Dari 874 Wisudawan UNAIR, 24 Lulus Terbaik dan Delapan Berprestasi UNAIR NEWS – Sebagaimana lazimnya dalam pelaksanaan wisuda lulusan Universitas Airlangga, Rektor UNAIR juga memberikan piagam penghargaan kepada Wisudawan Terbaik dan Wisudawan Berprestasi. Dalam wisuda periode Desember 2016 ini, Rektor Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak., CMA, mewisuda 874 lulusan UNAIR, 24 diantaranya meraih penghargaan wisudawan terbaik dan delapan orang meraih piagam wisudawan berprestasi. Dalam wisuda UNAIR yang antara lain dihadiri Bupati Pacitan Drs. Indartato, MM ini, panitia menyebut bahwa dari 24 wisudawan terbaik tersebut yang terbanyak dari jenjang Magister (S-2) yaitu sebanyak 10 orang, dari jenjang Sarjana (S-1) terdapat tujuh orang, dari jenjang Doktor (S-3) terdapat enam wisudawan, dan seorang dari jenjang Vokasi (D-3). Wisudawan terbaik merupakan lulusan yang meraih nilai terbaik dari semua yang lulus cumlaude di masing-masing fakultas. Lulus cumlaude di UNAIR adalah mahasiswa yang meraih nilai IPK minimal 3,50. Sedang wisudawan berprestasi diberikan kepada delapan orang dari beberapa fakultas. Mereka adalah yang berprestasi di bidang non-akademik, tetapi tetap dengan mempertimbangkan nilai akademiknya. Wisudawan berprestasi adalah Dr. Ni Putu Mira Sumarta, drg., Sp.BM (S-3 FK, IPK 3,96), Septa Triyanta, S.Pd., M.Kes (S-2 FK, IPK 3,95). Fiory Dioptis Putriwijaya, drg., M.Kes (S-2 FKG, IPK 3,89), Dr. Djoni Sumardi Gozali, SH (S-3 FH, IPK 3,86), Linda Kumala Sari, SH., M.Kn (S-2 FH, IPK 3,96), Rahma Nuryanti, S.Si., MA (S-2 FEB, IPK 3,90), Nisrina Firdaus, S.EI (S-1 FEB, IPK 3,91), Dr. H. Sugiyartono, Drs., MS., Apt (S-3 FF, IPK 4,00), Ayuk Lawuningtyas H, S.Farm., Apt., M.Farm (S-2
FF, IPK 3,95), dan Fesha Febbiyanti, S.Farm (S-1 FF, IPK 3,64), Diyah Ayu Candra, drh., M.Vet (S-2 FKH, IPK 3,93). Wisudawan berprestasi dari FISIP Dr. Sermada Kelen Donatus, Drs., MA (S-3, IPK 3,92). Dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Jessica, S.Kom (S-1, IPK 3,97), Ayu Dewi Pramita, S.Pd., M.Si (S-2, IPK 3,97), dan Dr. Eva Marliana, S.Si., M.Si (S3, IPK 3,96). Fasih Bintang Ilhami, S.Kep., MT (S2 Pascasarjana, IPK 3,89). Tiga dari FKH adalah: Atik Qurrota A’yunin AlIsrofi, S.KM (S-1, IPK 3,84), Oskar Karyantono (S-2, IPK 3,94), dan Dr. Imelda Februati Ester Manurun, SKM., M.Kes (S-3, IPK 3,98). Fakultas Psikologi mengirim Zumrotus Sholikhah, S.Psi (S-2, IPK 3,62). Fak. Ilmu Budaya mengirim Ronintya Ekaputeri, S.Hum (S-1, IPK 3,89) dan Eggy Fajar Andalas, SS., M.Hum (S-2, IPK 3,90). Dari Fak Perikanan dan Kelautan Intan Lazuardi Nugroho, S.Pi (S-1, IPK 3,83), dan Fakultas Vokasi memilih Defi Ika Suwandari, A.Md (D-3, IPK 3,74). Sedangkan wisudawan berprestasi itu; Yonas Belo, SH (FH, Medali Emas Squash nomor campuran PON XIX 2016 Jabar), Jawahirul Mahbubi, SM (FEB, 2nd Winner Condenger Summer School Competition, Polandia, 2015). Achmad Diesmi Krisyar, S.IAN (FISIP, meraih Grand Champion/Juara Umum “5-th Satya Dharma Gita National Choir Festival bersama UKM Paduan Suara, 2015). Sedangkan Charisma Hilda Dewi (Fak Kesehatan Masyarakat, sebagai Juara I LKTI Nasional Tk Mahasiswa Pekan Ilmiah dan Kreativitas Remaja Universitas Muhammadiyah Makassar, 2015. Fathu Rohmi Mashulah, S.Psi (Fak Psikologi, Juara Call for paper Kategori Muda Simposium Nasional Riset Pendidikan II, Universitas Paramadina dan Dompet Dhuafa Jakarta). Kemudian Gelar Nanggala Wahyu Sagara Putra, S.Hum (Fak Ilmu Budaya, tampil sebagai Grand Champion/Juara Umum “5-th Satya Dharma Gita National Choir Festival bersama UKM Paduan Suara, 2015). Sedangkan Aditya Akmal, S.Pi (Fak Perikanan dan Kelautan, Juara II Kerapihan Teknik Berpasangan Tangan Kosong B Putera
Kejurnas Silat Perisai Diri Antar-Perguruan Tinggi XXV Piala Bergilir Presiden RI, di Semarang, 2015). Sedangkan Rana Hamidah, A.Md (Fak. Vokasi, Juara I Tingkat nasional Lomba Karya Tulis Event Smart Teen, tahun 2015). (*) Penulis: Bambang Bes
