DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 218
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI PEMILU MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD SISWA KELAS VI SDN KEBONAGUNG KECAMATAN SULANG Sujito*) SD Negeri Kebonagung UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
Abstrak Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap, yaitu : rancangan kegiatan, ,pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Kebonagung Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif dan lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa pada pra siklus nilai rata-rata kelas 55,3 dengan tetuntasan 26,6%, pada siklus I nilai ratarata kelas 60,6 dengan tetuntasan 40%, pada Siklus II nilai rata-rata kelas 81,0 dengan tetuntasan 100%. Simpulan dari penelitian ini adalah Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI pada mapel PKn materi Pemilu di SD Negeri Kebonagung Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Model STAD, Prestasi Belajar
1. Pendahuluan Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subyek utama dalam belajar.
Bedasarkan paparan tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams Achievement Division) Dalam Pembelajaran PKn Materi Pemilu dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Kebonagung Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016.” Masalah dalam pembelajaran yang terjadi pada saat penelitian ini adalah sebagai berikut : : f. Prestasi siswa kurang memuaskan dari 15 siswa, baru 4 siswa (26,6%) yang mendapatkan nilai memenuhi KKM : 65 dan 11 siswa ( 73,4 %) lainnya belum tuntas dengan nilai rata-rata 55,3 g. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran h. Siswa belum memahami materi tentang pemilu
2. Materi dan Metode 2.1. Materi a. Menarik Minat dan Perhatian Siswa Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 219
sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak menaruh minat dalam bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistem pendidikan pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga (Usman, 2005). b. Membangkitkan Motivasi Siswa Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya dalam melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisasi yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. (Usman, 2005). Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Motivasi intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar, tanpa ada suruhan dari orang lain. 2. Motivasi ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya. Dalam pembelajaran Kooperatif ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996). c. Unsur-unsur dalam Pembelajaran kooperatif: 1) Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2) Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam sekelompoknya, di samping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. 4) Siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok. 5) Siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluuh anggota kelompok. 6) Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secaraa individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994) menambahkan unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif: 1) Ketergantungan Positif Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya, maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya. 2) Kemampuan Individual Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggungjawab melakukan pekerjaannya dan menguasai seluruh bahan untuk dipelajari. 3) Promosi tatap muka interaktif Meskipun beberapa kelompok kerja dibagibagikan dan dilakukan tiap-tiap individu, beberapa diantaranya harus dilakukan secaraa interaktif, anggota kelompok saling memberikan timbal balik. 4) Manfaat dari penggabungan keahlian yang tepat Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan kan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi, dan koflik manajemen keahlian. 5) Kelompok Proses elompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidenifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya. d. Keterampilan-Keterampilan kooperatif Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. 1) Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi halhal sebagai berikut: a) Menggunakan kesepakatan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 220
Menggunakan kesepakatan artinya setiap anggota kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama. b) Menghargai kontribusi Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku. c) Mengambil giliran dan berbagi tugas Setiap anggota kelompok harus bias menggantikan seseorang yang mengemban tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. d) Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktu. e) Mendorong partisipasi Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap penyelesaian tugas kelompok, karena jika satu atau dua anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif. f) Mengundang orang lain untuk berbicara Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal. g) Menyelesaikan tugas tepat waktunya Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi. h) Menyebutkan nama dan memandang bicara Memanggil satu sama lain menggunakan nama dan menggunakan kontak mata akan memberikan bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok. i) Menghormati perbedaan individu Bersikap menghormati perbedaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa / ras dari semua siswa dapat menghindari permusuhan dalam kelompok. Ketegangan dapat dikurangi, rasa memiliki dan persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi. 2) Keterampilan koooperatif menengah Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: a) Menunjukkan penghargaan dan simpati
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain. Menggunakan pesan “saya” Dalam berbicara perlu menggunakan kata “saya” agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah, sehingga permusuhan dapat dihindari. Menggunakan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima Menyatakan pendapat yang berbeda atau menjawab pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik, karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok. Bertanya Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta. Membuat ringkasan Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan. Menafsirkan Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan hal-hal yang penting dapat diberi penekanan. Mengatur dan mengorganisir Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secaraa efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir tugas-tugas yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien.
