BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Analisis rasio keuangan Analis keuangan perlu melakukan pemeriksanan atas berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan agar dapat mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Alat yang sering kali digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan (financial ratio). Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan rasio–rasio keuangan yang mencerminkan
aspek-aspek tertentu. Analisis rasio
dilakukan karena dengan analisis rasio didapatkan perbandingan yang lebih berguna
dibandingkan
anga-angka
aslinya
sendiri
(Van
Horne
dan
Wachosicz,2001:202). Rasio–rasio keuangan dapat dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba (Husnan, 1998:70). Aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas, rasio aktivitas dan rasio-rasio nilai pasar. 1) Rasio-rasio leverage Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Beberapa rasio yang
13
dipergunakan diantaranya adalah debt to equity ratio, yaitu rasio yang mengukur proporsi penggunaan dana dari kreditur, time interest earned, merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan karena perusahaan tidak mampu membayar beban bunga tahunan dan debt service coverage, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya, dengan memasukkan unsur pembayaran (angsuran) pokok pinjaman. 2) Rasio-rasio likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban janga pendek (Van Horne dan Wachowicz,2001:206). Rasio-rasio yang mungkin dipergunakan adalah curret ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dan quick atau acid test ratio, dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan membagi sisanya dengan hutang lancar. 3) Rasio-rasio profitabilitas Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama, rasio-rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan prusahaan (Van Horne dan Wachowicz,2001:222). Rasio-rasio profitabilitas kaitannya dengan penjualan adalah gross profit margin, yaitu perbandingan antara penjualan yang telah dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan dan net profit margin, yaitu
14
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan. Rasio-rasio profitabilitas kaitannya dengan investasi adalah return on investment (ROI), merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan aktiva yang dimiliki atau investasi yang dilakukan dan return on equity (ROE), merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal sendiri. 4) Rasio aktivitas Rasio aktivitas, juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya. Rasio-rasio ini meliputi perputaran piutang, yaitu perbandingan penjualan dengan rata–rata piutang perputaran utang. Perputaran kas, yaitu perbandingan penjualan dengan rata–rata kas dan perputaran persediaan yang merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata–rata persediaan. 5) Rasio–rasio nilai pasar Rasio-rasio nilai pasar menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio nilai pasar adalah price earning ratio merupakan perbandingkan antara harga per lembar saham dengan laba yang mampu dihasilkan per lembar saham, dan dividend payout ratio merupakan rasio yang mengkur tingkat pembayaran dividen.
2.1.2 Profitabilitas perusahaan Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Return
15
on equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas modal sendiri merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan modal sendiri. Return on equity (ROE) menggambarkan keuntungan perusahaan dibandingkan dengan total ekuitas yang terdapat pada laporan neraca perusahaan. ROE dihitung dengan menggunakan rumus. ROE =
................................................. (1)
ROE adalah rasio yang mengukur effisiensi menyeluruh perusahaan dalam mengelola total investasi dan menghasilkan pengembalian (return) bagi para pemegang saham. ROE memberikan indikasi jumlah laba yang diperoleh dihubungkan dengan tingkat investasi di total aktiva dan juga menghitung hasil dari modal saham biasa (Fraser dan Ormiston, 2001:189). ROE juga mengindikasikan tingkat keuntungan yang didapatkan dari penggunaan modal sendiri. Penggunaan ROE ini relevan untuk mengukur nilai perusahaan terkait dengan proporsi penggunaan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Wasis (2003:201) dalam Nurhafni (2010) faktor yang mempengaruhi ROE adalah penjualan, efisiensi penggunaan biaya, profit margin dan struktur modal perusahaan. ROE digunakan sebagai proksi dalam penelitian ini karena ROE mencerminkan keuntungan yang didapat investor dari penyertaan saham.
