14
BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1
Iklim dan Curah Hujan Berdasarkan dokumen penutupan tambang PT MIP site Krassi (1997)
keadaan lokasi PT MIP terletak di Kecamatan Sembakung dan Kecamatan Sesayap, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. PT MIP terletak pada koordinat geografis paling selatan adalah 3o 37’ 54,0” LS, paling timur 117o 16’ 6,0” BT dan paling barat 117o 11’ 0,0” BB. Iklim di daerah ini mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musin penghujan. Berdasarkan data iklim pada dokumen Rencana Penutupan Tambang (1997), PT MIP menurut penggolongan tipe iklim oleh Kopen termasuk klasifikasi AF, yaitu tipe hutan hujan tropis (Tropical Rain Forest Climate). Apabila diperkirakan menurut penggolongan tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson, maka data hujan di lokasi tambang termasuk tipe A yang berarti tipe curah hujan tersebut tinggi. Secara umum kondisi curah hujan perbulan berkisar 155,64 mm pada musim kemarau dan 356,03 pada musim penghujan. Suhu udara di daerah tambang PT MIP yang didapat dari stasiun Juwata Tarakan adalah ratarata maksimum 30,4 oC–31,5 oC dan rata-rata minimum adalah 23,3 oC–24,4 oC, dengan variasi baik harian maupun bulanan yang kurang berarti, sedangkan kelembaban udara berkisar antara 57 %–97 %.
3.2
Tata Guna Lahan Daerah rencana tambang secara umum masih merupakan kawasan
pengembangan sumber daya hutan. Berdasarkan RUTR Dati II kabupaten dalam dokumen Laporan Studi Kelayakan, Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan kebijakan pemanfaatan lahan secara umum diklasifikasikan berdasarkan ketentuan penetapan fungsi kawasan budidaya dan non-budidaya. Kawasan non budidaya berupa ruang upaya konservasi, penelitian, rehabilitasi, objek wisata lingkungan dan sejenisnya. Sedangkan kawasan budidaya adalah bentuk-bentuk pengaturan pemanfaatan ruang seperti eksploitasi pertambangan, kehutanan, pertanian dan kegiatan pembangunan pemukiman industri, pariwisata, perkebunan dan sebagainya.
15
Berdasarkan interpretasi lapangan dan wawancara dengan staff PT MIP, wilayah pertambangan dulunya merupakan daerah yang masih tertutupi oleh hutan primer, saat ini sebagian besar yang tumbuh pada wilayah ini adalah semak belukar, rumput ilalang dan tanaman hasil revegetasi. Tanah pertanian hanya terbatas pada daerah yang berhubungan langsung dengan perkampungan.
3.3
Kualitas tanah Lahan yang digunakan dalam penelitian merupakan lahan bekas galian
tambang batubara yang telah kehilangan lapisan top soil dan sub soil. Pengupasan top soil dan pengambilan lapisan batubara menyebabkan permukaan lahan yang ditingalkan tidak rata dan bertebing. Berdasarkan data bulanan dari PT. Mandiri Intiperkasa data curah hujan selama penelitian dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2011 sebesar 251 mm per bulan. Kondisi lahan bekas penambangan pada area penelitian tergolong sangat kritis. Kemiringan tebing di atas 50o membuat laju erosi yang terjadi sangat tinggi. Kandungan material PAF (Potential Acid Forming) yang ada pada areal penelitian menyebabkan tanah bersifat masam dan berpotensi toksik. Top soil yang terkupas dan hanya menyisakan lapisan tanah yang bercampur material batubara apabila terekspose dan teraliri oleh air maka potensi yang terjadi adalah munculnya air asam tambang dan rendahnya unsur hara esensial bagi tanaman. Pada kedalaman di bawah 30 cm lapisan tanah dasar tebing merupakan overburden. Overburden merupakan lapisan tanah yang berpotensi menyebabkan asam. Material yang mempunyai potensi penyebab timbulnya sifat asam apabila terkena oksigen dan air disebut dengan PAF (Duralie Coal 2003). Berdasarkan
dokumen
AMDAL
(2007)
kesuburan
tanah
pasca
penambangan pada areal tambang mengandung pirit yang bersifat sulfat masam. Kejenuhan aluminium (Al) pada lokasi pengambilan sampel pengamatan sebesar 72–84 %, dimana nilai kejenuhan di atas 60 % dapat bersifat racun terhadap tanaman.
