Publikasi Online @2012 Widya Novianti
Dialektika http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/
Sosiologi Universitas Sebelas Maret http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 1
Makna Tradisi Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Di Desa Lahar Pati Widya Novianti
Abstract: Tradition is a deep-rooted heritage and passed down from ancestors to the next generation in a society. Its existence depends on how the public concern that as the owner maintains the tradition. But it is also very influential on the existence of the tradition is the meaning of the tradition itself for its citizens. Lahar village is one of them that has a long tradition can exist and persist until today the tradition of alms earth.
Pendahuluan Berbagai macam upacara adat yang terdapat di dalam masyarakat pada umumnya dan masyarakat Jawa pada khususnya adalah merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur.Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turuntemurun dari generasi ke generasi berikutnya.Perubahan-perubahan tata nilai menuju perbaikan sesuai dengan tuntutan jaman.yang jelas adalah bahwa tata nilai yang dipancarkan melalui tata cara upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba hati-hati agar dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan baik lahir maupun batin. oleh sebab itu setiap tata cara upacara adat mempunyai makna sendirisendiri dan sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa baik yang tinggal di kota-kota besar maupun di desa-desa. Dalam pelaksanaanya jelas akan disesuaikan dengan keadaan setempat dan menurut kemampuan masing-masing disamping adat istiadat serta tata upacaranya, juga tersaji pendidikan budi pekerti, pengetahuan mengenal watak, jenis manusia serta aturan-aturannya.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 2
Semuanya itu adalah merupakan warisan hasil budi luhur Nenek Moyang kita yang perlu di jaga dan kita lestarikan. Maka dengan pembinaan dan pelestarian kebudayaan tersebut akan menjamin kelangsungan hidup budaya nasional sehingga mampu membendung arus kebudayaan asing yang belum tentu sesuai dengan kebudayaan nasional. Masalah kebudayaan yang secara khusus diteliti dan dipelajari oleh Antropologi budaya, dikaji pula secara Sosiologis.Oleh karena itu dalam kehidupan nyata, antara masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan.Seseorang yang hendak mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula memperhatikan lembaga-lembaga masyarakat yang dimana pertumbuhan lembaga-lembaga masyarakat itu terdapat norma-norma masyarakat agar membentuk suatu kekuatan mengikat dalam hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Norma-norma dalam masyarakat tersebut setelah mengalami suatu proses, pada akhirnya akan dikenal, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Ciri masyarakat Jawa yang lain adalah berketuhanan. Suku bangsa Jawa sejak masa prasejarah telah memiliki kepercayaan Animisme, yaitu: suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuhan, hewan, dan juga pada manusia sendiri. Kepercayaan seperti ini adalah agama mereka yang pertama.Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan ghaib atau memiliki roh yang berwatak buruk maupun baik.Dengan kepercayaan tersebut mereka beranggapan bahwa disamping semua roh yang ada, terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia.Dan agar terhindar dari roh tersebut mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan upacara disertai dengan sesaji. Masyarakat Jawa menekankan nilai-nilai rukun dan hormat dengan cara merendahkan diri untuk meninggikan diri. Dengan merendahkan diri samahalnya memberi hormat kepada orang lain dan dengan begitu orang lain pun akan menghormati dirinya. Dalam kehidupan saling menghormati dan http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 3
