Publikasi Online @2013 Lilis Hartati
Dialektika http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/
Sosiologi Universitas Sebelas Maret http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 1
Ecd Teacher Role In Improving Education Efforts To Children Ages Early In The District Matesih Lilis Hartati
Abstract: Departing from backgrounds that children are the future generation. Kindergarten a form of education for young children and early childhood education is the foundation for the development of the next child. because, early childhood education has a big hand in the education of the next generation. Research to determine the role of early childhood teachers in District Matesih in improving children's education early age.The type of research was qualitative description with a foothold in the social definition paradigm and specifically take the Theory of Action as a study. Collecting data through indepth interview technique with the help of an interview guide (interview guide), observation,documentation and questionnaires. The validity of data using triangulation of sources. Data analysis techniques used interactive analysis technique that moves from data reduction, data collection, data presentation, data presentation and conclusion.early childhood teachers have a variety of roles and lasted. as a teacher, as a coach, as assistant or helper, as a mediator or peacemaker, as a buffer with fear, as the bearer of compassion, as a playmate and the latter as a surrogate parent.
Pendahuluan Pada Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran (H. Hadari Nawawi dan H. Mimi Martini, 1994 : 62). Oleh sebab itu peningkatan dan pemerataan pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang mendapat prioritas utama dari pemerintah Indonesia.Hal ini dapat dilihat dari diberlakukannya Undang-Undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai ketentuan hukum di bidang pendidikan UU No 2 tahun 1989 diharapkan mampu menjadi kendali dalam menghasilkan generasi penerus bangsa yang memiliki ketahanan nasional dalam mewujudkan dan menetapkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia sekarang dan dimasa yang akan dating. Serta mampu http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 2
menjadi kendali dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia menuju masyarakat yang adil dan makmur. Peletakan dasar pendidikan pertama pada anak-anak adalah pendidikan di Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan transisi dari pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah. Menurut Montessory, pendidikan sudah dimulai sejak bayi lahir. Karena itu, bayi pun harus dikenalkan pada orang-orang di sekitarnya, suara-suara, benda-benda, daiajak bercanda dan bercakap-cakap agar mereka berkembang menjadi anak yang normal dan sehat. Sebagian besar anak-anak berkembang pada masa yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran mereka (Jamal Ma’mur Asmami “Manajemen Strategi PAUD”). Pendidikan di PAUD sangat penting, karena hal ini merupakan fondasi bagi perkembangan anak selanjutnya. Anak akan mencapai perkembangan pendidikan yang optimal dan hasil perilaku atau tindakan yang baik jika ia menjalani pendidikan yang tepat dan sesuai dengan irama perkembangan anak.Berdasarkan latar belakang yang telah terurai di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai peranan guru PAUD dalam meningkatkan pendidikan anak-anak PAUD. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial menggalir dari karya-karya Max Weber. Max Weber mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha
untuk
menafsirkan
dan
memahami
(interpretative
understanding) tindakan sosial serta antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kasual mengenai arah dan konsekuensi tindakan sosial itu. Tindakan sosial menurut Weber sendiri adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna dan arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu atau merupakan tindakan penilaian
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 3
