ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: KHULIFA AHDIZIA NIM : 107082001062
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011/1432 H 1
2
3
4
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Khulifa Ahdizia NIM
: 107082001062
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupkan plagiat, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, April 2011
Khulifa Ahdizia
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Khulifa Ahdizia
2. Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 12 Maret 1989 3. Alamat
: Villa Pabuaran Indah Jln. Aira Raya No.26 Rt.01/016 Pabuaran, Bojonggede – Bogor 16320
4. Telepon
: 08561600696
5. E-Mail
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1. TK Qaryah Thayyibah, Kebun Jeruk
Tahun 1993-1995
2. SDN Muaraberes Cibinong
Tahun 1995-2001
3. SMP Negeri 5 Bogor
Tahun 2001-2004
4. SMA Negeri 3 Bogor
Tahun 2001-2007
5. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2007-2011
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Ir. Khufadi Maslat
2. Ibu
: Chusnul Choiriyah, SH,
3. Adik
: Khulafi Ahzidi Khulafi Ahdian
6. Alamat
: Villa Pabuaran Indah Jln. Aira Raya No.26 Rt. 01/016 Pabuaran, Bojonggede – Bogor 16320
7. No. Telp
: 081384951552/081316302693
6
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2002-2004
: Dewan Kerja Umum (DKU) PMR Unit SMP Negeri 5 Bogor
2. 2005-2007
: Peer Conselor PMR Unit SMA Negeri 3 Bogor
3. 2008-2009
: Staf Divisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan) BEM Jurusan Akuntansi
4. 2008-2010
: Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) ESQ 165 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. 2009-2010
: Anggota Tim Saman Fosma Zero ESQ (SAFOZE) 165
6. 2010-2011
: Staf Divisi Kemahasiswaan BEM Jurusan Akuntansi
7. 2008-2010
: Alumni Training Support (ATS) ESQ 165
8. 2008-2010
: Pengurus Karang Taruna Rt.01/016 Villa Pabuarann Indah
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI 1. 2004-2006
: Kursus Bahasa Inggris di LBPP LIA Cabang Pakuan Bogor
2. 6 Desember 2007
: Peserta Studium General “Prospek dan Tantangan Profesi Akuntansi Menghadapi Era Globalisasi
3. 29-30 November 2008
: ESQ In House Training Basic Mahasiswa UIN Jakarta Angkatan Ke-6
4. 09-10 Mei 2009
: ESQ In House Training MCB UIN Jakarta Angkatan Ke-1
5. 26 November 2009
: Peserta Company Visit to Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI
6. 8 Mei 2010
: Peserta Seminar dan Workshop ARLOJI 2010, Accurate 4 Accounting Software
7
THE ANALYSIS OF INFLUENCE CORPORTE GOVERNANCE MECHANISMS, CORPORATE FINANCIAL CONDITION, AND CORPORATE SIZE TO GOING CONCERN AUDIT OPINION (Empirical Study on Real Estate and Property Firms that Listed at Indonesian Stock Exchange) By: Khulifa Ahdizia ABSTRACT
This research analyzed the influence of corporate governance mechanisms, corporate financial condition, and corporate size to going concern audit opinion. Corporate governace mechanisms were proxied by board of commissioner turnover, board of director turnover, board of independent commissioner size, and board ownership. Corporate financial condition were proxied by financial ratios, there were leverage, profitability, and activity ratio. Samples of this research were 190 real estate and property firms that listed at Indonesian Stock Exchange for 2005 until 2009. This research used binary logistic regression method to examine hypotheses. This research indicates that leverage has significantly positive effect and activity ratio has significantly negative effect to going concern audit opinion. Board of commissioner turnover, board of director turnover, board of independent commissioner size, board ownership, profitability ratio, and size don’t have significantly effect to going concern audit opinion. Keywords: going concern, corporate governance, financial ratios, size.
8
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Oleh: Khulifa Ahdizia
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern. Mekanisme corporate governance diproksikan dengan perubahan dewan komisaris, perubahan dewan direksi, ukuran dewan komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan. Kondisi keuangan perusahaan diproksikan dengan rasio keuangan yaitu rasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas. Sampel dalam penelitian ini adalah 190 perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005 sampai 2009. Penelitian ini menggunakan regresi logistik biner untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan dan rasio aktivitas berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern. Perubahan dewan komisaris, perubahan dewan direksi, ukuran dewan komisaris independen, kepemilikan anggota dewan, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Kata kunci : going concern, corporate governance, rasio-rasio keuangan, ukuran perusahaan.
9
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi inspirasi dan suri tauladan Umat Muslim di dunia. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tua penulis, ayahanda Ir. Khufadi Maslat dan ibunda Chusnul Choiriyah, SH, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti kepada penulis.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan tambahan ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Rahmawati SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
10
9.
Kedua adik penulis, Khulafi Ahzidi dan Khulafi Ahdian, serta keluarga besar penulis telah memberikan semangat, doa, dukungan, dan inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi dari awal pengajuan proposal, pencarian jurnal, penyusunan, hingga pengolahan data, Khoirotun Nisa (Mamah I-te-ce-ha-aa), Gustami Ika Windarti (Tamcuy Udjo Jr.), Kodariyah (Jabarbara), Dian Mayasari (Bakti), Iiss Trianingrum (Budeh), dan Wina Kurniawati (Wincewewewew). 11. Teman-teman terbaik AKUNTANSI B 2007, Endang, Ani, Dewi (teman seperjuangan saat sidang), Amel, Rahay, Koi, Anik (teman seperjuangan saat kompre), Wardah, Dwi, Lita, Indri, Nani, Paul, Nagif, Herdis, Idris, Abloy, Ikhwan, Dio, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas informasi, bantuan, semangat, dan kerja samanya selama masa perkuliahan. 12. Teman-teman AUDIT B 2007 dan yang membantu dan bertukar informasi tentang sidang dan kompre, Tati, Appri, Dini, Cince, Destya, Mela, Dian Sista, Dania, Eneng Hervi, Vina dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas informasi dan semangatnya. 13. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini selalu terbuka. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dalam bidang akuntansi dan auditing.
Jakarta, April 2011 Penulis,
Khulifa Ahdizia 11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
iv
SURAT PERNYATAAN
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
ABSTRACT
viii
ABSTRAK
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
11
C. Tujuan Penelitian
11
D. Manfaat Penelitian
12
TINJAUAN PUSTAKA
14
A. Agency Theory (Teori Keagenan)
14
B. Definisi Audit
15 12
C. Tujuan Audit
17
D. Jenis Audit
18
E. Standar Audit
19
F. Opini Audit
21
G. Going Concern
24
H. Opini Audit Going Concern
26
I.
Tanggung Jawab Auditor
28
J.
Corporate Governance
31
K. Kondisi Keuangan Perusahaan
42
L.
45
Ukuran Perusahaan
M. Keterikatan Antar Variabel
46
N. Penelitian Terdahulu
51
O. Kerangka Pemikiran
57
P.
58
Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
59
A. Ruang Lingkup Penelitian
59
B. Metode Penentuan Sampel
59
C. Metode Pengumpulan Data
61
D. Metode Analisa Data
61
1.
Statistik Deskriptif
62
2.
Analisis Inferensial
62
a. Menilai Model Fit
62
b. Menilai Kelayakan Model Regresi
63 13
c. Koefisien Determinasi
64
d. Tabel Klasifikasi
64
e. Pengujian Hipotesis
64
f. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
65
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
66
1.
Variabel Tidak Terikat (Independent Variable)
66
2.
Variable Terikat (Independent Variable)
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
72 72
1.
Deskripsi Obyek Penelitian
72
2.
Deskripsi Sampel Penelitian
74
3.
Statistik Deskriptif
75
a. Deskripsi Opini Audit Going Concern
76
b. Deskripsi Variabel Independen
81
Analisis Inferensial
84
4.
a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
85
b. Pengujian Kelayakan Model Regresi
87
c. Koefisien Determinasi
88
d. Tabel Klasifikasi
90
e. Pengujian Hipotesis
91
B. Pembahasan dan Interpretasi
94
14
BAB V
PENUTUP
106
A. Kesimpulan
106
B. Implikasi
107
C. Keterbatasan dan Saran
111
1.
Keterbatasan
111
2.
Saran
112
DAFTAR PUSTAKA
114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
119
15
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu .............................................................
52
3.1
Proses Seleksi Sampel ..........................................................
60
3.2
Operasionalisasi Variabel .....................................................
70
4.1
Deskripsi Populasi Penelitian ...............................................
73
4.2
Proses Seleksi Sampel ..........................................................
75
4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit ........................
76
4.4
Ringkasan Penerimaan Opini Audit .....................................
78
4.5
Statistik Deskriptif ................................................................
81
4.6
Iteration History 0 ................................................................
86
4.7
Iteration History 1 ................................................................
87
4.8
Hosmer and Lameshow Test .................................................
88
4.9
Model Summary ....................................................................
89
4.10
Classification Table ..............................................................
90
4.11
Variables in the Equation .....................................................
91
4.12
Ringkasan hasil Uji Hipotesis ..............................................
95
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .............................................................
57
17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1.
Surat Keterangan Penelitian .................................................
119
2.
Ikhtisar Data Keuangan Perusahaan Sampel
120
(Dalam Jutaaan Rupiah) ....................................................... 3.
Analisis Data Sampel Perusahaan 2005-2009 ......................
129
4.
Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Sampel .....................
134
5.
Laporan Auditor Independen Opini Audit Going Concern ..
143
6.
Hasil Output SPSS 16.0 ........................................................
146
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Pasifik pada tahun 1997 telah memberi dampak pada sendi perekonomian Indonesia. Krisis moneter tersebut telah memporak-porandakan perekonomian Indonesia. Mata uang Rupiah telah mengalami depresiasi dalam tingkat di luar batas ambang kewajaran. Dampak memburuknya kondisi perekonomian Indonesia adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat suku bunga, dan meningkatnya biaya operasi perusahaan (Iskak, 1998: 1). Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 di Indonesia berawal dari bulan Juli 1997. Krisis itu dipicu oleh jatuhnya Baht Thailand terhadap USD, sehingga pada tanggal 21 Juli 1997 nilai tukar Rupiah yang semula Rp.2.500 per USD merosot menjadi Rp.2.650 untuk seterusnya semakin melemah hingga mencapai Rp.15.000 per USD. Pada 16 September 1997, pemerintah terpaksa mengumumkan penundaan mega proyek senilai Rp.39 triliun di dalam upaya “mengencangkan ikat pinggang”. Meski demikian, laju USD makin tak terbendung. Pada 6 Oktober 1997, Rupiah mencapai Rp.3.845 per USD dan seterusnya makin merangkak naik melampaui ambang batas psikologis (Ario Bimo dkk, 1998) sebagaimana dikutip Iskak (1998: 2). Krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang disusul dengan krisis politik pada tahun 1997 menyebabkan keterpurukan ekonomi Indonesia. 19
Perekonomian Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, dimana kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) berada pada titik yang mengkhawatirkan. Akibatnya, pada saat itu, banyak perusahaan-perusahaan yang gulung tikar, baik perusahaanperusahaan kecil maupun perusahaan-perusahaan besar. Salah satu sektor perusahaan yang menjadi dampak dari krisis ekonomi ini adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor real estate dan properti. Secara umum, sejak tahun 1998, industri real estate di Indonesia mengalami penurunan tingkat penjualan yang signifikan karena menurunnya daya beli pelanggan, menurunnya rata-rata tingkat hunian, penghentian atau penundaan pembangunan
proyek-proyek
konstruksi
tertentu,
dan
meningkatnya
ketersediaan properti (PT. Sentul City Tbk., 2005). Sebelum masa krisis, perkembangan perusahaan real estate dan properti relatif tinggi. Menurut data yang diperoleh, diketahui bahwa pada tahun 1996 jumlah anggota Real Estate Indonesia (REI) nasional mencapai 2.434 perusahaan sedangakan anggota REI Jakarta mencapai 736 perusahaan. Akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, jumlah tersebut terus menurun hingga berjumlah 645 perusahaan untuk anggota REI nasional dan 218 perusahaan untuk anggota REI Jakarta pada tahun 2002 (DPP-REI, 2002) sebagaimana dikutip (Tulung, 2004: 13). Lingkungan risiko yang merupakan dampak dari memburuknya kondisi ekonomi yang disebabkan krisis keuangan pada tahun 1997, mengakibatkan makin meningkatnya opini Qualified Going Concern dan Disclaimer untuk 20
penugasan tahun 1998 (Praptitorini dan Januarti, 2007: 4). Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya action plans yang jelas dari pihak manajemen (Juniarti, 2000 yang dikutip Praptitorini dan Januarti, 2007: 4). Tjager, Alijoyo, Djemat, dan Soembodo (2003) dalam Petronila (2007: 128) mengemukakan bahwa krisis keuangan yang melanda kawasan Asia dipandang sebagai lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di Negara-negara tersebut. Untuk dapat mengelola perusahaan yang baik dan agar tercapainya Good Corporate Governance (GCG), maka manajemen perlu
memegang
akuntabilitas
teguh
prinsip-prinsip
(accountability),
transparansi
pertanggungjawaban
(transparency), (responsibility),
kemandirian (independency), dan kewajaran (fairness). Keberadaan entitas mencerminkan keberadaan suatu lingkungan ekonomi. Tujuan keberadaan entitas dalam jangka panjang adalah dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya (going concern) melalui asumsi going concern (Praptitorini dan Januarti, 2007: 2). Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup (Praptitorini dan Januarti, 2007:2). 21
Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996: 118). Going concern (kelangsungan hidup) adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan sutau entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah (Petronela, 2004: 46). Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani, Cleary, dan Mukhlasin, 2003: 3). Asumsi going concern secara langsung mempengaruhi laporan keuangan. Laporan keuangan yang disiapkan menggunakan dasar going concern akan memiliki perbedaan struktural dengan laporan keuangan yang tidak disiapkan menggunakan dasar going concern. Penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Untuk sampai pada kesimpulan apakah perusahaan akan memiliki going concern atau tidak, auditor harus melakukan evaluasi secara kritis terhadap rencana-rencana manajemen (Praptitorini dan Januarti, 2007: 4). Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik sehingga perusahaan dapat
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya,
maka
perusahaan
memerlukan suatu mekanisme. Mekanisme corporate governance adalah cara atau prosedur atau aturan main, dan hubungan yang jelas antara pihak yang 22
mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut (Petronila, 2007: 127). Mekanisme corporate governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi jalannya sistem corporate governance dalam suatu perusahaan (Syakhroza, 2002a, 2002b; World Bank, 1999; Kim dan Nofsinger, 2004) dalam Petronila (2007: 127). Jika dilihat dari segi pengendalian, mekanisme corporate governance menurut Syakhroza (2005: 14) terbagi dua jenis, yaitu mekanisme corporate governance internal dan mekanisme corporate governance eksternal. Menurut Gunarsih (2003: 160), mekanisme corporate governance internal didesain untuk menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Sementara itu, mekanisme corporate governance eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar. Perubahan dewan komisaris atau Board of Commissioner (BoC) merupakan
salah
satu
bentuk
pengukuran
mekanisme
corporarate
governance dalam perusahaan. Apabila perusahaan mengambil tindakan untuk melakukan perubahan BoC dalam kondisi-kondisi yang mempengaruhi going concern, hal tersebut akan memancing kecurigaan stakeholders terhadap penerapan transparansi yang dilakukan perusahaan. Kurangnya penerapan transparansi dapat dijadikan salah satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini going concern pada laporan auditnya (Petronila, 2007: 130) Petronila (2007: 143) menyatakan bahwa perubahan dewan direksi atau Board of Director (BoD) berpengaruh terhadap pemberian opini audit going 23
concern oleh auditor. Penelitian tersebut konsisten dengan penelitian Parker, Peters, dan Turetsky (2005: 5) yang menyatakan bahwa auditor memiliki kecenderungan dua kali lebih besar untuk memberikan opini audit going concern apabila terjadi penggantian Chief Executive Officer (CEO). Faktor lain yang diproksikan dari mekanisme corporate governance adalah struktur kepemilikan. Menurut Januarti (2009:12) struktur kepemilikan dalam perusahaan yang diukur dengan kepemilikan anggota dewan dapat meningkatkan nilai perusahaan, sehingga mengurangi risiko terjadinya kesulitan keuangan. Jika kemungkinan perusahaan semakin kecil dalam mengalami kesulitan keuangan, maka akan mengurangi potensi kebangkrutan perusahaan dan perusahaan dapat terus menjaga kelangsungan usahanya. Adanya kepemilikan saham oleh anggota dewan dapat memperkecil terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) antara manajemen dengan investor. Kepemilikan manajerial erat kaitannya dengan teori keagenan (agency theory). Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara principal dengan agent, dimana principal adalah pihak yang menanamkan modal dan agent adalah manajemen atau pihak yang mengelola modal tersebut. Agent mendapat kepercayan dari principal untuk mengelola modal yang ditanamkannya. Jika agent memiliki sebagian saham perusahaan, yang dalam hal ini agent berperan sebagai
principal, maka akan
menghilangkan konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham seperti yang dinyatakan Jensen dan Meckling (1976: 11) bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka 24
manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Adanya komisaris independen merupakan salah satu syarat atau perangkat dalam perusahaan guna mencapai Good Corporate Governance. Komisaris independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, hal.4). Apabila komisaris independen dapat melakukan tugasnya dengan baik maka kinerja perusahaan akan meningkat. Meningkatnya kinerja perusahaan dapat mengindikasikan bahwa perusahaan dapat bertahan dalam waktu yang lama dan terlepas dari masalah going concern. Selain mekanisme corporate governance, kondisi keuangan perusahaan dapat menentukan kelangsungan hidup usaha suatu entitas. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan. Jika tingkat kesehatan keuangan suatu entitas rendah, maka kemungkinan entitas tersebut bangkrut dan tidak dapat mempertahankan kelangsungan usahanya pun tinggi. Ukuran
perusahaan
mencerminkan
besar
kecilnya
perusahaan.
Perusahaan besar umumnya lebih jarang mendapatkan opini audit going concern dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan 25
besar lebih mudah menyelesaikan permasalahannya dibandingkan dengan perusahaan kecil (Mutchler (1985). Namun, besarnya perusahaan tidak menjamin tidak diperolehnya opini audit going concern. Perusahaan yang besar belum tentu selalu terlepas dari permasalahan keuangan. Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (PSA 341). Para pemakai laporan keuangan merasa bahwa pengeluaran opini audit going concern ini sebagai prediksi kebangkrutan suatu perusahaan (Santosa dan Wedari, 2007: 142). Auditor harus bertanggung jawab terhadap opini audit going concern yang dikeluarkannya karena akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan (Setiawan, 2006: 66). Opini audit atas laporan keuangan menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan berinvestasi. Oleh karena itu, informasi mengenai kelangsungan hidup dari suatu perusahaan, terutama bagi perusahaan yang telah go public, merupakan informasi yang sangat bernilai bagi investor, baik investor di pasar modal maupun pihak bank yang memberikan pinjaman kepada perusahaan (Setiawati dan Agoes, 2005: 9) Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti ingin menguji pengaruh mekanisme corporate governance, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern. Oleh karena itu, tema yang diangkat menjadi judul dalam penelitian ini, yaitu: “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kondisi
Keuangan 26
Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit
Going
Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Petronila (2007). Tujuan peneliti mengulang penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui apakah penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya atau sebaliknya. Namun, penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut: 1. Periode penelitian Periode penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2007, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. 2. Variabel independen Pada penelitian sebelumnya, indikator yang digunakan dalam mekanisme corporate governance adalah perubahan BoC, perubahan BoD, kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP), kepemilikan anggota dewan, dan risiko saham. Sedangkan pada penelitian ini, indikator yang digunakan untuk variabel mekanisme corporate governance adalah perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan. Selain itu, peneliti menambahkan dua variabel independen, yaitu kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan diproksikan dengan rasio leverage, profitabilitas dan aktivitas. Komisaris independen sebelumnya diteliti oleh Parker et. al. (2005) dan 27
Linoputri (2010). Rasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas sebelumnya diteliti oleh Januarti dan Fitrianasari (2008). Sementara itu, ukuran perusahaan sebelumnya diteliti oleh Januarti (2009). 3. Populasi dan sampel Pada penelitian sebelumnya, Petronila (2007) melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2005 dengan total sampel 193 perusahaan yang dibagi dalam 12 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan oleh BEJ. Sedangkan pada penelitian ini, penelitian dikhususkan terhadap perusahaan yang bergerak dalam sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2005-2009. Pemilihan perusahaan sektor real estate dan properti dikarenakan dewasa ini, perkembangan bisnis di sektor real estate dan properti kian menggeliat. Jumlah perusahaan real estate dan properti terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan laporan properti Asia, pasar sektor real estate di Indonesia naik 12 persen selama pertengahan tahun 2010 dibandingkan periode yang sama tahun 2009 (Bataviase, 2010). Tahun 2005-2009 dipilih sebagai periode pengamatan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui kondisi kekinian perusahaan dengan mengamati perkembangan perusahaan tersebut selama lima tahun terakhir dari tahun 2005 hingga 2009. Periode pengamatan dilakukan lima tahun agar waktu pengamatan panjang sehingga peneliti dapat menganalisis dan mengamati perkembangan perusahaan selama waktu tersebut dan dalam rentang waktu 28
lima tahun kondisi perusahaan dapat berubah yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah mekanisme corporate governance (perubahan BoC, perubahan BoD,
komisaris
independen,
dan
kepemilikan
anggota
dewan)
berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern? 2. Apakah kondisi keuangan perusahaan (raasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas) berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern?
C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang telah peneliti uraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance (perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan) terhadap opini audit going concern. 2. Menganalisis pengaruh kondisi keuangan perusahaan (rasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas) terhadap opini audit going concern. 3. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern.
29
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi yang berguna serta sebagai masukan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran
mengenai
pengaruh
mekanisme
corporate
governance
(perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota
dewan),
kondisi
keuangan
perusahaan
(rasio
leverage,
profitabilitas, dan aktivitas), dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern. 2. Bagi auditor Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau masukan mengenai hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit, khususnya opini audit dengan modifikasi going concern. 3. Bagi investor Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau masukan mengenai faktor perusahaan memperoleh opini audit going concern sehingga dapat membantu investor dalam mengambil keputusan berinvestasi.
30
4. Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan mengenai mekanisme corporate governance (perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan), kondisi keuangan perusahaan (rasio leverage, profitabilitas dan aktivitas), dan ukuran perusahaan serta pengaruhnya terhadap opini audit going concern yang diterima perusahaan. 5. Bagi peneliti Melalui penelitian ini, peneliti dapat menggali pengetahuan yang telah peneliti peroleh selama menuntut ilmu di bidang Akuntansi sehingga dapat melakukan perbandingan dengan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan dalam praktik yang sebenarnya.
31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Agency Theory (Teori Keagenan) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan
beberapa
layanan
bagi
mereka
dengan
melakukan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi (Praptitorini dan Januarti, 2007: 5). Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract (Elqorni, 2009). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam 32
hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki.
Agen
menginginkan
kepentingannya
diakomodasi
dengan
pemberian kompensasi, bonus, insentif, atau remunerasi yang memadai atas kinerjanya. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Semakin tinggi laba, harga saham, dan deviden, maka agen dianggap berhasil meningkatkan kinerja dengan baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi (Elqorni, 2009). Untuk meminimalisasi conflict of interest antara agen dan prinsipal, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan
prinsipal.
Auditor
adalah pihak
yang
dianggap
mampu
menjembatani kepentingan pihak prinsipal (shareholders) dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan perusahaan (Setiawan, 2006: 62).
B. Definisi Audit Boynton dan Johnson (2006: 6) menurut The Report of The Committee on Basic Auditing Concept of The American Accounting Association (Accounting Review, Vol.47) mendefinisikan auditing sebagai: 33
“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users”.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010: 4) definisi auditing adalah: “Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Definisi auditing menurut Agoes (2008: 3) adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Sementara itu, menurut Mulyadi (2010: 9), definisi auditing adalah: “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai persyaratan-persyaratan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara persyaratan-persyaratan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Berdasarkan uraian definisi auditing tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematis terhadap bukti-bukti yang terkait dengan kejadian-kejadian ekonomi dan bisnis yang tercatat dalam laporan keuangan auditee dengan mencapai derajat kesesuaian dan membandingkannya dengan standar dan kriteria yang ada dengan tujuan 34
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengguna laporan keuangan auditee.
