Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation(GI) dan Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa Oleh : Erny Untari Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Ngawi Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe GI atau CTL. (2) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar tinggi, sedang, atau rendah. (3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK PGRI 4 Ngawi tahun ajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel yang diambil adalah siswa kelas X Akuntansi 1 dan X Akuntansi 2 dengan jumlah siswa 61 siswa, dengan rincian 30 siswa pada kelas eksperimen satu dan 31 siswa pada kelas eksperimen dua. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes kemampuan awal matematika, angket minat belajar, dan tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen tes meliputi validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. Dengan α = 0,05, diperoleh simpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika menggunakan uji-t diperoleh simpulan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa (1) Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran CTL lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe GI. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat sedang, dan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar sedang sama baiknya dengan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar rendah, prestasi matematika siswa yang memiliki minat belajar tinggi sama baiknya dengan prestasibelajar siswa yang memiliki minat belajar rendah. (3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Kata kunci: GI, CTL, Minat Belajar, Prestasi Belajar Matematika Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
91
PENDAHULUAN Suatu realita sehari-hari, di
model pembelajaran yang tepat, media
dalam
ketika
keberhasilan suatu pembelajaran. Guru
pembelajaran
sebaiknya dapat memanfaatkan media
berlangsung, tampak beberapa atau
belajar dalam proses belajar mengajar.
sebagian besar siswa belum melakukan
Dengan guru menggunakan media
kegiatan
guru
belajar yang menarik untuk mata
mengajar. Keberhasilan suatu proses
pelajaran yang diampunya, maka siswa
pembelajaran
oleh
akan lebih tertarik dalam pembelajaran
di
tersebut. Sehingga, pembelajaran tidak
dalamnya, antara lain: tujuan, bahan
monoton, dan siswa tidak merasa
atau
bosan.
suatu
pelaksanaan
ruang kegiatan
belajar
berbagai
kelas
sewaktu
dipengaruhi
komponen
materi,
yang
metode
atau
ada
model
belajar
pembelajaran, media, guru dan siswa.
juga
Untuk
berperan
mengatasi
dalam
masalah-
Terkait dengan model pembelajaran,
masalah tersebut, maka diperlukan
berdasarkan observasi peneliti pada
suatu pembelajaran yang sesuai, selain
beberapa sekolah, hingga saat ini
pembelajaran tradisional. Dalam proses
masih banyak pembelajaran disekolah
pembelajaran ini tidak lagi siswa
yang hanya berpusat pada guru. Guru
menjadi seorang pendengar, tetapi
yang aktif dalam proses pembelajaran,
siswa dapat memecahkan masalah
siswa
sebagai
dengan
kurang
kecakapan yang siswa miliki untuk
hanya
pendengar,
berperan
guru
juga
sendirinya
sesuai
dengan
menerapkan model-model pembelajar
berpikir
an yang menarik untuk siswa belajar,
masalah serta siswa menerima ataupun
terutama
menemukan
belajar
matematika.
kritis
dalam
dan
menghadapi
menggali
sendiri
Kebanyakan guru hanya menerapkan
pemecahan masalah pada pelajaran
metode ceramah dan diskusi saja.
matematika. Pembelajaran yang sesuai
Metode tersebut membuat siswa malas
dimaksud adalah pembelajaran Group
dalam belajar, karena metode tersebut
Investigation
membosankan
Teaching and Learning (CTL).
dan
tidak
menarik
semangat siswa dalam belajar. Selain penggunaan metode atau
Selain
(GI) dan
masalah
Contextual
yang
telah
diuraikan di atas, masih ada hal yang
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
92
tidak
kalah
dalam
disampaikan oleh guru, lingkungan
menentukan keberhasilan siswa dalam
yang gaduh membuat pembelajaran
belajar yaitu minat belajar siswa.
