DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 334
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT MELALUI MEDIA ANIMASI RUNNING TEKS PADA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 PAMOTAN KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Ninik Wiharti *) SMP N 2 Pamotan Desa Kepohagung, Kecamatan Pamotan, Kabupaten Rembang *)
Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang efektifnya pembelajaran membaca cepat yang disebabkan oleh rendahnya minat baca, kecepatan membaca masih rendah di bawah stantar kurikulum, pemahaman membaca siswa yang masih rendah, kemampuan efektif membaca (KEM) siswa masih rendah dan kurang bervariasinya media pembelajaran membaca cepat. Penelitian ini berlangsung dua siklus. Hasil penelitian siklus I dan siklus II menunjukkan keterampilan membaca cepat melalui media running teks pada siswa kelas VIII C SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan. Hal ini terbukti adanya peningkatan yang signifikan terhadap membaca cepat melalui running teks. Peningkata keterampilan membaca cepat ini dapat dilihat dari hasil penelitian siklus I dan II. Peningkatan tersebut antara lain: 1) peningkatan proses yaitu media running teks mampu mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk saat membaca cepat. 2) Peningkatan produk (hasil tes membaca cepat) antara lain a) skor rerata kecepatan membaca siswa mencapai 244 kata/menit pada pratindakan meningkat menjadi 250/menit. (siklus I dan II). Ada peningkatan 6 kata/menit, b) skor rerata pemahaman leteral mencapai 72,31 meningkat menjadi 78,42 (siklus I) meningkat lagi menjadi 84,23 (siklus II) ada peningkatan sebesar 5,77, c) skor rerata pemahaman inferensial mencapai 68,27 (pratindakan) meningkat menjadi 71,92 (siklus I) meningkat lagi menjadi 78,85 (siklus II) ada peningkatan sebesar 6,93. Selain itu Kemampuan Efektif Membaca (KEM) siswa juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan KEM siswa mencapai 177 meningkat menjadi 196 (siklus I) kemudian meningkat lagi menjadi 211 (siklus II). Ada peningkatan sebesar 5. Skor rerata pemahaman siswa juga sudah mencapai di atas 72 dan ketuntasan klasikal telah mencapai 92,31. Kata Kunci: Membaca cepat, media animasi running teks
1. Pendahuluan Kondisi awal siswa, khususnya kelas VIII C menunjukkan bahwa kemampuan mereka dalam membaca cepat masih rendah. Mereka kebanyakan mempuyai minat baca, kecepatan membaca dan, kemampuan memahami bacaan rendah, Selain itu, Kemampuan Efektif Membaca (KEM) siswa juga rendah. Tidak hanya itu, guru juga kurang variatif dalam menggunakan media pembelajaran membaca cepat. Hal inilah yang menyebabkan nilai ulangan membaca cepat masih di bawah KKM. Pada tahun pelajaran 2013/2014 sekolah telah menetapkan KKM membaca cepat kelas VIII adalah 72, sedangkan pada ulangan masih ada siswa yang memperoleh nilai 50. Begitupun dengan ketuntasan Klasikal. Pada kurikulum 2006 merekomendasikan bahwa ketuntasan belajar klasikal sebesar 85%. Padahal pada ulangan ini ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 58%. Berdasarkan kondisi siswa dan guru tersebut membuktikan bahwa media yang digunakan guru selama ini kurang
menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa masih melakukan kebiasaan-kebiasan buruk ketika membaca cepat, sehingga kebiasaan-kebiasaan itu dapat menghambat kecepatan membaca. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti memilih media animasi running teks untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat. Media animasi running teks ini bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran membaca cepat. Selain itu, media animasi running teks akan mengurangi kebiasaan –kebiasaan buruk siswa yang dilakukan saat membaca cepat. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu antara lain: 1) membaca dengan mengulang-ulang, 2) membaca dengan vokalisasi, 3) membaca dengan gerakan bibir, 4) Membaca dengan gerakan kepala, 5) membaca sambil menunjuk baris dengan jari/pena. Media animasi running teks merupakan hasil Costum Animation dari Powerpoint 2007. Costum Animation ini
DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 335
dapat menghasilkan efeks gerakan teks yang bergerak dari atas ke bawah. Media animasi running teks ini dapat dijadikan sebagai mediapembelajaran membaca cepat karena kecepatan bergeraknya teks dapat diatur sesuai denga kebutuhan yaitu dengan ukuran KPM (Kata Per Menit). Selain itu, media animasi running teks memiliki tampilan yang menarik dan dapat meningkatkan konsentrasi siswa, sehingga diharapkan menjadi media yang efektif daripada dengan pembelajaran membaca cepat sebelumnya yang hanya menggunakan teks bacaan biasa. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan media pembelajaran animasi running teks pada materi pembelajaran membaca cepat bahasa Indonesia.
