Alam Budi Kusuma, Wisudawan Berprestasi FISIP UNAIR UNAIR NEWS – Lulusan program studi S-1 Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Alam Budi Kusuma, berhasil mencatatkan namanya sebagai wisudawan berprestasi yang meraih penghargaan dalam kompetisi pencak silat. Tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) UNAIR, Alam berhasil menyabet Piala Rektor VIII tahun 2015 di Makassar, Sulawesi Selatan. Penerima Bidikmisi ini terus berlatih keras untuk mencapai target yang ditentukan. Kesukaaannya terhadap pencak silat ini membuatnya rutin mengikuti kejuaraan tingkat nasional maupun internasional. “Dalam satu tahun, saya bisa mengikuti kompetisi antara enam sampai tujuh kali. Ditambah latihan rutin yang dilakukan enam kali dalam seminggu,” ucap kakak dari tiga bersaudara. Dari keikutsertaannya mengikuti beragam kompetisi, ia berhasil meraih gelar juara. Alam mengaku, hadiah uang tunai yang didapat ketika meraih juara itu, ia gunakan untuk membiayai sekolah adiknya. “Hadiah dari kompetisi yang pernah saya lakukan bahkan bisa menyekolahkan adik. Saya ingin adik mendapat kesempatan yang lebih baik,” tutur Alam. Bagi Alam, gelar wisudawan berprestasi ia persembahkan kepada kedua orang tuanya. “Gelar wisudawan berprestasi itu mendapat tempat bagi orang tua wisudawan. Kebanggaan bagi saya bisa menempatkan orang tua melihat mereka duduk di VVIP,” imbuh peraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,27 ini. Dalam skripsinya, ia membahas sistem politik jaringan keluarga di Madura. Penelitian ini dilatarbelakangi atas fenomena
dukungan jaringan keluarga yang mendukung keberlangsungan kekuasaan selama 50 tahun. “Ide itu tercetus saat saya melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata di Madura. Kontestasi politik di Madura dari sistem jaringan rela memberikan uang dalam memuluskan tujuan politiknya,” kata Alam. (*) Penulis: Helmy Rafsanjani Editor : Defrina S Satiti
Kesejahteraan Nelayan Perlu Diperhatikan UNAIR NEWS – Pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan nelayan di Indonesia. Pernyataan itulah yang disampaikan oleh dosen Gizi Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Dr. Adriana Monica Syahidu, dalam merespon peringatan Hari Nelayan Indonesia yang jatuh pada 6 April. Adriana mengambil contoh pola pencaharian ikan oleh nelayan di perairan Pulau Jawa. Di wilayah tersebut, peralatan tangkap nelayan berbeda jauh dengan kapal-kapal penangkap ikan yang memiliki kekuatan modal besar. Akibatnya, kesenjangan peralatan tangkap ini berpengaruh pada sedikitnya penghasilan mereka. Belum lagi ditambah dengan cuaca yang tak menentu yang mengakibatkan para nelayan tak bisa secara rutin melaut. “Hal ini berpengaruh pada banyak sedikitnya penghasilan mereka. Melaut kan tergantung cuaca. Penuh ketidakpastian akan hasil tangkap sehingga berpengaruh pada penghasilan. Belum lagi jika cuaca buruk, maka nelayan tidak dapat melaut,” tutur Adriana. Selain itu, tingkat kecukupan gizi nelayan juga dinilai masih
sangat rendah. Berdasarkan penelusuran, ternyata para nelayan jarang memakan hasil tangkapannya. Semua hasil tangkapan nelayan dijual dan tidak diolah untuk keluarganya sendiri. “Pola hidup nelayan itu yang penting kenyang. Mereka lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat untuk tenaga daripada protein. Hal ini tentu saja keliru, sehingga dibutuhkan penyuluhan gemar makan ikan,” ujar peneliti Dasar Manajemen Perikanan itu. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Mulai dari memberikan penyuluhan, mengedukasi terkait cara tangkap maupun membuat peraturanperaturan seperti pembatasan alat tangkap ikan yang tentunya dapat bertujuan untuk menjaga keseimbangan perairan. Di samping upaya pemerintah, nelayan juga perlu memperbarui pengetahuannya terkait cara penangkapan ikan, penggunaan teknologi hasil perikanan agar taraf hidupnya meningkat. “Oleh karena itu, jika tidak melaut, seharusnya nelayan dapat bercocok tanam, garam, budidaya rumput laut atau melakukan usaha lainnya,” terangnya. Penulis: Thia Aminah Editor: Defrina Sukma S
