33
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Desa Karacak 1. Letak dan Luas Desa Karacak Desa Karacak secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan orbitasi jarak tempuh ke ibukota kecamatan sekitar 5 km, sedangkan orbitasi jarak tempuh ke ibukota kabupaten sekitar 42 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Karacak adalah, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Barengkok, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Karyasari, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pabangbon/Cibeber II. Menurut Data Potensi Desa dan Kelurahan tahun 2010, luas wilayah Desa Karacak mencapai 710,023 ha. 2. Topografi dan Iklim Topografi wilayah Desa Karacak umumnya memiliki topografi berbukitbukit dengan tingkat kemiringan 30º dan berada pada ketinggian 500 mdpl. Suhu rata-rata harian Desa Karacak sebesar 37ºC dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya sebesar 4.683 mm dan dengan jumlah bulan hujan dalam satu tahun adalah 6 bulan. 3. Penggunaan Lahan Sebagian besar lahan di Desa Karacak berupa lahan perkebunan yang mencapai 270,510 ha/m2 atau 38,09% dari total luas yang ada. Selain untuk lahan perkebunan, penggunaan lahan di Desa Karacak juga dipergunakan untuk berbagai hal lain, dan keterangan lebih lanjut mengenai rincian penggunaan lahan di Desa Karacak tersaji dalam Tabel 1. Tabel 1 Tata Guna Lahan di Desa Karacak No. Jenis Penggunaan Luas(Ha) 1 Pemukiman 82,50
Persentase (%) 11,761
2
Persawahan
210,00
29,936
3
Pekarangan
4,00
0,570
4
Kuburan
5,00
0,713
34
Lanjutan Tabel 1. No. 5 6
Jenis Penggunaan Tegalan/Ladang Lainnya Jumlah
Luas(Ha) 370,00
Persentase (%) 52,744
30,00
4,277
701,50
100
Sumber : BPS Kabupaten Bogor 2009
4. Sosial Ekonomi a. Kependudukan Menurut Data Potensi Desa dan Kelurahan 2010, penduduk yang mendiami Desa Karacak berjumlah 10.862 jiwa yang terdiri dari 5.549 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 5.313 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.855 KK dan dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 66 jiwa/km2. b. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Karacak mayoritas bermata pencaharian sebagai petani sedangkan jenis pekerjaan lain yang ditekuni oleh penduduk Desa Karacak diantaranya adalah pedagang, buruh, pengacara, dukun kampung dan sebagai pegawai baik itu pegawai negeri (PNS) maupun pegawai swasta. Pada Tabel 2 disajikan struktur mata pencaharian penduduk Desa Karacak. Tabel 2 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Karacak No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) 1 Petani 912 2 Buruh 595 3 Pegawai 183 4 Pengrajin 3 5 Pedagang 45 6 Peternak 4 7 Lainnya 6 Jumlah 1.748
Persentase (%) 52,174 34,039 10,469 0,172 2,574 0,229 0,343 100
Sumber : Pemerintahan Desa Karacak 2010
5. Sarana dan Prasarana Desa Karacak memiliki jalan yang biasanya dipergunakan sebagai sarana penghubung dengan wilayah di luar desa. Jalan tersebut memiliki panjang kurang lebih 17,5 km, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 7,5 km dalam keadaan baik dan 6 km dalam keadaan rusak, jalan batu 1 km dan jalan tanah sepanjang 3 km.
