PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG DEWASA YANG MELAJANG Skripsi
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: EVA FAROHA 107070000524
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG DEWASA YANG MELAJANG
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh:
EVA FAROHA 107070000524
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs, Rachmat Mulyono, M.Si. Psi NIP. 196502201999031003
M. Avicenna, M.HSc. Psy NIP. 197709062001121004
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
yang
berjudul
PENGARUH
RELIGIUSITAS
TERHADAP
KECEMASAN MENGHADAPI PERNIKAHAN PADA ORANG DEWASA YANG MELAJANG telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 08 Desember 2011 Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130885522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223198302001 Anggota
Dra, Netty Hartati, M.Si NIP. 195310021983032001
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi NIP. 196502201999031003
M. Avicenna, M.HSc. Psy NIP. 197709062001121004
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Eva Faroha
NIM
:
107070000524
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pada Orang Dewasa Yang Melajang” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Oktober 2011
Eva Faroha NIM 107070000524
Karya Sederhana ini Ku Persembahkan Teruntuk Keluarga Ku Tercinta, Orang-orang Yang Ku Sayang dan Yang Menyayangi Ku Semoga Allah SWT Memberikan Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat
ABSTRAK (A) (B) (C) (D)
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oktober 2011 Eva Faroha Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pda Orang Dewasa Yang Melajang (E) Halaman : xviii + 92 Halaman + 41 Lampiran (F) Permasalahan manusia, dewasa ini sangat kompleks dan beragam. Satu diantaranya adalah kondisi kecemasan. Kondisi kecemasan seseorang bisa menjadi lebih parah apabila dalam pikirannya tidak tertanam kekuatan untuk mengatasinya. Terkadang, pada diri seseorang yang akan menikah untuk yang pertama kalinya ada suatu rasa tidak siap untuk melaksanakan pernikahan. Masalah dapat muncul setiap saat. Hal ini membutuhkan kesiapan yang matang untuk menghadapinya. Dalam hal ini, sebuah pernikahan adalah suatu yang sangat sakral, banyak orang yang cemas dan khawatir dibuatnya, yang merubah sikap seseorang menjadi berpikir hal-h al yang tidak baik, akan tetapi jika seseorang dibekali dengan pemahaman tentang religiusitas dalam dirinya maka orang tersebut akan berpikir baik tentang pernikahan dan dijauhkan dari rasa cemas dan khawatir yang ditimbulkan dalam menghadapi pernikahan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan analisis regresi untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 301, kemudian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 75 responden dengan tehnik non probability sampling . Masing-masing responden diberikan angket dengan jumlah item sebanyak 44 item yang terdiri dari 29 item skala religiusitas dan 15 item skala kecemasan. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada pengaruh signifikan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang dengan nilai signifikansi sebesar 0,353 atau P > 0,05, akan tetapi secara koefisien terdapat pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan dengan nilai signifikan sebesar 0.008 atau p< 0,05. Adapun nilai R Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,194 atau 19,4% dan sisanya sebesar 80,6% dapat disebabkan oleh aspek atau faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Sedangkan dari ke-13 IV yang ada, terdapat satu IV yang memiliki pengaruh dan taraf signifikansi yang tinggi terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, yakni Islamic religious
struggle. Adapun variabel lainnya bila diujikan satu per satu, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada seluruh kalangan masyarakat khususnya kepada orang dewasa yang melajang agar lebih mengontrol kondisi psikis masing-masing, sehingga pada saat menghadapi suatu masalah yang terjadi pada individu dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal ini sebaiknya mengikuti kegiatan yang bersifat positif yang dapat mengurangi kecemasan, yakni kecemasan dalam menghadapi pernikahan atau yang lainnya. (G) Daftar Bacaan : 33 Buku, 6 Jurnal, 1 Disertasi, 5 Skripsi, dan 3 Internet.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur kupersembahkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman umat yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan semua umat manusia yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya. Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Religiusitas
Terhadap
Kecemasan
Mengahadapi
Pernikahan Pada Orang Dewasa Yang Melajang.” Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat do’a, dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, dekan Fakultas Psikologi, ibu Dra. Fadhila Suralaga, M.Si, pembantu dekan I. 2. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si Psi pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik, dan Bapak M. Avicenna, M.Hsc. Psy pembimbing II
yang telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan, bagian keuangan, bagian umum, serta seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya. 4. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai Ayahanda Abbas Syukur dan Ibunda Aminah yang senantiasa dengan sabar mendidik, membesarkan, memotivasi, memberi semangat dan memberikan dukungan baik moril maupun materil dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga dan tak pernah putus, terima kasih sekali dengan kesabaranmu dan do’amu akhirnya skripsi ini selesai juga. Ma’afkan Anandamu belum bisa membalas pengorbananmu, semoga Allah Swt senantiasa memberikan curahan rahmat dan kasi sayangNya, Aamiin. 5. Saudara kandung penulis terutama kepada kakanda tercinta Aminul Aziz, S.Ip yang telah memberi semangat dan bantuan fasilitasnya sehingga skripsi ini bisa selesai, beserta istrinya (Yuliyanti), kemudian tak tertinggal pula kepada Suna’iyah beserta suami (Supriyadi), Wadihah, S.Hi, dan kepada adik-adik tercinta penulis Hadi Muhadi dan Jami’atul Miladah, terima kasih atas perhatian dan dorongan semangat dari kalianlah yang membuat penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Terima kasih banyak kepada yang terkasih Muhamad Amar
yang telah
membantu penulis dengan do’a dan semangat kepada penulis agar tidak pantang menyerah. 7. Kepada sahabat-sahabatku tercinta Samsul Arifin (Ipink), Leli Novianti (Leli), Saryati, S.Ei (Lya), dan Safariyudin (Ari). Kalian benar-benar memberikan warna-warni dalam kehidupan Penulis, yang selalu bersama baik suka maupun duka. Semoga persahabatan kita tidak akan habis ditelan waktu. 8. Rekan-rekan pengurus & anggota KMC (Keluarga Mahasiswa Cilegon), Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Psikologi Cabang Ciputat, dan rekanrekan PUI (Persatuan Umat Islam) Jakarta. Terima kasih atas proses kekeluargaan dan berorganisasi yang sangat luar biasa. 9. Kepada teman-teman dan sahabatku yang membantu memberi semangat dan membantu merampungkan skripsi ini: Jusra Nur Hasmi, Fitratul Yanah, Elis Wiryanti Kusuma, Maya Nursita, Nuryati, Yurniati, Saiful Arif, Fredy Kundarto, Aminudin, dan kak Adiyo R S.Psi. 10. Teman-teman psikologi angkatan 2007 khususnya kelas D yang tak mungkin Penulis sebutkan satu persatu, serta teman-teman angkatan di atas dan di bawah penulis, terima kasih banyak atas kebersamaannya dalam bersahabat dan begitu pula atas pembelajarannya selama ini. 11. Terima kasih kepada seluruh masyarakat Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang dapat penulis panjatkan semoga pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.
Jakarta, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................
i
Halaman Persetujuan .......................................................................................
ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................
iii
Halaman Pernyataan ........................................................................................
iv
Abstrak ............................................................................................................
vii
Kata Pengantar ................................................................................................
ix
Daftar Isi ...................................................................................................................
xiii
Daftar Tabel .................................................................................................... xvii Daftar Gambar ................................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
8
1.2.1
Pembatasan Masalah ...................................................
8
1.2.2
Perumusan Masalah ....................................................
9
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..............................
11
1.3.1
Tujuan Penelitian ........................................................
11
1.3.2
Manfaat Penelitia ........................................................
11
Sistematika Penulisan .............................................................
11
1.3
1.4
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kecemasan ..............................................................................
13
2.1.1
Pengertian Kecemasan ................................................
13
2.1.2
Aspek-Aspek Kecemasan ............................................
17
2.1.3
Faktor-Faktor Kecemasan ...........................................
18
2.1.4
Bentuk-Bentuk Kecemasan .........................................
19
2.1.5
Sumber-Sumber Kecemasan .......................................
20
2.1.6
Klasifikasi Tingkat Kecemasan ...................................
21
2.2
Pernikahan…………………………………………………....
22
2.2.1
Pengertian Perniakahan………………………………
22
2.3
Kecemasan Menghadapi Perniakahan……………………......
23
2.4
Religiusitas ..............................................................................
23
2.4.1
Pengertian Religiusitas ................................................
23
2.4.2
Aspek-Aspek Religiusitas ...........................................
27
2.4.3
Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa.....
28
Dewasa ....................................................................................
29
2.5.1
Definisi Dewasa ..........................................................
29
2.5.2
Masalah-Masalah Masa Dewasa……………………..
31
2.5.3
Pembagian Masa Dewasa ............................................
32
2.6
Kerangka Berpikir ...................................................................
33
2.7
Hipotesis Penelitian .................................................................
38
2.5
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Pendekatan dan Metode Penelitian .........................................
40
3.1.1
Pendekatan Penelitian .................................................
40
3.1.2
Metode Penelitian ........................................................
40
Populasi dan Sampel Penelitian ..............................................
41
3.2.1
Populasi Penelitian ......................................................
41
3.2.2
Sampel Penelitian ........................................................
41
3.2.3
Teknik Pengambilan Sampel .......................................
42
Variabel Penelitian ..................................................................
42
3.3.1
Identifikasi Variabel ....................................................
43
3.3.2
Definisi Operasional ....................................................
43
Metode Pengumpulan Data .....................................................
44
3.4.1
Teknik Pengumpulan Data ..........................................
44
3.4.2
Instrumen Pengumpulan Data .....................................
47
Uji Instrumen Penelitian .........................................................
52
3.5.1
Uji Reliabilitas ............................................................
52
3.5.2
Analisis Data ...............................................................
53
3.6
Prosedur Penelitian ..................................................................
54
3.6.1
Tahap Persiapan ..........................................................
54
3.6.2
Tahap Pengambilan Data ............................................
55
3.6.3
Tahap Pengolahan Data ...............................................
55
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1
Gambaran Umum Responden .................................................
56
4.2
Analisis Deskriptif ..................................................................
59
4.3
Uji Hipotesis ...........................................................................
62
4.3.1
Uji Hipotesis Mayor ....................................................
63
4.3.2. Uji Hipotesis Minor ....................................................
65
Proporsi Varian .......................................................................
67
4.4
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1
Kesimpulan .............................................................................
80
5.2
Diskusi ....................................................................................
82
5.3
Saran ........................................................................................
86
5.3.1
Saran Teoritis ..............................................................
86
5.3.2
Saran Praktis ...............................................................
86
Daftar Pustaka ..................................................................................................
88
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Skor Item Skala Likert Variabel Kecemasan...............................
38
Tabel 3.2.
Skor Item Skala Likert Variabel Religiusitas ..............................
38
Tabel 3.3.
Blue Print Try Out Skala Kecemasan .........................................
40
Tabel 3.4.
Blue Print Skala Kecemasan .......................................................
40
Tabel 3.5.
Blue Print Try Out Skala Religiusitas.........................................
41
Tabel 3.6.
Blue Print Skala Religiusitas .......................................................
43
Tabel 3.7
Kriteria Reliabilitas ......................................................................
45
Tabel 4.1.
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .........
49
Tabel 4.2.
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia.........................
50
Tabel 4.3.
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
50
Tabel 4.4.
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Bekerja.........
51
Tabel 4.5.
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Suku Bangsa ...........
52
Tabel 4.6.
Distribusi Skor Kecemasan..........................................................
52
Tabel 4.7.
Kategorisaasi Skor Kecemasan....................................................
53
Tabel 4.8.
Distribusi Skor Religiusitas .........................................................
53
Tabel 4.9.
Kategorisaasi Skor Religiusitas ...................................................
54
Tabel 4.10. Anova Analisi Regresi 8 Variabel ...............................................
55
Tabel 4.11. Koefisien 13 Variabel ..................................................................
56
Tabel 4.12. Model Summary Analisis Regresi 13 Variabel ............................
60
Tabel 4.13. Anova Analisis Regresi 13 Variabel............................................
60
Tabel 4.14. Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel ..............................
61
Tabel 4.15 Koefisien Regresi 8 Variabel ......................................................
62
Tabel 4.16. Analisis Proposi Varian ...............................................................
63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir ........................................................