kurang efektif dan efisien. Hal tersebut
Beberapa
berdampak
belajar
pentingnya
alasan
rendahnya
siswa
adalah
minat
terhadap
hasil
belajar
metode
matematika yang tidak optimal. Proses
pembelajaran yang kurang efektif dan
pembelajaran khususnya pembelajaran
efisien,
menyebabkan
tidak
matematika akan lebih efektif dan
kemampuan
kognitif,
bermakna apabila siswa berpartisipasi
afektif, dan psikomotorik, misalnya
aktif. Metode pembelajaran ternyata
pembelajaran
dari
sangat berpengaruh terhadap kegiatan
waktu ke waktu sehingga siswa merasa
belajar mengajar di dalam kelas dan
bosan dan kurang berminat. Metode
pasti akan berpengaruh terhadap minat
pembelajaran
yang
belajar di dalam kelas dan akan
guru
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
seimbangnya
umumnya
yang
monoton
matematika
digunakan
matematika
oleh
adalah
konvensional
yang
metode
mengandalkan
ceramah dan alat bantu utama papan tulis, sehingga siswa cenderung pasif dan
kurang
dilibatkan
dalam
pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan penggunaan
model
pembelajaran
matematika
dapat
menghambat
pencapaian hasil belajar matematika. Faktor lain penyebab rendahnya minat siswa untuk belajar matematika adalah lingkungan, kelas yang tidak kondusif dapat
menghambat
pembelajaran
matematika.
proses Guru
kurang mampu mengkondisikan kelas, sehingga siswa membicarakan hal lain di
luar
topic
pelajaran
yang
KAJIAN PUSTAKA Prestasi Belajar Matematika Suatu proses belajar mengajar dikatakan
berhasil
apabila
tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Tujuan pembelajaran tersebut merupakan hasil belajar yang ditetapkan baik menurut aspek ini maupun aspek perilaku. Proses belajar menghasilkan perubahan dipihak
siswa,
dimana
perubahan
tersebut berupa kemampuan diberbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Menurut E.Mulyasa (2013:189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
93
kegiatan belajar, sedangkan belajar
dapat dicapai; (2) Minat : yaitu
pada hakekatnya merupakan usaha
kecenderungan dan kegairahan yang
sadar yang dilakukan seseorang untuk
tinggi atau keinginan yang besar
memenuhi
terhadap sesuatu; (3)
kebutuhannya.
Setiap
Sikap : yaitu
kegiatan belajar yang dilakukan peserta
kecenderungan untuk mereaksi atau
didik
prestasi
merespon terhadap sesuatu baik secara
belajar. Perubahan perilaku sebagai
positif maupun negatif; (4) Waktu dan
hasil belajar mempunyai ciri – ciri
kesempatan :
tertentu. Ciri–ciri perubahan perilaku
memiliki
hasil belajar tersebut menurut Makmun
kesempatan untuk belajar cenderung
(dalam
E. Mulyasa:2013) adalah
memiliki prestasi belajar yang tinggi
bersifat
(1)
daripada yang hanya memiliki sedikit
akan
menghasilkan
Intensional
yaitu
peserta
banyak
didik waktu
yang dan
pengalaman atau praktek latihan itu
waktu dan kesempatan untuk belajar.
dengan sengaja dan disadari dilakukan
b) Faktor eksternal: (1) Lingkungan
dan bukan secara kebetulan; (2) Positif
keluarga; (2) Lingkungan sekolah; (3)
yaitu sesuai dengan yang diharapkan
Teman; (4) Masyarakat; (5) Keadaan
atau
baik
rumah; (6) Ruang belajar; (7) Fasilitas
dipandang dari segi peserta didik
belajar; (8) Buku–buku sumber belajar,
maaupun dari segi guru; (3) Efektif
dan sebagainya.
kriteria
keberhasilan
yaitu perubahan hasil belajar itu relatif
Faktor
penghambat
prestasi
tetap dan setiap saat diperlukan dapat
belajar siswa menurut Tulus Tu’u
direproduksikan dan dipergunakan.
(2004:82-86) adalah: penghambat dari
Faktor–faktor yang mempenga ruhi
prestasi
belajar
dalam : (1) Faktor kesehatan: siswa
menurut
yang kesehatannya sering terganggu
E.Mulyasa (2013) ada dua yaitu faktor
menyebabkan banyak waktunya untuk
internal dan faktor eksternal.
beristirahat.