35
Selain sarana perhubungan, terdapat pula jenis sarana lainnya. Tabel 3 menyajikan sarana dan prasarana yang ada di Desa Karacak. Tabel 3 Sarana dan Prasarana yang terdapat di Desa Karacak No. Jenis Sarana Jumlah 1 Taman kanak-kanak 6 2 Sekolah Dasar 8 3 Sekolah Menengah Pertama 3 4 Sekolah Menengah Atas 1 5 Lembaga Pendidikan Agama 1 6 Praktek Dokter 1 7 Posyandu 10 8 Puskesmas Pembantu 1 9 Masjid 20 10 Mushola/Surau 23 11 Lapangan Olahraga 13 Sumber : Pemerintahan Desa Karacak 2010
4.2 Kondisi Sosial Ekonomi Responden Objek pada penelitian ini merupakan warga Desa Karacak pada Kampung Cengal yang memiliki lahan kebun campuran yang tergabung dalam kelompok tani manggis. Kampung Cengal yang terletak kurang lebih 5 km dari pusat Desa Karacak, merupakan suatu daerah yang hampir sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor yang sama yaitu pertanian, baik sebagai petani kebun campuran maupun petani sawah. Namun demikian ada juga beberapa kepala keluarga yang bekerja pada sektor lain misalnya sebagai pegawai negeri (PNS), buruh dan pedagang. Secara umum, masyarakat Kampung Cengal sudah hidup layak, hal tersebut dapat dilihat dari keadaan bangunan fisik tempat tinggal penduduk yang cenderung sudah permanen dimana sebagian besar bangunannya telah terbuat dari tembok dengan sarana penerangan yakni jasa PLN yang telah lama masuk kampung. Begitu pula dengan jasa telekomunikasi berupa telepon, hanya saja penduduk yang memiliki telepon masih terbatas. Hal itu berkaitan dengan fungsi dan manfaat telepon itu sendiri yang dirasa masyarakat masih belum penting. Kampung Cengal memiliki aksesibilitas yang baik, hal ini dikarenakan kampung tersebut sering didatangi banyak orang yang ingin mengetahui keberadaan kebun campuran baik dari peneliti, instansi pemerintah maupun swasta. Meskipun sarana jalan yang menghubungkan Kampung Cengal dengan
36
jalan utama menuju pusat Desa Karacak berupa jalan aspal namun tidak tersedia angkutan umum. Sarana angkutan yang tersedia hanya ojek motor. Masyarakat Kampung Cengal mendapatkan informasi dari berbagai media terutama media elektronik baik itu televisi maupun radio. Informasi juga biasanya didapatkan penduduk dari rapat-rapat di kantor kelompok tani maupun rapat di balai desa. Berikut ini dijelaskan lebih lanjut mengenai identitas dan karakteristik keluarga petani yang menjadi responden. 1. Umur Responden Umur petani ini mengindikasikan lamanya petani mengelola kebun campuran dan berkaitan dengan tenaga potensial yang sangat berpengaruh pada pengelolaan hasil kebun campuran yang digunakan responden. Keterangan mengenai kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran Umur Petani Responden Kelompok Umur (tahun)
Jumlah (orang)
Persentase (%)
31 – 40
5
16,67
41 – 50
8
26,67
51 – 60
9
30,00
61 – 70
5
16,67
71 – 80
2
6,67
81 – 90
1
3,33
Jumlah
30
100,00
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak adalah responden pada kelompok umur 51-60 yakni sebanyak 9 orang atau sebesar 30% dan responden yang paling sedikit pada kelompok umur 81-90 yakni sebanyak 1 orang atau sebesar 3,33% dari seluruh responden. Pemilik kebun campuran yang usianya masih muda biasanya mendapatkan kebun campuran tersebut dari warisan orangtua atau melanjutkan usahatani orangtuanya. Pengelolaan kebun campuran rata-rata dilakukan sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja tambahan setiap harinya, terutama yang memiliki pekerjaan utamanya sebagai petani.
37
2. Tingkat Pendidikan Responden Secara umum tingkat pendidikan responden masih relatif rendah, hal itu ditandai dengan masih banyaknya responden yang hanya lulusan SD/sederajat. Tingkat pendidikan yang paling tinggi yang dicapai responden adalah SLTA yakni hanya 2 orang saja. Tingkat pendidikan responden petani kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Tingkat Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Lulusan SD/sederajat
Persentase (%)
20
66,67
Lulusan SLTP
8
26,67
Lulusan SLTA
2
6,67
30
100,00
Jumlah
Rendahnya tingkat pendidikan responden dikarenakan keadaan ekonomi responden yang kurang mampu, sehingga keluarga hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan SLTA. Namun demikian, para responden telah mengetahui dan mengerti cara mengelola kebun campuran dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan pendapatan petani dari usaha kebun campuran itu sendiri. Meningkatnya pengetahuan tersebut tidak lepas dari peran pihak-pihak terkait yang telah memberikan penyuluhan dan bantuan bibit baik dari pemerintah maupun swasta walaupun belum dijalankan sepenuhnya oleh responden. 3. Mata Pencaharian Responden Mata pencaharian responden umumnya bergerak pada bidang pertanian, baik sebagai petani kebun campuran maupun petani sawah. Namun demikian ada juga kepala keluarga yang bekerja pada sektor lain misalnya sebagai, buruh dan pedagang. Keterangan lebih lanjut mengenai mata pencaharian responden dapat dilihat pada Tabel 6.
