Publikasi Online @2013 Tri Haryanto Jalu Pamungkas
Dialektika http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/
Sosiologi Universitas Sebelas Maret http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 1
Hubungan Patron-Klien Dalam Industri Makanan Di Desa Sukoharjo Tri Haryanto Jalu Pamungkas Abstract: This research is aimed to understand the patern of patron-client relation which occurs in a rural society industry in Kedunggudel, Kenep, Sukoharjo. The writer uses Case Study. This research takes place in Kedunggudel village, Kenep, Sukoharjo. The tecnique of collecting data consist of in-depth interview methode, observation of participation, an documentation. In this study, the writer empolys Exchange Theory Peter M. Blau and James Scott theory of patron-client, which explains that this relation has some characteristics; such as : the completenes basic requirements subsistence, the guarantee of subsistention crisis, protection, broker and its influence, the service collection of patron. The relation of patron-client,which occurs between teh owner of industry with their worker is one of resiprocal relation form which is built as an exchange and it is covered in a process of job relation. This relation is caused by a difference of status and state between two different sides, the status of industry ownership. This relation is a form of elementary economic transaction, in which occurs an exchange between modal and worker service. The owner gives an occupation and guarantee of wages. The owner also gives guarantee of subsistention crisis, such as healthy guarantee, education guarantee adn susbsidy of holy day. Besides, this relation alsa has reciprocal relation which protecs each other. Besides, on this relation the owner also gives an assistance of colective patron service for society important, for example : delegation of authority of area an building for ware house, sponshorship assitance,etc. If some problems occur between them, which can disturb this relation, it will be solved in a familial way, so they will find an out way which can be beneficial to both of sides. So, by having believing, familial relation an beneficial feeling, between patron and client, it can make this relation exist in a rural society in Kedunggudel for long time.
Pendahuluan Pada Titik berat pembangunan nasional yang sedang berlangsung saat ini diletakkan pada pembangunan sektor ekonomi. Dimana pembangunan industri
diarahkan
perekonomian
pada
nasional
peningkatan serta
kemajuan
kesejahteraan
dan
rakyat.
kemandirian
Satu
diantara
pembangunan bidang industri tersebut adalah pembangunan industri kecil, dimana dalam pembangunan dan pengembangan industri perlu lebih http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 2
didorong dan dibina menjadi usaha yang mampu mandiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan industri kecil ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian di Indonesia antara lain seperti member manfaat social ( social benefit ) yang sangat berarti bagi perekonomian. Manfaat pertama : industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan pengusaha di Indonesia pada umumnya masih rendah. Manfaat Kedua : industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha itu sendiri, atau tabungan dari keluarga dan kerabatnya. Adapun manfaat social yang ketiga : industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim. Sehingga dengan demikian memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ke tangan konsumen secara tepat, mudah dan murah. ( Irzan Ashari Saleh : 1986) Seperti halnya dengan keberadaan industri kecil atau rumah tangga di Desa Kedunggudel. Sebagai desa yang bergerak dalam bidang industri kecil/ rumah tangga, akan dengan mudah dijumpai industri yang dijalankan oleh masyarakat antara lain adalah Industri Jenang, Industri Batik Cap maupun Tulis, Industri Karak dan Rambak, Industri Jamu Herbal, dan lain-lain. Keberadaan industri kecil di Desa Kedunggudel ini secara tidak langsung juga mempunyai peranan bagi masyarakat sekitar. Peranan yang paling menonjol adalah dalam bidang social ekonomi, Dimana keberadaan industri ini mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja yang berdampak semakin meningkatnya kualitas ekonomi masyarakat di desa Kedunggudel. http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 3