37
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki alam kedewasaan, seorang laki-laki harus mempersiapkan diri untuk dapat hidup dan menghidupi keluarganya, ia harus mulai bekerja mencari nafkah dan membina kariernya. Kaum perempuan juga harus mempersiapkan diri untuk berumah tangga. Di Indonesia masih terdapat risiko untuk dianggap “perawan tua”, kalau belum mendapat pasangan pada umur tiga puluhan. Kalau ia berhasil mendapatkan suami, maka timbul pula problem-problem keluarga dan problemproblem anak-anaknya. demikian seterusnya problem itu berdatangan. Sarwono (2009). Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral dan titik awal dari sebuah pembentukan keluarga serta peristiwa bersejarah dalam kehidupan manusia. Pernikahan merupakan hubungan yang intim dan abadi serta menyatukan dua individu untuk menjalani hidup bersama sebagai pasangan suami istri dengan berbahagia. Dengan keadaan seperti itu seharusnya pernikahan tersebut tidak menjadi hambatan atau kendala bagi tiap orang untuk merasakan kebahagiaan dalam menghadapi pernikahannya. (Nastalia, 2008) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu
'anhu
berkata,
"Rasulullah
shallallahu
'alaihi
wa
sallam
memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan
larangan yang keras." Dan beliau bersabda, "Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku di hadapan para Nabi kelak di hari kiamat." “HR. Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban” (Bayu, 2008). Setiap orang yang sudah aqil baligh dapat melakukan suatu pernikahan kapanpun ia mau asalkan ia sudah mampu. Orang yang dikatakan mampu adalah orang yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya dari segi materi maupun immateri. Oleh karena itu jika seseorang sudah mampu untuk menikah maka menikahlah. (BKKBN Rubrik Remaja, 2006). Disamping itu Rasulullah pernah berkata kepada Ali, "Hai Ali, ada tiga perkara yang jangan kamu tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap penguburannya,
dan
wanita
bila
menemukan
pria
sepadan
yang
meminangnya."(HR. Ahmad). Tetapi pernikahan juga menjadi salah satu sumber kecemasan dan akan menjadi hal yang tidak normal apabila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman atau menjadi sangat ekstrem (Nastalia, 2008). Karena pada hakikatnya suatu pernikahan banyak sekali hal-hal yang muncul dan terjadi pada diri seseorang, salah satunya suatu kecemasan akan dirasakan oleh seseorang. Mereka memikirkan banyak hal jika mereka menikah, yakni menjadi kepala rumah tangga/ibu rumah tangga yang baik, memberi nafkah lahir dan batin untuk keluarganya, dll. Banyak sekali orang-orang dewasa yang merasakan cemas dalam menghadapi sebuah pernikahan, adanya hal-hal yang mereka duga-duga jika
dirinya sudah menikah. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak perempuan dan laki-laki di usia cukup dengan kondisi kehidupan mapan namun masih enggan untuk menikah karena berbagai sebab. Salah satu diantaranya adalah para wanita lebih memikirkan karir atau berada pada sektor publik. Akhir-akhir ini fenomena tersebut semakin banyak terjadi, tentunya hal ini terjadi karena dilatarbelakangi oleh banyak hal. Sebagaian besar perempuan merasakan kecemasan dan ketakutan berlebih hingga kemudian melahirkan berbagai situasi psikologis tanpa arah. Di lain pihak, banyak perempuan yang justru menikmati masa lajangnya. Bagi mereka hidup melajang merupakan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Perceraian atau ditinggal pasangan bisa jadi alasan yang membuat mereka enggan untuk menikah. Trauma dengan kegagalan sebuah pernikahan bukan hal yang baru lagi yang bisa mendorong orang untuk enggan membina rumah tangga lagi. Dan masalah-masalah ini cukup mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia. Permasalahan manusia, dewasa ini sangat kompleks dan beragam. Satu diantaranya adalah kondisi kecemasan. Kondisi kecemasan seseorang bisa menjadi lebih parah apabila dalam pikirannya tidak tertanam kekuatan untuk mengatasinya. Terkadang, pada diri seseorang yang akan menikah untuk yang pertama kalinya ada suatu rasa tidak siap untuk melaksanakan pernikahan. Masalah dapat muncul setiap saat. Hal ini membutuhkan kesiapan yang matang untuk menghadapinya. Kemampuan pikir indifidu yang bersifat positif dalam menghadapi setiap masalah sangat menentukan. (Asmarini, 2003) Menurut pendapat Henderson dan Gillespie (dalam Fahmi) mengatakan bahwa banyak situasi menekan yang menghambat dan menyebabkan terjadinya
konflik jiwa (cemas), diantaranya adalah keadaan ekonomi, gagal dalam kehidupan berkeluarga, gagal dalam bekerjaan dan yang lainnya. Freud (dikutip dalam Fahmi) cemas berarti tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik. Cemas seperti proses lainnya juga, ada segi yang disadari dan yang tidak disadari, segi yang disadari dari cemas tersebut tampak dalam rasa takut, ngeri, rasa lemah, rasa dosa, rasa terancam dan seterusnya. Akan tetapi disamping perasaan-perasaan tersebut, cemas mengandung pula proses-proses yang kompleks dan bercampur baur, yang banyak bekerja tanpa disadari oleh individu, yang berarti bahwa individu merasa takut tanpa mengetahui factor-faktor yang mendorongnya kepada keadaan itu. Kemudian Freud (dikutip dalam Kuswara, 1991) membagi kecemasan kedalam tiga jenis, yakni: cemas obyektif (objective anxiety), cemas penyakit (neurotic anxiety), dan cemas moral (moral anxiety). Post (dalam Trismiati, 2004) Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan disebabkan karena mereka takut tidak dapat menafkahi keluarga/memenuhi perekonomian keluarga, takut karena belum bisa membina keluarga dengan baik. Fenomena dalam sebuah buku yang saya temukan terdapat seorang yang telah cukup usia untuk menikah akan tetapi dirinya takut untuk menikah. Ia seorang pria berusia 38 tahun yang hingga saat ini masih merasa takut dan khawatir terhadap kemampuannya untuk menyediakan materi dan ekonomi jika
dirinya menikah. Dirinya takut jika dirinya menikah dirinya tidak dapat memenuhi kebutukan ekonomi keluarga, padahal dirinya sudah bekerja dan memiliki posisi yang baik, dirinya menyadari bahwa seusianya seharusnya sudah menikah dan menjadi seorang bapak. Menurutnya terdapat beberapa hal yang ikut andil yang mendorong dalam pembentukan ketakutan dan kekhawatiran yang Ia alami, seperti pengalaman yang ia rasakan dalam akhir-akhir ini yakni seorang kekasihnya yang memiliki kehidupan yang pas-pasan, rekan-rekan kerjanya semasa kuliah yang kebanyakan perempuan karena minimnya ekonomi yang mereka rasakan mendorong mereka untuk bekerja meski mereka perempuan, ibunya yang terlilit hutang, banyakanya rekan kerjanya sekarang yang di PHK. Dari semua itu dalapat disimpulkan bahwa pria terebut ketakutan dan khawatir dirinya tidak dapat memenuhi perekonomian keluarganya kelak jika sudah menikah.(Budiman, 1999) Fakta yang penulis lihat bahwa hidup membujang/ melajang terasa semakin marak terjadi. Terlebih di sebuah perkotaan, seakan tak ada masalah dalam kehidupan mereka. Begitu santai menapaki kehidupan dunia yang semakin terasa keras. Banyak sekali orang-orang dewasa yang merasa keberatan jika mereka meninggalkan masa lajang, mereka beranggapan bahwa separuh kebebasannya akan tersita karenanya. Pada tahun 2003, Sekitar 75% dari perempuan usia 20 hingga 40 dan 80% laki-laki usia tersebut tidak menikah, disbanding dengan 36% dan 55% pada tahun 1970. Bahkan diantara mereka yang berusia 30 hingga 34 sebanyak 23%
perempuan dan 33% laki-laki belum menikah hingga tahun 2003. (Fields, 2004 dikutip dalam Papalia, 2009). Terdapat seseorang yang dewasa yang tetap memilih untuk melajang karena mereka belum menemukan pasangan yang tepat, dan yang lain melajang karena memilih. Makin banyak perempuan sekarang menunjang diri sendir, dan terdapat lebih sedikit dorongan untuk menikah. Bebrapa orang ingin tetap bebas mengambil resiko, bereksperimen, dan melakukan berbagai perubahan, mengejar karier, melanjutkan pendidikan mereka, lebih merasa bahwa menyendiri itu menyenangkan, dan ada juga yang menunda pernikahan atau menghindari pernikahan karena takut bahwa bahwa pernikahan akan berakhir dengan perceraian. (Papalia, 2009) Apapun alasannya, menunda pernikahan sampai umur tua tak diharapkan, selain tentunya tidak disukai oleh agama. Sebaliknya, mempercepat pernikahan sangat dianjurkan, sebagaimana tersirat dalam ayat, "Dan nikahkanlah orangorang yang bersendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hambar-hamba sahayamu, laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah yang akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas Pemberian lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nur : 32). Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suwanti (2003) yang berjudul “Hubungan antara Kematangan Emosi Dan Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Pernikahan “ menghasilkan bahwa Peranan atau sumbangan efektif kematangan emosi terhadap kecemasan dalam menghadapi pernikahan = 23,594% sedangkan peranan atau sumbangan efektif tingkat
religiusitas terhadap kecemasan dalam menghadapi pernikahan = 25,595%. Total sumbangan efektif = 49,2% ditunjukkan oleh R2 = 0,492. Yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara kematangan emosi dan tingkat religiusitas dengan kecemasan dalam menghadapi pernikahan. Seseorang yang kurang membekali dirinya dengan pengetahuan agama, bimbingan dan arahan keagaman dalam kehidupannya, maka kondisi seperti ini akan menjadi salah satu pemicu berkembangnya perilaku seseorang yang semakin meningkat dan akan berdampak pada sikap dan perbuatannya, serta lebih memudahkan seseorang untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Menurut Wulff (dalam Raiya, 2006) "religion" berasal dari bahasa Latin religio, beberapa ahli mengatakan awalnya digunakan untuk menunjuk lebih dari kekuatan manusia, yang membutuhkan seseorang untuk merespon dengan cara tertentu untuk menghindari beberapa konsekuensi yang mengkhawatirkan. Religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. (Nashori & Muchtar, 2002) Religiusitas memiliki peranan dalam penyesuaian diri. Penelitian oleh Bergins, Masters dan Richards (dalam, Astuti, 1999) yang hasilnya bahwa individu
yang
religius
(dalam
arti
benar-benar
menginternalisasikan
kepercayaankepercayaan agama mereka dan hidup dengan aturan agama itu secara tulus dan ikhlas), dapat menyesuaikan diri dengan baik dan jarang mengalami kecemasan. (Sari, 2008)
Oleh karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan Pada Orang Dewasa yang Melajang”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1
Pembatasan Masalah
Guna mengarahkan pelaksanaan penelitian ini, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada aspek “Pengaruh Religiusitas Terhadap Kecemasan Menghadapi Pernikahan pada Orang Dewasa yang Melajang.” 1. Cemas berarti tidak lain dari bentuk lahir dari proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika terjadinya frustasi dan konflik. Cemas seperti proses lainnya juga, ada segi yang disadari dan yang tidak disadari, segi yang disadari dari cemas tersebut tampak dalam rasa takut, ngeri, rasa lemah, rasa dosa, rasa terancam dan seterusnya. Akan tetapi disamping perasaan-perasaan tersebut, cemas mengandung pula proses-proses yang kompleks dan bercampur baur, yang banyak bekerja tanpa disadari oleh individu, yang berarti bahwa individu merasa takut tanpa mengetahui factor-faktor yang mendorongnya kepada keadaan itu. Cemas tersebut terdiri dari cemas obyektif, cemas penyakit, dan cemas moral. (Freud, dikutip dalam Fahmi) 2. Menurut Wulff (dalam Raiya, 2006) "religion" berasal dari bahasa Latin religio, beberapa ahli mengatakan awalnya digunakan untuk menunjuk
lebih dari kekuatan manusia, yang membutuhkan seseorang untuk merespon dengan cara tertentu untuk menghindari beberapa konsekuensi yang mengkhawatirkan. Kemudian (Raiya, 2006) mengatakan terdapat delapan aspek religiusitas trsebut, yakni: islamic dimension, islamic religious conversion,islamic positive religious coping, islamic negative religious
coping,
islamic
religious
internalization-identification,
islamic
struggle, religious
islamic
religious
internalization-
introjection, dan islamic religious exclusivism. 1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu: 1. Apakah ada pengaruh Islamic Dimensions pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 2. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Conversion pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 3. Apakah ada pengaruh Islamic Positive Religious Coping pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 4. Apakah ada pengaruh Islamic Negative Religious Coping pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang?
5. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Struggle pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 6. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Internalization-Identification pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 7. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Internalization-Introjection pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 8. Apakah ada pengaruh Islamic Religious Exclusivism pada variabel religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 9. Apakah ada pengaruh Jenis Kelamin (Gender) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 10. Apakah ada pengaruh Usia terhaap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 11. Apakah
ada
pengaruh
Tingkat
Pendidikan
terhadap
kecemasan
menghadapi pernikahan pada orang dewasa yan melajang? 12. Apakah ada pengaruh Status Bekerja terhaap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang? 13. Apakah ada pengaruh Suku Bangsa terhaap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitin 1.3.1
Tujuan Penelitian`
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi khazanah psikologi terutama tentang religiusitas.
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pengaruh religiusitas pada kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang
melajang,
sehingga
dapat
mengembangkan
metode
untuk
mengurangi kecemasan menghadapi pernikahan.
1.4 Sistematika Penulisan Bab 1 : Pendahuluan
meliputi
latar
belakang,
pembatasan
masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab 2 : Kajian teori meliputi definisi religiusitas, dan kecemasan menghadapi pernikahan.
Bab 3 : Metode penelitian : pendekatan dan desain penelitian, Variabel penelitian,
populasi
dan
sampel,
teknik
sampling,
metode
pengumpulan data, instrument pengumpulan data, dan teknik analisa. Bab 4 : Hasil Penelitian : Meliputi gambaran umum responden, distribusi penyebaran skor responden, analisa data, pengujian hipotesis. Bab 5 : Penutup : Meliputi kesimpulan, diskusi dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menurut Atkinson (1999), Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkah laku berbeda-beda. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan dapat menimbulkan kecemasan. Lefrancois (dalam Trismiati, 2004) juga menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan. Hanya saja, menurut Lefrancois, pada kecemasan bahaya bersifat kabur, misalnya ada ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi, adanya perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan termasuk kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang
akan menhindar diri dan sebagainya. Kecemasan atau anxietas dapat di timbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang, pada umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam timbul bila ada suatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan.(Gunarsa, 1986) Anxiety menurut kamus lengkap psikologi merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutannya tersebut, rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang ringan., kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluapluap, dan satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi penghindaran yang dipelajari (Chaplin, 2006). Nietzel (dalam Gufron, 2010) berpendapat bahwa kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius) dan Jerman (anst) yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negative dan rangsangan sosiologi. Shaleh (2009) menjelaskan bahwa kekhawatiran atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau tidak ada objeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Menurut Daradjat (1985) “Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Muchlas 1976 (dalam Gufron, 2010) mendefinisikan istilah kecemasan sebagai sesuatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan
tekanan yang menyertai konflik atau ancaman. Kecemasan merupakan suatu pengalaman perasaan yang menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan faal intern tubuh. (Jalaludin, 1993) Cemas adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas biasanya muncul bila kita berada dalam suatu keadaan yang kita duga akan merugikan dan kita rasakan akan mengancam diri kita dimana kita merasa tidak berdaya menghadapinya (Bastaman, 2005) Konsep kecemasan memegang peranan yang sangat mendasar dalam teoriteori tentang stres dan penyesuaian diri. Lazarus (dalam Trismiati, 2004). Menurut Post (dalam Trismiati), kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan,
yang
ditandai
oleh
perasaan-perasaan
subjektif
seperti
ketegangan, ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud (dalam Trismiati, 2004) menggambarkan dan mendefinisikan kecemasan sebagai suatu perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti perubahan detak jantung dan pernafasan. Kartono (dalam Trismiat, 2004) juga mengungkapkan bahwa neurosa kecemasan ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis, sungguhpun tidak ada rangsangan yang spesifik. Menurut Wignyosoebroto (dalam Trismiati, 2004), ada perbedaan mendasar antara kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan, apa yang menjadi sumber penyebabnya selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan pada kecemasan sumber penyebabnya tidak dapat ditunjuk dengan tegas, jelas dan tepat.
Kecemasan biasanya berlangsung terus-menerus, tapi dapat pula bergantiganti. Ada yang menjadi cemas dan bingung kalau bertemu dengan situasi tertentu. Proses kecemasan ini biasanya berlanjut dan makin lama makin berat. (Anoraga, 1995) Kecemasan (ansietas) merupakan stressor yang dapat merangsang sistim saraf simpati dan modula kelenjar andrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi hormone adrenalin sehingga dapat menimbulkan tingkat kecemasan. (Ghofur, 2007) Selanjutnya, berkaitan dengan sebab-sebab kecemasan, Freud (dalam Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud (dalam Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintupintu ke arah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya kecemasan. Lazarus 1976 (dalam Gufron, 2010) membedakan perasaan cemas menurut penyebabnya menjadi 2, yaitu;
1. State anxiety State anxiety merupakan reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai ancaman, misalnya pada orang tua yang mengetahui ternyata anaknya mengalami gangguan autisme. 2. Trait anxiety Trait anxiety merupakan disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi berbagai macam situasi (gambaran kepribadian). Ini merupakan cirri atau sifat yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang atau menginterpretasikan suatu keadaan menetap pada individu (bersifat bawaan) dan berhubungan dengan kepribadian yang demikian. Dari pemaparan para ahli tersebeut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, dan tidak tentram dan disertai gangguan fisik.
2.1.2 Aspek-aspek kecemasan Dalam Beck Anxiety Inventory (BAI) Aaron T. Beck, MD, dan rekan-rekan kecemasan terdapat empat aspek, yaitu: (1) Subjective ; yang dialami sebagai perasaan takut, tidak nyaman, merasa tidak dapat santai/rileks, dan tidak siap untuk menangani secara efektif saat ini (langsung) atau diantisipasi. (2) Neurophysiologic ; kecemasan yang dialami sebagai paresthesia (mati rasa atau kesemutan), peningkatan respon kejut (hypervigilance) dan kesulitan berkonsentrasi.
(3) Autonomic ; kecemasan dimana perasaan " panas",
keluar keringat
(diaforesis), denyut jantung meningkat, wajah kosong, dll . (4) Panic-related ; kecemasan terkait Setiap item pada BAI adalah deskripsi sederhana dari gejala kecemasan dalam salah satu dari empat aspek menyatakan: (1) Subjective/subyektif (misalnya, "tidak bisa rileks”) (2) Neurophysiologic/ neurofisiologis (misalnya, "mati rasa atau kesemutan" ) (3) Autonomic/ Otonom (misalnya, "perasaan panas") (4) Panic-Related/ panik-terkait (misalnya, "takut kehilangan kendali/ kontrol”).
2.1.3 Faktor-faktor kecemasan Adler dan Rodman (dalam Gufron, 2010) menyatakan terdapat 2 faktor yang menyebabkan adanya kecemasan, yaitu: 1. Pengalaman negative pada masa lalu Pengalaman negative pada masa lalu merupakan hal yang tidak menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila indvidu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang sama dan juga tidak menyenangkan
2. Pikiran yang tidak rasional Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan terjadi bukan karena suatu peristiwa, melainkan keyakinan tentang peristiwa itulah yang menjadi penyebab kecemasan.
