BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah secara geografis. Sedangkan menurut McEachern(2000:146), PDB artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Produk Domestik Bruto hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir (Kasmir ,2002:146).
2.1.1.1. Tipe-tipe Produk Domestik Bruto Ada 2 tipe PDB yaitu : 1) PDB dengan harga konstan, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara yang dihitung menurut harga tahun dasar.
17
2) PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2.1.1.2. Perhitungan PDB Menurut
McEachern(2000:147)
ada
dua
macam
pendekatan
yang
digunakan dalam perhitungan PDB yaitu : 1. Pendekatan produksi yaitu menjumlahkan seluruh nilai produksi dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi dalam suatu negera berdasarkan harga selama periode tertentu. 2. Pendekatan pengeluaran yaitu menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. 3. Pendekatan pendapatan yaitu menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut. 2.1.3 Definisi dan Konsep Pinjaman Luar Negeri Pinjaman yang berasal dari luar negeri merupakan salah satu komponen penting dalam struktur pembiayaan suatu Negara untuk mendorong pertumbuhan perekonomian. Hampir semua Negara terutama Negara berkembang memiliki pinjaman dengan berbagai alasan, baik untuk membiayai pembangunan, menutup defisit anggaran maupun mengatasi liquidity mismatch. Penggunaan pinjaman 18
luar negeri dalam pembangunan di Negara berkembang menimbulkan pro dan kontra mengingat dalam kenyataannya banyak Negara peminjam yang berhasil, gagal atau kurang berhasil dalam pembangunan dengan memanfaatkan pinjaman luar negeri (Goldsmith, 85:2000) Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar negeri apabila memiliki ciri-ciri pokok (Rachbini, 113:2000) yaitu: a. Aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan b. Dana tersebut diberikan kepada Negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran Internasional. Dilihat dari kewajiban pengembaliannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi bentuk pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan). Kedua bentuk ini meskipun berbeda dalam hal syarat-syarat pengembaliannya, tetapi memiliki keterkaitan yang erat antara bentuk pemberian dan pinjaman Sukirno(2002:108) mengatakan ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu: a. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing b. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan Menurut
Development
Assistance
Committee
(DAC)
of
OEDC
(Organisation For Economic Cooperation and Development), bantuan atau
19
pinjaman luar negeri adalah bantuan pembangunan secara resmi yang terdiri dari dana yang disediakan oleh pemerintah atas persyaratan konsensional terutama untuk meningkatkan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara-negara sedang berkembang (Ismawan dan Indra, 108:1998) Penyebab dari kurang efektifnya usaha pengendalian hutang luar negeri selain disebabkan oleh faktor dalam negeri (intern), juga berasal dari luar negeri (ekstern) yang kadang-kadang sulit diprediksi. Faktor dalam negeri yang menjadi sumber utama mempengaruhi pertumbuhan hutang luar negeri adalah defisit anggaran pemerintah yang dibiayai oleh pemasukan modal dari luar melalui instrument hutang luar negeri, tingkat tabungan dan pendapatan pemerintah serta investasi yang rendah. Sedangkan faktor luar negeri (ekstern) paling dominan mempengaruhi pertumbuhan hutang luar negeri adalah fluktuasi nilai tukar Internasional (Supriyanto ,1999:7). Pinjaman IMF diberikan dalam bentuk Balance of Payment Suport atau pinjaman yang dipergunakan untuk memperkuat cadangan devisa suatu Negara. Pinjaman ini dimaksudkan agar tercipta kepercayaan yang lebih besar kepada kemampuan Negara tersebut menghadapi berbagai kewajiban pembayaran ke luar negeri, termasuk untuk impor,dengan memunculkan angka yang lebih baik pada cadangan devisa Negara peminjamnya. Karena itu, tujuannya memang bukan untuk dipergunakan oleh pemerintah untuk menutupi defisit APBN (Harinowo ,2002:63).