2.1.3 Struktur modal Sartono (1998 : 225) menyatakan struktur modal sebagai pertimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa, sedangkan Wild et al (2004 : 211) menyatakan
16
struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan hutang pada suatu perusahaan. Riyanto (2001 : 296) menyatakan struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa struktur modal merupakan pembiayaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Perhitungan struktur modal dapat dilakukan dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). Debt to equity dapat dihitung dengan membandingkan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Rasio yang melebihi 1:1 menunjukkan pendanaan utang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan modal ekuitas (Wild, dkk,2005:221). DER =
...................................................... (2)
2.1.4 Jenis - jenis modal Riyanto (2001; 227) membedakan modal menurut jenisnya menjadi dua bagian. 1) Modal asing Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Dalam pendanaan modal asing atau hutang dapat dibagi menjadi tiga golongan. a. Modal asing jangka pendek
17
Modal asing jangka pendek (Short Term Debt) adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian besar hutang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggaran usahanya. Jenis-jenis modal asing jangka pendek adalah kredit rekening koran, kredit penjualan, kredit wesel. b. Modal asing jangka menengah Modal asing jamgka menengah (Intermediate Term Debt) adalah modal asing (hutang) yang jangka waktu dan umumnya lebih dari satu tahun dan kurang dari sepuluh tahun. Jenis-jenis modal asing jangka menengah yaitu term loan dan leasing financing. c. Modal asing jangka panjang Modal asing jangka panjang (Long Term Debt) adalah modal asing (hutang) yang jangka waktunya lebih dari sepuluh tahun. Umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan/ modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang lebih besar. Jenis-jenis hutang jangka panjang yaitu pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik. 2) Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri didalam suatu perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) meliputi modal saham, cadangan dan laba ditahan. Saham adalah surat tanda bukti pengambil bagian atau peserta dalam suatu PT (perseroan Terbatas). Uang yang ditertima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam
18
didalam perusahaan walaupun pemegang saham itu bukan merupakan penanaman modal yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya. Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan. Laba yang ditahan oleh perusahaan dapat dibayarkan sebagai dividen dan sebagian besar ditahan oleh perusahaan.
2.1.5 Teori struktur modal Teori struktur modal menjelaskan pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan atau biaya modal. Keputusan pendanaan mempelajari bagaimana pengaruh sumber dana yang berbeda yaitu antara hutang dan modal sendiri terhadap nilai perusahaan, seandainya keputusan investasi dan kebijakan dividen tidak berubah atau konstan. Sartono (1998 : 228 - 230) mengemukakan teori struktur modal sebagai berikut. 1) Pendekatan laba bersih (net income) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Biaya modal sendiri dan biaya hutang konstan akan menyebabkan jumlah hutang yang digunakan perusahaan semakin besar sehingga biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil. Jika biaya modal rata-rata tertimbang kecil, maka nilai perusahaan akan menjadi meningkat, seperti terlihat pada Gambar 2.1.
19
Gambar 2.1 Pendekatan Laba Bersih (NI) Biaya Modal ( %)
Ke Ko Kd
100 Rasio D/V
0
Nilai Perusahaan V = Rp
V
100 Rasio D/V
0
Sumber : Sartono, 1998. Keterangan : D = nilai pasar hutang perusahaan; dan untuk menyederhanakannya dianggap perusahaan hanya menggunakan satu kelas hutang. V = tota nilai perusahaan yang tidak lain adalah merupakan penjumlahan nilai modal sendiri (E) dengan nilai hutang (D).
20
kd = tingkat bunga hutang perusahaan atau biaya hutang. ke = biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang disyaratkan atas saham biasa. ko = biaya modal rata – rata tertimbang
2) Pendekatan laba operasi bersih (net operating income) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor mempunyai reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahaan. Pertama, diasumsikan biaya hutang konstan seperti halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting, seperti terlihat pada Gambar 2.2.
21
Gambar 2.2 Pendekatan Laba Operasi (NOI) Biaya Modal ( %)
Ke Ko
Kd
100 Rasio D/V
0
Nilai Perusahaan V = Rp
V
100 Rasio D/V
0
Sumber : Sartono, 1998. Keterangan : D = nilai pasar hutang perusahaan; dan untuk menyederhanakannya dianggap perusahaan hanya menggunakan satu kelas hutang. V = tota nilai perusahaan yang tisak lain adalah merupakan penjumlahan nilai modal sendiri (E) dengan nilai hutang (D). kd = tingkat bunga hutang perusahaan atau biaya hutang. ke = biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang disyaratkan atas saham biasa. ko = biaya modal rata – rata tertimbang
22
3) Pendekatan tradisional Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga leverage tertentu risiko perusahaan tidak mengalami perubahan sehingga baik biaya hutang maupun biaya modal sendiri relatif konstan. Setelah leverage atau rasio tertentu biaya hutang dan biaya modal sendiri akan meningkat. Akibatnya, biaya modal ratarata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Pengaruh terhadap nilai perusahaan adalah pada awalnya akan meningkat, namun akan menurun sebagai akibat pengunaan hutang yang semakin besar. Berdasarkan pendekatan tradisional terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan yaitu pada saat nilai perusahaan maksimum dan biaya modal rata-rata tertimbang minimum, seperti terlihat pada Gambar 2.3.