dengan sengaja dengan akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (George Ritzer,2003:38). Selanjutnya Ritzer mengemukakan tiga macam teori yang termasuk paradigma definisi sosial, yakni teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi. Ketiga teori ini mempunyai kesamaan ide dasarnya menurut pandanganya. Manusia adalah merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Kecocokannya yang lain adalah bahwa ketiga teori ini sama berpendirian bahwa realitas sosial bukan merupakan alat statis daripada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan sebagainya yang kesemuanya itu tercakup dalam konsep fakta sosial (george Ritzer,2003:43). Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa tindakan sosial merupakan suatu dimana aktor terlibat dalam mengambil keputusan-keputusan subyektif tentang sarana-sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilihnya dan kesemuanya itu dibatasi kemungkinan-kemingkinan oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma, ide-ide, kepribadian serta norma sosial. Metode Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di PAUD/Taman Kanak-Kanak kecamatan Matesih, kabupaten Karanganyar. Antara lain di PAUD Aisyiyah Dungbang, PAUD Nikita, PAUD Melati, PAUD Ulin Nuha. Bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai suatu keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, lebih mementingan proses daripada hasil, membatasi seperangkat kriteria untuk memberikan keabsahan dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dengan subyek yang diteliti (Lexy.J. Moleong 2001:4-6). Sumber data yang digunakan adalah ; 1) Data Primer yaitu data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 4
atau hasil pengisian kuisioner yang bisa dilakukan oleh peneliti, meliputi : kepala PAUD sekecamatan Matesih, adsminitrator PAUD, anak-anak PAUD dan sebagaian kecil orang tua anak. Data primer ini diperoleh melalui wawancara dan pengamatan secara langsung di lapangan. 2) Data Sekunder yaitu Adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam betuk tabel atau diagram. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) Wawancara atau interview sebagai teknik pengumpulan data mempunyai fungsi sangat banyak. Antara lain sebagai pengumpul data keterangan, menguji kebenaran informasi, meminta pendapat dari berbagai pihak yang dipakai sebagai sumber informasi seperti yang dikemukakan oleh Lexy J Moleong. 2) Interview Guide Merupakan tekini pengumpulan data dengan terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan secara sistematis, yang berfungsi sebagai unterview guide. Dalam penelitian ini interview guide bersifat fleksibel, artinya pertanyaan yang diajukan kepada informan dapat berkembang dan tidak terpaku pada daftar pertanyaan. 3) Observasi Guna mengamati seluruh kegiatan dan peristiwa yang terjadi dilokasi penelitian serta mengadakan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian maka penelitian langsung terjun ke lokasi penelitian, dimana pelaksanaanya langsung ke tempat kejadian. 4) Dokumentasi Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat arsip-arsip, surat-surat, pendapat dan dokumen lain yang mendukung (Hadari Nawawi,1995:95). 5) Kuesioner Adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk dijawab secara tertulis oleh responden (H Hadari Nawawi, 1995:119). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik menarik sampel dari populasi. Yang menjadi informan dalam penelitian ini meliputi kepala PAUD sekecamatan Matesih, anak didik di masing-masing PAUD. Dan yang akan http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 5
