DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 21
PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE TRUE FALSE MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN DUA ANGKA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 2 Dyah Woro Iswiharti*) SDN 3 Sumbergirang UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah *E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan penerapan pembelajaran dengan metode True False dalam kegiatan belajar mengajar Matematika, khususnya kelas 1 SDN 3 Sumbergirang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Untuk mengetahui dampaknya terhadap aktifitas siswa dan pembelajaran metode True False merupakan salah satu alternatif supaya meningkatkan pembelajaran di kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat berjalan secara aktif dan menyenangkan sehingga pembelajaran lebih efektif akan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran metode dalam kegiatan belajar mtematika penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah di kelas 1 semester II Tahun pelajaran 2013/2014 dengan meningkatkan aktifitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 88, 89% dan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa 95%. Kata kunci: True false dan Pemecahan masalah
1.
Pendahuluan
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang berkembang sangat cepat, baik materi maupun kegunaannya.Matematika masih dianggap mata pelajaran yang tidak mudah dipelajari atau bahkan merupakan pelajaran yang menakutkan. Hal ini dapat kita lihat masih rendahnya prestasi belajar siswa Kelas 1 SDN 3 Sumbergirang dalam pelajaran matematika baik pada waktu ulangan harian,ulangan tengah semester maupun ulangan ahir semester. Masalah tersebut jika tidah di selesaikan akan berakibat munculnya masalah -masalah baru seperti siswa akan semakin kesulitan menerima pelajaran berikutnya. Siswa semakin kurang memaknai dan menyenangi pelajaran matematika. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar matematika kususnya di kelas satu peneiti berusaha antara lain dengan memberikan pelajaran remidial kepada siswa tertentu yang sering mendapat nilai di bawahstandart ketuntasan minimal.Namun kenyatakannya hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika masih rendah. Salah satu model pembelajaran peneliti kembangkan adalah mengadakan variasi dalam kegiatan belajar meangajar di kelas ya itu dengan penerapan pembelajaran partisipatik memberi luang dan waktu yang lebih luas.Bagi siswa untuk menerima dan memproses materi ajar yang di terimanya. Pembelajaran partisipatik bukan berarti tidak mengurangi beban tugas guru sebagai manager tetap diperlukan
sehingga memungkinkan para peserta didik memanfaatkan waktu yang ada secara aktif dan efektif, Salah satunya modal pembelajaran partisipatik dapat dikembangkan oleh guru. Pembelajaran metode true false metode ini masih relatif baru dalam penerapan pembelajaran di kelas, pembelajaran matematika di kelas 1 SDN 3 di Sumbergirang materi pokok penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah.Dapat dijadikan bahasan dalam penerapan pembelajaran metode True false. Materi pokok merupakan pendalaman dari materi yang sama yang telah dipelajar siswa namun demikian pada kenyataannya yang ada dalam mempelajari materi in anak mengalami kesulitan. Oleh karena itu pembelajran mtode true false dalam tindakan kelas ini merupakan alternatif inofasi baru dalam pembelajaran matematika kususnya kelas 1 SDN 3 Sumbergirang Lasem. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran partisipasinya metode true false dapat meningkatkan prestasi belajar siswa ? Setelah pemberian materi ajar dan latihan tim para Peneltian tindakan kelas ini mempunyai tujuan yaitu untuk: 1. Meningkatk Prestasi belajar siswa, khususnya materi pokok penjumlahan dan pengurangan dengan dua angka dalam pemeahan masalah. 2. Meningkatkan kerja sama antar sesama guru dalam kegiatan penelitian tindakan kelas. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 22
1. Untuk guru, sebagai tambahan alternatif metode pembelajaran, sehingga dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Untuk siswa, dengan diterapkan metode pembelajaran, metode ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi dalam belajar.
