PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK PARUNG FARM DI UNIT KEBUN PARUNG-BOGOR
Wiwin Iswardani
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
PERENCANAAN PRODUKSI SAYURAN HIDROPONIK PARUNG FARM DI UNIT KEBUN PARUNG-BOGOR
Oleh : WIWIN ISWARDANI 106092003001
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011M/1433H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsiberjudul"PerencanaanProduksiSayuranHidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung-Bogor", yang ditulis oleh wiwin Iswardani, NIM 106092003001telah diuji dan dinyatakanlulus dalam SidangMunaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta padahari Jumat tanggal22 Jnli 2011.Skripsi ini telatrditerima sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Pertanian pada Program Agribisnis.
Menyetujui, Penguji2
A J -
t \ - / \-\
Rizki Adi Puspita Sari, SP,MM
Ir.
Aminudin,M.Si
tn Pernbimbing 1
Pembimbing
M f)r. Taswa Sukmadinata, MS
Ir. Junaidi, M.Si
Mengetahui,
Teknologi
Jaya Putra, M.Sis
tI7 2001121 001 n
Ketua ProgramStudiAgribisnis
Drs. Acep/Nluhib, MNIA
NIP.19690605 2001l2I 001
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juli 2011
Wiwin Iswardani 106092003001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI Nama
: Wiwin Iswardani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 13 Juni 1988
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jln. Swadaya no. 51 RT 06 RW 02 Limo-Depok Jawa Barat 16515
Telepon
: 085691872493
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1994 – 2000
: SDN 05 Cilandak Timur
2000 – 2003
: SLTPN 212 Jakarta
2003 – 2006
: SMU N 60 Jakarta
2006 – 2011
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak dan Ibu Sukidi (Orang tua penulis) yang telah mendukung dan selalu memberikan yang terbaik untuk penulis. Tidak pernah terlupa untuk Alm. Susi Indriyawati (Kakak penulis) yang selalu ada di hati, banyak hal yang telah diberikan dan yang membuatku untuk tidak pantang menyerah. 2. Bapak Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS selaku dosen pembimbing 1 yang selalu membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan masukan yang sangat berarti untuk penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan selalu memberikan bimbingan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, MM selaku penguji 1 yang telah menguji skripsi ini dan memberi masukan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Bapak Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku penguji 2 yang telah menguji skripsi ini dan memberikan saran yang menjadikan skripsi ini lebih baik 6. Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Prodi Agribisnis dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari selaku Sekretaris Prodi Agribisnis.
7. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sains dan Teknologi. 8. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MMA selaku dosen penasehat akademik yang telah membantu dalam proses kelancaran akademik. 9. Seluruh dosen pengajar Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang berharga semenjak tahun pertama sampai tahun terakhir proses perkuliahan. 10. Bapak Ir. Sudarmodjo, Soedibyo Karsono, Ir. Sutiyoso, Sarmin, seluruh karyawan dan staff Parung Farm, Parung, Bogor, Jawa Barat. 11. Orang terdekatku (Puguh Wahyu Januargo) yang selalu membantu, mendukung, mendoakan, dan menemani setiap proses dalam skripsi ini. 12. Sahabat-sahabatku
semenjak
SMP
hingga
sekarang
yang
selalu
mendoakan kelancaran skripsi ini (Dewi Aprilianti, Rizka Hadyani, Anes Cellina). 13. Sahabat-sahabat kecilku (Rosanti Afriyani, Robiatul Musyarofah, Lia Agustin, Desti, Ridha Chairunnisa) yang masih menjaga persahabatan masa kecil yang indah dan tidak terlupakan. 14. Sahabat-sahabat SMA (Desty Wijayanti, Siti Hardianti, Wiwik Widiah, Sinta Furmasih, Budi Hartiningsih, Naila, Risty Minarti, Dewi) yang turut mendoakan dan memberikan semangat serta memberikan persahabatan yang indah. 15. Sahabat-sahabat kuliahku (Anggi Mawaddah, Azizah Wulandari, Rifa Atul Maulidah, Sri Ajeng, Rinrin Rindyani, Regina Sari, Yuniawati, Andhieka
vi
Ulfa, Fajar Khoirunnisa) yang selalu memberikan dukungan dan kebersamaan yang indah selama menjalani kuliah. Semoga tali persahabatan kita tetap terjalin indah. 16. Seluruh anggota keluarga besarku di Jabodetabek serta Jawa (Pacitan-Jawa Timur dan Batang-Jawa Tengah) yang selalu mendoakan kelancaran skripsi ini. 17. Kak Riri Widiasworo dan Kak Desi Sayyidati Rahimah (Kak Adis) yang merupakan rekan seperjuangan ketika di Parung Farm. Kebersamaan singkat itu telah menjalinkan tali persaudaraan diantara kita.
Kepada semua pihak yang telah membantu, semoga segala kebaikan pihak tersebut mendapatkan pahala dari Allah SWT. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan perusahaan tempat penelitian, serta segenap pembaca skripsi ini.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
vii
RINGKASAN WIWIN ISWARDANI, Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Parung Farm, Parung, Bogor. (Dibawah bimbingan TASWA SUKMADINATA dan JUNAIDI). Akses untuk mendapatkan pasar yang bisa memberikan manfaat yang menarik adalah masalah yang sangat dominan yang dihadapi oleh pengusaha agribisnis. Untuk itu, pengusaha agribisnis hanya mungkin untuk bisa mempertahankannya apabila mampu menjamin suplai produk yang kontinyu yang berarti pola tanam musiman sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Persyaratan tersebut menuntut pengusaha mengubah sikap dalam mengelola agribisnisnya, salah satu caranya yaitu dengan melakukan penerapan teknologi tepat guna. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang dapat diterapkan di Indonesia adalah teknologi hidroponik. Hidroponik banyak diterapkan pada budidaya berbagai produk hortikultura terutama sayuran. Saat ini di Indonesia mulai banyak bermunculan perusahaan produsen sayuran yang menggunakan teknologi hidroponik dalam proses produksinya dan salah satunya adalah Parung Farm. Aspek yang penting untuk diperhatikan dalam bisnis produksi sayuran adalah aspek produksi yaitu proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam proses produksi tersebut. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan dan pengendalian proses produksi yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui operasional produksi sayuran hidroponik yang dilakukan oleh Parung Farm,terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya (2) Menghasilkan perencanaan produksi yang dapat secara optimal memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan efisiensi penggunaan faktor produksi yang menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal. Penelitian dilakukan di Parung Farm, Parung, Bogor. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Januari 2011 sampai dengan bulan April 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi sayuran hidroponik dan konsisten dengan hidroponik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Untuk mengetahui data penjualan dilakukan dengan melihat arsip dokumen. Sedangkan untuk mengetahui pendapatan usaha dilakukan dengan wawancara kepada manajer produksi, penanggung jawab kebun dan bagian produksi. Selain itu, melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui pola tanam dan proses produksi. Parung Farm unit Parung memproduksi dua jenis produk sayuran dataran rendah yaitu bayam dan kangkung hidroponik. Proses produksi sayuran di Parung Farm menggunakan teknologi hidroponik. Teknik penanaman dan panen dilakukan dengan sistem rolling dimana setiap hari terdapat proses tanam dan panen di bedengan-bedengan yang sudah ditentukan. Pada operasional produksi
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................
v
RINGKASAN ..............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1
Latar Belakang ....................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah ............................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian ................................................................
5
1.4
Manfaat Penelitian ..............................................................
5
1.5
Batasan Penelitian ...............................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
7
2.1
Tanaman Sayuran Hidroponik .............................................
7
2.1.1 Bayam ..................................................................... 2.1.2 Kangkung ................................................................
8 9
Manajemen Produksi ..........................................................
11
2.2.1 Pengertian Perencanaan Produksi ........................... 2.2.2 Penyusunan Perencanaan Produksi ..........................
12 15
Pengertian Peramalan ..........................................................
17
2.3.1 IdentifikasiPola Data ............................................... 2.3.2 Teknik Peramalan.................................................... 2.3.3 Kesalahan Taksir dalam Peramalan .........................
19 20 25
Perencanaan Kapasitas ........................................................
25
2.4.1 Pengertian Kapasitas ............................................... 2.3.4 Pemrograman Linear ...............................................
26 26
2.5. Penelitian Terdahulu .........................................................
29
2.6. Kerangka Pemikiran............................................................
30
2.2
2.3
2.4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN................................................
33
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
33
3.2
Sumber Data .......................................................................
33
3.3
Metode Pengumpulan dan Analisis Data .............................
33
3.3.1 Analisis Peramalan .................................................. 3.3.1.1 Metode Peramalan Deret Waktu .................. 3.3.1.2 Pengujian Pola Data .................................... 3.3.1.3 Metode Pengukuran Kesalahan Peramalan .. 3.3.2 Analisis Kapasitas Produksi Optimum ......................
34 35 38 39 39
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................
41
4.1. Sejarah dan Perkembangan Parung Farm ............................
41
4.2. Letak Geografis dan Keadaan Iklim ....................................
42
4.3. Struktur Organisasi .............................................................
42
4.4. Sarana dan Prasarana di Parung Farm .................................
43
4.5. Produk/Komoditi Sayuran di Parung Farm ..........................
46
4.6. Proses Produksi Sayuran Hidroponik ..................................
47
4.7. Tahapan Produksi Sayuran Hidroponik ...............................
49
4.8. Pemasaran Produk Sayuran Hidroponik ..............................
54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
55
BAB IV
5.1. Operasional Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun iParung ................................................................................
55
5.2. Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun
BAB VI
Parung ................................................................................
68
5.2.1 Peramalan Permintaan Bayam dan Kangkung .......... 5.2.1.1 Identifikasi Pola Data .................................. 5.2.1.2 Metode Peramalan yang digunakan ............. 5.2.1.3 Pemilihan Metode Peramalan ......................
68 69 73 77
5.2.2 Kapasitas Produksi Optimum ..................................
80
5.2.3 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi .....................
86
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
92
6.1. Kesimpulan .........................................................................
92
xi
6.2. Saran ..................................................................................
93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Pemilihan Metode Peramalan ....................................................................... 20 2. Penggunaan Peramalan untuk Produksi Operasi dan Metodenya .................. 22 3. Nama Greenhouse, Fungsi, Ukuran, dan Jumlah Bed ................................... 44 4. Pasar Tujuan Pemasaran Sayuran Hidroponik Parung Farm ......................... 54 5. Biaya Produksi per Unit ............................................................................... 55 6. Penjualan dan Produksi Produk Bayam dan Kangkung Tahun 2010 ............. 56 7. Pendapatan Produk Bayam pada Tahun 2010 ............................................... 57 8. Pendapatan Produk Kangkung pada Tahun 2010 .......................................... 58 9. Pendapatan Total Produk Bayam dan Kangkung pada Tahun 2010 ............... 59 10. Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit .................................... 59 11. Penggunaan Benih Bayam ............................................................................ 60 12. Penggunaan Benih Kangkung....................................................................... 61 13. Penggunaan Larutan Nutrisi ......................................................................... 62 14. Operasional Produksi Perusahaan (rata-rata per bulan) ................................. 66 15. Operasional Produksi Perusahaan(rata-rata harian) ....................................... 67 16. Penjualan Sayuran Hidroponik Parung Farm (2008-2010) ............................ 69 17. Perbandingan Hasil Perhitungan Moving Average ........................................ 75 18. Perhitungan Menggunakan Metode Exponential Smoothing ......................... 76 19. Perhitungan Menggunakan Metode Trend .................................................... 76 20. Perbandingan Indikator Nilai Kesalahan ...................................................... 77 21. Ramalan Permintaan Tahun 2011 ................................................................. 79 22. Kontribusi Margin dari tiap Produk .............................................................. 81
23. Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit ..................................... 82 24. Input Data Kombinasi Produk yang Optimum .............................................. 83 25. Keuntungan Optimal Tahun 2011 ................................................................. 84 26. Jumlah Produksi Optimal dan Keuntungan Total .......................................... 85 27. Kelebihan Kapasitas dari Penggunaan Faktor Produksi ................................ 86 28. Perhitungan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ...................................... 88 29. Biaya Produksi per Unit Produk ................................................................... 89 30. Rencana Produksi Bulanan ........................................................................... 89 31. Rencana Produksi Harian ............................................................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi ....................... 11
2.
Pola Permintaan .......................................................................................... 21
3.
Kerangka Pemikiran .................................................................................... 32
4.
Struktur Organisasi Parung Farm ................................................................ 43
5.
Alur Tahapan Produksi Sayuran Hidroponik di Unit Kebun Parung ............ 53
6.
Penggunaan Lahan Produksi Bayam di Unit Kebun Parung ........................ 63
7.
Penggunaan Lahan Produksi Kangkung di Unit Kebun Parung ................... 65
8.
Penjualan Bayam ........................................................................................ 70
9.
Penjualan Kangkung ................................................................................... 71
10. Grafik Autokorelasi Penjualan Bayam......................................................... 72 11. Grafik Autokorelasi Penjualan Kangkung ................................................... 73 12. Peramalan Permintaan Bayam Menggunakan Metode Trend ....................... 78 13. Peramalan Permintaan Kangkung Menggunakan Metode Trend .................. 78
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Peramalan Permintaan Bayam dengan Moving Average .............................. 96
2.
Peramalan Permintaan Kangkung dengan Moving Average ......................... 97
3.
Peramalan Permintaan Bayam dan Kangkung dengan Metode Exponential Smoothing ................................................................................................... 98
4.
Peramalan Permintaan Bayam dengan Metode Trend .................................. 99
5.
Peramalan Permintaan Kangkung dengan Metode Trend ........................... 100
6.
Biaya Investasi Komoditi Bayam .............................................................. 101
7.
Biaya Investasi Kangkung ......................................................................... 102
8.
Biaya Alat Produksi Bersama .................................................................... 103
9.
Biaya Tenaga Kerja dan Penggunaan Benih .............................................. 104
10. Biaya Listrik dan Penggunaan Lahan ........................................................ 105 11. Biaya Nutrisi, Penggunaan Rockwool, dan Plastik Pengemas .................... 106 12. Linear Programming ................................................................................. 107 13. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................... 108
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Akses untuk mendapatkan pasar yang bisa memberikan manfaat yang menarik adalah masalah yang sangat dominan yang dihadapi oleh pengusaha agribisnis. Oleh karena itu, sekali seorang pengusaha bisa memperoleh pasar yang menarik karena harga yang baik dan kedudukan pasar yang menempatkannya pada posisi tawar yang baik, maka kedudukan tersebut harus dipertahankan. Pengusaha agribisnis hanya mungkin untuk bisa mempertahankannya apabila mampu menjamin suplai produk yang kontinu yang berarti pola tanam musiman sudah tidak bisa dipertahankan lagi (Supari,2001:4). Persyaratan tersebut menuntut pengusaha mengubah sikap dalam mengelola agribisnisnya, salah satu caranya yaitu dengan melakukan penerapan teknologi tepat guna. Perkembangan teknologi di bidang pertanian sangat diperlukan bagi pengembangan agribisnis. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang dapat diterapkan di Indonesia adalah teknologi hidroponik. Menurut Sudarmodjo (2008:2), hidroponik merupakan salah satu alternatif teknologi dalam bercocok tanam dengan menggunakan media tanam selain tanah (soilless culture), dimana semua input nutrisi, air, oksigen, temperatur, kelembaban, terukur dan terkontrol. Prinsipnya adalah dengan memberikan sesuai apa yang dibutuhkan tanaman pada saat yang tepat sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.
1
Pengembangan hidroponik di Indonesia mempunyai prospek yang cerah, baik untuk mengisi kebutuhan dalam negeri maupun merebut peluang ekspor. Penduduk
kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan maupun kota besar lainnya memiliki kecenderungan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Penggunaan produk-produk berkualitas memberikan rasa nyaman bagi penggunanya. Pasarpasar modern menjadi ciri yang khas tentang tuntutan akan produk yang berkualitas, bukan lagi produk yang banyak namun asal, tapi produk yang bersih dan kontinuitas tinggi (www.binaukm.com). Penerapan hidroponik secara komersial di Indonesia dimulai tahun 1980 di Jakarta untuk memproduksi sayuran dan buah bernilai ekonomi tinggi. Saat ini ada beberapa perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang hidroponik. Antara lain: PT.Saung Mirwan, Parung Farm, PT.Joro, Putri Segar, Amazing Farm, PT.Bandung Farmer Internasional, dan HMI Fruits&Vegetables. Salah satu perusahaan yang
terbesar dalam produksi sayuran dengan metode hidroponik adalah Parung Farm. Parung Farm merupakan brand yang diusung oleh PT Kebun Sayur Segar yang sejak awal pengembangannya hingga sekarang, PT Kebun Sayur Segar bisa dikatakan sebagai pelopor perusahaan penghasil produk pertanian terbaik di Tanah Air (www.ciputra-entrepreneurship.com). Parung Farm merupakan sebuah brand yang diusung oleh PT Kebun Sayur Segar yang berdiri sejak tahun 2003. Produknya terbagi menjadi tiga golongan, yaitu selada, non selada (Caisim, Bayam hijau dan merah, Pak-choi hijau dan putih, Kangkung, Petsay, dan Kailan), dan tomat. Semua produk dipasarkan ke supermarket dan hypermarket seperti Carrefour, Giant, Hypermart, Makro,dan Hero. Metode Hidroponik membuat produk-produk Parung Farm menghasilkan
2
kuantitas, kualitas, dan kontinuitas yang stabil. Kestabilan itu yang menjadi salah satu penyebab jumlah peminat produk Parung Farm terus meningkat, tentunya dari segmen masyarakat ekonomi menengah ke atas. Apalagi, kesadaran makan makanan sehat semakin meningkat saja di masyarakat. Adanya peningkatan permintaan pasar tersebut maka untuk memenuhinya Parung Farm memperluas lahan budidayanya yang terbagi ke empat tempat, yaitu Parung, Tangerang Selatan, Puncak, dan Cianjur. Kebun di daerah Puncak dan Cianjur diperuntukkan bagi tanaman sayuran dataran tinggi seperti berbagai jenis selada dan tomat, sedangkan kebun di Parung untuk tanaman sayuran dataran rendah seperti bayam dan kangkung. Aspek yang penting untuk diperhatikan dalam bisnis produksi sayuran adalah aspek produksi yaitu proses kegiatan manajemen yang diterapkan dalam proses produksi tersebut. Manajemen produksi mencakup tentang perencanaan dan pengendalian proses produksi yang didalamnya terdapat pengambilan keputusan dalam bidang persiapan dan proses produksi untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang. Perencanaan perusahaan berisi semua kegiatan penetapan tujuan perusahaan dan penetapan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan tersebut, hal ini menjadikan perencanaan menjadi sangat penting bagi manajemen. Dengan perencanaan yang tepat maka akan berpengaruh pada kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan memenuhi semua kebutuhan dan permintaan yang ada tanpa mengorbankan tujuan untuk mencapai laba maksimal.
3
Menurut Widiasworo (2010:66) dalam Analisis Pendapatan Usahatani Bayam dan Kangkung Hidroponik di Parung Farm, biaya yang paling besar persentasenya dalam usahatani bayam dan kangkung hidroponik di Parung Farm adalah biaya penggunaan nutrisi AB-Mix yaitu sebesar 26,21 % untuk bayam dan 30, 26 % untuk kangkung. Berdasarkan nilai pendapatan yang diperoleh, produksi kangkung jauh lebih menguntungkan dibandingkan produksi bayam, namun produksi bayam masih terus dilakukan karena masih ada permintaan pasar. Perusahaan perlu perencanaan produksi yang dapat secara optimal menghasilkan keuntungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya, serta pengambilan keputusan yang sesuai dalam pemenuhan permintaan pasar untuk menjamin kontinuitas produksi terutama untuk produksi bayam dan kangkung hidroponik. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul penelitian mengenai Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm, di unit Kebun Parung-Bogor.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah operasional
produksi sayuran
hidroponik
yang
dilakukan oleh Parung Farm, terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya?