menjadi responden adalah para tutor yang ada di PAUD Kecamatan Matesih. Dalam penelitian kualitatif validitas data sering diragukan. Untuk dapat meningkatkan validitas data yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti menggunakan reviuw informan. Reviuw informan merupakan salah satu cara yang penting pada akhir wawancara juga pada saat penelitian berlangsung. Peneliti menggulangi dalam garis besarnya apa yang telah dikatakan oleh informan dengan maksud agar dapat memperbaiki bila ada kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang. Analisa data merupakan bagian yang penting dalam penelitian kualitatif. Pada bagian ini memerlukan pekerjaan yang sistematis dan komunikatif. Komprehesif dalam merangkai data responden, mengorganisasi data, menyusun data dan merakitnya ke dalam satu kesatuan yang logis, sehingga jelas kaitannya. Untuk menganalisi data menggunakan ; 1) Reduksi Data Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abtraksi data kasar yang ada di dalam field note (catatn lapangan). Proses ini terus berlangsung selama pelaksanaan penelitian, dari dimulainya proses penelitian, bahkan sebelum proses pengumpulan data dilakukan, sampai laporan penelitian diselesaikan. 2) Sajian Data Sajian data adalah suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan. Pada bagian ini, data yang disajikan telah disederhanakan dalam reduksi data dan harus ada gambaran secara menyeluruh dari kesimpulan yang diambil. 3) Verivikasi atau Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah suatu proses penjelasan dari suatu analisis (reduksi data dan sajian data). Hasil dan Pembahasan Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik lisan maupun tertulis. Penulis mengambil empat responden untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data. Empat responden tersebut adalah guru PAUD di antara PAUD di kecamatan Matesih. Ketika pertama kali penulis masuk ke lokasi penelitian. Penulis disambut http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 6
dengan hangat baik oleh guru, anak didik dan suasana tempat penelitian tersebut. Ruangan tiap-tiap kelas ditata dengan hiasan-hiasan yang beraneka warna, gambar hasil lukisan anak di pasang di dinding kelas dan disana sini anak-anak sedang melakukan kegiatan. Sementara seorang anak sedang minum, disudut lain sekelompok anak sedang berlari-larian. KegiatanPAUD yang lain, yang pada umumnya dilakukan pada setip PAUD dalam rangka meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, ketrampilan dan daya cipta serta mempersiapkan anak untuk memasuki sekolah dasar mengadakan berbagai kegiatan antara lain : 1) Kegiatan Intra kulikuler Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh anak didik dengan kegiatan yang telah dirancang oleh DEPDIKBUD. 2) Kegiatan Ektra kulikuler Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam sekolah dengan tujuan menambah pengetahuan serta ketrampilan diluar kurikulum. Kegiatan ektra kurikuler dimaksud untuk menyalurkan bakat serta minat anak didik. Dengan adanya aktifitas ini anak didik yang mempunyai kreatifitas dan naluri estetika dapat mengapresiasikan nilai-nilai budaya dan nilai-nilai estetika lainnya. Anak didik diajak untuk mempelajari, menghayati, sekaligus mengapresiasikan sejumlah hasil budaya yang merupakan produk atas kreativitas bangsa indonesia. Dalam suasana dalam kelas PAUD terlihat suasana yang begitu akrab, adanya kedekatan antara anak didik denagn guru PAUD. Kedekatan ini berlangsung selama anak itu di sekolah baik saat dikelas, saat bermain, ataupun pada saat menunggu orang tuanya yang belum dijemput. Hubungan antara guru PAUD dengan anak didik nampak seolaholah seperti seorang anak dengan ibunya sendiri begitu sebaliknya seorang ibu dengan anaknya sendiri. Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh kepolosan dan penuh dengan kesederhanaan. Dunia anak-anak berbeda dengan duni orang dewasa. Perbedaan inilah yang membuat sebagaian besar orang ingin menjadi guru PAUD, dimana guru PAUD erat hubungannya dengan dunia anak-anak. Bahkan, guru PAUD dapat menjadi bagian di dalam dunia anak-anak. Banyak http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 7
alasan mengapa seseorang berminat menjadi seorang guru PAUD kecintaan seseorang
terhadap
anak-anak,
faktor
ekonomi
karena
dulunya