20
2.1.3.1. Hubungan Pinjaman Luar negeri dengan PDB Indonesia Laffer Curve Theory menggambarkan efek akumulasi utang terhadap pertumbuhan PDB. Menurut teori ini, pada dasarnya utang diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut utang merupakan kebutuhan normal setiap Negara. Namun pada saat stok utang telah melebihi batas tersebut maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti terlihat pada gambar 2.1 di bawah ini: Gambar 2.1 Laffer Curve Theory Expected Debt Repayment
Debt Overhang
Sumber : Catherine Pattillo, 2002
Debt Stock
Besarnya jeratan utang luar negeri (debt trap) dan ancaman defisit anggaran pemerintah membawa dampak yang buruk terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan penerimaan pajak dan pengeluaran pemerintah yang tidak sebanding. Kondisi ini diperburuk lagi dengan meningkatnya jumlah utang luar
21
negeri yang tidak diiringi dengan kebijakan utang hati-hati (prudent borrowing policy), khususnya pada utang swasta. Dengan demikian, utang bukan jadi pendorong investasi dan pertumbuhan PDB melainkan menyebabkan kondisi pertumbuhan akan semakin buruk dan merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya krisis ekonomi (Rae ,2004:172). Menurut Alun(1992:112), bahwa rasio pertunbuhan PDB berkaitan secara positif terhadap pinjaman luar negeri. Semakin tinggi pertumbuhan PDB suatu negera semakin meningkat tingkat keterutangannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pinjaman luar negeri berpengaruh secara positif terhadap PDB Indonesia.
2.1.4 Definisi dan Konsep Kurs Valas (Dolar AS) Kurs tukar merupakan harga dari suatu mata uang. Sama seperti produk lainnya yang diperdagangkan di pasar, harga mata uang juga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Setiap harga mata uang merupakan hasil interaksi antara permintaan dan penawaran yang menciptakan kurs tukar keseimbangan. Jika permintaan suatu mata uang relatif lebih besar daripada penawarannya, maka mata uang tersebut akan mengalami apresiasi (atau kenaikan nilai). Sebaliknya, jika permintaan suatu mata uang relatif lebih kecil daripada penawarannya, maka mata uang tersebut akan mengalami depresiasi atau penurunan nilai (Madura, 2003:107).
22
2.1.4.1. Sistem Kurs Valas (Dolar AS) Sistem yang dipergunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang yaitu (Boediono, 2001:99) : a. Sistem Kurs Devisa Tetap Sistem standar emas penuh adalah sistem kurs devisa tetap (fixed exchange rate). Dalam masa standar kertas seperti sekarang ini, yang dimaksud dengan sistem kurs devisa tetap adalah suatu sistem devisa dimana pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang Negara tersebut dengan mata uang Negara lain dan berusaha untuk mempertahankannya dengan berbagai kebijaksanaan secara sadar. Macam kebijaksanaan ini bisa berupa: 1) Tindakan-tindakan tidak langsung berupa pembelian mata uang sendiri dengan mata uang asing oleh bank sentral apabila kurs di pasar merosot di bawah tingkat yang ditetapkan atau sebaliknya penjualan mata uang sendiri apabila tingkat kurs melonjak di atas tingkat yang ditentukan. 2) Tindakan-tindakan langsung berupa penjatahan devisa pada tingkat kurs yang ditetapkan Keuntungan dari sistem kurs devisa tetap adalah adanya kepastian dan kestabilan kurs. Dengan adanya kepastian dan kestabilan kurs diharapkan kegiatan-kegiatan ekonomi lebih baik, sebab produsen, 23
konsumen, investor, bisa merencanakan kegiatan mereka secara lebih pasti. Keuntungan penting yang lain adalah dihindarinya kegiatan spekulasi yang berlebihan di pasar devisa karena kurs devisa dijaga kestabilannya. Kerugiannya adalah apabila kurs tersebut dipertahankan pada tingkat yang tidak realistis (artinya mempertahankan kurs rupiah yang terlalu tinggi) yang mengakibatkan harga mata uang asing di pasar bebas beberapa kali lipat lebih tinggi daripada kurs resminya. Dalam keadaan seperti ini kegiatan ekonomi justru terganggu. b. Sistem Kurs Devisa Mengambang Bila kurs suatu mata uang dengan mata uang lain dibiarkan untuk ditentukan secara bebas oleh tarik-menarik kekuatan pasar, maka dikatakan
bahwa
Negara
tersebut menganut sistem
devisa
mengambang. Keuntungan dari sistem devisa mengambang adalah bahwa tingkat kurs yang berlaku selalu sama dengan tingkat kurs keseimbangan, sehingga dalam sistem kurs devisa yang betul-betul mengambang, tidak ada masalah surplus atau defisit
neraca
pembayaran, sebab bekerjanya pasar selalu menyeimbangkan jumlah devisa yang masuk dengan devisa
yang keluar. Sedangkan
kerugiannya adalah nilai kurs devisa yang selalu berubah-ubah karena disebabkan oleh ketidakseimbangan pasar sehingga dapat mengganggu stabilitas perekonomian.
