BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teoritis
2.1.1 Profitabilitas Laporan keuangan memperlihatkan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran kualitatif. Melihat analisis laporan keuangan tingkat profitabilitas dapat diukur selama periode tertentu. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Menurut Sartono (2010:122), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Menurut Sartono (2010:123) ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan adalah sebagai berikut: Menurut Sartono (2001:122) dalam Swandewi (2011), ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
16
1) Gross Profit Margin Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut (Sartono, 2001:123). Gross Profit Margin
Penjualan - Harga Pokok Penjualan x100 % ................ (1) Penjualan
2) Net Profit Margin Net Profit Margin menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut (Sartono, 2001:123). Net Profit Margin
Laba Setelah Pajak x100 % ............................................ (2) Penjualan
3) Return on Asset Return on Assetmenunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen
17
dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Analisis Return on Asset (ROA) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh atau komprehensif. Analisis Return on Asset(ROA) ini sudah merupakan tehnik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return on Asset (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets). Formulasi dari Return on Assetadalah sebagai berikut (Sartono, 2001:123). ROA
Laba Setelah Pajak x100 % ............................................................... Total Aktiva
(3)
4) Return on Equity Return on Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari Return on Equity atau ROE adalah sebagai berikut (Sartono, 2001:124).
18
ROE
Laba Setelah Pajak x100 % ..................................................................... (4) Modal Sendiri
Adapun dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai proksi dari profitabilitas adalah Return on Asset (ROA, karena ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. Selain itu penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek rentabilitas/profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indikator Return on Assets (ROA). Maksud dan tujuan dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan perolehan laba yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada laporan laba rugi dengan pos-pos yang ada pada neraca bank. Dengan demikian melalui analisis profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektifitas bank selama periode tertentu. Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio ROA (Return on Assets) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Standar ROA Menurut PBI No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Standar Kriteria
1 2 >1,5% 1,25%-1,5% Perolehan Perolehan laba sangat laba tinggi tinggi
3 4 0,5%-1,25% 0%-0,5% Perolehan Perolehan laba cukup laba sangat tinggi rendah atau cenderung rugi
Sumber : Peraturan BI/No. 6/PBI/10/2004 Selanjutnya Bank Indonesia menetapkan standar ROA minimal 1,5% untuk penentuan kinerja keuangan bank. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia
19
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat.
2.1.2 Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Menurut Saunders (2006:576) dalam Rustariyuni (2011), Capital Adequacy Ratio adalah alat untuk mengukur rasio nilai buku bank yang diperoleh dari modal inti dibagi dengan nilai buku asset. Sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997, CAR (Capital Adequancy Ratio) merupakan penjumlahan modal inti dan modal pelengkap lalu dibagi dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Siamat, 2005:209)
20
CAR
Modal x100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ………………………….(5)
2.1.3 Non Performing Loan Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Kredit yang bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (2011), rasio ini dirumuskan sebagai berikut: NPL
Kredit dalam Kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet x100% Total Kredit …(6)
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL (Non Performing Loan) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
21
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Rasio NPL Rasio
Predikat
NPL ≤ 5%
Sehat
NPL > 5%
Tidak Sehat
Sumber: Bank Indonesia
2.1.4 Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/ 19 /PBI/2010 batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 78%-100%. Semakin tinggi rasio LDR, likuiditas menurun karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin banyak. Loan to Deposit Ratio merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar pinjaman yang diberikan didanai oleh dana pihak ketiga. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Siamat, 2005:215): LDR
Total Kredit x100 % ……………………………………………(7) Dana Pihak Ketiga
Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) sedangkan dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank).
22
2.1.5 Net Interest Margin Menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, Net Interest Margin diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif. Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan kredit yang diberikan Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan kinerja bank tersebut akan semakin baik (Almilia & Herdiningtyas, 2005). Net Interest Margin (NIM), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. NIM penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risiko terhadap suku bunga. Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank akan berubah. NIM juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga kredit yang diberikan.