C. Tujuan Audit Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), PSA 02 (SA 110), (IAI, 2001: 110.1), menyatakan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut Boynton et. al. (2006: 231) tujuan audit secara spesifik adalah asersi manajemen, asersi manajemen ini merupakan pedoman auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Adapun lima asersi manajemen yang digariskan dalam Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) adalah sebagai berikut: 1. Keberadaan dan Keterjadian (Existence and Occurance) 2. Kelengkapan (Completeness) 3. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation) 4. Penilaian atau Alokasi (Valuation or Allocation) 5. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
35
D. Jenis Audit Menurut Boynton et. al. (2006: 8-9) ada tiga jenis audit, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing. Penjelasan mengenai jenis-jenis audit tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Selain itu, logika audit yang dikembangkan untuk audit laporan keuangan merupakan dasar dimana auditor dapat mengembangkan lebih lanjut audit kepatuhan, audit operasional, serta sejumlah jasa atestasi dan assurance services. 2. Audit Kepatuhan Audit
kepatuhan
(compliance
audit)
berkaitan
dengan
kegiatan
memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturannya tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan yang berkenaan 36
dengan kondisi kerja, partisipasi dan program pensiun, serta pertentangan kepentingan. 3. Audit Operasional Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit jenis ini terkadang disebut juga sebagai audit kinerja atau audit manajemen. Pada suatu perusahaan bisnis, lingkup audit ini dapat meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau divisi.
E. Standar Audit Menurut (SPAP SA Seksi 150: PSA no.1) dalam proses audit terdapat tiga standar yang harus dipenuhi dalam rangka menjalankan standar profesionalnya, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Berikut adalah uraian mengenai ketiga standar tersebut: 1. Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
37
2. Standar Pekerjaan Lapangan a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperolah untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3. Standar Pelaporan a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara 38
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
F. Opini Audit Auditor memiliki kewajiban untuk memberikan opini atas laporan keuangan yang telah diauditnya. Menurut (SPAP SA Seksi 508) terdapat lima tipe opini auditor, yaitu: 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified) dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan di dalamnya tidak terdapat salah saji material yang akan mempengaruhi para pengguna dari laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan keuangan auditor bentuk baku (Unqualified with Explanatory Paragraph) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified with Explanatory Paragraph) dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, di mana kondisi atau keadaan tertentu seringkali mengharuskan
39
auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan keuangan auditor bentuk baku. Keadaan tersebut meliputi: a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. b. Laporan Keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas (going
concern),
namun
setelah
mempertimbangkan
rencana
manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya (ketidakkonsistensian). e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif. f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Bapepam, namun tidak disajikan atau direview. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) – Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan
40
oleh dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut. h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified) dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak
hal-hal
yang berhubungan dengan
yang
dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana: a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
41
4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse) Pendapat tidak wajar (Adverse) dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer) menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Dalam keadaan auditor menghadapi keraguan signifikan tentang kelangsungan hidup entitas (going concern issues) auditor dapat tidak memberikan pendapat.
G. Going Concern Menurut Belkaoui (2006: 271), dalil kelangsungan usaha (goingconcern postulate), atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau
42
bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan.
Diperlukannya
suatu
operasi
yang
berlanjut
dan
berkesinambungan untuk menciptakan suatu konsekuensi bahwa laporan keuangan yang terbit di suatu periode mempunyai sifat sementara sebab masih merupakan satu rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30). Masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan dan masalah operasi. Masalah keuangan meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, dan kesulitan memperoleh dana. Sedangkan masalah operasi meliputi kerugian operasi yang terus menerus, propek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi (Altman dan McGough, 1974 dalam Setiawan, 2006: 61).
43
H. Opini Audit Going Concern Auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Petronela, 2004: 47). Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30). Mutchler
(1984),
dalam Yusnitasari dan Setiawan (2003:69),
menunjukkan keputusan going concern diambil melalui proses tiga tahap berikut: 1. Identifikasi entitas dengan masalah going concern yang potensial. 2. Menentukan apakahh entitas dengan masalah going concern harus menerima laporan audit tentang going concern. 3. Memilih diantara dua jenis laporan audit going concern, yaitu modifikasi laporan audit wajar tanpa syarat atau disclaimer. Sementara itu, Ellingsen et. al. (1989) dalam Yusnitasari dan Setiawan (2003: 71), menyarankan prosedur pengambilan keputusan going concern berdasarkan SAS 59: 1. Apakah hasil prosedur audit mengindikasikan keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk tetap hidup dalam bisnisnya selama 44
periode waktu yang layak? Jika jawabannya tidak, maka auditor telah memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan SAS 59. Jika jawabannya ya, maka auditor akan melakukan tahapan selanjutnya. 2. Menganalisis rencana manajemen dan menilai kemampuan rencana tersebut dapat diimplementasikan secara efektif. 3. Apakah keraguan yang substansial masih ada? Jika tidak, maka tidak perlu melakukan modifikasi laporan audit. Jika ya, maka harus dilakukan tahap empat (4). 4. Mempertimbangkan pengaruh yang mungkin terjadi pada laporan keuangan dan pengungkapan masalah going concern. 5. Menambah paragraf penjelasan (mengikuti paragraf opini) pada laporan audit tentang going concern. Sedangkan dalam (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. 45
2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor memepertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer). 3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) efektivitas rencana tersebut. 4. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor menyatakan tidak memeberikan pendapat (disclaimer). 5. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapakan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). 6. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut di dalam laporan keuangan, auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).
I.
Tanggung Jawab Auditor Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar tehadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor 46
berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30, Par.02). Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva. 3. Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, 47
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi, banjir,
kekeringan,
yang
tidak
diasuransikan,
namun
dengan
pertanggungan yang tidak memadai. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Iskak, 1998: 3). Penilaian auditor didasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Namun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang (Iskak, 1998: 3). Menurut SAS No. 59 dalam Akers et. al. (2003) sebagaimana dikutip Setiawan (2006: 64), auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya (going concern). Syarat-syarat yang tercantum dalam SAS No. 59 adalah sebagai berikut: 1. Tanggung jawab auditor adalah untuk mengevaluasi apakah entitas going concern untuk periode tidak lebih dari tahun dari tanggal laporan keuangan yang diaudit. 2. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi atau meramalkan kejadian masa depan. 3. Kebangkrutan oleh sebuah perusahaan yang tidak menerima laporan going concern, walaupun satu tahun dari tanggal neraca, tidak memerlukan kinerja auditor yang tidak mencukupi. 48
4. Auditor tidak harus melaksanakan prosedur spesifik untuk menentukan entitas going concern. Prosedur audit untuk tujuan audit yang lain dianggapa cukup. 5. Auditor diharuskan untuk mengevaluasi rencana manajemen untuk mengurangi kejadian dan kondisi yang mengindikasikan keraguan yang cukup besar bahwa perusahaan going concern. 6. Jika
auditor
menyimpulkan
adanya
keraguan,
auditor
harus
mempertimbangkan pengaruh laporan keuangan dan penyingkapan, untuk menentukan dampak opini audit.
J.
Corporate Governance Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee pada tahun 1992 dalam sebuah laporan yang kemudian dikenal dengan nama Cadbury Report. Laporan ini kemudian menjadi titik balik yang menentukan praktik corporate governance di dunia. Definisi corporate governance yang dikeluarkan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) (2001), yaitu: “Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan kata hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan”.
Menurut Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dalam Studi Penerapan Prinsip-prinsip OECD 2004 dalam Peraturan 49
Bapepam mengenai Corporate Governance (2006), corporate governance adalah: “Corporate governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governanace structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participant in the corporation such as boards, manager, shareholders, and other stakeholders and spells out the rules and procedures for making decisions corporate affair. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives ang monitoring performance”.
Tujuan yang dicapai dari tata kelola perusahaan adalah terciptanya Good Coporate Governance (GCG) yaitu tata kelola perusahaan yang baik. Asas yang terkandung dalam GCG yang harus diterapkan dan dimiliki pada setiap perusahaan guna mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006: 5), yaitu: 1. Transparansi (Transparency) Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
50
2. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan
pemegang
saham
dan
pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan
harus
mematuhi
peraturan
perundang-undangan
serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Dalam
melaksanakan
kegiatannya,
perusahaan
harus
senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001), penyelenggaraan Good Corporate Governance, harus didukung oleh ketersediaan: 51
1. Jumlah komisaris independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota komisaris. 2. Perlunya dibentuk komite audit. 3. Perlunya dibentuk corporate secretary. Untuk dapat mencapai Good Corporate Governance, maka diperlukan suatu cara atau mekanisme. Mekanisme corporate governance adalah cara yang dilakukan atau diterapkan perusahaan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik. Menurut Syakhroza (2005: 14), dalam bidang pengendalian,
mekanisme
corporate governance
terbagi
dua,
yaitu
mekanisme corporate governance internal (internal corporate governance mechanism) dan mekanisme corporate governance eksternal (external corporate governance mechanism). Mekanisme corporate governance yang bersifat internal merupakan intraksi antara pihak-pihak pengambil keputusan dalam perusahaan yang mencakup dewan direksi (Board of Director), dewan komisaris (Board of Commisioner), Executive Management yang didalamnya termasuk komite audit (Audit Committee), dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) (Petronila, 2007: 127). Mekanisme corporate governance internal didesain untuk menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Dewan direksi perusahaan publik bertanggung jawab pada pengembangan dan implementasi mekanisme ini (Gunarsih, 2003: 160). Kim dan Nofsinger (2004) dalam Petronila (2007: 127), menyatakan bahwa mekanisme internal
52
dimulai dari unit akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan dan internal auditor yang menilai proses penyusunan laporan keuangan. Mekanisme pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar (Gunarsih, 2003: 160). Mekanisme corporate governanace yang bersifat eksternal merupakan interaksi antar pihak-pihak yang mengawasi kinerja perusahaan, antara lain stakeholders (karyawan, konsumen, pemasok, kreditur, masyarakat) dan reputational agents (akuntan, pengacara, badan pemeringkat kredit, manajer investasi) (Kim dan Nofsinger, 2004 dalam Petronila, 2007: 127). 1. Dewan Komisaris (BoC) Menurut UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Dewan komisaris atau Board of Commissioner (BoC) sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan Good Corporate Governance. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masingmasing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas
komisaris
utama
sebagai
primus
inter
pares
adalah
mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Agar pelaksanaan tugas
53
dewan komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsipprinsip berikut: a. Komposisi dewan komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. b. Anggota dewan komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan. c. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat dewan komisaris mencakup tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara (KNKG dalam Pedoman GCG di Indonesia, 2006: 13). Menurut KNKG (2006: 12), kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (two board system) yaitu dewan komisaris dan direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dewan komisaris dan direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan.
54
Dalam UU Perseroan Terbatas (PT) Pasal 100 diatur tentang hubungan tugas dan wewenang dewan komisaris (BoC) dan dewan direksi (BoD) (Petronila, 2007: 130), yaitu: a. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada BoC untuk memberikan persetujuan dan bantuan kepada BoD dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. b. Berdasarkan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, BoC dapat melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. c. Bagi BoC yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam point (b) berlaku semua hak, wewenang, dan kewajiban BoD terhadap Perseroan pihak ketiga. 2. Dewan Direksi (BoD) Menurut KNKG (2006: 17), dewan direksi atau Board of Director (BoD) sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama sebagai primus inter pares adalah
55
mengkoordinasikan kegiatan direksi. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: a. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. b. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. c. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan
keuntungan
(profitability)
dan
memastikan
kesinambungan usaha perusahaan. d. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan direksi merupakan pihak yang terlibat dalam pengendalian penerapan internal governance mechanism. Hofer dan Whetten (1997) dalam Parker et. al. (2005), mengemukakan pandangannya bahwa manajemen adalah pihak yang mempunyai andil yang signifikan apabila perusahaan menghadapi masalah. Penelitian tersebut didukung oleh Hofer (1980) dalam Petronila (2007: 132), yang menyatakan bahwa penggantian manajemen
merupakan
kondisi
awal
yang
mencerminkan
suatu
turnaround bisnis yang sukses. 3. Komisaris Independen Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang 56
saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman tentang Komisaris Independen, hal.2) Menurut Peraturan Bapepam No. Kep. 29/PM/2004 tanggal 24 September 2004, Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang: a. Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik, b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik, c. tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau Perusahaan Publik, dan d. tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik. Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang komisaris independen adalah: a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut. b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajermanajer profesional.
57
c. Memastikan
bahwa
perusahaan
memiliki
informasi,
sistem
pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik. d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan baik. f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik anatara lain berupa: 1) Menjamin
transparansi
dan
keterbukaaan
laporan
keuangan
perusahaan. 2) Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain. 3) Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil. 4) Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. 5) Menjamin akuntabilitas organ perseroan. 4. Kepemilikan Anggota Dewan Menurut Sutojo dan Aldridge (2008) kepemilikan anggota dewan atau terkadang disebut kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Pada laporan 58
keuangan,
keadaan
ini
ditunjukkan
dengan
besarnya
persentase
kepemilikan saham perusahaan oleh manajer yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Salah satu masalah yang timbul dalam penerapan GCG adalah terjadinya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Asian development Bank dalam Zhuang et. al. (2000) sebagaimana dikutip Peteronila (2007: 133), menjelaskan bahwa: “The issue of corporate governance arises because of the separation of ownership from control in modern corporations. When salaried managers run companies on behalf of dispersed shareholders, they may not act in shareholders interest and managers interest, but also between controlling and minority shareholders, between shareholders and ceditors and between controlling shareholders and other stakeholders; including suppliers and workers. A sound corporate governance system should provide effective protection for shareholders and creditors such that they are not denied the return on their investment”.
Ada beberapa hal yang menarik dari penjelasan tersebut. Pertama, bahwa pemilik perusahaan dapat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu controlling dan minority shareholders yang diaktualisasikan dalam persentase
kepemilikan
ketidakselarasan
manajemen,
kepentingan
yang
karena
memungkinkan
controlling
terjadi
shareholders
mengendalikan manajemen maka keputusan-keputusan yang diambil dapat merugikan kepentingan minority shareholders. Kedua, masalah keagenan antara manajer dan shareholders dapat terjadi, tetapi masalah tersebut akan lebih banyak terjadi pada perusahaan yang kepemilikannya menyebar (manager controlled) daripada yang kepemilikannya relatif terkonsentrasi 59
seperti di Indonesia (owner controlled). Ketiga, sistem GCG yang baik seharusnya dapat memberikan perlindungan kepada pemegang saham dan kreditur dengan cara membentuk komite audit dan komisaris independen. Perlindungan ini dapat dilakukan melalui mekanisme dari dalam perusahaan (monitoring and internal control) maupun melalui mekanisme dari luar perusahaan yang dapat diwujudkan lewat peraturan atau perundang-undangan yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, dan stakeholders lain serta mekanisme yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung peraturan-peraturan tersebut (Petronila, 2007: 133).
K. Kondisi Keuangan Perusahaan Kondisi keuangan perusahaan adalah suatu tampilan atau keadaan secara utuh atas keuangan perusahaan selama periode atau kurun waktu tertentu. Kondisi keuangan merupakan gambaran atas kinerja sebuah perusahaan. Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan karena laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan sesungguhnya (Ramadhany, 2004: 150). Mc Keown et. al. (1991) sebagaimana dikutip Ramadhany (2004: 150) menemukan bahwa auditor
60
hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Carcello dan Neal (2000: 7) menyatakan bahwa semakin buruk kondisi perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan menerima opini going concern. Indikator yang tepat untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah dengan menghitung rasio keuangan perusahaan. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Hasil dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan (Kasmir, 2008: 104). Rasio keuangan perusahaan yang digunakan sebagai proksi kondisi keuangan perusahaan meliputi leverage, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas. Berikut ini adalah uraian mengenai ketiga rasio tersebut : 1. Leverage Rasio leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari hutang perusahaan kepada kreditor (Rudyawan dan Badera, 2009: 8). Pengukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan hutang (Amilin dan Indrawan, 2008: 74). Tingginya rasio finanacial leverage mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan 61
(Petronela, 2004: 48). Pada penelitian ini, rasio leverage
diproksikan
dengan debt to assets (DTA). DTA menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui total aktiva yang dimilikinya. Adapun perhitungan leverage dengan menggunakan debt to total assets adalah sebagai berikut:
Leverage
TotalKewaj iban TotalAktiva
2. Rasio Profitabilitas Menurut Harahap (2007: 304), definisi rasio profitabilitas adalah: “Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diproksikandengan return on equity (ROE) yang mengukur efisiensi perusahaan dalam
menghasilkan
laba
dan
tingkat
pengembalian
ekuitasnya. Rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut:
ROE
LabaBersih TotalEkuitas
3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki (Januarti dan Fitrianasari, 2008: 46). Rasio 62
aktivitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan benar-benar dapat melakukan kegiatan operasi utamanya, dengan demikian diharapkan kelangsungan usahanya dapat dipertahankan (Januarti dan Fitrianasari, 2008: 46). Untuk mengukur rasio aktivitas, dalam penelitian ini digunakan proksi total asset turnover (TATO). Adapun rumus untuk menghitung TATO adalah sebagai berikut:
TATO
PenjualanBersih TotalAktiva
L. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan modifikasi opini going concern pada perusahaan-perusahaan kecil. Hal ini dimungkinkan karena auditor mempercayai bahwa perusahaan yang lebih besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang yang signifikan tersebut, auditor dapat meragukan pengeluaran opini going concern pada perusahaan besar (McKeown et. al., 1991 dalam Ramadhany, 2004: 151).
63
M. Keterkaitan Antar Variabel 1. Perubahan BoC dengan opini audit going concern Penelitian mengenai pengaruh perubahan BoC terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Petronila (2007). Pada penelitian Petronila (2007), diperoleh hasil bahwa perubahan BoC berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dan memiliki nilai parameter yang positif. Hal ini berarti bahwa jika dalam suatu entitas melakukan perubahan atau penggantian BoC, maka ada kemungkinan entitas memperoleh opini audit going concern tinggi dibandingkan dengan tidak terdapat perubahan BoC dalam suatu entitas. 2. Perubahan BoD degan opini audit going concern Penelitian mengenai perubahan BoD sebelumnya dilakukan oleh Petronila (2007) dan Parker et. al. (2005). Berdasarkan hasil penelitian Petronila (2007), perubahan BoD berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern namun parameternya adalah negatif. Apabila dalam suatu entitas terdapat perubahan BoD, maka kemungkinan entitas memperoleh opini audit going concern lebih kecil jika dalam entitas tersebut
tidak terdapat
perubahan
BoD.
Parker
et.
al.
(2005)
mengemukakan bahwa auditor memiliki kecenderungan dua kali lebih besar untuk memberikan opini audit going concern apabila terjadi penggantian Chief Executive Officer (CEO) atau Dewan Direksi. Dengan adanya penggantian CEO akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk dapat bertahan selama periode kesulitan keuangan (Petronila, 2007: 132). 64
3. Komisaris independen dengan opini audit going concern Penelitian mengenai komisaris independen terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Linoputri (2010). Linoputri (2010) mengukur variabel ini dengan persentase jumlah komisaris independen dalam dewan komisaris dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris. Penelitiannya diperoleh hasil bahwa proporsi komisaris independen dalam anggota dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor dengan nilai parameter yang positif. Penelitian mengenai komisaris independen terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Ramadhany (2004). Pada penelitian Ramadhany (2004), keberadaan komisaris independen dalam komite audit tidak mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern dengan parameter negatif. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2007) bahwa keberadaan komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Sementara itu, penelitian Parker et. al. (2005) menunjukkan bahwa anggota dewan independen berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Parker et. al. (2005: 20) menyatakan bahwa auditor melihat besarnya anggota dewan independen sebagai tanda dari kemungkinan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya, anggota dewan yang independen lebih efektif membuat perusahaan keluar dari masa-masa kesulitan sehingga mengurangi kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh opini going concern. 65
4. Kepemilikan anggota dewan dengan opini audit going concern Penelitian
mengenai
pengaruh
kepemilikan
anggota
dewan
(manajerial) terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Petronila (2007) dan Linoputri (2010). Penelitiannya diperoleh hasil bahwa kepemilikan anggota dewan berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern dengan parameter negatif, yaitu mengindikasikan bahwa setiap penurunan persentase kepemilikan anggota dewan dalam suatu perusahaan akan meningkatkan kemungkinan diberikannya opini audit going concern. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Parker et. al. (2005) yang menunjukkan bahwa kepemilikan anggota dewan dengan opini audit going concern berbanding terbalik. Namun, penelitian yang dilakukan Januarti (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial (anggota dewan) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial belum menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern, karena faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik eksternal maupun internal (Januarti, 2009: 19). Kinerja perusahaan yang baik maka akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan tidak mengalami kesulitan keuangan. 5. Leverage dengan opini audit going concern Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh leverage terhadap opini audit going concern. Penelitian Rudyawan dan Badera 66
(2009) diperoleh hasil bahwa leverage yang diukur dengan rasio debt to total assets tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang negatif. Hal ini berarti semakin besar rasio leverage suatu perusahaan, maka kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern pun semakin kecil. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) yang diukur dengan debt to equity ratio serta Setiawati dan Agoes (2005) yang menggunakan perhitungan yang sama. Hal ini berarti bahwa rasio leverage kurang dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Namun, penelitian Setiawati dan Agoes (2005) ketika diukur dengan rumus debt to total assets ratio memiliki hasil yang berbeda ketika diukur dengan rumus debt to equity ratio untuk mengukur rasio leverage. Pada penelitian Setiawati dan Agoes (2005) ketika mengunakan debt to total assets ratio diperoleh hasil bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Parker et. al. (2005) bahwa leverage yang juga diukur dengan debt to assets berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. 6. Rasio profitabilitas dengan opini audit going concern Penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas terhadap opini audit going concern dilakukan oleh Hani, dkk (2003). Pada penelitiannya, diperoleh hasil bahwa profitabilitas yang diukur dengan return on assets berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter 67
negatif. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiawati dan Agoes (2005) bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan gross profit margin berpengaruh terhadap opini audit going concern. Namun, apabila rasio ini diukur dengan net profit margin, return on assets maupun return on equity, maka rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Rahayu (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan return on assets tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hal ini konsisten dengan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) bahwa rasio profitabilitas yang diukur dengan retun on assets tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. 7. Rasio aktivitas dengan opini audit going concern Januarti dan Fitrianasari (2008) melakukan penelitian pengaruh rasio aktivitas terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio aktivitas yang diukur dengan total assets turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan arah parameter yang positif. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ramadhany (2004) dan Rudyawan dan Badera (2009) yang menemukan hasil bahwa rasio aktivitas berpengaruh signifikan dengan opini audit going concern dengan nilai parameter negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar rasio aktivitas perusahaan,
68
maka kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern pun semakin rendah. 8. Ukuran perusahaan dengan opini audit going concern Mutchler
(1985)
menyatakan
bahwa
auditor
lebih
sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Pada penelitian Santosa dan Wedari (2007), diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan natural logaritma dari total aktiva berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Hal tersebut konsisten dengan penelitian Januarti (2009), Ryu dan Roh (2007), serta Parker et. al. (2005). Namun, penelitian Ramadhany (2004) menunjukkan hal yang berbeda. Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural logaritma dari total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern tetapi parameternya negatif. Hal tersebut berarti bahwa semakin besar perusahaan maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh opini audit going concern.
N. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai opini audit going concern telah banyak dilakukan, dengan modifikasi variabel yang berbeda-beda. Berikut ini adalah ringkasan penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern: 69
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel dan Metodologi Penelitian No.
1.
2.
Peneliti (Tahun) Alexander Ramadhany (2004)
Susan Parker; Gary F Peters; Howard F Turetsky (2005)
Judul
Hasil Penelitian Persaman
“Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Financial Distress di Bursa Efek Jakarta” “Corporate Governance Factors and Auditor Going Concern Assessments”
Metode: Regresi Logistik Variabel Inependen: -Komisaris Independen dalam Komite audit -Ukuran Perusahaan Variabel Independen : - Perubahan BoD - Ukuran perusahaan - kepemilikan anggota dewan - leverage
Perbedaan Populasi: Perusahaan manufaktur yang mengalami financial distress pada tahun 2002.
Debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini going concern Komisaris independen pada komite audit, ukuran perusahaan, dan skala auditor tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern
Metode: Cox Regression
Perubahan CEO, Board independence, perubahan direksi, jumlah anggota komite audit, leverage, interest coverage ratio, rasio Populasi : risiko operasi, current ratio, ukuran Perusahaan financial perusahaan berpengaruh terhadap opini audit distress going concern. Di USA Block ownership, kepemilikan anggota dewan, Periode Pengamatan: tidak berpengaruh terhadap opini audit going 1988-1996 concern
Bersambung pada halaman berikutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan) Peneliti (Tahun) 3. Santy Setiawan (2006)
No.
4.
5.
Judul Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Thio Anastasia “Analisis Pengaruh Petronila (2007) Mekanisme Corporate Governance terhadap Opini Audit Going Concern”
Puji Rahayu (2007)
“Assesing Going Concern Opinion: A Study Based On Financial and NonFinancial Informations (Empirical Evidence of Indonesian Banking Firms Listed on JSX and SSX)”
Variabel dan Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan
Hasil Penelitian
Variabel : Opini Going Concern
Metode Penelitian: Studi Kepustakaan
Pengeluaran opini going concern sangat berguna untuk memprediksi kebangkrutan, yang pada akhirnya akan berguna bagi para pemakai laporan keuangan unuk membuat keputusan yang tepat.