2.1.4 Macam-Macam Kecemasan Sigmund Freud (dalam Fahmi) membagi kecemasan dalam tiga macam, yaitu: 1) Kecemasan obyektif (objective anxiety) adalah reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya dari luar atau adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi. Kecemasan jenis ini dapat disebut sebagai reality anxiety (kecemasan nyata), true anxiety (kecemasan yang sebenarnya), atau normal anxiety (kecemasan yang wajar). 2) Kecemasan penyakit (neurotic anxiety), Freud (dalam Fahmi) berpendapat bahwa cemas penyakit tampak dalam tiga bentuk yaitu : a) Cemasan umum. Kecemasan ini merupakan cemas yang paling sederhana, karena ia tidak berhubungan dengan sesuatu hal tertentu. Individu merasa takut yang samar dan umum serta tidak menentu. b) Cemasan penyakit yaitu cemas yang mencakup pengenalan pada obyek atau situasi tertentu, sebagai penyebeb dari cemas, misalnya ada orang yang takut melihat darah, atau serangga. c) Cemasan dalam bentuk ancaman, kecemasan ini adalah dalam bentuk cemas yang menyertai gejala gangguan kejiwaan seperti Hysteria. Individu yang menderita gejala tersebut kadang-kadang merasa cemas, karena takut akan terjadi hal itu. 3) Kecemasan moral (moral anxiety) dan rasa dosa, yakni kecemasan yang timbul akibat tekanan dari dorongan zat yang tinggi.
2.1.5 Sumber-Sumber Kecemasan
Menurut Horney (dalam Trismiati, 2004), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang. Suatu kekaburan atau ketidakjelasan, ketakutan akan dipisahkan dari sumber-sumber pemenuhan kekuasaan dan kesamaan dengan orang lain adalah penyebab terjadinya kecemasan dalam konsep kecemasan (Trismiati, 2004). Menurut Murray (dalam Trismiati, 2004) sumber-sumber kecemasan adalah need-need untuk menghindar dari terluka (harmavoidance), menghindari teracuni (infavoidance), menghindar dari disalahkan (blamavoidance) dan bermacam sumber-sumber lain. Disamping ketiga need tersebut, Murray (dalam Trismiati) juga menyebutkan bahwa kecemasan dapat merupakan reaksi emosional pada berbagai kekhawatiran, seperti kekhawatiran pada masalah sekolah, masalah finansial, kehilangan objek yang dicintai dan sebagainya. Salah satu gejala cemas adalah perasaan kuatir yang berlebihan. Kadangkadang ada perasaan kuatir atau takut tanpa sebab yang pasti. Tetapi juga ada yang kuatir tentang hal yang spele, atau sesuatu hal yang tak ada dasar. (Anoraga, 1995) 2.1.6 Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
Kardio vaskuler;Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut
nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
Respirasi;napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
Kulit:perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh
tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
Gastro intestinal;Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di
Epigastrium, nausea, diare.
Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedeip, insomnia, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
2.1.7 Respon Psikologis terhadap Kecemasan •
Perilaku; gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
•
Kognitif; gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir,
•
Bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.
•
Afektif; tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
2.1.8. Klasifikasi Tingkat Kecemasan Selanjutnya, Jersild (dalam, Trismiati 2004) menyatakan bahwa ada dua tingkatan kecemasan. Pertama, kecemasan normal, yaitu pada saat individu masih menyadari konflik-konflik dalam diri yang menyebabkan cemas. Kedua, kecemasan neurotik, ketika individu tidak menyadari adanya konflik dan tidak
mengetahui penyebab cemas, kecemasan kemudian dapat menjadi bentuk pertahanan diri. Menurut Bucklew (dalam, Trismiati 2004), para ahli membagi bentuk kecemasan itu dalam dua tingkat, yaitu: 1) Tingkat psikologis. Kecemasan yang berwujud sebagai gejala-gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar berkonsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya. 2) Tingkat fisiologis. Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya. Sue, dkk (dalam Trismiati, 2004) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal berikut ini. 1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi. 2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar. 3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot dan tekanan darah. 4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang berlebihan.
2.2 Pernikahan 2.2.1
Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah memberikan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual, dan kesempatan untuk pertumbuhan emosional, juga sebagai sumber identitas dan harga diri (Gardiner & Kosmitzky, dalam Papalia, 2009). Pernikahan merupakan komitmen public, dan pasangan yang membuat komitmen demikian menaruh rasa percaya terhadap ikatan tersebut. (Papalia, 2009) Anwar (1991) berpendapat bahwa pernikahan menurut bahasa adalah berkumpul dan menurut istilah adalah aqad yang menghalalkan persetubuhan. Kemudian menurut UU no.1 tahun 1974 tentang perkawinan mengartikan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhan Yang Maha Esa.
2.3 Kecemasan Menghadapi Pernikahan Ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi, dimana seseorang takut akan adanya kegagalan dalam berkeluarga, ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dan takut akan kegagalan membentuk keluarga yang bahagia. Takut tidak bisa menjadi kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Bagi pria takut tidak mampu untuk menafkahi keluarganya. Kekhawatiran yang dialami oleh individu ketika menghadapi masa dimana dirinya dianjurkan untuk melangkah ke jenjang pernikahan yang mengharuskan dirinya untuk menjalin suatu ikatan dengan lawan jenisnya untuk hidup bersama. Akan tetapi dalam hal ini individu merasa dirinya belum siap untuk hal tersebut.
2.4 Religiusitas 2.4.1 Pengertian Religiusitas Religiusitas memiliki peranan dalam penyesuaian diri. Penelitian oleh Bergins, Masters dan Richards (dalam, Astuti, 1999) yang hasilnya bahwa individu yang religius (dalam arti benar-benar menginternalisasikan kepercayaan-kepercayaan agama mereka dan hidup dengan aturan agama itu secara tulus dan ikhlas), dapat menyesuaikan diri dengan baik dan jarang mengalami kecemasan. (Sari, 2008) Religiusitas didefinisikan sebagai manifestasi seberapa jauh individu menganut agama, meyakini, menghayati, memahami, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dari semua aspek agama. (Ancok, 2005)
Gazalba 1987 (dalam Ghufron, 2010) mengatakan religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa latin "religio" yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Ini mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Anshori 1980 (dalam Ghufron, 2011) mengatakan bahwa religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Pendapat tersebut senada dengan Dister (Subandi, 1988 yang dikutip dalam Ghufron, 2011) mengartikan bahwa religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Mons 1989 (dalam Ghufron, 2011) mengartikan keberagamaan sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari manusia kepada Yang Maha Kuasa yang memberikan perasaan aman. Menurut Nasution (dalam Arifin, 2008) secara definitive agama adalah kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. Kemudian Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi (relegere, religare), dan agama. Al-din (Semit) berarti undangundang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, mendudukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapaun dari kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian, religare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a = tak, gam = pergi mengandung arti tak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun. (Arifin, 2008).
Menurut Thouless (1995) religious adalah sikap/cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terkait ruang dan waktu. Definisi lainnya, seperti yang dikutip oleh Pargemen dalam Rakhmat (2005). Agama telah didefinisikan sebagai: perasaan, tindakan dan pengalaman individu-individu dalam kesepiannya, sepanjang mereka melihat dirinya berhadapan dalam hubungan dengan apa yang dianggapnya sebagai Tuhan. Menurut Glock & Stark (dalam Ancok, 2004), religious adalah symbol system keyakinan, system nilai, dan system perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Kemudian Glock & Stark juga berpendapat, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual). Menurut Fetzer (1999) definisi religiusitas adalah seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experience), mengalami kebermaknaan hidup dengan beragama (religion meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamnya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek beragama (ibadah) secara menyendiri (private religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual
history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preference). Dewey (2001) memberikan definisi agama secara substantif yaitu, pengakuan menusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan tidak tampak yang mengawasi nasib manusia dan berhak atas kepatuhan, hormat, dan pujian. Smith (dalam Raiya 2006) berpendapat bahwa kata religio yang disebut "sesuatu yang sedang dilakukan, atau salah satu pikiran yang paling dalam, atau yang melanggar komitmen, menuntut ketaatan atau mengancam bencana dan menawarkan hadiah atau mengikat dalam komunitas seseorang. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatannya pada agama yang dianutnya. (Sururin, 2004) Dari pemaparan para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas merupakan suatu pernilaian, pemahaman, praktek dalam kehidupan sehari-hari individu tentang keberagamaan yang di anutnya.
2.4.2
Aspek-aspek Religiusitas
Menurut Raiya (2006), menjelaskan bahwa terdapa delapan aspek religiusitas, yaitu: 1. Islamic Religious Conversion, Pargamant 1997 (dalam Raiya, 2006) mengusulkan definisi konversi agama: "Dalam rangka untuk menciptakan kehidupan, individu tentu saja mengalami perubahan dramatis, perubahan
di mana diri menjadi diidentifikasi dengan suci" (hal. 248). Fitur utama dari proses ini adalah bahwa pengakuan itu sendiri adalah terbatas dan penggabungan suci itu sendiri (Mahoney & Pargaamant 2004, dalam Raiya 2006). 2. Islamic Dimensions dan Islamic Religious Struggle adalah dimensi keyakinan, dimensi praktek, dimensi etika melakukan atau tidak, etika jangan melakukan, pertahanan/perjuangan agama ketika menghadapi kesulitan, keraguan, dan konflik yang individu alami. 3. Islamic Positive Religious Coping, Pargament dkk. 2000 (dalam Raiya, 2006), metode yang positif dari agama mencerminkan hubungan rasa aman dengan Allah, suatu keyakinan bahwa ada makna yang lebih besar untuk ditemukan, dan rasa keterhubungan spiritual dengan orang lain 4. Islamic Negative Religious Coping, Menurut Pargament dkk 2000(dalam Raiya, 2006), pola negatif agama coping melibatkan ekspresi kurang aman dengan Allah, pandangan lemah dan tak menyenangkan dari dunia dan perjuangan agama untuk menemukan dan melestarikan penting dalam hidup. Pola coping diukur menggunakan bentuk pendek terhadap subskala agama Islam negatif. 5. Islamic Religious Internalization-Identification, menurut Ryan dkk.1993 (dalam Raiya, 2006), mengidentifikasi keagamaan merupakan adopsi dari keyakinan agama sebagai nilai-nilai pribadi.
6. Islamic Religious Internalization-Introjection, perilaku didorong oleh tujuan lain, cemas merasa bersalah, dan kehilangan harga diri. Ryan dkk.1993 (dalam Raiya, 2006). 7. Islamic Religious Exclusivism, menurut Pargamant 1997 (dalam Raiya, 2006), eksklusivisme agama mencerminkan asumsi bahwa ada realitas mutlak dan cara tunggal untuk melakukan pendekatan.
2.4.3
Ciri-Ciri Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Menurut jalaludin (dalam Sururin, 2004), sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap keberagamaan pada orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran matang, bukan sekedar ikut-ikutan. 2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku. 3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan. 4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup. 5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimabangan hati nurani. 7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kebribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima,
memahami
serta
melaksanakan
ajaran
agama
yang
diyakininya. 8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.
2.5
Dewasa
2.5.2 Definisi Dewasa Masa dewasa kendati yang sah yang menandai awal masa dewasa dapat dengan mudah ditentukan, lebih sukar untuk menunjukkan permulaannya secara psikologis. Masa dewasa membawa serta tingkat kedewasaan/kematangan tertentu yang tidak selalu merupakan dampak pencapaian usia tertentu. Pada masa dewasa belajar menerima tanggung jawab atas tindakan kita, mengambil keputusan sendiri dan belajar dari kesalahan kita. (Andrew, 1996) Istilah adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolesceneadolescere- yang berarti ”tumbuh menjadi kedewasaan”. Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”. Atau “telah menjadi
dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. (Harlock, 1980) Dewasa (adulthood) bisa mengandung banyak arti. Tergantung dari sudut pandangnya, bahkan bisa saling bertentangan. Di Jepang, misalnya, dimana usia harapan hidupnya mencapai 72 tahun, seseorang yang berusia 69 tahun masih diangap usia pertengahan, sedangkan di Indonesia yang usia harapan hidupnya 62 tahun, orang tersebut sudah di anggap manusia lansia (lanjut usia). (Sarwono, 2009). Selama masa awal kedewasaan, seseorang mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak yang menikah atau membentuk jenis hubungan intim lain. Keintiman berarti masa suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin hubungan mesra (karena mereka takut disakiti atau tidak mampu berbagi) menanggung akibat diisolasikan. Studi menunjukkan bahwa hubungan intim dengan pasangan yang penuh dorongan secara nyata mendukung kesehatan emosi dan fisik seseorang. (Atkinson, 1999)
2.5.3
Masalah-Masalah Masa Dewasa
Banyak masalah yang dihadapi oleh orang dewasa, (Andrew, 1996) yakni: 1. Pekerjaan Menekankan kebutuhan manusia untuk menemukan maksud dan makna dalam kehidupan dan tentunya pekerjaan memberikan situasi dimana orang dewasa mungkin dapat berharap menemukan suatu maksud dan keberhasilan seperti
itu. Akan tetapi pekerjaan masih menimbulkan banyak masalah. Sebagian besar masalah ini timbul karena sifat pekerjaan yang harus kompetitif. 2. Pendekatan dan Pernikahan Orang dewasa dihadapkan pada sebuah pernikahan, beberapa orang menikah dengan gambaran ideal tentang pasangannya yang amat kecil hubungannya dengan orang yang sebenarnya. Bentuk ikatan semacam ini kemungkinan tidak akan membuahkan pernikahan yang sukses karena tidak ada pria atau wanita yang dapat menjalani kehidupan tersebut dan memperoleh kebahagiaan dengan suami istri yang tidak mampu mengemban tanggung jawab dari hidup pernikahan. 3. Menjadi Orang Tua Bila keberhasilan pernikahan menunjukkan salah satu tanda utama dari kedewasan, mungkin benar bila kita mengatakan bahwa penyesuaian diri terhadap fungsi sebagai orang tua bahkan lebih penting lagi. 4. Kehilangan Orang-Orang yang Disayang Banyak ayah-ibu muda usia masih mempunyai orang tua sendiri dan akhirnya kehilangan orang tua sendirilah yang kemudian menimbulkan situasi menekan jiwa yang harus dihadapi oleh semua oran dewasa. 5. Proses Menjadi Manula Tahap lanjut dari kehidupan orang dewasa, masa separuh baya, yang menimbulkan masalah-masalah baru yang menuntut penyesuaian diri lagi dari pria maupun wanita.
2.5.4
Pembagian Masa Dewasa
1. Masa Dewasa Dini Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun,
saat
perubahan-perubahan
fisik
dan
psikologis
yang
menyertai
berkurangnya kemampuan reproduksi. (Harlock, 1980) Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Dimana dewasa dini tersebut memiliki cirri-ciri sebagai berikut; (Harlock, 1980)
Masa pengaturan
Usia reproduksi
Masa bermasalah
Masa ketegangan emosional
Masa keterasingan sosial
Masa komitmen
Masa ketergantungan
Masa perubahan nilai
Masa Penyesuaian diri dengan cara hidup baru
Masa kreatif
2. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya masa dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik an psikologis yang jelas Nampak pada setiap orang 3. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut) Masa dewasa lanjut-senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.
2.6 Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Status Bekerja, dan Suku Bangsa Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Jenis kelamin merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur diukur dari lahir sampai masa kini atau dari kejadian bermula sampai masa yang sedang dijalani. Semakin dewasa manusia, semakin mudah individu tersebut memiliki sikap toleransi dan menyikapi suatu keadaan.