23
Gambar 2.3 Pendekatan Tradisional Biaya Modal ( %) Ke
Ko Kd
100 Rasio D/V
0
Nilai Perusahaan V = Rp
V
100 Rasio D/V
0
Sumber : Sartono, 1998 Keterangan : D = nilai pasar hutang perusahaan; dan untuk menyederhanakannya dianggap perusahaan hanya menggunakan satu kelas hutang. V = tota nilai perusahaan yang tisak lain adalah merupakan penjumlahan nilai modal sendiri (E) dengan nilai hutang (D). kd = tingkat bunga hutang perusahaan atau biaya hutang. ke = biaya modal sendiri atau tingkat keuntungan yang disyaratkan atas saham biasa. ko = biaya modal rata – rata tertimbang
24
4)
Pendekatan Modigliani – Miller (MM) a. Pendekatan Modigliani – Miller Tanpa Pajak Pertama kali MM memperkenalkan teori struktur modal dengan asumsi tidak ada pajak pendapatan perusahaan. MM berpendapat bahwa nilai perusahaan tidak tergantung atau tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Hal ini disebabkan karena proses arbitrase pada dua perusahaan yang mempunyai struktur modal yang berbeda. Investor akan menjual saham perusahaan yang mempunyai hutang dan menginvestasikan kelebihan dananya pada investasi lain. Teori ini didasarkan pada asumsi tidak ada biaya transaksi, maka investor dapat meningkatkan tingkat keuntungan yang diterima dengan tingkat risiko yang sama. Proses ini akan terus berlangsung hingga kedua perusahaan memiliki nilai pasar yang sama. b) Pendekatan Modigliani – Miller Ada Pajak MM juga mengembangkan teori struktur modal dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan. Perusahaan yang menggunakan hutang dalam kondisi terdapat pajak penghasilan mempunyai nilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan tanpa penggunaan hutang. Keadaan tersebut dikarenakan pada umumnya bunga yang dibayarkan (karena ada hutang) bisa digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang (dan membayar bunga)
25
sedangkan yang satunya tidak menggunakan hutang, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi perusahaan karena nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (hanya berlaku pada saat pasar modal dalam keadaan sempurna). Apabila diperhatikan adanya ketidaksempurnaan pasar modal maka pemilik perusahaan (pemegang saham) akan keberatan untuk menggunakan hutang karena akan menurunkan nilai perusahaan. 5) Pecking order theory Hipotesis pecking order theory menggambarkan sebuah hierarki dalam pencarian dana perusahaan dimana perusahaan lebih memilih menggunakan ekuitas internal untuk membayar dividen dan mengimplimentasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Ekuitas internal diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Hutang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedangkan ekuitas eksternal diperoleh karena perusahaan menerbitkan saham baru. Teori ini juga memiliki dua asumsi lainnya mengenai prilaku pendanaan dari perusahaan, yaitu kebijakan dividen yang ketat dimana pihak manajemen akan menetapkan jumlah pembayaran dividen dan target dividend payout ratio yang konstan dan dalam periode tertentu jumlah pembayaran dividen tidak akan berubah baik perusahaan tersebut untung maupun rugi, dan asumsi kedua yaitu dalam mengantisipasi kekurangan atau kelebihan dari persediaan arus kas dengan adanya kebijakan
26
dividen dan fluktuasi dari tingkat keuntungan dan kesempatan investasi maka jika kekurangan arus kas, pertama kali perusahan akan mengambil dari portofolio investasi lancar yang tersedia. Pendanaan berdasarkan pecking order theory dipengaruhi oleh adanya informasi asimetris, biaya transaksi dan biaya emisi, sehingga cenderung mendorong prilaku pecking. Biaya langsung dari laba ditahan akan lebih kecil dari penerbitan ekuitas baru karena adanya penghematan nyata dan perusahaan dapat mengurangi dividen sekarang yang dapat dikenai pajak dengan membatasi penerbitan ekuitas.
