya, berarti perusahaan dalam keadaan “likuid”.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas
Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas suatu perusahaan adalah: 1. Besarnya investasi pada harta tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Jikalau makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk harta tetap, maka sisanya untuk inernbiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh karena itu, rasio likuiditas rnenurun. 2. Volume Kegiatan Perusahaan Peningkatan volume kegiatan penisahaan akan inenambah kebutuhan dana untuk meinbiayai harta lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipemihi dengan meningkatkan hutang-hutang.
19
3. Pengendalian Harta Lancar Apabila pengendalian kurang baik terhadap besamya investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali
apabila
disediakan
lebih
banyak
dana
jangka
panjang.
Kesimpulannya ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian investasi semacam itu akan dapat memperbaiki rasio likuiditas.
c. Cara Meningkatkan Tingkat Likuiditas Menurut Riyanto (2010), apabila kita mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat ukurnya., maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan sebagai berikut: 1. Dengan utang lancar (current liabilities) tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar (current asef), 2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar. 3. Dengan
mengurangi
jumlah
utang
lancar
bersama-sama
dengan
mengurangi aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika current ratio itu lebih dari satu.
20
Berikut
adalah
rasio-rasio
yang
dapat
digunakan
untuk
mengukur likuiditas perusahaan: 1. Rasio lancar Aktiva lancar Rasio Lancar =
x 100% Hutang lancar
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar haras jauh di atas jumlah hutang lancar. 2. Rasio Cepat Kas+Surat Berharga+Piutang Rasio cepat =
x 100 % Hutang lancar
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik Rasio ini disebut juga Acid Test Ratio. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. 3. Rasio Kas atas Aktiva Lancar Kas Rasio kas atas aktiva lancar =
x 100% Aktiva Lancar
21
Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas dibandingkan dengan total aktiva lancar.
8. Rasio Solvabilitas (Rasio Leverage) Menurut Mohamad (2010:49), solvabilitas digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian dari aset. Sedangkan menurut Kasmir (2011:151), solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai dengan utang atau rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya apabila perusahaan dibubarkan. Pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan proporsi solvabilitas perusahaan agar tidak membebani perusahaan pada saat jatuh tempo yang dapat menyebabkan perusahaan bangkrut. Menurut Kasmir (2011:155), solvabilitas
dapat dibagi menjadi lima
rasio, yaitu: 1) Debt Ratio (DR) yaitu rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Total Hutang Debt Ratio =
x 100% Total Aktiva
22
2) Debt to Equity ratio (DER) yaitu rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Total Aktiva DER =
x 100% Total Modal
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) yaitu rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Long Term Debts LTDtER = Average Shareholder’s Equity
4) Times Interest Earned (TIE) yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga. Earning before interest and tax TIE = Interest
5) Fixed Charge Coverage (FCC) yaitu rasio yang dihitung apabila perusahaan
memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aset berdasarkan kontrak sewa (lease contract).
EBIT + Bunga + Angsuran Fixed Charge Coverage (FCC) = Bunga + Angsuran
Dalam penelitian ini rasio solvabilitas diwakili oleh Debt to Asset Ratio (DAR). Rasio DAR ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang
23
jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang.
9. Profitabilitas Profitabilitas
menurut
Munawir
(2010)
mengemukakan
bahwa
“Profitabilitas (Profitability) adalah kemampuan suatu perusahaaan dalam memperoleh laba.” Definisi lain mengenai profitabilitas menurut Harahap (2011:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Berdasarkan dari
definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang merupakan hasil akhir bersih dari serangkaiam kebijakan dan keputusan yang diambil perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan efektifitas manajemen. Dalam kesempatan ini akan diuraikan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan digunakan rasio-rasio profitabilitas. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011) rasio profitabilitas mencakup : a) Return on Asset, digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan.
Laba bersih Return on assets = Total aktiva
24
b) Return on Equity, digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh hasil atas modal.
Laba bersih setelah pajak Return on equity = Ekuitas
c) Return on Investment (ROI), rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila di ukur dari modal pemilik.
ROI = Profit Margin X Operating Assets Turnover
Atau Penjualan bersih
Laba Bersih ROI =
x Penjualan Bersih
Total Aset
d) Net Profit Margin (NPM), digunakan untuk mengukur kemampuann laba yang di capai.
