32
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1
Batas-batas Administrasi Kecamatan Cisolok Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok berada di Desa Cikahuripan Kecamatan
Cisolok. Kecamatan Cisolok merupakan kecamatan pesisir yang berada di ujung Barat Kabupaten Sukabumi. Luas Kecamatan Cisolok mencapai 16.987 ha yang terdiri dari 10 desa. Adapun batas wilayah administratif kecamatan Cisolok adalah 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kabandungan; 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; 3) Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Banten; dan 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cikakak.
4.2
Letak dan Keadaan Geografis Teluk Palabuhanratu terletak di desa Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak pada 6°97’-7°3’ LS dan 106°59’106°62’ BT dengan luas wilayah kecamatan Palabuhanratu adalah 10.288 Ha dan ketinggian 0-50 meter dari permukaan air laut. Palabuhanratu memiliki dua musim yang sangat mempengaruhi operasi panangkapan ikan, yaitu adanya musim Barat pada bulan Desember hingga Februari dan musim Timur pada bulan Juni hingga Agustus (Nuraini et.al., 1992). Pada musim Barat sering kali terjadi hujan dengan angin yang sangat kencang disertai ombak yang besar. Menurut Hendrotomo (1989), pada saat itu umumnya kapal nelayan di Palabuhanratu yang berukuran kecil jarang pergi melaut, namun terdapat beberapa jenis kapal terutama kapal diesel, misalnya rawai cucut, pada musim ini tetap pergi ke laut. Pada musim Timur jarang turun hujan dan keadaan laut biasanya tenang. Hal ini memungkinkan nelayan turun ke laut dan biasanya pada musim ini merupakan puncak banyak ikan. Perubahan musim sangat berpengaruh terhadap kegiatan dan upaya penangkapan ikan di Perairan Palabuhanratu. Upaya penangkapan terjadi pada musim Timur, dimana angin Timur terhalang oleh tanjung sehingga tidak menimbulkan gelombang besar. Pada musim Barat, angin yang bertiup tidak
33
terhalang oleh tanjung sehingga mengakibatkan terjadinya gelombang yang besar dan hujan lebat (Dharmayati, 1989) Wyrtki (1961) menyatakan bahwa keadaan angin di Palabuhanratu bersesuaian dengan sifat laut. Kecetapatan angin tercatat sebesar 1-7,5 meter/detik selama bulan September sampai Desember dan bergerak kearah Barat. Menurut Uktolseja (1973), pada bulan September kecepatan angin di perairan Lepas Pantai Palabuhanratu berkisar antara 5-7 meter/detik dengan arah yang sama. Jumlah curah hujan di Palabuahanratu berkisar antara 1.500-3.000 mm dalam satu tahun. Curah hujan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir 2.266 mm, dengan hari hujan rata-rata 196 hari dan kelembaban relatif udara sekitar 88% (Nuraini et.al., 1992)
4.3
Unit Penangkapan Ikan Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan
operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan. 4.3.1 Perahu Perahu digunakan oleh nelayan untuk mempermudah penangkapan dan merupaakan transportasi nelayan ke daerah penangkapan ikan. Jenis perahu yang terdapat di Cisolok adalah perahu motor tempel. Perahu motor tempel adalah kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor (inboard engine) yang biasanya digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap dengan perikanan skala kecil. Perahu penangkapan ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok hanya satu jenis, yaitu perahu motor tempel. Perahu motor tempel adalah perahu atau kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel (outboad engine). Perkembangan jumlah perahu/kapal motor tempel dan kapal motor setiap tahunnya ada yang meningkat dan ada pula yang menurun walaupun peningkatan dan penurunannya sedikit. Pada tahun 2007 jumlah perahu motor tempel mengalami kenaikan sebesar 3,9% dari tahun 2005. Pada tahun 2005 jumlah perahu motor tempel sebanyak 511 unit sedangkan pada tahun 2007 meningkat menjadi 531. Namun jumlah ini terus mengalami penurunan hingga menjadi 346
34
unit pada tahun 2010. Sebaliknya untuk kapal motor terus mengalami peningkatan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah perahu motor 229 unit. Jumlah ini meningkat 114,4% menjadi 491 unit pada tahun 2010. Secara detail Perkembangan jumlah perahu motor tempel dan kapal motor
disajikan pada
Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan jumlah perahu motor tempel dan kapal motor tahun 20052010 / unit Tahun
Perahu motor tempel
Kapal motor
Jumlah
2005
428
229
657
2006
511
270
781
2007
531
321
852
2008
416
230
646
2009
364
394
758
2010
346
491
837
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011 4.3.2 Alat tangkap Jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu dibedakan atas perahu motor tempel dan kapal motor. Pada tahun 2005 jumlah alat tangkap mengalami kenaikan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah alat tangkap sebanyak 637 unit. Jumlah ini meningkat 693,9% menjadi 6.478 unit. Secara detail jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Sukabumi (unit) Tahun
Jumlah alat tangkap
2005
825
2006
923
2007
2.949
2008
2.872
2009
6.575
2010
6.478
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011
35
Alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan PPI Cisolok, hanya 3 jenis alat tangkap yang dioperasikan setiap tahunnya yaitu payang, pancing layur dan jaring rampus. Kebiasaan dari nelayan di PPI Cisolok yaitu nelayannya tidak hanya mempunyai 1 jenis alat tangkap melainkan memiliki beberapa karena disesuaikan dengan musim ikan.
