DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 136
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn TENTANG KERJA SAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI TERJAN Sarjono*) SD Negeri Terjan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang *)
E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah Pembelajaran Kooperatif Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI semester 2 di SD Negeri Terjan Tahun Pelajaran 2014/2015? Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD Negeri Terjan tahun 2014/2015 sebanyak 28 siswa. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Dengan penerapan pembelajaran kooperatif learning Type Student Teams Achievement Division pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI semester 2 di SD Negeri Terjan tahun pelajaran 2014/2015. Pada akhir siklus II diketahui telah terjadi peningkatan rata-rata kelas 27,564 %, yaitu dari ratarata tes kondisi awal 62,4 menjadi 79,6. Sedangkan ketuntasan belajar siswa ada peningkatan sebesar 400,0 %, dari kondisi awal yang sudah tuntas hanya 5 siswa menjadi 25 siswa. Dengan demikian sebagian besar siswa kelas VI SD Negeri Terjan mengalami peningkatan hasil belajar pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Kata Kunci: Pembelajaran , Kooperatif Learning, Student Teams Achievement Division
1. Pendahuluan Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa meningkat. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan jika pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang memadai. Tolok ukur keberhasilan pembelajaran pada umumnya adalah prestasi belajar. Prestasi belajar PKn di kelas VI SD Negeri Terjan untuk beberapa kompetensi dasar umumnya menunjukkan nilai yang rendah. Dilihat dari hasil ulangan harian sebagian besar masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 82,143%, hanya 17,857 % siswa yang memenuhi KKM. .Dengan rata–rata kelas sebesar 62,4 Rendahnya prestasi belajar PKn di kelas VI SDN Terjan, Kecamatan Kragan dimungkinkan juga karena guru belum menggunakan metode, media pembelajaran serta mendesain skenario pembelajaran yang disesuaikan
dengan karakteristik materi, kondisi siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif. Namun sebaliknya kecenderungan guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, cenderung kering dan membosankan. Kegiatan pembelajaran masih didominasi guru. Siswa sebagai obyek bukan subjek. Bertumpu pada kenyataan tersebut untuk merangsang dan meningkatkan peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran PKn maka masalah ini harus ditangani dengan mencari model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru sebagai pengajar dan fasilitator harus mampu melakukan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga akan diperoleh hasil maksimal. Kenyataan selama ini kegiatan belajar mengajar masih didominasi guru, sehingga hasil yang dicapai siswa hanya mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, teori hanya pada tingkat ingatan. Upaya perubahan dilakukan guru dengan metode mengajar yang dapat membuat siswa kreatif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dapat diterapkan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 137 yaitu model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran STAD adalah model pembelajaran dimana dalam pembelajaran para siswa diberi kesempatan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen yang terdiri atas 4-5 orang siswa untuk belajar menyelesaikan suatu masalah secara bersama-sama. Diharapkan model pembelajaran STAD ini mampu memberi landasan teoritis kepada siswa bagaimana dapat sukses belajar bersama orang lain. Penerapan STAD, merupakan tindakan pemecahan masalah yang ditetapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar PKn khususnya kompetensi dasar Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara, bagi siswa kelas VI semester 2 SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Sehingga dapat membantu guru untuk mengembangkan gagasan tentang strategi kegiatan pembelajaran yang efektif dan inovatif serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik. Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: a. Hasil belajar ujian akhir sekolah PKn belum menunjukkan hasil yang optimal. b. Siswa Kelas VI mengalami kejenuhan. Untuk itu perlu berbagai metode dan media yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. c. Kegiatan belajar mengajar masih satu arah sehingga kreatifitas siswa kurang berkembang secara optimal. d. Perlunya model pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga siswa tidak cepat bosan dan mempunyai daya lekat yang tinggi. Perumusan masalah merupakan pernyataan rinci dan lengkap, mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Apakah melalui Penerapan Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn tentang Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara bagi siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015? Untuk meningkatan hasil belajar mata pelajaran PKn melalui pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi Pembelajaran menurut aliran kognitif adalah cara guru nnemberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memaharni apa yang sedang dipelajari. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan pembelajaran menurut aliran kognitif adalah Piaget (Soeparwoto, 2004:82). Terdapat tiga prinsip utama dalam pembelajaran menurut Piaget dalam Sugandi (2004:35).
