ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO ( CAR ), NON PERFORMING LOAN (NPL), LOAN to DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) DAN DAMPAKNYA PADA PENAWARAN KREDIT INVESTASI PADA BANK PERSERO
Disusun Oleh: HANA ROSDIANA 106081002336
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hermanta dan Ekanda (2005:52) dalam Luh Gede Meydianawathi (2007:135) mengatakan bahwa sumber utama pembiayaan investasi di Negara berkembang termasuk di Indonesia umumnya masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan sehingga wajar bila banyak pihak menuding lambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 merupakan salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan Negara Asia lainnya yang terkena krisis. Selain itu beliau berpendapat bahwa membaiknya kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir yang tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Ini berarti bahwa fungsi intermediasi perbankan di Indonesia belum pulih. Membaiknya kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir yang tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Ini berarti bahwa fungsi intermediasi perbankan di Indonesia 1
masih belum pulih. Hal utama yang paling penting untuk mengembalikan kondisi ekonomi Indonesia agar kembali sebagaimana mestinya adalah dengan menumbuh kembangkan industri Sektor riil, terutama sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang tidak terlalu terpengaruh imbas dari krisis moneter tahun 1998. Permodalan bagi usaha kecil-menengah UMKM atau UKM menjadi salah satu tema pokok didalamnya. Kemudian dengan berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan dapat dijadikan problem solving
bagi permasalahan pengangguran dan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan beberapa kebijakan tersebut, seperti yang kita dengar dalam kebijakan moneter dan perbankan yang ditetapkan pemerintah. Semenjak krisis 1998 industri perbankan di Indonesia masih lesu apalagi penawaran kredit bank untuk UMKM, penurunan kredit disebabkan oleh turunnya kemauan bank untuk memberikan pinjaman pada tingkat suku bunga yang berlaku. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan menurunnya keinginan untuk memberikan kredit dapat bersumber dari faktor internal bank maupun faktor eksternal. Faktor internal seperti rendahnya kualitas aset perbankan, tingginya non-performing loans dan anjloknya modal perbankan akibat depresiasi dan negative interest margin menurunkan kemampuan bank untuk memberikan pinjaman, Juda Agung dkk (2001 :21). Agenor (2000:14) dalam studi literaturnya menyebutkan bahwa sebabsebab menurunnya penyaluran kredit perbankan kepada sektor swasta di Asia setelah krisis tahun 1997 masih menimbulkan perdebatan di antara para 2
ekonom. Sebagian ekonom berpendapat bahwa menurunnya penyaluran kredit perbankan disebabkan oleh ”credit crunch” yang menimbulkan fenomena credit rationing sehingga terjadi penurunan penawaran kredit oleh perbankan (supply side constraint). Masih lambatnya pertumbuhan kredit perbankan setelah mengalami penurunan yang sangat tajam pada awal krisis merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mengapa proses pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Meskipun kondisi makroekonomi khususnya moneter telah relatif membaik dibandingkan pada saat krisis, sebagaimana tercermin antara lain dari relatif rendahnya tingkat suku bunga, jumlah kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi pelumas dalam mendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada tingkat sebelum krisis. Akhir-akhir ini Indonesia kembali menghadapi masalah tersendatnya fungsi intermediasi perbankan, yaitu suatumasalah yang pernah bertahuntahun dialami paska krisis 1997/1998. Kredit yang tumbuh tinggi baru terlihat pada tahun 2008, dengan puncaknya pada bulan Oktober, yaitu mencapai 37,0% secara year on year (yoy). Namun, pertumbuhan kredit kemudian mulai melambat hingga menjadi 29,5% pada akhir tahun 2008. Bahkan, selama paruh pertama 2009, kredit hanya tumbuh 2,1% secara year to date (ytd). Dengan demikian, sulit mengharapkan bahwa perbankan dapat merealisir target pertumbuhan kredit sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) 2009 sebesar 15,4%. Rendahnya pertumbuhan kredit dapat berdampak negatif 3
terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan sekaligus berpotensi mengancam stabilitas sistem keuangan. (Bank Indonesia, 2009:4) Di tahun 2000an, perekonomian Indonesia mulai beranjak pulih, begitu pula dengan sektor perbankan yang mulai aktif dalam melaksanakan fungsinya sebagai intermediasi meskipun belum sepenuhnya terlaksana. Namun pada masa ini ada fenomena yang disebut “credit crunch” karena dana berlimpah tetapi tidak mengalir ke sektor riil, yang maksudnya adalah walaupun permintaan kredit oleh sektor riil meningkat, seiring mulai berjalannya
perekonomian,
tetapi
sektor
perbankan
masih
enggan
menyalurkan dananya kepada sektor ini (Info Bank, Des 2004) karena melihat pengalaman buruk di masa lalu dimana banyak korporat kelas kakap yang belum melunasi utangnya dan sampai saat ini hanya membayar bunganya saja, sehingga utang makin menumpuk. Credit crunch juga biasa disebut quantity rationing, dimana suku bunga pinjaman tidak lagi berfungsi dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran kredit. Credit rationing sebagai suatu kondisi dimana nasabah tertentu tidak mendapatkan kredit walaupun mereka mau membayar suku bunga pinjaman yang lebih tinggi, menurut Juda Agung dkk (2001:21) credit crunch adalah pembatasan suplai kredit yang bersifat non-harga (non-price credit constraint) sebagai akibat peraturan perbankan yang terlalu mengikat seperti peraturan masalah modal dan legal lending limit atau akibat penurunan kualitas aset dan profitabilitas perbankan. Dari definisi tersebut, secara umum credit crunch dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana 4
terjadi penurunan suplai kredit perbankan secara tajam sebagai akibat dari menurunnya kemauan bank dalam menyalurkan kredit pada dunia usaha. Keengganan bank dalam menyalurkan kredit tersebut tercermin dari meningkatnya spread yaitu selisih antara suku bunga pinjaman dan suku bunga dana dan semakin ketatnya kriteria untuk memperoleh kredit. Dalam kondisi yang ekstrim, credit crunch terjadi dalam bentuk credit rationing, yaitu bank menolak memberikan kredit terhadap nasabah tertentu atau sebagian besar nasabah pada tingkat suku bunga berapapun. Keengganan bank seperti ini yang akan menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat. Faktor bank yang seperti ini biasanya dikarenakan rendahnya kualitas aset, meningkatnya kredit macet akibat tekanan krisis yang menyebabkan menurunnya kemampuan bank dalam memberikan pinjaman. Krisis yang terjadi dipertengahan tahun 1997 benar-benar memberikan pelajaran bagi dunia khususnya perbankan di Indonesia membuat pemerintah lebih tegas dan tidak segan-segan untuk menutup bank yang kinerjanya buruk. Untuk meningkatkan kinerja ekonomi, maka prioritas pemerintah dalam upaya mengembangkan perekonomian masyarakat salah satunya adalah memberikan dukungan perluasan akses terhadap kredit sebagai jawaban terhadap kelesuan dunia Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya beberapa tahun terakhir ini. Hal itu ditempuh mengingat bahwa permasalahan yang dihadapi di dalam sektor perekonomian adalah upaya pemberdayaan pengembangan usaha dan perekonomian masyarakat terutama usaha sekala 5
menengah dan kecil sehingga bantuan permodalan dan akses kredit dirasakan sangat membantu bagi masyarakat dan pemerintah dalam hal pengembangan perekonomian di Indonesia. Dalam Almilia (2005) Pada seminar restrukturisasi perbankan di Jakarta tahun 1998 disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain, semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, dampak likuiditas bank-bank 1 november 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran, semakin turunnya permodalan bank-bank, banyak bank-bank tidak mampu melunasi kewajibannya karena menurunnya nilai tukar rupiah, manajemen tidak profesional. Oleh sebab itu pemerintah melalui jasa dan peran perbankan dalam hal membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha pada khususnya dan kegiatan ekonomi pada umumnya memberikan bantuan berupa kredit atau pinjaman modal bagi para pelaku usaha baik usaha dengan skala besar, menengah maupun kecil. Laporan Bank Indonesia (2005) bahwa Perkembangan penyaluran kredit tidak harus pada kenyataannya keadaan ekonomi yang terus baik, bahkan cenderung naik turun. Pada saat kondisi ekonomi sedang turun bank lebih memilih menyalurkan kredit modal kerja. Semakin banyak bank menyalurkan kredit ini maka semakin banyak pendapatan bunga yang akan diperoleh. Ketika pendapatan yang diterima meningkat yang nantinya dapat mempengaruhi jumlah laba, baik deviden dan laba ditahan. Hal ini tentu saja 6
meningkatkan pertumbuhan modal dan akhirnya dapat meningkatkan sumber dana untuk menyalurkan kreditnya. (Datu Asmira Suri, 2007) Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengarahkan dana masyarakat maupun menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Kredit investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para investor untuk mendanai pembangunan proyek baru atau perluasan proyek yang sudah ada. Sedangkan kredit modal kerja diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kaitannya dalam hal pembangunan ekonomi pemberian kredit ini sebagai stimulus dalam upaya mendorong percepatan laju pertumbuhan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh perbankan kepada masyarakat atau organisasi tertentu terkadang masih bermasalah seperti terjadinya kredit macet dimana peminjam tidak mampu mengembalikan dana yang dipinjam. Dalam hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian dan keseriusan dalam melakukan analisis pemberian kredit terhadap para debitur. Investasi merupakan komponen dari permintaan agregat, namun relatif susah untuk diperhitungkan karena bersifat tidak stabil. Resesi ataupun boom 7
dalam suatu perekonomian bisa terjadi akibat perilaku investasi. Terlebih lagi, investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan bagi produktivitas kerja. Tanpa investasi maka tidak akan ada ekspansi usaha. Turunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama disebabkan oleh turunnya pengeluaran untuk investasi. Bank tidak asal meningkatkan jumlah dan tingkat suku bunga penyaluran kreditnya. Untuk menghindarkan resiko NPL yang tinggi dari penyaluran kredit yang tidak efisien. Dalam hal
ini perlu untuk
mempertimbangkan alokasi dana yang efisien. Seperti penyaluran kredit yang bisa memberikan return yang tinggi dimana tingkat NPL tidak terlalu tinggi. Karena pengalokasian dana yang tepat sangat mempengaruhi jumlah modal bank. Menurut Perry Warjiyo (2004: 26), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Muliaman Hadad (2004) menambahkan selain faktor-faktor tersebut, faktor profitabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam rasio return on assets juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit.
8
Pemaparan tersebut di atas menjelaskan bahwa setiap masyarakat baik pelaku bisnis ataupun tidak dalam memutuskan investasi tak lepas dari variabel-variabel makro ekonomi. Capital Adequacy Ratio (CAR) sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia besarnya ditentukan oleh seberapa besar modal yang dimiliki yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Serta besarnya ATMR dimana bobot risiko masing-masing aktiva telah ditetapkan. Sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan BI, kewajiban penyediaan minimum bank didasarkan pada resiko aktiva bank yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif yang merupakan kewajiban komitemn dan kontjusi, dimana resiko aktiva tersebut dapat berupa resiko kredit, fluktuasi bunga, fluktuasi nilai tukar, dan fluktuasi harga dari surat-surat berharga. (Siti Sumiati:2009) Dampak dari peraturan mengenai CAR tersebut adalah batasanbatasan yang harus diperhatikan oleh bank dalam rangka melakukan pengembangan usahanya adalah apabila batasan CAR tidak diperhatikan, resiko yang mugkin terjadi adalah penurunan tingakat CAR bank yang pada akhirnya akan berimplikasi kepada penurunan tingkat kesehatan bank. Sebaliknya dengan Non Performing Loan (NPL), jika NPL mengalami kenaikan maka akan berdampak pada penurunan profitabilitas bank karena rasio NPL menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang 9
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Oleh karena itu BI menetapkan maksimal NPL suatu bank adalah sebesar 5%. Dalam CAMEL salah satu indikatornya adalah dengan mengukur LDR dari sebuah bank. Bank Indonesia menetapkan batas maksimum rasio pemberian kredit terhadap dana yang terhimpun atau LDR adalah maksimal 110% dan estándar besar tingkat LDR yang optimal adalah 85% - 110%. Semakin besar LDR maka semakin besar profitabilitas bank. Tetapi apabila LDR terlalu besar maka bank tersebut cenderung tidak likuid. Dewi Gusti Ayu (2008:1), Sebagian besar profit yang diperoleh bank berasal dari bunga kredit. Hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat rentabilitas bank. Rentabilitas merupakan kemampuan dari bank untuk memperoleh laba yang dapat dihitung dengan perbandingan relatif antara laba dan jumlah investasi yang digunakan untuk merealisasikan laba tersebut atau dikenal dengan Return On Assets (ROA) Suseno dan Piter A. (2003), menambahkan bahwa indikator lain yang juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit kepada debitur adalah faktor rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return On Assets (ROA). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, studi ini mengkaji pengaruh beberapa variabel terhadap penawaran kredit investasi pada Bank Persero. 10
Dengan demikian penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR Terhadap ROA dan Dampaknya Pada Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero” B. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap ROA secara parsial dan simultan? 2. Bagaimana pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap Kredit Investasi dan variabel intervening ROA terhadap Kredit Investasi secara parsial dan simultan? 3. Bagaimana pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap Kredit Investasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening ROA?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap ROA secara parsial dan simultan. 2. Untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap Kredit Investasi dan variabel intervening ROA terhadap Kredit Investasi secara parsial dan simultan.
11
3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap Kredit Investasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening ROA.
