DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 101
PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA TENTANG KONSEP PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SAINS KELAS V DI SD NEGERI 3 KARAS KECAMATAN SEDAN Supriyono*) NIP 19580817 197802 1 003 SD Negeri 3 Karas UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Pendidikan Sains sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Sains dan teknologi. Sementara pembelajaran di SD Negeri 3 Karas, masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Sehingga guru menjelaskan Sains masih sebatas produk dan sedikit proses. Guru tidak banyak memunculkan contohcontoh yang sederhana, yang bisa dijumpai siswa sehari-hari, dan bahkan guru belum mampu memberikan ilustrasi yang cukup baik tentang materi tersebut kepada siswa. Padahal, dalam membahas Sains tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Mencermati tuntutan ini maka untuk dapat menciptakan kreativitas dan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana maka guru perlu memunculkan inovasi metode atau pendekatan pembelajaran. Terkait dengan materi pesawat sederhana maka pendekatan yang paling sesuai menurut penulis adalah dengan pendekatan berbasis kontekstual. Dengan pendekatan ini memungkinkan guru untuk dapat memberikan ilustrasi nyata kepada siswa. Ilustrasi ini digambarkan melalui contoh-contoh yang dapat diperoleh sehari-hari. Kata kunci: Kreativitas siswa, Pendekatan kontekstual
1. Pendahuluan Pendidikan Sains sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Sains dan teknologi. Agar mampu mewujudkan tujuan ideal ini maka tugas seorang guru untuk membuat pembelajaran dikelas yang nyaman bagi setiap siswanya. Pembelajaran yang ideal harus diakui adalah pembelajaran yang tidak hanya ditunjukkan oleh hasil prestasi yang tinggi, tetapi juga harus dapat memancing minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Namun apa yang terjadi di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan - Kabupaten Rembang justru sebaliknya, kelaskelas yang diajar oleh guru cenderung sepi, siswa hanya sebatas pendengar pasif, bahkan umpan balik dari siswa hanya terjadi pada saat mengucapkan selamat pagi, waktu sudah selesai, ada Pekerjaan Rumah (PR). Dalam
pembelajaran siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru bulat-bulat. Persepsi yang terbangun bagi siswa mengenai pembelajaran adalah menhafal dan menghafal setiap materi yang disampaikan. Hampir tidak ada sikap yang bersifat aktif dari siswa khususnya untuk mencari makna dari apa yangtelah dia peroleh dari pembelajaran di kelas. Apabila dilihat dari metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, harus diakui bahwa pembelajaran di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan - Kabupaten Rembang masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Sehingga guru menjelaskan Sains masih sebatas produk dan sedikit proses. Guru tidak banyak memunculkan contoh-contoh yang sederhana, yang bisa dijumpai siswa sehari-hari, dan bahkan guru belum mampu memberikan ilustrasi yang cukup baik tentang materi tersebut kepada siswa. Padahal, dalam membahas Sains tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 102
Tujuan umum pendidikan Sains di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1). Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2). Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari 3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4). Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5). Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6). Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7). Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.(Puskur,2003) Mencermati tuntutan ini maka untuk dapat menciptakan kreativitas dan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana maka guru perlu memunculkan inovasi metode atau pendekatan pembelajaran. Terkait dengan materi pesawat sederhana maka pendekatan yang paling sesuai menurut penulis adalah dengan pendekatan berbasis kontekstual. Dengan pendekatan ini memungkinkan guru untuk dapat memberikan ilustrasi nyata kepada siswa. Ilustrasi ini digambarkan melalui contoh-contoh yang dapat diperoleh sehari-hari. Dengan contoh-contoh ini diharapkan kemudian siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menemukan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan dengan memulai pembelajaran dengan isu (tema) yang lazim ada disekitar siswa, motivasi siswa untuk terus mengembangkan pengetahuan yang telah dia peroleh. Selain daripada itu proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis kontekstual dipilih oleh penulis, karena penulis mengetahui bahwa ada pemahaman yang salah tentang konsep pesawat sederhana. Konsep pesawat sederhana lebih banyak diterjemahkan oleh siswa di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang sebagai pesawat terbang. Berangkat dari sinilah peneliti kemudian melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tujuan melihat sejauhmana pendekatan kontekstual dapat memacu tumbuhnya kreativitas dan pemahaman siswa tentang konsep pesawat sederhana.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi 1) Pembelajaran Berbasis Kontekstual Pembelajaran berbasis kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan belajar sebagai berikut: 1) Proses Belajar a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa mengkonstruksikan atau menyusun pengetahuan di benaknya sendiri. b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan (subject matter) d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi suatu yang baru f) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipahami, strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajankan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku. 2) Transfer Belajar a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikitdemi sedikit. c) Penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar, dan bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. 3) Siswa Sebagai Pembelajar a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan yang sudah diketahui. d) Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 103
sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. 4) Pentingnya Lingkungan Belajar a) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “ siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”. b) Pengajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya. c) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar. d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 5) Lima Elemen Penting Dalam Pembelajaran Kontekstual Ada lima elemen penting yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual. 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2) Perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing (berbagi) dengan orang lain agar mendapat tanggapan/validasi dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan 4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut b. Pesawat Sederhana Pesawat sederhana adalah segala jenis perangkat yang hanya membutuhkan satu gaya untuk bekerja. Kerja terjadi sewaktu gaya diberikan dan menyebabkan gerakan sepanjang suatu jarak tertentu. Kerja yang timbul adalah hasil gaya dan jarak. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu bersifat konstan, walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini dapat dikurangi dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih jauh. Dengan kata lain, peningkatan jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Rasio antara keduanya disebut keuntungan mekanik. Secara tradisional, pesawat sederhana terdiri dari: 1). Bidang miring , 2). Tuas , 3). Katrol , 4). Baji . 5). Sekrup . c. Kreativitas Kreativitas sebagai suatu proses memberikan berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan atau masalah, sebagai proses bermain dengan gagasangagasan atau unsur-unsur dalam pikiran merupakan
keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi siswa kreatif. Kreativitas dalam hal ini merupakan proses berfikir di mana siswa berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru. Mendapatkan jawaban metode atau cara baru dalam memecahkan suatu masalah. Bagi pendidikan, yang terpenting bukanlah apa yang dihasilkan dari proses tersebut, tetapi keasyikan dan kesenangan siswa terlibat dalam proses tersebut. Proses bersibuk diri secara kreatif perlu juga mendapatkan penghargaan dari pendidik. Guru tidak perlu selalu mengharapkan produk-produk yang berguna dari kegiatan kreativitasnya, yang perlu dirangsang dan dipupuk adalah sikap dan minat untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif. Gordon dan M. D. Dahlan (1990) dalam Prayekti (2001) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kegiatan sehari-hari dan berlangsung seumur hidup dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving), Ekspresi kreatif (creative expression) empati, insight dalam hubungan sosial dan ide-ide yang bermakna dapat meningkatkan aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya. d. Pemahaman Siswa Pemahaman (understanding) pada pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua. Menurut Skemp (1976) dalam Wahyudi (2001)Pemahaman yang pertama disebut pemahaman instruksional (instructional understanding). Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa hal itu bisa dan dapat terjadi. Lebih lanjut, siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan hal tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Selanjutnya, pemahaman yang kedua disebut pemahaman relasional (relational understanding). Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu hal, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa hal itu dapat terjadi. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Menurut Byers dan Herscovics (1977) dalam Wahyudi (2001) menganalisis ide Skemp itu dan mengembangkannya lebih jauh. yaitu, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman antara, yaitu tingkatan pemahaman intuitif (intuitive understanding) dan tingkatan pemahaman formal (formal understanding). Pertama, sebelum sampai pada tingkatan pemahaman instruksional, siswa terlebih dahulu berada pada tingkatan pemahaman intuitif. Mereka mendefinisikannya sebagai berikut. "Intuitive understanding is the ability to solve a problem without prior analysis of the problem." Pada tahap tingkatan ini siswa sering menebak jawaban berdasarkan pengalaman-pengalaman keseharian dan tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Akibatnya,
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 104
meskipun siswa dapat menjawab suatu pertanyaan dengan benar, tetapi dia tidak dapat menjelaskan kenapa (why). Kedua, sebelum siswa sampai pada tingkatan pemahaman relasional, biasanya mereka akan melewati tingkatan pemahaman antara yang disebut dengan pemahaman formal. Selanjutnya Buxton (1978) dalam Wahyudi (2001) juga menanggapi pendapat Skemp tersebut dan mengembangkan dua pemahaman dari Skemp menjadi empat pemahaman. Pemahaman pertama disebut pemahaman meniru (rote learning). Pada tingkatan ini siswa dapat mengerjakan suatu soal tetapi tidak tahu mengapa. Pemahaman kedua disebut pemahaman observasi (observational understanding). Pada tingkatan ini siswa menjadi lebih mengerti setelah melihat adanya suatu pola (pattern) atau kecenderungan. Pemahaman ketiga yang disebutnya sebagai tingkatan pemahaman pencerahan (insightful understanding). Pemahaman keempat adalah tingkatan pemahaman relasional, pada tingkatan pemahaman ini, siswa tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, melainkan dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks.