4
2. Bagaimana perencanaan produksi
yang dapat secara optimal
memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan
efisiensi
penggunaan
faktor
produksi
yang
menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui operasional produksi sayuran hidroponik yang dilakukan oleh Parung Farm, terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan yang diperoleh, serta dalam penggunaan sumber daya.
2.
Menghasilkan perencanaan produksi yang dapat secara optimal memenuhi permintaan pasar untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan
efisiensi
penggunaan
faktor produksi
yang
menghasilkan biaya produksi dan keuntungan yang optimal.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut. 1.
Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan tentang perencanaan produksi yang dapat dilakukan terutama bagi komoditi sayuran hidroponik.
5
2.
Bagi perusahaan, dapat digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengatur perencanaan produksi berikutnya.
3.
Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5.
Batasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan batasan sebagai berikut. 1. Penelitian dilakukan di unit Kebun Parung dengan produk sayuran yang dibahas yaitu komoditi bayam dan kangkung hidroponik. 2. Data yang digunakan untuk peramalan permintaan adalah data penjualan periode tahun 2008-2010. 3. Penelitian ini menitikberatkan pembahasan pada aspek operasional perusahaan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tanaman Sayuran Hidroponik Istilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang
cara bercocok tanam tanpa tanah sebagai media tanamnya, termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih (Lingga, 2005:1). Menurut Karsono, dkk (2002:1), hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Dengan demikian, hidroponik berarti memberdayakan air. Sutiyoso (2004:1) menjelaskan bahwa di Indonesia, hidroponik yang berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat. Hidroponik substrat merupakan sistem hidroponik yang mempergunakan media selain tanah dan steril, misalnya arang sekam, pasir, dan serbuk sabut kelapa. Setelah hidroponik substrat, hidroponik NFT (nutrien film technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara. Teknik hidroponik sangat memungkinkan untuk menanam semua jenis sayuran. Sayuran yang sesuai untuk dataran rendah-sedang umumnya adalah sayuran asli tropis, seperti kacang panjang, kangkung, bayam, dan sebagainya. Sementara untuk wilayah dataran tinggi umumnya lebih sesuai yang berasal dari sub tropis sepeti wortel, sawi, kentang, dan sebagainya. Wilayah iklim basah umumnya sangat sesuai untuk sayuran daun seperti sawi, kangkung, bayam, dan
7
sebagainya. Wilayah yang iklimnya kering dan pengairan tersedia sesuai untuk cabe, bawang merah, kacang panjang, dan sebagainya. Menurut Sudarmodjo (2008:1), keuntungan bercocok tanam dengan teknologi hidroponik adalah media relatif steril, penggunaan air dan nutrisi terukur dan efisien, sanitasi lingkungan bersih, sehat, ramah, dan terkendali, tidak menggunakan pestisida, hama dan penyakit tanaman terkendali, waktu panen dapat lebih awal, 3K terjamin (kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas hasil). 2.1.1. Bayam Rubatzky dan Yamaguchi (1999:147) menjelaskan bahwa bayam adalah tanaman setahun dan biasanya berumur pendek. Menurut Sunarjono (2006:16) bayam dapat tumbuh sepanjang tahun, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bayam akan tumbuh dengan baik bila ditanam di tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7. Bila pH kurang dari 6, tanaman akan merana. Sementara pada pH di atas 7, tanaman bayam akan mengalami klorosis yaitu timbul warna putih kekuning-kuningan, terutama pada daun yang masih muda. Sunarjono (2006:17) menjelaskan bahwa bayam dikembangbiakkan dengan bijinya. Biji-biji bayam dapat langsung ditebar di lahan atau disemaikan terlebih dahulu. Biji-biji bayam akan tumbuh setelah 3-5 hari ditebar. Tanaman yang telah berumur dua minggu, setiap pagi digerak-gerakkan ke kanan-kiri dengan sapu lidi yang dipegang mendatar dengan tujuan tanaman dapat menjadi kuat, cepat tumbuh, dan terbebas serangga berbahaya. Tindakan pemeliharaan tanaman bayam adalah melakukan penyiraman secara rutin dan memberantas hama. Menurut Nazaruddin (2003:71) hama yang
8
sering menyerang bayam antara lain ulat daun. Ulat daun akan meninggalkan bekas gigitan pada daun yaitu berupa lubang-lubang atau pinggiran yang tidak rata sebagai gejala serangan. Selain itu kutu daun (Myzus persicae) sering menghisap cairan daun bayam. Ciri serangannya yaitu daun melengkung dan berpilin. Serangan berat menyebabkan daun rontok, pertumbuhan daun lambat dan kerdil. Pengendalian hama-hama tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian insektisida ataupun dengan cara manual dengan tangan. Setelah tanaman berumur 1-1,5 bulan, tingginya mencapai 20-30 cm tanaman dapat dipanen dengan cara dicabut beserta akarnya (Sunarjono, 2006:19). 2.1.2. Kangkung Kangkung merupakan tanaman sayuran komersial yang bersifat menjalar. Kangkung berbatang kecil, bulat panjang dan berlubang di dalamnya (Sunarjono, 2006:20). Menurut Sunarjono (2006:23) kangkung dapat dengan mudah ditanam di semua tipe tanah, asalkan tanahnya subur (cukup mengandung lumpur) dan cukup air. Kangkung darat biasanya ditanam di tempat-tempat yang agak kering, sedangkan kangkung air di pinggir-pinggir kolam dan rawa. Adapun waktu tanam kangkung yang baik adalah pada musim hujan untuk kangkung darat dan musim kemarau untuk untuk kangkung air. Kangkung air diperbanyak dengan setek batang, panjang setek 25 cm. Sementara untuk kangkung darat diperbanyak dengan biji (Sunarjono, 2006:24). Sedangkan kangkung darat sebaiknya ditanam pada musim penghujan, karena kebutuhan airnya tinggi jika tanaman ditanam di lahan kering. Sedangkan untuk kangkung air, sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena pada saat itu air
9
lahan agak berkurang airnya sehingga memudahkan penanaman maupun pemanenan. Pemeliharaan kangkung darat dengan kangkung air tidaklah sama. Kangkung air tidak menuntut perawatan dibanding kangkung darat, yang perlu dilakukan untuk perawatan kangkung air hanyalah pencabutan tanaman air yang mengganggu pertumbuhan kangkung. Sementara pada kangkung darat pengairan harus diperhatikan. Apabila memungkinkan sumber air memungkinkan, sebaiknya lahan digenangi air selama beberapa waktu. Hal tersebut baik untuk peningkatan produksi. Selain itu juga harus dilakukan penyiangan rumput yang mengganggu pertanaman. Tanaman kangkung tak terlalu banyak musuhnya, kalaupun terserang biasanya tidak parah, paling hanya sedikit sekali tanaman yang rusak. Hama yang bisa mengganggu tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spedoptera litura) dan kutu daun (Myzus persicae serta Aphids gossypii). Gejala serangan ulat grayak adalah daun berlubang-lubang atau pinggirnya bergerigi tidak merata akibat gigitan ulat. Kutu daun suka mengisap cairan tanaman, kangkung yang diserang kutu daun akan menunjukkan pertumbuhan kerdil dan daun melengkung. Selain hama, ada pula penyakit yang menyerang tanaman kangkung, yaitu peyakit karat putih yang disebabkan oleh cendawan Albugo ipomea reptans. Gejala awal ditandai oleh bercak putih yang selanjutnya menjadi cokelat. Pengendalian untuk hama dan penyakit yang menyerang dapat dilakukan dengan cara manual dan dapat juga dengan menggunakan insektisida.
10
Pemanenan untuk kangkung air dilakukan seperti memangkas tanaman, yaitu bagian tanaman yang muda dipetik sepanjang 20 cm. Bagian batang biasanya tampak kotor karena terendam air sehingga perlu dibersihkan dengan cara dicelupkan dalam air. Sedangkan untuk kangkung darat bisa dipanen dengan memetik bagian yang muda atau dengan mencabut seluruh bagian tanaman, termasuk akar. Sistem pencabutan seluruh bagian saat panjang tanaman sekitar 15-20 cm atau sekitar umur 40 hari setelah tanam. 2.2.
Manajemen Produksi Buffa (2005:8) menjelaskan bahwa suatu sistem produksi adalah
pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-masukan tersebut diubah menjadi barang/jasa oleh teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk proses transformasi. Perubahan teknologi akan merubah cara satu masukan digunakan dalam hubungannya dengan masukan yang lain, dan mungkin juga merubah keluaran-keluaran yang diproduksi.
Bahan baku Tenaga kerja Mesin Sarana fisik Energi Informasi & teknologi
Proses transformasi/konversi Manajemen operasi: Disain sistem Perencanaan dan pengendalian operasi
Keluaran Produk-produk dan jasa-jasa
umpan balik informasi mengenai keluaran untuk keperluan pengendalian proses
Gambar 1. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa (2005:9)
Proses produksi ialah proses transformasi atau konversi seperti terlihat pada gambar 1. Masukan (input) sumberdaya dapat berbentuk macam-macam.
11
Dalam operasi manufaktur, masukan ini berupa bahan baku, energi, tenaga kerja, mesin, sarana fisik, informasi dan teknologi. Proses konversi itu sendiri tidak hanya melibatkan penerapan teknologi, tetapi juga manajemen dalam berbagai variabel yang dapat dikendalikan. Manajemen produksi berperan dengan mendisain dan menyempurnakan sistem tersebut dan dalam merencanakan serta mengendalikan operasi. Inti dari manajemen produksi yang efektif ialah memelihara antar hubungan dari semua variabel dan sedapat mungkin memandang keseluruhan proses sebagai suatu sistem terpadu. Bila semua berjalan dengan semestinya, akan dihasilkan keluaran (output) berupa produk dan jasa yang memenuhi standar kuantitas, kualitas, dan biaya, yang dapat diperoleh pada saat diperlukan (Buffa, 2005:9). 2.2.1.
Pengertian Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan
berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan datang. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut. Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau dijadwalkan melalui pengorganisasian sumber daya seperti
12
tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan lainnya. Perencanaan produksi menuntut penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan demikian, peramalan merupakan bagian integral dari perencanaan produksi. (Buffa dan Sarin, 1996). Menurut Handoko (1999:234), perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Perencanaan bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi yang digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan produksi secara umum meliputi beberapa fungsi penting sebagai berikut: a. Menterjemahkan dan merinci rencana-rencana agregat menjadi produk-produk akhir tertentu (spesifik). b. Mengevaluasi skedul-skedul alternatif. c. Memerinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan material. d. Merinci dan menentukan kebutuhan-kebutuhan kapasitas. e. Memudahkan pemrosesan informasi. f. Menjaga validitas prioritas-prioritas. g. Menggunakan kapasitas secara efektif.
Tampubolon (2004:157) menjelaskan bahwa perencanaan didasarkan pada rancangan yang dititikberatkan untuk mendapatkan kapasitas output yang diinginkan dengan urutan tugas yang lancar dengan mempertimbangkan pekerjaan mana yang harus didahulukan, serta melakukan efisiensi output tanpa menggunakan sumber output yang tidak perlu.
13
Menurut Simbolon (2004:39), suatu rencana ditujukan ke masa yang akan datang. Beberapa hal yang penting untuk diingat dalam hubungannya dengan proses perencanaan adalah sebagai berikut. a. Dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, sumber-sumber yang tersedia, atau mungkin tersedia selalu terbatas sedangkan tujuan yang hendak dicapai tidak pernah terbatas. b. Suatu organisasi harus selalu memperhatikan kondisi-kondisi serta situasi dalam masyarakat, baik yang bersifat positif, negatif, dan yang menghalangi kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang diperlukan. c. Organisasi
tidak
dapat
melepaskan
diri
dari
beberapa
jenis
pertanggungjawaban. Pimpinan organisasi bertanggung jawab pada bawahannya.
Pimpinan
organisasi
bertanggungjawab
pada
“langganannya”. Pimpinan juga bertanggungjawab kepada masyarakat luas. Setiap organisasi modern, apapun bentuknya, apapun tugasnya, dan siapa pun pemiliknya merupakan organisasi social. d. Manusia
yang
menjadi
anggota
organisasi
dihadapkan
kepada
keterbatasan, baik fisik, mental, dan biologis. Karena itu harus selalu diusahakan terciptanya suatu iklim kerja sama yang baik. Dengan demikian, manusia sebagai unsur pelaksana rencana dapat diajak untuk berbuat lebih banyak.
14
Adapun tujuan perencanaan produksi adalah sebagai berikut (Rosnani, 2007:70). 1. Sebagai langkah awal menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci. 2. Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi. 3. Stabilitas produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan. 2.2.2. Penyusunan Perencanaan Produksi Adisaputro dan Anggrini (2007:166) menjelaskan bahwa dalam penyusunan rencana produksi, diperlukan keputusan-keputusan meliputi: 1) Jumlah kebutuhan produksi selama periode budget. 2) Kebijakan-kebijakan mengenai tingkat produk jadi, produk dalam proses dan biaya penyimpanan persediaan. 3) Kebijakan-kebijakan kapasitas pabrik, misalnya tentang tingkat produksi yang diijinkan selama periode budget. 4) Tersedianya fasilitas pabrik terutama untuk kepentingan pengurangan atau penambahan kapasitas pabrik. 5) Tersedianya bahan baku, pembelian , dan tenaga kerja. 6) Dampak lama proses produksi. 7) Jumlah produksi yang ekonomis. 8) Karakteristik proses produksi
15
Pendekatan yang digunakan untuk membuat rencana produksi bergantung besarnya dan karakteristik dari proses produksinya. Terdapat tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu: 1) Mengutamakan stabilitas produksi, yaitu keputusan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi yang biasanya ditingkatkan melalui volume produksi yang relatif stabil. Konsekuensi dari kebijakan ini adalah tingkat persediaan dibiarkan berfluktuasi (mengambang) untuk menyamaratakan besarnya produksi dan menyesuaikan pola penjualan musiman. 2) Pola produksi gelombang yaitu, kebijakan yang mengutamakan pengendalian tingkat persediaan yakni kebijakan yang mengutamakan tingkat persediaan yang stabil sehingga dari stabilitas persediaan ini menjadikan tingkat produksi berfluktasi langsung terhadap pola penjualan musiman. 3) Pola produksi moderat yaitu dimana tingkat produksi dan tingkat persediaan sama-sama berubah pada batas-batas tertentu. (Adisaputro dan Anggarini, 2007:168)
Suatu rencana yang baik menurut Simbolon (2004:43) harus bersifat rasional, lentur, dan kontinyu. a. Rasional Perencanaan harus bersifat rasional, artinya harus dibuat berdasarkan pemikiran-pemikiran dan perhitungan secara masak. Jadi bukan hasil khayalan semata-mata sehingga dapat dibahas secara logis.
16
b. Lentur Perencanaan harus bersifat lentur, artinya luwes, dimana pun dan dalam keadaan bagaimana pun serta bilamana pun perencanaan itu dapat cocok, dan dapat mengikuti serta dapat dilaksanakan. Jadi, dapat diterapkan pada tempat, waktu, dan keadaan bagaimana pun juga. c. Kontinyu Perencanaan harus bersifat kontinyu atau terus-menerus. Ini berarti bahwa perencanaan harus terus menerus dibuat. Janganlah membuat perencanaan sekali saja untuk selama-lamanya. 2.3.
Pengertian Peramalan Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
mendatang melalui pengujian di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu, dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu (Prasetya dan Lukiastuti, 2009:43). Sementara Tampubolon (2004:40) menjelaskan bahwa peramalan (forecasting) merupakan penggunaan data untuk menguraikan kejadian yang akan datang di dalam menentukan sasaran yang dikehendaki, sedangkan prediksi (prediction) adalah estimasi sasaran yang akan datang dengan tingkat kemungkinan terjadi besar serta dapat diterima. Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009:44), peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk/layanan suatu perusahaan yang mengendalikan produksi, kapasitas serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. Peramalan permintaan akan
17
meramalkan penjualan suatu perusahaan pada setiap periode dalam horizon waktu. Buffa (2005:57) menjelaskan bahwa fungsi peramalan permintaan mempunyai manfaat manajerial yang luas, baik dalam organisasi nirlaba maupun non laba. Agar dapat berguna bagi perencanaan dan pengendalian operasi, data ramalan permintaan harus tersedia dalam bentuk yang dapat diterjemahkan ke dalam permintaan akan material, permintaan akan waktu pada kelompok peralatan tertentu, dan permintaan akan keahlian tenaga kerja tertentu. Peramalan permintaan produk di waktu mendatang dan bagian-bagiannya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah esensial untuk efisiensi operasi-operasi manufaktur dan produksi jasa. Manajemen produksi menggunakan hasil peramalan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, dan layout fasilitas, serta untuk berbagai keputusan yang bersifat terus menerus berkenaan dengan perencanaan, scheduling, dan persediaan. Hasil-hasil peramalan akan salah bila data-data historik yang dimasukkan dalam model adalah tidak tepat, tidak benar, atau tidak dalam bentuk yang sesuai. Jadi, analisis harus mengenal sumber-sumber dan penggunaan-penggunaan berbagai macam data. Analisis harus berusaha mendapatkan data yang akurat, tepat dan relevan (Handoko, 2000:255). Arsyad dalam Kurniawati (2009) menjelaskan bahwa dalam memilih suatu metode peramalan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Derajat kerincian harus diperhatikan karena memerlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih
18
metode peramalan agar hasilnya dapat digunakan untuk membantu proses pembuatan keputusan oleh manajer dari suatu organisasi. 2.3.1.
Identifikasi Pola Data Pada data time series yang berbasis waktu, diperlukan pengujian terlebih
dahulu sebelum data tersebut diolah. Pengujian itu disebut uji pola data yang intinya adalah menguji apakah sebuah data dapat dikatakan stasioner atau tidak. Jika pada data terdapat trend atau ada komponen siklis, maka data dapat dikatakan stasioner. Namun sebaliknya, jika pada data tidak ada trend, seasonal atau siklis, maka data dapat dikatakan stasioner. Stasioneritas data penting untuk menentukan lebih jauh metode forecasting apa yang tepat dilakukan. Metode untuk data stasioner akan berbeda dengan metode forecasting untuk data yang tidak stasioner (Singgih, 2009:48). Menurut Firdaus (2006:23), jika pola data di masa lalu telah diketahui maka dapat ditetapkan metode peramalan untuk memperkirakan ramalan di masa yang akan datang. Identifikasi pola data dapat dilakukan dengan visualisasi grafik dan melihat plot autocorelation (ACF). Suatu deret waktu non musiman dikatakan stasioner jika koefisien autokorelasinya nol untuk semua tingkatan beda kala. Deret waktu juga dapat stasioner bila koefisien autokorelasinya berbeda nyata dengan nol hanya pada beberapa kala pertama (k≤5). Pemilihan metode peramalan menurut pola data dan jangka waktu diuraikan pada Tabel 1.
19
Tabel 1. Pemilihan Metode Peramalan Metode
Pola Data
Sederhana Rata-Rata bergerak sederhana Pemulusan eksponensial Regresi sederhana Regresi berganda Dekomposisi klasik Model trend eksponensial Box-jenkins Model ekonometri Regresi berganda runtut waktu
ST,T,M ST ST T M,S M T ST,T,S,M S T,M
Jangka Waktu
Model
PDK PDK PDK MNH MNH PDK MNH,PJG PDK PDK MNH,PJG
RW RW RW K K RW RW RW K K
Sumber : Arsyad (1994 :56)
Keterangan : - Pola Data : ST = stasioner ; T = trend ; M = musiman ; S = siklis - Jangka Waktu : PDK = pendek ; MNH = menengah ; PJG = panjang - Model : RW = runtut waktu (time series) ; K= kausal - L = panjang musiman
2.3.2. Teknik Peramalan Ada dua metode atau teknik yang dapat digunakan dalam peramalan yaitu teknik peramalan kualitatif dan teknik peramalan kuantitatif. Peramalan kualitatif adalah peramalan yang lebih mengandalkan judgement dan intuisi manusia daripada penggunaan data historis yang dimiliki. Beberapa teknik kualitatif yaitu metode Delphi, kurva pertumbuhan, dan riset pasar. Sedangkan teknik kuantitatif adalah peramalan yang menggunakan data historis yang cukup memadai dan representatif untuk meramalkan masa datang. Mulyono
(2000:91) menjelaskan bahwa metode kuantitatif
yang
digunakan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu metode time series dan metode kausal (regresi). Menurut Tampubolon (2004:41) peramalan yang sistematis adalah analisis historis, seperti analisis urutan waktu (time series
20
analysis). Permintaan berdasarkan urutan dapat menggambarkan permintaan, dapat secara konstan (constant), meningkat secara garis lurus (trend linear) atau musiman (seasonal) seperti yang terdapat pada Gambar 2.