2. Materi dan Metode Menurut Nurhadi (2008:3) Membaca cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya. Hal ini berarti dalam membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan, tetapi juga disertai pemahaman isi bacaan. Jika seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi, maka seseorang tersebut dikatakan membaca cepat. Berbeda dengan Soedarsono (2006:18) mengatakan bahwa membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan tujuan dari membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, maksudnya kecepatan itu tidak harus sama, adakalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca. Apabila kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing dapat dilalui dengan cepat, tetapi bila ada kata-kata yang asing kecepatan membaca dapat diperlambat untuk memahami makna kata tersebut. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli di atas bukan berarti terdapat kekurangan dari masingmasing pandangan, tetapi perbedaan pandangan tersebut dapat dirangkum menjadi sebuah definisi yang baru dan lebih baik. Pada akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca cepat adalah teknik membaca teks bacaan untuk memahami isi bacaan dengan cepat dan dengan tujuan membaca yang tepat. Ada tiga faktor yang menentukan kecepatan membaca seseorang. Menurut Wiryodijoyo (1989:124) yaitu gerak mata, kosakata, dan konsentrasi. Untuk meningkatkan kecepatan membaca, ketiganya perlu dilatih. Selain itu ada kebiasan-kebiasan buruk dalam membaca yang dapat menghambat kelancaran dan kecepatan membaca. Untuk membaca dengan cepat, hal-hal yang dapat memnghambat kelancaran atau kecepatan membaca harus dihilangkan. Menurut Soedarsono (2006:5-9) terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat kecepatan membaca yaitu: 1) vokalisasi, 2) gerakan bibir, 3)gerakan kepala, 4) menunjuk dengan jari, 5) regresi/mengulang, 6) subvokalisasi/melafal dalam batin
Media alternatif yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca cepat dalam penelitian ini adalah media “Animasi Running Teks”. Media Animasi Running Teks adalah media animasi dengan menggunakan Microsoft PowerPoint atau Mocrosoft Office PowerPoint. Microsof PowerPoint adalah program grafis yang khusus digunakan untuk membuat presentasi bisnis yang efektif. (Wompen, 1997:iv) Microsof PowerPoint adalah perangkat lunak pengolah presentasi, objek teks, grafik, vidio, suara, dan objek-objek lainnya diposisikan dalam beberapa halaman individual yang disebut slide. Istilah slide dalam powerPoint memiliki analogi yang sama dengan slide dalam proyektor biasa. Setiap slide dapat dicetak atau ditampilkan dalam layar dan dapat dinavigasikan. Terjadi peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan membaca cepat melalui objek dalam sebuah slide dapat diatur oleh Custom Animation, sedangkan Transition mengatur pergerakan dari slide satu ke slide lainnya. Semuanya dapat dianimasikan dalam banyak cara. Desain keseluruhan dalam sebuah presentasi dapat diatur dengan menggunakan master slide, dan struktur keseluruhan dari presentasi dapat disunting dengan menggunakan primitive Outliner (Outline). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan media “Animasi Running Teks” merupakan hasil Costum Animation dari PowerPoint. Costum Animation ini dapat menghasilkan efek gerakan teks yang berjalan ke atas dalam tempo waktu tertentu. Media “Animasi Running Teks” tersebut dapat dijadikan sebagai media pembelajaran membaca cepat karena kecepatan berjalannya teks dapat diatur sesuai dengan kebutuhan yaitu dengan ukuran KPM (kata per menit). Penggunaan media “Animasi running Teks” sebagai media pembelajaran membaca cepat diharapkan mampu merangsang minat siswa dan meningkatkan konsentrasi dalam membaca. Selain itu, media “Animasi Running Teks” diharapkan menjadi media pembelajaran membaca cepat baru yang efektif dibandingkan dengan pembelajaran membaca cepat sebelumnya yang hanya menggunakan teks bacaan biasa. Penelitian dilakukan di SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah pada siswa kelas VIII C semester I tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini dimulai bulan Oktober s.d Desember 2013. Diawali dengan penyusunan proposal dan instrumen pada bulan Oktober 2013. Pelaksanaan siklus I pada tanggal 6 November 2013, refleksi pada tanggal 9 November 2013. Selanjutnya pelaksanaan siklus II pada tanggal 13 November 2013, sedangkan refleksi pada tanggal 16 November 2013. Penyusunan laporan pada minggu ke -4 dan ke-1 bulan Desember 2013. Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap
DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 336
