Langganan Juara Mawapres, Yusuf Azmi Lulus Terbaik FK UNAIR UNAIR NEWS – Modal penting menjadi dokter yang ideal, ternyata tak cukup hanya dengan mengandalkan kepandaian. Pemahaman ini selaras dengan apa yang menjadi keyakinan Yusuf Azmi, wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Sebagai calon dokter, ia tidak melulu mengejar kualitas nilai IPK. Disela-sela kesibukan belajar, ia masih menyempatkan diri untuk kembangkan soft skill. “Target saya selama kuliah tidak hanya terfokus pada IPK. Ada beberapa hal lain seperti kompetisi ilmiah, organisasi dan soft skills lain yang ingin saya kembangkan,” ungkap laki-laki kelahiran Sragen, Agustus 1994 yang lulus dengan IPK sebesar 3.64. Menurutnya, setiap pengalaman selama belajar di FK mempunyai kesan yang berbeda. Seperti pengalaman melihat dan belajar dengan cadaver, memperoleh pengalaman unik menjadi observer di dalam kamar operasi atau asisten sirkumsisi ketika mengikuti bakti sosial. Belum lagi pengalaman menegangkan ketika menghadapi ujian praktikum lab mapun keterampilan medik dengan pasien simulasi. Meskipun disibukkan dengan berbagai tugas, Yusuf masih menyempatkan terjun ke berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan dan mengikuti berbagai kompetisi ilmiah. Ia pernah meraih juara I kompetisi ilmiah tingkat nasional seperti Temilnas (Temu Ilmiah Nasional) 2014, finalis di kompetisi ilmiah tingkat internasional seperti EAMSC (East Asian Medical Students’ Conference) Taiwan 2016, dan beberapa prestasi lainnya. Selama kuliah 3,5 tahun, ia berhasil memperoleh juara I
seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat FK selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2014 hingga 2016. Pada saat mewakili fakultas ke tingkat universitas, Yusuf berhasil menjadi juara I seleksi mawapres tingkat UNAIR tiga tahun berturut-turut. “Menjuarai seleksi mawapres merupakan salah satu main goal saya dalam menempuh studi di fakultas kedokteran,” ungkap penghobi traveling ini yang berencana melanjutkan studi pendidikan dokter spesialis bidang Ilmu Penyakit Dalam, citacitanya. Inilah alasan mengapa ia meneliti hubungan profil pasien terhadap komplikasi kronik mikrovaskuler pada pasien diabetes melitus tipe 2, yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu penyakit dalam sebagai topik pada tugas akhirnya ini. (*) Penulis: Sefya Hayu Isti Editor: Binti Q. Masruroh
Kegigihan Antarkan Intan Vallentien Jadi Wisudawan Berprestasi FKG UNAIR UNAIR NEWS – Intan Vallentien Dwi Hariati yang akrab disapa Vallent, punya segudang pengalaman menarik tentang perjuangannya saat mengikuti lomba. Salah satunya ia harus menghemat biaya. ”Untuk ngakali biaya yang keluar saat lomba, ya harus serba ekstra. Dulu saya pernah tidur di lobi hotel dan restoran cepat saji. Untuk menghemat makan, saya sering beli satu
makanan dibagi berdua dengan teman,” tutur Dwi, peraih IPK 3,64 ini. Kegigihan dan usaha ekstra perempuan kelahiran Tuban ini telah mengantarkannya meraih prestasi sebagai wisudawan berprestasi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga. Ia punya seabrek prestasi yang pernah diraih saat menjadi mahasiswa. “Prestasi yang saya dapat seluruhnya dari lomba karya tulis ilmiah, seperti juara I Scientific World of Research Dentistry 2015 kategori Research di Bali, juara III Jakarta Islamic Scientific Forum (JISFO) 2014 kategori Literature Review di Jakarta. Kemudian juara Poster Presenter South East Asia Association for Dental Education 2016 di Vietnam,” jelas