23
Rasio NIM dapat dirumuskan sebagai berikut (Almilia & Herdiningtyas, 2005): NIM
Pendapatan Bunga Bersih x100 % Rata - rata Aktiva produktif …………………………………….(8)
2.1.6 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset Rasio permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kesehatan bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Mahsyud Ali (2004) dengan meningkatnya modal sendiri maka kesehatan bank yang terkait dengan rasio permodalan (CAR) semakin meningkat dan dengan modal yang besar maka kesempatan untuk memperoleh laba perusahaan juga semakin besar, sehingga akan meningkatkan profitabilitas bank tersebut.
2.1.7 Pengaruh Non Performing Loan terhadap Return On Asset Non Performing Loan merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Kredit merupakan bagian dari aktiva produktif yang dimiliki bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
24
memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit. Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Sehingga, semakin kecil jumlah kredit bermasalah (rasio NPL yang semakin kecil), semakin besar tingkat profitabilitas bank (rasio ROA yang semakin besar).
2.1.8 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Return On Asset Loan to Deposit Ratio merupakan ukuran likuiditas yang mengukur besarnya dana yang ditempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang dikumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin tinggi kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi LDR, maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat (Sudiyatno dan Suroso, 2010). Laba bank dapat diproksikan dengan Return On Asset). Semakin tinggi LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar, maka bank ROA akan semakin meningkat, sehingga LDR berpengaruh positif terhadap ROA.
25
2.1.9 Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return On Asset Berdasarkan ketentuan pada Peraturan BI No.5/2003, salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute, yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperolah pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, margin bunga bersih/NIM dikatankan tinggi atau memenuhi standar apabila berada pada rasio 1,5%-2% ke atas. Apabila rasio di bawah 1,5%, maka NIM bank tersebut rendah atau cenderung negatif. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Net Interest Margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin besar pula Return on Asset(ROA) perusahaan tersebut, yang berarti profitabilitas bank tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika Net Interest Margin (NIM)
26
semakin kecil, return on asset juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.
2.1.10
Bank
2.1.10.1 Pengertian bank Undang-undang No.10 Tahun 1998 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada mayarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kemudian, menurut Kasmir (2004 : 8) definisi bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasajasa bank lainnya. Menurut Taswan (1997) Bank merupakan lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana, serta berfungsi memperlancar lau lintas pembayaran dengan berpijak pada falsafah kepercayaan masyarakat. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan dalam usahanya meningkatkan taraf hidup orang banyak melalui kredit atau pinjaman yang diberikan dengan tujuan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat luas serta memperoleh keuntungan dari kepuasan masyarakat tersebut
27
2.1.10.2 Jenis-jenis bank Menurut UU No.10 Tahun 1998 jenis perbankan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi : 1) Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan
di
seluruh
wilayah
Indonesia,
bahkan
keluar
negeri
(Cabang).Bank umum sering disebut juga Bank Komersil. 2) Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, jasa-jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum. Menurut Kasmir (2004:19), disamping dapat dilihat dari segi fungsinya, bank juga dapat dilihat dari segi kepemilikan, dari segi status dan dari segi cara menentukan harga. Ditinjau dari segi kepemilikan jenis bank dapat dibedakan menjadi : 1) Bank milik Pemerintah
28
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan Bank Pemerintah Daerah (BPD) terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. 2) Bank milik Swasta Nasional Bank milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional, serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta sepenuhnya,begitu pula dengan keuntungan yang diperoleh merupakan keuntungan pihak swasta. 3) Bank milik Koperasi Bank milik Koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hokum koperasi. 4) Bank milik Asing Bank milik asing merupakan bank yang kepemilikannya sepenuhnya oleh pihak asing dan bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, milik swasta asing atau pemerintah asing. 5) Bank milik Campuran Bank milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Komposisi kepemilikan saham secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.
29
Ditinjau dari segi status yang berarti jenis ini melihat kemampuan suatu bank melayani masyarakat, terutama bank umum. Jenis bank yang dilihat dari segi status adalah : 1) Bank Devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 2) Bank Non Devisa Bank non devisa merupakan bank yang belum memiliki izin untuk melaksanakan transaksi ke luar negeri, melainkan hanya melakukan transaksi dalam batas-batas negara (dalam negeri). Dilihat dari segi cara menentukan harga, jenis bank dapat dibedakan menjadi : 1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Bank yang menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian juga harga untuk produk pinjamannya (kredit), ini juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan kenvensional menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah (Islam) Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
30
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga bank ini menggunakan prinsip bagi hasil, penyertaan modal, jual beli barang dengan memperoleh keuntungan, Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan atau dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain.