Metode : Regresi Logistik
Populasi dan Sampel: Perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2005 (12 sektor usaha)
Perubahan BoC, perubahan BoD, kepemilikan anggota dewan, dan risiko saham berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan kualitas KAP tidak berpengaruh signifikan.
Populasi: Perusahaan Perbankan
Rasio Likuiditas, solvabilitas, provitabilitas, dan komisaris independen dalam komite audit tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Variabel Independen : -Perubahan BoC -Perubahan BoD -Kepemilikan anggota dewan Metode: Regresi Logistik
Variabel Independen: Periode pengamatan: -Komisaris 2000-2005 Reputasi Auditor dan opini audit tahun Independen dalam sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit Komite Audit going concern. - Profitabilitas
Bersambung pada halaman berikutnya
53
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Penelitian No.
Peneliti (Tahun)
Judul
Persamaan
6. Tae G. Ryu dan The Auditor’s Going- Variabel : Chul-Young Roh (2007)
Concern Opinion Decision
- Ukuran Perusahaan
Perbedaan
Hasil Penelitian
Populasi dan sampel: Perusahaan yang mengalami financial distress di Amerika Serikat
Auditor yang berasal dari KAP Big Six (Five) lebih cenderung mengeluarkan opini audit going concern dibandingkan dengan auditor yang tidak berasal dari KAP Big Six (Five).
Periode Pengamatan: 1997-1999
7. Indira Januarti dan Ella Fitrianasari (2008)
Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit going Concern Pada Auditee (Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ tahun 2000-2005)
Variabel: - Rasio Profitabilitas - Leverage - Rasio Aktivitas - Ukuran Perusahaan
Populasi dan Sampel: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2005
Rasio likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Rasio profitabilitas, rasio aktivitas, leverage, pertumbuhan perusahaan, rasio nilai pasar, Periode Pengamatan: ukuran perusahaan, reputasi kantor akuntan 2000-2005 publik, dan auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
54
Tabel 2.1 (Lanjutan) Variabel dan Metodologi Penelitian No.
Peneliti (Tahun)
Judul
Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan
8.
Indira Januarti (2009)
“Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Variabel Independen : -Kepemilikan manajerial (anggota dewan) - Ukuran Perusahaan
9.
Arry Pratama Rudyawan dan I Dewa Nyoman Badera (2009)
“Opini audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor
Metode Penelitian: Periode Pengamatan: Model prediksi kebangkrutan berpengaruh Regresi Logistik 2003-2007 terhadap opini going concern. Variabel Independen : - leverage
Periode pengamatan : Debt default, ukuran perusahaan, auditor client 1997-2006 tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap Populasi: opini audit going concern. Perusahaan manufaktur yang Kondisi keuangan, audit lag, opinion terdaftar di BEI Shopping, kepemilikan manajerial dan institusional tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Populasi: Perusahaan Manufaktur
Pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap opini going concern.
Bersambung pada halaman berikutnya
55
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Variabel dan Metodologi Penelitian No.
Peneliti (Tahun)
Judul
Hasil Penelitian Persamaan
10. Alnoor
The effectiveness of Variabel: Bhimani, the auditor's going- -Opini Going Concern Mohamed concern Azzim evaluation as an Gulamhussen, external Samuel Lopes governance (2009) mechanism: Evidence from loan defaults.
11 Junaidi dan
Jogiyanto Hartono (2010)
Non-Financial Factors in the Going Concern Opinion
Variabel independen: -Ukuran Perusahaan
Perbedaan Populasi dan Sampel: Perusahaan yang memperoleh opini going Perusahaan di concern lebih cenderung mengalami kegagalan Portugis dibandingkan perusahaan yang tidak memperoleh opini going concern. Penerimaan Periode penelitian: opini going concern dijadikan sebagai prediksi 1997-2003 kegagalan perusahaan. Jadi, perusahan yang menerima opini going concern memiliki kemungkinan kegagalan yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memperoleh opini going concern.
Populasi dan Sampel: Audit tenure, reputasi audit, dan pengungkapan Perusahaan yang (disclosure) berpengaruh terhadap opini audit listing di BEI going concern. Periode penelitian: 2003-2008
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Sumber: berbagai jurnal penelitian
56
O. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dijelaskan pada bagan berikut: Judul: Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kondisi Keuangan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan Sektor Real Estate dan Properti
Variabel Independen
Variabel Dependen
Perubahan BoC (X1) Mekanisme Corporate Governance
Perubahan BoD (X2) Komisaris Independen (X3 ) Board Ownership (X4) Leverage (X5)
Kondisi Keuangan Perusahaan
Opini Audit Going Concern (Y)
Profitabilitas (X6) Aktivitas (X7)
Ukuran Perusahaan (X8)
Metode Analisis Data: Model Regresi Logistik Biner
Pembahasan dan Interpretasi Kesimpulan dan Implikasi Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 57
P. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian, maka hipotesis yang dirumuskan untuk diuji secara empiris dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha1 : Perubahan BoC berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha2 : Perubahan BoD berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha3 : Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha4 : Kepemilikan anggota dewan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha5 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha6 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha7 : Rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha8 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah yang dikaji penulis, penelitian ini merupakan rancangan kausalitas yaitu tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2009: 27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh
antara
variabel
independen,
yaitu
mekanisme
corporate
governance, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu opini audit going concern. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak dalam sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode penelitian 2005 - 2009. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling atau metode penentuan sampel bertujuan dengan menetapkan kriteria-kriteria tertentu terhadap sampel penelitian.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive sampling adalah penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti (Siagian dan Sugiarto 59
(2002) dalam Rudyawan dan Badera (2009: 11). Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian (2005-2009). 2. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2005. 3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember dari tahun 2005-2009. 4. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode pengamatan. 5. Laporan keuangan tersebut terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua variabel yang diteliti. Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam purposive sampling pada penelitian ini akan digambarkan pada tabel berikut: Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel No.
Kriteria
1.
Perusahaan real estate dan properti periode 2005-2009. Terdaftar sebelum 1 Januari 2005. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan laporan auditor indepeden pada periode yang bersangkutan. Perusahaan tidak delisting selama periode pengamatan Data tidak tersedia Jumlah Sampel Periode Penelitian Total Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian
2. 3.
4. 5.
Sumber: data sekunder diolah
Pelanggaran Kriteria
Jumlah 53
(11) (0)
42 42
(3)
39
(1)
38 38 5 190
60
C. Metode Pengumpulan Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis dan sumber data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009: 147). Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan dan annual report perusahaan real estate dan properti yang go public dan terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan Pusat Referensi Pasar Modal BEI. Pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan data dengan alasan BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia, di mana dalam tahun 2005 hingga 2009 dianggap cukup mewakili kondisi BEI yang relatif normal.
D. Metode Analisis Data Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik biner (binary logistic regression) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 16.0.
61
1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan opini audit, yaitu opini audit going concern dan opini audit non going concern untuk setiap variabel independen dalam model penelitian (Ramadhany, 2004). Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009: 19). 2. Analisis Inferensial Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regrosi logistik biner. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2009: 71). a. Menilai Model Fit Analisis pertama yang dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Berdasarkan dipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
62
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi – 2LogL (-2LogLikelihood). Statistik -2LogL atau rasio x2 statistics, dimana x2 distribusi dengan degree of freedom n-q, q adalah jumlah parameter (Ghozali, 2009: 268). Output SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan yang kedua untuk model dengan
konstanta
dan
variabel bebas
(Ghozali,
2009: 268).
Menggunakan alpha 5% atau 0,05 (Ghozali, 2009: 79), cara menilai model fit ini adalah sebagai berikut (Solikah, 2007) : 1) Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa model fit dengan data. 2) Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa model tidak fit dengan data. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal (initial – 2LogL function) dengan nilai -2LogL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2009: 269). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan model regresi semakin baik (Setyarno, dkk, 2006: 13). b. Menilai Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lameshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and
63
Lameshow’s Goodness of Fit lebih besar daripada 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2009: 269). c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dalam regresi logistik biner ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R Square. Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square dalam regresi berganda, yaitu menjelaskan variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen (Ghozali, 2006:84). d. Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Tabel ini menunjukkan kekuatan prediksi dari variabel dependen, penerimaan opini audit going concern. e. Pengujian Hipotesis Pengujian kedelapan hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik biner, yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metrik dan nonmetrik (nominal). Persamaan model regresi logistik biner yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ln
GC = α + β1BoC + β2BoD+ β3Ind_Comm+ β4Board_Own 1 GC + β5Lev + β6Prof + β7Aktivitas + β8Size + ε
64
Keterangan : Ln
GC 1 GC
= Opini audit going concern (variabel dummy)
α
= konstanta
BoC
= perubahan dewan komisaris (variabel dummy)
BoD
= perubahan dewan direksi (variabel dummy)
Ind_Comm
= persentase komisaris independen dalam susunan dewan komisaris
Board_Own
= kepemilikan anggota dewan (variabel dummy)
Lev
= total kewajiban : total aktiva
Prof
= laba bersih (net income) : total ekuitas (ROE)
Aktivitas
= penjualan bersih : total aktiva
Size
= ukuran perusahaan yang dihitung dengan logaritma natural (ln) dari total aktiva
ε
= kesalahan residual
f. Estimasi Parameter dan Interpretasinya Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi (α) (Santosa dan Wedari, 2006). Pada penelitian ini, tingkat signifikansi (sig) yang digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05 (Stanislaus, 2006:236) dalam Amilin dan Indrawan (2008: 80).
65
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tidak Terikat (Independent Variable) Variabel tidak terikat atau independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai sebab (presumed cause variable) atau dapat juga disebut sebagai variabel yang mendahului (antecedent variable) (Indriantoro dan Supomo, 2009: 63). Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari perubahan dewan komisaris (BoC),
perubahan
dewan
direksi
(BoD),
komisaris
independen,
kepemilikan anggota dewan, rasio leverage, profitabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan. Penjelasan mengenai variabel independen tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Perubahan Dewan Komisaris (BoC) Perubahan dewan komisaris (BoC) adalah adanya penggantian anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan baik bertambahnya anggota maupun berkurangnya anggota (Petronila, 2007: 139). Variabel perubahan
dewan komisaris diukur dengan menggunakan variabel
dummy, dimana kategori 1 jika terdapat penggantian anggota dewan komisaris dan kategori 0 jika tidak terdapat penggantian dewan komisaris. b. Perubahan Dewan Direksi (BoD) Perubahan dewan komisaris direksi (BoD) adalah adanya penggantian anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan baik bertambahnya
66
anggota maupun berkurangnya anggota (Petronila, 2007: 139). Variabel perubahan dewan direksi diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana kategori 1 jika terdapat penggantian anggota dewan direksi dan kategori 0 jika tidak terdapat penggantian dewan direksi. c. Komisaris Independen Variabel ini merupakan representasi keberadaan komisaris independen dalam susunan dewan komisaris pada perusahaan auditee. Komisaris independen didefinisikan sebagai komisaris yang berasal dari luar perusahaan asosiasi atau induk dan tidak berkaitan dengan jasa konsultasi manajemen (Beasley 1996, Wright 1996, McMullen 1996 dalam Ramadhany, 2004: 149). Variabel ini diukur dengan menghitung persentase proporsi jumlah komisaris independen dalam dewan komisaris. d. Kepemilikan Anggota Dewan Kepemilikan anggota dewan dicerminkan dari persentase besarnya jumlah saham yang dimiliki dewan komisaris (BoC) dan dewan direksi (BoD) dari total saham yang beredar. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori 1 jika dalam perusahaan tersebut terdapat kepemilikan saham oleh anggota dewan dan kategori 0 jika dalam perusahaan tersebut tidak terdapat kepemilikan saham oleh anggota dewan.
67
e. Leverage Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Rudyawan dan Badera, 2009: 8). Rasio leverage diukur dengan debt total assets ratio dengan perhitungan sebagai berikut:
Leverage
TotalKewaj iban TotalAktiva
f. Profitabilitas Rasio
profitabilitas
adalah rasio
yang mengukur
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (Setiawan dan Agoes, 2005: 14). Rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan return on equity (ROE) dengan perhitungan sebagai berikut:
ROE
LabaBersih TotalEkuitas
g. Aktivitas Rasio aktivitas mengukur efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki (Januarti dan Fitrianasari, 2008: 46). Rasio aktivitas diukur dengan menggunakan total asset turnover (TATO) dengan perhitungan sebagai berikut:
TATO
PenjualanBersih TotalAktiva
68
h. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah variabel untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan sampel (Ramadhany, 2004: 153). Pengukuran variabel ukuran perusahaan ini, diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva. 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat atau dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel yang lain. Variabel terikat dinamakan pula dengan variabel yang diduga sebagai akibat (presumed effect variable) atau dapat juga disebut sebagai variabel konsekuensi (consequent variable) (Indriantoro dan Supomo, 2009: 63). a. Opini Audit Going Concern Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini audit going concern atau going concern audit opinion (GCAO), yaitu merupakan opini audit modifikasi yang dilakukan oleh auditor akan ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan. Variabel opini audit going concern merupakan variabel dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2009: 49), dimana kategori 1 untuk perusahaan dengan opini audit going concern (GCAO) dan 0 untuk perusahaan dengan opini audit non going concern atau non going concern audit opinion (NGCAO).
69
Adapun tabel operasionalisasi dan pengukuran variabel adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel
Indikator
X1= Perubahan Dewan Komisaris (BoC)
Penggantian anggota dewan komisaris (BoC)
X2= Perubahan Dewan Direksi (BoD)
Penggantian anggota dewan direksi (BoD)
X3= Komisaris Independen (KI)
Persentase jumlah komisaris independen dalam dewan komisaris dibandingakan dengan jumlah dewan komisaris Kepemilikan saham oleh BoD maupun BoC
X4= Kepemilikan Anggota Dewan (Board Ownership) X5= Leverage Debt to assets ratio = Total kewajiban : total aktiva Bersambung pada halaman berikutnya
Skala Ukur Data nominal
Sumber Data
Alat Analisis
Sekunder
Regresi Logistik Biner
nominal
Sekunder
Regresi Logistik Biner
rasio
Sekunder
Regresi Logistik Biner
nominal
Sekunder
Regresi Logistik Biner
rasio
Sekunder
Regresi Logistik Biner
70
Tabel 3.2 (Lanjutan) Variabel
Indikator
X6= Rasio Profitabilitas
Return on Equity = Laba bersih (Net Income) : Total Ekuitas Total asset turnover = penjualan bersih : total aktiva Logaritma natural dari total aktiva
X7= Rasio Aktivitas X8= Ukuran Perusahaan Y = Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern (GCAO) dan opini audit non going concern (NGCAO) Sumber : data diolah
Skala Ukur Data rasio
Sumber Data
Alat Analisis
Sekunder
Regresi Logistik Biner
rasio
Sekunder
Regresi Logistik Biner
rasio
Sekunder
nominal
Sekunder
Regresi Logistik Biner Regresi Logistik Biner
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Obyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009. Sektor Real Estate dan properti dipilih karena dewasa ini perkembangan sektor real estate dan properti kian menggeliat sehingga persaingan pun semakin ketat. Berdasarkan laporan properti Asia, pasar sektor real estate di Indonesia naik 12 persen mencapai USD 5 miliar selama pertengahan 2010 dibandingkan periode yang sama 2009. Survei dari Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) memperkirakan pasar properti dapat tumbuh 15 persen pada tahun 2010. Data juga menunjukkan sektor properti dan konstruksi di Indonesia memberikan kontribusi 9,3 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB), serta menyumbang 73 persen terhadap total investasi di Indonesia (Bataviase, 2010). Pemilihan BEI sebagai populasi penelitian ini dengan alasan bahwa BEI merupakan bursa efek terbesar dan representatif di Indonesia. Tahun penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2005-2009. Periode pengamatan dilakukan lima tahun agar waktu pengamatan panjang sehingga peneliti dapat menganalisis dan mengamati perkembangan perusahaan selama waktu tersebut dan dalam waktu lima tahun kondisi
72
perusahaan dapat berubah baik dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal perusahaan. Adapun tahun penelitian ini terdiri atas 5 (lima) periode, dimana sampel yang dipilih dari populasi menggunakan teknik purposive sampling, yaitu proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun total populasi dalam penelitian ini dari masing-masing tahun penelitian akan digambarkan pada tabel yang tertera di bawah ini: Tabel 4.1 Deskripsi Populasi Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Kode Emiten ADHI ELTY BIPP BMSR CKRA CTRA CTRS DILD DART DUTI FMII GMTD SHID OMRE JIHD JSPT JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MAMI MDLN PTRA PWON
Nama Perusahaan Adhi Karya (Persero) Tbk Bakrieland Development Tbk Bhuwanatala Indah Permai Tbk Bintang Mitra Semestaraya Tbk Citra Kebun Raya Agri Tbk Ciputra Development Tbk Ciputra Surya Tbk Intiland Development Tbk Duta Anggada Realty Tbk Duta Pertiwi Tbk Fortune Mate Indonesia Tbk Gowa Makassar Tourism Development Tbk Hotel Sahid Jaya Tbk Indonesia Prima Property Tbk Jakarta International Hotel & Development Tbk Jakarta Setiabudi International Tbk Jaya Real Property Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Global Land Development Tbk Lamicitra Nusantara Tbk Lippo Cikarang Tbk Lippo Karawaci Tbk Mas Murni Indonesia Tbk Modernland Realty Ltd. Tbk New Century Development Tbk Pakuwon Jati Tbk
Bersambung pada halaman berikutnya
73
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No.
Kode Nama Perusahaan Emiten 27. PWSI Panca Wiratama Sakti Tbk 28. PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk 29. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 30. PNSE Pudjiadi & Sons Estate Tbk 31. PUDP Pudjiadi Prestige Tbk 32. RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 33. RODA Royal Oak Development Asia Tbk. 34. BKSL Sentul City Tbk 35. SMRA Summarecon Agung Tbk 36. SSIA Surya Semesta Internusa Tbk 37. SIIP Suryainti Permata Tbk 38. SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk Sumber : data sekunder diolah 2. Deskripsi Sampel Penelitian Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Melalui metode purposive sampling diharapkan sampel dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun kriteria sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah: a. Perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian (2005-2009). b. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2005. c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan laporan auditor independen pada periode yang bersangkutan. d. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode pengamatan. e. Laporan keuangan tersebut terdapat informasi yang lengkap terkait dengan semua variabel yang diteliti. 74
Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.2. Berdasarkan proses seleksi sampel tersebut, diperoleh 190 perusahaan dengan rincian proses sebagai berikut: Tabel 4.2 Proses Seleksi Sampel No. Kriteria Pelanggaran Jumlah Kriteria 1. Perusahaan real estate dan properti 53 periode 2005-2009. 2. Terdaftar sebelum 1 Januari 2005. (11) 42 3. Perusahaan mempublikasikan laporan (0) 42 keuangan dan laporan auditor indepeden pada periode yang bersangkutan. 4. Perusahaan tidak delisting selama (3) 39 periode pengamatan 5. Data tidak tersedia (1) 38 Jumlah Sampel 38 Periode Penelitian 5 Total Jumlah Sampel Selama Periode 190 Penelitian Sumber: Data sekunder diolah 3. Statistik Deskriptif Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19). Pada penelitian ini statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi variabel dependen, yaitu opini audit going concern dan deskripsi variabel independen, yaitu perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, kepemilikan anggota dewan, leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran perusahaan. 75
a. Deskripsi Opini Audit Going Concern Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan tahunan dan laporan keuangan auditee pada tahun-tahun penelitian, dapat diketahui jenisjenis opini yang diterima masing-masing perusahaan selama periode peneltian. Opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini audit, yaitu opini audit going concern atau going concern audit opinion (GCAO) dan opini audit non going concern atau non going concern audit opinion (NGCAO). Hasil analisis terhadap opini audit perusahaan yang dijadikan sampel akan digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit No.
KODE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
ADHI ELTY BIPP BMSR CKRA CTRA CTRS DILD DART DUTI FMII GMTD SHID OMRE JIHD JSPT JRPT KIJA KPIG LAMI LPCK LPKR MAMI MDLN PTRA PWON PWSI PJAA
2005
2006
NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO
NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO
Bersambung pada halaman berikutnya
Tahun 2007 NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO
2008
2009
NGCAO GCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO
NGCAO GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO GCAO NGCAO
76
Tabel 4.3 (Lanjutan) No.
KODE
Tahun 2007
2005
2006
2008
2009
NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO GCAO
10 28
10 28
8 30
9 29
5 33
Total 38 38 Sumber : Data sekunder diolah
38
38
38
29. PLIN 30. PNSE 31. PUDP 32. RBMS 33. RODA 34. BKSL 35. SMRA 36. SSIA 37. SIIP 38. SMDM Total GCAO Total NGCAO
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 jumlah perusahaan sampel, yang bergerak di sektor real estate dan properti, yang memperoleh opini audit going concern adalah sebanyak 10 perusahaan. Pada tahun 2006, jumlah perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern tidak berubah yaitu sebanyak 10 perusahaan. Namun, pada tahun 2007, jumlah perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern berkurang 2 perusahaan yaitu sebanyak 8 perusahaan. Pada tahun 2008, jumlah perusahaan sampel yang memperolah opini audit going concern kembali meningkat yaitu sebanyak 9 perusahaan. Tetapi, pada tahun 2009, perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern kembali menurun drastis yaitu hanya sebanyak 5 perusahaan saja. Secara ringkas, gambaran perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern (GCAO) dan yang memperoleh opini audit non going concern (NGCAO) akan digambarkan pada tebel berikut:
77
Tabel 4.4 Ringkasan Penerimaan Opini Audit 2005 2006 2007 2008 2009 GCAO 10 26,32% 10 26,32% 8 21,05% 9 23,68% 5 13,16% NGCAO 28 73,68% 28 73,68% 30 78,95% 29 76,32% 33 86,84% Jumlah
38
100%
38
100%
38
100%
38
100%
38
100%
Sumber: Data sekunder diolah Jumlah terbanyak dari perusahaan real estate dan properti yang memperoleh opini audit going concern terjadi pada tahun 2005 dan 2006. Pada tahun 2005, kondisi ekonomi di Indonesia tergolong masih belum stabil. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing masih terus berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik dalam negeri. Ketidakpastian kondisi ekonomi ini berpengaruh terhadap industri real estate dan properti, terutama dalam hal berkurangnya sumber dana, penundaan pembangunan proyek, dan penurunan jumlah pendapatan sebagai akibat penurunan daya beli konsumen dan tingkat hunian ratarata (PT. New Century Development Tbk., 2005). Pada tahun 2006, kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis.
Adanya peristiwa Bom Bali II pada
Oktober 2005 dan gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada April 2006, memberikan dampak pada beberapa perusahaan properti yang memiliki aset dan melakukan operasi penjualan di daerah Bali dan Yogyakarta. Kedua peristiwa tersebut membuat penurunan pendapatan dan laba perusahaan. Namun secara umum, kondisi ekonomi cukup stabil ditandai dengan penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang diikuti turunnya bunga pinjaman bank, tingkat inflasi yang 78
cenderung menurun, dan menguatnya nilai tukar Rupiah (PT. Ciputra Development Tbk., 2006). Pada tahun 2007, secara umu kondisi perusahaaan sektor real estate dan properti mulai membaik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah perusahaan sampel yang memperoleh GCAO berkurang menjadi 8 perusahaan dari yang semula pada tahun 2006 sebanyak 10 perusahaan. Hal ini dikarenakan kondisi makro ekonomi, sosial, dan politik nasional sepanjang tahun 2007 secara umum menunjukkan perkembangan yang positif. Laju inflasi berhasil dibatasi sesuai target, nilai tukar mata uang Rupiah cenderung menguat dan stabil, serta tingkat suku bunga Bank Indonesia terus turun bertahap mencapai 8% pada akhir tahun. Hal ini berdampak pada penurunan suku bunga pinjaman bank, termasuk kredit pemilikan rumah, yang pada gilirannya berimbas positif pada pasar real estate dan properti di Indonesia (PT. Lippo Karawaci Tbk., 2007). Pada tahun 2008, perusahaan sampel yang memperoleh GCAO kembali meningkat menjadi 9 perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya krisis perumahan (sub-prime mortgage) yang terjadi di Amerika Serikat pada pertengahan bulan Juli-September 2007 dan kenaikan minyak dunia yang mencapai USD 94.60/barel pada akhir tahun 2007 (PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk., 2007). Hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan kondisi ekonomi yang ditandai dengan indeks harga saham bursa dunia dan Indonesia terpuruk, pertumbuhan ekonomi melambat, dan nilai tukar Rupiah melemah. Kebijakan Bank
79
Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) menjadi 9,5% yang bertujuan menekan inflasi dan mengendalikan nilai Rupiah, disisi lain telah menekan likuiditas bank, mendorong naik tingkat suku bunga pinjaman dan memperlambat pertumbuhan sektor riil. Tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah naik menjadi 15-17%, sehingga permintaan kredit properti untuk sementara melambat (PT. Bakrieland Development Tbk., 2008). Pada tahun 2009, kondisi sektor real estate dan properti di Indonesia mulai membaik. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya jumlah perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern pada tahun ini, yaitu menjadi 5 perusahaan. Pada tahun 2009, Indonesia dapat meminimalkan dampak krisis global dan mencatat pertumbuhan positif. Pada akhir tahun, indikator ekonomi makro menunjukkan pergerakan positif dengan tingkat bunga Bank Indonesia yang menurun hingga 6,5%, dan inflasi dalam negeri berkurang menjadi 2,78%. (PT. Lippo
Cikarang
Tbk.,
2009).