perempuan kelahiran 11 September 1996 ini. Dari sederet prestasi tersebut, bagi Vallent, kompetisi JISFO tahun 2014 memberikan pengalaman yang paling berkesan. Meski ia tak meraih juara pertama, Vallent menjelaskan bahwa kompetisi tersebut memberikan banyak pelajaran hidup. ”Topik yang saya angkat ini mengharuskan saya dan teman-teman terjun langsung ke Panti Werdha tempat para lanjut usia (lansia). Dari eyang-eyang di sana itu saya banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup. Saat melihat fakta kebersihan rongga mulut para lansia, saya tak hanya ingin mencari metode yang tepat atau untuk menang ajang ilmiah, namun benar-benar ingin meningkatkan kualitas hidup mereka,” tutur Vallent mengakhiri percakapan. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina
Evaluasi Kinerja, Rektor Ajak Pimpinan Terus Berbenah UNAIR NEWS – Rapat Kerja Pimpinan Triwulan I di tahun 2017 menjadi tonggak evaluasi capaian kinerja tiga bulanan bagi seluruh jajaran pimpinan di lingkungan Universitas Airlangga. Dalam acara yang dilaksanakan di Aula Selasar Gedung Amerta (17/4), hadir seluruh pimpinan rektorat, dekanat, ketua pusat, badan, dan lembaga di lingkungan UNAIR. Pada kesempatan ini, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., memaparkan berbagai capaian universitas, utamanya mengenai posisi UNAIR dalam nilai akreditasi A, publikasi jurnal terindeks Scopus, dan jumlah program studi yang terakdreditasi serta tersertifikasi internasional. Sebelum memberikan pemaparan mengenai posisi UNAIR, rektor terlebih dahulu memberikan apresiasi atas kerja keras yang dilakukan seluruh jajaran pimpinan selama tiga bulan pertama di tahun 2017. “Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pimpinan di lingkungan UNAIR atas kinerjanya selama triwulan pertama. Beberapa capaian sudah diraih dan terus diperbaiki. Semoga hal tersebut bisa mendorong kita untuk terus berkontribusi kepada almamater dan bangsa,” ungkap Nasih. Selanjutnya, Nasih kembali menegaskan mengenai capaian nilai akreditasi A UNAIR. Menurut Nasih, posisi nilai akreditasi A UNAIR diangka 54,50% perlu ditingkatkan. Selain itu, rasio dosen yang berpendidikan doktor dengan jumlah publikasi terindeks Scopus, posisi UNAIR masih tertinggal dengan beberapa kampus besar di Indonesia. “Inilah posisi kita bersama, semoga posisi ini bisa menggugah kita semuanya untuk terus berbenah,” tandas Nasih.
Terkait dengan jumlah prodi yang terakreditasi dan tersetifikasi internasional, Nasih kembali menegaskan kepada seluruh pimpinan agar terus melakukan upaya peningkatan kualitas program studi di masing-masing fakultas. Tercatat, UNAIR memiliki 1 prodi terakreditasi internasional dan 9 prodi tersertifikasi AUN. “Inilah kondisi dan peta kita semua. Semoga dengan data ini, bapak ibu dapat semangat untuk terus bergerak lebih baik. Ikhtiar ke depan harus lebih fokus, utamanya melalui aksi nyata,” ajak Nasih. “Kami menunggu aksi nyata dari para pimpinan di waktu yang akan mendatang,” pungkas Nasih. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor
: Binti Q. Masruroh
Haryanto Basoeni, Ketua Umum IKA-UNAIR Periode 2017-2021 UNAIR NEWS – Drs. Ec. Haryanto Basoeni secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (PP IKA-UA) untuk periode 2017-2021, dalam Kongres IX IKA-UA, yang diselenggarakan di Sheraton Hotel Surabaya, Sabtu (15/4) kemarin. Alumni Fakultas Ekonomi UNAIR tahun 1972 ini menggantikan Ketua Umum IKA-UA sebelumnya, Prof. Dr. Hatta Ali, SH., MA., yang kini menjabat untuk yang kedua kalinya sebagai Ketua MahKamah Agung (MA) RI. Pada Kongres yang dipimpin Ketua Sidang Dr. Akmal Boedianto, SH., MH dan didampingi keempat anggotanya, merinci dari 24
