Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA KELAS X Diana Aprisinta 11.10707.431146
[email protected] Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI NGAWI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh media pembelajaran tiga dimensi terhadap prestasi belajar siswa pada pokok bahasan dimensi tiga. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2014-2015. Sampel yang diambil yaitu 3 kelas. Dalam pengujian instrumen meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda dan uji tingakt kesukaran. Setelah pengujian instrumen diadakan uji prasyarat yaitu uji keseimbangan, uji normalitas, dan uji homogenitas. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors, sedangkan uji homogenitas menggunakan metode Bartlett. Selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan uji analisis varian satu jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan perhitungan hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh media pembelajaran tiga dimensi terhadap prestasi belajar siswa. Kata Kunci : Prestasi Belajar Matematika, Media Pembelajaran Tiga Dimensi.
PENDAHULUAN Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa, kemungkinan hal tersebut disebabkan tidak adanya media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan media pembelajran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran siswa. Maka dari itu penelitian ini membahas tentang apakah media pembelajaran tiga dimensi dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Media pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Apalagi dalam pembelajaran matematika, karena matematika adalah ilmu abstrak yang tidak dapat dilihat tetapi dapat dibuktikan kebenarannya.
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Rostina Sundayana (2013;4) pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi fisual dan ferbal. Pada dasarnya media pembelajaran ataupun alat peraga adalah sama. Hal ini diperjelas dalam ibrahim dan suparni (2014;111) βKebanyakan para Ahli pendidikan membedakan antara alat bantu (peraga) dengan media, namun kedua istilah tersebut juga digunakan saling bergantian. Perbedaan penggunaan istilah tersebut terletak pada fungsi bukan substansiβ.
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 Hamalik (1989) mengatakan bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara Arsyad (2002) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain buku, tape-recorder, kaset, vidio camera, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Sudjana dan rivai (1998) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu : 1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran. 3. Metode pengajaran akan lebih bervariansi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabsan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memamerkan dan lain-lain. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar itu sendiri merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Tulus (2004;75) merumuskan prestasi belajar siswa sebagai berikut : 1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran sekolah. 2. Prestasi belajar siswa tersebut terutma dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. 3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi-experimental researc). Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu pengajaran matematika menggunakan media tiga dimensi di kenakan pada penelitian pertama dan pengajaran matematika tidak menggunakan media tiga dimensi yang dikenakan pada penelitian kedua. Sedangkan variabel yang lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat adalah kecerdasan intrapersonal siswa. Sampel yang digunakan yaitu tiga kelas, satu kelas konvensional dan dua kelas eksperimen. Penelitian dilaksanakan dalam 7 kali pertemuan, yaitu satu pertemuan untuk menguji instrumen pada kelas konvensional, tiga pertemuan untuk eksperimen pada kelas yang