Produksi atas Permintaan per unit musiman
garis peningkatan
konstan Waktu
Gambar 2. Pola Permintaan Sumber : Tampubolon (2004:41)
Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009 :47), Komponen-komponen runtun waktu pada umumnya diklasifikasikan sebagai : a. Trend (T), merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan trend. b. Musiman atau Seasonal (S), merupakan pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti hari, minggu, bulan, atau kuartal. c. Siklikal atau Cyclical (C), merupakan pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. d. Residu atau Erratic (E), merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa.
21
Dalam menyusun rencana produksi dapat pula dilakukan dengan memperhatikan atau menggunakan perkembangan data produksi dengan mengacu pada perkembangan data variabel yang mempengaruhinya. Metode sebab akibat didasarkan pada data masa lalu yang mempengaruhi masa depan (misalnya penjualan). Penggunaan peramalan untuk produksi dan metode yang cocok untuk digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penggunaan Peramalan untuk Produksi Operasi dan Metodenya Penggunaan peramalan
Jangka waktu
Desain proses Panjang Perencanaan kapasitas mesin Perencanaan agregat Schedulling
Panjang
Manajemen persediaan
Pendek
Ketetapan Jumlah Tingkat Metode yang produk manajemen peramalan dibutuhkan Rata-rata Satu atau Puncak Kualitatif beberapa dan kausal Rata-rata Satu atau Puncak Kualitatif beberapa dan kausal
Menengah
Tinggi
Beberapa Menengah
Pendek
Sangat tinggi Sangat tinggi
Banyak
Rendah
Kausal dan time series Time series
Banyak
Rendah
Time series
Sumber : Assauri (2004:36)
1)
Metode Time Series Menurut Handoko (2000:267), model-model peramalan runtut waktu
mencoba untuk meramalkan kejadian-kejadian di waktu yang akan datang atas dasar serangkaian data masa lalu. Serangkaian data ini merupakan serangkaian observasi berbagai variabel menurut waktu, dan biasanya ditabulasi dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menunjukkan perilaku variabel subyek. Metode-metode yang yang digunakan dalam peramalan time series terdiri dari beberapa metode.
22
a. Metode Naïve, metode ini didasarkan pada asumsi bahwa periode saat ini merupakan predictor terbaik dari masa mendatang. Metode ini merupakan metode sederhana karena perhitungan peramalannya dengan menggunakan data yang lewat yang dijadikan sebagai ramalan waktu yang akan datang (Firdaus, 2006:4). b. Metode Rata-Rata Bergerak Sederhana (Moving Average), menurut Firdaus (2006:128) metode ini cocok untuk pola data stasioner. Kelebihan metode ini adalah jumlah data yang dimasukkan ke dalam nilai rataan fleksibel sehingga dapat divariasikan sesuai pola datanya. Selain itu metode ini mudah untuk dipahami. Kelemahannya, metode ini hanya baik untuk data stasioner. c. Metode Pelicinan Eksponensial Tunggal (Single Exponential Smoothing), metode ini sangat baik diterapkan pada serial data yang memiliki pola stasioner dan tidak efektif dalam menangani peramalan dengan kecenderungan data yang memiliki komponen trend dan pola musiman. Hal tersebut dikarenakan jika diterapkan pada serial data yang memiliki trend yang konsisten, ramalan dibuat akan selalu berada di belakang trend. Selain itu, metode eksponensial juga dapat memberikan bobot yang relatif lebih tinggi pada nilai pengamatan terbaru disbanding nilai-nilai periode sebelumnya. d. Metode Pelicinan Eksponensial Ganda (Double Exponential Smoothing), metode ini memiliki dasar pemikiran yang sama dengan rata-rata bergerak linier. Metode double exponential smoothing memproses data deret waktu
23
dengan mengekstrapolasi data atas dasar trend terakhir yang terbentuk, sehingga ramalan yang akan terlihat nantinya cenderung ke arah sesuai dengan arah trend tereakhir. Metode ini baik digunakan untuk data deret waktu yang memiliki unsur trend. e. Metode Perhitungan Indeks Musiman, Menurut Handoko (2000:278) perhitungan indeks musiman dapat dihitung dengan mencari nilai rata-rata berbagai rasio penjualan kuartal nyata terhadap nilai garis trend untuk setiap periode. Peramalan model ini merupakan estimasi penjualan yang hanya memasukkan unsur trend dan musiman tanpa memperhatikan pengaruh siklikal. f. Metode Box Jenkins (ARIMA), metode ini menggunakan pendekatan iteratif dalam mengidentifikasi suatu model yang paling tepat dari semua kemungkinan model yang ada. Metode ini ini tidak menggunakan variabel independen, melainkan menggunakan nilai-nilai sekarang dan nilai-nilai masa lampau dari variabel dependen. Firdaus (2006:19) menjelaskan prosedur ARIMA terdiri dari beberapa tahapan yaitu identifikasi, estimasi, evaluasi model dan peramalan. Metode ARIMA hanya bisa diterapkan untuk data time series yang stasioner atau telah dijadikan stasioner dengan data observasi paling tidak berjumlah 72 (Mulyono. 2000:159). 2)
Metode Kausal Metode peramalan kausal didasarkan pada penggunaan analisa pola
hubungan antara variabel yang akan diperkirakan (dependen) dengan variabel lain yang mempengaruhinya (independen). Metode ini sering disebut model regresi,
24
dimana regresi merupakan suatu penyederhanaan pola hubungan suatu variabel dengan satu atau lebih variabel lain (Mulyono, 2000:53). 2.3.3.
Kesalahan Taksir dalam Peramalan (Forecast Errors) Ada beberapa tolak ukur yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur kesalahan dalam peramalan (forecast error), yaitu sebagai berikut (Heizer dan Render, 2005:155). 1. Mean Absolut Error (MAE) MAE merupakan suatu ukuran perbedaan atau selisih antara ramalan dengan aktual. MAE diperoleh dengan mengambil nilai absolute dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data. Umumnya semakin kecil nilai MAE, semakin akurat suatu ramalan. 2. Mean Square Error (MSE) MSE merupakan rataan selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. 3. Mean Absolut Percentage Error (MAPE) MAPE dihitung dengan menemukan kesalahan absolute setiap periode, kemudian membaginya dengan nilai observasi pada periode tersebut dan merata-ratakan persentase absolute tersebut. 2.4. Perencanaan Kapasitas Handoko (2000:298) menjelaskan bahwa salah satu masalah sehubungan dengan konsep kapasitas adalah unit (satuan) keluaran. Perusahaan penting mempertimbangkan konsep campuran produk (product mix) ketika menyusun
25
rencana untuk masa mendatang, yaitu dengan merinci kapasitas masing-masing jenis dan ukuran produk secara individual. Menurut Assauri (2008:25), keputusan kapasitas dimaksudkan untuk memberikan besarnya jumlah kapasitas yang tepat dan penyediaan pada waktu yang tepat. Perencanaan kapasitas tidak hanya menentukan besarnya peralatan atau fasilitas, tetapi mengenai kebutuhan yang sebenarnya dari proses produksi dan operasi. 2.4.1. Pengertian Kapasitas Menurut Handoko (2000:297), kapasitas adalah suatu tingkat keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan kuatitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Sunyoto dan Wahyudi (2011:49) menjelaskan bahwa kapasitas produksi ditentukan oleh kapasitas sumber daya yang dimiliki, seperti : kapasitas mesin, tenaga kerja, bahan baku, dan modal. 2.4.2. Pemrogaman Linier Sebagian besar persoalan manajemen berkenaan dengan penggunaan sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas (tenaga kerja terampil, bahan mentah, modal) untuk mencapai tujuan yang diinginkan (desired objective). Dalam keadaan sumber daya yang terbatas harus dicapai suatu hasil yang optimum. Dengan perkataan lain adalah bagaimana caranya agar dengan masukan (input) yang serba terbatas dapat dicapai hasil kerja yaitu keluaran (output) berupa produksi barang atau jasa yang optimum. Linear programming akan memberikan banyak sekali hasil pemecahan persoalan sebagai alternatif pengambilan tindakan (Supranto,2006:69).
26
Membuat program linier adalah membuat rencana kegiatan-kegiatan untuk memperoleh hasil yang optimal dimana suatu hasil yang mencapai tujuan yang mencapai tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik (sesuai model matematis) di antara semua alternatif yang mungkin. Menurut Handoko (2003:379) sebutan “linear” dalam linear programming berarti hubungan-hubungan antara faktor-faktor adalah bersifat linear atau konstan, atau fungsi-fungsi matematik yang disajikan dalam model
haruslah
fungsi-fungsi linear. Hubungan-hubungan linear berarti bahwa bila satu faktor berubah maka faktor lain akan berubah juga dan dengan jumlah yang konstan secara proporsional. Salah satu keputusan manajerial yang sangat penting ialah penyaluran sumber-sumber yang sangat langka. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa bahan baku, peralatan dan mesin, ruang, waktu, dana dan orang. Semua ini dapat dipergunakan untuk menghasilkan komoditi tertentu. Siagian (1987:73) menjelaskan bahwa metode analisis yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan alokasi sumber ialah metode program linier. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan program linier adalah merumuskan masalah yang jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia. Pemograman linier adalah suatu model matematis yang berkarakteristik linier
untuk
menentukan
suatu
penyelesaian
optimal
dengan
cara
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu susunan kendala.
Model
pemrogaman
linier
mempunyai
tiga
unsur
utama
(Siswanto,2007:25), yaitu :
27
1. Variabel Keputusan Merupakan variabel persoalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. 2. Fungsi Tujuan Merupakan tujuan yang hendak dicapai yang diwujudkan dalam sebuah fungsi matematik linier. 3. Fungsi Kendala Merupakan pembatas terhadap kumpulankeputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier. Ada tiga macam kendala, yakni : a. Kendala berupa pembatas, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa pertidaksamaan dengan tanda “ ≤ ” b. Kendala berupa syarat, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa pertidaksamaan dengan tanda “ ≥ “ c. Kendala berupa keharusan, dituangkan ke dalam fungsi matematika berupa persamaan dengan tanda “ = “ Program linier memiliki asumsi tertentu yang harus dipenuhi, yakni : 1. Proportional Dipenuhi jika kontribusi setiap variabel pada fungsi tujuan atau pengunaan sumber daya yang membatasi proporsional terhadap level nilai variabel. Jika harga per unit produk misalnya adalah sama berapapun jumlah yang dibeli, maka sifat proportional dipenuhi. 2. Additivity
28
Additivity menyatakan bahwa tidak ada bentuk perkalian silang di antara berbagai aktivitas. Sifat ini berlaku bagi fungsi tujuan maupun kendala. 3. Divisibility Asumsi ini menyatakan bahwa variabel keputusan diperbolehkan memiliki nilai yang tidak integrer. 4. Setiap parameter (koefisien fungsi objektif, ruas sisi kanan koefisien pembatas) diketahui secara pasti. Hal ini menunjukkan bahwa semua parameter model berupa konstanta. 2.5.
`Penelitian Terdahulu Widiasworo (2010:66) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Analisis
Pendapatan Usahatani Bayam dan Kangkung Hidroponik di Parung Farm, keuntungan yang didapat adalah Rp. 1.393.885,- dari usahatani bayam dengan jumlah produksi total 997,25 kg dan kehilangan hasil 34,5% pada bulan April 2010. Sementara itu, untuk usahatani kangkung pada bulan April 2010 menghasilkan penerimaan sebesar Rp.13.975.473 dari jumlah produksi total 965 kg dengan kehilangan hasil 23,5%. Biaya yang paling besar persentasenya dalam usahatani bayam dan kangkung hidroponik di Parung Farm adalah biaya penggunaan nutrisi AB-Mix yaitu sebesar 26,21 % untuk bayam dan 30, 26 % untuk kangkung. Penelitian tersebut, menunjukkan adanya penggunaan sumber daya yang begitu besar yaitu pada sumber daya nutrisi. berdasarkan hal tersebut kemudian penggunaan sumber daya yang efisien menjadi penting untuk diketahui sehingga
29
pendapatan maksimum dapat dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan sumber daya efisien akan mempengaruhi besarnya biaya produksi dan pendapatan dari hasil produksi sehingga penjualan perlu diramalkan agar suatu rencana produksi alternatif dapat diperoleh untuk perusahaan. 2.6.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran pada penelitian mengenai perencanaan produksi
komoditi sayuran hidroponik di Parung Farm, diawali dengan mengetahui operasional produksi dari perusahaan. Operasional produksi tersebut mancakup biaya produksi yang dikeluarkan untuk produksi per unit produk, kemudian mengetahui penjualan yang terjadi dalam kurun waktu 2008-2010 untuk menghitung pendapatan atau keuntungan yang diterima. Setelah itu, mengetahui penggunaan sumber daya yang dipakai dalam produksi komoditi bayam dan kangkung hidroponik. Sumber daya tersebut mencakup tiga sumber daya utama yaitu benih, nutrisi, dan lahan. Hal berikutnya yang dilakukan adalah menganalisis peramalan permintaan pasar terhadap komoditi tersebut. Data permintaan masa lampau (data historik) menjadi dasar untuk melakukan perhitungan mengenai ramalan permintaan yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji pola data menggunakan autokorelasi untuk mengetahui apakah data penjualan termasuk data yang stasioner atau tidak stasioner. Metode-metode peramalan yang akan digunakan sesuai dengan hasil uji pola data. Kemudian dari beberapa metode peramalan yang sesuai dengan pola data tersebut akan dipilih yang tingkat kesalahannya paling kecil (mendekati nol) dengan menggunakan alat ukur
30
MSE,MAPE,dan MAD. Setelah itu kemudian akan didapat data permintaan untuk tahun 2011. Setelah nilai permintaan masa mendatang diperoleh, langkah berikut yang dilakukan adalah mencari kombinasi produk optimal dengan menentukan faktor pembatas yang menjadi kendala dalam penggunaan sumber daya produksi komoditi bayam dan kangkung hidroponik. Alat yang digunakan dalam menentukan kombinasi produk optimal adalah Linear Programming. Setelah estimasi permintaan dan kombinasi produk telah didapat, langkah selanjutnya adalah
menganalisis perencanaan penggunaan sumber daya yang
efisien untuk menghasilkan keuntungan optimal dalam memenuhi permintaan pasar dengan menggunakan acuan dari hasil Linear Programming yang telah dilakukan. Setelah semua diperoleh, maka akan mendapatkan hasil perencanaan produksi dengan dasar acuan dari tingkat permintaan yang telah diperkirakan, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keuntungan optimal yang akan diperoleh. Alur berpikir yang tertuang pada kerangka pemikiran digambarkan secara rinci pada Gambar 3.
31
Sayuran Hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung
Perencanaan Produksi
Operasional Produksi Perusahaan
Peramalan Permintaan Data Penjualan
Biaya Produksi
Time series
Penjualan Keuntungan
Sumber daya yang digunakan - Benih - Nutrisi - Lahan
Naïve, Moving Average, exp. smoothing, BoxJenkins, Indeks musiman
Uji pola data Autokorelasi
Kombinasi Produk Optimal
Metode terpilih
Faktor Pembatas : - Benih - Nutrisi - Lahan - Permintaan Pasar
Perbandingan nilai error measure
MAD MSE MAPE
Estimasi Permintaan Tahun 2011
Linear Programming
Solusi Kombinasi Optimal
Alternatif Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik di Parung Farm, unit Kebun Parung-Bogor
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Keterangan : = arah aktivitas penelitian = alat penelitian = aktivitas penelitian = tujuan sasaran penelitian
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Parung Farm yang berlokasi di Jln. Raya Parung-Bogor No.546, Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung mulai bulan Januari sampai dengan April 2011. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Parung Farm merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi sayuran hidroponik dan konsisten dengan hidroponik. 3.2.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap kegiatan produksi bayam dan kangkung di Parung Farm dan wawancara dengan manajer bagian produksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data produksi dan penjualan selama 3 tahun dan data penunjang yang diperoleh dari literatur – literatur yang berhubungan dengan judul penelitian. Data yang dibutuhkan yaitu gambaran umum perusahaan, proses produksi, waktu kegiatan produksi, sumber daya produksi,dan hasil penjualan. 3.3.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu pengamatan langsung
dan wawancara kepada Manajer Produksi. Dalam metode pengamatan langsung yaitu mengikuti kegiatan produksi yang dilakukan Parung Farm sehingga dapat
33
diperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan yang dilakukan mulai dari kegiatan budidaya sampai pada kegiatan pengepakan terhadap sayuran bayam dan kangkung hidroponik. Pengumpulan data wawancara menggunakan daftar pertanyaan. Analisis data penelitian
menggunakan analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi data untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengeditan dan perhitungan data dalam bentuk tabulasi dan siap untuk dianalisis. Pengolahan data menggunakan alat bantu yaitu Microsoft excel, Minitab, dan Aplikasi POM for Windows / QM for Windows versi 2.2. 3.3.1. Analisis Peramalan Perencanaan yang efektif bergantung pada peramalan permintaan terhadap produk-produk perusahaan. Peramalan akan dipakai untuk meramal besarnya permintaan pasar terhadap masing-masing produk sayuran hidroponik. Ada dua pendekatan umum yang digunakan dalam peramalan yaitu, peramalan kuantitatif dan peramalan kualitatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data historis secara runtut waktu (time series). Sebelum menentukan metode peramalan perlu dilakukan uji pola data dengan tujuan mengetahui pola data historis merupakan data yang stasioner atau tidak. Pengujian pola data untuk memudahkan menentukan metode yang sesuai untuk digunakan untuk melakukan peramalan.
34
3.3.1.1. Metode Peramalan Deret Waktu Penelitian ini akan menggunakan data historis secara runtut waktu (time series). Metode time series terdiri atas beberapa metode yaitu metode naïve, moving average, single exponential smoothing, double exponential smoothing, indeks musiman, dan Box-Jenkins. Beberapa metode tersebut akan dipakai sesuai dengan pola data yang tersedia. 1.