perwakilan berbagai Wilayah dan Cabang di seluruh wilayah Indonesia, serta utusan fakultas, terdapat 22 mencalonkan Haryanto, satu suara memilih Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG., dan satu suara rusak dan dinyatakan tidak sah. Terpilihnya Ketua I IKA-UA periode 2012-2017 ini untuk ”naik posisi” sebagai Ketua Umum IKA-UA, ini sudah bisa diprediiksi sejak menjelang Kongres. Sebab ketika Prof. Hatta Ali menyatakan tidak bersedia dipilih kembali, maka tidak ada alumni UNAIR lain yang mencalonkan diri sebagai Ketum. Sehingga pengusaha sukses kelahiran 5 Desember 1952 ini praktis melenggang sempurna dan meraih dukungan semua peserta kongres. Dalam
sambutannya
pasca
terpilih
sebagai
Ketum
IKA-UA,
pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan akrab disapa HB ini, menyatakan terima kasih dan hormat setingitingginya kepada rekan-rekan alumni yang memberikan amanah dan kepercayaannya untuk memimpin organisasi alumni UNAIR ini. ”Setelah teman-teman mempercayai saya, untuk itu saya juga balik meminta untuk marilah kita bekerjasama saling membantu dan berkontribusi untuk terus memajukan organisasi silaturahmi kita melalui IKA-UA ini, sehingga silaturahmi ini akan terjalin erat dan mendukung almamater hingga jauh kedepan,” kata Haryanto Basoeni.
KETUM terpilih Haryanto Basoeni (ke-6 dari
kiri, atas) bersama Rektor dan alumni lain. Siap menunjang target almamater Universitas Airlangga, yang dilukiskan dengan kode “lima jari” (500 WCU). (Foto: Bambang Bes) Tentang program kerja, ia tak mau menentukan sendirian. Baginya program kerja harus merupakan aspirasi semua anggota. Untuk itu harus disesuaikan dengan anggota pengurus IKA-UA yang lain. Dengan demikian dalam menyusun kabinet kepengurusannya, Haryanto sebagai ketua formatur, menunjuk empat anggota formatur. Mereka adalah Dr. Budi Widayanto mewakili unsur pengurus lama, Dr. Akmal Boedianto mewakili unsur IKA Fakultas, Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG mewakili unsur IKA Wilayah (Provinsi), dan Drs. Sumpono, M.Si dari IKA Cabang Jember mewakili unsur Cabang (Kabupaten/Kota). ”Selain program yang riil sesuai dengan situasional, kami akan melanjutkan upaya-upaya penguatan jaringan alumni dan update data base alumni. Sebab dari 120 ribuan alumni UNAIR baru sebagian kecil yang melakukan update, sedang sebagian besar masih data lama saat mereka kuliah di UNAIR, yang tentu sekarang sudah berbeda, jadi harus di-update melalui website IKA-UA,” kata Haryanto. Selain itu PP IKA UA juga akan melanjutkan untuk terus merangkul semua alumni, yang selama ini mengabdi di berbagai jabatan struktural baik di pemerintahan dan di swasta, serta yang berada di dalam dan luar negeri. ”Kami akan merangkul semua, tanpa terkecuali, karena semua itu sangat penting untuk penguatan jejaring dan menunjang target almamater masuk 500 world class university (WCU),” katanya kepada wartawan. Program terdekat yang sudah diputuskan sejak akhir periode lalu, IKA-UA akan mendukung dan menyukseskan rumah sakit terapung ”Ksatria Medika Airlangga”. RS Terapung ini menggunakan phinisi, kapal khas Indonesia (Bugis), yang visimisinya untuk membantu pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kepulauan terpencil yang selama ini
masih kekurangan akses pelayanan. (*) Penulis: Bambang Bes