FKH UNAIR Gelar Seminar dan Workshop untuk Tekan Bencana Penyakit Zoonosis UNAIR NEWS – Guna menekan bencana penyakit zoonosis, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga menggelar seminar yang bertajuk “Manajemen Bencana dan Analisis Risiko Terhadap Penyakit Zoonosis di Indonesia”. Acara yang dilangsukan di Aula Tanjung Adiwinata teresebut berlangsung selama dua hari, yakni tanggal 29 dan 30 November 2016. Hadir sebagai pemateri dalam seminar tersebut, Dr. Mustofa Helmi Effendi, drh., DTAPH. Pemateri yang juga dosen FKH UNAIR tersebut menyampaiakan bahwa analisis resiko terhadap penyakit zoonosis kasus anthrax di Blitar, baginya merupakan sebagai proses terintegrasi yang terdiri dari tiga komponen utama. “Tiga komponen tersebut meliputi, penilaian resiko, manajemen resiko, dan komunikasi risiko,” jelasnya. Pemateri lain yang juga menyampaikan paparan yakni Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc. Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapasiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Drh. I Ketut Diarmita, MP., Direktur jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Drg. R. Vensya Sitohang, M.Epid., Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tular Vektor, dan
Zoonotik Dr. Dr. Sri Budayanti, SpMK., serta Dr. A.T. Soelih, Estoepangestie, drh., dosen FKH UNAIR. Pada acara tersebut Wakil Dekan III Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si., menyampaikan bahwa adanya acara tersebut dikarenakan selama ini penyakit zoonosis belum dapat dihilangkan di Indonesia. “Kita berharap bahwa kita bisa memanajemen bencana itu hingga mendapati kerugian seminimal mungkin atau kalau bisa tidak sama sekali,” jelas Ketua Pusat Zoonosis FKH UNAIR. Dihadapan ratusan peserta yang terdiri dari 11 provinsi yang ada di Indonesia, Prof. Suwarno yang juga sebagai ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jawa Timur ini juga memaparkan tentang rencana dan harapan tindak lanjut dari acara tersebut. “Harapan kami nantinya kegiatan ini dapat menyumbang solusi kepada pemerintah atau instansi terkait, mengenai penyakit zoonosis ini,” pungkasnya. Penulis: Ahmad Janni Editor: Nuri Hermawan
Malam Apresiasi, UNAIR Berikan Penghargaan Bagi Sivitas Akademika dan Tokoh Publik UNAIR NEWS – Pimpinan Universitas Airlangga memberikan penghargaan bagi sivitas akademika dan tokoh publik yang berhasil menorehkan tinta emas bagi kehidupan masyarakat.
Mereka berasal dari kalangan internal UNAIR, awak media massa, dan tokoh pemerintahan. Penghargaan ini diberikan dalam acara Malam Apresiasi Sahabat Airlangga yang diselenggarakan di Isyana Ballroom, Hotel Bumi, Surabaya, Kamis (1/12). Acara malam apresiasi adalah sekaligus penutup perayaan Dies Natalis “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab”. Tamu-tamu penting lainnya yang hadir dalam acara ini di antaranya berasal dari kepala daerah tingkat II di Jatim, pimpinan di lingkungan UNAIR, rektor perguruan tinggi negeri di Jatim, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jatim. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menyampaikan bahwa pihaknya berterima kasih kepada para penerima penghargaan. “Tanpa kontribusi, UNAIR akan sulit maju dan berkembang. Kontribusi yang diberikan tersebut diberikan dalam rangka menuju Indonesia yang adil dan beradab. Sesuai dengan tema perayaan Dies kali ini,” tutur Prof. Nasih. Salah satu penerima penghargaan, Gubernur Jatim Soekarwo, menyambut baik apresiasi yang diberikan langsung oleh Rektor UNAIR. “Universitas
Airlangga
ditunggu
lebih
banyak
lagi
kontribusinya demi membangun kesejahteraan rakyat. Karena Airlangga (UNAIR) punya segalanya untuk memberi masukan pada pemerintah,” ujar Soekarwo.
Gubernur Jawa Timur memberikan penghargaan kepada sivitas akademika Universitas Airlangga yang berprestasi. (Fotografer: Anindya Anandita) Berikut daftar penerima penghargaan pada Malam Apresiasi Sahabat Airlangga: 1. Khaulah Qurata A’yun kategori Mahasiswa Menginspirasi. A’yun merupakan mahasiswa penerima Bidikmisi dari FEB dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,75. 2. M. Khairul Hidayat kategori Atlet PON Berprestasi tahun 2016. Khairul merupakan mahasiswa FKH peraih medali perunggu cabang Olahraga Tarung Drajat (IPK) 3,9. 3. SMAN 5 Surabaya dan SMA Al Hikmah. Keduanya adalah sekolah dengan rata-rata siswanya yang menjadi mahasiswa UNAIR dengan IPK terbaik. 4. Pemerintah Kabupaten Gresik. Gresik merupakan tempat pembangunan kampus D, pengembangan sumber daya manusia, dan lokasi penerjunan Kuliah Kerja Nyata sejak tahun 1990.