Pendidikan terakhir/tingkat pendidikan individu sangat penting untuk diperhatikan
karena
tingkat
pendidikan
yang
dimiliki
seseorang
akan
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tingkah laku mereka. Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Anggota suatu suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah, ibu, atau menurut keduanya.
2.7 Kerangka Berfikir Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Kecemasan dalam suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. (Ghufron, 2010) Menurut Cendrawati (dalam Sari & Kuncoro, 2011) bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah keadaan pribadi individunya, pengalaman yang tidak menyenangkan, dukungan sosial, konflik serta lingkungan, dan kehilangan orang terdekat. Religiusitas menunjuk pada tingkat ketertarikan individu terhadap agamanya, hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala tindakan dan pandangan hidupnya. (Ghufron, 2010)
Raiya (2006), mengatakan bahwa kesejahteraan beragama adalah ukuran yang menilai sejauh mana individu merasa agama sebagai aspek yang mempengaruhi dari kehidupan individu (rasa makna hidup, identitas pribadi, rasa kebersamaan, rasa kenyamanan pribadi, rasa ketenangan pikiran, kesehatan fisik, dan kemampuan untuk mengatasi situasi sulit dalam kehidupan). Dengan berserah diri kepada Allah/keberagamaan yang kuat ini akan menyebabkan kita menjadi orang yang selalu siap menghadapi masalah kita. Kita akan siap menghadapi tantangan yang selalu menghadang di depan kita, karena kita yakin dan sesulit apapun masalah kita, Allah selalu berada didepan kita membimbing kita unruk menyelesaikan masalah tersebut. (Setiyo, 2011) Sebagian besar penyebab dari rasa cemas menghadapi pernikahan adalah kurangnya rasa religiusitas yang tinggi, belum matangnya kehidupan emosi serta belum berkembangnya sikap mandiri dalam menghadapi berbagai persoalan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat religiusitas salah satu faktor untuk mengurangi kecemasan ketika akan menghadapi pernikahan. (Suwanti, 2003) Dengan memiliki pengetahuan akan agama yang cukup baik itu dari orang tua, tempat ia menempuh pendidikan, maupun lingkungan masyarakat, maka secara tidak langsung seseorang yang seperti itu akan terhindar dan tidak terjerumus kedalam pelanggaran, dan dapat menjauhi larangan-larangan agama serta terhindar dari perbuatan yang tidak diinginkan.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir Religiusitas 1. Islamic Dimension 2. Islamic Religious Conversion 3. Islamic Positive Religious Coping 4. Islamic Negative Religious Coping 5. Islamic Religious Struggle 6. Islamic Religious Internalization-identification 7. Islmaic Religious Internalization-introjuction 8. Islamic Religious Exclusivism
Biografis
1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Pendidikan Terakhir 4. Status Bekerja 5. Suku Bangsa
Kecemasan Menghadapi Pernikahan
2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teori di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Hipotesis Mayor Ha
: Adanya pengaruh yang signifikan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Hipotesis Minor Ho1 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Dimensions terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho2 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Conversion terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho3 : Tidak ada pengaruh varoiabel Islamic Positive Religious Coping terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho4 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Negative Religious Coping terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho5 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Struggle terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho6 : Tidak
ada
pengaruh
variabel
Islamic
Religious
Internalization-
Identification terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho7 : Tidak ada pengaruh variabel Islamic Religious Internalization-Introjection terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang
Ho8 : Ada pengaruh variabel Konsep Islamic Religious Exclusivism tehadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho9 : Tidak
ada
pengaruh
variabel
karakteristik
demografis
(jenis
kelamin/gender) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho10 : Tidak ada pengaruh variabel kerakteristik demografis (tingkat pendidikan) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho11 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Usia) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. Ho12 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Status Bekerja) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang Ho13 : Tidak ada pengaruh variabel karakteristik demografis (Suku Bangsa) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berikut ini akan di uraikan mengenai mentode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yang mana terdiri dari beberapa sub-bab, dimana sub-bab tersebut adalah populasi dan sampel, variable penelitian, metode dan instrument pengumpulan, tehnik pengolahan data, dan prosedur penelitian. 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini ingin melihat pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang, pengaruh tersebut disajikan dalam data yang berbentuk angka-angka sehingga bisa diketahui nilai hubungannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instruman penulisan, analisis bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Proses penulisan bersifat deduktif, dimana untuk merumuskan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. (Sugiyono, 2008).
3.1.2. Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay (dalam Sevilla, 1993) mengungkapkan bahwa metode deskriptif adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipoteis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
3.2. Populasi, Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas Responden yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Pabean dan Tegal Bunder di Kota Cilegon sebanyak 301 responden.
3.2.2 Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang diambil adalah 75 responden. Hal ini mengacu pada pendapat Bailey yang menyebutkan, bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30 (Iqbal, 2002). Karakteristik sampel yang akan diambil pada penelitian ini ialah : 1. Orang Dewasa laki-laki dan perempuan yang Melajang 2. Berumur 27 tahun sampai 40 tahun
3.2.3 Teknik Pengambilan sampel Teknik pengambilan sample pada penelitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, (Sugiyono,2007). Atau bentuk lain dari non-probability sampling adalah sampling purposive (bertujuan), dengan cara mendatangi subjek yang memang termasuk dalam kriteria dalam penelitian, ciri sampling ini adalah penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel representative dengan cara meliputi wilayahwilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya. (Kerlinger, 1990)
3.3 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai, atau sifat yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Sarwono (2006) menyebutkan variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabelnya di ukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang di observasi. Dan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sesuai judul dalam penelitian ini, yang menjadi Dependen Variabel dalam penelitian ini ialah kecemasan (Y), sedangkan Independen Variabel dalam
penelitian ini ialah religiusitas yang mencakup islamic dimensions (X1), islamic religious conversion (X2), islamic positive religious coping (X3), islamic negative religious coping (X4), islamic religious struggle (X5), islamic religious Internalization identification (X6) islamic religious internalization-introjection (X7), islamic religious exclusivism (X8). Kemudian variabel tambahan yaitu jenis kelamin /gender (X9), usia (X10), tingkat pendidikan (X11), status bekerja (X12), dan Suku Bangsa (X13).
3.3.1. Identifikasi Variabel 1.
Kecemasan Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990). 2.
Religiusitas Religiusitas didefinisikan sebagai sistem cara pandang individu mengenai
kedudukan agama dalam hidupnya, yang menentukan pola bentuk relasi individu dengan agamanya.
3.3.2 Definisi Operasional Nazir (1983) menyebutkan definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat membentuk definisi opersaional yang diukur (measured),
ataupun definisi operasional eksperimental. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Religiusitas Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dari skala religiusitas yang terdiri dari Islamic dimensions, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-indentification, Islamic religious internalization-introjection, dan islamic religious exclusivism. 2. Kecemasan Kecemasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor dari skala kecemasan yang terdiri dari kecemasan obyektif (objective anxiety), kecemasan penyakit (neurotic anxiety), dan kecemasan moral (moral anxiety) 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala sebagai alat pengumpul data, yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh jawaban dari reponden. Skala yang digunakan adalah model skala likert, yaitu pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi pernyataan setuju atau tidak setuju (Sevilla,1993). Untuk skala kecemasan diambil dari bentuk-bentuk kecemasan menurut Freud, dengan pernyataan yang dibuat dengan kategori favoriable dan unfavoriable dengan empat alternatif jawaban yaitu : (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, dan (STS) Sangat Tidak Setuju. Dimana masing-masing memiliki skor item sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skor Item Skala Variabel Kecemasan Item Favorable
Skor Item Unfavorable
Skor
SS (sangat setuju)
4
SS (sangat setuju)
1
S (setuju)
3
S (setuju)
2
TS (tidak setuju)
2
TS (tidak setuju)
3
STS (sangat tidak setuju)
1
STS (sangat tidak setuju)
4
Kemudian pada skala religiusitas mengacu pada aspek-aspek religiusitas dari Hisham Abu Raiya. Dimana sebuah pernyataan yang memiliki alternative jawaban sebagai berikut ; (1) Aspek Islamic Dimension & Islamic Religious Conversion: Sangat Tidak Percaya, Tidak Percaya, Ragu, Percaya, dan Sangat Percaya. (2) Aspek Islamic Positive Religious Coping & Islamic negative Religious Coping: Tidak Pernah, Kadang-Kadang, Pernah, Sering, Sangat Sering. (3) Aspek Islamic Religious Struggle & Islamic Religious InternalizationIdentification: Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, Sangat Setuju. (4) Aspek Islamic Religious Internalization-Identification & Islamic Religious Exclusivism: Sama sekali tidak benar, Tidak benar, Netral, Benar, Sangat Benar. Dimana masing-masing memiliki skor item sebagai berikut:
Tabel 3.2 Skor Item Skala Variabel Religiusitas (1) Aspek Islamic Dimension & Islamic Religious Conversion: Item
Skor
Sangat Tidak Percaya
1
Tidak Percaya
2
Ragu
3
Percaya
4
Sangat Percaya
5
(2) Aspek Islamic Positive Religious Coping & Islamic negative Religious Coping: Item
Skor
Tidak Pernah
1
Kadang-Kadang
2
Pernah
3
Sering
4
Sangat Sering
5
(3) Aspek Islamic Religious Struggle & Islamic Religious InternalizationIdentification: Item
Skor
Sangat Tidak Setuju
1
Tidak Setuju
2
Netral
3
Setuju
4
Sangat Setuju
5
(4) Aspek Islamic Religious Internalization-Identification & Islamic Religious Exclusivism: Item
Skor
Sama sekali tidak benar
1
Tidak benar
2
Netral
3
Benar
4
Sangat Benar
5
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian, yaitu : a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden, dan ucapan terima kasih peneliti. b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status bekerja, dan suku bangsa). Data kontrol ini berisi pertanyaan terbuka. c. Bagian inti, berisi dua alat ukur penelitian ini yaitu alat ukur kecemasan dan religiusitas.
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data Skala yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala kecemasan dan religiusitas.
a. Skala Kecemasan Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran kecemasan menggunakan skala yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan acuan dari macam-macam kecemasan menurut Freud sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Blue Print Try Out Skala Kecemasan
No.
Aspek/Komponen
1.
Kecemasan obyektif (objective anxiety)
2.
3.
Indikator Reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya
Kecemasan Kecemasan penyakit (neurotic yang tidak anxiety) menentu Kecemasan pada situasi Kecemasan moral (moral anxiety)
Pernyataan Favorabel Unfavorabel 1*, 2, 3*, 4*, 5
13*, 14*, 15*, 16*, 17
10
6, 7, 8*
18*, 19*, 20*
6
21*, 22, 23*, 24
8
12
24
9*, 10, Kecemasan dari dorongan 11*, 12 merasa berdosa/bersa lah
Jumlah Keterangan : * = Validitas > 0,3
Jumlah
12
Tabel 3.4 Blue Print Skala Real Kecemasan
No. 1.
2.
3.
Aspek/ Kompenen
Indikator
Pernyataan Favorabel
Unfavorabel 13, 14, 15, 16
Kecemasan obyektif (objective anxiety)
Reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya
1, 3, 4
Kecemasan penyakit (neurotic anxiety)
Kecemasan yang tidak menentu Kecemasan pada situasi
8
Kecemasan moral (moral anxiety)
Jumlah
7
18, 19, 20 4
9, 11
21, 23
Kecemasan dari dorongan merasa berdosa/bersalah
Jumlah
4
6
10
15
b. Skala Religiusitas Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti untuk melakukan pengukuran religiusitas menggunakan skala yang disusun mengikuti acuan dari Raiya (2006) sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5 Blue Print Try Out Skala Religiusitas No.
Indikator
Indikator
Indtrumen/Pernyataan Jumlah
1.
Islamic
Keyakinan
1*, 2*, 3, 4, 5*, 6, 7, 8*,
Dimensions
Praktek
9, 10
Islamic Religious
Adanya perubahan 11*, 12, 13, 14*, 15*,
2.
Conversion
terhadap Agama
10
16*, 17, 18, 19, 20*, 21,
15
22, 23, 24, 25 3.
Islamic Positive Religious Coping
4.
Islamic Negative Religious Coping
5.
Islamic Religious Struggle
Rasa aman dengan
26, 27, 28*, 29* 4
keberadaan Allah Ekspresi tidak aman 30, 31, 32, 33*, 34, 35, dengan Allah Tetap yakin
36, 37
8
38, 39, 40*, 41, 42*, 43 6
kebesaran Allah meski saat mendapat kesulitan
6.
Islamic Religious Keyakinan Agama 44, 45, 46, 47, 48, 49*, Internalization-
sebagai nilai pribadi 50, 51*, 52*, 53*, 54*,
Identification
18
55, 56, 57, 58, 59*, 60, 61
7.
8.
Islamic Religious
Adanya dorongan
Internalization-
dari tujuan lain dan
Introjection
rasa bersalah
Islamic Religious Exclusivism
Pendekatan diri terhadap Agama
77*, 78* 2
62, 63, 64*, 65*, 66, 67, 68, 69*, 70, 71, 72*, 73*, 74*, 75, 76, 79*
Jumlah
79 Keterangan : * = Validitas > 0,3
16 79
Tabel 3.6 Blue Print Skala Real Religiusitas No. 1.
2.
Aspek/ Komponen Islamic
Keyakinan
Dimensions
Praktek
Islamic Religious
Adanya
Conversion 3.
4.
Islamic Positive
Rasa aman dengan
Islamic Negative
Ekspresi tidak aman
Struggle
Jumlah 4
5
terhadap Agama
keberadaan Allah
Islamic Religious
Instrumen/ Pernyataan 1, 2, 5, 8
perubahan 11, 14, 15, 16, 20
Religious Coping
Religious Coping 5.
Indikator
28, 29 2 33 1
dengan Allah Tetap yakin
40, 42 2
kebesaran Allah meski saat mendapat kesulitan
6.
Islamic Religious Keyakinan Internalization-
Agama 49, 51, 52, 53,
sebagai nilai pribadi
54, 59
6
Identification 7.
8.
Islamic Religious
Adanya dorongan
Internalization-
dari tujuan lain dan
Introjection
rasa bersalah
Islamic Religious Exclusivism Jumlah
Pendekatan diri terhadap Agama
77, 78 2
64, 65,69, 72, 73, 74, 79
7
29
29
3.5. Uji Instrumen Penelitian 3.5.1 Uji Reliabilitas Reliabililitas adalah kemantapan, konsistensi, prekditabilitas/keteramalan, dan kejituan/ketepatan alias akurasi. (Kerlinger, 2006). Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relative sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Azwar, 2003) Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 16. hasil uji reliabilitas skala religiusitas dan kecemasan adalah sebagai berikut: 1. Nilai reliabilitas skala religiusitas dengan 29 item valid adalah sebesar 0,833. Oleh karena itu, skala religiusitas dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. 2. Nilai reliabilitas skala kecemasan dengan 15 item valid adalah sebesar 0,886. oleh karena itu, skala kecemasan ini dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti dikutip oleh Iqbal (2002) dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Kriteria
Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel
> 0,9
Reliabel
0,7 – 0,9
Cukup Reliabel
0,4 – 0,7
Kurang Reliabel
0,2 – 0,4
Tidak Reliabel
< 0,2
3.5.2 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan adalah menggunakan analisi regresi. Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel
independen
di
manipulasi/dirubah-rubah
atau
dinaik-turunkan.
