Dari 874 Wisudawan UNAIR, 24 Lulus Terbaik dan Delapan Berprestasi UNAIR NEWS – Sebagaimana lazimnya dalam pelaksanaan wisuda lulusan Universitas Airlangga, Rektor UNAIR juga memberikan piagam penghargaan kepada Wisudawan Terbaik dan Wisudawan Berprestasi. Dalam wisuda periode Desember 2016 ini, Rektor Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA, mewisuda 874 lulusan UNAIR, 24 diantaranya meraih penghargaan wisudawan terbaik dan delapan orang meraih piagam wisudawan berprestasi. Dalam wisuda UNAIR yang antara lain dihadiri Bupati Pacitan Drs. Indartato, MM ini, panitia menyebut bahwa dari 24 wisudawan terbaik tersebut yang terbanyak dari jenjang Magister (S-2) yaitu sebanyak 10 orang, dari jenjang Sarjana (S-1) terdapat tujuh orang, dari jenjang Doktor (S-3) terdapat enam wisudawan, dan seorang dari jenjang Vokasi (D-3). Wisudawan terbaik merupakan lulusan yang meraih nilai terbaik dari semua yang lulus cumlaude di masing-masing fakultas. Lulus cumlaude di UNAIR adalah mahasiswa yang meraih nilai IPK minimal 3,50. Sedang wisudawan berprestasi diberikan kepada delapan orang dari beberapa fakultas. Mereka adalah yang berprestasi di bidang non-akademik, tetapi tetap dengan mempertimbangkan nilai akademiknya. Wisudawan berprestasi adalah Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM (S-3 FK, IPK 3,96), Septa Triyanta, S.Pd., M.Kes (S-2 FK, IPK 3,95). Fiory Dioptis Putriwijaya, drg., M.Kes (S-2 FKG, IPK 3,89), Dr. Djoni Sumardi Gozali, SH (S-3 FH, IPK 3,86), Linda Kumala Sari, SH., M.Kn (S-2 FH, IPK 3,96), Rahma Nuryanti, S.Si., MA (S-2 FEB, IPK 3,90), Nisrina Firdaus, S.EI (S-1 FEB, IPK 3,91), Dr. H. Sugiyartono, Drs., MS., Apt (S-3 FF, IPK 4,00), Ayuk Lawuningtyas H, S.Farm., Apt., M.Farm (S-2
FF, IPK 3,95), dan Fesha Febbiyanti, S.Farm (S-1 FF, IPK 3,64), Diyah Ayu Candra, drh., M.Vet (S-2 FKH, IPK 3,93). Wisudawan berprestasi dari FISIP Dr. Sermada Kelen Donatus, Drs., MA (S-3, IPK 3,92). Dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Jessica, S.Kom (S-1, IPK 3,97), Ayu Dewi Pramita, S.Pd., M.Si (S-2, IPK 3,97), dan Dr. Eva Marliana, S.Si., M.Si (S3, IPK 3,96). Fasih Bintang Ilhami, S.Kep., MT (S2 Pascasarjana, IPK 3,89). Tiga dari FKH adalah: Atik Qurrota A’yunin AlIsrofi, S.KM (S-1, IPK 3,84), Oskar Karyantono (S-2, IPK 3,94), dan Dr. Imelda Februati Ester Manurun, SKM., M.Kes (S-3, IPK 3,98). Fakultas Psikologi mengirim Zumrotus Sholikhah, S.Psi (S-2, IPK 3,62). Fak. Ilmu Budaya mengirim Ronintya Ekaputeri, S.Hum (S-1, IPK 3,89) dan Eggy Fajar Andalas, SS., M.Hum (S-2, IPK 3,90). Dari Fak Perikanan dan Kelautan Intan Lazuardi Nugroho, S.Pi (S-1, IPK 3,83), dan Fakultas Vokasi memilih Defi Ika Suwandari, A.Md (D-3, IPK 3,74). Sedangkan wisudawan berprestasi itu; Yonas Belo, SH (FH, Medali Emas Squash nomor campuran PON XIX 2016 Jabar), Jawahirul Mahbubi, SM (FEB, 2nd Winner Condenger Summer School Competition, Polandia, 2015). Achmad Diesmi Krisyar, S.IAN (FISIP, meraih Grand Champion/Juara Umum “5-th Satya Dharma Gita National Choir Festival bersama UKM Paduan Suara, 2015). Sedangkan Charisma Hilda Dewi (Fak Kesehatan Masyarakat, sebagai Juara I LKTI Nasional Tk Mahasiswa Pekan Ilmiah dan Kreativitas Remaja Universitas Muhammadiyah Makassar, 2015. Fathu Rohmi Mashulah, S.Psi (Fak Psikologi, Juara Call for paper Kategori Muda Simposium Nasional Riset Pendidikan II, Universitas Paramadina dan Dompet Dhuafa Jakarta). Kemudian Gelar Nanggala Wahyu Sagara Putra, S.Hum (Fak Ilmu Budaya, tampil sebagai Grand Champion/Juara Umum “5-th Satya Dharma Gita National Choir Festival bersama UKM Paduan Suara, 2015). Sedangkan Aditya Akmal, S.Pi (Fak Perikanan dan Kelautan, Juara II Kerapihan Teknik Berpasangan Tangan Kosong B Putera
