BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan investasi perusahaan (J. Fred & Thomas. E. Copeland, 1999:23). Profitabilitas menurut
Riyanto
(2001)
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan pengertian profitabilitas di atas maka seluruh perusahaan akan selalu berusahaa keras untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Dan begitu juga sebaliknya, perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kurang mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas yang sering digunakan di dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh modal kerja dan efektivitas modal kerja
Universitas Sumatera Utara
adalah return on investment (ROI). Return on Investment (ROI) menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2004). Dengan demikian Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Return on investment atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Setelah Pajak ROI =
X 100% Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian profitabilitas tersebut di atas dapat diambil suatu kesimpulan profitabilitas adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode waktu tertentu. Menurut Husnan (1998), ROI memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan ROI sebagai berikut: 1) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan. 2) Analisis ROI dapat digunakan untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan berada di bawah, sama atau di atas rata-rata. 3) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan dalam antrian untuk membandingkan efisiensi antar bagian. 4) Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing
produk
yang
dihasilkan
perusahaan.
Dengan
menggunakan product cost system (sistem biaya produksi) yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam berbagai produk yang
dihasilkan
oleh
perusahaan,
sehingga
dapat
dihitung
profitabilitas masing-masing produk.
Universitas Sumatera Utara
5) Analisis ROI dapat digunakan untuk keperluan perencanaan antara lain sebagai dasar dalam pengambilan keputusan jika perusahaan akan mengadakan ekspansi. Meskipun ROI memiliki kelebihan, namun ROI juga memiliki kelemahan, Kelemahan ROI adalah sebagai berikut: 1) Sulit membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain, karena perbedaan praktek akuntansi antar perusahaan. 2) Analisa Return On Investment (ROI) saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan antara dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.
2.1.2 Pengertian Modal Kerja Pengertian modal kerja atau working capital menurut Djarwanto (2001) adalah berhubungan dengan keseluruhan dana yang digunakan selama periode akuntansi tertentu yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan untuk periode akuntansi yang bersangkutan (current income). Weston dan Brigham(1994) mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Sedangkan menurut Munawir (2004) modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang hutangnya. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada
Universitas Sumatera Utara
aktiva jangka pendek dalam bentuk kas, sekuritas, piutang dan persediaan yang digunakan untuk memenuhi kegiatan operasi perusahaan. Ada 3 konsep atau pengertian modal kerja yang umum dipergunakan, yaitu (Riyanto: 2001) : 1) Konsep Kuantitatif Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital). Modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan. 2) Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu, modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu
Universitas Sumatera Utara
likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital). Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek). 3) Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan periode ini (current income). Ada sebagian dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan pendapatan untuk periode berikutnya (future income). Sehingga besarnya modal kerja dalam konsep ini adalah: (1) Besarnya kas (2) Besarnya persediaan (3) Besarnya piutang dikurangi besarnya keuntungan (4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap. Perbedaan yang mendasar dari ketiga konsep diatas adalah terletak pada penentuan jumlah modal kerja. Dan konsep modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep kualitatif. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa
Universitas Sumatera Utara
menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukup akan dapat menjadi penyebab kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan.
2.1.3 Jenis Modal Kerja Modal kerja dalam suatu perusahaan menurut Riyanto (2001) dapat digolongkan dalam beberapa jenis: 1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini terdiri dari (1). Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya. (2). Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Modal Kerja Variabel adalah modal kerja yang dibutuhkan saatsaat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahaan keadaan dalam satu periode. Modal kerja ini terdiri dari: (1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim. (2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. (3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Munawir : 2004): 1) Sifat atau jenis perusahaan Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Modal kerja dari perusahaan jasa relative lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja
Universitas Sumatera Utara
perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawai maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi
dari penghasilan
atau penerimaan-
penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya ditagih dalam waktu relatif pendek. Bagi perusahaan industry dibutuhkan modal kerja yang lebih besar karena perusahaan harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya. 2) Waktu yang diperoleh untuk memproduksi barang yang akan dijual. Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang, maka jumlah modal kerja yang diperlukan semakin besar. 3) Syarat pembelian dan penjualan. Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan dan sebaliknya. Di samping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan. Semakin lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.