(Sugiyono, 2007) .Jenis analisis regresi yang digunakan adalah anilisis regresi berganda, yaitu analisis yang digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nialinya). Analisis regresi ganda dilakukan bila jumlah variabel indipenden nya minimal 2. (Sugiyono 2007) Adapun persamaan regresi untuk n prediktor adalah: y’= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ... + bnXn Ŷ : Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah kecemasan X1, X2,....., XP : Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p : Jumlah independent variable (IV) a : Intercept / konstanta b1, b2,......, bp : Koefisien regresi untuk masing-masing IV Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu : 1. R² yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan dependent variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV). 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yag signifikan dari independent variabel (IV) yang bersangkutan. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
3.6. Prosedur Penelitian Untuk mendapatkan data yang baik maka dibutuhkan suatu prosedur penenlitian yang sudah dirancang dengan sebaik mungkin, dimana prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.6.1
Tahap Persiapan
a. Dimulai dengan perumusan masalah b. Menentukan Variabel penelitian c. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengeni Variabel penelitian yang akan di angkat d. Menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
e. Melakukan tahap Uji Coba (Try Out) pada 35 responden yang berasal dari masyarakat Kelurahan Pabean RW 004, didsini peneliti melakukan Uji Coba (Try Out) sebanyak 2 kali karena terdapat kelemahan terhadap hasil ke validan item, 3.6.2
Tahap Pengambilan Data
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian b. Meminta kesediaan responden untuk mengisi angket c. Melaksanakan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden penelitian Dimana dalam tahap pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti melakukan tahap Field Study pada 75 responden yang berasal dari masyarakat Kelurahan Pabean RW 003 dan Kelurahan Tegal Bunder di Kecamatan Purwakarta Cilegon Banten.
3.6.3 Tahap Pengolahan Data a. Melakukan scoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden b. Melakukan Analisis Data dengan menggunakan metode Statistic untuk menguji hipotesis penelitian c. Melakukan interpretasi dan analisis dari hasil penelitian
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi empat bagian yaitu gambaran umum responden, analisis deskriptif, uji hipotesis, dan proposi varian 4.1. Gambaran Umum Responden Dalam sub bab ini dibahas mengenai gambaran responden dari sampel yang digunakan dalam penelitian. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah Orang Dewasa yang Melajang, dimana yang dimaksud dengan orang dewasa yang melajang adalah orang dewasa yang belum memiliki pasangan hidup/belum menikah, dimana peneliti mengunakan sampel yang berusia 27 sampai 40 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Group Statistics JenisKelami n Kecemasan Laki-Laki Perempuan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
52 46.9615
3.79867
.52678
23 45.0870
2.66139
.55494
Dari hasil data di atas, diketahui bahwa responden dalapenelitian ini berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52 orang dan perempuan sebanyak 23 orang.
Jadi responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia NO
Usia
Jumlah
Persentasi
1
27-29 Tahun
43
57.33 %
2
30-34 Tahun
23
30.67 %
3
35-40 Tahun
9
12 %
75
100 %
Total
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari usia yang berbeda, yaitu dari usia 27 tahun sampai 29 tahun sebanyak 43 responden (57.33%), usia 30 tahun sampai 34 tahun sebanyak 23 responden (30.67%), dan usia 35 tahun sampai 40 tahun sebanyak 9 responden (12%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari usia 27 sampai 29 tahun. Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir NO
Pendidikan
Jumlah
Persentasi
1
SD/MI
2
2.67 %
2
SMP/MTS
13
17.33 %
3
SMA/ALIYAH
40
53.33 %
4
S1
20
26.67 %
75
100 %
Total
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari pendidikan yang berbeda, yaitu dari SD/MI sebanyak 2 responden (2.67%),
SMP/MTS sebanyak 13 responden (17.33%), SMA/ALIYAH sebanyak 40 responden (53.33%), dan S1 sebanyak 20 responden (26.67%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari yang memiliki pendidikan terakhir SMA/ALIYAH. Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Bekerja NO
Status Bekerja
Jumlah
Persentasi
1
Tidak Bekerja
22
29.33 %
2
Pekerja Swasta
18
24.01 %
3
Pekerja Wira Swasta
16
21.33 %
4
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
19
25.33 %
75
100 %
Total
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari status bekerja yang berbeda, yaitu dari yang tidak bekerja sebanyak 22 responden (29.33%), dari pegawai swasta sebanyak 18 responden (24.01%), dari pegawai wira swasta sebanyak 16 responden (21.33%), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 19 responden (25.33%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari responden yang tidak bekerja.
Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Suku Bangsa NO
Suku Bangsa
Jumlah
Persentasi
1
Jawa
54
72 %
2
Sunda
18
24%
3
Minang
3
4%
75
100 %
Total
Dari hasil di atas, diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari suku bangsa yang berbeda, yaitu dari suku bangsa jawa sebanyak 54 responen (72%), dari suku bangsa sunda sebanyak 18 responden (24%), dan dari suku bangsa minang sebanyak 3 responden (4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang lebih banyak digunakan dalam penelitian ini berasal dari responden yang memiliki suku bangsa jawa.
4.2 Analisi Deskriptif Berikut ini akan di uraikan analisis deskriptif religiusitas dan kecemasan menghadapi pernikahan, yang trdiri dari distribusi skor pada masing-masing variabel.
Tabel 4.6 Distribusi Skor Religiusitas dan Kecemasan Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Kecemasan
75
39.00
578
Valid N (listwise)
75
60.00
46.3867
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.6 tentang analisis deskriptif di atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel kecemasan adalah 46.3867 standar deviasi sebesar 3.57882, dengan nilai minimum 39 dan nilai maksimum 60. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 60-39 = 21, jarak tersebut kemudian dibagi tiga untuk dilihat nila tengahnya yaitu 21/3 = 7. Maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut: Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Kecemasan Kategori
Rentang
Frekuensi
%
Tinggi
54-60
16
16%
Sedang
47-53
16
16%
Rendah
39-46
43
43%
75
75%
Jumlah
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor kecemasan, seperti ditunjukkan dalam tabel 4.7, diketahui bahwa mayoritas responden (16%) memiliki kecemasan mengahadapi pernikahan tinggi, (16%) memiliki kecemasan
menghadapi pernikahan sedang, dan (43%) memiliki kecemasan menghadapi perniakahan rendah. Tabel 4.8 Distribusi Skor Religiusitas dan Kecemasan Descriptive Statistics N
Minimum Maximum Mean
Religiusitas
75
101.00
Valid N (listwise)
75
134.00
Std. Deviation
118.5867 9.01814
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.8 tentang analisis deskriptif di atas, maka dapat diketahui bahwa mean dari variabel religiusitas adalah 586 standar deviasi sebesar 9.01814, dengan nilai minimum 101 dan nilai maksimum 134. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 134-101 =
33, jarak tersebut
kemudian dibagi tiga untuk dilihat nila tengahnya yaitu 33/3 = 11. Maka diperoleh kategorisasi sebagai berikut: Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Religiusitas Kategori
Rentang
Frekuensi
%
Tinggi
124-134
29
29%
Sedang
113-123
23
23%
Rendah
101-112
23
23%
75
75%
Jumlah
Berdasarkan hasil penghitungan kategori skor religiusitas, seperti ditunjukkan dalam tabel 4.9, diketahui bahwa mayoritas responden (29%)
memiliki religiusitas tinggi, (23%) memiliki religiusitas sedang, dan (23%) memiliki religiusitas rendah.
4.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing IV terhadap DV. Langkah pertama peneliti menganalisis islamic dimension, islamic religious conversion, islamic positive religious coping, islamic negative religious coping, islamic religious struggle, islamic religious Internalization identification, islamic religious internalization-introjection, islamic religious exclusivism, jenis kelamin /gender, usia, pendidikan terakhir , status bekerja, dan suku bangsa terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Tabel 4.10 Anova Analisi Regresi 8 Variabel ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square F
Sig.
Regression 141.961
8
17.745
.192a
Residual
805.826
66
12.209
Total
947.787
74
1.453
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification b. Dependent Variable: Kecemasan
4.3.1 Uji Hipotesis Mayor Uji hipotesis mayor merupakan uji hipotesis untuk menjawab pertanyaan : apakah ada pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. Dari tabel 4.10 dapat diketahui F hitung sebesar 1,453 dengan signifikansi 0,192. Artinya ke 8 IV (Islamic dimensions, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalization-identification, Islamic religious
internalization-introjection,
Islamic
religious
exclusivism)
tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
Tabel 4.11 Tabel Koefisien 13 Variabel Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
55.582
6.989
IslamicDimensions
.348
.283
IslamicReligiousConversion
.029
IslamicPositiveReligiousCoping IslamicNegativeReligiousCopin g
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
7.953
.000
.178
1.232
.223
.272
.017
.106
.916
-.112
.581
-.036
-.192
.848
-.146
.714
-.029
-.204
.839
-2.149
.763
-.530 -2.815
.007
IslamicReligiousInternalization Identification
.090
.258
.067
.348
.729
IslamicReligiousInternalizationI ntrojection
.110
.454
.032
.242
.810
IslamicReligiousStruggle
IslamicReligiousExclusivism
.146
.183
.121
.798
.428
-.075
1.182
-.010
-.064
.949
-1.139
.656
-.224 -1.735
.088
.031
.625
.006
.049
.961
StatusBekerja
-.196
.442
-.064
-.443
.660
SukuBangsa
-.120
.749
-.023
-.160
.873
JenisKelamin Usia PendidikanTerakhir
a. Dependent Variable: Kecemasan Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu : (y’)= 55,582 + (348)X1 + (029)X2 + (-112) X3 + (-146) X4 + (-2,149) X5 + (090) X6 + (110) X7 + (146) X8 + (-075) X9 + (-1.139) X10 + (031) X11 + (-196) X12 + (120) X13
Keterangan y
‘
= Kecemasan , X1= islamic dimension, X2 = islamic religious
conversion, X3 = islamic positive religious coping, X4 = islamic negative religious coping, X5 = islamic religious struggle, X6 = islamic religious Internalization identification, X7 = islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic religious exclusivism, X9 = jenis kelamin /gender, X10 = usia, X11 = pendidikan terakhir , X12 = status bekerja, X 13 = suku bangsa. Tabel diatas menjawab berbagai hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :
4.3.2 Uji Hipotesis Minor
Uji hipotesis ini merupakan uji hipotesis untuk menjawab hipotesis minor, rinciannya adalah sebagai berikut: 1. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic dimension= 0,223. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic dimension tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 2. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious conversion = 0,916. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious conversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 3. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic positive religious coping = 0,848. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic positive religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 4. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic negative religious coping = 0,839. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic positive religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan kecemasan menghadapi pernikahan. 5. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious struggle = 0,007. Karena p <0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious struggle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 6. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious internalization identification = 0,729. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
Islamic religious internalization identification tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 7. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious internalization introjection = 0,810. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious internalization introjections tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 8. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk Islamic religious exclusivism = 0,428. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Islamic religious exclusivism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 9. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk jenis kelamin = 0,949. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 10. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk usia = 0, 088. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 11. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk pendidikan terakhir = 0, 961. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. 12. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p untuk status bekerja = 0, 660. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa status bekerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan.
13. Pada tabel 4.11 diketahui nilai p suku bangsa = 0, 873. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan. Jika akan dilakukan intervensi terhadap pengurangan kecemasan menghadapi pernikahan, maka variabel yang perlu diperhatikan adalah Islamic religious struggle.
4.4 Proporsi Varian Untuk melihat proporsi varian dari kecemasan menghadapi pernikahan yang secara keseluruhan dapat diterapkan pada 13 aspek IV (islamic dimension, islamic religious conversion, islamic positive religious coping, islamic negative religious coping, islamic religious struggle, islamic religious Internalization identification, islamic religious internalization-introjection, islamic religious exclusivism, jenis kelamin /gender, usia, pendidikan terakhir , status bekerja, suku bangsa), peneliti melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12 Model sumari Analisis Regresi 13 Variabel Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.441a
.194
.022
3.53869
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism, Usia, IslamicReligiousConversion, PendidikanTerakhir, StatusBekerja, IslamicDimensions, JenisKelamin, IslamicReligiousInternalizationIdentification, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa nilai R = 0, 441 dengan nilai R2 = 0, 194. Artinya adalah proporsi varians dari kecemasan menghadapi pernikahan yang secara keseluruhan dapat diterapkan pada 13 variabel ialah 19,4 %. Atau dengan kata lain, 13 IV tersebut memberi pengaruh sebesar 19,4 % terhadap kecemaan menghadapi penikahan. Sedangkan sisanya 80,6 % dapat dijelaskan dengan variabel lain.
Tabel 4.13 Anova Analisis Regresi 13 Variabel ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
183.927
13
14.148
Residual
763.860
61
12.522
Total
947.787
74
F 1.130
Sig. .353a
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism, Usia, IslamicReligiousConversion, PendidikanTerakhir, StatusBekerja, IslamicDimensions, JenisKelamin, IslamicReligiousInternalizationIdentification, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping b. Dependent Variable: Kecemasan Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 1,130 dengan signifikansi 0,353.
Artinya ke 13 IV tidak berpengaruh terhadap kecemasan
menghadapi pernikahan. Sedangkan untuk mengetahui proporsi varians dari religiusitas (8 variabel: Islamic dimensions, Islamic Religious conversion, Islamic Positivere ligious coping, Islamic negative religious coping, Islamic Religious struggle, Islamic Religious
internalization-identification,
Islamic
Religious
internalization-
introjection, Islamic Religious exclusivism) terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, dapa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.14 Model Summary Analisis Regresi 8 Variabel Model Summary
Model
R
1
.387a
R Square .150
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.047
3.49421
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification Dari tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa nilai R = 0, 387 dengan nilai R2 = 0, 150. Artinya adalah proporsi varians dari kecemasan menghadapi pernikahan yang secara keseluruhan dapat diterapkan pada 8 variabel ialah 15 %. Atau dengan kata lain, 8 IV memberi pengaruh sebesar 15 % terhadap kecemaan menghadapi penikahan. Sedangkan sisanya 85 % dapat dijelaskan dengan variabel lain. Berikut ini ditampilkan tabel koefisien analisis regresi dari ke 8 variabel, sebagai berikut :
Tabel 4.15 Tabel Koefisien Analisis Regresi 8 Variebel Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B 1 (Constant)
Std. Error
53.645
5.744
IslamicDimensions
.294
.276
IslamicReligiousConversion
.032
IslamicPositiveReligiousCop ing IslamicNegativeReligiousCo ping
Beta
T
Sig.