2.1.6 Pengertian modal kerja Menurut Brigham dan Weston (2001:410), pengertian modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, piutang usaha dan persediaan. Menurut Husnan (2000), modal kerja adalah pengurangan antara aktiva lancar perusahaan dan hutang lancar. Aktiva lancar perusahaan bisa berbentuk kas atau yang bisa digunakan dalam waktu singkat. Menurut Riyanto (2001:57), pengertian modal kerja dapat dijelaskan dengan beberapa konsep, sebagai berikut. 1) Konsep kuantitatif yang menyatakan bahwa modal kerja merupakan keseluruhan dari aktiva lancar atau yang sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).
27
2) Konsep kualitatif yang menyatakan bahwa modal kerja merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya atau disebut modal kerja netto (net working capital). 3) Konsep fungsionil yang menyatakan bahwa modal kerja adalah dana yang digunakan selama periode akuntansi untuk menghasilkan current income.
2.1.7 Komponen modal kerja Menurut Sabardi (1995:174) ada dua konsep utama tentang modal kerja, yaitu modal kerja netto dan modal kerja bruto. Modal kerja netto adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar, sedangkan modal kerja bruto adalah semua pos aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Unsur – unsur yang termasuk dalam modal kerja adalah sebagai berikut. 1)
Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas karena kas merupakan elemen dari modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya dan dapat dipergunakan untuk menguasai atau memiliki barang atau jasa yang diinginkan. Jumlah kas di dalam perusahaan sebaiknya jangan terlalu besar karena akan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitasnya.
2)
Piutang Kebanyakan perusahaan menjual produksinya dengan cara kredit, sehingga nantinya akan menimbulkan piutang. Piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja.
28
3)
Persediaan Persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar yang secara terus menerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan.
2.1.8 Manfaat modal kerja Modal kerja merupakan salah satu hal penting bagi setiap perusahaan agar bisa beroperasi secara terus – menerus tanpa kesulitan keuangan dan dapat mengatasi keadaan darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan tersebut. Menurut Riyanto (2001:87), manfaat modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut. 1) Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar 2) Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. 3) Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat menarik keuntungan berupa potongan harga. 4) Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang cukup untuk melayani permintaan konsumen. 5) Memungkinkan
perusahaan
untuk
memberikan
syarat
kredit
yang
menguntungkan bagi para pelanggan. 6) Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih baik karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan persediaan yang di perlukan.
29
7) Memungkinkan perusahaan untuk dapat bertahan dalam periode resesi atau depresi.
2.1.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja Menurut Sartono (1998;386), besar kecilnya modal kerja dipengaruhi faktor sebagai berikut. 1) Produk yang dibuat, umumnya produk konsumsi memerlukan modal kerja yang lebih kecil karena biaya penyimpanannya lebih rendah. 2) Jangka waktu siklus operasi dari mulai bahan baku hingga siap dijual. 3) Tingkat penjualan, semakin tinggi tingkat penjualan maka kebutuhan investasi pada persediaan akan semakin besar. 4) Kebijakan persediaan yang didasarkan pada tingkat penjualan. 5) Kebijakan penjualan kredit yang menyangkut tambahan biaya dengan tambahan laba pada berbagai kebijakan kredit. 6) Seberapa
jauh
efisiensi
manajemen
aktiva
lancar,
semakin
efisien
manajemennya semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.
2.1.10 Efektivitas penggunaan modal kerja Penggunaan modal kerja yang efektif akan memungkinkan perusahaan menjalankan kegiatan secara normal. Menurut Handoko (2003;7), efektifitas merupakan suatu kemampuan untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektifitas penggunaan modal kerja dapat dilihat bagaimana modal kerja perusahaan berputar dari kas menjadi persediaan lalu menjadi piutang dan pada
30
akhirnya menjadi kas kembali dalam satu periode tertentu atau sering disebut perputaran modal kerja. Perputaran kas mengukur seberapa cepat kas yang dimiliki perusahaan berputar dalam satu periode tertentu. Menurut Wild et al. (2005 : 42) Perputaran kas dapat dirimuskan sebagai berikut.