D. Manfaat Penelitian Dalam semua kegiatan mempunyai tujuan yang jelas setelah menetapkan tujuan tersebut maka dapat ditentukan manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi Perbankan Memberikan sumbangan berupa pemikiran mengenai bidang perbankan dalam menetapkan kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan moneter Bank Indonesia dan kebijakan – kebijakan yang bersifat operasional, salah satunya dalam hal penawarn kredit di Bank Persero. 2. Bagi Fakultas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sebagai pembanding untuk penelitian sejenis lainnya. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang sebenarnya di bank persero.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bank Kata bank dapat ditelusuri dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari bangku yang menyiaratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga seperti peti emas, peti uang dan sebagainya, menurut Arifin (2006). Peti bank berarti portepel aktiva yang menghasilkan yaitu portofolio yang memberi bank laba. Namun pada abad ke-12 kata banco di Itali merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang, arti ini menyiratkan fungsi transaksi yaitu penukaran uang atau dalam transaksi bisnis yang lebih luas yaitu “membayar barang dan jasa” Pengertian bank menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya Kasmir (2004:23). Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990. 13
Pengertian Bank Menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Mishkin (2001: 8), secara sederhana menjelaskan bank sebagai lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Ia juga menjelaskan bahwa bank merupakan perantara keuangan (financial intermediaries), sehingga
menimbulkan interaksi antara orang yang
membutuhkan pinjaman untuk membiayai kebutuhan hidupnya, dengan orang yang memiliki kelebihan dana dan berusaha menjaga keuangannya dalam bentuk tabungan dan deposito lainyya di bank. Financial intermediaries merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena ia menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif kepada pihak yang produktif dalam mengelola dana. Selanjutnya, hal ini akan membantu mendorong perekonomian menjadi lebih efisien dan dinamis. Definisi Bank tersebut memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama dalam menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarkat. Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia. 14
B. Perkreditan 1.
Pengertian Kredit Dirumuskan dalam Bab I, pasal 1, 2 Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 yang berisi: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara Bank dengan lain pihak dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”. Menurut UU No.10 Tahun 1998 : “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.Mandala Manurung dan Prathama Rahardja(2004:185). Dalam praktek sehari-hari persetujuan pinjaman kredit dinyatakan dalam bentuk perjanjian tertulis baik dibawah tangan ataupun secara notariil, dan sebagai pengaman bahwa pihak peminjam akan mematuhi kewajibannya akan menyerahkan suatu jaminan baik yang bersifat kebendaan maupun bukan kebendaan. Sebenarnya sasaran kredit yang pokok dalam penyediaan pinjaman tersebut bersifat penyediaan suatu modal sebagai suatu alat 15
untuk melaksanakan kegiatan usahanya, jadi kredit yang diberikan tersebut tidak lebih dari faktor produksi semata.
C. Unsur-unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2000: 74) adalah sebagai berikut : a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa uang, barang, jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah bank baik secara intern maupun secara ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupan uang, barang atau jasa benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang. b. Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kepercayaan itu dituang dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak
dan kewajiban
masing-masing.
Kesepakatan
penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah. 16
b. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengambilan kredit yang jelas disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. c. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya, demikian juga sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun oleh resiko yang tidak sengaja, misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan panjang. d. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa ditentukan dengan bagi hasil panjang.
17
D. Prinsip-prinsip Perkreditan Dalam melaksanakan perkreditan secara sehat, Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:193) menyebutkan, ada 5 prinsip penyaluran kredit yang biasa di sebut dengan 5C. keenam prinsip tersebut adalah : a. Character Yang mendasari
pemberian kredit adalah kepercayaan, yaitu
adanya keyakinan dari pihak Bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Karakter (character) mencakup keinginan (kuat) calon debitur untuk memenuhi janji atau melunasi kewajiban sesuai jadwal, dalam kondisi baik atau buruk. Dengan demikian dalam unsure karakter tercakup kemampuan membayar (ability to pay) dan keinginan membayar (willingness to pay). Manfaat dari penilaian soal character ini untuk mengetahui sampai dimana tingkat kejujuran dan integritas dan tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibanya dari calon debitur. Soal character ini mempunyai faktor yang dominan, sebab walaupun calon debitur mampu untuk menyelesaikan utangnya tetapi jika tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank dikemudian hari.
18
Untuk menilai karakter memang sulit, karena masing-masing manusia mempunyai watak yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu para pengelola kredit harus juga mempunyai keterampilan psikologi praktis untuk mengenali watak dari para calon debiturnya. Untuk dapat mengambil kesimpulan mengenai character, diperlukan juga pengalaman yang cukup dalam menilai character dari calon debiturnya. b. Capacity Kapasitas (Capacity ) berkaitan dengan kemampuan calon debitur untuk melunasi kredit sesuai jadwal. Capacity adalah penilaian kepada calon debitur mengenai mengenai kemampuan melunasi kewajibankewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari Bank. Jadi jelaslah maksud dari penilaian terhadap capacity ini untuk menilai sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. c. Capital Yaitu jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini kelihatannya kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana. Penilaian atas modal (capital) yang dimiliki calon debitur ingin melihat kekuatan permodalan, juga komitmen dalam usaha, makin besar modal yang dimiliki dapat merupakan indikasi makin besar kemampuan dan komitmen dalam menjalankan usaha.
19
Namun demikian halnya dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya seseorang semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Dan secara rasional hal ini tidaklah mengherankan, sebab seorang calon debitur yang telah menanamkan dananya dalam proporsi yang besar dibandingkan kredit yang diperolehnya Bank tentu akan melakukan usahanya dengan penuh kesungguhan dan biasnya akan berhasil. Kemampuan modal sendiri ini merupakan benteng yang kuat agar tidak terkena goncangan dari luar, misalnya dalam situasi pasar modal dengan suku bunga yang tinggi maka sebaiknya komposisi modal sendiri ini harus besar. Sebaliknya calon debitur yang sama sekali tidak memiliki modal sendiri yang besar, ia akan kurang serius yang menangani proyeknya dan biasanya lebih banyak avonturir, apabila ada goncangan keuangan dari pihak luar akan cepat mengalami kegagalan. d. Collateral Jaminan (collateral) amat dibutuhkan oleh bank untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian, bila terjadi hal-hal yang buruk dari usaha yang dikelola nasabah. Penilaian jaminan bukan hanya dari nilai finansialnya saja, tetapi juga kualitas asset yang dimiliki calon debitur. Jaminan juga dapat dijadikan alat pengaman dalam menghadapai kemungkinan adanya ketidak pastian pada kurun waktu yang akan dating pada saat kredit tersut harus dilunasi. Jaminan ini sifatnya sebagai pelengkap dari kelayakan dari proyek nasabah. Jaminan ini tidak akan memperbaiki tingkat feasibility suatu proyek, namun agar proyek yang 20
feasible tersebut menjadi bank-able (dapat dibiayai dari kredit Bank) harus ada jaminan (collateral) tersebut. Pada hakikatnya bentuk jaminan ini dapat bermacam-macam tidak hanya berbentuk jaminan kebendaan yang berwujud fisik saja tetapi juga jaminan yang tidak berwujud kebendaan, misalkan seperti rekomendasi dan lain-lain. e. Condition of Economy Condition of Economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat
maupun untuk suatu
kurun waktu tertentu
yang
kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Kondisi ekonomi adalah lingkungan eksternal perusahaan yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan usaha. Condition of Economy sangat penting untuk diketahui apabila kredit tersebut diberikan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak diluar negeri sendiri. Faktor-faktor makro ekonomis ini termasuk pula peraturan pemerintah setempat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya suatu perusahaan. Adapun
maksud
penilain
terhadap
condition
of
economy
dimaksudkan pula untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu Negara atau suatu daerah akan memberikan dampak yang bersifat positif ataupun dampak yang bersifat negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut. 21
E. Tujan Kredit Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit terdapat risiko, maka usaha mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet. ( Judisseno 2005: 167) Menurut Judisseno (2005) selain profitability dan safety, bank, khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of development yaitu dalam hal: a. Ikut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. b. Meningkatkan efektivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya, guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Dari tujuan-tujuan yang dicoba untuk diraih di atas, maka fungsi kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:
22
1. Meningkatkan daya guna uang. Para pemilk uang/modal baik secara langsung atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat meminjamkan uangnya
kepada
perorangan
atau
perusahaan-perusahaan
untuk
meningkatkan usahanya. 2. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya kredit, pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya, dapat terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi. 3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui
rekening
giro
dapat
menciptakan
pembayaran
dengan
menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro, dan lainnya yang sejenis. 4. Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat digunakan sebagai alat pengendalian ekonomi.
Dalam keadaan inflasi pemerintah dapat
menerapkan kebijakan uang ketat (tight money policy) antara lain dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah dapat melonggarkan kebijakan pemberian kredit sehingga akan menimbulkan kegairahan dalam usaha. 5. Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak-pihak yang usahanya terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan usahanya melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank; 6. Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit, perusahaanperusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan dapat mendirikan proyek baru yang akan membutuhkan tenaga kerja. Hal itu dapat
23
mengurangi pengangguran dan selanjutnya pemerataan pendapatan akan meningkat pula. Meningkatkan hubungan internasional. Pengusaha di dalam negeri dapat pula memperoleh kredit baik secara langsung (offshore loan) maupun tidak langsung (two step loan). Bahkan suatu negara yang sedang berkembang dapat memperoleh kredit dari negara-negara yang telah maju. Bantuan dalam bentuk kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan antarnegara yang bersangkutan. F. Jenis-jenis Kredit Pemberian kredit pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank Indonesia sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan Kredit Likuiditas. (Judisseno 2005: 170) Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisseno (2005: 170) adalah sebagai berikut: a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi: 1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti Kredit Pemilikian 24
Rumah (KPR), Kredit Pembelian Mobil/Motor, Credit Card, dan kredit konsumtif lainnya. 2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar proses produksi; 3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihakpihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti bank garansi, anjak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya b. Kredit dari segi penggunaanya, meliputi: 1) Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja; 2) Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atai penanaman modal. c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi: 1) Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun. 2) Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun. 3) Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.
25
Sedangkan jenis-jenis kredit menurut Susilo (2000: 72) adalah sebagai berikut : a. Atas Dasar Tujuan Penggunaan Atas dasar tujuan penggunaan dana oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi: 1) Kredit Modal Kerja (KMK) KMK (Kredit Modal Kerja) yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. 2) Kredit Investasi (KI) Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. 3) Kredit Konsumsi Kredit Konsumsi adalah kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi. b. Atas Dasar Cara Penarikan Dana 1) Cash-Loan Cash Loan adalah kredit yang memungkinkan nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya persyaratan khusus tertentu. Yang termasuk dalam jenis kredit ini adalah Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja. 2) Non-Cash-Loan Non-Cash Loan adalah kredit yang tidak memungkinkan nasabah menarik dana tunai secara langsung tanpa adanya persyaratan khusus tertentu.
26
Yang termasuk jenis dalam jenis ini antara lain adalah Bank Garansi dan L/C. G. Kredit Investasi Kredit Investasi yaitu kredit-kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu cycle, maksudnya proses dari pengeluaran uang kas dan kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali perputaran, Menurut Y. Sri Susilo dkk (2000: 74) Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah. Kredit investasi juga biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha untuk membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. Kasmir (2000:76). Misalnya seorang debitur mendapatkan kredit untuk mendirikan pabrik atau barang modal lainnya. Uang kas yang dikeluarkan untuk membeli barang-barang modal tersebut akan baru dapat terhimpun kembali setelah melalui proses depresiasi atau amortisasi sesuai jangka waktu ekonomisnya, yang mana dana depresiasi tersebut dikumpulkan, mungkin akan memakan waktu 5 tahun sampai 20 tahun atau lebih. Proses ini dapat di gambar sebagai berikut :
27
Gambar 2.1 Arus Modal Investasi
Uang Kas
Barag-barang Modal
Depresiasi
Cadangan Depresiasi
Sumber : Manajemen Perkreditan bagi Bank Komersil, Mulyono,Teguh Pujo ( 1993:28) Jadi terdapat 2 ciri pokok dari kredit investasi, yaitu : barangbarang yang akan di beli merupakan barang-barang modal dan jangka waktunya cukup lama. Bentuk-bentuk yang lebih spesifik dari kredit investasi ini antara lain kredit-kredit yang dikeluarkan untuk : 1) Membeli tanah baik tanah untuk industri, tanah untuk pertambangan, maupun tanah untuk perkebunan dan lain-lain. 2) Membeli mesin-mesin, alat-alat angkutan, peralatan-peralatan produksi dan lain-lain. 3) Mendirikan bangunan gedung pabrik, hotel, gedung perkantoran dan lainlain. 4) Menanam tanaman-tanaman keras pada perkebunan sampai menghasilkan secara ekonomis.
28
5) Membangun sebuah kapal, pesawat terbang, peralatan-peralatan kerja yang akan dipakai sendiri.
H. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh akitiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (hutang), dll. Dengan kata lain CAR adalah rasio untuk untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko. Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements (BIS). (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono 2002: 573). Menurut Slamet Riyadi (2003:142) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan 29
modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). Ahmad Faishol (2007:153). Karena itu penilaian mengenai kecukupan modal menjadi salah satu bagian terpenting dalam menilai kondisi bank. Dalam anggaran dasar suatu bank dikenal pengertian modal dasar dan modal disetor. Modal dasar yaitu jumlah modal yang dinyatakan dalam anggran dasar sedangkan modal disetor adalah jumlah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemilik modal tersebut. Bagi bank umum dikenal istilah modal inti (meliputi modal disetor, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, laba/rugi berjalan) dan modal pelengkap (meliputi penilaian aktiva tetap, cadangan umum PPAP, pinjaman sub ordinasi) dalam menghitungkan kecukupan modal bank yang bersangkutan. Penerapan penghitungan kecukupan modal bagi bank Indonesia sejak bulan Mei 1993 telah mengikuti Standart Bank For International Settlement (BIS) dengan beberapa penyesuaian, sesuai dengan usaha yang dilakukn oleh perbankan di Indonesia. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau yang sering dikenal CAR (Capital Adequacy Ratio) bank diukur 30
berdasarkan persentase antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Langkah pertama pada penghitungan CAR adalah menghitung Risk Weighted Assets atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal ini seluruh aktiva diberi timbangan bobot tertentu berdasarkan timbangan tertentu dari yang tidak berisiko (risiko = 0%) sampai yang paling berisiko (risiko = 100%). Pembobotan ini, bank terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap risiko kredit (credit assessment) berdasarkan criteria tertentu. Contoh sistem pembobotan : kredit kepemilikan rumah dengan hipotek sebesar 50%, kredit komersial sebesar 100% atau tergantung dari credit assessment terhadap kreditur. Surat hutang atau kalim komersial bobotnya 100% atau tergantung dari credit assessment terhadap kreditur. Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah membagi Modal Bank (Bank’s Equities) dengan Risk Weighted Assets (ATMR). Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank semakin agresif menyalurkan dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko (karena mengharapkan pendapatan bunga yang lebih besar), sudah seharusnya bank tersebut juga harus memiliki modal yang semakin besar. Rumus perhitungan CAR adalah : (CAR) =
Modal Inti + Modal Pelengkap X100% ATMR
31
I.