a. Belajar Aktif Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri. b. Belajar Lewat Interaksi Sosial Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subyek belajar. STAD merupakan salah satu tipe dalam model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota kelompok. Menurut Nur (2000:31) CooperatVIe Learning Tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif dengan pengelompokan campur yang melibatkan pengakuan Tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu. Lebih lanjut Muhammad Nur menguraikan inti pembelajaran STAD sebagai berikut: a. Penyajian materi b. Belajar dalam Tim c. Pemberian Kuis d. Penghargaan Secara Skematis uraian digambarkan kerangka pemikiran penelitian tindakan kelas ini adalah: KONDI SI AWAL
TINDAKA N
KONDI SI AKHIR
GURU: Pembelajaran Secara konvensional
Menerapkan pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)
SISWA : Nilai PKn rendah
SIKLUS I: Penggunaan cooperative Learning secara kelompok dengan LKS
SIKLUS II: Penggunaan model STAD secara kelompok dengan kuis
Diduga melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi siswa kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2014/2015
Gambar 1. Diagram alir penelitian tindakan Kelas
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis membuat suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara bagi siswa kelas VI semester 2 SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 138
2.2. Metode Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2015. Sebagaimana terperinci seperti pada tabel 1. Tabel 1. Pembagian Waktu Penelitian Waktu No
Kegiatan
1
Pengajuan proposal Penyusunan rancangan penelitian Pelaksanaan siklus I Analisis hasil siklus I Pelaksanaan siklus II Analisis hasil siklus II Penulisan hasil penelitian
Februari 1
2 3 4 5 6 7
2
3
4
Maret 5
1
2
3
April 4
5
1
2
3
4
5
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI SD Negeri Terjan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 28 siswa. Sumber data adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara dan Peranan Indonesia dalam ASEAN. Selain siswa, penulis juga menggunakan teman sejawat guru kelas sebagai sumber data. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata pelajaran PKn. Alat pengumpulan data meliputi: a. Tes tertulis, terdiri atas 20 butir soal. b. Non tes, meliputi lembar observasi dan dokumen. Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran. a. Validasi hasil belajar Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas tampilan tes, validitas isi dan validitas kostruksi.
Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor. b. Validasi proses pembelajaran Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subyek penelitian yaitu siswa kelas VI SD Negeri Terjan dan kolaborasi dengan guru kelas yang mengajar bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Analisis data mwnggunakan teknik analisis dekskriptif, yang meliputi: a. Analisis deskriptif komparatif b. Analisis deskriptif kualitatif Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1. Siklus I a. Perencanaan (planning), terdiri atas: 1) penyusunan RPP; 2) penyiapan skenario pembelajaran. b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; 1) pelaksanaan program pembelajaran. 2) pembelajaran menerapkan pembelajran kooperatif learning pada kompetensi dasar mengenal Kerja sama Negaranegara Asia Tenggara, 3) secara klasikal menjelaskan strategi pembelajaran STAD dilenkapi LKS, 4) memodelkan strategi dan langkahlangkah pembelajaran STAD, 5) observasi tentang proses pembelajaran, 6) mengadakan tes tertulis, 7) penilaian hasil tes tertulis. c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes sehingga diketahui hasilnya sebagai dasar refleksi.. d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I. 2. Siklus II 1. Perencanaan (planning), terdiri atas: a. penyusunan RPP; b. penyiapan skenario pembelajaran. 2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; a. pelaksanaan program pembelajaran, b. pembelajaran STAD pada kompetensi dasar mengenal Kerja sama Negaranegara Asia Tenggara,
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 139 c.
3.
4.
siswa untuk menerapkan strategi pembelajaran STAD, diikuti kuis d. observasi tentang proses pembelajaran, e. mengadakan tes tertulis, f. penilaian hasil tes tertulis. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus II.
