23
III.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Tengah dengan memilih Kota Palangkaraya dan tiga kabupaten penghasil labi-labi lainnya yaitu Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Seruyan (Gambar 1).
Gambar 1 Peta lokasi penelitian. 3.1
Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan ibukotanya Palangkaraya
secara geografis terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada 000 45’ LU – 030 30’ LS dan 1110 BT – 1150 BT, yang luas wilayahnya mencapai 153.564 km2 atau 1,5 kali Pulau Jawa dan merupakan provinsi terluas ketiga di Indonesia setelah Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Papua. Kalimantan Tengah pada bagian utara berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur,
24
bagian timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan Kalimantan Barat. Kalimantan Tengah saat ini terdiri dari 13 kabupaten dan satu kota dengan 85 kecamatan yang terdiri dari 1.340 desa dan 101 kelurahan. Rincian kabupaten di Kalimantan Tengah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah No.
Kabupaten/Kota
Luas (km2) 1 Murung Raya 23.700 2 Barito Utara 8.300 3 Barito Selatan 8.830 4 Barito Timur 3.834 5 Kapuas 14.999 6 Gunung Mas 10.804 7 Pulang Pisau 8.997 8 Palangka Raya 2.400 9 Kotawaringin Timur 16.496 10 Seruyan 16.404 11 Katingan 17.800 12 Kotawaringin Barat 10.759 13 Lamandau 6.414 14 Sukamara 3.827 JUMLAH 153.564 Sumber : BPS Provinsi Kalteng 2010
% Terhadap Jumlah Jumlah Luas Kalteng Kecamatan Desa 15,43 5 118 5,40 6 102 5,75 6 95 2,50 6 68 9,77 12 184 7,04 11 117 5,86 8 98 1,56 5 30 10,74 13 159 10,68 5 91 11,59 11 153 7,01 6 78 4,18 8 83 2,49 3 31 100,00 105 1.407
Menurut Oldeman et al. (1980) dalam MacKinnon et al. (2000), agroklimat di Kalimantan Tengah terdiri dari 4 klas, yaitu
(1) Klas A di bagian utara
Kalteng, yaitu lebih dari 9 bulan basah berurutan; (2) Klas B1 di Kalteng bagian tengah, yaitu 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering; (3) Klas C1, yaitu 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering; (4) C2 di Kalteng bagian selatan, yaitu 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering. Suhu udara dapat mencapai 230 C pada malam hari dan 330 C pada siang hari, dan penyinaran matahari 60% per tahun. Musim penghujan biasanya dimulai pada bulan Agustus dan berlangsung sampai bulan Mei, puncaknya pada bulan Nopember dan April. Iklim yang relatif lebih kering dimulai dari bulan Juni sampai bulan Agustus. Berdasarkan peta ketinggian dalam data pokok untuk pembangunan (Bappeda TK.I Kalteng, 1993/1994), diketahui bahwa proporsi ketinggian Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut: ketinggian 0-7 mdpl seluas 13,81 %,
25
7-25 mdpl seluas 15,23%, 25-100 mdpl seluas 42,12%, 100-500 mdpl seluas 20,96%, dan > 500 mdpl seluas 7,88%. Sedangkan berdasarkan kelerengan terdiri dari 32,97% kelerengan 0-2%, 28,86% kelerengan 2-15%, 28,34% kelerengan 1540%, dan 9,83% kelerengan > 40%. Tanah di Kalteng meliputi jenis jenis organosol, gley dan humus (OGH), aluvial (komplek alluvial hidromorfile, aluvial marine), regosol (asosiasi regosolpodsolik), podsolik merah kuning (PMK), podsol, latosol, litosol, dan laterit. Distribusi terbesar adalah jenis PMK dengan total luas sekitar 42,40% dari total luas Kalteng (BPS Provinsi Kalteng 2010). Kalimantan Tengah menjadi Provinsi dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) paling rendah di Kalimantan. Perhitungan IKLH