Menurunnya
suku
bunga
ini
mengakibatkan penjualan properti dan permintaan kredit kepemilikan rumah maupun penyewaan meningkat. Walaupun peningkatan itu tidak menunjukkan angka yang tinggi dan tidak terjadi pada seluruh perusahaan sampel, namun secara keseluruhan pada tahun 2009 ini, kondisi bisnis sektor real estate dan properti telah mengalami perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern pada tahun ini.
80
b. Deskripsi Variabel Independen Tabel 4.5 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata),
standar
deviasi,
dan
skewness.
Nilai
minimum
menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata) menunjukkan nilai rata-rata dari masingmasing variabel. Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel secara keseluruhan: Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
BoC
190
0
1
.47
.501
BoD
190
0
1
.46
.500
Ind_Comm
190
20,00
87,50
42,8125
11,49663
Board_Own
190
0
1
.45
.499
Lev
190
,00
2,22
,4995
,36001
Prof
190
-4,08
40,12
,2770
2,98791
Aktivitas
190
,00
1,51
,2303
,24687
Size
190
24,59
30,13
27,7256
1,23871
Valid N (listwise)
190
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0
81
Variabel perubahan dewan komisaris (BoC) menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1. Hal ini dikarenakan variabel BoC merupakan variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai ratarata (mean) variabel tersebut adalah 0,47. Hal tersebut berarti selama periode penelitian, hanya rata-rata sekitar 0,47 perusahaan dari total 190 perusahaan sampel yang melakukan pergantian atau perunahan dewan komisaris. Variabel perubahan dewan direksi (BoD) menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1 karena variabel BoD juga merupakan variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai rata-rata (mean) variabel tersebut adalah 0,46. Hal tersebut berarti hanya sekitar rata-rata 0,46 perusahaan sampel dari total 190 perusahaan yang melakukan perubahan dewan direksi Variabel komisaris independen (Ind_Comm) menunjukkan nilai minimum 20,00 dan nilai maksimum 87,50. Hal ini berarti dalam perusahaan sampel, persentase jumlah komisaris independen pada perusahaan sampel paling kecil adalah sebesar 20% dari total jumlah dewan komisaris dan paling besar adalah 87,50% dari total jumlah dewan komisaris. Rata-rata (mean) variabel komisaris independen sebesar 42,8125. Hal tersebut berarti rata-rata proporsi jumlah komisaris independen dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel adalah sebesar 42,8125%.
82
Variabel kepemilikan anggota dewan atau board ownership (Board_Own) menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Hal ini dikarenakan variabel kepemilikan anggota dewan merupakan variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai rata-rata (mean) variabel tersebut menunjukkan 0,45. Hal ini berarti bahwa rata-rata hanya sekitar 0,45 dari perusahaan sampel yang sahamnya dimiliki oleh dewan direksi maupun dewan komisaris. Variabel leverage (Lev) memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 2,22 serta rata-rata (mean) 0,4995. Variabel leverage atau struktur perusahaan diproksikan dengan debt to total assets (DTA). Variabel ini menggambarkan seberapa besar perbandingan total kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan total aktivanya. Variabel profitabilitas (Prof) menunjukkan nilai minimum - 4,08 dan nilai maksimum 40,12. Rasio profitabilitas ini diproksikan dengan return on equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan melakukan pengembalian dalam total ekuitasnya. Nilai profitabilitas yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami laba negatif dalam periode laporan keuangannya. Nilai rata-rata (mean) variabel tersebut adalah sebesar 0,2770. Variabel rasio aktivitas (Aktivitas) perusahaan diproksikan dengan total asset turnover (TATO). Variabel ini menunjukkan nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 1,51. Nilai minimum 0,00
83
menunjukkan bahwa dalam periode penelitian, total penjualan perusahaan sampel adalah sebesar 0. Rasio aktivitas menunjukkan perbandingan antara penjualan bersih dengan totak aktiva. Hal tersebut berarti
menunjukkan
seberapa
besar
hasil
penjualan
dapat
diinvestasikan untuk aktiva perusahaan. Nilai rata-rata (mean) variabel ini adalah sebesar 0,2303. Variabel size atau ukuran perusahaan diproksikan dengan logaritma natural dari total aktiva. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai minimum dari ukuran perusahaan sampel adalah sebesar 24,59 dan nilai maksimumnya sebesar 30,13. Adapun nilai rata-rata (mean) ukuran perusahaan sampel adalah sebesar 27,7256. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini digambarkan dari total aktivanya. Semakin besar total aktiva perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut.
4. Analisis Inferensial Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regrosi logistik biner. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006: 71). Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) (Stanislaus, 2006:236) dalam Amilin dan Indrawan (2008: 80). 84
a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Analisis pertama yang dilakukan adalah pengujian model fit terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum atau sesudah variabel bebas dimasukkan ke dalam model regresi (Solikah, 2007: 102). Pengujian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood pada awal (Block Number=0) dengan -2 Log Lokelihood akhir (Block Number =1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah : H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Tabel 4.6 adalah Iteration History 0 yang merupakan -2 Log Likelihood awal. Tabel ini akan dibandingkan dengan tabel 4.7, tabel Iteration History 1 yang merupakan -2 Log Likelihood akhir. Adanya selisih antara -2 Log Likelihood awal dengan -2 Log Likelihood akhir menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) tidak dapat ditolak dan model fit dengan data.
85
Tabel 4.6 Iteration History 0 Iteration Historya,b,c Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
201.424
-1.116
2
200.731
-1.254
3
200.730
-1.260
4
200.730
-1.260
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 200,730
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0, pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration History 0) adalah sebesar 200,730. Secara matematis, angka tersebut signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak. Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi) (Ghozali, 2006: 79). Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai -2 Log Lokelihood awal (tabel Iteration History 0) dengan -2 Log Likelihood akhir (tabel Iteration History 1). Pada tabel Iteration History 0, nilai -2 Log Likelihood awal menunjukkan sebesar 200,730. Setelah variabel bebas dimasukkan pada model regresi, maka nilai -2 Log Likelihood pada tabel 4.7 Iteration History 1 adalah sebesar 139,682. 86
Tabel 4.7 Iteration History 1 Iteration Historya,b,c,d Coefficients -2 Log Iteration
likelihood
Ind_ Constant
BoC
Board
BoD Comm _Own
Lev
Prof Aktivitas
Size
Step 1 1
163.676
-4.541
.120 -.309
.011
-.056
1.617 .027
-2.086
.098
2
148.931
-7.842
.192 -.540
.012
-.080
2.166 .031
-4.911
.217
3
141.322
-9.803
.126 -.620
.010
-.117
2.356 .036
-9.181
.310
4
139.735
-11.211
.042 -.638
.010
-.128
2.571 .038
-12.061
.371
5
139.682
-11.537
.020 -.643
.010
-.126
2.645 .038
-12.671
.385
6
139.682
-11.550
.019 -.643
.010
-.126
2.648 .038
-12.694
.385
7
139.682
-11.551
.019 -.643
.010
-.126
2.648 .038
-12.694
.385
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 200,730 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil output tersebut, terjadi penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar 61,048. Penurunan tersebut dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model regresi memperbaiki model fit atau dengan kata lain model fit dengan data. b. Pengujian Kelayakan Model Regresi Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik biner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-
87
square pada bagian bawah uji Hosmer and Lameshow. Nilai signifikansi yang tertera kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (Solikah, 2007: 104). Hipotesis yang digunakan untuk menilai kelayakan model regresi ini adalah: H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data Ha : Ada perbedaan antara model dengan data Tabel 4.8 Hosmer and Lameshow Test Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 5.106
df
Sig. 8
.746
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0
Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow Test. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adaah sebesar 0,746. Nilai signifikansi yang diperoleh tersebut jauh di atas 0,05 (α) 5% yang berarti hipotesis 0 (H0) tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu menjelaskan variabilitas variabel dependennya (Solikah, 2007: 106). Koefisien determinasi dalam regresi logistik biner ditunjukkan dengan nilai 88
Nagelkerke R Square. Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R Square dalam regresi berganda (Ghozali, 2006: 84). Tabel 4.9 Model Summary Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
139.682
.275
.421
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Tabel 4.9 adalah tabel Model Summary. Pada tabel ini, nilai Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,421. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini adalah sebesar 42,1%. Sisanya sebesar 57,9% dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model penelitian ini, misalnya kualitas audit, risiko saham, komite audit, kepemilikan institusional,
kepemilikan
terpusat
(block
ownership),
prediksi
kebangkrutan Altman Z-Score, rasio likuiditas, rasio arus kas, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping, debt default, audit lag, audit client tenure, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa variasi variabel independen dalam penelitian ini (perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, kepemilikan anggota dewan, leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran perusahaan) mampu menjelaskan variasi variabel dependen (opini audit going concern) sebesar 42,1%. 89
d. Tabel Klasifikasi Tabel klasifikasi menjelaskan nilai estimasi yang benar (correct) dan yang salah (incorrect) (Ghozali, 2006: 80). Matrik klasifikasi akan menunjukkan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan. Tabel 4.10 Classification Table Classification Table
a
Predicted Opini Observed Step 1
Opini
0
Percentage 1
Correct
0
140
8
94.6
1
26
16
38.1
Overall Percentage
82.1
a. The cut value is ,500
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa menurut prediksi, perusahaan yang memperoleh opini audit going concern adalah 42, sedangakan bersadarkan observasi sesungguhnya adalah 16. Jadi, ketepatan model ini adalah 16/42 atau 38,1%. Sementara itu, prediksi perusahaan yang memperoleh opini audit non going concern adalah 148, sedangkan menurut observasi sesungguhnya adalah 140. Jadi ketepatan model ini adalah 140/148 atau 94,6%. Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini adalah sebesar 82,1%.
90
e. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, kepemilikan anggota dewan, rasio leverage, profitabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan
terhadap variabel dependen opini
audit going concern dengan menggunakan regresi logistik biner dan hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.11. Pada tabel Variables in the Equation, kolom Significant dibandingkan dengan tingkat alpha (α) 0,05 (5%) (Stanislaus, 2006: 236) dalam (Amilin dan Indrawan, 2008: 80). Apabila nilai signifikansi di bawah 0,05 (5%) maka hipotesis (Ha) diterima. Tabel 4.11 Variables in the Equation Variables in the Equation B a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Step 1 BoC
.019
.481
.002
1
.969
1.019
BoD
-.643
.467
1.894
1
.169
.526
Ind_Comm
.010
.018
.282
1
.596
1.010
Board_Own
-.126
.459
.076
1
.783
.881
Lev
2.648
.770
11.819
1
.001
14.123
Prof
.038
.089
.181
1
.671
1.039
-12.694
2.989
18.034
1
.000
.000
.385
.201
3.668
1
.055
1.470
-11.551
5.428
4.529
1
.033
.000
Aktivitas Size Constant
a. Variable(s) entered on step 1: BoC, BoD, Ind_Comm, Board_Own, Lev, Prof, Aktivitas, Size.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
91
Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik biner pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat diperoleh persamaan regresi logistik biner sebagai berikut: Opini = -11,551 + 0,019 BoC – 0,643 BoD + 0,010 Ind_Comm – 0,126 Board_Own + 2,648 Lev + 0,038 Prof – 12,694 Aktivitas + 0,385 Size + ε Ha1 : Perubahan BoC berpengaruh signigfikan terhadap opini audit going concern Variabel perubahan dewan komisaris (BoC) pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,019 dengan nilai signifikansi sebesar 0,969 > 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Maka, perubahan dewan komisaris (BoC) tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha2 : Perubahan BoD berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern Variabel perubahan dewan direksi (BoD) pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,643 dengan nilai signifikansi sebesar 0,169 > 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Maka, perubahan dewan direksi (BoD) tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha3 : Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern
92
Variabel komisaris independen yang diproksikan dengan persentase proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dengan nilai signifikansi sebesar 0,596 > 0,05 yang berarti Ha3 ditolak. Dengan demikian, komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha4 : Kepemilikan
Anggota
Dewan
berpengaruh
signifikan
terhadap opini audit going concern Kepemilikan anggota dewan pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,126 dengan niali signifikansi 0,783 > 0,05 yang berarti Ha4 ditolak. Dengan demikian, kepemilikan anggota dewan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha5 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern Leverage yang diproksikan dengan debt to assets pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 2,648 dengan nilai signifikansi 0,001 < 005. Hal tersebut berarti Ha5 diterima dan Leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha6 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern Profitabilitas pada penelitian ini diproksikan dengan return on equity
(ROE).
menunjukkan
Berdasarkan koefisien
tabel
positif
4.11,
sebesar
variabel 0,038
profitabilitas dengan
nilai
93
signifikansinya 0,671 > 0,05 yang berarti Ha6 ditolak atau profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha7 : Rasio Aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern Rasio aktivitas diproksikan dengan total assets turnover (TATO). Pada tabel 4.11, rasio aktivitas menunjukkan koefisien negatif sebesar 12,694 dengan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05 yang berarti Ha7 diterima. Maka, rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Ha8 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan logaritma natural dari total aktiva. Berdasarkan tabel 4.11, ukuran perusahaan menunjukkan koefisien positif sebesar 0,385 dengan nilai signifikansi sebesar 0,055 > 0,05. Hal ini berarti Ha8 ditolak atau variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
B. Pembahasan dan Interpretasi Penelitian ini merupakan studi mengenai pengeluaran opini audit going concern oleh auditor kepada auditee. Penelitian ini menggunakan variabel independen nonkeuangan (perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan) dan variabel independen
94
keuangan (rasio leverage, profitabilitas, aktivitas, dan ukuran perusahaan) untuk menguji faktor-faktor dikeluarkannya opini audit going concern. Penelitian ini dilakukan terhadap 190 perusahaan sampel sektor real estate dan properti pada periode 2005-2009 yang telah dipilih menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh sebesar 42 perusahaan memperoleh opini audit going concern dan sisanya sebesar 148 perusahaan tidak memperoleh opini audit going concern. Ringkasan hasil pengujian kedelapan hipotesis yang telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut:
No 1. 2. 3.
4. 5.
6. 7. 8.
Tabel 4.12 Ringkasan hasil Uji Hipotesis Hipotesis Perubahan BoC berpengaruh terhadap opini audit going concern Perubahan BoD berpengaruh terhadap opini audit going concern Komisaris Independen berpengaruh terhadap opini audit going concern Kepemilikan Anggota Dewan berpengaruh terhadap opini audit going concern Leverage berpengaruh terhadap opini audit going concern Profitabilitas berpengaruh terhadap opini audit going concern Rasio Aktivitas berpengaruh terhadap opini audit going concern Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern
Hasil Ditolak Ditolak Ditolak
Ditolak Diterima
Ditolak Diterima Ditolak
Sumber: data sekunder diolah
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen akan dijelaskan sebagai berikut:
95
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perubahan BoC adalah sebesar 0,969 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. Hal tersebut berarti bahwa perubahan susunan dewan komisaris (BoC) dalam suatu perusahaan, baik bertambahnya angota maupun berkurangnya anggota, tidak dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern.
Keberadaan dewan komisaris sebagai pengawas
pelaksanaan tugas oleh dewan direksi dan penerapan Good Corporate Governance tidak mempengaruhi perusahaan untuk dapat terhindar dari risiko bisnis dan masalah kelangsungan usaha. Khususnya pada perusahaan yang bergerak dalam sektor real estate dan properti yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang ada dan kebijakan pemerintah berupa kenaikan atau penurunan tingkat suku bunga. Penggantian anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan belum tentu dapat membuat kinerja perusahaan lebih baik dan mampu melakukan pengawasan dengan baik terhadap kinerja dewan direksi dan penerapan Good Corporate Governance walaupun menurut Petronila (2007: 143), keberadaan dewan komisaris dalam suatu perusahaan dapat menyeimbangkan proses pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak yang terkait. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Petronila (2007) yang menyatakan bahwa adanya perubahana BoC dapat mempengaruhi
96
auditor dalam mempertimbangkan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sampel dan periode penelitian pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Sampel pada penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005, sedangkan pada penelitian ini, yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009. Perbedaan tersebut membuat kondisi perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dengan kondisi perusahaan sampel pada penelitian terdahulu berbeda sehingga analisis dan hasil penelitian yang diperoleh pun berbeda. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perubahan BoD adalah sebesar 0,169 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang negatif. Hal ini berarti bahwa berubahnya susunan dewan direksi (BoD) dalam perusahaan, baik bertambahnya maupun berkurangnya angota, tidak dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Dewan direksi atau (BoD) merupakan pihak yang terlibat dalam pegendalian penerapan internal governance mechanism (Petronila, 2007: 132). Adanya perubahan dewan direksi atau Chief Executive Officer (CEO) dalam suatu perusahaan belum menjamin perusahaan tersebut dapat terhindar dari masalah going concern walaupun dewan direksi yang baru memiliki strategi dan rencana-rencana untuk membuat kinerja perusahaan
97
meningkat dan terhindar dari risiko bisnis. Pada perusahaan sektor real estate dan properti yang menjadi sampel dalam penelitian ini, rencanarencana dan strategi yang dibuat manajemen belum mampu mengatasi atau membuat perusahaan keluar dari permasalahan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan pada bisnis sektor ini, pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh ketidakstabilan kondisi ekonomi yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan sosok dewan direksi atau CEO yang benar-benar memiliki integritas dan kemampuan tinggi untuk membuat strategi dan rencanarencana manajemen agar perusahaan terlepas dari permasalahan keuangan dan tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi yang ada. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Parker et. al. (2005) dan Petronila (2007)
yang
mengemukakan
bahwa
adanya
perubahan
dewan
mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sampel dan periode penelitian. Pada penelitian Parker et. al. (2005), sampel perusahaan yang dijadikan penelitian adalah perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan di Amerika Serikat pada periode penelitian 1988-1996 dan sampel pada penelitian Petronila (2007) adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode penelitian 2005. Sedangkan pada penelitian ini, yang menjadi sampel adalah perusahaan sektor real estate dan properti pada periode 2005-2009. Perbedaan sampel dan periode penelitian tersebut membuat kondisi perusahaan sampel pada penelitian ini dengan penelitian
98
sebelumnya berbeda. Sehingga hasil penelitian dan analisis yang dihasilkan pun berbeda. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi komisaris independen adalah sebesar 0,596 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. Hal ini berarti bahwa proporsi komisaris independen dalam susunan dewan komisaris tidak dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan belum mampu menjamin perusahaan tersebut terlepas dari permasalahan keuangan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan pengawasan serta tugas yang dilakukan komisaris independen kurang efektif. Besarnya proporsi atau jumlah komisaris independen dalam anggota dewan komisaris tidak menjamin untuk tidak diberikannya opini audit going concern oleh auditor. Alasan lain proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan karena kemungkinan keberadaan komisaris independen hanya merupakan formalitas dalam memenuhi regulasi yang ada sebagai penerapan praktik Good Corporate Governance (Wardhani, 2006: 13). Peran komisaris independen tidak benar-benar efektif dan bekerja sebagaimana mestinya dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan apabila komisaris independen benar-benar berfungsi secara efektif dalam perusahaan, maka risiko perusahaan dapat dihindari dan kinerja
99
perusahaan dapat meningkat sehingga perusahaan terbebas dari masalah going concernnya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Parker et. al. (2005: 20) namun konsisten dengan penelitian Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak mempengaruhi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern. Hal ini konsisten pula dengan penelitian Ramadhany (2004) dan Rahayu (2007) yang menyatakan bahwa keberadaan komisaris independen dalam komite audit tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dalam perusahaan. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi kepemilikan anggota dewan adalah sebesar 0,783 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan anggota dewan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang negatif. Adanya kepemilikan saham oleh anggota dewan, baik direksi maupun komisaris, tidak dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Dewan direksi dan komisaris perusahaan yang memiliki saham perusahaan, apalagi dalam jumlah yang besar, akan senantiasa berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjamin kinerja dan kondisi keuangan perusahaan selalu berada pada kondisi baik dan terlepas dari permasalahan keuangan. Pengawasan dan pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen terkadang belum mampu membuat kinerja keuangan perusahaan baik dan terlepas dari risiko bisnis. Hal ini dikarenakan kinerja keuangan sangat dipengaruhi
100
oleh banyak faktor, baik faktor yang berasal dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Januarti (2009), namun tidak konsisten dengan Parker et. al (2005), Petronila (2007), dan Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan anggota dewan atau kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter negatif. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi leverage adalah sebesar 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. Hal tersebut berarti semakin tinggi leverage dalam suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern adalah tinggi dan semakin rendah leverage dalam suatu perusahaan maka kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern adalah rendah. Leverage adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya dengan aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi leverage yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi risiko
keuangan
perusahaan.
Risiko
keuangan
yang
tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan (Petronela, 2004; 48). Jika kesulitan keuangan perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut akan memiliki masalah going concern dan perusahaan dapat menuju arah kebangkrutan atau dengan kata lain jika semakin tinggi rasio leverage suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut memperoleh opini audit going concern. Oleh karena
101
itu, rasio leverage menjadi salah satu pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Parker et. al. (2005) dan Linoputri (2010) tetapi tidak konsisten dengan penelitian Petronela (2004), Setiawati dan Agoes (2005), Ryu dan Roh (2007), Amilin dan Indrawan (2008), Januarti dan Fitrianasari (2008), dan Rudyawan dan Badera (2009) yang menyatakan bahwa leverage tidak dipertimbangkan auditor dalam pemberian opini audit going concern. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi rasio profitabilitas adalah sebesar 0,671 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan tehadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang positif. Profitabilitas dalam penelitian ini dukur dengan return on equity ratio yaitu kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk memenuhi ekuitasnya. Pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa rasio profitabilitas tidak menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan tingginya penjualan yang dilakukan perusahaan tidak diimbangi dengan menurunnya hutang perusahaan atau adanya kemungkinan tingkat hutang yang tinggi karena pada perusahaan sampel, yaitu sektor real estate dan properti, untuk melakukan produksi, yaitu berupa pembangunan properti, dibutuhkan dana yang sangat besar untuk pembiayaan pembangunan dan dana tersebut berasal dari hutang atau kewajiban. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian
102
Setiawati dan Agoes (2005), Parker et. al. (2005), Rahayu (2007), Amilin dan Indrawan (2008), dan Januarti dan Fitianasari (2008) tetapi tidak konsisten dengan penelitian Hani, dkk (2003), Petronela (2004), Ryu dan Roh (2007), dan Linoputri (2010) yang menunjukkan bahwa profitabilitas dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi rasio aktivitas adalah sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan nilai parameter yang negatif. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Ramadhany (2004) serta Rudyawan dan Badera (2009) namun tidak konsisten dengan penelitian Januarti (2009) yang menyatakan bahwa rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Tanda dari parameternya pun berbeda dari penelitian Januarti (2009) yaitu positif. Tanda yang negatif berarti bahwa semakin tinggi rasio aktivitas perusahaan atau tingginya pengembalian aktiva perusahaan dari hasil penjualan maka kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern pun akan akan semakin kecil. Begitu pun sebaliknya, semakin kecil rasio aktivitas atau tingkat pengembalian aktiva perusahaan dari hasil penjualan maka akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan memperoleh opini audit going concern. Hal tersebut berarti perusahaan atau auditee yang memiliki nilai rasio aktivitas tinggi, maka ia telah melakukan pengelolaan aktiva atas hasil penjualannya dengan baik sehingga ia tidak mengalami kesulitan keuangan dan tidak memperoleh
103
opini audit going concern atau kemungkinan penerimaan opini audit going concern oleh auditee tersebut kecil. Oleh karena itu, rasio aktivitas menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi ukuran perusahaan adalah 0,055 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hal tersebut berarti bahwa besar kecilnya perusahaan yang diukur dari kepemilikan aktivanya tidak menjamin perusahaan tersebut tidak memperoleh opini audit going concern atau dengan kata lain tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor. Hal ini membuktikan bahwa besarnya perusahaan belum tentu menjamin bahwa perusahaan tersebut sehat dan jauh dari kebangkrutan atau kerugian. Hal tersebut disebabkan karena kenaikan aktiva yang dimiliki perusahaan tidak diimbangi
dengan
kenaikan
laba
atupun
penjualannya.
Banyak
perusahaan-perusahaan dengan nilai aktiva yang tinggi namun laba bersihnya negatif. Sehingga apabila perusahaan memiliki nilai aktiva yang besar namun selama beberapa periode mengalami laba bersih negatif, maka perusahaan akan mengalami masalah mengenai kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, ukuran perusahaan tidak dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Ramadhany (2004), Parker et.