2. Materi Penelitian 2.1. Materi Penelitian 2.1.1. Pembelajaran Partisipasi Pembelajaran partinsipatif merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami tehnik- tehnik belajar dan berperilaku belajar yang dapat menimbulkan interaktif, edukatif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru. Unsur kegiatan pembelajaran ditandai dengan adanya upaya disengaja, terencana dan sistematis yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran partisipatif didasarkan pada prinsip belajar, yaitu : a. Berangkat dari kebutuhan belajar ( learning needs based ) b. Berorientasi pada tujuan belajar c. Belajar berdasar pengalaman d. Berpusat pada peserta didik Prinsip pembelajaran partisipatif adalah bertahap dan berkesinambungan dengan proses pembelajaran dan berorientasi masa depan ( Sudjana, 2001 ) oleh karena itu, dalam pembelajaran partisipatif perlu disusun beberapa strategi, antara lain : a. Menekankan pada aktifitas siswa b. Menjunjung tinggi kebersamaan Dalam pembelajaran partisipatif perlu dikembangkan sikap kebersamaan, sehingga tidak ada dominasi siswa yang memiliki taraf berfikir cepat terhadap siswa yang kurang. Dalam pembelajaran diharapkan terjalin proses komunikasi dan sosialisasi yang baik. c. Pemberian penghargaan terhadap hasil belajar siswa.Guru hendaknya memberi penghargaan terhadap semua hasil pekerjaan siswa apapun bentuknya. Dengan cara ini secara psikologi akan memberikan perasaan puas. Bagi siswa yang selanjutnya akan menimbulkan sikap percaya diri dan tumbuhnya sikap untuk mau mengenal dirinya sendiri. Siswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan atau prestasi dan kegagalan yang telah dilakukannya. d. Merupakan strategi berakhir adalah penguatan. Pada tahap ini guru melakukan investasi terhadap semua hasil kerja siswa
2.1.2. Metode True False a. Guru menyusun sebuah daftra pertanyaan yang terkait dengan materi pembelajaran, yang setengahnya benar dan setengahnya salah tulis setiap pertanyaan pada
kartu indeks yang terpisah pastikan jumlah kartunya sesuai dengan jumlah siswa yang hadir. Jika jumlah siswa yang hadir jumlahnya ganjil, pilihlah satu untuk guru. b. Guru membagika satu kartu untuk kartu siswa, katakan kepada siswa bahwa misi mereka adalah menentukan kartu mana yang benar terisi pernyataan benar dan mana yang salah. Bila para siswa sudah selesai, perintahkan agar setiap kartu dibaca untuk presentasi dan diminta pendapat siswa yang lain tentang benar atau salahkan pernyataan tersebut. c. Guru perlu memberikan klarifikasi terhadap hasil presentasi dan tanggapan dari para siswa tersebut ( Melvin siberman, 2006 )
2.1.3 Pembelajaran di SDN 3 Sumbergirang Materi pokok penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah.Salah satu kompetensi dasar dalam mata pelajaran matematika yang perlu dikuasai oleh 1 di SDN 3 Sumbergirang adalah menetukan masalah yang berkaitan dengan fungsi penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah. Contoh soal 30 + 12 = 42 dengan cara demikian kita dapat menjawab soal matematika dengan cepat dan tepat.
2.1.4. Kerangka Berfikir Berdasarkan masalah dan kajian teori diatas, dapat dikemukakan pola fikir bahwa melalui penerapan pembelajaran partisipatif metode true false dalam kegiatan belajar mengajar matematika, suasana pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan motifasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Dengan penerapan pembelajaran partisipatif metode siswa dikondisikan harus berperan dan mengikuti pembelajaran sehingga metode ini dapat mendorong siswa untuk lebih aktif sehingga akan berimplikasi pada peningkata prestasi belajar siswa.
2.1.5. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan berfikir, yang telah diuraikan diatas dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut : Pembelajaran partisipatif metode true false dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Dari pengamatan yang peneliti alami dalam kegiatn belajar mengajar matematika di SDN 3 Sumbergirang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Pada umumnya dan khususnya dikelas I pada tahun 2013/2014 ada beberapa yang perlu dikemukakan disini yaitu :
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 23
1. Pada umumnya para siswa masih menganggap matematika merupakan mata pelajarn yang sulit. Bahkan peneliti menemukan beberapa siswa mengalami semacam ketakutan terhadap mata pelajaran matematika, sehingga merasa takut dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Dalam kondisi yang demikian, apapun yang dikatakan guru tentang materi matematika walaupun sebenarnya sangat mudah, namun para siswa tersebut terkadang sudah memvonis nbahwa dirinya pasti tidak bisa. Para siswa yang dalam kondisi demikian cenderung kurang mempunyai motivasi dalam belajarnya termasuk dalam kegiatan belajar matematika. 2. Para siswa yang tergolong secara akademik tergolong lumayan baikdibanding siswa lainnya, walaupun cukup mempunyai motivasi belajar, namun dapat dikatakan keefektifannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika juga masih kurang, dari ulangan harian sebelum dilakukan tindakan nilai rata-ratanya sebesar 16 dan siswa yang mengalami ketuntasan belajar sebanyak 3 siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika para siswa SDN 3 Sumbergirang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang belum mempunyai motivasi yang tinggi dan relatif tidak aktif. Dari keadaan tersebut mengakibatkan prestasi belajar para siswa juga belum efektif.