5. Persatuan Wartawan Indonesia. Media massa merupakan mitra kerja UNAIR dalam menyebarluaskan informasiinformasi tentang inovasi dan prestasi sivitas akademika. 6. Bank Mandiri dan PT. Phapros. Keduanya merupakan mitra UNAIR bidang kerjasama dari perbankan dan industri. 7. P r o f . D r . M . Z a i n u d d i n , A p t . , k a t e g o r i D o s e n Berintegritas di bidang Pendidikan. Prof. Zainuddin adalah Ketua LP3UA, Dekan Fakultas Psikologi tahun 2000-2007, Wakil Rektor I periode 2006-2010, sekaligus Ketua Sertifikasi Dosen Nasional. 8. Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., kategori Dosen Berintegritas di bidang Penelitian. Prof. Nyoman merupakan peneliti enzim yang memiliki kepakaran di bidang enzim industri dan kimia organik. 9. Dr. Nyoman Anita Damayanti, M.Kes., drg., kategori Dosen Berintegritas di bidang Pengabdian Masyarakat. Anita merupakan penggagas Gerakan Peduli Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) UNAIR. 10. Haryanto Basuni. Saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni UNAIR tahun 2007-2012, Ketua Tim Pembangunan Masjid Ulul Azmi, dan peraih Penghargaan Relawan Sosial dari BK3S Pemprov Jatim, dan direktur pada sejumlah perusahaan. 11. Nur Cholis. Saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Mushroom Factory. 12. Andie Megantara. Andie merupakan staf Kementerian Koordinator bidang Perekonomian yang juga penggiat kerja sama untuk UNAIR. 13. Gubernur Jatim Dr. (H) Soekarwo, S.H., M.Hum., pada kategori Implementator Keilmuan untuk Kesejahteraan Rakyat. Soekarwo mendedikasikan dirinya untuk mengembangkan keilmuan, khususnya bidang ekonomi dan hukum. Ia juga penggagas konsep Jatimnomics. Penulis: Defrina Sukma S
Bersiap Menuju Denali, Atlet WANALA Seret Ban dan ‘Jatuhkan Diri’ di Bromo UNAIR NEWS – Kelima atlet anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (WANALA) Universitas Airlangga (UNAIR) yang tergabung dalam tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDEx) semakin intensif mempersiapkan diri untuk pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Mei 2017 nanti. Salah satunya, melatih kemampuan pendakian secara fisik dan mental di kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS). Melakukan pendakian ke Gunung Denali, Alaska, Amerika Serikat tentu saja memerlukan persiapan fisik dan mental yang matang. Selama 14 hari, sejak 20 November sampai 4 Desember, mereka digembleng latihan berbagai teknik pendakian di kawasan Bromo. Roby Yahya, Ketua AIDEx menyatakan, pelatihan di pegunungan Bromo ini termasuk agenda kegiatan pra operasional sebelum berangkat ke Denali. Tujuannya, untuk menyiapkan fisik dan mental sekaligus menghadapi berbagai kemungkinan yang dihadapi oleh atlet saat mendaki Denali. Sebelumnya, tim juga melakukan latihan pendakian (tryout) di Gunung Arjuno-Welirang selama 8 hari. Ini merupakan salah satu pendakian terlama yang kami lakukan. Kawasan Bromo yang memiliki padang pasir luas dan ketebalan yang cukup, membuat atlet AIDEx memilih Bromo sebagai tempat menempa diri. Ditambah tumbuhnya vegetasi alam di kawasan itu, tim memanfaatkan keadaan tersebut untuk melatih berbagai teknik pendakian. Hal yang menarik dari pendakian di Denali adalah penggunaan
sled (kereta luncur), karena tidak adanya porter di Alaska. Kondisi ini mengharuskan setiap atlet untuk membawa seluruh beban bawaannya masing-masing.