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 menggunakan media pembelajaran tiga dimensi, dan tiga pertemuan untu eksperimen pada kelas yang tidak mengggunakan media pembelajaran tiga dimensi. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah metode ceramah. Winarno dan suryosubroto (2009) mengatakan yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Ceramah dilaksanakan untuk menyampaikan fakta-fakta / kenyataan kepada murid yang besar jumlahnya, sehingga metode lain tidak mungkin dipakai. Instrumen yang digunakan adalah sejumlah soal tes berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari beberapa butir soal. Agar butir soal layak diujikan maka sebelumnya harus dilakukan uji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas. Selanjutnya adalah teknik analisa data. Teknik analisa data terbagi menjadi dua yaitu uji prasyarat dan uji hipotesa.uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode Liliefors. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menentukan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Teknik untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah teknik statistik dengan uji analisis variansi satu jalan
dengan sel tak sama, dengan model data π₯ππ = π + πΌπ + πππ (Budiyono, 2009:195). Untuk uji lanjut setelah analisis varian, digunakan metode Scheffeβ. HASIL Berdasarkan perhitungan menggunakan metode Liliefors diperoleh sebagai berikut :
UJI NORMALITAS (kelas eksperimen menggunakan media dimensi tiga)
1. Hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2. Taraf Signifikan : πΌ = 0,05 3. Statistik uji yang digunakan : L = Maks |F(zi) β S(zi)| ; dengan F(zi) = P(Z β€ zi); Z ~ N(0,1); dan S(zi) = proporsi cacah Z β€ zi terhadap seluruh zi 4. Komputasi : Dari data diperoleh β π₯ = 2950 dan β π₯ 2 = 221400 sehingga diperoleh : βπ₯ πΜ
= = 73,75 π
π(β π₯ 2 )β(β π₯)
π =β
2
π(πβ1)
π = 9,919 5. Daerah kritis : πΏ0,05;40 = 0,1400889 ; DK = {L | L > 0,1400889}; πΏπππ = 0,1291 β DK 6. Keputusan Uji : Ho = diterima 7. Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 UJI NORMALITAS (kelas eksperimen tidak menggunakan media dimensi tiga)
1. Hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2. Taraf Signifikan : πΌ = 0,05 3. Statistik uji yang digunakan : L = Maks |F(zi) β S(zi)| ; dengan F(zi) = P(Z β€ zi); Z ~ N(0,1); dan S(zi) = proporsi cacah Z β€ zi terhadap seluruh zi 4. Komputasi : Dari data diperoleh β π₯ = 2850 dan β π₯ 2 = 209500 sehingga diperoleh : βπ₯ πΜ
= = 73,076
3. Statistik uji yang digunakan : π2 =
2.303 π
(π log π
πΎπΊ β β ππ ππππ π2 )~π 2 (π β 1)
4. Komputasi : Setelah dihitung, diperoleh : Samp el I II Jumla h
fi
SSi
πππ
log πππ
ππ π₯π¨π πππ
39 38 77
3837,5 2680,77 6518,27
98,397 70,546
1,992 1,848
77,688 70,224 147,91 0
Tabel diperoleh dari : fi = ni β 1, fI = 40 -1= 39, fII = 39-1= 38 πππ = β ππ2 β
(β ππ )
πππΌ = 221400 β
π(β π₯ 2 )β(β π₯)
2
= (ππ β 1)π π2
(2950)2 40
= (40 β 1)(98,397)
3837,5 = 3837,483 πππΌπΌ = 210950 β
(2850)2 39
= (39 β 1)(70,546)
2680,77 = 2680,748
π
π =β
2
ππ
Maka :
π(πβ1)
π = 8,399 5. Daerah kritis : πΏ0,05;39 = 0,140089; DK = {L | L > 0,1400889}; πΏπππ = 0,131492 β DK 6. Keputusan Uji : Ho = diterima 7. Kesimpulan : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kedua sampel terbukti berdistribusi normal. Sehingga dapat dilanjutkan uji homogenitas. Adapun perhitungan uji homogenitas menggunakan adalah sebagai berikut : UJI HOMOGENITAS
1. Hipotesis : Ho : π12 = π22 = π32 (Variansi populasi homogen ) H1 : tidak semua variansi sama (Variansi populasi tidak homogen) 2. Taraf signifikan πΌ = 0,05
π
πΎπΊ =
β πππ
=
β ππ
6518,27 77
= 84,652
πππππ
πΎπΊ = (77)(πππ84,652) = (77)(1,927) = 148,379 1
π = 1 + (3)(1) (
1 40
+
1 39
β
1 77
) = 1,012989
Sehingga : 2 ππππ =
2.303 (148,379 β 147,912) 1,012989
= 1,081948 5. Daerah Kritis : 2 π0,05;2 = 5,991 2 π·πΎ = {π 2 |π 2 > 5,991}; πππ ππππ = 1,081948 β π·πΎ 6. Kesimpulan Uji : Ho diterima
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 Karena Ho diterima, maka kedua sampel tersebut memiliki variansi yang sama (homogen). Setelah uji prasyarat dilaksanakan, kemudian pengujian hipotesa dengan menggunakan analisis varian satu jalan dengan sel tak sama. Perhitungan hipotesa adalah sebagai berikut : UJI ANAVA 1. π»π : π1 = π2 π»1 : paling sedikit ada dua arah rerata yang tidak sama 2. πΌ = 5% 3. Statistik uji yang digunakan : π