Dalam pengelolaan industri di desa ini, dapat dibedakan menjadi 2 tipe yakni industri formal yang bersifat mengikat seperti Industri Jamu Herbal dan industri nonformal yang bisa dikatakan lebih fleksibel seperti industri karak, rambak, jenang, batik,dll. Industri formal dikatakan bersifat mengikat, karena dalam proses rekrutment tenaga kerjanya dengan menggunakan sistem kontrak yang dalam pengelolaan menggunakan aturan-aturan tertentu, seperti adanya perjanjian tenaga kerja ( hitam di atas putih ), jam kerja yang terjadwal dan sangat disiplin, sanksi perusahaan yang sangat ketat, peraturan perusahaan yang sangat mengikat bagi tenaga kerjanya dan lain sebagainya . Sedangkan dalam industri non formal dikatakan lebih fleksibel dikarenakan dalam recruitment tenaga kerjanya lebih mengedepankan aspek kekerabatan atas kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan yang mana satu pihak mempunyai kedudukan lebih superior dan pihak yang lain mempunyai kedudukan inferior, dan dalam proses mencapai kesepakan tidak ada perjanjian tertulis hitam diatas putih, melainkan adanya saling kepercayaan dan kesepakatan dua pihak yang saling membutuhkan. Hubungan yang diterapkan oleh industri nonformal di desa ini lazim disebut dengan hubungan Patron-klien. Hubungan Patron-klien sendiri mempunyai pengertian pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan sebagai
kasus
khusus
dari
ikatan
yang
melibatkan
persahabatan
instrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonominya yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status yang dianggapnyanya lebih rendah (klien). Dalam perkembangannya berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, keberadaan industri formal di desa ini mengalami sedikit hambatan, yakni adanya ketidakcocokan penerapan sistem tenaga kontrak bagi industri di desa ini. Hal ini dikarenakan masih kentalnya system kekerabatan di desa ini, sehingga dengan adanya sistem kontrak ini dikhawatirkan dapat meningkatkan jurang kesenjangan antara majikan dan buruh. Hal inilah yang http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 4
kurangnya ketertarikan warga sekitar untuk bergabung dengan industri formal tersebut yang berakibat pada perkembangan industri itu sendiri, bahkan ada yang mengalami gulung tikar dikarenakan permasalahan tersebut. Tampak jauh berbeda dengan industri nonformal yang lebih menerapkan system kekerabatan, kesepakatan yang bersifat sukarela dan tidak mengikat. Industri ini mampu mempertahankan keajegannya dalam pengembangan usahanya dan eksistensi dalam dunia usaha rumah tangga. Tercatat ada sekitar 18 industri kecil yang mampu bertahan sampai sekarang, antara lain industri Jenang, Industri Batik, Industri Karak dan Rambak, dan lain sebagainya. Disini menjadi satu ketertarikan peneliti terhadap industri rumah tangga ini adalah mengenai pola yang terbentuk dalam industri rumah tangga di Desa Kedunggudel. Hal ini menarik bagi peneliti karena hubungan ini ini mempengaruhi perkembangan dan kemajuan usaha. Dimana adanya hubungan yang baik akan memperngaruhi proses pelaksanaan industri. Tanpa adanya hubungan yang baik, maka industri tersebut tidak akan berjalan dan berkembang. Adapun tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui hubungan patron-klien dalam industri makanan di desa kedunggudel dan faktor apa sajakah yang mempengaruhi hubungan patronklien di desa kedunggudel mampu bertahan sampai saat ini. Hasil Dan Pembahasan Desa Kedunggudel merupakan salah satu desa yang masyarakatnya bergerak dalam bidang perindustrian dan perdagangan. Maka tak ayal, jika di desa Kedunggudel ini banyak sekali di jumpai industri kecil atau industri rumah tangga. Dari beberapa industri makanan yang ada di Desa Kedunggudel ini, hanya ada 2 jenis industri yang bisa dibilang cukup populer dikalangan masyarakat sekitar, yakni industri Karak/ Rambak dan Industri Jenang. Industri yang ada di Desa Kedunggudel ini, secara historis perkembangannya dapat dibedakan menjadi 2 yakni, industri yang berkembang secara turun menurun ( warisan ) ataupun industri yang berkembang dengan sendirinya, http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 5