2.2. Metode Didalam pembelajaran pembelajaran pendidikan Sains seorang guru kebanyakan melakasanakan proses belajar mengajar dengan metode yang menuntun, sehingga anak didik kurang di ikutsertakan atau kurang aktif . Yang akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan, atau prestasinya mutunya rendah. Dari kenyataan seperti diatas maka perlu adanya perubahan – perubahan startegi pembelajaran, diantaranya perubahan penggunaan metode, pendekatan kontekstual serta mengikutsertakan agar siswa aktif. Dari keadaan yang demikian maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas demi terwujudnya prestasi belajar yang baik. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Penelitian Tindakan Kelas ditulis dalam penelitian ini sebab penulis ingin meningkatkan kwalitas pembelajaran secara khusus dalam penggunaan metode, pendekatan kontekstual terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa kelas V Semester II guna untuk meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains tahun pelajaran 2013 / 2014 di Sekolah Dasar Negeri 3 Karas, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan. Empat tahapan tersebut adalah: (1) planning (perencanaan tindakan); (2) impelementing (pelaksanaan tindakan); (3) observing (pengamatan tindakan); (4) reflecting (refleksi terhadap
tindakan). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra-PTK, yang meliputi : (1) identifikasi masalah; (2) analisis masalah; (3) rumusan masalah; (4) rumusan hipotesis tindakan. (Kristono, 2000). Waktu pelaksanaan penelitian pada Semester II tahun pelajaran 2013/2014, dengan lama penelitian diperkirakan 4 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2014 sampai bulan Juni 2014. Adapun uraian pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut sebagai berikut: (a) bulan Maret 2014 pembuatan proposal penelitian; (b) bulan April 2014 melaksanakan penyusunan instrumen; (c) bulan Mei 2014 melaksanakan penelitian tindakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian, (d) setelah data penelitian terkumpul kemudian dilakukan analisis data yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014, (e) pada bulan Juni 2014 dilakukan penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan penelitian. Subjek pelaksanaan penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Karas dengan jumlah siswa 19 anak, terdiri dari 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Rencana prosedur kegiatan penelitian secara sistematis terurai sebagai berikut: a. Siklus I 1) Perencanaan Siklus I Guru bersama siswa mendiskusikan , tindakan apa yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan metode pembelajaran dikelas . Kemudian bersama mengamati kondisi siswa di kelas . Permasalahan – permasalahan pada temuan awal tadi dirundingkan bersama sehingga meminilisir tingkat kesalahan dan menuju tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dengan metode tanya jawab. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa kelas V tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains. Didalam proses action research ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V, dan pada tahap ini peneliti mengadakan diskusi dengan kolaborator untuk melakukan tindakan. a) Menyusun perangkat dan model yang pembelajaran yang mendukung rencana penelitian ini. b) Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran. c) Menyusun skenario pembelajaran. d) Menyiapkan instrumen penelitian berupa format observasi, angket dan soal tes. e) Menyediakan media pembelajaran f) Penguasaan teknik-teknik pembelajaran berbasis kontekstual. 2) Tindakan/ Pelaksanaan Tindakan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran pendidikan Sains dengan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 105
menggunakan konsep pesawat sederhana maka topik yang digunakan adalah: Dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. 3) Refleksi Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan . Kegiatan ini meliputi : Analisa , observasi, penjelasan dan pengumpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Berdasarkan dan hasil yang diperoleh dari observasi dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilakukan refleksi untuk menjawab pertanyaan. Untuk mengetahui dan menentukan derajat aktivitas belajar siswa pada setiap tahap penelitian, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor indikator pada setiap tahap dibagi banyaknya indikator. Untuk mengetahui kualitas aktivitas belajar siswa digunakan kreteria penilaian kualitas aktivitas belajar. Sedangkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar digunakan kriteria pencapaian hasil belajar. Pada penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dengan membandingkankan data yang diperoleh dari pengamatan dan data yang diperoleh dari wawancara. b. Siklus II 1. Perencanaan Siklus II Guru bersama siswa mendiskusikan, tindakan apa yang dapat dilaksanakan pada sikus I untuk mengembangkan metode pembelajaran dikelas . Kemudian bersama mengamati kondisi siswa di kelas. Permasalahan pada temuan awal tadi dirundingkan bersama sehingga meminilisir tingkat kesalahan dan menuju tujuan yang diinginkan yaitu mengembangkan kemampuan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat dengan metode tanya jawab. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa kelas V tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains. Didalam proses action research ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas V, dan pada tahap ini peneliti mengadakan diskusi dengan kolaborator untuk melakukan tindakan. a) Menyusun perangkat dan model yang pembelajaran yang mendukung rencana penelitian ini. b) Mempersiapkan alat bantu yang akan dipergunakan dalam pembelajaran. c) Menyusun skenario pembelajaran.