16
3.4
Luas Lahan yang Telah Dibuka dan yang Telah Direklamasi Luas lahan yang telah dibuka meliputi areal tambang, timbunan
tanah/batuan penutup di luar tambang, kolam pengendap (settling pond) dan fasilitas penunjang lainnya. Sampai pada tahun 2010 lahan yang telah dibuka dalam operasi penambangan pada PT MIP adalah seluas 1151,56 Ha. Pembukaan lahan seluas itu juga diimbangi dengan reklamasi lahan dan revegetasi. Pada tahun 2010 telah dilakukan reklamasi baik pada lahan bekas tambang maupun pada lahan di luar bekas tambang seluas 203,38 Ha dari rencana seluas 200 Ha. Reklamasi yang telah dilakukan meliputi pengisian kembali tanah pada areal bekas tambang, pengaturan permukaan lahan baik pada areal timbunan batuan/tanah penutup di areal tambang maupun diluar tambang, penaburan tanah pucuk (top soil spreading) dan penanaman tanaman pioneer pada areal reklamasi.
3.5
Flora dan Fauna Vegetasi yang dijumpai pada lokasi tambang PT MIP dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu vegetasi rawa abadi, vegetasi genangan dan vegetasi perbukitan. Vegetasi rawa abadi terdiri dari nipah (Nipa fruticans) dan bakau (Rhizophora sp.) yang dijumpai hampir sebagian besar daerah rencana tambang. Pada daerah genangan, vegetasi yang dijumpai berupa Jelutung (Dyera sp.), Salak Berduri (Salacca zalacca), Rotan berduri (Calamus sp), Kantong semar (Nephentes sp) dan tanaman yang mempunyai sulur. Pada daerah perbukitan dijumpai tanaman keras dengan berbagai jenis tumbuhan local antara lain Ulin (Eusyderoxilon zwageri), Shorea (Shorea sp.), Keruing (Dipterocarpus trinervis), Kapur (Dryobalanops aromatic) dan jenis buah-buahan hutan. Jenis-jenis pohon perbukitan saat ini jarang dijumpai karena eksploitasi yang diperuntukkan untuk konstruksi bangunan sekitar tambang. Berdasarkan dokumen penutupan tambang (1997), fauna yang hidup sebelum aktivitas penambangan antara lain Rusa (Cervus unicolor), Beruang madu (Helarctos malayanus), Kucing hutan (Felis bengalensis), Elang (Spilornis cheela) dan Enggang (Buceros rhinoceros). Pada saat dilakukan penelitian, beberapa fauna yang dijumpai antara lain Elang, Enggang, Rusa, Beruang madu, Biawak (Varanus salvator) dan Anjing hutan (Cuon Alpinus).
17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2011 di
lapangan pada lahan bekas penambangan batubara di PT. Mandiri Intiperkasa, Nunukan Kalimantan Timur.
4.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih Waluh/Labu,
Cipir, dan Koro, pupuk organik 9 karung (5 karung untuk pemupukan dilapangan dan 4 karung untuk media semai), polybag ukuran 10 x 15 cm, top soil 5 karung untuk media semai, dan kerangka penjalar/ jaring dari bahan sabut kelapa (coconet). Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah golok, cangkul, sprayer, skop, meteran 20 m, mistar 30 cm, alat-alat tulis dan kamera digital.
4.3
Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberpa bagian yaitu,
4.3.1 Pembibitan Tanaman Rambat dalam Persemaian. Pembuatan bibit penting dipersiapkan terlebih dahulu dalam persemaian karena untuk menyiapkan bibit yang baik dan siap ditanam di lapangan. Pembibitan di persemaian dilakukan pada beberapa jenis antara lain, Waluh, Cipir, dan Koro. Media tabur dibuat dengan komposisi tanah dan kompos. Dengan perbandingan secara berturut-turut 1 : 2. Kemudian media dimasukkan dalam polybag dengan ukuran 10 x 15 cm sebanyak 48 polybag (24 untuk Waluh, 12 untuk Cipir dan 12 lagi untuk Koro). Setelah media tabur siap dalam polybag, benih tanaman rambat ditaburkan dalam media. Media tabur harus diberikan perlakuan antara lain, kondisi media harus selalu lembab, diletakkan dalam rumah kaca dan memberikan fungisida ketika diserang oleh jamur. Setelah berumur kirakira 4 minggu dan semai berukuran tinggi 10 cm semai ditanam di lapangan lokasi penelitian.