terdiri dari 3 parameter penilaian kualitas lingkungan yaitu terdiri dari kualitas air sungai, kualitas udara dan tutupan hutan. IKLH Kalimantan Tengah hanya 45,7% dibawah angka rata-rata nasional 59,73%. Kalteng berada di urutan kedua paling bawah dari 28 provinsi yang diberi indeks, satu posisi di atas Jakarta. Hal yang membuat indeks Kalteng anjlok ke peringkat 27 adalah karena kualitas airnya yang cukup rendah, hanya 2,92%. Sedangkan kualitas udaranya bagus yaitu 93,71%, nilai tutupan lahan berada pada level sedang (40,48%). Salah satu penyebab rendahnya kualitas air adalah cukup besarnya kandungan air raksa dalam sungai di Kalteng. Hal lainnya adalah tidak terkendalinya pemanfaatan atau pengalihfungsian hutan untuk perkebunan kelapa sawit. Sungai memegang peranan penting sebagai sarana transportasi yang dominan dan sebagai urat nadi aktivitas ekonomi di Kalteng. Hampir seluruh wilayah Kalteng dialiri oleh sungai besar dan kecil yang mengalir dari utara ke selatan dan bermuara di Laut Jawa. Terdapat 11 sungai besar dengan panjang bervariasi antara 175 sampai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8 m. Selain itu, terdapat tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai mengalir membelah daerah-daerah di Kalteng. Sebagian besar penduduk bermukim dan menetap di daerah pinggiran sungai bagian hilir. Daerah-daerah lain yang jauh dari aliran sungai pada umumnya jarang dihuni.
26
Tabel 5 Nama-nama sungai di Kalimantan Tengah menurut panjang yang dapat dilayari dan rata-rata kedalamannya Panjang Nama Sungai Yang dapat Kilometer dilayari (km) Barito 900 780 Katingan 650 520 Kahayan 600 500 Kapuas 600 420 Mentaya 400 270 Seruyan 350 300 Lamandau 300 250 Arut 250 190 Jelai 200 100 Kumai 175 100 Sebangau 200 150 Sumber : BPS Provinsi Kalteng 2010
Rata-rata Kedalaman Lebar (m) (m) 8 650 6 300 7 500 6 500 6 400 5 300 6 200 4 100 4 100 6 300 5 100
Dayak merupakan sebutan bagi komunitas penduduk yang mendiami Pulau Kalimantan. Komunitas Dayak ini terdiri atas sub-sub suku (tribals) yang dibedakan dari bahasa, kesenian, tradisi dan tempat pemukiman. Pembagian berdasarkan komunitas Dayak terbesar menurut Ave & King (1986) adalah Dayak Iban yang ditemukan di Serawak, Brunei, Sabah dan Kalimantan Barat; Dayak Ngaju yang mendiami Kalteng; dan Dayak Kayan-Kenyah yang terdapat di Kalimantan Timur. Suku Dayak di Kalimantan terdiri dari tujuh suku, dari ketujuh suku dayak tersebut, di Kalteng terdapat paling sedikit 3 suku dengan tujuh anak sukunya yaitu suku Dayak Ngaju Ma’anyan, Dusun dan Lawangan yang menyebar di Kalteng bagian tengah sampai ke bagian timur; suku Dayak Ot Danum yang bermukim di Kalteng bagian utara; dan suku Dayak Klemantan/Dayak Darat dengan anak suku Dayak Klemantan/Dayak Darat dan Dayak Ketungau yang menyebar di Kalteng bagian barat. Mencari ikan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh kebanyakan Suku Dayak. Jenis ikan yang banyak didapat adalah ikan baung (Mystus nemurus), lais (Cryptopterus cryptopterus), behau/gabus (Channa striata), miau (Channa lucius), kakapar (Belontia hasselti), saluang (Rasbora caudimaculata),
banta
(Osteochillus
microcephalus),
papuyu
(Anabas
27