Berdasarkan data pada tabel 3 tersebut di atas, diketahui bahwa siswa kelas VI yang memiliki nilai kurang dari KKM 75, sebanyak 28 siswa. sebanyak 23 siswa (82,143 %). Sedangkan yang telah mencapai ketuntasan sebanyak 5 siswa ( 17,857 %) , hal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Belum Tuntas : 42,143 %
Ketuntasan
Tuntas : 17,857 %
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional. Guru cenderung menstranfer ilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurang kreatif, bahkan cenderung bosan. Disamping itu dalam menyampaikan materi guru tanpa menggunakan alat peraga. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada nilai yang diperoleh siswa kelas VI pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara sebelum siklus I (pra siklus) seperti pada tabel 2. Banyak siswa belum mencapai KKM. Hal ini diindikasikan pada capaian nilai hasil belajar di bawah KKM sebesar 75 . Tabel 2. Nilai Tes Pra Siklus NO
Hasil (Angka)
Hasil (Huruf)
Arti Lambang
Jml Siswa
Persen
1
85-10
A
-
0%
2 3 4 5
75-84 65-74 55-64 <54
B C D E
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
5 7 12 4
17,857 % 25,000 % 42,857 % 14,286 %
28
100%
Jumlah
Gambar 2. Diagram Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Hasil nilai pra siklus I yang diperoleh dari hasil tes awal dapat ditunjukan seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4 Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
No 1 2 3
Keterangan Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
Nilai 80 35 62,4
Sumber ; Hasil analisis data Februari 2015
Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini 100 80
Series1
60
Pra
40
Siklus
20 0 Nilai tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Ratarata
Gambar 3. Grafik nilai rata- rata pra siklus
Sumber : Hasil tabulasi data Februari 2015.
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam tabel 2 diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah 0 % / tidak ada, nilai B (baik) 17,857.% /5 siswa. nilai C (cukup) 25,000 % / 7 siswa, nilai D (kurang) 42,857 % / 12 siswa , sedangkan yang mendapat nilai E (sangat kurang) 14,286 % atau sebanyak 4 siswa. Data ketuntasan belajar pada kondisi awal dapat diketahui pada tabel dibawah ini Tabel 3 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus Jumlah Siswa Ketuntasan No Pra Siklus Belajar Jumlah Persen
1. 2.
Tuntas Belum Tuntas Jumlah
5 23 28
Sumber : Hasil tabulasi data Februari 2015
17,857 % 82,143 % 100%
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pemilihan materi dan penyusunan RPP. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan RPP, dengan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit.. 2) Pembentukan kelompok belajar Pada siklus I, siswa dalam satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok kecil dengan memperhatikan heterogenitas baik kemampuan, gender.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 140 b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Tatap Muka Tatap muka I dan II dengan RPP tentang materi Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif learning model TGT dengan panduan Lembar Kerja Siswa ( LKS). 2) Wawancara Wawancara diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perasaan siswa dalam memahami materi Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara dengan menggunakan pembelajaran STAD. Hasil wawancara juga digunakan sebagai bahan refleksi. 3) Observasi Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 28 siswa terdapat 20 siswa (71,429%) mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa (28,571%) belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 , nilai terendah 60, dengan nilai rata-rata kelas 76,4, seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 6 Rata-rata Hasil Tes siklus I
No
Keterangan
1 2 3
Nilai
Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
100 60 76,4
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan data tabel 6 di atas, dapat digambarkan dengan grafik berikut 150
Serie…
100
c. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan pada siklus I dapat dideskripsikan:
50 0 Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
30 25 20 15 10 5 0
Gambar 6 Grafik nilai rata siklus I
85- 75- 65- 5510 84 74 64
E
Jumlah Siswa
Jumlah
D
C
B
A
Arti Lambang
Persen
<54
Gambar 4 Grafik hasil tes Siklus I
Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa nilai A (sangat baik) 4 siswa (14,286 %), nilai B (baik) 16 siswa (57,143 %), nilai C (cukup) 7 siswa (25,000 %), nilai D (kurang) 1 siswa (3,571 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0 % . Tabel 5 Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No
Ketuntasan
1. Tuntas 2. Belum Tuntas Jumlah
Jumlah Siswa Jumlah Persen 20 71,429 % 8 28,671 % 28 100 %
Tabel ketuntasan diatas diperjelas pada grafik dibawah ini: : 71,429%
d. Refleksi Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dengan hasil tes siklus I dapat dilihat adanya pengurangan jumlah siswa yang masih di bawah KKM. Pada pra siklus jumlah siswa yang dibawah KKM sebanyak 23 anak dan pada akhir siklus I berkurang menjadi 8 anak. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 62,4 menjadi 76,4. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I, seperti disajikan dalam tabel 9 berikut ini. Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I Hasil tes Jumlah siswa yang berhasil (dalam huruf ) No Pra siklus Siklus I
1 2 3 4 5
A (85 -100) B (75-84) C (65-74) D (55-64) E (< 54) Jumlah
5 7 12 4 28
4 16 7 1 28
Sumber : Hasil Tabulasi data Maret 2015 30 25 20
Tuntas
Belum Tuntas
:
28,571% 1
2
Arti Lambang
15
Pra Siklus
10 5
Siklus I
0
Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I
A
B
C
D
85-10
75-84
65-74
55-64
E
Jumlah <54
Gambar 7. Grafik Perbandingan hasil tes pra siklus dan Siklus I
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 141 Peningkatan Ketuntasan belajar siswa tampak pada tabel dibawah ini, jika dibandingkan hasil pra siklus dan siklus I. Tabel 8 Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I
1 Tuntas
Jumlah Siswa Pra Siklus Siklus I Jml Persen Jml Persen 5 17,857% 20 71,429%
2 Belum Tuntas Jumlah
23 82,143% 8 28 100% 28
No
Ketuntasan
30 25 20 15 10 5 0
28,571% 100%
Tuntas Jumlah
Persen
Pra Siklus
Jumlah
Persen Belum Tuntas
Siklus I
Jumlah
Jumlah Siswa Gambar 8. Grafik Ketuntasan Pra siklus dan siklus I
Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus Tabel 9 Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I tersaji dalam Tabel berikut:
No 1 2 3
Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata- rata
Pra siklus 80 35 62,4
Siklus I 100 60 76,4
Dari tabel 9 dapat diperjelas dengan diagram dibawah ini: 120
Pra siklus
100 80 60 40
yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, karena sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara kelompok akan mendapat prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
3.2.2 Deskripsi Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pemilihan materi dan penyusunan RPP Dalam siklus II, pada hakikatnya merupakan perbaikan atas kondisi siklus I. Materi pelajaran dalam siklus II adalah Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Dilanjutkan dengan pembuatan RPP, denggan alokasi waktu 2 x 35 menit dengan 2 kali tatap muka. 2) Pembentukan kelompok siswa Pada siklus II, strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif learning model STAD dikemas dalam bentuk kuis yang dikompetisikan antar kelompok. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Tatap Muka 2) Wawancara 3) Observasi Observasi dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas siswa secara langsung dalam proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi. c. Hasil Pengamatan Hasil pengamatan pada siklus II dapat dideskripsikan seperti pada tabel 13 berikut ini. Tabel 10 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
No
20 0 Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata- rata
Gambar 9.Grafik nilai rata- rata pra siklus dan siklus I
Berdasarkan data pada tabel 12 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif learning model team STAD mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya pada kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara . Oleh karena itu, ratarata kelas pun mengalami kenaikan menjadi 76,4. Walaupun sudah terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat beberapa siswa
1 2 3 4 5
Hasil Hasil Jumlah Arti Lambang Persen (Angka) Huruf Siswa 85-100 A Sangat Baik 11 39,286 % 75-84 B Baik 14 50,000 % 65-74 C Cukup 3 10,714 % 55-64 D Kurang <54 E Sangat Kurang Jumlah 28 100%
Sumber : Tabulasi Data Maret 2015
Dari tabel 10 tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut :
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 142 30
Arti Lambang Jumlah Siswa Persen