2.1.10.3 Sumber-sumber dana bank Menurut Kasmir (2004: 35) yang dimaksud dengan sumber- sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan
dimana kegiatan sehari-harinya
adalah bergerak di bidang
keuangan.Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebut bank memperoleh keuntungan. Sumber- sumber dana yang ada dapat diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas atau lembaga keuangan lainnya. Adapun jenis sumber- sumber dana bank tersebut adalah : 1) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri yang dimaksud adalah modal setoran dari pemegang sahamnya. Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari : (1) Setoran modal dari pemegang saham
31
(2) Cadangan- cadangan bank, yaitu cadangan- cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang. (3) Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu. 2) Sumber dana yang bersumber dari lembaga lainnya Merupakan sumber dana tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana yang telah disebutkan. Pencarian sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain diperoleh dari : (1) Kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia
kepada
bank-bank
yang
mengalami
kesulitan
likuiditasnya. Kredit likuiditasnya ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu. (2) Pinjaman antarbank (Call Money).Pinjaman ini biasanya diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi. (3) Pinjaman dari bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.
32
(4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan 3) Sumber dana yang bersumber dari masyarakat luas (Dana Pihak Ketiga) Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.Pencairan dana dari sumber dana ini paling dominan,akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber dana ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.Sumber dana yang juga disebut sumber dana dari pihak ketiga ini di samping mudah untuk mencarinya juga tersedia banyak dimasyarakat, kemudian persyaratan untuk mencarinya juga tidak sulit. Adapun kegiatan penghimpunan dana ini dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu : (1) Simpanan Giro, merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah lebih rendah dari bunga simpanan lainnya. (2) Simpanan
Tabungan,
merupakan
simpanan
penarikannya sesuai dengan persyaratan
pada
bank
yang
yang ditetapkan oleh bank.
Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi, atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Dalam praktiknya bunga tabungan lebih besar dari jasa giro. Biaya dana yang berasal dari tabungan ini dapat digolongkan sebagai dana yang relatif
33
mahal, lebih tinggi dari jasa giro namun lebih rendah dari bunga deposito berjangka. (3) Simpanan Deposito, merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call. Di sisi bank, sumber dana deposito berjangka ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan sumber dana lainnya. Namun, keuntungannya bagi bank adalah penyediaan likuiditas untuk kebutuhan penarikan dana ini hampir dapat diprediksi secara akurat. Jenis simpanan dalam bentuk deposito berjangka lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat karena menawarkan tingkat bunga yang relatif tinggi dibanding giro atau jenis simpanan lainnya.
2.2. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya 1) Azam dan Siddiqui (2012), dengan judul “Domestic and Foreign Banks’ Profitability: Differences and Their Determinants”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis dan membandingkan profitabilitas dari bank nasional (umum dan swasta) dengan bank asing yang beroperasi pada industry perbankan di Pakistan antara tahun 2004 – 2010. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 Bank Komersial di Pakistan. Penelitian menggunkan rasio ROA sebagai variabel terikat untuk mengukur kinerja keuangan bank, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah CAR, LOAN, NIM, CIR, LIQ, ADV, INF dan GDP.