Universitas Sumatera Utara
4) Tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. 5) Tingkat perputaran piutang Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai
tingkat
perputaran
piutang
yang
tinggi
diperlukan
pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan
dengan
perluasan
kredit,
syarat
kredit
penjualan,
maksimum kredit bagi langganan serta penagihan piutang. 6) Volume Penjualan Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka modal kerja yang diperlukan relatif tinggi, sebaliknya bila penjualan rendah dibutuhkan modal kerja yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
7) Faktor Musim dan Siklus Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang relative pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.
2.1.5 Fungsi Modal Kerja Modal kerja/dana yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi kesulitan keuangan, juga akan memberikan keuntungan lain yaitu: 1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya. 3) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahayabahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
Universitas Sumatera Utara
6) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan.
2.1.6 Sumber Modal Kerja Menurut Munawir (2004) Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu: 1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen, yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan. 2) Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktifitas biasa. Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan kreditor jangka pendek. Di samping dari investasi para pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Djarwanto (2001) pada umumnya modal kerja suatu perusahaan berasal dari berbagai sumber, yaitu: 1) Hasil operasi perusahaan. Modal kerja perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan. 2) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat-surat berharga merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. 3) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar. Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
4) Penjualan saham atau obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi. 5) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya. Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama sebagai tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat atau kebutuhan jangka pendek lainnya. 6) Kredit dari supplier. Salah satu sumber modal kerja adalah kredit yang diberikan supplier. Material, barang-barang dan jasa bisa dibeli secara kredit. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan modal kerja yang kecil.
2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Modal Kerja Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja, yaitu: 1) Modal kerja meningkat sebagai berikut: (1) Perusahaan memperoleh laba,
Universitas Sumatera Utara
(2) Perusahaan menjual aktiva tetap, (3) Penyusutan aktiva tetap, (4) Bertambah besarnya hutang jangka panjang, (5) Perusahaan menambah besarnya modal pesertaan. 2) Modal kerja menurun sebagai berikut: (1) Perusahaan menderita rugi, (2) Perusahaan membeli aktiva tetap, (3) Hutang jangka panjang perusahaan menurun, (4) Perusahaan mengurangi besarnya modal pesertaan, (5) Perusahaan membagikan deviden.
2.1.8 Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagai berikut: 1) Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainnya. 2) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dan pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atas aktiva
tidak lancar lainnya
yang mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. 4) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang. 5) Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi atau prive. (Munawir, 2004:124-127)
2.1.9 Perputaran Modal Kerja Jumlah modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja saat sampai dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya). Lama periode perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut (Riyanto, 2001). Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (working capital turnorver). Ratio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
Universitas Sumatera Utara
perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja (Munawir, 2004:80). 2.1.10 Metode Perputaran Modal Kerja Di Dalam menentukan perputaran modal kerja dapat dibedakan 2 metode yaitu: 1) Metode keterikatan dana (siklus daur dana) Metode ini digunakan jika usaha baru dimulai, dengan demikian pengalaman dari pengelola atau tentunya dengan dominan dipengaruhi keadaan internal perusahaan yang mengikuti perkembangan kegiatan sehari-hari dalam jangka waktu lama. Menurut metode siklus atau daur dana ini perputaran modal kerja dapat diketahui dengan menghitung periode atau jangka waktu dana tertanam. Sejak kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai kembali lagi menjadi kas. 2) Metode perputaran (turnorver) Metode ini menggunakan analisis laporan keuangan perusahaan secara umum atau total modal kerja dihitung dengan rumus working capital turnover yaitu total penjualan dibagi dengan net working capital atau gross working capital (Ahmad, 1997:7-12). Tingkat perputaran modal kerja dapat diukur dengan menggunakan rasio yaitu diambil dari data laporan rugi laba dan neraca. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata tersebut (working capital turnorver). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2004:80). Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja dalam penelitian ini adalah:
Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja = Modal Kerja Rata-rata