Non Performing Loan (NPL) Menurut Manurung dan Prathama Rahardja (2004: 196), NPL (Non Performing Loans terbagi menjadi dua, yaitu kredit tak lancar dan kredit macet, kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Sedangkan kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan dikategorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. NPL (Non Perfoming Loan) atau tingkat kredit macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. NPL juga merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan peratuaran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menetapkan NPL maksimum 5%. Semakin rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut semakin kecil begitupun sebaliknya semakin tinggi NPL suatu bank maka akan semakin besar kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut. Rumus perhitungan NPL (Non Perfoming Loan) (NPL) =
Kredit Yang Bermasalah X100% Total Kredit Yang Dikucurkan
32
J.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Perry Warjiyo (2004: 26), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Menurut Slamet Riyadi (2003;146), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank. LDR juga akan menunjukan tingkat kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihan ketiga yang dihimpun oleh Bank yang bersangkutan. Menurut Ahamd Faishol (2007: 151) LDR yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maksimal LDR yang di perkenankan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Rumus Loan to Deposit Ratio adalah:
LDR =
Total Kredit yang di berikan X100% Total DPK
33
Sebelum terjadi krisis moneter, jika menggunakan rumus seperti diatas banyak bank yang LDR-nya mencapai diatas 110%, hal ini berakibat pada penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan menjadi tidak sehat. Untuk itu Bank Indonesia membuat kebijakan bahwa dalam penghitungan LDR Extended (LDR yang diperluas), dengan rumus sebagai berikut:
K. Profitabilitas Pengertian Profitabilitas Total Kredit yang diberikan LDR = X100% Total DPK + Obligasi yang diterbitka n + modal inti
K. Return On Assets (ROA) ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri
(Agus
Sartono,
2001:122).
Rentabilitas
perusahaan
menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Riyanto,2001:35). Sedangkan menurut Judisseno (2005) rentabilitas bank adalah ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan laba yang dilakukan dengan cara menghitung rasio-rasio rentabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien 34
penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Menurut Hasibuan (2001:100), ROA adalah perbandingan rasio laba sebelum pajak (Earning Before Tax/ EBT) selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volumen usaha dalam periode yang sama, atau dihitung dengan rumus: ୪ୟୠୟ ୠୣ୰ୱ୧୦
Return on assets (ROA) = ୲୭୲ୟ୪ ୟ୩୲୧୴ୟ Net Income (EBT) adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum dikurangi pajak. Total assets merupakan komponen yang terdiri dari las, giro pada BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aktiva tetap lain-lain. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber
modal bank. Dalam hal ini
profitabilitas yang diukur adalah profitabilitas perbankan yang mencerminkan tingkat efisiensi usaha perbankan.biasanya apabila profitabilitas tinggi akan mencerminkan laba yang tinggi dan ini akan mempengaruhi pertumbuhan laba bank tersebut.
35
L. Penelitian Terdahulu 1. Luh Gede Meydianawathi (2007), dalam penelitiannya “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan kepada Sektor UMKM di Indonesia”, hasil penelitian dalam kurun waktu Januari 2002 – Februari 2006, memperoleh simpulan yaitu. Pertama, pulihnya kepercayaan terhadap system perbankan dengan adanya program peminjaman pemerintah telah mendorong kenaikan DPK (Dana Pihak Ketiga). Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank yang (tercermin dalam Rasio CAR dan ROA) serta Non Performing Loan (NPL) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variable DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit bank umum, sedangkan NPLs berpengaruh negative dan signifikan terhadap penawaran kredit bank umum. 2. DRS. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak (2009), meneliti tentang Third Party Fund, Capital adequacy Ratio, Return On Asset, Non Performing Loan, dan Credit. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis data regresi berganda. berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa variabel DPK dan ROA berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume kredit. Sedangkan variabel LN_CAR (X2) dan LN_NPL (X4) memiliki nilai t hitung < t tabel (0,727<1,999 dan 1,706<1,999) dengan signifikansi 0,470 dan 0,093 yang lebih besar dari 36
0,05 artinya variabel CAR dan NPL tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume kredit. 3. Anisyah Harahap (2006) dengan judul “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan terhadap Profitabilitas bank Umum di Indonesia”, menjelaskan bahwa berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikan (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien sebesar 0,136, NPL sebesar 0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negatif. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR dimana masingmasing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji t-statistik tidak mempengaruhi ROA. Kemudian dari uji F-test yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas pada model regresi secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. 4. Himaniar Triasdini (2010), meneliti tentang “ Pengaruh CAR, NPL, ROA Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja”. Menjelaskan bahwa dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap penelitian diketahui secara simultan bahwa CAR, NPL dan ROA berpengaruh secara signifikan. Sedang pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa CAR nilai t- hitung dari CAR sebesar 3,375 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berarti CAR berpengaruh positif dan signifikan. Untuk NPL diperoleh nilat t-hitung sebesar -2,509 dengan tingkat signifikansi 0,043 yang berarti NPL 37
berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyalran kredit modal kerja, sedang untuk ROA diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,991 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009 yang berarti ROA berpengaruh positif dan signifikan. 5. Burcu Aydın (2008). Meneliti Credit Growth, CEE, Foreign Banks, Parent Banks, Panel Data. Alat analisis yang digunakan adalah data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara-negara CEE tergantung pada bank asing, dan bank-bank asing tergantung pada dana antar bank. Pinjaman oleh bank asing tampaknya didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan marjin suku bunga. Pinjaman ini muncul tergantung pada kondisi ekonomi tetapi tidak keuangan di negara asal bank asing. 6. Ralph de Haas and Iman van Lelyveld (2005). Meneliti bang asing, ekonomi transisi, pertumbuhan kredit, stabilitas keuangan. Alat analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing telah berkontribusi terhadap stabilitas kredit dalam CEE dengan menjaga pasokan kredit selama masa krisis. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N o 1.
Nama Peneliti Luh Gede Meydiana wati (2007)
Judul Penelitian Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM Di Indonesia(2 002--2006)
Variabel yang diteliti Penawaran Kredit,DPK,C AR,ROA,NPL s,sektor UMKM
Alat Statistik Analisis data regresi berganda
Hasil Penelitian pulihnya kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas. 38
N o
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel yang Alat diteliti Statistik
Hasil Penelitian bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non performing loan (NPLs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor UMKM di Indonesia.
2.
DRS.
Pengaruh
Hasan
Faktor
Sakti
Internal
Siregar,
Bank
M.Si, Ak
Terhadap
(2009)
Volume
Analisis data regresi berganda
berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa variabel DPK dan ROA berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume kredit. Sedangkan variabel LN_CAR (X2) dan LN_NPL (X4) memiliki nilai t hitung < t tabel (0,727<1,999 dan 1,706<1,999) dengan signifikansi 0,470 dan 0,093 yang lebih besar dari 0,05 artinya variabel CAR dan NPL tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap volume kredit.
Modal inti, Regresi Pertumbuhan berganda Kredit, CAR, LDR, NPL, ROA
Berdasarkan nilai koefisien dan uji signifikan (t-test) diperoleh bahwa CAR secara signifikan dan positif mempengaruhi ROA dengan koefisien sebesar 0,619. Begitu juga dengan pertumbuhan kredit yang memiliki koefisien 0,136, NPL sebesar -0,150 juga mempunyai arti mempengaruhi ROA secara signifikan, namun negative. Sedangkan variabel jumlah modal inti dan LDR masingmasing memiliki koefisien 0,063 dan 0,239 secara uji static tidak mempengaruhi ROA.
Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio, Return on Asset, Non Performing Loan, Credit
Kredit Pada Bank yg GO Public Di Indonesia 3.
Anisyah Harahap (2006)
Analisis Pengaruh Modal Inti, Pertumbuha n Kredit, CAR, LDR dan NPL Terhadap Profitabilita s bank Umum di Indonesia.
39
N o 4.
Nama Penelitian Himaniar Triasdini (2010)
Judul Peneltian pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Return On Assets terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada bank Umum yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Variabel yang diteliti CAR, NPL, ROA, Kredit Modal Kerja
Alat Statistik Regresi berganda
5.
Burcu Aydın (2008)
Banking Structure and Credit Growth in Central and Eastern European Countries
Credit Growth, Panel data CEE, Foreign Banks, Parent Banks, Panel Data
6.
Ralph de Haas and Iman van Lelyveld (2005)
Foreign Banks and Credit Stability in Central and Eastern Europe
Bank asing, Regresi ekonomi transisi, pertumbuhan kredit, stabilitas keuangan
Hasil Penelitian CAR, NPL dan ROA berpengaruh secara signifikan. Sedang pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa CAR nilai t- hitung dari CAR sebesar 3,375 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang berarti CAR berpengaruh positif dan signifikan. Untuk NPL diperoleh nilat t-hitung sebesar 2,509 dengan tingkat signifikansi 0,043 yang berarti NPL berpengaruh negative dan signifikan terhadap penyalran kredit modal kerja, sedang untuk ROA diperoleh nilai t-hitung sebesar 1,991 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009 yang berarti ROA berpengaruh positif dan signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negara-negara CEE tergantung pada bank asing, dan bank-bank asing tergantung pada dana antar bank. Pinjaman oleh bank asing tampaknya didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan marjin suku bunga. Pinjaman ini muncul tergantung pada kondisi ekonomi tetapi tidak keuangan di negara asal bank asing Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing telah berkontribusi terhadap stabilitas kredit dalam CEE dengan menjaga pasokan kredit selama masa krisis.
40
M. Paradigma Penelitian Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat digambarkan sebuah konstruk dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:
X1
rx1x2
e1
pyx1 pzx1
e2 rx1x3
pyx2
X2
Y pzy
pzx2 rx2x3 pyx3
pzx3
Z
X3 Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
Keterangan: X1 = CAR
Z = Kredit Investasi
X2 = NPL X3 = LDR Y = ROA
41
N. Kerangka Pemikiran Kerangka
pemikiran
merupakan
suatu
proses
dari
peneliti
memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel. Setelah
menentukan
judul
dan
metode
analisis,
peneliti
mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan bank Persero. Variabel yang diteliti adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Assets (ROA) dan Kredit Investasi . Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Return On Assets (ROA) dan Kredit Investasi. Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank Indonesia. Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk 42
berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data diolah dengan menggunakan Software AMOS 17. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan anatara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Laporan BI Bank Persero
CAR
NPL
LDR
(X1)
(X2)
(X3)
ROA (Y) KI (Z) Analisis Jalur
Pengujian Hipotesa Uji Kesuaian Model Hubungan Langsung dan Tidak Langsung
Interpretasi 43
O. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Ho : CAR, NPL, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial dan simultan. Ha : CAR, NPL, LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA secara parsial dan simultan.
2.
Ho : CAR, NPL, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi dan variabel intervening ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi secara parsial dan simultan. Ha : CAR, NPL, LDR berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi dan variabel intervening ROA berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi secara parsial dan simultan.
3.
Ho : CAR, NPL, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel intervening ROA. Ha : CAR, NPL, LDR berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi baik secara lansung maupun tidak langsung melalui variabel intervening ROA.
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Assets (ROA) serta dampaknya pada Kredit Investasi. Penelitian ini dilakukan pada Bank Persero periode Bulan Januari tahun 2004 hingga Bulan Juli tahun 2010. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi, lalu dilakukan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan sebelum analisis.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Judgement Sampling dalam menentukan sampel. Metode Judgement sampling atau purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. (Abdul Hamid, 2007 : 29). Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria sebagai berikut : 1. Bank Persero yang terdiri dari. a. Bank Negara Indonesia (BNI) 45
b. Bank Rakyat Indonesia (BRI) c. Bank Tabungan Negara (BTN) d. Bank Mandiri 2. Tersedia laporan keuangan tahunan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2004 - juli 2010.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar Bank Persero, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi laporan keuangan Bank Persero yang dipublikasikan di BI. 2. Library Research Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.
46
3. Pencarian melalui Internet (Internet Research) Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atai pinjam diperpustakaan tertinggal beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang, yaitu dengan internet sehingga data yang diperoleh up to date. Situs yang dikunjungi antara lain : www.bi.go.id, www.google.com, dan lain-lain.
D. Metode Analisis Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewaal Wright. Model path analisis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Menurut Riduan dan Engkos (2008) dalam bukunya yang berjudul Cara menggunakan dan memakai Analisis Jalur mengatakan, model path analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Menurut
Sambas
(2007;221)
analisis
jalur
(path
analysis)
dikembangkan oleh Sewaal Wright pada tahun 1934 yang bertujuan untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, 47
sebagai variabel penyebab terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Menurut Sugiyono (2007;297) analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari analisis jalur (regression is special case of path analysis). Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel yang berbentuk sebab akibat (bukan hubungan interaktif). Dengan demikian dalam model hubungan antar variabel tersebut variabel Eksogen (Exegonous), dan variabel dependen yang disebut variabel Endogen (Endogenous). Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit. (Imam Ghozali, 2008:21). Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariat. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan 48
langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung. (Imam Ghozali, 2008:93). Dilihat dari kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut: Substruktur I : Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y X1 e1 Y
X2
X3
Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYX3 + ε 1
Keterangan : Y
= ROA
X1
= CAR
X2
= NPL
X3
= LDR
ε1
= Residual Error
49
Substruktur II : Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y Pada Z e1
X1
e2 Y
X2
Z
X3
Z = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 + ρZY + ε 2 Keterangan : Z
= Kredit Investasi
Y
= ROA
X1
= CAR
X2
= NPL
X3
= LDR
ε2
= Residual Error
Selanjutnya
dengan
menggunakan
model
logaritma
natural
formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut Substruktur I : Y = ρYX1 + ρYX2 + ρYX3 + ε 1 Substruktur II : Z = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 + ρZY + ε 2 Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu: Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
50
Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam model merupakan dedukasi dari teori. Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest. Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model persamaan struktural berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, PATH hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. 51
Teknik estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti Weight Least Square (WLS), Generalized Least Square (GLS) dan Asymptotivally Distribution Free (ADF). Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar koefisien estimasi. Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik,
52
apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari: 1. Absolute Fit Measure Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan). a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-square ( χ 2 ). Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini akan menghasilkan probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi ( α ) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b. CMIN/DF Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam Ghozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. 53
c. Goodness of Fit Index (GFI) Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit. d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA) Root mean square error of approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar. 2. Incremental Fit Measures Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI) Adjusted
Goodnbess of Fit
Index (AGFI)
merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of
54
freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90. b. Tucker-Lewis Index (TLI) Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indeks komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah ≥ 0,90. c. Normed Fit Index (NFI) Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90. 3. Parsimony Fit Measures Ukuran
ini
menghubungkan goodness-of-fit
model dengan
sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit. Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnosa apakah model fit telah tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien. Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistik yang tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model. 55
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1.0 dengan nilai semakin tinggi menunjukkan model lebih parsimony. b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI) Parsimonious Normal Fit Index (PNFI) merupakan modifikasi dari NFI. PNFI memasukkan jumlah degree of freedom yang digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI semakin
baik.