Kejurnas Silat Perisai Diri Antar-Perguruan Tinggi XXV Piala Bergilir Presiden RI, di Semarang, 2015). Sedangkan Rana Hamidah, A.Md (Fak. Vokasi, Juara I Tingkat nasional Lomba Karya Tulis Event Smart Teen, tahun 2015). (*) Penulis: Bambang Bes
Wisudawan: Kami Siap Belajar di ”Universitas Kehidupan” UNAIR NEWS – Dalam pelaksanaan wisuda Universitas Airlangga periode Desember 2016 ini, Muchibudin Abas, S.Kom, “kejatuhan sampur” (ditunjuk) mewakili wisudawan yang dilantik pada siang itu untuk menyampaikan sambutan. Ia pun naik ke podium dan berpidato di hadapan Rektor dan pimpinan UNAIR, Guru Besar, undangan orang tua wisudawan, dan 873 rekannya yang diwisuda. ”Di universitas ini kami belajar banyak tentang ilmu pengetahuan, baik yang praktis, teoritis, maupun yang bersifat memperluas wawasan. Begitu banyak pengalaman yang kami timba disini, baik di bangku kuliah, di kegiatan kemahasiswaan, maupun saat kami berbincang-bincang dengan para dosen atau tenaga kependidikan,” kata Muchibudin Abas dalam sambutannya. Dikatakan, sekarang baru disadari betapa luasnya cakupan ilmu yang ada, seorang tak cukup waktu untuk menuntutnya di universitas ini. Walau begitu, katanya, pengalaman belajar di UNAIR telah mengajarkan bahwa alumni harus bersiap untuk “belajar” lagi di “universitas kehidupan” yang nantinya akan dimasuki bersama dengan masuknya para alumni ke dunia kerja dan kehidupan sosial kemasyarakatan. “Untuk itu kami mohon doa restu agar mampu dan siap dalam
memasuki suasana dan lingkungan baru di masyarakat serta memberikan kontribusi yang positif. Kepada seluruh teman-teman wisudawan kami ucapkan selamat bahwa akhirnya kita berhasil meraih gelar sarjana. Hidup wisudawan Universitas Airlangga! Hidup rakyat Indonesia! Universitas Airlangga Excellence with Morality,” tegas Abas, alumnus FST UNAIR ini. Sebelumnya Abas, atas nama rekan-rekannya yang diwisuda juga menyampaikan ucapan terima kasih yang dalam kepada para pimpinan universitas, dosen dan tenaga kependidikan yang senantiasa mengajarkan dan mendampingi mahasiswa dengan sabar. ”Kami tahu betul bahwa proses yang telah kami nantikan selama kurang-lebih empat tahun ini tak akan lepas dari pengorbanan bapak-ibu dosen yang selalu mendampingi dengan sabar. Sekali lagi, terima kasih, teriring doa semoga bapak-ibu dosen senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang barokah,” kata Muchibudin Abas menutup sambutannya. (*) Penulis : Bambang Bes
Rektor UNAIR Wisuda 874 Lulusan, Disarankan Terus belajar UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA., mewisuda 874 lulusan UNAIR, di gedung Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C UNAIR Jl. Dr. Ir. Soekarno (Mulyorejo) Surabaya, Sabtu (3/12) 2016 kemarin. Para wisudawan tersebut berasal dari berbagai jenjang, baik lulusan Ahli Madya (Diploma 3), Sarjana (S-1), Master (S-2), dan Doktor (S-3). Mereka berasal dari 13
fakultas di UNAIR. Wisuda kali ini disebut-sebut cukup istimewa. Yang pertama, dilaksanakan menandai peringatan Dies Natalis UNAIR ke-62. Sedang yang kedua, dilaksanakan sebagai penutup tahun akademik 2016. Hadir dalam wisuda UNAIR kali ini antara lain Bupati Pacitan Drs. Indartato, MM., Asisten Tindak Pidana Khusus Kejati Jatim I Made Suarnawan SH, MH., Kol (L) Nevy, Aspers Armatim, Letkol (L) Agus Karyanto dari Akademi Angkatan Laut (AAL), Letkol (L) Drs. Ambar Kristiyanto, M.Si., dari Kodikal, Laksda D. Yunianto dari Dasar Wasantara Lemhanas RI, Anang Endaryanto dari RSUD Dr. Soetomo, serta para orangtua wisudawan. Peserta