104
al. (2005), Januarti dan Fitrianasari (2008), serta Junaidi dan Hartono (2010). Tetapi hasil penelitian Carcello dan Neal (2000), Santosa dan Wedari (2007), Ryu dan Roh (2007), Januarti (2009), dan Linoputri (2010) menunjukkan hal yang berbeda, yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Perbedaan hasil penelitian ini dikarenakan pada penelitian Januarti (2009) dan Linoputri (2010) menggunakan total penjualan bersih untuk mengukur besarnya perusahaan.
105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan 38 sampel perusahaan real estate dan properti dari tahun 2005 hingga 2009. Berdasarkan
hasil
analisis
dan pembahasan
yang
telah dilakukan
menggunakan regresi logistik biner, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel mekanisme corporate governance, yang diproksikan dengan perubahan BoC, perubahan BOD, komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan, tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian variabel perubahan BoC dan BoD ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Petronila (2007) yang menyatakan bahwa perubahan BoC dan perubahan BoD berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Sementara itu hasil penelitian komisaris independen konsisten dengan hasil penelitian Linoputri (2010) dan Rahayu (2007) namun tidak konsisten dengan Parker et. al. (2005) serta hasil penelitian variabel kepemilikan anggota dewan konsisten dengan Januarti (2009) namun tidak konsisten dengan Petronila (2007).
106
2. Variabel kondisi keuangan perusahaan, yang diproksikan dengan rasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas, hanya rasio profitabilitas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Sementara itu, rasio leverage dan aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Penelitian rasio profitabilitas konsisten dengan penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008). Namun, penelitian rasio leverage dan aktivitas tidak konsisten dengan Januarti dan Fitrianasari (2008). Tetapi, penelitian rasio leverage konsisten dengan Parker et. al. (2005) dan rasio aktivitas konsisten dengan Ramadhany (2004) serta Rudyawan dan Badera (2009)
yang
menyatakan
bahwa
rasio
leverage
dan
aktivitas
dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern. 3. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Parker et. al. (2005), Januarti dan Fitrianasari (2008), dan Junaidi dan Hartono (2010). Namun, hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan Carcello dan Neal (2000), Santosa dan Wedari (2007), Ryu dan Roh (2007), Januarti (2009), dan Linoputri (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern.
B. Implikasi Model teoritis yang diuji dan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemahaman kita tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi opini audit going concern, yaitu
107
mekanisme corporate governance, kondisi keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Hasil implikasi ini memiliki beberapa pengetahuan penting bagi perusahaan yang diaudit, investor, dan bagi auditor. Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil statistik, variabel leverage dan rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Tetapi, variabel mekanisme corporte governance, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Mekanisme corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan belum mampu menjamin bahwa perusahaan selalu berada dalam kondisi baik dan tidak terlepas dari masalah kesulitan keuangan, walaupun perusahaan telah menerapkan mekanisme corporate governance dalam perusahaannya guna mencapai Good Corporate Governance. Kondisi perekonomian negara, ketatnya persaingan, dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Manajemen harus lebih cermat dan inovatif dalam membuat rencana dan strategi guna menghadapi tantangan-tantangan bisnis dan menciptakan kinerja keuangan yang lebih baik. Auditor lebih mempertimbangakan kondisi perekonomian secara umum, kondisi keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
usahanya
dalam
memberikan opini audit going concern daripada mekanisme corporate governance yang diterapkan perusahaan. Oleh karena itu, auditor tidak
108
mempertimbangkan mekanisme corporate governance sebagai dasar dalam pemberian opini audit going concern. Rasio profitabilitas tidak menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Tingginya laba usaha yang diperoleh perusahaan tidak menjamin bahwa kondisi keuangan perusahaan baik dan dapat terus mempertahankan kelangsungan usahanya. Laba yang tinggi namun tidak diiringi dengan penurunan hutang atau kewajiban perusahaan maka akan membuat risiko perusahaan tinggi. Hal ini dikarenakan untuk dapat berproduksi perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai biaya produksinya. Dana tersebut diperoleh dari hutang atau kewajiban. Walaupun profitabilitas perusahaan tinggi, maka perusahaan juga dapat mengalami permasalahan keuangan dan kelangsungan usahanya apabila perusahaan tidak mampu menyelesaikan kewajibannya sebagaimana yang telah disyaratkan dalam perjanjian sebelumnya. Ukuran perusahaan klien tidak menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern. Tidak ada jaminan bahwa perusahaan besar akan terlepas permasalahan keuangan dan pemberian opini audit going concern oleh auditor, begitupun sebaliknya perusahaan kecil belum tentu selalu berada pada kondisi keuangan yang buruk dan mengalami permasalahan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Auditor akan selalu objektif dalam pekerjaannya sehingga auditor akan memberikan opini audit going concern bila perusahaan tersebut mengalami keraguan akan
109
kelangsungan hidupnya, baik perusahaan tersebut termasuk perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Auditor dalam mengaudit perusahaan klien mempertimbangakan rasio leverage sebagai dasar dalam memberikan opini audit dengan modifikasi atau penjelasan mengenai kelangsungan usaha klien (going concern). Rasio leverage
adalah
kemampuan
rasio
perusahaan
keuangan dalam
perusahaan memenuhi
yang
menggambarkan
kewajiban
keuangannya.
Tingginya rasio leverage dalam suatu perusahaan mencerminkan tingginya nilai hutang dalam suatu perusahaan. Nilai hutang yang tinggi akan mengakibatkan risiko perusahaan yang tinggi. Risiko perusahaan yang tinggi dan tidak diiringi dengan tingginya laba dan pendapatan, maka akan membuat perusahaan berada pada kondisi kesulitan keuangan. Jika perusahaan berada pada kondisi ini dan tidak mampu mengatasinya, maka perusahaan akan mengalami masalah going concern. Perusahaan akan bangkrut dan tidak dapat melanjutkan usahanya lagi. Manajemen selaku pihak yang mengelola perusahaan harus bijak dan cermat dalam menganggarkan biaya produksi dan mengambil keputusan pinjaman atau kredit. Jika hal tersebut tidak dipertimbangkan secara matang dan hasil penjualan serta kondisi ekonomi masa depan tidak diprediksi dengan baik, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan pun tinggi. Investor selaku pihak yang menggunakan laporan keuangan sangat memerlukan informasi mengenai kelangsungan usahanya untuk dijadikan pertimbangan dalam keputusan investasinya. Oleh karena itu,
110
auditor menjadikan rasio leverage perusahaan sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian opini audit going concern. Selain rasio leverage, auditor dalam memberikan opini audit going concern juga mempertimbangkan rasio aktivitas. Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan pengelolaan atau perputaran aktiva dari hasil penjualan. Rasio aktivitas yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak produktif. Apabila rasio aktivitas perusahaan rendah selama beberapa periode terus-menerus, maka kemungkinan perusahaan berada pada kondisi kesulitan keuangan pun tinggi. Hal ini akan mengakibatkan investor tidak tertarik menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Akibatnya lama-kelamaan perusahaan akan bangkrut dan tidak dapat mempertahankan kelangsungan
usahanya.
Oleh
karena
itu,
rasio
aktivitas
menjadi
pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern.
C. Keterbatasan dan Saran 1. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: a. Sampel dalam penelitian ini hanya terfokus pada perusahaan sektor real estate dan properti sehingga jumlah sampel pada penelitian ini sangat terbatas dan penelitian tidak dapat diperluas untuk semua sektor perusahaan. b. Periode penelitian hanya lima tahun, yaitu tahun 2005 hingga 2009.
111
c. Proksi dari variabel mekanisme corporate governance yang dijadikan variabel independen dalam penelitian ini hanya terbatas pada empat variabel yaitu perubahan dewan komisaris (BoC), perubahan dewan direksi (BoD), komisaris independen, dan kepemilikan anggota dewan. Selain itu, variabel yang mewakili kondisi keuangan perusahaan hanya terbatas pada rasio leverage, profitabilitas, dan aktivitas. 2. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan menambahkan jumlah sampel tidak hanya terfokus pada sektor real estate dan properti saja, namun juga sektor lain seperti manufaktur, perbankan, maupun perdagangan, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. b. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas sumber penelitian, tidak hanya bersumber dari data sekunder saja, tetapi juga menggunakan data primer dengan menyebarkan kuesioner ke perusahaan-perusahaan atau auditor atau bahkan wawancara dengan karyawan, manajer, direksi perusahaan, auditor dan investor agar data yang diperoleh lebih luas sehingga analisis dan pembahasan serta hasil penelitian yang diperoleh lebih valid dan akurat. c. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas tahun atau periode penelitian menjadi enam tahun atau lebih atau bahkan mempersempit
112
periode penelitian. Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti periodeperiode penelitian yang dianggap berada pada kondisi ekonomi buruk seperti tahun 1998, dan sebagainya. d. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen lainnya yang mewakili variabel mekanisme corporate governance, yaitu kualitas audit, risiko saham, komite audit, kepemilikan institusional, kepemilikan terpusat (block ownership), dan sebagainya.
Variabel kondisi keuangan perusahaan pun dapat
ditambahkan dengan proksi lain yaitu seperti prediksi kebangkrutan Altman Z-Score, rasio likuiditas, rasio arus kas, dan sebagainya. Selain itu, dapat ditambahkan pula variabel lain di luar variabel penelitian ini seperti opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping, debt default, audit lag, audit client tenure, dan sebagainya.
113
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. ”Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik”, Edisi Ketiga, Jilid I, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), Jakarta, 2008. Amilin dan Ady Indrawan. “Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan dan Opini Audit Oleh KAP Big Four dengan KAP Non Big Four (Studi Pada Emiten di Bursa Efek Indonesia)”, Jurnal Ekonomi, Vol XVIII No.2, September 2008. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance Services An Integrated Approach”, Thirteenth Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010. Bataviase. “Investasi Naik 12 Persen, Optimistis Suku Bunga Turun Terus”, 2010, diakses dari http://bataviase.co.id/node/403576 pada tanggal 22 Februari 2011. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. “Studi Penerapan Prinsip-prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam Mengenai Corporate Governance”, Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2006, diakses dari www.google.com pada tanggal 24 Oktober 2010. Belkaoui, dan Ahmed Riahi. “Accounting Theory (Teori Akuntansi)”, Edisi Kelima, Jilid I, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Bhimani, Alnoor, Gulamhussen Mohamed Azzim, dan Samuel Lopes. “The Effectiveness of The Auditor's Going-Concern Evaluation as An External Governance Mechanism: Evidence from Loan Defaults”, The International Journal of Accounting 44 : 239-255, 2009. Boynton, William C., dan Raymond N. Johnson. “Modern Auditing”, Eight Edition, John Wiley & Sons Inc, USA, 2006. Carcello, Joseph V dan Terry L. Neal. “Audit Committee Composition and Auditor Reporting”, 2000, diakses dari http://papers.ssrn.com/ pada tanggal 6 Desember 2010. Chen, Kevin C. W., dan Bryan K. Church. “Going Concern Opinions and the Market’s Reaction to Bankruptcy Filings”, The Accounting Review, Vol. 71, No.1, pp. 117-128, January 1996.
114
Elqorni. “Mengenal Teori Keagenan”, 2009, diakses dari http://elqorni.wordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori-keagenan/ pada tanggal 14 Februari 2011. Forum for Corporate Governance in Indonesia. “Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Jilid II: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)”, 2001, diakses dari www.fcgi.or.id pada tanggal 24 Oktober 2010. Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. . “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Gunarsih, Tri. “Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance”, Jurnal KOMPAK No.8, Mei-Agustus 2003, hal 155-1772, 2003. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hani, Cleary, dan Mukhlasin. “Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Manufaktur pada Perusahaan Perbankan di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi VI, 2003. Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2007. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2009. Iskak, Jamaludin. “Krisis Moneter, Going Concern dan Laporan Auditor Independen”, Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Univ. Tarumanegara Th II, No. 2, pp 1-8, 1998. Jansen, M.C dan Meckling, W.H. “Theory of The Firm, Managerial Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure”, Journal of Financial Economics. Vol. 3 October. Pp 305-360, 1976, diakses dari http://papers.ssrn.com/ pada tanggal 23 Maret 2011.
115
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. “Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ tahun 2000-2005)”, Jurnal Maksi, Vol.8 No.1: 43-58, Januari 2008 Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2009. Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. “Non-Financial Factors in The Going Concern Opinion”, Journal of Indonesian Economy and Business, Volume 25, Number 3, 369-378, 2010. Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). “Pedoman Good Corporate Governance Indonesia”, 2006, diakses dari www.google.com pada tanggal 16 Oktober 2010. Linoputri, Ferima Purmateti. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, Dipublikasikan, 2010, diakses dari www.digilib.undip.ac.id pada tanggal 6 Februari 2011. Mulyadi. “Auditing”, Edisi Keenam, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2010. Mutchler, Jane F. “A Multivariate Analysis of the Auditor’s Going-Concern Opinion Decision”, Journal of Accounting Research Vol. 23 No.2 Auntumn, 1985. Parker, Susan, Gary F Peters, dan Howard F Turetsky. “Corporate Governance Factors and Auditor Going Concern Assessments”, Review of Accounting & Finance; 4, 3, 2005. Penerbitan Peraturan Bapepam (24 September 2004), Peraturan Bapepam No.IX.I.5. Kep-29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Petronela, Thio Anastasia. “Pertimbangan Going Concern Perusahaan dalam Pemberian Opini Audit” Jurnal Balance, 1 (Maret), 46-55, 2004. Petronila, Thio Anastasia. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Opini Audit Going Concern”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol.14 No.1, Maret 2007. 116
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. “Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shoppin Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar 26-28 Juli 2007. PT. Bakrieland Development Tbk. “Annual Report”, 2008, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk. “Annual Report”, 2007, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. Ciputra Development Tbk. “Laporan Keuangan”, 2006, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. Lippo Cikarang Tbk. “Annual Report”, 2009, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. Lippo Karawaci Tbk. “Annual Report”, 2007, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. New Century Development Tbk. “Laporan Keuangan”, 2005, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. PT. Sentul City Tbk. “Laporan Keuangan”, 2005, diakses dari www.idx.com pada tanggal 24 Desember 2010. Rahayu, Puji. ”Assessing Going Concern Opinion A Study based on Financial and Non-financial Informations (Empirical Evidence of Indonesian Banking Firms Listed on JSX and SSX)”, Simposium Nasional Akuntansi X Makassar 26-28 Juli 2007. Ramadhany, Alexander. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Financial Distress di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal MAKSI, Vol.4, Agustus 2004. Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor”, Jurnal AUDI, Akuntansi dan Bisnis Vol.4, No.2 Juli 2009. Ryu, Tae G. dan Roh Chul-Yong. “The Auditor’s Going-Concern Opinion Decisions”, International Journal of Business and Economic, Vol.6, No.2, 89-101, 2007. Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”, JAAI Volume 11 No. 2 : 141-158, Desember 2007. 117
Setiawan, Santy. “Opini Going Concern dan Prediksi Kebangkrutan Perusahaan”, Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol.V No. 1, Hal. 59-67, Mei 2006. Setiawati, Loh Wenny dan Soekrisno Agoes. “Pengaruh Rasio Keuangan dan Prediksi Kebnagkrutan Terhadap Opini Audit yang Dikeluarkan Auditor”, Jurnal Akuntansi/Th.IX/01/Jan/2005. Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti, dan Faisal. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang 23-26 Agustus 2006. Solikah, Badingatus. “Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Dipublikasikan, diakses dari www.google.com pada tanggal 6 Juni 2010. Sutojo, Siswanto dan E. John Aldridge. “Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat”, PT. Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2008. Syakhroza, Akhmad. “Corporate Governance: Sejarah dan Perkembangan, teori, Model, dan Sistem Governanace serta Aplikasinya pada Perusahaan BUMN”, Pidato Pada Acara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005. Undang-Undang No.40 tentang Perseroan Terbatas, 2007, diakses dari www.google.com pada tanggal 10 Maret 2011. Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. “Pedoman Tentang Komisaris Independen”, diakses dari www.governanceindonesia.com pada tanggal 15 Oktober 2010. Tulung, Johannes. “Pengembangan Bisnis Properti di Kawasan Bangunan Bersejarah”, 2004, diakses dari http://www.scribd.com/doc/37606138/ Sunda-Kelapa-Heritage pada tanggal 2 Maret 2011. Wardhani, Ratna. “Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distress Firms)”, Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23-26 Agustus 2006. Yusnitasari, Emilia Frida dan Doddy Setiawan. “Keahlian dan Independensi Auditor pada keputusan Going Concern”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 3, No.1: 66-77, Pebruari 2003.
118
LAMPIRAN
119
Lampiran 1
120
Lampiran 2 Ikhtisar Data Keuangan Perusahaan Sampel (Dalam Jutaan Rupiah) 2005 No
Kode
Nama
1
ADHI
Adhi Karya (Persero) Tbk.
2
ELTY
Bakrieland Dev. Tbk.
3
BIPP
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
4
BMSR
Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
5
CKRA
Citra Kebun Raya Agri Tbk
6
CTRA
7
CTRS
8
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
2.114.321
1.576.419
2.413.950
2.039.031
3.027.000
77.919
1.332.977
371.000
686.007
788.276
2.542.624
1.255.991
319.789
92.555
231.000
1.262.000
7.960
55.840
337.153
124.188
20.076
(15.510)
98.293
213.000
2.043
1.573
207.859
19.236
1.485
(1.678)
25.200
174.000
40.091
500
47.849
811
3.219
50
8.820
47.000
Ciputra Development Tbk.
3.246.564
3.940.419
5.306.703
4.489.037
1.049.896
79.231
483.750
(96.000)
Ciputra Surya Tbk.
1.627.829
910.578
1.876.394
912.996
555.069
119.778
831.123
940.000
DILD
Intiland Development Tbk.
1.321.215
1.966.436
1.982.857
2.012.569
352.594
(34.485)
171.270
(78.000)
9
DART
Duta Anggada Realty Tbk.
10
DUTI
Duta Pertiwi Tbk.
437.733
1.012.578
1.402.169
1.402.170
356.920
197.510
154.000
277.000
1.752.665
1.709.475
4.612.140
2.601.167
891.190
60.857
901.875
1.577.000
11
FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk.
67.786
52.598
146.994
52.611
0
(4.566)
96.000
94.000
12
GMTD
Gowa Makassar Trism Dev. Tbk.
13
SHID
Hotel Sahid Jaya Tbk.
134.051
191.029
266.098
191.029
51.141
6.605
37.061
75.000
46.742
84.733
699.114
686.573
86.770
(52.995)
65.280
13.000
14
OMRE
Indonesia Prima Property Tbk.
69.977
335.066
755.000
536.000
161.000
(22.500)
130.875
211.000
15 16
JIHD
Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk.
1.813.613
1.347.293
3.174.000
1.459.000
309.000
(141.367)
955.369
1.417.000
JSPT
Jakarta Setiabudi Int’l Tbk.
359.400
463.600
2.547.100
1.254.400
535.000
(120.100)
1.623.115
1.042.000
17
JRPT
Jaya Real Property Tbk.
537.081
398.225
1.448.366
409.464
346.512
67.226
1.039.500
985.000
18
KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
925.086
352.309
1.976.627
377.357
567.357
133.991
1.240.279
1.598.000
19
KPIG
Global Land Development Tbk.
50.658
4.114
97.667
4.115
0
2.482
13.432
94.000
Bersambung pada halaman berikutnya
120
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
20
LAMI
Lamicitra Nusantara Tbk.
265.658
152.027
375.000
212.000
58.000
1.690
68.905
162.000
21
LPCK
Lippo Cikarang Tbk.
707.765
632.446
1.110.566
666.243
140.810
3.733
177.480
444.000
22
LPKR
Lippo Karawaci Tbk.
3.779.282
3.122.561
6.232.000
3.249.000
2.005.000
359.000
5.132.487
2.693.000
23
MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
14.134
4.842
622.197
27.963
40.003
5.412
52.908
594.000
24
MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk.
509.408
334.570
1.478.000
761.000
461.000
24.957
407.030
716.000
25
PTRA
564.075
332.290
706.000
502.000
20.000
(445.422)
176.666
204.000
26
PWON Pakuwon Jati Tbk
258.610
248.587
1.694.000
1.613.000
358.000
642.911
195.300
81.000
27
PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk
95.102
543.289
318.091
543.289
5.008
(29.773)
9.488
(225.000)
28
PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
325.500
906.000
906.000
260.000
618.000
124.502
720.000
646.000
29 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk.
465.694
305.041
1.990.391
525.809
495.630
112.181
2.023.500
1.414.000
30 PNSE
Pudjiadi & Sons Estate Tbk.
45.278
33.345
184.350
111.936
99.153
2.437
92.105
57.000
31 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
42.010
41.357
324.000
130.000
57.000
3.326
49.000
194.000
32 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
157.250
17.782
207.000
18.000
22.000
(2.255)
19.603
151.000
33 RODA Royal Oak Dev.Asia Tbk.
43.600
3.234
73.907
3.511
4.317
(1.470)
29.550
70.000
1.329.584
588.522
1.963.000
601.000
102.000
(28.769)
624.910
1.363.000
1.027.133
836.170
1.865.000
1.026.000
798.000
151.200
1.475.404
837.000
34 BKSL
New Century Development Tbk.
Sentul City Tbk.
35 SMRA Summarecon Agung Tbk. 36 SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk.
410.899
471.326
1.397.000
812.000
1.073.000
72.352
308.308
573.000
37 SIIP
Suryainti Permata Tbk.
613.615
32.796
621.000
81.000
154.000
776.390
199.831
534.000
140.615
998.277
2.110.000
1.760.000
88.000
(64.637)
116.066
267.000
38 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
2006 39 ADHI
Adhi Karya (Persero) Tbk.
40 ELTY Bakrieland Dev. Tbk.
2.571.437
2.152.017
2.869.948
2.425.550
4.328.860
95.581
1.441.056
441.000
977.939
853.664
2.395.677
1.036.383
393.231
67.608
1.092.000
1.319.000
Bersambung pada halaman berikutnya
121
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode 41 BIPP
Nama
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
50.267
63.572
293.890
122.647
21.085
(41.689)
73.720
171.000
42 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
1.177
1.329
206.456
21.120
255
2.906
20.160
171.000
43 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk
41.247
1.148
48.859
1.606
7.561
215
11.466
47.000
44 CTRA Ciputra Development Tbk.
3.319.258
1.255.937
5.156.691
1.307.256
1.185.718
572.100
4.840.924
2.845.000
45 CTRS
Ciputra Surya Tbk.
1.409.506
693.085
1.798.801
696.349
657.589
1.691.150
1.939.288
1.086.000
46 DILD
Intiland Development Tbk.
1.239.889
1.728.186
1.909.928
1.893.629
256.606
80.230
231.446
2.000
47 DART Duta Anggada Realty Tbk.
369.223
1.099.621
1.496.888
1.099.620
442.061
121.878
858.417
397.000
1.740.852
1.711.678
4.518.811
2.441.388
1.101.410
72.943
1.345.875
1.651.000
75.657
50.755
147.810
50.768
21.927
2.658
80.000
97.000
50 GMTD Gowa Makassar Trism Dev. Tbk.
134.204
188.004
268.622
188.004
58.520
7.377
42.646
81.000
51 SHID
32.983
116.053
499.589
236.598
89.943
17.187
202.368
263.000
40.002
363.995
724.082
474.333
163.182
21.997
610.750
242.000
2.185.992
2.070.516
4.806.879
2.534.131
191.771
(58.513)
1.311.727
1.358.000
48 DUTI
Duta Pertiwi Tbk.
49 FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk.
Hotel Sahid Jaya Tbk.
52 OMRE Indonesia Prima Property Tbk. 53 JIHD
Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk.
54 JSPT
Jakarta Setiabudi Int’l Tbk.
395.700
465.900
2.582.100
1.323.800
658.000
(35.600)
1.715.865
1.007.000
55 JRPT
Jaya Real Property Tbk.
669.028
533.001
1.682.386
578.071
408.218
84.120
2.832.500
1.050.000
56 KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
779.456
263.006
1.907.309
278.019
429.959
37.017
2.136.035
1.622.000
57 KPIG
Global Land Development Tbk.
62.295
14.935
107.994
14.935
9.627
2.024
15.111
93.000
58 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk.
388.084
268.984
492.000
328.000
44.000
967
86.131
163.000
59 LPCK Lippo Cikarang Tbk.
717.945
687.698
1.161.980
714.416
120.763
3.270
198.360
448.000
60 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
5.911.226
4.365.984
8.485.854
5.208.254
1.905.330
325.000
6.281.857
2.962.000
61 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
11.369
5.665
620.624
14.051
41.065
3.248
61.725
607.000
62 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk.
584.579
540.273
1.683.725
970.104
86.223
(2.833)
604.377
714.000
Bersambung pada halaman berikutnya
122
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
63 PTRA New Century Development Tbk.
562.282
321.576
703.807
491.478
18.913
8.025
264.999
212.000
64 PWON Pakuwon Jati Tbk
254.295
494.331
2.721.500
1.791.775
392.123
218.736
1.203.990
930.000
65 PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk
94.269
568.769
314.697
569.437
648
(29.294)
2.888
(255.000)
66 PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
327.170
137.380
954.271
230.580
664.969
126.213
1.632.000
723.000
67 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk.