Kegunaan
utama
dari
PNFI
adalah
untuk
membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda. Digunakan untuk membandingkan model alternatif sehingga tidak ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima. Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan
56
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali (2008) Cut of value
Keterangan
Probabilitas χ 2
Tidak signifikan (p > 0.05)
Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi
χ 2 /df
≤5 <2
- Ukuran yang reasonable - Ukuran fit
RMSEA
< 0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 ≤ x ≤ 0.08
- good fit - very good fit - outstanding fit - reasonable fit
GFI
> 0.9
good fit
AGFI
≥ 0.9
good fit
TLI
≥ 0.9
good fit
NFI
≥ 0.9
good fit
0-1.0
lebih besar lebih baik
PGFI 0-1.0 (Sumber : Imam Ghozali, 2008)
lebih besar lebih baik
Absolut Fit
Incremental Fit
Parsimonious Fit PNFI
Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka 57
model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel 1. Variabel Eksogen a.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Slamet Riyadi (2003:142) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimilki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR merupakan indicator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dan modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila persentase CAR terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). Ahmad Faishol (2007:153).
CAR = b.
୭ୢୟ୪ ୍୬୲୧ା୭ୢୟ୪ ୣ୪ୣ୬୩ୟ୮ ୖ
x 100%
Non Performing Loan (NPL)
58
Menurut Manurung dan Prathama Rahardja (2004:196), NPL (Non Performing Loan) terbagi menjadi dua, yaitu kredit tak lancar dan kredit macet, kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Sedangkan kredit macet adalah adalah kredit yang sejak kurang lebih 21 bulan diketegorikan diragukan, belum ada pelunasan atau upaya penyelamatan kredit. NPL (Non Performing Loan) atau tingkat kredit macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. NPL juga merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL. (NPL) =
c.
Kredit Yang Bermasalah X100% Total Kredit Yang Dikucurkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Perry Warjiyo (2004:26), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
59
Menurut Slamet Riyadi (2003:146), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank. LDR juga akan menunjukkan tingkat kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihak ketiga yang dihimpun oleh Bank yang bersangkutan. Menurut Ahmad Faishol (2007:151) LDR yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bnak. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh Bnak Indonesia adalah sebesar 110%
LDR =
୭୲ୟ୪ ୰ୣୢ୧୲ ୷ୟ୬ ୈ୧ୠୣ୰୧୩ୟ୬ ୭୲ୟ୪ ୈ
x 100%
2. Variabel Endogen a.
Kredit Istilah kredit berasal dari Yunani, yaitu Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau badan yang memberikan kredit (kreditum) percaya bahwa penerimaan (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik itu berupa uang, barang ataupun jasa. 60
Sedangkan pengertin kredit menurut Undang – Undang No. 7 tahun 1992 pasal 1 butir 12 adalah “ penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan “. Pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan didominasi oleh besarnya jumlah kredit. Demikian juga bila kita mengamati sisi pendapatan bank akan kita temui bahwa pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga dan proporsi kredit. b.
Return On Asset (ROA) Return On Assets mengukur keseluruhan efesiensi manajemen dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan melalui asset yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini maka perusahaan semakin baik. Rumus ROA adalah: Return on assets (ROA) =
୪ୟୠୟ ୠୣ୰ୱ୧୦ ୲୭୲ୟ୪ ୟ୩୲୧୴ୟ
61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Bank persero adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Yang termasuk dalam bank persero antara lain: 1.
Bank Negara Indonesia (BNI). adalah sebuah bank pemerintah di Indonesia. BNI dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Gatot M. Suwondo. BNI adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1946. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankan syariah. Sejarah BNI: Tahun 1946 : Didirikan dan dipersiapkan menjadi Bank Sirkulasi atau Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI. Beberapa bulan setelah pendiriannya, Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama - Oeang Republik Indonesia atau ORI. Tahun 1955 : Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank 62
Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1955. Di tahun yang sama Bank Negara Indonesia membuka cabang pertamanya di luar negeri, yaitu di Singapura. 2.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Sejarah Bank Rakyat Indonesia Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan 63
Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, 64
sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini. 3.
Bank Tabungan Negara (BTN). adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Sejak tahun 2000, bank ini dipimpin oleh Iqbal Latanro sebagai direktur utama dan DZaki Baridwan sebagai komisaris utama. Sejarah BTN: Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897. Pada tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1998 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini.
4.
Bank Mandiri Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara
65
(BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah Pra penggabungan Sejarah keempat Bank (BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo) tersebut sebelum bergabung menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank nasional tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan Indonesia, dan masing-masing
telah
memainkan
peranan
yang
penting
dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia. Bank Dagang Negara Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya
Bank
Dagang
Negara
dikenal
sebagai
Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag membiayai sektor industri dan pertambangan. Bank Bumi Daya Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) 66
juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya. Bank Ekspor Impor Indonesia Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor. Bank Pembangunan Indonesia Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951.
Misi
Bank
Industri
Negara
adalah
mendukung
pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. 67
Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata. Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat bank asalnya efektif mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan
tahun
1999.
Dalam
proses
penggabungan
dan
pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur Utamanya yang pertama adalah Robby Djohan. Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan Agus Martowardojo sebagai Direktur Utama sejak Mei 2005. Neloe menghadapi dugaan keterlibatan pada kasus korupsi di bank tersebut. Pada Maret 2005, Bank Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang Indonesia dan enam cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 ATM dan tiga anak perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas, dan AXA Mandiri.
B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan AMOS 16 untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari 68
variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen; Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Sedangkan variabel endogen kredit investasi dan Return On Asset (ROA). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut. a.
Analisis Deskriptif Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko. Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik) apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements (BIS). (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono 2002: 573). Menurut Slamet Riyadi (2003:142) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR memperlihatkan kemampuan bank dalam memenuhi kecukupan modalnya. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva beresiko, CAR juga menjadi indikator untuk melihat tingkat efisiensi dana modal bank yang digunakan untuk investasi. Apabila persentase CAR terlalu kecil (lebih rendah dari standar BI) maka bank tersebut termasuk ke dalam kategori bank tidak sehat, namun apabila 69
persentase CAR terlalu besar berarti terlalu besar dana bank yang menganggur (idle fund). Ahmad Faishol (2007:153). Karena itu penilaian mengenai kecukupan
modal menjadi
salah satu bagian terpenting dalam menilai kondisi bank. Dalam anggaran dasar suatu bank dikenal pengertian modal dasar dan modal disetor. Modal dasar yaitu jumlah modal yang dinyatakan dalam anggaran dasar sedangkan modal disetor adalah jumlah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemilik modal tersebut. Bagi bank umum dikenal istilah modal inti (meliputi modal disetor, cadangan umum, cadangan tujuan, laba tahun lalu, laba/rugi berjalan) dan modal pelengkap (meliputi penilaian aktiva tetap, cadangan umum PPAP, pinjaman sub ordinasi) dalam menghitungkan kecukupan modal bank yang bersangkutan. Penerapan
penghitungan
kecukupan
modal
bagi
bank
Indonesia sejak bulan Mei 1993 telah mengikuti Standart Bank For International Settlement (BIS) dengan beberapa penyesuaian, sesuai dengan usaha yang dilakukn oleh perbankan di Indonesia. Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau yang sering dikenal CAR (Capital Adequacy Ratio) bank diukur berdasarkan persentase antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
70
Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) 2005
2006
Tahun 2007
2008
2009
0,2447 0,2376 0,2424 0,2339 0,2468 0,2299 0,2285 0,2321 0,2192 0,2058 0,219 0,1983 0,218 0,2009 0,2222 0,1989 0,2209 0,1978 0,2196 0,1992 0,2102 0,2019 0,2071 0,1943 Sumber: data diolah
0,2093 0,2049 0,2194 0,2169 0,2038 0,2085 0,2068 0,2068 0,1925 0,2054 0,2063 0,212
0,2227 0,2243 0,2053 0,215 0,2117 0,1963 0,196 0,2023 0,2297 0,1984 0,1906 0,1785
0,2052 0,2094 0,1992 0,187 0,1679 0,1545 0,1574 0,1539 0,1505 0,1435 0,14 0,1431
0,157 0,1562 0,1553 0,1485 0,1457 0,1421 0,1381 0,1351 0,1327 0,1311 0,1277 0,1381
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
2010
0,1567 0,1562 0,1615 0,1537 0,1513 0,1431 0,1516 -
Berdasarkan tabel diatas, keadaan CAR dari Bank Persero yang dijadikan sampel pada penelitian periode 2004-Juli 2010. Pada masa penelitian ini CAR terendah terjadi pada bulan November 2009 yaitu sebesar 0,1277, sedangkan CAR tertinggi terjadi pada bulan Januari 2004 yaitu sebesar 0,2447. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
71
Gambar Grafik 4.1 Capital Adequacy ratio (CAR)
CAR 0.300 0.250 0.200 0.150 CAR
0.100 0.050
Jan-04 Apr-04 Jul-04 Oct-04 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10
0.000
Sumber: data diolah Grafik di atas menggambarkan fluktuasi tingkat kecukupan modal Bank Persero yang cenderung menurun, hal ini tampak pada periode Januari 2004 hingga Juli 2010 terjadi penurunan Capital Adequacy Ratio dengan tingkat rata-rata sebesar -5,64 persen. Hal ini disebabkan peningkatan kredit yang tidak sebanding dengan peningkatan modal, sehingga menyebabkan rasio permodalan (CAR) cenderung menurun.
b. Analisis Deskriptif Non Performing Loan (NPL) Menurut Manurung dan Prathama Rahardja (2004: 196), NPL (Non Performing Loans terbagi menjadi dua, yaitu kredit tak lancer dan kredit macet, kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Sedangkan kredit macet adalah kredit yang sejak + 21 bulan 72
dikategorikan
diragukan,
belum
ada
pelunasan
atau
upaya
penyelamatan kredit. NPL (Non Perfoming Loan) atau tingkat kredit macet menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. NPL juga merupakan faktor yang sangat penting bagi penilaian kinerja perbankan, bahkan hamper semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah mengeluarkan
peratuaran
Surat
Edaran
Bank
Indonesia
No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang menetapkan NPL maksimim 5%. Semakin rendah NPL semakin bagus karena jumlah kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut semakin kecil begitupun sebaliknya semakin tinggi NPL suatu bank maka akan semakin besar kredit yang bermasalah/macet pada bank tersebut.
73
Tabel 4.2 Non Performing Loan (NPL) 2005
2006
Tahun 2007
2008
2009
0,0724 0,0643 0,0774 0,0643 0,0733 0,059 0,0731 0,0618 Apr 0,0793 0,114 Mei 0,0794 0,1301 Jun Jul 0,0744 0,1441 Ags 0,0728 0,1574 Sep 0,0736 0,1529 0,0704 0,1461 Okt 0,0736 0,1529 Nov 0,0588 0,1475 Des (Sumber: data diolah)
0,1533 0,1595 0,1608 0,1569 0,1617 0,1603 0,1639 0,1632 0,154 0,163 0,1593 0,107
0,1083 0,1105 0,1043 0,1082 0,1076 0,1003 0,1013 0,1008 0,0868 0,085 0,0809 0,065
0,0689 0,0679 0,0559 0,0569 0,0556 0,0515 0,0511 0,0502 0,0462 0,0458 0,048 0,0374
0,043 0,0453 0,0497 0,0503 0,0513 0,0466 0,0481 0,048 0,0436 0,0449 0,0428 0,0346
Bulan Jan Feb Mar
2004
2010
0,0319 0,0326 0,0307 0,0314 0,0336 0,0301 0,0301 -
Berdasarkan tabel diatas, keadaan NPL dari Bank Persero yang dijadikan sampel pada penelitian periode 2004-Juli 2010. Pada masa penelitian ini NPL terendah terjadi pada bulan Juni dan Juli 2010 yaitu sebesar 0,0301, sedangkan NPL tertinggi terjadi pada bulan Juli 2004 yaitu sebesar 0,1639. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
74
Gambar Grafik 4.2 Non Performing Loan ( NPL)
NPL 0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0
Jan-04 Apr-04 Jul-04 Oct-04 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10
NPL
Sumber: data diolah Tabel 4.2 NPL menunjukkan kecenderungan yang terus menurun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan aktiva produktif Bank Persero yang semakin membaik, hal ini tampak pada periode Januari 2004 hingga Juli 2010 terjadi penurunan Non Performing Loan dengan tingkat rata-rata sebesar -18,83 persen per tahunnya.
c.
Analisis Deskriptif Loan to Deposit Ratio (LDR) Menurut Perry Warjiyo (2004: 26), dalam kenyataannya perilaku penawaran kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR
75
(Capital Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Menurut Slamet Riyadi (2003;146), LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga yang dapat dihimpun oleh Bank. LDR juga LDR akan menunjukan tingkat kemampuan Bank dalam menyaluran dana pihan ketiga yang dihimpun oleh Bank yang bersangkutan. Menurut Ahamd Faishol (2007: 151) LDR yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Tabel 4.3 Loan to Deposit Ratio (LDR) Bulan
2004
2005
0,404 0,4927 0,4097 0,5062 0,4216 0,5128 Apr 0,4298 0,5161 0,4435 0,5378 Mei 0,4566 0,5271 Jun 0,4633 0,5294 Jul Ags 0,4761 0,5353 0,4773 0,5312 Sep 0,4866 0,5317 Okt 0,492 0,529 Nov Des 0,499 0,5104 (Sumber : data diolah) Jan Feb Mar
2006
0,584 0,5824 0,5915 0,5943 0,5909 0,6013 0,6025 0,6007 0,603 0,595 0,5957 0,5993
Tahun 2007
0,5898 0,5978 0,6062 0,6032 0,6066 0,6188 0,6142 0,6359 0,6433 0,6553 0,6628 0,6237
2008
0,6412 0,6592 0,6854 0,6935 0,7162 0,7132 0,7442 0,7898 0,766 0,7589 0,7556 0,7027
2009
0,7145 0,7306 0,734 0,7368 0,745 0,7479 0,7564 0,7564 0,7464 0,7495 0,7368 0,6955
2010
0,7008 0,7338 0,7375 0,7497 0,7653 0,7563 0,7763 -
76
Berdasarkan tabel diatas, keadaan LDR dari Bank Persero yang dijadikan sampel pada penelitian periode 2004-Juli 2010. Pada masa penelitian ini LDR terendah terjadi pada bulan Januari 2004 yaitu sebesar 0,4040, sedangkan LDR tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2008 yaitu sebesar 0,7898. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut : Gambar Grafik 4.3 Loan to Deposit Ratio ( LDR)
LDR 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
Jan-04 Apr-04 Jul-04 Oct-04 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10
LDR
Sumber: data diolah Tabel 4.3 menunjukkan peningkatan sebesar 7,57 persen. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan bank membayar penarikan yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank.