Dokter Hewan Baru Siap Mengabdi Kepada Masyarakat UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga kembali meluluskan dokter hewan baru. Sebanyak 103 dokter
hewan yang dilantik pada Rabu (5/4) menambah jumlah dokter hewan yang diluluskan UNAIR. Hingga hari ini, jumlah dokter hewan yang diluluskan UNAIR sejumlah 4.055, sejak meluluskan dokter hewan pertama kali pada tahun 1975. Pengambilan sumpah dan pelantikan dokter hewan berlangsung di Airlangga Convention Center (ACC). Prof. Dr. Suwarno selaku Wakil Dekan III FKH berharap, dilantiknya dokter hewan baru ini selain menambah kuantitas, juga mampu menambah kualitas dokter hewan di Indonesia. “103 dokter hewan baru ini, Insya Allah akan menambah jumlah dokter hewan di Indonesia. Dokter hewan bekerja dengan cara menjembatani kesehatan hewan dan manusia. Karena adanya zoonosis seperti Avian Influenza, Ebola dan yang terbaru Zika. Untuk itu, peran dari dokter hewan sangat dibutuhkan di masyarakat,” ujar Suwarno. Suwarno berharap, usai dilantik, mereka bisa segera terjun dan mengabdi kepada masyarakat. Harapannya, agar peran para dokter baru ini memberikan dampak bagi perlindungan masyarakat dari penyakit zoonosis di Indonesia. “Kami berupaya mencetak pada dokter hewan baru. Dari sebelas perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran hewan di Indonesia, semoga UNAIR menyumbang dokter hewan berkualitas yang mampu membantu permasalahan zoonosis,” ujar dosen yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Jawa Timur. Sementara itu, Wakil Rektor IV Junaidi Khotib, Ph.D mengatakan, tanggungjawab dokter hewan sangat besar. Sejak berada di bangku perkuliahan, dokter hewan dibekali dengan kemampuan pengendalian dan pengawasan kesehatan veteriner. Untuk itu, peran dokter hewan bukan sekadar membantu penyembuhan hewan semata. “Dokter hewan menjadi garda depan dalam diagnosis pengawasan pangan hingga ke konsumen,” tambahnya. (*)
Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Obat AHA dan ANA, Terapi Terkini Atasi Virus Flu Burung UNAIR NEWS – Virus Flu Burung atau Avian Influenza (AI) masih menjadi persoalan bagi para peternak dan manusia di wilayah Indonesia serta belahan Dunia. Oleh sebab itu, diperlukan obat yang bisa menghambat atau bahkan mematikan pertumbuhan virus AI yang sudah menjangkiti hewan ternak. Ahli virologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Suwarno berhasil mengembangkan dua jenis obat terapi yang bisa menghambat pertumbuhan virus AI. Obat tersebut berasal dari ekstrak kuning telur yang kemudian dinamai AntiHemaglutinin Antibody (AHA) dan Anti-Neuraminidase Antibody (ANA). “Ada dua produk. Satunya, saya beri nama AHA, dan satunya lagi bernama ANA. Sejak virus Avian Influenza (AI) ada di Indonesia sejak tahun 2003, kita merasa trenyuh. Itulah yang mendorong kami untuk membuat vaksin dan alat terapi. Obat AHA dan ANA adalah bentuk alat terapi yang kita ekstrak dari kuning telur,” tutur Suwarno. Ekstrak kuning telur itu diambil dari kelompok ayam yang terinfeksi virus Flu Burung yang berada dalam fase menjelang bertelur. Kedua kelompok ayam tersebut diberi vaksinasi AI. Kelompok pertama diimunisasi dengan protein hemaglutinin dari
virus AI, sedangkan kelompok kedua diimunisasi dengan protein neuraminidase dari virus yang sama. Setelah kelompok ayam itu bertelur, peneliti mengekstrak telur dan hanya mengambil kuning telur. Setelah diekstrak, peneliti mengambil antibodi dan melakukan pemurnian protein. Pemurnian hemaglutinin dan neuraminidase (anti hemaglutinin dan anti neuraminidase) diformulasi dan ditambah dengan kolostrum (susu dari sapi yang keluar pertama kali), beberapa jenis vitamin, mineral, dan asam amino. Dari situlah, produk bernama AHA dan ANA bermula. Cara pemberian obat AHA dan ANA pun mudah. Obat terapi tersebut tinggal disemprotkan ke dalam paruh ayam dengan dosis sekitar satu milliliter. Dari hasil penelitiannya, apabila obat tersebut diberikan maksimal dua hari sejak virus Flu Burung menginfeksi tubuh ayam, maka obat AHA dan ANA dapat menghambat 80 hingga 100 persen pertumbuhan virus Akhirnya, ayam tersebut bisa diselamatkan dari kematian.