1) Payang (1) Deskripsi Payang adalah alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh nelayan Indonesia. Alat tangkap ini termasuk ke dalam kelompok pukat kantong (sene net) atau lebih dikenal dengan nama danish seine. Adapun alat tangkap ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu sayap, badan dan kantong (Subani dan Barus, 1989). Payang dioperasikan di permukaan dengan tujuan untuk menangkap ikanikan pelagis. Pada penggoperasiannya, alat tangkap ini dioperasikan dengan melingkari kawanan ikan kemudian jaring ditarik ke atas geladak kapal (Subani dan Barus, 1989). Pengoperasian payang dilakukan baik pada siang hari maupun pada malam hari. Adapun alat tangkap payang di kawasan PPI Cisolok hanya dioperasikan di dalam Teluk Palabuhanratu pada pagi hari sampai dengan sore hari. Alat tangkap payang yang dioperasikan di perairan Cisolok disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Alat tangkap payang yang dioperasikan di Cisolok.
36
(2) Konstruksi Payang termasuk ke dalam alat tangkap pukat kantong yang mempunyai tiga bagian besar yaitu sayap, badan dan kantong. Adapun bagian-bagian alat tangkap payang secara lebih rinci terdiri atas dua sayap, badan jaring, kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Konstruksi payang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Konstruksi payang.
(a) Sayap Sayap pada payang digunakan untuk mengurung kawanan ikan yang akan ditangkap. Material jaring yang digunakan pada bagian sayap adalah PA (Polyamide). Panjang sayap yaitu 100 m dengan ukuran mesh size 30-40 cm. Pada sayap bagian atas terdapat pelampung yang terbuat dari bambu dengan diameter 8-12 cm berjumlah 32-40 buah pada satu unit payang. Pada sayap bagian bawah terdapat pemberat sebanyak 20-35 buah. Pemberat ini terbuat dari bahan timah dengan bobot 1 kg tiap pemberat. Sayap payang yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 10.
37
Gambar 10 Sayap payang yang dioperasikan di Cisolok.
