DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 53
PENERAPAN MEDIA CHART DALAM PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MATERI SISTIM PEMERINTAHAN PUSAT PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SELOPURO KECAMATAN LASEM Supartini *) SD Negeri 2 Selopuro UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Pelajaran Kewarganegaraan ( PKn ) oleh sebagian siswa dianggap pelajaran yang membosankan, sehingga tidak mengherankan apabila pemahaman siswa terhadan pelajaran PKn rendah yang tercermin dalam nilai test / ujian yang rendah dibawah standar/KKM.Dengan penerapan media chart dalam pembelajaran aktif peneliti mencoba meningkatkan hasil belajar siswa PKn. Penelitian dilaksanakan dalam 2 ( dua ) siklus dengan penerapan media chart. Hasil belajar dari kondisi awal sebelum siklus ke siklus I mengalami peningkatan 10 % , Siklus I ke siklus II meningkat 20 %. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan media chart dalam pembelajaran aktif dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran PKn. Kata kunci: media chart, hasil belajar
Abstract Actually civic is considered as a boring lesson by most of elementary students.It causes the low understanding of the civic lesson that is shown by the score of test that’s below the passing grade score.The implementation of chart media in action class my can increase the understanding of this lesson.The action class is done by 2 cycles.The results of this action class is increased 10 % from initial conditions to fisrt cycles.The results from first cycles to second cycles has increased about 20 %.It can be concluded that the implementation of chart media may increase the understanding of civic lesson. Keyword : chart media, civic
1.
Pendahuluan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di tingkat Sekolah Dasar (SD). Dalam mata pelajaran ini, siswa diajarkan tentang materi terkait dengan kaidahkaidah kehidupan sosial budaya sesuai dengan peraturan kenegaraan. Tujuan dari pemberian mata pelajaran ini kepada siswa SD tidak lain adalah dalam rangka pemebentukan karakter siswa sejak dini. Materi yang disampaikan pada pelajaran PKn oleh sebagian siswa dianggap sebagai materi yang membosankan, dimana hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan pada aspek pemahaman. Materi yang dianggap membosankan ini semakin menjadi dengan sistem pembelajaran yang dipraktikan di Indonesia saat ini, dimana proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered) tanpa melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Kedua hal tersebut menyebabkan semakin rendahnya minat siswa untuk
belajar PKn, sehingga tidak mengherankan apa bila pemahaman siswa terhadap mata pelajaran PKn rendah yang tercermin dari nilai ujian pelajaran PKN siswa yang berada dibawah standar/KKM. Rendahnya pemahaman siswa yang telah dijelaskan pada paragraf kedua disebabkan metode belajar yang didominasi dengan proses membaca dan mendengar, dimana menurut Edgar Dale hal tersebut merupakan tataran proses paling rendah dalam pemahaman manusia. Dalam teori Cone Of Experience atau Kerucut Pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, pemahaman manusia yang diperoleh dengan membaca dan mendengar pada umumnya cukup rendah yaitu hanya mencapai 20% sedangkan mendengar dan melihat mencapai 50%; berbicara dan menulis mencapai 70% dan yang tertinggi yaitu melaksanakan dimana tingkat pemhamannya mencapai 90%. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru pelajaran PKn untuk meningkatkan pemahaman siswa sehingga mencapai level berbicara dan menulis (70%) sesuai dengan nilai KKM yang telah disepakati.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 54
Upaya perbaikan proses pembelajaran menjadi tanggung jawab guru. Guru harus mampu merencanankan model dan menggunakan media pembelajaran yang baik. Penentuan model dan media pembelajaran yang baik diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan dan menjadikan siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran terutama pelajaran PKn sehingga potensi yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang optimal. Dalam rangka perbaikan proses pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang tepat sebagai pengambilan tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa, penulis tertarik untuk meneliti penggunaan media chart dalam proses pembelajaran aktif.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi Pembelajaran aktif merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dalam proses pembelajaran aktif, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan tidak mendominasi pembicaraan. Dengan metode pembelajaran aktif diharapkan siswa akan lebih mudah memahami bahan ajar. a. Media Pembelajaran. Media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar sedangkan istilah pembelajaran menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Arsyad, media pembelajaran merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang dengan membaca dan mendengar pada umumnya cukup rendah yaitu hanya mencapai 20% sedangkan mendengar dan melihat mencapai 50%; berbicara dan menulis mencapai 70% dan yang tertinggi yaitu melaksanakan dimana tingkat pemahamannya mencapai 90%. Dengan metode pembelajaran aktif diharapkan siswa tidak hanya sekedar membaca dan mendengar melainkan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Seperti penjelasan dalam teori “ Kerucut Pengalaman” atau “cone of experience” yang dikemukan Edgar Dale, pemahaman dalam proses pembelajaran yang diperoleh mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat memotivasi atau merangsang siswa untuk belajar Menurut Ahmad Sudrajat, M.Pd., media pembelajaran dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu: 1. Media visual: grafik, diagram, chart, chart, poster, kartun, komik. 2. Media audio: radio, tape recorder, laboratorium bahasa dan sejenisnya. 3. Projected still media: slide, overhead projector (OHP), in focus. 4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer. Dari empat jenis tersebut, media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