a) Faktor internal: (1) Intelegensi :
tertinggal pelajaran. Prestasi siswa ini
yaitu dasar potensial bagi pencapaian
kemungkinan
hasil belajar, artinya semakin tinggi
Faktor kecerdasan: siswa yang tingkat
tingkat intelegensinya makin tinggi
kecer-dasannya
pula kemungkinan hasil belajar yang
menyebabkan kemampuan mengikuti
Hal
itu
belum
membuatnya
optimal;
rendah
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
(2)
akan
94
kegiatan pembelajaran agak lambat; (3)
dibiarkan
Faktor perhatian: perhatian belajar di
ketidakadilan pada para siswa; (4)
rumah kerapkali terganggu oleh acara
Faktor masyarakat: misalnya acara
televisi, kondisi rumah dan kondisi
televise,
keluarga. Perhatian belajar di sekolah
memakai obat-obatan tropika, terlalu
terganggu oleh kondisi kelas dan
banyak teman bermain, merupakan
suasana pembelajaran serta lemahnya
yang paling banyak merusak prestasi
upaya diri berkonsentrasi; (4) Faktor
belajar dan perilaku siswa; (5) Faktor
minat:
tidak
aktivitas organisasi: bila siswa sangat
mengembangkan minat dirinya dalam
potensial, banyak aktivitas organisasi,
pembelajaran, maka hal ini akan
selain dapat menunjang hasil belajar,
membuat siswa belajar tidak sungguh-
dapat juga mengganggu hasil belajar
sungguh; (5) Faktor bakat: bakat
apabila siswa tidak mengatur waktu
adalah potensi-potensi yang dimiliki
dengan baik.
apabila
siswa
juga
teman
akan
timbul
yang
rasa
merokok,
seseorang yang dibawa sejak lahir.
Berdasarkan uraian di atas,
Apabila pelajaran yang diikuti siswa
peneliti menyimpulkan bahwa prestasi
tidak
belajar
sesuai
dengan
bakat
yang
matematika
adalah
hasil
dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan
pemahaman siswa atau hasil belajar
mencapai hasil yang tinggi.
siswa mengenai pelajaran matematika
b) Penghambat dari luar : (1) Faktor
yang
keluarga: misalnya cara orang tua
pembelajaran berlangsung, dan dalam
mendidik anak-anak yang kurang baik,
penelitian prestasi belajar matematika
teladan yang kurang, hubungan orang
siswa dapat diukur dari hasil tes yang
tua dengan anak yang kurang baik; (2)
diberikan kepada siswa.
Faktor sekolah: misalnya metode yang
Pembelajaran Group Investigation
dipakai guru kurang sesuai dengan
(GI)
materi,
monoton,
kurang
variatif,
ditempuh
Menurut
siswa
Aris
selama
Shoimin
dan
(2014:80) Group Investigation (GI)
embosankan siswa; (3) Faktor disiplin
adalah suatu model pembelajaran yang
sekolah: misalnya siswa yang tidak
lebih menekankan pada pilihan dan
disiplin dibiarkan, siswa yang disiplin
kontrol siswa daripada menerapkan
sehingga
kurang
menarik
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
95
teknik–teknik pengajaran di ruang
mengumpulkan
sejumlah
kelas. Selain itu juga memadukan
menganalisanya
dan
prinsip belajar demokratis dimana
beberapa kesimpulan; (4) Siswa akan
siswa terlibat secara
menggunakan
aktif dalam
data, mencapai
pendekatan
yang
kegiatan pembelajaran, baik dari tahap
beragam didalam belajar; (5) Hasil-
awal
hasil
sampai
akhir
termasuk
pembelajaran
didalamnya
siswa
dari
penelitian
siswa
dipertukarkan diantara seluruh siswa.
mempunyai kebebasan untuk memilih
Dari pendapat-pendapat diatas
materi yang akan dipelajari sesuai
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
dengan topik yang dibahas.
Pembelajaran Group Investigation (GI)
“Pengembangan belajar koope
adalah belajar dalam kelompok kecil
ratif GI didasarkan atas suatu premis
yang beranggotakan sekitar 4-5 siswa
bahwa
sekolah
serta dalam kelompok tersebut siswa
menyangkut kawasan dalam domain
aktif dalam menyelesaikan masalah
sosial dan intelektual, dan proses yang
yang dihadapi, serta menumbuhkan
terjadi
kemampuan
proses
belajar
merupakan
di
penggabungan
berpikir
mandiri.
nilai–nilai kedua domain tersebut”
Pembagian kelompok dilakukan secara
(Rusman, 2014:221).
heterogen. Agar kemampuan siswa
Sedangkan (dalam
menurut
merata.
2010:152)
Langkah-langkah pembelajaran
memaparkan beberapa ciri-ciri esensial
model Group Investigation menurut
investigasi
kelompok
sebagai
Rusman (2014) : (1) Mengidentifikasi
pendekatan
pembelajaran
adalah:
topik dan mengorganisasikan siswa
(1)Para
Aunurrahman,
Killen
siswa
kelompok-kelompok
bekerja kecil
dalam
kedalam
kelompok.