wisuda
Desember
2016
ini
adalah
dari
Fakultas
Kedokteran (49 orang), Fakultas Kedokteran Gigi (39 orang), Fakultas Hukum (70), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (182), Fakultas Farmasi (31), Fakultas Kedokteran Hewan (29), Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (28), Fakultas Sains dan Teknologi (79), Fakultas Kesehatan Masyarakat (135), Fakultas Psikologi (48), Fakultas Ilmu Budaya (112), Fakultas Perikanan dan Kelautan (55), Sekolah Pascasarjana (17). Dalam
kesempatan
ini,
Rektor
juga
memberikan
piagam
penghargaan kepada Wisudawan Terbaik dan Wisudawan Berprestasi. Wisudawan terbaik diberikan kepada 24 orang dari berbagai fakultas yang meraih nilai terbaik dari lulusan cumlaude atau IPK diatas 3,50. Sedang wisudawan berprestasi diberikan kepada delapan orang dari beberapa fakultas yang berprestasi di bidang non-akademik. Dalam sambutannya, kepada wisudawan Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih antara lain mengingatkan bahwa tantangan kedepan dalam berkarir ini akan semakin berat dibandingkan dengan kelulusan kakak-kakak kelas sebelumnya. Di bidang perekonomian misalnya terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, yang tentunya juga akan berdampak pada lingkungan berbeda.
”Persaingan akan menjadi meningkat dan akan menjadi menu sehari-hari. Karena itu bersiaplah dalam menghadapi persaingan itu. Tetapi saya yakin seratus persen lulusan UNAIR akan menjadi pemenangnya, karena sudah dibekali secara berlebih, entah itu skill dan moral, hati dan naluri, jadi tidak hanya agar excellence tetapi juga morality, dan tidak hanya otak tetapi juga hati,” kata Rektor. Sebagai alumni disarankan terus belajar, belajar dan belajar. Belajar dari apapun, dari orang yang lebih pandai, dari yang lebih baik, dari yang lebih berpengalaman, dan semuanya. Dengan menjadi yang terbaik, otomatis reputasi saudara akan mengimbas pada reputasi almamater. Hal ini bisa diartikan untuk bisa menjaga marwah dan integitas almamater Universitas Airlangga. (*) Penulis: Bambang Bes
Nadia Wisudawan Terbaik S2 FKG, Eri Susanto Ingin Sempurnakan KBBI UNAIR NEWS – “Karakteristik Scaffold Bovine Hydroxyapatite Gelatin Kitosan Terhadap Viabilitas dan Perlekatan Bone Marrow – Mesenchymal Stem Cell Tikus”, adalah judul tesis Nadia Kartikasari, M.Kes. Penelitian tesis itu ikut mengantarkannya menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dalam wisuda September 2016 lalu.
Nadia Kartikasari, M.Kes. wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran
Gigi
(FKG) (Foto: Istimewa) Peraih IPK 3,93 ini menjelaskan, hilangnya struktur normal pembentuk bagian tubuh pada tulang masih menjadi tantangan besar di bidang kedokteran gigi. Penggunaan bahan graft sebagai salah satu metode yang banyak digunakan saat ini masih banyak memiliki kekurangan. “Sebab kekurangan itu, saat ini mulai dikembangkan rekayasa jaringan. Komponen utama yang digunakan dalam rekayasa jaringan adalah scaffold. Pada penelitian ini saya menggunakan scaffold yang terbuat dari bovine hydroxyapatite yang dibuat oleh Bank Jaringan, RSUD Dr. Soetomo, yang dikombinasi dengan gelatin dan kitosan,” kata perempuan penghobi nonton dan jalan-jalan ini. Menjalani studi dengan prinsip manajemen waktu, ternyata tidak menunda pekerjaannya. Sebab ia harus melakoni beragam aktivitas seperti kuliah, tugas, praktik, dan urusan lain. “Selama kuliah saya sibuk di kampus dan tempat praktik. Pagi kuliah dan malam bekerja di tempat praktik,” jelasnya. Sebelum meraih gelar lulusan terbaik jenjang Magister, Nadia juga pernah menjadi wisudawan terbaik S1 FKG UNAIR pada 2013.