menurut Arsyad harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Fiksatif yaitu: media pembelajaran memiliki kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan merekonstruksi suatu objek 2. Manipulatif yaitu: kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-relapse recording. 3. Distributif yaitu: memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama tentang kejadian itu. Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah : 1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. 2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. 4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga. 5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. 6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja. 7. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. 8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif b. Chart Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Media visual antara lain terdiri dari: gambar, foto, sketsa, diagram, chart, kartun dan papan panel. Media chart merupakan salah satu jenis media pembelajaran visual yang akan menguraikan secara jelas garis besar atau tahapan-tahapan dari suatu proses dan menyajikannya pada satu konsep. Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan pesannya secara bertahap dan chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap misalnya adalah flipchart atau hidden chart, sementara chart atau chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya chart pohon (tree chart), chart alir (flow chart), atau chart garis waktu (time line chart).
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 55
2.2. Metode Tempat penelitian tindakan ini dilaksanakan di SDN Selopuro 2 Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang , khususnya untuk proses pembelajaran PKn pada kelas IV. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 21 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus pembelajaran selama bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013. Siklus pertama dilaksanakan untuk penilaian pra tindakan dan dua siklus berikutnya dilaksanakan pada proses tindakan yang berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit) yaitu dengan jadwal: 1. Pre Siklus / Pra Tindakan , dilaksanakan pada 3 September 2013 2. Siklus I /Tindakan I, dilaksanakan pada 10 September 2013 3. Siklus II / Tindakan II, dilaksanakan pada 17 September 2013 Penelitian ini menggunkan metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain penelitian dari model Kemmis dan Mc Taggart. Desain ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan tersebut menjadi sebuah siklus, dimana untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif keempat tahapan tersebut dilakukan berulang. Keempat tahapan tersebut wajib dilaksanakan dalam ketiga siklus peneltian (Siklus Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II). Pelaksanaan keempat tahapan tersebut hampir sama di setiap siklus, hanya terdapat sedikit perbedaan yang terjadi pada tahapan refleksi. Pada tahapan refleksi, peneliti berupaya mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan, dan apa yang belum dituntaskan dalam pelaksanaan tindakan yang terjadi pada siklus sebelumnya. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti memanfaatkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya untuk mempersiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam rangka memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Instrumen yang digunakan pada siklus berikutnya hampir sama dengan instrumen yang digunakan pada siklus sebelumnya dimana instrumeninstrumen tersebut telah domodifikasi yang meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal post-test, angket kemandirian belajar siswa, lembar observasi, pedoman wawancara siswa dan guru, serta chart sebagai media pembelajaran. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan implementasi/tindakan dari rencana yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Peneliti mencoba mempraktikan rencana yang telah disusun. Peneliti dan guru mencoba
mempraktikan pembelajaran PKn dengan dengan materi sistem pemerintahan di Indonesia yang aktif didukung dengan bantuan media chart. Tahap tindakan dilakukan pada dua siklus terakhir, yang dilakukan sesuai jadwal di atas. 3. Tahap Pengamatan Observasi dilakukan secara langsung dengan menggunakan lembar observasi pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. 4. Tahap Refleksi Hasil catatan pemantauan peneliti dan guru merupakan bahan untuk melakukan refleksi. Peneliti membahas dampak dari tindakan yang dilakukan dan membandingkannya dengan dampak dari tindakan sebelumnya. Hasil refleksi ini dimanfaatkan sebagai acuan dalam penyusunan rencana siklus berikutnya. Apabila dampak dari tindakan yang dilakukan belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang hendak dicapai maka siklus penelitian akan berulang.