Para
siswa
dan
menelaah sumber–sumber informasi,
memiliki indepedensi terhadap guru;
memilih topik, dan mengategorisasi
(2)Kegiat an-kegiatan siswa terfokus
pilihan
pada upaya menjawab pertanyaan-
Merencanakan
pertanyaan yang telah dirumuskan; (3)
secara bersama–sama oleh para siswa
Kegiatan belajar siswa akan selalu
dalam kelompoknya masing–masing,
mempersyaratkan
yang meliputi : apa yang kita selidiki;
mereka
untuk
topik
yang
sama;
tugas–tugas
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
(2)
belajar
96
bagaimana kita melakukannya, siapa
anggotanya
sebagai apa; pembagian kerja; untuk
pembahasan; (6) Kelompok lain dapat
tujuan apa topik ini diinvestigasi; (3)
memberikan tanggapan terhadap hasil
Melaksanakan investigasi yaitu siswa
pembahasan; (7) Guru memberikan
mencari informasi, menganalisis data,
penjelasan singkat (klarifikasi) bila
dan
terjadi
membuat
kesimpulan,
setiap
anggota kelompok harus bisa bekerja
menyampaikan
kesalahan
hasil
konsep
dan
memberikan kesimpulan.
sama satu sama lain dalam kelompok; (4) Menyiapkan laporan akhir, anggota kelompok
menentukan
esensial
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Contextual
proyeknya, merencanakan apa yang akan
dilaporkan
dan
bagaimana
membuat presentasinya; (5) Mempre
Sedangkan langkah – langkah
Investigation
Group
model (GI)
menurut
Aris
(1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen; Guru
menjelaskan
maksud
pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan;
(3) Guru
mengundang ketua–ketua kelompok untuk memberi materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya; (4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya;
(5)
Setelah
selesai,
masing-msing kelompok yang diwakili ketua
kelompok
merupakan
suatu
proses pembelajaran yang holistik dan
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi
tersebut
dengan
konteks
kehidupan sehari-hari sehingga siswa
Shoimin (2014:81)
(2)
(CTL)
and
bertujuan memotivasi siswa untuk
sentasikan hasil kerja kelompok.
pembelajaran
Learning
Teaching
atau
salah
satu
memiliki
pengetahuan/keterampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan dari
satu
permasalahan
ke
permasalahan lainnya. (Aris Shoimin, 2014: 41). Elaine B.Johnson (dalam Rusman,
2014:187)
“pembelajaran
mengatakan:
kontektual
adalah
sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola– pola yang mewujudkan makna.” Elaine (dalam Rusman,
2014:187)
mengatakan:
“bahwa
pembelajaran
kontekstual
adalah suatu sistem pembelajaran yang
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
97
cocok dengan otak yang menghasilkan
siswa dapat menemukan penyelesaian
makna
dari permasalahan tersebut.
dengan
menghubungkan
muatan akademis dengan konteks dari
Sedangkan
langkah-langkah
kehidupan sehari–hari siswa.” Howey
pembelajaran model CTL menurut Aris
R, Keneth (dalam Rusman 2014:189-
Shoimin (2014:43-44) adalah:
mendefinisikan CTL sebagai
190)
(1)
Guru
menyampaikan
tujuan
berikut.
pembelajaran dan pokok materi yang
“Contextual teaching is teaching that
akan dipelajari; (2) Guru menjelaskan
enables learning in wich student
tentang pembagian kelompok dan cara
employ their academic understanding
belajar; (3) Siswa bekerja dalam
and abilities in a variety of in and out
kelompok menyelesaikan permasalah
of school context to solve simulated or
an
real world problems, both alone and
berkeliling untuk memandu proses
with others.”
penyelesaian masalah; (4)Siswa wakil
(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulative ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama).
kelompok
Dari pendapat–pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran
CTL
adalah
pembelajaran yang mengkaitkan materi belajar
dengan
kondisi
kehidupan
nyata. Pada intinya penilaian pada pembelajaran ini dilakukan mulai dari siswa mencari permasalahan sampai
yang
diajukan
guru.
mempresentasikan
Guru
hasil
penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru; (5) Kelompok
lain
menanggapi
hasil
presentasi
dari
kelompok
yang
bertugas; (6) Guru mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru
dan
siswa
membahas
cara
penyelesaian masalah yang tepat; (7) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang halhal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan
pesan
selama
mengikuti
pembelajaran.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
98
Bahri, 2011:191) adalah suatu rasa
Minat Belajar Minat merupakan salah satu faktor yang
kuat
dalam
menentukan
keberhasilan seseorang. Oleh karena itu agar berhasil dalam setiap usaha, seseorang
harus
memupuk
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Berdasarkan
pengertian-
minat
pengertian di atas dapat dipahami
terhadap apa yang diinginkan. Didasari
bahwa minat adalah keinginan yang
minat yang tinggi, seseorang akan
relatif menetap untuk memperhatikan
berusaha untuk memperolehhasil yang
dan mengenang suatu
memuaskan.