9.339
.000
.150
1.065
.291
.256
.018
.125
.901
-.129
.521
-.042
-.247
.806
-.085
.644
-.017
-.132
.895
-1.804
.661
-.445 -2.732
.008
IslamicReligiousInternalizati onIdentification
.020
.246
.015
.081
.936
IslamicReligiousInternalizati onIntrojection
.179
.428
.053
.420
.676
IslamicReligiousExclusivism
.080
.164
.066
.491
.625
IslamicReligiousStruggle
a. Dependent Variable: Kecemasan Adapun persamaan regresi berdasarkan nilai B pada tabel 4.15 diatas yaitu: Kecemasan (y’)= 53,645 + 0,294 X1 + 0,032 X2 -0,129 X3 -0,085 X4 -1,804 X5 + 0,020 X6 + 0,179 X7 + 0,080 X8 Keterangan : y
‘
= Kecemasan , X1= islamic dimension, X2 = islamic religious
conversion, X3 = islamic positive religious coping, X4 = islamic negative religious coping, X5 = islamic religious struggle, X6 = islamic religious Internalization
identification, X7 = islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic religious exclusivism. Selanjutnya peneliti menganalisis proporsi varians untuk masing-masing variabel. Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis dengan menambahkan satu per satu IV, berikut ini ialah tabel proposi varian perilaku inovatif yang terkait dengan IV, yaitu: Tabel 4.16 Tabel Analisis Proposi Varians
NO
IV
R2
R2 Change/ Kontribusi Varian (%)
Sig
1
X1
0,001
0,1 %
TIDAK SIGNIFIKAN
2
X12
0,019
1,8%
TIDAK SIGNIFIKAN
3
X123
0,026
0,7%
TIDAK SIGNIFIKAN
4
X1234
0,029
0,3%
TIDAK SIGNIFIKAN
5
X12345
0,144
11,5%
SIGNIFIKAN
6
X123456
0,144
0%
TIDAK SIGNIFIKAN
7
X1234567
0,147
0,3%
TIDAK SIGNIFIKAN
8
X12345678
0,150
0,3%
TIDAK SIGNIFIKAN
9
X123456789
0,150
0%
TIDAK SIGNIFIKAN
10
X12345678910
0,191
4,2%
TIDAK SIGNIFIKAN
11
X1234567891011
0,191
0%
TIDAK SIGNIFIKAN
12
X123456789101112
0,194
0,2%
TIDAK SIGNIFIKAN
13
X12345678910111213 0,194
0%
TIDAK SIGNIFIKAN
Total
19,4 %
Keterangan :
X1= islamic dimension, X2 = islamic religious conversion, X3 = islamic positive religious coping, X4 = islamic negative religious coping, X5 = islamic religious struggle, X6 =
islamic religious Internalization identification, X7 =
islamic religious internalization-introjection, X8 = islamic religious exclusivism, X9 = jenis kelamin /gender, X10 = usia, X11 = pendidikan terakhir , X12 = status bekerja, X 13 = suku bangsa. Berdasarkan tabel 4.16, diketahui kontribusi masing-masing IV terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, yaitu: 1. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,001. Artinya variabel Islamic dimension memiliki kontribusi sebesar
0,1 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi
pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,348, artinya Islamic dimension secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic dimension seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan. 2. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension dan islmaic religious conversion diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,019. Artinya variabel Islamic religious conversion memiliki tambahan kontribusi sebesar 1,8 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,029, artinya Islamic religious conversion secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
Islamic religious conversion seseorang,
maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan. 3. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion dan Islamic positive religious coping diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,026. Artinya variabel Islamic positive religious coping memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,7% dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,112, artinya Islamic religious coping secara negatif mempengaruhi perilaku inovatif. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic positive religious coping seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan. 4. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping dan Islamic negative religious coping diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,029. Artinya variabel Islamic negative religious coping memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -0,146, artinya Islamic negative religious coping secara negatif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic negative religious coping seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
5. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping dan Islamic religious struggle diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,144. Artinya variabel Islamic religious struggle memiliki tambahan kontribusi sebesar 11,5 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -2,149, artinya Islamic
religious
struggle
secara
negatif
mempengaruhi
kecemasan
menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious struggle seseorang, maka semakin rendah kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya. 6. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious
coping,
Islamic
religious
struggle
dan
Islamic
religious
internalization-identification diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,144. Artinya variabel Islamic religious internalization-identification tidak memiliki kontribusi sama sekali dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,090, artinya Islamic religious internalization-identification secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious internalization-identification seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan.
7. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification dan Islamic religious internalization-introjuction diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,147. Artinya variabel Islamic religious internalizationintrojuction
memiliki
tambahan
kontribusi
sebesar
0,3
%
dalam
mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,110, artinya Islamic religious internalizationintrojuction secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious internalizationintrojuction seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan. 8. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction dan Islamic religious exclusivism diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,150. Artinya variabel Islamic religious exclusivism memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,3 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,146 artinya Islamic religious exclusivism secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Islamic religious exclusivism
seseorang, maka semakin tinggi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan dan juga sebaliknya, namun hal tersebut tidak signifikan. 9. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious exclusivism dan jenis kelamin diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,150 Artinya variabel jenis kelamin memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -0,075 artinya jenis kelamin secara negatif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan. 10. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious exclusivism. jenis kelamin dan usia diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,191. Artinya variabel usia memiliki tambahan kontribusi sebesar 4,2 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar -1,139 artinya usia secara negative mempengaruhi kecemasan menghadapi perniakahan, namun hal tersebut tidak signifikan. 11. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative
religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious exclusivism, jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,191. Artinya variabel pendidikan terakhir tidak memiliki tambahan
kontribusi
sama
sekali
dalam
mempengaruhi
kecemasan
menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,031 artinya pendidikan terakhir secara positif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan. 12. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan status bekerja diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,194. Artinya variabel status bekerja memiliki tambahan kontribusi sebesar 0,2 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,196 artinya status bekerja secara negatif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan. 13. Kecemasan menghadapi pernikahan dengan Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious struggle, Islamic religious internalizationidentification, Islamic religious internalization-introjuction, Islamic religious exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status bekerja dan suku
bangsa diperoleh R2 (R Squere) sebesar 0,194. Artinya variabel suku bangsa memiliki tambahan kontribusi sebesar 0 % dalam mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan. Selain itu pada tabel 4.11 diperoleh nilai B sebesar 0,120 artinya suku bangsa secara negatif mempengaruhi kecemasan menghadapi pernikahan, namun hal tersebut tidak signifikan.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan ini meliputi tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi dan saran. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa secara simultan tidak adanya pengaruh antara religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. Kemudian
secara koefisien salah satu variabel menghasilkan adanya
pengaruh antara religiusitas terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. Dengan rincian sebagai berikut: a. Islamic dimension tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. b. Islamic religious conversion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. c. Islamic positive religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. d. Islamic negative religious coping tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
e. Islamic religious struggle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. f. Islamic religious internalization-identification tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. g. Islamic religious internalization-introjuction tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. h. Islamic religious exclusivism tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. i. Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. j. Usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. k. Pendidikan terakhir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. l. Status bekerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang. m. Suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang.
5.2 Diskusi
Berdasarkan perhitungan dan analisis statistic, dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi pernikahan pada orang dewasa yang melajang sebesar 15%, sesuai dengan pendapat Thouless (dikutip dalam Kurniawan, 2008) bahwa religiusitas mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap kebutuhan cinta kasih, yang telah dipaparkan dalam membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan (religiusitas) seseorang, yaitu: 1) Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. 2) Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (factor alamiah) seperti menjalin hubungan yang baik pada sesama dengan saling tolong menolong, adanya konflik moral (faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan, dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan. 3) Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi terutama terhadap kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, harga diri, dan ancaman kematian.
4) Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi: pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanantekanan lingkungan sosial dalam kehidupan seseorang. Faktor internal sendiri meliputi: pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan seseorang yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri dan cinta kasih. Islam mengajarkan pada umatnya agar tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi apapun termasuk kecemasan dalam menghadapi pernikahan. Untuk itu perlu meningkatkan religiusitas dalam kondisi apapun, agar merasa tentram, berserah diri pada Tuhan. (Kurniawan, 2008). Kemudian menurut Jones & Francis (2004) dalam jurnal penelitiannya pada skala kecemasan yang mencapai suatu koefisien 70 dengan instrumen psychometric homogen dan unidimensional dan penghitungan rata-rata p-value 0125 menghasilkan bahwa pada perspektif psikologis terdapat hubungan hipotesis korelasi yang negatif antara religiusitas dan kecemasan. Selanjutnya, variabel Islamic religious struggle memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecemasan menghadapi pernikahan, dengan sumbangan pengaruh sebesar 11,5%. Dengan arah hubungan yang negative, artinya semakin tinggi nilai Islamic religious struggle seseorang, maka semakin rendah kecemasan
seseorang dalam mengahadapi pernikahan dan juga sebaliknya. Nilai Islamic religious struggle mempengaruhi kecemasan seseorang dalam menghadapi pernikahan, karena dalam hal ini adanya kepercayaan individu terhadap nilai agama disaat mendapatkan kesulitan dan konflik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ancok (2004) bahwa keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia, aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas yang lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Jadi walaupun seseorang belum menikah, namun
jika mempraktekan agamanya secara
menyuluruh kecemasannya akan berkurang.
Kemudian menurut Ahira, Islam
diartikan sebagai ketundukan atau kepasrahan dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Orang berserah memunculkan sikap tenang, karena kita menyerahkan diri kepada sesuatu yang “mampu” yaitu Allah SWT. (Setiyo, 2011) Sedangkan variabel Islamic dimension, Islamic religious conversion, Islamic positive religious coping, Islamic negative religious coping, Islamic religious
internalization-identification,
Islamic
religious
internalization-
introjuction, Islamic religious exclusivism, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status bekerja dan suku bangsa tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kecemasan menghadapi pernikahan. Disini mungkin banyak faktor yng membuat tidak berpengaruh, seperti halnya responden sudah nyaman dengan masa lajangnya dan sesuai dengan data yang ada, disini lebih banyak responden yang bekerja dibanding yang tidak bekerja, jadi ada factor individu yang lebih
memprioritaskan bekerja ketimbang menikah sehingga membuat mereka tidak lagi memikirkan sebuah pernikahan. Kemudian ada faktor-faktor pendukung lainnya juga yang mempengaruhi hal tersebut. Berikut ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan: a. Keadaan pribadi individu Priest (dalam Sari & Kuncoro, 2011) mengungkapkan bahwa dalam hal yang menpengaruhi kecemasan adalah situasi pada diri individu yang dirasakan belum siap untuk dihadapi seperti kehamilan, menuju usia tua, kenaikan pangkat dan masalah kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi suatu konflik dalam diri individu sehingga dapat menimbulkan kecemasan. b. Tingkat pendidikan Kondisi kecemasan yang dialami individu juga dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya akan semakin baik pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya. c. Pengalaman tidak menyenangkan Freud (dalam Sari & Kuncoro, 2011) mengatakan bahwa suatu pengalaman yang menyulitkan ditimbulkan oleh k etegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh dapat menyebabkan kecemasan. Keteganganketegangan tersebut akibat dari dorongan-dorongan dalam dan luar tubuh.
d. Dukungan sosial
Dukungan sosial dari orang-orang sekitar individu yaitu orang tua, kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara dan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan. Pendapat ini didukung oleh Conel (dalam Sari & Kuncoro, 2011) menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman dan atasan. Sesuai juga dengan pendapat Debi Bernt, seorang konselor hubungan dan penulis buku 'Let Love In', bahwa bentuk kecanduan menjadi lajang seperti merokok, dan seringkali tidak disadari, yang akhirnya bisa membuatnya lupa untuk menikah. (Noviara, 2010).
5.3 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 5.3.1. Saran Teoritis Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian
tentang pengaruh religiusitas dengan melibatkan variabel lain selain kecemasan berkaitan dengan pernikahan sebagai pembanding. 5.3.2. Saran Praktis Diharapkan kepada seluruh kalangan masyarakat khususnya kepada orang dewasa yang melajang agar memperhatikan aspek-aspek psikologis dan religiusitasnya masing-masing, sehingga pada saat menghadapi suatu masalah yang terjadi pada individu dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal ini
sebaiknya mengikuti kegiatan yang bersifat positif yang dapat mengurangi kecemasan, yakni kecemasan dalam menghadapi pernikahan atau yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Ahira, A, Definisi agama islam. http://www.anneahira.com/definisi-agamaislam.htm (Diambil pada tanggal 24 November 2011) Anoraga. P. (1995). Perilaku keorganisasian, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Ancok, D dan Fuad. A. (2004), Psikologi islam: solusi islam atas problemproblem psikologi,. Yogyakarta ; Pustaka Belajar Anwar, M. (1991). Dasar-dasar hokum islam dalam menetapkan keputusan di pengadilan agama. Bandung: CV Diponogoro. Arifin, B. S, (2008), Psikologi agama, Bandung: Pustaka Setia Asmarini, F. C. (2003). Hubungan antara berpikir positif dengan kecemasan menghadapi pernikahan. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta Atkinson R. L. (1999), Pengantar psikologi, Jakarta : Penerbit Erlangga Arikunto S. (1997). Prosedur penelitian, Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bastaman, H. D. (2005), Integrasi psikologi dengan islam:menuju psikologi islami Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil & Pustaka Pelajar Bayu, H. (2008). Pernikahan adalah sebuah fitrah kemanusiaan. Artikel. (http://www.haryobayu.web.id/?aksi=detail_blog&nomor=369 ). Di ambil pada tanggal 02 Juni 2011. Budiman, L. CH. (1999). Berdamai engan Stress, PT kompas media nusantara Chaplin, J. P. (2006). Kamus lengkap psikologi. penerjemah kartini kartono. Jakarta : Raja Grafindo Persada Darajat, Z. (1985). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung
Fahmi, M. Kesehatan Jiwa, dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (jilid II). Bandung : Bulan Bintang Fetzer. (1999). Multidimensional measurment of religiosness, spirutually for use in health research. Fetzer Institute in Collaboration with the National Institute on Aging. Kalmazoo. Gufron, MN & Risnawit. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media Gunarsa S. D & Gunarsa Ny Y. S. (1986). Psikologi perawatan, PT BPK Gunung Mulia Ghofur A & Purwoko E, (2007), Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala i di pondok bersalin ngudi saras trikilan kali jambe sragen,. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan, Jakarta: Penerbit Erlangga. Iqbal, H. M. (2002). Pokok-pokok materi metodologi penelitian & aplikasinya. Bogor : Ghalia Indonesia. Jalaludin & Ramayulis, (1993), Pengantar ilmu jiwa agama, Jakarta: Kalam Mulia John, D. (2001). Agama Pragmatis telaah atas konsepsi agama, Haniah Magelang: Indonesia Tera. Jones, S.H & Francis, L. J. (2004). The relationship between religion and anxiety: a study among anglician clergymen and clergywomen. journal of psychology and theology : 2004, Vol. 32, No. 2, 137-142
Kerlinger, F.N. 1990. Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta : UGM Press.
Kurniawan, H. (2008). Hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Skripsi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Kuswara, E. (1991). Teori-teori kepribadian. Bandung: PT ERESCO Leyfer, O. T; Ruberg, J. L; Borden, J. W. (2006). Manual for the beck anxiety inventory. San Antonio, TX: Psychological Corporation. Nazir, M. (1983). Metode penelitian. Ghalia Indonesia Nastalia, F. A. (2008). Kecemasan menghadapi pernikahan pada dewasa awal. Skripsi: http://library.gunadarma.ac.id/abstraction_10505071ssm_fpsi.pdf Nashori, H. F & Mucharam, F. D. (2002). Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi islami. Jogjakarta: Menara Kudus Noviara, W. (2011). Lima tanda wanita betah melajang. Oct 23, '10 9:38 AM (http://wennynoviara.multiply.com/journal/item/1000). Papalia, D.E; Olds, S. W & Feldman, R. D. (2009). Human development. Jakarta: Salemba Humanica. Rakhmat, J. (2005). Psikologi agama sebuah pengantar. Bandung: PT Mizan Pustaka Raiya, H. A. (2006). A Psychological measure of islamic religiousness: evidence for relevance, reliability and validity. A Dissertation, Submitted to The Graduate Of Bowling Green State University.
Sari, D. S & Kuncoro, J.(2011). Kecemasan dalam menghadapi masa pensiun ditinjau dari dukungan sosial. http://psikologiunissula.com/article/3185/kecemasan-dalam-menghadapi-masa-pensiun--
-ditinjau-dari-dukungan-sosial- (Diambil pada tanggal 24 November 2011) Sari, F. Y. (2008). Hubungan religiusitas dengan penyesuaian perkawinan pada dewasa dini muslim. Skripsi: Universitas Sumatera Utara. Sarwono, W. S. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu Sevilla, C. G; Ochavo, J. A; Punsalan, T. G; Regala, B. P; Uriarte.G. G. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta : UI-Press. Setiyo, (2011). Berserah diri dengan penuh keyakinan kepada allah. http://solospiritislam.com/berserah-dengan-penuh-keyakinan-kepadaallah/ (Diambil pada tanggal 24 November 2011) Shaleh, A.R. (2009). Psikologi:suatu pengantar dalam perspektif islam, Jakarta: Kencana Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif. R&D. Bandung : Alfabeta. Sururin, (2004), Ilmu jiwa agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suwanti. (2003). Hubungan antara kematangan emosi dan tingkat religiusitas dengan
kecemasan
menghadapi
pernikahan.