38
Tabel 6 Mata Pencaharian Utama Responden Pekerjaan Utama
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Petani
28
93,33
Buruh
1
3,33
Pedagang
1
3,33
30
100,00
Jumlah
Dari data di atas menunjukkan bahwa umumnya pekerjaan utama responden merupakan petani baik itu petani sawah ataupun petani kebun campuran yakni 28 orang atau sebesar 93,33% dari seluruh jumlah responden, selebihnya merupakan buruh tani dan pedagang dengan membuka warung makanan dengan jumlah masing-masing 1 orang atau 3,33%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya variasi dalam pekerjaan yang dilakukan responden. Hal ini dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pendidikan responden dan adanya faktor warisan dari orangtua dalam hal bekerja, dimana apabila orangtuanya bekerja sebagai petani maka karena pendidikan yang rendah pula sehingga menyebabkan anaknya pun akan bekerja sebagai petani juga. Kebun campuran yang responden kelola hanya menghasilkan pada bulanbulan tertentu saja terutama di saat musim panen buah-buahan, bila yang dipanen merupakan komoditas utama kebun campuran seperti manggis (Garcinia mangostana), durian (Durio zibethinus), dan melinjo (Gnetum gnemon) sehingga usaha kebun campuran tidak akan menghasilkan jika tidak panen. Dengan demikian responden mempunyai pekerjaan sampingan seperti supir, ojek motor, berdagang, buruh, dll. Selain itu, responden akan menebang tanaman kehutanan yakni pohon sengon (Paraserianthes falcataria) yang ada di kebun campuran untuk memenuhi kebutuhan mendesaknya. 4. Pendapatan Responden Pendapatan keluarga adalah semua penghasilan yang diterima anggota keluarga baik berupa gaji ataupun upah, pendapatan dari usaha keluarga maupun pendapatan lainnya. Besarnya pendapatan yang diterima oleh suatu keluarga sangat berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini responden yang menggantungkan hidup keluarganya pada pertanian, walaupun ada yang
39
bekerja pada bidang lain namun jumlahnya sedikit. Dengan demikian pendapatan responden pun relatif rendah. Tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat Pendapatan Responden Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah (orang)
Persentase (%)
< 500.000
16
53,33
500.000 - 1.000.000
11
36,67
1.000.000 - 1.500.000
2
6,67
> 1.500.000
1
3,33
30
100,00
Jumlah
Pengelolaan kebun campuran responden dapat dikatakan belum baik. Hal ini dapat dilihat dari perawatan dan pemeliharaannya yang belum intensif pada saat kebun campuran sedang tidak panen buah, beda halnya pada saat musim panen maka perhatianpun terpusat pada kebun tersebut. Responden memanen hasil kebun campurannya terutama buah-buahan dengan cara memborongkannya kepada tengkulak dengan harga yang biasanya jauh lebih rendah daripada dipanen sendiri dengan pemikiran agar tidak adanya biaya yang dikeluarkan untuk pemanenan padahal bila kebun tersebut dikelola dengan baik dan dipanen sendiri maka akan memberikan nilai tambah untuk pendapatan responden. 5. Luasan Lahan Kebun Campuran Responden Luasan lahan yang dimiliki responden bervariasi mulai dari 0,1 ha hingga 2 ha. Luasan ini terbilang kecil sehingga jumlah dan kombinasi jenis tanaman yang ada di lahan mereka juga tidak banyak. Tentu saja hal ini berkaitan dengan produktivitas lahan. Semakin kecil luasan lahan maka semakin kecil pula produktivitas lahan tersebut. Keterangan luasan lahan responden dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada umumnya responden memiliki lahan dengan luasan yang kecil yakni berada pada stratum I sebesar 46,67% dan stratum II sebesar 40% sedangkan yang memiliki lahan > 1 ha hanya berjumlah 4 orang (13,33%).