34
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank nasional dengan bank asing memiliki perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas. Secara empirik, bank asing mendapat pengaruh yang lebih sedikit dari perubahan kondisi makro ekonomi di negara tempatnya berada dibandingkan dengan bank nasional di negaranya sendiri dan mereka mempunyai margin profitabilitas yang lebih tinggi di negara Pakistan. Persamaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu
menggunakan rasio ROA sebagai variabel terikat dan NIM, CAR dan LOAN sebagai variabel bebas. Namun dalam penelitian ini terdapat penambahan rasio CAR dan LDR sebagai variabel bebas. 2) Gul, Irshad dan Zaman (2011), dengan judul “Factors Affecting Bank Profitability in Pakistan”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menguji hubungan antara bank-spesifik dan makro-ekonomi karakteristik profitabilitas bank dengan menggunakan data yang terdiri atas lima belas bank komersial Pakistan selama periode 2005-2009. Penelitian tersebut menggunakan metode (POLS) metode untuk menyelidiki dampak dari aset, pinjaman, ekuitas, deposito, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan pasar kapitalisasi besar yaitu profitabilitas indikator, pengembalian aset (ROA), pengembalian ekuitas (ROE), return on capital employed (ROCE) dan Net Interest Margin (NIM) secara terpisah. Hasil penelitian menunjukkan bukti kuat bahwa faktor internal dan eksternal memiliki pengaruh yang kuat pada profitabilitas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunkaan rasio pengembalian asset (ROA) dan NIM
35
untuk mengukur profitabilitas bank. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear berganda sedangkan pada penelitian sebelumnya menggukan metode POLS. 3) Khrawish (2011), dengan judul “Determinants of Commercial Banks Performance: Evidence from Jordan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank komersial di Yordania selama periode 2000-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara ROA dan ukuran Bank (LOG TA), Jumlah kewajiban / Total Aset (TL / TA), Total Ekuitas / Total Aktiva (TE / TA), Net Interest Margin (NIM) dan Nilai Tukar (ERS) dari bank umum dan ada hubungan yang signifikan dan negatif antara ROA dan Pertumbuhan Tahunan Rate untuk produk domestik bruto (GDPGR), dan Tingkat Inflasi (INF) dari komersial bank. Juga studi ini menemukan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara ROE dan ukuran Bank (LOG TA), Jumlah kewajiban / Total Aset (TL / TA), Net Interest Margin (NIM), Kurs (ERS) dan Pinjaman / Jumlah aktiva (L / TA), dan ada signifikan dan negatif hubungan antara ROE dan Laju Pertumbuhan Tahunan untuk Gross Domestic Product (GDPGR), dan Tingkat Inflasi (INF) dari bank umum. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan rasio ROA dan NIM untuk mengukur kinerja keuangan bank di Yordania. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah teknik analisis yang digunakan adalah
36
analisis regresi linear berganda sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan teknik Pooled Ordinary Least Square (POLS). 4) Nurhafita dan Tintri (2010), dengan judul “Effect of The Quality of Earnings Ratio CAMEL (Case Study of Registered Commercial Banks in Indonesia
Stock
menggunakan
Exchange)”.
rasio
CAMEL
Objek dan
penelitian
kualitas
laba.
tersebut
adalah
Penelitian
ini
menggunakan teknik analisis koefisien regresi berganda dengan hasil bahwa CAR, BOPO, ROA, NPL dan LDR secara serempak berpengaruh terhadap kualitas laba industry perbankan, sedangkan secara parsial hanya rasio ROA yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba industry perbankan di Indonesia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama menggunakan variabel independen yang terdiri dari CAR, NPL, LDR. Namun penelitian sebelumnya menambah dua variabel lagi yaitu ROA dan BOPO. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen berupa kualitas laba (pertumbuhan laba) dan lokasi penelitian di lakukan pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 5) Sudiyatno dan Suroso (2010), dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Periode 20052008)”.
Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji beberapa faktor
seperti dana pihak ketiga, BOPO, CAR, dan LDR terhadap kinerja keuangan yang diproksi dengan ROA, dengan menggunakan teknik
37
analisis regresi linier berganda. Persamaan penelitian yang dilakukan Sudiyatno dan Suroso dengan penelitian ini yaitu menggunakan ROA sebagai variabel dependen dan yang dijadikan variabel independen CAR dan LDR. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Namun, terdapat perbedaan antara penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini menggunakan tambahan rasio NPL dan NIM sebagai variabel
independen
sedangkan
penelitian
Suyatno
dan
Suroso
menggunakan tambahan rasio BOPO dan dana pihak ketiga sebagai variabel independen. Selain itu lokasi penelitian Suyatno dan Suroso berbeda, yaitu dilakukan pada sektor perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (periode 2005-2008). Hasil penelitian yang Suyatno dan Suroso menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga, dan CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA. Sementara itu, BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank ROA. 6) Sufian dan Habibullah (2010), dengan judul “Assessing the Impact of Financial Crisis on Bank Performance Empirical Evidence from Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor penentu profitabilitas bank di Indonesia selama periode 1999-2005. Temuan empiris menunjukkan bahwa diversifikasi pendapatan dan kapitalisasi berhubungan positif terhadap profitabilitas bank, sedangkan ukuran dan biaya overhead berdampak negatif. Pertumbuhan ekonomi dan konsentrasi sektor perbankan positif selama krisis awal dan krisis periode.