pengangguran dan berminat menjadi guru PAUD. Walaupun guru PAUD merupaka suatu bentuk pengabdian pada masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa guru PAUD tetap merupaka suatu profesi yang menghasilkan pendapatan. Pengertian peran menurut kamus Bahasa Indonesia adalah yang memainkan ide, tugas, kewajiban dan peran (Reksosiswoyo,1950:73). Setiap orang akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu (Melcolm Hardi dan Steve Heyes,1988,139). Wujud dari peranan itu adalah tugas-tugas yang dijalankan oleh seseorang yang berkaitan dengan posisi atau fungsinya dalam masyarakat. Salah satu peran adalah peranan guru PAUD di Kecamatan Matesih. Pada saat menjalankan perannya, guru PAUD melakukan perbuatanperbuatan dengan cara-cara tertentu untuk mencapai tujuannya yakni meningkatkan pendidikan anak didiknya. Peranan-peranan ini tampak pada saat mereka bersama dengan anak-anak. Beberapa peran guru PAUD antara lain ; 1) Peran Guru PAUD sebagai Pengajar, Peranan guru PAUD dalam dalam meningkatkan pendidikan yang merupakan dasar pembentukan dan pengembagan seluruh aspek kehidupan anak-anak adalah sebagai pengajar. Dalam perannya sebagai pengajar guru berusaha menjadi motivator dan fasilitator yang baik untuk anak-anak. Dalam perannya sebagai pengajar anak-anak pun juga sangat menghormati guru dan mau menuruti apa yangdisuruh oleh guru. Peranan ini terlihat pada saat guru PAUD mengajar di dalam kelas, ketika memberikan materi-materi pelajaran, ketika mengenalkan anak-anak pada pengetahuan lingkungan seperti macam-macam transportasi, macam-macam profesi, macam-macam tanaman, macam-macam buah, asal usul dan lain sebagainya. Dan peranan ini jug berlangsung dalam proses belajar mengajar. Peran yang 2) Peran guru sebagai Pembimbing pembimbing bertugas untuk membimbing anak didik dalam mengerjakan tugas-tugasnya, membimbing http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 8
dalam bersikap, dan membimbing dalam bertingkah laku terhadap temantemannya. Dengan cara mendekati anak-anak tanpa membeda-bedakan satu sama lain. anak didik di PAUD ada berbagai macam. Ada yang cepat dalam menangkap pelajaran, ada pula yang lamban. Begitupula dalam pengerjaan tugas-tugas yang diberikan. Peranan guru PAUD sebagai pembimbing bukan hanya ketika dalam membimbing anak didik dalam menyelesaikan tugastugasnya, tetapi peranan ini juga berlangsung dalam pembentukan perilaku anak didik dalam bergaul dengan teman-temannya. 3) Peran guru sebagai Pengasuh atau Penolong Untuk melakukan hal yang sulit itulah, anak-anak seringkali meminta bantuan kepada guru mereka. Dalam hal ini peranan guru PAUD sebagai pembantu atau penolong namun juga bisa sebagai pengasuh. Dalam perannya ini guru berperilaku sangat sabar mengahadapi anak-anak disekolah karena banyak anak-anak yang meminta bantuan para guru. Anakanak juga meminta bantuan guru saat membukakan bekal dari rumah, mengganti baju ketika akan mengikuti pelajaran renang, ataupun saat selesai mengikuti pelajaran renang. Saat melakukan hal-hal di atas anak didik, meminta bantuan kepada guru mereka. Peran yang ke 4) Peran guru sebagai Penengah atau Pendamai Jika terjadi pertengkaran
antar
anak,
guru
PAUD
berusaha
melerainya
dan
mendamaikan mereka yang bertengkar. Dalam hal ini guru PAUD berperan sebagai penengah atau pendamai dalam pertengkaran anak. Emosi yang ada pada anak prasekolah lebih rinci dan bernuansa. Hal ini disebabkan karena kesadaran kognitifnya yang telah meningkat, memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan yang berbeda dari tahap semula, imajinasiatau daya khayalnya lebih berkembang. Bagi para guru menghadapi anak bertengakar itu merupakan hal yang sudah biasa, para guru mempunyai cara tersendiri untuk memisahkan anak-anak didiknya yang sedang bertengkar. setiap guru PAUD sangat mengetahui betul karakter tiap-tiap anak didiknya dalam bergaul dan bertingkah laku dengan teman-temannya. Pertengkaran terjadi karena begitu banyak macam karakter anak didik di PAUD dan bahkan ada http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 9