(b) Badan Ikan-ikan yang telah dikelilingi oleh jaring kemudian diarahkan oleh nelayan agar masuk ke badan jaring. Material jaring yang digunakan pada bagian badan sama dengan material jaring pada bagian sayap PA (Polyamide) dengan ukuran mesh size 20-25 cm. Panjang badan bagian atas lebih pendek dibandingkan dengan badan jaring bagian bawah. Hal ini bertujuan agar ikanikan pelagis tidak dapat meloloskan diri melalui bagian bawah payang. Panjang bagian jaring bagian atas sebesar 10 m sedangkan panjang bagian bawah sebesar 30 m. Fungsi dari bagian badan jaring yaitu untuk mengarahkan gerak geromboan ikan ke arah kantong; (c) Kantong Kantong merupakan bagian paling akhir atau ujung pada alat tangkap payang. Kantong ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PA (Polyamide). Kantong pada payang memiliki panjang 20 m dengan ukuran mesh size yang berurutan mengecil mulai dari 2-10 cm. Ukuran mata jaring yang semakin mengecil ini bertujuan agar ikan-ikan tertangkap dan tidak dapat meloloskan diri dari kantong; (d) Pelampung Pelampung alat tangkap payang umumnya terbuat dari potongan batang bambu sepanjang 1 m berdiameter 8-12 cm. Pelampung yang digunakan berjumah 32-40 buah pada satu unit payang. Di samping pelampung bambu, terdapat pula pelampung yang terbuat dari plastik berupa jerigen minyak
38
ukuran 30 liter. Pelampung ini diletakan di tengah bibir jaring bagian atas. Pada ujung tali selambar yang pertama kali diturunkan, terdapat pelampung tanda yang terbuat dari plastik berbentuk bola berdiameter sekitar 30-50 cm. Pelampung payang yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Pelampung payang yang dioperasikan di Cisolok. (e) Pemberat Pemberat digunakan bersama pelampung menentukan keragaan bukaan mulut jaring saat dioperasikan. Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah. Jumlah pemberat yang digunakan pada satu unit payang yaitu sekitar 20-35 buah dengan bobot 1 kg tiap pemberat; (f) Tali ris Tali ris pada payang terletak pada bagian sayap. Tali ris ini terbagi menjadi dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas berfungsi sebagai tempat memasang pelampung sedangkan tali ris bawah berfungsi sebagai tempat pemberat. Baik tali ris atas maupun tali ris bawah terbuat dari bahan PE multifilament dengan diameter tali ris atas 3-4 mm dan tali ris bawah 5-6 mm. Panjang tali ris atas yaitu 300-400 m sedangkan panjang tali ris bawah yaitu 250-350 m. Perbedaan panjang tali ini mengakibatkan jaring bagian atas lebih menjorok ke belakang. Hal tersebut karena tingkah laku ikan pelagis yang merupakan target penangkapan yaitu akan berenang ke arah bawah jika terhalang atau terkurung; dan (g) Tali selambar Tali selambar pada payang berfungsi untuk menarik jaring saat sedang dioperasikan dan pada saat jaring ditarik ke atas kapal. Tali ini terbuat dari bahan Polyethylene (PE) multifilament dengan diameter tali 16 mm. Panjang
39
tali selambar di sayap kanan dan kiri payang berbeda. Panjang tali selambar yang digunakan mencapai 200 m. Tali ini berfungsi sebagai tali penarik payang ke atas kapal. Tali selambar payang yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12 Tali selambar payang yang dioperasikan di Cisolok. (3) Perahu Perahu yang digunakan untuk mengoperasian payang terbuat dari bahan kayu dengan dimensi L x B x D yaitu 9-12 x 2,5-3,5 x 1,8-2,5 meter. Perahu yang digunakan pada pengoperasian payang biasanya berupa perahu motor tempel yang menggunakan mesin dengan merk Yamaha. Mesin ini memiliki umur teknis ± 5 tahun dengan kekuatan mesin sebesar 40 PK. Pengoperasin perahu dilakukan secara one day fishing yaitu pergi pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 dan kembali pada siang atau sore hari yaitu pada pukul 17.00 tergantung ikan hasil tangkapan. Jika ikan hasil tangkapan banyak dan palkah sudah penuh, maka akan kembali lebih awal. Jika ikan hasil tangkapan tidak ada maka akan kembali pada pukul 17.00. Perahu payang yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Perahu payang yang dioperasikan di Cisolok.
40
(4) Nelayan Mayoritas nelayan yang ada di kawasan PPI Cisolok adalah penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang berasal dari sekitar kabupaten Sukabumi. Nelayan payang pada umumnya merupakan penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Adapun nelayan yang mengoperasikan payang di kawasan PPI Cisolok berjumlah 15-20 orang nelayan. Anak buah kapal (ABK) payang memiliki peran dan tugas masing-masing, yaitu : (a) Juru mudi, bertugas memegang kemudi perahu menuju maupun kembali dari fishing ground; (b) Pengawas (fishing master), bertugas mencari gerombolan ikan dan menentukan arah operasi penangkapan ikan; (c) Petawur, bertugas untuk menurunkan jaring; (d) Juru batu, bertugas untuk menurunkan pemberat; dan (e) Anak payang, bertugas untuk berenang menakut-nakuti dan menggiring ikan ke arah mulut jaring. Walaupun memiliki peran dan tugas masing-masing, semua nelayan yang ada di atas perahu selain juru mudi membantu dalam proses penarikan jaring.