d) Menyiapkan instrumen penelitian berupa format observasi, angket dan soal tes. e) Menyediakan media pembelajaran f) Penguasaan teknik-teknik pembelajaran berbasis kontekstual. 2. Tindakan / Pelaksanaan Tindakan pada tahap ini adalah melakukan tindakan pembelajaran pendidikan Sains dengan menggunakan konsep pesawat sederhana maka topik yang digunakan adalah: Dengan pendekatan kontekstual diduga dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan Sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan Standar Standar Kompetensi: Siswa mampu memahami berbagai gaya yang mempengaruhi bentuk dan gerak suatu benda, memahami fungsi pesawat sederhana dan mengenali sifat-sifat cahaya serta menerapkan kemampuan merancang dan membuat suatu karya/model Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan . Kegiatan ini meliputi: Analisa, observasi, penjelasan dan pengumpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Berdasarkan dan hasil yang diperoleh dari observasi dikumpulkan dan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dilakukan refleksi untuk menjawab pertanyaan. Untuk mengetahui dan menentukan derajat aktivitas belajar siswa pada setiap tahap penelitian, dilakukan dengan cara menjumlahkan skor indikator pada setiap tahap dibagi banyaknya indikator. Untuk mengetahui kualitas aktivitas belajar siswa digunakan kreteria penilaian kualitas aktivitas belajar. Sedangkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar digunakan kriteria pencapaian hasil belajar. Pada penelitian ini untuk menentukan keabsahan data, dengan membandingkankan data yang diperoleh dari pengamatan dan data yang diperoleh dari wawancara. Kreatifitas belajar dan Pencapaian hasil belajar siswa dapat di kemukakan dalam tabel dibawah ini.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan I tentang pesawat sederhana, Sesuai rencana tindakan I akan dilaksanakan dalam 4 x pertemuan.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 106
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran tindakan I dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dan disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa SD. Peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai pengamat (kolaborator) dibantu guru kelas IV. 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 ini dijelaskan agar siswa membangun pengetahuan tentang konsep pesawat sederhana, yang diawali dengan menggunakan alat peraga penggaris kayu . Dengan terbangunnya konsep pesawat sederhana siswa dapat menerapkan konsep tersebut untuk memudahkan pekerjaan, selanjutnya setelah siswa benar-benar paham dengan alat peraga, kegiatan dilanjutkan pada papan triplek yang dimiringkan. 2) Pertemuan ke-2 Pada tindakan ini, melalui penggunaan alat peraga penggaris dan triplek , siswa diarahkan pada kegiatan untuk memahami setiap fungsi alat peraga, dan setiap siswa dpersilakan mencobacoba atau bereksperimen dengan alat peraga guna peningkatan pemahaman pesawat sederhana. c. Deskripsi Hasil Tindakan 1) Pengamatan terhadap siswa Pada awal pertemuan ke-1, siswa terlihat belum terbiasa. Alat peraga cenderung digunakan untuk bermain sehingga pembelajaran agak terganggu. Selain itu, kreativitas dari siswa belum nampak, bahkan siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru. Selanjutnya, pada pertemuan ke-2 siswa mulai terlihat lebih kreatif, pada pertemuan ke-3 adanya peningkatan dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya, dan pada pertemuan yang ke-4 siswa betul-betul terlibat secarah penuh mengikuti setiap proses pembelajaran dalam kelas. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa tampak dibawah ini: Tabel: 1 Hasil Pengamatan Terhadap Kreativitas Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hasil Observasi Baik Cukup Kurang Terlibat dalam pembelajaran √ Inisiatif bertanya √ Inisiatif melakukan √ eksperimen Bekerja dalam kelompok √ Melakukan kerjasama √ Menyampaikan pendapat √ Menterjemahkan perintah √ guru Melakukan langkah-langkah √ ilmiah Mencatat hasil eksperimen √ Membuat kesimpulan √ Indikator