AI.
Kedua jenis obat tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Obat AHA digunakan untuk mencegah menempelnya virus AI ke dalam sel. Sedangkan, obat ANA digunakan untuk mencegah keluarnya virus AI dari sel. Obat tersebut akan berfungsi optimal bila diberikan maksimal dua hari sejak virus AI menginfeksi tubuh ayam. Namun, bila lebih dari dua hari, penggunaan dua obat ini perlu dikombinasikan. “Kalau sudah lebih dari dua hari sudah agak sulit. Makanya kita kombinasikan, yang ini (AHA) adalah untuk mencegah menempelnya virus AI ke dalam sel. Yang ANA untuk mencegah keluarnya virus dari sel. Jadi, ketika virus keluar dari sel, kita tangkap dengan ini. Ini supaya virusnya tidak menempel dalam sel. Kalau berkembangbiak, virus keluar dari sel, maka akan ditangkap dengan ini (ANA). Jadi, kita kombinasikan antara AHA dan ANA,” terang pemilik sembilan hak paten itu. Riset mengenai ekstrak kuning telur yang digunakan untuk
mengobati ayam yang terinfeksi virus AI sudah dimulai sejak tahun 2009. Meski sudah berjalan tujuh tahun lalu, obat ini sudah diujicobakan pada ayam-ayam yang terinfeksi virus AI di peternakan ayam di Blitar, Malang, dan beberapa wilayah terjangkit lainnya. Dari beberapa kali ujicoba di lapangan, pada kasus-kasus sedang, antibodi tersebut mampu menghambat pertumbuhan virus hingga 60 persen. Keistimewaan lainnya yang dimiliki obat AHA dan ANA adalah kemampuan untuk mengobati virus dengan risiko kematian tinggi atau Highly Pathogenic AI (HPAI) dan risiko rendah atau Low Pathogenic AI (LPAI) Virus. Selain itu, obat AHA dan ANA bisa mengobati berbagai virus AI subtipe H5N1, H5N9, dan H5N2. “Kalau ayam terinfeksi HPAI pasti mati. HPAI tidak menunjukkan gejala, tapi kalau tubuhnya diisolasi, hasilnya positif. Seringkali, mahasiswa koas (co-assistant) menemukan itu di laboratorium,” imbuh Suwarno yang juga anggota Tim Komisi Obat Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI itu. Peneliti kelahiran Tuban itu mengaku, produk buatannya sudah dilirik oleh sejumlah perusahaan. Namun demikian, ia masih perlu menyempurnakan kemasan obat AHA dan ANA. Sebab, bila obat tersebut dimanfaatkan untuk populasi yang besar, ia masih perlu menambah netto setiap kemasan. “Tujuannya biar lebih praktis. Karena awalnya dibuat individual, kita bikin yang spray (semprot) seperti ini. Kalau mau efektif, ya, tinggal dilarutkan dalam air. Tidak sampai dua jam, pasti akan air tersebut akan dihabiskan sama ayam. Jadi, prinsipnya mirip dengan vaksinasi,” tutur Suwarno. Ia berharap, dengan adanya obat AHA dan ANA ini, kerugian akibat wabah atau bala penyakit virus Flu Burung di Indonesia dapat terus berkurang berkat semakin banyaknya penelitian yang solutif. Penulis: Defrina Sukma S
Mendulang Rupiah dari Limbah Ternak UNAIR NEWS – Limbah telah menjadi masalah perkotaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, hingga peternakan kerap kali menimbulkan permasalahan yang bisa merusak lingkungan. Beda hal dengan Guru Besar bidang Ilmu Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Herry Agoes Hermadi yang menjadikan pengolahan limbah ternak sebagai sumber ekonomi baru. Sebagai peneliti sekaligus dosen di FKH UNAIR, ia tertantang untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. “Limbah