(5) Metode pengoperasian Operasi penangkapan jaring payang dilakukan secara one day fishing. Proses pengoperasian payang dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 WIB. Adapun pengoperasian payang dilakukan dalam empat tahap yaitu persiapan, tahap pemasangan jaring (setting), tahap penarikan jaring (hauling), dan tahap pelepasan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi persiapan perbekalan seperti makanan dan minuman yang biasanya para nelayan sudah membawanya masingmasing dari rumahnya, serta bahan bakar. Selain itu juga pemeriksaan terhadap kondisi mesin oleh juru mesin. Adapun untuk satu kali operasi penangkapan jaring payang diperlukan bahan bakar sebanyak 20 liter. Setelah semua tahap persiapan dilakukan, perahu diberangkatkan menuju fishing ground. Dalam menentukan fishing ground, fishing master mencari kawanan ikan dengan melihat
41
tanda-tanda keberadan gerombolan ikan seperti adanya riak-riak di permukaan. Keahlian ini diperoleh dari kebiasaan fisihing master dalam melakuakan mencarian fishing ground. Pada proses ini kecakapan seorang fishing master sangatlah menentukan keberhasilan penangkapan. Pada saat geromolan ikan ditemukan, fishing master akan menginstruksikan kepada juru mudi agar mendekati gerombolan ikan tersebut agar proses pemasangan jaring (setting) dilakukan. Pemasangan jaring dilakukan dengan melingkari gerombolan ikan dimulai dengan menurunkan pelampung tanda, pelampung yang berupa bambu, tali selambar, badan jaring, dan pemberat. Ujung tali selambar yang satunya tetap berada di perahu. Proses melingkari gorombolan ikan ini memerlukan waktu 20 menit. Proses berikutnya adalah penarikan jaring. Proses ini dilakukan dengan secepat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan lolosnya ikan yang akan ditangkap. Adapun tahap penarikan jaring umumnya menghabiskan waktu selama 30 menit. Proses penarikan dilakukan oleh ABK. Pembagian tugas adalah sebagai berikut, ada yang bertugas untuk merapihkan pelampung, pemberat dan badan jaring payang. Bagian kantong adalah proses penarikan yang terakhir. Penarikan jaring payang yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Penarikan jaring payang yang dioperasikan di Cisolok. Tahap pelepasan hasil tangkapan dilakukan dengan membuka ikatan pada kantong. Tahap pelepasan ini umumnya dilakukan selama 15 menit. Namun diketahui waktu pelepasan ini tergantung dari banyaknya hasil tangkapan. Setelah
42
proses pelepasan selesai, kantong jaring diikat kembali dan dipersiapkan kembali untuk setting selanjutnya. Jika hasil tangkapan yang didapatkan kurang memuaskan, maka proses setting umumnya dilakukan sebanyak 8-10 kali dalam satu kali operasi penangkapan jaring payang.
(6) Hasil tangkapan Jaring payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan perairan. Adapun target tangkapan jaring payang berupa ikan-ikan pelagis. Hasil Tangkapan dari payang adalah pepetek (Leioghnatus spp.), kembung (Rastrelliger sp.), tongkol komo (Euthynnus affinis). Pada waktu-waktu tertentu hasil tangkapan payang berupa ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan madidihang (Thunnus albacares) juga tertangkap.
(h) Pancing layur (1) Deskripsi Pancing layur merupakan suatu pancing yang terdiri dari tali utama (main line) dan tali cabang (branch line). Tali cabang terletak di sepanjang tali utama secara berderet dengan jarak tertentu. Pada bagian ujung tali cabang terpasang mata pancing. Panjang tali utama berbanding lurus dengan banyaknya mata pancing yang digunakan. Panjang tali utama bila direntangkan secara lurus dapat mencapai ratusan meter hinnga puluhan kilometer (Subani dan Barus, 1989). Pancing layur menurut Brandt (1984) dikalisifikasikan ke dalam jenis alat tangkap pancing. Pancing layur yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15 Pancing layur yang dioperasikan di Cisolok.
43
(2) Konstruksi Konstruksi dari pancing layur vertikal yang biasa digunakan untuk menangkap ikan layur di Cisolok yaitu terdiri dari beberapa bagian. Pancing rawai layur terdiri dari tali utama (main line), tali cabang (branch line), mata pancing (hook), pemberat, kili-kili (swivel), tali untang dan penggulung. Secara detail konstruksi dari pancing layur disajikan pada Gambar 16.
