DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 139
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI PENULISAN HURUF KAPITAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DI SISWA KELAS II SDN WARUGUNUNG Suprapti*) NIP 19620909 198201 2 005 SD Negeri Warugunung UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Paancur Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi Penulisan Huruf Kapital pada SD Negeri Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang sehingga 75% siswa mampu mencapai KKM (70). Ketuntasan belajar tersebut diukur dengan membandingkan hasil nilai siswa pada akhir pembelajaran dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas II SDN Warugunung Rembang. Teknik pegumpulan data menggunakan observ asi, studi dokumentasi, tes, dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model TPS, hasil belajar ranah kognitif siswa mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 80, rata-rata 67,36 dan persentase ketuntasan klasikal 68,42%. Namun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75%. Sehingga dilaksanakan siklus II. Pada siklus II, hasil belajar mengalami peningkatan. Nilai terendah 50, nilai tertinggi 100, rata-rata 80,52 dan persentase ketuntasan klasikal 89,47%. Hasil belajar siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu persentase ketuntasan klasikal minimal ≥ 75%. Kata kunci: Hasil belajar, Model Think Pair Share (TPS)
1.
Pendahuluan
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: 1) Siswa menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara. 2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan. 3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan itelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. 4) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). 5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Dalam bidang pendidikan bahasa, penggunaan teks sebagai basis pembelajaran secara tidak langsung dipengaruhi oleh asumsi bahwa kualitas dan derajat hidup manusia ditentukan oleh apa yang telah dilakukan atau dikerjakan dalam hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan kesulitan, manusia perlu bertindak dan melakukan sesuatu. Kompetensi berwacana terwujud dalam kemampuan seseorang melakukan tindakan yang memiliki tujuan yang jelas dengan menggunakan bahasa dalam kesatuan yang utuh dan fungsional berupa teks. Untuk itu siswa diharapkan dapat menulis sebuah teks dengan ejaan yang benar Namun kenyataan di lapangan mengenai kualitas pembelajaran menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran Bahasa indonesia. Berdasarkan temuan Depdiknas (2007) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 140
pada metode yang mengaktifkan guru bukan siswanya, dalam pembelajaran ini guru kurang kreatif dan banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ini menyebabkan hasil belajar atau prestasi siswa tidak sesuai dengan KKM yang diharapkan. Fenomena tersebut tergambar pada pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN Warugunung. Hasil observasi pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN Warugunung menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum mampu mencapai KKM (70) yang ditetapkan oleh sekolah. Karena dalam proses belajar mengajar guru lebih banyak memberikan penjelasan kepada siswa sehingga siswa hanya menerima materi dari guru. Sedangkan karakteristik berbeda-beda, ada yang dapat menyerap materi dengan cepat dan ada juga yang lambat. Kemudian siswa lebih banyak berdiam diri tanpa ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa, padahal inti dari pelajaran bahasa Indonesia adalah komunikasi. Selain itu, guru belum menerapkan sistem berkelompok sehingga terkesan monoton. Hal itu didukung dari hasil observasi siswa dan evaluasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan huruf kapital yang menunjukkan bahwa 15 dari 19 siswa (78 %) siswa tidak mampu mencapai KKM yaitu 65 dan hanya 4 siswa (22%) yang mampu mencapai KKM. Data Hasil terendah yaitu 40 dan tertinggi 85 dengan rerata kelas 58,6. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran tersebut sangat perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan diskusi yang dilaksanakan oleh peneliti dan teman sejawat atau dewan guru, serta berdasarkan dari akar penyebab masalah yaitu: a. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif b. Guru belum mengkondisikan siswa untuk belajar berkelompok c. Siswa kurang melibatkan diri dalam pembelajaran bahasa Indonesia Maka ditetapkan alternatif pemecahan masalah yaitu meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada materi penulisan huruf kapital melalui Model Pembelajaran Think Pair Share. Alasan penerapan Model pembelajaran TPS karena model TPS dapat mengoptimalkan partisipasi siswa. Prosedurprosedur dalam model pembelajaran Think Pair Share memberikan ruang yang lebih banyak kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas. Siswa dikondisikan untuk memaparkan hasil diskusi dan bertanya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia materi Penulisan Huruf Kapital melalui model Pembelajaran TPS pada siswa kelas II SDN Warugunung Rembang.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalarn kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah ketercapaian nilai ketuntasan peserta didik yang sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai yang didapatkan ini adalah kombinasi dari nilai selama proses pembelajaran dan hasil belajar dan diolah menjadi bentuk nilai ketuntasan belajar. Think pair share menurut Slavin, dalam Mohammad Thobroni (2012:298) merupakan sebuah metode yang sederhana, tetapi sangat berguna yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland. Ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas, siswa duduk berpasangan dalam kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan di kelas. Lalu, siswa diperintahkan untuk memikirkan jawaban, kemudian siswa berpasangan dengan masing-masing pasangannya untuk mencari kesepakatan jawaban. Terakhir, guru meminta siswa untuk membagi jawaban kepada seluruh siswa di kelas. Agus Suprijono (2011:91) juga berpendapat tentang model pembelajaran think pair share, seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya. Selanjutnya, “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya. Hasil diskusi intersubjektif di tiaptiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya. Menurut Arends (2008:15) pembelajaran dengan tipe Think Pair Share akan memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Pada pembelajaran tipe Think Pair Share, siswa dapat memper-oleh pengetahuan secara integratif. Pengetahuan diperoleh secara integratif mela-lui proses tanya jawab atau diskusi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung (Agus Suprijono 2011: 91). Menurut Lyman, dalam Mohammad Thobroni (2012:299), langkah-langkah model think pair share, sebagai berikut: a. Langkah 1: Berpikir (Thinking) Langkah pertama, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 141
b. Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Selanjutnya, pada langkah kedua, guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. c. Langkah 3: Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir ini, guru memninta pasanganpasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini, akan menjadi efektif jika berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Sedangkan menurut Miftahul Huda (2011:136137), model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur sebagai berikut. a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang. b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok. c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri. d. Kelompok membentuk anggota secara berpasangan dan setiap pasangan berdiskusi. e. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya dan menshare hasil diskusinya. Pada penelitian yang dilakukan, langkah-langkah yang digunakan adalah langkah yang diutarakan oleh Lyman. Hal ini dikarenakan objek penelitian adalah siswa kelas II sekolah dasar. Langkah-langkah model pembelajaran yang diutarakan oleh lyman lebih sederhana sehingga siswa lebih mudah untuk dikondisikan. Pada langkah pembelajaan Lyman, siswa berpasangan. Otomatis mobilitas yang dilakukan oleh siswa lebih sedikit jika dibandingkan dengan langkah pembelajaran yang dikemukakakan oleh Huda. Beberapa kelebihan model pembelajaran think pairs share sebagai berikut: a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran think pair share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya. b. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
c. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik dari pada pembelajaran dengan model konvensional. d. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran think pair share akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional. e. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran think pair share hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. f. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran think pair share perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran think pair share menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. Selain itu, Menurut Fadholi (2009) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memiliki keunggulan sebagai berikut. a. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. b. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. c. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok. d. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. e. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 142
2.2. Metode Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas II SDN Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang, dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Peneliti adalah guru kelas II SDN Warugunung sehingga memudahkan proses penelitian. b. Kelas yang digunakan peneliti adalah kelas yang diampu oleh peneliti itu sendiri yang ingin diperbaiki dan ditingkatkan mutu pembelajarannya. Penelitian dilakukan akan pada awal bulan Februari sampai April 2016, dengan harapan pada awal bulan Mei sudah dapat dilakukan penyusunan laporan penelitian. Dalam penelitian ini, yang dijadikan subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas II SDN Warugunung tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 19 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. a. Teknik Tes Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik tes yang digunakan berbentuk pertanyaan atau soal tertulis yang diberikan pada akhir pertemuan dalam setiap siklus. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. b. Teknik Nontes Teknik non tes adalah evaluasi proses dan hasil belajar siswa yang dilaku-kan tanpa adanya tahap ujian terhadap siswa, melainkan dengan melakukan observasi atau pengamatan, menyebarkan angket, dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. 1) Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai ber-bagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam observasi alat yang digunakan berupa pedoman observasi. Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Penulisan Huruf Kapital menggunakan Think Pair Share 2) Dokumentasi Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagi bukti atau kete-rangan. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar (foto), atau karya-karya monumental dari seseorang Pada penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai awal siswa, bukti aktivitas siswa dan guru dalam bentuk foto saat pembelajaran berlangsung.