Selain itu, ia juga pernah mendapat beasiswa pertukaran pelajar untuk program short stay 6 months di Universitas Hiroshima, Jepang. Ditanya pengalamannya selama menempuh studi, ia mendapatkan banyak teman baru dari disiplin ilmu berbeda dalam satu kelas, seperti perawat gigi, kesehatan masyarakat, dan perawat umum. “Walaupun kami berbeda disiplin ilmu tapi kami tetap kompak mendukung satu sama lain,” pungkasnya. Perduli Terhadap Kesempurnaan KBBI
Eri Susanto, M.Hum wisudawan terbaik S-2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) (Foto: Istimewa) SEMENTARA itu, dalam kamus pun ternyata juga tak lepas dari kekurangan. Kekurangan dalam setiap kamus diperbaiki dalam penyempurnaan atau revisi yang selalu dikerjakan oleh tim editor, dari waktu ke waktu. Hal tersebut dikarenakan oleh bahasa sumber kamus yang berkembang sepanjang waktu. Hal itu menggelitik Eri Susanto, M.Hum untuk melakukan penelitian untuk tesisnya “Evaluasi Kelas Kata pada Lema KBBI IV: Kajian Linguistik Korpus”. Hasilnya? Dari tesis itu ikut menunjang Eri lulus terbaik S-2 Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dalam wisuda September 2016. Ia merengkuh IPK 3,86. Dalam
penelitiannya,
Ia
berusaha
mendapatkan
lema-lema
(kata/frase masukan dalam kamus diluar definisi) yang mengalami perkembangan dalam pembagian kelas kata lema di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dan menjelaskan pengaruh frekuensi penggunaan dengan perkembangannya. Selama meneliti, pria asal Grobogan Jateng ini tak mengalami kesulitan, meski butuh waktu dan tenaga. Meraih data-data juga dengan mudah. “Penelitian ini butuh waktu dan tenaga yang lumayan. Penyediaan data sangat mudah, namun pengelompokan dan selanjutnya, seperti telaah data, membuat tertekan dengan diperparah oleh waktu. Namun hasilnya memuaskan,” pungkas pengajar Bahasa Prancis di IFI Surabaya ini. Eri berharap hasil penelitiannya bisa menyumbang bagi penyempurnaan KBBI, khususnya terkait kelas kata. “Ambil berkah setiap ilmu. Hormati. Laksanakan sebaik mungkin. Terlaksana lebih baik daripada sempurna, karena kesempurnaan sejati adalah kematian diri,” katanya. (*) Penulis: Lovita Marta F & Nuri Hermawan Editor: Bambang Bes
Rita Yuliana Lulus Terbaik S3 FEB, Hafizh Mohammad Ingin Jadi Peneliti UNAIR NEWS – Habis gelap terbitlah terang. Itu yang dirasakan Dr. Rita Yuliana, SE., MSA., Ak, CA., saat ia dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S3 (Doktoral) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, dalam wisuda September 2016 lalu. Pasalnya, wisudawan dari prodi Ilmu Akuntansi ini
mengaku sempat melakoni pengalaman pahit selama menjalani perkuliahan.