472.481
120.962
2.238.600
615.688
501.104
155.448
3.905.000
1.564.000
68 PNSE
Pudjiadi & Sons Estate Tbk.
62.254
36.805
202.140
121.261
90.538
8.919
90.808
67.000
69 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
46.820
46.323
257.000
60.000
44.000
288
54.600
197.000
70 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
154.945
17.522
205.000
12.000
33.000
180
21.237
152.000
71 RODA Royal Oak Dev.Asia Tbk.
42.688
19.366
72.934
2.295
9.025
243
20.685
71.000
1.939.133
458.445
2.636.000
465.000
92.000
14.042
1.093.593
2.171.000
73 SMRA Summarecon Agung Tbk.
832.554
1.007
2.192.000
1.215.000
965.000
168.100
3.222.281
976.000
74 SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk.
366.197
409.026
1.349.231
740.000
1.097.177
21.539
474.320
594.000
75 SIIP
Suryainti Permata Tbk.
797.467
61.422
697.000
62.000
242.000
93.684
620.527
627.000
134.394
345.386
2.009.121
1.596.467
134.411
43.901
211.028
330.000
72 BKSL
Sentul City Tbk.
76 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
2007 77 ADHI
Adhi Karya (Persero) Tbk.
3.952.657
3.268.544
4.333.167
3.787.812
4.973.867
111.601
2.449.795
531.000
3.201.151
1.066.359
5.708.016
1.508.297
782.106
134.185
12.166.000
4.133.000
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
28.446
64.877
275.122
110.096
21.036
(5.316)
138.000
165.000
80 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
71.630
630
188.287
934
115.784
2.402
50.000
174.000
81 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk
48.237
10.261
58.594
10.853
12.436
488
47.000
48.000
82 CTRA Ciputra Development Tbk.
4.513.859
1.137.753
7.484.109
1.276.669
1.347.518
167.961
5.821.000
3.787.000
78 ELTY Bakrieland Dev. Tbk. 79 BIPP
Bersambung pada halaman berikutnya
123
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
83 CTRS
Ciputra Surya Tbk.
84 DILD
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
1.327.449
504.422
1.921.280
518.184
690.927
171.506
1.939.000
1.257.000
Intiland Development Tbk.
680.079
713.750
2.015.697
890.136
264.250
204.290
2.892.000
1.114.000
85 DART Duta Anggada Realty Tbk.
420.185
1.899.954
2.512.971
2.014.993
481.705
100.103
1.545.000
499.000
1.710.477
1.262.614
4.513.454
2.341.874
1.274.546
58.938
1.263.000
1.712.000
70.786
104.032
313.032
104.062
39.673
4.519
200.000
165.000
88 GMTD Gowa Makassar Trism Dev. Tbk.
143.849
191.896
278.543
191.896
60.051
7.857
46.000
87.000
89 SHID
61.381
134.810
586.554
318.118
98.701
5.445
251.000
268.000
42.720
381.414
726.780
462.231
212.338
14.741
829.000
257.000
1.820.921
2.406.828
5.080.942
3.089.138
485.654
(219.033)
1.930.000
1.220.000
86 DUTI
Duta Pertiwi Tbk.
87 FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk.
Hotel Sahid Jaya Tbk.
90 OMRE Indonesia Prima Property Tbk. 91 JIHD
Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk.
92 JSPT
Jakarta Setiabudi Int’l Tbk.
494.600
811.800
2.718.909
1.417.519
811.763
26.700
1.716.000
1.033.000
93 JRPT
Jaya Real Property Tbk.
777.429
665.870
1.907.357
717.504
527.358
110.128
4.208.000
1.136.000
94 KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
571.244
814.344
2.506.341
847.028
375.027
30.828
3.170.000
1.653.000
95 KPIG
Global Land Development Tbk.
319.420
56.602
900.919
697.712
16.000
431
84.000
203.000
96 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk.
524.938
421.354
635.000
466.000
93.000
2.955
172.000
166.000
97 LPCK Lippo Cikarang Tbk.
807.146
797.154
1.284.321
825.783
158.771
11.061
445.000
459.000
98 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
7.403.637
5.137.605
10.533.372
5.998.958
2.091.354
353.000
11.938.000
4.206.000
99 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
18.350
6.981
583.971
26.547
41.065
3.623
129.000
557.000
100 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk.
704.454
576.700
1.752.492
1.008.511
288.762
30.361
1.209.000
744.000
101 PTRA New Century Development Tbk.
462.923
255.180
539.495
337.469
23.164
(2.410)
477.000
202.000
102 PWON Pakuwon Jati Tbk
225.554
229.950
3.115.215
2.019.122
444.377
83.661
3.859.000
1.013.000
103 PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk
93.195
594.709
295.511
595.518
2.437
(45.265)
12.000
(300.000)
104 PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
546.250
206.420
1.277.183
462.617
763.086
140.867
1.760.000
814.000
Bersambung pada halaman berikutnya
124
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
105 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk.
723.523
166.896
2.964.660
1.258.409
519.251
101.453
6.390.000
1.644.000
106 PNSE
Pudjiadi & Sons Estate Tbk.
69.214
95.150
211.515
123.364
123.283
12.235
117.000
72.000
107 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
72.435
49.135
254.946
51.060
65.850
6.812
90.000
203.000
108 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
141.317
28.484
221.000
31.000
49.000
843
50.000
152.000
109 RODA Royal Oak Dev.Asia Tbk.
43.487
2.936
73.807
3.420
8.126
(252)
100.000
70.000
1.824.470
263.310
2.525.000
272.000
447.000
47.767
6.276.000
2.253.000
1.593.717
1.337.311
3.029.000
1.518.000
1.027.000
159.800
3.759.000
1.505.000
444.662
535.483
1.541.070
919.000
1.217.803
11.726
968.000
606.000
1.553.285
139.856
1.571.000
833.000
246.000
108.915
2.103.000
730.000
217.511
320.894
20.221.932
1.318.023
159.931
(121.290)
563.000
208.000
110 BKSL
Sentul City Tbk.
111 SMRA Summarecon Agung Tbk. 112 SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk.
113 SIIP
Suryainti Permata Tbk.
114 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
2008 115 ADHI
Adhi Karya (Persero) Tbk.
4.652.976
3.963.051
5.125.369
4.525.469
6.640.000
81.482
477.859
584.000
6.457.550
1.915.042
8.334.991
3.133.653
1.053.801
272.100
1.434.000
4.508.000
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
13.903
86.229
216.883
96.638
30.683
(43.491)
82.000
120.000
118 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
90.552
21.864
543.473
22.531
19.606
(26.985)
383.000
521.000
119 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk
558.520
7.176
1.288.000
52.000
33.000
14.584
329.000
1.226.000
120 CTRA Ciputra Development Tbk.
4.714.640
1.452.755
8.108.443
1.507.797
1.303.221
202.219
1.206.000
3.998.000
121 CTRS
Ciputra Surya Tbk.
1.141.702
614.003
2.159.220
618.888
581.175
144.327
313.000
1.401.000
122 DILD
Intiland Development Tbk.
761.264
728.174
2.111.152
967.384
332.218
14.165
1.244.000
1.128.000
123 DART Duta Anggada Realty Tbk.
480.959
2.125.320
2.774.514
2.135.993
371.713
100.851
715.000
639.000
1.879.521
1.085.010
4.513.527
1.837.737
1.062.379
40.088
1.850.000
2.266.000
63.846
24.059
306.912
124.138
42.561
(25.958)
120.000
139.000
116 ELTY Bakrieland Dev. Tbk. 117 BIPP
124 DUTI
Duta Pertiwi Tbk.
125 FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk.
Bersambung pada halaman berikutnya
125
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
126 GMTD Gowa Makassar Trism Dev. Tbk.
147.971
194.198
287.040
194.198
60.084
8.023
15.000
93.000
127 SHID
38.899
161.524
663.217
379.165
88.335
15.616
166.000
284.000
45.094
418.362
771.689
546.656
190.844
(39.518)
829.000
217.000
2.037.032
2.733.248
5.487.044
3.716.632
970.094
(43.858)
425.000
1.176.000
Hotel Sahid Jaya Tbk.
128 OMRE Indonesia Prima Property Tbk. 129 JIHD
Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk.
130 JSPT
Jakarta Setiabudi Int’l Tbk.
514.200
573.400
2.688.410
1.429.754
924.051
(55.300)
1.623.000
978.000
131 JRPT
Jaya Real Property Tbk.
907.760
825.133
2.211.213
922.774
648.573
147.818
1.375.000
1.234.000
132 KIJA
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
668.188
1.324.959
2.961.052
1.364.968
460.720
(62.424)
689.000
1.590.000
133 KPIG
Global Land Development Tbk.
466.440
45.446
2.019.232
348.098
46.666
(107.571)
1.128.000
1.671.000
134 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk.
510.389
426.017
639.351
455.918
112.946
9.295
98.000
174.000
135 LPCK Lippo Cikarang Tbk.
908.934
900.354
1.401.409
928.622
276.558
14.173
143.000
473.000
136 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
8.811.817
6.076.363
11.787.777
6.927.811
2.553.307
371.000
13.842.000
4.500.000
137 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
19.355
10.407
607.094
29.150
50.098
3.437
87.000
578.000
138 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk.
611.874
659.241
1.846.259
804.896
237.129
2.382
153.000
1.060.000
139 PTRA New Century Development Tbk.
466.613
263.535
543.403
345.897
1.352
(4.623)
294.000
197.000
140 PWON Pakuwon Jati Tbk
372.467
410.548
3.562.501
2.472.258
453.812
(9.469)
4.063.000
1.004.000
141 PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk
92.300
598.197
276.787
599.489
2.038
(22.695)
12.000
(323.000)
142 PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
601.177
189.787
1.331.291
447.070
854.372
132.233
568.000
883.000
143 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk.
642.976
527.495
4.070.400
2.611.760
542.925
(233.164)
8.520.000
1.393.000
144 PNSE
Pudjiadi & Sons Estate Tbk.
85.983
60.722
255.118
150.823
158.486
20.452
97.000
83.000
145 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
85.507
42.091
244.094
35.894
49.164
3.963
22.000
205.000
146 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
77.943
9.627
118.000
11.000
28.000
965
32.000
107.000
147 RODA Royal Oak Dev.Asia Tbk.
934.183
141.192
1.594.814
183.361
51.833
(10.508)
889.000
1.299.000
Bersambung pada halaman berikutnya
126
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode 148 BKSL
Nama Sentul City Tbk.
149 SMRA Summarecon Agung Tbk. 150 SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk.
151 SIIP
Suryainti Permata Tbk.
152 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
1.862.725
334.252
2.543.000
344.000
80.000
(15.715)
628.000
2.199.000
1.926.741
1.723.505
3.630.000
2.054.000
1.267.000
94.100
1.068.000
1.569.000
711.908
768.782
2.251.369
1.491.000
1.753.280
(11.704)
494.000
737.000
2.139.639
171.185
1.791.000
997.000
107.000
55.244
862.000
786.000
173.362
340.586
2.031.549
514.580
120.469
(16.992)
401.000
1.022.000
2009 153 ADHI
Adhi Karya (Persero) Tbk.
5.204.366
4.352.268
5.629.454
4.888.581
7.715.000
165.530
738.541
731.000
6.634.866
2.724.643
11.592.631
5.794.138
1.059.004
132.256
3.844.000
4.643.000
Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
20.989
91.852
195.068
95.160
30.513
(21.808)
82.000
99.000
156 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
310.384
283.917
780.672
292.367
1.213
(19.729)
232.000
488.000
157 CKRA Citra Kebun Raya Agri Tbk
543.004
32.912
1.300.000
65.000
8.000
(1.426)
688.000
1.224.000
158 CTRA Ciputra Development Tbk.
4.652.623
1.531.187
8.554.000
1.593.000
1.332.000
136.328
3.678.000
4.647.000
159 CTRS
Ciputra Surya Tbk.
1.170.716
661.825
2.268.629
668.516
391.452
57.119
1.009.000
1.458.000
160 DILD
Intiland Development Tbk.
823.229
789.823
2.140.127
953.063
386.819
25.612
1.990.000
1.154.000
161 DART Duta Anggada Realty Tbk.
679.569
2.476.803
3.213.315
2.547.692
314.355
30.186
558.000
666.000
1.805.917
833.651
4.429.503
1.526.828
1.002.554
211.986
1.258.000
2.479.000
56.210
22.495
307.232
22.580
16.959
(9.007)
144.000
242.000
164 GMTD Gowa Makassar Trism Dev. Tbk.
167.444
201.135
305.636
201.135
63.013
13.485
15.000
105.000
165 SHID
27.077
168.214
711.249
418.031
100.120
9.166
448.000
293.000
59.651
350.501
744.866
443.587
202.368
83.785
698.000
301.000
1.951.568
1.842.119
5.137.438
2.605.154
2.124.875
315.166
1.177.000
1.491.000
588.300
693.300
2.598.210
1.213.242
958.100
79.300
1.623.000
1.057.000
154 ELTY Bakrieland Dev. Tbk. 155 BIPP
162 DUTI
Duta Pertiwi Tbk.
163 FMII
Fortune Mate Indonesia Tbk.
Hotel Sahid Jaya Tbk.
166 OMRE Indonesia Prima Property Tbk. 167 JIHD
Jakarta Int’l Hotel & Dev. Tbk.
168 JSPT
Jakarta Setiabudi Int’l Tbk.
Bersambung pada halaman berikutnya
127
Lampiran 2 (Lanjutan) No Kode
Nama
169 JRPT
Jaya Real Property Tbk.
170 KIJA 171 KPIG
Current Assets
Current Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Sales
Net Income
Market Capitalization
Total Ekuitas
1.143.690
1.024.287
2.585.475
1.171.406
662.063
191.705
2.200.000
1.351.000
Kawasan Industri Jababeka Tbk.
618.051
1.539.253
3.193.997
1.582.351
392.566
16.369
1.640.000
1.606.000
Global Land Development Tbk.
462.613
47.864
2.088.221
260.965
55.666
127.875
1.111.000
1.827.000
468.443
382.277
610.489
410.279
134.899
12.602
109.000
187.000
173 LPCK Lippo Cikarang Tbk.
1.030.096
559.324
1.551.000
1.052.565
323.159
25.681
157.000
498.000
174 LPKR Lippo Karawaci Tbk.
8.584.605
6.102.913
12.127.644
6.838.712
2.565.101
388.000
8.824.000
4.887.000
175 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk.
27.715
18.885
617.997
37.039
57.035
3.013
89.000
581.000
176 MDLN Modernland Realty Ltd. Tbk.
472.490
585.868
1.770.704
726.985
262.138
2.355
382.000
1.041.000
177 PTRA New Century Development Tbk.
467.669
263.680
544.472
346.063
1.098
995
294.000
198.000
178 PWON Pakuwon Jati Tbk
329.936
348.468
3.476.870
2.230.960
697.388
146.622
5.418.000
1.151.000
179 PWSI
Panca Wiratama Sakti Tbk
90.829
609.827
274.692
611.114
1.785
(13.721)
4.000
(336.000)
180 PJAA
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
671.660
340.837
1.529.437
561.294
898.322
137.389
816.000
967.000
181 PLIN
Plaza Indonesia Realty Tbk.
730.744
847.179
4.432.188
2.648.284
551.705
292.526
8.875.000
1.686.000
182 PNSE
Pudjiadi & Sons Estate Tbk.
88.117
58.921
290.457
146.785
188.605
32.045
121.000
115.000
183 PUDP Pudjiadi Prestige Tbk.
80.985
48.943
266.019
53.603
56.326
6.502
69.000
211.000
184 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk.
80.152
3.801
119.000
5.000
12.000
117
25.000
114.000
185 RODA Royal Oak Dev.Asia Tbk.
838.630
71.720
1.494.416
101.415
27.419
395
728.000
1.300.000
1.987.659
488.220
2.784.000
500.000
163.000
2.457
972.000
2.282.000
3.579.427
2.402.214
4.460.000
2.735.000
1.198.000
167.300
3.862.000
1.718.000
643.253
594.236
2.235.441
1.417.000
1.484.102
17.599
329.000
758.000
1.553.768
134.453
1.638.000
800.000
4.000
43.096
421.000
829.000
183.084
372.182
2.048.242
531.540
118.668
2.358
333.000
1.024.000
172 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk.
186 BKSL
Sentul City Tbk.
187 SMRA Summarecon Agung Tbk. 188 SSIA
Surya Semesta Internusa Tbk.
189 SIIP
Suryainti Permata Tbk.
190 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk.
Sumber: Data sekunder diolah 128
Lampiran 3 Analisis Data Sampel Perusahaan Tahun 2005-2009 2005 No
Kode
BoC
BoD
Ind Comm
Board Own
Leverage
1
ADHI
0
0
20,00%
1
0,844686597
0,210024922
1,25396148
28,5122854
0
2
ELTY
0
0
50,00%
0
0,493974274
0,073339937
0,12577123
28,5642179
1
3
BIPP
0
0
50,00%
0
0,636639702
-0,072815224
0,10291798
25,9966138
1
4
BMSR
0
0
50,00%
1
0,09254344
-0,009644709
0,00714426
26,0601265
0
5
CKRA
0
0
50,00%
0
0,016949153
0,001071335
0,06727413
24,5913161
0
6
CTRA
0
0
50,00%
1
0,845918315
-0,825323395
0,19784338
29,2999918
1
7
CTRS
1
0
60,00%
0
0,486569446
0,127423404
0,29581687
28,260373
0
8
DILD
0
1
75,00%
0
1,014984336
0,442115385
0,17782118
28,31556
1
Profitability
Activity
Size
Opini
9
DART
0
0
33,33%
0
1,000000051
0,713031421
0,25454832
27,9690421
1
10
DUTI
0
0
28,57%
0
0,563982661
0,038590361
0,193227
29,1597131
0
11
FMII
1
1
33,33%
0
0,357911679
-0,048571308
0
25,7136601
0
12
GMTD
0
1
33,33%
0
0,717888476
0,088060657
0,19218828
26,3071321
0
13
SHID
1
1
37,50%
1
0,982061203
-4,076538462
0,12411419
27,27308
0
14
OMRE
1
1
40,00%
0
0,709933775
-0,106635071
0,21324503
27,3499836
0
15
JIHD
0
0
25,00%
1
0,459672338
-0,099764874
0,0973535
28,7860137
1
16
JSPT
0
1
40,00%
1
0,492481646
-0,115259117
0,21004279
28,5659766
0
17
JRPT
1
0
40,00%
1
0,282707548
0,068249746
0,2392434
28,0014571
0
18
KIJA
0
1
60,00%
0
0,190909535
0,083849186
0,28703287
28,3124131
0
19
KPIG
0
0
33,33%
1
0,042132739
0,026404255
0
25,3048349
0
20
LAMI
0
0
33,33%
1
0,565333333
0,010429247
0,15466667
26,6501919
0
21
LPCK
1
0
40,00%
1
0,599913017
0,008407658
0,1267912
27,7358909
0
22
LPKR
1
1
50,00%
0
0,521341463
0,133308578
0,32172657
29,4607184
0
23
MAMI
0
0
50,00%
1
0,044942375
0,009110466
0,06429317
27,1565222
0
24
MDLN
1
1
33,33%
0
0,51488498
0,034855466
0,31190798
28,0217109
0
25
PTRA
1
1
50,00%
0
0,711048159
-2,183440137
0,02832861
27,2828811
1
26
PWON
0
1
50,00%
1
0,952184179
7,937168753
0,21133412
28,1581137
0
27
PWSI
0
0
33,33%
0
1,707967217
0,132324444
0,01574392
26,4856033
1
28
PJAA
0
1
40,00%
0
0,286975717
0,192726861
0,68211921
27,5323051
0
29
PLIN
1
1
50,00%
0
0,264173723
0,079335926
0,24901138
28,3193522
0
30
PNSE
0
0
33,33%
1
0,60719284
0,042754386
0,53785191
25,940102
0
31
PUDP
0
0
28,57%
1
0,401234568
0,017143187
0,17592593
26,5040094
0
32
RBMS
0
1
50,00%
1
0,086956522
-0,014933775
0,10628019
26,0559846
0
33
RODA
1
0
50,00%
1
0,047505649
-0,021
0,05841125
25,0260734
0
34
BKSL
1
1
25,00%
0
0,306164035
-0,021107117
0,05196128
28,305495
1
35
SMRA
0
0
33,33%
1
0,550134048
0,180645161
0,42788204
28,2542822
0
36
SSIA
1
1
33,33%
1
0,581245526
0,126269485
0,76807445
27,9653482
0
37
SIIP
1
0
40,00%
0
0,130434783
1,453913858
0,24798712
27,1545969
0
38
SMDM
1
0
66,67%
0
0,834123223
-0,242086142
0,04170616
28,3777091
1
Bersambung pada halaman berikutnya
129
Lampiran 3 (Lanjutan) 2006 No
Kode
BoC
BoD
Ind Comm
Board Own
Leverage
39
ADHI
1
1
40,00%
1
0,845154672
0,216736746
1,50834089
28,685315
0
40
ELTY
1
1
33,33%
0
0,432605423
0,051257013
0,16414189
28,5046871
1
41
BIPP
0
0
25,00%
1
0,565499668
-0,243792972
0,09721853
26,1026217
1
42
BMSR
0
0
50,00%
1
0,102297672
0,016992412
0,00123513
26,0533547
0
43
CKRA
0
0
50,00%
0
0,032869969
0,00456779
0,15475083
24,6122083
0
44
CTRA
0
0
50,00%
1
0,253506755
0,201089521
0,22993776
29,2713162
1
45
CTRS
0
0
60,00%
0
0,387118342
1,557228361
0,36557066
28,2181416
0
46
DILD
0
0
75,00%
0
0,991466199
40,115
0,13435376
28,2780866
1
47
DART
0
0
33,33%
0
0,734603821
0,306996499
0,29531993
28,0344097
0
48
DUTI
0
1
28,57%
0
0,540272152
0,044181102
0,24373887
29,1392701
0
49
FMII
0
0
33,33%
0
0,343468568
0,027399319
0,14834611
25,7191917
0
50
GMTD
1
0
33,33%
0
0,699883103
0,091068286
0,21785259
26,316571
0
51
SHID
1
1
33,33%
1
0,473585452
0,06534981
0,18003405
26,9370512
0
52
OMRE
1
1
40,00%
0
0,655081928
0,090896694
0,22536399
27,3081704
1
53
JIHD
1
0
33,33%
1
0,52718838
-0,043087736
0,03989511
29,2010692
1
54
JSPT
1
1
40,00%
1
0,512683475
-0,035352532
0,25483134
28,5796241
0
55
JRPT
0
0
40,00%
1
0,343601849
0,080114286
0,24264227
28,1512342
0
56
KIJA
1
1
66,67%
0
0,145764989
0,022821825
0,22542693
28,2767149
0
57
KPIG
0
0
33,33%
1
0,138294279
0,021763441
0,08914356
25,4053447
0
58
LAMI
0
1
33,33%
1
0,666666667
0,00593227
0,08943089
26,9217446
0
59
LPCK
0
1
60,00%
1
0,614826417
0,007299107
0,10392864
27,7811466
0
60
LPKR
1
1
40,00%
0
0,613757215
0,10972316
0,22453015
29,7694216
0
61
MAMI
0
0
50,00%
1
0,022640105
0,005350621
0,06613018
27,1539918
0
62
MDLN
1
1
40,00%
0
0,576165296
-0,003968471
0,05120966
28,1520298
0
63
PTRA
0
1
50,00%
0
0,698312951
0,037854712
0,0268724
27,2797709
1
64
PWON
0
0
50,00%
1
0,658377832
0,235199765
0,14408343
28,6322042
0
65
PWSI
0
0
33,33%
0
1,809484991
0,114878431
0,00205913
26,4748717
1
66
PJAA
0
1
40,00%
0
0,241629444
0,174569081
0,69683446
27,5842137
0
67
PLIN
0
0
50,00%
0
0,275032558
0,099391304
0,22384701
28,436872
0
68
PNSE
0
0
33,33%
1
0,599885618
0,133119403