40
Tabel 8 Luasan Kebun Campuran Responden Jumlah (orang)
Persentase (%)
Stratum I (< 0,5)
14
46.,67
Rataan Luas Lahan (ha) 0,18
Stratum II (0,5 - 1)
12
40.,00
0,71
4
13,33
1,75
30
100,00
Kategori Luas Lahan (ha)
Stratum III (>1) Jumlah
4.3 Sejarah Kebun Campuran Kondisi awal lahan kebun campuran berupa lahan kosong yang kritis, dimana dahulu dikelola dengan usaha perkebunan teh pada masa kolonialisme Belanda. Namun ketika Belanda meninggalkan Indonesia maka perkebunan teh tersebut tidak terpelihara lagi dan yang tertinggal adalah akar-akar teh dan lahan tampak tandus dan sangat kritis. Menurut Budiningsih (2008), Pemerintah Indonesia melakukan penertiban lahan khususnya lahan yang belum jelas status kepemilikannya seperti lahan-lahan bekas perkebunan yang dikelola Belanda sebelumnya pada tahun 1960-an. Penertiban kepemilikan lahan dilakukan secara bertahap. Ngelasir sebagai tahap awal
dilakukan
untuk
memberi
batas
wilayah
yang
akan
ditetapkan
kepemilikannya. Penduduk beramai-ramai disertai aparat desa dan kecamatan menelusuri wilayah desa untuk selanjutnya tanah-tanah dikelompokkan ke dalam blok-blok dengan pembatas blok berupa batas alam seperti kali, sungai, jalan setapak. Ngerincik merupakan tahap lanjutan berupa pemberian tanda batas blok dengan menggunakan tambang atau rantai. Areal lahan yang sudah di-rincik lalu disepakati siapa yang memiliki atau berniat memiliki lahan tersebut untuk selanjutnya dikelola. Lahan-lahan yang relatif subur lebih awal diakui kepemilikannya. Lahan-lahan yang sudah jelas kepemilikannya baik lahan yang subur maupun lahan kritis selanjutnya dikelola penduduk lokal yang diawali dengan tindakan menyiapkan lahan agar siap ditanami. Kondisi lahan kritis yang umumnya berada pada daerah yang miring telah mendorong sebagian besar tanah berpindah dari bagian atas ke bagian bawah atau lembah ketika hujan tiba. Lalu teras-teras dibuat petani sebagai solusi untuk mengantisipasi erosi tanah yang
41
potensial terjadi. Pepohonan yang daunnya relatif mudah lapuk seperti sengon dan kecapi ditanam di bagian ujung teras untuk mengikat tanah-tanah pada tebing agar tidak runtuh. Selain itu serasah dari dedaunan yang mudah lapuk ini akan cepat memperbaiki kondisi tanah kritis yang miskin hara. Areal lahan kritis akhirnya berubah menjadi areal hijau yang membentuk sebuah ekosistem baru yang kini menjadi bagian dari sistem kehidupan di pedesaan. Kebun campuran didominasi dengan pohon cengkeh pada tahun 1970-an. Penduduk mengembangkan pohon cengkeh di kebunnya karena penduduk tertarik dengan harga jual cengkeh yang tinggi saat itu. Hal lain yang mendukung pengembangan cengkeh di kebun campuran saat itu adalah ketersediaan bibit-bibit cengkeh mudah diperoleh di dalam desa dan penguasaan teknik budidaya cengkeh. Kondisi kebun campuran akhirnya menjadi semakin padat dengan kehadiran pohon cengkeh. Beberapa jenis pohon khususnya yang berdekatan dengan pohon cengkeh ditebang. Hal ini dilakukan agar cengkeh yang menjadi tanaman idola saat itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga mampu memberikan hasil panen yang banyak. Kebun campuran mengalami kembali perubahan jenis komoditi unggulan pada tahun 1990-an. Peristiwa yang terjadi saat itu berhubungan dengan munculnya Badan Penyangga dan Pemasok Cengkeh (BPPC) di tahun 1990. BPPC menjadi lembaga tunggal yang menangani tata niaga cengkeh di Indonesia. Harga dasar cengkeh di tingkat petani yang sangat murah menjadi disinsentif bagi penduduk untuk mepertahankan cengkeh-cengkeh di kebunnya. Petani akhirnya beralih dengan jenis manggis meskipun harganya lebih rendah dibandingkan dengan harga cengkeh. Namun pemasaran manggis saat itu sebenarnya telah mencapai pasar internasional. Seiring dengan waktu, permintaan kayu dari kebun campuran ini meningkat ditandai dengan munculnya industri perkayuan pedesaan yang berada di sepanjang jalan Karacak. Industri perkayuan ini mengolah kayu-kayu dari berbagai jenis pohon penghasil kayu dan buah menjadi kayu-kayu gergajian sebagai bahan material ataupun kayu olahan untuk peti-peti kemasan kaca. Dengan demikian, perubahan mendasar yang terjadi dari kebun campuran saat ini
42
adalah sulitnya ditemukan kebun campuran dengan pepohonan yang berdiameter besar.