3) Angket Angket atau kuesioner adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Pada penelitian ini, angket yang digunakan peneliti berisi tentang pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan proses pembelajaran. Angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Teknik analisis data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa, dianalisis menggunakan teknis analisis deskriptif yaitu berupa mean, nilai tertinggi dan terendah. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase. Untuk mengukur hasil belajar siswa dilakukan dalam 2 tahap yaitu: a. Tes kelompok, yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap konsep yang telah ditemukan dan melalui tes kerja kelompok ini diharapkan dapat melatih siswa bekerja sama mengerjakan soal dengan temannya. b. Tes akhir (Post Tes), yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap konsep yang diajarkan dan dilaksanakan pada tiap akhir pembelajaran. Sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas belajar siswa dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisahpisahkan menurut kriteria untuk memperoleh kesimpulan. Prosedur penelitian direncanakan sebagai berikut: a. Siklus I 1) Perencanaan a) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. b) Mengembangkan indikator dalam pembelajaran Matematika c) Membuat perencanaan pembelajaran dengan menyesuaikan dengan langkah-langkah model TPS d) Menyiapkan lembar observasi dan angket untuk mengamati proses pembelajaran. 2) Tindakan Pada tahap tindakan, guru sebagai peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan yaitu; a) Kegiatan Awal (1) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang materi sebelumnya tentang Kalimat, kemudian bertanya “bagaimana penulisan kalimat yang baik dan benar?” (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (3) Guru memberikan motivasi b) Kegiatan Inti (1) Guru memberikan contoh kalimat “Pada hari Minggu,Wati pergi bersama ayahnya.”
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 143
(2) Guru menuliskannya di papan tulis dan bertanya kata Pada, Minggu, Wati huruf awalnya ditulis kecil atau besar? (3) Siswa menjawab pertanyaan guru (4) Guru melatjutkan pertanyaannya, “mengapa ditulis besar?” (5) Siswa menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya (6) Guru menjawab alasan menggunakan huruf besar (7) Guru menjelasakan kalau penggunaan huruf besar itu disebut dengan huruf Kapital (8) Guru menjelaskan penggunaan huruf Kapital (9) Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berpasangan sesuai dengan daftar nilai yang dimiliki guru (10) Siswa duduk berpasangan sesuai dengan instruksi guru (11) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok secara berpasangan (12) Siswa menyajikan hasil diskusinya di depan kelas (13) Guru menyampaikan jawaban yang benar (14) Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang mendapatkan nilai tertinggi c) Kegiatan Akhir (1) Siswa bertanya tentang hal yang belum dimengerti (2) Guru memberikan evaluasi (3) Siswa mengerjakan soal evaluasi (4) Guru dan siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari 3) Observasi Guru dibantu oleh tim kolaboratif untuk menjadi observer. Observer mengamati jalannya pembelajaran dengan pedoman instrumen pada lembar pengamatan. Jika kriteria pada lembar pengamatan tampak maka diberi skor. Selain itu, observer menggunakan catatan lapangan untuk merekam kejadian yang tidak terdapat pada lembar pengamatan. 4) Refleksi a) Menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus I. b) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus I. c) Mengidentifikasi dan mendata permasalahaan yang terjadi pada siklus I. d) Melakukan revisi dari daftar permasalahan dalam siklus I e) Membuat rencana tindak lanjut untuk siklus II. b. Siklus II 1) Perencanaan
a) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan b) Mengembangkan indikator dalam pembelajaran Matematika. c) Membuat perencanaan pembelajaran dengan menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran model STAD. d) Menyiapkan pipet berwarna e) Menyiapkan lembar kerja siswa dan tes tertulis (soal evaluasi). f) Menyiapkan lembar observasi dan angket 2) Tindakan Setelah refleksi pada siklus I, peneliti melakukan perbaikan dengan RPP dan langkah-langkah pembelajaran. Maka dari itu, pada tahap tindakan siklus II guru lebih terpacu untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. a) Kegiatan Awal (10 menit) (1) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang materi sebelumnya (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (3) Guru memberikan motivasi b) Kegiatan Inti (40 menit) (1) Guru memberikan contoh kalimat (2) Guru meminta siswa untuk mengoreksi, apakah kalimat tersebut penulisannya benar? (3) Siswa mengoreksi kebenaran penulisan (4) Guru memberikan konfirmasi (5) Guru melakukan Tanya jawab tentang aturan penggunaan huruf kapital (6) Siswa mencoba menjawab semua pertanyaan guru (15) Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berpasangan sesuai dengan daftar nilai yang dimiliki guru (16) Siswa duduk berpasangan sesuai dengan instruksi guru (17) Guru memberikan tugas untuk mengoreksi penulisan huruf capital yang benar (18) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok secara berpasangan (19) Siswa menyajikan hasil diskusinya di depan kelas (20) Guru menyampaikan jawaban yang benar (21) Guru memberikan penghargaan kepada pasangan yang mendapatkan nilai tertinggi c) Kegiatan Akhir (15 menit) (1) Siswa bertanya tentang hal yang belum dimengerti (2) Guru memberikan evaluasi (3) Siswa mengerjakan soal evaluasi (4) Guru dan siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 144
3) Observasi Seperti pada siklus II, observer mengamati proses pembelajaran dengan berpedoman instrumen lembar pengamatan. Namun observer lebih fokus dengan perbaikan yang dilakukan oleh peneliti. 4) Refleksi a) Menganalisis pelaksanaan pembelajaran dan hasil tindakan pada siklus II. b) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus II. c) Apabila hasil dari siklus II sudah memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian dihentikan dan jika belum memenuhi indikator penelitian maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Think Pairs Share untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi Penulisan Huruf Kapital bagi siswa kelas II SDN Warugunung dapat dikatakan berhasil jika telah mencapai indikator keberhasilan sebagai berikut: a. Guru mampu meningkatkan motivasi siswa b. Guru mampu mengoptimalkan keterampilan mengajarnya c. Siswa aktif dalam pembelajaran d. Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang mencapai KKM 70 sekurang-kurangnya ≥75%
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan nilai ulangan siswa kelas II SDN Warugunung pada pembelajaran Bahasa Indonesia, bahwa 15 dari 19 siswa (78,9%) siswa tidak mampu mencapai KKM yaitu 70 dan hanya 4 siswa (21,1%) yang mampu mencapai KKM. Hal ini membuat guru bertanya-tanya tentang penyebab banyaknya siswa yang tidak tuntas. Maka guru dengan bantuan teman sejawat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di kelas II. Penyebab utama dari fenomena tersebut adalah metode mengajar guru masih menggunakan metode ceramah. Sehingga tidak ada hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan cenderung bosan dengan pembelajaran. Maka dari itu, guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Dominasi guru juga menjadi penyebab rendahnya ketuntasan klasikal. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menunjukkan dirinya bahwa mereka bisa. Sehingga aktivitas siswa kurang. Penelitian ini juga memeriksa keefektifan model Think Pair Share dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut ini hasil ulangan harian siswa sebelum dillaksanakan penelitian:
Tabel 1 Nilai Ulangan harian Kondisi awal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Siswa Afnan Altramis Pratama Aprilia Luckyta Dewi Ardika Rayyan Fernanda Bagas Septian Romadhona Bagus Septian Romadhona Bagus Yoga Adi Saputra Decita Dwi Mulyanti Desia Ficahyani Eka Chandra Kirani Putri Fajar Eko Nurhadi Fani Sulistiawati Ika Dwi Lestari Indra Aditiya Irvan Febrianto Maylani Indah Stifani Natasya Putri Febrina Nurul Alfaini Silvina Salsabila Vera Nur Alimah Rata-rata/ Jumlah
Nilai 40 40 50 60 50 60 60 70 50 40 60 80 60 70 50 70 50 40 50
Tuntas
Kriteria Tidak Tuntas x x x x x x
x
x x x
x x x
4
x x x x x x x 15
Berdasarkan tabel 1 terdapat 4 siswa yang tuntas dan sisanya 15 siswa tidak tuntas dengan nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80. Yang mendapat nilai 40 terdapat 4 siswa, nilai 50 sebanyak 6 siswa, nilai 60 sebanyak 5 siswa, nilai 70 sebanyak 3 siswa, nilai 80 sebanyak 1 siswa. Dari data tersebut dapat diperoleh persentase sebagai berikut: % ketuntasan belajar = = = 21,05% Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal adalah 21,05%, siswa yang tidak tuntas sebesar 78,9%.
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2015 di kelas II SDN warugunung kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Teknik yang digunakan adalah tes untuk menilai hasil belajar siswa dan nontes untuk menilai keterampilan guru dan aktivitas siswa. Agar pada tahap tindakan berjalan lancar maka disusun perencanaan sebagai berikut: 1) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan 2) Mengembangkan indikator dalam pembelajaran Matematika. 3) Membuat perencanaan pembelajaran dengan menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran model TPS
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 145
4) Menyiapkan pipet berwarna 5) Menyiapkan lembar kerja siswa dan tes tertulis (soal evaluasi). 6) Menyiapkan lembar observasi dan angket b. Tindakan Siklus I dilaksanakan pada jam pertama dengan pertimbangan pikiran masih segar dan bertepatan dengan jadwal pelajaran. Sebelum masuk kelas, siswa berbaris dengan rapi badu bisa masuk kelas. Kemudian berdoa bersama-sama dengan khitmat. Pembelajaran diawali dengan memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya dengan materi selanjutnya. Kemudian menyampaikan tujuan dan garis besar pembelajaran. Pada kegiatan inti, guru menulis contoh 2 kalimat dengan menggunakan huruf kapital yang benar dan salah. Siswa diminta untuk menganalisa dan memilih kalimat yang benar. Kemudian guru menjelaskan tentang penulisan huruf kapital yang benar. Setelah guru menjelaskan, guru mengkondisikan siswa untuk duduk berpasangan sesuai dengan daftar nilai yang dimiliki guru dengan cara memasangkan siswa yang dapat belajar cepat dan lambat. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok, siswa mendiskusikan tugas yang diberikan. Kemudian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan, guru memberikan post tes yang berupa tes evaluasi. Kemudian guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. c. Observasi Dari evaluasi yang telah diberikan didapatkan hasil bahwa 12 dari 19 siswa mampu mencapai KKM 70. Berikut ini hasil belajas siswa pada siklus I. Tabel 2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Siswa Afnan Altramis Pratama Aprilia Luckyta Dewi Ardika Rayyan Fernanda Bagas Septian Romadhona Bagus Septian Romadhona Bagus Yoga Adi Saputra Decita Dwi Mulyanti Desia Ficahyani Eka Chandra Kirani Putri Fajar Eko Nurhadi Fani Sulistiawati Ika Dwi Lestari Indra Aditiya Irvan Febrianto Maylani Indah Stifani Natasya Putri Febrina Nurul Alfaini Silvina Salsabila Vera Nur Alimah Rata-rata/ Jumlah