Metode Naive, dimana pada metode ini menganggap bahwa pengamatan pada periode waktu yang baru saja berlalu (tahun lalu, bulan lalu,dsb) adalah alat peramalan terbaik untuk meramalkan keadaan di masa datang. Adapun secara matematis dapat ditulis Ŷ t+1 = Yt
sebagai berikut :
dimana, periode berikutnya (t+1) dianggap akan sama dengan nilai yang terjadi pada saat ini (t). 2. Metode Moving Average, Menurut Tampubolon (2004:46) metode rata-rata bergerak sederhana merupakan metode sederhana tetapi dapat dianggap telah bisa menghilangkan fluktuasi random bagi peramalan, rumusnya : n ∑ t=1 Ft =
A-1 + A-2 + … +A-n =
n n dimana, Ft = Peramalan permintaan untuk periode t At-1 = Permintaan aktual pada periode sebelum t n = Jumlah periode yang dievaluasi
35
3. Metode Exponential Smoothing, Menurut Handoko (2000:279), dengan exponential smoothing sederhana, forecast dilakukan dengan cara ramalan periode terakhir ditambah porsi perbedaan (disebut α) antara permintaan nyata periode terakhir dan ramalan periode terakhir. Persamaannya adalah : = Ft-1 + α ( At-1 – Ft-1)
Ft dimana, Ft Ft-1 α At-1
= = = =
ramalan untuk periode sekarang (t) ramalan yang dibuat untuk periode terakhir (t-1) smoothing constant ( 0 ≤ α ≤ 1 ) permintaan nyata periode terakhir
4. Metode Box-Jenkins (ARIMA), Pada dasarnya ada dua model dari metode Box-Jenkins, yaitu model linier untuk deret statis (Stasionary Series) dan model untuk deret data yang tidak statis (Non Stasionary Series). Model–model linier untuk deret data yang statis menggunakan teknik penyaringan (filtering) untuk deret waktu ,yaitu apa yang disebut dengan ARMA (Auto Regresive-Moving Average) untuk suatu kumpulan data. Metode Auto Regresive adalah model yang menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel dependen itu sendiri pada periode-periode yang sebelumnya,atau autokorelasi dapat diartikan juga sebagai korelasi linier deret berkala dengan deret berkala itu sendiri dengan selisih waktu (lag) 0,1,2 periode atau lebih. Bentuk
36
umum autoregressif dengan ordo p atau dituliskan dengan AR (p) mempunyai persamaan sebagai berikut: Xt = µ + Φ1 Xt-1 + Φ µ Xt-2 +............... + Φp Xt-p + e dimana : Xt Xt-1,........,Xt-p µ Φ e
:variabel dependen :variable independen yang dalam ini merupakan lag (beda waktu) dari variable dependen pada satu periode sebelumnya hingga p periode sebelumnya. :nilai konstan :parameter autoregressive : error
5. Proyeksi Trend Proyeksi trend merupakan metode peramalan seri waktu. Teknik ini mencocokkan garis trend ke rangkaian titik data historis kemudian memproyeksikan garis itu kedalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang. Pendekatan ini menghasilkan garis lurus yang meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan vertikal dari garis pada setiap observasi aktual.Rumus trend garis lurus dengan metode kuadrat terkecil adalah: Y = a + bx
Dengan penyelesaian nilai a dan b pada dua persamaan normal berikut (Handoko,2000:273). ∑Y = ∑ XY =
na+b∑ X a∑X+b∑X2
Bila titik tengah data sebagai tahun dasar, maka ∑ X = 0 ∑Y
∑Y
=
∑ XY =
na
a
=
b ∑ X2
b
=
n ∑ XY 2
∑X
37
3.3.1.2. Pengujian Pola Data Uji pola data pada intinya adalah menguji apakah dapat dikatakan stasioner ataukah tidak. Stasioneritas data penting dilakukan untuk menentukan metode forecasting yang sesuai. Pengujian stasioneritas data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan grafik atau dengan menghitung autokorelasi. Pengujian dengan cara melihat grafik uji korelasi lebih praktis untuk dilakukan. Pada gambar grafik korelasi terdapat bar (batang) berwarna biru yang melambangkan besarnya ACF (autocorelation). Jika bar berada dibawah garis berarti bernilai negatif, sedangkan jika bar berada diatas garis berarti bernilai positif. Panjang bar menunjukkan besar korelasi secara proporsional. Di atas dan di bawah bar akan terdapat dua garis merah terputus-putus, garis tersebut adalah garis upper dan lower dari angka korelasi yang tidak menunjukkan adanya autokorelasi. Jika bar-bar yang ada tidak melebihi garis merah yang di atas maupun yang di bawah berarti tidak ada autokorelasi. Sebaliknya, jika terdapat sejumlah bar yang melewakti garis bawah ataupun garis atas maka dapat diduga ada autokorelasi. Jika tidak ada autokorelasi maka data tidak terbukti ada trend dan bersifat random, sebaliknya jika ada autokorelasi maka diduga data tersebut mempunyai pengaruh trend, musiman, atau siklis. Pengujian pola data cara kedua adalah dengan menghitung nilai autokorelasi dengan rumus sebagai berikut: n ∑ (Yt-Ŷ) (Y t-k – Ŷ)
rk =
t=k+1
n ∑ t=1 (Yt – Ŷ)2
dimana: Yt = data saat ini (yang ke-t) Ŷ = rata-rata data Yt-k= data periode k sebelum data saat ini n = jumlah data
38
3.3.1.3. Metode Pengukuran Kesalahan Peramalan (Forecast Error) Beberapa tolak ukur yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menghitung kesalahan peramalan, sebagai berikut.
Mean Absolut Error (MAE) MAE = ∑ [Dt-Ft] n MAE = ∑ [Aktual-Peramalan] n dimana, Dt-Ft : selisih antara nilai data aktual dan peramalan periode ke-t n : periode data
Mean Square Error (MSE) MSE = ∑ (Dt-Ft)2 n MSE = ∑ (kesalahan peramalan)2 n
Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 100 ∑ n
MAPE =
Dt-Ft Dt
n
MAPE = 100 ∑ i=1 aktual-ramalan/aktual n
3.3.2.
Analisis Kapasitas Produksi Optimum dengan Program Linear Aminudin (2008:11) menjelaskan bahwa masalah linear programming
dapat dinyatakan sebagai proses optimasi suatu fungsi tujuan (objective function) dalam bentuk:
39
Optimumkan
n
Z = ∑ cj xj j=1
dengan batasan-batasan: n
∑ aij xj ≥ ≤ bi ,
untuk i = 1, 2, 3, …, m
j=1
xj ≥ 0,
untuk j = 1, 2, 3, …, n
atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut. Optimumkan Z = c1 x1 + c2 x2 + … + cn xn
Dengan batasan : a11x1 + a12x2 + . . . . . . . . . . +a1n xn ≥ ≤ b 1 a21x1 + a22x2 + . . . . . . . . . . + a2n xn ≥ ≤ b 2 am1 x1 + am2x2 + . . . . . . . . . +amnxn ≥ ≤ b m x1, x2, x3, …, Xn ≥ 0 Keterangan : Z= cj = n= m= xj = aij = bi =
fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal) kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan xj dengan satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap Z macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia tingkat kegiatan ke-j banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan
40
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.
Sejarah dan Perkembangan Parung Farm
Kebun Hidroponik Parung didirikan pada tahun 1998 sebagai penyaluran hobi pemilik perusahaan dalam budidaya hortikultura. Pada bulan November 1998, pendiri yang bukan dari kalangan petani, diperkenalkan kepada beberapa orang Sarjana Pertanian dari BPPT. Mereka dari BPPT inilah, yang relatif masih muda usia, yang memperkenalkan sebuah teknologi pertanian yang dikenal dengan nama hidroponik (hydroponic). Pada tanggal 1 Januari 2001 Kebun Hidroponik berubah nama menjadi Parung Farm. Parung Farm dikembangkan untuk produksi sayuran dan pelatihan hidroponik. Selain untuk pendidikan pengembangan dan pelatihan hidroponik, terdapat perusahaan komersial yaitu PT. Kebun Sayur Segar. Perusahaan ini pada akhirnya, dengan brand Parung Farm yang dapat ditemui pada hampir semua supermarket dan hipermarket di Jabodetabek dan Bandung, dapat menjadi salah satu perusahaan produsen yang terbesar dan terbaik pada bidangnya Parung Farm terbagi atas dua unit kegiatan usaha. Pertama, PT. Kebun Sayur Segar selaku perusahaan yang bergerak dalam bisnis supplier produk sayuran segar. Kedua, Parung Farm selaku Lembaga Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan yang menyediakan program pelatihan mengenai hidroponik bagi masyarakat.
41
4.2.
Letak Geografis dan Keadaan Iklim
Parung Farm berlokasi di Jln. Raya Parung-Bogor No.546, Kampung Jati, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Parung Farm memiliki lahan tanah seluas 3,8 hektar yang berada pada 6 º Lintang Selatan dan 106 º Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan suhu maksimum 27 ºC – 32 ºC. Kelembaban udara rata-rata 70 % dan curah hujan rata-rata 2.774 mm per tahun.
4.3.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Parung Farm terdiri dari pimpinan, bagian administrasi dan keuangan, bagian produksi dan pemasaran. Pimpinan perusahaan adalah orang yang mengkoordinir semua kegiatan dalam perusahaan baik kegiatan produksi
maupun
non
produksi.
Bagian
administrasi
dan
keuangan
bertanggungjawab dalam menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah keuangan dan kesekretariatan, seperti pembukuan akuntansi, membuat surat perjanjian, dan lain-lain. Manajer bagian produksi bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan produksi sayuran dan bertanggung jawab dalam menangani penyediaan bahan baku atau alat penunjang proses produksi sayuran. Manajer pemasaran bertanggungjawab untuk memasarkan hasil produksi dengan cara promosi dan menjalin kerjasama dengan pelaku pasar lain. Pada unit pengembangan pendidikan dan pelatihan dipimpin oleh seorang direktur pendidikan. Tugas direktur pendidikan adalah bertanggungjawab
42
terhadap kegiatan dan pelatihan. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Parung Farm
Pimpinan
Unit Pengembangan, Pendidikan,dan Pelatihan
Unit Kebun Sayur Segar
Bagian Administrasi dan Keuangan
Kebun Tangsel (Sukabumi)
Bagian Pemasaran
Kebun Bintang Delapan (Cianjur)
Bagian Produksi
Kebun Cugenang (Cianjur)
Kebun Parung (Bogor)
Gambar 4. Struktur Organisasi Parung Farm 4.4.
Sarana dan Prasarana di Parung Farm Parung Farm yang berlokasi di daerah Parung memiliki luas lahan sebesar
3,8 Ha yang terdiri dari sarana dan prasarana sebagai berikut. 1) Greenhouse Luas lahan yang terpakai untuk greenhouse sekitar 2.500 m2, terdiri dari empat greenhouse untuk bayam dan satu greehouse untuk pembibitan bayam. Tiap greenhouse terdiri atas bed (bedengan) yang terbuat dari beton untuk penanaman dengan jarak antar bed 50 cm. Ukuran bed adalah 2 m x 8
43
m, dengan jumlah bed pada masing-masing greenhouse tidak sama. Nama greenhouse, fungsi, ukuran maupun jumlah bed yang terdapat di unit Kebun Parung terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Nama Greenhouse, Fungsi, Ukuran dan Jumlah Bed di Kebun Parung Nama Greenhouse 6 7 8 9 10 11 12 Percobaan
Fungsi
Persemaian bayam Penanaman kangkung Penanaman bayam Penanaman bayam Penanaman kangkung Penanaman bayam Penanaman bayam Percobaan
Luas (m²) 320 480 224 208 208 160 208 60
Ukuran bed (m) 2 x 10 2 x 20 2x8 2x8 2x8 2x8 2x8 0.5 x 7
Jumlah bed
16 12 14 13 13 10 13 5
Sumber: Bagian Produksi Parung Farm, 2010
Greenhouse yang digunakan adalah jenis greenhouse plastik yang dibangun dengan rangka terbuat dari kayu atau bambu dan besi. Atapnya menggunakan helaian plastik UV (ultra violet). Sisi greenhouse plastik dikelilingi dengan kasa net untuk menghindari hama masuk. Dengan demikian, kemungkinan kerusakan tanaman oleh serangan hama dapat dihindarkan. Sisi yang terbuat dari kasa masih dapat dilalui udara untuk ventilasi sehingga dapat mengurangi udara yang terlalu panas atau kelembapan yang terlampau tinggi. Bila ada angin yang terlalu kencang, kasa dapat meredam kecepatan aliran angin sehingga tidak ada tanaman yang rusak. Bentuk dari greenhouse atau rumah plastik di Parung Farm adalah model Piggy back. Bentuknya mirip dengan rumah pada umumnya dengan tambahan atap kecil dibagian atasnya. Dengan atap seperti itu, hawa panas
44
yang ada di dalam rumah plastik akan tertekan keluar melalui lubang di atap tersebut. Greenhouse hanya digunakan untuk tanaman bayam, sedangkan untuk tanaman kangkung tidak menggunakan greenhouse karena kangkung merupakan tanaman yang mudah tumbuh, sehingga dalam perawatannya pun tidak terlalu sulit. Terdapat dua lahan terbuka yang digunakan untuk budidaya tanaman kangkung hidroponik, lahan tersebut menggunakan media tanam berupa kerikil batu. Infrastruktur yang terdapat di dalam greenhouse antara lain, sistem irigasi yang berupa pipa saluran irigasi, timer, mesin pompa, tandon air, bak penampung larutan nutrisi. 2) Pendopo Pendopo merupakan tempat untuk mengajar dan mengadakan pelatihan hidroponik. Pendopo berada di tengah-tengah kebun Parung. Luas bangunan ini sekitar 150 m². Sarana pendukung yang terdapat di pendopo adalah witheboard, megaphone, dan alat peraga hidroponik. 3) Kantor Kantor terdiri atas dua bagian, yaitu kantor administrasi dan kantor diklat. Letak kedua kantor ini bersebelahan dengan luas total sekitar 150 m². Kantor administrasi digunakan untuk menangani produksi dan pemasaran, sedangkan kantor diklat digunakan untuk pelatihan. 4) Tempat Pengemasan Tempat pengemasan terletak di bagian depan, hal ini ditujukan agar produk sayuran yang telah dikemas mudah diangkut ke mobil pengangkut. Luas tempat pengemasan sekitar 50 m². 45
5) Kebun Anggrek Luas kebun anggrek sekitar 400 m². Lokasi ini digunakan untuk budidaya anggrek dan tanaman hias lain. Jenis anggrek yang dibudidayakan yaitu Dendrobium, Vanda, Oncidium, dan Phalaenopsis. 6) Asrama Asrama terletak di bagian belakang kebun. Luas asrama sekitar 160 m². Asrama diperuntukkan bagi karyawan, terutama karyawan tetap yang sudah lama bekerja di Parung Farm. 7) Bengkel Bengkel merupakan tempat untuk merakit rangkaian hidroponik dan memperbaiki jika
ada peralatan hidroponik yang rusak. Luas
bengkel
sekitar 50 m² dan letaknya berhadapan dengan kolam ikan. 8) Kolam Ikan Luas kolam ikan sekitar 300 m². Kolam tersebut digunakan untuk memelihara berbagai jenis ikan, seperti ikan bawal, mas, dan mujaer. 4.5.
Produk/Komoditi Sayuran Hidroponik Parung Farm di Unit Kebun Parung Secara garis besar, sayuran hasil produksi Parung Farm dapat
dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu selada, non-selada, dan tomat. Sayuran yang termasuk dalam kategri selada antara lain adalah selada keriting, Lollo Rossa, Romaine, Butterhead, Batavia, Red Oakleaf, Siomax, dan Endivee. Sementara sayuran yang termasuk dalam kategori non-selada adalah Caisim, Bayam Hijau, Kangkung, Petsay, Kailan, Bayam Merah, Pak Choy Hijau, dan Pak Choy Putih. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok tomat antara lain
46
adalah Red Unique, Golden Unique, Clutser, Golden Shine, Fortune Unique, Cherry, Recento, dan Oblong Beef. Sayuran-sayuran tersebut dibudidayakan di empat kebun yang berbeda yaitu Parung, Tangerang Selatan, Puncak, dan Cianjur. Kebun di daerah Puncak dan Cianjur diperuntukkan bagi tanaman sayuran dataran tinggi seperti berbagai jenis selada dan tomat, sedangkan kebun di Parung untuk tanaman sayuran dataran rendah seperti bayam dan kangkung. 4.6.
Proses Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung Proses produksi sayuran Parung Farm di unit Kebun Parung menggunakan
teknologi hidroponik. Metode hidroponik yang digunakan untuk tiap sayuran berbeda. Penyemaian benih tanaman bayam dilakukan dengan menggunakan metode hidroponik substrat, yaitu dengan media tanam berupa kerikil batu. Kemudian, setelah cukup umur untuk pindah tanam, bibit tanaman bayam tersebut dibesarkan dengan menggunakan metode aeroponik. Sedangkan untuk tanaman kangkung, metode budidaya yang digunakan adalah metode hidroponik substrat yang menggunakan kerikil batu sebagai media tanamnya. Sistem pemberian nutrisi untuk masing-masing metode hidroponik berbeda-beda. Pada tipe aeroponik, nutrisi dikabutkan ke daerah perakaran tanaman. Sedangkan pada
tipe subsrat kerikil, pemberian nutrisi dilakukan
dengan cara NFT (Nutrien Film Technique). Pada teknik hidroponik tipe aeroponik, helaian styrofoam putih yang digunakan berukuran 1x1 m. Styrofoam dilubangi menggunakan pipa yang telah dipanaskan. Diameter lubang ± 3 cm dan jarak tiap lubang tanam adalah 10 cm.
47
Sekitar 30 cm dibawah helai styrofoam, dipasangi selang PE (polyethylene) secara horizontal. Tiap jarak 75 cm selang PE, dipasangi spray jet warna hijau dengan jarak tembak satu meter. Pancaran berkekuatan tinggi akan membentuk kabut butiran halus. Faktor penting dalam hal irigasi aeroponik adalah pengabutan butiran halus. Tekanan yang tinggi harus terjaga agar dihasilkan butiran kabut, bila tekanan turun misalnya karena filter kotor maka butiran menjadi besar dan kadar oksigen menurun. Alat filter digunakan untuk mengurangi kotoran yang dapat menyumbat lubang sprinkler. Pancaran atau pengabutan di Parung Farm diatur oleh timer secara intermittend, nyala-mati (on-off) bergantian selama satu menit (satu menit menyala kemudian satu menit mati). Asalkan lamanya waktu mati (off) tidak lebih dari 15 menit, tanaman tidak akan layu. Pengabutan dilakukan secara kontinyu selama 24 jam. Air yang berlebih, jatuh dan ditampung oleh bak penampung yang terbuat dari beton semen. Larutan tersebut kemudian dialirkan dan ditampung dalam tandon (reservoir) untuk disirkulasikan kembali. Pada tipe substrat kerikil, media tanam yang digunakan adalah kerikil. Kerikil disebar merata pada petakan berukuran 21x2 m. Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan model NFT yaitu larutan akan mengalir tipis dan larutan tersebut tersirkulasi dan dialirkan kembali ke dalam reservoir untuk digunakan lagi. Pemberian larutan nutrisi dilakukan dari pagi hingga sore hari. Sama seperti pada tipe aeroponik yang larutan berlebih akan dialirkan ke dalam penampungan untuk kemudian digunakan kembali.
48
4.7.
Tahapan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung Tahapan produksi sayuran hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung
dilakukan sebagai berikut: 1)
Persiapan lahan tanam Lahan tanam yang digunakan untuk tanaman bayam berbeda dengan yang
digunakan untuk tanaman kangkung. Tanaman bayam menggunakan lahan yang terdapat dalam greenhouse, sedangkan tanaman kangkung menggunakan lahan terbuka yang berada di luar greenhouse. Perlakuan yang berbeda tersebut dikarenakan tanaman kangkung tidak sulit untuk tumbuh dalam kondisi apapun, sangat berbeda dengan bayam yang memerlukan perawatan ekstra dalam pertumbuhannya. Lahan tersebut dibersihkan dari gulma, lumut, dan sisa tanaman, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan ditanam. 2)
Persemaian Persemaian dilakukan di lahan dengan media tanam berupa kerikil batu.
Kerikil digunakan karena berpori dalam jumlah banyak, sehingga memungkinkan oksigen dapat dengan mudah masuk ke bagian akar tanaman. Selain itu, penggunaan kerikil dapat mempermudah pengambilan bibit tanpa merusak akar bibit tanaman. Pada persemaian tanaman kangkung, benih disebar dalam garis tanam yang dibuat pada lahan tanam. Garis tanam dibuat dengan jarak tanam 5 cm. Setelah disebar, garis tanam ditutup/diratakan kembali. Kangkung tumbuh ditempat yang sama dengan waktu persemaian, tidak ada pemindahan tanaman.