Skripsi:
Universitas
Muhammadiyah surakarta Trismiati (2004), Perbedaan Tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor kontrasepsi mantap di rsup dr. sardjito yogyakarta, fakultas psikologi universitas bina darma palembang.. Jurnal Psyche: Vol.1. No.1, Juli 2004.
Thouless, R.H. (1995), Pengantar psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN
ANGKET TRY OUT Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan, saya bermaksud mengadakan suatu penelitian. Penelitian ini tidak dapat saya selesaikan tanpa partisipasi Anda. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesedian Anda untuk menjawab kuesioner yang telah saya persiapkan. Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya mengharapkan Anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan pendapat dan keadaan diri Anda yang sesungguhnya, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Respon Anda tidak akan dapat diolah bila ada nomor-nomor yang terlewati. Untuk itu pastikanlah Anda telah menjawab kuesioner dengan lengkap sebelum menyerahkannya kembali. Jawaban Anda dalam kuesioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Selanjutnya, Saya ucapkan terima kasih banyak atas partisipasi Anda dalam penelitian ini. Semoga Allah memberi keberkahan untuk kita. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Peneliti
Eva Faroha 107070000524 Identitas Pribadi Usia : Tahun Jenis Kelamin : L / P Pendidikan Terakhir ? ___ SD/MI ___ SMP/MTS ___ SMA/ALIYAH (Sederajat) ___ S1 Suku Bangsa ? ___ Jawa ___ Sunda ___ Melayu ___ Minang ___ Betawi Status Bekerja? ___ Tidak Bekerja ___ Pekerja Swasta ___ Pekerja Wira Swasta ___ Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut adalah beberapa pertanyaan tentang Kecemasan dan Agama (Religiusitas). Harap memberikan respon terhadap setiap pernyataan dengan memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Perlu diketahui tidak ada jawaban benar atau salah dan semua jawaban Anda akan tetap sepenuhnya bersifat rahasia. Harap jujur dan terbuka dalam menanggapinya Sesuai Dengan Pendapat Anda. Jawab sesuai dengan diri Anda dengan cara Check List (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju Skala Kecemasan No Pernyataan . 1. Walaupun banyak kejadian perceraian dalam rumah tangga, tapi saya tidak takut untuk menikah 2. Jika saya sudah menikah, saya yakin saya mampu untuk menafkahi keluarga saya baik lahir maupun batin. 3. Saya yakin bahwa saya mampu membina rumah tangga kelak dengan baik 4. Jika saya sudah menikah, saya mampu mengurus dan membimbing anak dengan baik
SS S TS
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Saya memaklumi, jika saya sudah menikah nanti kebebasan saya akan terbatasi. Saya siap untuk menikah/berumah tangga Saya biasa saja ketika mendengar tentang pernikahan Saya percaya hal-hal yang baik akan menghampiri saya jika saya sudah menikah Saya ingin sekali menikah secepatnya Saya ingin memiliki pendamping hidup. Saya menginginkan sekali untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri) Saya yakin saya akan bahagia jika saya sudah menikah Dengan banyaknya rumah tangga yang bercerai, saya jadi takut untuk menikah Jika saya menikah, saya takut tidak dapat member nafkah lahir & batin buat keluarga Saya takut tidak dapat membina rumah tangga dengan baik Saya takut tidak mampu mengurus dan membimbing anak dengan baik Bagi saya, jika sudah menikah (berkeluarga) saya menjadi tidak bebas. Saya takut untuk menikah/berumah tangga Saya cemas ketika mendengar tentang pernikahan JIka saya menikah, saya takut hal buruk akan terjadi pada saya. Lebih baik saya menunda pernikahan saya tahun-tahun depan, sampai saya siap untuk menikah Untuk saat ini lebih baik saya memilih untuk sendiri (tidak
menikah) 23. Saya belum siap untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri) 24. Jika saya sudah menikah (berkeluarga) hidup saya menjadi tidak bahagia Skala Religiusitas Jawablah sesuai dengan diri Anda: 1. Saya percaya pada keberadaan Tuhan. a. b. c. d. e.
Tidak Percaya Kadang-Kadang Ragu Percaya Sangat Percaya
2. Saya percaya pada hari kiamat. a. Tidak Percaya b. Kadang-Kadang c. Ragu d. Percaya e. Sangat Percaya 3. Sangat Percaya Saya percaya akan keberadaan surga dan neraka. a. Tidak Percaya b. Kadang-Kadang c. Ragu d. Percaya
e. Sangat Percaya 4. Sangat Percaya Saya percaya pada adanya malaikat, jin, dan setan. a. Tidak Percaya b. Kadang-Kadang c. Ragu d. Percaya e. Sangat Percaya 5. Saya percaya bahwa semua Nabi utusan Allah dan ayat-ayat suci diturunkan kepada mereka. a. Tidak Percaya b. Kadang-Kadang c. Ragu d. Percaya e. Sangat Percaya Untuk pertanyaan-pertanyaan berikut, silahkan cek list jawaban yang cocok dengan Anda. 6. Seberapa sering anda berdoa? ___ tidak Pernah ___ Beberapa kali setahun ___ Beberapa kali sebulan ___ Beberapa kali seminggu ___Setiap Sholat 5 waktu ___ Lima kali sehari atau lebih 7. Seberapa sering Anda puasa? ___ tidak Pernah
___ beberapa kali dalam hidup ___ beberapa hari di bulan Ramadhan setiap tahun ___ setengah dari sebulan Ramadhan setiap tahun ___ Sebulan Ramadhan setiap tahun ___ Puasa sunah atau di samping bulan puasa Ramadhan
8. Berapa kali Anda pergi ke mesjid? ___ tidak Pernah ___ beberapa kali dalam hidup saya ___ beberapa kali setahun ___ beberapa kali sebulan ___ pada satu atau dua kali seminggu ___ sekali sehari atau lebih 9. Kecuali dalam doa, seberapa sering Anda membaca atau mendengarkan al-qur’an? ___ tidak Pernah ___ beberapa kali dalam hidup saya ___ beberapa kali setahun ___ beberapa kali sebulan ___ pada satu atau dua kali seminggu ___ sekali sehari atau lebih 10. Kecuali dalam doa, seberapa sering Anda berdzikir? ___ tidak Pernah ___ beberapa kali dalam hidup saya ___ beberapa kali setahun
___ beberapa kali sebulan ___ pada satu atau dua kali seminggu ___ sekali sehari atau lebih Pilih jawaban yang menurut Anda sesuai dengan diri Anda. 11. Islam adalah alasan utama mengapa saya seorang yang rendah hati. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 12. Islam adalah alasan utama mengapa saya menghormati orang tua. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 13. Islam adalah alasan utama mengapa saya membantu kerabat dan tetangga. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju
14. Islam adalah alasan utama mengapa saya harus membantu orang miskin dan yatim piatu. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 15. Islam adalah alasan utama mengapa Saya orang yang toleran. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 16. Islam adalah alasan utama untuk tidak makan daging babi a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 17. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak minum alkohol. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju
e. Sangat setuju 18. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak berhubungan seks sebelum menikah atau di luar. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 19. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak melakukan bunuh diri. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 20. Islam adalah alasan utama mengapa saya membicarakan orang lain (gosip). a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 21. Saya menganggap setiap muslim di dunia seperti keluarga saya sendiri. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral
d. Setuju e. Sangat setuju 22. Aku akan ikut merasakan kesedihan yang orang lain rasakan. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 23. Salah satu yang membuat saya bangga adalah menjadi seorang Muslim. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 24. Saya ingin hidup di dunia diatur oleh hukum Islam. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 25. Saya percaya bahwa persaudaraan dan solidaritas merupakan salah satu prinsip fundamental Islam. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral
d. Setuju e. Sangat setuju 26. Islam adalah agama yang saya yakini dalam kehidupan saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 27. Saya menyadari bahwa Allah adalah solusi untuk semua masalah saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 28. Saya merasa bahwa hidup saya tidak memiliki makna apa-apa jika tanpa ajaran agama Islam. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 29. Tiba-tiba, saya merasa bahwa saya berada di jalan yang salah dan bahwa aku harus mengikuti cara Tuhan. a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju
c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 30. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya menjalin hubungan yang lebih kuat dengan Allah. a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak
31. Ketika saya menghadapi masalah dalam kehidupan, saya menganggap bahwa ini ujian dari Allah untuk memperdalam iman saya. a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 32. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya memohon petunjuk Allah. a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 33. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya percaya bahwa saya sedang dihukum atas tindakan buruk yang saya lakukan.
a. b. c. d.
Sa Saya tidak melakukan ini di semua Saya melakukan ini sedikit Saya melakukan ini sejumlah media saya melakukan ini banyak
34. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya marah dan menganggap bahwa Allah tidak menjawab permintaan saya. a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 35. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, aku membaca al-qur’an agar hati saya tenang a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 36. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, aku meminta pengampunan Allah a. Saya tidak melakukan ini di semua b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 37. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya beranggapan bahwa Allah mengingatkan saya untuk bersabar. a. Saya tidak melakukan ini di semua
b. Saya melakukan ini sedikit c. Saya melakukan ini sejumlah media d. saya melakukan ini banyak 38. Saya merasa diri saya meragukan keberadaan Allah. a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Jarang d. Sering e. Sangat sering
39. Saya menemukan beberapa aspek dari Islam tidak adil. a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Jarang d. Sering e. Sangat sering 40. Saya menemukan diri saya meragukan keberadaan akhirat. a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Jarang d. Sering e. Sangat sering 41. Saya berpikir bahwa Islam tidak sesuai dengan zaman modern. a. Tidak Pernah
b. c. d. e.
Kadang-kadang Jarang Sering Sangat sering
42. Saya ragu bahwa Al-Qur’an adalah kata-kata yang benar dari Allah. a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Jarang d. Sering e. Sangat sering 43. Saya merasa bahwa Islam membuat orang tersiksa a. Tidak Pernah b. Kadang-kadang c. Jarang d. Sering e. Sangat sering 44. Saya berdoa karena saya menikmatinya a. Sama sekali tidak benar b. Tidak benar c. Benar d. Sangat benar 45. Saya berdoa karena jika tidak, Tuhan akan membenci saya. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar
d. Sangat benar 46. Saya berdoa karena saya merasa Allah akan mengabulkan do’a saya. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 47. Saya membaca Al-Qura'n karena pada saat itu saya merasa dekat sekali dengan Allah a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 48. Saya membaca Al-Qura'n karena saya akan merasa bersalah jika saya tidak membacanya. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 49. Saya berpuasa di bulan Ramadhan, karena ketika saya berpuasa saya merasa dekat dengan Tuhan. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar
50. Aku berpuasa selama Ramadhan karena saya akan merasa salah jika saya tidak. a. b. c. d.
Sama sekali tidak benar tidak benar benar Sangat benar
51. Aku pergi ke masjid karena orang lain akan membicarakan saya jika saya tidak. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 52. Allah akan menghukum lebih parah mereka yang meninggalkan agama sejati. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 53. Akar penyebab kejahatan di dunia ini adalah Setan, yang masih terus-menerus dan sengit melawan Allah a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 54. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang makna kehidupan.
a. b. c. d.
Sama sekali tidak benar tidak benar benar Sangat benar
55. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang identitas pribadi. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 56. Islam mempengaruhi perasaan saya untuk perduli terhadap masyarakat. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 57. Islam mempengaruhi perasaan saya pada ketenangan pikiran. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 58. Islam mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani saya. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar
59. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang harga diri. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 60. Islam mempengaruhi kedekatan perasaan saya kepada Tuhan. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 61. Islam mempengaruhi kemampuan saya untuk mengatasi situasi sulit dalam hidup. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 62. Saya merasa bahwa saya sama baiknya dengan orang lain. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 63. Saya merasa kesepian dan tidak memiliki teman. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar
c. benar d. Sangat benar 64. Saya senang bermusuhan dengan orang lain. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 65. Saya merasa bahwa orang tidak menyukai saya. a. Sama sekali tidak benar b. tidak benar c. benar d. Sangat benar 66. Saya merasa tidak kesepian karena aku punya beberapa teman dekat untuk berbagi ketakutan saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 67. Saya suka dengan hal-hal yang saling menguntungkan dengan anggota keluarga atau teman. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju
68. Saya tidak memiliki banyak orang yang ingin mendengarkan pembicaraan saya a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 69. Saya pikir kebanyakan orang memiliki lebih banyak teman daripada saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 70. Orang-orang akan menggambarkan saya sebagai seseorang yang memberikan, bersedia untuk berbagi waktu dengan orang lain. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 71. Saya tidak pernah punya hubungan hangat dan banyak kepercayaan dengan orang lain. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai
c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 72. Saya selalu mempercayai teman-teman saya dalam menjaga amanat a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 73. Saya marah sangat cepat ketika orang lain menghina saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 74. Saya membuat komentar sinis kepada orang-orang yang tidak saya sukai. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 75. Saya merasa sedih ketika saya tidak diberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan dengan baik. a. Sangat tidak setuju
b. c. d. e.
Tidak sesuai Netral Setuju Sangat setuju
76. Saya merasa marah ketika mereka lebih dapat melakukan pekerjaan dengan baik dibandingkan saya a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 77. Saya selalu bersedia untuk mengakui ketika aku salah. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 78. Saya sangat cemburu dan kehilangan harga diri karena nasib orang lain baik disbanding nasib saya. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 79. Saya kesal sekali dengan orang-orang yang meminta bantuan saya. a. Sangat tidak setuju
b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 80. Saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan seseorang. a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 81. Saya selalu merasa salah ketika saya berbuat dosa terhadap Allah a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju 82. Saya cemas jika saya belum melaksanakan sholat 5 waktu a. Sangat tidak setuju b. Tidak sesuai c. Netral d. Setuju e. Sangat setuju
ANGKET FIELD TEST Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan, saya bermaksud mengadakan suatu penelitian. Penelitian ini tidak dapat saya selesaikan tanpa partisipasi Anda. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesedian Anda untuk menjawab kuesioner yang telah saya persiapkan. Demi menjamin kualitas hasil penelitian ini, saya mengharapkan Anda mengisi kuesioner ini sesuai dengan pendapat dan keadaan diri Anda yang sesungguhnya, tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Respon Anda tidak akan dapat diolah bila ada nomor-nomor yang terlewati. Untuk itu pastikanlah Anda telah menjawab kuesioner dengan lengkap sebelum menyerahkannya kembali. Jawaban Anda dalam kuesioner ini terjamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Selanjutnya, Saya ucapkan terima kasih banyak atas partisipasi Anda dalam penelitian ini. Semoga Allah memberi keberkahan untuk kita. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Peneliti
Eva Faroha 107070000524 Identitas Pribadi Usia Jenis Kelamin
: Tahun :L/P
Pendidikan Terakhir ? ___ SD/MI ___ SMP/MTS ___ SMA/ALIYAH (Sederajat) ___ S1 Suku Bangsa ? ___ Jawa ___ Sunda ___ Melayu ___ Minang ___ Betawi Status Bekerja? ___ Tidak Bekerja ___ Pekerja Swasta ___ Pekerja Wira Swasta ___ Pegawai Negeri Sipil (PNS) PETUNJUK PENGISIAN Berikut adalah beberapa pertanyaan tentang Kecemasan dan Agama (Religiusitas). Harap memberikan
respon terhadap setiap pernyataan dengan memilih jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Perlu diketahui tidak ada jawaban benar atau salah dan semua jawaban Anda akan tetap sepenuhnya bersifat rahasia. Harap jujur dan terbuka dalam menanggapinya Sesuai Dengan Pendapat Anda. Jawab sesuai dengan diri Anda dengan cara Check List (SS) Sangat Setuju (S) Setuju (TS) Tidak Setuju (STS) Sangat Tidak Setuju Skala Kecemasan No Pernyataan SS S TS . 1. Walaupun banyak kejadian perceraian dalam rumah tangga, tapi saya tidak takut untuk menikah 2. Saya yakin bahwa saya mampu membina rumah tangga kelak dengan baik 3. Jika saya sudah menikah, saya mampu mengurus dan membimbing anak dengan baik 4. Saya percaya hal-hal yang baik akan menghampiri saya jika saya sudah menikah 5. Saya ingin sekali menikah secepatnya 6. Saya menginginkan sekali untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri) 7. Dengan banyaknya rumah tangga yang bercerai, saya jadi
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
takut untuk menikah Jika saya menikah, saya takut tidak dapat member nafkah lahir & batin buat keluarga Saya takut tidak dapat membina rumah tangga dengan baik Saya takut tidak mampu mengurus dan membimbing anak dengan baik Saya takut untuk menikah/berumah tangga Saya cemas ketika mendengar tentang pernikahan JIka saya menikah, saya takut hal buruk akan terjadi pada saya. Lebih baik saya menunda pernikahan saya tahun-tahun depan, sampai saya siap untuk menikah Saya belum siap untuk menjadi kepala keluarga/ibu rumah tangga (suami/istri)
Skala Religiusitas Jawablah sesuai dengan diri Anda: 6. Saya percaya pada keberadaan Tuhan. a. Sangat Tidak Percaya b. Tidak Percaya c. Ragu d. Percaya e. Sangat Percaya 7. Saya percaya pada hari kiamat. a. Sangat Tidak Percaya
b. c. d. e.