Penggulung (reel)
Main line (PA monofilamen No.800)
2 cm 2m
2m
Branch line (PA monofilamen no 500) Panjang 1,3 m Kawat barlen 15 cm
2m
2m Pemberat (batu)
Gambar 16 Konstruksi pancing layur.
(a) Tali utama (main line) Tali utama pada pancing layur yang digunakan terbuat dari bahan monofilament nylon bernomor 1000 dengan diameter 100-200 m. Tali utama
44
berfungsi sebagai tempat terkaitnya tali cabang dimana mata pancing dipasang. Panjang tali secara keseluruhan sekitar 250 m; (b) Tali cabang (branch line) Tali cabang (branch line) merupakan tali tambahan yang disapang pada tali utama. Tali cabang terbuat dari bahan PA monofilament dengan warna transparan. Panjang tali cabang 1,5 m. Tali cabang dipasang secara berderet dengan jarak 2,5 m. Pemasangan tali cabang pada tali utama menggunakan simpul. Pada tali cabang dipasang mata pancing; (c) Mata pancing Mata pancing berfungsi sebagai tempat memasang umpan sekaligus tempat terkaitnya ikan. Mata pancing pada pancing layur terbuat dari bahan stainless steel. Jenis mata pancing dengan bahan stainless steel ini digunakan nelayan karena harganya yang relatif murah dan cukup tahan lama. Adapun ukuran mata pancing yang biasa nelayan Cisolok gunakan adalah nomor 7 sampai 10. Jumlah mata pancing pada tiap tali cabang hanya satu sedangkkan satu tali utama terdapat 100 buah mata pancing; (d) Pemberat (sinker) Pemberat pada pancing layur ini biasanya terbuat dari timah ataupun dari batu. Pemberat ini diikatkan pada tali untang yang terletak diantara swivel pertama dan swivel kedua. Pemberat ini berfungsi agar tali utama tetap kebawah walaupun arus kencang; (e) Kili-kili (swivel) Kili-kili digunakan agar tali pancing tidak terbelit dan menjadi kaku akibat arus ataupun gerakan ikan pada saat meloloskan diri. Dua buah swivel dipasang dalam satu unit pancing layur yaitu pada ujung tali utama dan pada pangkal tali cabang.; (f) Tali untang atau kawat barlen Tali untang befungsi untuk mencegah agar tali cabang tidak membelit pada tali utama. Tali ini diikatkan pada swivel pertama dan kedua dengan menggunakan tali yang ukurannya sama dengan tali utama sepanjang 20-30 cm. Bagian antara tali cabang dan mata pancing dipasang tali untang sepanjang 10-20 cm; dan
45
(g) Penggulung (reel) Penggulung berfungsi untuk memudahkan pengoperasian pancing. Terbuat dari kayu atau plastik, berbentuk seperti roda dengan ukuran tertentu tergantung panjang tali pancing (Nurhayati, 2006). Penggulung pancing layur dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Penggulung pancing layur yang dioperasikan di Cisolok.
(3) Perahu Perahu yang digunakan pada penggoperasian pancing layur di Cisolok yaitu perahu congkreng yang sudah dilengkapi dengan motor tempel bermesin diesel dengan kekuatan 5-25 PK. Dimensi dari perahu tersebut yaitu : panjang (P) berkisar 6-13 meter, lebar (L) 1-3 meter dan tinggi (D) 0,8-3 meter. Perahu ini juga dilengkapi dengan alat penyeimbang pada kedua sisinya yang disebut kincang. Kincang tersebut terbuat dari bambu dengan panjang sekisar 7 meter (Nurhayati, 2006). Perahu pancing layur yang dioperasikan di Cisolok disajikan pada Gambar 18.
Gambar 18 Perahu pancing layur yang dioperasikan di Cisolok.
46
Perahu pancing layur dilengkapi juga dengan alat bantu untuk menunjang operasi penangkapan yaitu : (a) Lampu tekan / petromaks Petromaks digunakan sebagai penerangan pada saat pengoperaian pancing layur dilakukan pada malam hari; dan (b) Cool box Cool box digunakan untuk menyimpan ikan layur hasil tangkapan agar tersusun rapi dan tidak rusak. Ikan layur yang telah tersusun dalam Cool box kemudian diberi es curah untuk menjaga kesegarannya.