Rita Yuliana wisudawan terbaik S3 (Doktoral) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Istimewa)
(Foto:
“Saat ujian proposal saya tidak lulus. Jadi harus mengulang. Waktu itu saya sempat merasa terpuruk. Namun Alhamdulillah, kondisi itu tak sampai lama. Dengan pengalaman pahit itu, saya berhati-hati dalam menyelesaikan disertasi, hingga akhirnya selesai dengan lancar,” ,” ujar wanita asal Madura ini yang lulus dengan IPK 3,88. Ia mengaku senang dan bersyukur, karena tidak menduga ia menjadi wisudawan terbaik. Baginya, ini satu kejutan hadiah dari Allah SWT yang datang bertubi-tubi pasca kelulusannya itu. Terkait disertasinya, Rita meneliti tentang praktik manajemen laba riil pada pasar modal syariah di Indonesia. Praktik manajemen laba riil di pasar modal syariah itu tidak berbeda dengan pasar modal konvensional. “Namun investor pada pasar modal syariah memiliki kemampuan lebih baik dalam mendeteksi risiko yang terkandung dalam
praktik tersebut, apalagi dengan dibantu informasi tentang kualitas audit,” kata wisudawan kelahiran Blitar 1 Juli 1980 ini. Apa kiat-kiatnya dalam meraih prestasi akademik ini?. “Kuncinya akrab dengan semua ketidaknyamanan dan berjuang mengalahkan egoisme diri. Dua hal itu harus diusahakan maksimal. Setidaknya ini bukti bahwa hasil itu tak akan mengkhianati usaha. Semoga rezeki ini semakin menjadikan saya sebagai pribadi yang lebih baik dan berguna untuk semua,” katanya. Setelah lulus ini, dosen Universitas Trunojoyo, Madura, ini masih ingin mengejar mimpinya menjadi seorang professor. “Alhamdulillah, ijazah S-3 ini sudah menjadi salah satu bekal penting saya untuk mengejar mimpi itu. Belajar di UNAIR juga memberi bekal tentang penulisan karya ilmiah serta pondasi ilmu akuntansi yang kuat,” katanya bangga. Hafizh Muhammad Terinspirasi Ingin Jadi Peneliti
Hafizh Mohammad wisudawan terbaik Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga. (Foto:
Istimewa) SEMENTARA itu Hafizh Muhammad Noor, S.Pi., menjadi wisudawan terbaik Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga dengan IPK 3,89. Laki-laki asal Sragen (Jateng) ini selama kuliah aktiv di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan kegiatan pengabdian masyarakat di fakultasnya. Kendati aktif dalam organisasi, ia mengaku masih sering melakukan penelitian. Kegemarannya pada penelitian itu maka ia sering dalam magang di beberapa penelitian dosen. Salah satu hasil penelitiannya berjudul “Identifikasi Bakteri Produk Perikanan di Surabaya Timur” sudah terdaftar di salah satu jurnal di FPK UNAIR. Terkait kegemarannya meneliti ini, ia mengaku karena terinspirasi oleh Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mohammad Amin Alamsyah, yang menjadi pembimbing skripsinya. Mengapa? Karena banyaknya penelitian Prof. Amin yang sudah dipublikasikan. Terkait penelitian skripsinya, Hafizh mengulas karakterisasi karagenan dari kappaphycus alvarezii dengan pelarut berbeda. Dalam penelitian itu ia jelaskan tentang pengolahan modern rumput laut dengan cara sederhana yang bisa dijadikan suatu produk dengan nilai jual cukup tinggi. Hafizh mengaku tak punya kiat khusus untuk lulus terbaik ini. Ia hanya memaksimalkan kemampuan sebagai mahasiswa, baik saat belajar maupun diluar kuliah. ”Sebenarnya predikat wisudawan terbaik itu berasal dari parameter yang ada, tidak hanya tingginya IPK, tapi juga aktif di beberapa organisasi, bersosialisasi dan bila perlu di kancah internasional dengan mengikuti student exchange,” ujarnya. Karena dukungan keluarga dan para dosennya, Hafizh ingin memperdalam ilmu dengan melanjutkan ke jenjang magister. Kedepan ia berharap bisa aktif melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. “Saya ingin menjadi
peneliti. Prof. Amin menginspirasi saya untuk memecahkan beragam masalah perikanan yang ada di Indonesia. Saya berharap bisa melakukannya,” katanya. (*) Penulis: Farida Hariadi dan Dilan Salsabila Editor: Bambang ES