rumah potong hewan seperti perut sapi (rumen), sebenarnya jika diperas akan menghasilkan cairan bio fermentor. Ini bermanfaat untuk mengurangi bau pada septic tank bahkan mampu menguras WC (water closet) tanpa disedot,” tutur Herry. Sari rumen bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan limbah kotoran yang dihadapi Kota Surabaya. Berdasarkan pengamatannya, warga di atas 50 persen masyarakat di Kota Surabaya masih membuang limbah kotorannya di sungai. “Mereka memiliki WC yang masih open defecation bukan close defecation. Ini artinya pembuangannya selalu bermuara ke sungai,” terangnya. Selain itu, bio fermentor juga dapat dimanfaatkan untuk memproses fermentasi bahan pakan. Jika cairan bio fermentor dicampur dengan pupuk NPK dan disemprotkan di tanaman, kesuburan tanaman tersebut akan membaik. Limbah
lainnya
yang
bisa
dimanfaatkan
dari
keberadaan
peternakan adalah darah hewan yang sudah dipotong. Dalam satu hari, para pemotong hewan bisa menyembelih sekitar seratus ekor sapi. Tak disangka, darah yang dibuang ini bisa dikembangkan menjadi pakan ternak yang memilki nilai ekonomis. “Setiap sapi bisa bisa menghasilkan 20 sampai 30 liter darah per hari. Bayangkan jika tiap harinya ada sekitar 100 ekor sapi yang disembelih namun tidak dimanfaatkan akan sayang sekali,” tutur Herry yang menjadi dosen pembimbing lapangan kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat UNAIR ini. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S
Cegah Kenakalan Remaja dengan GOPRO UNAIR NEWS – GOPRO (Gerakan Progresif Pemuda Produktif) telah resmi dibuka dan sosialisasikan kepada remaja di balai RW 3 Kebangsren, Surabaya oleh Veronica Kadista Putri bersama kelompok Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Minggu (2/4). GOPRO merupakan salah satu dari ratusan proposal PKM di UNAIR yang didanai oleh Dikti. Mengusung tema kenakalan remaja sebagai latar belakang masalah, GOPRO diharapkan menjadi salah satu cara untuk membendung kenakalan remaja. Pasalnya, tidak dipungkiri bahwa kenalakan remaja menjadi momok yang sangat serius bagi perkembangan generasi muda. “Kenakalan remaja saat ini difahami sebagai role model
tingkat eksistensi seorang remaja, bukan sebagai penyimpangan sosial. Oleh karena itu untuk mencegahnya haruslah melalui metode yang tepat,” tutur Veronica selaku ketua kelompok. Selain itu, Veronica juga menambahkan, ia dan tim sepakat bahwa kenakalan remaja dapat memungkinkan untuk dicegah apabila remaja memiliki kontrol diri. Asumsi tersebut yang mendasari Veronica dan tim untuk merumuskan beberapa metode yang nantinya akan menjadi acuan pelaksanaan kegiatan. “Kegiatan itu antara lain Go-Religion, Go-Character, GoCreative, Go-SmartNet, Go-Friendship. Dari beberapa muatan metode tersebut dapat diimplementasikan melalui beberapa kegiatan dengan SENAR (Sosialisasi dan Seminar), BEDIL (Bedah Film), PERWIRA (Pelatihan Kewirausahaan), dan JARITAN (Belajar dan bermain di hutan Mangrove),” jelasnya. Senada dengan Veronica, sebagai salah satu anggota, Humam mengatakan bahwa kenakalan remaja biasa terjadi ketika seorang remaja memiliki waktu luang, misal diakhir pekan. Diwaktu tersebutlah, menurut Humam merupakan waktu para mengisinya dengan hal-hal yang kurang produktif.