49
Sedangkan untuk tanaman bayam, benih disebar tanpa perlu ada garis tanam. Benih disebar merata pada lahan dalam greenhouse, dengan ukuran lahan tanam/bedengan seluas 2 m x 21 m. Setelah benih disebar, lahan yang telah berisi benih tersebut kemudian ditutup dengan plastik selama 1-2 hari agar dapat memacu pertumbuhan kecambah dan agar benih tidak dimakan burung. Sejak mulai disemai, lahan dialiri larutan nutrisi dengan teknik nutrient film technique (NFT), larutan nutrisi dialirkan dari pagi sampai sore. Setelah berkecambah, benih tersebut akan tumbuh menjadi bibit. Bibit yang telah tumbuh daun sejatinya (sekitar 12-15 hari) sudah siap untuk dicabut dan dipindahtanamkan. Bibit yang dicabut kemudian akan dibungkus rockwool, bibit yang akan dibungkus dengan rockwool adalah bibit yang secara penampilan bagus, dilihat dari daunnya yang tidak cacat, warna hijau cerah yang merata/tidak kuning, dan tinggi yang sesuai yaitu ± 5 cm. Batang bagian bawah dekat akar (di atas akar) dibungkus dengan rockwool. Pembungkusan harus dilakukan dengan hati-hati karena bibit mudah patah/rusak, akar bibit harus dipastikan tidak terjepit jellycup. Setiap satu jellycup berisi 2-3 batang bibit tanaman. 3)
Penanaman Bibit bayam yang telah dibungkus dengan rockwool dan telah diletakkan
dalam jellycup, kemudian dimasukkan dalam lubang tanam pada styrofoam. Styrofoam berukuran 1 m2 diletakkan dalam bedengan, satu bedengan seluas 16 m2 memuat 16 lembar styrofoam. Styrofoam dilubangi dengan jarak per lubang tanam adalah 10 cm dan berdiameter ± 3 cm per lubang tanam, 1 lembar styrofoam memuat 81 lubang tanam.
50
Peletakan bibit harus hati-hati, akar tanaman harus lurus terjuntai ke bawah dengan baik agar dapat menyerap nutrisi. Proses penanaman dilakukan pada sore hari (di atas jam 14.00). Pada sore hari, radiasi matahari tidak terlalu kuat dan suhu udara tidak terlalu tinggi. Hal tersebut baik bagi tanaman karena proses kehilangan air tidak terjadi secara cepat. 4)
Pemeliharaan Jika ada tanaman yang mati, tindakan yang dilakukan adalah dengan
mengambil tanaman yang mati. Sedangkan tanaman yang masih tumbuh dikumpulkan dalam satu umur (pengekepan) agar dapat tumbuh seragam. Di Parung Farm tidak melakukan kegiatan penyulaman yang mengganti tanaman mati dengan tanaman baru karena tanaman pengganti umurnya tidak sama jadi dapat mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seragam. Pada saat perawatan tanaman, untuk mengurangi serangan hama dan penyakit pada tanaman dilakukan secara manual yaitu dengan membuang ulat yang menempel pada daun dan membuang tanaman yang tidak sehat agar tidak tertular ke tanaman lain. Parung Farm tidak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit. 5)
Pemanenan Setelah cukup untuk dapat dipanen (untuk tanaman bayam ± 15-18 hari
setelah pindah tanam), maka tanaman akan dipanen. Tanaman yang dipanen yang sudah memenuhi kriteria panen (dari segi penampilannya dan tinggi batang). Waktu dan umur panen tergantung pada penampilan optimal. Tanaman yang tua batangnya akan keras dan sudah tumbuh bunga, hal tersebut tidak layak untuk dijual karena menurunkan kualitas.
51
Pemanenan dilakukan secara manual, pada tanaman bayam caranya yaitu dengan mencabut tanaman dari lubang tanam styrofoam, melepaskan jellycup dari tanaman,dan akar tanaman diusahakan tidak tertinggal dalam wadah (akar ikut serta dalam tanaman). Sedangkan untuk tanaman kangkung, pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman dari media tanam dan akar tanaman dikibas-kibas agar kerikil yang masih menempel dapat terjatuh. Tanaman yang sudah dicabut dikumpulkan di pinggir bedengan untuk kemudian diletakkan dalam tray, kemudian dicuci agar daun dan akar tanaman bersih dari kotoran. Hasil panen diletakkan dalam tray dan disusun dalam gerobak untuk kemudian dibawa ke ruang pengemasan. 6)
Penyortiran dan pengemasan Pada saat di ruang pengemasan, tanaman tidak langsung diproses, akan
tetapi didiamkan dulu sebentar untuk menghilangkan panas lapangan (field heat). Kemudian setelah itu dilakukan proses seleksi. Seleksi (sortasi) dilakukan untuk memilih tanaman agar layak untuk dikemas dan dijual. Seleksi dilakukan dengan cara membuang daun-daun tua, daun kuning, daun bolong, daun robek, kemudian ditimbang dengan ukuran 250 gram per kemasan. Sayuran dikemas dalam kemasan plastik kemudian disegel. Tanaman dikemas agar higienis, tidak cepat layu, serta menambah nilai jual. Akar tanaman juga turut dikemas untuk meyakinkan konsumen bahwa sayuran tersebut ditanam secara hidroponik. Nama perusahaan, jenis tanaman, dan keterangan bebas pestisida dicantumkan dalam kemasan.
52
7)
Pendistribusian Produk yang telah dikemas kemudian disusun dalam tray dan diap untuk
diangkut. Pengangkutan sayuran dilakukan pada hari yang sama dengan proses panen dan pengemasan. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil box yang dilengkapi dengan pendingin dengan suhu sekitar 15-20 oC. Sayuran-sayuran diangkut menuju gudang penyimpanan, untuk kemudian didistribusikan ke konsumen pemesan sayuran tersebut (pasar swalayan/supermarket). Adapun alur tahapan produksi sayuran hidroponik bagi tanaman bayam dan kangkung terdapat pada Gambar 5. Persiapan lahan Persemaian benih bayam
Penanaman benih kangkung
Pencabutan bibit bayam dan pembungkusan bibit Penanaman/pembesaran bibit Pemanenan Penyortiran dan pengemasan Pendistribusian
Gambar 5. Alur tahapan produksi sayuran hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung
53
4.8.
Pemasaran Produk Sayuran Hidroponik Parung Farm Parung Farm berusaha untuk memenuhi syarat pasar yaitu 3K (kualitas,
kuantitas, dan kontinyuitas) agar tetap bisa mempertahankan pasar. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah sistem putus, yaitu sistem pembayaran dimana pihak pemesan membayar semua sayuran yang dipesan sehingga apapun yang terjadi pada sayuran tersebut (laku atau tidak laku) menjadi risiko yang harus ditanggung oleh pihak pemesan. Pasar tujuan yang menjadi sasaran Parung Farm adalah berbagai swalayan, supermarket, dan penikmat sayuran hidroponik di Jabodetabek dan berbagai kota besar di Indonesia. Adapun supermarket yang telah menjadi tujuan pemasaran pihak Parung Farm dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pasar Tujuan Pemasaran Sayuran Hidroponik Parung Farm. Hipermarket -Carrefour -Giant -Hypermart -Makro
Supermarket -Sogo -Hero -Matahari -Diamond -Ranch Market -Lion Superindo -Hari-Hari -Ramayana -Kemchik -Maxim -Grand -Lucky -Rejeki
Jenis pasar Koren&Japanese Supermarket -Cosmo -Papaya -Company -New Soul -Kamone
Horeka (Hotel,Restoran, Kafe) -Bintang -Sari Pizza -Warung Daun -Pepper Lunch -Tomodachi -Mahi-Mahi -Citrus Cafe
Sumber : Parung Farm, 2010
54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Operasional Produksi pada Komoditi Bayam dan Kangkung Hidroponik Parung Farm di Unit Kebun Parung.
Sebelumnya perhitungan biaya produksi dari perusahaan perlu dilakukan sebagai dasar untuk memperoleh biaya pengeluaran dalam produksi. Biaya produksi per unit merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produk. Adapun biaya produksi tersebut tertera pada Tabel 5. Tabel 5 . Biaya Produksi per Unit (dalam rupiah) Keterangan Bayam Benih 197 Nutrisi 2.155 Rockwool 569 Sewa Lahan 379 Listrik 531 Tenaga Kerja 1.161 Plastik Kemas 600 Biaya penyusutan 448 Total Biaya 6.040
Kangkung 188 1.481 0 261 365 798 600 227 3.920
Berdasarkan Tabel 5 , biaya produksi untuk menghasilkan produk bayam per unit adalah Rp. 6.040,- sedangkan untuk menghasilkan produk kangkung adalah Rp. 3.920,- per unit. Biaya produksi untuk produk bayam hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan biaya produksi dari produk kangkung. Hal tersebut disebabkan oleh adanya bahan baku yang tidak dipakai dalam produksi kangkung yaitu rockwool dan juga disebabkan oleh jumlah penggunaan bahan baku untuk produk bayam lebih banyak dibandingkan kangkung. Penggunaan sumber daya yang dipakai oleh bayam dan kangkung dibagi atas persentase penggunaan jumlah
55
lahan, sehingga perhitungan biaya pun didasarkan atas hal tersebut. Perhitungan biaya sumber daya yang dipakai tertera pada Lampiran. Setelah mengetahui biaya produksi per unit, adapun untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil produksi yang dilakukan adalah dengan mengetahui volume produksi dan volume penjualan yang terjadi pada tahun lalu yaitu tahun 2010. Penjualan dan produksi yang terjadi pada tahun 2010 tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Penjualan serta Produksi dari Produk Bayam dan Kangkung Tahun 2010 (dalam satuan pack) Bulan Bayam Kangkung Penjualan Produksi Penjualan Produksi Januari 3.966 4.015 3.838 3.874 Februari 3.943 3.991 3.833 3.869 Maret 3.935 3.982 3.836 3.870 April 3.942 3.989 3.830 3.866 Mei 3.933 3.972 3.841 3.874 Juni 3.956 3.996 3.837 3.877 Juli 3.971 4.011 3.835 3.874 Agustus 3.958 4.007 3.843 3.877 September 3.969 4.014 3.836 3.872 Oktober 3.962 4.002 3.834 3.871 Nopember 3.976 4.016 3.839 3.874 Desember 3.983 4.021 3.841 3.876 Total 47.494 48.016 46.043 46.474 Rata-rata 3.958 4.001 3.837 3.873 Berdasarkan Tabel 6, rata-rata produksi bayam pada tahun 2010 adalah 4.001 pack/bulan dengan penjualan rata-rata 3.958 pack/bulan. Sedangkan produksi kangkung rata-rata per bulan adalah 3.873 pack dengan penjualan 3.837 pack/bulan. Setelah mengetahui volume produksi dan permintaan maka dapat dihitung biaya pengeluaran, penerimaan, dan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan.
56
Biaya pengeluaran dihitung berdasarkan hasil produksi dikalikan dengan biaya produksi per unit produk. Sementara untuk nilai penerimaan didapat dari hasil penjualan dikalikan dengan harga jual. Harga jual per unit untuk produk bayam dan kangkung adalah sama, yaitu Rp. 9.500,-
Kemudian pendapatan
diperoleh dari selisih antara nilai pengeluaran dan nilai penerimaan produk tersebut. Besarnya nilai pengeluaran, penerimaan, dan pendapatan dari masingmasing produk berturut-turut disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7. Pendapatan Produk Bayam pada Tahun 2010 (dalam satuan rupiah) Bulan Bayam Penerimaan Pengeluaran Pendapatan Januari 37.677.000 24.250.600 13.426.400 Februari 37.458.500 24.105.640 13.352.860 Maret 37.382.500 24.051.280 13.331.220 April 37.449.000 24.093.560 13.355.440 Mei 37.363.500 23.990.880 13.372.620 Juni 37.582.000 24.135.840 13.446.160 Juli 13.498.060 37.724.500 24.226.440 Agustus 37.601.000 24.202.280 13.398.720 September 37.705.500 24.244.560 13.460.940 Oktober 37.639.000 24.172.080 13.466.920 Nopember 37.772.000 24.256.640 13.515.360 Desember 37.838.500 24.286.840 13.551.660 Total 451.193.000 290.016.640 161.176.360 Rata-rata 37.599.417 24.168.053 13.431.363 Berdasarkan Tabel 7, pendapatan rata-rata per bulan yang dihasilkan oleh komoditi bayam sebesar Rp.13.431.363,- Rata-rata pengeluaran Rp. 24.168.053,per bulan dengan penerimaan sebesar Rp 37.599.417,- per bulan. Hasil tersebut diperoleh dari rata-rata produksi bayam 4.001 pack/bulan dengan penjualan ratarata 3.958 pack/bulan.
57
Tabel 8. Pendapatan Produk Kangkung pada Tahun 2010 (dalam satuan rupiah) Bulan Kangkung Penerimaan Pengeluaran Pendapatan Januari 36.461.000 15.186.080 21.274.920 Februari 36.413.500 15.166.480 21.247.020 Maret 36.442.000 15.170.400 21.271.600 April 36.385.000 15.154.720 21.230.280 Mei 36.489.500 15.186.080 21.303.420 Juni 36.451.500 15.197.840 21.253.660 Juli 36.432.500 15.186.080 21.246.420 Agustus 36.508.500 15.197.840 21.310.660 September 36.442.000 15.178.240 21.263.760 Oktober 36.423.000 15.174.320 21.248.680 Nopember 36.470.500 15.186.080 21.284.420 Desember 36.489.500 15.193.920 21.295.580 Total 437.408.500 182.178.080 255.230.420 Rata-rata 36.450.708 15.181.507 21.269.202
Sedangkan pendapatan rata-rata per bulan yang dihasilkan oleh komoditi kangkung yang tertera pada Tabel 8 adalah sebesar Rp. 21.269.202,- Rata-rata pengeluaran Rp. 15.181.507,- per bulan dengan penerimaan sebesar Rp 36.450.708,- per bulan. Hasil tersebut diperoleh dari rata-rata produksi kangkung rata-rata per bulan adalah 3.873 pack dengan penjualan 3.837 pack/bulan. Total gabungan pendapatan dari dua produk tersebut rata-rata adalah Rp.34.700.565,Total pendapatan per bulan dari produk bayam dan kangkung tertera pada Tabel 9.
58
Tabel 9. Pendapatan total dari produk bayam dan kangkung pada Tahun 2010 (dalam satuan rupiah) Bulan Pendapatan Bayam Kangkung TOTAL Januari 13.426.400 21.274.920 34.701.320 Februari 13.352.860 21.247.020 34.599.880 Maret 13.331.220 21.271.600 34.602.820 April 13.355.440 21.230.280 34.585.720 Mei 13.372.620 21.303.420 34.676.040 Juni 13.446.160 21.253.660 34.699.820 Juli 13.498.060 21.246.420 34.744.480 Agustus 13.398.720 21.310.660 34.709.380 September 13.460.940 21.263.760 34.724.700 Oktober 13.466.920 21.248.680 34.715.600 Nopember 13.515.360 21.284.420 34.799.780 Desember 13.551.660 21.295.580 34.847.240 TOTAL 161.176.360 255.230.420 416.406.780 Rata-rata 13.431.363 21.269.202 34.700.565
Setelah mengetahui pendapatan dari produk bayam dan kangkung, adapun selanjutnya mengenai penggunaan faktor produksi dalam proses produksi kedua komoditi tersebut. Sumber daya atau faktor produksi utama dalam proses produksi bayam dan kangkung adalah benih sayuran, nutrisi/pupuk dan lahan. Tabel 10 menyajikan data sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk dengan ukuran berat sebesar 250 gram/pack. Tabel 10 . Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit Sumber daya Bayam (X1) Kangkung (X2) Kapasitas Bahan Baku (Benih) 0,2 5 42.000 Pupuk (Nutrisi) 25 5 435.000 Lahan 0,33 0,125 1.808
Satuan Gram Liter m2
Tabel 10 menunjukkan bahwa setiap unit produk bayam dihasilkan dari benih sebanyak 0,2 gram, pupuk sebanyak 25 liter dari mulai tanam sampai panen, dan lahan seluas 0,33 m2. Sedangkan untuk menghasilkan satu unit produk
59
kangkung membutuhkan benih sebanyak 5 gram, pupuk sebanyak 5 liter dari mulai tanam sampai panen, dan lahan seluas 0,125 m2. Adapun penggunaan benih untuk bayam dan kangkung dalam proses produksi selama satu bulan tertera berturut-turut pada Tabel 11 dan 12. Pada tabel tersebut secara rinci diuraikan tentang penggunaan benih dari setiap aktivitas produksi yang dilakukan, mulai dari semai sampai pada pengemasan. Tabel 11. Penggunaan Benih Bayam Bayam No Keterangan 1 Semai tumbuh (100%) tumbuh (80%) 2 Sortasi bibit hilang 30% 3 Pembungkusan * 4 Penanaman 5 Panen tidak layak (15%) layak panen siap ke pengemasan 6 sortasi sayuran hilang 34% layak kemas 7 Siap Jual ** Kenyataan Hilang (?) persentase kehilangan
Jumlah
Satuan 2.000 gram 2.120.000 batang 1.696.000 batang 1.187.200 395.733 395.733 395.733 59.360 336.373 672.747 228.734 444.013 15.311 3.953 11.358 74
batang bibit tanaman tanaman tanaman tanaman batang batang batang pack pack pack %
*dalam pembibitan 3 bibit menjadi 1 tanaman **satu pack = 29 batang tanaman
Berdasarkan Tabel 11, benih bayam yang tersedia untuk produksi selama satu bulan adalah 2000 gram atau sebanyak 2 kg. Jumlah penggunaan benih dari mulai proses persemaian sampai pada produk siap jual mengalami berbagai kehilangan dalam setiap aktivitasnya. Proses semai tidak semua benih yang
60
disebar tumbuh 100%, asumsi yang digunakan adalah 80% benih yang dapat tumbuh, kemudian pada proses sortasi bibit kehilangan yang terjadi adalah ratarata sebesar 30%. Sementara itu, pada aktivitas panen, sortasi tanaman yang layak panen menghilangkan rata-rata sebanyak 15% dari jumlah luasan panen, Kemudian ketika di bagian pengemasan, sortasi tanaman kembali dilakukan untuk menghasilkan tanaman sayur siap jual dan dikemas, aktivitas sortasi di bagian pengemasan rata-rata menghilangkan sebesar 34% dari jumlah tanaman yang dikirim dari hasil panen. Tabel 12. Penggunaan Benih Kangkung No Keterangan 1 Semai tumbuh (100%) tumbuh (80%) 2 Panen tidak layak (15%) layak panen 3 Sortasi sayuran hilang 23% layak kemas 4 Siap Jual *** Kenyataan Hilang (?) persentase kehilangan
Kangkung Jumlah Satuan 40.000 gram 1.160.000 batang 928.000 batang 139.200 batang 788.800 batang 181.424 607.376 11.248 3.834 7.414 66
batang batang pack pack pack %
*dalam pembibitan 3 bibit menjadi 1 tanaman ***satu pack = 54 batang tanaman
Hal yang sama terjadi pula pada produksi kangkung, terdapat kehilangan hasil tanaman dari mulai proses semai hingga proses pengemasan.
Benih
kangkung yang tersedia untuk produksi selama satu bulan adalah 40.000 gram atau sebanyak 40 kg. Asumsi yang digunakan untuk pertumbuhan benih adalah sama yaitu 80% benih yang dapat tumbuh. Sementara itu, pada aktivitas panen,
61
sortasi tanaman yang layak panen menghilangkan rata-rata sebanyak 15% dari jumlah luasan panen, Kemudian ketika di bagian pengemasan, sortasi tanaman kembali dilakukan untuk menghasilkan tanaman sayur siap jual dan dikemas, aktivitas sortasi di bagian pengemasan rata-rata menghilangkan sebesar 23% dari jumlah tanaman yang dikirim dari hasil panen. Penggunaan faktor produksi berikutnya adalah penggunaan nutrisi. Adapun penggunaan larutan nutrisi untuk bayam dan kangkung tertera pada Tabel 13.
