III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah yurisdiksi tersebut, secara geografis terbentang pada posisi 114o19'13"-116o33'28" BT dan 1o21'49"4o10'14" LS. Posisi tersebut dibatasai oleh :
Propinsi Kalimantan Tengah di sebelah Barat
Selat Makassar di Sebelah Timur
Propinsi Kalimantan Timur di sebelah Utara
Laut Jawa di sebelah Selatan. Untuk lebih jelasnya posisi geografis Propinsi Kalimantan Selatan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta geografis Propinsi Kalimantan Selatan Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 5 Tahun 1956. Saat ini secara administrasi wilayah Propinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota yaitu Kabupaten Tanah 40
Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu, dan Balangan serta Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. dengan jumlah kecamatan sebanyak 127 kecamatan dan 1.957 desa/kelurahan pada Tahun 2004, dan terdapat 5 unit pemukiman transmigrasi. Unit pemukiman transmigrasi terdapat di Kabupaten Batola, Balangan, Tanah Bumbu, Banjar dan Kotabaru. Secara rinci jumlah kabupaten/kota, kecamatan dan desa tercantum dalam Tabel 8. Tabel 8 Data administratif Propinsi Kalimantan Selatan Kabupaten / kota Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST HSU Tanah Bumbu Balangan Tabalong KOTA Banjarmasin Banjarbaru KALSEL
Dasar hukum pembentukan
Ibukota
Jumlah kecamatan 9 18 16 16 10 10 11 7 5
Jumlah desa 133 195 288 200 131 148 169 219 117
UU No. 8 Tahun 1965 UU No. 27 Tahun 1959 UU No. 27 Tahun 1959 UU No. 27 Tahun 1959 UU No. 8 Tahun 1965 UU No. 27 Tahun 1959 UU No. 27 Tahun 1959 Kepmendagri No. 20/1/1947 UU No.10 Tahun 2002
Pelaihari Kotabaru Martapura Marabahan Rantau Kandangan Barabai Amuntai Batulicin
UU No.11 Tahun 2002 UU No. 8 Tahun 1965
Paringin Tanjung
6 11
159 131
UU No. 27 Tahun 1959 UU No. 9 Tahun 1999 UU No. 5 Tahun 1956
Banjarmasin Banjarbaru Kota Banjarmasin
5 3 127
50 17 1.957
Sumber : BPS Kalimantan Selatan (2007) Untuk melancarkan roda pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Propinsi Kalimantan Selatan, wilayah yang luas tersebut dibagi ke dalam 11 kabupaten dan 2 kota. Seluruh kabupaten dan kota tersebut terbagi lagi kedalam 119 kecamatan dan 1.947 desa. Rincian wilayah administratif tersebut disajikan pada Tabel 9.
41
Tabel 9 Daftar wilayah administratif Propinsi Kalimantan Selatan No
Wilayah administratif
Ibukota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Tanah Tumbu Kabupaten Kotabaru Kabupaten Banjar Kabupaten Barito Kuala Kabupaten Tapin Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Balangan Kabupaten Tabalong Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru Total Sumber : BPS Kalimantan Selatan (2007)
Pelaihari Batulicin Kotabaru Martapura Marabahan Rantau Kandangan Amuntai Barabai Paringin Tanjung Banjarmasin Banjarbaru
Luas (Km2) 3.729,30 5.066,96 9.422,73 4.710,97 2.376,22 2.174,95 1.804,94 951,25 1.804,94 1.819,75 3.599,95 72,67 328,83 37.530,52
Dari komposisi luas tersebut terlihat bahwa Kabupaten Kotabaru menyita sekitar 1/4 luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Setelah itu Kabupaten Tanah Bumbu dengan luas 13,50 % dari luas total Propinsi Kalimantan Selatan, disusul oleh Kabupaten Banjar sebesar 12,55 %.