remaja
“Dari hal tersebut kelompok ini sepakat untuk memilih hari minggu sebagai waktu pelaksanaan kegiatan, dalam kurun waktu 3 bulan kedepan,” paparnya. Masyarakat setempat pun merespon baik dengan adanya kegiatan tersebut. Terlihat dari antusiasme warga yang hadir dalam acara pembukaan program dan sosialisasi tersebut. Partisipan yang harusnya ditujukan kepada anak SMP, tapi karena antusiasme masyarakat setempat yang tinggi hingga banyak ibuibu bahkan bapak-bapak yang hadir dalam acara tersebut. Kegiatan ini juga menjadi momentum kebangkitan bagi Karang Taruna setempat setelah lama sempat berhenti. “Diadakannya kegiatan ini, dapat menjadi momentum bangkitnya kembali Karang Taruna di RW kami, setelah lama fakum karna tidak adanya kegiatan. Harapannya melalui kegiatan-kegiatan
seperti ini dapat mempererat kekompakan warga,” ujar selaku perwakilan dari Karang Taruna.
Yoga
Penulis: Syifa’ul Qulub (Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga) Editor: Nuri Hermawan
Cukup 7 Semester, Natasha Audina Lulus Terbaik S-1 FIB UNAIR UNAIR NEWS – Natasha Audina Siregar, S.Hum terhitung cepat dalam merampungkan studinya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga. Sasa, panggilan akrabnya, berhasil menyelesaikan studi S-1 hanya tujuh semester. Sudah lulus cepat, berhasil mendapat gelar wisudawan terbaik S-1 FIB UNAIR pula. Itulah Sasa yang meraih IPK 3,89. Mulanya, Putri sulung dari dua bersaudara ini mengaku bahwa program studi Sastra Inggris bukanlah pilihan pertamanya. Dulu ia lebih jatuh hati pada program studi Hubungan Internasional (HI). Namun takdir berkata lain. Hasil seleksi yang diikuti kala itu menempatkannya di prodi Sastra Inggris. “Awalnya saya sangat ingin masuk HI karena punyai cita-cita bekerja di kedutaan. Namun Tuhan memberinya lain. Ini yang terbaik dariNya. Mama juga ridho di prodi Sasing,” ujarnya. Gadis berkacamata ini mengatakan, tidak ada trik khusus untuk bisa mendapatkan IPK yang tinggi. Hanya saja ketika berada di kelas, ia selalu mendengarkan dosen yang sedang mengajar dan
terkadang berdiskusi. Belajarpun, Sasa hanya saat menjelang ujian, karena itu dirasa lebih mudah. “Setiap orang pasti memiliki metode belajar berbeda-beda. Kalau saya lebih suka belajar satu hari sebelum ujian, karena itu lebih baik dan mudah masuk ilmunya,” ungkap Sasa. Di bagian akhir percakapan, Sasa menjelaskan keinginannya yang terpendam hingga kini adalah bekerja seusai mendapatkan gelarnya. Ia berkeinginan menambah pengalamannya dengan berkumpul bersama banyak orang. “Saat saya kuliah, saya jarang sekali ikut organisasi atau pun suatu kepanitiaan. Otomatis pengalaman saya masih minim. Maka dari itu, saya ingin bekerja terlebih dahulu untuk menambah pengalaman. Saya ingin cari beasiswa S-2, dan hanya orang yang punya pengalaman banyak yang punya peluang besar lolos beasiswa. Dan saya ingin itu,” pungkasnya. (*) Penulis: Ainul Fitriyah Editor: Nuri Hermawan
Raih Medali di PON, Tommy Wisudawan Berprestasi Fakultas Vokasi UNAIR NEWS – Keberhasilannya dalam menyabet medali perunggu pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XIX di Jawa Barat adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi Tommy Arif Nugroho. Atas prestasi itulah, ia dinobatkan sebagai wisudawan berprestasi Fakultas Vokasi periode wisuda Maret 2017. “Awalnya saya tidak tertarik untuk mengikuti PON, karena saya
bingung bagaimana mengatur jadwal kuliah. Ternyata, saya diberikan kesempatan pelatih PON untuk seleksi, dan masuk dalam skuat team PON,” ujar Tommy. Tommy mengaku bersyukur dan bangga atas segala prestasi yang ia dapat semasa menempuh studi D-3 Perpajakan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga. Meskipun ia aktif di cabang olahraga futsal ini, ia mampu membuktikan bahwa kuliah adalah tanggung jawab yang paling utama. Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif sebesar 3,16. Lelaki kelahiran Surabaya ini menyadari, ia cukup sulit membagi waktu kuliah sekaligus aktif menekuni passion. Ia harus pandai mengatur jadwal antara keduanya. Apalagi, kesibukannya sebagai atlet membuat Tommy seringkali harus ke luar kota. “Yang