3.2. Deskripsi Siklus 3.2.1. Deskripsi Siklus Ke- 1 Langkah- langkah perencanaan adalah sebgai berkut : 1. Guru menyusun rencana pembelajaran dengan membuat lembar kerja siswa mata pelajaran matematika, materi pokok penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah 2. Guru menyiapkan tes akhir materi bahasan penyelesaian penjumlahan dan pengurangan 3. Guru menyusun instrumen penelitian antara lain : a. Guru menyusun sebuah pertanyaan yang terkait dengan materi bahasan b. Guru membuat rancangan observasi ke-1 berdasarkan pengamatan dan hasil belajar pada kondisi awal. Langkah- langkah tindakan ke-1 adalah sebagai berikut: 1. Guru memberikan penjelasan materi pelajaran dengan ceramah interaktif 2. Siswa mengerjakan LKS tentang penjumlahan dan pengurangan
3. Bersama – sama siswa, guru membahas beberapa contoh soal tentang penyelesaian cerita 4. Guru membagikan lembar kerja yang telah disiapkan, berupa pernyataan soal-soal dan jawabannya yang bernilai benar dan salah. Siwa diminta meneliti atau mengecek pernyataan yang diterimanya apakah bernilai benar atau salah. Siswa yang menganggap pernyataan yangditerima salah di mohon berdiri dan berkelompok disebelah kiri papan tulis, sedangkan siswa yang berpendapat pernyataan yang diterima bernilai benar dipersilahkan berdiri dan berkelompok disebelah kanan papan tulis. Selanjutnya dengan secara acak, guru mempersilahkan siswa yang berada disebelah kiri papan tulis untuk mempresentasikan pendapatnya. Siswa yang lain dimohon menanggapi presentasi siswa tersebut, sehingga terjadi diskusi dan saling ada argumentasi antar siswa tentang pernyataan yang dipresentasikan siswa tadi. Demikian juga para siswa yang berada disebelah kanan papan tulis dimohon mempresentasikan pendapatnya dan siswa yang lain menanggapinya. Diakhir diskusi, guru mengadakan presentasi dan tanggapan para siswa tersebut. 5. Guru dan siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang telah dibahas bersama-sama. Dengan pembelajaran partisipatif meode true false, para siswa dipaksa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran siswa yang agak berat untuk lebih aktif dan masih ada beberapa siswa yang masih kurang motivasinya.
3.2.2. Deskripsi Siklus 2 Pada siklus yang ke-2, baik perencanaan 2 dan tindakan ke-2, mirip seperti pada siklus ke-1, namun materi yang dibahas adalah penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah. Pada observasi siklus ke-2 ini, para siswa yang belum begitu aktif pada siklus ke-1, lebih mendapatkan fokus pengamatan.Pada siklus ke-2 ada 3 yang menanggapi presentasi dari kanan papan tulis, sedangkan presentasi dari sebelah kiri papan tulis ditanggapi sebanyak 4 siswa. Akhirnya guru mengadakan klarifikasi tehadap hasil presentasi dan tanggapan para siswa tersebut.Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes akhir dalam kegiatan belajar mengajar materi bahasan menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan dua angaka dalam pemecahan masalah. Berakhir dengan angka 2 dengan melengkapi data hasilnya.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 24
Salah satu adanya indikasi keberhasilan dari metode true false pada tahab ini adalah semakin meningkatnya jumlah siswa yang mempunyai motivasi dan siswa yang lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga presentasi belajar semakin meningkatkan.