3.2. Kondisi Geologi 3.2.1. Topografi Mayoritas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan merupakan dataran rendah, dengan ketinggian kurang dari 100 m dpl (diatas permukaan laut). Sementara itu kemiringan tanahnya didominasi terutama oleh kelas kemiringan agak curam, dan selanjutnya diikuti oleh kelas kemiringan landai dan datar. Secara sistematis, kemiringan tanah di Propinsi Kalimantan Selatan dapat dibedakan ke dalam 5 kelas berikut: 1. Kelas Datar (0 ̴ 8 %) Luas tanah pada kelas datar diperkirakan 9.154,27 km2 atau 24,39% dari total wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Tanah dengan kemiringan kelas datar tersebar di sepanjang pantai timur dan selatan, sepanjang aliran sungai Barito dan sungai-sungai lainnya. 42
2. Kelas Landai (8 ̴ 15 %) Tanah berkemiringan landai diperkirakan seluas 6.462,50 km2 atau 17,22% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Lokasi sebaran tanah kelas landai adalah antara Pegunungan Meratus dengan Sungai Barito, di bagian barat, pantai timur dan pantai selatan. 3. Kelas Agak Curam (15 ̴ 25%) Tanah dengan kemiringan antara 15 - 25% diperkirakan seluas 17.424,72 km2 atau ± 46.43% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Tanah kelas ini tersebar di sebelah timur dan selatan Pegunungan Meratus. 4. Kelas Curam (25 ̴ 40%) Tanah berkemiringan curam merupakan kelas yang terkecil luasnya, dan diperkirakan seluas 881,53 km2 atau 2,35 % dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. 5. Kelas Sangat Curam (> 40 %) Luas tanah pada kelas ini diperkirakan mencapai 3.607,50 km2 atau 9,61% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan. Tanah kelas ini terdapat di punggung-punggung Pegunungan Meratus dan bagian bahu dari sungaisungai utama di Kalimantan Selatan.
3.2.2. Geologi Wilayah Kalimantan Selatan tersusun dari berbagai satuan batuan (litologi) yang dikelompokkan menjadi beberapa formasi. Bila diurutkan dari urutan umur geologis tertua sampai termuda, maka susunan satuan batuan tersebut adalah sebagai berikut: a) Kelompok Batuan Pratersier Satuan batuan ini terbentuk pada zaman Mesozoikum. Kelompok ini terdiri atas batuan granit, granodiorit, gabro, diabas, batuan ultramafik sekis, batuan sediment dan metasedimen, memperlihatkan indikasi mineralisasi bijih. Formasi ini tersebar dominan di sepanjang Pegunungan Meratus. b) Kelompok Batuan Tersier Satuan batuan ini terbentuk pada zaman Kenozoikum (Eosen-Plitosen). Kelompok ini terdiri atas formasi Tanjung, Berai, Warukun, Dahor.
43
Satuan batuan ini merupakan batuan sedimen yang mendominasi hamparan berbentuk perbukitan dan memberikan kontribusi bahan galian batubara dan batu gamping yang sangat potensial. Formasi ini tersebar luas di bagian sayap barat dan timur pegunungan Meratus. c) Kelompok Aluvial Kelompok ini dikenal sebagai satuan batuan hasil endapan sungai purba dan berbentuk undak serta tersebar, dan sebagian menutupi batuan yang lebih tua. Formasi ini ditemukan luas di sebelah barat Pegunungan Meratus. Formasi ini sangat kaya akan potensi tambang mineral dan non mineral.
3.3. Kondisi Hidrologi Secara hidrologis, Propinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi dua Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Barito dan SWS Cengal-Batulicin. Satuan Wilayah Sungai Barito mencakup wilayah seluas 18.879,353 km2, dengan sungai Barito sebagai sungai utama dan anak-anak sungainya adalah sungai Martapura, Negara, Batang Alai, Amandit, Tapin, Balangan dan Tabalong. Sementara itu Satuan Wilayah Sungai (SWS) Cengal-Batulicin meliputi areal yang kurang lebih sama luas, yakni 18.651,167 km2. Satuan Wilayah Sungai Cengal-Batulicin merupakan gabungan sungai-sungai kecil di bagian timur Kalimantan Selatan, dan sungai-sungai ini bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar. Sungai-sungai yang termasuk kedalam Satuan Wilayah Sungai Cengal-Batulicin adalah Sungai Cengal, Sampanahan, Batulicin, Kusan dan Kintap. Selain sungai, bentang alam lain di Kalimantan Selatan yang relevan dalam konteks hidrologi adalah rawa. Keberadaan rawa terkait erat dengan sungai dan anak sungai yang mengalir di dalam atau sekitar kawasan rawa, sehingga perubahan yang terjadi di dalam kawasan rawa akan berpengaruh terhadap debit air sungai-sungai di sekitarnya. Luas rawa di propinsi Kalimantan Selatan diperkirakan sebesar 800.000 ha, yang terdiri atas 500.000 ha rawa monoton (tetap/statis), 200.000 ha rawa pasang surut, dan 100.000 ha rawa tadah hujan. Rawa seluas tersebut tersebar di sebelah
44
barat wilayah Kalimantan Selatan, dan memanjang ke bagian utara. Rawa tersebut secara administratif tersebar pada 9 dari 13 kabupaten/kota, tetapi kabupaten yang memiliki areal rawa yang luas adalah kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Timur, dan Barito Kuala. Keberadaan rawa dan sungai sangat penting bagi masyarakat Kalimantan Selatan sebagai sarana transportasi orang dan barang. Pada daerah pedalaman, keterbatasan pembangunan dan kondisi fisik yang didominasi oleh rawa menyebabkan pembukaan akses jalan darat menjadi sulit dan mahal. Untuk mengatasi keterbatasan akses pergerakan menuju kawasan dan antar bagian kawasan itu sendiri, maka ketergantungan terhadap transportasi sungai dan rawa menjadi sangat tinggi.