rukun ini tercipta suasana yang harmonis dan bukan saling bersaing untuk menonjolkan kemampuanya atau apapun yang dimiliki.Orang yang merendahkan diri secara tidak langsung menjaga hubungan sosial dalam kelompok.Untuk itu karakteristik perilaku budaya Jawa ini wajib kita jaga sebagai suku Jawa tradisional. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu wilayah, negara, kebudayaan, golongan atau agama yang sama. Masyarakat Jawa memang terkenal dengan beragam jenis tradisi atau budaya yang ada di dalamnya.Baik tradisi kultural yang semuanya ada dalam tradisi atau budaya Jawa tanpa terkecuali.Dari beragam macamnya tradisi yang ada di masyarakat Jawa, hingga sangat sulit untuk mendeteksi serta menjelaskan secara rinci terkait dengan jumlah tradisi kebudayaan yang ada dalam masyarakat Jawa tersebut. Kearifan Lokal Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius.Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales.Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (lihat Ayatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa localgenius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 4
1986:18-19). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986:40-41) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciricirinya adalah: a. mampu bertahan terhadap budaya luar b. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar c. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalambudaya asli d. mempunyai kemampuan mengendalikan e. mampu memberi arah pada perkembangan budaya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas.Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni, Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orangorang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 5
perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain.masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaanadalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam
kehidupan
sehari-hari,
kebudayaan
itu
bersifat
abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Menurut Badcock (1975:52-55), mitos memang merupakan "something with tells a story" .Selanjutnya, juga menyatakan bahwa mitos "does not convey common sence information, it is not for political purpose. It serves no utilitarian end whatsoever, and conveys no information about the everyday world. Nor is it necesuriley morally or political pedagogic. Batasan ini mengarahkan bahwa mitos adalah ceritera yang spesifik, artinya tidak semua ceritera tentang kekinian dapat disebut mitos.Mitos adalah bagian dari fenomena budaya yang menarik. Yang perlu dicamkan, menurut Levi-Strauss (Ember dan Ember, 1986:48), fenomena sosial budaya merupakan representasi struktur luar yang mendasarkan diri pada struktur dalam (underlying structure) dan human.Untuk mencermati makna mitos, Levi-Strauss (Paz, 1995:9) menggariskan bahwa sistem linguistik terbangun dari relasi antarfonem http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 6
sehingga membentuk pertentangan dwitunggal (oposisi biner) yang dapat dijadikan landasan penafsiran.Dalam kaitan itu, Levi-Strauss (1974:232) menjelaskan bahwa dalam mitos terdapat hubungan unit-unit (yang merupakan struktur) yang tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi hubungan tersebut dapat dikombinasikan dan digunakan untuk mengungkap makna di balik mitos itu. Tradisi Sedekah Bumi Tradisi sedekah bumi ini, merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat di pulau Jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun dari nenek moyang orang Jawa terdahulu.Tradisi sedekah bumi ini dilaksanakan tiap tahun sekali.Dalam rangka menjaga keharmonisan hubungan antara individu dengan leluhurnya ataupun dengan alam, masyarakat Jawa mengembangkan tradisi slametan maupun ziarah kubur serta ziarah ke tempat-tempat lain yang dikeramatkan.Hal ini disebabkan dalam pandangan masyarakat Jawa roh yang meninggal itu bersifat abadi.Orang yang telah meninggal, arwahnya tetap memiliki daya sakti, yaitu dapat memberi pertolongan pada yang masih hidup sehingga anak cucu yang masih hidup senantiasa berusaha untuk tetap berhubungan dan memujanya (Koentjaraningrat, 1984). Di dalam hal ini, bahwa ritual sedekah bumi adalah pengaruh masyarakat pada kebudayaannya yang mampu mengubah sistem kepercayaan suku bangsa Jawa, yang semula mempercayai adanya roh nenek moyang yang menempati suatu tempat sehingga tempat itu dianggap angker, sangat berubah atau bertambah kepercayaannya akan adanya dewa-dewa. Sebagai seorang awam yang beragama Islam atau kejawen dalam melakukan berbagai aktivitas keagamaan sehari-hari, rata-rata dipengaruhi oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-pandangan nilai-nilai budaya, dan norma-norma yang kebanyakan berada di dalam alam pikirannya. Masyarakat Desa Lahar yakin adanya Allah, yakin bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yakin adanya nabi-nabi lain, yakin adanya tokoh-tokoh Islam http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 7