Nilai 50 60 70 70 70 70 60 70 70 70 80 70 50 80 60 80 50 80 70 67,4
Tuntas
Kriteria Tidak Tuntas x x
x x x x x x x x x
x
x x x x x 13
x x 6
Berdasarkan tabel 2, nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 80 dengan rata-rata 67,4. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi
awal yang rata-rata nilai siswa hanya 52,11 menjadi 67,4. Berdasarkan grafik 2 siswa yang tidak tuntas mendapatkan nilai 50 dan 60 ada 6 siswa dan siswa yang tuntas mendapat nilai 70 sebanyak 9 siswa, dan nilai 80 sebanyak 4 siswa. Dari data tersebut dapat diperoleh persentase sebagai berikut: % ketuntasan belajar = = = 68,42% Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal adalah 68,42%, siswa yang tidak tuntas sebesar 31,58, sehingga perlu diadakan siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan guru memberikan motivasi belum optimal. Hal tersebut karena pada awal kegiatan guru belum memberikan motivasi dan langsung menjelaskan materi ajar. Kesempatan siswa untuk bertanya juga belum tampak pada siklus I. Siswa aktif dalam kelompok saja namun tidak tampak pada perseorangan. Selain itu, guru belum mampu memancing siswa untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa di depan kelas. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. d. Refleksi Refleksi berdasarkan hasil pengamatan observer guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah tindakan kelas. Berikut ini kelebihan dari tahap tindakan: 1) Guru mampu memberikan contoh yang benar dan salah 2) Guru mampu memancing siswa untuk aktif dalam diskusi kelompok 3) Siswa berani untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Kemudian kekurangan dari tahap tindakan adalah: 1) Guru belum memberikan motivasi di awal pembelajaran 2) Guru belum memberikan penguatan ketika siswa menyampaikan hasil diskusi 3) Siswa belum berani menyampaikan tanggapan pada saat pasangan lain menyampaikan hasil diskusi 4) Siswa dan guru belum melakukan refleksi pembelajaran 5) Ketuntasan klasikal hasil belajar mencapai 68,42% dan masih dibawah indikator keberhasilan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka guru dan tim kolaboratif berdiskusi. Berikut ini hasil diskusi guru dan tim kolaboratif: 1) Guru memberikan motivasi berupa penjelasan manfaat mempelajari penulisan huruf kapital dalam kehidupan sehari-hari 2) Guru memberikan penghargaan berupa benda yaitu stiker bintang untuk siswa yang berani memberikan tanggapan.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 146
3) Guru memberikan penguatan dengan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan ketika siswa selesai mempresentasikan hasil diskusi 4) Ketika pembelajaran usai, guru dan siswa merefleksi materi yang telah dipelajari
3.2.2