25 20 15 10 5 0 A
B
C
D
85-10
75-84
65-74
55-64
E
Jumlah <54
Gambar 10. Diagram hasil nilai siklus II
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa yang mendapatkan nilai sangat baik (A) adalah (39,286 %) 11 siswa, nilai baik (B) adalah (50,000 %) 14 siswa. nilai C (cukup) adalah (10,714 %) 3 siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Dan nilai ratarata 79,6 Ketuntasan belajar pada siklus II dapat ditabulasikan seperti pada tabel 11 di bawah ini Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siklus II
Ketuntasan Bel;ajar
No
1. Tuntas 2. Belum Tuntas Jumlah
a. Refleksi Berdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn, khususnya kompetensi dasar Kerja sama Negara-Negara Asia tenggara. Untuk lebih jelasnya pada tabel 13 berikut dipaparkan hasil refleksi pada siklus II. Tabel 13 Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II Jumlah Siswa yang Berhasil No Hasil Tes Siklus I Siklus II
1 2 3 4 5
A (85 -100) B (75-84) C (65-74) D (55-64) E (< 54) Jumlah
4 16 7 1 28
11 14 3 28
Sumber : Hasil Tabulasi Data April 2015
Jumlah Siswa Jumlah 25 3 28
Persen 89,286 % 10,714 % 100 %
Dari tabel 13 tersebut dapat dibuat histogram sebagai berikut: 30 25 20
Berdasarkan data tabel di atas dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini:
Arti Lambang
15
Siklus I 10
Persentase
Siklus II
5 0
Tuntas Belum…
A
B
C
D
85-10
75-84
65-74
55-64
E
Jumlah <54
Gambar 13. Grafik Perbandingan hasil belajar siklus I dan II. Gambar 11. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 25 siswa ( 89,286%) yang berarti sudah ada peningkatan . Ratarata kelas pun menjadi meningkat Hasil Nilai Ratarata Siklus II dapat diperjelas di bawah ini : Tabel 12 Rata-rata Hasil Tes siklus II
No 1 2 3
Keterangan Nilai tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata
Nilai 100 65 79,6
Jika dibandingkan antara keadaan kondisi awal , siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelas 62,4 , sedangkan nilai rata- rata kelas siklus I sudah ada peningkatan menjadi 76,4. Adapun kenaikan rata-rata pada siklus II menjadi 79,6. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan dibawah ini: Tabel 14 Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II Hasil Hsil Lam Arti Lam Pra Model Model No Eva bang bang siklus Siklus I Siklus II luasi Angka
Sumber : Data yang diolah 150 Series1 100 50 0 Nilai tertinggi
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Gambar12. Grafik nilai Rata- rata siklus II
1 85-100
A
2 75-84 3 65-74 4 55-64
B C D
5
E
<54 Jumlah
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
-
4
11
5 7 12
16 7 1
14 3 -
4
-
-
28
28
28
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 143 Tabel 15 Perbandingan ketuntasan nilai rata- rata Pra siklus, siklus I dan siklus II
No
Uraian
1 2 3
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah siswa Belum Tuntas Tuntas 5 anak 23 anak 20 anak 8 anak 25 anak 3 anak
RataRata 62,4 76,4 79,6
Perbandingan ketuntasan dan nilai rata- rata kelas pra siklus , siklus I dan Siklus II dapat diperjelas dengan grafik dibawah ini: 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Tuntas Belum Tuntas Rata-rata
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 14. Perbandingan Ketuntasan dan Nilai Rata- rata pra siklus, Siklus I, dan siklus II
Atas dasar informasi pada tabel 15 dan gambar 14 di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) khususnya pada penguasaan kompetensi dasar Kerja sama Negaranegara Asia Tenggara ada peningkatan.
3.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn khususnya penguasaan kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut. a. Pembahasan Pra Siklus I 1) Hasil Belajar Pada awalnya siswa kelas VI, nilai rata- rata pelajaran PKn rendah khususnya pada kompetensi Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara. Salah satunya disebabkan luasnya kompetensi yang harus dikuasainya dan perlu daya ingat yang setia sehingga mampu menghafal dalam jangka waktu lama. Sebelum dilakukan tindakan guru memberi tes . Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 28 siswa terdapat 5 atau 17,857 % mencapai ketuntasan belajar dan 23 siswa (82,143%) belum mencapai KKM untuk kompetensi dasar Kerja sama Negara-negara Asia Tenggara dengan KKM 75. Sedangkan hasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggi adalah 80, nilai terendah 2, dengan rata-rata kelas sebesar 35.
2) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatifitas siswa. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton. b. Pembahasan Siklus I Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut : 1) Hasil Belajar Dari hasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang mencapai nilai A (sangat baik) 4 siswa (14,286 %), B (baik) adalah 16 siswa (57,143 %), C (cukup) 7 siswa (25,000 %), D (kurang) 1 siswa (3,571 %), sedangkan yang mendapat nilai D (sangat kurang) tidak ada atau 0% . Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 28 siswa terdapat 20 siswa (71,429%) sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa (28,571%) belum mencapai ketuntasan. Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 , nilai terendah 60, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,4. 2) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ada interaksi antar siswa secara individu maupun kelompok, serta antar kelompok. Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menyebabkan adanya perubahan walau belum bisa optimal. Dari hasil refleksi siklus I disimpulkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif learning model STAD siswa mengalami peningkatan kenaikan sebesar 22,4%. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena ada sebagian siswa berpandangan bahwa kegiatan yang bersifat kelompok penilaiannya juga kelompok. c. Pembahasan Siklus II Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes. Hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti diperoleh keterangan sebagai berikut . 1) Hasil Belajar Dari pelaksanan tindakan siklus II dapat diketahui yang mendapatkan nilai sangat baik (A) (39,286 %) 11 siswa, nilai baik (B) adalah (50,000%) 14 siswa. C (cukup) (10,714%) 3 siswa. Sedangjkan yang mendapat nilai D dan E tidak ada. Dan nilai rata-rata kelas 79,6.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 144 2) Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar . dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I. Dari sejumlah 28 siswa masih ada 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal ini memang ketiga siswa tersebut harus mendapatkan pelayanan khusus, namun sekalipun 3 siswa ini belum mencapai ketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalam belajar. Sedangkan ketuntasan ada peningkatan sebesar 172,00% dibandingkan pada Pra Siklus d. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, dapat dilihat dan telah terjadi peningkatan pemahaman kerja sana negara-negara Asia Tenggara pada siswa kelas VI SD Negeri Terjan pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Peningkatan nilai rata- rata yaitu 62,4 pada kondisi awal menjadi 76,4 pada siklus I dan menjadi 79,6 pada siklus II.
peningkatan sebesar.400,0%. dengan kondisi awal.
jika
dibandingkan
Berkaitan dengan simpulan hasil penelitian di atas, maka dikemukakan saran bahwa guru hendaknya menerapkan pembelajaran kooperatif learning model Student Teams Achievement Division (STAD) sesuai dengan materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar kerja sana negaranegara Asia Tenggara. Selain itu guru hendaknya dapat menggunakan metode dan media pembelajaran yang telah didesain terlebih dahulu.
Referensi Anitah,2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarata. Universitas Terbuka Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta Grasindo. Arikunto, Suharsini, 1991. Prosedur Penelitian: Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta
Suatu
BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan kompeternsi Dasar . Jakarta. Depdiknas BNSP, 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajardi SD . Jakarta. Depdiknas. Budimansyah Dasim. 2002 Model Pembelajaran dan Penilaian. Siliwangi. HDB BNSP, 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD . Jakarta. Depdiknas.
4. Simpulan Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn khususnya kompetensi dasar kerja sana negara-negara Asia Tenggara bagi siswa kelas VI Semester 2 SD Negeri Terjan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 71,429% (20 anak), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 28,571% (8 anak), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 89,286% (25 anak) dan sebanyak 10, 714% (3 anak) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata- rata kelas siklus I 76,4 dan rata- rata kelas siklus II 79,6. adapun hasil non tes pengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung . Secara keseluruhan ratarata kelas mencapai kenaikan sebesar 27,564 % , dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai
Dahar, RW. 2001. Teori – teori Belajar. Jakarta. Depdikbud Dimyati dan Mudjiono, 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Depdikbud. Dinas Prop Jateng, 2004. Model- model Pembelajaran dan Penilaian. Makalah disampaikan pada Bintek Guru SMP bidang studi Fisika Hadari, Nawawi. 2001. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press Hidayat Komarudin, Yappendi
2002.Active
Learning.
Yogyakarta.
Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran efektif, Model pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah disampaikan pada diklat guru kurikulum KBK di LPMP Jawa Tengah. Oemar Hamalik,1993. Metode Mengajar dan KesulitanKesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.