Berjuang Ekstra Selesaikan Penelitian, Roisah Lulus Terbaik S2 Farmasi UNAIR NEWS – “Saya butuh perjuangan yang benar-benar sangat ekstra untuk menyelesaikan penelitian yang akan saya gunakan untuk tesis ini, karena saat itu saya sedang hamil,” tutur Roisah Nawatila, ketika ditemui UNAIR NEWS terkait tentang perjuangannya dalam menyelesaikan tesis studinya pada jenjang S-2 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Dengan perjuangannya itu, Roisah akhirnya meraih reward maksimal dan dinyatakan sebagai wisudawan terbaik S-2 Fakultas Farmasi. Padahal, ia mengaku pikirannya sempat terbebani ketika menyelesaikan tesis dalam kondisi hamil besar. Menjelang seminar terbuka dan sidang akhir tesis, kandungannya bahkan mengalami kontraksi. Akibatnya, terpaksa ia memundurkan jadwal sidang demi kelahiran buah hatinya. Perjuangannya pun tak berhenti sampai disitu. Usai melahirkan, Roisah membawa serta bayinya yang baru berumur dua minggu itu untuk mengurus keperluan sidang akhir tesisnya. Baginya, ujian tak berhenti disitu. Pada saat penelitian pun, di tengah-tengah ia melakukan uji disolusi terhadap sampel,
listrik laboratorium juga sempat padam. “Karena lampunya padam, ya akhirnya saya harus mengulang lagi uji disolusi itu dari awal. Beruntungnya pula, ada sisa sampel yang bisa saya gunakan,” tandasnya dengan nada lega. Perjuangannya yang maha berat tersebut akhirnya berhasil ia tuntaskan. Tesisnya yang berjudul “Pembentukan Kokristal Asikovir Menggunakan Koformen Nikotinamida yang dibuat dengan Metode Penguapan Pelarut dengan Variasi Pelarut” berhasil dirampungkan dan memperoleh hasil maksimal, yakni Indeks Prestasi Kumulatif hampir sempurnya, yaitu 3,93. Roisah mengaku tak ada kiat-kiat secara khusus untuk menjadi lulusan yang terbaik ini. “Yang terpenting adalah pantang menyerah, selalu berpikir positif, dan percaya bahwa nothing is impossible. Yang penting aku percaya bahwa aku bisa,” kisah Roisah Nawatila, bangga. (*) Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S.
Prestasi Sejak SMA, Indah Lutfiya Lulus Terbaik S-1 FKM UNAIR UNAIR NEWS – Selain disebut sebagai kota metropolitan, Surabaya juga merupakan penyumbang jumlah remaja terbanyak nomor dua di Jawa Timur. Namun dengan fakta tersebut, ternyata upaya promosi kesehatan (Promkes) reproduksi remaja belum dilakukan secara optimal. Kebanyakan Promkes saat ini lebih difokuskan pada balita. Sehingga salah satu dampaknya, sebanyak 46,7% remaja tidak siap dengan menarche (saat pertama
menstruasi) dan ini berdampak pada vulva hygiene yang buruk. Topik itulah yang diangkat menjadi skripsi oleh Indah Lutfiya, wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Ia berhasil merampungkan studi dengan meraih IPK 3,88. Perempuan asal Jombang ini mengaku, keberhasilannya menjadi wisudawan terbaik ini tak lepas dari sikap disiplin yang ia lakukan dalam menjalani rangkaian kegiatan perkuliahan. “Kunci utama yang harus dilakukan dalam mencetak keberhasilan ini yaitu harus membuat timeline kegiatan dan membuat rencana target dalam hidup. Selain itu kita harus fokus dan konsisten dengan timeline yang sudah kita buat. Kalaupun di tengah jalan rencana itu tidak tercapai, kita harus memikirkan planning lain, sehingga tidak stagnan di tengah jalan,” katanya. Baginya, kenikmatan hidup yang diberikan oleh Tuhan senantiasa menjadikannya sebagai pribadi yang pandai bersyukur. Bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) MAPANZA dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKM, Indah belajar bahwa sebagai seorang terpelajar sebisa mungkin bisa memberikan manfaat bagi orang lain. “Never stop to learn and share your life by giving to each other” begitu motto Indah saat terjun di masyarakat. Selama menjadi mahasiswa, ia tak merasa canggung untuk membaur dan sharing dengan komunitas ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), berdiskusi dengan waria atau gay, menelisik panti rehabilitasi NAPZA, dan berbincang dengan anak jalanan yang tergabung dalam komunitas Save Street Children (SSC). Beragam kegiatan itu menjadi memori manis dalam catatan Indah saat di bangku kuliah. Padatnya kegiatannya juga tak menyurutkan semangatnya dalam berkarya. Dibalik sukses itu, ternyata saat menempuh sekolah di SMA dulu, Indah juga sering meraih prestasi. Diantaranya pernah memperoleh Juara II Kelas Paralel se-SMAN III Jombang,
Juara II Cerdas Cermat lomba UKS se-Kabupaten Jombang tahun 2010. Tahun 2014 lolos Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yang membahas tentang kusta yang didanai DIKTI. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q. Masruroh