38
Penelitian tersebut menemukan bahwa krisis keuangan Asia memberikan dampak negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank di Indonesia, sementara bank – bank di Indonesia relatif lebih menguntungkan selama krisis dibandingkan sebelum krisis dan periode pasca-krisis. Penelitian tersebut meneliti kasus mengenai profitabilitas pada bank di Indonesia pasca krisis ekonomi. Sehingga dapat menambah referensi pada penelitian saat ini. 7) Ziyad (2010), dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Sebelum dan Sesudah Terbitnya Fattwa Haramnya Bunga Perbankan Oleh MUI”. Teknik analisis dalam penelitian tersebut adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan menggunakan alat analisis rasio keuangan perbankan dalam menjelaskan perbedaan kinerja keuangan bank Muamalat sebelum dan sesudah terbitnya fatwa haram MUI tentang bunga bank. Hasil penelitian menunjukkan NIM mengalami penurunan walaupun masi dalam kategori sehat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan variabel CAR, ROA dan NIM dalam penelitian. Namun dalam penelitian sebelumnya terdapat penambahan variabel yaitu ROE dan FDR sedangkan Penelitian ini menambah variabel LDR dan NPL. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunkan teknik analisis regresi linear berganda, selain itu lokasi penelitian ini dilakukan pada Bank BUMN di Indonesia. 8) Almilia, Shonhadji dan Anggraini (2009), dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio pada Bank Umum
39
Swasta Nasional Non Devisa Periode 1995-2005”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji konsistensi model prediksi kinerja keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Periode 1995-2005. Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang diproksikan melalui Finansial Sustainbility Ratio (FSR). Penelitian Almilia, Shonhadji dan Anggraini memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu mengukur kinerja keuangan Bank dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Penelitian ini juga menggunakan rasio CAR, NPL dan LDR sebagai variabel independen. Namun, pada penelitian ini menambahkan rasio NIM sebagai variabel independen sedangkan penelitian sebelumnya menambahkan rasio BOPO dan ROA sebagai variabel independen. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan Financial Sustainability Rasio (FSR) sebagai variabel dependen. Begitu pula dengan lokasi penelitian yaitu dilakukan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa selama periode 1995-2005. Hal ini berbeda dengan penelitian ini yang menggunkan ROA sebagai variabel dependen dan lokasi penelitian pada Bank BUMN selama periode 2006-2010. 9) Atikogulari (2009), dengan judul “An Analysis of the Northern Cyprus Banking Sector in the Post – 2001 Period Through the CAMELS Approach”. Penelitia tersebut bertujuan untuk menganalisis kinerja sektor perbankan di Republik Turki Siprus Utara (TRNC) pada periode pasca tahun 2001, untuk menilai kinerja sektor perbankan tersebut setelah
40
perbankan TRNC krisis tahun 2000-2001 melalui pendekatan CAMELS. Penelitian ini menggunakan Rasio CAMEL sebagai alat ukur kinerja keuangan yang meliputi Capital Adequacy, Loan to The Total Assets, Management Quality, Return on Assets, Net-Interest Income, Liquidity Assets dan Assets Size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen profitabilitas dan kualitas manajemen bank telah meningkat di sektor perbankan TRNC sejak krisis, sedangkan tingkat kecukupan modal, kualitas asset dan likuiditas telah memburuk yang telah meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan di sektor perbankan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy) dan rasio rentabilitas (Return on Asset) untuk mengukur kinerja sektor perbankan. 10) Noviari (2009), dengan judul “Investigasi Typical Deficiencies Penyebab Non Performing Loan BPR “X” di Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif (dalan kerangka audit Manajemen) dimana Typical Deficiencies yang menyebabkan NPL tinggi adalah lingkungan ekonomi dan industry yang tidak kondusif, technical incompetency para pengelola kredit, lack of supervision, lack of information di dalam pengambilan keputusan kredit sehingga analisa kredit menjadi tidak obyektif, pengelolaan risiko kredit yang salah, self dealing (kolusi) antara debitur dan pejabat kredit dan adanya complacency dari staff kredit. Rekomendasi solusinya adalah: pengembangan program pendampingan pada nasabah yang bermasalah pada bisnisnya, peningkatan