Pada tabel tersebut diuraikan mengenai penggunaan larutan nutrisi bagi
produk bayam dan kangkung pada proses produksi selama satu bulan. Tabel 13. Penggunaan Larutan Nutrisi pada Proses Produksi Bayam dan Kangkung selama satu bulan Jumlah Keterangan Satuan Bayam Kangkung Kapasitas nutrisi 345.000 90.000 Liter Jumlah tanaman 395.733 928.000 tanaman Daya serap/tanaman 0,87 0,10 Liter Kebutuhan nutrisi/pack* 25 5 Liter Produksi yang terjadi 13.646 17.185 pack Kenyataan 3.953 3.834 pack Hilang 245.059 69.921 Liter Persentase kehilangan 71 78 %
Tabel 13 menunjukkan bahwa kapasitas nutrisi yang tersedia selama satu bulan untuk proses produksi bayam adalah 345.000 liter atau 345 m3. Sedangkan untuk proses produksi kangkung adalah 90.000 liter larutan nutrisi yang tersedia dalam satu bulan atau sekitar 90 m3. Pada proses produksi bayam dan kangkung selama satu bulan terdapat kehilangan nutrisi sekitar 71-78% jika asumsi daya serap tanaman per batang tanaman adalah 25 liter untuk bayam dan 5 liter untuk kangkung.
62
Faktor produksi berikutnya adalah penggunaan lahan. Pada Gambar 6 tertera bahwa lahan dibagi 30 yang berarti lahan didesain untuk memenuhi 30 kali masa tanam. Pada produksi bayam hidroponik terdapat 3 kegiatan yang dilakukan yaitu persemaian, penanaman, dan pemanenan. No
1 2 3 4 5 6 … 29 30
Semai(m2)
Lahan
Lahan tanam(m2)
10 10 10 10 10 10 11 11 11
43 43 43 43 43 43 43 43 43
Hari ke1
2
3
4
5
6
7
…
15
16
17
18
19
20
...
…
30
Gambar 6. Penggunaan Lahan untuk Produksi Bayam Hidroponik di Unit Kebun Parung
Keterangan :
= masa semai (≤15 hari) = masa pindah tanam / tanam bibit (≤15 hari) = tanam bibit dan proses panen
Kegiatan awal yang dilakukan adalah persemaian atau penanaman yang dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-30 atau setiap hari. Dengan pemakaian lahan semai seluas 10-11 m2/hari. Total keseluruhan lahan semai adalah 320 m2, dengan jumlah bedengan semai sebanyak 8 bedeng berukuran masing-masing 2x20 m2. Benih yang disemai pada hari ke-1 akan dipakai pada penanaman di hari ke-15, kemudian benih yang disemai pada hari ke-2 akan dipakai pada penanaman hari ke-16, begitupun seterusnya hingga hari ke-30.
63
Kegiatan penanaman bibit (pindah tanam) dilakukan di hari ke-15, artinya bibit berusia ±15hari akan ditanam dan dibesarkan di bedengan aeroponik selama ±15 hari, jadi total masa tanam bayam ±30 hari. Di hari ke-30, tanaman sudah siap untuk dipanen. Tanaman yang ditanam di hari ke-15 akan dipanen di hari ke-30 dan setelah di panen di pagi hari, maka sore hari di lahan yang sama akan dilakukan penanaman bibit seluas lahan yang dipanen pada hari itu. Hal yang sama terus terjadi di bulan berikutnya dengan pola yang sama. Besarnya luasan semai ataupun tanam dan panen dapat disesuaikan dengan keputusan hasil produksi namun tetap memperhatikan kapasitas maksimum lahan. Kapasitas lahan untuk semai adalah 320 m2 dan kapasitas lahan untuk tanam adalah 800 m2. Pada komoditi kangkung tidak jauh berbeda pola tanamnya dengan komoditi bayam. Namun, tidak ada proses persemaian dalam produksi kangkung. Kegiatan yang dilakukan pada produksi kangkung meliputi proses tanam dan panen. Kegiatan awal yang dilakukan adalah persemaian yang dimulai dari hari ke-1 sampai hari ke-15, dengan pemakaian lahan semai seluas ± 16 m2/hari. Total keseluruhan lahan kangkung adalah 688 m2, dengan jumlah bedengan semai sebanyak 25 bedeng dengan dua macam ukuran. sebanyak 12 bedeng berukuran masing-masing 2x20 m2 dan 13 bedeng berukuran 2x8 m2. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat daripada bayam, yaitu kangkung membutuhkan waktu 28 hari untuk dapat siap panen. Benih yang ditanam pada hari ke-1 akan panen di hari ke-28, kemudian benih yang ditanam pada hari ke-2 akan dipanen pada hari ke-29, begitu pun seterusnya yaitu benih
64
yang ditanam di hari ketiga akan dipanen di hari ke-30 dan berlanjut terus seperti itu. Penggunaan lahan produksi untuk kangkung tertera pada Gambar 7. No
Lahan Tanam
1
16
2
16
3
16
4
16
5
16
6
16
7
16
8 … 35
16 16 16
36
16
37
16
38
16
Bulan 1 (Januari 2011) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
…
28
29
30
233 333 333 333 333 333
Gambar 7. Penggunaan Lahan untuk Produksi Kangkung Hidroponik di Unit Kebun Parung Keterangan:
= masa tanam = masa tanam dan panen
Berdasarkan penggunaan faktor-faktor produksi utama dalam produksi bayam dan kangkung hidroponik, biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi, dan pendapatan yang diperoleh, maka dapat dirangkum operasional produksi yang dilakukan oleh perusahaan dalam Tabel 14. Pada tabel tersebut, terdapat volume produksi dan penjualan, biaya-biaya operasional produksi, dan penggunaan faktor produksi yang perhitungannya dilakukan secara rata-rata per bulan. Sementara pada Tabel 15, perhitungan diturunkan menjadi operasional produksi rata-rata harian.
65
Tabel 14. Operasional Produksi Perusahaan (rata-rata per bulan) Keterangan Produksi Penjualan Penerimaan Pengeluaran Keuntungan Penggunaan pada : Benih Nutrisi Lahan
Bayam 4.001 3.958 37.599.417 24.168.053 13.431.363
Produk Kangkung TOTAL Satuan 3.873 7.874 pack 3.837 7.795 pack 36.450.708 74.050.125 rupiah 15.181.507 39.349.560 rupiah 21.269.202 34.700.565 rupiah
2.000 345.000 1.120
40.000 90.000 688
42.000 gram 435.000 liter 1.808 m2
Produksi rata-rata per bulan untuk komoditi bayam adalah 4.001 pack dengan rata-rata penjualan 3.958 pack/bulan. Penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 37.653.250,- dengan pengeluaran sebanyak Rp 20.721.178,sedangkan keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 16.932.072 dengan pemakaian benih sebanyak 2.000 gram, nutrisi 345.000 liter, dan lahan seluas 1.120 m2. Produksi rata-rata per bulan untuk komoditi kangkung adalah 3.873 pack dengan rata-rata penjualan 3.837 pack/bulan.
Penerimaan yang didapat yaitu
sebesar Rp 36.467.333,- dengan pengeluaran Rp 12.867.211,- Keuntungan yang akan diperoleh adalah Rp 23.600.123,- dengan pemakaian benih sebanyak 40.000 gram, nutrisi 90.000 liter, dan lahan seluas 688 m2.
66
Tabel 15. Operasional Produksi Perusahaan (rata-rata harian) Keterangan Produksi Penjualan Penerimaan Pengeluaran Keuntungan Penggunaan pada : Benih Nutrisi Lahan
Bayam 133 132 1.253.314 805.602 447.712
Produk Kangkung TOTAL Satuan 129 262 pack 128 260 pack 1.215.024 2.468.338 rupiah 506.050 1.311.652 rupiah 708.973 1.156.686 rupiah
67 11.500 37
1.333 3.000 23
1.400 gram 14.500 liter 60 m2
Operasional produksi bulanan dapat diturunkan menjadi operasional produksi harian dengan membagi semuanya menjadi per hari. Jumlah produksi harian dari komoditi bayam adalah 133 dengan rata-rata penjualan 132 pack/hari. Penerimaan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 1.253.314,- dengan pengeluaran sebanyak Rp 805.602,- sedangkan keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 447.712,- dengan pemakaian benih sebanyak 67 gram, nutrisi 11.500 liter, dan lahan seluas 37 m2. Operasional produksi harian untuk komoditi kangkung adalah keputusan volume produksi sebesar 129 pack dengan rata-rata penjualan sebesar 128 pack/hari. Penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.468.338,- dengan pengeluaran Rp
1.311.652,-.
Keuntungan
yang akan
diperoleh adalah
Rp.1.156.686,- dengan pemakaian benih sebanyak 1.333 gram, nutrisi 3.000 liter, dan lahan seluas 23 m2.
67
5.2.
Perencanaan Produksi Sayuran Hidroponik Parung Farm, di Unit Kebun Parung
Perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan-peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu diproduksikan pada waktu yang akan datang. Perencanaan bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi yang digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan. Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut. 5.2.1. Peramalan Permintaan terhadap Produk Bayam dan Kangkung Hidroponik Parung Farm pada Tahun 2011
Peramalan permintaan produk bayam dan kangkung hidroponik Parung Farm dilakukan dengan menggunakan data masa lampau pada tahun 2008-2010. Data tersebut merupakan data deret waktu dengan jumlah data sebanyak 36 periode. Peramalan (forecasting) merupakan penggunaan data untuk menguraikan kejadian yang akan datang di dalam menentukan sasaran yang dikehendaki, sedangkan prediksi (prediction) adalah estimasi sasaran yang akan datang dengan tingkat kemungkinan terjadi besar serta dapat diterima.
68
5.2.1.1. Identifikasi Pola Data Peramalan permintaan diawali dengan mengetahui data masa lampau mengenai penjualan produk bayam dan kangkung hidroponik Parung Farm. Data penjualan dari produk bayam dan kangkung hidroponik yang akan dijadikan database dalam perhitungan metode time series 3 tahun terakhir dimulai dari Januari 2008 hingga Desember 2010. Adapun panjang dari deret waktu adalah sebanyak 36 deret waktu. Pada data time series yang berbasis waktu, diperlukan pengujian terlebih dahulu sebelum data tersebut diolah. Identifikasi pola data dilakukan dengan visualisasi grafik dan melihat plot autocorelation (ACF). Data yang digunakan adalah data penjualan dari tahun 2008-2010 seperti yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Penjualan Sayuran Hidroponik Parung Farm (dalam pack) Periode (bulan) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember TOTAL Rata-rata / bulan
2008 3.954 3.946 3.952 3.925 3.950 3.935 3.963 3.948 3.962 3.969 3.954 3.964 47.422 3.952
Bayam 2009 3.945 3.929 3.951 3.926 3.946 3.975 3.945 3.966 3.930 3.945 3.967 3.953 47.378 3.948
Sayuran Hidroponik Kangkung 2010 2008 2009 3.966 3.832 3.827 3.943 3.828 3.826 3.935 3.825 3.837 3.942 3.830 3.843 3.933 3.834 3.840 3.956 3.837 3.834 3.971 3.842 3.828 3.958 3.834 3.826 3.969 3.831 3.832 3.962 3.838 3.828 3.976 3.830 3.833 3.983 3.834 3.840 47.494 45.995 45.994 3.958 3.833 3.833
2010 3.838 3.833 3.836 3.830 3.841 3.837 3.835 3.843 3.836 3.834 3.839 3.841 46.043 3.837
Sumber : Data Primer diolah (2010)
69
Data penjualan pada Tabel 16 kemudian dibuat plot data secara time series untuk melihat pola data yang terbentuk dari data hasil penjualan produk bayam dan kangkung hidroponik. Plot data produk bayam dan kangkung berturut-turut dapat dilihat pada gambar 8 dan 9 . Time Series Plot of Penjualan Bayam (2008-2010) 3990
penjualan (pack)
3980 3970 3960 3950 3940 3930 3920 4
8
12
16
20 periode
24
28
32
36
Gambar 8. Penjualan Bayam (2008-2010)
Berdasarkan plot penjualan bayam pada Gambar 8 terlihat berfluktuasi seirama dan cenderung berulang di tahun berikutnya. Pada tahun 2008 (periode 112), di awal tahun sampai bulan ke-3 pergerakan cukup stabil, kemudian mulai bergerak cenderung menurun terutama pada bulan 4 dan 6 di tahun 2008. Namun kemudian setelah itu, penjualan mulai bergerak merangkak naik dari pertengahan menuju akhir tahun. Penurunan di awal tahun juga terjadi pada penjualan tahun 2009. Setelah itu, mulai ada kenaikan penjualan di pertengahan tahun dan penjualan relatif stabil sampai akhir tahun.
70
Di tahun 2010, penurunan penjualan di awal tahun juga terjadi sampai pertengahan tahun. Namun setelah itu penjualan secara bertahap mulai merangkak naik dari pertengahan tahun hingga akhir tahun.
Time Series Plot of Penjualan Kangkung (2008-2010) 3845
Penjualan (pack)
3840
3835
3830
3825 4
8
12
16
20 periode
24
28
32
36
Gambar 9. Penjualan Kangkung (2008-2010)
Plot penjualan kangkung pada Gambar 9 terlihat bahwa di awal tahun 2008 terlihat berjalan menurun sampai periode ke-3, kemudian pada periode ke-4 sampai periode ke-7 penjualan mulai bergerak naik. Namun setelah itu, penjualan kangkung menunjukkan kecenderungan yang menurun dari pertengahan tahun menuju akhir tahun. Berbeda dengan tahun 2008, pada tahun 2009 penjualan di awal tahun justru menunjukkan pergerakan yang bagus yaitu bergerak naik sampai periode ke-16 (bulan 4 pada tahun 2009). Namun pada pertengahan tahun terlihat kecenderungan penurunan, hal tersebut terlihat dari pergerakan penjualan pada periode ke-17 sampai periode ke-20. Jika pada tahun 2008 penjualan kangkung
71
terlihat mengalami penurunan pada periode menuju akhir tahun, berbeda hal nya dengan tahun 2009 yang justru ada kecenderungan kenaikan penjualan menuju akhir tahun. Penurunan penjualan di awal tahun 2008 kembali terulang pada awal tahun 2010 dimana penjualan kangkung cenderung menurun. Sedangkan kenaikan penjualan pada periode-periode menuju akhir tahun yang terjadi pada tahun 2009 berulang kembali pada tahun 2010. Hal tersebut berarti ada kecenderungan trend. Selain melihat secara visual dari grafik, pengujian pola data dilakukan dengan mengamati plot autokorelasi yang lebih praktis untuk dilakukan. Pada gambar grafik korelasi terdapat bar (batang) berwarna biru yang melambangkan besarnya ACF (autocorelation). Gambar 10 menunjukkan grafik autokorelasi pada penjualan produk bayam. Pada Gambar 10, terlihat bar pada lag 1 hingga 3 berada berada di atas garis berarti bernilai positif, kemudian bar pada lag 4 berada di bawah garis yang berarti bernilai negatif. A u t o c o r r e l a t i o n F u n c t i o n f o r p e n ju a l a n b a y a m ( w ith 5 % s ig n if ic a n c e lim it s f o r t h e a u t o c o r r e la t io n s ) 1 ,0 0 ,8
Autocorrelation
0 ,6 0 ,4 0 ,2 0 ,0 -0 ,2 -0 ,4 -0 ,6 -0 ,8 -1 ,0 1
2
3
4
5 Lag
6
7
8
9
Gambar 10. Grafik Autokorelasi Penjualan Bayam
72
Pada Gambar 10 terlihat bahwa di atas dan di bawah bar terdapat dua garis merah terputus-putus, garis tersebut adalah garis upper dan lower dari angka korelasi yang tidak menunjukkan adanya autokorelasi. Pola data penjualan bayam pada Gambar 10, terlihat bahwa bar-bar yang ada tidak melebihi garis merah yang di atas maupun yang di bawah. Hal tersebut berarti tidak ada autokorelasi dan menyimpulkan bahwa pola data pada penjualan bayam adalah pola data stasioner.
A u to c o r r e l a tio n F u n c tio n f o r P e n ju a l a n k a n g k u n g ( w it h 5 % s ig n ific a n c e lim it s f o r t h e a u t o c o r r e la t io n s ) 1 ,0 0 ,8
Autocorrelation
0 ,6 0 ,4 0 ,2 0 ,0 -0 ,2 -0 ,4 -0 ,6 -0 ,8 -1 ,0 1
2
3
4
5 Lag
6
7
8
9
Gambar 11. Grafik Autokorelasi pada Penjualan Kangkung
Gambar 11 menunjukkan lag pertama terlihat berbeda nyata dari nol atau bar melewati garis batas atas. Namun kemudian bar-bar berikutnya hingga lag akhir tidak ada yang melewati garis upper maupun lower. Hal tersebut berarti tidak ada autokorelasi dan menyimpulkan bahwa pola data pada penjualan kangkung juga merupakan pola data yang stasioner. 5.2.1.2. Metode Peramalan yang digunakan Berdasarkan identifikasi pola data, maka metode peramalan time series yang sesuai untuk diterapkan adalah metode naïve, moving average, exponential smoothing, Box Jenkins, dan metode trend anlysis. Pemilihan metode tersebut
73
didasarkan pada pola data yang cenderung memiliki unsur trend jika dilihat dari plot time series dan juga berdasarkan plot autokorelasi data menunjukkan bahwa mempunyai pola yang stasioner. Oleh karena itu, peramalan memakai metodemetode yang sesuai dengan indikasi dari pengujian pola data tersebut. Peramalan penjualan bayam dan kangkung pada tahun 2011 akan diuraikan peramalan selama 12 periode ke depan atau selama 12 bulan di tahun 2011. Oleh karena itu, metode naïve tidak cocok diterapkan karena metode naïve hanya bisa digunakan untuk peramalan satu periode karena menganggap bahwa nilai penjualan periode sebelumnya akan sama dengan penjualan periode berikutnya. Metode Box-Jenkins pun tidak dapat diterapkan karena data yang dibutuhkan untuk peramalan menggunakan Box-Jenkins adalah berjumlah paling tidak 72 data. Oleh sebab itu peramalan akan menggunakan 3 metode peramalan yaitu moving average, single exponential smoothing, dan proyeksi trend (trend analysis). 1.
Metode Moving Average Berdasarkan perhitungan dengan penentuan lenght (rata-rata bergerak)
yang dilakukan dengan trial and error yang bertujuan untuk mencari nilai kesalahan terkecil, didapat penggunaan MA dengan rata-rata bergerak 2 periode untuk peramalan bagi komoditi bayam. Sedangkan untuk komoditi kangkung, ordo yang memiliki kesalahan terkecil adalah terdapat pada MA (6).
74
Tabel 17. Perbandingan Hasil Perhitungan Moving Average pada Komoditi Bayam dan Kangkung No
Length Moving Average MAD
Komoditi Bayam 1 MA (1) 2 MA (2) 3 MA (3) 4 MA (4) 5 MA (5) Komoditi Kangkung 1 MA (1) 2 MA (2) 3 MA (3) 4 MA (4) 5 MA (6)
Error Measure MSE MAPE
16,8 12,4 13,2 14,2 13,4
342,7 243,5 254,8 279,1 257,8
0,426 0,315 0,335 0,359 0,340
5 5 4,9 5 4,5
30,8 32,8 33,5 36,4 31,3
0,130 0,130 0,129 0,131 0,119
Berdasarkan perbandingan kesalahan error terkecil pada tabel 17, maka perhitungan peramalan bayam yang menggunakan metode moving average akan memakai ordo 2 dan peramalan kangkung akan memakai ordo 6. Pehitungan dengan menggunakan metode moving average secara rinci terdapat pada Lampiran. 2.
Metode Single Exponential Smoothing Perhitungan metode exponential smoothing disusun berdasarkan nilai
ramalan sebelumnya ditambah pada suatu tingkat penyesuaian atas kesalahan yang telah terjadi pada ramalan sebelumnya. Metode ini membutuhkan nilai α sebagai konstanta pemulusan. Perhitungan dengan metode ini dilakukan menggunakan Minitab versi 15, dimana nilai α ditentukan secara otomatis berdasarkan konstanta yang optimal. Tabel 18 menyajikan hasil perhitungan error dari peramalan bayam dan kangkung dengan menggunakan metode single exponential smoothing.