(4) Nelayan Nelayan yang mengoperasikan pancing layur dengan menggunakan perahu congkreng sebanyak 1-3 orang per unit penangkapan. Satu orang bertugas mengemudikan perahu sekaligus memancing dan yang lainnya sebagai pemancing dan mempersiapkan keperluan sebelum setting, seperti memasang umpan. Satu orang nelayan dalam sekali setting dapat mengoperasikan beberapa pancing sekaligus tergantung dari kemahiran masing-masing nelayan.
(5) Metode pengoperasian (a) Persiapan Pada tahap ini dilakukan pemasangan motor tempel pada perahu, pemasangan alat pancing, bahan bakar, lampu petromaks, penyediaan umpan dan bekal makanan selama operasi berlangsung. Setelah semua persiapan selesai maka siap berangkat menuju fishing ground. Biasanya nelayan berangkat ke fishing ground sekitar pukul 15.00-17.00 WIB tergantung jarak fishing ground dan keadaan cuaca; (b) Pemilihan fishing ground Pemilihan fishing ground dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan dengan memperhatikan keadaan perairan seperti angin dan gelombang serta berdasarkan hasil tangkapan hari sebelumnya. Fishing groundnya hanya disekitar Teluk Palabuhanratu. Hal ini dikarenakan perahu yang digunakan
47
nelayan pancing layur yang berukuran kecil dan tidak memungkinkan untuk melakukan penangkapan di luar Taluk Palabuhanratu; dan (c) Operasi panangkapan Operasi panangkapan biasanya dilakukan saat hari mulai gelap. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, nelayan mulai memotong umpan dan setelah itu umpan dipasang pada mata pancing kemudian rawai pancing layur mulai diturunkan. Setelah dibiarkan selama beberapa menit, kemudian pancing diangkat dan nelayan mulai melepaskan hasil tangkapan satu-persatu. Ikan layur hasil tangkapan tersebut kemudian disimpan dalam cool box dan sebagian digunakan untuk umpan setting berikutnya. Setelah operasi penangkapan selesai, nelayan kembali pulang ke tempat awal berangkat.
(6) Hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan pancing layur ini adalah ikan layur (Trichiurus sp), barrakuda (Sphyraena jello) dan ikan layang (Decapterus kurroides). Ikan hasil tangkapan yang didapat tidak semuanya di jual akan tetapi ada juga yang dijadikan umpan dan dikonsumsi sendiri oleh nelayannya.
3) Jaring rampus (1) Deskripsi Jaring rampus dikelompokkan ke dalam jaring insang hanyut dasar atau bottom gillnet. Cara pengoperasiannya dengan cara dihanyutkan di dasar perairan. Jaring rampus merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama pada seluruh tubuh jaring. Pada sisi atas jaring diletakkan pelampung (float) dan pemberat (sinker) pada sisi bawah. Jaring akan terentang akibat dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy force dari float yang mengarah ke atas dan sinking force dari sinker yang ditambah dengan berat jaring yang mengarah ke bawah (Ayodhyoa 1981).
48
(2) Konstruksi Bagian-bagian dari jaring rampus terdiri atas badan jaring, tali ris atas, tali ris bawah, tali pelampung, pelampung, tali pemberat dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring rampus ditunjukkan pada Gambar 19 dan 20. 56 PE Ø 5 56 PE Ø 5 2442 ◊ 75 ◊
PA Monofilamen : 2 inchi
75 ◊
2442 ◊ 56 PE Ø 5 56 PE Ø 3
Gambar 19 Desain jaring rampus.
Tali pelampung
Pelampung
Tali ris atas
Badan Jaring
Tali ris bawah
Pemberat
Tali pemberat
Gambar 20 Konstruksi jaring rampus.
(a) Badan jaring Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah PA (Plyamide) monofilament berwarna putih transparan dengan ukuran jaring dengan keadaan terpasang per piece sebesar 56 x 4,8 meter. Ukuran mata jaringnya adalah 2 inch. Jaring rampus pada tiap piecenya memiliki jumlah mata 1934 mata pada arah
49
horizontal dan 75 mata pada arah vertikal. Panjang badan jaring dalam keadaan terentang adalah 98,25 m sedangkan dalam keadaan terpasang adalah 56 m. Hanging ratio dari jaring rampus ini adalah 0,57. Badan jaring yang digunakan pada jaring rampus di Cisolok disajikan pada Gambar 21.
Gambar 21 Badan jaring rampus yang digunakan di Cisolok.