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (doing), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection) Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VIII C SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada kelas VIII C ini berjumlah 26 siswa terdiri atas 14 siswa putra dan 12 siswa putri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas 1) lembar ulangan membaca cepat, 2) lembar observasi dan foto yang menggambarkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selanjutnya penelitian ini dilakukan validasi data untuk mengetahui keakuratan atau ketepatan data dalam penelitian. Kegiatan ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Indikator keberhasilan yang berasal dari data kualitatif ditargetkan adanya perubahan perilaku membaca cepat ke arah yang lebih baik. Sedangkan indikator keberhasilan yang berasal dari data kuantitatif ditargetkan adanya peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan peningkatan yang sama atau di atas KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah. Adapun prosedur penelitian inimelalui proses tindakan siklus. Proses tindakan siklus I merupakan tindakan awal dalam penelitian. Hasil siklus I digunakan sebagai refleksi pada siklus II. pada siklus I Peneliti menggunakan media animasi running teks dalam pembelajaran membaca cepat. Pada tahap perencanaan, Peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (1) menyusun RPP, (2) memilih materi pembelajaran, (3) menentukan alat peraga, media, dan sumber belajar diperbaiki dalam tindakan berikutnya. Hasil tindakan itu menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan tindak lanjut pada siklus II. Siklus II. Berdasarkan hasil tindakan siklus I, Peneliti dapat memperbaiki kelemahan/kekurangan pada siklus I. Sehingga pada siklus II langkah-langkah yang dilakukan Peneliti adalah sebagai berikut: Tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi: (1) penyusunan RPP, (2) memilih materi pembelajaran yaitu materi membaca cepat, teks yang berjudul “Tak mau Lagi Bercermin”, (3) menentukan alat peraga (tayangan animasi runnuing teks), media (LCD Proyektor) dan sumber pembelajaran (buku paket, internet, diktat bahasa Indonesia). Tahap pelaksanaan, Peneliti melakukan kegiatan: Pendahuluan: mengucapkan salam, mengabsen siswa yang tidak masuk, memberi motivasi dengan menjelaskan pentingnya materi ini dalam kegiatan sehari-hari, bertanya jawab dengan siswa tentang materi sebelumnya, menyampaikan SK, KD, Tujuan Pembelajaran. Kegiatan Inti meliputi: (1) Eksplorasi yaitu siswa memperhatikan penjelasan Penelti tentang materi membaca cepat melalui tayangan LCD, siswa mencermati contoh cara menghitung
kecepatan membaca, cara menyimpulkan isi bacaan, menghitung keefektifan membaca (KEM), membentuk kelompok yang terdiri atas 2 orang, peneliti memberi tindakan yaitu setiap kelompok membaca teks bacaan yang berjudul: “Tidak Mau Lagi Bercermin” (tayangan animasi running teks) (teks terlampir), setiap kelompok menerima LKS, setiap kelompok mendiskusikan tugas dalam LKS (LKS terlampir), setiap siswa mencatat hasil diskusi. (2) Elaborasi yaitu peneliti memilih satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok yang lain menanggapinya. (3) Konfirmasi yaitu siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan hasil dan kesan pembelajaran hari ini. Kegiatan akhir guru memberi pos tes pada siswa untuk mendapatan data hasil pembelajaran. Siswa membaca tayangan animasi running teks yang berjudul “Berbelanja di Toko Sri Rejeki” Pada saat pembelajaran berlangsung peneliti bersama-sama dengan kolaboran (guru bahasa Indonesia kelas VII) juga menggunakan teknik pengumpulan data non tes yang berupa pengamatan (mendapatkan data perilaku siswa selama proses pembelajaran), dan dokumentasi (mendapatkan data siswa yang berupa ekspresi saat mengikuti pembelajaran). Pada tahap pengamatan (Observasi), Peneliti menugasi siswa membaca cepat. Peneliti mengamati siswa menggunakan pedoman observasi yang telah disusun sebelumnya mendapatkan data running teks. Dari pengamatan ini diperoleh data tentang kebiasaan buruk yang dilakukan siswa yaitu: 1) membaca dengan vokalisasi 6 siswa, 2) membaca dengan menggerakkan bibir 4 orang, 3) membaca dengan menggerakkan kepala 0, 4) membaca sambil menunjuk baris dengan jari/pena 0, membaca dengan konsentrasi tinggi 16 siswa. Kebiasaan buruk siswa sudah mulai berkurang. Sedangkan setelah ulangan diperoleh data sebagai berikut: 1) kecepatan membaca 250 kata/menit, 2) pemahaman litera mencapai 78,46, 3) pemahaman inferensial sebesar 71,92, 4) nilai akhir pemahaman membaca mencapai 75,19, dan 5) KEM siswa mencapai 196. Siswa yang tuntas 20 siswa (76,92%), yang belum tuntas 6 siswa (23,08%).