Fisioterapis Khabib Abdullah Lulus Terbaik S-2 FK UNAIR – Fisioterapis Rumah Sakit Siloam Surabaya ini, Khabib Abdullah, M.Ikor, menjadi wisudawan terbaik jenjang S-2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ia lulus dari program studi Ilmu Kesehatan Olahraga FK UNAIr, dan meraih IPK nyaris sempurna yaitu 3,98, seusai mempertahankan tesisnya bertajuk “Pengaruh Stimulasi Somatosensorik pada Kaki terhadap Perubahan Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Lansia”. Sebagai fisioterapis, ia mendapat inspirasi untuk melakukan penelitian itu usai mengobati pasien stroke. Ia lantas mengaplikasikan metode yang bernama simulasi somatosensorik kaki pada seorang lansia. Selama ini, lansia kurang aktif dalam bergerak, sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan. Pernyataan tersebut ia dapat setelah melakukan penelitian di panti werdha. “Selama ini, latihan keseimbangan berfokus pada kekuatan otot seperti latihan senam, tetapi ada unsur sensoris yang belum tersentuh. Sensoris yang dimaksud adalah visual (mata), vestibular (telinga), dan somatosensorik (kaki). Karena mata dan telinga tidak bisa diintervensi oleh fisioterapi maka stimulasi somatosensorik dipilih sebagai modalitas stimulan
keseimbangan,” tutur Khabib. Meski Khabib sibuk melakoni rutinitas pekerjaan sebagai fisioterapis dan mahasiswa magister pada saat itu, pria kelahiran Karanganyar, Jawa Tengah, itu tak melupakan kegemarannya sejak duduk di bangku SMP. Apa itu? Ia aktif bermain musik dengan menciptakan lagu-lagu dan membentuk grup musik bersama kawan-kawannya. “Saat SMP tahun 1997, terinspirasi oleh Dewa 19, saya mulai belajar gitar, dan drum dengan mukul-mukul panci dan bantal. Kalau ada lagu, saya selalu membayangkan bagaimana cara main drum-nya. Dari situ, saya mulai membuat lagu sendiri, inspirasi tetap ke Dewa 19 dan Ahmad Dhani. Lagu pertama tercipta waktu SMP,” tutur pria kelahiran 1984 ini. Ketika duduk di bangku SMA, ia mulai membentuk grup musik bernama Satisfy. Grupnya bertahan sampai ia kuliah di Surakarta. Ketika tahun 2006, ia memutuskan bekerja di Surabaya dan grup musiknya bubar seketika. Meski grup musiknya bubar, selama di Surabaya ia masih aktif menulis lagu. Tahun 2012, ia menemukan lowongan di salah satu studio rekaman yang membutuhkan tenaga untuk mengaransemen lagu. “Akhirnya saya coba dan hasilnya bagus. Lalu, saya rekam enam lagu-lagu saya. Di album “Summer Hymn” ini saya bertugas sebagai produser, gitaris, vokalis, dan pemain bass. Sisanya, diisi operator studio. Tahun 2014, saya mengikutkan produksi rekaman saya ke kompetisi regional Jawa Timur, dan meraih posisi terbaik ketiga sebagai pencipta lagu terbaik,” tutur Khabib. (*) Pnulis: Defrina Sukma Editor: Dilan Salsabila
Kerja Keras Faiq Berbuah Predikat Wisudawan Terbaik Pascasarjana UNAIR NEWS – Pentingnya penanganan luka akibat kecelakaan menggunakan balutan luka (wound dressing) menjadi sorotan dalam penelitian tesis Faiq Nadiatul Mardia Asa, MT. Perempuan kelahiran Jember ini memfokuskan penelitian dengan membuat wound dressing untuk penanganan luka derajat sedang hingga berat dengan menggunakan bahan alam, seperti kolagen dari sisik ikan, alginat dari ganggang laut cokelat, serta ada penambahan nanopartikel perak. Dengan tesisnya yang berjudul “Komposit Kolagen FibrilAlginat-Nanopartikel Perak Sebagai Kandidat Membran Hidrogel Skin Substitute Anti Bakteri” berhasil mengantarkan Faiq menjadi wisudawan terbaik Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, dengan meraih IPK 3,93. “Menjadi wisudawan terbaik ini merupakan reward atas segala kerja keras saat kuliah dan saat mengerjakan tugas akhir. Selalu semangat dan jangan pernah malas untuk terus berusaha, walaupun ada masalah sesulit apapun saat kuliah,” jelas Faiq. Ia menuturkan, bahan penelitian yang digunakan itu memiliki sifat ideal dan dapat dijadikan sebagai bahan balutan luka yang biokompatibel. “Wound dressing ini bersifat biokompatibel, sehingga sangat efektif, aman, dan dapat mempercepat penyembuhan luka. Disamping itu bahan pembuatannya juga bernilai ekonomis sehingga dapat mengurangi wound dressing impor,” tambahnya. Selama menjadi mahasiswa Prodi Teknobiomedik, ia mengaku bahwa penelitiannya harus dilakukan di luar UNAIR. Berkat bantuan dua dosen pembimbingnya, yaitu Dr. Sri Sumarsih., M.Si., dan
Andi Hamim Zaidan, M.Si., Ph.D, akhirnya menyelesaikan studinya dua tahun saja.