75
Tabel 18. Perhitungan Menggunakan Metode Exponential Smoothing Error Measure
Komoditi Bayam ( α = 0,18 ) 12,4 222,27 0,314
MAD MSE MAPE
3.
Kangkung ( α = 0,12 ) 4,13 25,54 0,107
Metode Proyeksi Trend Garis trend untuk persamaan linear dicari dengan penyelesaian simultan
nilai a dan b pada persamaan : ∑Y
=
∑ XY =
na+b∑X a ∑ X + b ∑ X2
Sehingga didapat persamaan linier : Yt = a + b X . persamaan tersebut akan menjadi dasar perhitungan peramalan periode berikutnya. Perhitungan peramalan menggunakan metode trend untuk peramalan permintaan bayam dan kangkung disajikan pada Tabel 19. Pada tabel tersebut diuraikan persamaan linear yang didapat dari perhitungan peramalan dengan metode trend serta perhitungan kesalahan yang didapat dari penggunaan metode proyeksi trend.
Tabel 19. Perhitungan Menggunakan Metode Trend Error Measure
MAD MSE MAPE
Komoditi Bayam ( Yt = 3944 + 0,46*t) 11,69 196,9 0,296
Kangkung (Yt = 3830 + 0,18*t) 3,86 21,8 0,100
76
5.2.1.3. Pemilihan Metode Peramalan Dalam perhitungan peramalan permintaan, dari ketiga metode dipilih berdasarkan nilai error terkecil (MAD,MSD,MAPE) yang dihasilkan dari tiap-tiap metode. Untuk metode moving average, perhitungan menggunakan rata-rata bergerak 3 periode, yang berarti 3 periode pertama dijadikan sebagai perhitungan dasar untuk melakukan peramalan periode berikutnya. Sedangkan untuk metode exponential smoothing , konstanta yang dipilih berdasarkan nilai optimal yang otomatis tertera dengan bantuan software Minitab versi 15. Dua metode tersebut dibandingkan dengan metode trend dengan nilai fungsi yang otomatis akan tertera dengan bantuan software Minitab versi 15. Perbandingan ketiga
metode tersebut menghasilkan nilai keakuratan sebagai
berikut tertera pada Tabel 20.
Tabel 20. Perbandingan Indikator Nilai Kesalahan dari Tiga Metode Peramalan Keterangan Bayam MAPE MAD MSD Kangkung MAPE MAD MSD
Trend 3944+0,46*t 0,3 11,7 197 3831+0,18*t 0,1 3,8 21,8
Metode Peramalan Moving Average Exponential Smoothing (Length=2) (alpha=0,18) 0,315 0,3 12,4 12,4 243,5 222 (Length=6) (alpha=0,12) 0,11 0,1 4,5 4,1 31,3 25,5
Dilihat dari indikator kesalahan ramalan (error measures), maka peramalan dengan menggunakan metode trend yang memiliki tingkat kesalahan paling kecil dibandingkan dengan dua metode lainnya. Adapun hasil peramalan
77
bayam dan kangkung hidroponik dengan metode trend disajikan berturut-turut pada Gambar 12 dan 13. Trend Analysis Plot for Penjualan Bayam Linear Trend Model Yt = 3944,11 + 0,460* t 3990
Variab le A ctu al F its
penjualan (pack)
3980
A c cu racy Measures MAPE 0,296 MAD 11,694 M SD 196,986
3970 3960 3950 3940 3930 3920 4
8
12
16 20 periode
24
28
32
36
Gambar 12. Peramalan Permintaan Bayam Menggunakan Metode Trend
Tr e nd Ana ly sis P lot for P e njualan ka ngk ung Line a r T r e nd M ode l Yt = 3830,79 + 0,185* t 3845
Variab le A ctu al F its A c cu racy M easu r es MAPE 0,1009 MAD 3,8683 M SD 21,8552
Penjualan (pack)
3840
3835
3830
3825 4
8
12
16 20 Periode
24
28
32
36
Gambar 13. Peramalan Permintaan Kangkung Menggunakan Metode Trend
78
Hasil peramalan produk bayam pada Gambar 12 menunjukkan bahwa penjualan produk tersebut akan cenderung mengalami peningkatan pada periode mendatang. Dari hasil peramalan dapat diprediksi bahwa penjualan bayam berjumlah 47.562 pack untuk tahun 2011, jumlah tersebut meningkat 0,14 % dari tahun 2010. Peningkatan terlihat dari tahun 2009 menuju 2010 yang meningkat sebesar 24% , walaupun prediksi peningkatan di tahun 2011 tidak sebesar peningkatan di tahun 2010 namun peningkatan tersebut merupakan pertanda baik dan menunjukkan bahwa produk bayam masih diminati pasar. Sedangkan untuk produk kangkung diprediksi bahwa penjualan untuk tahun 2011 secara total sebesar 46.064 pack, meningkat sebesar 0,04% dari tahun 2010. Peningkatan permintaan kangkung terlihat pada Gambar 13, namun jika dibandingkan dengan produk bayam, peningkatan produk kangkung lebih kecil. Adapun berdasarkan peramalan menggunakan metode trend, maka estimasi permintaan setelah dilakukan pembulatan per bulan dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Ramalan Permintaan Komoditi Sayuran Hidroponik pada Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember TOTAL Rata-rata per bulan
Ramalan Permintaan (pack) Bayam 3.961 3.961 3.962 3.962 3.963 3.963 3.964 3.964 3.965 3.965 3.966 3.966 47.562 3.964
Kangkung 3.838 3.838 3.838 3.838 3.838 3.839 3.839 3.839 3.839 3.839 3.839 3.840 46.064 3.839
79
5.2.2. Kapasitas Produksi Optimum Salah satu masalah sehubungan dengan konsep kapasitas adalah unit (satuan) keluaran. Perusahaan penting mempertimbangkan konsep campuran produk (product mix) ketika menyusun rencana untuk masa mendatang, yaitu dengan merinci kapasitas masing-masing jenis dan ukuran produk secara individual. Kombinasi produk optimal yang dapat memaksimalkan laba memerlukan alokasi sumber daya-sumber daya yang terbatas secara efisien. Alat analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah ini adalah Linier Programming metode grafik yaitu dengan membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimal dengan asumsi dimana fungsi kendala/batasan pada periode penelitian relatif sama. Penyelesaian Linier Programming dilakukan dengan dipenuhinya asumsi linieritas terlebih dahulu, yaitu fungsi tujuan dan fungsi batasan. Adapun yang menjadi fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah memaksimalkan laba dari kombinasi produk yang dihasilkan dan fungsi batasan dalam penelitian ini adalah bahan baku (benih), nutrisi, luas tanah, dan permintaan pasar. Secara umum pemecahan optimalisasi suatu model tercapai apabila nilai variabel keputusan yang bersangkutan menghasilkan nilai terbaik dari fungsi dan terpenuhinya semua batasan. Masing-masing produk diberi simbol agar mempermudah pembahasan, simbol tersebut adalah sebagai berikut : X1 = Produk Bayam Hidroponik X2 = Produk Kangkung Hidroponik
80
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penyelesaian Linier Programming adalah: 1.
Perumusan fungsi tujuan Merumuskan fungsi tujuan adalah langkah pertama dari analisis Linier
Programming, yang mencerminkan tujuan perusahaan yang ingin dicapai yang tidak lain adalah memaksimalkan laba dari penjualan produk yang dihasilkan. Sebelum merumuskan rumusan kombinasi produk, diperlukan parameter dari masing-masing variabel keputusan ditunjukkan dengan nilai kontribusi marjin per unit dari tiap jenis produk. Kontribusi margin per unit merupakan selisih harga jual per unit dikurangi dengan biaya variabel per unit produk. Dengan demikian untuk mencari kontribusi marjin per unit produk diperlukan data harga jual produk dan biaya-biaya variabel dari tiap jenis produk. Tabel 22. Kontribusi Margin dari tiap Produk Keterangan Benih Nutrisi Rockwool Sewa Lahan Listrik Tenaga Kerja Plastik Kemas Biaya penyusutan Total Biaya Produksi Harga Jual/unit Kontribusi Margin/unit
Bayam 197 2.155 569 379 531 1.161 600 448 6.040 9.500 3.460
Kangkung 188 1.481 0 261 365 798 600 227 3.920 9.500 5.580
Parung Farm unit Parung memproduksi dua jenis produk sayuran dataran rendah yaitu bayam dan kangkung hidroponik. Harga jual kedua produk tersebut adalah sama yaitu Rp 9.500/unit(pack). Berdasarkan perhitungan biaya produksi
81
per unit yang terdapat pada Tabel 22, kontribusi margin dari produk bayam adalah Rp 3.460,- dan untuk produk kangkung Rp 5.580,Jadi fungsi tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut: Maksimumkan
Z = 3.460 X1 + 5.580 X2
Dimana, Z = Total Kontribusi margin XI = Produk Bayam Hidroponik X2 = Produk Kangkung Hidroponik
2.
Perumusan Fungsi Batasan Perusahaan dalam memproduksi barang-barang akan menghadapi berbagai
kendala. Hal itu disebabkan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan maupun kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi. a.
Keterbatasan sumber daya Sumber daya yang memiliki keterbatasan dalam menghasilkan produk
bayam dan kangkung adalah benih sayuran, nutrisi/pupuk dan lahan. Tabel 23 menyajikan data sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk dengan ukuran berat sebesar 250 gram/pack. Tabel 23 . Sumber Daya yang dipakai untuk Produksi per Unit Sumber daya Benih Bayam Benih Kangkung Pupuk (Nutrisi) Lahan
Bayam (X1) 0,2 0 25 0,33
Kangkung (X2) 0 5 5 0,125
Kapasitas 2.000 40.000 435.000 1.808
Satuan gram gram liter m2
Tabel 23 menunjukkan bahwa setiap unit produk bayam dihasilkan dari benih sebanyak 0,2 gram, pupuk sebanyak 25 liter dari mulai tanam sampai panen, dan lahan seluas 0,33 m2. Sedangkan untuk menghasilkan satu unit produk
82
kangkung membutuhkan benih sebanyak 5 gram, pupuk sebanyak 5 liter dari mulai tanam sampai panen, dan lahan seluas 0,125 m2. b.
Batasan permintaan pasar Dalam pengambilan keputusan volume produksi, pimpinan kebun terlebih
dahulu melihat jumlah pesanan yang diterima hari sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan batasan permintaan pasar sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi. Perusahaan pun harus meramalkan permintaan pasar sebelum menentukan luas produksi yang akan dihasilkan, karena tidak selamanya seluruh hasil produksi mampu diserap pasar. Hasil peramalan permintaan tahun 2011 terdapat pada Tabel 21. Setelah persamaan fungsi tujuan dan fungsi batasan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis kombinasi produk yang optimal dengan Linier Programming yang dalam hal ini dilakukan dengan bantuan program POM for Windows. Data-data seperti fungsi tujuan, fungsi batasan permintaan pasar, benih, nutrisi, dan luas lahan dimasukkan ke dalam program POM for Windows seperti disajikan pada Tabel 24 . Tabel 24. Input Data Kombinasi Produk Optimum Maximize Benih X1 Benih X2 Nutrisi X1 Nutrisi X2 Lahan X1 Lahan X2 Demand X1 Demand X2
X1 3460 0,2 0 25 0 0,33 0 1 0
X2 5580 0 5 0 5 0 0,125 0 1
RHS <= <= <= <= <= <= <= <=
2000 40000 345000 90000 1120 688 3961 3838
Equation form Max 3460X1 + 5580X2 0.2X1<= 2000 5X2 <= 40000 25X1 <= 345000 5X2 <= 90000 0.33X1 <= 1120 0.125X2 <= 688 X1 <= 3961 X2 <= 3838
83
Pengolahan data tersebut akan menghasilkan kombinasi produk optimal dari masing-masing produk untuk tiap periode produksinya. Mengenai rincian dari kombinasi optimal setiap periodenya tertera pada Lampiran. Berdasarkan hasil yang diperoleh, mengenai penggunaan faktor produksi dan batasan permintaan sebagai kendala maka diperoleh jumlah produksi yang optimal untuk memaksimalkan keuntungan. Hasil kombinasi yang diperoleh tertera pada Tabel 25. Tabel 25.Keuntungan Optimal Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember TOTAL Rata-rata
Bayam 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 3.393 40.716 3393
Kangkung 3.838 3.838 3.838 3.838 3.838 3.839 3.839 3.839 3.839 3.839 3.839 3.840 46.064 3839
Keuntungan 33.159.070 33.159.070 33.159.070 33.159.070 33.159.070 33.164.650 33.164.650 33.164.650 33.164.650 33.164.650 33.164.650 33.170.230 397.953.480 33.162.790
Berdasarkan Tabel 25, keuntungan dari kombinasi penjualan bayam dan kangkung secara total pada tahun 2010 adalah Rp 397.953.480,- dengan rata-rata per bulan adalah Rp 33.162.790,-. Kombinasi penjualan tersebut adalah rata-rata sebesar 3.393 pack bayam dalam sebulan dan 3.839 pack kangkung per bulan. Sedangkan ketika batasan permintaan tidak menjadi kendala atau dengan kata lain permintaan pasar dapat dibuka seluasnya tanpa ada batasan tertentu, maka keuntungan optimal dari kombinasi produk bayam dan kangkung menjadi
84
berbeda. Pada Tabel 26 dapat dilihat jumlah besaran jumlah produksi optimal dan keuntungan yang akan didapat apabila batasan permintaan tidak menjadi kendala. Tabel 26. Jumlah Produksi Optimal dan Keuntungan Total Keterangan Jumlah Produksi Optimal (pack) Keuntungan total (Rp)
Bayam 3.393
Kangkung 5.504 42.455.350
Tabel 26 menunjukkan bahwa jumlah produksi optimum bayam sama dengan saran nilai optimum ketika permintaan menjadi kendala. Hal tersebut berarti jika permintaan pasar terpenuhi maka akan didapat keuntungan yang lebih besar karena permintaan pasar berada di atas nilai optimum yang disarankan. Hal yang berbeda terjadi pada produk bayam, yaitu pada Tabel 26 menunjukkan bahwa jumlah produksi kangkung yang optimal ketika tidak ada batasan dalam permintaan pasar adalah berjumlah 5.504 pack. Jumlah produksi tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan permintaan pasar yang kurang dari 4.000 pack. Hal tersebut wajar terjadi, karena memang dari segi kontribusi margin produksi kangkung jauh lebih menguntungkan, namun permintaan pasar sangat mengendalikan jumlah produksi. Jika permintaan pasar dibuka atau berarti perusahaan melebarkan saluran distribusinya terutama dalam memasarkan produk kangkung, maka dilihat dari keuntungan total pada Tabel 26 kondisi tersebut akan dapat pendapatan sebesar Rp. 42.455.350,-
menghasilkan
Namun, dengan catatan bahwa jumlah
produksi optimal yang disarankan pada tabel 26 harus sesuai dan dapat diserap pasar seluruhnya. Jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat tidak terserapkan produk di pasar. 85
5.2.3. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Perhitungan kombinasi produk menggunakan linier programming, menunjukkan bahwa ada kelebihan kapasitas dari faktor produksi (benih, nutrisi, dan lahan) yang terjadi pada produksi bayam dan kangkung hidroponik. Kelebihan kapasitas tersebut ditunjukkan dari nilai slack/surplus yang positif. Pada Tabel 27 disajikan mengenai kelebihan kapasitas yang terjadi. Tabel 27. Kelebihan Kapasitas dari Penggunaan Faktor Produksi Variable
Value
X1 X2
3393 5504
Reduced Cost Original Val Lower Bound Upper Bound
0 0
Constraint
Dual Val
Slack
Benih X1 Benih X2 Nutrisi X1 Nutrisi X2 Lahan X1 Lahan X2 Demand X1 Demand X2
0 0 0 0 10484 44640 0 0
1321 12480 260151 62480 0 0 0 0
3460 5580
0,0002 0
Infinity Infinity
Original Val Lower Bound Upper Bound
2000 40000 345000 90000 1120 688 0 0
678,7 27520 84848 27520 0 0 0 0
Infinity Infinity Infinity Infinity 3300,0 1000 Infinity Infinity
Nilai slack yang tertera pada Tabel 27 merupakan nilai kelebihan yang terjadi, sementara kapasitas yang habis terpakai maka nilai slack akan menunjukkan angka 0. Penggunaan sebenarnya dari faktor produksi tersebut ditunjukkan pada angka di kolom lower bound. Angka yang tertera di kolom lower bound adalah besaran nilai yang terpakai. Atas dasar kelebihan yang terjadi pada penggunaan
faktor produksi,
maka
perhitungan dilakukan untuk
mendapatkan efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut. Faktor produksi yang pertama adalah benih. Kapasitas yang terlalu besar membuat benih yang tidak terpakai cukup banyak. Seperti yang tertera pada Tabel 86
7, nilai slack untuk benih X1 (benih bayam) adalah 1.321 gram yang artinya benih yang tidak terpakai secara optimal sebanyak 1.321 gram. Benih yang dibutuhkan untuk produksi bayam adalah 678 gram atau tidak lebih dari setengah kapasitas benih bayam yang tersedia. Hal tersebut membuat biaya pembelian benih menjadi lebih besar dan berimbas pada akumulasi biaya produksi untuk bayam. Sama seperti komoditi bayam, yaitu penggunaan benih kangkung juga mengalami kelebihan sebanyak 12.480 gram dari jumlah kapasitas tersedia yang berjumlah 40.000 gram. Benih yang terpakai secara optimum adalah sebesar 27.520 gram dalam memproduksi kangkung selama satu bulan (per periode produksi). Penggunaan faktor produksi berikutnya adalah penggunaan nutrisi. ketersediaan larutan nutrisi sangat besar dibanding yang diserap oleh tanaman, sehingga terjadi pemborosan. Apalagi untuk pembelian nutrisi tidak sedikit jumlah biaya yang dikeluarkan (biaya pembelian nutrisi tertera pada Lampiran). Pada Tabel 27 disajikan bahwa untuk memproduksi bayam, jumlah penggunaan nutrisi yang dibutuhkan adalah sebanyak 84.848 liter. Jumlah tersebut sangat berbeda jauh dengan kapasitas tersedia. Sama halnya dengan memproduksi kangkung, kapasitas nutrisi tersedia adalah 90.000 liter, namun yang terpakai hanya 19.190 liter. Perhitungan penggunaan faktor produksi berikutnya adalah penggunaan lahan. Berdasarkan Tabel 27, untuk penggunaan lahan bayam nilai slack adalah 0. Hal tersebut berarti semua lahan untuk bayam telah terpakai dengan optimum. Namun, pada kolom upper bound pada penggunaan lahan bayam menunjukkan angka 1307 yang berarti dapat ditambahkan luas lahan sebanyak 1.307 meter.
87
Sementara pada penggunaan lahan kangkung, nilai slack pada Tabel 27 menunjukkan 208, 25 yang berarti masih ada lahan tersisa seluas 208 meter dimana lahan tersebut belum terpakai optimum. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka efisiensi penggunaan faktor produksi dilakukan berdasarkan nilai yang tertera pada kolom lower bound. Nilai yang tercantum pada kolom lower bound akan dibulatkan ke atas dengan nilai lebih tinggi untuk digunakan sebagai persediaan pengaman dan memudahkan perhitungan biaya produksi . Efisiensi penggunaan faktor produksi bagi produksi bayam dan kangkung dalam satu periode tanam tertera pada Tabel 28. Tabel 28. Perhitungan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Jenis Faktor Produksi Benih Nutrisi Lahan
Komoditi Bayam 750 90.000 1.120
Satuan Kangkung 20.000 25.000 688
gram liter meter
Berdasarkan Tabel 28, penggunaan lahan dibuat sama dengan kapasitas yang tersedia sebelumnya karena penggunaan lahan bayam telah efektif terpakai dan lahan kangkung tidak terlalu banyak mengalami kelebihan. Oleh karena hal tersebut penggunaan lahan dibuat sama dengan kapasitas awal. Sedangkan untuk penggunaan benih dan nutrisi untuk bayam dan kangkung ditambahkan dengan penambahan yang berfungsi sebagai persediaan pengaman. Setelah mendapatkan kebutuhan sumber daya yang dapat lebih efisien dalam penggunaannya dalam produksi, maka dapat dihitung biaya produksi yang dihasilkan. Biaya lain tidak berubah selain biaya dalam pembelian benih dan nutrisi. Tabel 29 menyajikan biaya produksi dari masing-masing produk per unit.