(Munawir, 2004:80) 2.1.11 Pengertian Efektivitas Menurut Supriyono (2000 : 67) efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya. Efektivitas adalah suatu kemampuan memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat diukur dengan : 1) Perputaran Kas (Cash Turnover) Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya yang berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa perusahaan harus mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas akan menyebabkan banyaknya uang menganggur sehingga akan memperkecil keuntungannya. Tetapi suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditasnya, maka perusahaan tersebut akan dalam keadaan likuid jika sewaktu-waktu ada tagihan (Riyanto, 2001). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi penerimaan dan pengeluarannya. Sumber penerimaan kas pada dasarnya berasal dari (Munawir, 2004): (1) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang diikuti dengan penambahan kas. (2) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas. (3) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas. (4) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya. Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksitransaksi sebagai berikut: (1) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (2) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
(3) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang. (4) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian. (5) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, dendadenda lainnya. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun hutang lancar. H. G. Guthmann menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover). Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut: Penjualan Bersih Perputaran kas = Rata-rata Kas
Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tetapi cash turnorver
Universitas Sumatera Utara
yang berlebih-lebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan tersebut. 2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Pengelolaan piutang suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perputaran piutangnya, dimana tingkat perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal kerja dalam piutang. Semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas (Riyanto, 2001 : 90). Adapun rumus yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat peputaran piutang (receivable turn over) adalah sebagai berikut: Penjualan Kredit Receivable Turn Over = Rata-rata Piutang
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin tinggi perputaran piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran piutang, dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang (Riyanto, 2001) 3) Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Masalah
investasi
dalam
inventory
merupakan
masalah
pembelanjaan aktif, seperti halnya investasi dalam aktiva-aktiva lainnya Inventory atau persediaan barang sebagai elemen yang utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, di mana
Universitas Sumatera Utara
secara terus menerus mengalami perubahan.. Masalah penentuan besar investasi atau alokasi modal dalam inventory mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam inventory akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan
akan
memperbesar
beban
bunga,
memperbesar
biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahan. Demikian sebaliknya, adanya investasi yang terlalu kecil dalam inventory juga akan mempunyai efek yang menekan keuntungan perusahaan (Riyanto, 2001). Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat dari perhitungan tingkat perputaran persediaannya, karena semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan menunjukkan semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi volume penjualan tertentu dalam naiknya perputaran persediaan maka dibutuhkan jumlah modal kerja yang lebih kecil. Adapun perhitungan tingkat peputaran persediaan adalah sebagai berikut : Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = Rata-rata Persediaan
Universitas Sumatera Utara
2.1.12 Rasio Keuangan Rasio menurut Riyanto (2001 : 329) adalah ukuran yang sering digunakan
dalam
analisis
finansial.
Penganalisa
finansial
adalah
mengadakan analisis rasio finansial pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua cara perbandingan, yaitu sebagai berikut. 1) Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio diwaktu yang lain (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk yang akan datang di perusahaan yang sama. 2) Membandingkan rasio-rasio disuatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenisnya dari perusahaan lain yang sejenis atau rasio industri untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industry akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada di atas rata-rata industri (above average). Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam kelompok dasar, yaitu likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Dari rasio-rasio tersebut selanjutnya penggunaan rasio yang akan dibatasi hanya pada rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. 1) Rasio Likuiditas Menurut Sawir (2001 : 8) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tepat pada waktunya. Semakin tinggi likuiditas berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
Universitas Sumatera Utara
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Uang tunai merupakan likuiditas yang paling tinggi karena diterima semua orang dan dapat ditukar dengan sesuatu dimana saja. Dimana ratio likuiditas mengukur kecepatan sebuah investasi (aset) atau ditukar menjadi suatu nilai. Ratio ini terdiri dari : (1) Current Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. (2) Quick Ratio, yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi aktiva lancar yang lebih likuid. (3) Cash Ratio, yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang lancarnya dengan kas atau yang setara dengan kas. 2) Ratio Aktvitas Sawir (2001 : 14) menyatakan bahwa rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada perusahaannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasiorasio aktivitas yang umumnya digunakan adalah perputaran persediaan, periode penagihan rata-rata, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran total aktiva. Untuk mengukur efektivitas penggunaan modal kerja dapat diukur dengan tingkat perputaran modal kerta serta tingkat perputaran masing-masing komponen dalam modal kerja tersebut. Untuk selanjutnya rasio aktivitas yang akan digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut : (1) Ratio Perputaran Kas Menurut Riyanto (2001 : 95) makin tinggi tingkat perputaran kas maka makin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya. Tingkat perputaran kas dapat dihitung dengan membandingkan antara penjualan bersih dengan kas rata-rata.