Faiq
dapat
“Banyak ilmu yang variatif yang saya peroleh dari Teknobiomedik. Prodi ini menampung banyak disiplin ilmu dan bisa dikatakan kompleks. Untuk mendapatkan hasil uji bahan yang valid, saya juga mengujikan penelitian ini ke lab di ITS, Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya,” tuturnya. Perjalanan cukup panjang dalam mendapatkan data, mengajarkan Faiq untuk selalu bersemangat dalam mengerjakan apapun. Sebab ia yakin dengan ridho Tuhan dan orang tua. (*) Penulis: Disih Sugiarti Editor: Binti Quryatul Masruroh.
’Man Jadda Wajada’ Motivasi Adhi Widhianto Lulus Terbaik FEB UNAIR NEWS – Aktivitas pekerjaan memang seringkali menjadi momok bagi mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Pasalnya, seringkali mahasiswa merasa kesulitan untuk mengatur waktu antara keduanya. Namun, hal tersebut tak menghalangi Adhi Widhianto, MA untuk meraih predikat wisudawan terbaik S-2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, periode September 2016. Terkait penelitiannya, wisudawan dari Program Studi Akuntansi ini mengangkat judul “Institusionalisasi Penganggaran Berbasis Kinerja: Studi Kasus Penataan Penyusunan Anggaran Pada
Kementerian Keuangan”. Adhi menggali informasi untuk mengetahui dorongan sesungguhnya yang dialami Kementerian Keuangan pada saat melembagakan penataan struktur kinerja penganggaran berbasis logic model. “Apakah dorongan tersebut muncul karena adanya suatu paksaan/coercive isomorphism, adanya proses peniruan/mimetic isomorphism, adanya profesialism/normative isomorphism, atau kombinasi dari ketiganya,” kata wisudawan peraih IPK 3,93 ini. Sebagai seorang PNS di Kementerian Keuangan, Adhi mengaku pernah dihadapkan dengan situasi sulit. Bermula pada hari ketiga mengikuti matrikulasi perkuliahan, ia menerima telepon dari kantor yang memberitahukan bahwa ia harus mengikuti pelantikan promosi jabatan. “Jadi saya harus kembali ke Jakarta untuk mengikuti pelantikan esok harinya. Dalam situasi pilihan yang membingungkan itu, esok hari setelah pelantikan, saya diberitahu oleh pimpinan akan dibebas tugaskan dari jabatan dan tetap bisa melaksanakan tugas belajar di UNAIR. Alhamdulillah,” kenang laki-laki kelahiran Blora, 8 November 1981 ini. Adhi membagikan kiatnya untuk menjadi wisudawan terbaik. Motivasinya “Man Jadda Wajada”: barang siapa bersungguhsungguh maka ia akan mendapatkan. Ia lalu mengikuti perkuliahan dengan baik, jujur dalam mengerjakan tugas, dan menyeimbangkan dengan kehidupan keluarga, seperti refreshing. ”Dukungan materiil, moral, dan doa dari keluarga, ibu bapak, istri, dan anak juga secara tidak langsung menjadi motivasi untuk melangkah dengan berusaha sebaik-baiknya,” tandasnya. Setelah dikukuhkan menjadi wisudawan terbaik, Adhi akan kembali ke instansi pemerintahan untuk menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara. Ia berharap, ilmu yang ia dapatkan ini dapat diaplikasikan dalam pekerjaannya seharihari.
“Mudah-mudahan selalu dalam lindungan-Nya agar dapat menjaga amanah ilmu yang telah diberikan kepada saya, supaya menjadi ilmu yang bermanfaat,” serunya. (*) Penulis: Dilan Salsabila Editor: Binti Quryatul Masruroh.