2. Hasil tes formatif Siklus I Sementara hasil tes formatif siklus I yang dicapai oleh siswa tingkat keberhasilan belum optimal rata-rata = 66.58 d. Refleksi Pertemuan ke-1 dititik beratkan agar siswa memahami konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran Sains. Pada pertemuan ke-2 sampai dengan pertemuan ke-3 Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada tindakan I ini belum dapat dilaksanakan secara optimal, karena siswa masih sangat tergantung pada instruksi guru (peneliti). Dilihat dari hasil Observasi tentang kreativitas siswa belum menampakkan kriteria baik, sedangkan bila dilihat dari hasi tes formatif 1 juga belum berhasil dengan baik pula rata-rata = 66.58, ketuntasan belajar belum mencapai 85 % sehingga perlu dilakukan tindakan ke-2 atau siklus ke-2
3.2 Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rancangan Pembelajaran tindakan II dengan memperhatikan hasil tindakan ke-1 b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran tindakan II dilaksanakan dengan tetap difokuskan pada pendekatan kontekstual tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dan disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa SD. Peneliti bertindak sebagai guru dan sebagai pengamat (kolaborator) dibantu guru kelas IV. 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 ini guru melakukan pengulangan seperti siklus I, guru menjelaskan agar siswa membangun pengetahuan tentang konsep pesawat sederhana, yang diawali dengan menggunakan alat peraga penggaris kayu dilanjutkan pada papan triplek sebagai bidang miring 3. Pertemuan ke-2 Pada tindakan ini, melalui penggunaan alat peraga penggaris dan triplek , siswa diarahkan pada kegiatan untuk memahami setiap fungsi alat peraga, dan setiap siswa dpersilakan mencobacoba atau bereksperimen dengan alat peraga guna peningkatan pemahaman pesawat sederhana. c. Deskripsi Hasil Tindakan II 1) Pengamatan terhadap siswa Pada awal pertemuan ke-1, siswa terlihat sudah terbiasa. dengan alat peraga dan model pembelajaran yang dilaksanakan guru, kreativitas dari siswa sudah nampak, siswa terlihat mandiri. Selanjutnya, pada pertemuan ke-2 siswa terlihat lebih kreatif, pada pertemuan ke-3 terlihat ada kerjasama yang baik, dan pada pertemuan yang ke4 siswa terlibat secarah penuh mengikuti setiap proses pembelajaran dalam kelas tahap demi tahap
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 107
dilalui dengan kesadaran tinggi. Hasil pengamatan terhadap kreativitas, tes formatif serta pengalaman belajar siswa tampak dibawah ini Tabel: 2 Hasil Pengamatan Terhadap Kreativitas Siswa Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hasil Observasi Baik Cukup Kurang Terlibat dalam pembelajaran √ Inisiatif bertanya √ Inisiatif melakukan √eksperimen Bekerja dalam kelompok √Melakukan kerjasama √ Menyampaikan pendapat √ Menterjemahkan perintah √ guru Melakukan langkah-langkah √ ilmiah Mencatat hasil eksperimen √ Membuat kesimpulan √ Indikator
2) Hasil tes formatif Siklus II Hasil tes formatif 2 yang dicapai oleh siswa tingkat keberhasilan sudah optimal rata-rata= 69.47 Tabel: 2 Hasil Pengamatan Pengalaman Belajar Siswa Pernyataan 1. Saya sudah mengembangkan pemahaman tentang konsep pesawat sederhana lebih baik 2. Saya merasa pembelajaran pesawat sederhana bermanfaat dalam kehidupan saya seharihari 3. Saya sebelumnya kurang faham tentang pesawat sederhana dan sekarang lebih faham 4. Saya sudah belajar bagaimana cara belajar berkelopok dalam belajar 5. Saya merasa diberi kebebasan dalam berfikir didalam kelas 6. Saya merasa lebih dihargai dalam proses belajar-mengajar didalam kelas 7. Saya senang dengan model pembelajaran yang dibawakan oleh guru 8. Saya berharap model pembelajaran seperti ini juga digunakan untuk mata pelajaran lain Rata-rata
4 = Sangat setuju 3 = Setuju 2 = Tidak setuju 1 = Sangat tidak setuju
1
Sikap Ket 2 3 4 (%) 3 35 96,0
11 27 85,5
6 32 92,1
8 30 89,4 2
3 33 88,1
1
2 34 31 81,5
1
2
3 32 82,8
1
2
3 32 82,8 87,27