41
technical competency pengelolaan kredit, perbaikan perencanaan dan supervise kredit, pengembangan system informasi yang lebih memadai, perbaikan alokasi/diversifikasi kredit, seleksi pemberian kredit dan penerapan kolektibilitas kredit. Penelitian ini dijadikan acuan karena sama-sama meneliti tentang Non Performing Loan pada bank. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan Non Performing Loan pada bank sebagai variabel penelitian. Namun dalam penelitian sebelumnya hanya meneliti khusus mengenai penyebab Non Performing Loan (NPL) pada BPR di Kabupaten, Badung Propinsi Bali. Sehingga dapat menambah referensi pada penelitian saat ini. 11) Sarwoko (2009), dengan judul “Analisis Kinerja Bank Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa di Indonesia”. Variabel yang dianalisis dalam penelitian tersebut adalah rasio permodalan (CAR), kualitas aktiva (NPL), rentabilitas (ROA,
BOPO, NIM) dan
likuiditas (LDR)
dengan
menggunakan uji statistik non-parametik yaitu Mann- Whitney U, digunakan untuk menguji perbedaan kinerja bank devisa dan non devisa. Persamaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
adalah
menggunakan rasio permodalan (CAR), kualitas aktiva (NPL), rentabilitas (ROA,NIM) dan likuiditas
(LDR) untuk mengukur kinerja bank.
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan teknik analisis linear berganda, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan uji statistic non-parametik yaitu Mann- Whitney
42
U. Selain itu lokasi penelitian sebelumnya dilakukan pada bank devisa dan bank non devisa di Indonesia. 12) Kosmidou (2008), dengan judul “The Determinants of Bank’s Profits in Greece During The Period of EU Financial Integration”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji faktor-faktor penentu kinerja bank Yunani selama periode integrasi keuangan Uni Eropa (1990-2002). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pooled dataset waktu tidak seimbang seri dari 23 bank. Penelitian ini menggunakan rasio pengembalian rata-rata asset (ROAA) sebagai untuk mengukur kinerja bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pengembalian atas ROAA terkait dengan jumlah modal dan biaya yang rendah unruk rasio pendapatan. Selain itu Pertumbuhan Domestik bruto memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap ROAA dan sedangkan inflasi memiliki dampak negatif signifikan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, menggunakan rasio pengembalian asset untuk mengukur kinerja bank. Namun, dalam penelitian sebelumnya menggunakan rasio rata-rata pengembalian asset. Perbedaan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data regresi linear berganda. 13) Putri dan Lukviarman (2008), dengan judul “Pengukuran Kinerja Bank Komersial dengan Pendekatan Efisiensi: Studi Terhadap Perbankan GoPublic di Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menilai tingkat efisiensi perbankan di Indonesia, khususnya berhubungan dengan
43
penilaian efisiensi perbankan yang telah Go Public, dengan menggunakan teknik analisis data non parametik yaitu Data Envelopment Analysis. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel efisiensi yang di ukur dengan menggunakan rasio keuangan antara lain: Rasio Efisiensi, Profit/Loss per Employee, Net Interest Margin, Rasio Perbedaan Pengembalian dari Interest Bearing Assets, Return On Asset, Return On Equity. Persamaan penelitian ini yaitu menggunakan variabel NIM dan ROA sebagai pengukur kinerja keuangan khususnya efisiensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan teknik analisis regeresi linear berganda. 14) Respati dan Yandono (2008), dengan judul “Tinjauan Tentang VariabelVariabel CAMEL Terhadap Laba Usaha pada Bank Umum Swasta Nasional”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis linear berganda dengan menggunakan 13 bank umum swasta nasional sebagai sampel penelitian. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan CAR, NPL, NIM dan LDR sebagai variabel independen. Namun penelitian ini menambah rasio keuangan lain yaitu ATM, ETA, PPAP, LEA, RORA, ROE, NPM, BOPO sebagai variabel independen. Untuk variabel dependen penelitian ini menggunakan Laba yang didefinisikan sebagai keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya yang relevan. Hasil metode regresi menghasilkan tujuh variabel pada CAMEL yaitu ROE, ETA, ROA, NPM, BOPO, NIM dan LDR berpengaruh signifikan