siswa untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa di depan kelas dengan memberikan stiker bintang. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa. Berikut ini hasil belajas siswa pada siklus II. Tabel 3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Karena pada siklus I indikator keberhasilan belum tercapai, maka diadalkan siklus II. Siklus II diawali dengan perencanaan. Berikut ini perencanaan yang disusun oleh peneliti: 1) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan. 2) Membuat perencanaan pembelajaran dengan menyesuaikan dengan langkah-langkah model TPS 3) Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. b. Tindakan Pembelajaran diawali dengan memberikan apersepsi dengan mengaitkan materi sebelumnya dengan materi selanjutnya. Kemudian menyampaikan tujuan dan garis besar pembelajaran. Berdasarkan refleksi tahap I, guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat mempelajari penulisan huruf kapital pada kehidupan sehari-hari misalnya untuk menulis surat resmi. Pada kegiatan inti, guru menulis contoh kalimat dengan menggunakan huruf kapital yang salah. Siswa diminta untuk mengoreksi menjadi kalimat yang benar. Kemudian guru memberikan konfirmasi. Setelah itu, guru melakukan Tanya jawab tentang aturan penulisan huruf kapital mulai dari huruf awal kalimat dan lain-lain. Guru memberikan stiker bintang untuk siswa yang mampu menjawab pertanyaan dari guru. Siswa sangat aktif menjawab pertanyaan. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk berpasangan sesuai dengan daftar nilai yang dimiliki guru dengan cara memasangkan siswa yang dapat belajar cepat dan lambat. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok. Siswa bersama pasangannya mendiskusikan tugas yang diberikan. Kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa yang jawabannya berbeda menyampaikan pendapatnya. Untuk mengukur pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan, guru memberikan postes yang berupa tes evaluasi. Kemudian guru dan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari dan melakukan refleksi. c. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan guru memberikan motivasi sudah optimal. Hal tersebut karena pada awal kegiatan guru memberikan motivasi berupa manfaat materi ajar. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Siswa aktif dalam kelompok saja. Selain itu, guru mampu memancing
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Siswa Afnan Altramis Pratama Aprilia Luckyta Dewi Ardika Rayyan Fernanda Bagas Septian Romadhona Bagus Septian Romadhona Bagus Yoga Adi Saputra Decita Dwi Mulyanti Desia Ficahyani Eka Chandra Kirani Putri Fajar Eko Nurhadi Fani Sulistiawati Ika Dwi Lestari Indra Aditiya Irvan Febrianto Maylani Indah Stifani Natasya Putri Febrina Nurul Alfaini Silvina Salsabila Vera Nur Alimah Rata-rata/ Jumlah
Nilai 70 70 80 80 90 100 80 80 80 80 90 80 70 100 60 100 50 90 80 80,52
Tuntas x x x x x x x x x x x x x x x x x 17
Kriteria Tidak Tuntas
x x 2
Berdasarkan tabel 3 nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 80,52. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I yang rata-rata nilai siswa hanya 67,4 menjadi 67,4. d. Refleksi Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa guru memberikan kesempatan siswa untuk aktif dengan memberikan kesempatan bertanya, menyampaikan hasil diskusi, dan menanggapi hasil diskusi. Guru mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dengan bukti bahwa perolehan nilai siswa meningkat. Ketuntasan klasikal pada ranah kognitif sudah memenuhi indikator keberhasilan 85%. Maka dari itu dilakukan siklus siklus dihentikan. Berikut ini hasil refleksi siklus II: 1) Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan huruf kapital bagi kelas II SDN Warugunung meningkat dengan ditandai persentase ketuntasan klasikal 89,47% 2) Guru mampu meningkatkan motivasi siswa dengan menjelaskan manfaat pembelajaran 3) Guru mampu mengoptimalkan keterampilan mengajarnya, terbukti oleh lembar pengamatan guru yang hampir seluruh indikator tampak Siswa aktif dalam pembelajaran ditandai dengan keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru, menyampaikan hasil diskusi, dan menanggapi presentasi dari pasangan yang lain.