18
4.3.2 Pemilihan Lokasi Penelitian di Lapangan Penelitian dilakukan pada lahan bekas penambangan batubara PT Mandiri Intiperkasa di Blok A3. Lahan yang digunakan dalam penelitian merupakan lahan bekas galian tambang batubara yang telah kehilangan lapisan top soil dan sub soil. Pengupasan top soil dan pengambilan lapisan batubara menyebabkan permukaan lahan yang ditingalkan tidak rata dan bertebing. Kondisi visual lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Kondisi lahan penelitian Berdasarkan data bulanan dari PT. Mandiri Intiperkasa data curah hujan selama penelitian dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2011 sebesar 251 mm per bulan. Kondisi lahan bekas penambangan pada area penelitian tergolong sangat kritis. Kemiringan tebing di atas 60o membuat laju erosi yang terjadi sangat tinggi. 4.3.3 Pemasangan kerangka penjalar Pemasangan kerangka penjalar dilakukan dengan membentangkan kerangka penjalar ke permukaan tebing. Ukuran coconet 3x1 meter, dengan tinggi 3 meter dan lebar 1 meter. Kerangka penjalar dipasang pada tebing sebelum dilakukan penanaman tanaman rambat. Kerangka penjalar terbuat dari sabut kelapa dan biasa disebut coconet yang terdiri dari dua ukuran petak rambat yaitu ukuran petak pertama adalah 30 x 30 cm dan ukuran petak kedua adalah 50 x 50 cm. Setelah coconet sudah disiapkan, coconet diletakkan di tebing dengan dipatok menggunakan paku ke tebing, seperti yang ditunjukan pada Gambar 5.
19
A
B
C
Gambar 5 (A) Pemasangan kerangka penjalar, (B) kerangka penjalar 50 x 50 cm dan (C) kerangka penjalar 30 x 30 cm terpasang pada tebing 4.3.4 Penanaman di Lapangan Pada bagian dasar tebing atau bagian dasar coconet dibuat lubang tanam yang berukuran lebar 30 cm, panjang 100 cm dan kedalaman 30 cm. Selanjutnya pemberian media pupuk organik yang dicampur dengan tanah dengan berat pupuk organik 3,5 kg ke dalam lubang tanam sebanyak ukuran volume lubang tanam. Setelah lubang tanam siap dengan media tanamnya, bibit tanaman rambat siap untuk ditanam. Penanaman pada setiap lubang dan coconet, menggunakan komposisi campuran tanaman rambat dengan pilihan antara lain Waluh (CM) : Kecipir (PT). CM : Koro (CG). Dengan setiap lubang tanam terdiri dari 4 bibit dengan presentasi campuran 50%:50% dan ditanam secara berurutan. 4.3.5 Pemeliharaan dan Evaluasi Setelah bibit tanaman rambat ditanam, langkah selanjutnya adalah pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan adalah perlindungan hama dan penyakit, mengamati pada setiap pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tanaman. Kemudian mencatat dan memberikan respon terhadap perubahan tanaman yang terjadi setiap hari serta yang selanjutnya diadakan evaluasi disetiap jenis tanaman 1 minggu sekali di lapangan. Pada saat terakhir penelitian diadakan evaluasi secara komprehensif pada pananaman tebing di lahan bekas tambang.