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
Minat
merupakan
keadaan dimana seseorang melihat tanda-tanda
akan
dihubungkan
situasi
dengan
akan
keinginan-
mempengaruhi
keberhasilan bagi setiap siswa. Jika seseorang berminat untuk mempelajari suatu pelajaran atau suatu hal maka akan
berhasil
dengan
baik.
Ada
beberapa pendapat tentang difinisi minat.
Menurut
(Syaiful
yang menyuruh.
yang
keinginannya sendiri. Besar kecilnya minat
ketertarikan
Bahri,
2011:166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Minat menurut Slameto (dalam Syaiful
METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK PGRI 4 Ngawi tahun pelajaran 2015 – 2016. Pengambilan sampel dipilih secara acak, yaitu kelas X Akuntansi 1 sebagai
kelas
eksperimen
yang
pertama, kelas X Akuntansi II sebagai kelas eksperimen yang kedua. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan factorial 2 x 3 yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Desain Faktorial Penelitian Minat belajar siswa (b)
model pembelajaran (a)
tinggi (b1)
sedang (b2)
rendah (b3)
GI (a1)
(a1b1)
(a1b2)
(a1b3)
CTL (a2)
(a2b1)
(a2b2)
(a2b3)
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
99
siswa. Dalam menentukan skor angket
Teknik Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
yang
setiap alternatif jawaban mempunyai
digunakan dalam penelitian ini adalah :
skor yang berbeda. Pemberian untuk
Metode Tes
tiap–tiap
Metode tes digunakan untuk
alternatif
jawaban
disesuaikan dengan kriteria item.
mengetahui hasil skor kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika pada kompetensi dasar “menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Hipotesis Setelah uji prasyarat Anava telah terpenuhi maka dilakukan Uji Anava Dua Jalan dengan Sel Tidak Sama.
dan bidang dalam ruang dimensi dua.” Metode Angket
Hasilnya disajikan dalam Tabel 1.2 berikut.
Metode angket digunakan untuk mengetahui data tentang minat belajar Tabel1.2 : Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan Sumber Variansi Pembelajaran (A) Motivasi (B) Interaksi (AB) Galat Total
JK 9671.8513 5798.1058 -5788.713 362.79816
Dk 1 2 2 55 60
RK 9671.851312 2899.052883 -2894.35657 6.596330182
Dari Tabel 1.2 diatas dapat disimpulkan: 1. Karena Fa = 1466.2473 > Ftabel = 4.00 maka H0A ditolak atau ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikatnya atau dengan kata lain
pendekatan
berpengaruh
pembelajaran
terhadap
prestasi
belajar matematika siswa. 2. Karena Fb =439.49481
Fobs 1466.2473 439.49481 -438.7828
perbedaan
efek
Fα 4.00 3.15 3.15
antar
P < 0.05 < 0.05 > 0.05
kolom
terhadap variabel terikatnya atau dengan kata lain terdapat pengaruh minat
belajar
siswa
terhadap
prestasi belajar matematika siswa. 3. Karena Fab = -438.7828
< Ftabel
=3,15 maka H0AB diterima atau tidak ada interaksi antara efek baris dan efek
> Ftabel =
kolom terhadap variabel terikatnya
3.15 maka H0B ditolak atau ada Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
100
dengan kata lain perbedaan prestasi
sedang, dan rendah berlaku sama
belajar
(konsisten)
matematika
diberikan
siswa
pembelajaran
yang dengan
untuk
tiap-tiap
pembelajaran.
model belajar Group Investigation
Uji Komparasi Ganda
(GI)
dengan
Komparasi ganda merupakan uji lanjut
model belajar Contextual Teaching
pasca Anava. Dari kesimpulan atau
and Learning (CTL) berlaku sama
hasil penelitian maka perlu dilakukan
pada masing-masing minat belajar
komparasi ganda atau uji lanjut pasca
dan
anava. Perhatikan tabel Scheffe untuk
dan
pembelajaran
perbedaan
prestasi
belajar
antara siswa dengan minat tinggi,
Anava Dua Jalan.