Tidak Percaya Ragu Percaya Sangat Percaya
8. Saya percaya bahwa semua Nabi utusan Allah dan ayatayat suci diturunkan kepada mereka. a. Sangat Tidak Percaya b. Tidak Percaya c. Ragu d. Percaya e. Sangat Percaya 4. Berapa kali Anda pergi ke mesjid? a. Tidak Pernah b. Kadang-Kadang c. Pernah d. Sering e. Sangat Sering 5. Islam adalah alasan utama mengapa saya seorang yang rendah hati. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 6. Islam adalah alasan utama mengapa saya harus membantu orang miskin dan yatim piatu. f. Sangat tidak setuju
g. h. i. j.
Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju
7. Islam adalah alasan utama untuk tidak makan daging babi f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 8. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak minum alkohol. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 9. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak berhubungan seks sebelum menikah atau di luar. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju
10. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak melakukan bunuh diri. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 11. Islam adalah alasan utama mengapa saya tidak membicarakan orang lain (gosip). f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 12. Saya ingin hidup di dunia diatur oleh hukum Islam. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 13. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya memohon petunjuk Allah. e. Sangat Tidak Setuju f. Tidak Setuju g. Netral h. Setuju i. Sangat Setuju
14. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya percaya bahwa saya sedang dihukum atas tindakan buruk yang saya lakukan. a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat Setuju 15. Ketika saya menghadapi masalah dalam hidup, saya beranggapan bahwa allah mengingatkan saya untuk bersabar a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat Setuju 16. Saya berdo’a dan memohon kepada Allah dengan khusyu’ a. Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Netral d. Setuju e. Sangat Setuju 17. Saya berdoa karena saya merasa Allah akan mengabulkan do’a saya. e. Sama sekali tidak benar f. Tidak benar
g. Netral h. Benar i. Sangat benar 18. Islam mempengaruhi perasaan saya untuk perduli terhadap masyarakat. e. Sama sekali tidak benar f. Tidak benar g. Netral h. Benar i. Sangat benar
19. Islam mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani saya. e. Sama sekali tidak benar f. Tidak benar g. Netral h. Benar i. Sangat benar 20. Islam mempengaruhi perasaan saya tentang harga diri. e. Sama sekali tidak benar f. Tidak benar g. Netral h. Benar i. Sangat benar 21. Islam mempengaruhi kedekatan perasaan saya kepada Tuhan. e. Sama sekali tidak benar
f. g. h. i.
Tidak benar Netral Benar Sangat benar
22. Islam mempengaruhi kemampuan saya untuk mengatasi situasi sulit dalam hidup. e. Sama sekali tidak benar f. Tidak benar g. Netral h. Benar i. Sangat benar 23. Saya merasa tidak kesepian karena saya memiliki beberapa teman dekat untuk berbagi ketakutan saya. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 24. Saya tidak pernah punya hubungan hangat dan banyak kepercayaan dengan orang lain. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju
25. Saya selalu mempercayai teman-teman saya dalam menjaga amanat f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 26. Saya merasa marah ketika mereka lebih dapat melakukan pekerjaan dengan baik dibandingkan saya f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 27. Saya kesal sekali dengan orang-orang yang meminta bantuan saya. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju j. Sangat setuju 28. Saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaan seseorang. f. Sangat tidak setuju g. Tidak setuju h. Netral i. Setuju
j. Sangat setuju 29. Saya merasa bedosa ketika saya berbuat kesalahan terhadap Allah f. g. h. i. j.
Sangat tidak setuju Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM RELIGIUSITAS (Try Out)
Scale Statistics
Mean
Variance
268.66
207.055
Std. Deviation
14.389
N of Items
79
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
1
264.17
197.382
.661
.
.742
2
264.20
208.282
-.102
.
.756
3
264.23
203.887
.134
.
.752
4
263.74
206.608
.045
.
.753
5
264.94
193.585
.379
.
.742
6
265.46
212.491
-.222
.
.765
7
265.46
213.667
-.262
.
.766
8
265.17
197.146
.402
.
.744
9
265.31
217.339
-.462
.
.768
10
265.26
207.255
-.036
.
.756
11
264.20
200.871
.309
.
.747
12
264.51
207.963
-.076
.
.756
13
264.43
199.017
.240
.
.748
14
264.43
194.076
.461
.
.740
15
264.31
201.339
.355
.
.747
16
264.37
198.593
.398
.
.745
17
264.11
207.692
-.061
.
.755
18
264.49
209.610
-.133
.
.760
19
264.49
208.787
-.103
.
.758
20
264.46
200.726
.306
.
.747
21
264.34
208.938
-.115
.
.758
22
264.00
206.176
.047
.
.753
23
264.54
201.844
.230
.
.749
24
264.83
203.205
.197
.
.750
25
264.83
201.970
.330
.
.748
26
265.71
206.975
-.027
.
.757
27
266.11
205.045
.069
.
.753
28
266.06
188.526
.549
.
.735
29
265.51
197.728
.381
.
.744
30
265.43
192.487
.523
.
.738
31
265.46
207.079
-.035
.
.758
32
266.11
200.457
.195
.
.750
33
265.46
207.079
-.035
.
.758
34
266.60
209.482
-.136
.
.759
35
267.14
204.185
.082
.
.753
36
266.60
202.424
.186
.
.750
37
267.03
210.734
-.179
.
.761
38
267.06
207.232
-.036
.
.757
39
266.94
201.408
.225
.
.749
40
265.57
202.605
.290
.
.749
41
266.00
197.765
.266
.
.747
42
264.86
199.126
.678
.
.744
43
265.31
204.810
.091
.
.753
44
265.29
207.857
-.065
.
.756
45
266.26
204.667
.033
.
.757
46
265.49
203.610
.193
.
.750
47
265.26
205.432
.064
.
.753
48
265.51
201.904
.280
.
.748
49
265.20
201.576
.364
.
.747
50
265.29
203.504
.208
.
.750
51
264.94
198.644
.458
.
.744
52
265.34
198.173
.521
.
.743
53
265.09
190.787
.770
.
.734
54
265.03
195.087
.560
.
.740
55
266.37
208.887
-.108
.
.758
56
267.09
208.963
-.138
.
.757
57
267.14
206.950
-.013
.
.755
58
266.29
207.328
-.042
.
.758
59
264.51
184.492
.723
.
.728
60
265.23
205.711
.005
.
.757
61
266.40
212.482
-.306
.
.762
62
265.94
206.820
-.031
.
.759
63
264.69
202.810
.162
.
.751
64
265.06
189.291
.486
.
.737
65
264.69
190.045
.612
.
.735
66
265.97
213.911
-.246
.
.768
67
265.00
203.176
.133
.
.752
68
265.23
203.358
.123
.
.752
69
265.40
183.894
.721
.
.727
70
265.00
206.118
.020
.
.755
71
266.43
219.017
-.508
.
.771
72
265.63
185.534
.614
.
.731
73
265.03
186.087
.687
.
.730
74
264.14
200.361
.336
.
.747
75
264.23
209.476
-.184
.
.757
76
264.46
213.667
-.324
.
.764
77
264.23
198.829
.347
.
.745
78
264.43
191.958
.491
.
.738
79
264.74
192.373
.444
.
.740
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.757
N of Items
.752
79
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM RELIGIUSITAS (Field Test) Scale Statistics
Mean
118.59
Variance
81.327
Std. Deviation
9.018
N of Items
29
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
1
114.08
77.858
.362
.
.829
2
114.19
78.586
.286
.
.831
3
114.07
76.955
.441
.
.827
4
114.47
72.414
.404
.
.827
5
114.36
74.315
.463
.
.824
6
114.16
75.028
.494
.
.824
7
114.03
77.270
.262
.
.831
8
114.04
81.525
-.053
.
.840
9
114.21
76.873
.440
.
.827
10
114.03
78.729
.222
.
.832
11
114.12
75.188
.494
.
.824
12
114.47
73.604
.605
.
.820
13
114.09
74.059
.576
.
.821
14
114.41
74.246
.393
.
.827
15
114.12
75.188
.608
.
.822
16
114.32
78.058
.340
.
.829
17
114.23
73.853
.743
.
.818
18
114.21
73.278
.735
.
.817
19
114.29
74.021
.483
.
.823
20
114.11
77.691
.253
.
.832
21
114.17
74.388
.616
.
.821
22
114.24
74.644
.506
.
.823
23
114.48
78.253
.198
.
.833
24
115.59
71.408
.414
.
.827
25
115.37
79.156
.058
.
.843
26
116.59
82.057
-.098
.
.842
27
116.56
80.871
-.004
.
.840
28
115.16
76.082
.252
.
.833
29
114.27
76.117
.315
.
.830
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.833
N of Items
.853
29
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM KECEMASAN (Try Out) Scale Statistics
Mean
Variance
Std. Deviation
N of Items
Scale Statistics
Mean
Variance
74.69
31.516
Std. Deviation
5.614
N of Items
24
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
1
71.49
28.610
.310
.
.780
2
71.34
30.291
.187
.
.785
3
71.37
29.417
.367
.
.776
4
71.43
28.252
.445
.
.771
5
71.54
31.726
-.084
.
.801
6
71.63
29.417
.220
.
.785
7
71.57
30.899
.143
.
.785
8
71.51
27.787
.514
.
.767
9
71.57
27.664
.442
.
.771
10
71.43
30.252
.181
.
.785
11
71.57
26.370
.587
.
.759
12
71.43
29.487
.282
.
.780
13
71.37
29.182
.415
.
.774
14
71.74
29.079
.369
.
.776
15
71.71
28.269
.546
.
.767
16
71.80
29.106
.431
.
.774
17
71.60
29.835
.257
.
.781
18
71.49
27.845
.540
.
.766
19
71.57
29.723
.370
.
.777
20
71.71
28.210
.446
.
.771
21
71.83
26.676
.473
.
.768
22
71.77
31.358
-.025
.
.796
23
71.74
29.844
.330
.
.779
24
71.54
31.844
-.113
.
.794
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.786
N of Items
.776
24
VALIDITAS DAN RELIABELITAS ITEM KECEMASAN (Field Test)
Scale Statistics
Mean
Variance
Std. Deviation
N of Items
Scale Statistics
Mean
47.3553
Variance
Std. Deviation
83.939
N of Items
9.16181
15
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00003
43.9211
88.180
-.410
.414
.904
VAR00004
44.1053
85.215
-.174
.382
.896
VAR00005
44.0658
83.502
.027
.531
.892
VAR00006
44.1711
75.904
.487
.390
.881
VAR00007
44.1184
73.039
.735
.623
.872
VAR00008
44.1974
70.854
.865
.818
.867
VAR00009
44.2368
69.516
.824
.818
.867
VAR00010
44.1316
81.289
.221
.353
.889
VAR00011
43.9079
69.205
.814
.792
.867
VAR00012
44.0921
66.485
.843
.826
.864
VAR00013
43.9737
64.933
.880
.854
.861
VAR00014
44.3158
78.992
.346
.307
.886
VAR00015
44.0658
77.689
.422
.347
.883
VAR00016
44.9605
60.945
.807
.842
.866
Item-Total Statistics
Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00003
43.9211
88.180
-.410
.414
.904
VAR00004
44.1053
85.215
-.174
.382
.896
VAR00005
44.0658
83.502
.027
.531
.892
VAR00006
44.1711
75.904
.487
.390
.881
VAR00007
44.1184
73.039
.735
.623
.872
VAR00008
44.1974
70.854
.865
.818
.867
VAR00009
44.2368
69.516
.824
.818
.867
VAR00010
44.1316
81.289
.221
.353
.889
VAR00011
43.9079
69.205
.814
.792
.867
VAR00012
44.0921
66.485
.843
.826
.864
VAR00013
43.9737
64.933
.880
.854
.861
VAR00014
44.3158
78.992
.346
.307
.886
VAR00015
44.0658
77.689
.422
.347
.883
VAR00016
44.9605
60.945
.807
.842
.866
VAR00017
44.7105
59.995
.832
.869
.865
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.886
N of Items
.844
15
Regresi variabel 1 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.060
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.004
-.010
a. Predictors: (Constant), IslamicDimensions
Regresi variabel 1&2 dengan kecemasan Model Summary
3.59672
Model
1
R
.197
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.039
.012
3.55716
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions
Regresi variabel 1, 2, 3 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.198
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.039
-.001
a. Predictors: (Constant), IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion
Regresi variabel 1, 2, 3, 4 dengan kecemasan Model Summary
3.58120
Model
1
R
.233
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.054
.000
3.57842
a. Predictors: (Constant), IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion, IslamicPositiveReligiousCoping
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.379
R Square a
.144
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.082
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousStruggle, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion, IslamicPositiveReligiousCoping
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6 dengan kecemasan
3.42963
Model Summary
Model
1
R
.379
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.144
.068
3.45461
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousInternalizationIdentification, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousStruggle
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.383
R Square a
.147
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.058
3.47436
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousStruggle, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.387
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.150
.047
3.49421
a. Predictors: (Constant), IslamicReligiousExclusivism, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.387
R Square a
.150
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.032
3.52094
Model Summary
Model
1
R
.387
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.150
.032
3.52094
a. Predictors: (Constant), JenisKelamin, IslamicDimensions, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousExclusivism, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousConversion, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.437
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.191
.065
3.46059
a. Predictors: (Constant), Usia, IslamicReligiousConversion, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism, JenisKelamin, IslamicDimensions, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.437
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.191
.050
3.48792
a. Predictors: (Constant), PendidikanTerakhir, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicNegativeReligiousCoping, Usia, IslamicReligiousExclusivism, IslamicReligiousConversion, IslamicDimensions, JenisKelamin, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.440
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.194
.038
3.51077
a. Predictors: (Constant), StatusBekerja, IslamicReligiousStruggle, PendidikanTerakhir, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, Usia, IslamicReligiousExclusivism, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicDimensions, IslamicReligiousConversion, JenisKelamin, IslamicPositiveReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIdentification
Regresi variabel 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13 dengan kecemasan Model Summary
Model
1
R
.441
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.194
.022
3.53869
a. Predictors: (Constant), SukuBangsa, IslamicNegativeReligiousCoping, IslamicReligiousInternalizationIntrojection, IslamicReligiousExclusivism, Usia, IslamicReligiousConversion, PendidikanTerakhir, StatusBekerja, IslamicDimensions, JenisKelamin, IslamicReligiousInternalizationIdentification, IslamicReligiousStruggle, IslamicPositiveReligiousCoping