Perputaran kas =
............................................................... (3)
Perputaran persediaan mengukur sebarapa lama rata-rata barang berada di gudang. Menurut Wild et al. (2005 : 42) Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Perputaran persediaan =
........................................... (4)
Perputaran piutang dipengaruhi oleh periode pembayaran peminjaman kredit. Menurut Wild et al (2005 : 42) Perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Perputaran piutang =
...................................................... (5)
Efektivitas modal kerja dapat diketahui dengan menggunakan analisis rasio historis. Analisis ini digunakan untuk mencari tingkat efektivitas dari masing-masing rasio efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini. Standar rasio historis merupakan rasio yang membandingkan tahun sekarang dengan tahun sebelumnya. Langkah–langkah analisis rasio historis adalah :
31
(1) Mencari nilai rata–rata. Nilai rata–rata dapat dicari dengan rumus : ..........................................................................................(6) (2) Mencari standar deviasi, dengan menggunakan rumus :
...............................................................................(7) Dimana : S = Standar Deviasi = Rata – rata Rasio Xi = Rasio Tiap Tahun n = Jumlah Data Hasil perhitungan tersebut kemudian memberikan penilaian terhadap hasil analisis yaitu : Efektif
: bila rasio berada diatas standar rasio historis (
Cukup Efektif
: bila rasio berada pada standar rasio historis ( + S dan (
Kurang Efektif : bila rasio berada dibawah standar rasio historis (
+ S) – S)
– S)
2.1.11 Hubungan struktur modal dengan profitabilitas Struktur modal merupakan salah satu keputusan penting dari manajer keuangan dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai penggunaan modal asing secara teori dapat dikatakan bahwa penggunaan modal asing yang lebih besar akan meningkatkan rentabilitas modal sendiri sehingga perusahaan
32
yang menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh kenaikan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai modal asing yang lebih kecil. Menurut Sartono (2000:319) tujuan penentuan struktur modal adalah untuk memaksimumkan laba setelah pajak yang tersedia bagi pemilik modal. Besar kecilnya rasio hutang-modal sendiri mempengaruhi arus perubahan laba bersih yang akan diperoleh perusahaan. Setiap perusahaan harus melakukan penetapan struktur modalnya secara tepat, karena dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas atas modal yang digunakan. Perusahaan perlu menetapkan suatu target mengenai besarnya perimbangan hutang jangka panjang dengan modal sendiri atau target debt to equity ratio. Struktur modal yang optimal akan menyebabkan perusahaan mampu meminimalisasi biaya kebangkrutan dan mengurangi pajak
yang akan
meningkatkan laba perusahaan dan meminimalisasi biaya rata-rata modal tertimbang yang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
2.1.12 Hubungan efektivitas modal kerja dengan profitabilitas Suatu perusahaan menentukan harus menentukan kebutuhan modal kerja yang optimal untuk membiayai kegiatan operasi perusahaannya dan melakukan investasi aktiva tetap dengan menggunakan metode depresiasi yang tepat, dimana modal kerja harus digunakan secara efektif, artinya semakin cepat perputaran modal kerja maka semakin efektif penggunaan modal kerja dan tentunya investasi modal kerja akan semakin kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan akan ikut meningkat.