77
d. Analisis Deskriptif Return On Assets (ROA) Menurut F.S. Mishkin (2008 : 306), oleh karena pemilik bank harus mengetahui apakah banknya dikelola dengan baik, mereka membutuhkan pengukuran yang baik mengenai profitabilitas bank. Ukuran dasar keuntungan bank adalah imbal hasil atas 78sset (Return on AssetssROA), laba bersih setelah pajak dibagi asset. ROA memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan; karena ROA menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara rata-rata dari $ 1 asetnya. Tabel 4.5 Return On Assets (ROA) 2005
2006
Tahun 2007
0,0271 0,0331 0,0249 0,0333 0,0273 0,0343 0,0287 0,0371 0,0222 0,0327 0,0238 0,005 0,0239 0,0069 0,025 0,0074 0,0282 0,0042 0,0262 0,0057 0,0273 0,0102 0,0346 0,0254 (Sumber : data diolah)
0,0151 0,0176 0,0193 0,0223 0,0208 0,0202 0,0196 0,0196 0,0212 0,0208 0,0219 0,0222
0,0287 0,0305 0,0274 0,0271 0,0276 0,0267 0,0266 0,0268 0,0265 0,0268 0,0268 0,0276
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
2008
2009
0,0328 0,0324 0,0274 0,0263 0,0265 0,0243 0,0269 0,0273 0,0262 0,0265 0,026 0,0272
0,0289 0,0292 0,0274 0,0263 0,026 0,0268 0,0264 0,0264 0,0257 0,0267 0,0263 0,0271
2010
0,029 0,0277 0,0305 0,0295 0,0287 0,0296 0,0303 -
Berdasarkan tabel diatas, keadaan ROA Investasi dari Bank Persero yang dijadikan sampel pada penelitian periode 2004-Juli 2010. Pada masa penelitian ini terendah terjadi pada bulan September 2005
78
yaitu sebesar 0,0042, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan April 2005 yaitu sebesar 0,0371. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
Gambar Grafik 4.5 Return On Assets (ROA)
ROA 0.04 0.035 0.03 0.025 0.02 0.015
ROA
0.01 0.005
Jan-04 Apr-04 Jul-04 Oct-04 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10
0
(Sumber : data diolah) Tabel 4.5 menggambarkan kinerja Bank Persero dilihat dari sisi kinerja profitabilitas yang diukur dengan Return on Assetss (ROA). Selama periode tahun 2004 hingga Juli tahun 2007, Bank Persero mengalami penurunan laba dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,6 persen per tahun. Namun, menjelang awal tahun 2008, perolehan laba cenderung meningkat sebesar 0,9 persen dari tahun sebelumnya. Return On Assets mengalami penurunan kemungkinan dipicu oleh peningkatan Non Performing Financing (NPF) yang
79
mengharuskan bank harus menanggung biaya pencadangan aktiva produktif sehingga berpotensi menurunkan profitabilitas. Meski demikian, secara keseluruhan pertumbuhan Return on Assetss (ROA) Bank Persero mengalami peningkatan.
e.
Analisis Deskriptif Penawaran Kredit Investasi Jumlah Penawaran Kredit Investasi dari kelompok Bank Persero,
dimana jumlah tersebut terdiri dari kredit property, agribisnis dan lain-lain. Bentuk-bentuk yang lebih spesifik dari kredit investasi ini antara lain kredit-kredit yang dikeluarkan untuk: 1) Membeli tanah baik tanah untuk industry, tanah untuk pertambangan, maupun tanah untuk perkebunan dan lain-lain. 2) Membeli
mesin-mesin,
alat-alat
angkutan,
peralatan-peralatan
produksi dan lain-lain. 3) Mendirikan bangunan gedung pabrik, hotel, gedung perkantoran dan lain-lain. 4) Menanam
tanaman-tanaman
keras
pada
perkebunan
sampai
menghasilkan secara ekonomis. 5) Membangun sebuah kapal, pesawat terbang, peralatan-peralatan kerja yang akan dipakai sendiri.
80
Tabel 4.4 Kredit Investasi Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
2005
50442 59167 50788 60150 51709 61268 52206 62320 54625 62261 56296 62452 56913 63057 57851 64164 56750 63504 57018 62444 57405 61877 59314 61413 (Sumber : data diolah)
2006
60661 60061 60839 60049 61446 60431 59224 60476 62030 61714 62463 62928
Tahun 2007
64963 63270 62737 62961 63877 67570 67678 69098 67796 68894 71384 73733
2008
2009
71931 71655 73868 74344 76028 79112 80088 82828 87368 93108 98195 96237
98088 100096 101481 102065 103542 107406 110501 113979 111507 113552 114726 118994
2010
118607 119829 120726 124443 122907 131693 129973 -
Berdasarkan tabel diatas, keadaan Kredit Investasi dari Bank Persero yang dijadikan sampel pada penelitian periode 2004-Juli 2010. Pada masa penelitian ini Penawaran Kredit Investasi terendah terjadi pada bulan Januari 2004 yaitu sebesar 50442, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2010 yaitu sebesar 131693. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut :
81
Gambar Grafik 4.4 Kredit Investasi
KI 140000 120000 100000 80000 60000 KI
40000 20000
Jan-04 Apr-04 Jul-04 Oct-04 Jan-05 Apr-05 Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10
0
(Sumber : data diolah) Tabel 4.4 Kredit Investasi yang disalurkan menunjukkan peningkatan, selama periode Tahun 2004 hingga Juli 2010. Dengan rata-rata peningkatan sebesar 19,6 persen per tahun menunjukkan konsistensi Bank Persero dalam menyalurkan Kredit Investasi dalam mempertahankan komitmennya untuk membantu menggerakkan sektor riil. Selain itu, Bank Persero juga bertujuan meningkatkan laba dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
2.
Analisis Jalur Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets (ROA) dan Dampaknya pada Kredit Investasi. Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh CAR, NPL dan LDR sebagai 82
variabel eksogen terhadap ROA sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR dan ROA sebagai variabel eksogen terhadap Kredit Investasi sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut. Gambar 4.6 Diagram Jalur Hasil Perhitungan
CAR .95
.54 -.85
-.88
NPL
-.25.63
ROA .67
-.48
e1-.56
e2 .85
.01
KI
.22
LDR
(Sumber : Output AMOS 16) a.
Analisis Korelasi Korelasi antara CAR, NPL dan LDR dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Korelasi Nilai CAR, NPL dan LDR Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas CAR <--> NPL 0,538 0,000 NPL <--> LDR -0,480 0,000 CAR <--> LDR -0,881 0,000 (Sumber : data diolah)
83
1) Korelasi antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel CAR dan NPL sebesar 0,538. Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat > 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat > 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel. Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan: Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak Korelasi sebesar 0,538 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan NPL kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan CAR, maka NPL juga akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk
84
menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0 sehingga korelasi signifikan. 2) Korelasi antara Non Performing Loan (NPL) dengan Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel NPL dan LDR sebesar -0,480. Korelasi sebesar 0,000 mempunyai maksud hubungan antara variabel NPL dan LDR kuat dan
berlawanan. Berlawanan Artinya apabila terjadi
kenaikan NPL, maka LDR akan mengalami penurunan, dan sebaliknya.
Korelasi
dua
variabel
tersebut
mempunyai
probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0 sehingga korelasi signifikan. 3) Korelasi antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel CAR dan LDR sebesar -0,881. Korelasi sebesar 0,000 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan LDR sangat kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan CAR, maka nilai dari LDR akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk
85
menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0 sehingga korelasi signifikan.
b. Analisis Jalur Pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA Adapun gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur pertama adalah sebagai berikut. Gambar 4.7 Diagram Jalur Substruktur I
CAR .95
.54 -.88
e1 .63
-.85
NPL
ROA .67
-.48
LDR
(Sumber : data diolah) Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis CAR, NPL dan LDR terhadap ROA baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability
86
(lihat lampiran). Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16 adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Pengaruh antara CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square CAR - - > ROA 0,955 0,000 NPL - - > ROA -0,852 0,000 0,632 LDR - - > ROA 0,673 0,000 (Sumber : data diolah) Untuk melihat pengaruh CAR, NPL, dan LDR secara gabungan terhadap ROA, kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel 4.7 khususnya angka R square. Besarnya angka R square (r2) adalah 0,632. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel CAR, NPL, dan LDR secara gabungan terhadap ROA dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus berikut: KD = r2 x 100% KD = 0,632 x 100% KD = 63,2% Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA adalah 63,2%, sedangkan sisanya sebesar 36,8% (100%-63,2%%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel CAR, NPL, dan LDR adalah sebesar 63,2%, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 36,8%. 87
Untuk melihat besarnya pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.7,
sedangkan untuk
melihat
signifikansi
digunakan kolom
probabilitas. 1) Pengaruh antara variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return On Assets (ROA) Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel CAR dengan ROA, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara CAR dengan ROA. Ha : Ada hubungan linier antara CAR dengan ROA. Dengan kriteria sebagai berikut: •
Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.
•
Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka
telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR dengan ROA. Besarnya pengaruh CAR dengan ROA sebesar 0,955atau 9,55%. Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Artinya, 88
apabila Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami kenaikan, maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Werdaningtyas (2002), Lattu Merissa (1999), dan Amiranti Masya (2009). Hasil ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Amiranti Masya (2009) yang secara rinci berpendapat
bahwa rasio CAR berpengaruh secara signifikan
terhadap ROA, dimana bila terjadi kenaikan CAR maka ROA akan semakin tinggi pula, hal ini terjadi karena kondisi bank yang beroperasi di Indonesia mulai membaik akibat crisis ekonomi yang terjadi. Kecukupan modal bank yang digunakan untuk aktivitas operasionalnya mampu menghasilkan laba yang tinggi. 2) Pengaruh antara variabel Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA). Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel NPL dengan ROA, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara NPL dengan ROA. Ha : Ada hubungan linier antara NPL dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya,
89
ada hubungan linier antara variabel NPL dengan ROA. Besarnya pengaruh NPL dengan ROA sebesar -0,845 atau -8,45%. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada Return on Assets (ROA). Artinya, apabila NPL mengalami peningkatan, maka ROA akan menurun, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Anisyah Harahap (2006) hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dalam laporan keuangan perbankan tahun 2004, secara global dapat dilihat bahwa rata-rata nilai NPL terus menerus menurun meskipun belum mencapai angka dibawah 5% sebagaimana yang diinginkan Bank Indonesia. Namun demikian, sebuah bank yang memilki nilai NPL sangat tidak serta merta berarti hampir seluruh kredit bank tersebut adalah kredit lancar. Yang menunjukkan betapa sehatnya bank tersebut. Karena NPL yang sangat kecil dapat saja dicapai oleh suatu bank yang hanya sedikit menyalurkan kreditnya. 3) Pengaruh antara variabel LDR dengan ROA. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel LDR dengan ROA dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara LDR dengan ROA. 90
Ha : Ada hubungan linier antara LDR dengan ROA. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel LDR dengan ROA. Besarnya pengaruh LDR dengan ROA sebesar 0,667 atau 6,67%. LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan pada LDR maka ROA juga akan mengalami kenaikan. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dendawijaya (2003), Hasil ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2003:118) yang secara
rinci
berpendapat
bahwa
tingginya
rasio
LDR
menunjukkan rendahnya likuiditas dan rendahnya likuiditas akan menyebabkan laba meningkat. Sebaliknya rendahnya rasio LDR menunjukkan tingginya
likuiditas dan menyebabkan laba
menurun. Tingginya rasio LDR mengindikasikan bahwa dana deposito dari masyarakat yang tertanam dalam pinjaman semakin besar. Dengan semakin besarnya penanaman kredit maka dalam kondisi yang normal akan menyebabkan laba yang meningkat. Laba ini berasal dari penerimaan bunga pinjaman dari kredit yang disalurkan. Tetapi jika bank mengurangi jumlah kredit yang telah dikucurkan (mengubah aktiva kredit menjadi aktiva yang kurang produktif),
maka
kemampuan
bank
untuk
menghasilkan 91
penghasilan (terutama penghasilan yang berasal dari bunga pinjaman) akan turun. Penurunan ini akan berakibat menurunnya ROA.
c.
Analisis Jalur Pengaruh Variabel CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut. Gambar 4.8 Diagram Jalur Substruktur II
CAR
e1-.56
e2
.54 -.25 -.88
NPL
.85
.01
ROA
KI
.22
-.48
LDR
(Sumber : Output AMOS) Analisis jalur sub struktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized
Regression
Weight.