didirikan oleh pemilik industri bukan warisan turun menurun. Meskipun begitu, untuk perkembangannya di desa Kedunggudel ini mayoritas industrinya bersifat turun menurun. Para pelaku industri ini merupakan generasi penerus dari pendiri industri ini. Dalam pola pengelolaannya hampir kesemua industri yang ada di Desa Kedunggudel ini menggunakan pola hubungan patron klien. Hal ini dapat dilihat dari poal pengelolaan industri ini hanya di dasari oleh rasa saling tolong menolong, kekerabatan, kekeluargaan dan persahabatan antara masing-masing pihak yang saling membutuhkan. Adanya perbedaan mengenai penguasaan sumber daya menempatkan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih superior ( tinggi ) yakni pemilik industri, dan pihak yang lain menempati kedudukan yang lebih inferior ( rendah ) yakni tenaga kerja. Meskipun ada perbedaan yang sangat mencolok antara kedua belah pihak, mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal ini dikarenakan adanya rasa saling membutuhkan dan pada hakekatnya manusia itu mempunyai kedudukan yang sama. The patron-client relationship can be characterized generally as an unequal (but theoretically nonbinding) relationship between a superior (a patron or leader) and a number of inferiors (clients, retainers, or followers), based on an asymmetrie exchange of services, where the de facto dependence on the patron of the clients, whose unpaid services may include economie obligations, paid or unpaid work, armed service, political support and other services, is counterbalanced by the role the patron plays as a leading figure for all the clients and by the assistance, including monetary loans and protection, he or she provides when necessary. (Patron-client ties among the Bugis and Makassarese of South Sulawesi) Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan patron klien ini terjadi karena adanya perbedaan status kedudukan yakni salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi ( superior ) dan salah satu pihak mempunyai kedudukan yang lebih rendah ( inferior ). Adanya http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 6
perbedaan status ini menjadikan suatu bentuk pertukaran antara kedua belah pihak, baik secara ekonomi ataupun sosial termasuk perlindungan yang diberikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan.Mengenai pola yang lebih lanjut mengenai pola hubungan patron-klien dalam industri rumah tangga atau industri kecil di desa Kedunggudel ini, peneliti mencoba menguraikannya menggunakan Teori Patron-klien yang dikemukakan oleh James Scott. Adapun beberapa kriteria tersebut antara lain sebagai berikut : Pemenuhan Kebutuhan Subsistensi Dasar, Pemenuhan akan kebutuhan susistensi dasar merupakan salah satu faktor yang mendasari terjalinnya hubungan patron-klien ini. Pemenuhan akan kebutuhan subsistensi dasar ini merupakan tanggungjawab pemilik industri ini terhadap tenaga kerjanya dengan cara sebagai berikut : 1) Pemberian Jaminan Pekerjaan Tetap. Dalam menjalankan proses produksinya, pemilik industri sangatlah membutuhkan bantuan tenaga kerjanya agar proses produksinya berjalan dengan lancar. Adanya ketergantungan terhadap tenaga kerjanya ini menjadi perhatian sendiri bagi pemilik industri untuk memberikan jaminan pekerjaan yang tetap bagi tenaga kerjanya. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini juga diharapkan mampu menjadikan hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang lama. Pemberian akan jaminan pekerjaan tetap ini semata-mata untuk memberikan bantuan perekonomian bagi tenaga kerjanya sebagai imbalan atas apa yang dikerjakan untuk kepentingan industri ini. Pemberian akan jaminan pekerjaan yang tetap ini secara nyata juga sangat membantu bagi tenaga kerja untuk mencukupi segala bentuk kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan pemberian jaminan yang tetap ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah pendapatan tenaga kerja yang akan digunakan untuk
mencukupi
kebutuhan
hidupnya
yang
semakin
kompleks.