yang keramat, namun mereka juga yakin adanya dewa-dewa tertentu yang menguasai bagian-bagian dari alam semesta memiliki konsep-konsep tertentu tentang hidup dan kehidupan setelah kematian, yakin adanya makhluk-makhluk halus penjelmaan nenek moyang atau orang yang sudah meninggal, yakin adanya roh-roh penjaga tempat tertentu, kegiatan keagamaan orang Jawa yang menganut agama Jawa juga mengenal sistem upacara. Bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang adalah salah satu bentuk upacara keagamaan yang dilakukan.Adat untuk mengunjungi makam nenek moyang (nyekar) adalah suatu tindakan yang penting dalam agama Jawa.Dan segala bentuk upacara atau slametan bumi yang dilakukan selalu menggunakan berbagai jenis sesaji (sesajen, sajen).Hal ini juga sangat menonjol
dalam
beberapa
upacara
ritual
sedekah
bumi
dengan
mempertunjukan tarian tayuban sebagai pelengkap ritual sedekah bumi tersebut. Akan tetapi tradisi sedekah bumi mempunyai makna yang lebih dari itu, upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian yang sudah menyatu dengan masyarakat yang tidak akan mampu untuk dipisahkan dari kultur (budaya) Jawa yang menyiratkan simbol penjagaan terhadap kelestarian serta kearifan lokal, khas bagi masyarakat agraris maupun masyarakat nelayan khususnya yang ada di pulau Jawa. Pengertian dari pada sedekah bumi itu sendiri adalah suatu acara tradisi yang dilakukan secara bersama-sama dengan memberi sedekah makanan atau hasil alam, serta memanjatkan Doa kepada Tuhan atas keberkahan yang telah dilimpahkan kepada seluruh penduduk desa. Sedekah bumi itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti sedekah (memberi) sedangkan bumi (tanah) sehingga apabila kedua kata tersebut dirangkai mengandung pengertian yaitu memberi doa serta melestarikan bumi. Dari tahun ke tahun upacara sedekah bumi mengalami perubahan dan perkembangan baik waktu
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 8
penyelenggaraan, prosesi, keikutsertaan warga, pemimpin upacara, alat upacara maupun hiburan. Masyarakat Desa Lahar memang masih memiliki sifat tradisional yang kental. Segala aspek kehidupannya sangat erat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Apalagi sifat masyarakatnya yang agraris sudah barang tentu sangat tergantung dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu, para sesepuh masyarakat biasanya memiliki kearifan-kearifan tertentu yang bersifat menjaga dan melestarikan lingkungan tersebut. Perubahan musim, kondisi tanah atau lahan, dan sifat serta syarat hidup tanaman sangat dikenal dan dipahami oleh masyarakat agraris. Demikian pula sumber-sumber daya alam, hayati, maupun hewani yang dapat diambil manfaatnya sangat dikenal oleh masyarakat tersebut. Untuk menjaga dan melestarikan lingkungan alam, hayati dan hewani tersebut masyarakat petani memiliki kearifan yang biasanya dipatuhi. Kearifan dan cara tradisional pada masyarakat Desa Lahar itulah yang masih perlu diungkapkan dan dikaji agar memberikan sumbangan bagi pembangunan masyarakat secara lebih luas. Pengetahuan dan kearifan masyarakat Desa Lahar tentang lingkungannya dapat dikatakan cukup baik. Pandangan mereka mengenai tanah sangat baik. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah mampu memberikaan penghidupan kepada mereka. Dari tanah itulah mereka memperoleh bahan makanan, tempat tinggal, serta pekerjaan sehari-hari. Sebagai petani tradisional mereka memperlakukan tanah dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu manusia harus dapat menjaga kelestarian alam lingkungan terutama bumi beserta isinya. Prosesi upacara sedekah bumi Prosesi Arak-arakan Sedekah Bumi Dalam prosesi arak-arakan ini warga masyarakat berbondong bondong mengarak jollen ketempat tujuan yaitu punden Makam Mbah Kopek yang berada didekat pasar Desa Lahar.Karena temapt tersebut dianggap sakral bagi masyarakat maka arak-arakan atau prosesi ritual upacara sedekah bumi http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 9