2.2. Metode Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalm proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung secara penuh dalam proses
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 221
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri Kebonagung Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2015/2016. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Nopember 2015 semester ganjil. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI SD Negeri Kebonagung Tahun Pelajaran 2015/2016. Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat mendukung satu sama lain. Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Pra Siklus Refleksi
Tindaka n Obser Refleksi
vasi
Tindaka
n Refleksi Obser
vasi Tindaka n
Rencana awal/ran cangan
Siklus 1
Rencana yang direvisi
Siklus 2
Rencana yang direvisi
Obser Penjelasan alur diatas adalah: vasi awal, sebelum mengadakan a. Rancangan/ rencana penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. b. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD. c. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. d. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam 3 putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3. Putaran 1/pra siklus menggunakan metode konvensional yang akan menjadi kontrol pembanding dengan penerapan metode kooperatif model STAD. Sedangkan putaran berikutnya menggunakan metode kooperatif model STAD. Masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah : (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharismi, 2002). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa individual maupun secaraa klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana PTK yang belum tercapai.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 222
Untuk memperkuat data yang dikumpulkan, maka juga digunakan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktifitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui kefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu : a. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan x = x n
dengan: ∑x ∑n
x = Nilai rata-rata = Jumla semua nilai siswa = Jumlah siswa
b. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secaraa perorangan dan secaraa klasikal. Telah ditetapkan bahwa siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65 dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 80% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P = Siswa. yang .tuntas .belajar x 100% Siswa Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model STAD. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD digunakan rumus sebagai berikut : X = P1 P 2 2 Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2 b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
% =
x x 100 % dengan x
X = Jumah.hasil. pengama tan = P1 P 2 2 Jumlah. pengama tan dimana :% = Presentase pengamatan X = Rata-rata ∑x = Jumlah rata-rata P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2 Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika jumlah siswa yang menguasai materi pembelajaran PKn tentang Pemilu mencapai lebih dari 80% (sangat tinggi) sesuai dengan prestasi berikut : 80 % < P ≤ 100 % = sangat tinggi 60 % < P ≤ 80 % = tinggi 40 % < P ≤ 60 % = cukup 20 % < P ≤ 40 % = rendah 0 % < P ≤ 20 % = sangat rendah
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran pra siklus, soal tes formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pembelajaran kooperatif dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa. b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 September 2015 di Kelas VI dengan jumlah siswa 15 siswa. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode konvensional melalui tahapan sebagai berikut : (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Penugasan portofolio, (3) Tes, (4) Menentukan nilai. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang rekan guru. Adapun proses belajr mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar c. Tahap Analisis Data Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada pra siklus adalah sebagi berikut:
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 223
Tabel 1. Pengelolaan Pembelajaran Pada Pra Siklus No
I
II III
Aspek yang diamati Pengamatan KBM a. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menghubungkan dg pelajaran sebelumnya b. Kegiatan inti 1. Mempresentasikan langkah-langkah pembelajaran 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan c. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi Pengelolaan Waktu Antusiasme Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antusias Jumlah Kriteria Nilai: 1= Tidak Baik 2= Kurang Baik 3= Cukup Baik 4= Baik
Penilai RataP1 P2 rata
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada pra siklus adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang presentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 18,3% dan 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5%.
2 2
2 2
2 2
3
3
3
3
3
3
Data hasil tes formatif siswa ditampilkan dalam Grafik berikut.
3
3
3
Diagram 1 Nilai Siswa Pra Siklus 3
3
3
3
2.5
3 2
3 2
3 2
2
2 3 26
2 3 26
2 3 26
Berdasarkan tabel 1 aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan antusiasme siswa. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada pra siklus dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi pada siklus I. Tabel 2 Hasil observasi aktivitas guru dan siswa Pra Siklus No Aktivitas Guru yang diamati Persentase 1 Menyampaikan tujuan 5,0 2 Memotivasi siswa 8,3 3 Mengkaitkan dg pelaj sebelumnya 8,3 4 Menyampaikan materi/ langkahi 6,7 5 Menjelaskan materi yang sulit 13,3 6 Membimbing dan mengamati siswa 21,7 7 Meminta siswa menyajikan 10,0 8 Memberikan umpan balik 18,3 9 Membimbing siswa merangkum 8,3 No Aktivitas siswa yang diamati Persentase 1 Mendengarkan penjelasan guru 22,5 2 Membaca buku 11,5 3 Diskusi antar siswa/antara siswa 18,7 4 Menyajikan hasil pembelajaran 14,4 5 Menyajikan/ menanggapi pertany 2,9 6 Menulis yang relevan dengan KBM 5,2 7 Merangkum pembelajaran 8,9 8 Mengerjakan tes evaluasi 6,9
Jumlah 1.5 Siswa
Pra Siklus
1 0.5 0 30
45
60
75 85
Nilai Dari grafik di atas terlihat nilai siswa yang memenuhi KKM masih sedikit. Sebanyak 1 orang siswa, siswa yang mendapat nilai 35 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 40 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 45 adalah 3 anak, siswa yang mendapat nilai 50 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 55 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 60 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 65 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 70 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 75 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 80 adalah 1 anak, rata-rata nilai siswa pada pra siklus adalah 55,3. Diagram 2 Daftar ketuntasan nilai siswa pra siklus .
26,6 %
TUNTAS BELUM TUNTS
73,4 %
Dari diagram 1 diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai KKM (tuntas) hanya 26,6% atau 4 siswa, sementara siswa yang belum mencapai nilai KKM
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 224
b. Kegiatan inti 1. Mempresent metode pembelajaran kooperatif 2. Membimbing siswa kegiatan 3. Melatih keterampilan kooperatif 4. Mengawasi setiap kelompok 5. Memberikan bantuan kelompok yang kesulitan c. Penutup 1. Membim rangkauman 2. Evaluasi Pengelolaan Waktu
masih lebih banyak, yaitu 73,4% atau 11 siswa. Bila dibandingkan dengan indikator kinerja, maka perolehan ini masih tergolong belum berhasil. d. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Guru belum maksimal dalam pengel waktu 3) Siswa kurang aktif saat pembelajaran e. Revisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada pra siklus ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya metode baru yang diterapkan pada siklus berikutnya yang difokuskan pada : 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa antusias.
Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus I) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat.
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I
Diagram 3 Hasil tes formatif siswa Siklus I .
a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini pembelajaran siklus I, soal tes formatif, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model STAD. b. Tahap Kegiatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar 5 September 2015 di Kelas VI SD Negeri Kebonagung dengan jumlah siswa 15 siswa. Pelaksanan metode pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut; (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Menentukan nilai individual dan kelompok. c. Tahap Analisis Data Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 3 Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I No
I
Aspek yang diamati Pengamatan KBM a. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menghubungkan dengan pembelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompok belajar
Penilaian RataP1 P2 rata
3 3
3 4
3 3,5
3
3
3
4
4
4
II III
Antusias Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antisias Jumlah
3
4
3,5
4 4
4 4
4 4
4 3
4 3
4 3
3 4 3
4 4 3
3,5 4 3
4 4 49
3 4 51
3,5 4 50
Kriteria Nilai: 1= Tidak Baik 2= Kurang Baik 3= Cukup Baik 4= Baik
3 2.5
Jumlah2 Siswa 1.5
Siklus I
1 0.5 0 30
45
60
75
85
Nilai Dari grafik di atas terlihat nilai siswa yang memenuhi KKM masih kurang yaitu 6 siswa, siswa yang mendapat nilai 45 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 50 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 55 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 60 adalah 3 anak, siswa yang mendapat nilai 65 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 70 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 75 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 80 adalah 1. Rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 60,6. Hal ini menunjukkan peningkatan nilai yang cukup baik dibandingkan pada pra siklus yang tidak menerapkan mentode kooperatif model STAD.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 225
Diagram 4 ketuntasan nilai siklus I.
40 %
c. Tahap analisis data
TUNTAS BELUM TUNTS
60 %
Dari Gambar diagram 4 diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai KKM (tuntas) hanya 40% atau 6 siswa, sementara siswa yang belum mencapai nilai KKM masih lebih banyak, yaitu 60% atau 9 siswa.. Oleh karena target indikator kinerja belum tercapai, sesuai dengan prosedur penelitian tindakan kelas. maka dilaksanakan siklus pembelajaran II. d. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan beberapa aspek berikut masih perlu dilakukan perbaikan, yaitu : 1) Memotivasi siswa 2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep 3) Pengelolaan waktu e. Revisi Rancangan Pelaksanan kegiatan belajar pada Siklus I ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus I 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
3.2.2 Deskripsi Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran siklus 2, soal tes formatif, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 September 2015 di Kelas VI SD Negeri Kebonagung dengan jumlah siswa 15 siswa. Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif model STAD melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran, (2) Diskusi kelompok, (3) Tes, (4) Menentukan nilai individual dan kelompok.
Tabel 2 Hasil observasi aktivitas guru dan siswa Siklus II No Aktivitas Guru yang diamati Persentase 1 Menyampaikan tujuan 6,7 2 Memotivasi siswa 6,7 3 Mengkaitkan dengan pelajaran 10,7 sebelumnya 4 Menyampaikan materi/ langkah13,3 langkah/ strategi 5 Menjelaskan materi yang sulit 10,0 6 Membimbing dan mengamati 22,6 siswa dalam menemukan konsep 7 Meminta siswa menyajikan dan 10,0 mendiskusikan hasil kegiatan 8 Memberikan umpan balik 11,7 9 Membimbing siswa merangkum 10,0 pelajaran No Aktivitas siswa yang diamati Persentase 1 Mendengarkan/ memperhatikan 20,8 penjelasan guru 2 Membaca buku 13,1 3 Bekerja dengan anggota kelomp 22,1 4 Diskusi antara siswa dengan guru 15,0 5 Menyajikan hasil pembelajaran 2,9 6 Menyajikan/ menanggapi 4,2 pertanyaan/ ide 7 Menulis yg relevan dg KBM 6,1 8 Merangkum pembelajaran 7,3 9 Mengerjakan tes evaluasi 8,5 Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampiakan materi/strategi/langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%).
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 226
Diagram 5 Hasil tes formatif siswa Siklus II
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (26,6 %), siklus I (40 %), siklus II (100 %). c. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan. d. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
5 4 3 2 1 0 60
75
Referensi
90
40 %
TUNTAS BELUM TUNTS
60 %
Dari grafik pada Gambar 5, dapat diamati perkembangan peningkatan nilai/prestasi siswa meningkat dengan pesat. siswa yang mendapat nilai 70 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 75 adalah 5 anak, siswa yang mendapat nilai 80 adalah 2 anak, siswa yang mendapat nilai 85 adalah 3 anak, siswa yang mendapat nilai 90 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 95 adalah 1 anak, siswa yang mendapat nilai 100 adalah 1 anak.
4. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Metode pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. b. Metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestsi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon . Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secaraa Manusiawi. Jakarata: Rineksa Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional. Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra. Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sukidin dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insane Cendekia. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Surakhamad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.