24
2.1.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Dolar Menurut Kuncoro(1997:217) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valas (Dolar) yaitu: 1. Faktor politik : merupakan faktor eksternal ekonomi yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap perekonomian suatu Negara. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Kontrol devisa, merupakan hambatan yang diciptakan oleh pemerintah bagi pengguna valas dalam transaksi Internasional b. Perbedaan kurs, menunjukkan terdapatnya perbedaan antara mata uang yang diperdagangkan sebagai adanya tekanan potensi menuju devaluasi atau depresiasi. 2. Faktor fundamental makro merupakan faktor yang bersumber dari kondisi ekonomi suatu Negara secara makro ekonomi. a. Neraca pembayaran, sebagai dampak penawaran dan permintaan akan valuta asing b. Cadangan
devisa
intervensi
ke
pasar
valuta
asing dengan
menggunakan cadangan devisa untuk mendorong nilai mata uang domestik ke atas maupun ke bawah. c. Pertumbuhan PNB dan PDB perekonomian domestik yang tumbuh dengan lamban, menyebabkan ekspor lebih kecil daripada impor sehingga perdagangan menjadi deficit dan depresiasi mata uang.
25
d. Pengeluaran pemerintah, kenaikan yang pesat dalam pengeluaran pemerintah, terutama
bila
dibiayai
dengan
anggaran
defisit
mengakibatkan naiknya tekanan inflasioner terhadap perekonomian sehingga inflasi cenderung mengakibatkan depresiasi. e. Inflasi relatif, suatu negara yang mengalami inflasi relatif lebih tinggi, akan mendorong depresiasi bagi mata uang domestiknya. f. Pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Menghilangkan resesi dengan meningkatkan pertumbuhan jumlah uang beredar agar suku bunga domestik menurun, mengakibatkan naiknya laju inflasi domestik dan depresiasi.