dilaksanakan ditempat tersebut.Jollen itu sendiri merupakan miniatur rumah-rumahan adat jawa yang berukuran besar dan didalamnya terdapat berkat atau makanan yang disajikan dari warga Desa Lahar.Dalam mengiring jollen ini biasanya diirngi dengan drumband ataupun lagu shalawatan guna menambah semaraknya suasana sedekah bumi. Pembacaan Do’a saat Ritual Sedekah Bumi atau bedudukan Sebelum do’a-do’a dibacakan dipanjatkan bersama, sambil menunggu warga terkumpul semua disiapkan dupa atau kemenyan yang berisi kayu arang dan kemenyan kemudian dibakar di atas nampan yang dibuat dari tanah liat kemudian diletakkan di atas tampah yang berisi bunga-bunga seperti mawar merah, kantul dan bunga lainnya. Dupa ini bertujuan untuk mengusir roh jahat yang menghalangi acara ritual, dalam logat Jawanya. Tarian tayub Tarian tayub ini dilakukan sebelum ritual upacara sedekah bumi dilakukan, warga menganggap dengan adanya seni tarian tayub ini biar roh yang di panggil senang dan merasa lebih dihormati dengan adanya tarian tayub ini. Sehingga proses upacara sedekah bumi di beri kelancaran tanpa adanya suatu halangan. Tukar menukar Berkatan Selesai pembacaan do’a yang dipimpin oleh modinkemudian warga dipersilahkan untuk saling merebut berkatan sebanyak-banyaknyasiapapun yang mendapatkan berkatan itu akan mendapat rejekiyang banyak, penghidupannya akan semakin layak. Kumpulan bunga(kembang) terdiri dari bunga mawar merah, bunga gading (kantil), bungakenanga, kumpulan bunga tersebut mengandung arti bahwa semua wargamasyarakat setempat menyembah untuk berdo’a supaya tetap diberikenikmatan dan berterima kasih kepada Allah SWT atas karunia nikmatyang telah dilimpahkan kepada warga masyarakat seluruhnya.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 10
Pertunjukan Kesenian Wayang Kulit Pertunjukan Wayang kulit ini sebagai tindak lanjut dari acara ritual sedekah bumi, yang dilaksanakan di dekat makam sebagai makam leluhur bagi masyarakat setempat yang dinamakan Mbah kopek. Pertunjukan wayang kulit dilaksanakan dalam setiap tahunnya, pada hari jum’at kliwon sebagai hiburan terakhir yang sekaligus kegemaran Mbah Kopek. Dengan maksud untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti gagal panen yang dapat menurunkan pendapatan masyarakat karena sebagian besar penduduk desa setempat adalah petani. Kegiatan keagamaan orang Jawa yang menganut agama Jawa yang mengenal sistem upacara. Bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang adalah salah satu bentuk upacara keagamaan yang dilakukan Misalnya : 1) Melakukan kegiatan mengunjungi makam keramat (nyekar) 2) Menggunakan berbagai sesajen 3) Sejarah perkembangan sistem kepercayaan orang Jawa, dengan kata lain, di samping kekuatan yang ada dalam tubuh manusia, masih ada kekuatan yang jauh lebih hebat yang ada di luar tubuh manusia. Misalnya : pertunjukan wayang kulit sebagai sarana ritual sedekah bumi di Desa Lahar. Dengan
demikian,
dapat
dipahami
bahwa
upacara
pertunjukkan
wayangmerupakan upacara keagamaan yang mengandung maksud tertentu, yaitu untuk memanggil dan berhubungan dengan roh nenek moyang guna dimintai
pertolongan
dan
perlindungan.
Pertunjukan
wayang
kulit
merupakan tradisi upacara ritual sedekah bumi di Desa Lahar sangat bermanfaat untuk menyampaikan pesan-pesan kepada warganya tentang tata kehidupan mengenai hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan antara warga yang satu dengan yang lainnya dalam satu desa, hubungan antara warga dengan perangkat desa serta hubungan warga dengan pemerintah.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 11
Pemaknaan Golongan Priyayi Terhadap Prosesi Ritual Upacara Sedekah Bumi Kategori ini adalah para orang yang berpengalaman dan memiliki intelektual yang
cukup
tinggi.Mereka
dalam
masyarakat
Desa
Lahar
begitu