0,44789705
26,0322274
0
69
PUDP
0
1
28,57%
1
0,233463035
0,001462468
0,17120623
26,2723419
0
70
RBMS
1
1
33,33%
1
0,058536585
0,001184211
0,16097561
26,0462758
0
71
RODA
0
0
50,00%
1
0,031466733
0,003422535
0,12374173
25,0128231
0
72
BKSL
1
1
50,00%
0
0,176403642
0,006467987
0,03490137
28,6002837
1
73
SMRA
1
1
40,00%
1
0,554288321
0,172233607
0,44023723
28,4158355
0
74
SSIA
0
1
33,33%
1
0,548460668
0,036260742
0,81318707
27,9305557
0
75
SIIP
0
1
40,00%
0
0,088952654
0,149416268
0,3472023
27,2700512
0
76
SMDM
0
0
66,67%
0
0,794609726
0,133033333
0,0669004
28,3287184
1
Profitability
Activity
Size
Bersambung pada halaman berikutnya
130
Opini
Lampiran 3 (Lanjutan) 2007 No
Kode
BoC
BoD
Ind Comm
Board Own
Leverage
77
ADHI
1
0
40,00%
1
0,874143945
0,210172134
1,14785943
29,0973199
0
78
ELTY
1
1
25,00%
0
0,264241879
0,032466731
0,13701888
29,3728927
1
79
BIPP
0
1
50,00%
1
0,400171664
-0,03221722
0,07646064
26,3404802
1
80
BMSR
0
0
50,00%
1
0,004960504
0,013804866
0,61493256
25,9612349
0
Profitability
Activity
Size
Opini
81
CKRA
1
1
33,33%
0
0,185225005
0,010169832
0,21224161
24,7938913
0
82
CTRA
1
0
50,00%
1
0,170583957
0,044352022
0,18005055
29,6438031
0
83
CTRS
1
0
50,00%
0
0,269707695
0,136440732
0,35961807
28,2840127
0
84
DILD
1
1
50,00%
1
0,441602006
0,183384201
0,13109607
28,3319863
1
85
DART
1
1
50,00%
0
0,801836829
0,200607224
0,19168742
28,552487
0
86
DUTI
1
1
50,00%
0
0,518865176
0,034426402
0,28238818
29,1380838
0
87
FMII
0
0
33,33%
0
0,332432183
0,027387326
0,12673773
26,4695721
0
88
GMTD
1
0
33,33%
0
0,688926832
0,090309709
0,21558941
26,3528396
0
89
SHID
1
1
28,57%
1
0,542350575
0,020317164
0,1682726
27,0975309
0
90
OMRE
1
1
40,00%
0
0,63598132
0,057357977
0,29215479
27,3119167
1
91
JIHD
1
0
33,33%
1
0,60798523
-0,179535169
0,09558345
29,2565179
1
92
JSPT
0
1
40,00%
1
0,521355818
0,025847047
0,29856204
28,6312518
0
93
JRPT
0
0
40,00%
1
0,376177022
0,096943662
0,27648621
28,2767398
0
94
KIJA
0
1
33,33%
0
0,33795399
0,018649728
0,14963126
28,5498451
0
95
KPIG
1
1
40,00%
0
0,774444422
0,002123153
0,01775964
27,5266816
0
96
LAMI
0
0
33,33%
1
0,733858268
0,017804018
0,14645669
27,1768908
0
97
LPCK
1
1
50,00%
0
0,642937392
0,024098039
0,12361578
27,8813058
0
98
LPKR
1
1
58,33%
0
0,569519252
0,083927722
0,19854554
29,9855696
0
99
MAMI
1
1
66,67%
0
0,045529647
0,006505298
0,07077187
27,0915742
0
100
MDLN
1
1
50,00%
0
0,575472438
0,040807796
0,1647722
28,19206
0
101
PTRA
1
1
50,00%
0
0,625527516
-0,011930441
0,04293645
27,0138995
1
102
PWON
1
1
50,00%
1
0,648148438
0,08258697
0,14264728
28,7673194
0
103
PWSI
1
1
50,00%
0
2,01521413
0,150883333
0,00824673
26,411972
1
104
PJAA
1
0
40,00%
0
0,362216811
0,173055428
0,59747605
27,8756777
0
105
PLIN
0
0
50,00%
0
0,424469934
0,061711071
0,1751469
28,7177834
0
106
PNSE
1
0
33,33%
0
0,583238616
0,169930556
0,58285566
26,0775641
0
107
PUDP
1
1
33,33%
1
0,200277357
0,033554653
0,25828954
26,2643193
0
108
RBMS
0
0
33,33%
1
0,140271493
0,005546053
0,22171946
26,1214285
0
109
RODA
1
1
50,00%
1
0,046336822
-0,0036
0,11009737
25,0247247
0
110
BKSL
1
1
33,33%
0
0,107722772
0,021201509
0,1770297
28,5572622
0
111
SMRA
0
0
40,00%
1
0,501155497
0,106179402
0,33905579
28,7392536
0
112
SSIA
1
0
42,86%
1
0,59633868
0,019349396
0,79023181
28,0634985
0
113
SIIP
0
0
40,00%
0
0,530235519
0,14919863
0,15658816
28,0827335
0
114
SMDM
0
0
66,67%
0
0,651863166
-0,583125
0,07909811
28,3350746
1
Bersambung pada halaman berikutnya
131
Lampiran 3 (Lanjutan) 2008 No
Kode
BoC
BoD
Ind Comm
Board Own
Leverage
115
ADHI
1
1
40,00%
1
0,882954769
0,13952482
1,29551648
29,2652236
0
116
ELTY
1
0
40,00%
0
0,375963551
0,060359361
0,12643096
29,7514836
1
117
BIIP
0
0
50,00%
1
0,328823475
-0,362421999
0,10440293
26,4064721
1
118
BMSR
1
1
50,00%
1
0,041457441
-0,051794451
0,03607539
27,0212459
0
119
CKRA
1
1
40,00%
1
0,040372671
0,011895413
0,02562112
27,8841117
1
120
CTRA
0
1
50,00%
1
0,185954171
0,050580135
0,16072414
29,7239258
0
121
CTRS
0
0
50,00%
0
0,286625684
0,103017131
0,26915966
28,4007683
0
122
DILD
0
0
50,00%
1
0,458225555
0,012557624
0,15736334
28,3782551
1
123
DART
0
0
50,00%
0
0,84897349
0,157825615
0,14774135
28,5536801
0
124
DUTI
0
1
50,00%
0
0,407162032
0,017691086
0,23537666
29,1381001
0
125
FMII
1
1
33,33%
0
0,404474145
-0,1867461
0,13867489
26,4498272
0
126
GMTD
0
0
33,33%
0
0,676552771
0,08626662
0,20932243
26,3828889
0
127
SHID
0
0
28,57%
1
0,571705565
0,054985915
0,13319165
27,2203685
0
128
OMRE
1
0
25,00%
0
0,708389362
-0,182110599
0,24730701
27,3718469
1
129
JIHD
0
0
33,33%
1
0,677346813
-0,03729396
0,17679719
29,3334109
1
130
JSPT
0
0
40,00%
1
0,53182144
-0,056543967
0,34371657
28,619971
0
131
JRPT
0
0
40,00%
1
0,417315702
0,119787682
0,29331093
28,4245625
0
132
KIJA
0
1
33,33%
0
0,46097406
-0,039260377
0,15559337
28,7165656
0
133
KPIG
1
0
25,00%
0
1,72391258
-0,064375228
0,23110763
26,0311534
0
134
LAMI
0
1
33,33%
1
0,713094427
0,053421747
0,17665713
27,1837202
0
135
LPCK
1
0
50,00%
0
0,662635571
0,029964059
0,19734313
27,9684977
0
136
LPKR
0
1
58,33%
0
0,587711396
0,082444444
0,21660632
30,0980843
0
137
MAMI
0
0
66,67%
0
0,048015614
0,005946608
0,08252097
27,1319498
0
138
MDLN
0
1
25,00%
0
0,435960328
0,00224746
0,12843751
28,2441829
0
139
PTRA
1
1
50,00%
0
0,636538505
-0,023464686
0,00248802
27,0211172
1
140
PWON
0
0
50,00%
1
0,693966935
-0,00943167
0,12738578
28,901484
0
141
PWSI
1
1
50,00%
0
2,165885965
0,070263158
0,00736306
26,346514
1
142
PJAA
1
0
40,00%
0
0,335816752
0,149754343
0,64176176
27,9171707
0
143
PLIN
1
1
50,00%
0
0,641646885
-0,167382627
0,13338367
29,0347626
0
144
PNSE
0
0
33,33%
0
0,591189442
0,246409639
0,62122654
26,2649916
0
145
PUDP
0
0
33,33%
1
0,147050009
0,019333516
0,20141435
26,2208185
0
146
RBMS
1
0
33,33%
1
0,093220339
0,009022948
0,23728814
25,4939505
0
147
RODA
1
1
40,00%
1
0,11497331
-0,008089299
0,03250098
28,097778
0
148
BKSL
1
1
40,00%
0
0,135273299
-0,00714643
0,03145891
28,5643656
0
149
SMRA
0
0
40,00%
1
0,56584022
0,059974506
0,34903581
28,9202538
0
150
SSIA
1
0
40,00%
1
0,662263603
-0,015880894
0,77876159
28,4425598
0
151
SIIP
1
1
25,00%
0
0,55667225
0,070284987
0,05974316
28,2137952
0
152
SMDM
1
0
66,67%
0
0,2532944
-0,016626223
0,05929908
28,3398197
1
Profitability
Activity
Size
Bersambung pada halaman berikutnya
132
Opini
Lampiran 3 (Lanjutan) 2009 No
Kode
BoC
BoD
Ind Comm
Board Own
Leverage
153
ADHI
1
1
25,00%
1
0,868393453
0,226442864
1,37047039
29,3590336
0
154
ELTY
1
0
33,33%
0
0,499812144
0,028485031
0,09135148
30,0813908
1
155
BIIP
0
0
50,00%
1
0,487830016
-0,220280534
0,15642242
25,9966138
1
156
BMSR
1
0
50,00%
1
0,374506835
-0,040428455
0,00155379
27,3834209
0
157
CKRA
1
1
33,33%
1
0,05
-0,001164807
0,00615385
27,8933854
0
158
CTRA
0
0
50,00%
1
0,186228665
0,029336705
0,15571662
29,7774201
0
159
CTRS
0
0
50,00%
0
0,294681013
0,039176269
0,17255155
28,450188
0
160
DILD
0
0
50,00%
1
0,445330181
0,022194107
0,18074584
28,3918861
0
161
DART
0
0
50,00%
0
0,792854718
0,045324984
0,09782888
28,7983242
0
162
DUTI
0
0
50,00%
0
0,344695082
0,085512707
0,22633554
29,1193086
0
163
FMII
0
0
33,33%
0
0,073494908
-0,037219753
0,0551993
26,4508695
0
164
GMTD
1
0
33,33%
0
0,658087419
0,12843308
0,2061703
26,4456597
0
165
SHID
0
1
28,57%
1
0,587741641
0,031283276
0,14076634
27,2902892
0
166
OMRE
1
1
33,33%
0
0,595525611
0,278355482
0,27168363
27,3364707
0
167
JIHD
1
1
50,00%
1
0,507091967
0,211378958
0,41360589
29,2675758
0
168
JSPT
1
1
40,00%
0
0,466952929
0,075023652
0,3687538
28,5858441
0
169
JRPT
0
1
40,00%
1
0,453071842
0,141898594
0,25607014
28,5809304
0
170
KIJA
1
0
50,00%
0
0,495413987
0,010192403
0,12290743
28,7922944
0
171
KPIG
1
1
33,33%
0
0,124970006
0,069991549
0,02665714
28,3673337
0
172
LAMI
0
0
33,33%
1
0,672049483
0,067391701
0,22096867
27,1375266
0
173
LPCK
1
0
60,00%
0
0,678627399
0,051568273
0,2083525
28,0699342
0
174
LPKR
1
1
87,50%
0
0,56389452
0,079394311
0,2115086
30,1265086
0
175
MAMI
0
0
66,67%
0
0,060030156
0,005185703
0,09243824
27,1481455
0
176
MDLN
0
1
50,00%
0
0,41056257
0,002262686
0,14804164
28,2023986
0
177
PTRA
0
0
50,00%
0
0,635593649
0,005022906
0,00201663
27,0230825
1
178
PWON
1
0
33,33%
1
0,641657637
0,127386729
0,20057927
28,8771535
0
179
PWSI
1
1
50,00%
0
2,224725993
0,04083631
0,00649819
26,3389156
1
180
PJAA
0
1
40,00%
0
0,366993752
0,142078057
0,58735451
28,0559211
0
181
PLIN
1
0
50,00%
0
0,597511668
0,173502966
0,1244769
29,1199145
0
182
PNSE
0
0
33,33%
0
0,505358112
0,278652174
0,64933792
26,3947227
0
183
PUDP
0
0
33,33%
1
0,201500724
0,030813387
0,21173684
26,3068332
0
184
RBMS
0
0
33,33%
1
0,042016807
0,001027938
0,10084034
25,5023893
0
185
RODA
1
1
66,67%
1
0,067862607
0,000303846
0,01834763
28,032757
0
186
BKSL
1
1
50,00%
0
0,179597701
0,001076687
0,05854885
28,6549099
0
187
SMRA
1
1
33,33%
1
0,6132287
0,097380675
0,26860987
29,1261699
0
188
SSIA
0
0
40,00%
1
0,633879256
0,023217182
0,66389659
28,4354599
0
189
SIIP
0
0
25,00%
0
0,488400488
0,051985525
0,002442
28,1244971
0
190
SMDM
0
0
66,67%
0
0,259510347
0,002302734
0,05793651
28,348003
1
Profitability
Activity
Size
Sumber: Data sekunder diolah
133
Opini
Lampiran 4 Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Sampel 2005 No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
1
ADHI
2.039.031.000.000
2.413.949.751.000
0,844686597
77.919.246.000
371.000.000.000
2
ELTY
1.255.991.000.000
2.542.624.316.643
0,493974274
92.555.000.000
3
BIPP
124.188.000.000
195.067.947.425
0,636639702
(15.509.642.606)
4
BMSR
19.236.000.000
207.859.141.711
0,09254344
(1.678.179.436)
5
CKRA
811.000.000
47.849.000.000
0,016949153
50.352.735
47.000.000.000
6
CTRA
4.489.037.000.000
5.306.702.692.824
0,845918315
79.231.045.950
(96.000.000.000)
7
CTRS
912.996.000.000
1.876.394.023.506
0,486569446
119.778.000.000
940.000.000.000
0,127423404
555.069.000.000
0,295816866
8
DILD
2.012.569.000.000
1.982.857.201.184
1,014984336
(34.485.000.000)
(78.000.000.000)
0,442115385
352.594.000.000
0,177821176
9
DART
1.402.170.000.000
1.402.169.927.953
1,000000051
197.509.703.715
277.000.000.000
0,713031421
356.920.000.000
0,25454832
10
DUTI
2.601.167.000.000
4.612.140.018.121
0,563982661
60.857.000.000
1.577.000.000.000
0,038590361
891.190.000.000
11
FMII
52.611.000.000
146.994.364.918
0,357911679
(4.565.702.967)
94.000.000.000
-0,048571308
12
GMTD
191.029.000.000
266.098.434.910
0,717888476
6.604.549.242
75.000.000.000
0,088060657
13
SHID
686.573.000.000
699.114.268.882
0,982061203
(52.995.000.000)
13.000.000.000
14
OMRE
536.000.000.000
755.000.000.000
0,709933775
(22.500.000.000)
211.000.000.000
15
JIHD
1.459.000.000.000
3.174.000.000.000
0,459672338
(141.366.826.000)
16
JSPT
1.254.400.000.000
2.547.100.000.000
0,492481646
(120.100.000.000)
17
JRPT
409.464.000.000
1.448.366.000.000
0,282707548
67.226.000.000
18
KIJA
377.357.000.000
1.976.627.309.645
0,190909535
133.991.000.000
0,210024922
3.027.000.000.000
1,253961479
1.262.000.000.000
0,073339937
319.789.000.000
0,125771235
213.000.000.000
-0,072815224
20.076.000.000
0,102917985
174.000.000.000
-0,009644709
1.485.000.000
0,007144261
0,001071335
3.219.000.000
0,067274133
-0,825323395
1.049.896.000.000
0,19784338
0,193227004 0
0
51.141.000.000
0,192188278
-4,076538462
86.770.000.000
0,124114188
-0,106635071
161.000.000.000
0,213245033
1.417.000.000.000
-0,099764874
309.000.000.000
0,097353497
1.042.000.000.000
-0,115259117
535.000.000.000
0,210042794
985.000.000.000
0,068249746
346.512.000.000
0,239243396
1.598.000.000.000
0,083849186
567.357.000.000
0,287032865
19
KPIG
4.115.000.000
97.667.516.696
0,042132739
2.482.000.000
94.000.000.000
0,026404255
20
LAMI
212.000.000.000
375.000.000.000
0,565333333
1.689.538.000
162.000.000.000
0,010429247
0 58.000.000.000
0 0,154666667
Bersambung pada halaman berikutnya
134
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
21
LPCK
666.243.000.000
1.110.566.000.000
0,599913017
3.733.000.000
444.000.000.000
0,008407658
140.810.000.000
0,126791204
22
LPKR
3.249.000.000.000
6.232.000.000.000
0,521341463
359.000.000.000
2.693.000.000.000
0,133308578 2.005.000.000.000
0,321726573
23
MAMI
27.963.000.000
622.196.753.109
0,044942375
5.411.617.000
594.000.000.000
0,009110466
40.003.000.000
0,064293167
24
MDLN
761.000.000.000
1.478.000.000.000
0,51488498
24.956.513.548
716.000.000.000
0,034855466
461.000.000.000
0,311907984
25
PTRA
502.000.000.000
706.000.000.000
0,711048159
(445.421.788.000)
204.000.000.000
-2,183440137
20.000.000.000
0,028328612
26
PWON
1.613.000.000.000
1.694.000.000.000
0,952184179
642.910.669.000
81.000.000.000
7,937168753
358.000.000.000
0,21133412
27
PWSI
543.289.000.000
318.091.000.000
1,707967217
(29.773.000.000)
(225.000.000.000)
0,132324444
5.008.000.000
0,015743922
28
PJAA
260.000.000.000
906.000.000.000
0,286975717
124.501.551.934
646.000.000.000
0,192726861
618.000.000.000
0,682119205
29
PLIN
525.809.000.000
1.990.391.000.000
0,264173723
112.181.000.000
1.414.000.000.000
0,079335926
495.630.000.000
0,249011375
30
PNSE
111.936.000.000
184.350.000.000
0,60719284
2.437.000.000
57.000.000.000
0,042754386
99.153.000.000
0,537851912
31
PUDP
130.000.000.000
324.000.000.000
0,401234568
3.325.778.337
194.000.000.000
0,017143187
57.000.000.000
0,175925926
32
RBMS
18.000.000.000
207.000.000.000
0,086956522
(2.255.000.000)
151.000.000.000
-0,014933775
22.000.000.000
0,106280193
33
RODA
3.511.000.000
73.907.000.000
0,047505649
(1.470.000.000)
70.000.000.000
-0,021
4.317.000.000
0,058411247
34
BKSL
601.000.000.000
1.963.000.000.000
0,306164035
(28.769.000.000)
1.363.000.000.000
-0,021107117
102.000.000.000
0,051961284
35
SMRA
1.026.000.000.000
1.865.000.000.000
0,550134048
151.200.000.000
837.000.000.000
0,180645161
798.000.000.000
0,427882038
36
SSIA
812.000.000.000
1.397.000.000.000
0,581245526
72.352.415.184
573.000.000.000
0,126269485 1.073.000.000.000
0,768074445
37
SIIP
81.000.000.000
621.000.000.000
0,130434783
776.390.000.000
534.000.000.000
1,453913858
154.000.000.000
0,247987118
38
SMDM
1.760.000.000.000
2.110.000.000.000
0,834123223
(64.637.000.000)
267.000.000.000
-0,242086142
88.000.000.000
0,041706161
0,216736746 4.328.860.000.000
1,508340893
2006 39
ADHI
2.425.550.000.000
2.869.948.047.000
0,845154672
95.580.905.000
441.000.000.000
40
ELTY
1.036.383.000.000
2.395.677.320.296
0,432605423
67.608.000.000
1.319.000.000.000
0,051257013
393.231.000.000
0,164141889
41
BIPP
122.647.000.000
216.882.532.228
0,565499668
(41.688.598.167)
171.000.000.000
-0,243792972
21.085.000.000
0,097218526
Bersambung pada halaman berikutnya
135
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
42
BMSR
21.120.000.000
206.456.311.023
0,102297672
2.905.702.376
171.000.000.000
0,016992412
255.000.000
0,001235128
43
CKRA
1.606.000.000
48.859.187.849
0,032869969
214.686.144
47.000.000.000
0,00456779
7.561.000.000
0,154750833
44
CTRA
1.307.256.000.000
5.156.691.000.000
0,253506755
572.099.687.440
2.845.000.000.000
0,201089521 1.185.718.000.000
0,229937764
45
CTRS
696.349.000.000
1.798.801.360.514
0,387118342
1.691.150.000.000
1.086.000.000.000
1,557228361
657.589.000.000
0,36557066
46
DILD
1.893.629.000.000
1.909.927.945.160
0,991466199
80.230.000.000
2.000.000.000
40,115
256.606.000.000
0,13435376
47
DART
1.099.620.000.000
1.496.888.484.303
0,734603821
121.877.610.170
397.000.000.000
0,306996499
442.061.000.000
0,295319928
48
DUTI
2.441.388.000.000
4.518.811.475.406
0,540272152
72.943.000.000
1.651.000.000.000
0,044181102 1.101.410.000.000
0,243738869
49
FMII
50.768.000.000
147.809.740.690
0,343468568
2.657.733.959
97.000.000.000
0,027399319
21.927.000.000
0,14834611
50
GMTD
188.004.000.000
268.622.001.762
0,699883103
7.376.531.167
81.000.000.000
0,091068286
58.520.000.000
0,217852594
51
SHID
236.598.000.000
499.588.825.787
0,473585452
17.187.000.000
263.000.000.000
0,06534981
89.943.000.000
0,180034051
52
OMRE
474.333.000.000
724.081.949.781
0,655081928
21.997.000.000
242.000.000.000
0,090896694
163.182.000.000
0,225363994
53
JIHD
2.534.131.000.000
4.806.879.468.000
0,52718838
(58.513.146.000)
1.358.000.000.000
-0,043087736
191.771.000.000
0,039895113
54
JSPT
1.323.800.000.000
2.582.100.000.000
0,512683475
(35.600.000.000)
1.007.000.000.000
-0,035352532
658.000.000.000
0,254831339
55
JRPT
578.071.000.000
1.682.386.172.000
0,343601849
84.120.000.000
1.050.000.000.000
0,080114286
408.218.000.000
0,24264227
56
KIJA
278.019.000.000
1.907.309.856.631
0,145764989
37.017.000.000
1.622.000.000.000
0,022821825
429.959.000.000
0,225426927
57
KPIG
14.935.000.000
107.994.344.777
0,138294279
2.024.000.000
93.000.000.000
0,021763441
9.627.000.000
0,089143557
58
LAMI
328.000.000.000
492.000.000.000
0,666666667
966.960.000
163.000.000.000
0,00593227
44.000.000.000
0,089430894
59
LPCK
714.416.000.000
1.161.980.000.000
0,614826417
3.270.000.000
448.000.000.000
0,007299107
120.763.000.000
0,103928639
60
LPKR
5.208.254.000.000
8.485.853.807.230
0,613757215
325.000.000.000
2.962.000.000.000
0,10972316 1.905.330.000.000
0,224530147
61
MAMI
14.051.000.000
620.624.325.765
0,022640105
3.247.827.000
607.000.000.000
0,005350621
41.042.000.000
0,066130183
62
MDLN
970.104.000.000
1.683.725.152.296
0,576165296
(2.833.488.570)
714.000.000.000
-0,003968471
86.223.000.000
0,051209664
63
PTRA
491.478.000.000
703.807.654.689
0,698312951
8.025.199.000
212.000.000.000
0,037854712
18.913.000.000
0,026872399
Bersambung pada halaman berikutnya
136
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
64
PWON
1.791.775.000.000
2.721.499.590.000
0,658377832
218.735.781.000
930.000.000.000
0,235199765
392.123.000.000
0,144083432
65
PWSI
569.437.000.000
314.695.619.432
1,809484991
(29.294.000.000)
(255.000.000.000)
0,114878431
648.000.000
0,002059133
66
PJAA
230.580.000.000
954.271.118.430
0,241629444
126.213.445.789
723.000.000.000
0,174569081
664.969.000.000
0,696834461
67
PLIN
615.688.000.000
2.238.600.419.000
0,275032558
155.448.000.000
1.564.000.000.000
0,099391304
501.104.000.000
0,223847005
68
PNSE
121.261.000.000
202.140.201.925
0,599885618
8.919.000.000
67.000.000.000
0,133119403
90.538.000.000
0,447897049
69
PUDP
60.000.000.000
257.000.000.000
0,233463035
288.106.287
197.000.000.000
0,001462468
44.000.000.000
0,171206226
70
RBMS
12.000.000.000
205.000.000.000
0,058536585
180.000.000
152.000.000.000
0,001184211
33.000.000.000
0,16097561
71
RODA
2.295.000.000
72.934.168.155
0,031466733
243.000.000
71.000.000.000
0,003422535
9.025.000.000
0,123741728
72
BKSL
465.000.000.000
2.636.000.000.000
0,176403642
14.042.000.000
2.171.000.000.000
0,006467987
92.000.000.000
0,034901366
73
SMRA
1.215.000.000.000
2.192.000.000.000
0,554288321
168.100.000.000
976.000.000.000
0,172233607
965.000.000.000
0,440237226
74
SSIA
740.000.000.000
1.349.230.753.264
0,548460668
21.538.880.518
594.000.000.000
0,036260742 1.097.177.000.000
0,813187068
75
SIIP
62.000.000.000
697.000.000.000
0,088952654
93.684.000.000
627.000.000.000
0,149416268
242.000.000.000
0,347202296
76
SMDM
1.596.467.000.000
2.009.120.889.091
0,794609726
43.901.000.000
330.000.000.000
0,133033333
134.411.000.000
0,066900404
0,210172134 4.973.867.000.000
1,147859429
2007 77
ADHI
3.787.812.000.000
4.333.167.349.000
0,874143945
111.601.403.000
531.000.000.000
78
ELTY
1.508.297.000.000
5.708.016.471.125
0,264241879
134.185.000.000
4.133.000.000.000
0,032466731
782.106.000.000
0,137018876
79
BIPP