testudineus), pentet/lele (Clarias batrachus), manjuhan/jelawat (Leptobarbus hoevenii), tampahas (Walago leerii), banangin (Osteochillus vittatus), serta kurakura jenis bere/labi-labi (A. cartilaginea). Kegiatan mencari ikan dimulai di awal musim kemarau (tampara mandang) antara bulan Mei-Juni setiap tahun. Ini adalah saat ketika ikan harus keluar ke daerah rawa-rawa (dapu) mencari air yang lebih dalam. Pola pemenuhan kebutuhan dasar suku Dayak Ma’anyan terkait erat dengan pemanfaatan hutan, sungai dan danau. Pencarian ikan dilakukan pada musim penghujan atau ketika air naik, yakni bulan Desember-Januari. Ikan dikeringkan dan diasinkan sebagai persediaan lauk pauk. Jenis ikan sungai/rawa yang sering didapat adalah baung, kakapar, patung, puyu, saluang. Alat menangkap ikan relatif sederhana terbuat dari kayu dan bambu yang diperoleh dari hutan di sekitar desa, dan dibuat pancing (pintan), nabing, marengge, wuwu/ lukah, nyalambau, lunta, pangilar, kabam. Pada musim kemarau, warga desa dapat menangkap ikan langsung dengan tangan (bagagap). Kegiatan ini dilakukan pada daerah luau atau daerah-daerah di hutan/danau yang airnya mengering. Jika pola yang sama dilakukan dengan menggunakan alat, sauk, maka cara ini disebut sebagai nikep. Suku Dayak Ot Danum mencari ikan dilakukan dengan cara memancing (mosi), jerat (naut atau mambanjur), menggunakan boka (Takalalak atau manenan dalam Bahasa Dayak Ngaju): biasanya perangkap ikan ini dipasang menghadap ke ngaju atau hilir, buwu biasanya dipasang menghadap ke hulu. 3.2
Kota Palangkaraya Kota Palangkaraya terletak antara 1130 30’ – 1140 07’ Bujur Timur dan 10
35’ – 20 24’ Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 35 m dpl. Luas wilayah Kota Palangkaraya sebesar 2.678, 51 km2. Penggunaan lahan di Kota Palangkaraya terdiri dari kawasan hutan 2.485,75 km2; tanah pertanian 12,65 km2; pemukiman 45,54 km2; perkebunan 22,30 km2; sungai dan danau 42,86 km2; dan lain-lain 69,41 km2. Kota Palangkaraya terdiri dari 5 kecamatan dan 30 kelurahan. Jumlah penduduk Kota Palangkaraya pada tahun 2009 mencapai 200.998 jiwa yang terdiri dari 99.032 laki-laki dan 101.966 perempuan. Kepadatan penduduk Kota Palangkaraya adalah 75 jiwa/km2. Secara garis besar Kota Palangkaraya
28
merupakan dataran rendah dan dibelah oleh sungai besar yaitu Sungai Kahayan. Luas sungai dan danau di Kota Palangkaraya sebesar 42,86 km2. 3.3
Kabupaten Katingan Kabupaten Katingan secara geografis berada di daerah Khatulistiwa, yaitu
terletak diantara 112° 0’Bujur Timur – 0°20 Lintang Selatan dan 113° 45’ Bujur Timur - 30° 30’ Lintang Selatan dengan luas ± 17.500 km2. Penggunaan lahan di Kabupaten Katingan terdiri dari: hutan 2.538,16 km²; pemukiman 192,85 km²; sawah 753,27 km²; tanah kering 1.098,47 km²; perkebunan 372,77 km²; industri 31,56 km²; hutan sekunder 8.544,03 km²; perairan dan lainnya 1.931,19 km². Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Katingan pada tahun 2009 mencapai 148.912 jiwa yang terdiri dari 77.557 lakilaki dan 71.355 perempuan. Katingan adalah sebuah nama aliran sungai yang membentang dari laut jawa kearah utara hingga mencapai perbatasan Kalimantan Barat. Kabupaten Katingan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan panjang 650 km dengan lebar ratarata 200 m dengan luas perairan 1.704.400 ha, terdiri dari danau 44 buah dengan luas 1.824 ha serta rawa sebanyak 56 buah yang terbentuk di kiri dan kanan daerah aliran sungai. Kawasan-kawasan ini mempunyai potensi untuk perikanan budidaya, tangkap dan daerah konservasi (closed season) atau daerah reservart serta dapat pula menjadi bisnis agro wisata. 3.4
Kabupaten Kotawaringin Timur Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki luas wilayah 16.496 km².