2)Pemberian Jaminan Upah Pembayaran upah atau pengupahan merupakan suatu bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses produksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya pengupahan ini berfungsi untuk memperlancar jalannya proses produksi dan merupakan pra syarat http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 7
fungsional bagi eksistensi industri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembayaran upah atau pengupahan yang biasa dilakukan oleh pemilik industri adalah sistem pengupahan harian. Sistem pengupahan harian ini dimaksudkan agar tenaga kerjanya dapat mencukupi kebutuhan sehariharinya. Selain itu, dalam pemberian upah ini masing-masing industri ini memberikan upah kepada tenaga kerjanya ini berbeda-beda tergantung dengan kemampuan ekonomi masing-masing industri. Hal ini dikarenakan masing-masing industri mempunyai kapasitas produksi yang berbeda dengan industri yang lain. Selain itu, dalam pemberian upahnya masingmasing industri ini juga membedakan besaran upah yang diterima berdasarkan jenis kelamin tenaga kerjanya. Besaran upah yang akan diterima oleh tenaga kerja laki-laki akan sangat berbeda dengan jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerja perempuan. Hal ini dikarenakan dalam industri rumah tangga di desa Kedunggudel ini, tenaga kerja laki-laki menjalankan proses produksi yang lebih berat dibandingkan dengan proses produksi yang dijalankan oleh tenaga kerja perempuan. Besaran upah yang diterima oleh tenaga kerja ini juga sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi, apabila jumlah produksi sedang mengalami peningkatan maka pemilik industri memberlakukan jam kerja tambahan atau yang lazim disebut dengan istilah lembur. Adanya jam kerja tambahan atau lembur ini juga akan sangat mempengaruhi jumlah upah yang akan diterima oleh tenaga kerjanya. Adanya pemberian jaminan upah yang diberikan oleh pemilik industri ini sangatlah membantu kehidupan perekonomian tenaga kerjanya dalam mencukupi segala kebutuhannya. Jaminan Krisis Subsistensi, Selain pemberian jaminan akan pemenuhan kebutuhan subsistensi dasar, pemilik industri juga memberikan jaminan sosial terhadap kliennya. Pemberian jaminan sosial ini dilakukan dengan lesan dan kekeluargaan. Adapun bentuk jaminan yang diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya antara lain seperti : pemberian jaminan pendidikan, pemberian jaminan kesehatan bagi klien dan keluarganya, http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 8
pemberian Tunjangan Hari Raya ( THR ) dan jaminan lainnya. Pemberian jaminan krisis subsistensi ini diharapkan untuk meringankan beban atau meminimalisir kerugian yang akan ditanggung oleh tenaga kerjanya dalam mencukupi segala bentuk kebutuhannya. Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadi suatu tanggungjawab pemilik industri terhadap keberlangsungan hidup tenaga kerjanya. Adanya pemberian jaminan atas krisis subsistensi ini juga menjadikan hubungan patron-klien ini bukan hanya semata-mata proses ekploitasi yang dilakukan oleh pemiliik industri terhadap tenaga kerjanya, melainkan sudah mencakup masalah kekeluargaan. Perlindungan, Dalam pola hubungan patron klien ini, masing-masing pihak mempunyai tanggungjawab untuk saling melindungi satu sama lain. Bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk yang dipertukarkan dalam pola hubungan patron-klien ini. Perlindungan ini dimaksudkan agar salah satu pihak merasa terlindungi baik dari segala macam bentuk ancaman, gangguan, masalah, fitnah dan lain-lain. Dengan adanya pemberian perlindungan oleh masing-masing pihak ini maka akan merasa saling berbalas budi. Misalnya apabila pemilik industri ini sedang mengalami permasalahan, maka tidak segan tenaga kerja akan merasa membantu, begitu juga dengan sebaliknya.Adanya bentuk perlindungan ini merupakan salah satu bentuk terimakasih atas apa yang telah diberikan oleh masing-masing pihak dalam pemenuhan segala bentuk kebutuhannya. Bentuk perlindungan ini juga merupakan
suatu bentuk nyata dari rasa saling memiliki, rasa