44
terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional. Selain itu penelitian ini juga menggunakan teknik analisis linear berganda. 15) Faisol (2007), dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Bank pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk“. Penelitian tersebut menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR), mengalami peningkatan persentase dari tahun 2004 ke tahun 2005. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang menetapkan titik rawan LDR sama dengan 110% atau lebih, maka LDR bank berada dalam tahap yang aman/berkinerja baik. Namun kemudian turun lagi pada tahun 2006. Maka dilihat dari standar yang digunakan para praktisi perbankan yang menetapkan titik aman LDR tidak lebih dari 80% dengan batas toleransi antara 80%-100%, maka LDR Bank Muamalat tampaknya masuk kedalam tahap aman dan cenderung kritis di tahun 2006. Pada perhitungan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) kinerja Solvabilitas BMI menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil CAR bank yang selalu memenuhi ketentuan minimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8%. Dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum bahwa kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia tahun 2004 sampai 2006 cenderung baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan rasio LDR, ROA , CAR untuk mengukur kinerja keuangan bank. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini menggunakan tenknik analisis
45
linear berganda, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif selain itu lokasi penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia. 16) Merkusiwati (2007), dengan judul “Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan”. Penelitian tersebut menggunakan alat statistik regresi yang meneliti 17 bank dengaan tahun dasar 1997-2001. Hasil penelitian menunjukkan
CAMEL pada tahun 1996-2000 berpengaruh signifikan
terhadap ROA tahun 1998-2001. CAMEL pada tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 1998. CAMEL pada tahun 1999 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2000. CAMEL pada tahun 2000 berpengaruh signifikan terhadap ROA tahun 2001. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan rasio ROA sebagai variabel dependen dan rasio CAMEL yaitu rasio CAR dan LDR sebagai variabel independen. Namun, terdapat penambahan rasio CAMEL lain yaitu RORA, NPM, BOPO, Call money terhadap aktiva lancar sebagai variabel independen. 17) Yuliani (2007), dengan judul “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan dan menjelaskan tingkat efisiensi operasional sehingga memberikan informasi hubungan terhadap profitabilitas perbankan di BEJ. Analisis yang dipergunakan adalah metode regresi time – series cross – section (pooled regression dengan menggunakan variabel penelitian ROA
46
sebagai variabel dependen dan variabel independen yang terdiri dari MSDN, CAR, BOPO, dan LDR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan rasio ROA sebagai variabel dependen dan rasio CAR dan LDR sebagai variabel independen. Namun, penelitian sebelumnya menambahkan rasio MSDN dan BOPO sedangkan penelitian ini menambahkan rasio NIM sebagai variabel
independen.
Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah teknik analisis yang digunakan yaitu analisis regesi linear berganda. Selain itu lokasi penelitian sebelumnya dilakukan pada sektor perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. 18) Hamdan dan Wijaya (2006), dengan judul “Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan BPR Syariah”.