110.096.000.000
275.121.928.412
0,400171664
(5.315.841.332)
165.000.000.000
-0,03221722
21.036.000.000
0,076460645
80
BMSR
934.000.000
188.287.312.651
0,004960504
2.402.046.614
174.000.000.000
0,013804866
115.784.000.000
0,614932564
81
CKRA
10.853.000.000
58.593.600.832
0,185225005
488.151.919
48.000.000.000
0,010169832
12.436.000.000
0,212241607
82
CTRA
1.276.669.000.000
7.484.109.406.649
0,170583957
167.961.108.575
3.787.000.000.000
0,044352022 1.347.518.000.000
0,180050548
83
CTRS
518.184.000.000
1.921.280.000.000
0,269707695
171.506.000.000
1.257.000.000.000
0,136440732
690.927.000.000
0,359618067
84
DILD
890.136.000.000
2.015.697.367.214
0,441602006
204.290.000.000
1.114.000.000.000
0,183384201
264.250.000.000
0,131096068
Bersambung pada halaman berikutnya
137
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
85
DART
2.014.993.000.000
2.512.971.375.460
0,801836829
100.103.004.675
499.000.000.000
0,200607224
481.705.000.000
0,19168742
86
DUTI
2.341.874.000.000
4.513.453.801.521
0,518865176
58.938.000.000
1.712.000.000.000
0,034426402 1.274.546.000.000
0,282388179
87
FMII
104.062.000.000
313.032.267.057
0,332432183
4.518.908.862
165.000.000.000
0,027387326
39.673.000.000
0,126737733
88
GMTD
191.896.000.000
278.543.367.878
0,688926832
7.856.944.679
87.000.000.000
0,090309709
60.051.000.000
0,215589409
89
SHID
318.118.000.000
586.554.185.693
0,542350575
5.445.000.000
268.000.000.000
0,020317164
98.701.000.000
0,168272604
90
OMRE
462.231.000.000
726.799.648.708
0,63598132
14.741.000.000
257.000.000.000
0,057357977
212.338.000.000
0,292154792
91
JIHD
3.089.138.000.000
5.080.942.511.000
0,60798523
(219.032.906.000)
1.220.000.000.000
-0,179535169
485.654.000.000
0,095583447
92
JSPT
1.417.519.000.000
2.718.908.952.365
0,521355818
26.700.000.000
1.033.000.000.000
0,025847047
811.763.000.000
0,298562039
93
JRPT
717.504.000.000
1.907.357.328.000
0,376177022
110.128.000.000
1.136.000.000.000
0,096943662
527.358.000.000
0,276486211
94
KIJA
847.028.000.000
2.506.341.173.188
0,33795399
30.828.000.000
1.653.000.000.000
0,018649728
375.027.000.000
0,149631265
95
KPIG
697.712.000.000
900.919.394.787
0,774444422
431.000.000
203.000.000.000
0,002123153
16.000.000.000
0,017759635
96
LAMI
466.000.000.000
635.000.000.000
0,733858268
2.955.467.000
166.000.000.000
0,017804018
93.000.000.000
0,146456693
97
LPCK
825.783.000.000
1.284.391.000.000
0,642937392
11.061.000.000
459.000.000.000
0,024098039
158.771.000.000
0,123615784
98
LPKR
5.998.958.000.000
10.533.371.748.079
0,569519252
353.000.000.000
4.206.000.000.000
0,083927722 2.091.354.000.000
0,198545542
99
MAMI
26.547.000.000
583.070.629.374
0,045529647
3.623.451.000
557.000.000.000
0,006505298
41.265.000.000
0,070771872
100
MDLN
1.008.511.000.000
1.752.492.270.151
0,575472438
30.361.000.000
744.000.000.000
0,040807796
288.762.000.000
0,164772196
101
PTRA
337.469.000.000
539.495.052.578
0,625527516
(2.409.949.000)
202.000.000.000
-0,011930441
23.164.000.000
0,042936446
102
PWON
2.019.122.000.000
3.115.215.408.000
0,648148438
83.660.601.000
1.013.000.000.000
0,08258697
444.377.000.000
0,142647279
103
PWSI
595.518.000.000
295.511.028.326
2,01521413
(45.265.000.000)
(300.000.000.000)
0,150883333
2.437.000.000
0,008246731
104
PJAA
462.617.000.000
1.277.182.576.776
0,362216811
140.867.118.325
814.000.000.000
0,173055428
763.086.000.000
0,597476049
105
PLIN
1.258.409.000.000
2.964.659.921.000
0,424469934
101.453.000.000
1.644.000.000.000
0,061711071
519.251.000.000
0,175146902
106
PNSE
123.364.000.000
211.515.487.317
0,583238616
12.235.000.000
72.000.000.000
0,169930556
123.283.000.000
0,582855665
Bersambung pada halaman berikutnya
138
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
107
PUDP
51.060.000.000
254.946.443.644
0,200277357
6.811.594.592
203.000.000.000
0,033554653
65.850.000.000
0,258289541
108
RBMS
31.000.000.000
221.000.000.000
0,140271493
843.000.000
152.000.000.000
0,005546053
49.000.000.000
0,221719457
109
RODA
3.420.000.000
73.807.393.082
0,046336822
(252.000.000)
70.000.000.000
-0,0036
8.126.000.000
0,110097372
110
BKSL
272.000.000.000
2.525.000.000.000
0,107722772
47.767.000.000
2.253.000.000.000
0,021201509
447.000.000.000
0,177029703
111
SMRA
1.518.000.000.000
3.029.000.000.000
0,501155497
159.800.000.000
1.505.000.000.000
0,106179402 1.027.000.000.000
0,339055794
112
SSIA
919.000.000.000
1.541.070.586.901
0,59633868
11.725.734.253
606.000.000.000
0,019349396 1.217.803.000.000
0,790231811
113
SIIP
833.000.000.000
1.571.000.000.000
0,530235519
108.915.000.000
730.000.000.000
0,14919863
246.000.000.000
0,15658816
114
SMDM
1.318.023.000.000
2.021.932.008.075
0,651863166
(121.290.000.000)
208.000.000.000
-0,583125
159.931.000.000
0,07909811
2008 115
ADHI
4.525.469.000.000
5.125.369.000.000
0,882954769
81.482.495.008
584.000.000.000
0,13952482 6.640.000.000.000
1,295516479
116
ELTY
3.133.653.000.000
8.334.991.485.092
0,375963551
272.100.000.000
4.508.000.000.000
0,060359361 1.053.801.000.000
0,126430963
117
BIPP
96.638.000.000
293.890.209.335
0,328823475
(43.490.639.885)
120.000.000.000
-0,362421999
30.683.000.000
0,104402934
118
BMSR
22.531.000.000
543.473.000.000
0,041457441
(26.984.908.888)
521.000.000.000
-0,051794451
19.606.000.000
0,036075389
119
CKRA
52.000.000.000
1.288.000.000.000
0,040372671
14.583.776.505
1.226.000.000.000
0,011895413
33.000.000.000
0,025621118
120
CTRA
1.507.797.000.000
8.108.433.360.876
0,185954171
202.219.378.189
3.998.000.000.000
0,050580135 1.303.221.000.000
0,160724143
121
CTRS
618.888.000.000
2.159.220.314.854
0,286625684
144.327.000.000
1.401.000.000.000
0,103017131
581.175.000.000
0,269159657
122
DILD
967.384.000.000
2.111.152.441.704
0,458225555
14.165.000.000
1.128.000.000.000
0,012557624
332.218.000.000
0,15736334
123
DART
2.135.993.000.000
2.515.971.375.460
0,84897349
100.850.567.924
639.000.000.000
0,157825615
371.713.000.000
0,147741347
124
DUTI
1.837.737.000.000
4.513.527.428.217
0,407162032
40.088.000.000
2.266.000.000.000
0,017691086 1.062.379.000.000
0,235376658
125
FMII
124.138.000.000
306.912.077.511
0,404474145
(25.957.707.833)
139.000.000.000
-0,1867461
42.561.000.000
0,138674895
126
GMTD
194.198.000.000
287.040.432.423
0,676552771
8.022.795.695
93.000.000.000
0,08626662
60.084.000.000
0,209322427
127
SHID
379.165.000.000
663.217.262.964
0,571705565
15.616.000.000
284.000.000.000
0,054985915
88.335.000.000
0,133191648
Bersambung pada halaman berikutnya
139
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
128
OMRE
546.656.000.000
771.688.606.838
0,708389362
(39.518.000.000)
217.000.000.000
-0,182110599
190.844.000.000
0,247307007
129
JIHD
3.716.632.000.000
5.487.044.343.000
0,677346813
(43.857.697.000)
1.176.000.000.000
-0,03729396
970.094.000.000
0,176797186
130
JSPT
1.429.754.000.000
2.688.409.851.745
0,53182144
(55.300.000.000)
978.000.000.000
-0,056543967
924.051.000.000
0,343716565
131
JRPT
922.774.000.000
2.211.213.226.000
0,417315702
147.818.000.000
1.234.000.000.000
0,119787682
648.573.000.000
0,293310926
132
KIJA
1.364.968.000.000
2.961.051.648.319
0,46097406
(62.424.000.000)
1.590.000.000.000
-0,039260377
460.720.000.000
0,155593368
133
KPIG
348.098.000.000
201.923.232.119
1,72391258
(107.571.005.800)
1.671.000.000.000
-0,064375228
46.666.000.000
0,231107632
134
LAMI
455.918.000.000
639.351.512.000
0,713094427
9.295.384.000
174.000.000.000
0,053421747
112.946.000.000
0,176657125
135
LPCK
928.622.000.000
1.401.406.806.528
0,662635571
14.173.000.000
473.000.000.000
0,029964059
276.558.000.000
0,197343126
136
LPKR
6.927.811.000.000
11.787.777.210.609
0,587711396
371.000.000.000
4.500.000.000.000
0,082444444 2.553.307.000.000
0,216606316
137
MAMI
29.150.000.000
607.094.188.472
0,048015614
3.437.139.317
578.000.000.000
0,005946608
50.098.000.000
0,082520968
138
MDLN
804.896.000.000
1.846.259.737.784
0,435960328
2.382.307.782
1.060.000.000.000
0,00224746
237.129.000.000
0,128437508
139
PTRA
345.897.000.000
543.403.104.642
0,636538505
(4.622.543.082)
197.000.000.000
-0,023464686
1.352.000.000
0,002488024
140
PWON
2.472.258.000.000
3.562.501.143.000
0,693966935
(9.469.397.000)
1.004.000.000.000
-0,00943167
453.812.000.000
0,127385784
141
PWSI
599.489.000.000
276.786.963.689
2,165885965
(22.695.000.000)
(323.000.000.000)
0,070263158
2.038.000.000
0,007363064
142
PJAA
447.070.000.000
1.331.291.536.669
0,335816752
132.233.084.587
883.000.000.000
0,149754343
854.372.000.000
0,64176176
143
PLIN
2.611.760.000.000
4.070.400.812.000
0,641646885
(233.164.000.000)
1.393.000.000.000
-0,167382627
542.925.000.000
0,13338367
144
PNSE
150.823.000.000
255.117.885.071
0,591189442
20.452.000.000
83.000.000.000
0,246409639
158.486.000.000
0,621226536
145
PUDP
35.894.000.000
244.093.831.373
0,147050009
3.963.370.727
205.000.000.000
0,019333516
49.164.000.000
0,201414348
146
RBMS
11.000.000.000
118.000.000.000
0,093220339
965.455.445
107.000.000.000
0,009022948
28.000.000.000
0,237288136
147
RODA
183.361.000.000
1.594.813.607.122
0,11497331
(10.508.000.000)
1.299.000.000.000
-0,008089299
51.833.000.000
0,032500977
148
BKSL
344.000.000.000
2.543.000.000.000
0,135273299
(15.715.000.000)
2.199.000.000.000
-0,00714643
80.000.000.000
0,031458907
149
SMRA
2.054.000.000.000
3.630.000.000.000
0,56584022
94.100.000.000
1.569.000.000.000
0,059974506 1.267.000.000.000
0,349035813
Bersambung pada halaman berikutnya
140
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
150
SSIA
1.491.000.000.000
2.251.369.383.772
0,662263603
(11.704.219.062)
737.000.000.000
-0,015880894 1.753.280.000.000
0,77876159
151
SIIP
997.000.000.000
1.791.000.000.000
0,55667225
55.244.000.000
786.000.000.000
0,070284987
107.000.000.000
0,05974316
152
SMDM
514.580.000.000
2.031.549.057.065
0,2532944
(16.992.000.000)
1.022.000.000.000
-0,016626223
120.469.000.000
0,059299085
2009 153
ADHI
4.888.581.000.000
5.629.454.000.000
0,868393453
165.529.733.252
731.000.000.000
0,226442864 7.715.000.000.000
1,370470387
154
ELTY
5.794.138.000.000
11.592.631.487.233
0,499812144
132.256.000.000
4.643.000.000.000
0,028485031 1.059.004.000.000
0,091351476
155
BIPP
95.160.000.000
195.067.947.425
0,487830016
(21.807.772.883)
99.000.000.000
-0,220280534
30.513.000.000
0,156422418
156
BMSR
292.367.000.000
780.672.000.000
0,374506835
(19.729.085.798)
488.000.000.000
-0,040428455
1.213.000.000
0,00155379
157
CKRA
65.000.000.000
1.300.000.000.000
0,05
(1.425.723.768)
1.224.000.000.000
-0,001164807
8.000.000.000
0,006153846
158
CTRA
1.593.000.000.000
8.554.000.000.000
0,186228665
136.327.668.227
4.647.000.000.000
0,029336705 1.332.000.000.000
0,155716624
159
CTRS
668.516.000.000
2.268.609.009.206
0,294681013
57.119.000.000
1.458.000.000.000
0,039176269
391.452.000.000
0,17255155
160
DILD
953.063.000.000
2.140.126.674.921
0,445330181
25.612.000.000
1.154.000.000.000
0,022194107
386.819.000.000
0,180745843
161
DART
2.547.692.000.000
3.213.315.053.678
0,792854718
30.186.439.156
666.000.000.000
0,045324984
314.355.000.000
0,097828876
162
DUTI
1.526.828.000.000
4.429.503.290.693
0,344695082
211.986.000.000
2.479.000.000.000
0,085512707 1.002.554.000.000
0,226335536
163
FMII
22.580.000.000
307.232.167.755
0,073494908
(9.007.180.224)
242.000.000.000
-0,037219753
16.959.000.000
0,055199298
164
GMTD
201.135.000.000
305.635.686.223
0,658087419
13.485.473.435
105.000.000.000
0,12843308
63.013.000.000
0,206170296
165
SHID
418.031.000.000
711.249.588.480
0,587741641
9.166.000.000
293.000.000.000
0,031283276
100.120.000.000
0,140766338
166
OMRE
443.587.000.000
744.866.369.493
0,595525611
83.785.000.000
301.000.000.000
0,278355482
202.368.000.000
0,271683631
167
JIHD
2.605.154.000.000
5.137.438.904.000
0,507091967
315.166.027.000
1.491.000.000.000
0,211378958 2.124.875.000.000
0,413605892
168
JSPT
1.213.242.000.000
2.598.210.491.391
0,466952929
79.300.000.000
1.057.000.000.000
0,075023652
958.100.000.000
0,368753803
169
JRPT
1.171.406.000.000
2.585.475.177.000
0,453071842
191.705.000.000
1.351.000.000.000
0,141898594
662.063.000.000
0,256070144
170
KIJA
1.582.351.000.000
3.193.997.429.182
0,495413987
16.369.000.000
1.606.000.000.000
0,010192403
392.566.000.000
0,122907425
Bersambung pada halaman berikutnya 141
Lampiran 4 (Lanjutan) No
Kode
Total Liabilities
Total Assets
Leverage
Net Income
Total Equity
ROE
Sales
TATO
171
KPIG
260.965.000.000
2.088.221.069.234
0,124970006
127.874.560.767
1.827.000.000.000
0,069991549
55.666.000.000
0,026657139
172
LAMI
410.279.000.000
610.489.273.000
0,672049483
12.602.248.000
187.000.000.000
0,067391701
134.899.000.000
0,220968666
173
LPCK
1.052.565.000.000
1.551.020.489.441
0,678627399
25.681.000.000
498.000.000.000
0,051568273
323.159.000.000
0,208352502
174
LPKR
6.838.712.000.000
12.127.644.010.796
0,56389452
388.000.000.000
4.887.000.000.000
0,079394311 2.565.101.000.000
0,2115086
175
MAMI
37.039.000.000
617.006.561.746
0,060030156
3.012.893.628
581.000.000.000
0,005185703
57.035.000.000
0,092438239
176
MDLN
726.985.000.000
1.770.704.521.774
0,41056257
2.355.455.742
1.041.000.000.000
0,002262686
262.138.000.000
0,148041639
177
PTRA
346.063.000.000
544.472.085.870
0,635593649
994.535.408
198.000.000.000
0,005022906
1.098.000.000
0,002016632
178
PWON
2.230.960.000.000
3.476.869.704.000
0,641657637
146.622.125.000
1.151.000.000.000
0,127386729
697.388.000.000
0,200579274
179
PWSI
611.114.000.000
274.691.805.600
2,224725993
(13.721.000.000)
(336.000.000.000)
0,04083631
1.785.000.000
0,006498192
180
PJAA
561.294.000.000
1.529.437.482.328
0,366993752
137.389.481.212
967.000.000.000
0,142078057
898.322.000.000
0,587354508
181
PLIN
2.648.284.000.000
4.432.187.924.000
0,597511668
292.526.000.000
1.686.000.000.000
0,173502966
551.705.000.000
0,124476897
182
PNSE
146.785.000.000
290.457.393.369
0,505358112
32.045.000.000
115.000.000.000
0,278652174
188.605.000.000
0,649337921
183
PUDP
53.603.000.000
266.018.894.877
0,201500724
6.501.624.556
211.000.000.000
0,030813387
56.326.000.000
0,211736839
184
RBMS
5.000.000.000
119.000.000.000
0,042016807
117.184.933
114.000.000.000
0,001027938
12.000.000.000
0,100840336
185
RODA
101.415.000.000
1.494.416.508.472
0,067862607
395.000.000
1.300.000.000.000
0,000303846
27.419.000.000
0,018347629
186
BKSL
500.000.000.000
2.784.000.000.000
0,179597701
2.457.000.000
2.282.000.000.000
0,001076687
163.000.000.000
0,058548851
187
SMRA
2.735.000.000.000
4.460.000.000.000
0,6132287
167.300.000.000
1.718.000.000.000
0,097380675 1.198.000.000.000
0,268609865
188
SSIA
1.417.000.000.000
2.235.441.508.554
0,633879256
17.598.623.843
758.000.000.000
0,023217182 1.484.102.000.000
0,663896592
189
SIIP
800.000.000.000
1.638.000.000.000
0,488400488
43.096.000.000
829.000.000.000
0,051985525
4.000.000.000
0,002442002
190
SMDM
531.540.000.000
2.048.242.028.932
0,259510347
2.358.000.000
1.024.000.000.000
0,002302734
118.668.000.000
0,057936513
Sumber: Data sekunder diolah
142
Lampiran 6 Hasil Output SPSS 16.0
Descriptives Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
BoC
190
0
1
.47
.501
BoD
190
0
1
.46
.500
Ind_Comm
190
20,00
87,50
42,8125
11,49663
Board_Own
190
0
1
.45
.499
Lev
190
,00
2,22
,4995
,36001
Prof
190
-4,08
40,12
,2770
2,98791
Aktivitas
190
,00
1,51
,2303
,24687
Size
190
24,59
30,13
27,7256
1,23871
Valid N (listwise)
190
Logistic Regression Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 190
100.0
0
.0
190
100.0
0
.0
190
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
0
0
1
1
146
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
201.424
-1.116
2
200.731
-1.254
3
200.730
-1.260
4
200.730
-1.260
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 200,730 c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table
a,b
Predicted Opini Observed Step 0
Opini
0
Percentage 1
Correct
0
148
0
100.0
1
42
0
.0
Overall Percentage
77.9
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
-1.260
S.E. .175
Wald 51.902
df
Sig. 1
.000
Exp(B) .284
147
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
BoC
.150
1
.699
BoD
.613
1
.434
Ind_Comm
4.355
1
.037
Board_Own
4.457
1
.035
Lev
20.643
1
.000
Prof
2.282
1
.131
15.108
1
.000
.553
1
.457
44.160
8
.000
Aktivitas Size Overall Statistics
Iteration History
a,b,c,d
Coefficients -2 Log Iteration Step 1
likelihood
Board Constant
BoC
BoD
Ind_Comm _Own
Lev
Prof
Aktivitas
Size
1
163.676
-4.541
.120
-.309
.011
-.056
1.617
.027
-2.086
.098
2
148.931
-7.842
.192
-.540
.012
-.080
2.166
.031
-4.911
.217
3
141.322
-9.803
.126
-.620
.010
-.117
2.356
.036
-9.181
.310
4
139.735
-11.211
.042
-.638
.010
-.128
2.571
.038
-12.061
.371
5
139.682
-11.537
.020
-.643
.010
-.126
2.645
.038
-12.671
.385
6
139.682
-11.550
.019
-.643
.010
-.126
2.648
.038
-12.694
.385
7
139.682
-11.551
.019
-.643
.010
-.126
2.648
.038
-12.694
.385
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 200,730 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
148
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
61.048
8
.000
Block
61.048
8
.000
Model
61.048
8
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood a
1
139.682
.275
.421
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
5.106
Sig. 8
.746
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test Opini = 0 Observed Step 1
Opini = 1
Expected
Observed
Expected
Total
1
19
18.995
0
.005
19
2
19
18.690
0
.310
19
3
18
18.193
1
.807
19
4
18
17.521
1
1.479
19
5
15
16.676
4
2.324
19
6
15
15.696
4
3.304
19
7
15
14.386
4
4.614
19
8
16
13.255
3
5.745
19
9
8
10.115
11
8.885
19
10
5
4.474
14
14.526
19
149
Classification Tablea Predicted Opini Observed Step 1
Opini
0
Percentage 1
Correct
0
140
8
94.6
1
26
16
38.1
Overall Percentage
82.1
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
BoC
.019
.481
.002
1
.969
1.019
BoD
-.643
.467
1.894
1
.169
.526
Ind_Comm
.010
.018
.282
1
.596
1.010
Board_Own
-.126
.459
.076
1
.783
.881
Lev
2.648
.770
11.819
1
.001
14.123
Prof
.038
.089
.181
1
.671
1.039
-12.694
2.989
18.034
1
.000
.000
.385
.201
3.668
1
.055
1.470
-11.551
5.428
4.529
1
.033
.000
Aktivitas Size Constant
a. Variable(s) entered on step 1: BoC, BoDr, Ind_Comm, Board_Own, Lev, Prof, Aktivitas, Size.
150
Correlation Matrix Constant Step 1 Constant
BoC
BoD
Ind_Comm Board_Own
Lev
Prof
Aktivitas
Size
1.000
.118
.006
.041
-.142
-.116
.036
.257
-.980
BoC
.118
1.000
-.355
.105
.165
-.026
.094
.154
-.172
BoD
.006
-.355
1.000
-.019
.058
.009
-.002
.064
-.031
Ind_Com m
.041
.105
-.019
1.000
.172
.090
-.142
.107
-.205
Board_Ow n
-.142
.165
.058
.172
1.000
.191
.009
-.029
.059
Lev
-.116
-.026
.009
.090
.191
1.000
-.095
-.290
.044
Prof
.036
.094
-.002
-.142
.009
-.095
1.000
-.027
-.013
Aktivitas
.257
.154
.064
.107
-.029
-.290
-.027
1.000
-.317
-.980
-.172
-.031
-.205
.059
.044
-.013
-.317
1.000
Size
151
Step number: 1 Observed Groups and Predicted Probabilities 32 ┼ ┼ │ │ │ │ F │ │ R 24 ┼0 ┼ E │0 │ Q │0 │ U │0 │ E 16 ┼0 ┼ N │0 │ C │0 1 │ Y │0 0 │ 8 ┼0 0 1 0 0 ┼ │000000 00 01 0 1 00 │ │0000000 001 000 1010 0 110 0 0 1 11 │ │000000000001000100000 00000 000 011000 1010011 0 00 100 1 01 0 0 1 1 1 1 111 │ Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼────────── Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1 Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is ,50 Symbols: 0 - 0 1-1 Each Symbol Represents 2 Cases.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
152