disegani.Golongan inilah yang yang memiliki pemikiran modern dan cenderung lebih berpengalaman.Pada dasarnya kriteria ini hanya disandang oleh sebagian kecil masyarakat.Umumnya masyarakat disana begitu menghormati golongan ini.Ketika dalam musyawarah warga pun, mereka begitu
mendominasi
pembicaraan
dan
menjadi
pertimbangan
utama.Argumen mereka pun begitu berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Sehingga makna yang mereka berikan berbeda dengan kelompok masyarakat lain. Mengenai hal ini maka makna prosesi upacara tradisi sedekah bumi dapat penulis interpretasikan sebagai berikut : Pemeliharaan adat warisan nenek moyang Tradisi sedekah bumi di Desa Lahar tidak hanya sebagai wahana hiburan untuk masyarakatnya sendiri dan warga sekitarnya.Namun tradisi itu seolah telah menjadi identitas bagi Desa Lahar.Bahwa di Desa Lahar memiliki tradisi tersebut sudah di ketahui oleh masyarakat disekitarnya.bahwa tujuan diadakannya tradisi sedekah bumi setiap tahun adalah untuk melestarikan adat warisan nenek moyang Desa Lahar yang diturunkan ke anak cucunya. Tradisi itu telah menjadi semacam syarat dalam menjalani kehidupan bagi masyarakat Desa Lahar.Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut perubahanperubahan atau bahkan peniadaan sedekah bumi Sebagai pelanggaran adat. Upacara syukuran hasil bumi Mengenai hal ini telah dikemukakan oleh Bapak Saru bahwa upacara tradisi sedekah bumi dilaksanakan setelah masa panen disamping melaksanakan adat adalah untuk bersenang-senang sebagai rasa syukur mereka atas hasil bumi yang diperoleh.Telah diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Lahar bermata pencaharian sebagai petani.Sehingga secara umum pula kehidupan mereka tergantung pada hasil pertanian, terutama padi.Dalam http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 12
memenuhi kebutuhan yang membutuhkan biaya tinggi pun, mereka biasanya menunggu panen tiba. Biasanya mereka akan menjual hasil panen untuk membiayai kebutuhan hidup mereka. Pemaknaan Golongan Saudagar Terhadap Prosesi Sedekah Bumi Golongan ini adalah terdiri dari para sodagar atau pedagang besar yang sudah memiliki pemikiran yang cukup modern (bahwa mereka mengartikan sedekah bumi tersebut sebagai sarana hiburan masyarakat).Dalam menyikapi tradisi sedekah bumi yang ada sejak jaman dahulu, mereka mempunyai pandangan sendiri dalam hubungannya dengan pelaksanaan trsdisi sedekah bumi. Sikap maupun pemaknaan dari golongan ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Pelestarian adat yang turun temurun Adanya tradisi sedekah bumi di Desa Lahar pun merupakan refleksi dari kepercayaan masyarakat atas roh leluhur Desa Lahar.Tradisi tersebut merupakan warisan yang telah berjalan secara terus menerus.Bagi golongan sodagar, tradisi sedekah bumi ini bukanlah sesuatu hal yang istimewa atau di istimewakan.Mereka pada dasarnya berpikiran cukup modern.Pandangan mereka mengenai tradisi ini adalah hanya sebagai kebiasaan maupun adat yang telah dijalankan sejak dulu. Warisan budaya yang bersifat memaksa Dalam suatu kelompok masyarakat, anggota mau tidak mau harus mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat itu. Apa yang dipandang sebagai suatu yang umum adalah apa yang harus dilaksanakan. Begitu juga golongan saudagar dalam masyarakat Desa Lahar sadar akan posisi mereka sebagai anggota masyarakat. Mereka dalam keadaan “dipaksa” oleh adat yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana. Pemaknaan Golongan Wong Cilik Terhadap Prosesi Sedekah Bumi Dalam golongan ini adalah para orang yang masih cenderung memiliki pemikiran yang kolot dan masih kental dengan pemikiran yang cendrung lebih tradisional dan cenderung lebih percaya dengan takhayul.Golongan http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 13
inilah yang paling antusias dalam menyambut perayaan sedekah bumi di Desa Lahar. Mengenai hal ini maka makna prosesi sedekah bumi dapat penulis interpretasikan sebagai berikut : Suatu praktek magi masyarakat Di dalam hidupnya, manusia selalu mempunyai harapan-harapan yang tentunya ingin terpenuhi atau terkabulkan harapan itu.Pada dasarnya, manusia selalu mengharapkan kesempurnaan atas segala sesuatu yang mereka usahakan. Namun pada dasarnya juga, manusia sadar akan keterbatasan yang mereka miliki. Manusia juga sadar akan adanya kekuatan dari luar dirinya yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupannya. Sehingga