kekeluargaan dan rasa kekerabatan antara kedua belah pihak. Jasa Patron Kolektif, Secara internal, patron sebagai kelompok dapat melakukan fungsi ekonomi secara kolektif, mereka dapat mengelola dan mensubsidi sumbangan dan keringanan, menyumbangkan tanah untuk sarana kolektif, mendukung sarana umum setempat ( seperti sekolah, jalan kecil, bangunan masyarakat ) dan mensponsosri festival atau perayaan desa. Untuk bentuk jasa patron kolektif yang diberikan oleh masing-masing http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 9
pemilik industri ini berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini didasari oleh kekuatan ekonomi masing-masing pemilik industri. Sebagai buktinya, ada pihak patron dalam industri jenang memberikan hak guna atas lahan atau rumahnya untuk dijadikan sebagai gudang untuk menyimpan perkakas desa, dan untuk industri karak dan rambak yang notabene mempunyai kekuatan ekonomi yang tak sekuat kedua industri diatas hanya mampu memberikan bantuan apabila ada kegiatan yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Besarnya kekuatan ekonomi masing-masing industri ini sangat mempengaruhi besarnya jasa patron kolektif yang diberikan untuk kepentingan masyarakat umum. Selain intu, pemberian jasa patron kolektif ini juga sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab pemilik industri terhadap lingkungan sekitar. Adapun faktor yang mempengaruhi pola hubungan patron-klien mampu bertahan sampai saat ini dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut : 1)Keterbatasan Pekerjaan Alternatif. Sebagai sentra industri kecil, tentunya dalam pemenuhan kebutuhannya akan tenaga kerja guna keberlangsungan industri ini bisa dibilang relatif cukup besar. Sehingga peluang ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat sekitar untuk bekerja dalam sektor industri kecil ini. Sehingga mayoritas tenaga yang bekerja dalam industri ini merupakan masyarakat lokal. Dari data yang diperoleh dari Kalurahan, menyebutkan bahwa 70 orang yang berprofesi sebagai buruh ( Klien ) ini berasal dari dalam daerah, dan sisanya berasal dari luar wilayah desa Kedunggudel meskipun dengan prosentase yang sangat kecil, yakni sekitar 20 % atau 14 dari total pekerja industri di Desa Kedunggudel. Hal ini dikarenakan para pemilik industri
kecil di Desa Kedunggudel lebih
mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari dalam daerahnya sendiri, guna membantu mengangkat kondisi perekonomiannya dan mengurangi angka pengangguran di desa Kedunggudel ini. Pekerja dalam bidang ini selalu bertambah seiring dengan berkembangnya industri di desa ini, selain itu pekerjaan dalam bidang ini juga diyakini dapat meningkatkan taraf hidup http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 10
mereka dengan upah sebesar Rp. 30.000 – Rp 40.000 per hari belum ditambah dengan uang tambahan apabila ada lembur dalam proses produksinya. Besarnya upah yang diterima juga menjadikan masyarakat sekitar juga enggan untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Besarnya upah yang mereka terima ini membuat para tenaga kerja ini enggan untuk mencari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang dialami oleh klien, juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Hal ini dikarenakan hampir sebagian besar industri
sekarang
memberikan syarat minimal untuk melamar pekerjaan, sedangkan untuk bekerja di industri kecil ini seorang klien hanya berdasarkan kemauan dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa keengganan masyarakat desa Kedunggudel ini untuk mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan upah yang diterima dalam sektor industri kecil ini, hampir sama dengan pekerjaan lain atau bahkan lebih besar dari pekerjaan lain. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan yang pernah dialami seorang klien juga menjadi kendala tersendiri untuk mencari alternatif pekerjaan lain. 2). Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel. Masih rendahnya tingkat pendidikan di kalangan masyarakat Desa Kedunggudel, mengakibatkan rendahnya mobilitas seorang tenaga kerja untuk menjadi seorang pemilik industri ini sangatlah kecil, kurang berani dalam melakukan inovasi dan terobosan. Bahkan hampir tidak akan terjadi secara signifikan meskipun dari hasil bekerja mereka yang selama hampir delapanbelastahunan mampu untuk membuka usaha industri ini mulai dari nol / mulai awal, meskipun mereka juga sudah mendapatkan ilmu untuk mendirikan industri kecil. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan seorang klien di tempatnya Bp. Teguh Miyatno, yakni Ibu Warsiyem. Beliau sudah bekerja di industri jenang ini lebih dari 18 tahunan. Meskipun sudah lama bergelut dalam industri ini, beliau tidak mampu berinovasi untuk mencoba mendirikan usaha jenang ini. Selain itu, faktor ekonomi juga mampu menjadi tembok penghalang bagi seseorang. Ketiadaan sumber ekonomi yang http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 11