jelas
saya
memprioritaskan
akademik
dan
sambil
menjalankan passion atau hobi. Memang sulit untuk mengatur keduanya. Saat ada pertandingan luar kota, pastinya kuliah saya terbengkalai. Tapi saat selesai pertandingan baru saya mencari teman untuk mentutori matakuliah yang saya tertinggal,” imbuh lelaki kelahiran 28 Agustus 1994. Pengorbanan waktunya berbuah manis. Sederet prestasi yang pernah diraih Tommy semasa kuliah antara lain juara III Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional Jawa Timur tahun 2014, juara III Liga Mahasiswa Nasional tahun 2014, juara III PON Jatim tahun 2016, Best Player Liga Mahasiswa Nusantara tahun 2016, Juara I Liga Mahasiswa Nusantara tahun 2016, Juara III Piala Emas Futsal Indonesia tahun 2016, dan masih banyak lagi. Tommy bersyukur, meskipun aktivitasnya padat sebagai atlet, namun ia tak kesulitan meminta izin tidak masuk kuliah. “Alhamdulillah pihak UNAIR juga memperlancar urusan perizinan,” tambahnya. Ibu, keluarga, dan teman-teman adalah orang-orang yang berjasa dalam segala prestasi yang diraih Tommy. Ia mengatakan,
dukungan kerabat dan doa yang senantiasa ia panjatkan merupakan kekuatan untuk meraih segala cita dan harapan. “Tetap jalani saja apa yang ada di depan. Yakin dan selalu libatkan Allah dalam segala hal. Melalui restu orangtua, insya Allah di mudahkan semuanya,” pesan Tommy yang juga menggawangi Unit Kegiatan Mahasiswa Futsal UNAIR. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina S. Satiti
Berkat Tenis Antar Ayu Rizki Jadi Wisudawan Berprestasi Keperawatan UNAIR UNAIR NEWS – Menjadi seorang mahasiswa sekaligus atlet, tentunya menumbuhkan kebanggaan tersendiri, baik bagi diri sendiri dan keluarga. Itulah yang dirasakan oleh Ayu Rizki Budiani, ketika dinobatkan sebagai wisudawan berprestasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Selama menjalani kuliah, ia bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Tenis Lapangan pada tahun 2015. Disitu, Ayu menorehkan berbagai prestasi yang membawa nama UKM Tenis Lapangan menjadi disegani. Ia berhasil menyabet banyak medali dari sejumlah kejuaraan seperti juara III beregu, juara III ganda campuran, dan juara III ganda putri pada Turnamen Tenis di Universitas Jember dalam rangka Kejuaraan Nasional Tenis Antar Mahasiswa. “Saya senang sekali bisa memberikan prestasi untuk UNAIR,” jelas Ayu. Ia menekuni olahraga tenis lapangan ini sejak
berusia enam tahun. Mahasiswa asal Kab. Pati (Jateng) ini merasa enggan melirik cabang olahraga lain. Saat bermain tenis lapangan, ia menemukan keseruan yang mampu meninggalkan kesan indah tersendiri baginya. “Hampir semua pertandingan menarik bagi saya. Waktu saya bertanding di Berau dan Balikpapan, saya sempat tertinggal jauh dari lawan. Karena banyak yang mendukung, akhirnya saya dapat menyusul poin lawan, tapi akhirnya menang dan mendapatkan juara I di Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Berau, dan Juara 1 Kejurda Tenis Junior di Balikpapan,” kata mahasiswi peraih IPK 3,12 ini. Ayu sempat vakum dari tenis akibat padatnya jadwal kuliah saat menempuh studi D-3 Politeknik Kementerian Kesehatan di Kalimantan Timur. Ia akhirnya aktif lagi saat masuk UNAIR melalui jalur alih jenis dan bergabung dengan UKM. Dari UKM inilah ia aktif kembali dan mengukir prestasi. “Ketika saya masuk UNAIR, ternyata ada UKM Tenis Lapangan. Dari situ saya ingin kembali mengikuti olahraga itu. Jadi saya harus pintar-pintar bagi waktu belajar. Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk menjadi wisudawan berprestasi pada wisuda ini,” Ayu bersyukur. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Defrina Sukna Satiti