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Pembelajaran membaca cepat sebelum dilakukan penelitian ini, Peneliti menggunakan media teks bacaan biasa yang terdapat dalam buku. Siswa membaca bacaan yang terdapat dalam buku, lalu siswa menghitung kecepatan membaca, menjawab pertanyaan yang terdapat dalam bacaan, dan menghitung KEM. Pada proses pembelajaran melalui observasi/pengamatan yang dilakukan oleh Kolaboran diperoleh data kebiasaankebiasaan buruk yang dilakukan oleh siswa ketika membaca cepat. Dari 26 siswa terjaring data 8 siswa masih melakukan membaca dengan vokalisasi, 3 siswa membaca dengan gerakan bibir, 1 siswa membaca dengan
DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 337
menggerakan kepala, 9 siswa membaca sambil menunjuk baris dengan jari/pena, dan hanya 3 siswa yang membaca dengan konsentrasi tinggi. Setelah diadakan ulangan diperoleh datasebaagi berikut: 1) kecepatan membaca skor rerata sebesar 244 kata/menit. 2) pemahaman literal nilai tertinggi (TT) 90, nilai terendah (TR) 50, nilai rerata (RT) 72,31. 3) pemahaman inferensial (TT) 100, (TR) 40, (RT) 68,27, 4) nilai akhir pemahaman membaca (TT) 95, (TR) 45, (RT) 70,29, dan 5) KEM tertinggi 206, terendah 113, dan rerata 171. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal dari 26 siswa yang tuntas 12 siswa (46,15%) dan yang belum tuntas 14 siswa (53,85%). 3.2. Deskripsi Tiap Siklus
meningkat menjadi 78,46 (Siklus I), meningkat lagi menjadi 84,23. Pemahaman inferensial mencapai 68,27 (Pratindakan) meningkat menjadi 71,92 (Siklus I) meningkat lagi menjadi 78,85 (Siklus II), Nilai Akhir mencapai 70,29 (Pratindakan) meningkat menjadi 75,19 (Siklus I) meningkat lagi menjadi 81,54 (Siklus II), dan KEM siswa mencapai 171 (Pratindakan) meningkat menjadi 71,92 (Siklus I) meningkat lagi menjadi 78,85 (siklus II), 4) KEM siswa mencapai 171 (Pratindakan) meningkat menjadi 196 (Siklus I) dan meningkat lagi menjadi 211 (Sikulus II). Begitupun dengan ketuntasan belajar membaca cepat mengalami peningkatan. Pada Pratindakan mencapai 46,15% (15 siswa) meningkat menjadi 76,92 (20 siswa), dan meningkat lagi menjadi 92,31 (24 siswa).
3.2.1. Deskripsi Siklus I Pada siklus I ini Peneliti menggunakan media animasi runnung teks pada pembelajaran membaca cepat. Judul bacaan “Lagu Indonesia raya 3 Stanza, Meski Usang Namun Kaya Makna”
250
Siswa membaca bacaan dengan media animasi running teks. Pada proses pembelajaran ini Kolaboran mengamati siswa saat membaca.
100
200
No. 1. 2, 3. 4. 5.
Aspek Yang diamati Membaca dengan vokalisasi Membaca dengan menggerakan bibir Membaca dengan menggerakkan kepala Membaca sambil menunjuk baris dengan jari/pena Membaca dengan konsentrasi tinggi Jumlah
Siswa yang melakukan
P. Literal P. Inferens
50 0
Tabel 1. Hasil Observasi Proses Pembelajaran Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
Kecept. Baca
150
N. Akhir KEM Pratin
Gambar 1.
Siklus II
Peningkatan Nilai Rerata Keterampilan Membaca Cepat tiap kategori pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
P
S I S II
8 5
6 4
0 2
1
0
0
9
0
0
3
16
24
3.2.2. Deskripsi Siklus II
26
26
26
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, Peneliti menjelaskan lagi cara membuat simpulan. Selain itu, pada pembelajaran membaca cepat siklus II ini Peneliti memilih judul bacaan yang berbeda dengan siklus I. Bacaan yang disajikan dengan media animasi running teks berjudul “Tak Mau Lagi Bercermin”. Dari hasil pengamatan Kolaboran pada proses pembelajarn membaca cepat siklus II ini diperoleh data sebagai berikut: (1) membaca dengan vokalisasi 0, (2) membaca dengan gerakan bibir 2, (3) membaca dengan gerakan kepala 0, (4) membaca sambil menunjuk baris dengan jari/pena 0, (5) membaca dengan konsentrasi tinggi 24 siswa. Setelah diadakan ulangan diperoleh data sebagai berikut: (1) kecepatan membaca 250 kata/menit, (2) pemahaman literal mencapai 84,23, (3) pemahaman inferensial 78,85, (4) nilai akhir membaca pemahaman 81,54, (5) KEM siswa mencapai 211. Siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa(92,30%), yang tidak tuntas 2 siswa (7,70%).