yang saling bertolak belakang. Dalam penyelesainnya guru PAUD bertindak adil tanpa memihak salah satu anak. guru mendamaikan mereka dengan menyuruh anak saling memaafkan. Peran yang ke 5) Peran guru sebagai Penyangga Rasa Takut Salah satu pola emosi yang dimiliki anak usia prasekolah adalah rasa takut. Bentuk ekspresi ketakutan ini pun biasanya berupa tangisan, jeritan, bersembunyi atau tidak mau lepas dari orang tuanya. Perasaan ini pun dirasakan pula oleh anak didik PAUD di kecamatan Matesih ketika pertama kali masuk sekolah. Banyak anak didik yang tidak mau ditinggal oleh orang tuanya selama di dalam kelas, sehingga banyak orang tua yang menunggu anaknya di dalam kelas selama proses belajar mengajar berlangsung. Namun, rasa takut ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Dalam peran ini guru berusaha mendekatkan diri pada anak-anak sejak pertama kali perkenalan. Untuk menghilangkan perasaan tersebut, guru PAUD berusaha mendapatkan kepercayaan anak didik. Kepercayaan itu dapat dengan meyakinkan pada anak didik bahwa guru PAUD mampu menjamin keamanan dan kenyamanan anak didik belajar tanpa perasaan takut. Peran yang ke 6) Peran guru sebagai Pembawa Kasih sayang Ketika anak mendapat kasih sayang yang tulus, maka anak akan berpendapat bahwa dunianya atau lingkungannya sekitarnya dapat dipercaya atau diandalkan. Anak
akan
menaruh
kepercayaan
penuh
pada
gurunya,
sehingga
memudahkan guru PAUD dalam proses belajar mengajar. Menurut pengamatan peneliti, perasaan kasih sayang ini merupakan dasar yang dipakai oleh seluruh guru PAUD baik di dalam proses belajar mengajar ataupun pada saat bermain dengan anak didik. Hal ini terlihat jelas oleh penulis ketika melakukan pengamatan di salah satu KB yakni Ulin Nuha. Pada saat itu suasana kelas sangat tidak mendukung untuk belajar. Sebagian anak ada yang lari-larian di dalam kelas, Bu Atik tetap menyampaikan materi sedangkan tutor yang lainnya berusaha menenangkan anak dengan sabar dan penuh kasih sayang. http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 10
Peran yang ke 7) Peran guru Sebagai Teman Bermain Kekerabatan dan kedekatan ini tidak hanya terlihat pada saat di dalam kelas tetapi keakraban ini terlihat jelas pada saat mereka bermain bersama. Lagi pula, metode pembelajaran yang digunakan oleh PAUD adalah belajar sambil bermain. Oleh sebab itu, semua guru PAUD melakukan proses belajar mengajar sambil bermain. Saat bermain dengan anak peranan guru PAUD bukan lagi sebagai pengajar tetapi berubah menjadi sebagai teman sejawat atau pathner. Ketika bermain ular-ularan guru ikut dalam permainan tersebut. Dalam hal ini guru PAUD sama seperti anak, bermain bersama-sama dengan anak, tanpa memandang apakah itu guru, apakah itu murid, bersama-sama melakukan hal yang sama dalam suatu permainan. Begitu pula sebaliknya anak didik menganggap guru mereka adalah pathner dalam bermain. Peran yang ke 8) Peran guru sebagai Orang Tua guru PAUD juga berperan sebagai orang tua. Peranan ini terlihat pada saat anak mau kebelakang, saat membantunya untuk buang air besar atau kecil. Guru PAUD membantu mereka dengan kasih sayang seperti anak mereka sendiri, tidak ada rasa risih, canggung, atau tidak nyaman. Terlebih saat anak didik saat sakit, guru PAUD merawat anak yang sakit dengan penuh rasa kasih sayang, mengendong, ikut merasakan apa yang anak rasakan. Disinilah terlihat naluri seorang ibu, ketika melihat anaknya sakit. Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peningkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau hubungan dengan kelompok lain. Di sini peran seorang tutor terhadap orang tua anak didik yaitu berperan sebagai informan satu sama lain. Guru berperan sebagai mata-mata orang tua ketika disekolahan sedangkan orang tua sebagai pengamat anak mereka ketika dirumah. Kedekatan ini terlihat adanya komunikasi dua arah antara orang tua dengan guru PAUD dalam upaya untuk mencapai tujuan dari pendidikan prasekolah itu sendiri. Mereka saling berkomunikasi satu sama lain untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak ketika di sekolah, http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 11