Penggunaan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur terdiri dari: hutan 4.118,98 km²; hutan mangrove 100,01 km²; hutan rawa 1.877,66 km²; perkebunan 1.741,86 km²; pemukiman 41,47 km²; pertambangan 75,34 km²; sawah 397,62 km²; ladang 124,11 km²; kebun campuran 314,19 km²; semak belukar 3.727,13 km²; rawa belukar 1.743,59 km²; tanah terbuka 835,99 km²; transmigrasi 257,19 km²; badan air 128,98 km²; lain-lain 1.011,87 km². Kabupaten Kotawaringin Timur terdiri dari 13 kecamatan dimana 3 diantaranya terletak di wilayah pesisir, 148 desa/kelurahan, terletak antara posisi 111°0’50” - 113°0’46” Bujur Timur dan
29
0°23’14” - 3°32’54” Lintang Selatan. Jumlah penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur pada tahun 2009 mencapai 373.842 jiwa yang terdiri dari 197.213 laki-laki dan 176.629 perempuan. Sungai besar dan penting yang melintasi kabupaten kotawaringin Timur adalah sungai mentaya. Sepanjang sungai tersebut terdapat anak-anak sungai, danau dan rawa yang potensial sebagai sumber usaha bagi masyarakat nelayan tradisional dan pembudi daya ikan. Wilayah muara dari sungai mentaya merupakan teluk yang relatif luas dengan hutan mangrove relatif asli dengan luas 10.001 ha dan perairan teluk estuarine seluas 118 km2. 3.5
Kabupaten Seruyan Kabupaten Seruyan dengan ibukotanya Kuala Pembuang merupakan salah
satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 16.404 km2 yang terdiri dari kawasan hutan 11.354,02 km2 (69,52% terhadap luas Kabupaten Seruyan), luas rawa-rawa 733,49 km2 (4,77% terhadap luas Kabupaten Seruyan), luas sungai, danau dan genangan lainnya 605,81 km2 (3,99% terhadap luas Kabupaten Seruyan) dan lahan yang sudah dibudidayakan seluas 3.512,68 km2. Jumlah penduduk Kabupaten Seruyan pada pertengahan tahun 2008 berkisar ± 130.673 jiwa yang sebagian besar masyarakat pesisir ± 36.617 jiwa (28,02% dari jumlah penduduk Kabupaten Seruyan) sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk di sektor kelautan dan perikanan. Wilayah Kabupaten Seruyan dibelah oleh Sungai Seruyan yang mengalir dari utara ke selatan dan bermuara ke laut jawa dengan panjang sungai ± 350 km dan yang bisa dilayari 300 Km dengan anak sungai yaitu Anak Sungai Danau Sembuluh panjang 76 km, anak Sungai Kalua Besar panjang 65 km, Anak Sungai Manjul panjang 50 km, Anak Sungai Salau panjang 30 km, Anak Sungai Pukun panjang 30 km, Anak Sungai S. Kale panjang 30 km. Danau yang terdapat di Kabupaten Seruyan diantaranya: Danau Sembuluh, Danau Bakung, Danau Jahitan, Danau Papudak, Danau Seluluk, Danau Burung, Danau Teruntum dll, sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk di sektor kelautan dan perikanan.