untuk mengatasi
atau mengantisipasi
ketidakpastian
dan
ketegangan yang muncul, manusia melakukan sesuatu yang disebut dengan magi-keagamaan. Tindakan simbolis dalam religi Orang Jawa memiliki kebudayaan yang khas dimana di dalam sistem atau metode budayanya digunakan simbol-simbol sebagai sarana atau media untuk menitipkan pesan atau nasehat bagi bangsanya.Penggunaan simbol dalam wujud budayanya ternyata dilaksanakan dengan penuh kesadaran, pemahaman dan penghayatan yang tinggi dan dianut secara tradisional dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sarana bersih desa Kepercayaan masyarakat Desa Lahar akan adanya roh-roh jahat maupun baik masih begitu kuat. Keberadaan roh-roh tersebut menimbulkan situasi-situasi tertentu pada kehidupan masyarakat.Roh yang baik memberikan rasa aman, sedangkan roh jahat menimbulkan gangguan pada manusia.Kemudian yang menjadi masalah adalah gangguan dari roh-roh jahat maupun petaka yang ditimbulkan oleh roh-roh baik maupun jahat karena perilaku masyarakat yang sengaja maupun tidak mengganggu keberadaannya. Oleh karena itu halhal yang tak di inginkan harus dibersihkan dengan cara mengadakan ritual tertentu. http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 14
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Masyarakat Desa Lahar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dimana lingkungan sekitarnya terdiri dari beragam tradisi. Pada proses adaptasi ini, tidak ada perbedaan antara warga yang satu dengan warga yang lain. Mereka semua bisa diterima dengan baik di lingkungan yang baru.Hal ini juga disebabkan karena masyarakat Jawa yang masih memiliki kebiasaan hidup bermasyarakat dengan baik. Hal ini menyebabkan mudahnya proses adaptasi pada masyarakat desa. b. Tindakan selalu diarahkan pada tujuan. Tujuan yang dilakukan masyarakat desa lahar ini untuk mempertahankan tradisi yang ada di Desa Lahar, serta masyarakat masih menjujung nilai kearifan lokal dengan menyelenggarakan upacara tradisi sedekah bumi. c. Pada tradisi sedekah bumi, mereka lebih cenderung mengeksklusifkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sikap mengeksklusifkan diri ini menjadi salah satu ciri dari warga Desa Lahar yang cenderung memiliki sikap kegotong royongan serta lebih menghargai hasil alam dari sang maha pencipta. d. Tradisi sedekah bumi merupakan tradisi yang dilakukan secara turuntemurun..Dengan pola-pola pemeliharaan dan pelestarian tradisi sedekah bumi tersebut, maka identitas etnis sebagai warga yang masih memiliki jiwajiwa tradisional dari sebuah masyarakat desa yang identik memiliki sikap kebersamaan serta sifat yang cenderung masih menjujung nilai-nilai kearifan lokal dapat terpelihara dengan baik.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 15
Daftar Pustaka Ayatrohaedi, 1986, Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius), Jakarta:Pustaka Jaya. Badcock, CR. 1975. Levi-Strauss; Structuralism and Sociological Theory.London Hutchinson & Co Ltd. Bertens, K. 1996. "Strukturalisme", Bab 10 dalam Filsafat Barat Abad XX Jilid ll. Jakarta: Gramedia. Clifford, Geertz. (1983). Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. Herusatoto, Budiono, 1984, Simbolisme dalam Budaya Jawa, PT. Hanindita, Yogyakarta Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat, 1999, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Djambatan, Levi-Strauss, Claude. 1974. Anthrophology Structural Volume II, Diterjemahkan oleh M. Kyton. New York: Pinguins Books. Moleong, J. Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Paz, Octavia. 1995. Levi-Strauss Empu Antropologi Struktural. Terjemahan Landung Simatupang. Yogyakarta: LKIS. Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengtahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Rossi, Inc. 1974."Structuralism as Scientific Method" dalam Rossi (Ed.) The Unconscious in Cultural; The Structuralism of Claude Levi-Strauss in Perspective.New Yorks. E.P. Dutton & Co, Inc. Shadily, Hassan Dkk. 1984 Ensiklopedia Indonesia 6, Jakarta: Ichtiar Baru. Van Hoeve.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 16