Tabel1.3 : Uji Scheffe Untuk Anava Dua Jalan H0 µ1 = µ2 µ2 = µ3 µ1 = µ3
1.
2.
3.
F 6,7596 0,008693319 0,010742515
2.F(0.05,2,55) (2)(3.15) = 6.3 (2)(3.15) = 6.3 (2)(3.15) = 6.3
P > 0.05 < 0.05 < 0.05
Untuk komparasi µ1 = µ2 ditolak
Hipotesis Pertama
artinya ada perbedaan signifikan
Model pembelajaran yang digunakan
antara prestasi belajar matematika
adalah model pembelajaran GI dan
yang mempunyai minat tinggi
model pembelajaran CTL berpengaruh
dengan sedang.
terhadap prestasi belajar matematika.
Untuk komparasi µ2 = µ3 diterima
Dengan melihat rerata masing-masing
artinya tidak ada perbedaan antara
sel, diperoleh bahwa siswa-siswa yang
prestasi belajar siswa yang
diajar menggunakan model belajar CTL
memiliki minat sedang dan rendah.
lebih
Untuk komparasi µ1 = µ3 diterima
dibandingkan dengan siswa-siswa yang
artinya tidak ada perbedaan antara
diajar dengan menggunakan model
prestasi belajar siswa yang
belajar GI.
baik
prestasi
belajarnya
memiliki minat tinggi dan rendah. Hipotesis Kedua PEMBAHASAN Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
101
Terdapat belajar
perbedaan
matematika
prestasi Hipotesis Ketiga
ditinjau
dari Tidak terjadi interaksi antara model
motivasi berprestasi siswa. Dengan pembelajaran
dan
minat
belajar
melihat tabel Scheffe pada Uji pasca terhadap prestasi belajar matematika: Anava
bahwa
Prestasi
belajar a. Siswa
yang
dikenai
model
matematika dengan minat belajar tinggi
pembelajaran CTL memiliki minat
lebih
belajar yang sama. Artinya tidak
baik
dibandingkan
dengan
prestasi belajar matematika dengan
ada
minat
antara minat belajar tinggi, sedang,
sedang,
matematika
prestasi
siswa
belajar
dengan
minat
perbedaan
yang
signifikan
dan rendah.
sedang sama baiknya dengan siswa b. Pada model pembelajaran CTL yang memiliki minat rendah, dan
siswa yang memiliki minat belajar
prestasi
siswa
tinggi, sedang, dan rendah memiliki
tinggi sama baiknya
prestasi belajar yang sama. Begitu
dengan siswa yang mempunyai minat
pula pada model pembelajaran GI
rendah.
prestasi belajar siswa tidak ada
belajar
dengan minat
Ini
matematika
mungkin
disebabkan
beberapa faktor :
perbedaan pada tiap tingkatan minat
a.
belajar.
pada saat pelaksanaan tes kurang disiplin yaitu waktu pelaksanaan tes kurang efektif serta suasana
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan: kurang mendukung, karena saat 1. Prestasi belajar matematika siswa pelaksanaan tes kelas lain sedang yang diberikan dengan model kelas dan lingkungan kelas juga
gaduh
sehingga
peserta
tes
konsentrasinya terganggu. b.
Saat
pengisian
angket
pembelajaran CTL lebih baik dari pada siswa yang diberikan model
minat
pembelajaran GI.
belajar mungkin beberapa siswa 2. Prestasi belajar matematika dengan mengisi angket tersebut asal-asalan minat belajar tinggi lebih baik dan menganggap angket tersebut dibandingkan dengan prestasi hal yang sepele. belajar matematika dengan minat belajar
sedang,
prestasi
belajar
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
102
matematika belajar
siswa
sedang
denganminat
sama
baiknya
Bahri, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
dengan siswa yang memiliki minat Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian Edisi ke-2. Surakarta: UNS matematika siswa dengan minat Press belajar rendah, dan prestasi belajar
belajar tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah. 3. Tidak
terdapat
interaksi
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
antara
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran (mengembangkan belajar terhadap prestasi belajar profesionalisme guru). Jakarta: matematika: PT. Raja Grafindo Persada. model pembelajaran dan minat
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. . 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Grasindo.
Media Prestasi Vol. XVII No.1 Juni 2017/P-ISSN 1979 - 9225 e-ISSN 2356-2692
103