33
2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya 1) Abor (2005), dengan judul “ The effect of capital structure on profitability :an empirical analysis of listed firms in Ghana”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
hubungan
antara
struktur
modal
dan
profitabilitas
pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Ghana Stock Exchange (GSE) selama lima tahun. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 22 perusahaan yang terdaftar di Ghana Stock Exchange (GSE). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Short term debt to total asset berpengaruh secara positif signifikan terhadap ROE. Hal ini mengindikasikan bahwa hutang jangka pendek biasanya tidak terlalu mahal, oleh karena itu peningkatan pada hutang jangka pendek dengan bunga rendah akan merujuk pada penigkatan profitabilitas. Long term debt to total asset sebaliknya berpengaruh secara negatif signifikan terhadap ROE. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan pada hutang jangka panjang dihubungkan dengan penurunan pada profitabilitas. Penelitian ini juga menunjukkan Debt to Equity berpengaruh secara positif signifikan terhadap ROE yang mengindikasikan peningkatan pada penggunaan hutang akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Abor (2005) ini memiliki persamaan dengan penelitian saat ini yaitu penelitian tersebut meneliti pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas. Proksi yang digunakan pun sama, yaitu Debt to Equity Ratio sebagai proksi struktur modal dan Return on Equity sebagai proksi profitabilitas. Perbedaaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
34
penelitian Abor (2005) meneliti perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Ghana Stock Exchange, sedangkan penelitian ini akan meneliti The Oberoi Bali secara khusus. 2) Chen et al. (2009), dengan judul “Influence of capital structure and operational risk on profitability of life insurance industry in Taiwan” . Penelitian ini bertujuan melakukan pembuktian pengaruh stuktur modal dan risiko operasional terhadap profitabilitas pada industri asuransi
jiwa di
Taiwan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan asuransi jiwa dengan menganalisis data dari tahun 1993 sampai tahun 2003. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), yang meliputi analisis faktor dan analisis jalur. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini mengindikasikan perusahaan akan memiliki profitabilitas lebih tinggi jika rasio hutang meningkat. Hasil lain dari penelitian Chen et al adalah struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko operasional . Hal ini menunjukkan bahwa semakin semakin konservatif strategi operasional, maka akan mengurangi risiko operasional. Hasil lain adalah risiko operasional berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Perbedaan yang mendasar dari penelitian ini adalah jenis industri yang diteliti. Perbedaan jenis industri ini tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan struktur modal menurut Mogdiliani dan Miller, sehingga penelitian ini dapat dijadikan penelitian acuan.
35
3) Raheman dan Nasr (2007), dengan judul “ Working Capital Management and Profitability-Case Of Pakistani Firms”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan-perusahaan Pakistan yang terdaftar pada Karachi Stock Exchange. Sampel yang digunakan adalah 94 perusahaan-perusahan Pakistan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange selama periode 6 tahun dari tahun 1994 sampai tahun 2004. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi. Temuan penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara profitabilitas dan rata-rata periode pengumpulan, perputaran persediaan, periode rata-rata pembayaran dan aliran konversi kas. Hal ini menyarankan manajer dapat memberikan nilai bagi para shareholder dengan mengurangi jumlah hari piutang dan persediaan hingga minimum. 4) Sarmi Wulanita (2007), dengan judul “ Analisis Efektivitas Penggunaan Modal Kerja dan Pengaruhnya terhadap Pofitabilitas Pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa efek Jakarta Periode 2002-2004” menggunakan analisis regresi berganda menemukan bahwa tingkat perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara parsial keempat variable bebas tersebut juga berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian ini dapat dijadikan acuan walaupun meneliti perusahaan food beverage, karena perusahaan food and beverage memiliki kebutuhan modal kerja yang tinggi seperti halnya perusahaan jasa.
36
5) Erawati (2008), dengan judul “ Pengaruh Efektivitas Pengunaan Modal Kerja terhadap profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian secara simultan pada taraf nyata (α) = 5 % menunjukkan bahwa peputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003 – 2005. Berdasarkan hasil pengolahan data secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel perputaran piutang dan perputaran persediaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan variabel perputaran kas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian Erawati ini adalah menggunakan variabel efektivitas modal kerja sebagai variabel bebas dan variabel profitabilitas sebagai variabel terikat. Perbedaan penelitian Erawati adalag hanya menggunakan variabel efektivitas modal kerja sebagai variabel bebas, sedangkan penelitian ini menggunakan struktur modal dan efektivitas modal kerja sebagai variabel bebas. Penelitian Erawati juga meneliti efektivitas modal kerja di Bursa Efek Jakarta periode 2003 – 2005, sedangkan penelitian ini meneliti efektivitas modal kerja pada The Oberoi Bali Periode 2003 – 3009.
37
2.3 Hipotesis Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1) Struktur modal dan efektivitas modal kerja secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada The Oberoi Bali Periode 2003–2009. 2) Struktur modal dan efektivitas modal kerja secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas pada The Oberoi Bali Periode 2003-2009.
38