3.2.3. Deskripsi Siklus 3 Pada siklus ke-3, baik perencanaan 3 dan tindakan ke-3, mirip seperti pada siklus ke-1 dan siklus ke-2, namun materi yang dibahas adalah menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan suatu masalah. Adapun langkah-langkahnya adalah : a. Langkah ke-1 = penjumlahan bilangan satuan dengan satuanpuluhan dengan puluhan b. Langkah ke-2 = pengurangan juga satuan dikurangi satuan puluhan dikurangi puluhan Langkah – langkah tindakan ke -3 adalah : a. Guru mengajak siswa, membahas review tentang penyelesaian penjumlahan bilangan-bilangan berurutan yang berakhir dengan dua angka. b. Guru membagikan potongan kertas yang telah disiapkan, berupa pernyataan yang bernilai benar atau salah, seperti pada tindakan pada siklus ke-1 dan ke-2, namun materi bahasannya meliputi penyelesaian penjumlahan bilangan-bilangan yang beraturan yang berakhir dengan angka dua. Tindakan selanjutnya seperti pada tindakan ke-1 dan ke-2, yaitu presentasi dari para siswa, sementara yang lain dimohon langsung menanggapinya, sehingga terjadi diskusi dan ada argumentasi. c. Tes akhir dilaksanakan di akhir pembelajaran. Observasi dalam siklus ke-3 ini, masih dibantu oleh dua orang guru dengan cara mengisi blangko daftar pengamatan, perubahan dan peningkatan aktifitas belajar siswa, fokus pengamatan lebih diarahkan pada perubahan dan peningkatan aktifitas belajar siswa pada saat adanya tindakan dengan menggunakan metode true false, terutamaterhadap siswa yang belum nampak keaktifannya saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas yang ke1 dan siklus ke-2. Setelah siswa yang berasal dari sebelah kanan papan tulis mengadakan presentasi ada 4 siswa yang menanggapinya, sementara presentasi siswa dari sebelah kiri papan tulis, ada 5 siswa yang menanggapinya kemudian dilanjutkan klarifikasi dari guru terhadap hasil presentasi dan tanggapan para siswa tersebut. Data hasil belajar mengajar siswa diperoleh tes akhir dalam kegiatan belajar mengajar materi bahasa menyelesaikan perkalian bilangan-bilangan berurutan yang berakhir dengan angka 2. Kondisi yang diharapkan pada siklus ke-3 ini adalah semua siswatelah mempunyai motivasi dan keaktifan yang baik dalam mengikuti pembelajaran partisipatif metode true false
Tentunya motivasi dan keaktifan para siswa tersebut sangat memungkinkan menghasilkan prestasi belajar mengajar matematika yang lebih baik, khususnya pada materi pokok penjumlahan dan pengurangan yang berurutan dan berakhir dengan angka 2.
3.3. Hasil Dan Pembahasan 3.3.1. Pembahasan Hasil Ke-1 Setelah menerima potongan kertas yang telah disiapkan oleh guru, para siswa meneliti dan mengerjakan pernyataan yang diterimanya.Dalam kegiatan ini siswa dikondisikan mengerjakan soal, walaupun hanya 1 nomer, sehingga siswa cenderung melakukan aktifitas. Selanjutnya siswa juga dilatih untuk mempresentasikan pendapatnya, sehingga para siswa juga belajar berbicara untuk mengkomunikasikan pendpatnya pada siswa yang lain, hal ini tentunya juga melatih keberanian dan tanggung jawab terhadap apa dan tanggung jawab terhadap apa yang diyakininya. Dengan antusias siswa yang lain menanggapinya presentasi siswa tersebut, sehingga terjadi diskusi dan saling adu argumentasi antar siswa tentang pertanyaan yang di presentasikan siswa. Kondisi yang demikian memungkinkan semua siswa terlihat secara aktif dan kegiatan belajar mengajar.Nampak suara kelas lebih hidup dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, meskipun pada siklus ini ada beberapa siswa yang masih pasif.Akhirnya guru memberikn klarifikasi terhadap hasil presentasi dan tanggapan para siswa dalam diskusi tersebut, sehingga siswa dapat mengetahui secara pasti manasaja yang benar dan yang salah terhadap pendapat para siswa dalam diskusi tersebut. Hasil tes akhir dalam pembelajaran siklus ke-1 dapat dilihat pada tabel, berikut : Tabel 1. Hasil Tes Akhir Tindakan Ke-1 No
Nilai Siswa