3.3 Pembahasan a. Deskripsi Temuan Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model TPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 147
pembelajaran bahasa Indonesia materi penulisan huruf kapital bagi siswa kelas II SDN Warugunung. Pada siklus I, diterapkan model TPS yang menekankan kerjasama siswa secara berpasangan. Menerapan model tersebut bertujuan untuk mengurangi dominasi guru terhadap pembelajaran. Namun pada siklus I masih terjadi kekurangan dalam pelaksanaan model TPS yaitu siswa belum menanggapi presentasi pasangan lain. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapatnya. Selain itu, tidak ada apresiasidari guru jika siswa mampu menjawab atau menyampaikan hasil diskusi dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya motivasi siswa untuk mengoptimalkan kemampuannya. Sehingga pada siklus II diadakan perbaikan. Guru mendorong siswa untuk aktif menanggapi presentasi diskusi dengan memberikan penguatan berupa stiker bintang. Stiker bintang dapat meningkatkan antusias siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga siswa berebut untuk dapat menunjukkan kemampuannya. Kemudian guru memberikan penguatan verbal berupa pujian dan tepuk tangan jika siswa selesai mempresentasikan hasil diskusi pasangan. Perbaikan siklus II ini terbukti berhasil dengan meningkatnya ketuntasan klasikal pada hasil belajar. 89,47% siswa mampu mencapai KKM yang berarti telah mencapai indikator keberhasilan sehingga dapat dikatakan penelitian tindakan kelas berhasil. b. Hasil Tindakan Untuk memperbaiki hasil belajar Bahasa Indonesia pada materi Penulisan Huruf Kapital melalui Model TPS bagi siswa kelas II SD Negeri Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang dilakukan dengan dua siklus. 1) Hasil Siklus I a) Siswa belum berani menyampaikan tanggapan pada saat pasangan lain menyampaikan hasil diskusi b) Ketuntasan klasikal hasil belajar mencapai 68,42% dan masih dibawah indikator keberhasilan. c) Sebagian besar siswa belum paham dalam menulis huruf kapital yang benar 2) Hasil Siklus II a) Siswa aktif dalam pembelajaran ditandai dengan keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru, menyampaikan hasil diskusi, dan menanggapi presentasi dari pasangan yang lain. b) Hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia tentang penulisan huruf kapital bagi kelas II SDN Warugunung meningkat dengan ditandai persentase ketuntasan klasikal 89,47% Berikut ini bukti peningkatan nilai siklus I dan sikus II: Grafik 1 Perbandingan Nilai Siklus I dan II
10 5
Siklus I
0
Siklus II 10
30
50
70
90
Berdasarkan grafik 4.3 hasil belajar siswa semakin meningkat. Terlihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai 50, dari 3 siswa menjadi 1. Siswa yang mendapat nilai 60 menurun dari 3 menjadi 1 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70 juga menurun dari 9 menjadi 3 siswa. Kemudian siswa yang mendapat nilai 80 meningkat dari 4 menjadi 8 siswa. Siswa yang mendapat nilai 90 meningkat dari 0 menjadi 3. Sama halnya dengan yang mendapat nilai 100 meningkat, yang awalnya sama sekali tidak ada menjadi 3 siswa.
4.
Simpulan
Penerapan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada meteri Penulisan Huruf Kapital kelas II SD Negeri Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang pada tahun ajaran 2015/2016. Terbukti dari Hasil belajar siswa pada siklus I meningkat dengan nilai terendah 50, nilai tertinggi 80, rata-rata 67,36 dan persentase ketuntasan klasikal 68,42%. Namun belum memenuhi indikator keberhasilan yaitu 75%. Sehingga dilaksanakan siklus II. Pada siklus II, hasil belajar mengalami peningkatan. Nilai terendah 50, nilai tertinggi 100, rata-rata 80,52 dan persentase ketuntasan klasikal 89,47%. Hasil belajar siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu persentase ketuntasan klasikal minimal ≥ 75% Dengan demikian maka hipotesis tindakan bahwa Model Think Pairs Share dapat meningkatkan dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi Penulisan Huruf Kapital bagi siswa kelas II SDN Warugunung telah terbukti kebenarannya.
Referensi Arends, Richard.I. 2008. Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Yrama Widya. Baharudin, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Depdiknas. 2007. Standart Isi Tingkat SD/ MI . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Poerwanti, Endang dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 148
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Thobroni, Mohammad. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzzmedia.