29
4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis dan Administrasi Pulau Sebesi Pulau Sebesi merupakan salah satu pulau yang terletak di teluk Lampung berdekatan dengan Krakatau tepatnya pada posisi 05o055’37.43"-05o058’44.48" LS dan 105o027’30.50"-105o030’47.54" BT. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Batas wilayah Pulau Sebesi berbatasan dengan; sebelah Utara berbatasan Teluk Lampung dan Pulau Sebuku, Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Krakatau, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau kecil yang berada disekitar Pulau Sebesi yaitu Pulau Sebuku (1771 ha), Pulau Sebuku Lunik (18 ha), Pulau Rakata Kecil (287 ha), Pulau Rakata Tua (1343 ha), Pulau Sertung (1057 ha) dan Pulau Panjang (423 ha) (BPS Lampung Selatan 2009). Pulau Sebesi masuk kedalam wilayah administrasi Desa Tejang Pulau Sebesi Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan. Desa Tejang Pulau Sebesi terdiri dari empat dusun yaitu; Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada dan Dusun IV Segenom. Keadaan topografi Pulau Sebesi cukup beragam mulai dari datar hingga berbukit-bukit Luas wilayah Pulau Sebesi adalah 2620 ha dengan panjang pantai 19.55 km. Sebagian besar daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan 4.2 Pemanfaatan sumberdaya Perikanan 4.2.1 Kapal Motor/Perahu Armada transportasi laut, baik berupa kapal motor atau perahu merupakan hal yang paling penting bagi kegiatan nelayan di Pulau Sebesi. Jenis transportasi laut yang umumnya di gunakan adalah berupa kapal motor (Pompong) dan perahu bermesin dan tanpa mesin. Bagi nelayan penggunaan perahu bermotor lebih fokus di gunakan untuk sarana transportasi Ojek untuk keluar Pulau serta mencari ikan ke kawasan yang lebih jauh dari pantai, sedangkan perahu tanpa motor (sampan) di sekitar pantai.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
30
4.2.2 Jenis Alat Tangkap Jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan tidak terlalu bervariasi. yaitu berupa jaring dan pancing. Jenis alat tangkap yang dimiliki oleh hampir seluruh nelayan adalah pancing. Nelayan mengoperasikan alat tangkapnya menggunakan armada kapal motor dan umumnya nelayan menangkap ikan menggunakan perahu tanpa mesin karena nelayan hanya menangkap ikan dengan alat tangkap yang tradisional antara lain: a.
Jaring cumi, Kegiatan nyomek merupakan kegiatan menangkap cumi-cumi pada malam hari dengan bantuan cahaya lampu petromak dan menggunakan alat tangkap jaring. Biasanya cumi-cumi akan berkumpul jika ada cahaya terang. Sambil menunggu malam nelayan juga memancing ikan untuk mendapatkan hasil tambahan.
b.
Alat tangkap pancing yang digunakan sepanjang tahun. Musim memancing nelayan umumnya adalah pada musim timur dan barat dengan target penangkapan pada musim ini adalah dari family Cephalopolis, Lutjanidae, carangidae. Nelayan biasanya memancing di sekitar zona pemanfaatan daerah perlindungan laut Pulau Sebesi.
c.
Bubu Bubu merupakan alat tangkap berupa perangkap yang terbuat dari kawat anyaman dengan desain dan ukuran tertentu. Bubu biasanya di pasang di sisisisi karang, jenis ikan yang tertangkap antara lain Cephalopolis dan ikan karang lainnya.
4.3 Iklim dan Musim Penangkapan Kondisi iklim suatu wialayah ditentukan antara lain oleh temperatur udara, curah hujan dan intensitas penyainaran. Pulau Sebesi temperatur rata-rata sebesar 20 oC-28,5 oC. Jumlah hujan rata-rata diperkirakan 230 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan diperkirakan sebanyak 11 kali. Musim penangkapan ikan oleh masyarakat sangat bergantung pada musim angin. Terdapat empat musim utama yaitu Musim Utara, Timur, Selatan dan Barat. Setiap musim mempunyai karakteristik tersendiri yang menentukan intensitas nelayan dalam melaut. Musim utara merupakan musim dengan angin bertiup kencang, hujan serta gelombang yang besar. Biasanya nelayan tidak dapat
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
31
mencari ikan jauh ketengah laut. Nelayan Pulau Sebesi pada musim ini umumnya menagkap ikan pada area yang terlindung. Musim timur merupakan musim kemarau yang panas dan kondisi angin tenang dan laut tidak bergelombang. Pada musim ini umumnya nelayan menagkap ikan menggunakan pancing untuk menangkap ikan karang. Pada musim ini umumnya hasil tangkapan nelayan melimpah. Musim Selatan ditandai dengan kondisi angin kencang namun tidak sekencang Musim Utara, laut terus bergelombang pada musim ini, sehingga nelayan sulit menangkap ikan karena laut terus bergelombang kuat. Alat tangkap yang di gunakan pada musim ini adalah jaring yang dioperasikan disekitar pulau. Musim ini sering dikatakan sebagai musim penceklik oleh nelayan setempat. Pada musim ini hasil tangkapan nelayan kurang bagus. Kegiatan yang paling banyak dilakukan pada musim ini adalah memancing ikan dimalam hari. Musim barat merupakan musim yang cukup tenang, tetapi pada waktu tertentu hujan badai biasa datang tiba-tiba namun setelah itu laut akan tenang kembali. Pada musim ini nelayan kembali memancing di sekitar karang, menyomek pada malam hari. 4.4 Penduduk Penduduk Pulau Sebesi merupakan penduduk pendatang yang bekerja sebagai buruh di kebun kelapa yang dimiliki tuan tanah. Penduduk pendatang ini mulai ada di Pulau Sebesi sejak tahun 1913. Jumlah penduduk penduduk Pulau Sebesi sebanyak 3229 jiwa dengan 1069 kepala keluarga. Jenis suku yang ada di Pulau Sebesi yaitu Jawa (Jawa Tengah dan Banten), Lampung, Sunda, Batak, Betawi, Padang, Palembang dan Bima. Budaya yang digunakan di Pulau Sebesi ini adalah budaya Jawa Serang (Banten) dan Lampung. Tingkat pendidikan penduduk di Pulau Sebesi tergolong rendah, dimana persentase penduduk yang belum sekolah sebesar 3.19% (103 jiwa), persentase berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 73.12% (2361 jiwa), pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebesar 1.36% (44 jiwa) dan penduduk yang berpendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 0.28% (9 jiwa). Komposisi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau Sebesi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
32
Tabel 1 Komposisi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau Sebesi Tahun 2010 No` 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan Belum Sekolah TK SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi TOTAL Sumber: Data Kepala Desa Tejang
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
103 52 2361 660 44 9 3229
3.19 1.61 73.12 20.44 1.36 0.28 100.00
Pada umumnya mata pencarian penduduk Pulau Sebesi lebih banyak sebagai petani dan selebihnya adalah nelayan, dagang dan pegawai negeri. Ada dua macam petani di Pulau ini yaitu petani pemilik kebun/ladang dan buruh tani. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani yang ada di Pulau Sebesi menggunakan sistem paruan (bagi hasil) dengan putra tuan tanah atau pemilik kebun/ladang, selain itu ada buruh tani yang berkerja membuat gula dan minyak kelapa. Persentase penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan 16.18% (173 jiwa), bermata pencaharian sebagai petani sebesar 80.26% (858 jiwa), sebagai dagang sebesar 3.09% (33 jiwa) dan penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sebesar 0.47% (9 jiwa). Komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Sebesi tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 2 Komposisi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Pulau Sebesi Tahun 2010 No 1 2 3 4
Mata pencaharian Jumlah kk (jiwa) Nelayan 173 Tani 858 Dagang 33 Pegawai Negeri 5 TOTAL 1069 Sumber: Data Kepala Desa Tejang
Persentase (%) 16.18 80.26 3.09 0.47 100.00
4.5 Sarana dan Prasarana a. Sarana Peribadatan Sarana dan prasarana penunjang dalam kehidupan masyarakat yang terdapat di Pulau Sebesi salah satunya adalah sarana dan prasarana ibadah yaitu satu Masjid di setiap Dusun.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
33
b. Sarana Perhubungan Sarana perhubungan terdapat tiga fasilitas dermaga yang menghubungkan dusun-dusun desa dengan daerah luar. Ketiga dermaga terletak di Dusun Inpres, Segenom, dan Regahan Lada. Dermaga di Dusun Segenom tidak berfungsi lagi karena kondisi perairannya sudah dangkal (lihat pada Gambar 4). Setiap dusun dihubungkan oleh jalan kecil dengan lebar kurang dari 1 meter. Kondisi jalan yang menghubungkan antar dusun adalah jalan tanah yang sangat buruk. Fasilitas perhubungan utama antar dusun adalah ojek sepeda motor dengan biaya dua ribu rupiah sekali jalan. Ojek hanya memberi pelayanan di siang hari, sebab pada malam hari jalan sangat gelap dan beresiko terjadi kecelakaan karena sempitnya jalan ban berkelok-kelok.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 1 (a) Pelabuhan Canti, (b) Dermaga Desa Tejang, (c) Dermaga Dusun Regahan Lada) dan (d) Dermaga Dusun Segenom c. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Tejang Pulau Sebesi adalah Puskesmas Pembantu (PUSTU) lihat Gambar 5a. Posyandu dengan nama Posyandu Teratai Bahari II (Gambar 5b). Seorang mantri kesehatan, seorang
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
34
bidan dan satu orang perawat setiap hari bertugas di PUSTU dan tinggal di perumahan PUSTU yang berada di sebelahnya. Di Dusun Regahan Lada dan Segenom terdapat fasilitas MCK yang dipergunakan oleh masyarakat yang ada di dusun tersebut. Sekarang di Dusun Segenom kondisi fasilitas MCK tidak berfungsi lagi karena sudah rusak, sehingga penduduk Dusun Segenom masih ada yang buang air besar di pantai.
(a) (b) Gambar 2 (a ) Puskesmas Pembantu, (b) ) Posyandu Pulau Sebesi d. Sarana Penerangan Fasilitas penerangan yang ada di Pulau Sebesi adalah listrik yang dikelola oleh PLN dengan generator diesel (lihat Gambar 6). Listrik menyala dari jam 18.00 WIB sampai dengan jam 24.00 WIB. Namun listrik ini hanya dapat dinikmati oleh penduduk di Dusun Inpres dan Bangunan serta Regahan lada.
Gambar 6 PLN Pulau Sebesi
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
35
e. Sarana Pendidikan Fasilitas pendidikan terdiri dari PAUD Swadhipa Bahari, TK Swadhipa, Sekolah Dasar, SMP Swadhipa dan SMA Kelautan Swadipa (lihat Gambar 6). Pendidikan di Pulau Sebesi masih kekurangan sarana dan prasarana pendidikan. Terutama masalah kurangnya bangunan sekolah, guru yang masih sedikit dan tidak adanya perpustakaan di sekolah-sekolah. SMP Swadhipa dan SMA Kelautan Swadipa aktivitas pendidikan berlangsung dalam bangunan yang sama. Bangunan sekolah ini, pagi hari digunakan oleh SMP Swadhipa dan sore hari digunakan oleh SMA Kelautan Swadhipa. Perpustakaan di Pulau Sebesi hanya ada di rumah baca penduduk Pulau Sebesi. Itupun koleksi buku-buku yang ada hanya sedikit.
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 7 (a) TK Pulau Sebesi, (b) Sekolah Dasar (SD), (c) SLTP dan SMK Kelautan, (d) TPK II Paud di Regan Lada f. Organisasi masyarakat Organisasi masyarakat yang ada di Pulau Sebesi terdiri dari organisasi formal dan non formal. Organisasi formal yang ada di Pulau Sebesi yaitu Karang Taruna, Rukun Nelayan Mina Bahari, Koperasi Tani dan Nelayan (KOPTANAL) sedangkan organisasi non formal yaitu Sikam Salaman, Sikam Muahi dan Risma.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
36
Karang Taruna merupakan organisasi pemuda yang ada di Desa Inpres Pulau Sebesi. Sekarang kegiatan Karang Taruna Pulau Sebesi lebih banyak bergerak di bidang olah raga. Organisasi pemuda di Pulau Sebesi yang bersifat non formal adalah Risma yang merupakan perkumpulan pemuda yang berbasis masjid. Risma melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hari-hari besar umat islam. Rukun Nelayan Mina Bahari Pulau Sebesi merupakan organisasi nelayan yang ada di Pulau Sebesi. Organisasi nelayan merupakan bagian dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) dengan tujuan untuk menampung aspirasi anggota-anggotanya. Organisasi masyarakat yang mendukung kegiatan nelayan adalah KOPTALANA, namun saat ini KOPTANALA belum berjalan aktif. Organisasi masyarakat Pulau Sebesi yang berikutnya adalah Sikam Salamban dan Sikam Muahi adalah organisasi sosial yang beranggotakan beberapa keluarga guna menghimpun dana untuk digunakan oleh anggota keluarga yang tertimpa musibah, seperti sakit dan meninggal dunia. Dana yang terkumpul tersebut juga digunakan untuk keperluan hajatan keluarga dari anggotaanggota Sikam Salamban dan Sikam Muahi. Karang taruna juga merupakan salah satu bentuk organisasi masyarakat yang aktif dalam bidang olah raga. 4.6 Kedaan Umum DPL Pulau Sebesi Daerah Perlindungan Laut (DPL) merupakan kawasan laut yang ditetapkan dan diatur sebagai daerah “larang ambil”, secara permanen tertutup bagi berbagai aktivitas pemanfaatan yang bersifat ekstraktif/ pengambilan. DPL yang berbasis masyarakat adalah DPL yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan dukungan pemerintah daerah selama proses perencanaan dan pelaksanaan operasional pengelolaan. Pengembangan model DPL di Pulau Sebesi merupakan salah satu implementasi pengelolaan pesisir
secara terpadu yang merupakan
program percontohan yang dilaksanakan di Teluk Lampung. Berdasarkan Profil Sumberdaya pulau sebesi Saat ini habitat Mangrove di Pulau Sebesi hanya ada di satu lokasi yaitu antara Dusun Regahan Lada dengan luas sekitar 1 ha. Secara umum hampir seluruh Pulau Sebesi dikelilingi oleh terumbu karang. Terumbu karang dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter dari permukaan air laut. Luas daerah terumbu karang di Pulau Sebesi dan Pulau Umang adalah 58.98 ha. Tutupan karang hidup seluas 31.64 ha, sedang sisanya 27.34 ha berupa karang mati (seperti pecahan karang/ rubbles). Tutupan karang hidup di Pulau Sebesi dapat ditemukan sampai 90%.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/
37
Pengembangan model Daerah Perlindungan Laut merupakan salah satu pelaksanaan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Lampung seperti yang ditunjukkan dalam dokumen Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung (Pemda Lampung 2000). Pengembangan model Daerah Perlindungan Laut ini dilakukan untuk memberikan contoh tentang penanganan kerusakan habitat wilayah pesisir, terutama terumbu karang. Pemilihan lokasi dan penentuan zonasi DPL terlebih dahulu dilakukan monitoring terumbu karang, kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari masyarakat dan pemerintahan desa. Hasil survei disosialisasikan di masing-masing wilayah kemudian menentukan lokasi DPL. Setiap dusun memiliki satu DPL untuk dijaga oleh masyarakatnya dan keputusan lokasi dirapatkan di setiap dusun. Zonasi yang ada pada DPL merupakan suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu-kesatuan ekosisitem. Kawasan DPL Pulau Sebesi terdiri dari tiga zona diantaranya: i) Zona inti, ii) zona penyangga dan zona pemanfaatan. Zona ini dibangun oleh masyarakat dampingan proyek pesisir PKSPL IPB, Setiap kawasan terdiri dari zona inti, zona penyangga dan zona pemanfaatan. a. Zona inti meruapakan daerah yang diduga memiliki terumbu karang dan sumberdaya ikan yang baik (menurut persepsi masyarakat) b. Zona penyangga adalah daerah yang terletak 50 meter dari zona inti c. Zona pemanfaatan adalah zona yeng terletak 50 meter dari zona penyangga. Zonasi DPLPS ditampilkan pada Gambar 6a dan 6b.
(a)
(b)
Gambar 3 Zonasi Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi di empat lokasi yang Mewakili
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http://www.software602.com/