20
4.3.6 Metode Pengamatan dan Pengukuran Parameter yang diukur adalah panjang batang primer tanaman, jumlah cabang, jumlah daun pada setiap tanaman, persen penutupan (coverage), persentase tumbuh dan sifat kimia tanah. Pengukuran panjang tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan menggunakan meterán dari bahan polimer yang panjangnya 20 meter. Panjang tanaman diukur dari tanda dari kayu kecil berukuran 15 cm yang ditancapkan disamping tanaman. Pengukuran dilakukan pada minggu ke 0. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan cara menghitung langsung daun yang ada pada setiap tanaman. Pengukuran jumlah batang keseluruhan pada tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali dengan cara menghitung langsung jumlah batang yang ada pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanaman rambat tumbuh dan kembang pada tebing lahan bekas tambang. Kemudian untuk mengetahui pengaruh atau respon tanaman rambat terhadap penggunaan media rambat atau coconet pada tebing. Perolehan data jumlah daun dan jumlah batang dilakukan dengan cara menghitung organ tersebut langsung di lapangan. Data yang diperoleh dicatat terlebih dahulu pada tally sheet. Pengukuran luas rambatan tanaman terhadap tebing dilakukan dengan cara membandingkan luas rambatan yang dijangkau oleh tanaman kemudian dibagi dengan luas kerangka penjalar atau sesuai dengan rumus sebagai berikut : Luas rambatan tanaman Persen penutupan =
x 100 % Luas coconet
Luas kerangka penjalar yang digunakan sebesar 30.000 cm2. Seperti data pertumbuhan vegetatif, data penutupan tanaman juga dicatat pada tally sheet. Data sifat kimia tanah diperoleh dari analisis laboratorium tanah SEAMEO Biotrop. Contoh tanah diambil dari lapangan sebelum dan sesudah dilakukan penanaman tanaman rambat. Pengambilan contoh tanah dengan metode komposit. Pengambilan sebelum penanaman dilakukan saat tanah belum dilakukan pemupukan dan setelah pemupukan. Pengambilan contoh tanah setelah penanaman dilakukan pada 5 Minggu Setelah Tanam (MST), yaitu pada saat terakhir pengambilan data secara keseluruhan. Pengambilan contoh tanah pada 5
21
MST dibedakan menjadi dua macam contoh tanah, yaitu tanah yang ditumbuhi tanaman dengan tumbuh baik dan tanah yang ditumbuhi tanaman merana.
4.4
Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor yang digunakan adalah jenis tanaman dan ukuran kerangka penjalar dengan ulangan 3 kali. Jumlah unit ulangan ada sebanyak 2 jenis tanaman yang terdiri dari 2 tanaman per jenis. Faktor penelitian tersebut diterapkan terhadap masing-masing jenis, sebagai berikut, Faktor ukuran coconet, yang terdiri dari 2 macam : 30
= penggunaan coconet ukuran 30 x 30 cm
50
= penggunaan coconet ukuran 50 x 50 cm
Faktor jenis tanaman, yang terdiri dari 3 jenis yaitu CM
= Waluh
PT
= Cipir
CG
= Koro
Sidik ragam dengan uji F terhadap variabel yang diamati antara lain jenis tanaman dan penggunaan coconet (kerangka penjalar) dengan mengetahui pengaruh interaksi antara berbagai perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis sebagai berikut: Untuk faktor A (kombinasi jenis) Ho
: Kombinasi tanaman rambat tidak berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing lahan pasca tambang.
H1
: Paling sedikit ada 1 kombinasi tanaman merambat yang berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing lahan pasca tambang, dimana A ≠ 0 Untuk faktor B (kerangka penjalar)
Ho
: penggunaan coconet pada kombinasi jenis tidak berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing lahan pasca tambang
H1
: Paling sedikit ada 1 ukuran coconet yang berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing lahan pasca tambang, dimana B ≠ 0
22
Untuk faktor interaksi A*B (interaksi tanaman rambat dengan coconet) Ho
: interaksi kombiasi jenis dengan penggunaan coconet tidak berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing
H1
: paling sedikit ada 1 interaksi kombiasi jenis dengan penggunaan coconet berpengaruh nyata terhadap penutupan tebing dimana A*B ≠ 0 Dari beberapa faktor di atas, maka bentuk rumus umum yang digunakan
adalah sebagai berikut Yijk = µij + α i + βj + (αβ)ij + ∑ ijk Yijk
: respon atau rata-rata pertumbuhan tanaman (panjang batang primer, jumlah daun dan jumlah batang) dalam satu minggu/tiap pengambilan data, untuk unit percobaan dengan tanaman i, coconet j dan ulangan k
µij
: rataan umum pengaruh jenis tanaman i dan coconet j
αI
: pengaruh jenis tanaman i
βj
: pengaruh coconet j
(αβ)ij
: pengaruh interaksi antara jenis tanaman I dan coconet j
∑ ijk
: pengaruh factor acak pada unit percobaan dengan jenis tanaman I, coconet j dan ulangan k Untuk pengambilan keputusan dari hipotesis yang diuji adalah: F hitung ≤ F tabel; Terima Ho F hitung > F tabel; Tolak Ho Jika hasil analisis sidik ragam Uji F terdapat pengaruh yang nyata, maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan Uji Duncan untuk mengetahui jenis dan perlakuan mana yang mempunyai pengaruh terhadap penutupan tebing.
4.5
Analisis Data Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel,
dan software SPSS 16.0.