Sedangkan
untuk
melihat 92
signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability (lihat pada lampiran). Adapun Ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 16 adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Pengaruh antara CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi R Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas Square CAR - - > KI -0,562 0,000 NPL - - > KI -0,429 0,002 0,854 LDR - - > KI 0,220 0,033 ROA - - > KI 0,010 0,892 (Sumber : data diolah) Untuk melihat pengaruh variabel CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.8 kolom R square. Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,854. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi secara gabungan adalah 85,4% (0,854 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 14,6% (100% - 85,4%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Dengan kata lain, variabilitas yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi sebesar 85,4%, sementara pengaruh 14,6% disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Untuk melihat besarnya pengaruh CAR, NPL, LDR dan ROA terhadap Kredit Investasi secara parsial, digunakan kolom estimasi 93
pada tabel 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1) Pengaruh antara variabel CAR terhadap Kredit Investasi Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh CAR terhadap Kredit Investasi sebesar -0,562 atau -5,62%. CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit Investasi. Artinya, apabila nilai CAR meningkat maka jumlah Kredit Investasi mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amiranti Marsya (2009), Hal ini dikarenakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang
diberikan
kepada
masyarakat
sehingga
mengurangi
permodalan bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel CAR secara parsial menunjukan pengaruh yang signifikan 2) Pengaruh antara variabel NPL terhadap Kredit Investasi. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,002 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, 94
ada hubungan linier antara variabel NPL terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh NPL terhadap Kredit Investasi sebesar -0,249 atau -2,49%. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila nilai NPL meningkat maka jumlah Kredit Investasi mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel NPL secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja bank Umum pada sector UMKM. Selama masa observasi NPL kredit Investasi dan Modal Kerja yang tinggi menyebabkan Kredit Investasi dan Modal Kerja bank Umum kepada sector UMKM berkurang. Sebaliknya, NPL yang rendah secara signifikan meningkatkan Kredit Investasi bank Umum kepada sector ini. Hasil ini sejalan dengan fenomena dimana NPL yang tinggi menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit juga semakin berkurang. 3) Pengaruh antara variabel LDR terhadap Kredit Investasi. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,033 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, 95
ada hubungan linier antara variabel LDR terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh LDR terhadap Kredit Investasi sebesar 0,220 atau 2,20%. LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan nilai LDR maka jumlah Kredit Investasi juga akan mengalami kenaikan. Hasil penelitian Dewi Nur sa’adah (2006) dan Nila Kurniawati (2010), menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan. Kenaikan simpanan masyarakat selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Karena simpanan masyarakat sangat berpengaruh terhadap ekonomi perbankan terutama di bidang penyaluran kredit. 4) Pengaruh antara variabel ROA terhadap Kredit Investasi. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,892 > 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel ROA terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh LDR terhadap Kredit Investasi sebesar 0,010 atau 1,0%. ROA memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Kredit Investasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawati (2007) yang 96
menggunakan metode OLS dengan bantuan SPSS, bahwa ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit modal kerja pada Bank Umum (Januari 2002-Februari 2006). Hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Francisca dan Hasan Siregar (2008) yang menggunakan metode regresi berganda dengan SPSS 15, bahwa ROA memiliki pengaruh yang positif dan signfikan terhadap volume kredit.Selain itu, hal ini juga tidak sesuai dengan pendapat Muliaman Haddad (2004) yang menyatakan bahwa besarnya ROA menjadi salah satu keputusan bank untuk menyalurkan kredit. Perbedaan hasil ini dikarenakan peneliti memiliki objek dan masa penelitian penelitian yang berbeda. Perbedaan hasil penelitian kali ini juga disebabkan karena fenomena tersendatnya intermediasi perbankan yang terjadi pada tahun 2007 – 2009 yang dilaporkan pada Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Krisis global yang memuncak tahun 2008
masih
menyisakan dampak antara lain pada pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia. Setelah kredit mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi pada 2008, dengan puncaknya pada bulan Oktober, pertumbuhan kredit kemudian mulai melambat pada akhir tahun 2008.Rendahnya pertumbuhan kredit selama semester I 2009 disebabkan antara lain oleh menurunnya kebutuhan kredit pengusaha di sektor riil terkait dengan daya 97
belimasyarakat dan ekspor yang menurun, masih tingginya suku bunga kredit perbankan (meskipun BI rate secara konsisten telah diturunkan), dan sikap bank yang cenderung sangat berhati-hati dalam mengucurkan kreditnya. Jadi meskipun ROA cenderung mengalami peningkatan, namun hal tersebut tidak dibarengi dengan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. (Bank Indonesia, 2009) Tabel 4.9 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan ROA CAR ,955 0,000 Signifikan ROA NPL -,852 0, 000 Signifikan ROA LDR ,673 0,000 Signifikan KI CAR -,562 0,002 Signifikan KI NPL -,249 0,002 Signifikan LDR KI ,220 0,033 Signifikan KI ROA ,010 0,892 Tidak Signifikan (Sumber : data diolah)
d. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut.
98
Tabel 4.10 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap ROA dan Dampaknya pada Kredit Investasi Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Hasil
Keterangan
Prob. χ 2
Tidak signifikan (p > 0.05)
-
Model tidak cocok
χ 2 /df
≤5 <2 < 0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 ≤ x ≤ 0.08 ≥ 0.9
-
-
-
Poor Fit
-
-
≥ 0.9 ≥ 0.9 ≥ 0.9
1
Perfect Fit
0-1.0 0-1.0
0 0
Poor Fit Poor Fit
Absolut Fit
RMSEA GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit PNFI PGFI (Sumber : data diolah)
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak Terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming. Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut. 99
Tabel 4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi Indeks Goodness of Fit Absolut Fit Prob. χ 2
Cut-Off Value
Tidak signifikan (p > 0.05)
Df
χ 2 /df RMSEA
≤5 <2 < 0.1 < 0.05 < 0.01 0.05 ≤ x ≤ 0.08 ≥ 0.9
GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI PNFI PGFI (Sumber : data diolah)
≥ 0.9 ≥ 0.9 ≥ 0.9 0-1.0 0-1.0
Hasil Uji Sebelum Trimming
Trimming I
-
0.892
0
1
-
0.018
0.681
0.000
1
1
1 0 0
0.999 1.027 1 0.100 0.067
Pada trimming, jalur (panah) Return On assets (ROA) pada Kredit Investasi dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,892 > 0,05 (tidak signifikan). Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan menghilangkan jalur (panah) Return On Assets (ROA) pada Kredit Investasi, diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik. Akan tetapi masih terdapat probabilitas yang lebih dari 0,05. Dari dimodifikasi kedua, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut.
100
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan CAR - - > ROA 0,955 0,000 Signifikan - - > ROA NPL -0,852 0,000 Signifikan - - > ROA LDR 0,673 0,000 Signifikan - - > KI CAR -0,553 0,000 Signifikan > NPL KI -0,257 0,000 Signifikan - - > KI LDR 0,227 0,013 Signifikan (Sumber : data diolah) Dikarenakan terjadi beberapa trimming bagi jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap Penawaran ROA. 2. Untuk menganalisis pengaruh CAR,NPL dan LDR Kredit Investasi. 3. Analisis Jalur Setelah Trimming Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 2 (dua) sub struktur. Yang pertama adalah menganalisis pengaruh antara pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA baik secara simultan maupun parsial. Yang kedua menganalisis pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap Kredit Investasi baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming
dengan
menggunakan AMOS 16,
maka
dapat
digambarkan diagram jalur setelah trimming sebagai berikut.
101
Gambar 4.9 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming
CAR
-.88
e1-.55
.95
.54 -.85
NPL
ROA .67
-.48
e2
-.26.63
.85
KI
.23
LDR
(Sumber : Output Amos 16) Tabel 4.13 Hasil Korelasi antara CAR, NPL, dan LDR setelah Trimming Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas CAR <--> NPL 0,538 0,000 NPL <--> LDR -0,480 0,000 CAR <--> LDR -0,881 0,000 ( Sumber : data diolah) Korelasi antara CAR, NPL dan LDR bank Persero tidak berbeda dengan analisis korlasi sebelum trimming. a. Analisis Jalur Pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA Secara Simultan dan Parsial Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut.
102
Gambar 4.10 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming
CAR .95
.54 -.88
e1 .63
-.85
NPL
ROA .67
-.48
LDR
(Sumber : data diolah) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut. Tabel 4.14 Hasil Uji Pengaruh antara CAR, NPL, LDR terhadap ROA Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square CAR - - > ROA 0,955 0,000 0,632 NPL - - > ROA -0,852 0,000 LDR - - > ROA 0,673 0,013 (Sumber : data diolah) Besarnya pengaruh variabel CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA secara simultan adalah 63,2%, sedangkan sisanya sebesar 36,8% (100%-63,2) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Besarnya pengaruh CAR terhadap ROA sebesar 0,955 atau 95,5%, NPL terhadap ROA sebesar -0,852 atau -85,2%, LDR terhadap ROA sebesar 0,673 atau 67,3%.
103
b. Analisis Jalur Pengaruh CAR, NPL dan LDR terhadap Kredit Investasi Secara Simultan dan Parsial Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut. Gambar 4.11 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming
CAR .-56
E2
.54 -.88
.85
.-25
NPL
KI
.22
-.48
LDR
(Sumber : data diolah) Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut. Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh CAR, NPL dan LDR terhadap Kredit Investasi Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square CAR - - > KI -0,553 0,000 NPL - - > KI -0,257 0,000 0,854 LDR - - > KI 0,227 0,013 (Sumber : data diolah) Besarnya pengaruh variabel CAR, NPL dan LDR terhadap Kredit Investasi secara simultan adalah 85,4%, sedangkan sisanya sebesar 14,6% (100%-85,4%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian. Besarnya pengaruh CAR terhadap Kredit Investasi sebesar -0,553 atau -5,53%, pengaruh NPL terhadap
104
Kredit Investasi sebesar -0,257 atau -2,57%, pengaruh LDR terhadap Kredit Investasi sebesar 0,227 atau 2,27%. 1) Pengaruh antara variabel CAR terhadap Kredit Investasi Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh CAR terhadap Kredit Investasi sebesar -0,553 atau -5,53%. CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit Investasi. Artinya, apabila nilai CAR meningkat maka jumlah Kredit Investasi mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amiranti Marsya (2009), Hal ini dikarenakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang
diberikan
kepada
masyarakat
sehingga
mengurangi
permodalan bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel CAR secara parsial menunjukan pengaruh yang signifikan 2) Pengaruh antara variabel NPL terhadap Kredit Investasi. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, 105
ada hubungan linier antara variabel NPL terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh NPL terhadap ROA sebesar -0,257 atau -2,57%. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kredit Investasi. Artinya, apabila nilai NPL meningkat maka jumlah Kredit Investasi mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel NPL secara parsial menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja bank Umum pada sector UMKM. Selama masa observasi NPL kredit Investasi dan Modal Kerja yang tinggi menyebabkan Kredit Investasi dan Modal Kerja bank Umum kepada sector UMKM berkurang. Sebaliknya, NPL yang rendah secara signifikan meningkatkan Kredit Investasi bank Umum kepada sector ini. Hasil ini sejalan dengan fenomena dimana NPL yang tinggi menyebabkan bank harus membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar sehingga dana yang dapat disalurkan lewat pemberian kredit juga semakin berkurang. 5) Pengaruh antara variabel LDR terhadap Kredit Investasi. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,013 < 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak H0 dan menerima Ha. Artinya, 106
ada hubungan linier antara variabel LDR terhadap Kredit Investasi. Besarnya pengaruh LDR terhadap Kredit Investasi sebesar 0,220 atau 2,20%. LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan nilai LDR maka jumlah Kredit Investasi juga akan mengalami kenaikan. Hasil penelitian Dewi Nur sa’adah (2006) dan Nila Kurniawati (2010), menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan. Kenaikan simpanan masyarakat selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Karena simpanan masyarakat sangat berpengaruh terhadap
ekonomi perbankan terutama di bidang
penyaluran kredit.
c.
Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) Setelah Trimming Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai berikut.
107
Tabel 4.16 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan (Imam Ghozali, 2008)
Absolut Fit χ 2 (prob.) Df
Tidak signifikan (p > 0.05)
Hasil
Keterangan
0,892 1
Model cocok
0,018
good fit
0,000
good fit
1
good fit
≥ 0,9 ≥ 0,9 ≥ 0,9
0,999 1,027 1
good fit good fit good fit
PNFI
0-1,0
0,1
PGFI
0-1,0
0,067
≤5 <2 < 0.1 < 0.05 < 0.01 0,05 ≤ x ≤ 0,08 > 0,9
χ 2 /df RMSEA GFI Incremental Fit AGFI TLI NFI Parsimonious Fit
Lebih besar lebih baik Lebih besar lebih baik
(Sumber : data diolah) Dilihat dari nilai chi-square sebesar 0,018 dengan probabilitas 0,892 yang jauh diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMIN/DF ( χ 2 /df) sebesar 0,018 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada dibawah 2. Begitu juga apabila dilihat dari krteria fit lainnya seperti GFI, TLI, NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan.
108
Menurut Imam Ghozali (2008) apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit yang lainnya.
d. Hubungan Langsung dan Tidak Langsung Beberapa pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total tentang pengaruh antara CAR, NPL, dan LDR terhadap Kredit Investasi serta Dampaknya terhadap ROA dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut: 1) Pengaruh antara variabel CAR terhadap ROA. CAR memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,955. 2) Pengaruh antara variabel NPL terhadap ROA. NPL memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar -0,852. 3) Pengaruh antara variabel LDR terhadap ROA. LDR memiliki pengaruh langsung terhadap ROA sebesar 0,673. 4) Pengaruh antara variabel CAR terhadap Kredit Investasi. CAR memiliki pengaruh langsung terhadap Kredit Investasi sebesar -0,553. 5) Pengaruh antara variabel NPL terhadap Kredit Investasi. NPL memiliki pengaruh langsung terhadap Kredit Investasi sebesar -0,257. 6) Pengaruh antara variabel LDR terhadap Kredit Investasi. LDR memiliki pengaruh langsung
terhadap Kredit Investasi
sebesar 0.227. 109
Tabel 4.17 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang pengaruh antara CAR (X1), NPL (X2), dan LDR (X3) terhadap Kredit Investasi (Y) serta Dampaknya pada ROA(Z) Pengaruh Kausal Pengaruh variabel
Tidak Langsung Langsung
Total Melalui Y
X1 → Y
0,955
-
0,955
X2 → Y
-0,852
-
-0,852
X3 → Y
0,673
-
0,673
X1 → Z
-0,553
-
-0,553
X2 → Z
-0,257
-
-0,257
X3 → Z
0,227
-
0,227
(Sumber : data diolah)
C. Interpretasi Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut : 1.
Persamaan Sub Struktur I ROA = 0,955 CAR - 0,852 NPL + 0,673 LDR ε 1 ; R square = 0,632 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel CAR, NPL, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Persero. 110
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel CAR dan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ROA di Bank Persero. CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Artinya, apabila terjadi kenaikan CAR, maka ROA juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Werdaningtyas (2002), Lattu Merissa (1999), dan Amiranti Masya (2009). Hasil ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Amiranti Masya (2009) yang secara rinci berpendapat bahwa rasio CAR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA, dimana bila terjadi kenaikan CAR maka ROA akan semakin tinggi pula, hal ini terjadi karena kondisi bank yang beroperasi di Indonesia mulai membaik akibat crisis ekonomi yang terjadi. Kecukupan modal bank yang digunakan untuk aktivitas operasionalnya mampu menghasilkan laba yang tinggi. NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan NPL, maka Return On Assets (ROA) akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Anisyah Harahap (2006) hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap ROA.