3.4. Kondisi Iklim Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh ketinggian tempat serta jaraknya dari daerah pesisir. Propinsi Kalimantan Selatan beriklim tropis, dimana temperatur udaranya berkisar antara 23,3 oC sampai 32,7 oC. Lama penyinaran matahari berkisar antara 36 - 91%, intensitas tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu rata-rata 6,9 jam/hari dan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu rata-rata 2,0 jam/hari. Sedangkan kelembaban udaranya berkisar antara 47 - 98 % tiap bulan. Pada bulan JanuariFebruari bertiup angin barat, dan angin tenggara pada bulan Juli-September. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografis dan pertemuan arus udara. Curah hujan tertinggi di Kalimantan Selatan terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 626,1 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,0 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2004 adalah 181 hari, dengan hari hujan terbanyak (27 hari) terjadi pada bulan Januari. Rata-rata tekanan udara di daerah ini berkisar antara 1.009,3-1.013,6 mm. Umumnya terdapat hubungan erat antara curah hujan dan keadaan angin. Walaupun demikian hubungan tersebut tidak terlalu nyata pada beberapa tempat. Angin pada musim hujan biasanya lebih kencang, dan bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau, angin bertiup dari Benua
45
Australia, angin saat itu bisa juga bertiup kencang. Menurut pantauan Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, kecepatan rata- rata angin pada tahun 2004 adalah 4 knot.
3.5. Demografi Berdasarkan data Kalimantan Selatan dalam angka tahun 2004, jumlah penduduk Kalimantan Selatan tercatat 3.219.398 jiwa pada tahun 2004, dengan komposisi penduduk pria 1.621.850 jiwa dan wanita 1.597.548 jiwa. Dibandingkan propinsi lain di Pulau Kalimantan, sesungguhnya luas Propinsi Kalimantan Selatan adalah yang terkecil, tetapi jumlah penduduknya justru yang terbesar. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepadatan penduduk Kalimantan Selatan sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi di Kalimantan lainnya. Jumlah kepadatan penduduknya adalah sebesar 86 jiwa/km2. Secara rinci jumlah penduduk di Kalimantan Selatan tercantum dalam Tabel 10. Tabel 10 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin tahun 2004 Jenis Kelamin Pria Wanita 1. Kabupaten Tanah Laut 127.403 125.045 2. Kabupaten Tanah Bumbu 3. Kabupaten Kota Baru 237.866 228.988 4. Kabupaten Banjar 226.902 228.096 5. Kabupaten Barito Kuala 132.126 129.695 6. Kabupaten Tapin 73.578 73.956 7. Kabupaten HSS 99.287 100.483 8. Kabupaten HSU 147.274 156.596 9. Kabupaten HST 111.318 120.845 10. Kabupaten Balangan 11. Kabupaten Tabalong 90.764 91.908 12. Kota Banjarmasin 278.952 293.348 13. Kota Banjarbaru 72.078 72.888 Sumber: BPS Kalimantan Selatan (2004) No.
Wilayah Administratif
Jumlah 252.448 466.854 454.998 261.821 147.534 199.770 303.872 232.163 182.672 572.300 144.966
Rasio Jenis Kelamin 102 104 99 102 99 99 94 92 99 95 99
Selanjutnya, menurut hasil survey pada tahun 2005, jumlah penduduk Kalimantan Selatan tercatat 3.236.003 jiwa. Komposisi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan relatif berimbang, di mana jumlah penduduk laki-laki adalah 1.621.916 jiwa, dan perempuan 1.614.087 jiwa. Hampir sepertiga lebih penduduk Propinsi Kalimantan Selatan terkonsentrasi di Kota Banjarmasin (581.096 jiwa), dan Kabupaten Banjar (452.379 jiwa). 46
Saat ini terdapat 853.861 keluarga, dan ini berarti setiap keluarga rata-rata terdiri dari 4 jiwa. Sekitar 32% dari keluarga tersebut masih tergolong sebagai keluarga Pra KS dan KS1 (Pra Keluarga Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1), atau sekitar 1.1 juta jiwa masih tergolong miskin.
47