Tim sedang istirahat sejenak di kawasan Gunung Bromo (Sumber: Istimewa) “Untuk mengatasi sled, kami melakukan simulasi mengganti sled dengan ban, yang beratnya sekitar 15-20 kilogram,” terang Roby. Selain penggunaan sled, mereka juga melatih kemampuan simulasi jatuh (self rescue). Self rescue atau simulasi jatuh dari tempat ketinggian enam sampai sepuluh meter. Ketika atlet sudah menjatuhkan diri, mereka langsung sigap menyelamatkan diri dengan menancapkan alat di permukaan berpasir sebelum jatuh ke dasar dengan menggunakan ice axe (alat pemecah batu dan alat bantu berjalan). Ada juga simulasi tenik berjalan di permukaan bersalju dengan menggunakan crampon. Ini semacam alat bantu berjalan berbentuk paku-paku tajam yang dipasangkan di telapak sepatu dan berguna
untuk mencengkram permukaan salju, sehingga mempermudah untuk berjalan di atas permukaan salju di Denali nantinya. “Latihan ini dilakukan untuk berlatih teknik pendakian di gunung es. Sebab, medan yang berpasir mirip dengan permukaan salju. Saya rasa Bromo tempat yang ideal untuk digunakan sebagai latihan para calon atlet tim AIDEx,” tutur Yasak atlet AIDEx. Selain latihan teknik pendakian gunung es, kelima calon atlet AIDeX WANALA UNAIR juga melakukan latihan fisik dengan berlari sprint, lari naik turun bukit selama 1 jam. Sprint berawal dari base camp menuju titik B-29 di Bromo menuju puncak kawah Bromo dengan dihitung waktu. “Lari di lautan pasir ini terasa sangat berat dibandingkan lari di kota. Mungkin karena permukaan yang berpasir tebal membuat langkah terasa lebih berat. Selain itu, debu yang dihasilkan oleh hentakan langkah kaki dan tiupan angin kencang membuat pasir debu di sekitar beterbangan, sehingga terasa sesak di tenggorokan. Jadi kami juga sedia untuk memakai masker,” terang salah satu atlet AIDeX WANALA UNAIR, Septian Rio. (*) Penulis : Wahyu Nur Wahid Editor: Defrina Sukma S
Tingkatkan Kemajuan Sistem Informasi Manajemen Melalui
“Industri 4.0” UNAIR NEWS ̶ Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui prodi Manajemen menyelenggarakan kuliah tamu di mata kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Jum’at lalu (25/11). Dr.-Ing. Hendro Wicaksono dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT), Jerman memberi pemaparan tentang revolusi industri ke-4. Hadir sebagai moderator, T. Aria Auliandri, M.Sc, yang juga dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah (PJMK) SIM. Kuliah tamu diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tema yang diambil adalah Sistem Teknologi Informasi untuk Menghadapi Revolusi Industri ke-4, konsep aplikasinya di Jerman. Mengawali pemaparan revolusi industri ke-4, Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana teknologi tumbuh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan sebesar 100 % maket selling rate produk berteknologi sejak 2005 sampai 2013. Gebrakan di bidang industri dicetuskan sejak penemuan mesin uap atau disebut industri 1.0. Dalam tahap ini mechanical sangat berperan penting. Kemudian bergerak menuju industri 2.0, kali ini industri mulai merambah ke sektor electrification yang mengarah pada produksi massal. Selanjutnya periode komputerisasi, yakni industri 3.0. Yang lantas mengantarkan pada revolusi industri 4.0 berbasis internet. Segala aktivitas beralih ke internet, sebagaimana peran buku digantikan Wikipedia, peran DVD digantikan Youtube. “Inti dari industri 4.0, mesin dapat berkomunikasi dengan produknya. Misalnya, industri di Jerman saat terjadi kekurangan bahan baku atau suatu komponen, maka mesin tersebut dapat mengidentifikasi sendiri sehingga dapat menginstruksikan pada pemilik bahan baku,” Jelas Hendro Wicaksono yang juga dosen sekaligus peneliti di Karlsruhe Institute of Technology.
Salah satu bagian dari Industri 4.0 ialah big data. Hendro Wicaksono menjelaskan bagaimana big data analitis mendasari pengendalian objek di jalan raya tanpa pengemudi. Melalui sensor pada objek, dapat menggambarkan keadaan sekitar, seperti temperatur, suhu hingga kelembapan. Aria Auliandri pun menambahkan bahwa dewasa ini pengguna smartphone berbasis android, iphone, dan windows, merupakan bagian dari big data. Segala informasi keberadaan, dapat diakses melalui smartphone karena aktivitas yang terekam dalam sistem smartphone tersebut. Misalnya, penggunaan GPS untuk menemukan lokasi. Kendati mempermudah kegiatan sehari-hari, big data memiliki tantangan pada keamanannya, yaitu bagaimana suatu sistem mampu meyakinkan kepercayaan penggunanya. Sementara itu, sebagai upaya penanganan, dibuat deklarasi sebelum menginput data-data pribadi, datanya.
sehingga
pengguna
tidak
harus
mengisi
seluruh
“Di UNAIR sendiri terdapat dua hal mendasar yang harus ditingkatkan untuk mendukung big data dalam lingkup universitas. Pertama ialah integrasi konektivitas internet, internet yang terhubung membuat proses collecting data menjadi lebih mudah. Kedua, penyelarasan versi data antara berbagai pihak yang ada.” Jelas Hendro Wicaksono Secara singkat, Aria Auliandri selaku moderator menyimpulkan tiga poin pemaparan, yaitu bagaimana industri 4.0 berkembang, transformasi teknologi, dan penggunaan aplikasi penunjang aktifitas sehari-hari. (*) Penulis: Sri Nur Umami Editor: Rio F. Rachman
Ahli Ilmu Politik UNAIR Dikukuhkan Jadi Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia UNAIR NEWS – Kepakarannya dalam bidang Ilmu Politik tak diragukan lagi. Ratusan artikelnya tentang Ilmu Politik, khususnya kajian pemilu dan partai politik, pernah dimuat di media massa. Puluhan artikel dalam topik yang sama juga pernah dipublikasikan oleh berbagai lembaga. Dialah Profesor Ramlan Surbakti, Drs., M.Si., Ph.D, yang baru saja dikukuhkan menjadi anggota baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Prof. Ramlan dikukuhkan sebagai anggota Komisi Ilmu Sosial AIPI. Pengukuhannya dilangsungkan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Universitas Airlangga, Sabtu (26/11). Dalam pengukuhannya, Prof. Ramlan membacakan orasi ilmiahnya yang berjudul “Tata Kelola Pemilu sebagai Subkajian Pemilu Terapan”. Mengawali orasinya, Prof. Ramlan mengutip sebuah pernyataan. “You can have election without democracy. But, you cannot have democracy without election,” tegas Guru Besar Ilmu Perbandingan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNAIR. Prof. Ramlan menyampaikan, ada delapan parameter yang menunjukkan pelaksanaan pemilu berjalan bebas, jujur, dan adil. Parameter ini ia sampaikan ketika menjadi ahli dalam People Tribunal on Malaysia Election tahun 2013. Pertama, undang-undang pemilu berisi penjabaran pemilu yang demokratik dan mengandung kepastian hukum. Kedua, menjamin kesetaraan antar warga negara. Ketiga, persaingan yang bebas dan adil antar peserta pemilu.
Keempat, partisipasi warga negara sebagai pemilih dalam penyelenggaraan pemilu. Kelima, badan penyelenggara pemilu harus mandiri, kompeten, berintegritas, efisien, dan dengan kepemimpinan yang efektif. Keenam, proses pemungutan dan penghitungan suara berdasarkan asas pemilu demokratik dan prinsip pemilu berintegritas. Ketujuh, keadilan pemilu yang ditandai dengan respon penyelenggara pemilu terhadap situasi di lapangan. Kedelapan, prinsip nirkekerasan dalam proses pemilu. “Pemilu sudah bebas tapi belum adil. Seharusnya, mereka (tim kampanye calon) menunjukkan prestasi dengan data-data. Seharusnya, kampanye tidak menjelekkan suku bangsa. Karena kondisi suku bangsa merupakan given, identitas budaya dan sudah diatur dalam konstitusi,” tegas Prof. Ramlan. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pemilu di Indonesia adalah melaksanakan pendidikan tata kelola pemilu. Saat ini, tata kelola pemilu masih termasuk dalam kajian pemilu (electoral studies) yang dikaji dalam perbandingan politik, dan politik nasional. Dengan adanya pembelajar yang memahami tata kelola pemilu, mereka diharapkan bisa membentuk draf rancangan peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), membentuk petunjuk pelaksanaan peraturan KPU, merumuskan spesifikasi teknis berbagai jenis logistik pemilu, dan sebagainya. Acara inaugurasi dihadiri oleh Ketua AIPI Prof. Sangkot Marzuki (Universitas Monash), Ketua Komisi Ilmu Sosial AIPI Prof. Taufik Abdullah (Universitas Gadjah Mada), Sekretaris Jenderal AIPI Dr. Budhi M. Suyitno (Institut Teknologi Bandung) dan para anggota AIPI lainnya. Saat ini, AIPI beranggotakan 55 orang. Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, yang juga hadir dalam inagurasi memberikan apresiasinya terhadap Prof. Ramlan yang menjadi satu-satunya representasi UNAIR di AIPI. “Kita cukup bangga karena ada representasi dari UNAIR pada lembaga yang prestisius itu. Tidak semua orang bisa menjadi
anggota. Pak Ramlan masih menjadi satu-satunya di sana (dari UNAIR),” tutur Prof. Nasih. Ke depan, Prof. Nasih berharap ada semakin banyak para akademisi UNAIR yang bergabung pada berbagai komisi organisasi para ilmuwan Indonesia itu. Penulis: Defrina Sukma S
Ketoprak Humor Himpuni Buat Hadirin Ger-Geran UNAIR NEWS – Pementasan Ketoprak Humor yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Ikatan Alumni PTN se-Indonesia (Himpuni) dengan lakon Menyatukan Kembali Nusantara di Balai Budaya Komplek Balai Pemuda, Surabaya, Jumat 25 November 2016 malam, sukses menghibur pengunjung. Pada gelaran yang berlangsung sekitar dua jam empat puluh lima menit tersebut, hadirin dibuat ger-geran dan bertepuk tangan nyaris tanpa henti. Pasalnya, banyak polah aktor dan aktris dadakan yang mengundang tawa. Tak kurang 80 tokoh yang turut memeriahkan acara tersebut. Antara lain, Rektor UNAIR Prof., Dr., Moh Nasih SE., MT., CMA., Ak., Bupati Jember Faida, Rektor ITS Prof. Joni Hermana, Walikota Jakarta Pusat Mangara Pardede, Direktur Utama BTN Maryono, serta Ketua Asosiasi Pengelola Carbon Muslich Ramelan. Tak ketinggalan, advokat senior Sirra Prayuna, Bambang Hendroyono, Ridwan Djamaludin, Haiban Hadjid, dan pengurus Himpuni lainnya. Adegan lucu di antaranya tampak saat salah satu aktor memanggil salah satu teknisi. “Mas, mic nggonku kok gak
krungu? Sampean cekno rene, Mas (Mas, mic saya kok tidak kedengaran ya? Coba dicek ke sini, Mas),” kata dia. Karena teknisi yang dimaksud tak kunjung datang, lelaki bertubuh dempal itu kembali nyeletuk. “Mas, wes ta gak popo melbu neng panggung. Gak usah isin-isin, koen gurung bayaran ta (Mas, sudah, tidak apa-apa masuk ke panggung. Tidak usah malu-malu, apa kamu belum digaji)?” cetusnya, disusul teknisi bertopi merah yang gupuh menuju panggung dan membantunya. Sering kali, para pemain lupa dialog. Kadang, mereka berbicara tidak pada waktu yang semestinya. Seperti yang dilakukan Faida, pemeran Anita Dewi, istri dari Prabu Airlangga. “Kalau ada yang kelupaan ya wajar. Lha wong saya latihan cuma satu kali,” papar dia seraya tertawa renyah saat ditemui di belakang panggung. Suasana guyonan juga terjadi saat Anita Dewi berdialog dengan Prabu Airlangga (diperankan Rektor UNAIR Prof. Nasih). Dalam salah satu adegan, terlihat Prabu bergelar Sri Maharaja Rakae Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananthawikrama Tunggadewa itu berada terlalu jauh dari pasangannya. Sepasang matanya pun tidak memperhatikan lawan bicaranya. “Kang, lihat aku, dong,” ujar Faida, aktris yang penuh improvisasi dalam pementasan kali ini. Mendengar permintaan itu, Prof. Nasih segera menghadap ke arah Faida. “Oh, iyo iyo,” gumamnya. Lantas, tiba-tiba sejumlah penonton berteriak. “Kurang mepet (dekat)!”, “Iyo iku, mepet maneh ta lah (Iya itu, dekati lagi). Kan suami istri?!” demikian yang terdengar. “Ojok mepet-mepet. Gak isok muleh mengko aku (Jangan terlalu dekat. Nanti saya tidak bisa pulang),” celetuk Prof. Nasih diiringi tepuk tangan dan tawa renyah hadirin. Yang jelas, pertunjukkan kali ini memberikan kesan tersendiri. Selain sarat guyonan, pesan dan cerita sejarah menjadi konten utama. Sutradara Aries Mukadi, seniman dari Wayang Orang Bharata, mengatakan bahwa pagelaran ini berguna untuk
membangun kesadaran persatuan sebagai satu Bangsa Indonesia dan melestarikan budaya. Cerita Ketoprak ini diambil dari nukilan kisah Majapahit pada tahun 1400-an.
Rektor UNAIR Prof Nasih (kanan) terlihat total menjalankan perannya sesuai naskah. Meski, guyonan kerap terjadi di atas panggung. (Foto: Yudira Pasada Lubis) Dikisahkan, negeri ini berusaha mempertahankan kesatuan wilayah Nusantara dari ancaman perpecahan. Diperkirakan, kondisinya mirip dengan keadaan saat ini. Pengaruh hasutan kekuasaan asing, tekanan ekonomi, konflik politik, gangguan keamanan oleh perompak dan pemberontak, luruhnya budaya dan semakin minimnya rasa persatuan diantara pemimpin-pemimpin lokal. Hal inilah yang mengingatkan kita akan pentingnya semangat persatuan dan kesatuan Bangsa. Berkaitan dengan Dies Natalis UNAIR, ditampilkan perjuangan Naraya Airlangga (Prabu Airlangga) pada tahun 1000 M yang mencoba menyatukan Dwipantara. Saat itu, Dwipantara terbagi oleh kekuasaan Sriwijaya di bagian barat dan Medang Mataram di wilayah timur. Kesuksesan menyatukan kedua wilayah itu menjadikan Naraya Airlangga dinobatkan sebagai Raja Kahuripan
dengan gelar Sri Maharaja Rakae Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananthawikrama Tunggadewa. “Pesan moral dari ketoprak ini adalah tentang kekompakan yang merupakan kunci utama guna memperkokoh nusantara. Kerajaaan Kahuripan yang dipimpin Prabu Airlangga itu dulunya makmur. Karena kemakmuran itu, banyak negeri yang mau bergabung. Di aspek ini bisa ditarik pelajaran pula, bahwa kemakmuran bisa menguatkan negara. Maka itu, mari bersama-sama, bersatu padu, menyejahterakan rakyat,” kata Prof Nasih saat diwawancara setelah tampil. HIMPUNI adalah gabungan dari tak kurang 23 organisasi alumni se-Indonesia. Antara lain, Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA UNDIP), Ikatan Alumni Universitas Mataram (IKA UNRAM), Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB), Keluarga Besar Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), Keluarga Alumni Univesitas Jenderal Soedirman (KAUNSOED), dan Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB) Juga, Ikatan Alumni Insititut Teknologi Surabaya 10 Nopember (IKA ITS), Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara (IKA USU), Ikatan Alumni Negeri Medan (IKA UNIMED), Ikatan Alumni Universitas Andalas (IKA UNAND), Ikatan Alumni Universitas Lampung (IKA UNILA), Ikatan Alumni Universitas Padjajaran (IKA UNPAD), Ikatan Alumni Universitas Negeri Padang (IKA UNP), Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), Ikatan Alumni Universitas Udayana (IKA UNUD), Ikatan Alumni Universitas Sam Ratulangi (IKA UNSRAT), Ikatan Alumni Universitas Sriwijaya (IKA UNSRI), Ikatan Alumni Universitas Hasanudin (IKA UNHAS), Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA UA), Ikatan Alumni Universitas Veteran (IKA UPNVJ), Keluarga Alumni Universitas Jember (KAUJE), serta Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ). (*) Penulis: Rio F. Rachman
Gali Ilmu di Lapangan, Mahasiswa PDD Banyuwangi Adakan ‘My Trip My Education’ UNAIR NEWS – Mahasiswa dituntut untuk lebih proaktif dalam mencari informasi dan relasi untuk kelancaran karirnya kelak setelah lulus menjadi sarjana. Selain mendapatkan ilmu pengetahuan melalui perkuliahan, studi literature dari jurnaljurnal ilmiah, mahasiswa juga dituntut untuk dapat melakukan observasi langsung ke lapangan sehingga pengetahuan dunia kerja sebagai faktor penting yang harus diperhatikan dalam belajar sebagai mahasiswa. Menurut Diansanto Prayoga S.KM.,M.Kes., Pembina Banyuwangi Public Health Assosiation (B-PHA) dalam rangka meningkatkan pengetahuan mahasiswa terkait dunia kerja, maka Divisi Career Preparation B-PHA sebagai himpunan mahasiswa (hima) prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat PDD Banyuwangi mengadakan kegiatan My Trip My Education (MTME) di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti) dan Wisata Bhakti Alam di Tutur, Kab. Pasuruan, Jawa Timur, Minggu (8/11). “Sejumlah 100 orang mahasiswa yang terdiri dari perwakilan angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang didampingi oleh dosen dan bagian kemahasiswaan UNAIR PDD Banyuwangi bersama-sama mengunjungi dua lokasi sasaran tersebut,” tegasnya.
PESERTA kegiatan kunjungan MTME IKM PDD Universitas Airlngga di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk di Pasuruan, Salasa (8/11). (Foto: Laili Zarah M.) Menurut Nur Risca Azizah (20), ketua pelaksanaan kegiatan, kegiatan MTME ini bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat di PDD Banyuwangi untuk menambah dan meningkatkan bekal keilmuan dan pengetahuannya, khususnya mengenai penerapan ilmu kesehatan lingkungan, ilmu kesehatan dan keselamatan kerja (K3), ilmu promosi kesehatan dan ilmu gizi di lapangan, yang didukung dengan penguasaan teori yang didapat selama proses belajar di kelas. Studi ilmu K3 dan kesehatan lingkungan di PT Nippon Indosari Corpindo itu dipandu oleh narasumber Soffahmi Pratama Susanti, staf departemen Quality Assurance (QA) dan Quallity Control (QC). Ia merasa bangga dan senang mendapat kunjungan mahasiswa Universitas Ailangga ini. Karena itu ia berharap kunjungan di perusahaan ini bisa menjadi sebuah proses edukasi yang berkelanjutan. Rochmad Ardiansyah P, (19), wakil ketua panitia menambahkan
bahwa sepulang dari kegiatan MTME ini para peserta diharapkan mampu memahami lebih mendalam tentang bagaimana bentuk-bentuk aplikasi ilmu kesehatan masyarakat secara langsung. “Agar tidak hanya berpacu pada teori semata,” kata Rochmad. (*) Penulis: Siti Mufaida Editor : Bambang Bes
Juara Kompetisi Paper dan Hasil Penelitian dalam IRIE 2016 UNAIR NEWS – Menyertai pelaksanaan ”Indonesia Research and Innovation Expo” (IRIE) 2016, untuk memeriahkan acara juga diadakan berbagai kegiatan. Misalnya presentasi ilmiah, seminar, lomba-lomba, pameran ternak dan ikan, serta pentas seni sebagai hiburan. Diantara yang bersifat kompetisi itu adalah ”Animal Science Paper Competition” 2016 (ASPC) yang diprakarsai BEM Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR, yang diikuti mahasiswa veteriner secara nasional. Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Lucia Tri Suwanti, drh., MP., dari seksi lomba IRIE 2016, dalam ASPC 2016 ini berhasil menjadi juara I adalah tim mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dengan paper yang disampaikan berjudul “EPOT (Eco Poultry Transportation) Desain Transportasi Unggas Terintegrasi Animal Welfare yang Ramah Lingkungan untuk Mengurangi Pencemaran Udara”. Juara II direbut tim mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan judul paper “Portable Heating Cage for Neonatal and Weaning of Kitten and Puppies: Kandang Penghangat Portabel
Sebagai Alat Alternatif untuk Menurunkan Tingkat Kematian pada fase Neonatal dan Fase Sapih Anak Kucing dan Anak Anjing”. Sedang juara III diraih tim mahasiswa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya dengan paper bertajuk “Aplikasi SCADA untuk Mengendalikan Gas Amoniak Berbahaya pada Kandang Ayam Broiler Berbasis Cloud Computing”. Lomba presentasi hasil penelitian; bidang Health Science: Juara I oleh peneliti Prof. Kuntaman (FK) dengan judul “Methicilin Resistent Staphylocoscus Aureus (MRSA) Acquistion and Infection in Surgical Wards and Medical Wards in Dr. Soetomo Hospital Surabaya”. Juara II, peneliti Prof. Sukardiman dengan judul “Aktivitas Anti Diabetes dari Campuran Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) dengan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq) pada Mencit yang Diiduksi Aloksan”. Sedang juara III oleh Dr. Purkan dengan judul “Ekspresi Gen Katg Mycibacterium Tuberculosis Isolat Klinis Lokal dan Uji Imunogenitas Proteinnya untuk Konstruksi Vaksin TB yang Potensial”. Presentasi bidang Life Science: Dr. Erma Savitri, Drh., M.Kes dengan penelitian berjudul “Pemanfaatan Madu Sebagai Upaya Mobilisasi dan Adaptivitas Stem Cell pada Kasus Degenerasi Ovarion Akibat Malnutrisi” menyabet juara I. Sedang juara II diraih Dr. Miratul Khasanah, M.Si, judul penelitiannya ”Deteksi Dini Asam Urat dalam Serum Menggunakan Sensor Pasta Karbon Nanopori Berbasis Imprinting”. Sedangkan posisi III dimenangkan Dr. E. Bimo Aksono, M.Kes., drh yang meneliti tentang ”Genetic Diversity dari Legionella SP Isolat Lokal pada Sampel Beresiko sebagai Upaya Tanggap dan Pengendalian Adanya New Emerging Disease di Surabaya”. Sementara bidang Social Science, dengan judul penelitian ”Pemarkah Waktu pada Abstrak Tulisan Ilmiah di Bidang Kesehatan, Hayati Sosial dan Fisika”, Deny Arnos Kwary (FIB) meraih yang terbaik. Juara II direbut oleh Prof. Bagong Suyanto (FISIP) dengan judul penelitian ”Model Penanganan Perempuan dan Anak Korban Trafficking di Industri Seksual
Komersial”. Sedangkan Dr. I Gde Wahyu Wicaksana, sebagai juara III dengan judul penelitian ”Iklim Global Terhadap Keamanan Maritim Indonesia”. Lomba poster penelitian dimenangkan oleh Handoko (FST) dengan judul “Senyawa Kompleks Pewarna 4zo sebagai Sinsitizer Sel Surya Penghasil Energi Terbarukan”. Sedangkan juara II oleh Poedji Hastutik (FKH) ”Gambaran Histologi Kulit Kelenci Pasca Terapi dengan Salep Crude Extrak Daun Permot”. Sedangkan juara III oleh Dewi Melani Hariadi (Fak. Farmasi) dengan judul poster “Respon Gemunogenitas Mikro Ovalbumin Alginan dan Produk Vaksin”. Sedangkan penampilan booth, stand FKH tampil sebagai yang terbaik dalam IRIE 2016 ini. Terbaik II oleh booth Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR, sedangkan juara III stand/booth PT Petrosida Gresik. (*) Penulis : Bambang Bes
Gebyar Akreditasi Tandai RS UNAIR Raih Akreditasi Paripurna UNAIR NEWS – Acara Gebyar Akreditasi dan Open House Airlangga Health Science Institute (AHSI), menjadi penanda atas capaian akreditasi paripurna yang berhasil diraih oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR). Akreditasi paripurna sendiri merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Acara yang dilaksanakan di Aula Lantai 7 Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI), pada Selasa (15/11), dihadiri oleh Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ketua Eksekutif Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nasional, Direktur RS UNAIR, jajaran petinggi UNAIR, jajaran pemerintah, dan tenaga medis. Pada sambutan pembuka, Direktur RS UNAIR, Prof. DR. Dr. Nasronudin SpPD-KTI., menjelaskan bahwa langkahnya menuju akreditasi paripurna tidaklah mudah. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, mulanya RS UNAIR terus berupaya memperbaiki sistem pelayanan hingga manajemen RS UNAIR. Tidak tanggung-tanggung, Prof. Nasron juga menuturkan bahwa ia dan tim kerap menginap di RS UNAIR untuk kesempurnaan akreditasi. “Untuk mencapai akreditasi paripurna ini, bukan kerja biasa, tapi bekerja luar biasa,” tegasnya yang diiringi tepuk tangan hadirin. Guru Besar FK UNAIR tersebut juga menjelaskan bahwa RS UNAIR telah mendapat respon nasional dengan beralihnya tipe rumah sakit tipe C ke tipe B. Selain itu, kini rumah sakit yang mulai beroperasi pada tahun 2011 tersebut sedang proses visitasi akreditasi untuk mendapat pengakuan sebagai Rumah Sakit Pendidikan (RSP). Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA turut hadir dalam acara ini. Dalam sambutannya ia mengatakan, RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. “Dari awal UNAIR sudah berkomitmen untuk RSP. Kini tinggal selangkah. Kita melayani kesehatan juga menyediakan dokter yang profesional, dan menyediakan dokter yang bisa mengabdi ke seluruh indonesia. Tentu kita juga kerjasama dengan FK. RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. Inilah kenapa Gebyar menjadi salah satu caranya,” ujar Prof Nasih. Hadir sebagai salah satu pembicara inti, Dirjen Sumber Daya
IPTEK Dikti Prof. Ali Gufron Mukti., M.Sc., Ph.D., sangat mengapresiasi RS UNAIR yang telah berkembang dalam waktu singkat. Ia juga menambahkan bahwa RS UNAIR telah mendapatkan akreditasi paripurna bintang lima. “Di Indonesia yang mendapat akreditasi tersebut masih UNAIR dan UGM,” paparnya. Apresiasi selanjutnya yang diberikan Prof. Ali Gufron yakni atas meningkatnya tipe RS UNAIR dari C ke B. Selain itu, ia juga mendukung langkah RSUA agar bisa menjadi RSP. Di akhir pemaparannya, Guru Besar UGM tersebut berharap bahwa antar PTN haruslah bersinergi dan saling belajar bersama. “Kami ingin PTN dengan rumah sakitnya punya unggulan-unggulan. Silakan saling belajar, insya Allah kami dukung. Ingat masingmasing rumah sakit di PTN tidak saling bersaing tapi punya skema penelitian dan masing-masing punya unggulan,” jelasnya mengakhiri. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma Satiti