(b) Pelampung Pelampung pada jaring rampus terbuat dari bahan styrofoam dengan berbentuk balok dengan panjang 4 cm dan lebar 2,5 m. Jumlah pelampung dalam satu piece sebanyak 107 buah dengan jarak antar pelampung 48 cm. Pelampung yang digunakan pada jaring rampus di Cisolok disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22 Pelampung jaring rampus yang digunakan di Cisolok.
(c) Pemberat Pemberat pada jaring rampus terbuat dari timah dengan berat satuan 12 gram. Jumlah pemberat dalam satu piece sebanyak 242 buah. Karena penempatan jaring berada didasar perairan maka pemberat memiliki peran penting untuk
50
menjaga kedudukan jaring agar tetap di posisinya. Hal itu menjadi penting karena pengaruh arus yang dapat menggeser kedudukan jaring dari tempat semula, dan biasa mengubah kedudukan jaring dalam menghadang ikan; Jangkar biasanya digunakan pada awal setting piece pertama dan satu jangkar lagi pada piece terakhir. Jangkar terbuat dari kayu dengan panjang 1 m dengan diameter 5 cm dan pada bagian atasnya disambungkan kayu yang berbentuk seperti mata kail pancing serta pada bagian bawahnya diikatkan beton yang terbuat dari campuran semen dan batu dengan berat 5 kg. Pemberat yang digunakan pada jaring rampus di Cisolok disajikan pada Gambar 23.
Gambar 23 Pemberat jaring rampus yang digunakan di Cisolok.
(d) Tali ris Tali ris pada jaring rampus terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas dan bawah terbuat dari PE multifilament dengan diameter 5 mm. Panjang tali ris atas adalah 56 m. Tali ris atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung berfungsi untuk memasangkan pelampung pada jaring. Tali pelampung ini memiliki diameter 5 mm dan panjang 56 m. Jaring rampus juga dilengkapi tali ris bawah dengan diameter 5 mm untuk pengikat jaring bagian bawah dan diameter 2,5 mm untuk pengikat pemberat dengan panjang kedua tali ris bawah ini adalah 60 m. Tali ris jaring rampus yang digunakan di Cisolok disajikan pada Gambar 24.
51
Gambar 24 Tali ris jaring rampus yang digunakan di Cisolok. (3) Perahu Perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring rampus yaitu jenis jukung yang terbuat dari bahan fiber dan dilengkapi dengan katir. Perahu ini memiliki dimensi ukuran L x B x D : 11 x 1 x 0,8 meter. Perahu ini menggunakan mesin tempel dengan kekuatan 5 PK dengan merk yamaha. Perahu ini dilengkapi dengan katir di sebelah kanan dan kiri Perahu. Katir berfungsi sebagai penyeimbang atau mengurangi efek gerakan oleng perahu, sehingga memudahkan nelayan dalam mengoperasikan perahu dalam operasi penangkapan ikan. Perahu yang digunakan pada jaring rampus di Cisolok disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25 Perahu jaring rampus yang digunakan di Cisolok. (4) Nelayan Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring rampus sebanyak 2-3 orang. Masing-masing nelayan mempunyai tugas yang berberda. Satu orang sebagai pengemudi perahu dan yang lainnya menurunkan alat, sedangkan pada saat hauling dari jumlah nelayan yang ikut secara bergantian menarik jaring sampai
52
semua jaring terangkat ke atas perahu. Perbaikan alat dan perahu dilakukan nelayan pada waktu sampai di darat atau pada waktu sore hari. (5) Metode pengoperasian Jaring rampus biasanya dioperasikan pada saat dini hari sampai pagi hari. Pengoperasiannya dibagi dalam lima tahap yaitu: (a) Persiapan Persiapan meliputi mengecekan kondisi mesin dan pendorongan perahu yang bersandar di pinggir pantai menuju ke kolam pangkalan pendaratan ikan sampai propeler mesin tidak menyentuh pasir, sehingga perahu dapat berjalan. Persiapan perahu jaring rampus menuju fishing groud di Perairan Cisolok disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26 Perahu jaring rampus menuju fishing ground di Perairan Cisolok. (b) Penentuan fishing groud Perjalanan perahu dari fishing base menuju fishing groud dimulai dari pukul 03.30 WIB. Lama waktu yang ditempuh ± 40 menit sampai dengan 1 jam perjalanan dari fishing base menuju fishing groud. Penentuan fishing ground biasanya berdasarkan dari informasi nelayan lain yang mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dan biasanya nelayan tidak pernah pindah fishing
53
groud sebelum ikan yang didapatkan menurun atau ada informasi lain mengenai fishing groud yang ikannya lebih banyak; (c) Pemasangan jaring (setting) Proses penurunan jaring dilakukan dengan penurunan jangkar yang berupa balok dari beton, tali selambar, jaring dan terakhir jarkar yang diikatkan dengan kayu yang bebentuk seperti mata pancing. Pada saat penurunan jaring, mesin dibiarkan hidup untuk mempermudah proses penuruanan jaring. Proses ini berlangsung selama 12-15 menit. Selanjutnya setelah penurunan jaring selesai, tali selambar diikat pada bagian buritan perahu. Pemasangan jaring rampus di Perairan Cisolok disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27 Pemasangan jaring rampus pada saat operasi penangkapan di Perairan Cisolok. (d) Perendaman jaring (soaking) Perendaman di perairan selama 1 jam. Pada saat perendaman jaring, nelayan biasanya beristirahat untuk menyiapkan tenaga untuk melakukan penarikan jaring. Proses pada saat nelayan menunggu perendaman jaring rampus di Perairan Cisolok disajikan pada Gambar 28.