Banyaknya Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
2 2 10 2 16
Banyaknya Siswa Belum Tuntas Tuntas 2 2 10 2 2 14
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 25
Tabel 2. Untuk Tindakan Ke-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai Siswa 0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Menghitung Nilai Tengah (x) 4,5 14,5 24,5 34,5 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5
Rata-RataTes Frekuensi (F)
FX
0 0 0 2 2 10 2 0 0 0 16
0 0 0 69 89 545 129 0 0 0 832
Akhir
= ∑F.x / ∑.F = 832 / 16 = 52 Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM ) ditetapkan sebesar 60, sehingga siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 60.Dengan demikian dari tabel 2 diatas hanya 2 siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengajar dalam materi ini.Disamping itu, rata-rata nilai siswa juga masih rendah yaitu hanya 52. Nilai Rata-rata
3.3.2. Pembahasan Hasil Ke-2 Pada siklus ke-2 ini, dalam kaitannya dengan usaha guru untuk meningkatkn motivasi dan aktivitas siswa, guru sangat mendorong kepada para siswa yang pada siklus ke1 kurang motivasi dan cenderung kurang aktif.Hasil tes akhir dari pembelajaran dan perhitungan nilai rata-rata pada tindakan ke-2 dan akibat pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Tes Akhir Tindakan Ke-2 No
Nilai Siswa
Banyakny a Siswa
1
0-9
0
Banyaknya Siswa Belum Tuntas Tuntas -
2
10-19
0
-
-
3 4 5 6 7 8 9 10
20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
0 0 0 2 8 4 2 0 16
8 4 2 14
2 2
No
Nilai Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Dari tabel 4, juga dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada tindakan ke-2 ini, ada sebanyak 14 siswa.Dengan demikian nampak bahwa peningkatan motivasi dan aktifitas pada mata pelajaran partisipatif dalam penelitian ini juga berimplikasi pada peningkatan prestasi belajar siswa.
3.3.3. Pembahasan Hasil Siklus Ke-3 Dari hasil angket tentang aktifitas para siswa dalam mengikuti pembelajaran, dapat melihat bahwa tidak ada siswa yang tidak aktif sama sekali dan yang kurang aktif tinggal 2 siswa, sementara yang keaktifanya sangat aktif ada 14 siswa. Kondisi memperlihatkan bahwa Pembelajaran Partisipatif Metode True Falsedapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.Hal ini dimungkinkan karena metode ini mengkondisikan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya minimal sekali dalampembelajaran yaitu pada saat siswa mencapai prestasi. Setelah presentasi jika ada siswa yang lain bertanya atau menanggapi presentasinya, secara otomatis siswa tersebut dipaksa untuk menjawab atau menanggungnya. Pada siklus ke-3 ini, para siswa dalam menyampaikan pendapatnya mereka tidak canggung lagi, meskipun terkadang masih sekali.Namun paling tidak dengan adanya siswa aktif dan berani menyampaikan pendapatnya, berarti mengindikasikan para siswa tersebut mempunyai motivasi tinggi untuk bisa dan berprestasi. Hasil tes dan penghitungan rata-rata nilai pada siklus ke3, dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6 sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Tes Akhir Tindakan Ke-3
Tabel 4.Nilai Tes Akhir Tindakan Ke-2 Nilai Tengah (x) 4,5 14,5 24,5 34,5 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5
= ∑F.x / ∑.F =1092 / 16 = 68, 25 Meskipun nilai rata-rata pada akhir pembelajaran di siklus ke-2 ini baru mencapai 68,25 namun sudah lebih baik dari pada rata-rata di akhir pembelajaran pada tindakan ke-1. Nilai Rata-rata
Frekuensi (F)
FX
0 0 0 2 4 2 8 4 2 0 16
0 0 0 69 178 109 516 298 169 0 1092
No
Nilai Siswa
Banyaknya Siswa
1
0-9
0
Banyaknya Siswa Belum Tuntas Tuntas -
2
10-19
0
-
-
3 4 5 6 7 8 9 10
20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
0 0 0 2 6 6 2 0 16
6 6 2 14
2 2
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 26
Tabel 6. Penghitungan Tindakan Ke-3 No
Nilai Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Jumlah
Nilai
Nilai Tengah (x) 4,5 14,5 24,5 34,5 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5