2.1.4.3. Hubungan Kurs Dolar dengan PDB Indonesia Berdasarkan Price-Specie Flow Mechanism dari D.Hume tersebut, Adam Smith mengkritik aliran mercantilism yang mengemukakan bahwa untuk meningkatkan PDB dan perdagangan luar negeri, maka pemerintah harus mengurangi campur tangannya sehingga tercipta perdagangan bebas atau free trade yang secara langsung mempengaruhi kurs mata uang suatu Negara (Hamdy Hady, 2001:26). Hamdy Hady(2003:18) mengutip pandangan Hume yang mengatakan bahwa “Dengan meningkatnya harga barang domestik, maka orang luar negeri akan mengurangi pembelian barang dari Negara tersebut. Pada saat yang sama ada masyarakat domestik yang cenderung membeli barang dari luar negeri yang
26
harganya relatif murah dibandingkan harga domestik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jika kurs rupiah menurun atau kurs dolar AS meningkat maka PDB Indonesia akan meningkat karena harga barang domestik menjadi lebih murah sehingga mendorong meningkatkan produksi indonesia karena diyakini barang domestik indonesia akan mampu bersaing di luar negeri, sehingga hubungan antara kurs mata uang asing dengan PDB Indonesia adalah hubungannya positif. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Pembahasan Hasil Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Ahmad (2003) dalam skripsinya yang berjudul ” Analisis pengaruh PDB (Produk Domestik Bruto) dan tingkat suku bunga Internasional terhadap Permintaan hutang luar negeri Indonesia tahun 1992-2002. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi majemuk berganda yaitu uji t dan uji F serta koefisien determinasi dengan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS. Hasil dari pengolahan data diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = 36058,303 + 1,03764 X1 – 3,190943 X2 Dari hasil pengujian menyatakan bahwa secara parsial produk domestik bruto berpengaruh secara nyata dan positif terhadap permintaan hutang luar negeri pemerintah Indonesia sedangkan suku bunga Internasional berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap permintaan hutang luar negeri pemerintah indonesia. Secara serempak kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap
27
permintaan utang luar negeri pemerintah Indonesia. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah 89,3 persen permintaan utang luar negeri pemerintah Indonesia dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut sedangkan sisanya 10,7 persen dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak dimasukkan dalam model. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan pinjaman luar negeri dan PDB yang diuji secara parsial. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas, dimana penelitian sebelumnya menggunakan variabel PDB dan suku bunga internasional sebagai variabel bebasnya dan permintaan hutang luar negeri Indonesia sebagai variabel terikatnya sedangkan penelitian ini menggunakan variabel pinjaman luar negeri dan kurs Dolar Amerika sebagai variabel bebasnya dan PDB Indonesia sebagai variabel terikatnya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hanton (2001). Penelitian yang dilakukan oleh hanton berjudul, “Pengaruh impor, kurs Dolar Amerika dan tingkat inflasi terhadap PDB Indonesia tahun 1985 – 2000. Penelitian tersebut menggunakan data 16 tahun dan pengolahan dengan bantuan program komputer Tsp didapat koefisien regresi log penuh, bahwa secara individu, impor dan tingkat inflasi berpengaruh nyata dan positif terhadap PDB Indonesia dengan koefisien regresi masing-masing sebesar 2,31 dan 0,29. Ini berarti jika impor naik sebesar 1 persen maka PDB Indonesia akan meningkat sebesar 2,31 persen dan jika inflasi dalam negeri mengalami kenaikan 1 persen maka PDB Indonesia akan meningkat sebesar 0,29 persen. Untuk kurs Dolar Amerika, secara individu
28
berpengaruh nyata dan positif terhadap PDB Indonesia dengan koefisien regresi sebesar 0,76. Ini berarti jika kurs Dolar Amerika meningkat sebesar 1 persen maka PDB Indonesia akan naik sebesar 0,76 persen. Besarnya pengaruh impor, kurs Dolar Amerika dan tingkat inflasi terhadap PDB Indonesia dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 95,58 persen. Ini berarti bahwa 95,58 persen variasi PDB Indonesia dipengaruhi oleh variasi impor, kurs Dolar Amerika dan tingkat inflasi secara bersama-sama dan sisanya 4,42 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model tersebut. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah yaitu sama sama menggunakan variabel PDB Indonesia sebagai variabel terikat dan variabel kurs Dolar Amerika sebagai variabel bebasnya, sedangkan perbedaannya terletak pada anggota variabel bebas yang lainnya, dimana penelitian sebelumnya menggunakan variabel impor dan inflasi sebagai variabel bebasnya sedangkan penelitian ini menggunakan variabel pinjaman luar negeri sebagai variabel bebasnya. 2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga pinjaman luar negeri dan kurs Dolar Amerika secara serempak berpengaruh nyata terhadap PDB Indonesia.
29
2. Diduga pinjaman luar negeri dan kurs Dolar Amerika secara parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap PDB Indonesia.
30