Gambar 28 Nelayan menunggu perendaman jaring rampus di Perairan Cisolok.
54
(e) Penarikan jaring (hauling) dan pelepasan hasil tangkapan Proses hauling berlangsung selama 1,5-2 jam, satu nelayan bertugas menarik tali ris atas dengan posisi beridiri dan satu nelayan bertugas menarik tali ris bawah dan melepaskan ikan yang terjerat. Hasil tangkapan yang diperoleh disimpan di palka dan kemudian hasil tangkapan diikat satu persatu. Hasil tangkapan utama diikat terpisah dengan ikan sampingan oleh benang nilon. Satu kali trip hanya berlangsung 1 kali setting saja. Penarikan jaring rampus pada operasi penangkapan ikan di Perairan Cisolok disajikan pada Gambar 29.
Gambar 29 Penarikan jaring rampus di Perairan Cisolok. (6) Hasil tangkapan Hasil tangkapan utama dari jaring rampus adalah ikan layang (Decapterus kurroides). Adapun hasil tangkapan sampingan dari jaring rampus adalah beloso (Saurida spp), pepetek (Leiognatus sp), sebelah (Pleuronectidae), lidah (Paraplagusia bilineata), biji nangka (Upeneus sp), barakuda (Sphyraena jello) dan simata goyang (Priacanthus tayenus).
4.3.3 Nelayan Mayoritas nelayan di PPN Palabuhanratu merupakan penduduk asli daerah tersebut. Namun ada pula nelayan pendatang yang berasal dari Cirebon, Cilacap, Binuangen, Indramayu, dan beberapa nelayan dari luar pulau Jawa, seperti Sumatera dan Sulawesi. Nelayan yang berada di PPN Palabuhanratu dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan buruh adalah orang yang ikut dalam operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan
55
pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan dan tidak selalu ikut dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan pemilik biasanya disebut juragan. Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu mengalami peningkatan secara bertahap pada tahun 2005 jumlah nelayan sebanyak 3.498 orang. Jumlah ini meningkat 27,9% menjadi 4474 orang pada tahun 2010. Secara detail Perkembangan jumlah nelayan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah nelayan PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Total nelayan (orang) 3.498 3.936 4.363 4.453 4.474
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011
4.4 Produksi Produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan secara bertahap. Pada tahun 2006 jumlah produksi 2.637.748 kg. Jumlah ini menurun 63,77% menjadi 955.540 kg pada tahun 2010. Secara detail Perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010 Tahun
Produksi (kg)
2006 2007 2008 2009 2010
2.637.748 1.003.942 709.483 962.632 955.540
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011
56
4.5 Nilai Produksi Nilai Produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu mengalami penurunan secara bertahap. Pada tahun 2006 nilai produksi Rp 10.720.734.920. Jumlah ini menurun 27,19% menjadi Rp 7.805.769.900 pada tahun 2010. Secara detail Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Nilai produksi hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2006-2010
Tahun
Nilai produksi (Rp)
2006 2007 2008 2009 2010
10.720.734.920 11.654.357.704 6.320.706.025 6.963.664.250 7.805.769.900
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2011