Penelitian
tersebut
bertujuan
untuk
menganalisis
dan
membandingkan risiko keuangan Bank BPR Konvensional dan BPR Syariah. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan rasio CAR, LDR, ROA, NPL untuk mengukur kinerja keuangan bank. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda sedangkan penelitrian sebelumnya menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis deskriminan keuangan. Selain itu lokasi
47
penelitian sebelumnya dilakukan pada Bank BPR Konvensional dan Syariah, sedangkan lokasi penelitian ini pada Bank BUMN di Indonesia. 19) Almillia dan Herdiningtyas (2005), dengan judul “Analisis Ratio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002”. Penelitian tersebut bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistik berbeda untuk kondisi bank bankrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bankrut dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Selain itu penelitian tersebut juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kebangkrutan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan rasio CAR dan BOPO yang digunakan sebagai alat ukur kinerja bank, termasuk dalam hal kebankrutan bank. Sehingga penelitian tersebut dapat menambah referensi dalam penelitian ini. 20) Febriyani dan Zulfadin (2003), dengan judul “Analisis Kinerja Bank Devisa dan Non Bank Devisa di Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui perbandingan kinerja industry perbankan pada bank devisa dan non devisa yang didasarkan pada variabel Return on Equity dan Return on Asset. Hasil penelitian tersebut menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa,
48
sedangkan perbedaan nyata terlihat pada variabel Loan to Deposit Ratio. Persamaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu
menggunakan rasio rentabilitas (ROA) dan rasio likuiditas (LDR) sebagai alat ukur kinerja keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan uji statistic dengan sample t-test. 21) Surifah (2002), dengan judul “Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kinerja perbankan di Indonesia sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Berdasar pengujian-pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio Capital, Assets, Management dan Liquidity berbeda secara signifikan antara sebelum dan setelah krisis ekonomi dan kebanyakan rasio menunjukkan bahwa setelah krisis ekonomi justru lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Namun pada aspek Earning atau kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak berbeda secara signifikan, dan setelah krisis mengalami penurunan earning. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan rasio CAR, ROA sebagai alat ukur kinerja keuangan. Namun, dalam penelitian sebelumnya juga menggunakan beberapa tambahan capital rasio, rasio kualitas aktiva produktif, management, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas lainnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini menggunakan teknik analisis
49
regresi linear berganda, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan uji normalitas data. Uji rata-rata rasio CAMEL bank sebelum dan sesudah krisis ekonomi dengan menggunkan analisis no parametik seperti uji Rank Wilcoxon yang merupakan pengembangan dan penyederhanaan dari uji Mann – Whitney U dan juga dilengkapi dengan analisis parametik dengan t-test. 22) Kunt dan Huizinga (1998), dengan judul “Determinants of Commercial Bank Interest Margins and Profitability: Some International Evidence”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan margin bunga dan profitabilitas bank mencerminkan berbagai penentu: karakteristik bank, kondisi makroekonomi, eksplisit dan perpajakan bank, asuransi deposito peraturan, struktur keuangan secara keseluruhan, dan beberapa yang mendasari hukum dan indikator kelembagaan. Penelitian tersebut menemukan bahwa aset bank yang lebih besar terhadap PDB dan lebih rendah rasio konsentrasi pasar menyebabkan margin yang lebih rendah dan keuntungan. Bank asing memiliki margin yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank domestik di negara berkembang, sedangkan hal tersebut berlawanan di negara maju. Selain itu terdapat
bukti yang menunjukkan bahwa pajak perusahaan
dibebankan sepenuhnya kepada nasabah bank. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya dalam hal meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank. Namun, penelitian
50
sebelumnya juga mengkaji mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi margin labanya. 23) Zimmerman (1996), dengan judul “Factor Influencing Community Bank Performance in California”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur kinerja bank di California dengan menggunakan indikator rasio ROA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kondisi ekonomi terutama resesi yang terjadi di tiga wilayah utama di California menjadi peran yang amat penting dibandingkan dengan kualitas asset. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa walaupun semua bank menghadapi risiko yang terkait dengan penurunan ekonomi, risiko dapat memiliki dampak yang lebih dramatis pada bank yang lebih kecil memegang pinjaman portofolio yang umumnya kurang baik diversifikasi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan rasio rentabilitas/profitabilitas ROA untuk mengukur kinerja keuangan bank.
2.3
Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan
penelitian yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian-kajian teori yang relevan ataupun hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan konsep penelitian seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
51
Gambar 2.1 Konsep Penelitian
Capital Adequacy Ratio (X1)
Non Performing Loan (X2)
Return on Asset (Y)
Loan to Deposit Ratio (X3)
Net Intrest Margin (X4)
Berdasarkan pada konsep penelitian yang ditunjukkan pada gambar 2.1 maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1) Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin berpengaruh secara simultan terhadap Return on Asset pada Bank BUMN di Indonesia periode 2006-2010. 2) Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin berpengaruh secara parsial terhadap Return on Asset pada Bank BUMN di Indonesia periode 2006-2010.
52