Penjualan Bersih Perputaran Kas = Rata-rata kas
(2) Ratio Perputaran Piutang Menurut Riyanto (2001 : 91) piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Semakin tinggi perputaran piutang maka semakin kecil jumlah modal yang terikat dalam piutang sehingga dapat mengurangi biaya modal dan akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas. Tingkat perputaran piutang dapat diketahui dengan membandingkan penjualan kredit dengan rata-rata piutang.
Penjualan Kredit Perputaran Piutang = Rata- rata Piutang
Universitas Sumatera Utara
(3) Ratio Perputaran Persediaan Menurut Sawir (2001 : 15) menyatakan bahwa rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan berarti semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan sehingga untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih baik. Jadi untuk memenuhi penjualan tertentu dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil. Tingkat perputaran persediaan dapat dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.
Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan = Rata-rata Persediaan
(4) Rasio Profitabilitas Menurut Sawir (2001 : 17) profitabilitas merupakan hasil akhir bersih berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio profitabilitas yang memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan dapat dianalisa dengan margin laba kotor (gross profit margin), rentabilitas ekonomis (basic earning power), margin laba bersih (net profit margin), hasil pengembalian atas investasi (return on investment),
Universitas Sumatera Utara
dan pengembalian atas modal (return on equity). Rasio-rasio profitabilitas terdiri dari : a) Gross Profit Margin, yaitu laba bruto yang diperoleh perusahaan dari penjualan. Penjualan - HPP Gross Profit Margin = Penjualan b) Basic Earning Power, yaitu laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Laba Operasi x 100% Basic Earning Power = Total Aktiva
c) Net Profit Margin, yaitu keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan.
Laba setelah Pajak Net Profit Margin = Penjualan
d) Return On Investment, yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Laba Setelah Pajak X 100% Return On Investment = Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
e) Return On Equity, yaitu kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
Laba setelah Pajak Return On Equity = Modal Sendiri
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang akan digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah Return On Investment (ROI), yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam periode tertentu. (5) Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover) Perputaran modal kerja adalah kemampuan modal kerja berputar dalam suatu periode siklus kas dan perusahaan, yang diukur dengan
Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja = Modal Kerja Rata-rata
2.1.13
Hubungan Jumlah Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Modal kerja dalam suatu perusahaan harus dikelola dengan baik.
Modal kerja tersebut harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Dengan adanya modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan karena di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
beroperasi secara ekonomis dan efisien perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Modal kerja yang cukup lebih baik daripada modal kerja yang berlebihan, karena dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa menggunakan dana yang ada dengan baik, sehingga dana tersebut menjadi tidak produktif. Hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat pengembalian modal perusahaan atau profitabilitas. Begitu juga sebaliknya modal kerja yang kurang dari cukup akan dapat menjadi penyebab kemunduran/bahkan kegagalan suatu perusahaan dan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan.