88
Tabel 29. Biaya Produksi per Unit Produk Keterangan Benih Nutrisi Rockwool Sewa Lahan Listrik Tenaga Kerja Plastik Kemas Biaya penyusutan Total Biaya
Bayam (Rp) 74 749 569 379 531 1.161 600 448 4.511
Kangkung (Rp) 94 215 0 261 365 798 600 227 2.560
Tabel 29 menunjukkan biaya produksi per unit untuk komoditi bayam adalah Rp.4.511,- dan untuk kangkung Rp.2.560,- per unit (pack). Perhitungan kemudian dilakukan untuk menghitung pendapatan, dengan terlebih dahulu biaya pengeluaran dan penerimaan yang akan didapat. Besarnya nilai pengeluaran, penerimaan, dan pendapatan dari masing-masing produk secara rinci tertera pada Lampiran. Setelah mengetahui estimasi permintaan pasar, kombinasi produk yang optimal, serta penggunaan faktor produksi yang efisien pada produksi bayam dan kangkung, maka perencanaan produksi untuk sayuran hidroponik Parung Farm adalah seperti yang tertera pada Tabel 30 dan 31. Tabel 30. Rencana Produksi Bulanan Keterangan Forecast Rencana Produksi Penerimaan Pengeluaran Keuntungan Penggunaan : Benih Nutrisi Lahan
Produk Bayam Kangkung TOTAL Satuan 3.964 3.839 7.802 Pack 3.939 3.839 7.778 Pack 32.233.500 36.467.333 68.700.833 Rupiah 17.879.349 9.826.987 27.706.336 Rupiah 14.354.152 26.640.347 40.994.499 Rupiah 750 90.000 1.120
20.000 25.000 688
20.750 Gram 115.000 Liter 1.808 m2
89
Pada Tabel 30, rencana produksi dibuat secara bulanan yaitu untuk komoditi bayam dengan rata-rata permintaan 3.964 pack/bulan akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 32.233.500,- dengan pengeluaran sebanyak Rp. 17.879.349,- Sedangkan keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp. 14.354.152,-dengan pemakaian benih sebanyak 750 gram, nutrisi 90.000 liter, dan lahan seluas 1.120 m2. Sedangkan untuk komoditi kangkung, rata-rata permintaan 3.839 pack/bulan akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 36.467.333,- dengan pengeluaran sebanyak Rp. 9.826.987,- Sedangkan keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp. 26.640.347,-dengan pemakaian benih sebanyak 20.000 gram, nutrisi 25.000 liter, dan lahan seluas 688 m2. Rencana bulanan dapat diturunkan menjadi rencana harian dengan membagi semuanya menjadi per hari. Adapun rencana produksi harian tertera pada Tabel 30. Pada tabel tersebut diuraikan mengenai rata-rata jumlah produksi per hari, biaya produksinya, keuntungan yang diperoleh, serta penggunaan faktor produksi dalam produksi bayam dan kangkung. Tabel 30. Rencana Produksi Harian Keterangan ( Rata-rata harian) Forecast Rencana Produksi Penerimaan Pengeluaran Keuntungan Kebutuhan : Benih Nutrisi Lahan
Bayam 132 131 1.074.450 595.978 478.472 0 25 3.000 37
Produk Kangkung TOTAL Satuan 128 260 pack 128 259 pack 1.215.578 2.290.028 rupiah 327.566 923.545 rupiah 888.012 1.366.483 rupiah 0 0 667 692 gram 833 3.833 liter 23 60 meter
90
Rencana produksi harian dari komoditi bayam dengan rata-rata permintaan 132 pack/hari akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp 1.074.450,- dengan pengeluaran sebanyak Rp 595.978,-. Sedangkan keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 478.472,- dengan pemakaian benih sebanyak 25 gram, nutrisi 3.000 liter, dan lahan seluas 37 m2. Sedangkan rencana harian untuk komoditi kangkung dengan rata-rata permintaan 128 pack/hari akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 1.215.578,dengan pengeluaran Rp. 327.566,-
Keuntungan yang akan diperoleh adalah
Rp.888.012,- dengan pemakaian benih sebanyak 667 gram, nutrisi 833 liter, dan lahan seluas 23 m2.
91
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1. Pada operasional produksi sayuran hidroponik Parung Farm di unit Kebun Parung, produksi rata-rata per bulan untuk komoditi bayam adalah 4.001 pack dengan rata-rata penjualan 3.958 pack/bulan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan dalam menghasilkan satu unit produk adalah Rp. 6.040,- untuk produk bayam, sedangkan untuk produk kangkung adalah Rp. 3.920,- Rata-rata pendapatan total produk bayam kangkung per bulan adalah Rp. 34.700.565,- Sumber daya (faktor produksi) yang tersedia untuk memproduksi bayam yaitu
benih sebanyak 2.000 gram, nutrisi
345.000 liter, dan lahan seluas 1.120 m2. Sedangkan untuk produksi kangkung, anggaran pemakaian benih adalah sebanyak 40.000 gram, nutrisi 90.000 liter, dan lahan seluas 688 m2. 2. Perencanaan Produksi dibuat menggunakan kombinasi produksi optimum dimana produk bayam disarankan sebanyak 3.939 pack dan produk kangkung
3.839
pack
sehingga
menghasilkan
keuntungan
total
Rp.40.994.499,- Perencanaan memakai biaya produksi lebih rendah, yaitu Rp. 4.511,- per unit produk bayam dan Rp. 2560,- per unit untuk produk kangkung. Alokasi penggunaan benih dan nutrisi dikurangi dengan tanpa mengubah kebutuhan efektif pada tanaman, hal tersebut dikarenakan penggunaan faktor produksi yang dilakukan dalam operasional produksi perusahaan menunjukkan kelebihan kapasitas. Penggunaan benih dalam
92
produksi bayam disarankan sebanyak 750 gram dan nutrisi sebanyak 90.000 liter. Sedangkan untuk produksi kangkung, pemakaian benih disarankan sebanyak 20.000 gram dan pemakaian nutrisi sebanyak 25.000 liter, 6.2.
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran untuk perencanaan produksi komoditi bayam dan kangkung hidroponik di Parung Farm adalah :
1. Melakukan
estimasi
permintaan
secara
berkala
sehingga
dapat
memperkirakan jumlah produksi yang aman dalam memenuhi permintaan. 2. Jika ingin memperkecil biaya produksi, kemungkinan dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan baku agar tidak terlalu banyak terjadi pemborosan. Selain itu perlu pengawasan yang lebih baik lagi dalam mengontrol proses produksi agar tidak terjadi pemborosan penggunaan benih dan nutrisi akibat lalainya pengawasan proses produksi.
93
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro dan Anggarini. Anggaran Bisnis Analisa, Perencanaan, dan Pengendalian Laba. (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2007) Aminuddin,S.Si. Prinsip-Prinsip Riset Operasi. (Jakarta:Erlangga,2008) Arsyad, Lincolin. Peramalan Bisnis. (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1994) Assauri, S. Manajemen Produksi dan Operasi. (Jakarta:FE-UI, 2004) Bina UKM. Prospek Pasar Produk Hidroponik dalam Peluang Usaha Budidaya Tanaman secara Hidroponik Murah dan Sederhana. 27 Juli 2011. 1 hlmn. www.binaukm.com, Pk 17.39. Buffa,F.S. dan R.K.Sarin. Manajemen Produksi/Operasi Modern. (Jakarta:Binarupa Aksara,2005) Firdaus, M. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. (Jakarta:IPB Press, 2006) Handoko, Drs. Tani, M.B.A.,Ph.D. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. (Jakarta:BPFE-Yogyakarta,2000) Heizer dan Render. Manajemen Operasi (Terjemahan,Jilid1). (Jakarta:Karyasalemba Empat,2005) Karsono, Sudibyo, Sudarmodjo & Yos Sutiyoso. Hidroponik Skala Rumah Tangga. (Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2002) Kurniawati, Ayu Dwi. Peramalan Penjualan Cokelat Candy dan Cookies sebagai Acuan dalam Perencanaan Kuantitas Produk pada UKM Waroeng Cokelat di Kota Bogor [Skripsi]. (Bogor: Institut Pertanian Bogor,2009) Lingga, Pinus. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta:Penebar Swadaya,2005) Mulyono. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. (Yogyakarta:BPFE,2000) Nazaruddin. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2003) Prasetya, Drs. Hery dan Fitri Lukiastuti, SE.,MM. Manajemen Operasi. (Yogyakarta:Media Pressindo,2009) Rosnani, Ginting. Sistem Produksi. (Surabaya:Graha Ilmu,2007) 94
Rubatzky, Vincent E. dan Mas Yamaguchi. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi Jilid Ketiga. (Bandung:ITB Bandung,1999) Sudarmodjo. Pengenalan Sistem Hidroponik [Paper untuk Kalangan Sendiri]. (Bogor: Parung Farm, 2008) Santoso, Singgih. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. (Jakarta:Elex Media Komputindo, 2009). Simbolon, Drs. Maringan Masry, MM. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen. (Jakarta:Ghalia Indonesia, 2004) Siswanto. Riset Operasi Jilid 1. (Jakarta:Erlangga,2007) Sunarjono, Hendro. Bertanam 30 Jenis Sayur. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2006) Sunyoto, Drs. Danang, SE, SH, MM. dan Drs. Danang Wahyudi, M.Si. Manajemen Operasional (Teori,Soal-Jawab,dan Soal Mandiri). (Yogyakarta:CAPS,2011) Supranto, Johanes. Riset Operasi untuk Pengambilan Keputusan. (Jakarta:UIPress,2006) Sutiyoso, Yos. Hidroponik ala Yos. (Jakarta: Penebar Swadaya, 2004) Tampubolon. Manajemen Operasional. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004) Widiasworo, Riri. Analisis Pendapatan Usahatani Bayam dan Kangkung dengan Teknologi Hidroponik di Parung Farm, Parung-Bogor [Skripsi]. (Jakarta:UIN, 2010) Wahyudi, Sugeng. PT Kebun Sayur Segar, Sediakan Sayur Terbaik. 27 Juli 2011. 1 hlmn. www.ciputra-enterpreuneurship.com, Pk. 17.41.
95
Lampiran 1. Peramalan Permintaan Bayam dengan Moving Average Moving Average for penjualan bayam Data Length NMissing
penjualan bayam 36 0
Moving Average Length
1
Accuracy Measures MAPE 0,426 MAD 16,829 MSD 342,771
Moving Average Length
2
Accuracy Measures MAPE 0,315 MAD 12,471 MSD 243,471
Moving Average Length
3
Accuracy Measures MAPE 0,335 MAD 13,222 MSD 254,859
Moving Average Length
4
Accuracy Measures MAPE 0,359 MAD 14,180 MSD 279,080
Moving Average Length
5
Accuracy Measures MAPE 0,340 MAD 13,465 MSD 257,839
96
Lampiran 2. Peramalan Permintaan Kangkung dengan Moving Average Moving Average for Penjualan kangkung Data Length NMissing
Penjualan kangkung 36 0
Moving Average Length
1
Accuracy Measures MAPE 0,1304 MAD 5,0000 MSD 30,8857
Moving Average Length
2
Accuracy Measures MAPE 0,1308 MAD 5,0147 MSD 32,8603
Moving Average Length
3
Accuracy Measures MAPE 0,1291 MAD 4,9495 MSD 33,5825
Moving Average Length
4
Accuracy Measures MAPE 0,1312 MAD 5,0313 MSD 36,4570
Moving Average Length
6
Accuracy Measures MAPE 0,1195 MAD 4,5833 MSD 31,3491
97
Lampiran 3. Peramalan Permintaan Bayam dan Kangkung dengan Metode Exponential Smoothing
Single Exponential Smoothing for penjualan bayam
Data Length
penjualan bayam 36
Smoothing Constant Alpha 0,182464
Accuracy Measures MAPE 0,314 MAD 12,418 MSD 222,272
Data Length
Penjualan kangkung 36
Smoothing Constant Alpha 0,122696
Accuracy Measures MAPE 0,1077 MAD 4,1304 MSD 25,5463
98
Lampiran 4. Peramalan Permintaan Bayam dengan Metode Trend Trend Analysis for penjualan bayam Data Length NMissing
penjualan bayam 36 0
Fitted Trend Equation Yt = 3944,11 + 0,460*t Accuracy Measures MAPE 0,296 MAD 11,694 MSD 196,986
Time 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
penjualan bayam 3954 3946 3952 3925 3950 3935 3963 3948 3962 3969 3954 3964 3945 3929 3951 3926 3946 3975 3945 3966 3930 3945 3967 3953 3966 3943 3935 3942 3933 3956 3971 3958 3969 3962 3976 3983
Trend 3944,57 3945,03 3945,49 3945,95 3946,40 3946,86 3947,32 3947,78 3948,24 3948,70 3949,16 3949,62 3950,08 3950,54 3951,00 3951,46 3951,92 3952,38 3952,84 3953,30 3953,76 3954,22 3954,68 3955,14 3955,60 3956,06 3956,52 3956,98 3957,44 3957,90 3958,36 3958,82 3959,28 3959,74 3960,20 3960,66
Detrend 9,4339 0,9742 6,5145 -20,9452 3,5951 -11,8647 15,6756 0,2159 13,7562 20,2965 4,8368 14,3770 -5,0827 -21,5424 -0,0021 -25,4618 -5,9215 22,6187 -7,8410 12,6993 -23,7604 -9,2201 12,3202 -2,1396 10,4007 -13,0590 -21,5187 -14,9784 -24,4381 -1,8979 12,6424 -0,8173 9,7230 2,2633 15,8036 22,3438
99
Lampiran 5. Peramalan Permintaan Kangkung dengan Metode Trend Trend Analysis for Penjualan kangkung Data Length NMissing
Penjualan kangkung 36 0
Fitted Trend Equation Yt = 3830,79 + 0,185*t Accuracy Measures MAPE 0,1009 MAD 3,8683 MSD 21,8552
Time 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Penjualan kangkung 3832 3828 3825 3830 3834 3837 3842 3834 3831 3838 3830 3834 3827 3826 3837 3843 3840 3834 3828 3826 3832 3828 3833 3840 3838 3833 3836 3830 3841 3837 3835 3843 3836 3834 3839 3841
Trend 3830,98 3831,16 3831,35 3831,53 3831,72 3831,91 3832,09 3832,28 3832,46 3832,65 3832,83 3833,02 3833,20 3833,39 3833,57 3833,76 3833,94 3834,13 3834,31 3834,50 3834,69 3834,87 3835,06 3835,24 3835,43 3835,61 3835,80 3835,98 3836,17 3836,35 3836,54 3836,72 3836,91 3837,09 3837,28 3837,47
Detrend 1,02102 -3,16431 -6,34964 -1,53496 2,27971 5,09438 9,90905 1,72372 -1,46160 5,35307 -2,83226 0,98241 -6,20292 -7,38825 3,42643 9,24110 6,05577 -0,12956 -6,31489 -8,50021 -2,68554 -6,87087 -2,05620 4,75847 2,57314 -2,61218 0,20249 -5,98284 4,83183 0,64650 -1,53882 6,27585 -0,90948 -3,09481 1,71986 3,53453
100
Lampiran 6. Biaya Investasi Komoditi Bayam BIAYA INVESTASI KOMODITI BAYAM
No 1
Komponen
2 3 4 5 6
Greenhouse bibit Greenhouse aeroponik (bambu) Greenhouse aeroponik (besi) Rumah Pembungkusan Bibit Bedengan bibit Bedengan Aeroponik
7
Bak Nutrisi (1,53)
8 9 10 11 12 13 14
3
Bak Nutrisi (4 ) Bak Nutrisi (63) Pompa 125 watt Pompa 3500 watt Timer Styrofoam Jellycup TOTAL
5
Biaya Penyusutan/tahun (Rp) 1.200.000
Biaya Penyusutan/bulan (Rp) 100.000
15.000.000 65.000.000 500.000 3.200.000 132.000.000
4 10 5 10 15
3.750.000 6.500.000 100.000 320.000 8.800.000
312.500 541.667 8.333 26.667 733.333
1.500.000
10
150.000
12.500
Jumlah (unit) 1
Harga/satuan (Rp) 6.000.000
Total Biaya (Rp) 6.000.000
1 1 1 8 50
15.000.000 65.000.000 500.000 400.000 2.640.000
1
1.500.000
Umur Ekonomis (tahun)
1
2.500.000
2.500.000
10
250.000
20.833
1 3 2 3 800 64800
4.500.000 350.000 9.000.000 350.000 64.000 62
4.500.000 1.050.000 18.000.000 1.050.000 51.200.000 4.017.600 305.517.600
10 5 10 2 1 1
450.000 210.000 1.800.000 525.000 51.200.000 4.017.600 79.272.600
37.500 17.500 150.000 43.750 4.266.667 334.800 6.606.050
* Rata-rata hasil produksi/bulan Penyusutan investasi /bulan Penyusutan alat bersama Total penyusutan Biaya penyusutan/unit
(pack) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
3.953 660.650 1.109.650 1.770.300 448
101
Lampiran 7. Biaya Investasi Kangkung
BIAYA INVESTASI KOMODITI KANGKUNG
No Komponen 1 2 3 4 5
Bedengan (21x2 m) Bedengan (8x2 m) Bak Nutrisi Pompa Timer TOTAL
Umur Biaya Biaya Jumlah Harga/satuan Total Biaya Ekonomis Penyusutan/tahun Penyusutan/bulan (unit) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp) 12 400.000 4.800.000 10 480.000 40.000 13 152.000 1.976.000 10 197.600 16.467 2 1.500.000 3.000.000 10 300.000 25.000 2 650.000 1.300.000 5 260.000 21.667 2 350.000 700.000 2 350.000 29.167 11.776.000 1.587.600 132.300
* Rata-rata hasil produksi/bulan
(pack)
3.834
Penyusutan investasi /bulan Penyusutan alat bersama Total penyusutan Biaya penyusutan/unit
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
132.300 739.767 872.067 227
102
Lampiran 8. Biaya Alat Produksi Bersama BIAYA ALAT-ALAT PRODUKSI YANG DIGUNAKAN BERSAMA
No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
EC-Meter Genset Toren Air Selang Air Drum Tray Gerobak Timbangan Alat Pressing Bangunan Packing Mobil box TOTAL
Jumlah Harga/satuan Total Biaya (unit) (Rp) (Rp) 1 2.500.000 2.500.000 1 15.000.000 15.000.000 1 5.000.000 5.000.000 1 500.000 500.000 8 75.000 600.000 16 65.000 1.040.000 1 950.000 950.000 1 100.000 100.000 1 4.500.000 4.500.000 1 8.100.000 8.100.000 1 168.000.000 168.000.000 206.290.000
Umur Ekonomis (tahun)
1
biaya penyusutan/bulan untuk bayam (60% dari total penyusutan/bulan)
2
biaya penyusutan/bulan untuk kangkung (40% dari total penyusutan/bulan)
2 10 10 10 2 5 10 2 5 15 10
Biaya Biaya Penyusutan/tahun Penyusutan/bulan Bayam1 Kangkung2 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1.250.000 104.167 62.500 41.667 1.500.000 125.000 75.000 50.000 500.000 41.667 25.000 16.667 2.500 1.667 50.000 4.167 300.000 25.000 15.000 10.000 208.000 17.333 10.400 6.933 95.000 7.917 4.750 3.167 50.000 4.167 2.500 1.667 30.000 900.000 75.000 45.000 540.000 45.000 27.000 18.000 16.800.000 1.400.000 840.000 560.000 1.109.650 739.767
103
104