πΎπ΄
πΉ = π
πΎπΊ
4. Komputasi πΊ2
1) =
π
=
58002 79
= 425822,784
2) = β πππ2 = 432350 π2
3) = β ππ = 425831,7308 π
π½πΎπ΄ = 3 β 1 = 425831,7308 β 425822,784 = 8,9468 π½πΎπΊ = 2 β 3 = 432350 β 425831,7308 = 6518,2692 π½πΎπ = 8,9468 + 6518,2692 = 6527,216 ππΎπ΄ = π β 1 = 2 β 1 = 1 ππΎπΊ = π β π = 79 β 2 = 77 ππΎπ = π β 1 = 79 β 1 = 78 π½πΎπ΄
8,9468
π½πΎπΊ
1 6518,2692
π
πΎπ΄ = ππΎπ΄ = π
πΎπΊ = ππΎπΊ = π
πΎπ΄
77 8,9468
= 8,9468 = 84,652
πΉπππ = π
πΎπΊ = 84,652 = 0,1056 Tabel Rangkuman Analisis Varian
Sumbe r Metode Galat total
D k
RK
Fobs
ππΆ
p
8,9468 6518,2692
1 77
8,9468 84,652
0,1056
3,9 6
0,05
6527,216
78
JK
5. Daerah kritis : DK = {F | F > 3,96} 6. Keputusan uji : Ho = diterima 7. Kesimpulan : kedua sampel dari eksperimen tersebut memberikan efek yang sama.
DISKUSI HASIL Berdasarkan hasil dari penelitian ternyata dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan media pembelajaran tiga dimensi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang pertama yaitu siswa lebih banyak menggunakan otak kiri dibandingkan dengan otak kanan sehingga penggunaan LKS lebih efektif dibandingkan media pembelajaran tiga dimensi. Abdulloh Badruzzaman (2011;97-98) mengatakan penggunaan kedua belahan otak antara lain : 1. Asosiasi Sistem peta pikiran mengasosiasikan indra penglihatan visual untuk membaca, menentukan kata kunci, pusat pemikiran informasi yang disusun sesuai urutan yang merupakan aktivitas atau pemanfaatan otak kiri. 2. Otak mengimajinasikan dan memvisualkan (gambar) suatu objek merangsang semangat, emosi dan mendorong lahirnya gagasan atau ide
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 68 hingga 74 baru yang merupakan aktifitas atau pemanfaatan otak kanan. Faktor selanjutnya adalah ketika siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi cenderung mengalami kelupaan dibandingkan dengan siswa yg diajar dengan menggunakan LKS. Faktor lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambargambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hrwan tdi ketika melihatnya di kebun binatang (Muhibbin, 2013;172). Sama halnya dengan siswa yang diajar dengan menggunakan media pembelajaran dimensi tiga ketika media tersebut tidak di berikan lagi, mereka kesulitan untuk memahami soal yang diberikan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan penggunaan media pembelajaran tiga dimensi tidak berpengaruh pada prestasi belajar siswa, sehingga penggunaan LKS lebih dominan dibandingkan penggunaan media tiga dimensi. Sedangkan faktor penggunaan otak pada siswa berbeda-beda. Siswa cenderung lebih banyak memanfaatkan otak kiri dibandingkan otak kanan. Selain itu faktor kelupaan juga menjadi penyebab tidak berpengaruhnya penggunaan media pembelajaran tiga dimensi terhadap prestasi siswa. Penggunaan media pembelajaran tiga dimensi seharusnya diimbangi dengan penggunaan LKS, agar penggunaan otak siswa antara otak kanan dan otak kiri lebih
seimbang. Penggunaan pembelajaran tiga dimensi dan diharapkan mampu mengatasi kelupaan yang dialami siswa berkurang.
media LKS faktor dapat
DAFTAR PUSTAKA Anderson, John R. 1990. Cognitive Psychology And Its Implication. 3rd. Edition. New York : W.H. Freeman And Company. Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Badruzzaman, Abdulloh. 2011. 7 Teknik Melejitkan Fungsi Otak. Yogyakarta : Adja Press. Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNSPress. Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung : PT Citra Aditya. Ibrahim dan Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta : Sukapress. Sundayana, Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung : Alfabeta. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Syah, Muhibibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Press. Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta : Grasindo. Winarno Surakhmad & Murry Thomas. 1961. Metodologi Pengajaran. Jakarta : Penerbit Universitas.