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SDN 2 Selopuro kecamatan Lasem kabupaten Rembang terkait dengan pembelajaran PKn dengan materi sistem pemerintahan di Indonesia. Untuk mendapatkan data awal peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas (menjadi Teman Sejawat dalam PTK) serta observasi ke dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Dari hasil wawancara awal dan observasi yang dilaksankan peneliti dapat disimpulkan bahwa: 1. Proses pembelajaran PKn dengan materi sistem pemerintahan di Indonesia dilaksanakan dengan guru sebagai pusat proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang aktif dimana ditandai dengan partisipasi siswa belum terlihat. Siswa lebih banyak mendengarkan apa yang disampaikan guru kemudian mencatat dan menghafal materi. Selain itu, dalam proses pembelajaran yang dilakukan penggunaan media pembelajaran juga belum terlihat, guru hanya membawa sebuah buku yang dijadikan pedoman pembelajaran. 2. Tingkat pemahaman siswa terhadap materi sistem pemerintahan di Indonesia sangat rendah. Hal ini tercermin dari nilai pre test yang dilaksanakan 85,70% atau 18 dari 21 siswa yang ada belum tuntas atau nilai masih dibawah KKM. Distribusi nilai pre tindakan terkait materi sistem pemerintahan di Indonesia yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 1.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 56
Tabel 1. Distribusi Nilai Pre Tindakan
Dari hasil test pre tindakan ( pra siklus ) yang dilaksanakan hanya terdapat tiga siswa yang memiliki pemahaman lebih tentang materi tersebut dengan selisih nilai yang cukup signifikan dibandingkan dengan teman sekelasnya, dimana dua siswa mendapat nilai sempurna (100) dan satu siswa mendapat nilai 90. Tidak tercapainya pembelajaran yang aktif dan peningkatan pemahaman yang dimiliki siswa ini disebabkan beberapa hal yaitu antara lain: 1. siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran; 2. siswa cenderung memperhatikan kejadian yang terjadi diluar kelas; 3. siswa sering bercanda; dan 4. cara mengajar guru kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh. Dengan metode pembelajaran yang ada, tidak mengherankan apa bila pemahaman siswa terhadap mata pelajaran PKn rendah yang tercermin dari nilai ujian pelajaran PKN siswa yang berada dibawah standar / KKM. Proses pembelajaran yang dikemukakan Edgar Dale, dimana pemahaman manusia yang diperoleh dengan membaca dan mendengar pada umumnya cukup rendah yaitu hanya mencapai 20%. dilaksanakan satu arah yaitu dengan guru menjelaskan materi yang ada dalam buku dan selebihnya siswa diharapkan membaca sendiri dianggap kurang efektif dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa.
3.2. Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1. Deskripsi Siklus I Dari hasil evaluasi dan refleksi pada siklus pra tindakan, peneliti berpendapat bahwa kegagalan dalam pencapaian indikator yang telah ditetapkan dapat diselesaikan dengan pola pembelajaran aktif dengan menggunakan bantuan media chart. Penelitian pelanksanaan tindakan untuk menjadikan proses pembelajaran aktif dengan bantuan media chart dilaksanakan dalam dua siklus. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan deskripsi mengenai pelaksanan setiap siklus dalam penelitian sebagai berikut: 1. Siklus I Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan peran serta serta kemampuan siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya terkait materi sistem pemerintahan di Indonesia. Tindakan
yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran aktif dengan bantuan media chart. Adapun tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Tahapan Perencanaan Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Adapun dalam tahap perencanaan dilakukan penyusunan instrumen sebagai acuan pelaksanaan tindakan. Penyusunan rencana ini menggunakan data yang dihasilkan pada tahapan evaluasi dan refleksi siklus pra tindakan. Untuk penjelasan lebih detail terkait dengan tahapan perencanaan pada Siklus I. b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan siklus I merupakan implementasi tahapan perencanaan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Untuk penjelasan lebih detail terkait dengan tahapan pelaksanaan tindakan pada Siklus I c. Tahapan Pengamatan / Observasi Tahap observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dan dilakukan secara sistematis. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti. Dari observasi yang dilaksanakan dapat diperoleh simpulan: Tabel 2 Distribusi Nilai Siklus I
d. Tahapan Evaluasi dan Refleksi Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I sudah terdapat perubahan terkait dengan keaktifan serta pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Adanya tindakan I tersebut telah menyebabkan perubahan positif dibandingkan dengan tanpa adanya tindakan. Akan tetapi disisi lain apabila hal tersebut dibandingakna dengan indikator keberhasilan maka dapat diartikan adanya tindakan tersebut belum berpengaruh signifikan atau masih dibawah nilai indikator
3.2.2. Deskripsi Siklus II Tahapan yang dilaksankan pada Siklus II sama dengan tahapan yang dilaksanakan pada Siklus I, hanya saja terdapat sedikit perbedaan dimana tahapan perencanaan pada Siklus II dilakukan berdasar hasil tahapan evaluasi dan refleksi Siklus I. Adapun tahap-tahap pelaksanaan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Tahapan Perencanaan Penyusunan rencana ini menggunakan data yang dihasilkan pada tahapan evaluasi dan refleksi Siklus I.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 57
Untuk penjelasan lebih detail terkait dengan tahapan perencanaan pada Siklus II
atau nilai masih dibawah KKM. Distribusi nilai Setelah Tindakan II dapat dilihat pada Tabel 3.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan siklus II merupakan implementasi hasil tahapan perencanaan yang ada. Untuk penjelasan lebih detail terkait dengan tahapan pelaksanaan tindakan pada Siklus II yang mencapai 50%. Hal ini telah dijelaskan oleh Edgar Dale dalam teori Cone Of Experience atau Kerucut Pengalaman. 1) Guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Siswa mengerjakan soal post-test yang diberikan oleh guru. 3) Pengumpulan pekerjaan siswa.