111
Dalam laporan keuangan perbankan tahun 2004, secara global dapat dilihat bahwa rata-rata nilai NPL terus menerus menurun meskipun belum mencapai angka dibawah 5% sebagaimana yang diinginkan Bank Indonesia. Namun demikian, sebuah bank yang memilki nilai NPL sangat tidak serta merta berarti hampir seluruh kredit bank tersebut adalah kredit lancar. Yang menunjukkan betapa sehatnya bank tersebut. Karena NPL yang sangat kecil dapat saja dicapai oleh suatu bank yang hanya sedikit menyalurkan kreditnya. LDR memilki pengaruh yang positif dan signifikan pada Return on Assets (ROA). Artinya, apabila terjadi kenaikan pada LDR, maka Return on Assets (ROA) juga akan mengalami kenaikan. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dendawijaya (2003), dan Sodikin (2002). Hasil ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2003:118) yang secara rinci berpendapat bahwa tingginya rasio LDR menunjukkan rendahnya likuiditas dan rendahnya likuiditas akan menyebabkan laba meningkat. Sebaliknya rendahnya rasio LDR menunjukkan tingginya
likuiditas dan menyebabkan laba
menurun. Tingginya rasio LDR mengindikasikan bahwa dana deposito dari masyarakat yang tertanam dalam pinjaman semakin besar. Dengan semakin besarnya penanaman kredit maka dalam 112
kondisi yang normal akan menyebabkan laba yang meningkat. Laba ini berasal dari penerimaan bunga pinjaman dari kredit yang disalurkan. Tetapi jika bank mengurangi jumlah kredit yang telah dikucurkan (mengubah aktiva kredit menjadi aktiva yang kurang produktif),
maka
kemampuan
bank
untuk
menghasilkan
penghasilan (terutama penghasilan yang berasal dari bunga pinjaman) akan turun. Penurunan ini akan berakibat menurunnya ROA. . 2. Persamaan Sub Struktur II Kredit Investasi= -0,553 CAR - 0,257 NPL + 0,227 LDR ε 1 ; R square =0,854 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel CAR, NPL dan LDR signifikan pada Kredit Investasi pada Bank Persero. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel CAR dan NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada Kredit Investasi, sedangkan LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada Kredit Investasi di Bank Persero. CAR memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada Kredit Investasi. Artinya, apabila terjadi kenaikan pada CAR, maka Kredit Investasi akan mengalami penurunan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Amiranti Marsya (2009) Hal ini 113
dikarenakan dana atau modal yang dimiliki suatu bank tersalurkan kepada kredit UMKM yang diberikan kepada masyarakat sehingga mengurangi permodalan bank. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel CAR secara parsial menunjukan pengaruh yang signifikan NPL memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Penawaran Kredit Investasi. Artinya, apabila terjadi kenaikan NPL, maka Penawaran Kredit Investasi akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luh Gede Meydianawathi (2007) dengan menggunakan metode (OLS) Ordinary Least Square dan bantuan program Eviews, yang menemukan bahwa variabel NPL secara parsial menunjukan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap penawaran Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja bank Umum pada Sektor UMKM. LDR memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Penawaran Kredit Investasi. Hasil penelitian Dewi Nur sa’adah (2006) dan Nila Kurniawati (2010), menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Kredit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan. Kenaikan simpanan masyarakat selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional 114
pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Karena simpanan masyarakat sangat berpengaruh terhadap ekonomi perbankan terutama di bidang penyaluran kredit
115
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian pada sub struktur I setelah trimming, diketahui variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh secara simultan pada Return on Assets (ROA) di Bank Persero sebesar 0,632. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang positif pada Return on Assets (ROA), sedangkan Non Performing Loan (NPL) memilki pengaruh yang negatif pada Return on Assets (ROA) di Bank Persero. 2. Hasil pengujian pada sub struktur II setelah trimming, diketahui variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit ratio (LDR) memiliki pengaruh secara simultan terhadap Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero sebesar 0,854. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non performing Loan (NPL) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Penawaran Kredit Investasi pada Bank Persero,
116
sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Penawaran Kredit investasi pada Bank Persero. 3. Hasil penelitian, diketahui hanya ada pengaruh langsung variabel CAR, NPL, dan LDR yang berpengaruh signifikan terhadap kredit Investasi. sedangkan variabel CAR, NPL, dan LDR tidak memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kredit investasi karena tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap kredit investasi. B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis tiga variabel eksogen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap varaibel endogen yaitu Return on Assets (ROA) dan Penawaran Kredit Investasi di Bank Persero pada periode tahun 2004 bulan Januari hingga tahun 2010 bulan Juli. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Kepada Peneliti a. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah yang lebih banyak dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang lebih akuran dan dengan rentang waktu yang lebih panjang memungkinkan hasil penelitian lebih baik. b. Penelitian berikutnya diharapkan menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid. 117
2. Kepada Perbankan/Bank Dengan mengetahui Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki hubungan yang signifikan dan mempengaruhi paling besar terhadap Kredit Investasi yang disalurkan Bank Persero, maka persediaan modal diusahakan semaksimal mungkin, dengan berbagai strategi yang efektif dan sesuai. 3. Kepada Pemerintah Dengan adanya korelasi yang kuat antara bank syariah dan sektor riil, maka sudah seharusnya bahwa otoritas moneter dan pemerintah memberikan kesempatan yang
luas kepada
bank persero untuk
berkembang. Dukungan tersebut bisa dilakukan dengan dikeluarkannya undang-undang yang mendukung bank persero. 4. Kepada Masyarakat/ Nasabah Dengan melihat bank persero telah menjalankan konsepnya dengan baik dan nyata maka diharapkan kepercayaan masyarakat tetap terjaga untuk menempatkan dananya dan melakukan pinjaman pada bank persero.
118
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Hal 131-147, Vol.7 No.2 November 2005. Agenor, P.R., J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. 2000. The Credit Crunch in East Asia : What Can Bank Excess Liquid Assets Tell Us? NBER, Inc., Cambridge. Working Paper 7951. Agung, Juda. Bambang Kusmiarso. Bambang Pramono. Erwin G. Hutapea. Andry Prasmuko dan Nugroho Joko Prastowo “Credit Crunch di Indonesia: Fakta, penyebab dan Implikasi Kebijakan”, Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia. Jakarta, 2001. Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank syariah, Pustaka Alvabet, Jakarta: 2006. Aydin, Burcu. Banking Structure and Credit Growth in Central and Eastern European Countries. IMF Institute, 2008. Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan No.13 September 2009”. Jakarta : Bank Indonesia. 2009. Dewi Gusti ayu. Pengaruh Tabungan dan Deposito Terhadap Rentabilitas. Jakarta, 2008. Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Jakarta,www.bi.go.id, 2004.
Perbankan.
Bank
Indonesia,
Faishol, Ahmad, “Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Muamalat Indonesia Tbk”. JBM Januari, 2007. Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008. 119
Hamid, Abdul, Buku Panduan Penulisan Skripsi, cetakan 1, FEIS UIN Syarif Hidayatullah Press VII, Jakarta, 2006. Harahap, Anisyah. “Analisis Pengaruh Jumlah Modal Inti, Pertumbuhan Kredit, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan Terhadap Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Skripsi sarjana FISIP UI, Jakarta. 2006. Harahap, Sofyan Syafri, “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007. Hasibuan, Malayu S.P.2004. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara. Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disentermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan dan Penawaran Kredit, sebuah pendekatan dengan Model Diseqluibrium”, Buletin Ekonomi dan Moneter dan Perbankan,Juni 2005. Judisseno, R.K.2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta:Rajawali Press.2000 Kurniawati, Nila. Pengaruh CAR, NPL,LDR dan Rasio Rentabilitas Terhadap Jumlah Kredit yang diberikan Oleh Bank Umum Nasional yang Listing diBursa Efek Indonesia Periode 2005-2008, Universitas Airlangga. 2010. Latumerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-aspek Operasi Bank Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, “Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”, FEUI. Jakarta,2004. Marsya, Amiranti. “Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Perbankan Terhadap Penawaran Kredit UMKM”. Skripsi sarjana FISIP UI, Jakarta. 2009.
120
Meydianawathi, Luh Gede,” Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007. Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8 Salemba Empat, Jakarta, 2008. Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono. 2009. Bank dan Lembaga keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Mulaiman D hadad, Wimboh Santoso, Armida Alisjahbana,”Model Estimasi Permintaan atau Penawaran Kredit Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia”, Muljono, Teguh Pudjo (1993), Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Nursa’adah, Dewi. “Analisis Rasio Camel Terhadap Ekspansi Kredit Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Bank Umum SwastaNasional Non Devisa”. FEUI. Jakarta. 2006. Ralph de Haas dan Iman van Lelyveld. Foreign Banks and Credit Stability in Central and Eastern Europe. Nederlandsche, November2003. Riduwan dan Engkos. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Bandung:Alfabeta Riyadi, Slamet, “Banking Assets and Liability management”, Penerbit FEUI, Jakarta, 2003. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan Edisi 4. Yogyakarta: BPFE Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan dan Teori Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Sakti Siregar, Hasan. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yg GO Public Di Indonesia. Universitas Sumatra Utara, 2009. Sambas. Konsep Analisis Jalur. Pustaka Setia, Bandung. 2007. 121
Sugiyono. Aplikasi Analisis Jalur dengan SPSS. Alfabeta, Bandung. 2002 Sumiati, Siti. Analisis Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA). Skripsi Sarjana FEIS. Jakarta. 2009. Suri, Asmira datu. “Pengaruh Penyaluran Kredit Terhadap Modal Bank ( studi kasus Bank Permata cabang Malang tahun 2002:1 – 2005:4)”, Keuangan Perbankan, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, 2007. Suseno dan Piter Abdullah. 2003. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. Susilo, Y. Sri, dan kawan-kawan, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta. Triadini, Himaniar. Pengaruh CAR, NPL, ROA terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja. Universitas Diponegoro. 2010. Warjiyo, Perry, “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia”. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI. 2004. www.bi.go.id www.google.com
122
LAMPIRAN
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Januari 2004-Juli 2010 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
0,2447 0,2424 0,2468 0,2285 0,2192 0,219 0,218 0,2222 0,2209 0,2196 0,2102 0,2071
2005
0,2376 0,2339 0,2299 0,2321 0,2058 0,1983 0,2009 0,1989 0,1978 0,1992 0,2019 0,1943
2006
0,2093 0,2049 0,2194 0,2169 0,2038 0,2085 0,2068 0,2068 0,1925 0,2054 0,2063 0,212
Tahun 2007
0,2227 0,2243 0,2053 0,215 0,2117 0,1963 0,196 0,2023 0,2297 0,1984 0,1906 0,1785
2008
0,2052 0,2094 0,1992 0,187 0,1679 0,1545 0,1574 0,1539 0,1505 0,1435 0,14 0,1431
2009
0,157 0,1562 0,1553 0,1485 0,1457 0,1421 0,1381 0,1351 0,1327 0,1311 0,1277 0,1381
2010
0,1567 0,1562 0,1615 0,1537 0,1513 0,1431 0,1516 -
Data Non Performing Loan (NPL) Januari 2004-Juli 2010 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
0,0724 0,0774 0,0733 0,0731 0,0793 0,0794 0,0744 0,0728 0,0736 0,0704 0,0736 0,0588
2005
0,0643 0,0643 0,059 0,0618 0,114 0,1301 0,1441 0,1574 0,1529 0,1461 0,1529 0,1475
2006
0,1533 0,1595 0,1608 0,1569 0,1617 0,1603 0,1639 0,1632 0,154 0,163 0,1593 0,107
Tahun 2007
0,1083 0,1105 0,1043 0,1082 0,1076 0,1003 0,1013 0,1008 0,0868 0,085 0,0809 0,065
2008
0,0689 0,0679 0,0559 0,0569 0,0556 0,0515 0,0511 0,0502 0,0462 0,0458 0,048 0,0374
2009
0,043 0,0453 0,0497 0,0503 0,0513 0,0466 0,0481 0,048 0,0436 0,0449 0,0428 0,0346
2010
0,0319 0,0326 0,0307 0,0314 0,0336 0,0301 0,0301 -
123
Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Januari 2004- Juli 2010 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
0,404 0,4097 0,4216 0,4298 0,4435 0,4566 0,4633 0,4761 0,4773 0,4866 0,492 0,499
2005
0,4927 0,5062 0,5128 0,5161 0,5378 0,5271 0,5294 0,5353 0,5312 0,5317 0,529 0,5104
2006
0,584 0,5824 0,5915 0,5943 0,5909 0,6013 0,6025 0,6007 0,603 0,595 0,5957 0,5993
Tahun 2007
0,5898 0,5978 0,6062 0,6032 0,6066 0,6188 0,6142 0,6359 0,6433 0,6553 0,6628 0,6237
2008
0,6412 0,6592 0,6854 0,6935 0,7162 0,7132 0,7442 0,7898 0,766 0,7589 0,7556 0,7027
2009
0,7145 0,7306 0,734 0,7368 0,745 0,7479 0,7564 0,7564 0,7464 0,7495 0,7368 0,6955
2010
0,7008 0,7338 0,7375 0,7497 0,7653 0,7563 0,7763 -
Data Kredit Investasi Januari 2004- Juli 2010 Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2004
50442 50788 51709 52206 54625 56296 56913 57851 56750 57018 57405 59314
2005
59167 60150 61268 62320 62261 62452 63057 64164 63504 62444 61877 61413
2006
60661 60061 60839 60049 61446 60431 59224 60476 62030 61714 62463 62928
Tahun 2007
64963 63270 62737 62961 63877 67570 67678 69098 67796 68894 71384 73733
2008
71931 71655 73868 74344 76028 79112 80088 82828 87368 93108 98195 96237
2009
98088 100096 101481 102065 103542 107406 110501 113979 111507 113552 114726 118994
2010
118607 119829 120726 124443 122907 131693 129973 -
124
Data Return On Assets (ROA) Januari 2004- Juli 2010 Bulan
2004
0,0271 0,0249 0,0273 0,0287 0,0222 0,0238 0,0239 0,025 0,0282 0,0262 0,0273 0,0346
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2005
0,0331 0,0333 0,0343 0,0371 0,0327 0,005 0,0069 0,0074 0,0042 0,0057 0,0102 0,0254
2006
0,0151 0,0176 0,0193 0,0223 0,0208 0,0202 0,0196 0,0196 0,0212 0,0208 0,0219 0,0222
Tahun 2007
0,0287 0,0305 0,0274 0,0271 0,0276 0,0267 0,0266 0,0268 0,0265 0,0268 0,0268 0,0276
2008
0,0328 0,0324 0,0274 0,0263 0,0265 0,0243 0,0269 0,0273 0,0262 0,0265 0,026 0,0272
2009
0,0289 0,0292 0,0274 0,0263 0,026 0,0268 0,0264 0,0264 0,0257 0,0267 0,0263 0,0271
2010
0,029 0,0277 0,0305 0,0295 0,0287 0,0296 0,0303 -
Hasil Analisis Jalur CAR, NPL, LDR Terhadap ROA dan Dampaknya pada Kredit Investasi sebelum Trimming
CAR .95
.54 -.85
-.88
NPL
e1-.56 -.25.63
ROA .67
-.48
e2 .85 .01
KI
.22
LDR
Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
ROA ROA ROA KI KI
<--<--<--<--<---
CAR NPL LDR CAR LDR
Estimate S.E. C.R. P Label .190 .030 6.309 *** par_4 -.128 .012 -10.448 *** par_5 .042 .009 4.626 *** par_6 -393170.646 81969.596 -4.797 *** par_7 47711.289 22419.804 2.128 .033 par_8 125
KI KI
Estimate S.E. C.R. P Label <--- ROA 34028.523 250473.526 .136 .892 par_9 <--- NPL -131693.264 42069.941 -3.130 .002 par_10
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
ROA ROA ROA KI KI KI KI
<--<--<--<--<--<--<---
CAR NPL LDR CAR LDR ROA NPL
Estimate .955 -.852 .673 -.562 .220 .010 -.249
Covariances: (Group number 1 - Default model)
NPL <--> LDR NPL <--> CAR LDR <--> CAR
Estimate -.002 .001 -.003
S.E. C.R. P Label .001 -3.824 *** par_1 .000 4.187 *** par_2 .001 -5.840 *** par_3
Correlations: (Group number 1 - Default model)
NPL <--> LDR NPL <--> CAR LDR <--> CAR
Estimate -.480 .538 -.881
Variances: (Group number 1 - Default model)
NPL LDR CAR e1 e2
Estimate S.E. .002 .000 .011 .002 .001 .000 .000 .000 77621330.066 12429360.279
C.R. 6.245 6.245 6.245 6.245 6.245
P *** *** *** *** ***
Label par_11 par_12 par_13 par_14 par_15
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
ROA
Estimate .632 126
Estimate .854
KI