Sekjen IDI Pusat Ukir Namanya di Prasasti Alumni FK UNAIR UNAIR NEWS – Sekretaris Jendral (Sekjen) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, dr. M. Adib Kumaidi, Sp.OT., hadir di
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, dan turut mencatatkan namanya dalam dinding “Prasasti Alumni FK UNAIR”. M Adib Kumaidi merupakan satu diantara 150 alumni FK UNAIR angkatan 1992-1993, yang Sabtu (2/4) kemarin berdatangan dari berbagai pelosok tanah air dan memenuhi halaman kampus almamaternya. Meskipun domisili dan aktivitasnya banyak dilakukan di Jakarta, namun alumnus FK UNAIR angkatan 1992 ini bersemangat hadir dan bernostalgia bersama teman satu almamaternya. Tentu saja, kehadirannya pun dimanfaatkan rekan-rekan sejawatnya untuk berdiskusi seputar masalah kedokteran yang sedang hangat, misalnya tentang wajib kerja dokter spesialis, dokter layanan primer (DLP) yang masih menjadi pro-kontra. Peresmian prasasti ini dilakukan oleh Dekan FK UNAIR Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U(K), dan dihadiri Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., Ketua IKA FK Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG(K), Wakil Rektor II Dr. Mohammad Madyan, dan undangan lainnya. Dengan diresmikannya Prasastri Alumni dari tiga angkatan kelulusan ini maka menambah kelengkapan Prasasti Alumni FK UNAIR yang sudah terpahat kokoh di dinding kampus sejak alumni pertama era NIAS (Netherlands Indische Artsen School – cikal bakal FK UNAIR) tahun 1923. NIAS sendiri didirikan tahun 1913. Prasasti Alumni FK ini dibuat untuk mereka yang telah menyelesaikan pendidikan dokter di kampus Karangmenjangan Surabaya ini. Otomatis dalam prasasti ini juga memuat lulusan NIAS (meluluskan sejak tahun 1923), lulusan Djakarta Ika Dai Gaku (di era jaman Jepang), hingga lulusan FK UNAIR. Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih dalam sambutannya juga mengapresiasi positif adanya tradisi mencatatkan nama alumni pada prasasti di dinding kampus almamaternya. Pencantuman nama pada prasasti seperti ini, menurut Rektor, setidaknya ada dua makna.
Pertama, secara historis akan selalu mengingatkan para alumni, dimana pun mereka bertugas, untuk selalu ingat kepada almamater. Kedua, sebagai alumni yang namanya tercatat pada prasasti, maka secara otomatis akan turut bertanggungjawab menjaga dan menjunjung nama baik almamater. Apalagi keberadaan alumni juga penting dalam perankingan universitas, yaitu sebagai employer reputation.
DUA alumni FK angkatan 1992-1993 secara simbolis mencatatkan namanya di papan prasasti alumni FK UNAIR. (Foto: Humas FK) ”Karena itu, kami juga titip pesan kepada almamater FK untuk ikut bersama-sama membesarkan almamater UNAIR ini, sehingga baik-buruk dan maju-mundurnya universitas juga bisa dilihat dari para alumninya dan professinya,” kata Pak Rektor. Sedangkan Ketua IKA FK UNAIR Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG(K) mengajak semua alumni untuk mensyukuri bahwa namanya terpampang pada dinding almamater kampus kharismatik ini. Karena itu, ia mengajak rekan sejawatnya untuk selalu ingat terus pada almamater, kemudian menjaga namanya dengan tetap
menjaga professi ini sebagai professi mulia, serta mendorong semua alumni menjaga baik nama almamater. Dekan FK UNAIR Prof. Soetojo juga berharap para alumni FK UNAIR turut berkontribusi mendukung almamater sebagai upaya FK menunjang UNAIR untuk menuju sasaran yang dibebankan pemerintah yaitu menjadi 500 perguruan tinggi terbaik dunia. ”Karena itu, FK menyatakan siap menjadi salah satu motor penggerak UNAIR untuk menggapai sasaran tersebut,” tandas Guru Besar Urologi FK UNAIR itu. (*) Penulis: Eighty Mardyan, dr., Sp.OG(K), Humas FK. Editor: Bambang Bes