Rata-RataTes Frekuensi (F) 0 0 0 0 0 0 6 6 2 0 16
Akhir
FX 0 0 0 0 0 0 387 447 169 0 1112
Nilai rata- rata = ∑F.x/∑.F =1112/16 =69,50 Dari tabel, tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar dalam siklus ini ada 16 siswa.Dalam kegiatan hasil penelitian ini, peneliti tekankan pada pembahasan dan atau peningkatan yang terjadi mulai dari kondisi awal sebelum tindakan, siklus ke-1, siklus ke-2 dan siklus ke-3, utamanya mengenai prestasi belajar siswa setelah diadakan tindakan kelas. Untuk mengetahui hasil prestasi siswa selama mengikuti pembelajaran dalam kondisi awal sebelum tindakan dan dalam pembelajaran partisipatif metode true false, dan ketiga siklus yang telah ditampilkan pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, tabel 4 dan tabel 5 serta tabel 6, dapat dibuat tabel 7 tentang nilai rata-rata. Prestasi belajar dan ketuntasan sebagai berikut : Tabel Nilai Rata-Rata Prestasi Belajar Dan Ketuntasan No 1 2 3
Kegiatan Tindakan ke-1 Tindakan ke-2 Tindakan ke-3
Nilai Ratarata
Banyaknya Siswa Tuntas
Ketuntasan
52
2
6,5%
68,25
12
8,5%
69,50
14
87%
Dari tabel 7 dapat dikemukakan, bahwa ada perubahan yang menggembirakan dari nilai rata-rata hasil belajar sebelum tindakan sebesar 52, setelah diadakan tindakan ke-3 berubah menjadi 69,50, sehingga terjadi peningkatan rata-rata prestasi belajar sebesar 8,5%. Dapat juga dikemukakan bahwa terjadi peningkatan prosentase ketuntasan belajar 6,5% pada pembelajaran sebelum tindakan diadakan tindakan ke-3 sebesar 87%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran partisipatif dengan metode true false yang diterapkan dalamtindakan ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 87% dan mampu meningkatkan prosentase ketuntasan belajar sebesar 90%.
4.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Penerapan pembelajaran partisipatif metode true false dalam kegiatan belajar mengajar matematika materi pokok penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pemecahan masalah dapat meningkatkan aktifitas murid. 2. Penerapan pembelajaran metode true false dalam kegiatan belajar mengajar matematika materi pokok penjumlahan dan pengurangan dua angka dalam pecahan masalah meningkatkan prestasi belajar siswa sebesar 87% dan dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa sebesar 90%. Saran dari penelitian ini adalah: a. Pada dasarnya pembelajaran partisipatif metode true false dalam kegiatan belajar mengajar dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain, sehingga rekan-rekan guru dapat mencoba menerapkan dikelas. b. Idealnya pembelajaran partisipatif metode true false dalam kegiatan belajar mengajar diterapkan pada kelas yang lebih kecil, sehingga memudahkan guru dalam mengelola kelas dan memungkinkan para siswa mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk berpartisipasi. Kondisi demikian akan memjdahkan proses belajar lebih terarah dan efektif. DAFTAR PUSTAKA Melvin I. Siberman. Active Leaning(Edisi Terjemahan ) Nusamedia :Bandung, 2006. Meleong, Lexi J, Dr. Metedologi Penelitian Kualitatif. Rosda Karya :Bandung, 1989. .............. Pedoman Khusus Mata Pelajaran Matematika Depdiknas : Jakarta, 2003. .............. Penelitian Tindakan ( Action Research Depdiknas : Jakarta, 1999. .............. Permendiknas No. 22, 23, 24 Tahun 2005. Sudjana S. Metode dan Teknik Pembelajaran Parsipatif : Falah Bandung, 2001. Sartono Wirodikromo, Drs. Matematika Untuk Sekolah dasar. Edward H. Julius. Trik dan TIP Berhitung Yang Lebih Cepat. Pakar Raya :Bandung, 2003. Bintartik, Lilik 2001.Meningkatkan Peran Guru SD Sebagai Peneliti Dikelasnya University Of Malang. Grudy, Kemmis, 1990. Buku Materi Pokok dari Penelitian Tindakan. Sutrisno Hadi, M. 1978. Metode Research UGM Yogyakarta. Karim, Muchtar A. 1998. Buku Materi Pokok Pendidikan Matematika UT Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas IV : Tiga Serangkai, 200