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .190 -386697.703
LDR .042 49124.598
NPL -.128 -136058.217
ROA .000 34028.523
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .955 -.553
LDR .673 .227
NPL -.852 -.257
ROA .000 .010
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .190 -393170.646
LDR .042 47711.289
NPL -.128 -131693.264
ROA .000 34028.523
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .955 -.562
LDR .673 .220
NPL -.852 -.249
ROA .000 .010
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .000 6472.944
LDR .000 1413.309
NPL .000 -4364.953
ROA .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
ROA KI
CAR .000 .009
LDR .000 .007
NPL .000 -.008
ROA .000 .000
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 15 15 5
CMIN .000 .000 371.731
DF 0 0 10
P
CMIN/DF
.000
37.173
RMR, GFI
Model Default model
RMR 52.676
GFI 1.000
AGFI
PGFI 127
Model Saturated model Independence model
RMR .000 584.412
GFI 1.000 .396
AGFI
PGFI
.094
.264
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
RFI rho1
NFI Delta1 1.000 1.000 .000
IFI Delta2 1.000 1.000 .000
.000
TLI rho2
CFI 1.000 1.000 .000
.000
Parsimony-Adjusted Measures
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .000 .000 1.000
PNFI .000 .000 .000
PCFI .000 .000 .000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
NCP .000 .000 361.731
LO 90 .000 .000 302.392
HI 90 .000 .000 428.484
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .000 .000 4.766
F0 .000 .000 4.638
LO 90 .000 .000 3.877
HI 90 .000 .000 5.493
LO 90 .623
HI 90 .741
PCLOSE .000
RMSEA
Model Independence model
RMSEA .681
AIC
Model Default model Saturated model Independence model
AIC 30.000 30.000 381.731
BCC 32.500 32.500 382.564
BIC 65.542 65.542 393.578
CAIC 80.542 80.542 398.578
ECVI
Model
ECVI
LO 90
HI 90
MECVI 128
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .385 .385 4.894
LO 90 .385 .385 4.133
HI 90 .385 .385 5.750
MECVI .417 .417 4.905
HOELTER
Model
HOELTER .05
HOELTER .01
4
5
Default model Independence model
Analisis Trimming dengan menghilangkan jalur hubungan antar variabel yang tidak signifikan yaitu jalur Return On Assets (ROA) Terhadap Kredit Investasi
CAR .95
.54
e1-.55
-.85
-.88
NPL
ROA .67
-.48
e2
-.26.63
.85
KI
.23
LDR
Estimates (Group number 1 - Default model) Scalar Estimates (Group number 1 - Default model) Maximum Likelihood Estimates Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
ROA ROA ROA KI KI KI
<--<--<--<--<--<---
CAR NPL LDR CAR LDR NPL
Estimate S.E. C.R. .190 .030 6.309 -.128 .012 -10.448 .042 .009 4.626 -386697.703 66708.227 -5.797 49124.598 19862.524 2.473 -136058.217 27162.040 -5.009
P *** *** *** *** .013 ***
Label par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
ROA <--- CAR
Estimate .955 129
ROA ROA KI KI KI
<--<--<--<--<---
NPL LDR CAR LDR NPL
Estimate -.852 .673 -.553 .227 -.257
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate -.002 .001 -.003
NPL <--> LDR NPL <--> CAR LDR <--> CAR
S.E. C.R. P Label .001 -3.824 *** par_1 .000 4.187 *** par_2 .001 -5.840 *** par_3
Correlations: (Group number 1 - Default model)
NPL <--> LDR NPL <--> CAR LDR <--> CAR
Estimate -.480 .538 -.881
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. .002 .000 .011 .002 .001 .000 .000 .000 77639697.569 12432301.434
NPL LDR CAR e1 e2
C.R. 6.245 6.245 6.245 6.245 6.245
P *** *** *** *** ***
Label par_10 par_11 par_12 par_13 par_14
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
KI ROA
Estimate .854 .632
Matrices (Group number 1 - Default model) Total Effects (Group number 1 - Default model)
KI ROA
CAR -386697.703 .190
LDR 49124.598 .042
NPL -136058.217 -.128
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
KI ROA
CAR -.553 .955
LDR .227 .673
NPL -.257 -.852 130
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
KI ROA
CAR -386697.703 .190
LDR 49124.598 .042
NPL -136058.217 -.128
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
CAR -.553 .955
KI ROA
LDR .227 .673
NPL -.257 -.852
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
CAR .000 .000
KI ROA
LDR .000 .000
NPL .000 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
CAR .000 .000
KI ROA
LDR .000 .000
NPL .000 .000
Model Fit Summary CMIN
Model Default model Saturated model Independence model
NPAR 14 15 5
CMIN .018 .000 371.731
DF 1 0 10
P .892
CMIN/DF .018
.000
37.173
RMR, GFI
Model Default model Saturated model Independence model
RMR 34.923 .000 584.412
GFI 1.000 1.000 .396
AGFI .999
PGFI .067
.094
.264
Baseline Comparisons
Model Default model Saturated model Independence model
NFI Delta1 1.000 1.000 .000
RFI rho1 1.000 .000
IFI Delta2 1.003 1.000 .000
TLI rho2 1.027 .000
CFI 1.000 1.000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model
PRATIO
PNFI
PCFI 131
Model Default model Saturated model Independence model
PRATIO .100 .000 1.000
PNFI .100 .000 .000
PCFI .100 .000 .000
NCP
Model Default model Saturated model Independence model
NCP .000 .000 361.731
LO 90 .000 .000 302.392
HI 90 1.551 .000 428.484
FMIN
Model Default model Saturated model Independence model
FMIN .000 .000 4.766
F0 .000 .000 4.638
LO 90 .000 .000 3.877
HI 90 .020 .000 5.493
LO 90 .000 .623
HI 90 .141 .741
PCLOSE .902 .000
RMSEA
Model Default model Independence model
RMSEA .000 .681 AIC
Model Default model Saturated model Independence model
AIC 28.018 30.000 381.731
BCC 30.352 32.500 382.564
BIC 61.191 65.542 393.578
CAIC 75.191 80.542 398.578
ECVI
Model Default model Saturated model Independence model
ECVI .359 .385 4.894
LO 90 .372 .385 4.133
HI 90 .392 .385 5.750
MECVI .389 .417 4.905
HOELTER
Model Default model Independence model
HOELTER .05 16236 4
HOELTER .01 28043 5
132
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama Lengkap
: Hana Rosdiana
NIM
: 106081002336
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 30 September 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat Sekarang
: JL. Margaguna I Rt 003/015 no.6 gandaria utara Jakarta Selatan
No. Telp
: 021-96300187
Alamat email
:
[email protected]
Pendidikan Formal 1) Taman kanak-kanak islam Muslimat 1994 2) Sekolah Dasar Manaratul Islam 2000. 3) MTs Manaratul Islam 2003 4) MA Manaratul Islam 2006 5) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010.
i
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) toward the Return On Assets (ROA) and its implication to Credit Investment in shareholder Bank. This research used Path analyzis. The result of substructure I indicate that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) variables have significant effect to the Return On Assets (ROA). The result of substructure II indicate that Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), and Loan to Deposit Ratio (LDR) variables have significant effect to the Credit Investment. Keywords: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Return On Assets (ROA), Credit Investment, Path Analyzis
ii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Assets (ROA) dan Dampaknya pada Kredit Investasi pada Bank Persero. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Jalur. Hasil pengujian substruktur I menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR ), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Kredit Investasi Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), , Return On Assets (ROA), Kredit Investasi, Analisis Jalur.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat, karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), LOAN to DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) Dan DAMPAKNYA PADA PENAWARAN KREDIT INVESTASI PADA BANK PERSERO ”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
iv
1.
Kedua orang tua tercinta yang telah yang memberikan dukungan, kepercayaan dan doa. Syukron ya Abi (Barokalloh fiih) wa syukron ya Umi (Barokalloh fiha). Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya, amin Ya Robbal ’Alamin.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga selalu diberikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
3.
Bapak Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga selalu diberikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
4.
Ibu Amelia.SE.,MSM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga selalu diberikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
5.
Bapak Indoyama Nasaruddin, MAB, selaku Pudek Bidang Administrasi dan Umum. Semoga selalu diberikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
6.
Bapak Suhendra,SAg.,MM selaku Ketua Jurusan Manajemen. Semoga selalu di berikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
7.
Ibu Lies Suzanawati,SE,Msi selaku Sekretaris Jurusan Manajemen. Semoga selalu di berikan rahmat dari Allah SWT. Amin.
8.
Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Kaka-kaka aku tercinta A.Salam, M.Yusuf, Lia yang sudah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
10.
Firman Muttaqin SE yang sudah banyak memberikan support dan perhatiannya kepada penulis. Makasi abang.
11.
Sahabat – Sahabatku Mia Wahyuni, Sesy, Wulan, Arisyi, Farhy, Nunita, Linda, Rika, Mutiara, Ana.
v
12.
Temen-temen seperjuangan manajemen A dan Perbankan A 2006 khususnya Eka Meylawati, Ajeng, Atin, Hery Hardjanto, Rudi, Fandy Ardianto, Rezki, Amero Said, Husni, Faisal Musadad dll Terima kasih atas dukungan dan kebaikan kalian semua. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik manajer
investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, dan para pembaca yang tertarik dengan dunia perbankan. penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 12 Desember 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i ABSTRACT ..................................................................................................... ii ABSTRAK ....................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah..................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Bank ........................................................................................... 13 B. Perkreditan .................................................................................. 15 C. Unsur-unsur Kredit ...................................................................... 16 D. Prinsip-prinsip Perkreditan .......................................................... 18 E. Tujuan Kredit ..............................................................................
22
F. Jenis Kredit ................................................................................. 24 G. Kredit Investasi ........................................................................... 27
vii
H. Capital Adequacy ratio (CAR) .................................................... 29 I. Non Performing Loan (NPL) ....................................................... 32 J. Loan to Deposit ratio (LDR) ....................................................... 33 K. Return On assets (ROA) .............................................................. 34 L. Penelitian Terdahulu……………………………………………...
36
M. Paradigma Penelitian ...................................................................
41
N. Kerangka Pemikiran……………………………………………… 42 O. Hipotesis ..................................................................................... 44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 45 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 45 C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 46 D. Metode Analisis .......................................................................... 47 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 58
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian ......................................................... 62 B. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 68 1. Analisis Deskriptif ................................................................. 68 2. Analisis Jalur Pengaruh CAR, NPL, LDR Terhadap ROA dan Dampaknya Pada Kredit Investasi Pada Bank Persero …....... .............................................................................................. 82
viii
3. Analisis Jalur Setelah Trimming ............................................ 101 C. Interpretasi Hasil ......................................................................... 110 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ................................................................................. 116 B. Implikasi ..................................................................................... 117
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 119 LAMPIRAN ......................................................................................................
ix
123
DAFTAR TABEL
2.1
Penelitian Terdahulu ................................................................................ 38
3.1
Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) ........................................................... 57
4.1
Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................................ 71
4.2
Non Performing Loan (NPL) .................................................................... 74
4.3
Loan to Deposit Ratio (LDR).................................................................... 76
4. 4
Return On Assets (ROA)........................................................................... 78
4.5
Kredit Investasi ........................................................................................ 81
4.6
Hasil Korelasi antara CAR, NPL, LDR ..................................................... 83
4.7
Pengaruh antara CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA............................... 87
4.8
Pengaruh antara CAR, NPL, LDR dan ROA Terhadap Kredit Invesatasi ....................................................................... 93
4.9
Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen .................. 98
4.10
Hasil Goodness of Fit Pengaruh CAR, NPL, LDR terhadap ROA dan Dampaknya pada Kredit Investasi ....................................................... 99
4.11
Hasil Goodness of Fit Setelah Modifikasi ............ …… ............................ 100
4.12
Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming .. ............... 101
4.13
Hasil Korelasi antara CAR, NPL, dan LDR Setelah Trimming .................. 102
4.14
Hasil Uji Pengaruh antara CAR, NPL, LDR terhadap ROA ...................... 103
4.15
Hasil Uji Pengaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap KI .............................. 104
4.16
Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming ........... ................................. 108
4.17
Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, x
Pengaruh Langsung dantidak langsung, dan Pengaruh Total tentang Pengaruh antara CAR (X1), NPL (X2), dan LDR (X3) Terhadap ROA(Y) serta Dampaknya pada Kredit Investasi(Z) .............................................. 110
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1
Arus Modal Investasi ................................................................................ 28
2.2
Paradigma Penelitian ................................................................................ 41
2.3
Kerangka Pemikiran ................................................................................ 43
3.1
Hubungan Kausal X1,X2,X3, Terhadap Y .................................................. 49
3.2
Hubungan Kausal X1,X2,X3, dan Y pada Z ................................................ 50
4.1
Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................................ 72
4.2
Non Performing Loan (NPL) .................................................................... 75
4.3
Loan to Deposit Ratio (LDR).................................................................... 77
4.4
Return On Assets (ROA)...................................... .................................... 79
4.5
Kredit Investasi……….. .......................................................................... 82
4.6
Diagram Jalur Hasil Perhitungan .............................................................. 83
4.7
Diagram Jalur Substruktur I ..................................................................... 86
4.8
Diagram Jalur Substruktur I I............................... …… ............................ 92
4.9
Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming .................. ............... 102
4.10
Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming ........................................ 103
4.11
Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming....................................... 104
xii