3.3 Pembahasan a. Hasil data pengamatan kreativitas siswa Berdasarkan data tabel kreativitas siswa siswa dengan 10 indikator keberhasilan menunjukkan peningkatan dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 pada siklus ke-1 kreativitas siswa hasil pengamatan 6 indikator menghasilkan kurang, 1 indikator dengan hasil baik dan 3 indikator menghasilkan cukup. Sedangkan pada siklus ke-2, hasil pengamatan kreativitas siswa didapatkan 8 indikator baik dan hanya 2 indikator cukup, maka hal ini dapat dikatakan pembelajaran konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dalam siklus 1 indikator yang belum dapat dicapai adalah bertanya, bekerja kelompok, melakukan kerjasama, menyampaikan perintah guru, melakukan langkah-langkah ilmiah. Hal ini disebabkan karena dalam pertemuan pertama siswa belum mampu dibangkitkan motivasinya secara sempurna oleh guru. Bahkan pada pertemuan keempat motivasi yang dimunculkan oleh pendekatan kontekstual melalui kebersamaan tidak dapat dimunculkan secara sempurna. Siswa masih amat tergantung terhadap instruksi guru dalam melaksanakan pembelajaran sekaligus dalam bekerjasama bersama rekan. Siswa belum berani melakukan kerjasama diantara siswa salah satu diantaranya disebabkan karena siswa belum menemukan makna kerjasama yang sebenarnya, kerjasama ataukah bermain bersama ini yang terjadi disaat itu. b. Data hasil tes formatif siswa per siklus Pada tes formatif I maupun tes formatif II yang tergambar pada distribisi frekuensi dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 terlihat baik dari siklus ke-1 maupun siklus ke-2 tampak N = 38 berarti jumlah sampel yang diteliti ada 38 responden. Pada siklus 1 (satu) Mean = 66.58 atau rata-rata pemahaman siswa terhadap pokok bahasan pesawat sederhana = 66.58. Pada siklus 2 (dua) Mean = 69.47 atau rata-rata pemahaman peserta didik pokok bahasan pesawat sederhana = 69.47. Bila kita bandingkan tabel hasil formatif siklus 1 (satu) dan siklus 2 (dua) tampak ada perbedaan, terjadi kenaikan hasil ulangan formatif rata-rata = 17,48 dimana rata-rata pada siklus 1 dan 2 = 66.58 - 69.47 = 2.89. c. Data hasil tes formatif siswa per siklus Sementara itu berdasarkan tabel pengalaman belajar siswa dari pernyataan no 1 s.d 8, sikap siswa rata-rata 87,27% berarti siswa merasa mendapatkan pengalaman belajar sangat berharga. Dalam pengalaman belajar siswa no. 5 dan 6 sebagian besar siswa merasakan keberadaan dia didalam kelas begitu berarti, hal ini akan membawa dampak yang baik terhadap diri siswa untuk selalu terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar. Pada
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 108
pertanyaan no 7 dan 8 siswa merasa senang dengan model pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, bahkan sebagian besar diantara mereka berharap model pembelajaran yang dikembangakan oleh peneliti agar diperlakukan dalam mata pelajaran yang lain. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis kontekstual yang dikembangkan oleh peneliti berhasil dengan baik.
4. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah terpaparkan pada Bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kreativitas tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.. Hal ini ditunjukkan oleh ketercapaian 10 (sepuluh) indikator pengamatan kreatifitas siswa. b. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Tingkat peningkatan hasil belajar siswa tercatat sebesar 17, 8 % yang diukur dari selisih rata-rata dari siklus 1 hingga siklus ke-2. c. Respon sisiwa terhadap penerapan pendekatan kontekstual konsep pesawat sederhana dalam pembelajaran pendidikan sains pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.terbilang cukup positif
Referensi Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta. Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel ,IKIP Malang, Malang. Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas V, Erlangga, Jakarta Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung Munandar, Utami S.C, 1992, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, P.T. Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta Prayekti, 2001, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Di Sekolah Dasar, Universitas Terbuka, Jakarta Putrayasa, Ida Bagus, 2001, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Inkuiri, IKIP Negeri Singaraja, Puskur, 2003, KD Sains SD, http://www.puskur.net/inc/sd/PengetahuanAlam.pdf. Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta. Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas, Jakarta