Wisudawan UNAIR: ’Kami Siap Menjadi Pemain Masa Depan’ UNAIR NEWS – Para lulusan baru perguruan tinggi umumnya dihadapkan pada tantangan baru setelah fase kuliahnya berakhir. Untuk itulah, mereka diharapkan bisa mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di luar kampus. Begitulah pesan yang disampaikan Wakil Ketua Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) Drs. Ec. Hariyanto Basoeni, di hadapan para lulusan UNAIR diwisuda, Sabtu (11/3), di Gedung Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C UNAIR. “Saya mengucapkan selamat kepada para mahasiswa yang baru saja dikukuhkan sebagai wisudawan oleh Rektor. Wisuda ini sangat bersejarah,” tutur Hariyanto dalam sambutannya. Menurut pengusaha alumni FE UNAIR ini, para wisudawan akan segera disibukkan dengan rutinitas baru, seperti berwirausaha, mencari pekerjaan, atau melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu ia memberi petuah agar para wisudawan bersikap tahan banting dalam meneruskan hidup di fase baru tersebut. ”Anda boleh menjadi pengusaha, tapi harus jujur, tahan banting, dan kuat dalam menghadapi persaingan. Ini akan menjadi pengalaman baru buat kalian,” imbuh Hariyanto Basoeni.
Kanza
Tamarindora,
mewakili
para
wisudawan
Maret
2017,
menyatakan ia dan wisudawan lain siap menghadapi kehidupan setelah fase kuliah. (Foto: Alifian Sukma) Kanza Tamarindora, S.Ikom, mewakili para wisudawan baru menyatakan bahwa ia dan para wisudawan baru ini siap menghadapi kehidupan setelah fase kuliah. “Kami siap menjadi pemain masa depan,” ujar Dora, alumnus Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR angkatan tahun 2012 ini. Pernyataannya itu lantas disambut tepukan tangan meriah dari kawan-kawannya. Pada prosesi wisuda periode Maret 2017 ini, Rektor mewisuda 2.018 lulusan UNAIR. Prosesinya dibagi dalam dua hari. Hari pertama, Sabtu (11/3) diikuti 1.008 wisudawan, sedang sisanya yang 1.010 dilaksanakan hari Minggu (12/3). Dalam sidang universitas khusus wisuda ini, juga dihadiri oleh para Wakil Rektor, Ketua Senat Akademik, Dekan, Guru Besar UNAIR, perwakilan IKA-UA, dan jajaran pimpinan. Kemudian diantara tamu undangan yang hadir diantaranya ada Prof. Joni Hermana, Rektor ITS yang puterinya diwisuda, wakil
dari Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya, perwakilan Polda Jatim, perwakilan Kodam Brawijaya, Pangarmatim, Koarmatin, dan masih banyak lagi. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Bambang Bes
Calon Lulusan Perguruan Tinggi Dianjurkan Persiapkan Diri Hadapi Dunia Kerja UNAIR NEWS – Para mahasiswa sebelum menyelesaikan kuliahnya di perguruan tinggi (PT), dianjurkan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja. Persiapan itu dilakukan agar para sarjana lulusan perguruan tinggi bisa segera menapaki karirnya usai dinyatakan lulus dari bangku kuliah. Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) Universitas Airlangga Dr. Elly Munadziroh, drg., M.Si., ketika ditemui UNAIR.news, disela wisuda UNAIR di Gedung ACC, Sabtu (11/3). Ketua PPKK itu mengabarkan bahwa lembaga yang dipimpinnya itu telah menyelenggarakan berbagai pelatihan karir secara berkala yang bisa diikuti oleh calon lulusan. Pelatihan yang dilaksanakan di berbagai fakultas di UNAIR itu diisi dengan materi-materi yang menarik, seperti cara menulis daftar riwayat hidup, latihan wawancara kerja, dan kiat-kiat untuk diterima di perusahaan yang diinginkan oleh pelamar. “Karir itu memang harus dipersiapkan sejak awal. Saya berharap, adik-adik mahasiswa bisa menyadari hal itu,” tutur Elly Munadziroh.
Selain persiapan secara teknis, ia yang juga dokter gigi itu mengimbau agar para mahasiswa menimba sebanyak-banyaknya pengalaman berorganisasi. Dengan berorganisasi, mahasiswa akan melatih dirinya untuk bisa bekerja sama dan responsif terhadap tuntutan lingkungan. “Dalam berorganisasi, adik-adik mahasiswa juga dilatih untuk memimpin orang dan dirinya sendiri. Sekarang kan perusahaan itu banyak membuka cabang. Maka, perusahaan membutuhkan orang yang memiliki pengalaman kepemimpinan untuk memimpin cabangcabang perusahaan,” kata dosen FKG UNAIR ini. Hal lain yang tak kalah pentingnya dalam berkarir adalah persiapan mental untuk ditempatkan di daerah kecil. Dr. Elly tak menampik, bahwa tidak jarang calon karyawan yang takluk dengan bunyi persyaratan kerja yang menyatakan: “bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia”. Berdasarkan data yang dirilis oleh PPKK UNAIR tahun 2016, median masa tunggu lulusan UNAIR yang mencari kerja usai dinyatakan lulus adalah sepanjang tiga bulan. Hasil tersebut diperoleh tim PPKK usai mengolah data tracer study yang diisi para lulusan UNAIR. Dengan adanya persiapan karir, diharapkan calon lulusan bisa mempersingkat masa tunggu dalam mendapatkan pekerjaan. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Bambang Bes
Semarak
Wisuda
Universitas
Airlangga Periode Maret 2017 Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., selama dua hari ini, Sabtu (11/3) dan Minggu (12/3) akan mewisuda 2018 lulusan Universitas Airlangga dari berbagai jenjang dan fakultas di UNAIR. Wisuda ini dilaksanakan di gedung Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya.
Rektor Mewisuda 2018 Lulusan Universitas Airlangga WARTA UNAIR – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., selama dua hari ini, Sabtu (11/3) dan Minggu (12/3) akan mewisuda 2018 lulusan Universitas Airlangga dari berbagai jenjang dan fakultas di UNAIR. Wisuda ini dilaksanakan di gedung Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C Jl. Mulyorejo Surabaya. Pada wisuda hari pertama di tahun 2017 ini, Rektor akan mengukuhkan 1.008 wisudawan. Sedangkan sisanya yang 1.010 orang, akan diwisuda pada hari Minggu (12/3), di tempat yang sama. Diantara wisudawan tersebut terdapat 28 yang dikukuhkan sebagai Wisudawan Terbaik dari masing-masing jenjang. Selain itu juga terdapat 12 Wisudawan Berprestasi dari masing-masing fakultas. Untuk itu Rektor memberinya Piagam Penghargaan kepada mereka. Kemudian dalam upacara wisuda kali ini juga terdapat penghargaan kepada wisudawan yang memiliki skor jurnal tertinggi.
Wisudawan Terbaik di UNAIR adalah mereka yang meraih nilai tertinggi diantara lulusan cumlaude, yaitu nilai diatas 3,50. Sedangkan wisudawan berpretasi adalah peraih komposisi tertinggi antara nilai IPK dan nilai tertinggi SKP (Satuan Kredit Prestasi) di masing-masing fakultas. Dari Direktorat Pendidikan UNAIR diperoleh informasi bahwa peserta terbesar wisuda perdana tahun 2017, kali ini dari Fakultas Kedokteran (FK). FK mengirim 286 orang baik lulusan S1 hingga S-3 (Doktor). Terbanyak nomor dua dikirim dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), 260 wisudawan. Kemudian terbesar ketiga dari Fakultas Hukum (FH) 255 orang. Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dalam amanatnya sebagaimana disampaikan pada wisuda sebelumnya, berharap seluruh wisudawan selalu peduli kepada masyarakat di sekitarnya. Sikap peduli kepada sesama ini sesungguhnya telah menjadi komitmen kita. ”Lihatlah janji itu dalam Hymne Airlangga. Dengan nada syahdu kita pernah berikrar: Bagimu almamater, Kuberjanji setia, Berdharma bakti suci, Berjasa mulia, Belajar untuk nusa, Indonesia yang kucinta…” kata Rektor. Dalam kapasitas yang sama, harapan itu juga disampaikan untuk para wisudawan UNAIR hari ini. Penekanan sambutan Rektor itu disampaikan karena pendidikan itu harus berlangsung seumur hidup. Karenanya, perbarui dan tambahlah terus ilmu kita, termasuk dari “Universitas Kehidupan” ini. Kemudian perhatikanlah sekitar kita, dan cermatilah lingkungan kita. “Ilmu itu bisa berasal dari berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Bersegeralah untuk ikut menyelesaikan masalahmasalah itu, dan yakinlah bahwa ilmu yang dibekali oleh almamater cukup memadai untuk turut menemukan solusinya,” kata Prof. Moh Nasih. Dikatakan, dalam kehidupan ini selalu ada pasangan antara
“tantangan dan jawaban”. Artinya, tantangan atau masalah itu tidak boleh kita hindari. Tapi kita harus yakin bahwa semua wisudawan akan bisa menghadapi berbagai tantangan yang ada, sebab almamater yang memiliki semangat “Excellence with Morality” ini insya-Allah telah memberikan bekal yang cukup. ”Dengan percaya diri, ubahlah tantangan yang ada menjadi peluang. Di sekitar kita banyak kisah sukses dari orang-orang yang tidak saja mampu keluar dari masalah yang menindihnya, tetapi bahkan keluar sebagai sang pemenang,” tandas Rektor. (*) Penulis: Bambang Bes.
Teliti Politik dari Psikologi, Amanda Cumlaude
Mata Raih
UNAIR NEWS – Keadaan politik bisa dikaji dengan beragam kajian ilmu, salah satunya ilmu psikologi. Hal tersebut dibuktikan oleh Rr. Amanda Pasca Rini. Bermula saat ia melihat banyaknya tindakan agresivitas yang sering terjadi di seluruh pelosok Indonesia pada saat Pemilihan Umum (Pemilu), ia meneliti keadaan politik tersebut melalui sudut pandang psikologi. Dengan disertasi yang berjudul “Pengaruh Private Conformity, Fanatisme, Group Self Esteem, dan Kepatuhan Pada Otoritas Terhadap Agresivitas Partisan Parpol”, perempuan yang akrab disapa Amanda ini dinyatakan lulus program doktor di Fakultas Psikologi UNAIR dengan predikat cumlaude, setelah mampu menjawab berbagai sanggahan pada sidang terbuka pada Jumat, (6/1).
Terkait penelitiannya, Amanda mengatakan bahwa tahun 2004 merupakan awal kebangkitan bagi Indonesia menuju negara demokratis. Seharusnya, Indonesia menjadi lebih baik karena adanya Pemilu, sehingga masyarakat dapat memilih langsung pemimpin yang mereka percayai. Namun, acap kali partai politik (parpol) yang kalah dalam proses pemilu justru akan menyerang kubu lawan yang memenangkan Pemilu. Berangkat dari latar belakang itulah, Amanda mencoba mencari jalan keluar dari persoalan yang ada. “Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legislatif (Pileg), maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) sering diwarnai agresivitas. Mereka saling memukul, merusak fasilitas umum, dan lainnya. Ini membuat saya ingin menganalisis apa yang membuat mereka menjadi agresif,” jelasnya. Butuh waktu selama 9 semester sebelum akhirnya Amanda berhasil menjadi lulusan doktor ke-12 di Fakultas Psikologi UNAIR. Perjalanan Amanda dalam menyelesaikan pendidikannya tentu saja tidaklah mudah. Karena selain kuliah S-3, Amanda juga menjadi pengajar di Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus Surabaya (UNTAG), Reviewer di Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), dan Pengurus di Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jatim. Kendati banyaknya kegiatan yang harus diselesaikannya, hal tersebut tak berkomunikasi mendukungnya. baginya untuk
menjadi persoalan baginya, karena ia selalu dan berkoordinasi dengan orang-orang yang selalu Sehingga kendala tersebut bukanlah penghalang menyelesaikan studi.(*)
Penulis : Pradita Desyanti Editor : Dilan Salsabila
Kuliah Dianggap ‘Sampingan’, Sermada Lulus Terbaik S-3 FISIP UNAIR UNAIR NEWS – Menjadi dosen tetap di universitas yang berada diluar kota, sekaligus punya tanggungjawab untuk menyelesaikan perkuliahan jenjang doktoral di Universitas Airlangga, merupakan perjuangan tersendiri bagi Sermada Kelen Donatus. Namun ia menganggap kesibukannya sebagai mahasiswa Doktoral di UNAIR ini sebagai “sampingan” semata. Kendati
hanya
“sampingan”,
tetapi
Sermada
berhasil
menyelesaikan studi S-3 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan predikat wisudawan terbaik. Ia memperoleh IPK 3,92. “Saya berterima kasih kepada UNAIR, karena kegiatan ‘sampingan’ semacam ini dimungkinkan oleh UNAIR untuk program S-3,” kata laki-laki yang pernah menjadi Pastor Katolik di Jerman Selatan (selama libur perkuliahan) tahun 1990-1998. Sermada adalah dosen tetap pengajar filsafat pada program sarjana dan master di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana, Malang. Sehari-hari, di program S-1 ia mengajar Filsafat Manusia, Filsafat Ketuhanan, Filsafat India, dan Filsafat Nusantara. Sedangkan untuk program S-2, ia mengajar Filsafat Perbandingan dan Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ia mengaku, perjuangannya untuk menyelesaikan studi S-3 di UNAIR ini cukup berat. Ia harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaannya itu. “Usia saya yang tidak lagi muda, jarak antara tempat tinggal di Malang dengan UNAIR, keterbatasan finansial, transportasi angkutan umum, tuntutan lain yang banyak untuk program S-3 dan keterbatasan tenaga, waktu dan pikiran saya,” ujar laki-laki kelahiran Tenawahang, Flores, 27 Februari 1955 ini.
Namun akhirnya ia sangat bersyukur dapat merampungkan tanggungjawab studinya dan memperoleh predikat sebagai lulusan terbaik FISIP UNAIR. Pada studi S3 ini, Sermada memilih topik tesis seputar respon dinamis para penyelenggara sekolah Katolik terhadap kebijakan Inpres pendidikan dasar nasional Indonesia. Ia tuangkan topik itu dalam disertas berjudul “Dinamika Respons Penyelenggara Sekolah Katolik Terhadap Kebijakan Inpres Pendidikan Dasar Nasional Indonesia – Suatu Studi Fenomenologi Pelaku Pendidikan di Kabupaten Flores Timur”. “Judul itu saya ambil karena sebagai anak desa yang mengalami SD Katolik di wilayah Kab. Flores Timur. Saya meneropong secara ilmiah kemelut yang menimpa eksistensi SDK oleh karena penerapan program SD Inpres di wilayah itu oleh pemerintah Orde Baru,” katanya. Setelah meraih gelar Doktor ini, Sermada akan tetap menjalani profesinya sebagai dosen. “Saya mau mendedikasikan diri dalam profesi ini untuk kepentingan pencerdasan manusia sampai saya dipanggil Tuhan,” katanya. Ia juga berkeinginan untuk menulis artikel dan jurnal ilmiah, menulis buku ajar, dan menerjemahkan buku Filsafat dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. (*) Penulis: Binti Quryatul Masruroh Editor: Defrina Sukma
Meneliti
‘Macaranga’,
Eva
Marliana Lulus Terbaik S-3 FST UNAIR UNAIR NEWS – Melihat kondisi wilayah di Kalimantan Timur yang endemik Malaria, maka bertepatan dengan tugas studi S-3 dari beasiswa PPDN (Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri) Kemenristek Dikti, Eva Marliana mengangkat topik tersebut menjadi bahan disertasinya. Disertasi itu kemudian menunjang Dr. Eva Marliana lulus sebagai wisudawan terbaik S-3 Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga (UNAIR) dengan IPK 3.96, nyaris sempurna. Mayoritas penduduk suku Dayak di Kaltim masih memanfaatkan sumber daya alam sebagai obat tradisional. Karenanya topik disertasinya ini bertujuan untuk mengembangkan potensi daerah Kaltim melalui tumbuhan Macaranga sebagai obat herbal. Disertasi Eva itu berjudul “Hubungan Struktur Senyawa Flavonoid Macaranga Kalimantan terhadap Aktivitas Antioksidan dan Antiplasmodial”. IPK yang tinggi tersebut diakui tak lepas dari kerja keras dan kedisiplinan yang ia bangun sehari-hari. Apalagi budaya ilmiah dan kerja keras itu sudah tertanam kuat di FST UNAIR. Hal inilah yang ingin ia adopsi dan terapkan di Universitas Mulawarman, tempat Eva bekerja. “Semangat mahasiswa dan dosen menjadi motivasi dalam kuliah ini. Mahasiswa disini pantang menyerah walau beban tugasnya tiada henti,” jelas ibu dua anak ini. Sebagai seorang ibu, ia harus mampu untuk memberi motivasi dan menjadi sosok inspirator dalam pembentukan karakter bagi anaknya. Selain itu, motivasi terbesar yang ia peroleh yaitu keinginan untuk memberikan kado terindah kepada kedua orang tuanya. Sebab, kata Eva, orang tuanya berharap putrinya ini dapat menyelesaikan pendidikan setinggi-tingginya, walau kedua
orang tua itu hanya lulusan Sekolah Dasar. Eva terlahir dari keluarga militer. Tentu, karakter disiplin tertanam sejak kecil. Ia telah banyak melahirkan berbagai prestasi sejak SD, misalnya selalu menjadi juara kelas sejak SD hingga SMA. Selain itu aktif dalam ekstra kurikuler Pramuka, menjadi Ketua OSIS di SMP, Pelajar Teladan SMP seKotamadya Padang, Juara atletik lari 100 m dan 200 m mewakili Kota Padang di tingkat Provinsi Sumatera Barat. Ia juga pernah dijuluki sebagai “Eva kecil si komandan upacara”. Selain menjadi akademisi di UNMUL, tugas seorang ibu dan isteri merupakan tugas utama yang wajib dilaksanakan. Setiap Jumat, ia harus pulang dari Samarinda ke Nganjuk, dan satu bulan sekali harus ke Malang. Aktivitas ini rutin ia lakukan demi terkontrolnya pendidikan kedua anaknya. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Quryatul Masruroh
Wisudawan Terbaik S2 FKH, Diyah Jalani Studi S1-S2 Cukup Lima Tahun UNAIR NEWS – Diyah Ayu Candra, drh., M.Vet, terhitung cepat dalam merampungkan studinya di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Ia berhasil menyelesaikan studi profesi dan Program Master-nya dalam waktu satu setengah tahun saja. Dan akhirnya, Diyah dinobatkan sebagai wisudawan terbaik S-2 FKH UNAIR dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,93. “Pada
saat
semester
I
dan
II,
saya
mengikuti
program
Pendidikan Profesi Dokter Hewan. Jadi ibaratnya saya melakukan double degree antara program Profesi dan S-2 sampai akhir Maret 2016,” ujar Diyah. Dengan waktu yang relatif singkat itu, tentu, alumnus SMA Negeri 2 Sidoarjo ini harus pandai-pandai memanfaatkan waktu, mengingat tanggungjawab perkuliahan yang tak sedikit. Diluar kegiatan kuliah ia juga memiliki pekerjaan sampingan: menjadi guru les privat untuk murid SD, SMP, dan SMA. “Saya ingin melatih rasa percaya diri saya dalam hal mengajar sekaligus mengamalkan ilmu. Kebetulan, saya juga bercita-cita menjadi dosen,” tutur perempuan asal “Kota Udang” ini. Perjuangannya dalam merampungkan studi cukup berliku. Ia rela waktu istirahatnya hanya sekitar tiga jam, karena dipotong pengerjaan tesis. Ia berusaha semaksimal mungkin mengerjakan revisi tesis yang diberikan dosen pembimbing dan pengujinya. “Saya berusaha untuk mengerjakan revisi tesis semaksimal mungkin. Semua yang disarankan dosen pembimbing dan penguji, saya kerjakan sebaik mungkin, karena beliau lebih berpengalaman. Saya rela tidur sehari hanya tiga jam untuk menyelesaikan revisi agar cepat selesai. Semua seakan sudah menjadi makanan sehari-hari. Jadi saya ambil hikmahnya, mungkin Allah memberi cobaan seperti itu untuk melatih kesabaran saya,” kata Diyah. Dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Sistem Manajemen Produksi terhadap Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah Anggota Koperasi Susu Sidoarjo”, ia meneliti tentang pola usaha peternakan rakyat. Menurutnya, banyaknya kegagalan peternak sapi perah disebabkan oleh pengelolaan dan manajemen. Kedepan, setelah studi S-2, ia ingin mencapai cita-citanya sebagai dosen. Ia juga ingin bisa terjun ke dunia kewirausahaan dengan mengolah susu sapi perah menjadi produk olahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Diyah
membagi
tipsnya
suksesnya
kepada
mahasiswa
adik
kelasnya. Mahasiswa harus fokus pada tujuan awal ketika memutuskan melanjutkan studi. Selain harus pandai-pandai mengatur waktu, juga harus memiliki rencana dan target yang jelas. “Buat rencana dan target yang jelas dan harus berkomitmen untuk mencapai target tersebut tepat waktu,” kata wanita kelahiran Sidoarjo, 27 Mei 1993 ini. Dalam menjalani studi profesi dan S-2 yang hanya ditempuh 1,5 tahun, Diyah telah menyiapkan judul tesis sejak semester II. Ia melakukan sidang proposal tesis pada awal semester III. Apalagi penelitian yang dilakukan itu selesai sekitar dua bulan saja. “Alhamdulillah saya bisa mengikuti ujian tesis sebelum yudisium dilaksanakan,” katanya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina S. S.
Atik Qurrota A’yunin, Wakil Sekjen ISMKMI Itu Lulus Terbaik FKM UNAIR UNAIR NEWS – Persoalan masalah gizi balita di Jawa Timur masih banyak. Secara statistik telah mendekati angka cut off point sebagai masalah kesehatan masyarakat yang dianggap serius. Padahal status gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia (SDM). Di beberapa kota besar, diantaranya Surabaya, masalah gizi yang terkait dengan status ketahanan pangan, banyak ditemui di kantong-kantong pemukiman kumuh. Pemicunya, perilaku hidup sehat belum menjadi budaya.
Topik itulah yang diangkat Atik Qurrota A’yunin Al Isyrofi dalam skripsinya. yang kemudian menunjang dirinya menjadi wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga pada wisuda Desember 2016. Peraih IPK 3,84 ini menulis skripsi bertajuk “Hubungan Antara Pola Asuh dan Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga dengan Status Gizi Balita (2-5 Tahun) pada Permukiman Kumuh di Kecamatan Bulak, Kota Surabaya.” Aktivis organisasi setingkat nasional yang padat kegiatan ini, dara kelahiran Gresik 18 Desember 1995, ini mampu menyelesaikan penelitiannya tepat waktu. Sebagai Wakil Sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), cewek yang karib disapa Atik ini, harus pandai mengatur waktu antara tanggungjawab organisasi dengan penelitian. Saat itu ia harus “blusukan” di tengah terik matahari di bulan puasa yang cukup menguras tenaga. Keberhasilan Atik menyelesaikan penelitiannya itu, tentu saja tidak luput dari dukungan orang tua. Menurut penggemar traveling ini, orang tuanya merupakan sosok pekerja keras, jadi ia pun tidak ingin hanya duduk manis menikmati hasil kerja orang tua. “Saya juga harus bekerja lebih keras untuk mengatur dan menyesuaikan waktu. Namun, semua itu tidak saya rasakan berat, karena dukungan dari keluarga terutama orang tua, adik, dan dosen pembimbing yang begitu telaten, sabar dan perhatian, bahkan para sahabat ada yang ikut membantu turun ke lapangan,” ujar gadis gemar membaca ini. Kedepan, Atik berharap rekomendasi yang ia berikan berdasarkan hasil penelitiannya ini dapat diterapkan oleh stakeholder dan pemerintah daerah setempat. “Saya sangat berharap agar penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan spektrum yang lebih luas dan lebih rinci,” katanya berharap. Pesannya kepada adik kelas mahasiswa UNAIR, bahwa kampus
merupakan tempat untuk berlatih menuju medan tempur di lingkungan masyarakat. “Jadi jangan sampai Anda membesar di kampus, tetapi mengecil di masyarakat. Atau menjadi jagoan di kampus, tetapi jadi sandera di masyarakat. Kampus adalah tempat berlatih, dan masyarakat adalah medan tempurnya. Manfaatkan itu!,” katanya tegas. (*) Penulis: Lovita Marta Fabella Editor: Dilan Salsabila.
Teliti Stem Cell untuk Gangguan Rahang, Ni Putu Mira Lulus Terbaik S-3 FK UNAIR UNAIR NEWS – Terapi pengobatan penyakit dengan stem cell sudah banyak dikembangkan. Salah satu penelitian lagi dikembangkan oleh Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM, untuk tesisnya. Dalam menggali potensi pengobatan stem cell sebagai pengobatan Temporomandibular Disorder (TMD) itu, Mira memanfaatkan jaringan tali pusat. Tesis itu pula yang menunjang Mira sebagai wisudawan terbaik S-3 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas AIrlangga. TMD atau gangguan sendi rahang, merupakan keluhan yang banyak ditemukan di masyarakat. Suatu penelitian memperkirakan 20 sampai 30 persen populasi orang dewasa akan mengalami TMD. Salah satu penyebabnya adalah defek pada kartilago sendi temporomandibula. Penyakit ini dapat menimbulkan keluhan nyeri dan radang kronis. Berbagai metode yang telah dikembangkan belum memberikan hasil jangka panjang yang maksimal. Mira berharap, perkembangan terapi stem cell memberi harapan dalam regenerasi kartilago sendi temporomandibula.
Secara spesifik, penyebab TMD hingga kini belum ditemukan. Berdasarkan penelitian dari berbagai kasus, TMD disebabkan banyak factor; mulai dari usia, genetik, jenis kelamin, oklusi, hyperlaxity, kebiasaan parafungsional, trauma akut, bruxism, perawatan ortodonti, trauma, infeksi, kelainan imunologis, metabolik, neoplasia, kongenital atau developmental. “Pada literatur dilaporkan bahwa 30 sampai 50 persen populasi sekarang mengalami TMD, terutama pada kelompok umur 20-40 tahun,” kata Mira. TMD adalah sekelompok kelainan pada sendi rahang dan otot pengunyahan. Dalam kasusnya, TMD dibagi menjadi kategori muskular dan kartilago, dengan beberapa tanda dan gejala seperti nyeri, gangguan fungsi rahang, deviasi dan defleksi, keterbatasan rentang gerak sendi, bunyi pada sendi, rahang terkunci, sakit kepala, tinitus, hingga perubahan visual. Perempuan kelahiran Gianyar, 29 Maret 1978 ini fokus meneliti defek kartilago mandibula yang timbul karena trauma dengan implantasi HUCMSC (Human Umbilical Cord Stem Cell) pada scaffold Platelet Rich Fibrin. Keduanya diperoleh dari proses sentrifugasi darah vena autologous. Implantasi ini dilakukan pada defek kartilago mandibula tikus, dan ternyata terjadi regenerasi pada defek kartilago tersebut. Dalam disertasinya, Mira memanfaatkan stem cell yang dibiakkan dari tali pusat atau disebut HUCMSC itu. Dibandingkan dengan menggunakan sumsum tulang, menurut Mira, penggunaan HUCMSC terbukti menunjukkan diferensiasi osteogenik, kondrogenik, dan adipogenik. Bahkan beberapa penelitian menunjukkan potensi diferensiasi kondogenik HUCMSC lebih baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang. ”Terjadinya regenerasi kartilago sendi temporomandibula dengan menggunakan implantasi stem cell dari tali pusat (HUSMC) lebih baik dibandingkan dengan MSC yang berasal dari sumsum tulang,”
katanya. (*) Penulis : Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Deferina Sukma S.