2.1.14 Hubungan Efektivitas Penggunaan
Modal Kerja
Terhadap
Profitabilitas Efektivitas
penggunaan
modal
kerja
secara
langsung
akan
menunjukkan kemampuan modal kerja berputar dalam satu perioide siklus kas perusahaan. Jika dihubungkan dengan penjualan, efektivitas yang semakin meningkat akan memungkinkan perusahaan menghasilkan output tertentu dengan jumlah modal kerja yang relatif sedikit. Penggunaan modal kerja yang efektif akan memungkinkan perusahaan untuk menjalankan kegiatannya secara normal. Semakin tinggi efektivitas penggunaan modal kerja suatu perusahaan, maka akan semakin meningkatkan profitabilitasnya.
2.1.15 Hubungan Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi akan menyenangkan kreditor jangka pendek. Mereka akan memperoleh kepastian bahwa modal
Universitas Sumatera Utara
kerja berputar dengan kecepatan tinggi dan utang akan segera dapat dibayar meski dalam kondisi operasi yang sulit sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki profitabilitas tinggi artinya bahwa modal yang besar, efektivitas juga akan tinggi. Tetapi modal yang besar belum tentu perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi. Hal ini tergantung dari penggunaan penggunaan modal kerja apakah efektif dan efisien atau tidak. Modal kerja yang selalu berputar akan mempengaruhi arus dana dalam perusahaan. Apabila perputaran modal kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, berarti arus dana yang kembali ke perusahaan akan semakin lancar. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat perputaran modal kerja, semakin panjang waktu terikatnya dana yang berarti pengelolaan modal kerja kurang efektif dan efisien dan cenderung menurunkan profitabilitasnya. 2.2
Penelitian Terdahulu Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Modal Kerja,
Efektivitas terhadap Profitabilitas dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti, Tahun,
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Nurhafni (2009),
Variabel
Menunjukkan bahwa
“Pengaruh Modal
Independen adalah
Modal Kerja dan
Kerja dan Perputaran
Modal Kerja, dan
Perputaran Modal
dan Judul Penelitian
1
Universitas Sumatera Utara
Modal Kerja terhadap Perputaran Modal
Kerja memiliki
Retur On Equity
Kerja, variabel
pengaruh signifikan
(ROE) Perusahaan
dependen adalah
terhadap ROE
Consumer Goods
ROE
Perusahaan.
Imelda Yulistri
Variabel
Menunjukkan bahwa
(2009), “Pengaruh
Independen adalah
Efektivitas Modal
Efektivitas dan
Efektivitas Modal
Kerja dan Kebutuhan
Kebutuhan Modal
Kerja dan
Modal Kerja
Kerja terhadap Laba
Kebutuhan Modal
memiliki pengaruh
Bersih Industri
Kerja, variabel
yang simultan
Barang Konsumsi di
dependen adalah
terhadap laba bersih
BEI”
Laba Bersih
Perusahaan.
Ellys Delfrina
Variabel
Menunjukkan bahwa
Sipangkar (2009),
Independen adalah
tingkat perputaran
Industry di BEI” 2
3
“Pengaruh Perputaran Perputaran
persediaan tidak
Persediaan terhadap
persediaan,
memiliki pengaruh
Tingkat Profitabilitas
variabel dependen
signifikan terhadap
Perusahaan Otomotif
adalah ROA
Profitabilitas
di BEI.” 4
Perusahaan.
Seprina Ruleta
Variabel
Menunjukkan bahwa
(2008), “Pengaruh
Independen adalah
Tingkat Perputaran
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Perputaran
Tingkat Perputaran
Piutang tidak
Piutang Terhadap
Piutang, Variabel
memiliki pengaruh
Profitabilitas pada
Dependen adalah
signifikan terhadap
PT.Gresik Cipta
ROA.
Profitabilitas.
Gunarto (2007),
Variabel
Menunjukkan bahwa
“Analisis Efektifitas
Independen adalah
Tingkat Perputaran
Pengaruh Tingkat
Tingkat Perputaran
Piutang dan
Perputaran Piutang
Piutang dan
Perputaran
dan Perputaran
Perputaran
Persediaan memiliki
Persediaan Terhadap
Persediaan,
pengaruh positif dan
Profitabilitas pada
Variabel Dependen
signifikan terhadap
KPRI cabang
adalah Rentabilitas
Rentabilitas
Semarang.”