begitu sebaliknya guru PAUD menanyakan bagaimana perkembangan anak dirumah. Kesimpulan Pengalaman prasekolah individu memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan proses perkembangan aspek-aspek kepribadiannya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan yang terjadi pada anak usia dini akan mempengaruhi perkembangan pada masa selanjutnya. Oleh karena itu masa perkembangan pada usia dini yaitu sejak usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar disebut masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia. Salah satu hal yang berperan dalam keberhasilan pendidikan PAUD adalah kualitas guru PAUD itu sendiri. Dimana para guru PAUD harus aktif dan kreatif memberikan stimulusstimulus yang mendukung dalam pengembangan anak, artinya dalam penyelengaraan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak. Hal inilah yang diupayakan oleh segenap guru PAUD di Kecamatan Matesih dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan untuk pendeketan masalah adalah teori yang terdapat dalam paradigma Definisi Sosial, yaitu Teori Aksi. Teori Aksi ini juga menekankan pada tindakan sosial dari Max Weber, dan memandang manusia adalah aktor yang kreatif dan realitas sosialnya. Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung teori yang digunakan dalam penelitian, dimana pendekatan ini menekankan pada tindakan yang diambil seorang guru PAUD atau pendidik untuk terus mengupayakan agar terjadi peningkatan pendidikan pada anak-anak PAUD. Dalam penelitian ini sebagai aktor adalah para guru PAUD di Kecamatan Matesih yang menggunakan berbagai upaya untuk mencapai tujuan, yaitu meningkatkan pendidikan anak-anak PAUD. Jadi dengan menggunakan teori aksi dalam penelitian ini sangat mendukung hasil penelitian.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 12
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesisi. Adapun fokus penelitian ini adalah untuk melihat peranan guru PAUD dalam meningkatkan pendidikan anak didiknya. Penelitian ini lebih mementingkan proses daripada hasil.
Proses ini diawali dengan mencari sumber data,
mengumpulkan data yang diperoleh dilapangan, setelah perolehan data maka peneliti mulai melakukan reduksi data yaitu penyederhanaan penemuan dan sampailah pada sajian data dan penarikan kesimpulan. Sehingga penelitian ini siap disajikan untuk pembaca. Daftar Pustaka Hall, Gene E, Quinn Linda F dan Gollnick Donna M. 2008. Mengajar Dengan Senang. Jakarta : PT INDEKS Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : DIVA PRESS Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT RINEKA CIPTA Rachmawati, Yeni dan Kurniati Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : KENCANA Rahman, Hibana S. 2002. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : PGTKI PRESS Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana Roopnarine, Jaipaul L dan Johnson, James E. 2009. Pendidikan Anak Usia DIni : Dalam Berbagai Pendekatan. Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP Seefeldt, Carol dan Wasik Barbara A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT INDEKS Semiawan, Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT INDEKS Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Pers Warner, Laverne dan Lynch Anne Sharon. 2004. Mengelola Kelas Prasekolah. Jakarta : PT GELORA AKSARA PRATAMA Yus Anita. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : KENCANA _________. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman kanak-kanak. Jakarta : KENCANA http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 13
Website : Anonim. 2010. Perkembangan PAUD di Indonesia. Diperoleh melalui www.PAUDIndonesia.com/ (25 Agustus 2012) Anonim. 2011. Rakyat Kalbar : Guru PAUD Harus Berkualitas. www.perangurupaud.com/ (27 september 2012) Anonim. 2012. Aku dan duniaku : Menjadi Guru PAUD yang Profesional serta Berkarakter Kuat dan cerdas. Diperoleh melalui www.peranguruPAUD.com/ (27 september 2012) Daoed, Yoesoef. Peranan Guru dalam Pendidikan. Diperoleh melalui www.peranguruPAUD.com/ (25 agustus 2012) Margaret, Macintyre Latta. 2011. An Investigation of Early Teacher SelfEfficacy Beliefs in the Teaching of Arts Education. Diperoleh melalui http//www.ijea.org.com/ (1 November 2012) Soetarmanto. Kompetensi dan Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia dini. Diperoleh melalui www.jurnalinternasionalPAUD.com (1 November 2012) Taguma Miho, Litjen Ineke dan Makowiecki Kelly. 2012. Quality Matters in Early Childhood Education and Care: Chech Republic 2012. Diperoleh melalui http//www.oecd.org/publishing/corrigenda.com/ (1 November 2012)
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 14