Laba Bersih Net Profit Margin = Penjualan
25
e) Gross Profit Margin (GPM) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam meminimalisasi harga pokok penjualan dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. (Penjualan – Harga Pokok Penjualan) Gross Profit Margin = Penjualan
10. Penelitian Terdahulu No
Nama dan
Judul
Hasil Penelitian
Tahun Penelitian 1
Merty Zanora Pengaruh Likuditas,
Aktivitas
diwakili
Inventory
(2009)
Leverage dan
Turnover
tidak
Aktivitas
terhadap pertumbuhan laba. Hal
Terhadap
ini
Pertumbuhan Laba
semakin
berpengaruh
mengindikasikan tinggi
Turnover
bahwa Inventory
belum
tentu
meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan. 2
Ndaru
Hesti Pengaruh Total Asset TATO dan NPM berpengaruh
Cahyaningrum
Turnover, Net Profit signifikan
(2012)
Margin,
negatif
terhadap
laba
sedangkan
Working pertumbuhan
Capital to Total Asset WCTA
dan
DER
tidak
dan Debt Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap terhadap pertumbuhan pertumbuhan laba. laba.
26
3
Nidya Afrinda
Analisis
(2010)
Likuiditas
Pengaruh Current
Ratio
berpengaruh
dan negatif dan signifikan terhadap
Solvabilitas terhadap ROA, Cash Ratio berpengaruh Profitabilitas
pada negative tetapi tidak signifikan
Perusahaan Makanan terhadap ROA, Quick Ratio dan Minuman yang berpengaruh
negatif
dan
terdaftar di Bursa Efek signifikan terhadap ROA, DAR Indonesia
dan DER berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA,
LDER
berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA. Secara simultan Current Ratio, Cash Ratio, Quick Ratio, DAR
dan
DER,
LDER
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 4
Yoyon
Analisis
Supriadi
Likuiditas
(2011)
Solvabilitas terhadap selama 4 (empat) tahun, tetapi Rentabilitas Koperasi PLN
Pengaruh Analisis likuiditas setiap tahun dan mengalami
pada meningkat
penurunan
lagi
pada
drastis
tahun
Karyawan kelima, tetapi kenaikan itu tidak signifikan
terhadap
solvabilitas
setiap
meningkat.
Untuk
analisis tahunnya analisis
rentabilitas, perhitungan ROA (Return on Asset) meningkat dan menurun
setiap
sedangkan untuk
tahun, perhitungan
27
ROE (Return on Equity) adalah sama dengan perhitungan ROA bahwa setiap tahun mengalami peningkatan dan menurun. Hasil
evaluasi
bahwa
menunjukkan
analisis
likuiditas
dan
terhadap
pengaruh solvabilitas rentabilitas
menunjukkan
likuiditas
memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan terhadap solvabilitas dan rentabilitas. 5
Ima Hernawati Analisis (2010)
Pengaruh Secara parsial efisiensi modal
Efisiensi Modal Kerja, kerja berpengaruh positif dan Likuiditas,
dan signifikan terhadap profitabilitas
Solvabilitas Terhadap pada perusahaan industri barang Profitabilitas
konsumsi yang terdafatar di BEJ. Secara parsial likuiditas tidak
berpengaruh
terhadap
signifikan
profitabilitas
perusahaan
industri
pada barang
konsumsi yang terdaftar di BEJ. Secara parsial solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar
di
BEJ.
Secara
simultan efisiensi modal kerja,
28
likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh
terhadap
profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdafatar di BEJ. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan rerangka pemikiran yang dituangkan ke dalam model penelitian pada gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Likuiditas H1 (X1) Tingkat Profitabilitas Solvabilitas (X2)
(Y) H2
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
29
C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah :
H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap tingkat Profitabilitas. H2 : Solvabilitas berpengaruh terhadap tingkat Profitabilitas.
1. Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat Profitabilitas Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban flnansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Sedangkan, profitabilitas merupakan indikator mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui kegiatan operasi yang dilakukannya.
Penelitian sebelumnya oleh Nureka Setia Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan", Kesimpulan yang dihasilkan melalui pengujian secara serentak (uji-f) adalah current ratio, cash ratio, dan acid test ratio secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
30
profitabilitas. Pengujian secara parsial (Uji-t) menghasilkan kesimpulan bahwa hanya current ratio yang dapat mempengaruhi atau menjelaskan profitabilitas secara signifikan, Sebagai saran dari penelitian ini antara lain Perseroan harus selalu memantau tingkat likuiditasnya. Likuiditas yang terus mengalami kenaikan
dapat
menimbulkan
kesan
bahwa
Perseroan
tidak
dapat
memanfaatkan kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar.
Ha1 : Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
likuiditas
terhadap
profitabilitas.
2. Pengaruh Solvabilitas terhadap Tingkat Profitabilitas Solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aset perusahaan dibiayai dengan utang atau rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya apabila perusahaan dibubarkan.
Penelitian sebelumnya oleh Wijaya Nadya (2010) dari pengujian secara parsial yang dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa tingkat solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Pada tingkat profitabilitas, profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan dari hasil pengujian secara simultan yang dilakukan penulis dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Tingkat Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Konsumsi periode
31
2003 2007 signifikan, artinya hasil penelitian sudah mewakili dan menggambarkan keadaan populasi, karena uji signifikansi adalah signifikan.
Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara solvabilitas terhadap profitabilitas.