Ekonomi.
Ekonomi.
Dian Hesti Pratiwi
Variabel
Menunjukkan bahwa
(2007), “Pengaruh
Independen adalah
Tingkat Perputaran
Tingkat Perputaran
Perputaran
Persediaan tidak
Persediaan terhadap
Persediaan,
memiliki pengaruh
Rentabilitas Ekonomi
Variabel Dependen
signifikan terhadap
pada Perusahaan
adalah Rentabilitas
Rentabilitas
Barang Konsumsi
Ekonomi.
Ekonomi.
Sejahtera Cabang Medan.” 5
6
Universitas Sumatera Utara
yang terdaftar di BEI.” 7
Siti Karnia (2006),
Variabel
Menunjukkan bahwa
“Pengaruh Tingkat
Independen adalah
Tingkat Perputaran
Perputaran
Barang Jadi,
Barang Jadi tidak
Persediaan Barang
Variabel Dependen
memiliki pengaruh
Jadi terhadap Tingkat
adalah Rentabilitas
signifikan terhadap
Rentabilitas
Ekonomi.
rentabilitas ekonomi.
PT.Pindad (persero) Bandung.”
Nufhafni (2009), judul penelitian “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja terhadap Retur On Equity (ROE) Perusahaan Consumer Goods Industry di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Return On Equity (ROE) dan variabel independen adalah Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 20032007 dengan sample 33 perusahaan Consumer Goods di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Imelda Yulistri (2009), “Pengaruh Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di BEI.” Variabel dependen dalam penelitian adalah Laba Bersih dan variabel independen adalah Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja. Penelitian ini menggunakan kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji f dan ujit. Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2006-2007 dengan sample 33 perusahaan Industri Barang Konsumsi di BEI. Hasil Penelitian menunjukkan Efektivitas Modal Kerja dan Kebutuhan Modal Kerja memiliki pengaruh yang simultan terhadap Laba Perusahaan. Erlyss Parlina Sipangkar (2009), judul penelitian “Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Otomotif di BEI.” Variabel Independen adalah Perputaran persediaan, variabel dependen adalah ROA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah laporan laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 18 sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Profitabilitas perusahaan. Seprina Ruleta Sitanggang (2008), judul penelitian “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT.Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan variabel independen adalah timgkat perputaran
Universitas Sumatera Utara
piutang. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan diuji dengan uji-t. Data yang digunakan adalah data laba rugi dan neraca tahun 2005-2007 dengan 36 sample laporan keuangan bulanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas. Gunarto (2007), judul penelitian “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas pada KPRI cabang Semarang.” Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Rentabilitas Ekonomi dan variabel independen adalah tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda dan diuji dengan uji-t dan uji f. Data yang digunakan adalah data laporan laba rugi dan neraca tahun 2004-2005 milik KPRI Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Rentabilitas Ekonomi. Dian Hesti Pratiwi (2007), judul penelitian, “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI.” Variabel independen dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan dan variabel independen adalah rentabilitas ekonomi. Model analisis yang digunakan model analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2004-
Universitas Sumatera Utara
2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Siti Kania (2006), judul penelitian “Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Tingkat Rentabilitas pada PT.Pindad (persero) Bandung.” Variabel independennya adalah Rentabilitas yang diukur melalui Return On Asset. Model analisis yang digunakan model analisis regresi linier sederhana. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan perusahaan persediaan barang jadi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas.
2.3
Rumusan Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara dari hasil penelitian yang masih
perlu diuji lagi kebenarannya. Berdasarkan landasan teori dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya maka dinyatakan rumusan hipotesis sebagai berikut : 1) Diduga jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara simultan berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur Logam dan Semen. 2) Diduga jumlah modal kerja dan perputaran modal kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada perusahaan Manufaktur Logam dan Semen.
Universitas Sumatera Utara