Dari tabel di atas menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan membaca cepat menggunakan media animasi running teks. Ternyata media animasi running teks mampu mengurangi bahkan mengilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca. Selain peningkatan proses pembelajaran, nilai ulangan membaca cepat pun dapat ditingkatkan. Berikut ini grafik yang menunjukkan peningkatan nilai ulangan membaca cepat pada pratindakan, siklus I, dan siklus II. Gambar 1 menunjukkan bahwa media animasi running teks dapat meningkatan keterampilan membaca cepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata masing-masing ketegori. Pada Pratindakan Kecepatan membaca mencapai 244 kata/menit meningkat menjadi 250 kata/menit pada siklus I dan Siklus II. Pemahaman Literal mencapai 72,31 (Pratindakan)
Adapun saran dari hasil penelitian ini diharapkan pada guru bahasa Indonesia dapat menggunakan media animasi running teks sebagai salah satu alternatif mediapembelajaran membaca cepat.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 338
3.3. Pembahasan Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, maka dilakukan pembahasan. Hal ini untuk mengetahui kesignifikanan pembelajaran membaca cepat menggunakan media animasi running teks bagi kelas VIII C SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Semester I tahun Pelajaran 2013/2014. (Pratindakan) meningkat menjadi 196 (Siklus I) meningkat lagi menjadi 211. Selain peningkatan rerata masing-masing kategori, ketuntasan belajar klasikal pun meningkat. Peningkatan ketuntasan belajar klasikal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
100 80 60
PRATIND SIKLUS I
40
SIKLUS II
20 0
meningkatkan keterampilan membaca cepat siswa kelas VIIIC SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan keterampilan membaca cepat ini tampak pada kualitas proses pembelajaran dan produk. Peningkatan keterampilan membaca cepat siswa tampak pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan berkurangnya atau bahkanhilangnya kebiasaan-kebiasaan buruk siswa saat melakukan membaca cepat, seperti membaca dengan vokalisasi, membaca dengan menggerakkan bibir, membaca dengan menggerakkan kepala, membaca sambil menunjuk baris menggunakan jari/pena, membaca dengan konsentrasi rendah. Peningkatan produk dapat diketahui dari hasil ulangan/tes membaca cepat. Peningkatan membaca cepat dapat dilihat dari masing-masing kategori. Masing-masing kategori tersebut adalah 1) kecepatan membaca mencapai 244kata/menitmeningkat menjaadi 250 kata/menit pada siklus I dan II. 2) Pemahaman literal mencapai72,31 (Pratindakan) meningkat menjadi 78,46 (siklus I) meningkat lagi menjadi 84,23 (siklus II). 3) Pemahaman Inferensial mencapai 68,2
Daftar Pustaka TUNTAS
Gambar 2. Peningkatan ketuntasan belajar klasikal
Gambar 2 menunjukkan bahwa media animasi running teks dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dalam membaca cepat. Pada pratindakan ketuntasan mencapai 46,15% (12 siswa), meningkat menjadi 76.92% (20 siswa), meningkat lagi menjadi 92,31% (24 siswa). Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa media animasi running teks dapat meningkatan keterampilan membaca cepat pada siswa kelas VIII C SMP N 2 Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Kesimpulan Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran membaca cepat dengan media animasi running teks dapat
Hambraken, Joe. 2002. Penuntun 10 menit Microsoft PowerPoint 2002. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta (Terjemahan dari Ten Minite Guide to Microsoft PowerPoint 2002 oleh, Cornelius Trihendardi). Harjasujana, Ahmad Slamet, dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca 2. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru Setara D III Tahun 1996/1997. Nurhadi. 2008. Membaca cepat dan efektif (Teori dan Latihan). Jakarta: Sinar Dunia Algensindo. Soedarsono.2006. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wempen, Faithe dan Joe Krayak. 1997. Penuntun 10 menit untuk PowerPoint for Windows 95. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta. Wiryodijoyo, Suwaryono. 1989. Strategi Membaca Pengantar dan Tekniknya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.