4.4 Struktur dan Komposisi Kebun Campuran Kebun campuran Desa Karacak umumnya terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 500 mdpl dengan sebagian besar topografinya agak curam dengan kemiringan 45º tetapi ada juga yang landai. Untuk mengelola lahan dengan keadaan tersebut, petani menyiasatinya dengan membuat petakan atau terasering pada lahannya sehingga dapat mencegah erosi. Berbagai macam tanaman yang biasanya terdapat di kebun campuran milik responden yakni tanaman pertanian dan tanaman tahunan. Tanaman pertanian berupa pisang, ubi kayu, talas dimana hasilnya tidak hanya dikonsumsi sendiri melainkan juga untuk dijual baik itu masih mentah maupun berupa olahan hasil pertanian tersebut. Sedangkan untuk tanaman tahunan berupa pohon-pohon penghasil buah-buahan dan pohon-pohon penghasil kayu. Keterangan tentang macam-macam jenis tanaman tahunan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Tanaman Tahunan yang terdapat di Kebun Campuran No. Jenis Tanaman Nama Latin Cempedak 1 Artocarpus rigidus 2 Jambu bol Syzygium malaccense Jengkol 3 Pithecellobium jiringa Prain Kapas 4 Gossypium arboreum L. Karet 5 Ficus elastica nois.ex bl 6 Melinjo Gnetum gnemon L. 7 Petai Parkia speciosa Hassk 8 Puspa Schima wallichii Korth 9 Rambutan Nephelium lappaceum L. 10 Sengon Paraserianthes falcataria L.Fosberg 11 Manggis Garcinia mangostana L. 12 Durian Durio zibethinus Nangka 13 Artocarpus integra Merr Duku 14 Lansium domesticum Corr 15 Alpukat Persea americana Afrika 16 Maesopsis eminii Engl. Kebun campuran bagi petani merupakan sumber penghasilan keluarga untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Keberadaan kayu di kebun campuran petani
43
guna memenuhi kebutuhan jangka panjang. Sedangkan untuk kebutuhan jangka menengah diperoleh dari nangka, cengkeh, melinjo, durian, dan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek petani berasal dari petai, cabe, pisang, kacang panjang, ikan gurame, ikan nila, ikan lele, singkong, talas dan timun. Pengamatan profil tegakan kebun campuran yang dilakukan pada ukuran 10 m x 20 m dengan bantuan software SexI-FS (Hardja dan Gregoire 2008) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada ukuran tersebut, dapat dilihat bahwa susunan tanaman tidak teratur. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengaturan jarak tanam.
Gambar 4 Profil Tegakan Kebun Campuran Karacak. Keterangan komponen spesies: = S. wallichii = A. rigidus = Musa spp.
= D. zibethinus = P. falcataria = G. arboreum
= P. guajava
Susunan dari profil tegakan tersebut terdiri dari P. falcataria, Musa spp., S. wallichii, D. zibethinus, P. guajava, G. arboreum, A. rigidus. Tinggi tanaman yang tertinggi adalah P. falcataria dengan ukuran 17 m, sedangkan pohon-pohon yang terlihat pendek pada Gambar 3 tersebut merupakan Musa spp., P. guajava, dan anakan A. rigidus. 4.5 Keadaan Industri Perkayuan Salah satu hal yang mendasari keberlanjutan penanaman tanaman kayu seperti sengon dan afrika di kebun campuran saat ini adalah pemasaran kayu yang
44
mudah bagi petani. Hal ini dikarenakan banyaknya industri penggergajian kayu di Desa Karacak dan di sekitar perbatasan Desa Karacak. Keterangan lebih lanjut mengenai industri yang ada di Desa Karacak dan sekitarnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jenis Industri yang Terdapat di Desa Karacak dan Sekitarnya No
Nama Industri
1
Harapan Jaya
2 3
Dian Surya Gemilang Karya Jaya Tridaya
4 5
Jenis Industri Penggergajian dan mebel Penggergajian Penggergajian Penggergajian Penggergajian
Lama Berdiri (tahun) 4
Karacak
Jmlh Karyawan (orang) 6
1 4
Karyasari Karacak
8 30
7 1.5
Barengkok Barengkok
14 10
Lokasi
Jenis industri yang ada di Desa Karacak dan sekitarnya adalah jenis perindustrian penggergajian. Hal ini dikarenakan gergajian merupakan kegiatan yang sangat sederhana yakni industri yang melakukan konversi kayu pertama dari log menjadi kayu gergajian. Berbeda bila dibandingkan dengan pengerjaan mebel meskipun membutuhkan modal yang sangat besar dan keahlian khusus dalam menggergaji. Di samping itu, banyaknya jumlah industri penggergajian di Desa Karacak dan sekitarnya dikarenakan lokasi yang cukup strategis yaitu berada di dataran rendah, akses menuju lokasi cukup mudah dengan sarana jalan yang beraspal dengan sarana angkutan yang lancar sehingga pemasaran produksi kayu juga menjadi mudah.
Gambar 5 Lokasi perindustrian kayu rakyat di Desa Karacak.