memadai ini mampu memicu rendahnya tingkat mobilitas seseorang untuk mencukupi segala bentuk kebutuhannya. 3). Adanya Politik Balas Budi. Adanya faktor ingin membalas budi atas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri terhadap tenaga kerjanya, juga mengakibatkan keengganan untuk mencari pekerjaan lain. Adanya politik balas budi yang berkembang dalam masyarakat industri pedesaan, khususnya di Desa Kedunggudel ini mampu menjadi faktor pengikat antara tenaga kerja dengan pemilik industri, sehingga mereka berusaha bertahan dengan apa yang telah dimilikinya dalam industri ini, yakni rasa kekerabatan dan rasa saling percaya antara kedua belah pihak, pemilik industri dengan tenaga kerjanya. Selain itu, dengan adanya rasa ingin membalas apa yang telah diberikan oleh pemilik industri ini mampu menjalin pola hubungan patron-klien ini dalam jangka waktu yang sangat lama. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diterik sebuah kesimpulan sebagai berikut : 1) Pada umumnya, hampir keseluruhan dari industri yang berada di desa Kedunggudel ini menerapkan sistem pengelolaan yang sama yakni dengan sistem patron-klien. Akan tetapi terdapat juga beberapa perbedaan dalam pengelolaannya misalnya besaran upah yang diterima oleh masingmasing tenaga kerja tiap industri sangatlah berbeda dan bentuk jasa patron kolektif yang diterapkan oleh pemilik industri rumah tangga ini sangatlah berbeda. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan kapasitas ataupun kemampuan produksi masing-masing industri ini sangatlah berbeda. 2). Adanya bentuk jaminan penghidupan kebutuhan subsistensi dasar terutama dengan adanya jaminan akan pekerjaan tetap dan adanya jaminan pemberian upah, jaminan atas krisis subsistensi, perlindungan yang diberikan oleh patron kepada klien ini dapat mengakibatkan hubungan patron-klien ini dapat berlangsung dalam waktu yang sangat lama. 3). Keterbatasan Pekerjaan Alternatif, Rendahnya Mobilitas Masyarakat Desa Kedunggudel, http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 12
dan Adanya Politik Balas Budi yang berkembang dalam industri ini, merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pola hubungan patron-klien sampai dengan saat ini. Daftar Pustaka Ahimsa-putra,Heddy Sri.2007. Patron dan klien di Sulawesi Selatan” Sebuah Kajian Fungsional Struktural. Yogyakarta. Kepel Press. Anonim. 2010. Monografi Kalurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo Guritno,sri. 1998. Budaya Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri Rotan desa tegalwangi, kabupaten cirebon, porv. Jabar. Jakarta : CV. Pubara Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Diterjemahkan oleh Budi Kusworo. Jakarta.Yayasan Obor Indonesia. Scott, James C. 1994. Moral Ekonomi Kaum Petani : Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Diterjemahkan oleh Hasan Basari. Jakarta. LP3ES Saleh, Irsan Azhary. 1986. Industri Kecil : Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta. LP3ES Sri Guritno, Bintar Manullang. 1998-1999. Budaya Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri Rotan di Desa Tegalwangi, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Tengah. . Jakarta. CV. BUPARA Nugraha Suprapti. 1994. Dampak Pembangunan Industri Terhadap Kehidupan Budaya Masyarakat Setempat di Jawa Timur. Depdikbud. Jakarta. Wisnu Subagyo, Margariche. 1996/ 1997. Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Timur (Kasus Desa Nelayan Jatirejo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan ). Jakarta.CV. BUPARA Nugraha. Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus Desain dn Metode. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Zeitlin, Irving M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi : Kritik Terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
http://sosiologi.fisip.uns.ac.id | 13