d. Tahapan Evaluasi dan Refleksi Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II terdapat perubahan yang signifikan terkait dengan keaktifan serta pemahaman siswa dalam proses pembelajaran. Adanya tindakan II tersebut telah menyebabkan perubahan positif nilai indikator keberhasilan tercapai. Secara lengkap hasil observasi Siklus II dan distribusi nilai post test yang dilaksanakan pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Nilai Siklus II ( Tindakan II )
c. Tahapan Pengamatan / Observasi Sama halnya pada Siklus I, tahapan observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti. Dari observasi yang dilaksanakan pada siklus II dapat diperoleh simpulan:
3.3. Pembahasan Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode belajar aktif dengan bantuan media chart mampu meningkatkan tingkat keaktifan serta pemahaman siswa. Perubahan positif terhadap tingkat keefektifan siswa tercermin dari metode pembelajaran yang semula berpusat pada guru menajadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana hampir seluruh siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran baik melalui diskusi, presentasi dan mengemukakah pendapat pribadi. Sama halnya dengan tingkat keefektifan, perubahan positif juga dirasakan terkait pemahaman materi oleh siswa. Perubahan positif ini tercermin dari nilai pre test, post test Siklus I dan pos test Siklus II dimana nilai siswa pada umumnya semakin baik. Bahkan untuk nilai post test Siklus kedua, 90,5% siswa mendapatkan nilai diatas KKM sehingga proses. 1) Proses pembelajaran PKn dengan materi sistem pemerintahan di Indonesia menjadikan siswa sebagai pusat proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang aktif dimana ditandai dengan partisipasi siswa sudah terlihat jelas. Siswa mulai berani untuk mempresentasikan dan mengutarakan pendapat terkait materi dan hasil pekerjaannya. Siswa memiliki rasa tanggung jawab terhadap isi materi yang disajikan dalam media chart yang dikerjakan sehingga siswa dengan senang hati menggali lebih dalam materi pembelajaran yang ada. 2) Tingkat pemahaman siswa terhadap materi sistem pemerintahan di Indonesia meningkat pesat. Hal ini tercermin dari nilai post test yang dilaksanakan pada Siklus II, dimana ketuntasan belajar mencapai 90,5% atau tinggal 2 dari 21 siswa yang ada belum tuntas
Tabel 4 Perbandingan Distribusi Nilai
4. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis dan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diperoleh simpulan sebagai berikut:
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 58
1.
2.
3.
Sebelum penerapan metode pembelajaran aktif dengan bantuan media chart, tingkat pemahaman siswa terhadap materi PKn sangat rendah yang diindikasikan hanya 3 dari 21 siswa yang mendapatkan nilai lebih besar dari pada KKM. Penerapan metode pembelajaran aktif dengan bantuan media chart membutuhkan peran yang sangat besar kepada guru dan siswa. Guru sebagai penanggung jawab pembelajaran berperan untuk menentukan media yang tepat yang dapat digunakan dapat proses pembelajaran. Setelah penerapan metode pembelajaran aktif dengan bantuan media chart, proses pembelajaran PKn Kelas IV SDN 2 Selopuro Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang dilaksanakan dengan siswa sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran sudah tidak lagi didominasi oleh guru, tetapi siswa berperan aktif dalam rangka proses pembelajaran. Setelah penerapan metode pembelajaran aktif dengan bantuan media chart, tingkat pemahaman siswa terhadap materi PKn meningkat pesat yang diindikasikan dengan nilai post test 90,5% siswa berada diatas atau sama dengan KKM.
Referensi Anis
Kusuma Wardani (2007), Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD dan MI Kelas IV, Surakarta: CV.Grahadi Sunarto. ( 2006 ), Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Djamarah, S.B. dan Aswan, Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dekdikbud. ( 1986 ), Kurikulum Pendidikan Moral Pancasila.Jakarta : Balitbang Dikbud. Kas Bolah. ( 1999 ), Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud. Udin S. Winataputra, dkk. ( 2007 ), Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Wardani, I, dkk. ( 2007 ), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.